daun kaca piring
DESCRIPTION
lllllllllllllllllllllllllllllTRANSCRIPT
Oral Biology Dental Journal Vol.5 No.1 Jan – June 2013 : 50 - 54
50
DAYA BUNUH INFUSA DAUN KACAPIRING (Gardenia Augusta)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans DAN Streptococcus salivarius
(Bactericide Potency Of Gardenia Augusta Leaves Infusion Againts Streptococcus mutans And
Streptococcus salivarius Growth)
*Tika Wulandari, **Indah Listiana K , **Bambang Sugeng H
*Mahasiswa Strata 1
*Staf Pengajar Departemen Biologi Oral Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya - Indonesia
ABSTRACT Background: The establishment of caries preceded by the formation of dental plaque. Therefore, the formation of
dental plaque should be prevented. Gardenia leaves have antibacterial compounds, namely essential oils, tannins,
and flavonoids which have bactericide potency againts the growth of Streptococcus mutans and Streptococcus
salivarius which is the bacteria that causes dental caries. Objective: To determine the concentration of gardenia
leaf infusion that have bactericide potency againts the growth of Streptococcus mutans and Streptococcus
salivarius.Methods: This study is an experimental research laboratory. Gardenia leaf infusion concentrations
used were 50% and performed serial depletion. Then each concentration is contacted with the bacteria
Streptococcus mutans and Streptococcus salivarius. Results: Streptococcus mutans bacteria colonies begin to
grow at a concentration of 6.25% while the bacteria Streptococcus salivarius colonies at a concentration of
12.5%. Conclusion: Gardenia leaf infusion minimum concentration that possess bactericide potency for
Streptococccus mutans is 8%, while 17.5% of Streptococcus salivarius.
Keywords: Gardenia leaves, Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, antibacterial effect, concentration.
Korespondensi (correspondence): Indah Listiana K, Departemen Biologi Oral Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60132, Indonesia
E-mail :[email protected]
PENDAHULUAN
Karies merupakan masalah kesehatan
gigi yang umum terjadi di Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI
tahun 2004, prevalensi karies di indonesia
mencapai 90,05% dengan indeks karies 1.2
sedangkan indeks target WHO untuk tahun
2010 adalah 1.0. Angka ini menunjukkan
bahwa jumlah penderita karies di
Indonesia cukup tinggi.1
Flora rongga mulut terdiri dari
beraneka spesies bakteri yang
menguntungkan yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan dan mengontrol
terjadinya penyakit pada rongga mulut.
Interaksi antara bakteri patogen dan
kebersihan rongga mulut berperan penting
dalam pembentukan biofilm gigi pada
rongga mulut.2 Streptococcus salivarius
merupakan bakteri dari golongan
streptococci sebagai “pioner” pada
pembentukan plak. Jumlah bakteri pada
saliva mencapai tingkat 1 x 107
cfu/ml dan sekitar 1010
tertelan setiap
hari.3 Streptococcus mutans merupakan
Research Report
Oral Biology Dental Journal Vol.5 No.1 Jan – June 2013 : 50 - 54
51
bakteri yang berperan menyebabkan karies
pada gigi. Habitat utama Streptococcus
mutans adalah permukaan gigi, tetapi
bakteri ini tidak dapat tumbuh pada
seluruh permukaan gigi melainkan pada
area tertentu di permukaan gigi, biasanya
dalam pit dan fisur, permukaan oklusal,
area proksimal permukaan gigi, gingiva
atau pada lesi karies gigi.4
Daun kacapiring (Gardenia augusta)
adalah alternatif tanaman obat yang dapat
dipakai sebagai obat kumur.5 Penelitian
penapisan fitokimia daun kacapiring
(Gardenia Jasminoides) menunjukkan
daun mengandung flavonoid, saponin,
tanin galat, dan steroid atau terpenoid.6
Daun kacapiring juga memiliki kandungan
kimia iridoid glikosida, dan minyak
atsiri).7
Sehubungan dengan hal tersebut,
peneliti ingin mengetahui apakah infusa
daun kacapiring mempunyai daya bunuh
terhadap bakteri Streptococcus mutans dan
Streptococcus salivarius. Tujuan
penelitian ini untuk mengamati dan
menentukan konsentrasi infusa kacapiring
yang berpotensi sebagai daya bunuh
terhadap Streptococcus mutans dan
Streptococcus salivarius.
