dasek debora

117
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN Nama : Debora Ria Purba NIM : PN/11260 Gol./Kel. : A5/1 Asisten : Harimurti Buntaran

Upload: sukro-nizheers

Post on 31-Oct-2015

96 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasek Debora

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

Disusun oleh:

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2010

Nama : Debora Ria PurbaNIM : PN/11260Gol./Kel. : A5/1Asisten : Harimurti Buntaran

Page 2: Dasek Debora

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas

yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi ialah kajian mengenai antaraksi timbal balik jasad individu diantara dan di

dalam populasi spesies yang sama, atau diantara komunitas populasi yang berbeda-beda,

dan berbagai faktor nir-hidup (abiotik) yang jumlahnya merupakan lingkungan efektif

tempat hidup jasad, populasi atau komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup

kesemrawutan pada antaraksi antara jasad hidup itu sendiri. Kaji ekologi itu

memungkinkan seperti bagaimana jasad tertentu berperilaku di dalam alam, bagaimana

mana mereka hidup di tempat-tempat tertentu serta apa yang menyebabkan jumlah

mereka begitu banyak. Guna memastikan kenyataan ini perlu kiranya diadakan beberapa

percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua lingkungan itu sekaligus (Ewusie,

1990).

Sumber daya ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya wilayah pesisir,

merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat terbaharui (renewable resources)

yang harus dijaga keutuhan fungsi dan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan

pengelolaan yang lestari. Mangrove menghendaki lingkungan tempat tumbuh yang agak

ekstrim yaitu membutuhkan air asin (salinitas air), berlumpur dan selalu tergenang, yaitu

di daerah yang berada dalam jangkauan pasang surut seperti di daerah delta (Irwan,

2007).

Page 3: Dasek Debora

Garam merupakan elemen alami tanah dan air. Garam terbentuk dari tumpukan

tanah yang sudah lama tertimbun. Tanah yang salin adalah tanah yang mengandung

garam. Tanah mengandung garam karena adanya penumpukan garam di permukaanya

dan semakin lama akan turun ke dalam tanah. Garam dapat berpindah ke permukaan

tanah oleh transportasi kapilaritas dari dalam tanah lalu menumpuk di permukaan dan

mengalami evaporasi; konsentrasi garam dapat bertambah karena aktivitas manusia.

Apabila salinitas tanah meningkat, garam akan mempengaruhi dan mengakibatkan

degradasi tanah dan vegatasinya (Setiawan, 2010).

Salinitas merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut.

Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah,

dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk

mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara

langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari suatu tempat ke tempat

lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

curah hujan, pengaliran air tawar secara langsung maupun lewat sungai dan gletser,

penguapan, arus laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Suharto, 2005).

Secara sederhana ada dua hal penting yang berpengaruh terhadap salinitas yaitu

evaporasi dan presipitasi. Jika penelitian dilakukan pada musim kering, maka faktor yang

paling berpengaruh adalah evaporasi. Evaporasi akan meningkat seiring dengan

meningkatnya temperatur. Perubahan salinitas akan berpengaruh terhadap kehidupan

biota laut (Setiyo, 2004).

Salinitas alami merupakan fenomena luas yang terjadi di bumi, dan evolusi dari

kehidupan telah menghasilkan sejumlah organisme yang tahan terhadap salinitas dan

dapat berkembang di lingkungan yang salin. Umumnya tumbuhan sensitif terhadap

garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak toleran terhadap kondisi salinitas yang

permanen. Walaupun demikian, telah terjadi perkembangan khusus pada beberapa famili

tumbuhan sehingga toleran terhadap kondisi salin (Kramer, 1984).

Jadi, tumbuhan dibedakan atas tumbuhan yang toleran terhadap salinitas dan

tumbuhan yang tidak toleran terhadap salinitas. Tumbuhan yang tidak tahan terhadap

salinitas dalam prosesnya menjamin bahwa garam mencapai akar tanaman hanya dalam

Page 4: Dasek Debora

jumlah sedikit. Sedangkan tumbuhan yang toleran terhadap salinitas mengasorpsi dan

menyimpan garam dalam jumlah besar di daun. Umumnya tumbuhan yang toleran

terhadap salinitas, berair banyak (Lutge, 1984).

Secara umum, tingkat salinitas tanah yang tinggi mempunyai efek ganda pada

tumbuhan, yaitu menguraikan potensial air pada jaringan karena meningkatnya potensial

osmotic pada media perakaran dan memberikan efek racun secara langsung karena

tingginya konsentrasi Na+ dan Cl- yang yang berakumulasi dalam jaringan tanaman. Tanah

merupakan salah satu faktor yang penting bagi perumbuhan tanaman. Tanaman akan

mengabsorbsi unsur-unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat di sekitar daerah

perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersebida dan dalam kondisi harus

berada dalam keseimbangan. Faktor tanah yang dianggap sebagai faktor sebenarnya

terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dapat menentukan keadaan tanah,

salah satunya adalah faktor garam atau salinitas (Kurniasih, 2002).

\

Page 5: Dasek Debora

III. METODOLOGI

Praktikum Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik dilaksanakan di laboratorium

Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 12 Maret 2010. Bahan yang digunakan dalam

praktikum acara 1 ini adalah tiga macam tanaman; padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine

max), dan mentimun (Cucumis sativus); polybag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas

label. Sedangkan alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, gelas ukur,

erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam dan penggaris.

Langkah pertama, polybag disiapkan dan diisi tanah sebanyak kurang lebih 3 Kg.

Bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya tidak

mengganggu pertumbuhan tanaman. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan

diperlakukan, selanjutnya ditanam lima biji ke dalam masing-masing polybag,

penyiraman dilakukan setiap hari dengan air biasa. Setelah berumur 1 minggu, bibit

dijarangkan menjadi 2 tanaman / polybag, dipilih bibit yang sehat. Lalu dibuat larutan

NaCl dengan konsentrasi 2000 dan 4000 ppm. Sebagai pembanding digunakan air

aquades. Masing-masing perlakuan diulang enam kali (sesuai dengan jumlah kelompok

dalam satu golongan). Masing-masing konsentrasi larutan garam dituangkan pada tiap-

tiap polybag sesuai perlakuan, sampai kapasitas lapang. Lalu tiap polybag diberi label

sesuai perlakuan dengan volume tiap-tiap polybag harus sama. Label harus mudah

dibaca, untuk mencegah tertukarnya pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan

setiap dua hari sekali sampai 7 kali pemberian. Selang hari diantaranya tetap dilakukan

penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan sampai

tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan permanen. Usahakan akar jangan sampai

rusak/terpotong. Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata

dari semua ulangan pada tiap perlakuan, lalu dibuat grafik: a). Grafik tinggi tanaman pada

masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman. b).

Grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk

masing-masing tanaman. c). Grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi garam

vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman. d). Histogram berat segar dan berat

kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.

Page 6: Dasek Debora

IV. HASIL PENGAMATAN

TABELA. TINGGI TANAMAN

      PADI        

PerlakuanTinggi Tanaman Padi Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 9.2 17.03 18.75 19.77 22.17 23.62 24.72

2000 ppm 10.67 18.22 20.29 21.45 22.49 24.67 25.894000 ppm 9.87 18.59 19.05 19.78 20.54 21.57 22.63

Kedelai

PerlakuanTinggi Tanaman Kedelai Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 16.73 23.41 26.54 32.97 37.53 44.13 47.77

2000 ppm 18.57 21.78 23.67 32.74 37.89 46.08 54.154000 ppm 16.07 23.95 26.81 34.19 36.42 41.53 47.42

Mentimun

PerlakuanTinggi Tanaman Mentimun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 7.88 9.12 9.77 11.96 12.7 14.26 15.7

2000 ppm 8.32 11.18 11.67 14.43 14.1 15.93 17.244000 ppm 7.78 10.13 11.35 12.57 13.54 14.82 15.3

B JUMLAH DAUN

PADI

PerlakuanJumlah Daun Padi Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 1.83 2 2.58 2.92 3 3.17 3.25

2000 ppm 1.83 2.25 2.67 3 3.25 3.25 3.424000 ppm 1.67 2.08 2.33 2.42 2.58 3.08 3.17

KEDELAI

PerlakuanJumlah Daun Kedelai Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 16.73 23.41 26.54 32.97 37.53 44.13 47.77

2000 ppm 18.57 21.78 23.67 32.74 37.89 46.08 54.154000 ppm 16.07 23.95 26.81 34.19 36.42 41.53 47.42

MENTIMUN

PerlakuanJumlah Daun Mentimun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 70 ppm 7.87 9.12 9.77 11.96 12.77 14.26 15.7

2000 ppm 8.32 11.18 11.67 14.43 14.1 15.92 17.25

Page 7: Dasek Debora

4000 ppm 7.78 10.13 11.35 12.57 13.55 14.82 15.3

C. PANJANG AKAR TANAMAN

PADI

PerlakuanPanjang Akar(cm)

0 ppm 7.022000 ppm 7.584000 ppm 6.6

KEDELAI

PerlakuanPanjang

Akar Kedelai(cm)

0 ppm 21.142000 ppm 24.334000 ppm 23.32

MENTIMUN

Perlakuan

Panjang Akar

Mentimun(cm)

0 ppm 16.062000 ppm 17.554000 ppm 10.68

D. BERAT BASAH, BERAT KERING TANAMAN

PADI

Perlakuan 0 ppm2000 ppm

4000 ppm

BB(g) 0.3 0.38 0.23

BK(g) 0.13 0.21 0.10KEDELAI

Perlakuan 0 ppm2000 ppm

4000 ppm

BB(g) 3.37 3.55 3.18

BK(g) 0.69 0.87 0.80TIMUN

Perlakuan 0 ppm2000 ppm

4000 ppm

BB(g) 2.98 3.26 3.77BK(g) 0.60 0.55 0.44

Page 8: Dasek Debora

V. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tanggapan tanaman

terhadap pengaruh tingkat kadar garam yang berbeda serta pengaruhnya bagi

pertumbuhan tanaman. Hal tersebut akan dibahs sebagai berikut :

Tabel Tinggi Tanaman

Tanaman Padi (Oryza sativa)

Dari tabel didapat hasil bahwa pertumbuhan terjadi pada semua perlakuan baik

konsentrasi 0 ppm,2000 ppm, maupun 4000 ppm. Untuk pengamatan hari ke-1 tinggi

tanaman tertinggi pada konsentrasi 2000 ppm, hal ini terjadi sampai hari ke-3.

Sedangkan tertinggi kedua yaitu perlakuan 0 ppm dan yang terakhir 2000 ppm

(sampai pada hari ke-2). Pada hari ke-3, terjadi pergeseran perlakuan 0 ppm menjadi

lebih sedikit pertumbuhannya daripada 4000 ppm. Sedang untuk hari ke-7 (hari

terakhir), pada konsentrasi 2000 ppm mencapai keadaan maksimum melampaui

konsentrasi yang lain. Dari fenomena di atas, kita dapat mengatakan bahwa tanaman

padi mengalami pertumbuhan optimum dalam perlakuan konsentrasi garam 0 ppm,

hal ini berarti padi mempunyai toleransi yang rendah terhadap salinitas.

Tanaman Mentimun (Cucumber sp)

Dari tabel dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi terjadi pada semua perlakuan

konsentrasi dari 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm. Pengamatan hari ke-1 sampai ke-6

tinggi tanaman tertinggi pada konsentrasi 0 ppm, pada hari ke-7 tinggi tanaman

tertinggi pada konsentrasi 2000 ppm. Pada hari ke-8, tanaman dengan perlakuan

konsentrasi 0 ppm kembali menjadi tanaman tertinggi. Secara umum dapat dikatakan

bahwa urutan panjang yang pertama yaitu 0 ppm, rata-rata kedua yaitu konsentrasi

2000 ppm baru kemudian perlakuan pada konsentrasi 4000 ppm. Sehingga dikatakan

ketimun mempunyai toleransi rendah terhadap salinitas.

Page 9: Dasek Debora

Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Dari tabel didapat hasil bahwa pertambahan tinggi terjadi pada semua perlakuan

konsentrasi dari 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm. Untuk pengamatan hari ke-1 tinggi

tanaman tertinnggi pada konsentrasi 0 ppm, sampai pengamatan hari terakhir yang

tertinggi juga masih konsentrasi 0 ppm. Kemudian diikuti konsentrasi 2000 ppm dan

4000 ppm. Hal ini menunjukan bahwa tanaman kedelai mempunyai toleransi yang

rendah terhadap salinitas.

Tabel Panjang Akar

Padi (Oryza sativa)

Dari data tabel, hasil terpanjang pada salinitas 2000 ppm sebesar 7,56 cm; ke-2

pada salinitas 0 ppm 7,02 cm; ke-3 pada salinitas 4000 ppm 6,6 cm. Dari hasil data ini

diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm .Hal ini

menyatakan padi mempunyai titik tumbuh akar maksimum pada konsentrasi 2000

ppm. Oleh karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan

tanaman padi adalah dalam keadaan yang sedikit garam. (2000 ppm).

Mentimun(Cucumber sp)

Dari data tabel hasil terpanjang pada salinitas 0 ppm sebesar 16,06 cm ; ke-2 pada

salinitas 2000 ppm 17,55 cm ; ke-3 pada salinitas 4000 ppm 10,68 cm. Dari hasil data

tersebut diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm.

Dari hasil data diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000

ppm, oleh karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan

tanaman mentimun adalah dalam keadaan yang kadar garam rendah.

Kedelai (Glycine max L.)

Dari data tabel hasil terpanjang pada salinitas 0 ppm sebesar 21,14 cm, ke-2 pada

salinitas 2000 ppm 24,33 cm , ke-3 pada salinitas 4000 ppm 23,32 cm. Dari hasil data

diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm, oleh

karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman

kedelai adalah dalam keadaan normal kadar garam rendah sama halnya padi dan

mentimun.

