data dan informasi bumdesa dan bumdesa bersama di … · kabupaten muna, provinsi sulawesi tenggara...
TRANSCRIPT
PUSDATIN
PUSDATIN
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………. vii
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN ...…………………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. ………………….. 1
1.2. Tujuan ………………………………………………………………………………………….. 6
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ………………………………………………………… 6
1.4. Metodologi …………………………………………………………………………………. 6
1.4.1. Pengumpulan Data …………………………………………………………. 6
1.4.2. Pengolahan Data …………………………………………………………….. 7
1.4.3. Analisis Data dan Penyajian Informasi …………………………….. 8
1.5. Tim Penyusun …………………………………………………………………………….. 10
1.6. Sistematika Penulisan …………………………………………………………………. 10
BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN …………………………………….………. 12
2.1. Profil Provinsi Sulawesi Tenggara …………………………………………………. 12
2.1.1. Kedudukan Administratif, Astronomis, Geografis dan
Demografis ……………………………………………………………………... 12
2.1.2. Legalitas Pembentukan Daerah ………………………………………… 17
2.1.3. Nilai Budaya ……………………………………………………………………… 18
2.2. Profil Kabupaten Muna .........……………………………………………………..…. 19
DAFTAR ISI
PUSDATIN
iii
2.2.1. Kedudukan Administratif, Astronomis, Geografis dan
Demografis ……………………………………………………………………….. 19
2.2.2. Legalitas Pembentukan Daerah ………………………………………….. 27
2.2.3. Nilai Budaya ……………………………………………………………………….. 28
BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TENTANG PENGEMBANGAN
POTENSI PRODUK UNGGULAN DAERAH…………………………………... 33
3.1. Kebijakan Pemerintah Daerah menurut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kabupaten (RTRWK) Muna Tahun 2014–2034 .... 34
3.2. Isu-Isu Strategis di Kabupaten Muna ………..........……………………………. 70
BAB IV POTENSI UNGGULAN KABUPATEN MUNA ..........…………………... 79
4.1. Prioritas Pembangunan Kabupaten Muna ..........…………………………… 79
4.1.1. Kabupaten Muna sebagai Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal …………………………………………………………….. 79
4.1.2. Kabupaten Muna sebagai Daerah Tertentu …..........…………… 82
a. Daerah Rawan Pangan …………………………………………………. 82
b. Daerah Rawan Bencana ……………………………………………….. 83
c. Daerah Pasca Konflik ……………………………………………………. 84
d. Daerah Perbatasan ………………………………………………………. 85
e. Daerah Pulau Kecil dan Terluar ……………………………………. 86
4.1.3. Kabupaten Muna sebagai Daerah Tujuan Transmigrasi ....... 87
4.1.4. Tipologi Desa di Kabupaten Muna berdasarkan Indeks
Pembangunan Desa (IPD) ………………………………………………….. 88
4.1.5. Kabupaten Muna sebagai Kawasan Perdesaan …………........... 90
4.2. Potensi Kawasan Kabupaten Muna ............................…………………….. 92
4.2.1. Pengembangan Kawasan Pertanian dan Agrobisnis …………… 92
4.2.2. Pengembangan Kawasan Perikanan dan Kelautan …………….. 95
PUSDATIN
iv
4.2.3. Pengembangan Kawasan Industri ………………………............…... 98
4.2.4. Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata …………………… 99
4.3. Pendekatan One Village One Product untuk Kreativitas Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah ............................................................... 103
4.4. Mengenal Kerajinan Tenun Khas Tanah Wuna .....................…………… 106
4.5. Potensi Pengembangan Kerajinan Tenun di Kabupaten Muna
Menuju Community Based Tourism ………....................................…….. 114
4.6. Sisi Lain Industri Kreatif Kabupaten Muna ……..…………………………….. 121
BAB V KESIMPULAN ........................................…………………………………. 124
Kesimpulan ………………………………………………………………………………............. 124
DAFTAR PUSTAKA 127
PUSDATIN
v
Tabel 1.1. 122 Kabupaten Tertinggal di Indonesia Periode 2015 -
2019 ........................................................................................ 3
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2015 ......…………………………………………………… 13
Tabel 2.2. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru per Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2015 …....………..…………………………. 16
Tabel 2.3. Luas Wilayah dan Jumlah Peduduk di Kabupaten Muna
Tahun 2015 ...................................................................……… 22
Tabel 2.6. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten Muna
Tahun 2015 ……………………………………………………………..…….... 25
Tabel 3.1. Data Statistik Kehutanan Kabupaten Muna .......................... 42
Tabel 4.1. Klasifikasi Kerawanan Bencana di Kabupaten Muna. .…….…. 84
Tabel 4.2. Data Permukiman Transmigrasi Bina di Kabupaten
Muna Tahun 2013 …......................................………………………. 88
Tabel 4.3. Tipologi Desa berdasarkan Indeks Pembangunan Desa di
Kabupaten Muna …...........…………………………………………………… 89
Tabel 4.4. Produk Olahan Ikan di Wilayah Kabupaten Muna Edisi
Agustus 2017 ........................................................................... 98
DAFTAR TABEL
PUSDATIN
vi
Gambar 2.1. Keindahan Perairan Alam Muna ......………………………………… 20
Gambar 2.2. Suasana Kota Raha yang Senyap dan Tenang ……..…………… 21
Gambar 2.3. Tradisi Kariaa sebagai Prosesi Penanaman Karakter Anak .. 30
Gambar 2.4. Seni Beladiri Lokal Ewa Wuna Masih Ada ............................. 31
Gambar 3.1. Kabupaten Muna Terapkan Tanaman Jagung Unggul
Hibrida ……………………...............................……………………….…. 49
Gambar 3.2. Teri Kering Tanah Wuna Sebelum Pengemasan ................... 59
Gambar 3.3. Pantai Pasir Putih Walengkabola .......................................... 67
Gambar 4.1. Kabupaten Muna dalam Perkembangannya ........................ 80
Gambar 4,2. Pemandangan Pulau Kecil di Tanah Wuna ........................... 87
Gambar 4,3. Jambu Mete Tanah Muna Diklaim Terenak di Dunia ........... 94
Gambar 4.4. Minawisata Bahari di Kabupaten Muna ............................... 100
Gambar 4.5. Alat Tenun Tradisional Khas Tanah Muna ............................ 113
Gambar 4.5. Mengenal Kamooru Kain Tenun Khas Tanah Muna ............. 117
Gambar 4.6. Kerajinan Nentu, Oleh-oleh Khas Tanah Muna .................... 123
DAFTAR GAMBAR
PUSDATIN
vii
Diagram 1.1. Siklus Pengolahan Data ……………………………………………………….…. 7
Diagram 1.2. Diagram Alir Penyusunan Buku Data dan Informasi
Produk Unggulan di Daerah Tertinggal ………………………………. 9
Diagram 2.1. Persentase Luas Wilayah per Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara ................................................................................. 14
Diagram 2.2. Persentase Luas Wilayah Administratif per Kecamatan
Kabupaten Muna .................................................................... 23
DAFTAR DIAGRAM
PUSDATIN
viii
Kabupaten Tertinggal Pembangunan Prioritas Tahun 2017 ………………….. 134
DAFTAR LAMPIRAN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 1
1.1. Latar Belakang
Persoalan daerah tertinggal dalam penanganannya bersifat lintas sektor,
untuk mewujudkan pembangunan yang adil dan merata diperlukan percepatan
pembangunan dengan didukung peran aktif dan kerjasama secara terpadu dari
seluruh stakeholder terkait. Daerah tertinggal merupakan daerah yang secara
umum memiliki karakteristik dibawah standar. Penetapan ketertinggalan suatu
daerah didasari oleh kondisi dibawah standar daerah tersebut dilihat enam
indikator utama meliputi ekonomi, sumberdaya manusia (SDM), infrastruktur,
kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas dan karakteristik daerah.
Pembangunan daerah tertinggal menemukan kembali momentumnya
dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131
Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019 yang
merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Kabupaten Tertinggal. Peraturan Presiden
tersebut adalah sebuah motivasi hukum untuk mengurangi kesenjangan antar
wilayah dengan pendekatan yang holistik, tematik, terintegrasi dan spasial.
Momentum pelaksanaan Peraturan Presiden tentang Penetapan Daerah
Tertinggal tersebut mendapatkan dukungan yang lebih kuat dengan terpilihnya
pemerintahan baru yang menetapkan sembilan Agenda Strategi Prioritas yang
dikenal sebagai Nawacita, salah satu agendanya berbunyi “Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
rangka negara kesatuan" (Poin 3). Agenda tersebut tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019 yang
memuat tiga agenda yang lebih rinci, yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 2
[1] Peletakan dasar-dasar dimulainya desentralisasi yang asimetris;
[2] Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama Kawasan Timur
Indonesia; dan
[3] Penanggulangan Kemiskinan.
Nawacita ketiga tersebut menjadi roh atau spirit Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang dikukuhkan dengan
Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Berdasarkan Nawacita
tersebut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, menerbitkan sembilan prioritas komponen atau kegiatan yang
disebut Nawa Kerja, untuk menangani permasalahan maupun meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi.
Dalam rangka mengoptimalkan program dan kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa, Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi telah menetapkan 4 (empat) rencana / agenda
prioritas pembangunan desa yang meliputi:
[1] Pengembangan Produk Unggulan Desa (Prudes) atau Produk
Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) dalam rangka
meningkatkan skala ekonomi berbasis teknologi dan inovasi atau
yang sering disebut dengan One Village One Product (OVOP);
[2] BUMDesa dengan fokus pada tujuan untuk meningkatkan kapasitas
manajemen, perluasan akses pasar, peningkatan skala ekonomi,
bantuan permodalan, penciptaan iklim usaha kondusif, dan
penyediaan sarana prasarana pasca panen;
[3] Pembangunan Embung; dan
[4] Pembangunan Sarana Olahraga Desa (SORGA Desa).
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 3
Berdasarkan Fokus Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015–2019, percepatan pembangunan di
122 kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal.
Tabel 1.1.
122 Kabupaten Tertinggal di Indonesia
Periode 2015–2019
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019
NO PROVINSIJUMLAH KABUPATEN
TERTINGGAL
1 ACEH 1
2 SUMATERA UTARA 4
3 SUMATERA BARAT 3
4 SUMATERA SELATAN 2
5 BENGKULU 1
6 LAMPUNG 2
7 JAWA TIMUR 4
8 BANTEN 2
9 NUSA TENGGARA BARAT 8
10 NUSA TENGGARA TIMUR 18
11 KALIMANTAN BARAT 8
12 KALIMANTAN TENGAH 1
13 KALIMANTAN TIMUR 1
14 KALIMANTAN SELATAN 1
15 KALIMANTAN UTARA 1
16 SULAWESI TENGAH 9
17 SULAWESI SELATAN 1
18 SULAWESI TENGGARA 3
19 SULAWESI BARAT 2
20 GORONTALO 3
21 MALUKU 8
22 MALUKU UTARA 6
23 PAPUA 26
24 PAPUA BARAT 7
122TOTAL
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 4
Keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki daerah tertinggal
mengakibatkan daya dukung untuk pertumbuhan ekonomi berbasis potensi
lokal menjadi kurang optimal. Walaupun sumber daya alam tersedia cukup,
namun masyarakat lokal belum mampu untuk mengelola sehingga belum
mampu mendorong produktivitas masyarakat. Rendahnya produktivitas
masyarakat terkait erat dengan kualitas SDM yang ada dan kualitas SDM
dipengaruhi oleh aksesibilitas sarana pendidikan. Pembangunan daerah
tertinggal erat kaitannya dengan kualitas SDM sebagai subyek pembangunan.
Pembangunan desa sebagai entitas utama suatu bangsa merupakan
induk pembangunan daerah tertinggal juga transmigrasi, dimana sifatnya
mendesak untuk mendorong penguatan terhadap perekonomian desa dan
daerah. Dalam konteks pembangunan daerah tertinggal di Indonesia dalam
bidang ekonomi, terutama di kawasan timur indonesia, daerah tertinggal
memiliki kesulitan dalam aksesibilitas pada sarana dan prasarana ekonomi.
Selain itu, adanya keterbatasan pemenuhan infrastruktur dasar sebagai urat
nadi daerah, terutama infrastruktur jalan, telekomunikasi dan listrik.
Jika pembangunan perekonomian suatu daerah belum mampu
meningkatkan kesejateraan masyarakat secara signifikan, bisa saja disebabkan
oleh pola pengembangan ekonomi daerah / lokal yang dilaksanakan daerah itu
terkesan kurang sistematik. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab dari
kurang berkembangnya potensi ekonomi daerah dan rendahnya daya saing
ekonomi daerah yang pada akhirnya menyebabkan arus masuknya investasi
menjadi kurang signifikan. Untuk itulah, agar pengembangan ekonomi daerah
dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu diupayakan pengembangan
potensi ekonomi daerah melalui produk unggulan daerah (PUD).
Berbicara tentang produk unggulan daerah, pengertian daerah dalam
konsep ini berangkat dari spot yang dianggap sebagai kawasan perdesaan yang
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 5
memiliki satuan manajemen (one management) dan berfokus pada produk
khusus yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Nilai keunggulan
itu tentunya terkait dengan unsur kearifan lokal, tradisi (budaya), sejarah,
ketersediaan sumber daya baik alam, manusia dan modal. Produk unggulan
daerah itu difokuskan pada produk unggulan desa (prudes) dan kawasan
perdesaan (prukades).
Kebutuhan akan peningkatan ekonomi masyarakat di daerah tertinggal
melalui pengembangan prudes / prukades inilah yang mendasari Pusat Data
dan Informasi sebagai unit yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pengelola
dan penyedia data dan informasi serta penyelenggara sistem informasi dan
sumberdaya informatika untuk menyediakan data dan informasi Produk
Unggulan di Daerah Tertinggal Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017.
Secara historis, orang Muna sebenarnya menyebut Wuna ya g erarti
bunga, sebagaimana nama asli Suku Muna dan Pulau Muna. Namun, kata
Wu a itu kela aa diu apka da ditulis e jadi Mu a dala lapora
dan bahasa resmi. Disebut begitu karena tidak jauh dari Kota Muna itu
terdapat bukit batu karang yang sewaktu-waktu tumbuh dan menyerupai
bunga yang disebut Batuhara (bahtera). Dataran Pulau Muna memang
sebagian besar didominasi oleh batu karang. Hal ini terkait dengan tradisi lisan
yang menyebutkan bahwa di tempat itulah Perahu Sawerigading, tokoh asal
Sulawesi Selatan yang melegenda, terdampar setelah menabrak batu karang.
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara dipilih menjadi salah satu
lokasi fokus kegiatan Penyusunan Data dan Informasi Produk Unggulan di
Daerah Tertinggal Tahun 2017 karena Kabupaten Muna telah terentaskan dari
status daerah tertinggal sejak Tahun 2014 dimana meliputi kawasan perdesaan
berbasis komoditas khas dengan produk unggulan yang bernilai tinggi.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 6
1.2. Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah
Tertinggal Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah tersedianya
data dan informasi tentang potensi produk unggulan daerah sekaligus
pengembangannya di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan dari penyusunan data dan informasi Produk
Unggulan di Daerah Tertinggal Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
adalah:
1. Profil Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, Profil Wilayah Kabupaten
Muna dan Profil Wilayah Kecamatan yang masuk dalam Kawasan
Pengembangan Pertanian Terpadu Kontunaga Barakati;
2. Profil sektor andalan dan potensi pengembangan produk unggulan
Kabupaten Muna beserta hambatan yang ada.
1.4. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan data dan informasi
Produk Unggulan di Daerah Tertinggal Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah sebagai berikut:
1.4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
a. Pengumpulan data sekunder dari unit teknis serta melalui
koordinasi dengan instansi terkait, khususnya Badan Pusat
Statistik untuk memperoleh data Provinsi Dalam Angka (PDA),
Kecamatan Dalam Angka (KDA), Daerah Dalam Angka (DDA).
Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pembangunan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 7
Kawasan Perdesaan (Ditjen. PKP) dilakukan untuk
memperoleh data rekapitulasi Kawasan Perdesaan Fasilitasi
Ditjen. PKP Tahun 2015–2016 dan Lokus Pendalaman
Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Tahun 2017.
Sedangkan koordinasi dengan Direktorat Jenderal
Pembangungan Daerah Tertinggal (Ditjen. PDT) dilakukan
untuk memperoleh data 122 Daerah Tertinggal 2015–2019
dan Undang-Undang dan peraturan yang berkaitan dengan
produk unggulan.
b. Pengumpulan data primer di lapangan / daerah yakni potensi
produk unggulan yang dikembangkan di kawasan perdesaan
di daerah tertinggal.
1.4.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tiga langkah utama yakni
input, proses (pengolahan), dan output.
Gambar 1.1.
Diagram Siklus Pengolahan Data
Sumber: https://wawanlaksito.wordpress.com/2011/02/27/22/
Keterangan
Input : Dalam langkah ini, data input disiapkan dalam
beberapa bentuk yang sesuai untuk keperluan
pengolahan data.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 8
Proses : Pada langkah ini, data input diubah dan biasanya
dikombinasikan dengan data lain untuk menghasilkan
data dan informasi dalam bentuk yang lebih dapat
digunakan. Langkah pengolahan ini biasanya meliputi
sederet operasi pengolahan dasar tertentu.
Output : Pada langkah ini, hasil pengolahan sebelumnya
dikumpulkan. Bentuk data output tergantung pada
penggunaan data itu untuk pengolahan selanjutnya.
1.4.3. Analisis Data dan Penyajian Informasi
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data secara
deskriptif yaitu menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan
dalam bentuk grafik, tabel, persentase, frekuensi, diagram, dll. Penyajian
data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan kebijakan. Diagram Alir
Penyusunan Buku Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah
Tertinggal tertera dalam Gambar 1.2. berikut:
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 9
PDA, DDA,
KCA, SDK
Gambar 1.2.
Diagram Alir Penyusunan Buku Data dan Informasi
Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Rencana Pengembangan Kawasan
Perdesaan (RPKP), Data Kawasan
Perdesaan 2015–2016, Lokus
Pendalaman RPKP 2017
RPJMN 2015-2019
Keterangan:
: Input
: Proses
: Output
Identifikasi Data
Daerah Tertinggal
Pengolahan Data
1. Rekapitulasi Data Statistik Daerah Kecamatan;
2. Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah
Tertinggal.
Data Tabuler
Integrasi
Peta Tematik
Data dan Informasi Produk
Unggulan di Daerah Tertinggal
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 10
1.5. Tim Penyusun
Tim Penyusun buku Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah
Tertinggal Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017, terdiri
dari:
1. Pengarah
Helmiati, SH, M.Si.
2. Penanggung Jawab
Ir. Elly Sarikit, MM.
3. Tim Penyusun
Anton Tri Susilo, BE., SE.;
Ria Fajarianti, SE., MM.;
Anggri Putra Kurniawan, S.Si., MM.;
Esti Afriyani, S.Sos.;
Shinta Sabilla, S.Psi.;
Aulia Putri Ardana, S.Si.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan buku Data dan Informasi Produk Unggulan di
Daerah Tertinggal, Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan secara umum tentang data dan informasi produk unggulan
di daerah tertinggal meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup
pembahasan, metodologi, tim penyusun, dan sistematika penulisan yang
digunakan dalam penyusunan data dan informasi produk unggulan di
daerah tertinggal.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 11
Bab II Gambaran Umum Kawasan
Menampilkan Profil Provinsi Sulawesi Tenggara, Profil Kabupaten Muna,
dan Profil Kecamatan yang berada dalam lingkup fasilitasi Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan di Kabupaten Muna.
Bab III Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Pengembangan Potensi
Produk Unggulan Daerah
Membahas mengenai kebijakan pemerintah menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK), profil sektor andalan di kabupaten,
isu-isu strategis kabupaten.
Bab IV Produk Unggulan Kabupaten Muna
Membahas tentang pembangunan sektor prioritas, potensi
pengembangan produk unggulan kabupaten, hambatan dan kendala.
Bab V Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan sajian data dan informasi.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 12
Deskripsi mengenai kondisi daerah pada Bab ini terbagi ke dalam tiga aspek,
yaitu aspek administratif, astronomis, geografis dan demografis; aspek legalitas
pembentukan daerah dan aspek nilai budaya. Tiga aspek tersebut banyak
memaparkan bagaimana kondisi umum wilayah dan masyarakat Kabupaten
Muna.
2.1. Profil Provinsi Sulawesi Tenggara
2.1.1. Kedudukan Administratif, Astronomis, Geografis dan Demografis
Provinsi Sulawesi Tenggara yang beribukota di Kota Kendari
adalah salah satu provinsi di ujung tenggara Pulau Sulawesi yang terdiri
atas jazirah dan kepulauan dengan sumberdaya alam yang melimpah.
Secara astronomis, Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di selatan garis
khatulistiwa / ekuator antara 02° ’–06° ’ Lintang Selatan dan 120° ’–
124° ’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Papua
Barat memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Provinsi Sulwesi Selatan dan Sulawesi
Tengah;
Sebelah Timur : Laut Banda;
Sebelah Selatan : Laut Flores;
Sebelah Barat : Laut Teluk Bone.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang berupa daratan
mencapai 38.068 km2 dan lautan seluas ± 110.000 km
2 . Pada awal era
reformasi tepatnya 21 Juni 2001, terbentuklah satu kota baru yakni Kota
Baubau sebagai pemekaran dari Kabupaten Buton. Setelah pemekaran,
BAB II
GAMBARAN UMUM KAWASAN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 13
Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 15 wilayah kabupaten dan 2 kota.
Sedangkan jumlah kecamatan (subdistrict) sebanyak 216 unit, kelurahan
sebanyak 374 unit dan desa (village) sebanyak 1.904 unit. Saat ini,
terdapat Kantor Penghubung Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlokasi
di Gedung Menara Global, Jalan Gatot Soebroto DKI Jakarta. Berikut luas
wilayah dan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
Tabel 2.1.
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara,
Tahun 2015
Sumber: Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Tahun 2016, BPS
Kabupaten
1 Buton 1.212,99 3,19% 97.670 3,91% 81
2 Muna 1.922,16 5,05% 211.622 8,47% 110
3 Konawe 4.435,28 11,65% 233.610 9,35% 53
4 Kolaka 3.283,59 8,63% 186.628 7,47% 57
5 Konawe Selatan 5.779,47 15,18% 295.326 11,82% 51
6 Bombana 3.001,00 7,88% 164.809 6,59% 55
7 Wakatobi 559,54 1,47% 94.985 3,80% 170
8 Kolaka Utara 3.391,67 8,91% 140.706 5,63% 41
9 Buton Utara 1.864,91 4,90% 59.779 2,39% 32
10 Konawe Utara 5.101,76 13,40% 58.401 2,34% 11
11 Kolaka Timur 3.634,74 9,55% 178.023 7,12% 49
12 Konawe Kepulauan 867,58 2,28% 31.688 1,27% 37
13 Muna Barat 1.022,89 2,69% 77.084 3,08% 75
14 Buton Tengah 958,31 2,52% 89.289 3,57% 93
15 Buton Selatan 509,92 1,34% 77.547 3,10% 152
Kota
1 Kendari 300,89 0,79% 347.496 13,90% 1.155
2 Baubau 221,00 0,58% 154.877 6,20% 701
38.068 100% 2.499.540 100% 66
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km²)
No. Kabupaten/Kota
JUMLAH
Luas Wilayah
(Km²)%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 14
Luas daratan masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu: Buton
(1.212,99 km2
atau 3,19%), Muna (1.922,16 km2
atau 5,05%), Konawe
(4.435,28 km2
atau 11,65%), Kolaka (3.283,59 km2
atau 8,63%), Konawe
Selatan (5.779,47 km² atau 15,18%), Bombana (3.001,00 km2
atau
7,88%), Wakatobi (559,54 km2
atau 1,47%), Kolaka Utara (3.391,67 km2
atau 8,91%), Buton Utara (1.864,91 km2
atau 4,90%), Konawe Utara
(5.101,76 km2
atau 13,40%), Kolaka Timur (3.634,74 km
2 atau 9,55%),
Konawe Kepulauan (867,58 km2
atau 2,28%), Muna Barat (1.022,89 km2
atau 2,69%), Buton Tengah (958,31 km² atau 2,52%), Buton Selatan
(509,92 km² atau 1,34%), Kota Kendari (300,89 km² atau 0,79%) dan Kota
Baubau (221,00 km2
atau 0,58%).
Tabel 2.1. diatas menerangkan bahwa wilayah seluas 38,068 km²
ini dihuni oleh 2.499.540 jiwa pada Tahun 2015 atau naik sebesar 2,06%
dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 2.448.081 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 66 jiwa/km². Terdiri dari penduduk laki-laki
sejumlah 1.256.056 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 1.243.484
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 101. (Sumber: Kabupaten Muna
dalam Angka Tahun 2016)
Wilayah dengan penduduk terbesar adalah Kabupaten Konawe
Selatan yaitu sebesar 295.326 jiwa dan Kabupaten Wakatobi sebagai
wilayah paling padat berpopulasi sebesar 170 jiwa/km², sedangkan
penduduk paling sedikit terdapat di Kabupaten Konawe Kepulauan yaitu
sebesar 31.688 jiwa dan Kabupaten Konawe Utara sebagai wilayah paling
jarang penduduknya dengan kepadatan penduduk sebesar 11 jiwa/km².
Diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2014–2015 adalah sebesar 2,1%. Berikut persentase luas
wilayah per kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 15
Gambar 2.1.
Diagram Persentase Luas Wilayah per Kabupaten
di Provinsi Sulawesi Tenggara
Sumber: Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Tahun 2016, BPS
Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Kendari Tahun 2015, Provinsi Sulawesi Tenggara seperti
umumnya wilayah Indonesia, memiliki dua musim, musim kemarau dan
musim penghujan. Pada Bulan Juli sampai dengan November, arus angin
berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
menyebabkan musim kemarau. Sebaliknya pada Bulan Desember sampai
dengan Juni, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari
Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. Curah hujan
(precipitation) berkisar antara 1.595 mm² dan hari hujan (rainy days)
berkisar antara 169 hari.
Suhu udara (temperature) maksimum rata-rata berkisar 33,24°C
dan suhu minimum rata-rata berkisar 21,84°C, dengan rata-rata
(average) pada 26,91°C. Kelembaban udara (humidity) rata-rata berkisar
82,6%. Tekanan udara rata-rata berkisar pada 1.013,0 mb.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 16
2.1.2. Fasilitas Pendidikan
Keadaan demografis di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan
bahwa sekolah yang fungsional setingkat Sekolah Dasar (SD) sejumlah
2.451 unit dengan 339.424 orang murid dan 24.841 orang guru. Setingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 916 unit dengan 152.366
orang murid sejumlah dan 13.483 orang guru. Setingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) sejumlah 538 unit dengan 118.719 orang murid
sejumlah dan 10.962 orang guru.
