dcd a adc ada
DESCRIPTION
jijdl jndnc kbcTRANSCRIPT
MAKALAH FISIKA
Nama: Haniifa H. HendyKelas: XI-IPA-2
SMAN 81 JAKARTA 2014/2015
I. Definisi
A. Pemanasan Global /Global Warming
Pemanasan global adalah suatu peningkatan
temperatur rata-rata di atas permukaan bumi. Sejak
akhir tahun 1800, temperatur rata-rata permukaan bumi
telah meningkat sekitar 0,4 sampai 0,8 ° C. Banyak ahli
memperkirakan bahwa temperatur rata-rata akan naik
bertambah dari 1,4 s/d 5,8 ° C sampai tahun 2100. Rata-
rata peningkatan suhu akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan waktu lampau.
Para ilmuan mencemaskan bahwa apakah masyarakat
dunia dan ekosistem alam dapat beradaptasi dengan
cepat terhadap perubahan iklim yang terjadi. Suatu
ekosistem terdiri dari organisme yang hidup dan
lingkungan fisik dalam area tertentu. Pemanasan global
dapat menyebabkan banyak kerugian, sehingga negara di
seluruh dunia telah menyusun kesepakatan untuk
membatasinya.
B. Perubahan Iklim/ Climate Change
Perubahan signifikan yang terjadi pada saat ini
mengenai pola cuaca yang dihitung berdasarkan angka
statistik dalam jangka waktu tertentu dalam kurun
waktu puluhan hingga jutaan tahun. Perubahan iklim ini
terjadi oleh banyak faktor seperti proses biologis, radiasi
sinar matahari, tekanan tektonik, erupsi gunung merapi,
tingkah laku manusia yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global.
II. Penyebab
A. Pemanasan Global
Pemanasan Global terjadi karena beberapa sebab,
yaitu:
-> Efek Rumah Kaca/ Green House Effect
Efek rumah kaca diperkenalkan oleh Joseph
Fourier di tahun 1824. Menurut beliau efek rumah kaca
adalah permukaan benda langit yang mengalami proses
pemanasan (dalam hal ini adalah planet dan juga satelit
bukan satelit buatan) yang disebabkan karena komposisi
atmosfernya dan keadaan atmosfernya.
Planet seperti Venus, Jupiter dan lainnya juga memiliki
efek rumah kaca. Begitu juga dengan bumi. Efek rumah
kaca dibagi menjadi dua hal yaitu efek rumah kaca secara
alami dan efek rumah kaca secara buatan yakni akibat
kegiatan manusia yang menyebabkan efek rumah kaca.
Untuk aktivitas manusia yang menyebabkan efek rumah
kaca disebut pemanasan global.
Energi yang diserap bumi dipantulkan kembali. Bentuk
dari pantulan itu adalah radiasi infra red atau infra
merah oleh permukaan bumi dan awan. Sebagaian dari
inframerah yang dipancarkan bumi kembali di tahan
oleh gas CO2 dan awan serta gas lainnya dan akan di
pantulkan lagi ke bumi.
-> Efek Umpan Balik
Pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh
adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan
terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara
sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi
uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar
bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun
umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di
udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau
bahkan agak menurun karena udara menjadi
menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di
atmosfer.
-> Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi
dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh
umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan
stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian
bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang
tidak akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan
ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-
an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan
aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950,
serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
B. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya
konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
• 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer
• 25% diserap awan
• 45% diserap permukaan bumi
• 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam
bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan
bumi. Namun sebagian besar inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan
gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi.
Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan,
dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara
siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek
rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta
beberapa senyawa organik seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang
peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
C. Perubahan Iklim
1. Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab
utama terjadinya perubahan iklim, terlebih aktivitas
manusia yang mengarah kepada pengrusakan
lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun
pemukiman didaerah resapan air, membuang limbah
pabrik sembarangan, dan lain sebagainya. Aktivitas-
aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan
membuat bumi semakin tidak ramah kepada manusia
dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati
lagi.