Page 10: Dasek Debora

Tabel Berat Basah

Tanaman Padi (Oryza sativa)

Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 0,3 gram, berikutnya

kadar 2000 ppm sebesar 0,38 gram dan 4000 ppm sebesar 0,23gram.. Dari

pengamatan tersebut ditunjukkan bahwa konsentrasi kadar garam juga

mempengaruhi organ internal tanaman. Berat basah tersebut menunjukkan padi lebih

dapat hidup dengan baik dalam lingkungan bukan garam, sehingga memiliki berat

yang lebih sedikit pada perlakuan 4000 ppm.

Tanaman Mentimun (Cucumber sp)

Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 2,98 gram, berikutnya

kadar 2000 ppm sebesar 3,26 gram dan 4000 ppm sebesar 3,77 gram. Jika dilihat dari

berat basahnya toleransi terhadap kadar salinitas relatif sama dengan tanaman padi.

.

Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Dari data tabel hasil terbesar pada kadar 2000 ppm sebesar 3,55 gram; ke-2 pada

kadar 0 ppm 3,37 gram; yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 3,18 gram. Dan dari data

tersebut diperoleh hasil tertinggi pada kadar salinitas 2000 ppm. Oleh karena itu

keadaan optimum diperoleh pada salinitas 2000 ppm..

Tabel Berat Kering

Tanaman Padi (Oryza sativa)

Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm yaitu 0,13 gram, kemudian 2000

ppm yaitu 0,21 gram dan 4000 ppm yaitu 0,10 gram. Dari pengamatan tersebut dapat

diketahui bahwa konsentrasi kadar garam juga mempengaruhi organ internal

tanaman. Berat kering tersebut menunjukkan padi lebih dapat hidup dengan baik

dalam lingkungan bukan garam, sehingga memiliki berat yang lebih sedikit pada

perlakuan 4000 ppm.

Tanaman Mentimun (Cucumber sp)

Page 11: Dasek Debora

Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 0,60 gram, berikutnya

kadar 2000 ppm sebesar 0,55 gram dan yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 0,44 gram.

Jika dilihat dari berat basahnya toleransi terhadap kadar salinitas relatif sama dengan

tanaman padi.

. Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Dari data tabel hasil terbesar pada kadar 0 ppm 0,69 gram ; ke-2 pada kadar 2000

ppm sebesar 0,87 g; yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 0,80 gram. Dan dari data

tersebut diperoleh hasil tertinggi pada kadar salinitas 2000 ppm. Oleh karena itu

keadaan optimum diperoleh pada salinitas 2000 ppm.

GRAFIK

TINGGI TANAMAN

Padi (Oryza sativa)

1 2 3 4 5 6 70

5

10

15

20

25

30

Grafik Tinggi Tanaman Padi

0 ppm

2000 ppm

400 ppm

Hari

Ting

gi T

anam

an

Page 12: Dasek Debora

Dari grafik terlihat bahwa ketiga tanaman menunjukkan pertumbuhan yang pesat

pada awal pengamatan sampai pengamatan hari ke-2, dan kemudian grafik cenderung

landai dengan kenaikan yang tidak begitu besar. Pada pengamatan hari ke-8 ketiga

grafik hampir menyatu, dengn grafik 2000 ppm dan 4000 ppm mengalami kenaikan

yang lebih banyak daripada grafik 0 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kdar garam

2000 ppm dan 4000 ppm melampaui batas maksimum kebutuhan tanaman padi

terhadap kadar garam. Seperri kita ketahui, salinitas yang tinggi dapat menyebabkan

menurunnya pertumbuhan tanaman dengan cepatdan dapat meracuni mekanisme

metabolik tertentu dan secara tidak langsung mengganggu serapan berbagai unsur

hara dalam metabolisme. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan

tanaman yang rentan terhadap salinitas atau termasuk tanaman glikofit sehingga

perawatan tanaman padi dapat dilakukan dengan mudah karena pengairannya tanpa

kadar garam. Hal ini menyebabkan petani lebvih suka menanam padi daripada jenis

tanaman lainnya.

Mentimun (Cucumber sp)

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Grafik Tinggi Tanaman Mentimun

0 ppm

2000 ppm

400 ppm

Hari

Ting

gi T

anam

an

Pada grafik pengamatan hari pertama sampai ke-4 0 ppm berada paling atas,

namun dari pengamatan hari ke-5 dan7, 2000 ppm berada di atas. Kemudian pada

hari ke-8, 2000 ppm turun drastis yang berarti mentimun memiliki kadar toleransi

cukup terhadap salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa mentimun merupakan tanaman

Page 13: Dasek Debora

halofit yang toleran terhadap salinitas. Konsentrasi 0 ppm kurang dari batas minimum

dan konsentrasi 4000 ppm melamopaui batas maksimum kebutuhan tanaman

mentimun akan kadar garam sehingga akan mednghambat pertumbuhan batang

(pertumbuhan batang menjadi tidak optimal). Kekurangan dan kelebihan kadar garam

akan mempengaruhi kerja jaringan dalam tubuh tanaman maka kadar garam harus

diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.

Kedelai (Glycine max L.)

1 2 3 4 5 6 70

10

20

30

40

50

60

Grafik Tinggi Tanaman Kedelai

0 ppm

2000 ppm

400 ppm

Hari

Ting

gi T

anam

an

Dari grafik terlihat bahwa grafik menunjukkan juga hampir linier sampai

pengamatan hari ke-4. Pertumbuhan terjadi untuk semua kadar salinitas. Pengamatan

mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-8 terjadi kenaikan yang cukup tinggi untuk

perlakuan konsentrasi 0 ppm . Sebenarnya kenaikan grafik semua tanaman hampir

sama, akan tetapi untuk 2000 ppm dan 4000 ppm startnya sudah tertinggal.dari awal

pengamatan hingga terakhir, grafik 0 ppm selalu diatas konsentrasi yang lainnya. Pada

pengamatan hari ke-3 sampai ke-4 grafik 0 ppm dan 2000 ppm berhimpit kemudian

Page 14: Dasek Debora

selanjutnya 0 ppm terus di atas dengan grafik 2000 ppm dan 4000 ppm mengikuti

dibawahnya. Hal ini menunjukkan tanaman kedelai memiliki toleran yang cukup

terhadap salinitas dan termasuk ke dalam golongan euhalofit.

JUMLAH DAUN

Padi (Oryza sativa)

1 2 3 4 5 6 70

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Grafik Jumlah Daun Padi

0 ppm

2000 ppm

4000 ppm

Hari

Jum

lah

Dau

n

Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman padi pada konsentrasi 0 ppm,

2000 ppm dan 4000 ppm hampir sama setiap harinya Jumlah daun pada konsentrasi 0

ppm dan 4000 ppm sama dari hari pertama hingga terakhir, sehingga garisnya pun

menyatu. Pada tanaman padi dengan perlskusn konsentrasi 2000 ppm, terdapat

kekonstanan jumlah daun dari hari ketiga pengamatan hingga gari kedelapan. . Hal ini

menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tanaman yang rentan terhadap salinitas.

Mentimun (Cucumber sp)

Page 15: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Grafik Jumlah Daun Mentimun

0 ppm

2000 ppm

4000 ppm

Hari

Jum

lah

Daun

Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman mentimun pada setiap konsentrasi

hampiur selalu mengalami peningkatan. Pada perlakuan konsentrasi 0 ppm, terjadi

peningkatan jumlah daun dari hari ke-2 hingga hari ke-3, dari hari ke-4 hingga hari ke-5,

dan dari hari ke-5 hingga hari ke-6. Selebihnya, terjadi kekonstanan jumlah daun, yaitu

pada hari pertama hingga hari ke-2, dari hari ke-3 hingga hari ke-4, dari hari ke-6 hingga

hari ke-8. Sedangkan pada perlakun 2000 ppm, jumlah daun mengalami peningkatan dari

hari ke-2 hingga ke-3, dari hari ke-5 hingga hari ke-6, dan hari hari ke-6 hingga ke-7.

kekonstanan terjadi pada hari pengamatan pertama hingga ke-2, hari ke-3 hingga ke-5,

dan dari hari ke-7 hingga hari ke-8. Pada perlakuan konsentrasi 4000 ppm, jumlah daun

bertambah dari hari ke-2 hingga hari ke-3, dari hari ke-4 hingga hari ke-5, dan dari hari ke-

6 hingga hari ke-7. Kemudian, terjadi kekonstanan jumlah daun pada hari pertama hingga

hari ke-2, dari hari ke-3 hingga hari ke-4, dari hari ke-5 hingga hari ke-6, dan dari hari ke-7

hingga hari ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa mentimun merupakan tanaman yang

toleran terhadap salinitas.

Page 16: Dasek Debora

Kedelai (Glycine max L.)

1 2 3 4 5 6 70

10

20

30

40

50

60

Grafik Jumlah Daun Kedelai

0 ppm

2000 ppm

4000 ppm

Hari

Jum

lah

Daun

Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman kedelai pada semua konsentrasi

hampir selalu mengalami peningkatan. Pada konsentrasi 0 ppm, jumlah daun selalu

mengalmi peningkatan sehingga grafik membentuk garis lurus. Pada konsentrasi 2000

ppm terjadi peningkatan jumlah daun, tetapi pada hari ke-3 hingga ke-4 jumlah daunnya

tetap. Sedangkan pada konsentrasi 4000 ppm juga terjadi peningkatan jumlah daun,

tetapi pada hari ke-2 hingga ke-3 jumlah daunnya konstan. Pada hari terakhir jumlah

daun untuk semua perlakuan sama, yaitu 8. Hal ini menunjukkan tanaman kedelai

memiliki toleran yang cukup terhadap salinitas.

HISTOGRAM

Page 17: Dasek Debora

PANJANG AKAR

Padi (Oryza sativa)

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

7.2

7.4

7.6

7.8

Histogram Panjang Akar Padi

0 ppm

2000 ppm

4000 ppm

Konsentrasi

Pan

jang

Aka

r (c

m)

Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas dapat diketahui bahwa panjang

akar tanaman padi terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm. Tanaman padi

merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitas maka tanaman ini dapt

tumbuh dengan baik pada konsentrasi 2000 ppm, yaitu tisak terlalu banyak kandungan

garamnya.

Mentimun (Cucumber sp)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

Histogram Panjang Akar Mentimun

0 ppm

2000 ppm

4000 ppm

Konsentrasi

Panj

ang

Aka

r (c

m)

Page 18: Dasek Debora

Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas dapat diketahui bahwa panjang

akar tanaman mentimun konsentrasi 0 ppm dan 2000 ppm hampir sama. Sehingga

hampir sejajar. Jadi panjang akar terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm dimana

pada konsentrasi ini tanaman mentimun dapat tumbuh dengan baik dan subur.

Kedelai (Glycine max L.)

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

24.00

25.00

Histogram Panjang Akar Kedelai

0ppm

2000 ppm

4000 ppm

Konsentrasi

Pan

jang

Aka

r (c

m)

Dari histogram panjang akar tanaman kedelai di atas dapat diketahui bahwa

panjang akar tanaman padi terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm. Sehingga pada

konsentrasi ini tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik dan subur karena mendapat

konsentrasi garam yang cukup

BERAT TANAMAN

Padi (Oryza sativa)

Page 19: Dasek Debora

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

Histogram Berat Basah dan Kering Padi

BB(g)

BK(g)

Konsentrasi

Ber

at (g

r)

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman padi tertinggi

adalah pada konsentrasi 20000 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa padi termasuk ke

dalam tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitaas. Dimana pada konsentrasi

tersebut (2000 ppm), tanaman padi dapat menyerap unsur hara essensial dengan baik.

Ketika tanaman padi diberi konsentrasi garam yang terlalu tinggi maka dapat menurunkan

berat basah tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kadar garam yang

semakin tinggi maka penyerapan unsur hara essensial juga semakin terhambat dan juga

semakin sedikit. Sedangkan berat kering tanaman padi tertinggi terdapat pada

konsentrasi 2000 ppm. Sehingga pada konsentrasi tersebut padai dapat menyerap unsur

hara secara optimal sehingga kandungan air dan garamnya cukup.

Mentimun (Cucumber sp)

Page 20: Dasek Debora

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Histogram Berat Basah dan Kering Mentimun

BB(g)

BK(g)

Konsentrasi

Ber

at (g

r)

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman mentimun

tertinggi adalah pada konsentrasi 4000 ppm. Padahal seharusnya berat basah tertinggi

terjadi pada konsentrasi 0 karena pada konsentrasi 0 ppm tidak ada kadar garam yang

dapat diserap oleh tanaman sehingga faktor salinitas tidak terpenuhi. . Kesalahan ini

terjadi karena kekurangtelitian praktikan dalam menimbang berat tanaman setelah

pemanenan. Dan pada konsentrasi 4000 ppm, kadar garam terlampau tinggi sehingga

menyebabkan terganggunya serapan unsur hara essensial dalam proses metabolisme.

Sedangkan berat kering tertinggi ada pada konsentrasi 0 ppm, yang berarti pada

konsentrasi ini tanaman mentimun dapat menyerap unsur hara secara optimal sehingga

kandungan air dalam tubuh tanaman juga banyak.

Kedelai (Glycine max L.)

Page 21: Dasek Debora

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Histogram Berat Basah dan Kering Kedelai

BB(g)

BK(g)

Konsentrasi

Ber

at (g

r)

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman kedelai tertinggi

adalah pada konsentrasi 2000 ppm karena pada konsentrasi ini tanaman kedelai dapat

menyerap unsur hara dengan optimal karena tanaman kedelai merupakan tanaman

euhalofit yang toleran terhadap salinitas. Sedangkan pada konsentrasi 0 ppm tidak ada

kadar garam yang dapat diserap oleh tanaman sehingga faktor salinitas tidak terpenuhi.