Berdasarkan Tabel 2.2. diketahui bahwa pada Tahun 2015 jumlah
SD paling banyak ada di Kecamatan Konawe Selatan yaitu 335 unit
(13,67%) dan jumlah SD paling sedikit adalah Kecamatan Konawe
Kepulauan yaitu 49 unit (2%). Untuk tingkat SMP diketahui jumlah
terbanyak terdapat di Kecamatan Konawe Selatan yaitu 108 unit
(11,79%) dan jumlah paling sedikit terdapat di Kecamatan Konawe
Kepulauan yaitu 15 unit (1,64%). Sementara, jumlah SMA terbanyak
terdapat di Kecamatan Muna sebesar 61 unit dan jumlah SMA terkecil
terdapat di Kecamatan Konawe Kepulauan sebesar 8 unit (1,49%).
Berdasarkan data dari Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka
Tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berumur 15 tahun
keatas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kegiatan
dalam seminggu di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari kelompok yang
bekerja (working) sebesar 1.074.916 jiwa; pengangguran terbuka
(unemployment) sebesar 63.129 jiwa dan bukan angkatan kerja
(economically inactive) sebesar 527.050 jiwa. Diketahui, kelompok
penduduk terbesar pada angkatan kerja adalah kelompok tamat Sekolah
Dasar (SD) sebesar 24,32% dan terkecil adalah kelompok tamat Diploma
I/II/III/Akademi sebesar 2,83%.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 17
Tabel 2.2.
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru per Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015
Sumber: Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Tahun 2016, BPS
Sekolah % Murid % Guru % Sekolah % Murid % Guru % Sekolah % Murid % Guru %
Kabupaten
1 Buton 134 5,47% 19.299 5,69% 1.357 5,46% 74 8,08% 9.833 6,45% 983 7,29% 42 7,81% 6.678 5,63% 689 6,29%
2 Muna 229 9,34% 17.227 5,08% 2.534 10,20% 93 10,15% 15.755 10,34% 1.454 10,78% 61 11,34% 8.162 6,88% 1.343 12,25%
3 Konawe 290 11,83% 34.945 10,30% 2.784 11,21% 83 9,06% 14.915 9,79% 1.214 9,00% 47 8,74% 11.670 9,83% 867 7,91%
4 Kolaka 207 8,45% 32.136 9,47% 2.813 11,32% 82 8,95% 14.827 9,73% 1.299 9,63% 44 8,18% 10.414 8,77% 1.030 9,40%
5 Konawe Selatan 335 13,67% 41.760 12,30% 3.139 12,64% 108 11,79% 17.128 11,24% 1.936 14,36% 56 10,41% 11.842 9,97% 966 8,81%
6 Bombana 177 7,22% 21.579 6,36% 1.500 6,04% 59 6,44% 7.725 5,07% 689 5,11% 36 6,69% 6.082 5,12% 554 5,05%
7 Wakatobi 117 4,77% 14.157 4,17% 1.216 4,90% 54 5,90% 6.703 4,40% 767 5,69% 28 5,20% 5.579 4,70% 619 5,65%
8 Kolaka Utara 121 4,94% 17.736 5,23% 1.079 4,34% 50 5,46% 7.418 4,87% 554 4,11% 22 4,09% 5.325 4,49% 439 4,00%
9 Buton Utara 76 3,10% 9.020 2,66% 714 2,87% 41 4,48% 4.276 2,81% 376 2,79% 22 4,09% 3.130 2,64% 356 3,25%
10 Konawe Utara 101 4,12% 9.441 2,78% 778 3,13% 35 3,82% 3.965 2,60% 411 3,05% 20 3,72% 3.099 2,61% 309 2,82%
11 Kolaka Timur 140 5,71% 15.095 4,45% 929 3,74% 40 4,37% 5.332 3,50% 290 2,15% 23 4,28% 4.782 4,03% 241 2,20%
12 Konawe Kepulauan 49 2,00% 4.985 1,47% 400 1,61% 15 1,64% 1.930 1,27% 126 0,93% 8 1,49% 1.337 1,13% 207 1,89%
13 Muna Barat 94 3,84% 11.773 3,47% 847 3,41% 35 3,82% 4.878 3,20% 418 3,10% 14 2,60% 3.590 3,02% 357 3,26%
14 Buton Tengah 94 3,84% 15.239 4,49% 686 2,76% 33 3,60% 5.117 3,36% 334 2,48% 22 4,09% 4.727 3,98% 292 2,66%
15 Buton Selatan 66 2,69% 13.765 4,06% 527 2,12% 29 3,17% 5.240 3,44% 389 2,89% 16 2,97% 3.351 2,82% 252 2,30%
Kota
1 Kendari 146 5,96% 40.980 12,07% 2.319 9,34% 52 5,68% 17.710 11,62% 1.300 9,64% 52 9,67% 18.690 15,74% 1.524 13,90%
2 Baubau 75 3,06% 20.287 5,98% 1.219 4,91% 33 3,60% 9.614 6,31% 943 6,99% 25 4,65% 10.261 8,64% 917 8,37%
2.451 100% 339.424 100% 24.841 100% 916 100% 152.366 100% 13.483 100% 538 100% 118.719 100% 10.962 100%JUMLAH
SD / MI SMA / MASMP / MTsNo. Kabupaten/Kota
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 18
2.1.3. Legalitas Pembentukan Daerah
Sulawesi Tenggara pada masa pemerintahan Negara Kesultanan –
Kerajaan Nusantara hingga terbentuknya Kabupaten Sulawesi Tenggara
pada Tahun 1052 yang sebelumnya Afdeling. Hingga pada masa orde
lama tepatnya Tahun 1964, Kabupaten Sulawesi Tenggara dimekarkan
menjadi empat kabupaten (Daerah Tingkat II) yang merupakan baoan
dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Dengan pertimbangan
bahwa daerah ini memiliki wilayah daratan dan kepulauan yang cukup
luas, maka para tokoh masyarakat membentuk Panitia Penuntut Daerah
Otonom Tingkat I Suawesi Tenggara.
Hingga akhirnya pada 27 April 1964, Provinsi Sulawesi Tenggara
ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan Nomor 2 Tahun 1964 Juncto Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1964. Pada awalnya terdiri dari empat kabupaten, yakni: Kabupaten
Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton
dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran,
provinsi ini berkembang dengan memiliki 10 kabupaten dan 2 kota.
2.1.4. Nilai Budaya
Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai potensi yang luar biasa,
termasuk yang budaya (culture) yang beragam mulai dari rumah adat
berupa rumah panggung yang disebut Malige; pakaian adat yang berasal
dari Kendari; tarian daerah; senjata tradisional berupa keris, berbagai
suku dan bahasa hingga lagu daerah yang disebut Peia Tawa-tawa.
Berbagai ragam tarian tradisional yang masyarakat biasa
persembahkan pada setiap upacara tradisional maupun penyambutan
tamu agung yang diiringi oleh alat musik tradisional, seperti Tari
Balumpa, Tari Dinggu, Tari Molulo dan Tari Motasu (berladang).
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 19
Sementara suku dan marga di daerah ini antara lain: Suku Tolaki, Walio,
Laki, Muna, Buton, Marorene, Wowonili, Kulisusu, dan sebagainya.
Provinsi ini memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan
dialek yang berbeda-beda, yakni kelompok: Bahasa Tolaki, Bahasa Muna,
Bahasa Pongana, Bahasa Walio (Buton), Bahasa Cia-Cia dan Bahasa Suai.
Sedangkan untuk mengatur hubungan kehidupan antara masyarakat,
telah diberlakukan hukum adat yang senantiasa dipatuhi oleh warga
masyarakat. Jenis hukum adat tersebut antara lain: Hukum Tanah,
Hukum Pergaulan Masyarakat, Hukum Perkawinan dan Hukum Waris.
Selain itu, daerah ini terkenal juga dengan seni ukirnya yakni
ukiran perak, anyaman rotan dan meja gempol dari kayu. Lalu, terdapat
tradisi aduan kuda dan layang-layang tradisional Khagati yang terkenal di
Kabupaten Muna. Di lain sisi, terdapat industri tradisional tenun Buton di
Kota Baubau, Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara. Serta tenun
ikat yang dihasilkan di Kabupaten Wisata Wakatobi.
2.2. Profil Kabupaten Muna
2.2.1. Kedudukan Administratif, Astronomis, Geografis dan Demografis
Kabupaten Muna yang beribukota di Raha yang terkenal dengan
perhelatan tradisional aduan kuda tersebut merupakan daerah
kepulauan yang terletak di jazirah Sulawesi Tenggara meliputi bagian
utara Pulau Buton bagian utara dan bagian utara Pulau Muna serta
sebaran pulau-pulau kecil. Secara astronomis, Kabupaten Muna terletak
di bagan selatan garis khatulistiwa, antara 04° ’–5
°15’ Lintang Selatan
dan antara 122° ’–123
° ’ Bujur Timur.
Kabupaten yang mengalami pemekaran sebagian wilayahnya
menjadi Kabupaten Muna Barat sebagai kabupaten baru pada
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 20
pertengahan Tahun 2014 ini terletak di titik sangat strategis karena diapit
oleh dua kota besar Sulawesi Tenggara, Kota Kendari dan Kota Bau-bau.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Muna memiliki batas-batas
wilayah administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Tiworo dan Kabupaten
Konawe Selatan;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton; dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Spelman.
Sebelum terjadi pemekaran dengan Kabupaten Muna Barat,
kabupaten ini meliputi 33 kecamatan yang kemudian mengecil menjadi
22 kecamatan. Wilayahnya dikelilingi oleh sebaran pulau-pulau kecil yang
sebagian besar masih didiami oleh suku asli seperti Pulau Tobea Kecil,
Pulau Tobea Besar, Pulau Wataitonga, Pulau Bakealu dan Kepulauan
Tiworo (Pulau Maginti, Pulau Balu, Pulau Katela, Pulau Mandike, Pulau
Bero, Pulau Bango, Pulau Manoang, Pulau Gala, Pulau Kajoangin dan
Pulau Tobuan).
Gambar 2.2.
Keindahan Perairan Alam Muna
Sumber:
http://www.kabarmuna.com/media/k2/galleries/155/p1aprob1q
s1ahf2dipi6proi7c6.jpg
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 21
Pada perkembangannya karena adanya pemekaran desa Tahun
2015, Kabupaten Muna terdiri atas 22 unit kecamatan (subdistrict), 26
unit kelurahan (village), 154 desa (village) dan 1 unit permukiman
transmigrasi (UPT) serta 1 unit permukiman (UP). Berikut luas wilayah
dan jumlah penduduk di Kabupaten Muna Tahun 2015.
Tabel 2.3.
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Muna Tahun 2015
Sumber: Kabupaten Muna dalam Angka Tahun 2016, BPS
Berdasarkan Tabel 2.3. diatas, kecamatan dengan wilayah terluas
adalah Kecamatan Tongkuno sebesar 440,98 km² atau 21,43% dan
wilayah terkecil adalah Kecamatan Duruka seluas 11,52 km² dan 0,56%.
1 Tongkuno 440,98 21,43% 15.502 7,33 35
2 Tongkuno Selatan 57,26 2,78% 5.685 2,69 99
3 Parigi 123,76 6,01% 11.785 5,57 95
4 Bone 130,09 6,32% 5.536 2,62 43
5 Marodo 41,37 2,01% 6.547 3,09 158
6 Kabawo 204,94 9,96% 13.063 6,17 64
7 Kabangka 97,62 4,74% 9.887 4,67 101
8 Kontu Kowuna 70,56 3,43% 4.009 1,89 57
9 Kontunaga 50,88 2,47% 8.180 3,87 161
10 Watopute 100,12 4,87% 12.562 5,94 125
11 Katobu 12,88 0,63% 30.524 14,42 2.370
12 Lohia 49,81 2,42% 14.285 6,75 287
13 Duruka 11,52 0,56% 12.012 5,68 1.043
14 Batalaiworu 22,71 1,10% 13.609 6,43 599
15 Napabalano 105,47 5,13% 11.585 5,47 110
16 Lasalepa 107,92 5,24% 10.759 5,08 100
17 Towea 29,02 1,41% 5.077 2,40 175
18 Wakorumba Selatan 95,00 4,62% 4.518 2,13 48
19 Pasir Putih 89,53 4,35% 4.393 2,08 49
20 Pasir Kolaga 48,77 2,37% 4.163 1,97 85
21 Maligano 98,09 4,77% 5.518 2,61 56
22 Batukara 69,39 3,37% 2.423 1,14 35
2.057,69 100% 211.622,00 100 103
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km²)
JUMLAH
No. Kecamatan
Luas
Wilayah
(Km²)
%
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
%
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 22
Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Katobu sejumlah 30.524 jiwa
(14,42%) sekaligus merupakan wilayah terpadat sebesar 2.370 jiwa/km².
Sedangkan, jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Batukara
yakni 2.423 jiwa (1,14%) dan sekaligus merupakan wilayah terjarang
penduduknya selain Kecamatan Tongkuno sebesar 35 jiwa/km².
Berdasarkan Gambar 2.2. dibawah ini, dapat diketahui kecamatan
dengan wilayah adminitratif paling luas yaitu Kecamatan Tongkuno
mencapai 21,43% (440,98 km²) diikuti dengan Kecamatan Kabawo
dengan luas wilayah sebesar 9,96% (204,94 km²). Sedangkan kecamatan
dengan wilayah administratif terkecil adalah Kecamatan Duruka seluas
0,56% (11,52 km²) dari luas keseluruhan Kabupaten Muna.
Gambar 2.3.
Diagram Persentase Luas Wilayah Administratif per Kecamatan
Kabupaten Muna Tahun 2015
Sumber: Kabupaten Muna dalam Angka Tahun 2016, BPS
Kabupaten Muna memiiki karakteristik khusus dibandingkan
dengan daerah lainnya di Indonesia. Daerah ini disamping memiliki
wilayah daratan pulau induk (main island) juga memiliki gugusan pulau
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 23
kecil di sekitar pulau induk baik yang berpenghuni maupun yang tidak
berpenghuni serta dua daerah permukiman penduduk diatas air. Sebaran
pulau kecil tersebut berada di Selat Buton dan Selat Spelman sejumlah 8
pulau yang tersebar di 4 kecamatan.
Penduduk Kabupaten Muna berdasarkan proyeksi penduduk
Tahun 2015 sebanyak 211,622 jiwa yang terdiri atas 101.813 jiwa
penduduk laki-laki dan 109.809 jiwa penduduk perempuan dengan
rumah tangga (RT) sejumlah 46.690 RT. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Muna diketahui mencapai 103 jiwa/km² degan rata-rata
jumlah per RT adalah 5 orang. Kepadatan penduduk di 22 kecamatan
cukup beragam dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Katobu yakni 2.370 jiwa/km² dan terendah di Kecamatan Tongkuno dan
Batukara masing-masing sebesar 35 jiwa/km². Pada periode Tahun 2014–
2015, Laju pertumbuhan penduduk di kabupaten ini sekitar 1,3% dan
rasio jenis kelaminnya mencapai 93. (Sumber: Kabupaten Muna dalam
Angka Tahun 2016)
Secara garis besar, sebagian besar wilayah kabupaten ini ada pada
kemiringan lereng (slope) 0–2% seluas 158.295 Ha (53,40%). ketinggian
daratan Kabupaten Muna bervariatif antara 0–1.000 meter diatas
permukaan laut (dpl). Namun sebagian besar dari luas daratan itu berada
pada ketinggian 25–100 dpl, yakni sebesar 33,13% dari luas daratan
keseluruhan. Keadaan alam ini dijumai mulai dai timur ke selatan Kota
Raha lalu ke barat. Sedangkan luas daratan yang memiliki ketinggian
>1.000 meter dpl hanya sekitar 0,02% dari luas keseluruhan daratan.
Secara geologis, kabupaten ini memiliki jenis tanah mediteran, rensina
dan litosol.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 24
Kabupaten ini memiliki iklim tropis seperti sebagian besar daerah
di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26–30°C. Demikian juga
dengan musim, kabupaten ini mengalami dua musim, musim hujan dan
musim kemarau. Pada umumnya, musim hujan terjadi pada Desember
sampai dengan Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air
bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga mengakibatkan
hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai dengan
November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang
sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.
Gambar 2.4.
Suasana Kota Raha yang Senyap dan Tenang
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gerbang_Selamat_Datang.jpg
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada Tahun
2015 adalah 11 hari dengan rata-rata curah hujan adalah 122,39 mm dari
total 1.468,70 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Februari
sebesar 350,00 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 20 hari hujan.
Namun lima belas tahun terakhir kondisinya semakin tidak menentu dan
terjadi perubahan sangat radikal dari tahun ke tahun, kondisi ini
diprediksi akibat kerusakan hutan secara besar-besaran.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 25
Menurut hasil penelitian, Kabupaten Muna memiliki sungai yang
besar yakni Sungai Katangan dengan debit ait 670 liter/detik, Sungai
Wandoso dengan debit air 689 liter/detik, Sungai Lanoumba dengan
debit air 400 liter/detik dan Sungai Tabangka Balano dengan debit air
1.270 liter/detik. Selain itu, sungai besar lainnya adalah Sungai Kambara
dan Sungai Malogano.
2.2.2. Fasilitas Pendidikan
Selama ini pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten
Muna mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah indikator
pengukurnya terlihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) yang
merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk
usia sekolah. Tahun 2015, APS usia 7–12 tahun sebesar 100%, angka ini
menunjukkan bahwa dari 100 penduduk usia 7–12 tahun yang
mengeyam pendidikan SD adalah sebesar 100 orang. APS penduduk usia
13–15 tahun sebesar 100%, APS penduduk usia 15–18 tahun sebesar 78%
dan APS penduduk usia 19–24 tahun sebesar 21%.
Gambar 2.5.
Pendidikan Berbasis Informasi Teknologi di Kabupaten Muna
Sumber: http://topsultra.blogspot.co.id/2015/03/kabupaten-muna-belum-
siap-selenggarakan.html
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 26
Jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Muna
sebesar 393 unit yang terdiri dari sebanyak 243 unit setingkat Sekolah
Dasar (SD) dengan total 34.220 orang murid dan 2.615 orang guru;
sebanyak 92 unit setingkat Sekolah Menengah Pertama dengan total
murid 15.375 orang dan 1.305 orang guru; dan sebanyak 58 unit
setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 13.762 orang murid dan
1.433 orang guru.
Kecamatan Katobu memiliki fasilitas pendidikan terbanyak, yakni
39 unit sekolah yang terdiri dari 21 unit setingkat SD, 9 unit setingkat
SMP dan 9 unit setingkat SMA. Sedangkan kecamatan yang memiliki
fasilitas pendidikan terkecil yaitu 9 unit sekolah adalah Kecamatan
Tongkuno Selatan yang terdiri dari 6 unit setingkat SD, 2 unit setingkat
SMP dan 1 unit setingkat SMA; Kecamatan Pasir Kolaga yang terdiri dari 6
unit setingkat SD, 2 unit setingkat SMP dan 1 unit setingkat SMA; dan
Kecamatan Maligano yang terdiri dari 5 unit setingkat SD, 3 unit setingkat
SMP dan 1 unit setingkat SMA.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 27
Tabel. 2.4.
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten Muna Tahun 2015
Sumber: Kabupaten Muna dalam Angka Tahun 2016, BPS
Sekolah % Murid % Guru % Sekolah % Murid % Guru % Sekolah % Murid % Guru %
1 Tongkuno 22 9,05% 2.776 8,11% 198 7,57% 8 8,70% 1.170 7,61% 93 7,13% 4 6,90% 1.150 8,36% 106 7,40%
2 Tongkuno Selatan 6 2,47% 978 2,86% 63 2,41% 2 2,17% 419 2,73% 32 2,45% 1 1,72% 111 0,81% 21 1,47%
3 Parigi 17 7,00% 2.026 5,92% 159 6,08% 5 5,43% 839 5,46% 63 4,83% 2 3,45% 557 4,05% 43 3,00%
4 Bone 9 3,70% 914 2,67% 75 2,87% 3 3,26% 353 2,30% 30 2,30% 1 1,72% 269 1,95% 28 1,95%
5 Marodo 9 3,70% 1.432 4,18% 71 2,72% 4 4,35% 298 1,94% 36 2,76% 2 3,45% 122 0,89% 17 1,19%
6 Kabawo 18 7,41% 2.164 6,32% 177 6,77% 5 5,43% 1.053 6,85% 85 6,51% 1 1,72% 778 5,65% 44 3,07%
7 Kabangka 10 4,12% 1.504 4,40% 115 4,40% 4 4,35% 503 3,27% 44 3,37% 4 6,90% 535 3,89% 72 5,02%
8 Kontu Kowuna 7 2,88% 636 1,86% 63 2,41% 2 2,17% 469 3,05% 34 2,61% 2 3,45% 280 2,03% 33 2,30%
9 Kontunaga 9 3,70% 1.296 3,79% 94 3,59% 2 2,17% 431 2,80% 31 2,38% 2 3,45% 377 2,74% 54 3,77%
10 Watopute 15 6,17% 2.073 6,06% 161 6,16% 4 4,35% 833 5,42% 65 4,98% 2 3,45% 453 3,29% 62 4,33%
11 Katobu 21 8,64% 4.652 13,59% 350 13,38% 9 9,78% 2.095 13,63% 204 15,63% 9 15,52% 3.543 25,74% 349 24,35%
12 Lohia 17 7,00% 2.251 6,58% 195 7,46% 4 4,35% 1.183 7,69% 91 6,97% 3 5,17% 383 2,78% 87 6,07%
13 Duruka 12 4,94% 1.793 5,24% 138 5,28% 3 3,26% 365 2,37% 38 2,91% 3 5,17% 340 2,47% 50 3,49%
14 Batalaiworu 10 4,12% 1.466 4,28% 148 5,66% 6 6,52% 1.686 10,97% 126 9,66% 7 12,07% 2.276 16,54% 204 14,24%
15 Napabalano 13 5,35% 2.130 6,22% 140 5,35% 5 5,43% 861 5,60% 64 4,90% 6 10,34% 1.259 9,15% 119 8,30%
16 Lasalepa 10 4,12% 1.580 4,62% 119 4,55% 7 7,61% 825 5,37% 73 5,59% 2 3,45% 219 1,59% 30 2,09%
17 Towea 5 2,06% 902 2,64% 57 2,18% 4 4,35% 280 1,82% 35 2,68% 1 1,72% 50 0,36% 7 0,49%
18 Wakorumba Selatan 7 2,88% 713 2,08% 58 2,22% 2 2,17% 355 2,31% 29 2,22% 1 1,72% 279 2,03% 23 1,61%
19 Pasir Putih 9 3,70% 762 2,23% 75 2,87% 5 5,43% 430 2,80% 56 4,29% 1 1,72% 305 2,22% 23 1,61%
20 Pasir Kolaga 6 2,47% 741 2,17% 58 2,22% 2 2,17% 245 1,59% 19 1,46% 1 1,72% 41 0,30% 18 1,26%
21 Maligano 5 2,06% 890 2,60% 49 1,87% 3 3,26% 417 2,71% 37 2,84% 1 1,72% 302 2,19% 23 1,61%
22 Batukara 6 2,47% 541 1,58% 52 1,99% 3 3,26% 265 1,72% 20 1,53% 2 3,45% 133 0,97% 20 1,40%
243 100% 34.220 100% 2.615 100% 92 100% 15.375 100% 1.305 100% 58 100% 13.762 100% 1.433 100%
SMA / MA
JUMLAH
No. Kabupaten/KotaSD / MI SMP / MTs
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 28
Kondisi demografi kabupaten ini sendiri relatif homogen melihat
bahwa wilayah ini dihuni oleh 95% suku asli Muna yang secara mayoritas
beragama Islam. Namun ironisnya, tingkat terjadinya konflik kekerasan
semakin meningkat di generasi anak-anak muda dimana perilaku
tersebut dipengaruhi oleh pergeseran sosial budaya sekaligus kurangnya
manajemen konflik di kalangan masyarakat.
Belajar dari kondisi tersebut, masyarakat Muna pada dasarnya
perlu kembali pada falsafah besar Raja Muna Lakilaponto Putra
Sugimanuru: Hansuru-hansuru badha, sumanomo koemo hasuru liwu,
Hansuru-hansuru liwu, sumanomo koemo hasuru sara, Hansuru-hansuru
sara, sumanomo koemo hasuru adhati, Hansuru-hansuru adhati,
sumanomo notangka agama”, yang berarti hancur-hancur badan kami
asal jangan hancur negeri kami, hancur-hancur negeri kami asal jangan
hancur pemerintahan kami, hancur-hancur pemerintahan kami asal
jangan hancur adat istiadat kami, hancur-hancur adat istiadat kami
asalkan agama Islam tetap tegak berdiri .
Bicara tentang pembangunan permukiman transmigrasi, Kepala
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara
menatakan bahwa pada Tahun 2017 Kabupaten Muna tidak lagi
menerima warga transmigran. Hanya Kabupaten Muna Barat yang masih
merealisasikan program penempatan warga transmigran sebanyak 50 KK
yang terdiri dari 25 KK transmigran penempatan asal (TPA) dan 25 KK
transmigran penempatan setempat (TPS). Warga transmigran yang
ditempatkan di Kabupaten Muna berasal dari Provinsi DIY, Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Program penempatan transmigran di
Kabupaten Muna terakhir direalisasikan pada Tahun 2016 yang berasal
dari Provinsi Jawa Barat sejumlah 10 KK tepatnya di Kawasan Maligano.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 29
Saat ini Kabupaten Muna hanya dapat dijangkau melalui udara
dan laut dari Kota Kendari. Gerbang utama wilayah ini adalah Kota Raha
baik Bandara Sugi Manuru maupun Pelabuhan Nusantara Raha. Layanan
penerbangan menuju wilayah ini dapat ditempuh melalui Bandar Udara
Sultan Hassanudin di Kota Makassar menuju Bandar Udara Sugi Manuru
di Kecamatan Kusambi dengan maskapai Ekspress Air dan Wings Air.