2. Pemanasan Global
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi
dibumi ini adalah pemanasan global. Pemanasan global
merupakan meningkatnya suhu rata-rata dipermukaan
bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan
global terhadap terjadinya perubahan iklim sangat
signifikan, contohnya adalah dari sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa pemanasan global dapat
meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini
membuktikan bahwa anomali iklim dialam ini seringkali
terjadi.
3. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama
terjadinya pemanasan global yang menjadikan bumi ini
mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah kaca
utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
polusi dari pabrik-pabrik, polusi dari kendaraan
bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa ini
bisa berdampak kepada mencairnya es-es atau salju-salju
abadi didaerah kutub yang bisa menyebabkan
meningkatkan permukaan air laut disekitar daerah
tropis.
4. El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan
temperatur atau suhu air laut didaerah Peru dan Ekuador
yang dapat berdampak mengganggu iklim secara global.
Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai
tujuh tahun sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan
dari El Nino, yaitu ketika suhu atau temperatur air laut
didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa La
Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan
juga banjir didaerah-daerah sekitar Indonesia.
5. Menipisnya Lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan
ozon di atmosfer bumi semakin menipis, dan ini
merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan
iklim secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi
langsung terpancar ke bumi tanpa terfilter terlebih
dahulu dilapisan ozon (karena semakin menipis), ini
yang membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah
inilah salah satu penyebab kenapa bumi semakin hari
semakin panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di
bumi ini.
III. Dampak
-Dampak pada Hewan:
Sejumlah besar spesies hewan akan hilang dari planet ini,
karena hilangnya habitat dipicu oleh pemanasan global.
Tidak ada keraguan bahwa banyak hewan akan
menanggung beban perubahan iklim dikaitkan dengan itu.
Bahkan, itu dikhawatirkan bahwa cepat atau lambat akan
memicu kepunahan massal, dan sepertiga dari spesies
hewan akan punah pada tahun 2050.
1. Beruang Kutub: Beruang kutub tergantung pada es
terbentuk di laut ketika berburu. Jika es mencair, kisaran
beruang kutub akan berkurang untuk sebagian besar, dan
ini kehilangan habitat pada gilirannya akan menyebabkan
penurunan populasi beruang kutub.
2. Penguin: es laut lebur juga akan mengakibatkan
penurunan pertumbuhan alga, yang pada gilirannya akan
mengakibatkan penurunan organisme kecil, seperti udang
krill, yang merupakan bagian yang sangat penting dari
makanan penguin. Dan dengan demikian, kelangkaan
pangan dan hilangnya habitat akhirnya akan mendorong
penguin menuju kepunahan.
3. Serigala Arktik: suhu hangat telah mendorong rubah
Arktik lebih jauh ke utara untuk mencari habitat dingin, tapi
tingkat di mana kita kehilangan daerah dingin, rubah Arktik
terikat untuk kehilangan pertempuran untuk bertahan
hidup dalam waktu dekat.
-Dampak pada Tanaman:
Karena perubahan drastis dalam tingkat suhu, berbagai
jenis tanaman telah mengalami kesulitan dalam beradaptasi
dengan daerah dimana ketika mereka berkembang. Musim
pertumbuhan beberapa spesies tanaman juga telah diubah,
yang pada gilirannya telah mengganggu siklus reproduksi
spesies, sehingga memberikan pukulan drastis pada
populasi tanaman. Bahkan perubahan pola curah hujan
dapat menyebabkan dampak berbahaya pada berbagai jenis
tanaman. Dampak pemanasan global pada pertanian adalah
contoh terbaik dari ini. Sering hujan akan menyebabkan
banjir, sedangkan kurang hujan akan mengakibatkan
kekeringan, keduanya hanya akan menyebabkan kerusakan
lahan pertanian.