Dan pada konsentrasi 4000 ppm, kadar garam terlampau tinggi sehingga menyebabkan

terganggunya serapan unsur hara essensial dalam proses metabolisme. Sedangkan berat

kering tertinggi ada pada konsentrasi 2000 ppm, tetapi perbandingannya tidak terlalu

bersar dengan konsentrasi 0 ppm dan 4000 ppm. Hal ini berarti tanaman kedelai dapat

menyerap unsur hara secara optimal sehingga kandungan air dalam tubuh tanaman juga

banyak.

Page 22: Dasek Debora

VI. KESIMPULAN

1. Salinitas mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

2. Tanaman padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max L.), dan mentimun

(Cucumber sp) termasuk tanaman yang toleran terhadap salinitas, tetapi

masing-masing mempunyai toleransi yang berbeda.

3. Padi (Oryza sativa) pertumbuhan optimum relatif terjadi pada konsentrasi 0

ppm, mentimun (Cucumber sp) pada 2000 ppm, dan kedelai (Glycine max L.)

pertumbuhan optimum terjadi pada 2000 ppm.

Jika kebutuhan tanaman akan salinitas terpenuhi, tidak kekurangan maupun

kelebihan atau tepat pada keadaan optimumnya maka perkembangan, pertumbuhan

keadaan jaringan, produksi, sampai pada kualitas hasil akan menjadi baik.

Page 23: Dasek Debora

DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, Y.1990. Ekologi Tropika. Penerbit ITB, Bandung.

Irwan, 2007. Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan biji. Jurnal Litbangda NTT Flobamora 2(2) : 43 – 51.

Kramer, D. 1994. Salinity Tolerance in Plants. Environment Science and Technology, New York.

Kurniasih, B. 2002. Sifat perakaran beberapa kultivar padi gogo di bawah kadar garam tinggi. Jurnal-jurnal Ilmu Pengetahuan 10(1) : 14 – 15.

Lutge, U. 1984. Structural, Biophysical, and Biochemical Aspects of The Role of Leaves in Plant Adaptation to Salinity and Water Stress. Environment Science and Technology, New York.

Setiawan. 2010. Salinity.(http://wikipedia.com). Diakses tanggal 12 Maret 2010.

Setiyo, H. 2004. Analisis sebaran temperatur dan salinitas air limbah. Jurnal Floratek.40-45.

Suharto, I. 2005. Studi penurunan salinitas air dengan menggunakan zeolit. Jurnal Gradien 1: 38-42.

Page 24: Dasek Debora

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA IIKOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI

FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

Disusun oleh:

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2010

Nama : Debora Ria PurbaNIM : PN/11614Gol./Kel. : A5/1Asisten : Harimurti Buntaran

Page 25: Dasek Debora

ACARA II

KOMPETISI INTRA DAN INTER SPESIFIK

SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

I.TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap kompetisi inter dan intra spesifik.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Faktor pembatas adalah suatu keadaan yang membatasi untuk melampaui batas

toleransi. Faktor pembatas pada setiap hewan dan tumbuhan berbeda tergantung nilai

ekosistem maksimum. Unsur-unsur faktor pembatas antara lain (Djufri,2004):

a. unsur hara

b. cahaya

c. kedalaman

d. CO2 dan N2

Faktor biotik lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Keseimbangan

populasi tertentu sangat tergantung pada faktor biotik. Dibandingkan dengan faktor

abiotik, faktor biotik lebih kompleks dan lebih sulit untuk dimengerti. Faktor biotik terdiri

dari intraspesifik dan interspesifik. Faktor interspesifik terdiri dari beberapa jenis interaksi

yang terjadi diantara spesies. Interaksi tersebut mempengaruhi pertambahan atau

berkurangnya anggota dari suatu populasi. Salah satu contoh dari faktor interspesifik

adalah kompetisi (Clapham, 1973).

Kompetisi merupakan interaksi antarorganisme yang berada pada habitat yang

sama dan menggunakan sumber daya yang sama pula. Organisme yang menang dalam

kompetisi akan terus bertahan hidup dan bereproduksi. Kemampuan untuk bertahan

hidup dan bereproduksi merupakan kecocokan hidup organisme tersebut dalam

Page 26: Dasek Debora

lingkungan. Salah satu kecocokan parameter hidup suatu makhluk hidup adalah waktu

generasi (Prijambada, 2001).

Kompetisi terdiri dari kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifik. Kompetisi

intraspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies yang sama.

Sedangkan kompetisi interspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies

yang berbeda. Apabila ada dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka kedua tumbuhan

akan saling menaungi sehingga terjadi persaingan memperebutkancahaya, terjadi juga

persaingan memperebutkan unsur hara, persaingan memperebutkan air (Putnan, 2002).

Sistem penanaman ganda (tumpang sari, dll) merupakan salah satu pilihan dalam

meningkatkan efisiensi produktivitas lahan, air, dan cahaya matahari. Tapi ada masalah

yang timbul yaitu persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur-unsur hara, air

dan cahaya. Masalah tersebut dapat ditekan dengan pengaturan populasi, jarak tanam

dan waktu tanam. Jarak tanam dalam suatu budidaya memegang peranan penting

terutama untuk mendapatkan kualitas produksi yang optimal. Jarak tanam berpengaruh

pada kerapatan tanaman yang mempengaruhi tanaman dalam persaingan mendapatkan

cahaya matahari dan faktor lainnya, sedangkan sistem pertanaman (cropping system) atas

penataan tanaman adalah cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan

pada sebidang tanah tertentu selama satu jangka waktu tertentu (Sarjiah, 1999).

Kompetisi yang terjadi dapat dilihat pada tanaman tumpang sari. Kompetisi yang

terjadi selain persaingan yang berlokasi di bawah tanah (unsur hara), juga terjadi di atas

tanah seperti ruang tumbuh dan cahaya. Dengan bentuk kompetisi demikian tanaman

akan mempertahankan hidupnya berusaha mencari cahaya yang lebih banyak secara

vertikal yakni dengan mempertinggi batangnya. Akibatnya ada tanaman menjadi tinggi

dengan kondisi penampakan agak lemah (sukulen). Kompetisi di bawah lapisan tanah juga

terjadi seperti bentuk tajuk, banyaknya akar dan luas daerah penyerapan akar.

Pertambahan jumlah daun pada tanaman sangat menguntungkan, karena dengan

semakin banyak daun yang melakukan proses fotosintesis, dengan demikian akan

semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan sejauhpermukaan daun yang ada mampu

menangkap cahaya matahari (Prasetyo,2010).

Jarak tanam juga mempengaruhi kompetisi, jarak tanam akan meningkatkan daya

saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman akan menghambat cahaya matahari

Page 27: Dasek Debora

ke permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma terhambat. Sebaliknya, jarak tanaman

yang lebar akan menyebabkan pertumbuhan gulma lebih leluasa karena mendapatkan

cahaya matahari yang banyak dan ruang tumbuh yang cukup (Setiadi dan Tjondronegoro,

1989).

Sifat morfologi dan fisiologi tumbuhan menentukan kemampuan tumbuhan untuk

bersaing memperebutkan air, antara lain sistem perakaran dan lintasan fotosintetis. Bila

ketersediaan air menjadi terbatas, maka sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil

tanaman kedelai, hadirnya gulma akan memberikan pengaruh yang lebih buruk terhadap

tanan kedelai, apabila tumbuh pada keadaan kekurangan air, yang ditandai dengan

kelayun tanaman (Rizal, 1997).

Page 28: Dasek Debora

III.METODOLOGI

Praktikum Acara II Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor Pembatas

Biotik ini dilaksanakan di laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman,

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada hari Selasa, 18 Maret 2008. alat-alat

yang digunakan dalam praktikum ini antara lain timbangan analitik, penggaris, peralatan

tanam, dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu

benih 3 macam tanaman, yaitu kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), dan kacang

tanah (Aranchis hypogea), serta polybag, pupuk kandang, kantong kertas, dan kertas

label.

Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : pertama

disiapkan polybag yang diisi tanah sebanyak kurang 3 Kg. bila ada kerikil, sisa-sisa akar

tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya pertumbuhan tanaman tidak

terganggu. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya

ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag. Sesuai perlakuan : a). Monokultur

kedelai sejumlah 2, 4 dan 6 tanaman b). Polikultur kedelai-jagung sejumlah (-1 + 1, 2+2,

dan 3 + 3 ) tanaman. C). Polikultur kedelai-kacang tanah sejumlah ( 1+1, 2+2, dan 3+3)

tanaman d). Masing-masing perlakuan diulang 6 kali (sesuai jumlah kelompok dalam

satu golongan ). Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label

harus mudah dibaca, untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat

pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari,

selanjutnya dilakukan pemanenan. Setelah diamati selanjutnya tanaman dikering

anginkan, dimasukkan kantong kertas dan dioven 800 C 2 hari sampai berat konstan. Pada

akhir percoban, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata tiga ulangan pada tiap

perlakuan,lalu dibuat gambar: a). grafi garis tinggi tanaman dan jumlah daun masing-

masing perlakuan vs maing-masing tanaman. b). grafik berat segar dan berat kering

tanaman masing-masing perlakuan vs hari pengamatan.

Page 29: Dasek Debora

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Tinggi Tanaman

SampelTinggi Tanaman Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai

2 13,77 16,88 20,00 22,93 27,56 31,40 33,884 11,57 15,13 18,11 20,49 23,74 26,51 28,046 14,54 17,49 16,15 22,45 24,11 25,77 27,97

Kedelai-Kc. tanah

KD 1+1 14,25 18,31 20,70 23,20 26,73 28,35 32,96

KT 1+1 9,90 12,04 13,78 18,96 21,18 22,89 24,00KD 2+2 14,49 16,16 19,38 21,50 23,30 24,41 26,04

KT 2+2 8,68 9,84 11,81 18,08 20,36 21,41 23,36KD 3+3 16,11 19,00 24,61 26,42 29,40 31,26 33,44

KT 3+3 2,27 3,55 4,99 6,33 7,14 8,43 9,59

Kedelai-Jagung

KD 1+1 17,31 20,66 25,18 30,01 34,77 43,11 37,18

J 1+1 26,54 32,78 37,36 41,35 44,29 46,02 49,36KD 2+2 14,17 17,30 19,68 23,16 26,18 29,26 32,86

J 2+2 26,79 32,77 39,28 43,04 46,08 49,19 51,46K 3+3 15,91 19,14 22,23 26,04 27,69 29,44 31,53

J 3+3 23,69 28,71 35,41 38,61 46,81 44,15 46,81

B. Jumlah Daun

SampelJumlah Daun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai

2 1,67 2,25 3,50 5,00 5,08 6,25 6,834 2,08 3,04 3,79 4,83 5,17 5,79 6,136 1,64 2,42 3,35 3,86 4,12 4,93 5,74

Kedelai-Kc. tanah

KD 1+1 1,50 2,33 3,58 4,42 5,17 6,33 7,67

KT 1+1 6,67 10,50 12,33 13,42 18,17 18,83 20,50KD 2+2 1,83 3,10 3,75 4,50 5,00 5,70 6,20

KT 2+2 5,33 8,88 10,83 13,33 14,21 14,92 15,50KD 3+3 1,70 2,77 3,81 4,66 5,28 5,99 6,43

KT 3+3 4,67 7,72 10,11 11,61 12,27 12,38 12,83

Kedelai-Jagung

KD 1+1 1,67 3,08 3,25 4,33 4,75 6,08 6,25

J 1+1 2,25 3,25 4,00 4,67 5,00 5,25 5,58KD 2+2 1,58 2,42 3,50 4,25 4,83 5,00 5,67

Page 30: Dasek Debora

J 2+2 2,00 2,67 3,58 3,92 4,75 4,92 5,42K 3+3 1,50 2,60 3,33 3,99 4,33 4,53 4,93

J 3+3 2,60 3,07 4,00 4,33 4,66 5,06 5,60C. Berat Segar dan Berat Kering

Perlakuan Berat Basah Baerat Keringmonokultur Kedelai 2 3.44 1.44monokultur Kedelai 4 3.92 1.19monokultur Kedelai 6 4.70 1.26Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 1+1 2.35 0.89

Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 2+2 3.75 1.43

Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 3+3 5.31 2.65

Polikultur Kedelai-Jagung 1+1 5.44 1.36

Polikultur Kedelai- Jagung 2+2 5.15 1.40

Polikultur Kedelai- Jagung 3+3 6.28 1.93

Page 31: Dasek Debora

V.PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Kedelai Monokultur

1 2 3 4 5 6 70.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tinggi Tanaman Kedelai Monokultur

Kedelai 2Kedelai 4Kedelai 6

Hari

Ting

gi T

anam

an (c

m)

Dari grafik dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman kedelai untuk tiap perlakuan

tidak jauh berbeda. Monokultur 2 mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibanding

dengan monokultur yang lain. Sedangkan yang paling pendek tinggi tanamannya adalah

monokultur 4 dan 6. Hal ini disebabkan karena pada monokultur 2 persaingan atau

kompetisi antar tanamannya tidak terlalu berat sehingga dalam memperoleh air, hara,

mineral-mineral dalam tanah dan cahaya matahari untuk setiap tanaman bisa

dioptimalkan karena hanya ada dua pesaing. Sedangkan pada monokultur 6

pertumbuhannya lambat dikarenakan lebih banyak tanaman yang terdapat di dalam satu

tempat tumbuhnya, sehingga tanaman berebut untuk memperoleh unsur hara, air, dan

mineral-mineral dalam tanah (terjadi kompetisi yang yang lebih besar daripada

monokultur 2). Semakin banyak tanaman yang berada dalam satu tempat (daerah)

tumbuh, maka akan semakin tinggi tingkat kompetisinya, yang mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan tanaman. Persaingan antara 2 individu atau lebih dalam

spesies yang sama seperti ini disebut intraspesifik.