Perjalanan dari Kota Makassar menuju Waisai melalui jalur udara dengan
Ekspress Air ditempuh seminggu dua kali, sedangkan jalan laut dengan
kapal ferri ditempuh dalam waktu sekitar 3,5 jam dengan frekuensi
penyeberangan setiap hari dua kali.
2.2.3. Legalitas Pembentukan Daerah
Perjuangan pembentukan Kabupaten Muna seiring dengan
perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam perjuangan
ini dilakukan secara sinergis antara tokoh muda dan tokoh tua baik yang
ada di tanah Muna maupun yang ada di perantauan, baik perorangan
maupun organisasi seperto Batalyon SADAR (Sarekat Djasa Rahasia) dan
Barisan 20. Tokoh-tokoh Muna itu berjuang demi mempertahankan
tanah Muna dari apapun.
Melewati empat fase jejak perjuangan, pembentukan Kabupaten
Muna berujung pada terbitnya Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959
tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi termasuk
didalamnya Kabupaten Muna dengan ibukota Raha. Pada awal
pengusulan, kabupaten ini terdiri dari empat Ghoerah (distrik) yakni
Distrik Katobu, Distrik Lawa, Distrik Kabawo dan Distrik Tongkuno.
Dari empat distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk
suatu kabupaten, maka diadakan pendekatan dengan beberapa tokoh
pada saat itu yaitu tokoh Masyarakat Kulisusu, tokoh Masyarakat
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 30
Wakorumba, dan tokoh Masyarakat Tiworo Kepulauan, yang pada saat
itu ketiga distrik tersebut adalah distrik Kulisusu diwakili oleh Laode
Ganiru dan Laode Ago, Distrik Wakorumba diwakili oleh Laode Hami dan
Laode Haju, Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti.
Berdasarkan kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh
tersebut untuk bergabung dalam pemerintahan Kabupaten Muna, maka
doktrin untuk terbentuknya Kabupaten Muna sudah tidak ada masalah
lagi. Pada 2 Maret 1960 terbentuklah Kabupaten Muna secara
administratif dan yuridis dengan Bupati Muna yang menjabat pertama
kali adalah Laode Abdul Kudus dengan periode jabatan selama satu
tahun pada 2 Maret 1960 – 3 Maret 1961.
2.2.4. Nilai Budaya
Dalam peradaban masyarakat Muna, dikenal beberapa budaya
atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari yang masih
bertahan, baik adat istiadat berupa acara selamatan maupun warisan
budaya. Adat istiadat tersebut diantaranya sebagai berikut:
1] Kasambu (penyuapan)
Setelah beberapa bulan uacara pernikahan berlangsun dan sang istri
mulau tampak hamil tua, akan diadakan upacara kasambu /
penyuapan. Acara ini hanya dilaksanakan sekali yakni ketika menanti
kelahiran bayi pertama pada saat kandungan istri memasuki usia 7
bulan. Maksudnya adalah agar janin dijauhkan dari gangguan
makhluk halus yang mungkin dapat menghambat kelahiran si bayi.
2] Kampua / Kaalano Wulu
Setelah bayi lahir, tidak diperbolehkan dibawa kemana-mana dalam
rentang waktu tertentu atau diturunkan di tanah sebelum dilakukan
aqiqah untuk si bayi untuk menghindarkan dari gangguan makhluk
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 31
halus atau terkena penyakit. Menjelang 7 hari kelahiran, diadakan
doa selamat yang dirangkaikan dengan pengguntingan rambut.
3] Kasariga
Kebiasaan yang dilakukan setelah pasangan suami istri memiliki anak
dengan tujuan yakni anak-anak yang mereka terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan misalnya gangguan roh halus, lebodohan dan
lain sebagainya.
4] Kangkilo dan Katoba
Kangkilo adalah acara keluarga dalam rangka menyunatkan anak
laki-laki, dilanjutkan dengan Katoba yang berarti ikrar atau janji yang
dipimpin oleh penghulu agama yang mengajarkan kebaikan kepada
anak seperti mengucapkan kalimat syahadat dan ketentuan lainnya.
6] Kariaa / Pingitan
Tradisi Kariaa adalah cara Suku Muna menanamkan pendidikan
karakter terhadap anak perempuannya yang disebut Kofasampu.
Acara yang dilakukan orang tua untuk anaknya sebagai pelunasan
kewajiban dan tanggungjwab orang tua sebelum anaknya menikah.
Gambar 2.6.
Tradisi Kariaa sebagai Prosesi Penanaman Karakter Anak
Sumber: https://denmasdeni.blogspot.co.id/2016/01/tradisi-
kariaa-cara-suku-muna.html
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 32
7] Pernikahan
Ada beberapa istilah tahapan dalam rangkaian pernikahan di
masyarakat Muna, antara lain: Dofeenagho tugguno karete (penjaga
halaman); Dofofeena (Meminang); Kafosulino katulu (kedua
mempelai bersama-sama ke rumah mempelai laki-laki); Dofelei
(pernikahan yang tidak sesuai dengan tatanan adat), dan sebagainya.
8] Kaago-ago
Suatu prosesi adat sebagai pertanda dimulainya musim tanam
dengan dipandi seorang tokoh adat.
Selain beragam adat tersebut, terdapat warisan budaya masyaakat
Muna dalam beragam bentuk seperti tarian dan musik tradisional, silat,
atraksi, hasil kerajinan dan sebagainya.
1] Atraksi Kuda
Atraksi perkelahian kuda hanya terdapat di Kecamatan Lawa, sekitar
15 Km dari pusat Kota Raha. Pertunjukan dimulai pada saat kedua
ekor kuda jantan dibuat marah dengan cara menarik kuda didepan
kuda jantan lainnya. Atraksi ini biasanya dipertunjukkan pada acara
HUT Kabupaten Muna, pasca panen, penyambutan tamu agung.
2] Tari Ntiarasino
Kesenian asli Suku Muna yang disebut Tari Ntiarasino yang dalam
bahasa sastra Muna berarti yang dipuja. Ditujukan kepada orang
yang menjadi patriot pejuang pembela tanah air dan juga ungkapan
rasa haru yang mendalam.
3] Musik Tradisional
Musik tradisional ini perpaduan beberapa alat musik yang terdiri dari
Mata Tou, Gambus, Kusapi (kecapi), Dodraba (Biola), Kaganda-ganda
Mbite, Suli Anabati (Sling), Paka-paka (belahan bambu yang dipuluk),
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 33
Bhoka-bhoka (sepotong bambu yang dipotong), Ganda (Gendang),
dan Mbololo (Gong).
4] Ewa Wuna
Ewa Wuna dalam Bahasa Muna berarti silat yang dipentaskan
sebagai tari penyambutan dengan diiringi musik Rambi Wuna.
Gambar 2.7.
Seni Beladiri Lokal Ewa Wuna Masih Ada
Sumber: https://udhany.wordpress.com/2016/02/06/ewa-wuna-
masih-ada/
5] Kantola
Merupakan jenis lagu seriosa versi Muna berisi pantun yang saling
berbalasan dan dibawakan secara beregu oleh grup laki-laki maupun
perempuan.
6] Hule / Gasing
Sebuah kesenian tradisional dalam menuntun tanaman yang menjadi
bakal buah (Ghofa Nofehulemu) hingga masa panen dan dimainkan
oleh empat orang yang masing-masing memiliki makna berbeda.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 34
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara lokal /
daerah. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan
ekonomi.
Pengembangan suatu daerah sangat tergantung pada potensi alam dan
ekonomi yang dimilikinya serta dukungan kebijakan pemerintah dalam
mengatur pengembangan potensi unggulan daerah. Dan, pengembangan
ekonomi daerah adalah suatu proses pemanfaatan setiap sumberdaya publik
yang tersedia. Kebijakan pemerintah mengenai pengembangan potensi
unggulan daerah di Kabupaten Muna tertuang pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) ataupun arahan kebijakan pemerintah daerah yang
dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi / Kabupaten (RTRWP /
RTRWK) serta program pembangunannya yang dituangkan dalam Program
Pemerintah Daerah (PROPEDA) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kabupaten Muna.
BAB III
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DAERAH TENTANG
PENGEMBANGAN POTENSI
PRODUK UNGGULAN DAERAH
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 35
3.1. Kebijakan Pemerintah Daerah menurut Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten (RPJMK) Muna Tahun 2014–2034
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan alat untuk
implementasi ruang, regulasi atau kebijakan, pengembangan penduduk,
perencanaan pemanfaatan ruang wilayah, rencana struktur tingkat pelayanan
publik, rencana sistem transportasi, rencana sistem jaringan utilitas wilayah,
rencana kepadatan bangunan lingkungan, rencana ketinggian bangunan,
rencana pemanfaatan air baku, rencana penanganan lingkungan wilayah,
tahapan pelaksanaan pembangunan wilayah dan indikasi unit pelayanan
wilayah.
Pemerintah Kabupaten Muna akhirnya telah menyelesaikan RTRW
Kabupaten pada awal Tahun 2014 setelah tertunda selama tiga tahun dan
ditetapkan melalui sidang Paripurna DPRD Muna. Berlarutnya pembahasan
dokumen RTRW Kabupaten Muna ini karena terbentur oleh petunjuk teknis
yakni Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2007 tetang Penataan Ruang.
Pengesahan RTRW Kabupaten Muna mengacu pada Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muna Tahun
2014–2034. Regulasi RTRW Kabupaten Muna tersebut sebagai pedoman
pembangunan ruang kewilayahan.
Salah satu bentuk penataan wilayah yang diatur di dalam RTRW tersebut
adalah perencanaan pemanfaatan lahan dan kawasan. Sesuai dengan RTRW
Kabupaten Muna, rencana pemanfaatan lahan dan penataan kawasan di
Kabupaten Muna terbagi ke dalam dua kawasan, yaitu kawasan lindung dan
kawasan budi daya. Kepatuhan pelaksanaan penggunaan lahan terhadap RTRW
Kabupaten Muna baru mencapai 80% yang diakibatkan oleh banyaknya alih
fungsi lahan. Berikut uraian pembagian kawasan Menurut RTRW Kabupaten
Muna Tahun 2014–2034.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 36
3.1.1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Muna meliputi
kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau
atau waduk, kawasan sekitar mata air, sempadan irigasi, dan kawasan
pelestarian alam dan cagar budaya.
3.1.1.1. Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai. Kriteria penetapan sempadan pantai
dataran sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan perlindungan sepanjang
pantai di Kabupaten Muna berada di Kecamatan Parigi,
Kecamatan Marobo, Kecamatan Towea, Kecamatan Wakorumba
Selatan, Kecamatan Napabalano, Kecamatan Pasir Putih,
Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Lohia,
dan Kecamatan Lasalepa.
Pada kawasan sempadan pantai ini terdapat fungsi
budidaya seperti perikanan dan fungsi pariwisata, termasuk fungsi
permukiman penduduk. Guna menjaga kawasan sekitar pantai
dari kerusakan lingkungan dan kerusakan ekosistem pantai, maka
perlu adanya perlindungan terhadap sempadan pantai, untuk
melindungi pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian
fungsi pantai dan juga untuk mengantisipasi gelombang pasang
(ureno bhasari). Sehingga perlu dilakukan pembatasan perluasan
kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan setempat.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 37
Kawasan sempadan pantai merupakan kawasan
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai, yaitu:
1. Wilayah yang mempunyai kawasan sempadan
pantai di Kecamatan Parigi, Kecamatan Marobo,
Kecamatan Towea, Kecamatan Wakorumba
Selatan, Kecamatan Napabalano, Kecamatan Pasir
Putih, Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan
Tongkuno, Kecamatan Lohia, dan Kecamatan
Lasalepa;
2. Pengembangan kawasan hutan bakau; dan
3. Perlindungan ekosistem pantai dengan
pengendalian secara ketat untuk kegiatan budidaya
di wilayah pesisir.
3.1.1.2. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang
kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi
primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan
fungsi sungai. Adapun rencana pengembangan kawasan
perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Muna, yaitu:
1. Sungai besar di luar kawasan permukiman
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter;
2. Pada anak sungai besar di luar kawasan
permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 50
meter;
3. Pada sungai besar dan anak sungainya di kawasan
permukiman di tetapkan 15 meter.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 38
4. Untuk sungai bertanggul diukur 15 meter dari
kanan dan kiri kaki tanggul bagian luar sepanjang
tanggul sungai;
5. Untuk sungai yang tidak bertanggul diukur 15
meter dari titik banjir ke arah daratan.
Rencana perlindungan kawasan sempadan sungai
merupakan kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk
sungai buatan/kanal yang mempunyai manfaat penting untuk
melestarikan fungsi sungai, yang meliputi sungai dan
perlindungan sempadan sungai dengan pemanafaatan sebagai
pariwisata alam melalui penetapan kawasan tepian sungai.
3.1.1.3. Kawasan Sempadan Danau
Kawasan sekitar danau adalah kawasan tertentu di
sekeliling danau yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi danau. Adapun kriteria
penetapan sempadan danau adalah daratan sepanjang tepian
danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat. Di Kabupaten Muna terdapat danau La Wula Moni di
Kecamatan Kabawo.
Guna meminimalisasi adanya erosi dan sedimentasi
pada danau, maka perlu upaya perlindungan sekitar danau juga
antisipasi kerusakan lingkungan. Rencana penetapan
perlindungan danau di Kabupaten Muna secara keseluruhan
kurang lebih 60.000 m2. Kawasan sekitar danau merupakan
kawasan tertentu di sekelilingnya yang mempunyai manfaat
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 39
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau,
meliputi keseluruhan kawasan Danau La Wula Moni.
3.1.1.4. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan perlindungan sekitar mata air yaitu sekurang-
kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Kawasan
sekitar mata air adalah berupa kawasan dengan jarak 200 (dua
ratus) meter disekeliling mata air di dalam kawasan permukiman
dan 100 (seratus) meter dari sekeliling mata air di dalam kawasan
permukiman. Rencana pengembangan kawasan sekitar mata air
di Kabupaten Muna, yaitu:
1. Perlunya peraturan yang mengikat khususnya
terkait pengeboran air bawah tanah dalam skala
besar yang dapat memengaruhi kandungan sumber
air yang ada;
2. Pengawasan terhadap industry / pihak lain yang
melakukan pengeboran terhadap ABT (Air Bawah
Tanah) perlu diperketat, karena pengeboran yang
tidak terkendali dikuatirkan akan mengurangi
kandungan sumber mata air di tempat yang lain
khususnya sumber air yang dipakai oleh
masyarakat secara luas, misalnya sumber mata air
Jompi di Jompi, sumber mata air Lambiku di
Lambiku, sumber mata air La wula Moni di Kabawo,
sumber mata air Motonuno di Lohia, sumber mata
air di Wakumoro Kecamatan Parigi, dan sumber
mata air Kamonu (air dalam gua) di Walengkabola,
Kecamatan Tongkuno.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 40
3.1.1.5. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung ditetapkan yang fungsinya
untuk menjaga kelestarian hutan sebagai penyangga sumber
mata air dan perlindungan terhadap keanekaragaman jenis
tumbuhan, fatwa dan tipe ekosistem. Di Kabupaten Muna
terdapat hutan yang termasuk kategori hutan lindung yaitu hutan
Jompi di sekitar Kota Raha, hutan Lambiku dan hutan Tampo di
Kecamatan Napabalano. Rencana pengembangan kawasan hutan
lindung di Kabupaten Muna, yaitu: (i) perlunya peraturan yang
mengikat dalam rangka penyelamatan hutan lindung; dan (ii)
pengembangan hutan wisata yang terintegrasi dengan kegiatan
ekonomi masyarakat setempat.
3.1.1.6. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan
pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan
bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat
berkembangnya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung
pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya di
belakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang jaraknya dari
garis air surut terendah ke arah darat sebesar 130 (seratus tiga
puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, di sepanjang sebagian pantai di wilayah pesisir
Kabupaten Muna.
Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi
penyeimbang lingkungan pantai sehingga harus dilestarikan, dan
diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga untuk
tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak maksimum 20% dari
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 41
total wilayah bakau yang ada. Rencana penetapan untuk
perlindungan kawasan hutan bakau di wilayah pesisir yang
terdapat di Kabupaten Muna, meliputi:
1. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Napabalano;
2. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Lasalepa;
3. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Maligano;
4. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Wakorumba
Selatan;
5. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Parigi;
6. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Marobo;
7. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Pasikolaga;
8. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Kabangka; dan
9. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Batalaiworu.
3.1.1.7. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Muna meliputi
kawasan terumbu karang. Kawasan ini merupakan bagian dari
ekosistem laut dan pesisir. Terumbu karang merupakan kawasan
konservasi sumber daya ikan yaitu kawasan perairan tepian
pantai dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan.
Kawasan ini terletak di seluruh Kecamatan yang
termasuk wilayah pesisir, antara lain: Kecamatan Parigi,
Kecamatan Marobo, Kecamatan Towea, Kecamatan Wakorumba
Selatan, Kecamatan Napabalano, Kecamatan Pasir Putih,
Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Lohia
dan Kecamatan Lasalepa.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 42
Rencana perlindungan, konservasi dan rehabilitasi
kawasan terumbu karang di pesisir Kabupaten Muna, yaitu:
1. Perlindungan terumbu karang untuk peningkatan
sumber daya ikan dan melarang untuk kegiatan
yang menyebabkan kerusakan kualitas sumber
daya alam tersebut;
2. Membatasi dan tidak boleh menggunakan wilayah
secara langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi sumber daya ikan.
Gambar 3.1.
Terumbu Karang di Perairan Kabupaten Muna
Sumber: https://formuna.wordpress.com/2016/09/05/terumbu-
karang-di-perairan-laut-kabupaten-muna/
3.1.2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Sementara itu, kawasan hutan masih merupakan salah satu
kawasan yang cukup luas di Kabupaten Muna. Pada Tahun 2015, luas
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 43
kawasan hutan di Kabupaten Muna sebesar 44.214 Ha. Kawasan hutan
tersebut meliputi hutan produksi biasa 5.899 hektar, hutan produksi
terbatas 1.472 Ha, hutan lindung 22.991 Ha, hutan wisata/PPA 9.975 Ha
dan hutan produksi yang dapat dikonversikan seluas 3.877 Ha. Produksi
kayu jati logs Tahun 2015 sebesar 7.804,45 m3, produksi kayu jati
konversi S sebesar 1.478,76 m3
dan jumlah kayu rimba konversi sebesar
88,35 m3.
Adapun rincian statistik kehutanan Kabupaten Muna menurut
penggunaan lahan tertera dalam Tabel 3.1. berikut.
Tabel 3.1.
Data Statistik Kehutanan Kabupaten Muna
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Muna Tahun 2014 –
2034, Bappeda Kabupaten Muna
3.1.2.1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi kawasan
peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan
produksi tetap dan kawasan peruntukan hutan produksi yang
dapat dikonversi. Rencana pengembangan hutan produksi biasa di
wilayah Kabupaten Muna seluas ±5.899 Ha, meliputi
pengembangan kawasan hutan produksi terbatas dengan luas
±1.472 Ha, dan pengembangan kawasan hutan produksi yang
2012 2013 2014 2015
1 Hutan Produksi Biasa (Ha) 43.104 43.104 5.899 5.899
2 Hutan Produksi Terbatas (Ha) 1.472 1.472 1.472 1.472
3 Hutan Lindung (Ha) 30.750 30.750 22.991 22.991
4 Hutan Wisata/PPA (Ha) 9.975 9.975 9.975 9.975
5 Hutan Produksi yang Dapat Dikonversikan (Ha) 8.953 8.953 3.877 3.877
94.254 94.254 44.214 44.214
NO. URAIAN
JUMLAH
TAHUN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 44
dapat dikonversi dengan luas ±3.877 Ha. Sampai dengan akhir
tahun perencanaan, luas lahan tersebut diatas harus tetap
dipertahankan untuk mendukung pelestarian dan kelestarian
alam sekitar.
3.1.2.2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan yang
diperuntukkan untuk kegiatan eksploitasi hasil hutan melalui
sistem tebang pilih. Kriteria penetapan kawasan hutan produksi
terbatas mencakup:
1. Tingkat kelerengan;
2. Jenis tanah;
3. Curah hujan dengan nilai skor 125-174 dan berada
diluar hutan suaka alam dan hutan pelestarian
alam.
Kawasan ini juga dapat berfungsi sebagai kawasan
penyangga (buffer zone) antara kawasan budidaya non-kehutanan
dengan kawasan lindung. Adapun rencana pengembangan
kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Muna adalah
seluas ±1.472 Ha.
3.1.2.3. Kawasan Hutan Produksi Tetap/Biasa
Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan yang
diperuntukkan bagi hutan produksi tetap yang dieksploitasi
melalui sistem tebang pilih atau tebang habis dan tanam.
Kawasan ini juga dapat berfungsi sebagai kawasan penyangga
(buffer zone) antara kawasan budidaya non-kehutanan dengan
kawasan lindung.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 45
Rencana pengembangan kawasan hutan produksi tetap
di Kabupaten Muna dengan luas ±5.899 Ha. Kawasan hutan ini
secara ruang apabila digunakan untuk budidaya hutan alam atau
hutan tanaman dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas
sektor dan sub-sektor serta kegiatan ekonomi
lainnya;
2. Meningkatkan fungsi lindung;
3. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan
sumber daya hutan;
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di
daerah setempat;
5. Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
6. Meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk
masyarakat setempat;
7. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta
masyarakat terutama di daerah setempat.
3.1.2.4. Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah
kawasan hutan yang dapat dialihfungsikan bila diperlukan.
Rencana pengembangan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi di Kabupaten Muna dengan luas ±3.877 Ha.
3.1.2.5. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian di Kabupaten Muna terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan tanaman pangan;
2. Kawasan peruntukan hortikultura;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 46
3. Kawasan peruntukan perkebunan; dan
4. Kawasan peruntukan peternakan.
Rencana pengembangan lahan pertanian di Kabupaten
Muna seluas ±1.802 Ha, meliputi pengembangan kawasan
peruntukan pertanian lahan basah yang ditetapkan juga sebagai
lahan pangan pertanian berkelanjutan sesuai dengan daya dukung
dan hasil studi dengan luas ±770 Ha, dan pengembangan kawasan
peruntukan lahan kering dengan luas ±197.711 Ha. Rencana
pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Muna meliputi:
1. Rencana pengembangan kawasan peruntukan
pertanian lahan basah yang juga ditetapkan sebagai
lahan pangan pertanian berkelanjutan dengan luas
±1.802 ha meliputi Kecamatan Tongkuno 24 Ha,
Kecamatan Parigi 355 Ha, dan Kecamatan Kabawo
293 Ha, Kecamatan Kabangka 50 Ha, dan
Kecamatan Kontu Kowuna 48 Ha;
2. Rencana pengembangan kawasan peruntukan
pertanian lahan kering dengan luas ±197.711 Ha,
meliputi Kecamatan Kabawo 2.015 Ha, Kecamatan
Kabangka 991 Ha, Kecamatan Kontu Kowuna 257
Ha, Kecamatan Kontunaga 1.441 Ha, Kecamatan
Watoputi 900 Ha, Kecamatan Lohia 700 Ha,
Kecamatan Bata Laiworu 115 Ha, Kecamatan
Napabalano 600 Ha, Kecamatan Lasalepa 900 Ha,
Kecamatan Wakorumba Selatan 605 Ha,
Kecamatan Maligano 572 Ha, dan Kecamatan
Bahutara 815 Ha;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 47
3. Rencana pengembangan kawasan peruntukan
hortikultura meliputi seluruh Kecamatan yang
menyatu dengan perkebunan rakyat;
4. Kawasan peruntukan perkebunan seluas 32.814 Ha,
terletak di Kecamatan Tongkuno 3.310 Ha,
Kecamatan Tongkuno Selatan 1.500 Ha, Kecamatan
Parigi 4.350 Ha, Kecamatan Bone 1.799 Ha,
Kecamatan Marobo 652 Ha, Kecamatan Kabawo
3.372 Ha, Kecamatan Kabangka 2.696 Ha,
Kecamatan Kontu Kowuna 985 Ha, Kecamatan
Kontu Naga 2.845 Ha, Kecamatan Watoputi 2.600
Ha, Kecamatan Lohia 1.280 Ha, Kecamatan Duruka
170 Ha, Kecamatan Bata Laiworu 365 Ha,
Kecamatan Napa Balano 1.600 Ha, Kecamatan
Lasalepa 1.325 Ha, Kecamatan Towea 305 Ha,
Kecamatan Wakorumba Selatan 1.108 Ha,
Kecamatan Pasir Putih 815 ha, Kecamatan Pasi
Kolaga 350 Ha, Kecamatan Maligano 572 Ha, dan
Kecamatan Batukara 815 Ha;
5. Kawasan peruntukan peternakan terdiri dari ternak
sapi dan kambing yang relatif tersebar di seluruh
kecamatan.
Rencana pengembangan kawasan pertanian meliputi:
Pemantapan fungsi kawasan peruntukan pertanian
irigasi teknis;
Penetapan kawasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 48
Peningkatan produktivitas kawasan pertanian lahan
basah dan beririgasi teknis melalui pola
intensifikasi, diversifikasi dan pola tanam sesuai
dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; dan
Pengembangan infrastuktur sumber daya air yang
mampu menjamin ketersediaan air.
Kegiatan pendukung untuk pertanian di Kabupaten
Muna diarahkan sebagai kawasan agropolitan yang meliputi
kawasan agropolitan di Kecamatan Kabawo, Kabangka, Tongkuno
dan Parigi. Agropolitan merupakan penyediaan sentra untuk
agropolitan dan pengembangannya dengan menyediakan lahan
pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan merupakan hasil studi sebagai pemenuhan
kebutuhan pangan.
Sektor pertanian di Kabupaten Muna diarahkan pada
pengembangan pertanian perkotaan dan perdesaan. Adapun
kebijakan penataan ruang untuk kawasan pertanian ini meliputi:
1. Kawasan pertanian perdesaan yang terdiri dari:
Pengoptimalan area pertanian yang ada
melalui usaha intensifikasi lahan;
Perluasan area pertanian dengan merubah
penggunaan lahan non produktif dan
memerhatikan pola penggunaan lahan
optimal;
Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan
dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi
penggunaan kegiatan lain;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 49
Peningkatan kualitas produksi melalui kualitas
teknologi pertanian; dan
Perbaikan saluran irigasi.
2. Kawasan pertanian perkotaan yang terdiri dari:
Pengoptimalan lahan pertanian yang ada
melalui kegian intensifikasi lahan;
Pengembangan kawasan pertanian
mempertimbangkan penataan ruang terbuka
hijau yang ada; dan
Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan
dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi
penggunaan kegiatan lain.