Bencana alam lainnya, seperti badai, yang juga
disebabkan karena pemanasan global, dapat memiliki
dampak buruk pada kehidupan tanaman. Selanjutnya
kepunahan hewan juga akan menyebabkan dampak negatif
terhadap kehidupan tanaman, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Misalnya, kepunahan harimau akan
mengakibatkan peningkatan jumlah herbivora dan makan
berlebihan oleh herbivora akan mengakibatkan menipisnya
cakupan hutan. Kepunahan burung akan mempengaruhi
proses penyerbukan dan menghambat reproduksi pada
tumbuhan. Karena semua faktor ini, berbagai spesies
tanaman juga diharapkan menjadi punah pada akhir abad
ini.
-Dampak pada Cuaca:
Peningkatan suhu akan menyebabkan dampak yang
merugikan pada cuaca juga. Bahkan perubahan kecil dalam
suhu global akan memicu serangkaian ekstremitas cuaca,
dan mengubah pola iklim di planet ini. Jumlah bencana alam
telah meningkat selama jangka waktu tertentu. Tiga dekade
terakhir telah menyaksikan peningkatan jumlah kategori
badai 4 dan kategori 5. Panel Antarpemerintah tentang
Perubahan Iklim (IPCC) mengakui fakta bahwa frekuensi
hujan lebat telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Di
satu sisi, pemanasan laut akibat pemanasan global
menimbulkan badai ganas, sementara lebih dari suhu
normal di darat menimbulkan gelombang panas yang hebat.
Suhu yang lebih tinggi menyebabkan penguapan lebih cepat
dari air dan menyebabkan kekeringan di satu bagian, dan
membawa hujan deras dan menyebabkan banjir di bagian
lain dunia. Meskipun kita tidak dapat menyimpulkan
dampak serius dari pemanasan global terhadap cuaca
dengan mempertimbangkan satu tahun kekeringan tunggal
atau badai menghancurkan tunggal, tren ini kejadian alam
berbicara dalam volume untuk diri mereka sendiri.
-Dampak pada Gletser
Salah satu dampak yang lebih parah dari pemanasan
global di Bumi adalah mencairnya es abadi dan permanen
menutupi di muka bumi. Ada beberapa ribu gletser tersebar
di seluruh dunia yang merupakan sumber penting air tawar.
Pemantauan dari gletser ini, oleh proyek-proyek seperti
Global Ice Pengukuran Tanah dari angkasa (GLIMS), telah
mengungkapkan bahwa gletser ini menghilang pada tingkat
yang mengkhawatirkan. Hal ini dipandang sebagai salah
satu faktor yang paling menonjol untuk naiknya permukaan
air laut. Gletser di bidang es Patagonia Argentina telah surut
1,5 kilometer lebih dua dekade terakhir. Jumlah gletser di
Taman Nasional Gletser di Montana telah turun dari angka
perkiraan dari 150-50 dalam kurun waktu 150 tahun, dan
diperkirakan akan turun lebih jauh, akhirnya mengarah
pada hilangnya semua gletser pada 2030. Mencairnya
gletser dapat memicu bencana alam yang parah, seperti
banjir bandang, di daerah sekitarnya. Lebih penting lagi, air
meleleh mengalir ke lautan sehingga menyebabkan
permukaan laut naik, yang akhirnya mengarah pada
merendam daerah dataran rendah seperti Bangladesh dan
Maladewa.
-Dampak pada Tingkat Laut
Salah satu yang paling menyedihkan di antara berbagai
dampak pemanasan global di bumi adalah naiknya
permukaan air laut, yang mengancam untuk mengganggu
sampai di darat. Jika permukaan air laut naik maka akan
menghasilkan kuburan air ke beberapa daerah dataran
rendah, pulau-pulau kecil dan bagian reklamasi lahan. Jadi
bagaimana sebenarnya hal itu mempengaruhi permukaan
air laut? Dasar-dasar studi geografis menunjukkan bahwa
air mengembang ketika dipanaskan. Dalam kasus ini, suhu
global meningkat yang menyebabkan badan air panas,
memperluas dan dengan demikian melanggar batas di darat.