Page 32: Dasek Debora

Polikultur Kedelai + Jagung

1 2 3 4 5 6 70.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai-Jagung

KD 1+1KD 2+2KD 3+3

Hari

Ting

gi T

anam

an (c

m)

1 2 3 4 5 6 70.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai-Jagung

Jagung 1+1Jagung 2+2Jagung3+3

Hari

Ting

gi T

anam

an (c

m)

Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman

polikultur jagung 2+2, sedangkan tanaman yang paling pendek ada pada tanaman

polikultur kedelai 3+3. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi faktor biotik pada tempat

tumbuh yang sama, dalam percobaan ini kompetisi yang terjadi adalah interspesifik, yaitu

kompetisi yang terjadi pada 2 individu atau lebih dalam spesies yang berbeda. Dalam hal

ini adalah antara kedelai dan jagung. Sedangkan pada polikultur kedelai 3+3

pertumbuhannya paling lambat, lebih lambat daripada polikultur kedelai 2+2, seharusnya

semakin banyak jumlah tanaman yang berkompetisi dalam suatu tempat, maka semakin

lambat pertumbuhannya. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh adanya gulma,

penyiraman yang tidak teratur, atau terjadi persaingan antar organ.

Page 33: Dasek Debora

Polikultur Kedelai + Kacang Tanah

1 2 3 4 5 6 70.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai -Kacang Tanah

Kedelai 1+1Kedelai 2+2Kedelai 3+3

Hari

Ting

gi T

anam

an (c

m)

1 2 3 4 5 6 70.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai -Kacang Tanah

Kacang Tanah 1+1Kacang Tanah 2+2Kacang Tanah 3+3

Hari

Ting

gi T

anam

an (c

m)

Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang sejak awal pengamatan memiliki

tinggi paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai 1+! Dam kedelai 2+2 dan yang

paling pendek adalah pada tanaman polikultur kacang tanah 3+3. Hal ini sesuai dengan

teori karena tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman polikultur 1+1. Seperti kita

ketahui bahwa semakin banyak jumlah individu, maka semakin tinggi tingkat

kompetisinya, dan semakin banyak jumlah spesies (dalam hal ini tanaman), maka

pertumbuhan spesies tersebut kurang optimal.

Tinggi Tanaman Kedelai Seluruh Perlakuan

Page 34: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Grafik Gabungan Tinggi Tanaman

Kedelai 2

Kedelai 4

Kedelai 6

kedelai-tanah 1+1

Kedelai-tanah 2+2

Kedelai-tanah 3+3

Kedelai-jagung 1+1

Kedelai-jagung 2+2

Kedelai-jagung 3+3

Hari Pengamatan

Ting

gi T

anam

an (c

m)

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang paling tinggi adalah pada

polikultur kedelai-kacang jagung 2+2, sedangkan yang paling pendek adalah polikultur

kedelai-kacang tanah 3+3,. Hal ini sesuai dengan teori, karena seharusnya tanaman

kedelai tumbuh optimal jika ditanam bersama dengan jagung karena kedelai memiliki

perakaran serabut sedangkan jagung perakarannya tunggang. Hal ini mengakibatkan jalan

keduanya dalam memperoleh air dan hara dalam tanah berbeda. Selain itu, daun kedelai

berbentuk menjari sedangkan daun jagung berbentuk menyirip, sehingga untuk

memperoleh cahaya mataharinya pun berbeda. Sebaliknya, jika digabungkan dengan

kacang tanah yang mempunyai morfologi sama dengan kedelai, seharusnya itu dapat

menghambat pertumbuhan kedelai karena berkompetisi melalui jalan yang sama dalam

memperoleh air, hara dalam tanah dan cahaya matahari.

B. Jumlah Daun

Monokultur Kedelai

Page 35: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Jumlah Kedelai Monokultur

Kedelai 2Kedelai 4Kedelai 6

Hari

Jum

lah

Daun

(cm

)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa urutan jumlah daun tanaman monokultur

kedelai dari yang paling sedikit adalah monokultur 6, monokultur 4, monokultur 2. Jumlah

daun berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam memperoleh cahaya matahari.

Tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak berarti intensitas matahari yang

didapatnya juga lebih banyak. Jika pada grafik ditunjukan tanaman yang mempunyai

jumlah daun paling banyak adalah pada monokultur 2 berarti pada tanaman ini intensitas

matahari yang diperoleh lebih banyak dibanding dengan tanaman lain. Hal ini sesuai

dengan teori, karena dalam tempat ini hanya ada dua tanaman yang mengakibatkan

faktor pembatas biotiknya (kompetisi) tidak begitu terlihat

Polikultur Kedelai + Jagung

Page 36: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Jumlah Daun Polikultur Kedelai-Jagung

KD 1+1KD 2+2KD 3+3

Hari

Jum

lah

Dau

n (c

m)

1 2 3 4 5 6 70.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Jumlah Daun Polikultur Kedelai-Jagung

Jagung 1+1Jagung 2+2Jagung3+3

Hari

Jum

lah

Dau

n (c

m)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki daun paling banyak

adalah pada polikultur 1+1 dan yang paling sedikit adalah pada polikultur 3+3. Hal ini

sesuai dengan teori , yaitu urutan tanaman dari yang memiliki daun paling sedikit adalah

polikultur 3+3, polikultur 2+2, polikultur 1+1. Sehingga menyebabkan tanaman dapat

tumbuh optimal karena mendapat nutrisi yang cukup.

Polikultur Kedelai + Kacang Tanah

Page 37: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Jumlah Daun Polikultur Kedelai -Kacang Tanah

Kacang Tanah 1+1Kacang Tanah 2+2Kacang Tanah 3+3

Hari

Jum

lah

Daun

(cm

)

1 2 3 4 5 6 70.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Jumlah Daun Polikultur Kedelai -Kacang Tanah

Kedelai 1+1Kedelai 2+2Kedelai 3+3

Hari

Jum

lah

Daun

(cm

)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tanaman yang mempunyai jumlah daun paling

banyak adalah pada tanaman polikultur 1+1 lalu 2+2 dan yang paling sedikit adalah pada

polikultur 3+3. Jika diamati grafik diatas dapat dilihat bahwa pada polikultur 3+3 terjadi

penurunan jumlah daun, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, semisal tumbuhnya

gulma yang menghambat pertumbuhan, adanya perlakuan yang tidak sama praktikum,

dan dapat juga dikarenakan kompetisi dengan hama (dalam hal ini serangga) hasil

percobaan ini sudah sesuai dengan teori, karena persaingan pada polikultur 1+1

merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan polikultur 2+2 dan

Page 38: Dasek Debora

polikultur 3+3, sehingga menyebabkan tanaman dapat tumbuh optimal karena mendapat

nutrisi yang cukup.

Jumlah Daun Tanaman Kedelai Seluruh Perlakuan

1 2 3 4 5 6 70.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Grafik Gabungan Jumlah Daun

Kedelai 2Kedelai 6Kedelai Tanah 1+1Kedelai Tanah 2+2Kedelai Tanah 3+3Kadelai Jagung 1+1Kedelai Jagung 2+2

Hari Pengamatan

Juml

ah D

aun(

cm)

Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki daun paling banyak adalah

pada polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 dan paling sedikit adalah polikultur kedelai-

jagung 3+3. Seharusnya tanaman yang memiliki daun paling banyak adalah polikultur

kedelai-jagung 1+1, sedangkan yang memiliki daun paling sedikit adalah polkultur kedelai-

kacang tanah 3 +3. Hal itu terjadi karena jumlah tanaman yang terdapat dalam satu

tempat dan kemampuan untuk menumbuhkan daunnya.

C. Berat Segar dan Berat Kering

Monokultur Kedelai

Page 39: Dasek Debora

10

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

Kedelai Monokultur

BS Kedelai 2BK Kedelai 2BS Kedelai 4BK Kedelai 4BS Kedelai 6BK Kedelai 6

Berat basah diperoleh langsung setelah tanaman dipanen, dilihat pada histogram

berat segar dan berat kering kedelai diatas, maka berat segar yang paling besar ada pada

perlakuan 6 tanaman. Sedangkan yang paling rendah berat segarnya adalah monokultur

2. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya berat segar yang paling besar ada di

perlakuan 2 dan paling rendah di perlakuan 6 tanaman. Sebab dengan 2 tanaman dapat

menyerap secara optimal zat hara tersedia yang didukung populasi yang tidak terlalu

banyak (hanya dua), sedangkan tingkat kompetisi yang tinggi mengakibatkan tanaman

tidak bisa menyerap zat hara secara optimal dan membuat berat segar tanaman

berkurang. Lalu setelah itu tanaman di oven, setelah kering dan ditimbang maka

diperoleh hasil, berat kering yang paling tinggi juga ada pada perlakuan 6 tanaman, hal ini

juga tidak sesuai dengan teori.

Polikultur Kedelai + Jagung

Page 40: Dasek Debora

10.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Polikultur Kedelai - Jagung

BS Poli KD-J 1+1BK Poli KD-J 1+1BS Poli KD-J 2+2BK Poli KD-J 2+2bs Poli KD-J 3+3BK Poli KD-J 3+3

Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa berat segar dan berat kering yang paling

tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-jagung tanah 3+3, sedangkan yang paling

rendah adalah polikultur kedelai-jagung tanah 2+2. Hasil percobaan ini tidak sesuai

dengan teori, adalah karena seharusnya tanaman berat segar dan berat kering yang

paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 sebab pada

perlakuan ini penyerapan air dan unsur-unsur hara dalam tanah sedikit, sehingga

menghambat perkembangan volumenya.

Polikultur Kedelai + Kacang Tanah

10.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Polikultur Kedelai - Kacang Tanah

BS Poli KD-KT 1+1BK Poli KD-KT 1+1BS Poli KD-KT 2+2BK Poli KD-KT 2+2bs Poli KD-KT 3+3BK Poli KD-KT 3+3

Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa berat segar dan berat kering yang paling

tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 3+3, sedangkan yang paling

Page 41: Dasek Debora

rendah adalah polikultur kedelai-kacang tanah 2+2. Hasil percobaan ini tidak sesuai

dengan teori, adalah karena seharusnya tanaman berat segar dan berat kering yang

paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 sebab tanaman

yang kandungan air dan kandungan hasil fotosintesis yang ada lebih banyak maka berat

segar dan berat keringnya juga tinggi. Hal itu juga disebabkan karena populasi

tanamannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang lainnya.

Page 42: Dasek Debora

VI.KESIMPULAN

1. Faktor biotik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

serta hasil produksi tanaman.

2. Tanaman kedelai monokultur hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan

tanaman kedelai polikultur.

3. Polikultur kedelai yang baik adalah jika ditanam dengan jagung.

4. Semakin banyak jumlah tanaman maka semakin tinggi tingkat kompetisinya,

begitu pula sebaliknya.

5. Jumlah daun dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu air, unsur-unsur hara, daya

serap tanaman, dan kondisi tanaman.

6. Tanaman sebaiknya ditanam pada jarak tanam yang sesuai untuk megoptimalkan

hasil produksi.

Page 43: Dasek Debora

DAFTAR PUSTAKA

Clapham, W.B.1973. Naural Ecosystem. Mae Millian Publishing co, New York.

Djufri.2004. Acasia niletica dan permasalahannya di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biodiversitas 5:96-104.

Prasetyo.2007. Growth and yield Jatropha at some cropping system of marginal land. Jurnal ilmu-ilmu pertanian 4:409-417

Prijimbada, D.I.2001. Kompetisi dalam Populasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Putnan. 2002. Kompetisi Tanaman. (http://Fp.uns.ac.id/hama sains/dasar perlintan_4 htm). Diakses pada tanggal 21 Maret 2010.

Rizal, A. 1997. Pengaruh Ketersediaan air dan macam gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Agrivet 1(1) : 40.

Sarjiah. 1999. Kajian jarak tanam kacang pada system pertanaman tumpangsari. Agr UMY 2(2) : 17 – 20.

Setiadi, D. dan P.D. Tjondronegoro. 1989. Dasar-Dasar Ekologi. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Bogor.

Page 44: Dasek Debora

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA III

DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP

PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA

Disusun oleh:

Nama : Debora Ria Purba

NIM : PN/11614

Gol./Kel. : A5/1

Asisten : Harimurti Buntaran

Page 45: Dasek Debora

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

ACARA III

DAMAPAK HUJAN ASAM TERHADAP

PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA

I. TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan

tanaman budidaya

2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman

budidaya pada kondisi asam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Unsur-unsur yang menyebabkan kemasaman air hujan antara lain SO2 dan NOx.

Oksida belerang dan Oksida nitrogen yang ada dalam udara mengalami proses kimia

menjadi asam dan turun ke bumi bersama hujan atau salju. Kedua partikel ini bersama-

sama partikel-partikel air membentuk embun kemudian menjadi awan yang akan

menghasilkan tetesan-tetesan air hujan dengan pH < 6 atau disebut juga hujan asam.

Akibat hujan asam dalam waktu lama akan membuat tanah, sungai, dan danau menjadi

asam yang nantinya akan membunuh kehidupan yang ada didalamnya (Soemarwoto,

1994).