Secara umum, tanaman pangan yang diusahakan di
Kabupaten Muna adalah padi, baik padi sawah maupun padi
ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai,
dan kacang hijau. Jika dilihat secara umum, luas panen tanaman
pangan yang mengalami kenaikan adalah padi sawah, jagung dan
kacang tanah, sedangkan padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, kacang
kedelai dan kacang hijau menurun dibanding tahun sebelumnya.
Produksi tanaman padi selama 5 tahun terakhir (Tahun
2011–2015), antara Tahun 2011–2013 terjadi peningkatan
produksi dari 6.662 ton menjadi 12.764 ton, namun pada tahun
selanjutnya terus mengalami penurunan produksi hingga
mencapai 7.885 ton pada Tahun 2015.
Produksi jagung selama 5 tahun terakhir (Tahun 2011–
2015) terus mengalami penurunan dari 49.263 ton pada Tahun
2010 menjadi 32.007 ton pada Tahun 2015. Menurunnya produksi
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 50
jagung tersebut disebabkan oleh berkurangnya luas panen dari
14.785 Ha pada Tahun 2011 menjadi 13.159 Ha pada Tahun 2015.
Gambar 3.2.
Kabupaten Muna Terapkan Tanaman Jagung Unggul Hibrida
Sumber: http://www.beritasatu.com/agribisnis/454723-
industri-pakan-ternak-maksimalkan-jagung-lokal.html
Demikian juga dengan produksi ubi kayu juga
mengalami penurunan cukup signifikan dari jumlah produksi
sebesar 27.221 ton pada Tahun 2011 menjadi 19.110 ton pada
Tahun 2015. Produksi kacang tanah selama 5 tahun terakhir
(Tahun 2011–2015), antara Tahun 2011–2014 terjadi peningkatan
produksi dari 2.414 ton menjadi 3.163 ton, namun pada Tahun
2015 mengalami penurunan produksi hingga mencapai 2.079 ton.
Produksi tanaman kedelai selama 5 tahun terakhir
(Tahun 2010–2015), antara Tahun 2011–2014 terus mengalami
penurunan dari 171 ton pada Tahun 2011 turun menjadi 95 ton
pada Tahun 2014, namun pada Tahun 2015 mengalami
peningkatan produksi menjadi 728 ton.
Untuk produksi tanaman ubi jalar dan kacang hijau
selama 5 tahun terakhir (Tahun 2011–2015) juga mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jika dilihat dari data di
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 51
atas semua produksi pangan Kabupaten Muna mengalami
penurunan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya luas
panen Tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya sebagai akibat
dari masuknya kecamatan atau wilayah yang mempunyai potensi
pertanian kedalam wilayah Kabupaten Muna Barat.
1. Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan
Luas Panen padi sawah di Kabupaten Muna pada
Tahun 2015 mencapai 1.582 Ha dengan hasil panen
sebanyak 5.316 ton. Sedangkan padi ladang pada tahun
yang sama seluas 1.082 Ha dengan hasil panen
sebanyak 2.569 ton. Untuk komoditas jagung mencapai
13.159 Ha dengan hasil panen 32.007 ton yang
mengalami penurunan dibanding produksi tahun
sebelumnya yakni 14.365 Ha dengan hasil produksi
sebesar 35.786 ton.
Rencana pengolahan sawah di Kabupaten Muna
diarahkan sebagai berikut:
1. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan
luasnya;
2. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan
pada kawasan perkotaan dengan perubahan
maksimum 50% dan sebelum dilakukan
perubahan atau alih fungsi harus sudah
dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah
teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali
luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 52
3. Pada kawasan per-Desaan alih fungsi sawah
diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama
(arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran
perubahan maksimum 20% dari luas sawah
yang ada, dan harus dilakukan peningkatan
irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi
irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area
yang akan diubah dalam pelayanan daerah
irigasi yang sama;
4. Pada sawah irigasi teknis yang telah ditetapkan
sebagai lahan pertanian tanaman pangan abadi
maka tidak boleh dilakukan alihfungsi;
5. Sawah beririgasi sederhana dan setengah
teknis secara bertahap dilakukan peningkatan
menjadi sawah beririgasi teknis;
6. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan cooperative farming
dan hortikultura dengan mengembangkan
kawasan good agreculture practices;
7. Perubahan sawah irigasi teknis menjadi
kawasan budidaya terbangun pada jaringan
jalan yang memiliki perkembangan sangat
tinggi (misalnya jalan arteri dan jalan kolektor),
maka peralihan fungsi dibatasi maksimal 100
meter dari as jalan.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 53
2. Kawasan Peruntukan Hortikultura
Pencapaian hasil produksi tanaman sayuran
(khususnya kacang panjang, lombok kecil, dan tomat)
pada Tahun 2015 masing-masing adalah sebesar 37.725
ton, 19.407 ton, dan 28.914 ton. Sementara untuk
buah-buahan, produksi buah jeruk merupakan salah
satu jenis buah dengan jumlah produksi tertinggi yang
mencapai 95.506 ton, disusul oleh rambutan 52.151
ton, pisang 52.151 ton, mangga 35.179 ton, pepaya
28.356 ton dan nangka 13.391 ton. Hasil produksi buah-
buahan tersebut menunjukkan peningkatan signifikan
jika dibandingkan produksi tahun-tahun sebelumnya.
3. Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan merupakan kawasan yang
diperuntukkan bagi produksi tanaman tahunan yang
menghasilkan bahan pangan, maupun bahan baku
industri dengan kriteria kawasan: ketinggian lahan <
2.000 m dpl; kelerengan < 40%; dan kedalaman efektif
lapisan tanah atas > 30 cm. Kawasan perkebunan di
Kabupaten Muna selain diarahkan untuk
pengembangan perkebunan berskala besar yang
diusahakan oleh kegiatan usaha yang berbadan hukum,
juga diarahkan bagi pengembangan perkebunan rakyat.
Pengembangan perkebunan rakyat dilakukan melalui
perluasan dan peningkatan produktivitas lahan dengan
beragam komoditi, antara lain jenis tanaman kelapa,
mete, kakao, dan jati.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 54
Tanaman perkebunan yang diusahakan di
Kabupaten Muna antara lain kelapa, kopi, kapuk, lada,
cengkeh, jambu mete, kemiri, coklat/kakao, asam jawa,
enau, pala dan panili. Salah satu tanaman yang menjadi
primadona penduduk Kabupaten Muna adalah jambu
mete. Pada Tahun 2015, luas tanaman jambu mete di
Kabupaten Muna mencapai 33.614,28 Ha dengan
jumlah produksi sebesar 15.802,66 ton.
3.1.2.6. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan diperuntukkan bagi kegiatan
budidaya ternak besar, ternak kecil dan padang penggembalaan,
dengan kriteria ketinggian < 1.000 m dpl; kelerengan < 15%, dan
jenis tanah dan iklim yang sesuai dengan padang rumput alamiah.
Kawasan peternakan diarahkan bagi pengembangan peternakan
skala besar dan kecil dengan jenis ternak antara lain sapi,
kambing, ayam buras, dan ayam ras. Untuk mendukung kegiatan
peternakan, di kecamatan yang potensial bagi peternakan
dikembangkan program pengembangan HMT (hijauan makanan
ternak) melalui pemanfaatan limbah pertanian, seperti kacang-
kacangan, batang jagung, tanaman gamal, rumput penguat teras,
cover crop pada kawasan perkebunan, dan sebagainya.
Pengembangan kawasan peternakan di antaranya di Kecamatan
Tongkuno, Kecamatan Parigi, Kecamatan Kabawo, Kecamatan
Kabangka, Kecamatan Kontu Kowuna, Kecamatan Napa Balano,
Kecamatan Lasalepa, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kecamatan
Pasir Putih, Kecamatan Pasi Kolaga, Kecamatan Maligano, dan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 55
Kecamatan Batukara, namun masih beririsan/berasosiasi dengan
lahan potensial untuk peruntukkan lahan pertanian.
Secara umum, usaha peternakan yang ada di Kabupaten
Muna terdiri dari ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda serta
ternak kecil antara lain kambing dan babi serta unggas terdiri dari
ayam buras, ayam ras petelur, ayam potong dan itik. Populasi
ternak dan unggas tersebut dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Jenis ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten
Muna adalah sapi dan kambing, sedangkan unggas yang banyak
diusahakan adalah ayam buras.
Tahun 2013 populasi ternak sapi di Kabupaten Muna
berjumlah 31.778 ekor meningkat jadi 38.770 ekor pada Tahun
2015, kambing mencapai 12.102 ekor Tahun 2014 mengalami
penurunan pada Tahun 2015 menjadi 10.339 ekor. Populasi
ternak ayam buras mengalami peningkatan, pada Tahun 2014
mencapai 1.445.398 ekor mengalami peningkatan pada Tahun
2015 menjadi 1.483.824 ekor. Jumlah ternak sapi yang dipotong
di Kabupaten Muna pada Tahun 2014 berjumlah 2.758 ekor
dengan produksi daging sebanyak 220.640 kg mengalami
penurunan pada Tahun 2015 menjadi 1.337 ekor dengan jumlah
produksi daging sebesar 108.850 kg.
3.1.2.7. Kawasan Perikanan
Secara administratif, Kabupaten Muna terletak pada
sebagian Pulau Muna dan sebagian Pulau Buton serta pulau-pulau
kecil yang ada di sekitarnya yang dikelilingi pantai. Masyarakat
yang berdomisili di daerah pantai banyak yang berusaha di sektor
perikanan sebagai nelayan. Jenis perahu/kapal penangkap ikan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 56
yang digunakan menangkap ikan adalah perahu tanpa motor,
motor tempel dan kapal motor. Sedangkan alat penangkapan ikan
yang digunakan adalah jaring, bagang, payang, bubu dan lainnya.
Produksi perikanan di Kabupaten Muna terdiri dari
perikanan tangkap dan budidaya melalui tambak dan kolam.
Jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Muna Tahun
2014 sebanyak 10.078,74 ton, mengalami peningkatan menjadi
19.516,56 ton pada Tahun 2015. Sebaliknya produksi perikanan
budidaya mengalami penurunan jumlah produksi dari 48.900 ton
pada tahun 2014 menjadi 6.822,31 ton pada Tahun 2015.
Kawasan perikanan dan kelautan diperuntukkan bagi
kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan (P2HP) serta kelautan. Sektor
perikanan dan kelautan diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perekonomian wilayah, terutama pada
perikanan tangkap melalui kegiatan penangkapan ikan di perairan
laut bagian Timur, bagian Utara, bagian Barat Kabupaten Muna.
Potensi perikanan tangkap yang dimiliki daerah ini cukup besar.
Jika dikelola secara optimal, potensi lestari yang dapat dicapai
adalah sekitar 26.339 ton/tahun (Kabupaten Muna dalam Angka
Tahun 2016) yang meliputi perikanan tangkap dan budi daya.
Jenis ikan yang terdapat di bagian Barat Pulau Muna (Kecamatan
Marobo) antara lain ikan kerapu dan lobster, termasuk hasil
tambak berupa udang vanami dan ikan bandeng.
Untuk mendukung produksi hasil perikanan kegiatan
kelautan dalam pengelolaan sumber daya perikanan meliputi
kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan,
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 57
mutlak dilakukan sebagai upaya pelestarian dan pencegahan
tindakan pencurian ikan atau penangkapan ikan dengan merusak
ekosistem sumberdaya kelautan dan perikanan. Pelaksanaan
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan dilaksanakan
oleh petugas PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) didampingi
Polisi Perairan TNI AL. Selain itu, kegiatan pengelolaan sumber
daya laut dan pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan sosialisasi dan
upaya mitigasi bencana bagi masyarakat di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (P2HP)
memegang peranan penting dalam produksi hasil perikanan.
Produksi komoditas perikanan merupakan komoditas yang cepat
mengalami kerusakan (perishable) sehingga perlu dilakukan
penanganan dengan baik untuk menjamin kualitas yang layak
dikonsumsi oleh konsumen. P2HP dapat dilakukan melalui
pembangunan sarana dan prasarana sistem rantai dingin (Cool
Chain System-CCS) di TPI. Selain penerapan CCS pada setiap
kantong produksi perikanan, dilakukan kegiatan pengolahan dan
pengasapan ikan untuk mendapatkan hasil produk olahan dengan
mutu yang lebih baik.
Berikut rencana pengembangan potensi perikanan di
Kabupaten Muna, yang meliputi perikanan tangkap, perikanan
budi daya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (P2HP).
1. Perikanan Tangkap
Rencana pengembangan untuk perikanan tangkap
meliputi:
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 58
Pemberdayaan nelayan skala 3–10 Gros Ton;
Restrukturisasi armada > 10 Gros Ton;
Fasilitasi sarana penangkapan ikan program
1.000 katinting;
Pemulihan sumberdaya ikan (SDI) melalui
Restocking;
Peningkatan sarana dan prasarana dari Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) menjadi Sarana
Pendaratan Ikan (PPI);
Penciptaan kawasan minapolitan dan industri
perikanan tangkap terpadu pada PPI di wilayah
Marobo dan Tampo.
2. Perikanan Budi Daya
1. Perikanan Budidaya Air Payau
Rencana pengembangan kawasan perikanan
budidaya air payau meliputi:
Peningkatan tambak percontohan di Desa
Oensuli, Kecamatan Kabangka;
Peningkatan teknologi produksi tambak
rakyat sistem polikultur dan monokultur;
Penciptaan dan pengkajian kawasan
minapolitan perikanan budidaya di
Kecamatan Marobo, Kecamatan
Napabalano dan Kecamatan Kabangka.
2. Perikanan Budidaya Air Laut
Rencana pengembangan kawasan perikanan
budidaya air laut meliputi:
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 59
Optimalisasi peran pembenihan ikan
kerapu sebagai sentra produksi benih;
Peningkatan budidaya ikan kerapu melalui
teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) di
perairan laut pesisir dan pulau-pulau kecil;
Pengembangan budidaya teripang melalui
teknologi pen culture;
Pengembangan budidaya rumput laut
dengan teknologi long line, lepas dasar
dan rakit apung.
3. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(P2HP)
Rencana pengembangan kawasan P2HP meliputi:
1. Usaha Perikanan Konsumsi
Pembinaan manajemen usaha dan
pemasaran abon ikan, bakso ikan, ikan
teri, sistem pengasapan dan olahan
lainnya di sentra produksi hasil perikanan;
Pembangunan sentra olahan berbasis
komoditi kepakan ikan olahan;
Penerapan sistem rantai dingin (Cool Chain
System-CCS) di sentra produksi hasil
perikanan;
Pembangunan dan optimalisasi pabrik es
balok dan cool storage;
Pembangunan pasar ikan tradisional
menjadi pasar ikan modern.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 60
Gambar 3.3.
Teri Kering Tanah Wuna Sebelum Pengemasan
Sumber: https://formuna.wordpress.com/2017/09/11/tingkatkan-nilai-
ekonomis-produk-perikanan-di-kabupaten-muna-dengan-jaman-sekolah/
2. Usaha Ikan Non Konsumsi
Pembangunan dan pengolahan prasarana
sentra pemasaran ikan hias di kawasan
strategis wisata bahari;
Penguatan kelembagaan pengolah ikan
hias;
Optimalisasi asosiasi ikan hias di
Kabupaten Muna;
Penguatan kelembagaan pengolah kerang.
Untuk itu, upaya penanganan dan pengelolaan
kawasan perikanan terpadu di Kabupaten Muna
dilakukan melalui:
a. Memberdayakan potensi Desa pesisir sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi di sektor
kelautan dan perikanan melalui kegiatan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 61
perikanan tangkap, perikanan budidaya,
pengolahan dan pemasaran hasil serta
membangun infrasturktur wilayah pesisir;
b. Revitalisasi fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
menjadi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
sebagai sarana pendukung pengelolaan dan
pemanfaatan usaha perikanan tangkap,
pelayanan PPI dapat menjamin harga jual
produk perikanan tangkap yang
menguntungkan nelayan produsen;
c. Pembangunan tambatan perahu nelayan,
sarana perbengkelan kapal motor perikanan
dalam kawasan PPI;
d. Meningkatkan hasil produksi perikanan melalui
penerapan alat bantu teknologi penangkapan
dengan memodifikasi alat tangkap ikan,
pembuatan rumpon laut dangkal, rumpon laut
dalam, dan penambahan armada penangkapan
ikan;
e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat/
komunitas pembudidaya ikan laut hias;
f. Mengembangkan kawasan budidaya perikanan
laut (marine culture) untuk komoditas yang
bernilai ekonomi tinggi seperti ikan kerapu
macan dan tikus dengan sistem penerapan
Keramba Jaring Apung;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 62
g. Rehabilitasi ekosistem perairan melalui
pembangunan fish home, tranplantasi terumbu
karang buatan, dan penanaman mangrove;
h. Meningkatkan pendapatan nelayan,
pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil
perikanan, melalui pembangunan Pasar Ikan
Higienis (PIH), PPI, dan pemasaran antar pulau;
i. Mempermudah koordinasi dalam pengelolaan
dan pemasaran hasil perikanan, melalui
lembaga usaha mikro (KUD) Mina di sektor
perikanan;
j. Mengendalikan dan mengatur pemanfaatan
potensi sumber daya perikanan agar lebih
sesuai dengan kaidah pemanfaatan sumber
daya perikanan yang berkelanjutan
(sustainable fisheris) serta prinsip keadilan
melalui pengaturan jalur penangkapan ikan,
pengendalian jumlah kapal, ukuran kapal, alat
tangkap yang dipergunakan, dan kuota jumlah
tangkapan yang diperbolehkan.
3.1.2.8. Kawasan Industri
Kawasan industri diperuntukan bagi pemusatan
kegiatan industri dengan kriteria kawasan yang memenuhi
persyaratan lokasi industri, yaitu memiliki prasarana eksternal
yang memadai; tersedia sumber air untuk air baku industri;
tersedia badan air permukaan untuk pembuatan limbah cair
industri; tersedia sumber energi; memiliki kelerengan < 80%; tidak
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 63
berpotensi menimbulkan dampak sosial; dan bukan merupakan
kawasan pertanian beririgasi teknis.
Pembangunan di bidang industri ditujukan untuk
memperluas kesempatan kerja, menciptakan peluang dan akses
berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan
daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Berpijak dari amanat tersebut maka pemerintah daerah
Kabupaten Muna memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk membuka berbagai macam kegiatan
dalam bidang industri.
Penyajian data di bidang industri ini dikelompokan
menjadi industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri
rumah tangga. Pengelompokan di atas berdasarkan banyaknya
tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut, yaitu jika
perusahaan industri tersebut memiliki tenaga kerja 100 orang
atau lebih diklasifikasikan sebagai perusahaan industri besar, 20
sampai dengan 99 orang dikategorikan sebagai industri sedang,
sedangkan antara 5 sampai dengan 19 orang adalah industri kecil
dan bila tenaga kerjanya kurang dari 5 orang dikategorikan
sebagai industri rumah tangga.
Sumber data perusahaan industri yang disajikan dalam
publikasi ini diperoleh dari 2 sumber, yaitu dari hasil sensus
industri besar/sedang oleh Badan Pusat Statistik Tahun 2015 dan
data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Muna.
Dari hasil survei tersebut dapat dilihat bahwa jumlah
perusahaan/industri di Kabupaten Muna Tahun 2015 tercatat
sebanyak 365 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 64
1.857 orang, dengan pengeluaran nilai investasi sebesar
Rp32.875.326.000 dan jumlah produksi Rp 87.893.798.000.
Adapun rencana penanganan dan pengelolaan kawasan
perindustrian di Kabupaten Muna, yaitu:
a. Pengembangan kawasan sentra industri kecil dan
industri sedang;
b. Pengelolaan ekonomi dan perdagangan dengan
pengutamaan UKM;
c. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang
menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan
penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi;
d. Penyediaan lahan untuk industri;
e. Penyediaan infrastruktur industri kecil dan
menengah;
f. Pembuatan buffer zone; dan
g. Penyediaan perumahan dan berbagai prasarana
untuk pengelolaan industri.
3.1.2.9. Kawasan Pariwisata dan Perhotelan
1. Pariwisata
Kawasan pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan
pariwisata dengan kriteria memiliki objek alam;
kebudayaan dan peninggalan sejarah bernilai tinggi;
dan keunikan alami sebagai suaka alam. Kawasan
wisata di Kabupaten Muna dapat digolongkan sebagai
wisata alam karena sebagian besar objek/daya tarik
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 65
wisata masih memanfaatkan sumber daya alam sebagai
objek dan daya tarik wisata (ODTW).
Kawasan peruntukan wisata yang merupakan
pariwisata alam terdiri atas:
1. Wisata alam berupa gua, danau, dan lain-lain;
2. Wisata Bahari berupa pantai pasir putih dan
terumbu karang;
3. Wisata budaya berupa atraksi perkelahian
kuda, benteng, masjid tua dan lain-lain.
Potensi wisata tersebut belum dikelola secara
optimal. Akibatnya, kontribusin terhadap pembangunan
daerah masih sangat kecil sehingga lima tahun kedepan
perlu mendapat perhatian agar potensi wisata yang ada
dapat dikelola secara profesional yang diharapkan
dapat menjadi salah satu andalan sumber PAD.
Potensi geowisata di Kabupaten Muna masih
memerlukan sentuhan serta pembinaan sehingga dapat
menjadi obyek yang menarik bagi masyarakat
Kabupaten Muna khususnya dan umumnya masyarakat
dari luar. Potensi geowisata yang terdapat di Kabupaten
Muna terdiri atas:
1. Mata Air Jompi terletak di sebelah Barat Kota
Raha termasuk dalam formasi Wapulaka. Mata
air ini merupakan sumber air baku yang telah
dikelola oleh PDAM Raha untuk kepentingan
kebutuhan air bersih bagi masyarakat;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 66
2. Pemandian Alam Napabale merupakan
pemandian air asin yang berlokasi di Lohia dan
berjarak sekitar 10 km dari Kota Raha.
Pemandian alam Napabale ini merupakan
danau air asin yang terbentuk karena adanya
runtuhan-runtuhan (subsidence) dalam batu
gamping. Keluar masuknya air laut kedalam
danau ini melalui terowongan alam. Jika air
laut sedang surut maka terowongan ini dapat
dilalui oleh perahu dayung. Di pemandian alam
Napabale telah dilakukan kegiatan rutin
dengan skala nasional yaitu dengan adanya
kegiatan festival napabale dan telah menjadi
agenda wisata nasional. Dan yang menjadi
kendala dalam pengembanan obyek wisata ini
adalah status lahan yang masih belum jelas
serta membutuhkan penanganan yang serius
dari pemerintah daerah;
3. Gua Liangkabori merupakan obyek wisata
purbakala bernilai sejarah yang berkaitan
dengan budaya masyarakat Muna. Terdapat
lukisan-lukisan dinding dan atap goa yang
menggambarkan aktifitas masyarakat Muna
pada masa lampau. Berlokasi di Desa
Liangkabori yang berjarak 10 km kearah
Selatan Kota Raha;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 67
4. Mata Air Kamonu berlokasi di Desa Oempu
yang berjarak sekitar 50 km kearah Selatan
Kota Raha dan merupakan mata air bawah
permukaan, terdapat di dalam goa kapur
sedalam 10 meter dari permukaan tanah.
Didalam goa juga terdapat stalagtit dan
stalagmit sehingga menambah pesona
keindahan dalam goa. Mata Air Kamonu ini
membentuk kolam dengan luas 5 meter x 10
meter dan kondisi air sangat jernih;
5. Pantai Walengkabola adalah wisata pantai
berpasir putih berbentuk pantai yang landai
dan berundak-undak merupakan hasil dari
proses geologi masa lampau, airnya jernih dan
tenang terletak di dalam Teluk Matano Oe
berlokasi di Desa Oempu dengan jarak sekitar
50 km dari Kota Raha;
Gambar 3.4.
Pantai Pasir Putih Walengkabola
Sumber: http://wisata-
muna.blogspot.co.id/2010/05/walengkabola.html
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 68
6. Desa Budaya di Kecamatan Tongkuno
merupakan salah satu peninggalan peradaban
budaya di Kabupaten Muna. Contohnya adalah
ornamen goa yang digunakan untuk nisan.
Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan
pariwisata di Kabupaten Muna adalah:
a. Penambahan dan peningkatan kualitas kondisi
wisata maupun pada sistem jaringan jalan yang
menuju ke objek wisata, disamping juga utilitas
yang menunjang objek wisata tersebut;
b. Pengelolaan usaha pemasaran pariwisata pada
masyarakat luas, baik dalam bentuk iklan di
media massa, kerjasama dengan sekolah-
sekolah, maupun kerjasma dengan para
pengusaha biro perjalanan dengan
menawarkan rute-rute wisata terutama pada
objek wisata prioritas;
c. Membuka peluang kerja sama dalam hal
pengelolaan objek-objek wisata prioritas;
d. Pengembangan wisata bahari;
e. Pengelolaan fasilitas wisata pada objek-objek
wisata prioritas;
f. Pengelolaan sistem transportasi yang
menunjang aksesibilitas ke lokasi objek wisata;
g. Menetapkan kalender tahun wisata yang akan
dipromosikan baik di level domestik maupun
internasional;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 69
h. Melakukan pembinaan pada masyarakat
setempat dengan membentuk kelompok sadar
wisata (POKDARWIS) dan mengembangkan
seni budaya pada lokasi-lokasi potensial, yaitu
pada Desa di sekitar objek wisata.
2. Perhotelan
Di Kabupaten Muna terdapat beberapa fasilitas
akomodasi diantaranya adalah fasilitas penginapan
berupa hotel, losmen, dan penginapan. Sampai dengan
Tahun 2015, sebagian besar fasilitas penginapan yang
ada tersebar di Kecamatan Katobu dan Kecamatan
Batalaiworu sebagai ibukota kabupaten dan sebuah
penginapan yang terdapat di Kecamatan Tongkuno.
Jumlah hotel/losmen/penginapan yang ada di
Kabupaten Muna sebanyak 22 buah dengan total kamar
yang disewakan sebanyak 238 kamar dan 385 tempat
tidur dengan tarif hotel/losmen/penginapan tersebut
pada Tahun 2015 bervariasi yaitu diantara Rp 50.000,-
sampai Rp 500.000,-. Selama Tahun 2015, sektor
perhotelan ini mampu melayani tamu sebanyak 14.080
orang tamu domestik dan 43 orang tamu dari luar
negeri (internasional).