BAHAN DAN METODE
Penelitian yang digunakan adalah
eksperimental laboratoris. Bakteri yang
digunakan adalah bakteri Streptococcus
mutans yang diperoleh dari koleksi
Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Airlangga, sedangkan Streptococcus
salivarius diperoleh dengan cara isolasi
saliva dari relawan dan diuji karakteristik
di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Surabaya. Bahan uji yang digunakan
adalah infusa daun kacapiring (Gardenia
Augusta) yang dibuat dan dianalisis
kandungan kimianya di Laboratorium
Balai Penelitian dan Konsultasi Industri
Surabaya.
Uji kemampuan antibakteri digunakan
metode dilusi cair. Selanjutnya dilakukan
pengenceran secara serial: 50%; 25%;
12,5%; 6,25%; 3,12%; 1,56%; 0,78%;
0,39%; 0,19%; 0,09%; 0,04%; 0,02%;
0,01%; 0,006%; 0,003% dan dikontakkan
dengan inokulum bakteri sebanyak 0,1 ml.
Terdapat dua kontrol, yaitu kontrol positif
dan kontrol negatif. Seluruh tabung
dilakukan cross-check pada media TYC
setelah inkubasi 24 jam. Evaluasi
dilakukan dengan mengamati ada tidaknya
pertumbuhan koloni bakteri pada media
TYC pada masing-masing perlakuan.
HASIL
Hasil uji karakteristik sampel saliva N
dan T bila dibandingkan dengan guide
Streptococcus salivarius yang dilakukan di
Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Surabaya sebagai berikut:
Tabel 1: Hasil uji karakteristik koloni pada sampel
saliva N dan T bila dibandingkan dengan
Streptococcus salivarius.
Uji
Biokimia
Sampel
N
Sampel
T Streptococcus
salivarius
Glukosa - - +
Sukrosa - - +
Manitol - - -
Laktosa - - +
Arginin - - -
Eskulin - - -
H2O2 - - -
Bacitracin
Resistance ± + +
Berdasarkan tabel di atas, maka
digunakan koloni bakteri sampel T sebagai
Streptococcus salivarius. Penelitian
dilanjutkan dengan mengontakkan 0,1 ml
inokulum bakteri ke dalam infusa daun
kacapiring dan kontrol.
Oral Biology Dental Journal Vol.5 No.1 Jan – June 2013 : 50 - 54
52
Gambar 1: Hasil kontak infusa daun kacapiring
dengan Streptococcus mutans dengan
cara penipisan serial.
Gambar 2: Hasil kontak infusa daun kacapiring
dengan Streptococcus salivarius
dengan cara penipisan serial.
Setelah diinkubasi 24 jam, dilakukan
cross-check pada media TYC untuk
melihat ada tidaknya pertumbuhan koloni
bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan
membagi plate menjadi beberapa bagian,
yaitu (1) konsentrasi 50% ; (2) konsentrasi
25% ; (3) konsentrasi 12,5%; (4)
konsentrasi 6,25%; (5) konsentrasi 3,12%;
(6) konsentrasi 1,56%; (7) konsentrasi
0,78%; (8) konsentrasi 0,39%; (9)
konsentrasi 0,19%; (10) konsentrasi
0,09%; (11) konsentrasi 0,04%; (12)
konsentrasi 0,02%; (13) konsentrasi
0,01%; (14) konsentrasi 0,006%; (15)
konsentrasi 0,003%; (+) kontrol positif;
dan (-) kontrol negatif.
Gambar 3: Pengujian bakteri Streptococcus mutans
dengan cara subkultur pada media TYC.
Gambar 4: Pengujian bakteri Streptococcus
salivarius dengan cara subkultur
pada media TYC.