Page 46: Dasek Debora

Penyebab utama dari hujan asam adalah limbah dari industry dan polusi dari

kendaraan bermotor. Salah satu gas buangan dari industri adalah sulfur dioksida. Gas ini

teroksidasi di udara menjadi sulfur trioksida. Di udara sulfur trioksida bereaksi dengan

uap air membentuk larutan sulfat asam yang sangat asam, jika mengenai kulit bisa jadi

gatal, sekedar informasi saja larutan asam sulfat adalah isi dari accu basah. Desposisi

asam adalah kata yang lebih tepat daripada hujan asam untuk menggambarkan jatuhnya

asam yang ada di atmosfer baik dalam bentuk gas maupun cairan ke dalam tanah, sungai,

hutan, dan tempat lainnya melalui tetes air hujan, kabut, embun, salju, butiran-

butirancairan (aerosol) ataupun jatuh bersama angin. Asam yang menjadi penyebab

desposisi asam adalah hasil reaksi dari gas SO2, NOX, dan HCl. Dengan reaksi yang cukup

banyak dan kompleks. Jenis desposisi asam (Cox, 200):

2. Desposisi kering yaitu terendapkannya asam-asam yang ada

di udara dan mengenai tanah, benda, dan makhluk hidup

tanpa melalui air hujan.

3. Desposisi basah yaitu turunnya asam-asam yang ada dalam

udara melalui tetes air hujan, kabut, embun atau butiran-

butiran air di awan.

Masalah hujan asam bertambah parah karena jumlah total SO2 yang dilepaskan ke

udara meningkat sejalan dengan menungkatnya jumlah permintaan energi listrik. Sebagai

akibatnya adalah terjadi peningkatan secara cepat derajat keasaman hujan. Hujan sam

dapat menarik logam beracun seperti merkuri dari sedimen masuk ke dalam air dan

membahayakan kehidupan (Hash, 2009).

Derajat keasaman tanah menentukan pertumbuhan di atas tanah. Tanah yang

sangat asam dapat melepas kation yang berbahaya bagi perakaran karena tarjadi

keracunan disebabkan oleh kation tertentu seperti Al. pH yang kurang dari 5.5 akan

mengakibatkan racun bagi tanaman. Selain itu pengikatan nitrogen dapat terganggu.

Tanah yang sangat asam dapat direklamasi dengan pengapuran (Nurhandoyo, 2003).

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai cara. Lapisan lilin pada

daun rusak sehingga nutrisi menghilang dannn tanaman tidak tahan terhadap keadaan

dingin, jamur, dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit

nutrisi yang bisa diambil dan mineral-mineral penting menjadi hilang (Budiawati, 2006).

Page 47: Dasek Debora

Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan

tersebut sebelum tumbuhan dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan

melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium yang akan bercampur didalam nutrisi.

Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan

mempercepat keguguran daun, selebihnya daun akan terserabg penyakit, kekeringan dan

mati. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tanah juga semakin menurun (Sargiman,

2003).

III. METODOLOGI

Praktikum Dampak Hujan Asam terhadap Perkecambahan Tanaman Budidaya

dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 26 Maret 2010. Bahan

yang digunakan dalam praktikum ini antara lain padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max),

jagung (Zea mays), H2SO4 , aquades, kertas filter. Sedangkan alat yang digunakan adalah

petridish, sprayer plastik, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, dan pH tester.

Pertama-tama dibuat larutan asam dengan menggunakan aquades sebanyak 1000

ml yang ditetesi dengan H2SO4 , sampai mencapai keasaman tertentu, yang dapat

diketahui dengan pH tester. Banyaknya larutan H2SO4 dicatat yang digunakan untuk

mempermudah pembuatan larutan tersebut selanjutnya. Dengan cara tersebut dibuat

larutan asam dengan keasaman yang berbeda-beda yaitu : pH3, pH4, pH5 dan pH6.

setelah itu larutan dengan kadar asam berbeda-beda tersebut dimasukkan dalam sprayer

plastik berlainan yang telah ditempeli label. 36 petridish disiapkan untuk 4 perlakuan

keasaman dan 3 jenis tanaman budidaya. Masing-masing diulang 3 kali. Biji yang telah

disiapkan diatur dalam cawan petridish yang telah dilapisi kertas filter. Masing-masing

petridish dipakai untuk 10 benih. Benih yang telah diatur dalam petridish disiram dengan

Page 48: Dasek Debora

larutan dari sprayer sesuai perlakuan dengan jumlah semprotan yang sama untuk tiap

petridish. Pengamatan dilakukan selama 7 hari, yang diamati yaitu : jumlah biji

berkecambah; panjang batang; panjang akar, lalu pada hari ke-7, diamati : kecepatan

berkecambah; gaya berkecambah; ratio akar / batang. Setelah itu dibuat grafik

perkecambahan dalam berbagai perlakuan, lalu dibuat histogram ratio akar / batang.

IV.HASIL PENGAMATAN

TABEL

A. Tabel Jumlah Biji Berkecambah

Padi (Oryza sativa)

Hari ke-

Banyaknya Biji yang Berkecambah

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,172 5,67 5,83 6,17 5,833 9,00 9,17 9,67 9,174 9,83 9,67 10,00 9,835 10,00 10,00 10,00 9,836 10,00 10,00 10,00 9,837 10,00 10,00 10,00 9,83

Page 49: Dasek Debora

Kedelai (Glycine max L.)

Hari ke-

Banyaknya Biji yang Berkecambah

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 1,67 1,67 2,33 1,832 10,00 3,00 10,00 9,003 8,67 7,83 8,83 8,834 9,00 9,33 9,33 9,675 9,33 9,50 10,00 9,836 9,33 9,67 10,00 9,837 9,33 9,67 10,00 9,83

Jagung (Zea mays)

Hari ke-

Banyaknya Biji yang Berkecambah

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 1,33 1,5 1,67 1,332 6,67 7,67 8,5 8,333 8,67 9,83 10 9,174 9,33 9,83 10 9,835 9,5 9,83 10 9,836 9,5 9,83 10 9,837 9,5 9,83 10 9,83

B. Tabel Panjang Batang

Padi (Oryza sativa)

Hari ke-

Panjang Batang Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,16 0,18 0,20 0,223 0,49 0,53 0,64 0,504 1,48 1,27 1,45 1,205 2,70 2,17 2,49 2,456 3,57 3,01 3,33 3,327 4,24 3,91 4,32 4,52

Kedelai (Glycine max L.)

Hari ke-

Panjang Batang Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Page 50: Dasek Debora

1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,75 0,00 0,00 0,003 0,50 0,03 0,66 0,514 0,70 0,24 1,09 0,785 1,46 0,34 1,28 1,556 1,82 0,90 1,89 2,377 2,06 1,20 2,31 3,23

Jagung (Zea mays)

Hari ke-

Panjang Batang Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0 0 0 02 0,1 0,14 0,31 0,353 0,93 0,81 1,22 1,344 2,4 2 2,02 2,195 2,93 2,45 2,98 2,936 4,4 3,23 3,77 3,647 5,08 3,94 4,49 4,49

C. Tabel Panjang Akar

Padi (Oryza sativa )

Hari ke-

Panjang Akar Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,072 0,32 0,41 0,42 0,443 1,22 1,36 0,92 1,104 2,10 2,12 2,27 2,625 3,24 2,56 2,87 3,636 3,78 3,09 3,55 4,357 4,24 3,87 4,25 5,06

Page 51: Dasek Debora

Kedelai (Glycine max L.)

Hari ke-

Panjang Akar Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,28 0,15 0,56 0,452 2,40 0,30 2,95 2,253 3,71 2,88 4,38 4,984 5,42 4,38 6,95 7,025 6,83 5,69 8,15 9,516 8,78 6,71 9,38 10,877 9,81 7,98 10,92 12,34

Jagung (Zea mays)

Hari ke-

Panjang Akar Hari ke- (cm)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,23 0,31 0,39 0,32 1,88 1,72 2,5 2,273 3,87 3,96 5,01 4,744 7,12 6,38 8,28 8,125 9,68 9,1 12,62 13,316 11,1 11 13,65 13,847 12,03 12,35 15,38 16,22

D. Tabel Gaya Berkecambah ( GB )

Padi (Oryza sativa)

Hari ke -

Gaya berkecambah

pH 4 pH5 pH 6 pH 7

1 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%2 57% 58% 62% 58%3 90% 92% 97% 92%4 98% 97% 100% 98%5 100% 100% 100% 98%6 100% 100% 100% 98%7 100% 100% 100% 98%

Kedelai (Glycine max L.)

Page 52: Dasek Debora

Hari ke -

Gaya berkecambah

pH 4 pH5 pH 6 pH 7

1 16,67% 16,67% 23,33% 18,33%2 63% 47% 58% 63%3 87% 75% 87% 88%4 90% 87% 93% 97%5 93% 95% 100% 98%6 93% 97% 100% 98%7 93% 97% 100% 98%

Jagung (Zea mays)

Hari ke -

Gaya berkecambah

pH 4 pH5 pH 6 pH 7

1 13% 15% 17% 13%2 67% 77% 85% 83%3 87% 98% 100% 92%4 93% 98% 100% 98%5 95% 98% 100% 98%6 95% 98% 100% 98%7 95% 98% 100% 98%

Contoh perhitungan:

Jagung pH 3 hari ke-2.

Gaya Berkecambah (GB) = 9.33 x 100 %10

= 93.3%

E. Tabel Indeks Vigor ( IV )

Padi (Oryza sativa)

Hari ke -

Indeks vigor

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,172 2,72 2,78 2,86 2,863 2,76 2,77 3,16 3,004 2,08 2,00 2,08 2,085 1,67 1,67 1,67 1,63

Page 53: Dasek Debora

6 1,39 1,39 1,39 1,367 1,19 1,19 1,19 1,17

Kedelai (Glycine max L)

Hari ke -

Indeks vigor

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 1,67 1,67 2,33 1,832 3,17 2,33 2,92 3,173 2,66 2,49 2,88 2,834 1,97 2,22 2,10 2,145 1,53 1,77 1,67 1,636 1,28 1,50 1,39 1,367 1,41 1,60 1,51 1,48

Jagung (Zea mays)

Hari ke -

Indeks vigor

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 1,33 1,50 1,67 1,332 3,33 3,83 4,25 4,173 2,61 3,04 3,04 3,244 1,96 2,04 2,08 2,085 1,78 1,85 1,88 1,856 1,31 1,36 1,39 1,367 1,12 1,17 1,19 1,17

F. Tabel Rasio Akar / Batang

Padi (Oryza sativa)

Hari ke -

Rasio

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,06 0,12 0,08 0,083 0,96 1,11 0,74 0,914 1,84 2,18 2,53 2,675 1,88 1,96 1,57 1,566 1,22 1,43 1,20 1,317 1,22 1,63 1,21 0,97

Kedelai (Glycine max L)

Page 54: Dasek Debora

Hari ke -

Rasio

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,53 0,00 0,00 0,003 0,93 2,67 0,73 0,834 1,88 3,37 1,56 2,525 37,62 34,45 27,77 22,556 12,75 10,58 14,45 10,887 8,72 9,18 9,55 9,03

Jagung (Zea mays)

Hari ke -

Rasio

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

1 0,00 0,00 0,00 0,002 1,05 1,30 2,60 1,883 2,72 3,56 2,62 2,654 3,52 2,50 2,54 2,545 3,50 8,40 8,69 5,596 2,56 6,59 3,85 4,257 2,41 3,98 3,53 3,64

Page 55: Dasek Debora

VI. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan yang derajat

keasamannya rendah terhadap perkecambahan dan tanggapannya pada beberapa

tanaman budidaya.

Biji dalam berkecambah memerlukan kondisi tertentu yang mendukung proses

berkecambahnya biji diantaranya kondisi lingkungan yang sesuai. Kadar keasaman tanah

sangat mempengaruhi mudah tidaknya suatu biji berkecambah. Tanaman satu dengan

yang lain berbeda dalam keperluan pH. Bahkan dalam satu tanaman untuk proses

pertumbuhan (perkecambahan, pertumbuhan panjang akar, pertumbuhan panjang akar

dan lain-lain) memiliki kebutuhan pH yang berbeda.

Benih yang paling toleran dan cocok pada lingkungan pH tertentu yaitu benih yang

memiliki gaya berkecambah lebih dari 80%, biji yang digunakan hampir atau bahkan

tumbuh semua.

Pada dasarnya keadaan yang sangat asam misalnya disebabkan oleh hujan asam

dapat mencuci hara dari tanah yang subur sehingga akan terjadi penurunan produktivitas.

Selain itu keadaan sangat asam dapat melepaskan logam berat yang dapat meracuni

tanaman yang semula terikat dalam garam. Oleh karena itu meski tanaman toleran pada

Page 56: Dasek Debora

keadaan asam, ketoleranan ini dalam arti tidak ekstrem asam sekali atau sangat basa

sekali, tapi keadaan yang mendekati ke asam atau mendekati ke basa.

Apabila lingkungan amat sangat asam/basa biji, akar, tunas dapat busuk dan tidak

lagi dapat berkecambah, serta tumbuh, karena pada dasarnya perkecambahan

membutuhkan keadaan yang medium.

Grafik Panjang Batang

A. Padi

1 2 3 4 5 6 70.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

Panjang Batang Padi Hari ke- (cm)

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Bat

ang

Dari grafik di atas dapat dilihat padi untuk setiap perlakuannya mengalami

pertambahan panjang batangnya. Pertambahan panjang batang ini terus meningkat

untuk setiap harinya. Dapat dilihat padi yang mengalami pertambahan panjang batang

yang paling relatife cepat adalah pada Ph 7 dan Ph ini juga yang memiliki batang paling

panjang pada hari terakhir. Sedangkan batang padi yang paling rendah adalah pada Ph 5.