Adapun upaya penanganan dan pengelolaan
perhotelan di Kabupaten Muna, yaitu:
a. Penambahan dan peningkatan kualitas layanan
dan failitas hotel melalui sistem jaringan
kerjasama dengan pihak swasta/investor;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 70
b. Membuka peluang kerja sama dalam hal
pengembangan dan pengelolaan perhotelan;
c. Melakukan proses pemasaran perhotelan yang
terintegrasi dengan pengembangan dan
pengelolaan pariwisata.
3.1.2.10. Kawasan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten
Muna terdiri atas pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Maligano
dan Kecamatan Tongkuno serta batu kapur putih di Kecamatan
Tongkuno. Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan
pertambangan di Kabupaten Muna, yaitu:
a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi bahan galian,
kondisi gelogi dan geohidrologi dalam kaitannya
dengan kelestarian lingkungan;
b. Melakukan rehabilitasi / reklamasi kawasan bekas
pertambangan;
c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus
menyimpan dan mengamankan tanah atas (top
soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan
bekas penambangan;
d. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan
timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum,
saat, dan setelah penambangan, sekaligus disertai
pengendalian yang ketat; serta
e. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang
merupakan lahan marginal untuk pengembangan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 71
komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti
tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.
3.2. Isu-isu Strategis Kabupaten Muna
Beberapa isu strategis yang penting untuk diantisipasi di wilayah
Kabupaten Muna sebagai berikut.
3.2.1. Revitalisasi Pemerintahan Daerah yang Belum Memadai
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) aparatur
pemerintah daerah baik dari sisi mentalitas, wawasan maupun
pendidikan, kurang optimalnya sistem pembinaan karir yang bersifat
merrit system, rendahnya tingkat kesejahteraan PNS, pelaksanaan
penegakan hukum (law enforcement), belum berjalan dengan baik, dan
perangkat regulasi/peraturan perundang-undangan yang mengatur tata
kelola Pemerintahan Daerah yang relatif kaku, membuat pegawai tidak
bekerja secara profesional dan memberi peluang terjadinya praktik KKN.
Di samping itu, profesionalisme aparatur pemerintah daerah yang
minim, disiplin pegawai yang relatif rendah, pemanfaatan SDM aparatur
yang belum sesuai dengan spesifikasi keahlian yang dimiliki, yang
mengakibatkan pelayanan publik belum berjalan secara optimal.
Rendahnya citra dan kinerja aparatur Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang didasarkan pada filosofi dan prinsip good
governance. Hal ini akibat penerapan ketatalaksanaan (manajemen)
pemerintahan belum sepenuhnya profesional dan relatif belum memiliki
indikator dan pola yang jelas, sehingga muncul hubungan-hubungan
personal dalam pelaksanaan birokrasi Pemerintahan Daerah.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 72
3.2.2. Pemberdayaan dan Pengembangan Ekonomi dan Pemerintahan
Desa Belum Optimal
Permasalahan yang dihadapi oleh desa dan kelurahan sebagai
pemerintah yang berkaitan langsung dengan masyarakat yaitu belum
optimalnya penguatan kelembagaan desa/kelurahan yang kompetitif. Hal
ini ditandai dengan masih terbatasnya sarana dan prasarana perdesaan
dan rendahnya kualitas pelayanan dasar masyarakat, serta kurangnya
pendidikan dan latihan peningkatan kapasitas aparat Pemerintahan
Desa/Kelurahan. Hal ini juga berkaitan dengan mengantisipasi
implementasi UU No. 6/2014 tentang Desa.
Selain itu, potret desa/kelurahan yang merupakan ujung tombak
pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan pemerintahan di level
paling bawah, mestinya aparat desa dibekali dengan kualitas SDM yang
memadai dalam rangka memastikan terwujudnya tata kelola
Pemerintahan Desa yang baik. Oleh karena desa mengelola dana yang
besar, maka sudah semestinya aparat Pemerintah Desa memiliki
kemampuan teknis manajemen keuangan dalam rangka mencegah
terjadinya praktik korupsi di tingkat desa.
Aparat Pemerintah Desa harus memiliki kemampuan manajerial
dalam pelaksanaan pemerintahan dan Pembangunan Desa, sebagai
upaya untuk membantu pemerintah dan masyarakat desa menuju
kualitas dan kemandirian dalam pengelolaan Pemerintahan Desa.
3.2.3. Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda yang Belum Efektif
Masih tingginya derajat kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) sebenarnya merupakan masalah serius yang dihadapi Pemerintah
Daerah dan masyarakat Muna dalam proses pemeberdayaan
perempuan. Selain itu, masalah pengarusutamaan gender juga belum
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 73
dipahami dengan baik oleh para pemangku kepentingan yang terkait
pemberdayaan perempuan. Bahkan, dalam tingkat tertentu, posisi
perempuan masih dianggap sebagai subordinasi dari laki-laki. Hal seperti
ini terjadi karena salah satunya dipicu oleh budaya (cara pandang laki-laki
terhadap perempuan). Padahal, jika dilihat dari perspektif produktivitas
kerja antara laki-laki dan perempuan, sebetulnya lebih tinggi
produktivitas kerja perempuan. Demikian juga pada aspek disiplin kerja,
dimana perempuan lebih baik kualitas disiplinnya ketimbang laki-laki.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemberdayaan perempuan
khususnya di sektor-sektor ekonomi produktif perlu lebih dioptimalkan
lagi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perempuan. Pada waktu
yang sama, isu tentang Keselamatan Ibu dan Anak dalam proses
melahirkan juga perlu mendapatkan prioritas sebagai bagian penting
dalam pembangunan gender.
Potensi pemuda sebagai pelanjut generasi bangsa (daerah)
tampaknya belum dikembangkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan
rendahnya aktivitas kepemudaan dalam kegiatan olahraga dan seni
budaya, termasuk pula dalam aktivitas organisasi kepemudaan dan
kemasyarakatan melalui OKP.
3.2.4. Belum Terwujudnya Pemerataan Infrastruktur Pembangunan
Daerah
Kesenjangan pembangunan antar wilayah dan antar sektor di
bidang infrastruktur menunjukkan tidak terciptanya keadilan wilayah
(space of equality). Hal demikian tampak melalui tidak meratanya
pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah pedesaan, daerah-daerah
terisolir, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Di lain pihak, juga belum
dilakukan kajian dan pemetaan yang memadai tentang pola
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 74
pembangunan sarana dan prasarana di bidang infrastruktur
pembangunan sosial ekonomi berbasis kawasan. Hal ini berdampak pada
lambannya pertumbuhan ekonomi daerah yang bisa dilihat melalui
pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita.
Selain itu, penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur
pelayanan pemerintah, ekonomi dan sosial budaya, relatif masih terbatas
sehingga beberapa masalah pokok yang menjadi perhatian utama yaitu:
Masih relatif kurang optimalnya aksesibilitas pembangunan
antar wilayah;
Masih adanya daerah-daerah terisolir yang belum terjangkau;
Infrastruktur pertanian khususnya irigasi yang belum
memadai;
Masih terbatasnya sarana sumber energi listrik dan jaringan
air minum yang ada di daerah-daerah terpencil dan terisolir;
Penyediaan sarana telekomunikasi dan jaringan internet yang
belum menjangkau wilayah-wilayah terpencil dan terisolir;
Masih relatif kurang maksimalnya sarana transportasi darat
dan laut.
Oleh karena itu, strategi pembangunan yang akan dilakukan
melalui pemerataan infrastruktur pembangunan antar wilayah
difokuskan pada pembangunan kota, kecamatan, dan desa wilayah
terisolir termasuk wilayah tertinggal. Untuk melakukannya, ada kendala
yang dihadapi oleh pemerintah daerah yakni kondisi keuangan daerah
yang mengalami kesulitan dalam pembiayaannya.
3.2.5. Belum Optimalnya Revitalisasi Tata Ruang Wilayah
Akibat adanya pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB)
Kabupaten Muna Barat dan adanya perkembangan Rencana DOB
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 75
Kabupaten Muna Timur dan DOB Kota Raha sehingga untuk
mengakomodir arah perubahan struktur dan pola ruang tersebut maka
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Muna Tahun 2014-2034 perlu dilakukan
revisi dalam rangka optimalisasi/revitalisasi RTRW.
3.2.6. Pengembangan Swasembada Pangan dan Revitalisasi Potensi
Perikanan dan Kelautan dan Pertambangan yang Belum Optimal
Peningkatan sistem pertanian secara luas yang berbasis
keragaman produksi, pengembangan mutu produktivitas, serta
pengembangan pertanian dalam arti luas belum semua dapat terakses
pada peningkatan nilai tambah ekonomi yang mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Muna. Kondisi demikian
juga relatif terjadi di sektor perikanan dan kelautan serta pertambangan.
Di samping itu, masalah lainnya adalah: (1) Luas pemilikan lahan
sempit dan tidak memenuhi skala ekonomi; (2) Modal terbatas, sehingga
optimalisasi sumber daya terhambat; (3) Rendahnya produktivitas dan
mutu hasil komoditi pertanian, perikanan dan kelautan menyebabkan
rendahnya daya saing; (4) Kurangnya SDM terdidik di bidang pertanian,
perikanan dan kelautan, dan pertambangan dalam upaya pengembangan
usaha pertanian, perikanan dan kelautan, serta pertambangan; (5)
Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG), spesifik lokasi, efisiensi dan
ramah lingkungan belum optimal; (6) Sistem pemasaran dan distribusi
hasil pertanian, perikanan dan kelautan termasuk pertambangan belum
efisien; dam (7) Penanganan panen di tingkat petani belum dilakukan
dengan baik, dan teknologi pengolahan hasil pertanian, perikanan dan
kelautan belum berkembang merata di setiap desa dan wilayah-wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 76
3.2.7. Belum Terpenuhinya Pelayanan Dasar Masyarakat
Adanya permasalahan sistem pengelolaan pendidikan baik formal
maupun non formal yang belum selaras dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, yang ditandai dengan: (1) Belum meratanya tenaga pendidik;
(2) Masih kurangnya kesejahteraan tenaga pendidik, khususnya di daerah
terpencil dan terisolir; dan (3) Masih kurangnya pemberian beasiswa bagi
masyarakat miskin.
Sementara itu, di sektor kesehatan, permasalahannya antara lain
layanan kesehatan dan rujukan yang digunakan belum optimal, yang
ditandai dengan: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan di
daerah yang terisolir: (2) Terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap
sarana dan prasarana kesehatan; (3) Masih kurangnya kesejahteraan
tenaga medis dan para medis khususnya di daerah terisolir; dan (4)
Belum maksimalnya penanganan gizi kurang dan gizi buruk bagi ibu
hamil, bayi dan anak bailta, serta kurangnya ketersediaan obat generik
esensial terutama di daerah-daerah rawan penyakit.
Selain itu, permasalahan lain adalah: (1) Adanya keterbatasan
sarana dan prasarana air bersih khususnya di daerah-daerah yang
sumber air bersihnya tidak ada; (2) Kurangnya sarana penampungan air
bersih (embung) untuk menunjang kegiatan pertanian dan hortikultura;
dan (3) Belum memadainya sarana jalan usaha tani untuk mendukung
usaha-usaha pertanian.
3.2.8. Pengembangan Ekonomi Kawasan (Lokal dan Regional) dan
Pariwisata yang Belum Memadai
Beberapa permasalahan pokok yang dihadapi Pemda Kabupaten
Muna dalam membangun perekonomian kawasan adalah: (1) Belum
adanya masterplan pembangunan ekonomi kawasan; (2) Belum
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 77
memadainya kelembagaan ekonomi daerah seperti perbankan dan
lembaga ekonomi lainnya; (3) Rendahnya minat investasi bagi para
investor baik domestik mapun internasional; dan (4) Belum maksimalnya
produk unggulan daerah berbasis komoditi lokal.
Permasalahan di bidang pariwisata antara lain: (1) Belum
dilakukannya pemetaan potensi wisata dengan baik; (2) Potensi wisata
yang belum dikelola dan dikembangkan secara optimal; (3) Belum
terwujudnya kualitas jalan dan jembatan yang menghubungkan ke objek
wisata; (4) Belum dilakukannya kajian untuk mengetahui potensi wisata
yang dapat mendorong pertumbuhan PDRB; dan (5) Belum adanya
sarana prasarana informasi yang mendukung kegiatan promosi wisata.
3.2.9. Belum Adanya Revitalisasi Nilai-Nilai Religius, Budaya, dan Nilai-
Nilai Kemanusiaan
Salah satu masalah serius yang ada di tengah masyarakat
Kabupaten Muna adalah rendahnya sikap saling menghargai, yang antara
lain dapat dilihat melalui seringnya terjadi perkelahian antar
lorong/kampung. Individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
kadang merasa tidak aman bila berjalan di malam hari (khususnya di
tempat-tempat tertentu di dalam Kota Raha). Oleh karena itu,
tampaknya perlu diperkuat basis moral masyarakat melalui revitalisasi
nilai-nilai religius, budaya, dan kemanusiaan.
Dari perspektif udaya, kita se etul ya e iliki istilah pointao
yang artinya adalah saling menghargai yang disertai adanya saling
pengakuan secara tulus dalam hubungan-hubungan sosial kultural, baik
berbasis antar individu maupun antar kelompok ataupun antara individu
dan kelompok. Oleh karena itu, nilai- ilai pointao i i aka
ditransformasi ke dalam kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 78
proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan pada seluruh jenjang
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA) sebagai salah satu bentuk pembelajaran
muatan lokal.
Pelaksanaan nilai- ilai pointao i i dapat e jadi pi tu ger a g
untuk memasuki peradaban masyarakat yang lebih baik serta
memperkuat martabat sosial yang lebih mulia. Dari sisi ekonomi,
misalnya, salah satu makna bermartabat terletak pada adanya
kesempatan bekerja bagi setiap individu/penduduk (adanya akses ke
aset). Karena masalah kerja merupakan salah satu bentuk pernyataan jati
diri manusia. Jika individu/manusia tidak bekerja, maka secara sosial
ekonomi, individu/manusia bersangkutan bermasalah. Karena itu,
pemerintah daerah berkewajiban membuka ruang kebijakan dan
program yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat yang dipimpinnya.
Maraknya kekerasan sosial di Kota Raha, misalnya, sebenarnya salah
satunya dipicu oleh faktor sosial ekonomi yang terkait dengan tidak
adanya lapangan kerja yang tersedia, dan pada saat yang sama, modal
sosial berbasis nilai-nilai lokal juga tergerus oleh arus modernisasi dan
materialisme yang individual dan pragmatis. Implikasinya, nilai-nilai
pointao yang menjadi salah satu basis ideologis orang Muna semakin
terkikis habis.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 79
4.1. Prioritas Pembangunan Kabupaten Muna
4.1.1. Kabupaten Muna sebagai Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah
Tertinggal (PDT) RI Nomor 01/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi
Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, Kabupaten Muna merupakan
salah satu dari 199 daerah di Indonesia yang ditetapkan sebagai
kabupaten tertinggal. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara PDT RI
Nomor 04/PER/M-PDT/2007 tentang Pedoman Umum dan Penetapan
Alokasi Dana Stimulan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Penyusunan
Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Provinsi dan Kabupaten Tertinggal tertanggal 6 Februari 2007, Kabupaten
Muna menerima alokasi dana stimulan penyusunan strategi dan rencana
aksi daerah percepatan pembangunan daerah tertinggal dari Pusat
sebesar Rp 91.000.000,-.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi memproyeksikan target pengentasan daerah tertinggal
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 sebanyak 80 daerah tertinggal terentaskan dari total 122 daerah
yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. Pada Tahun 2017, target
diprioritaskan pada 54 kabupaten. Dari 80 daerah tertinggal yang
menjadi prioritas pengentasan hingga Tahun 2019, saat ini sudah
terentaskan 35 kabupaten sehingga menyisakan 45 kabupaten lainnya.
BAB IV
POTENSI UNGGULAN
KABUPATEN MUNA
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 80
Menilik Pulau Muna yang meskipun telah lepas dari status daerah
tertinggal, namun kiranya tidak berlebihan jika wilayah ini bisa dikatakan
belum berkembang secara signifikan dibandingkan dengan kabupaten
atau kota lainnya di Sulawesi Tenggara khususnya dari segi ekonomi.
Kabupaten Muna lepas dari status daerah tertingggal sejak Tahun 2014
yang diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015
tentang Penetapan Daerah Tertinggal di Indonesia Tahun 2015–2019,
menyisakan tiga kabupaten di Sulawesi Tenggara. Meski pembangunan
secara umum mengalami peningkatan yang cukup baik, namun dari segi
pembangunan infrastruktur belum semua bisa digapai sesuai keinginan
masyarakat.
Gambar 4.1.
Kabupaten Muna dalam Perkembangannya
Sumber: http://wisata-muna.blogspot.co.id/2010/08/muna-dalam-
perkembangan.html
Salah satu indikator yang dijadikan alat ukur untuk mengentaskan
wilayahnya dari ketertinggalan adalah menurunkan angka kemiskinan.
Hingga saat ini, beragam upaya telah dilakukan pemerintah kabupaten
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu program yang
dilakukan adalah mendongkrak Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APDB) yang pada Tahun 2017 mencapai Rp 1,1 triliun.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 81
Peningkatan tersebut tentunya akan dibarengi dengan meningkatnya
pendapatan asli daerah (PAD).
Selain itu, kabupaten ini sempat memperoleh kehormatan
sebagai pulau pertama yang dikunjungi oleh Tim Ekspedisi Bhakesra V
2015 yang terdiri dari unsur pemerintah pengusaha, lembaga sosial dan
pramuka dalam misi kemanusiaan. Sesuai dengan misi Tim Ekspedisi
Bhakesra yakni menyejahterakan masyarakat di pulau-pulau terpencil,
selain pemberian bantuan, mereka juga melakukan beragam kegiatan
yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan itu antara lain berupa
pengobatan gratis, penyuluhan kesehatan, pasar murah, edukasi kepada
usaha kecil, serta penukaran uang layak pakai. Selain itu juga dilakukan
kegiatan sosialisasi energi terbarukan dan penelitian terhadap potensi
sumberdaya alam.
Menggunakan KRI Banda Aceh 593 yang membawa beragam
bantuan bernilai milyaran rupiah, rombongan disambut masyarakat
Muna di Pelabuhan Nusantara Raha pada 6 September 2015. Salah
satunya, bantuan stimulan perumahan swadaya untuk empat kecamatan
di Kabupaten Muna sebesar Rp 12,84 miliar yang secara simbolis
diterima oleh Bupati Muna LM Bahrudin. Harapannya, bantuan itu dapat
dimanfaatkan bagi peningkatan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah yang merupakan
wilayah kepulauan dengan terus membangun daerahnya secara
berkesinambungan. Percepatan pembangunan tanah Muna diupayakan
dengan menyeimbangkan pembangunan antara proyek fisik atau
infrastruktur dengan pendekatan kemanusiaan. Salah satunya melalui
Inpres Desa Tertinggal (IDT), kabupaten ini mulai mengembangkan
kegiatan produksi dan pemasaran sumberdayanya sekaligus
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 82
memantapkan segi-segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat
kawasan perdesaan. Di sisi lain, tercatat kabupaten ini terus membuka
akses-akses daerah terisolir seperti wilayah Muna Timur.
4.1.2. Kabupaten Muna sebagai Daerah Tertentu
Berdasarkan konten Fokus Prioritas Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015–2019,
pada poin keempat mengenai fokus prioritas pengembangan daerah
tertentu, terdiri dari daerah rawan pangan, daerah perbatasan, daerah
rawan bencana dan pasca konflik, daerah pulau kecil dan terluar.
4.1.2.1. Daerah Rawan Pangan
Daerah rawan pangan merupakan daerah dengan kondisi
penduduk yang memiliki keterbatasan dalam ketersediaan
pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan sehingga
dikatakan ketahanan pangannya belum baik. Kebijakan yang
berkaitan dengan daerah rawan pangan dan kedaulatan pangan
diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan.
Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) Indonesia Tahun
2015 yang telah dipublikasikan oleh Dewan Ketahanan Pangan,
Kementerian Pertanian RI dan World Food Programme (WFP),
penentuan daerah rawan pangan menggunakan 13 indikator.
Potensi kerawanan pangan yang tinggi mengingat daerah ini
memiliki kondisi geografis yang tidak mudah dijangkau dan
letaknya yang terpencar serta terpencil.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 83
Berdasarkan Lokus Prioritas Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015 –
2019, terdapat sebanyak 57 daerah rawan pangan yang menjadi
target capaian untuk segera ditangani dan dientaskan. Kabupaten
Muna tergolong daerah rawan pangan dengan tingkat kerawanan
prioritas 3 yang berarti cenderung tinggi sekaligus berada pada
peringkat 190 menurut sebaran daerah rawan pangan di
Indonesia.
Menurut data dan informasi yang bersumber dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI,
terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa konsumsi
pangan masyarakat di daerah ini belum memadai dari aspek
pemenuhan gizi bagi kebutuhan tubuh manusia. Meskipun
Kabupaten Muna sempat mencapai produksi beras Muna
melampaui target standar nasional, namun belumlah benar-benar
menjadi sentra pertanian mandiri dan kedaulatan pangan.
4.1.2.2. Daerah Rawan Bencana
Kebijakan terkait penanggulangan bencana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang juga didukung oleh
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana dimana Indonesia secara garis besar memiliki 13
ancaman bencana.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI)
Tahun 2013 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
wilayah Kabupaten Muna tercatat sebagai daerah yang memiliki
kerawanan bencana tinggi dimana bentuk kerawanan bencana
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 84
tersebut bervariasi. Klasifikasi kerawanan bencana di Kabupaten
Muna dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 4.1.
Klasifikasi Kerawanan Bencana di Kabupaten Muna
Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013
4.1.2.3. Daerah Pasca Konflik
Kebijakan penanganan konflik sosial diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan
Konflik Sosial. Penanganan konflik sosial memerlukan upaya
berkelanjutan untuk membangun persepsi dan cara pandang baru
dari kelompok yang berkonflik sekaligus membutuhkan sistem
deteksi dini (early warning system) dalam upaya pencegahannya.
Menurut Indeks Ketahanan Konflik (IKKDTI) Tahun 2016,
ada empat kategori ketahanan konflik yakni tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah. Keempat kategori tersebut
dimaksudkan untuk menggambarkan secara detil tingkat
ketahanan suatu daerah terhadap konflik kekerasan yang
kemudian terbaca tingkat kerentanannya sekaligus memberi
gambaran umum prioritas daerah tertinggal yang patut mendapat
Jenis Rawan Bencana Skor Kelas
Banjir 12 Sedang
Gempa Bumi 22 Tinggi
Tsunami 19 Tinggi
Tanah Longsor 12 Sedang
Gunung Berapi 0 -
Gelombang Ekstrim dan Abrasi 36 Tinggi
Kebakaran 36 Tinggi
Cuaca Ekstrim 14 Sedang
Kekeringan 24 Tinggi
Indeks Resiko 174 Tinggi
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 85
intervensi kebijakan dan program. Kabupaten Muna termasuk
dalam kategori indeks ketahanan sangat tinggi atau memiliki
tingkat ketahanan sangat tinggi, artinya potensi ancaman
konfliknya rendah. Maka, proses tata kelola sangat
mempengaruhi ketahanan konflik di daerah tertinggal.
Diketahui Tahun 2015, kejadian konflik di wilayah ini
relatif kecil. Berdasarkan data yang bersumber dari Sistem
Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) Tahun 2015, terdapat 12
insiden yang telah terjadi dengan rincian satu konflik sumber
daya; dua konflik tata kelola pemerintah; satu konflik pemilihan
dan jabatan; lima konflik identitas dan tiga konflik main hakim
sendiri.
4.1.2.4. Daerah Perbatasan
Daerah perbatasan negara adalah bagian wilayah negara
yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia
dengan negara lain , dalam hal batas wilayah negara di darat,
kawasan perbatasan berada di kecamatan seperti dijelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara. Terdapat tiga aspek pokok yang mendasari karakteristik
daerah perbatasan, meliputi sosial ekonomi, pertahanan–
keamanan dan politis.
Daerah perbatasan Indonesia terdiri atas perbatasan
kontinen yang berbatasan langsung dengan negara-negara
Malaysia, Papua Nugini dan Republik Demokratik Timor Leste
serta perbatasan maritim yang berbatasan dengan 10 negara,
yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina,
Republik Palau, Australia, Republik Demokratik Timor Leste dan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 86
Papua Nugini. Secara keseluruhan daerah perbatasan Indonesia
tersebar di 13 Provinsi, 41 Kabupaten/Kota, 183 Kecamatan dan
1.730 Desa (Badan Nasional Pengelola Perbatasan, 2015).
Kawasan perbatasan umumnya terisolir dalam berbagai
aspek baik fisik, informasi maupun pembangunan yang pasti
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Inilah isu
strategis yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah Joko Widodo –
Jusuf Kalla dengan komitmen membangun Wilayah Indonesia dari
pinggiran. Namun wilayah Kabupaten Muna tidak berbatasan
langsung dengan wilayah negara lain.
4.1.2.5. Daerah Pulau Kecil dan Terluar
Indonesia adalah negara kepulauan berwawasan
nusantara, sehingga batas wilayah laut harus mengacu pada
United Nations Convension on the Law of the Sea (UNCLOS) 82
atau disebut HUKLA (Hukum Laut) 82 yang kemudian diratifikasi
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 dan diikuti
dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 78
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.
Pulau kecil dan terluar ini semenjak dahulu telah menjadi
perhatian dan selalu masuk dalam pembahasan setiap rezim
pemerintahan di Indonesia. Hal itu ditandai dengan lahirnya
Deklarasi Djuanda yang membahas tiga hal antara lain batas laut
teritorial, landas kontinen dan batas zona eklusif ekonomi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
didukung oleh Peraturan Presiden No.73 Tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 87
Pulau Kecil (PKT) di Tingkat Nasional, Indonesia memiliki 92 PKT
dan hanya 31 PKT yang berpenghuni. PKT merupakan tempat
beradanya Titik Dasar (TD) yang menjadi titik pangkal pengukuran
batas wilayah Indonesia.