Berdasarkan uji subkultur pada media
TYC, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2: Pertumbuhan bakteri pada media TYC
Bakteri Pertumbuhan bakteri pada tabung
1 2 3 4 5 6
S.mutans - - - + + +
S.salivarius - - + + + +
Bakteri Pertumbuhan bakteri pada tabung
7 8 9 10 11 12
S.mutans + + + + + +
S.salivarius + + + + + +
Bakteri
Pertumbuhan bakteri pada tabung
13 14 15 Kontrol
positif
Kontrol
negatif
S.mutans + + + + -
S.salivarius + + + + -
Pada tabel terlihat bahwa pada
bakteri S. mutans, pertumbuhan koloni
mulai tampak pada konsentrasi 6,25%
sampai konsentrasi 0,003% dan kontrol
positif, sedangkan pada bakteri S.
salivarius, pertumbuhan koloni mulai
tampak pada konsentrasi 12,5% sampai
konsentrasi 0,003% dan kontrol positif.
Kemudian dilakukan pengujian
dengan cara subkultur pada 1 plate media
TYC dengan mengambil 3 konsentrasi,
yaitu konsentrasi dengan pertumbuhan, 1
tingkat konsentrasi sebelum adanya
pertumbuhan, dan 2 tingkat konsentrasi
sebelum adanya pertumbuhan. Konsentrasi
yang diuji pada Streptococcus mutans
adalah konsentrasi 25%, 12,5%, dan
6,25%. Sedangkan pada Streptococcus
salivarius dilakukan uji pada konsentrasi
50%, 25%, dan 12,5%. Semua media TYC
diinkubasi selama 48 jam.
Oral Biology Dental Journal Vol.5 No.1 Jan – June 2013 : 50 - 54
53
Gambar 5: Uji subkultur koloni Streptococcus
salivarius pada media TYC (50%;
25%; 12,5%)
Gambar 6: Uji subkultur koloni Streptococcus
mutans pada media TYC (25%;
12,5%; 6,25%)
Agar dapat dilakukan penghitungan
jumlah koloni perlu dilakukan pengeceran
konsentrasi dengan cara membuat range
antara konsentrasi adanya pertumbuhan
dan tidak adanya pertumbuhan. Pada
Streptococcus salivarius dibuat range
konsentrasi antara 25% dan 12,5%, yaitu
22,5% dan 17,5%. Sedangkan pada
Streptococcus mutans dibuat range antara
12,5% dan 6,2%, yaitu 10% dan 8%.
Kemudian, dikontakkan dengan bakteri
dan diinkubasi selama 24 jam.
Gambar 7. S. salivarius pada konsentrasi 25%(T1);
22,5%(T2); 17,5%(T3); dan 12,5%(T4)
Gambar 8: S. mutans pada konsentrasi 12,5%
(N1); 10%(N2); 8%(N3); dan
6,2%(N4)
Setelah dikontakkan dengan
inokulum bakteri dan diinkubasi selama 24
jam, dilakukan uji subkultur pada media
TYC dan diinkubasi selama 48 jam.
Gambar 9: Uji subkultur koloni Streptococcus
mutans pada media TYC
Gambar 10: Uji subkultur koloni Streptococcus
salivarius pada media TYC
PEMBAHASAN
Kekeruhan atau endapan yang tampak
pada tabung menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri. Pada media BHI
yang telah tercampur dengan infusa daun
memliki warna lebih gelap (kehijauan),
tidak memiliki warna yang bening lagi
seperti BHI yang belum diberi perlakuan
apapun. Hal ini disebabkan karena
pengaruh zat aktif pada daun kacapiring
sehingga pengamatan secara visual tidak
dapat dijadikan sebagai acuan tumbuhnya
bakteri atau tidak. Oleh karena itu, perlu
dilakukan uji dengan cara subkultur pada
media TYC agar.