Alasan lain yang menonjol untuk kenaikan permukaan laut
yang mencair es dari gletser dan lapisan es kutub – yang
sekali lagi dipercepat oleh pemanasan global. Toko-toko es
jauh besar daripada yang kita bayangkan. Bahkan,
mencairnya Barat Ice Sheet Antartika saja mungkin dapat
menyebabkan laut naik kekalahan 10 meter.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan
Iklim (IPCC) permukaan air laut telah melihat peningkatan
dari 6,7 inci pada abad lalu, dan jika tingkat
mengkhawatirkan pemanasan global terus berlanjut, tingkat
air laut akan naik hingga 22 inci pada tahun 2100. Ini akan
berarti bahwa pulau seperti Maladewa dan Tuvalu dan
daerah dataran rendah seperti Bangladesh akan pergi di
bawah air, dan kota-kota penting seperti Mumbai, Shanghai
dan Florida akan menjadi rentan terhadap kuburan air
seperti kota legendaris Atlantis. Bahkan, Maladewa pulau
tenggelam adalah contoh terbaik dari kehancuran karena
kenaikan permukaan air laut.
-Dampak pada Terumbu Karang:
Dampak dari pemanasan global terhadap terumbu
karang yang menghancurkan ke mana-mana, bahwa
ekosistem besar terumbu ini akan pertama yang dihapus
dari planet dalam waktu dekat. Ketika air laut menjadi
hangat, ganggang di lautan cenderung menghasilkan
senyawa oksigen beracun yang disebut superoksida yang
merusak bagi karang. Sebagai mekanisme pertahanan,
karang mengeluarkan tumpangan alga mereka, yang
meninggalkan terumbu kelaparan untuk nutrisi dan warna
berubah menjadi putih. Proses ini disebut sebagai
pemutihan. Pemanasan global mengancam terumbu karang
untuk sebagian besar, dan faktanya adalah bahwa jika
terumbu karang yang dihapus dari planet ini, itu akan
mempengaruhi planet sepertiga dari keanekaragaman
hayati laut, serta ekosistem lainnya yang terkait dengan
terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung.
-Dampak pada Manusia
Ketika seluruh lingkungan akan mengalami dampak
pemanasan global, secara alami manusia tidak akan menjadi
pengecualian. Bahkan, kita akan menjadi makhluk yang
terkena dampak terburuk di planet karena langsung atau
tidak langsung kita tergantung pada semua komponen
lingkungan yang dibahas di atas. Hewan dan tanaman
terkait satu sama lain, kepunahan baik akan memberikan
tekanan besar pada lainnya, akhirnya menyebabkan
kepunahan. Manusia, pada gilirannya, tergantung dari
keduanya untuk berbagai tujuan, sehingga punahnya hewan
atau tanaman juga akan mempengaruhi manusia untuk
sebagian besar. Cuaca yang tidak teratur akan memiliki
dampak yang parah pada beberapa aktivitas manusia.
Musim panas yang hangat akan berarti lebih banyak alergi
dan bahkan lebih penyebaran penyakit serangga. Curah
hujan tidak alami akan menyebabkan kehancuran tanaman
dan menghambat pertanian. Meningkatnya suhu akan
menyebabkan pemanasan tubuh laut, yang pada gilirannya
akan meningkatkan frekuensi badai.