Wilayah kabupaten tersebut memiliki 203 pulau kecil
yang terbagi dalam tiga kategori yaitu sebanyak 7 pulau masuk
kategori pulau kecil berpenghuni, 4 pulau masuk kategori pulau
kecil berpenghuni tidak tetap dan 192 pulau masuk kategori pulau
kecil tidak berpenghuni. Gugusan pulau kecil itu tersebar antara
lain di Teluk dan Danau Napabale, dan berbagai area teluk di
wilayah Perairan Muna. Selain itu, diketahui bahwa kabupaten ini
meliputi 9 desa pulau, 1 desa terapung dan 55 desa pesisir.
Gambar 4.2.
Pemandangan Pulau Kecil di Tanah Wuna
Sumber: https://formuna.wordpress.com/2016/09/02/gugusan-
pulau-pulau-kecil-di-tanah-muna/
4.1.3. Kabupaten Muna sebagai Daerah Tujuan Transmigrasi
Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) terdiri dari UPT Bina dan
UPT Serah. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.22/MEN/X/2007, UPT merupakan satuan
permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 88
tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk
membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat.
Permukiman transmigrasi terbukti berperan penting dalam
pengembangan wilayah Indonesia, khususnya penyelenggaraan
pembangunan daerah yang berkaitan dengan desa. Berdasarkan Data
Permukiman Transmigrasi Bina pada Tahun 2013, terdapat tiga
permukiman transmigrasi yang masih dalam pembinaan di Kabupaten
Muna dan tertera dalam Tabel 4.2. dibawah ini.
Tabel 4.2.
Data Permukiman Transmigrasi Bina di Kabupaten Muna Tahun 2013
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2014
Ketiga unit permukiman transmigrasi (UPT) tersebut antara lain
UPT Tondasi, UPT Langkoroni (Kecamatan Maligano) dan UPT Pohorua
dengan total transmigran sebanyak 450 KK yang lahannya berpola
Transmigrasi Umum Lahan Kering dengan rentang penempatan antara
Tahun 2010–2013. Pada Tahun 2017, pengakhiran status bina untuk UPT
Langkoroni dengan total transmigran sebanyak 200 KK.
4.1.4. Tipologi Desa di Kabupaten Muna berdasarkan Indeks
Pembangunan Desa (IPD)
Desa adalah entitas utama suatu bangsa yang secara riil
memegang peranan penting dalam mendukung percepatan
pembangunan daerah tertinggal. Desa diharapkan mampu berfungsi
sebagai titik awal berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
Penempatan Pembinaan
1 UPT Tondasi TU-LK 2010 T+4 150
2 UPT Langkoroni TU-LK 2011 T+3 100 Kec. Maligano
Langkoroni (Pemenuhan) TU-LK 2012 T+2 100 Kec. Maligano
3 UPT Pohorua TU-LK 2013 T+1 100 PTB TA 2013
No. Nama UPT Pola TransmigrasiTahun
Jumlah KK Keterangan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 89
masyarakat yang dapat mendukung kemandirian ekonomi warganya.
Upaya percepatan pembangunan desa seyogyanya juga melihat tipologi
desa-desa yang ada.
Tabel 4.3.
Tipologi Desa berdasarkan Indeks Pembangunan Desa
di Kabupaten Muna
Sumber: Indeks Pembangunan Desa, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional RI, Tahun 2014
Berkaitan dengan pembangunan, ketertinggalan suatu kabupaten
mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi desa yang masuk dalam
wilayah administrasi kabupaten tersebut. Ketertinggalan suatu
kabupaten dapat ditandai dengan banyaknya desa tertinggal di daerah
BERKEMBANG % TERTINGGAL %
1 TONGKUNO 8 6,40 1 0,80
2 TONGKUNO SELATAN 4 3,20 1 0,80
3 PARIGI 6 4,80 1 0,80
4 BONE 4 3,20 1 0,80
5 MAROBO 2 1,60 3 2,40
6 KABAWO 5 4,00 5 4,00
7 KABANGKA 7 5,60 2 1,60
8 KONTU KOWUNA 5 4,00 1 0,80
9 KONTUNAGA 7 5,60 0 0,00
10 WATOPUTE 6 4,80 0 0,00
11 KATOBU - - - -
12 LOHIA 9 7,20 0 0,00
13 DURUKA 5 4,00 0 0,00
14 BATALAIWORU 2 1,60 0 0,00
15 NAPABALANO 4 3,20 0 0,00
16 LASALEPA 7 5,60 0 0,00
17 TOWEA 5 4,00 0 0,00
18 WAKORUMBA SELATAN 3 2,40 1 0,80
19 PASIR PUTIH 5 4,00 1 0,80
20 PASI KOLAGA 4 3,20 0 0,00
21 MALIGANO 4 3,20 2 1,60
22 BATUKARA 4 3,20 0 0,00
106 84,80 19 15,20
NO. KECAMATANSTATUS DESA
JUMLAH
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 90
tersebut. Bappenas dalam hal ini, menggunakan Indeks Pembangunan
Desa (IPD) Tahun 2014 yang membagi desa menjadi 3 (tiga) tipologi
yaitu, Desa Tertinggal, Desa Berkembang dan Desa Mandiri.
Pembangunan desa merupakan tantangan tersendiri dalam
rangka pemenuhan standar pelayanan umum minimum desa termasuk di
Kabupaten Kepulauan Muna. Sebelum pemekaran desa Tahun 2015,
Kabupaten Muna terbagi dalam 21 unit kecamatan dan 125 unit desa.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD), sebagian besar desa di
sana masih tergolong sebagai desa berkembang sebanyak 106 unit desa
(84,80%) dan tertinggal sebanyak 19 unit desa (15,20%). Kecamatan yang
memiliki desa berstatus desa berkembang terbanyak adalah Kecamatan
Lohia (9 unit atau 7,20%). Untuk tipologi desa berdasarkan Indeks
Pembangunan Desa di Kecamatan Katobu tidak diketahui datanya.
4.1.5. Kabupaten Muna sebagai Kawasan Perdesaan
Kawasan perdesaan, merupakan salah satu kawasan strategis
nasional yang memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan
nasional. Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen
PKP), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi menetapkan 150 pengembangan kawasan perdesaan di
seluruh Indonesia pada Tahun 2015–2017 yang akan difasilitasi dari total
210 kawasan perdesaan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal
Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen PKP).
Salah satunya adalah Kawasan Perdesaan Pertanian Terpadu
Kontunaga Barakati di Kabupaten Muna – Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan potensi unggulan peternakan dan jagung. Pusat pertumbuhan
terpadu antar desa (kawasan) di Desa Kontunaga – Kecamatan
Kontunaga. Penetapan kawasan perdesaan di Kabupaten Muna dilakukan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 91
melalui surat keputusan bersama kelima kepala desa tersebut. Terdapat
lima wilayah desa yang bersepakat untuk membentuk kawasan
perdesaan yaitu: 1) Desa Bungi; 2) Desa Maabhodo; 3) Desa Kontunaga;
4) Desa Liabalano; dan 5) Desa Lapodidi. Kelimanya merupakan desa
berkembang menurut standar Indeks Pembangunan Desa (IPD).
Dua kelembagaan yang aktif terlibat dalam kawasan perdesaan di
Kabupaten Muna yaitu Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan
Perdesaan (TKPKP) Kabupaten Muna dan Tim Pengelola Kawasan
Perdesaan (TPKP). Penetapan kawasan perdesaan di Kabupaten Muna
berangkat dari proses yang terdiri dari empat pilar dalam penyusunan
program pengembangan potensi yaitu insfrastruktur, pengembangan
usaha ekonomi, penguatan kelembagaan dan pengembangan kapasitas
sumberdaya manusia (SDM).
Proses Fasilitasi Daerah dalam Rencana Pengembangan Kawasan
Perdesaan (RPKP) Kabupaten Muna dilakukan secara partisipatif yang
dimaknai dengan adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam
proses fasilitasi serta keterlibatan tersebut menyentuh semua
stakeholders dalam kawasan perdesaan. Muaranya adalah sesuai dengan
amanah Undang-Undang Desa yakni mempercepat desa membangun
malalui peningkatan kualitas pelayanan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Kegiatan terkait proses Fasilitasi Daerah dalam RPKP Kabupaten
Muna itu merupakan hasil kerjasama antara Tim Ahli dari Direktorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen PKP) – Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI dengan Pusat
Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) Institut Pertanian
Bogor – Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2015.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 92
4.2. Potensi Kawasan Kabupaten Muna
4.2.1. Pengembangan Kawasan Pertanian dan Agrobisnis
Potensi pengembangan lahan pertanian di Kabupaten Muna
seluas ± 1.802 Ha, meliputi pengembangan kawasan peruntukan
pertanian lahan basah yang diperuntukkan sebagai lahan pangan
pertanian berkelanjutan sesuai dengan daya dukung dan hasil studi
dengan luas ± 770 Ha, dan pengembangan kawasan peruntukan lahan
kering dengan luas ± 197.711 Ha.
Dikutip dari tulisan Suharno dan Rusdin terkait kelayakan usaha
tani jagung hibida di Kabupaten Muna Tahun 2017, kegiatan pendukung
untuk pertanian di kabupaten ini diarahkan sebagai kawasan agropolitan
yang merupakan penyediaan sentra untuk agropolitan dan
pengembangannya dengan menyediakan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan, khususnya jagung.
Berdasarkan arahan pengembangan lahan petanian pada kawasan
perdesaan di Tanah Muna, pemerintah daerah menggalakkan komoditas
jagung. Diketahui dari data statistik yang bersumber pada Kabupaten
Muna dalam Angka Tahun 2016, luas panen jagung Tahun 2015 tercatat
mencapai 13.159 Ha dengan produksi sebesar 32.007 ton. Kondisi
tersebut sesuai dengan jenis lahan Muna yang kering dan subur sehingga
cocok untuk pengembangan tanaman pangan terutama jagung dan
kacang-kacangan. Hal itu tentu akan didukung dengan pendampingan
inovasi teknologi komoditas jagung menggunakan varietas unggul
hibrida. Sejak Tahun 2000, masyarakat Muna mulai menanam jagung
kuning (hibrida dan komposit) untuk bahan industri pakan.
Selain itu, sebagian petani masih menanam jagung jenis lokal
untuk kebutuhan konsumsi. Menanam komoditas jagung merupakan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 93
usaha tani yang telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman dulu
dimana jagung adalah makanan pokok masyakarat Muna hingga saat ini.
Pengembangan komoditas jagung sangat memungkinkan untuk
menjadikan kabupaten ini sebagai pemasok pakan ternak (cargil) karena
jagung bisa menjadi bahan dasar pembuatan cargil. Hal tersebut akan
mendorong pengembangan industri rumah tangga (home industry) dan
masyarakat dapat menjadi peternak terutama unggas (ayam kampung).
Hal yang menarik, sejak Tahun 2011 petani Muna telah mencoba
mengembangkan tanaman jagung dengan menggunakan pupuk kulit
jambu mete. Penggunaan limbah kulit jambu mete sebagai pupuk
organik adalah pertama kali dilakukan uji coba di Sulawesi Tenggara
khususnya di Tanah Wuna. Uji coba lahan seluas 4 hektar tersebut
menghasilkan jagung rata-rata 5,6 ton jagung basah per hektar. Tanah
yang sangat cocok untuk tanaman jagung dan jambu mete menjadi hal
mengguntungkan dalam rangka mendukung pengembangan lima produk
ya g se pat diusu g Pe da de ga se uta saru g ekah sapi,
rumput laut, jagung, jambu mete dan hasil hutan).
Tanah Wuna yang dinilai cocok untuk menanam komoditas jambu
mete (Anacardium occidentale, L.) menjadikan Kabupaten Muna (dan
Kabupaten Buton) yang didiami oleh Suku Pancana (Muna) sebagai
sentra produksi utama jambu mete di Provinsi Sulawesi Tenggara setelah
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang
sangat luas terhadap faktor lingkungan karena tahan terhadap
kekeringan atau tanah gersang. Jambu mete dalam bentuk gelondongan
merupakan jenis komoditas yang banyak diekspor terutama ke negara
India dan Vietnam.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 94
Namun sektor perkebunan jambu mete di kabupaten ini memiliki
masalah kualitas seperti tingkat permodalan usaha yang lemah, produksi
yang rendah, pendapatan rendah dan sistem pemasaran yang tidak
efisien. Posisi tawar (bargaining position) petani lemah karena petani
tidak memiliki informasi yang dapat digunakan sebagai harga referensi.
Harga ditentukan oleh pedagang jambu mete yang mengakibatkan
rendahnya harga jual di tingkat petani.
Gambar 4.3.
Jambu Mete Tanah Muna Diklaim Terenak di Dunia
Sumber: http://rakyatsultra.fajar.co.id/2016/11/07/mete-muna-diklaim-
terenak-di-dunia/
Sisi positifnya, Kabupaten Muna tak hanya dikenal karena kayu
jatinya yang memiliki kualitas dunia, namun juga dikenal sebagai
penghasil jambu mete yang memiliki kualitas dunia. Baru-baru ini
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) telah
mengeluarkan lisensi atau pengakuan bahwa mete Muna adalah mete
terenak di dunia. Faktor iklim dan kondisi alam Muna yang sangat kering
menyebabkan mete Muna memiliki cita rasa yang berbeda.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 95
4.2.2. Pengembangan Kawasan Perikanan dan Kelautan
Sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Muna tidak bisa
dipandang sebelah mata. Sektor ini memiliki andil cukup besar terhadap
perekonomian Kabupaten Muna karena produksi komoditas perikanan
(tangkap dan budidaya) cukup melimpah dengan tren yang menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya. Dari 337 km panjang garis pantai dan
2.559,4 km² luas lautan Kabupaten Muna, kemungkinannya akan
berbanding lurus dengan potensi hasil laut yang terkandung didalamnya,
baik itu yang ditangkap maupun yang dibudidayakan.
Untuk produksi kegiatan budidaya ikan baik itu budidaya laut
maupun budidaya payau, bisa diprediksi masih dibawah potensi yang ada
dan diperkirakan masih kurang dari 50%. Jika merujuk tren perdagangan
ikan budidaya, dapat digambarkan beberapa produksi hasil budidaya
sebagai berikut. Produksi ikan bandeng kira-kira bisa mencapai angka
1.400 ton/tahun, udang vanamei sekitar 800 ton/tahun, ikan kerapu
sekitar 3 ton/tahun, udang lobster sekitar 0,5 ton/tahun, dan rumput laut
kemungkinannya bisa mencapai angka 48.000 ton/tahun.
Pada Tahun 2015, produksi perika a ta gkap laut dі Ka upate
Mu a se esar . , to уа g do i a dihasilka dі tiga ke a ata
уаk і Ke a ata Maro o, Duruka, da To ea. Angka produksi perikanan
і і e i gkat taja dаrі . , to уа g dihasilka pada Tahun 2014.
Perkemba ga sektor perika a ta gkap telah diduku g оlеh 5.683
rumah tangga nelayan dan ar ada ta gkap ukup oder уаk і .
kapal motor. Pada tahun ini angka tersebut telah menunjukkan kemajuan
yang berarti. (Sumber: Kabupaten Muna dalam Angka Tahun 2016)
Perkembangan dalam ekonomi di sektor perikanan tangkap dan
perairan umum setidaknya harus diduku g оlеh per i taa ko su si
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 96
lokal уа g ukup ti ggi. Ke iasaan akan makan ikan menjadikan ikan
termasuk komoditas utama di Kabupaten Muna.
Dalam statistik perdagangan antar pulau, perdagangan hasil
perika a e e pati ilai terti ggi ѕеtеlаh perdaga ga hasil
perke u a уаk і e apai Rp , Miliar pada Tahu . Bukti i i
menjadi potensi besar jika dikelola dengan baik. Fakta tersebut јugа
dikuatka оlеh rata-rata pengeluaran perkapita untuk kelompok
makanan sebesar Rp . ѕеtеlаh kelo pok padi-padian.
Mеѕkірu terjadi peru aha strategis dala rezi pe gelolaa
perikanan dan kelautan pasca implementasi UU No. 23 Tahun 2014
dimana kewenangan pengelolaan sektor і і diserahka kе Pe eri tah
Provinsi (Pemprov), namun Pemerintah Kabupaten Muna bisa membantu
Pemprov menumbuhkan sektor hulu dan hilir dі ka asa -kawasan
produksi perikanan tangkap lokal untuk menggerakkan ekonomi daerah
pesisir dan pulau-pulau berpenghuni tetap еlаluі i estasi.
Namun kesejahteraan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan
masih sulit dijangkau karena nilai ekonomis hasil perikanan dan kelautan
yang tersedia masih rendah. Terkait fakta adanya beberapa hasil
perikanan dan kelautan dengan nilai ekonomis rendah jika dijual dalam
bentuk segar, seperti ikan loba (peperek), ikan lure (teri) dan lain-lain,
maka Dinas Perikanan Kabupaten Muna meluncurkan program Ja a
Sekolah (Jangan Menjual Sebelum Ikan Diolah) dengan sasaran
komoditas dengan nilai ekonomis rendah tersebut.
Program Ja a Sekolah yang telah dipresentasikan di hadapan
tim Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI tersebut merupakan salah
satu upaya Pemerintah Kabupaten Muna melalui Dinas Perikanan untuk
meningkatkan harga jual dan nilai ekonomis produk perikanan di tanah
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 97
Wuna dengan cara melakukan pengolahan terlebih dahulu (terhadap
komoditas dengan nilai ekonomis rendah) sebelum dijual.
Selain meningkatkan harga jual dan nilai ekonomis produk
perikanan, program Ja a Sekolah juga ditargetkan dapat mengurangi
pengangguran dengan terbukanya lapangan kerja baru di sektor
pengolahan hasil perikanan yang implikasi akhirnya adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat Wuna. Berikut berbagai produk ikan olahan di
wilayah Kabupaten Muna edisi Agustus 2017.
Tabel 4.4.
Produk Olahan Ikan di Wilayah Kabupaten Muna
Edisi Agustus 2017
Sumber: https://formuna.wordpress.com/2017/09/11/tingkatkan-nilai-
ekonomis-produk-perikanan-di-kabupaten-muna-dengan-jaman-sekolah/
Secara sederhana, program itu akan mendorong upaya
terwujudnya produk olahan hasil perikanan di Kabupaten Muna yang
berkualitas dan berdaya saing di pasaran. Produk olahan yang telah
NO. JENIS KOMODITAS IKANKECAMATAN
PENGHASIL
VOLUME CAPAIAN
(TON/TAHUN)
1 IKAN BEKU KATOBU 260
NAPABALANO
TOWEA
2 RAJUNGAN BEKU NAPABALANO 76
TOWEA
3 RAJUNGAN MASAK TOWEA 9
4 IKAN GARAM/KERING TOWEA 115
NAPABALANO
5 TERI KERING TOWEA 33
NAPABALANO
6 TERI GARAM/MASAK TOWEA 25
7 IKAN ASAP KONTU KOWUNA 52
8 RAJUNGAN DAGING MAROBO 98
NAPABALANO
DURUKA
9 IKAN PINDANG NAPABALANO 21
10 BAKSO IKAN KATOBU 0,7
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 98
dihasilkan oleh nelayan dan/atau pembudidaya ikan akan ditingkatkan
kualitasnya hingga pada desain kemasan (branding) yang lebih menarik.
4.2.3. Pengembangan Kawasan Industri
Kondisi daerah Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini yang hampir
segala sektor pembangunannya dipolitisasi khususnya dibidang industri
dan pertambangan yang begitu sensitif dengan ego sentral oknum
tertentu yang seringkali membuat Iklim Investasi terganggu, sehingga
hadirnya Prioritas Pembangunan Kawasan Industri diluar Jawa dengan
menjatuhkan Pilihan Kabupaten Muna salah satu diantaranya sangat
perlu untuk adanya penyamaan visi demi kesejahteraan bersama.
Sasaran nasional yang ingin dicapai adalah peningkatan kontribusi sektor
industri pengolahan non-migas luar Jawa.
Kabupaten Muna sedang menggalakkan kawasan industri
kerajinan berbasis sentra IKM yang menitikberatkan pada produk kain
tenun Tanah Muna. Dalam upaya pengembangannya, Pemda Muna
menggandeng Bank Indonesia untuk membulatkan komitmen diatas
Nota Kesepahaman (MoU) untuk menumbuhkembangkan sentra
kerajinan tenun tradisional. Pengrajin tenun tersebut mencakup dua
wilayah, Kecamatan Kontunaga dan Lohia dengan kegiatan yang
terkonsentrasi di Desa Masalili dan Desa Mabodo. Kain / sarung tenun
Muna Kawasan kerajinan tersebut menekankan pada kerajinan jati dan
nentu. Semua industri kreatif tersebut menjadi suatu tumpuan daerah
ysng harus terus dikembangkan.
4.2.4. Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Belakangan ini Pemerintah Kabupaten Muna sedang gencar-
gencarnya melakukan pengembangan kawasan pariwisata hingga pada
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 99
Tahun 2017 ini dipastikan kabupaten tersebut mendapatkan dukungan
anggaran dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Muna sebesar Rp 1,39
Miliar. Anggaran tersebut dialokasikan untuk pengembangan pariwisata
dengan uraian pembangunan obyek wisata unggulan dan pengembangan
karya seni daerah dalam rangka mengangkat pencitraan dan pelaksanaan
promosi pariwisata Kabupaten Muna.
Merujuk Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, salah satu program pembangunan yang bisa digalakkan
oleh Pemerintah Kabupaten Muna adalah program i a isata i a
berarti perikanan, wisata berarti pariwisata). Minawisata merupakan
pendekatan pengelolaan terpadu yang berbasis konservasi dengan
menitikberatkan pada pengembangan perikanan dan pariwisata bahari.
Minawisata juga dapat didefinisikan sebagai pengembangan kegiatan
perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan
potensi sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara
terintegrasi pada wilayah tertentu.
Terdapat empat item aktivitas pada kegiatan minawisata antara
lain: [1] Wisata mina; [2] Wisata konservasi dan pendidikan lingkungan;
[3] Wisata bahari; dan [4] Wisata kuliner. Wisata mina berbasis perikanan
dan kombinasinya dapat berupa pengembangan wisata budidiaya laut
seperti melihat proses budidaya ikan, memberi makan ikan dan
memanen ikan. Wisata konservasi dapat berupa ekowisata mangrove
dan pendidikan konservasi. Wisata bahari dapat berupa diving, wisata
fotografi bawah air, berenang, snorkeling, olahraga pantai, dan festival
pantai. Sementara wisata kuliner mencakup makanan produk perikanan,
mengamati dan praktek membuat makanan olahan dari ikan, rumput laut
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 100
dan buah mangrove seperti kerupuk ikan, manisan rumput laut, otak-
otak, abon ikan, dan beragam makanan dari buah mangrove.
Gambar 4.4.
Minawisata Bahari di Kabupaten Muna
Sumber: https://formuna.wordpress.com/2016/11/11/minawisata-bahari-
tawaran-konsep-pembangunan-di-muna/
Selain empat item tersebut, minawisata yang merupakan tawaran
konsep pembangunan di kabupaten ini dapat berupa pengembangan
pulau-pulau kecil yang dipadukan dengan pariwisata supaya dapat
memberikan manfaat pada masyarakat sekitar dimana konkretnya
merupakan perpaduan pengembangan sektor perikanan dan pariwisata.
Sementara, terdapat beberapa tempat wisata yang cukup populer
di Kabupaten Muna sebagai berikut.
1. Danau Napabale
Danau yang berada tepat di kaki bukit ini merupakan tempat
wisata Kabupaten Muna yang paling dikenal banyak orang.
Danau ini tampak unik dan menarik karena dihubungkan
langsung ke laut melalui terowongan karang sepanjang 50
meter yang terbuat secara alami. Untuk dapat melewati
terowongan tersebut, pengunjung harus terlebih dahulu
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 101
melihat kondisi pasang surut air laut. Hanya saat surut saja
pengunjung baru bisa melewatinya. Danau ini terletak di Desa
Lohia, Kecamatan Lohia. Keindahan danau ini semakin kental
dan membuat pikiran menjadi tenang saat kondisi cuaca
cerah disertai dengan udara yang segar.
2. Labuan Belanda / Oeng Kapala
Labuan Belanda atau Oeng Kapala merupakan pelabuhan
yang kini masih dipakai sebagai rute tetap kapal-kapal yang
berasal dari negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat,
dan New Zealand, berkisar antara 50–70 kapal pertahunnya.
Sesuai namanya, Labuan Belanda, pada perang dunia ke-2
pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang digunakan oleh
Belanda dan sempat dijadikan sebagai tempat
persembunyian kapal Belanda. Hal ini juga membuktikan
bahwa dulu kolonial Belanda bukan hanya menjajah pulau-
pulau besar saja. Terlepas dari hal itu, tempat wisata yang
juga memiliki nilai sejarah ini kian eksotis dengan adanya
beragam biota laut sehingga sangat cocok untuk wisatawan
yang ingin melakukan diving dan berenang.
3. Danau Motonuno
Danau Motonuno merupakan tempat yang menawarkan
keindahan danau yang jernih dengan air yang berwarna biru
tua. Sama dengan Danau Napabale, danau ini juga terhubung
dengan air laut namun tidak memiliki kandungan garam.
4. Pantai Meleura
Pantai yang disebut-sebut sebagai Raja Ampat-nya Pulau
Muna ini memiliki keindahan dengan hamparan pulau-pulau
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 102
karang yang ditumbuhi pepohonan hijau dan laut yang indah.
Terletak di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia dengan jarak
sekiar 18 km dari Kota Raha.
5. Pantai Walengkabola
Pantai ini menyuguhkan hamparan pasir berwarna cokelat
dengan panorama indah. Perpaduan alam yang indah dengan
gradasi air laut dikelilingi oleh bukit dan pohon nyiur. Terletak
di Jalan Tanjung, Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno dengan
jarak tempuh sekitar 72 km atau satu jam dari Kota Raha.
6. Danau Ubur-Ubur Lohia
Meruakan salah satu danau ubur-ubur tidak menyengat di
Indonesia dengan melewati Danau Laut Napabele yang
dikelilingi tebing karst yang sangat indah dan trekking selama
satu jam.
7. Pantai Pajala
Pantai dengan hamparan pasir putih, birunya air laut dan
luasnya bibir pantai dengan pepohonan hijau yang
mengelilinginya ini terletak di Desa Pajala, Kecamatan
Maginti dan berjarak sekitar 60 km atau menempuh waktu
satu jam dari Kota Raha.