Pada pengujian subkultur dalam media
TYC, konsentrasi yang diuji pada
Streptococcus mutans adalah konsentrasi
25%, 12,5%, dan 6,25%, sedangkan pada
Streptococcus salivarius pada konsentrasi
Oral Biology Dental Journal Vol.5 No.1 Jan – June 2013 : 50 - 54
54
50%, 25%, dan 12,5%. Pada umumnya di
tahap ini sudah dapat ditentukan
konsentrasi dengan daya hambat dan daya
bunuh infusa terhadap bakteri. Oleh karena
masih belum dapat dilakukan
penghitungan jumlah koloni, maka perlu
dilanjutkan membuat konsentrasi range
antara konsentrasi yang ditumbuhi koloni
bakteri dan konsentrasi tanpa
pertumbuhan. Pada Streptococcus
salivarius dibuat range konsentrasi antara
25% dan 12,5%, yaitu 22,5% dan 17,5%.
Sedangkan pada Streptococcus mutans
dibuat range antara 12,5% dan 6,2%, yaitu
10% dan 8%.
Adanya perbedaan bentuk koloni
pada kedua bakteri dengan kontrol
positifnya, maka plate T1 (25%), T2
(22,5%), dan T3 (17,5%) dianggap tidak
ada pertumbuhan bakteri Streptococcus
salivarius sedangkan N1 (12,5%), N2
(10%), dan N3 (8%) dianggap tidak ada
pertumbuhan bakteri Strepptococcus
mutans. Hasil pengamatan pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Streptococcus
salivarius dalam media TYC agar
menunjukkan bahwa semakin meningkat
konsentrasi infusa daun kaca piring maka
semakin sedikit pertumbuhan koloni
Streptococcus mutans dan Streptococcus
salivarius. Hal ini disebabkan semakin
tinggi konsentrasi infusa daun maka
kandungan zat yang diduga sebagai
antibakteri, yaitu tanin, flavonoid, dan
minyak atsiri semakin meningkat.
Bakteri Streptococcus mutans lebih
tahan terhadap daya antibakteri infusa
daun kacapiring bila dibandingkan dengan
bakteri Streptococcus salivarius. Hal ini
ditunjukkan mulainya pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans pada konsentrasi
6,25% sedangkan bakteri Streptococcus
salivarius pada konsentrasi 12,5%.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa infusa daun kacapiring memiliki
daya bunuh pada bakteri Streptococcus
mutans pada konsentrasi minimum 8%
sedangkan Streptococcus salivarius pada
konsentrasi infusa minimum 17,5%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kodrat SM. Pengaruh Pasta Gigi Enzim
Terhadap Penyakit Rongga Mulut Dan
Kuman Streptococcus mutans. Dentofasial
J Ked Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin; 2003:280-6.
2. Ogawa A, Furukawa S, Fujita S, Mitobe
J, Kawarai T, Narisawa N, et al. Inhibition
of Streptococcus mutans Biofilm Formation
by Streptococcus salivarius FruA.J.Appl
Environ Microbiol. 2011;77(5).
3. Wescombe PA, Upton M, Dierksen KP et
al. Production of the antibiotic salivaricin
A and its variants by oral streptococci and
use of a specific induction assay to detect
their presence in human saliva. Appl.
Environ Microbiol. 2006;77:1455-66.
4. Regina NS. The effect of mouthwash
containing cetylpyridinium chloride on
salivary level of Streptococcus mutans.
Jurnal PDGI. 2007;57(1):19-24.
5. Aliadi. Tanaman obat tradisional. Jakarta:
Yayasan Sidowayah; 1996. hal 93.
6. Fatmawati, Asep GS, As’ari N. 2003.
Telaah Kandungan Kimia Daun Kacapiring
(Gardenia jasminioides Ellis). Diunduh
dari http://bahan-alam.fa.itb.ac.id. Diakses
pada Juli 2012.
7. Noffritasari, B. Pengaruh Pemberian Infusa
Daun Kacapiring (Gardenia augusta,
Merr.) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Tikus Wistar yang Diberi Beban Glukosa.
Semarang: Universitas Diponegoro.2006.