Hal itu dikarenakan padi dalam kondisi yang asam atau terkena hujan asam sukar untuk

berkecambah. Ini sesuai dengan teori yaitu biji atau tanaman yang berada di daerah yang

terkena hujan asam ( hujan dengan Ph kurang dari 5.6 ) akan mengalami penghambatan

dalan pertumbuhan dan perkembangannya.

B.Kedelai

Page 57: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Panjang Batang Kedelai Hari Ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pan

jang

Bat

ang

(cm

)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jagung yang berkecambah dengan batang

yang paling panjang adalah pada pH 7, sedangkan untuk pH 4 dan 5 mempunyai panjang

batang yang hampir sama. pH 5 paling pendek karena biji kedelai dapat berkecambah

dengan baik dalam lingkungan yang netral atau lingkungan dengan kadar asam yang

rendah ( Ph 6-7 ).

C. Jagung

1 2 3 4 5 6 70

1

2

3

4

5

6

Panjang Batang Jagung Hari Ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pa

nja

ng

Ba

tan

g (

cm)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jagung yang berkecambah dengan batang

yang paling panjang adalah pada Ph 4, sedangkan untuk pH 6 dan 7 mempunyai panjang

batang yang hampir sama tetapi paling rendah adalah Ph 5. Hasil yang seperti ini berbeda

dengan teori yang ada karena berdasarkan teori biji yang berada di lingkungan yang asam

atau terkena hujan asam akan terhambat perkecambahan dan pertambahan panjang

batangnya.

Page 58: Dasek Debora

2. Grafik Panjang Akar

A. Padi

1 2 3 4 5 6 70.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Panjang Akar Padi Hari ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pan

jang

Aka

r (c

m)

panjang akar pada biji padi yang berkecambah dar hari ke hari untuk setiap

perlakuan mengalami pertambahan. Dan panjang akarnya pada hari pertama untuk setiap

perlakuan hampir sama. Tetapi pada hari terakhir biji yang mempunyai akar paling

panjang adalah pada pH 7. Hal ini sesuai dengan teori karena pada pH tersebut akar akan

lebih optimum dalam pertumbuhannya sebab keadaannya netral.

B. Kedelai

1 2 3 4 5 6 70.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Panjang Akar Kedelai Hari Ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Panj

ang

Aka

r (c

m)

Panjang akar pada biji kedelai yang berkecambah untuk setiap perlakuan selalu

mengalami peningkatan. Dan di sini akar yang paling panjang adalah pada pH 7

sedangkan paling pendek akrnya adalah pada pH 5. padA pH 5 panjang akarnya yang

Page 59: Dasek Debora

terpendek karena pada keadaan asam atau pada keadaan yang terkena hujan asam, biji

akan terhambat perkecambahannya. Dan ini semua sesuai dengan teori yang ada.

C. Jagung

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Panjang Akar Jagung Hari ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pan

jang

Aka

r (c

m)

Panjang akar biji jagung yang berkecambah pertambahannya hampir sama. Dan

yang megalami pertambahan panjang akar yang tinggi adalah pada pH 7, sedangkan Yang

paling pendek akarnya adalah pada pH 5. Akar pada pH 5 pendek karena pada kondisi ini

biji akan terhambat dalam berkecambah dan pertumbuhan akar dan batangnya.

3. Grafik Gaya Berkecambah

A. Padi

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

Grafik Gaya Berkecambah Padi

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pers

enta

se

Page 60: Dasek Debora

Dari grafik dapat dilihat gaya berkecambah pertambahannya hampir sama dan

konstan pada hari ke 3 hingga hari terakhir. Sedangkan untuk pH tertingginya sama

semua. Dengan begitu pH tidak mempengaruhi gaya berkecambah tanaman.

B. Kedelai

1 2 3 4 5 6 70.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

Gaya Berkecambah Kedelai Hari ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Pers

enta

se

Dari grafik dapat dilihat bahwa untuk pH 6 dan 7 perkecambahannya konstan mula

hari pertama hingga terakhir, sedangkan untuk pH 5 keadaan konstan baru pada hari ke

5. Hal ini karena biji akan terhambat perkecambahannya jika dalam keadaan yang asam.

Karena lingkungan yang asam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan biji.

C. Jagung

1 2 3 4 5 6 70%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Gaya Berkecambah Jagung

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Per

sent

ase

Page 61: Dasek Debora

Dari grafik dapat dilihat gaya berkecambah pertambahannya hampir sama dan

konstan pada hari ke 3 hingga hari terakhir. Sedangkan untuk pH tertingginya sama

semua. Dengan begitu pH tidak mempengaruhi gaya berkecambah tanaman.

4. Grafik Indeks Vigor ( IV )

A. Padi

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Indeks Vigor Padi

ph 4

ph 5

ph 6

ph 7

Hari Pengamatan

Ind

eks

Vig

or

Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH

hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi

dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat

smpai hari terakhir terus menurun. Hal tersebut karena perkecambahan biji sangat

ditentukan olek kondisi lingkungan. Bila lingkungan mempunyai keasaman tinggi maka

perkecambahannya pun akan lambat.

B. Kedelai

Page 62: Dasek Debora

1 2 3 4 5 6 70.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Indeks Vigor Kedelai Hari ke-

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Inde

ks V

igor

Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH

hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi

dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat

smpai hari terakhir terus menurun. Tetapi paling tinggi adalah biji pada pH 5. Ini dapat

diartikan kalau pada pH ini biji dapat berkecambah dengan baik dan cepat

C. Jagung

1 2 3 4 5 6 70.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Indeks Vigor Jagung

PH 4

PH 5

PH 6

PH 7

Hari Pengamatan

Inde

ks V

igor

Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH

hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi

dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat

smpai hari terakhir terus menurun.

Page 63: Dasek Debora

5. Grafik Rasio Akar/Batang

pH 4 pH 5 pH 6 pH 70.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rasio Tanaman Hari Terakhir

Padi

Kedelai

Jagung

Hari Pengamatan

Ras

io

A. Padi

Rasio akar/batang yang terbesar pada tanaman padi adalah pada perlakuan pH 5 ,

sehingga menunjukkan tanaman Padi tumbuh dengan baik pada pH tersebut karena pada

pH tersebut unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan sudah tercukupi.

Sedangkan yang paling rendah adalah pada perlakuan pH 6 dan pH 7.

B. Kedelai

Sedangkan rasio akar/batang terbesar pada kedelai terjadi pada tanaman kedelai

yang ditanam pada pH 6, tetapi dibandingkan dengan pH lainnya hampir sama semua..

C. Jagung

Pada tanaman jagung rasio akar/batang paling tinggi berada pada lingkungan pH 6 .

Sedangkan yang paling rendah ada pada perlakuan pH 4. Pertumbuhan jagung tercepat

pada lingkungan dengan pH 6, karena pada pH tersebut tanaman jagung berusaha

menetralkan asam yang ada dengan mempercepat pertumbuhan akar.

Page 64: Dasek Debora

VII. KESIMPULAN

1. Tanaman Padi (Oryza sativa) toleran terhadap perlakuan berbagai pH,

kebutuhan pH tertentu berbeda pada fase pertumbuhan yang berbeda.

2. Tanaman Kedelai (Glycine max L) mengalami perkecambahan dan

pertumbuhan toleran dengan hasil sangat baik pada pH mendekati netral

(dalam hal ini pH 5 dan pH 6).

3. Tanaman Jagung (Zea mays) toleran dan tumbuh dengan baik pada pH 5

dan atau pH 6 (pH yang mendekati netral).

4. Perkecambahan Tanaman Padi (Oryza sativa) sangat cocok pada pH

asam (pH 3), Tanaman Kedelai (Glycine max L) cocok pada pH 5 dan pH6

sedangkan,Tanaman Jagung (Zea mays) perkecambahannya toleran atau

baik pada pH 5 dan pH 6 (pH mendekati netral) dan kurang dapat

berkecambah dengan baik pada pH asam (pH3).

Page 65: Dasek Debora

DAFTAR PUSTAKA

Budiawati, T. 2006. Pengaruh ozon terhadap hujan asam di Bandung. Jurnal of Aerospace sciences 3: 45-53.

Cox, A. N. Allen’s Astrophysical Quantities. Springer Nerlag, New York.

Hash, J.S. hujan Asam. (http//hujan asam.yang.memusnahkan tanaman-files). Diakses tanggal 28 Maret 2010.

Nurhandoyo, 2003. Pengaruh batang dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil jagung diversitol. Buletin Pertanian dan PeternakanIV: 100-108.

Sargiman, G.K., Rochiman, T. Susanto, M. Muljo. 2003. Pengaruh pemberian sulfur pada tanah alfisol terhadap kandungan asam-asam lemak pada biji tanaman kacang. Agrivita 6: 35-38.

Soemarwoto. 1994. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Yogyakarta.

Page 66: Dasek Debora

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA IV

DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN

BUDIDAYA

Page 67: Dasek Debora

Disusun oleh:

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

ACARA IV

ADAPTASI TANAMAN PADA FAKTOR AIR

I. TUJUAN

1. Mengetahui macam macam adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air.

Nama : Debora Ria Purba

NIM : PN/11614

Gol./Kel. : A5/1

Asisten : Harimurti Buntaran

Page 68: Dasek Debora

2. Untuk mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang

beradaptasi pada kandungan air yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu

membutuhkan air. Tidak satu pun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air.

Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal

ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua

faktor diatas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi

melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap oleh akar

tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF (kemampuan

partikel tanah mamegang air), dankemampuan akar untuk menyarapnya (Jumin, 1992).

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sters air yang ringan sekalipun pada suatu

tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan

beberapa proses metabolism. Kekurangan air menurunkan perkembangan vegetatif dan

hasil panen dengan cara mengurangi pengembangan daun dan penurunan fotosintesis

daun, yang berakibat menurunnya fotosintesis tajuk. Tergantung pada parahnya,

pengaruh ini dapat menurunkan kemampuan tanaman untuk mempertahankan hidup

dan bereproduksi. Oleh karena itu sangatlah penting pada seluruh spesies tanaman untuk

menghindarkan stres air ataupun untuk mengembangkankan adaptasi secara anatomis

maupu biokimia agar dapat mentolerir stress air (Zoko. 2009).

Adaptasi adalah suatu proses penyesuain dirisecara bertahap yang dilakukan

organism terhadap kondisi yang baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

kemampuan adaptasi dari organism adalah faktor abiotik dan biotic. Faktor tersebut

dapat berubah secara harian dan musiman.

Jenis tanaman yang berbeda memerlukan jumlah air yang berbeda pula. Xerofit (tanaman

gurun ) memerlukan sangat sedikit air, (contoh lain: nanas merupakan pengguna air yang

sangat efisien), mesofit adalah jenis herbaseus pada umumnya sedangkan mengenai

hidrofit merupakan tumbuhan yang banyak memerlukan air atau ditanam dalam

lingkungan banyak air atau tenggelam. Kebanyakan jenis sayuran adalah mesofit.

Page 69: Dasek Debora

Diantara jenis sayuran mesofit, terdapat perbedaan dalam efisiensi penggunaan air , yaitu

jumlah air yang ditranspirasikan untuk mengkasilkan suatu satuan kuantitas hasil

(efisiensi penggunaanair). Ini dapat didefinisikan sebagai nisbah hasil ekonomi (buah,

daun, umbi dan sebagainya) terhadap jumlah air yang digunakan . Jumlah actual dan

optimal air yang diperlukan dipengaruhi oleh suhu, sinar matahari (insolasi), kelembaban

dan gerakan udara atau angin bagi tiap-tiap jenis, tapi untuk beberapa jenis tertentu

membutuhkan lebih sedikit dari yang lain. (Williams, 1993).

Penggunaan air pada tanaman sangat bervariasi tergantung faktor-faktor seperti

musim, luas kanopi tanaman, air tersedia, energi radiasi, temperature, kelembaban

udara, kecepatan angina. Adanya air yang cukup dan optimal untuk kebanyakan tanaman

memberikan hasil-hasil yang tinggi dan memberikan ketahanan yang lebih besar terhadap

sumber – sumber cekaman lain, didaerah tropika kebutuhan air sangat tinggi (karena

suhu sangat tinggi dan sinar matahari yang terik). Kelebihan air bagi beberapa jenis juga

berbahaya (Dorrenbos et al., 1997. Cit Indriani et al. ,2003).

Ada suatu jenis tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain tapi tidak

menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli, biasa disebut epifit (Nugroho, 2003).

Kuantitas air untuk pertumbuhan optimal dapat bervariasi antara 5 dan 10 mm

setiap hari pada waktu pertanaman sayuran telah berkembang penuh, tergantung dari

iklim dan spesies tanaman. Pada stadium semai, sudah tentu penggunaan air berkurang

karena semaian tertutup tanah dalam prosentase kecil. Di daerah tropika basah jumlah

tambahan air lewat irigasi sangat kecil. Didaerah kering, sebagian besar air yang diperoleh

tanaman budidaya yaitu dari irigasi (Winarbawa, 2003).

III. METODOLOGI

Page 70: Dasek Debora

Praktikum Acara 4 Adaptasi Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan di

Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 2 April 2010. Alat-alat yang

digunakan dalam praktikum ini antara lain pisau/silet, mikroskop, kaca preparat, pensil

dan kertas. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah

tanaman mesofit; jagung (Zea mays), tanaman xerofit; kaktus (Opunctia sp), tanaman

hidrofit; enceng gondok (Eichornia crassipes), dan gabus.

Langkah kerja yang dilakukan pertama kali adalah, disiapkan tanaman-tanaman

yang termasuk mesofit, xerofit, dan hidrofit. Kemudian diambil satu tanaman dari masing-

masing kelompok tanaman, dilakukan pengamatan secara morfologis. Setelah itu satu

tanaman untuk masing-masing kelompok tanaman dibuat penampang melintang dan

membujur daunnya, untuk diamati secara anatomis. Bagian-bagian tanaman yang diamati

secara morfologis, yaitu meliputi:habitus tanaman, bentuk batang dan cabang-cabangnya,

bentuk daun, tangkai daun, permukaan daun dan ketebalan daun, lalu struktur akar.