8. Pemandian Moko
Pemandian Moko dengan julukan pemandian bidadari ini
terletak di Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten
Muna. Berjarak sekita 66 km dari pusat Kota Raha.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 103
4.3. Pendekatan One Village One Product untuk Kreativitas Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
Pendekatan One Village One Product (OVOP) mulai dikembangkan oleh
Morihiko Hiramatsu, seorang mantan pejabat MITI yang terpilih menjadi
Gubernur Oita – Jepang pada periode Tahun 1979–2003. Menerapkan ide
konsep pengembangan ekonomi rakyat perdesaan berbasis potensi lokal
melalui pengembangan suatu produk yang mampu bersaing di pasar global
yang berlandaskan pada nilai tambah dan semangat kemandirian masyarakat.
Definisi OVOP di Indonesia dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (KUKM) RI adalah upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah
produk unggulan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam wadah koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Dua topik utama diatas, One Village One Product (OVOP) dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), memiliki keterkaitan erat dalam konteks
pengembangan potensi daerah melalui produk unggulan lokal (desa atau
kawasan perdesaan). Konsep OVOP adalah upaya memberi nilai tambah atas
produk unggulan suatu desa atau daerah tertentu yang mengandung local
content berbasis budaya. Sedangkan, UMKM dinilai sebagai tulang punggung
perekonomian rakyat yang menggerakkan kreativitas pelaku usaha. Keduanya
menempatkan fokus perhatian pada masyarakat.
Implementasi OVOP atau dikenal sebagai produk unggulan desa (prudes)
atau kawasan desa (prukades) begitu populer sebagai konsep perkembangan
suatu regional dengan memfokuskan ke komoditi utama agar terjadi
peningkatan di skala perekonomian (scale of economies) dan memiliki suatu
spesialisasi tertentu yang memiliki keunggulan dibandingkan tempat lainnya.
Kemajuan suatu regional, baik di tingkat desa, kawasan perdesaan, kota atau
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 104
daerah ditentukan oleh kekuatan produk unggulan yang ada. Intinya, setiap
desa didorong untuk dapat memiliki satu keunggulan.
Untuk mengembangkan prudes / prukades yang mengacu pada konsep
OVOP, suatu daerah tidak cukup melihat produk inti (core product) saja, namun
juga perlu menghasilkan turunan-turunan dari produk inti. Gerakan ini
merekomendasikan pada masyarakat untuk menggunakan sumberdaya lokal
dimana dapat menghasilkan nilai tambah produk yang tinggi kemudian
menawarkan hasil tersebut ke pasar. Konsep satu desa satu produk yang
berasal dari Oita, Jepang ini dianggap lebih sederhana dari Keizen namun
keduanya seolah memiliki kaitan erat yakni berbasis aktivitas.
Strategi pengembangan prudes atau prukades berfokus kepada
sumberdaya yang dimiliki dan dikuasai desa atau kawasan perdesaan, memiliki
nilai ekonomis, berdaya saing tinggi artinya memiliki kompetensi inti (core
competence), serapan tenaga kerja tinggi, diproduksi dengan kelayakan teknis
(baik bahan baku dan pasar) yang merupakan talenta dan memiliki
kelembagaan masyarakat setempat (sumberdaya manusia, teknologi,
dukungan infrastruktur, kondisi sosial budaya lokal).
Sementara, dalam pengembangan UMKM dengan pendekatan OVOP
untuk ini dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, sektor swasta dan masyarakat lokal. UMKM membantu pemerintah
dalam hal penciptaan lapangan kerja baru yang menggunakan tanaga-tenaga
baru dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan rumah tangga. Selain
itu, UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan
usaha yang berkapasitas lebih besar. UMKM perlu perhatian khusus dan
didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah
antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha,
yaitu jaringan pasar.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 105
Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro,
kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia yang menonjol adalah rendahnya
tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah dan rendahnya kualitas produk.
Meskipun diakui juga bahwa UMKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian
besar pekerja, tetapi kontribusi dalam output nasional dikategorikan
rendah. Hal tersebut dikarenakan UMKM, khususnya usaha mikro dan sektor
pertanian (yang banyak menyerap tenaga kerja), mempunyai produktivitas
yang sangat rendah. Bila upah dijadikan produktivitas, upah rata-rata di usaha
mikro dan kecil umumnya berada dibawah upah minimum. Kondisi ini
merefleksikan produktivitas sektor mikro dan kecil yang rendah bila
dibandingkan dengan usaha yang lebih besar.
Pengembangan desain produk kerajinan tenun yang diwadahi UMKM di
Kabupaten Muna, seperti produk daerah lainnya, merupakan salah satu aspek
dari keseluruhan aspek yang terkait dalam pendekatan OVOP untuk
mengembangkan potensi kawasan perdesaan. Kawasan Perdesaan Pertanian
Terpadu Kontunaga Barakati Kabupaten Muna yang awalnya menitikberatkan
pada pengembangan potensi peternakan dan jagung mengalami peralihan
dengan menjadikan kain atau sarung tenun Muna sebagai potensi unggulan.
Produk kerajinan tenun tersebut ditemukan dalam beberapa sentra
industri rumah tangga. Kain atau sarung tenun Muna dinilai tidak hanya
penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi
(Gros National Product), juga dapat menumbuhkan kepuasan batin (Gros
National Satisfaction) bagi pengrajin kain tenun dan masyarakat setempat.
4.4. Kerajinan Tenun Khas Tanah Wuna
Bicara tentang kain atau sarung tenun di Provinsi Sulawesi Tenggara,
tentunya Kabupaten Muna memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaannya dapat
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 106
dilihat dari motif, corak, warna dan jenis kain. Bahkan tenun Muna ternyata
terlukis di dinding Gua Liang Kobori, Desa Liang Kobori, Kecamatan Kontunaga
sejak zaman pra sejarah. Pada dinding gua tersebut terdapat lukisan pola hidup
masyarakat di zamannya.
Acara adat yang merupakan tradisi yang melestarikan beberapa hal mulai
dari cara bertahan hidup, hewan kuda sebagai alat tansportasi, layang-layang
kaghati hingga lukisan kain tenun yang dipercaya bahwa proses pengolahannya
telah dilakukan masyarakat setempat sejak ratusan tahun lalu. Pada kain
tenun, masyarakat kala itu masih menggunakan pewarna alami yang diperoleh
dari tumbuhan, misalnya kayu pohon nangka untuk pewarna hitam dan daun
mangga sebagai pewarna hijau. Seiring perkembangan zaman, kain tenun
Muna telah banyak dikreasikan dengan tren kreatif masa kini. Namun tidak
meninggalkan ciri khas jenis pewarna yang bersumber dari alam. Sementara,
sektor pasarnya yang sudah tersebar baik lokal, nasional dan Internasional.
Sejak ratusan tahun lalu, keterampilan menenun sarung khas Muna
diwariskan secara turun temurun. Terlebih karena benang yang digunakan
sangat khas, yang dipintal secara tradisonal, baik dari benang sutera maupun
kapas. Saat ini, sarung Muna banyak dihasilkan di Desa Masili, Kabupaten
Muna. Masyarakat Muna mempercayai bahwa untuk menciptakan selembar
kain tenun kas Muna, haruslah dikerjakan dengan jiwa yang bersih dan tenang.
Jika tidak, penenun akan sangat kesulitan merangkai motif yang memang
cukup rumit. Proses pembuatan sarung tenun adat Muna ada dua bagian yaitu:
1. Proses meng-hani / kasoro
Proses meng-hani / kasoro adalah suatu proses awal yang dilakukan
dalam pembuatan sarung tenun adat Muna dengan cara menyusun
setiap helai lembaran benang pada alat yang telah disiapkan sebelumnya
dan dengan cara-cara tertentu pula oleh dua orang baik anak-anak
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 107
maupun dewasa. Bahan dasar utama yang digunakan dalam pembuatan
sarung Muna yaitu benang biasa dan benang mamilon atau benang nilon
dengan warna yang berbeda sesuai dengan warna sarung yang akan
dibuat. Benang biasa yaitu benang yang biasa digunakan oleh masyarakat
pada umumnya untuk menjahit, sedangkan benang mamilon atau
benang nilon yaitu benang yang khusus digunakan untuk membuat
sarung tenun adat dengan ciri mengkilap.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses meng-hani / kasoro
antara lain:
1] Langku, yaitu dua batang kayu balok atau bambu dengan ukuran
sedang yang diabringkan sejajar dengan jarak sekitar 1 meter
dan panjangnya sekitar 2 meter;
2] Jhangka, yaitu bambu yang diebntuk seperti sisir yang baguan
atas dan bawahnya dihimpitkan dengan dua batang bambu kecil
dengan panjang sekitar 1,4 meter. Jhangka ditempatkan pada
bagian tengah langku dan diikar pada kedua batang langku itu;
3] Kae, yaitu sebatang bambu yang berukuran sedang dengan
panjang sekitar 1,4 meter yang diikatkan pada kedua ujung
langku dan berfungsi untuk mengencangkan benang;
4] Ati, yaitu sebatang kayu yang dibentuk sedemikian rupa dengan
bagian tengahnya mengecil dengan panjang sekitar 1,4 meter
yang dipasang pada ujung langku dan berfungsi untuk
mengencangkan benang;
5] Kaju, yaitu sebatang bambu kecil dengan panjang sekitar 1,4
meter yang dipasang pada langku dan berfungsi membatasi
benang bagian atas dan bagian bawah agar tidak bercampur;
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 108
6] Parambhibhita, yaitu ssebatang bambu kecil yang panjangnya
lebih kurang 1 meter dan digunakan sebagai tempat untuk
memisahkan benang bagian atas dan bawah serta sebagai
tempat menggulungkan benang nilon;
7] Bhibhita, yaitu seutas benang nilon yang digulungkan pada
parambhibhita sekaligus juga berfungsi sebagai pemisah antara
benang yang satu dengan benang yang lainnya;
8] Kaghua, yaitu berupa tempat sabun colek lengkap dengan
penutupnya yang kemudian diisikan dengan segulung benang
dan pada bagian atas penutupnya dilubangi sebagai tempat
keluarnya benang. Dahulu sebelum ada pengetahuan untuk
menggunakan tempat sabun colek, masyarakat setempat
menggunakan tempurung kepala. Tempurung kelapa yang
digunakan ahanya sebelah saja. Kemudian tempurung kelapa
tersebut dilubangi pada kedua belah sisinya dan pada gulungan
benang dumasukkan sebatang kayu yang diperkirakan bisa
masuk di dalam lubang segulung benang tersebut. Selanjutnya
kayu yang sudah dimasukkan ke dalam gulungan benang
tersebut, kedua ujungnya dimasukkan pada kedua belah sisi
lubang tempurung kelapa sehingga benang tersebut bisa
berputar dengan sendirinya apabila ditarik;
9] Kangkai, yaitu selembar tulang tipis yang biasanya diambil dari
tulang rusuk sapi yang panjangnya lebih kurang sekitar 50 cm
dengan bagian ujungnya berbentuk seperti mata pancing yang
berfungsi sebagai pengait benang melalui sela-sela jhangka.
Kangkai ini juga bisa terbuat dari kayu, namun kayu teresebut
harus dihaluskan karena jika kayu tersebut kasar bisa saja
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 109
benang-benang yang akan dibuat menjadi sarung ketika dalam
proses meng-hani / kasoro maupun proses menenun terkait
atau tersangkut pada kayu itu sehingga benang bisa saja putus.
2. Proses Menenun
Proses menenun adalah suatu proses lanjutan setelah melakukan
poses meng-hani / kasoro yang merupakan penentu apakah sarung yang
dihasilkan akan memiliki bunga atau corak atau hanya sarung polos biasa
saja. Proses menenun harus dilakukan oleh orang-orang yang telah mahir
karena dalam proses ini kualitas sarung akan ditentukan sehingga perlu
pula keahlian khusus dalam pengerjaannya. Biasanya orang-orang yang
melakukan proses menenun ini merupakan orang-orang yang telah
berumur yang dalam hal ini ia telah lama menekuni pembuatan sarung
tenun adat ini. Seseorang yang melakukan proses menenun harus telah
mengetahui atau telah memiliki bayangan dalam pikirannya sarung apa
yanga akan dibuat dan modelnya seperti apa sehingga prosesnya akan
berjalan terus-menerus tanpa putus.
Telah diketahui bahwa proses meng-hani / kasoro harus dilakukan
oleh dua orang, namun pada proses menenun yang terjadi malah
sebaliknya. Proses menenun tidak boleh dilakukan oleh dua orang akan
tetapi hanya dapat dilakukan oleh satu orang saja. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam proses menenun yaitu menyiapkan peralatan yang akan
digunakan dalam proses penenunan seperti katai yaitu dua lembar papan
yang panjangnya sekitar 1,6 meter dan lebarnya sekitar 15–20 cm. Papan
ini diletakkan pada dinding dan berfungsi sebagai tiang atau penyangga.
Selanjutnya adalah memindahkan bagian-bagian alat dari proses
meng-hani / kasoro kepada proses menenun. Alat-alat yang dipindahkan
tersebut antara lain:
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 110
1] Kae yang semula berada pada proses meng-hani / kasoro yaitu
terletak pada ujung langku sebelah kanan, kemudian
dipindahkan pada proses menenun yang dipasang pada ujung
katai bagian atas. Ati tidak mengalami perubahan fungsi yaitu
sebagai alat yang digunakan mengencangkan benang.
2] Ati yang semula berada pada proses meng-hani / kasoro yaitu
terletak pada ujung dua batang langku sebelah kiri, kemudian
dipindahkan pada alat menenun yang dipasangkan dengan
sebatang kayu berhimpitan agar benang yang sudah tersusun
tidak bergeser lagi. Dalam hal ini, ati mengalami perubahan
fungsi yang semula ketika berada pada proses menghani hanya
berfungsi sebagai pengencang benang agar tidak longgar atau
kendur, setelah berada pada proses menenun ati berfungsi
sebagai alat yang menjepit atau alat yang dapat merapikan
benang sehingga benang tidak bergeser lagi.
3] Demikian pula kaju, bhibhita dan parambhibhita dipindahkan
dari proses meng-hani/ kasoro ke proses menenun yang
diletakkan diatas kaki si penenun, namun letak asalnya tidak
berubah atau tidak bergeser.
4] Kafetadaha yaitu sebatang kayu yang dijadikan tempat
menginjakkan kaki agar sang penenun dapat menarik benang-
benang yang sudah terpasang pada alatnya agar lebih kencang.
5] Lobu yaitu sebatang bambu yang berukuran sedang dengan
panjang lebih kurang 25-30 cm dan pada salah satu ujungnya
dipotong sehingga berlubang dan ujung lainnya tertutup.
Selanjutnya ada sebatang kayu kecil yang digulungkan dengan
segulung benang. Semakin banyak variasi bunga atau corak dan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 111
variasi warna yang akan dibuat pada selembar sarung, maka
akan semakin banyak pula gulungan benang pada kayu kecil
tersebut yang digunakan. Hal ini dimaksudkan karena setiap
gulungan benang sebatang kayu kecil tersebut digulungkan
dengan warna benang berbeda dan masing-masing gulungan
mempunyai fungsi tersendiri sesuai dengan variasi bunga atau
corak dan fariasi warna yang akan dibuat pada selembar sarung.
6] Katokano bunga yaitu bambu kecil yang berada diatas benang
tenunan dengan beberapa utas benang nilon yang membatasi
kumpulan benang tenunan. Katokano bunga sebenarnya
merupakan bahasa asli Muna yang jika diartikan kedalam Bahasa
Indonesia adalah perle gkapa u ga , ya g berfungsi sebagai
alat yang digunakan untuk membentuk bunga atau corak pada
sarung tenun. Lebih banyak variasi bunga atau corak yang akan
dibuat pada selembar sarung tenun, maka akan semakin banyak
pula jumlah dari katokano bunga tersebut.
7] Kadanda yaitu sebatang kayu yang berada diatas benang
tenunan dan berfungsi untuk menindai benang agar tidak
terhambur atau berantakan. Kadanda ini tidak terlalu banyak
difungsikan tetapi merupakan juga salah satu alat yang harus
tetap ada dalam proses penenunan.
8] Bhalida yaitu sebatang kayu tipis yang panjangnya sekitar 1,4
meter dan berfungsi merapatkan benang-benang yang telah
disusun sebelumnya selembar demi selembar benang. Cara kerja
dari alat bhalida ini yaitu dengan cara memukul-mukul jhangka
sehingga jhangka yang sudah berisikan benang-benang tergeser
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 112
merapatkan benang yang telah dimasukkan sebelumnya dengan
menggunakan lobu.
9] Kabuntuluha yaitu sebatang kayu tebal yang digunakan untuk
menahan atau menopang agar bhalida pada saat digunakan
tidak langsung ke lantai karena jika bhalida tidak tertopang
maka akan menyulitkan sang penenun ketika memasukkannya
kembali di sela-sela benang.
10] Tetere yaitu selembar papan yang agak tebal yang dipasang pada
katai bagian bawah sehingga pada saat melakukan penenunan
benang akan berbentuk huruf L.
11] Talikundo yaitu kayu yang diukir atau yang dibentuk sedemikian
rupa agar sipenenun lebih nyaman dalam melakukan
penenunan. Talikundo ini berfungsi sebagai alat untuk
mengencangkan benang yang dipasang di belakang si penenun
dengan tali yang diikat antar talikundo dengan ati yang berada
didepannya.
Gambar 4.5.
Alat Tenun Tradisional Khas Tanah Muna
Sumber: http://trisaktiindonesia.blogspot.co.id/2014/12/makna-
simbolik-padatata-cara-perkawinan.html
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 113
Setelah selesai menyiapkan dan memindahkan alat dari proses
meng-hani / kasoro kepada proses menenun, maka selanjutnya yaitu
langkah-langkah yang dilakukan dalam proses menenun yaitu diawali
dengan sang penenun mengambil posisi pada alat penenunan dengan
duduk terlentang. Kaki dari sang penenun harus dipanjangkan atau
diluruskan hingga sampai pada kafetadaha. Selanjutnya dengan
menggunakan lobu, seutas demi seutas benang dimasukkan ke dalam
sela-sela benang hasil dari proses meng-hani / kasoro melalui kaju dan
kadanda juga parambhibhita dan bhibhita yang kemudian untuk
merapatkannya digunakanlah bhalida untuk memukul-mukul jhangka
sehingga benang tersebut benar-benar rapat.
Setelah beberapa lama, maka kain yang dihasilkan akan bertambah
panjang, sehingga untuk tidak menyulitkan penenun, ati harus dibuka
dan benang hasil dari proses meng-hani / kasoro ditarik lagi dan
kemudian dijepit kembali dengan menggunakan ati agar benang yang
sudah ditarik tersebut tidak bergeser lagi. Demikianlah prosesnya secara
terus menerus berlangsung sehingga tercipta sebuah kain tenun Tanah
Wuna.
4.5. Potensi Pengembangan Kerajinan Tenun di Kabupaten Muna Menuju
Community Based Tourism
Kabupaten Muna memiliki kekayaan budaya termasuk kerajinan tenun
tradisional yang sudah berkembang dan menjadi bagian warisan budaya bagi
masyarakat Muna. Kain tenun khas daerah tersebut dinilai memiliki prospek
yang sangat menjanjikan. Membuat kain tenun Muna membutuhkan
kesabaran, ketenangan jiwa dan hati bersih. Masyarakat Muna mempercayai
bahwa kondisi kejiwaan sang penenun saat bertenun akan menentukan motif
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 114
yang akan dihasilkan. Merangkai motif tenun merupakan pekerjaan yang rumit
dan penuh ketelatenan. Penciptaan sebuah kain tenun Muna bukan hanya
sekedar keterampilan, namun itu merupakan sebuah proses pewujudan kreasi
simbolis yang diilhami dari kearifan lokal dan tradisi yang sakral.
Rata-rata masyarakat yang berprofesi sebagai penenun sarung mulai
belajar membuat sarung tenun sejak usia 12–14 tahun. Seperti anak-anak di
Desa Masalili yang telah terampil membuat sarung meskipun masih pada
tahap-tahap yang masih sangat awal seperti meng-hani / kasoro. Rata-rata
anak-anak ini masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dimana setelah pulang
sekolah mereka membantu orang tua membuat sarung tenun. Sementara,
proses menenun mulai dilakukan sejak usia 17 tahun atau menginjak pada
sekolah menengah pertama (SMP). Adanya perbedaan umur dalam
mempelajari pembuatan sarung tenun tersebut karena didasarkan pada
tingginya badan atau pertumbuhan si anak tersebut.
Dalam melakukan proses penenunan, kaki sang penenun harus sampai
pada kayu atau balok yang disebut dengan kafetadaha. Jika kaki sang penenun
tidak sampai pada alat tersebut, maka proses penenunan tidak akan dapat
dilakukan karena untuk melakukan penenunan benang itu hasil dari meng-hani
/ kasoro yang telah dipindahkan pada alat penenunan harus kencang. Hal inilah
yang menjadi alasan mengapa anak-anak belum bisa melakukan proses
menenun. Proses belajar meng-hani / kasoro dan menenun hanya dilakukan
dengan cara melihat dan langsung mempraktekkan.
Sudah menjadi kebiasaan dan adat dalam masyarakat Desa Masalili
bahwa seorang perempuan harus bisa menenun sarung karena pada setiap
acara adat yang akan dilakukan atau dilaksanakannya nanti tidak terlepas dari
pakaian adat yang salah satunya yaitu sarung tenun adat Muna. Proses belajar
meng-hani / kasoro dan menenun ini telah berlangsung turun-temurun dari
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 115
zaman dahulu. Pada kenyataannya, bukan hanya wanita atau perempuannya
saja yang pandai dalam meng-hani atau menenun sarung meskipun laki-laki
sebenarnya juga bisa saja meng-hani dan menenun. Namun pada mainset
masyarakat Desa Masalili sudah tertanam bahwa meng-hani / kasoro dan
menenun merupakan pekerjaan perempuan sehingga laki-laki merasa tidak
pantas melakukan pekerjaan tersebut karena budaya malu jika dilihat oleh
orang lain.
Menenun sebagai sebuah produk budaya murni yang mulai tergerus oleh
arus kebudayaan dan mode modern, maka seyogyanya warisan dan tradisi ini
perlu mendapat perhatian yang intens dari pemerintah dan masyarakat lokal.
Umar Kayam dalam Atiru (1992) menyatakan budaya asli seperti kain tenun
Muna tersebut dapat dan harus dijadikan sebagai media pembangunan
dikarenakan memiliki legitimasi tradisional dan aneka ragam fungsi (tangible
product and intangible product) sebagai sarana perubahan serta sebagai
simbol komunikasi masyarakat setempat.
Kerajinan tenun di Kabupaten Muna sudah berkembang cukup lama dan
setidaknya hingga saat ini ada 8 desa yang menjadi kampung tenun,
diantaranya Desa Masalili – Kecamatan Kontunaga, Desa Bolo Mabolu dan
Desa Lakarinta – Kecamatan Lohia, dan beberapa desa di Kecamatan Lawa dan
Kecamatan Tongkuno. Desa Masalili yang terletak sekitar 8 km dari Kota Raha
merupakan desa pionir yang melestarikan tradisi tenun tersebut. Terdiri dari
dua dusun yaitu Dusun Ladontani dan Dusun Kamali, hampir semua warga
perempuan di desa itu merupakan pengrajin tenun adat Tanah Wuna.
Penetapan kawasan perdesaan sentral tenun Kontunaga Kabupaten
Muna mendukung beberapa kampung tenun, khususnya Desa Masalili –
Kecamatan Kontunaga. Pada akhir Oktober 2017, Nota Kesepahaman
Pengembangan Kerajinan Tenun Tradisional di Desa Masalili – Kecamatan
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 116
Kontunaga Kabupaten Muna telah ditandatangani antara Pemerintah
Kabupaten Muna, Bank Indonesia dan Bank Sultra. Pada tahap awal, nota
kesepahaman itu akan melibatkan sedikitnya 18 kelompok pengrajin tenun di
desa tersebut.
Terpilihnya Desa Masalili sebagai lokasi pengembangan tenun tradisional
Tanah Muna dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan diantaranya yakni
jumlah pengrajin yang cukup banyak di desa tersebut, pengrajin yang relatif
terbuka terhadap perubahan dan telah adanya intervensi dari Pemda. Bentuk
intervensi yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam
nota kesepahaman itu mencakup penguatan kelembagaan, pendampingan
untuk mengakses sumber permodalan usaha, pemberian pelatihan untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas produk melalui percepatan alih
teknologi, pemberian sarana / alat produksi, serta memperluas akses
pemasaran melalui promosi produk.
Gambar 4.6.
Mengenal Kamooru Kain Tenun Khas Tanah Muna
Sumber: http://munabangkit.com/kain-tenun-muna/
Adalah Kamooru, kain sarung tenun khas Kabupaten Muna yang motifnya
sangat menarik. Dalam sejarah kebudayaan Kamooru, motif-motif tenun Muna
bahkan memiliki nama tersendiri karena terkandung makna filosofi
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 117
didalamnya. Motif tersebut antara lain Bhotu, Samasili, Bharalu, Djalima, Ledja,
Kaparanggigi, Bhia-bhia, Paghino Toghe, Katamba, Kapadodo, Lante-lante,
Kabarino, Finding Konini dan Kambeano Bhanggai.
Kain tenun tersebut dibuat dengan cara meng-hani benang lusi
menggunakan alat tradisional yaitu mesin tenun kayu. Selain kain dan sarung,
mesin tenun ini dapat juga digunakan untuk membuat baju dan hal yang
membedakan hanyalah ukuran dan motif yang akan disematkan. Misalnya,
untuk membuat satu baju khas Muna dengan lebar sekitar 70 cm, dibutuhkan
benang ekstra sepanjang 4 meter. Maka untuk membuat satu sarung tenun
yang lebih besar, dibutuhkan lebih banyak lagi benang ekstra.
Pertama, cara pembuatannya adalah dibuat terlebih dulu sisirnya yang
dalam bahasa Muna disebut Dhangka dengan tujuan untuk merapikan benang.
Setelah itu, ada proses penghanian yang dikenal dengan istilah Palida,
memukul atau memberikan tekanan terhadap benang yang baru saja
dimasukkan agar rapat. Karena, jika benangnya tidak rapat maka kain
dihasilkan bisa menjadi cacat. Proses untuk membuat satu lembar sarung atau
baju, dapat memakan waktu hingga 4–7 hari dengan harga yang sangat variatif
tergantung motif dan bahannya.
Sejak Tahun 2011 hingga sekarang, produk tenun tradisional gedong yang
dipasarkan melalui media sosial itu, sudah mampu menembus pasar luar
negeri, terutama Eropa, Amerika hingga Asia. Antara lain Negara Jerman,
Denmark, Perancis, Qatar, Brunei Darussalam dan Amerika Serikat. Rata-rata
para pembeli Kamooru tertarik karena motifnya yang sangat khas. Bahkan
tidak sedikit dari mereka yang penasaran cara menyusun motif sarung, rela
datang ke Tanah Wuna untuk menyaksikan langsung proses penenunan kain
tersebut. Hal ini merupakan potensi terbaik dalam rangka memperkenalkan
kerajinan kain tenun Tanah Wuna / Muna.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 118
Namun, bukan baru-baru ini saja motif sarung tenun Muna menarik
perhatian banyak orang bahkan dunia. Menurut catatan sejarah, Kamooru
sudah ada sejak Tahun 1371. Pada masa lalu, kain atau sarung Muna sudah
menjadi produk unggulan sejak masa pemerintahan Raja Muna pertama, yaitu
La Eli alias Baidhuldhamani yang bergelar dengan nama Bheteno Ne Tombula.
Oleh karena itu, kain khas Muna dengan berbagaimacam motif ini penuh
dengan filosofi dan makna.
Suku Muna Kamooru menjadikan sarung ini sebagai salah satu alat
pembayaran yang sah, misalnya untuk pembayaran pajak. Kamooru juga
dijadikan status golongan sosial, sebagai pembeda antara golongan bangsawan
dan rakyat jelata. Golongan bangsawan atau Kaomu, terdiri dari Sara
(keturunan raja) serta Walaka (penegak hukum). Bagi golongan Kaomu, cara
pemakaian sarungnya yaitu kain sarungnya berada di atas lutut.
Dalam tradisi masyarakat Muna, semakin keatas pemakaian sarungnya,
semakin tinggi status sosialnya. Sebaliknya, semakin kebawah pemakaian
sarungnya, semakin rendah pula status sosialnya. Pada golongan Sara, kain
sarungnya berada dibawah lutut dengan panjang kain sarung kurang lebih 2 cm
dibawah lutut. Kemudian, pada golongan Walaka, kain sarungnya berada
sekitar 30 cm atau sejengkal dari bawah lutut.
Bheta Kamooru dinilai wajib dimiliki oleh tiap orang dewasa di lingkungan
masyarakat Muna dikarenakan setiap lembar Kamooru memiliki filosofi
mendalam yang menggambarkan kehidupan sosial maupun status pemakainya.
Kain tenun tersebut memiliki corak nama dan dasar warna yang berbeda-beda,
namun secara umum jalur coraknya mirip yaitu memanjang horizontal. Hal
tersebut juga menggambarkan corak dan makna kain tenun Muna yang
berbeda pula. Selain sebagai busana, dunia tenun juga merupakan aspek
estetis, upacara adat, religi / keagamaan dan simbol status dalam masyarakat.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 119
Kita beralih ke kampung tenun Desa Bolo – Kecamatan Lohia yang telah
mendapatkan program revitalisasi sentra tenun sekaligus pembangunan
Gedung UPT Sentra IKM Tenun pada Tahun 2017. Dengan adaya UPT Sentra
IKM Tenun, Pemkab Muna melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan
bermaksud menyediakan sarana tempat yang layak buat para penenun dalam
bekerja, berkomunikasi dan mengembangkan keterampilan bagi penenun
pemula, sekaligus menjadi promosi pemasaran produk kain tenun Muna.
Langkah tersebut merupakan suatu terobosan inovasi dan gagasan yang
diimplementasikan untuk pengembangan kerajinan tenun Muna yang mulai
ditinggalkan oleh masyarakat Muna, khususnya generasi mudanya. Hal ini
dibuktikan dengan diinisiasinya konsep Kampung Tenun di beberapa desa di
Kabupaten Muna seperti Desa Masalili, Desa Liangkabori, Desa Mabolu, Desa
Mabodo, dan Desa Lakarinta. Tentu saja konsep ini akan berperan penting
dalam mengembalikan kejayaan kain tenun Muna sebagai kebanggaan
masyarakat Muna. Selain itu, konsep tersebut akan menjadi nafas baru yang
memicu semangat berkemajuan khususnya terhadap peningkatan dalam
sektor pariwisata di Kabupaten Muna.
Salah satu solusi untuk mengelola terwujudnya Kampung Tenun yang
berkesesuaian secara sosial dan berkelanjutan secara pariwisata adalah melalui
pengelolaan Kampung Tenun secara menyeluruh dengan melibatkan
masyarakat dalam konsep pengelolaan kepariwisataannya. Hal inilah yang
disebut sebagai pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism).
Dalam pelaksanaannya, akan lebih mengedepankan partisipasi aktif
masyarakat dan bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi mereka
dengan tetap menjaga kualitas lingkungan, serta melindungi kehidupan sosial
dan budayanya. Pemberdayaan maupun partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan Kampung Tenun tersebut akan meminimalisir resiko terjadinya
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 120
penyimpangan terhadap hak-hak masyarakat yang umumnya dialami di daerah
wisata lainnya.
Pemda perlu mempertimbangkan dengan matang langkah penerapan
konsep pariwisata berbasis masyarakat tersebut dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Muna. Pemda hendaknya harus lebih
memperhatikan kepentingan sosial ekonomi masyarakat itu sendiri.
Keterlibatan masyarakat bukan diposisikan sebagai penonton, tetapi aktor
yang turut menentukan berjalannya kegiatan mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan pelaksanaannya.
Tantangan yang dihadapi apabila konsep pariwisata berbasis masyarakat
tersebut diterapkan khususnya dalam pengelolaan Kampung Tenun adalah
kebutuhannya terhadap sumberdaya manusia terampil yang memiliki kesiapan
dan pengetahuan dalam tahapan teknis pelaksanaannya. Hal ini diperlukan
untuk menjamin tercapainya berbagai tujuan pariwisata yang meliputi
ekonomi, sosial-budaya maupun lingkungan. Dengan demikian, diperlukan
upaya manajemen sumberdaya manusia yang efektif untuk memaksimalkan
pencapaian dari tujuan-tujuan tersebut yang dapat ditempuh melalui pelatihan
untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang sadar wisata.
Hadirnya Kampung Tenun di berbagai desa di Kabupaten Muna melalui
peresmian yang dilakukan tanggal 16 April 2017 merupakan sebuah terobosan
dalam strategi pengembangan pariwisata oleh pemerintah. Terobosan yang
tentunya tidak boleh mengabaikan berbagai aspek lainnya melalui integrasi
antara aspek-aspek tersebut sehingga keberkahan dan kebermanfaatan akan
jauh lebih banyak diperoleh.
Pada akhirnya, kejayaan peradaban sebuah daerah akan kembali kepada
sejauhmana daerah / masyarakatnya mampu menghargai dan memelihara
peradabannya sendiri. Saatnya mengembalikan era kejayaan salah satu
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 121
teknologi tekstil Nusantara yaitu membangkitkan kebudayaan kain tenun
Tanah Muna. Tentunya yang paling berat adalah menghidupkan kembali tradisi
bertenun di kalangan masyarakat dan untuk selanjutnya mengelolanya dengan
modal sosial dan kearifan lokal yang ada serta memanfaatkan kemajuan
teknologi modern baik dalam pengolahan maupun pemasarannya tanpa harus
kehilangan identitas dan akar budaya setempat.
4.6. Sisi Lain Industri Kreatif Kabupaten Muna
Beragam industri kreatif akan tumbuh seiring dengan berkembangnya
industri pariwisata. Setiap kali wisatawan berkunjung ke sebuah obyek wisata,
tentunya tidak lupa untuk melirik buah tangan khas daerah itu yang akan
dibawa ke tempat asal. Seperti Tanah Wuna yang sangat dikenal dengan kain
tenunnya, Kamooru, kerajinan tangan di daerah tersebut juga diapresiasi
dengan sangat baik. Diantaranya kerajinan tangan bermutu tinggi dari kayu
jati, kerajinan tangan dari akar dan / atau batang jati yang telah berusia sangat
tua disebut gembol, dan juga keraji a ta ga e tu . Keraji a ta ga
terakhir tersebut yang sangat menarik minat untuk dibahas oleh penulis.
Keraji a ta ga e tu adalah salah satu keraji a er e tuk
anyaman dengan bahan dasar batang tanaman merambat yang dikenal dengan
istilah nentu oleh masyarakat Muna. Hasil anyaman nentu tersebut dikenal
sangat kuat dan tahan lama karena sifat bahan dasarnya yang sangat kuat, alot
namun ringan. Bahkan konon kabarnya, anyaman nentu ini jauh lebih kuat
daripada anyaman berbahan dasar rotan sekalipun. Hasil anyamannya sangat
rapi dan rapat, tidak mudah koyak dan lapuk dalam waktu bertahun-tahun.
Tanaman nentu tersebut banyak ditemukan tumbuh liar di hutan di
Tanah Wuna, Kabupaten Muna Barat, Buton Tengah, Buton, Buton Utara dan
Bombana di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sekilas, tanaman nentu tersebut
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 122
seperti tanaman parasit yang tumbuh di hutan dengan batang yang merambat
dan melilit pada batang maupun ranting pohon kecil. Saat ini Pemda Muna
mencanangkan program fasilitasi pembudidayaan nentu.
Saat ini, sudah banyak ragam produk yang dihasilkan oleh pengrajin
nentu di Kabupaten Muna yang tidak lepas dari upaya kreatif dan inovasi para
pengrajin dalam memenuhi kebutuhan konsumen dari berbagai kalangan.
Produk kerajinan nentu tersebut antara lain tudung saji, tempat tisu, vas
bungan, talang, tatakan dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Meski saat ini
pengrajin nentu tersebar di hampir semua wilayah Tanah Wuna, namun
tempat yang benar-benar menekuni kerajinan tersebut adalah Desa Lohia,
Mantobua dan Korihi – Kecamatan Lohia. munabangkit.com
Gambar 4.7.
Kerajinan Nentu, Oleh-oleh Khas Tanah Muna
Sumber: http://munabangkit.com/kerajinan-tangan-nentu/
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 123
Hasil pembahasan pada sub bab sebelumnya disimpulkan antara lain:
5.1. Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak di jazirah
Sulawesi Tenggara meliputi bagian utara Pulau Buton bagian utara dan
bagian utara Pulau Muna serta sebaran pulau-pulau kecil yang
mengalami pemekaran dengan Kabupaten Muna Barat pada
pertengahan Tahun 2014 serta berada di titik strategis karena diapit oleh
dua kota besar Sulawesi Tenggara, Kota Kendari dan Kota Bau-bau.
5.2. Kabupaten Muna sebagai daerah minawisata ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat sebagai salah satu dari daerah yang terentaskan dari status
kabupaten tertinggal sejak Tahun 2014.
5.3. Kabupaten Muna sebagai daerah tertentu tergolong daerah rawan
pangan dengan tingkat kerawanan prioritas 3 (cukup tinggi) dan
peringkat 190 menurut sebaran daerah rawan pangan di Indonesia;
memiliki kerawanan bencana yang relatif tinggi antara lain gempa bumi,
tsunami, gelombang ekstrim dn abrasi, kebakaran dan kekeringan; potesi
ancaman konflik yang relatif kecil; tidak berbatasan langsung dengan
negara lain; dan memiliki 203 pulau kecil di sekitar Perairan Muna.
5.4. Kabupaten Muna sebagai daerah tujuan transmigrasi sebagai Unit
Permukiman Transmigrasi (UPT) antara lain: UPT Tondasi, UPT
Langkoroni (Kecamatan Maligano) dan UPT Pohorua dengan total
transmigran sebanyak 450 KK dan pola lahan adalah Transmigrasi Umum
– Lahan Kering.
5.5. Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) – Bappenas Tahun 2014,
Kabupaten Muna terdiri dari desa yang sebagian besar masih tergolong
BAB V
KESIMPULAN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 124
berkembang sejumlah 106 unit (84,*%) dan sebagian kecil berkembang
sejumlah 19 unit (15,2%).
5.6. Penetapan Kawasan Perdesaan Kontunaga Kabupaten Muna awalnya
diprioritaskan pada sektor pertanian jagung yang meliputi dua unit
kecamatan, namun kemudian kawasan perdesaan tersebut berkembang
menjadi sentra kerajinan tenun khas Muna.
5.7. Potensi kawasan Kabupaten Muna meliputi pengembangan kawasan
pertanian dan agrobisnis khususnya jagung dan kacang mete;
pengembangan kawasan perikanan dan kelautan berupa komoditas
perikanan tangkap dan budidaya; pengembangan kawasan industri
berupa kerajinan tangan; dan pengembangan kawasan strategis
pariwisata berupa wisata bahari dan budaya.
5.8. Pendekatan Produk Unggulan Desa (Prudes) atau Kawasan Perdesaan
(Prukades) yang juga disebut One Village One Product (OVOP) untuk
kawasan wisata seperti Kabupaten Muna berbentuk dua produk, tangible
product (hasil kerajinan tangan) dan intangible product (sosial budaya
masyarakat).
5.9. Potensi pengembangan industri dengan pendekatan One Village One
Product (OVOP) yang sangat layak diperhatikan adalah kain tenun khas
Tanah Muna yang biasa dikenal sebagai Kamooru. Selain itu, ada juga
produk kerajinan tangan berupa anyaman nentu yang kuat dan tahan
lama.
5.10. Menilik dari kebijakan itu, pola aktivitas pengembangan industri dan
wisata Muna diarahkan pada community-based tourism (CBT) atau
pariwisata berbasis masyarakat yang memadukan produk kerajinan
tangan dan pariwisata.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 125
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Kabir. 2016. Kampung Tenun Muna: Terobosan Awal Menuju
Community Based Tourism. Jakarta: Kompasiana. Tersedia:
https://www.kompasiana.com/kabir/kampung-tenun-muna-terobosan-
awal-menuju-community-based-tourism_58f4a4260e9773cf214f0b1b
Amad, Madi. 2017. 7 Tempat Wisata di Muna yang Paling Menakjubkan.
Tersedia: http://bangmamadi.blogspot.co.id/2017/05/7-tempat-wisata-
di-muna-yang-paling.html
Anonim. 2015. Baharuddin Tepis Isu 5 Tahun Tanpa Pembangunan, Ini Sederet
Prestasinya. Kendari: ZonaSultra.com. Tersedia:
http://zonasultra.com/baharuddin-tepis-isu-5-tahun-tanpa-
pembangunan-ini-sederet-prestasinya.html
Anonim. 2016. Mengenal Kamoou, Kain Tenun Khas Muna. Tersedia:
http://bkk.fajar.co.id/2016/10/14/mengenal-kamooru-kain-tenun-khas-
muna/
Anonim. 2017. Profil Kabupaten Muna. Tersedia:
http://profilpnpmsultra.blogspot.co.id/p/provil-kab-muna.html
Anonim. 2013. Sarung Tenun Muna Mabolu. Tersedia:
https://desabolo.wordpress.com/
Azizy, Auhadillah. 2017. Kain Tenun Muna, Warisan Kebudayaan Bangsa.
Tersedia: http://munabangkit.com/kain-tenun-muna/
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Muna. 2014. Salinan
Kebijakan Pemerintah Raja Ampat menurut Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Muna Tahun 2014–2033.
Kabupaten Muna: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Muna
Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna. 2016. Kabupaten Muna Angka Tahun
2016. Kabupaten Muna: Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 126
Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna. 2016. Statistik Daerah Kabupaten
Muna Tahun 2016. Kabupaten Muna: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Muna.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Provinsi Sulawesi
Tenggara dalam Angka Tahun 2016. Sulawesi Tenggara: Badan Pusat
Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.
Bidang Pengembangan Destinasi dan Investasi Pariwisata. 2016. Pembangunan
Destinasi Pariwisata Prioritas Tahun 2016 – 2019. Jakarta: Kementerian
Pariwisata RI.
Bidang Pengembangan Destinasi dan Investasi Pariwisata. 2016. Pembangunan
Destinasi Pariwisata Prioritas Tahun 2016 – 2019 Jakarta: Kementerian
Pariwisata RI.Biro Hukum dan Komunikasi Publik. 2016. Paparan
Kementerian Pariwisata RI untuk KIDi ke-6 Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Pariwisata RI
Boy Ely Tokulo, Megawati. 2016. Kondisi Sosial Budaya di Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara. Tersedia:
http://megaelytokulo.blogspot.co.id/2016/09/kondisi-sosial-budaya-di-
kabupaten-muna.html
Elieser, Rahman. 2011. Usaha Kecil Menengah (UKM). Jakarta: Universitas
Gunadarma. Tersedia:
http://rahmanelieser.blogspot.co.id/2011/04/usaha-kecil-
menengah.html
Ezo, Harny. 2015. Makalah Produk Unggulan Daerah sebagai Daya Saing
Daerah. Tersedia: http://harnyezo58.blogspot.co.id/2015/07/makalah-
produk-unggulan-daerah-sebagai.html
Ido, Sarini. 2017. Rahasia Kain Tenun Muna yang Dikenal Sejak Ratusan Tahun.
Tersedia: https://sultrakini.com/berita/rahasia-kain-tenun-muna-yang-
dikenal-sejak-ratusan-tahun
Jafrun. 2017. Pembangunan Kawasan industri Konawe adalah Stimulasi
Pemerataan Pembangunan Ekonomi Daerah. Tersedia:
https://mediakendari.com/2017/09/23/pembangunan-kawasan-industri-
konawe-adalah-stimulasi-pemerataan-pembangunan-ekonomi-daerah/
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 127
Jambu Mete Lombe. 2017. Dunia Bisnis: Kab. Buton, Kab. Muna, Korsel
Pengekspor Jambu Mete Terbesar di Indonesia. Tersedia:
http://jambumete28.blogspot.co.id/2017/06/kab-buton-kab-muna-dan-
konsel.html
Kabar Muna. 2014. Wisata di Kabupaten Muna. Tersedia:
http://www.kabarmuna.com/pariwisata-muna/item/155-wisata-di-
kabupaten-muna
Kabupaten Muna. 2016. Kabupaten Muna dalam Angka Tahun 2106. Raha:
Badan Pusat Statistik
Kabupaten Muna. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016. Raha:
Badan Pusat Statistik
Kari , Muha ad. . Ko tu Ko u a Batu Ber u ga se agai I o Muna. Tersedia: http://munabangkit.com/kontu-kowuna-icon-muna/
Karyanto, Toto. 2013. Antara Ekonomi Kreatif dan OVOP – Bagian I. Tersedia:
http://www.kompasiana.com/toto_wirjosoemarto/antara-ekonomi-
kreatif-dan-ovop-bagian-i_552ac95e6ea8346d60552d03
Kebudayaan Indonesia. 2016. Kebudayaan Sulawesi Tenggara. Tersedia:
http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-sulawesi-
tenggara.html
Kementerian Dalam Negeri RI. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk Unggulan
Daerah. Jakarta: Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri RI
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2014.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: Biro Hukum
Organisasi dan Tata Laksana.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2015.
Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu Daerah
Perbatasan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 128
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2015.
Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu Pulau Kecil dan
Terluar. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2015.
Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu Rawan Pangan.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2016.
Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu Daerah Pasca
Konflik. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2016.
Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu Daerah Rawan
Bencana. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2016.
Data Kawasan Perdesaan Fasilitasi Direktorat Perencanaan Kawasan
Perdesaan. Jakarta: Direktorat Perencanaan Kawasan Perdesaan.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI. 2016.
Indeks Ketahanan Konflik Daerah Tertinggal Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perkembangan Daerah Tertentu
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 1985. Salinan Peraturan
Presiden Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tingkat Nasional.
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 1985. Salinan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention
on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut). Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2002. Salinan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 129
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2005. Salinan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Jakarta: Sekretariat
Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2005. Salinan Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Terluar. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2007. Salinan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta:
Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2008. Salinan Undang-Undang
No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Jakarta: Sekretariat Kabinet
RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2012. Salinan Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta: Sekretariat Kabinet
RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2012. Salinan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Jakarta:
Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2012. Salinan Undang-Undang
RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2014. Salinan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2015. Salinan Peraturan
Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015–2019. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 130
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2015. Salinan Peraturan
Presiden RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat
Kabinet RI
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2015. Salinan Peraturan
Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2015–2019. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. 2007. Salinan Peraturan
Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Tersedia:
http://storage.jak-
stik.ac.id/ProdukHukum/PDT/PERMEN_04_TH_2007_PEDUM__ALOKASI_
DANA_STIMULAN_2.pdf
Kementerian Pertanian RI. 2015. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Indonesia 2015: Versi Rangkuman. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan,
Kementerain Pertanian Ri dan World Food Programme (WFP)
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2007. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.22/MEN/X/2007 tentang
Pembentukan Organisasi Unit Permukiman Transmigrasi. Jakarta: Biro
Hukum
Laksito, Wawan. 2011. Pengolahan Data. Tersedia:
https://wawanlaksito.wordpress.com/2011/02/27/22/
Muhammad Alimuddin. 2016. Sejarah Pembentukan Kabupaten
Muna. Tersedia:
https://formuna.wordpress.com/buku/mengenal-sejarah-dan-peradaban-
orang-muna-upaya-pelurusan-sejarah/bab-vi-sejarah-pembentukan-
kabupaten-muna/
Nurhidayati, Sri Endah. 2015. Community Based Tourism (CBT) sebagai
Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Surabaya: Program
Studi D3 Pariwisata FISIP Univeristas Airlangga
Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka
Tahun 2106. Kendari: Badan Pusat Statistik
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 131
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB. 2015. Kegiatan
Fasilitasi Kawasan Perdesaan di Kabupaten Muna. Tersedia:
http://psp3.ipb.ac.id/web/kegiatan-fasilitasi-kawasan-perdesaan-di-
kabupaten-muna/
Ramadan, La Ode Muhammad. 2016. Prospek Pengembangan Budidaya Laut
dan Payau di Kabupaten Muna. Kota Bau-Bau: For Wuna. Tersedia:
https://formuna.wordpress.com/2016/09/19/prospek-pengembangan-
budidaya-laut-dan-payau-di-kabupaten-muna/
Ramadan, La Ode Muhammad. 2017. Tingkatkan Nilai Ekonomis Prodk
Perikanan di Kabupaten Muna dengan JAMAN SEKOLAH. Kota Bau-Bau:
For Wuna. Tersedia:
https://formuna.wordpress.com/2017/09/11/tingkatkan-nilai-ekonomis-
produk-perikanan-di-kabupaten-muna-dengan-jaman-sekolah/
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna, Mahasiswa. 2014. Makalah Data-Data
Penduduk di Kabupaten Muna. Tersedia:
https://www.slideshare.net/septianraha/makalah-data-kependudukan-
kabupaten-muna
Syamsuddin, La Ode. 2005. Kajian Kesiapan Implementasi Rencana Umum Tata
Ruang Kota: Studi Kasus Kota Raha Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi
Tenggara. Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UGM Universitas Gadjah
Mada. Tersedia:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=P
enelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=28329
Tim Dinas Perikanan dan Kelautan. 2017. Potensi Perikanan Kabupaten Muna.
Kabupaten Muna: Dinas Perikanan dan Kelautan. Tersedia:
https://perikanan38.blogspot.co.id/2017/11/potensi-perikanan-
kabupaten-muna.html
Tim For Wuna. 2016. BAB IV Sejarah Pembentukan Kabupaten Muna. Tersedia:
https://formuna.wordpress.com/buku/mengenal-sejarah-dan-
peradaban-orang-muna-upaya-pelurusan-sejarah/bab-vi-sejarah-
pembentukan-kabupaten-muna/
Yufrizal. 2014. Pengembangan Produk Unggulan sebagai Strategi
Pembangunan Daerah. Tersedia:
http://www.solselkab.go.id/post/read/690/httpyufrizal-
67.blogspot.com.html
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 132
LAMPIRAN
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 133
Lampiran
No Provinsi KabupatenJumlah
Kecamatan
Jumlah
Desa
1 Sumatera Utara Nias Barat 8 105
2 Bengkulu Seluma 14 202
3 Jawa Timur Sampang 14 186
4 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur 20 254
5 Nusa Tenggara Barat Bima 18 191
6 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara 5 33
7 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur 22 156
8 Nusa Tenggara Timur Kupang 24 177
9 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan 32 278
10 Nusa Tenggara Timur Belu 12 81
11 Nusa Tenggara Timur Lembata 9 151
12 Nusa Tenggara Timur Ende 21 278
13 Nusa Tenggara Timur Manggarai 11 162
14 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao 10 89
15 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya 11 175
16 Nusa Tenggara Timur Nagekeo 7 113
17 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua 6 62
18 Nusa Tenggara Timur Malaka 12 127
19 Kalimantan Barat Bengkayang 17 124
20 Kalimantan Tengah Seruyan 10 100
21 Kalimantan Timur Mahakam Hulu 5 50
22 Kalimantan Utara Nunukan 16 240
23 Sulawesi Tengah Tojo Una-Una 12 146
24 Sulawesi Tengah Sigi 15 176
25 Sulawesi Barat Mamuju Tengah 5 54
26 Maluku Maluku Tenggara Barat 10 81
27 Maluku Seram Bagian Timur 15 198
28 Maluku Maluku Barat Daya 17 117
29 Maluku Utara Halmahera Barat 8 170
30 Maluku Utara Halmahera Timur 10 102
31 Maluku Utara Pulau Morotai 5 88
32 Papua Barat Sorong Selatan 15 123
33 Papua Barat Raja Ampat 24 121
34 Papua Barat Tambrauw 29 216
Kabupaten Tertinggal Pembangunan Prioritas Tahun 2017
PUSDATIN
Data dan Informasi Produk Unggulan di Daerah Tertinggal
Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 134
Lanjutan
No Provinsi KabupatenJumlah
Kecamatan
Jumlah
Desa
35 Papua Jayawijaya 40 332
36 Papua Paniai 23 221
37 Papua Puncak Jaya 26 305
38 Papua Boven Digoel 20 112
39 Papua Mappi 15 164
40 Papua Asmat 19 221
41 Papua Yahukimo 51 511
42 Papua Pegunungan Bintang 34 277
43 Papua Tolikara 46 545
44 Papua Sarmi 10 94
45 Papua Waropen 11 100
46 Papua Mamberamo Tengah 5 59
47 Papua Mamberamo Raya 8 69
48 Papua Nduga 32 248
49 Papua Lanny Jaya 39 355
50 Papua Puncak 25 206
51 Papua Yalimo 5 300
52 Papua Intan Jaya 8 97
53 Papua Dogiyai 10 79
54 Papua Deiyai 5 67
901 9.288TotalPUSDATIN
PUSDATIN