Sedangkan ketiga jenis tanaman tersebut yang diamati secara anatomis, meliputi: a).

Penampang melintang daun: ketebalan kutikula, letak stomata, banyak/sedikitnya

jaringan pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dan sebagainya.

b). Penampang membujur daun: bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan

sebagainya. lalu terakhir dibuat skema/gambar tanaman atau bagian tanaman tersebut

secara morfologis maupun anatomis, lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.

IV. HASIL PENGAMATAN

Page 71: Dasek Debora

A. Pengamatan Morfologis.

1. Jagung (mesofit)

Habitus lengkap tanaman jagung (Zea mays)

Keterangan gambar:

1. Helaian daun(folium)

2. Upih daun

3. Batang

4. Akar adventif

5. Akar

Deskripsi: habitus tegak; daun berbentuk pita; permukaan atas berbulu;

permukaan bawah halus; tangkai daun kecil atau hampir tidak ada; bentuk batang

bulat; tidak ada percabangan; sistem perakaran serabut.

2. Enceng gondok (hidrofit).

Habitus lengkap tanaman enceng gondok (Eichornia crassipes)

Page 72: Dasek Debora

Keterangan gambar:

1. Helaian daun (lamina)

2. Tangkai daun (petiole)

3. Akar dengan kantung akar (root pocket) pada bagian ujungnya.

(Shukla dan Chandel, 1985).

Deskripsi : habitus perdu herbaseus dengan batang yang tereduksi ; bentuk daun

bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi daun halus ; tangkai daun

membengkak dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung

tumbuhan, percabangan dengan stolon ; perakaran dengan serabut dan berbulu

untuk menangkap unsur hara yang larut dalam air.

3. Kaktus (xerofyt)

Penampakan batang kaktus (Cactaceae)

Keterangan gambar :

1. batang

2. daun

1 3. akar

Deskripsi :

Habitus tanaman terna, herbaseus, tegak, daun berbentuk seperti duri ; batang menjadi

seperti daun pipih atau persegi, hijau, berdaging percabangan aksiler tak terbatas ; akar

serabut,tersebar luas di tanah lapisan atas. Daun kecil, sempit dan tebal bahkan kadang

kala tak berdaun. Hal ini sebagai bentuk penghematan air. Bentuk stomata mengalami

penyempitan. Batang tumbuhan kaktus berbentuk tebal serta memiliki organ atau

jaringan khusus untuk menyimpan air yang dinamakan sukulanta.

Page 73: Dasek Debora

B. Pengamatan Anatomis.

1. Jagung (Zea mays)

Penampang melintang daun Jagung (Zea mays)

Struktur daun Jagung dengan mesofil yang tidak terdeferensiasi.

(Eames dan Daniels,1947) Keterangan gambar:

1. sel kipas

2. trikoma

3. kutikula

4. epidermis atas

5. mesofil

6. berkas pengangkut yang

belum terdeferensiasi

7. epidermis bawah.

8. stoma.

Deskripsi : Bentuk dan sebaran stoma pada irisan membujur daun jagung bagian atas

(stoma lebih banyak terdapat pada permukaan daun). Struktur daun jagung

dengan mesofil yang tidak terdeferensiasi. Sel kipas terlihat jelas dari bentuk

rongga besar. Sel kipas merupakan modifikasi daun yang befungsi untuk

mengurangi penguapan. Fungsi dari trikoma adalah untuk mengurangi

evaporasi. Kutikula merupakan penutup lapisan epidermis, dan biasanya

tipis. Epidermis atas dan bawah merupakan jaringan pelindung yang berada

di bawahnya. Berkas pengangkut belum terdeferensiasi artinya tidak

mempunyai xylem dan floem melainkan air pada daun diangkut melalui

berkas pembuluh dan perluasannya serta oleh sel mesofil dan epidermis.

Stomata merupakan sel panjang yang bersama-sama dan terdapt lubang

diantaranya. Stomata pada tanaman jagung berfungsi dalam proses

fotosintesis.

Penampang membujur daun Jagung (Zea mays)

Page 74: Dasek Debora

Keterangan gambar :

1. epidermis daun.

2. sel epidermis dengan

dinding sel yang berkelok-

kelok.

3. stoma bertipe Gramineae ;

sel penutup berbentuk

halter ; membuka dan

menutup sejajar poros

utama.

Deskripsi : Bentuk dan sebaran stomata pada irisan membujur daun jagung bagian atas

(stomata lebih banyak terdapat pada permukaan daun). Sel penutup

berbentuk halter, membuka daun menutup sejajar poros utama. Tanaman

jagung pada umumnya mempunyai sistem akar bercabang, banyak dan

terbentuk sempurna. Bagian akar dan daun besar serta tipis, daunnya

berwarna hijau kegelapan karena kandungan klorofilnya. Tanaman jagung

termasuk mesofit, yaitu tumbuhan yang mampu hidup atu teradaptasi pada

kondisi air yang cukup dan ciri-ciri di atas merupakan ciri-ciri tanaman

mesofit pada umumnya.

2. Enceng gondok (Eichornia crassipes)

Page 75: Dasek Debora

Penampang melintang daun Enceng gondok(Eichornia crassipes)

Keterangan gambar :

1. kutikula.

2. epidermis atas.

3. rongga stoma.

4. jaringan palisade.

5. sklerenkim(pita kaspari)

6. ruang udara.

7. stoma.

8. berkas pengangkut

9. epidermis bawah.

Deskripsi : Enceng gondok memiliki jaringan pengangkut seperti pada tumbuhan tingkat

tinggi lainnya. Namun hal yang berbeda yang dimiliki oleh enceng gondok

adalah adanya rongga udara (Loveless, 1989).

Penampang membujur Enceng gondok (Eichornia crassipes)

Keterangan gambar :

1. stomata.

2. sel epidermis atas daun

Deskripsi : Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air tentu saja

memiliki karakteristik yang membedakannya dengan tanaman yang

beradaptasi pada lingkungan yang sedikit atau kekurangan air (Loveless,

1989).

3. Kaktus (Opunctia sp).

Page 76: Dasek Debora

Penampang melintang batang kaktus (Opunctia sp)

Transeksi batang

kaktus(Eames dan Mac

Daniels,1947)

Keterangan gambar :

1. kutikula tebal.

2. stomata tersembunyi.

3. epidermis.

4. jaringan palisade.

5. hipodermis.

6. jaringan penyimpan air.

Deskripsi : Kaktus mempunyai lapisan kutikula yang cukup tebal. Kaktus mempunyai

jaringan pengangkut seperti tumbuhan tuingkat tinggi lainnya dan

mempunyai jaringan penyimpan air (Loveless, 1989).

Penampang membujur Kaktus (Eichornia crassipes )

Keterangan gambar :1. kutikula tebal2. stomata tersembunyi3. epidermis4. jaringan palisade5. hypodermis6. jaringan penyimpan air

Deskripsi : Epidermis kaktus merupakan epidermis bertipe multi serat, dengan

stomata yang berjumlah sedikit dan letaknya tersembunyi. Jaringan

palisade terdapat di antara epidermis dan hypodermis. Di bawah

hypodermis terdapat jaringan penyimpan air.

Page 77: Dasek Debora

V. PEMBAHASAN

Praktikum acara IV ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan adaptasi bermacam

tanaman terhadap ketersediaan air dimana kemampuan beradaptasi ini akan menjadikan

tumbuhan tertentu mempunyai ciri-ciri, baik itu secara morfologis maupun secara

anatomis sesuai dengan keadaan tempat hidupnya.

Jumlah air yang tersedia tergantung dari keadaan porositas tanah, banyak

intensitas cahaya matahari, keadaan iklim, dan sebagainya. Dengan berbagai kondisi

kadar air yang tidak sama di permukaan bumi baik tumbuhan, hewan, maupun manusia

harus menyesuaikan diri terhadap keadaan tersebut agar dapat bertahan hidup.

Kemampuan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau

(adaptasi) tiap jenis makluk hidup berbeda, meski tidak menutup kemungkinan ada yang

sama. Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air tentu saja memiliki ciri

atau karakteristik yang membedakannya dengan tanaman yang berdaptasi pada

lingkungan sedikit atau kekurangan air.

Ciri dan karakteristik yang dimiliki tanaman yang berbeda dalam beradaptasi pada

lingkungan air yang berbeda dapat menjadi petunjuk dan mempermudah bagaimana

membedakan adaptasinya tanaman banyak air (hidrofit), dengan tanaman sedikit air

(xerofit) dan dengan tanaman yang menghendaki atau lebih suka pada keadaan air yang

cukup sebagai bentuk adaptasinya (mesofit). Hal ini dapat diamati langsung dari bentuk

morfologis dan lebih mendetail lagi pada bagian anatomis atau fisiologisnya, sehingga

dapat dimengerti bahwa tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan dapat dengan

melakukan perubahan bentuk pada tanaman (morfologi/struktur) yang dapat dilihat

Page 78: Dasek Debora

secara visual maupun melalui perubahan anatomi dalam tubuh serta cara kerja

fisiologisnya.

JAGUNG (Zea mays)

Jagung termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang beradaptasi pada kondisi

air yang cukup, tidak terlalu banyak air dan tidak terlalu sedikit air (kapasitas lapang).

Habitus jagung tegak, daunnya berbentuk pita, tangkai daunnya kecil atau hampir tidak

ada, bentuk batangnya bulat atau hampir bulat, tidak ada percabangan, dan sistem

perakarannya serabut.

Tanaman mesofit memiliki ciri yang agak berbeda dengan tanaman hidrofit

maupun tanaman xerofit. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk

mengkonversi air dan menghindari keadaan stres sedang sampai stress g berat. Jagung

mempunyai sel kipas, inilah yang membedakannya dengan 2 jenis tanaman tadi. Selain

itu, adanya trikoma, stomata yang dimiliki tersusun secara teratur. Sedangkan bagian lain

yang juga dimiliki oleh hidrofit dan xerofit yaitu adanya jaringan pengangkut, kutikula,

meski distribusi dan kuantitas berbeda atau bahkan fungsinya kurang berperan karena

digantikan bagian yang lain, dan lain-lain.

ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes).

Enceng Gondok adalah contoh dari tanaman hidrofit. Tanaman ini merupakan

tanaman yang beradaptasi pada kondisi air yang berlebih. Tanaman ini memiliki rongga

udara atau aerenchym pada organ vegetatif pada batang dan daun yang berfungsi

sebagai ruang antar sel yang berperan dalam pertukaran udara. Adaptasi yang lain yaitu

daun yang dimiliki umumnya lebar dan terapung untuk mempermudah penguapan

karena dalam lingkungan air yang berlebih. Kutikulanya tipis, mempunyai epidermis

seperti yang dimiliki tanaman lain namun fungsinya untuk jalan keluar gas untuk

memperoleh unsur-unsur atau zat-zat tertentu yang terlarut dalam air. Stomata yang

dimiliki oleh tumbuhan ini berbeda dengan yang dipunyai jagung yaitu dalam

distribusinya, stomata enceng gondok (Eichornia crassipes) tercecer sedangkan pada

Page 79: Dasek Debora

jagung (Zea mays) teratur berjajar. Selain enceng gondok (Eichornia crassipes) yang

terapung, ada tumbuhan hidrofit lain yaitu yang tenggelam misalnya ganggang (Algae),

dan yang melayang misalnya Hydrilla sp.

KAKTUS (Opunctia sp).

Tanaman ini termasuk kedalam tanaman yang hidup pada kondisi kering yang

disebut tanaman xerofit. Kaktus merupakan tanaman yang resisten (asli tanaman xerofit)

selain itu ada tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering tapi tidak asli tanaman

xerofit melainkan menghindar dan mencoba bertahan pada lingkungan kering

contohnya : padi lahan kering. Adaptasi yang dilakukan oleh kaktus (Opunctia sp) yaitu

dengan mereduksi daun dalam bentuk duri atau jarum serta rambut daun fungsinya

untuk mengurangi penguapan air dan untuk pendinginan adaptasi selain itu, daun dilapisi

oleh kutikula yang sangat tebal, daun berdinding tebal, adanya lapisan lilin , menutup

stomata penuh pada siang hari serta tersembunyi. Keadaan yang lain yaitu ruang sel yang

dimiliki relatif kecil, akar yang sangat panjang. Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya

jaringan penyimpan air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien.

Semua itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi air yang

ekstrem yaitu kekeringan agar dapat bertahan hidup dan tetap bertahan hidup dan tidak

punah.

Page 80: Dasek Debora

VI. KESIMPULAN

1. Hidrofit adalah tanaman yang beradaptasi pada lingkungan air yang berlebih

atau tergenang . Ciri – ciri tanaman ini yaitu: memiliki rongga udara atau

aerencym, selain itu berkutikula tipis, akarnya berkantung. Contoh tumbuhan :

Enceng gondok (Eichornia crassipes).

2. Mesofit adalah tanaman yang beradaptasi pada keadaan lapang atau cukup air

yaitu tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering. Ciri yang dimiliki yaitu: adanya

sel kipas, stomata teratur berjejer, dan adanya trikoma. Contoh tumbuhan :

Jagung (Zea mays).

3. Xerofit adalah tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering atau

kekurangan air. Ciri yang dimiliki yaitu: adanya jaringan penyimpan air; daun

tebal, berduri atau berbentuk jarum; kutikula yang tebal; dan stomata

tersembunyi. Contoh tumbuhan : Kaktus (Opunctia sp).

Page 81: Dasek Debora

DAFTAR PUSTAKA

Indriani, L.1999.Pengaruh Pembenah Tanah Terhadap efisiensi Penggunaan Air Tanah

Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Regosol.Agrivita 12:111-113.

Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press, Jakarta.

Nugroho, A. 2003. Respon tanaman tomat varietas Kingkong terhadap perbedaan kadar air tanah dan bayam (Amaranthus spinosus. L). Agrivita 20:51-52.

Williams, C.N and W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Page 82: Dasek Debora

Winarbawa, S. 2000. Pengaruh kadar air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi dan tipe kapalaga sabrag. Bulletin Agronomi 28(1) :1 6.

Zoko, G. 2009. Cekaman Kekeringan. ( http://Gozomora.cekaman kekeringan.mhtml-files net/ ). Diakses tanggal 5 April 2010.

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA V

PENGENALAN EKOSISTEM PANTAI

Page 83: Dasek Debora

Disusun oleh:

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2010

ACARA 5

PENGENALAN EKOSISTEM PANTAI

I. TUJUAN

1. mempelajari macam-macam bentuk ekosistem.

2. mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem.

Nama : Debora Ria Purba

NIM : PN/11614

Gol./Kel. : A5/1

Asisten : Harimurti Buntaran

Page 84: Dasek Debora

II. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Organisme dalam

elemen biotic terdiri dari banyak atau sedikit jumlah spesies yang diwakili oleh sejumlah

individu. Kedua ukuran jumlah spesies dan frekuensi relatif dari hal tersebut, telah

digunakan untuk mengkarakteristikkan ekosistem sejak ilmu tentang ekologi dimulai.

Ekosistem tidak sepenuhnya mantap tetapi berada dalam keadaan seimbang yang mudah

goyah. Cara kerja ekosistem digambarkan oleh daur unsur yang penting, yang

berlangsung antara keadaan yang hidup dan nir-hidup dalam ekosistem itu (Remmert,

1980).

Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah

dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan yang

tegas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi oleh daerah, dan unsur

penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling keterkaitan antara

satu dengan hal yang lain, saling ketergantungan dan hubungan sebab akibat yang

kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang berkesinambungan (Claphem

et.al., 1973).

Dalam suatu ekosistem, terdapat beberapa unsur penyusun ekosistem yang

berupa unsur biotik dan abiotik. Unsur abiotik masih terbagi lagi menjadi dua macam,

yaitu organisme autotrof dan heterotrof. Yang dimaksud dengan organisme autotrof

adalah organisme yang mampu membuat / mensintetis makanannya sendiri, contohnya

adalah tumbuhan. Sedangkan unsur abiotik adalah faktor utama dalam ekosistem setelah

unsur biotic, karena unsur ini bertugas untuk menciptakan keadaan yang diperlukan oleh

makhluk hidup seperti cahaya, suhu, topografi, dan lain sebagainya (Wagenet, 1973).

Fotoautotrof merupakan sifat yang dimiliki oleh produsen untuk memproduksi

makanan demi kelangsungan sebagian besar ekosistem. Organisme ini menggunakan

energi cahaya untuk menggerakkan sintetis molekul organik dari karbondioksida dan air.

Fotoautotrof menyediakan makanan bukan hanya untuk mereka sendiri tetapi juga untuk

keseluruhan dunia kehidupan. Di darat, tumbuhan merupakan penghasil makanan yang

utama. Tiga kelompok utama tumbuhan darat-laut, pakis/tumbuhan paku dan tumbuhan

Page 85: Dasek Debora

berbunga disajikan oleh alam. Di laut, di kolam, dan lingkungan akuatik lainnya termasuk

organisme fotosintetik meliputi ganggang atau alga multi-seluler, seperti rumput laut.

Sebagian protista uniseluler, seperti Euglena , prokariota yang disebut sinobakteria dan

prokariota fotosintesis lainnya seperti bakteri sulfur (Campbell, 2003).

Respon tingkah laku hewan dalam skala yang besar atas gangguan abiotik sulit

diketahui. Organisme hidup dalam habitat yang frekuensi gangguan mungkin melibatkan

tingkah laku yang meminimalkan akibat atau mengeksploitasikan gangguan. Organisme

dari lingkungan yang mempunyai hubungan gangguan yang sedikit, sebaiknya tidak

melibatkan tingkah laku ini. Gangguan abiotik dapat memperlihatkan perwakilan dari

kehadiran atau keberadaan oleh pengurangan periodik populasi dari predator eksotik

sebelum spesies pemangsa lokal dimusnahkan (Meffe, 1984).

Komponen-komponen ekosistem sering mengadakan interaksi timbal balik dan

membentuk suatu konfigmasi struktur yang spesifik. Di dalam konfigmasi tersebut,

masing-masing komponen menunjukkan saling ketergantungan satu dengan yang lain

yang sangat besar. Interaksi komponen-komponen tersebut akan menghasilkan daur

materi dan terjadi arus energi (Marsono, 1986).

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu

tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup

yang saling mempengaruhi (Anonim, 2000).

Pengurai merupakan organisme heterotrof yang menguaraikan bahan organik

yang berasal dari organisme mati. Yang termasuk pengurai adalah bakteri, jamur, dan

lain-lain (Warsito dan Setyawan, 1999).

Page 86: Dasek Debora

III. METODOLOGI

Praktikum acara 5 Pengenalan Ekosistem dilaksanakan di daerah Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta, dilakukan pada hari Jumat 2 April 2010. Alat-alat yang digunakan

dalam praktikum kali ini antara lain kamera dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan adalah semua organisme yang terlahat dan diamati di ekosistem tersebut

beserta semua komponen penyusunnya.

Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : Pertama

ekosistem pantai diamati dan diidentifikasi, setelah itu kamera digunakan untuk

mengambil gambar dari komponen-komponen yang ada diekosistem yang diamati, yaitu

pantai Depok , kemudian seluruh tumbuhan maupun hewan (organisme) yang ada dalam

ekosistem diamati dan diidentifikasi. Gambar-gambar komponen penyusun ekosistem

digunakan sebagi lampiran, lalu komponen-komponen yang telah diambil gambarnya tadi

dikelompokkan menjadi produsen, Konsumen I, konsumen II, konsumen III, dan

dekomposer. Lalu langkah terakhir dibuat bagan arus energi dan daur materi dalam

ekosistem yang diamati yaitu ekosistem pantai.

Page 87: Dasek Debora

IV. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dari ekosistem tegalan adalah :

1. produsen : tumbuhan hijau

2. konsumen 1 : ayam

3. konsumen 2 : manusia

4. dekomposer : cacing (Lumbricus rubelus)

BAGAN DAUR MATERI DAN ALIRAN ENERGI

Page 88: Dasek Debora

Produsen(padi)

Matahari

Konsumen I(Belalang)

Konsumen II(Ayam)

Sampah Organik Dari Tumbuhan & Hewan Mati

Pembusukan Oleh Mikroba Tanah

Mineralisasi Menjadi Bahan Mineral

Bahan Mineral

Siap

Konsumen III(manusia)

Page 89: Dasek Debora

Mineralisasi Menjadi Bahan Mineral

Unsur-unsur / mineral

Keterangan: daur materi

arus energi

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini mempelajari ekosistem yang ada dalam ekosfer, tetapi

secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

a). Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang pembentukannya dan

pengembangannya berjalan secara alami oleh alam tanpa campur tangan

manusia.

b). Ekosistem buatan (buatan manusia), yaitu ekosistem yang pembentukan,

peruntukannya, dan pengembangannya ditujukan untuk memenuhi

kebutuhna manusia sehingga campur tangan manusia menjadi suatu yang

dominan.

Dari pengelompokan diatas dapat dikelompokkan lagi menjadi sub-bagian

ekosistem, yaitu:

a). Subekosistem perairan (aquatik) yang terbagi lagi menjadi bagian yang

lebih kecil yaitu subekosistem sungai, bagian subekosistem danau, dll.

b). Subekosistem darat (terrestrial) yang terbagi lagi emnjadi bagian

subekosistem belukar, subekosistem hutan, dll.

Dalam praktikum kali ini, maka ekosistem tegalan termasuk dalam ekosistem

buatan, subekosistem darat (terrestrial) karena dalam penggunaan dan pembuatannya

tegalan digunakaan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Page 90: Dasek Debora

Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya didalam

pemikiran atau pandangan ekologi merupakan penekanan hubungan wajib

ketergantungan, dan sebab musabah, yakni perangkaian komponen-komponen untuk

membentuk satuan-satuan fungsional. Akibat hal tersebut adalah bagian-bagian itu cara

bekerjanya tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan, sehingga ekosistem merupakan

tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk teknik-teknik analisis sistem

Dalam ekosistem tegalan ini terdapat komponen-komponen abiotik dan biotik.

Komponen abiotik merupakan bahan anorganik yang dalam hal ini adalah udara, tanah

dan cahaya matahari,suhu . Komponen biotik dalam ekosistem tegalan ini ada produsen,

konsumen, serta pengurai. Produsen dalam ekosistem ini adalah tumbuhan hijau yang

berupa tanaman ketela. Konsumen ada dua macam yaitu konsumen I dan II. Konsumen I

diwakili oleh ayam, konsumen II diwakili oleh manusia. Sedangkan pengurai diwakili oleh

cacing sebagai perombak bahan-bahan biotik maupun abiotik. Ekosistem ini merupakan

ekosistem buatan, karena produsen pada ekosistem ini merupakan penopang kebutuhan

makanan ( energi dan materi ) yang utama, dan dibudidaya oleh manusia. Ayam sebagai

konsumen I mendapatkan makanan dari tumbuhan hijau dan juga memakan dekomposer

yaitu cacing. Penggunaan energi matahari, hasil dari fotosintesis hanya sebagian kecil

yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri, hewan herbifora dan hewan heterotrof

lainnya. Hasil fotosintesis sebagian besar lama-lama akan membusuk dan menjadi bahan-

bahan yang dapat dimanfaatkan organisme heterotrof.

Di dalam ekosistem tegalan juga terjadi daur materi dan daur energi. Energi

matahari masuk dalam daur materi, karena energi matahari digunakan oleh produsen

untuk mensintesis bahan organik dari bahan anorganik. Energi yang sampai ke bumi tidak

seluruhnya diserap oleh produsen. Energi yang sampai ke produsen telah mengalami

pengurangan, begitu pula energi yang tersimpan dalam tubuh produsen juga akan

mengalami pengurangan.Produktivitas primer ini yang dimanfaatkan oleh konsumen

primer. Karena energi yang diambil dari produsen oleh konsumen primer telah

mengalami pengurangan, maka energi yang dipindahkan dari konsumen primer ke

konsumen sekunder juga berkurang. Al ini sesuai dengan Hukum Termodinamika dan

kaidah 10%, yaitu setiap perubahan energi tidak akan efisien 100% dan hanya sekitar 10%

energi kimia yang berkualitas tinggi yang tersedia dalam satu tingkat tanaman yang

Page 91: Dasek Debora

dipindahkan dan dismpan dalam bentuk digunakan dalam tubuh organisme pada tingkat

makanan berikutnya.

Hal ini juga berlaku untuk energi penguraian yang dilakukan oleh pengurai juga

mengalami penguraian sesuai dengan Hukum Termodinamika dan kaidah 10%, sehingga

mengakibatkan energi matahari yang diserap atau yang dierima oleh produsen menjadi

tidak ada lagi ketika terjadi mineralisasi. Oleh karena itu, arus energi tidak pernah kembali

lagi ke ekosistem dari tingkat pengurai. Sedangkan daur materi dimulai dari produsen

primer dan kembali lagi ke produsen melalui pengurai, sedangkan arus energi berakhir di

pengurai tidak akan kembali ke produsen, karena mengikuti hukum Termodinamika dan

kaidah 10%. Tetapi daur energi tidak sesederhana ini, karena dalam ekosistem tegalan

tidak hanya rantai makanan saja yang terjadi tetapi juga ada jaring jaring makanan yang

akhirnya membuat semakin kompleks daur-daur yang ada dalam ekosistem tersebut.

VI. KESIMPULAN

1. Ekosistem terdiri dari ekosistem daratan dan ekosistem perairan, ekosistem dapat

terjadi secara alami dan secara buatan.

2. ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abitik yang saling melengkapi yang

nantinya akan saling berinteraksi dan membentuk daur materi dan dan aliran energi.

3. ekosistem tegalan merupakan ekosistem buatan karena pembentukan,

penggunaannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

4. daur materi adalah perpindahan materi dari komponen biotik yang satu kompnen

biotik yang lain atau dari komponen biotik ke komponen abiotik, yang akan kembali

lagi ke kpomponen biotik pertama.

5. arus energi adalah perpindahan energi dari matahari (sumber utama eneergi dalam

ekosistem) ke komponen-komoponen dalam ekosistem, yang tel;ah mengalami

pengurangan setiap perpindahan energi dari setiap tingkatan amakan sehingga arus

energi tidak dapat kembali ke ekosistem algi.

Page 92: Dasek Debora

DAFTAR PUSTAKA

Darwatinigsih, S. profil cagar alam Pananjung Pangandaran. Agri jurnal 1: 19-26

Indayani. 2000. Ekosistem. <http: // id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem>. Diakses tanggal 10 April 2010.

Meffe, G.K. 1984. Effect of biotic disturbance of coexistence of predator prey fish species. Ekology 65: 68 – 72.

Odum, E.P. 1993. Ecology. Holt, Rineheart and Winston Inc, New York.

Suryadi. 2003. Komposisi dan struktur pantai Panajung Pangandaran. Buletin Ekologi 1: 12-16.

Warsito dan Setyawan. 1999. Komposisi tanah yang telah lama disewakan di daerah Tugumulyo Sumatra Selatan. Journal tanah Tropika 8 : 131 – 138.

Page 93: Dasek Debora