IV. Solusi dan Usaha
Solusi dan usaha untuk mengurangi pemanasan
global, antara lain:
1. Kurangi menggunakan kendaraan bermotor
dengan memakai sepeda atau jalan kaki juga baik untuk
kesehatan
2. Jangan menggunakan ac karena ac yang
menggunakan daya 1000wat 650gr co2 per jamnya yang
merusak atmosfer bumi dan kesehatan lebih maik
menggunakan kipas angina
3. Jangan menggunakan pengering mesin cuci
lebih baik baju dijemur langsung di bawah sinar matahari
4. Gantilah lampu dengan lampu hemat energi
karena jika kita mengganti satu lampu hemat energi
berarti kita sudah menghemat 400kg CO2
5. Daur sampah organic karena sampah
menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalu metana
6. Pisahkan sampah kertas, plastic dan kaleng
agar dapat di adaur ulang karena mendaur ulang
alumunium berarti menghemat90% energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi alumunium yang berate
menhemat 9kg CO2 per kikogram alumunium
7. Tanamlah satu orang satu pohon yang utama
dipedesaan yang masih banyak lahan kosong
8. Jangan menebang hutan
V. Hasil Kesepakatan Dunia Internasional
-Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan
dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh
dua organisasi PBB, World Meteorological Organization
(WMO) dan United Nations Environment Programme
(UNEP) untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim akibat
aktivitas manusia, dengan meneliti semua aspek
berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah yang telah dikaji
dan dipublikasikan. Panel ini terbuka untuk semua anggota
WMO dan UNEP. Terdapat 6 skenario yang dibuat IPCC
untuk melakukan penanggulangan perubahan iklim yang
tiap skenario berisikan tentang skenario untuk populasi,
pertumbuhan ekonomi, dan persediaan energi.
Laporan-laporan dari IPCC sering dikutip dalam
setiap perdebatan yang berhubungan dengan perubahan
iklim. Badan-badan nasional dan internasional yang terkait
dengan perubahan iklim menganggap panel iklim PBB ini
sebagai layak dipercaya.
Pada 12 Oktober 2007, IPCC diumumkan sebagai
pemenang anugerah Penghargaan Perdamaian Nobel
bersama dengan Al Gore "untuk usaha mereka dalam
membangun dan menyebar luaskan pengetahuan mengenai
perubahan iklim yang disebabkan manusia serta dalam
merintis langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan
perubahan tersebut."
-Protokol Kyoto
sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja
PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah
persetujuan internasional mengenai pemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen
untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan
lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam
perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau
menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan
dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi
akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan
0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol
to the United Nations Framework Convention on
Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia
dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk
penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15
Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari
2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18
November 2004.
-Asia-Pacific Partnership on Clean Development and
Climate (APPCDC)
Adalah kerjasama antara Australia, Kanada, India,
Jepang, Republik Rakyat Cina, Korea Selatan, dan Amerika
Serikat. Dibentuk di pertemuan Forum Regional ASEAN
pada 28 Juli 2005, dan disahkan pada 12 Januari 2006.
Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan dan Menteri
Energi dari negara-negara sepakat untuk bekerja sama
pada pengembangan dan transfer teknologi yang
memungkinkan pengurangan emisi gas rumah kaca yang
konsisten dengan dan melengkapi Konvensi Kerangka Kerja
PBB tentang Perubahan Iklim dan instrumen internasional
lain yang relevan, dan dimaksudkan untuk melengkapi
tetapi tidak menggantikan Protokol Kyoto.
Negara-negara anggota menyumbang lebih dari 50%
dari emisi gas rumah kaca dunia, konsumsi energi, GDP dan
populasi. Berbeda dengan Protokol Kyoto (saat ini belum
diratifikasi oleh Amerika Serikat), yang memberikan
batasan wajib pada emisi gas rumah kaca, melibatkan
negara-negara anggota untuk mempercepat pengembangan
dan penyebaran teknologi energi bersih, tanpa mekanisme
penegakan wajib. Hal ini telah menimbulkan kritik bahwa
kerjasama tidak berharga, oleh pemerintah lainnya, para
ilmuwan iklim dan kelompok-kelompok lingkungan. Para
pendukung, di sisi lain, berpendapat bahwa pengurangan
pertumbuhan ekonomi dan emisi terbatas hanya dapat
dibawa melalui keterlibatan aktif oleh semua pencemar
utama, termasuk India dan China, dalam kerangka Protokol
Kyoto tidak India atau China belum diperlukan untuk
mengurangi emisi.
VI. Cara Mengurangi Dampak Emisi Karbon
• Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
• Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sangatlah
sulit, apalagi di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan banyak
faktor yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Perasaan
gengsi, ingin lebih nyaman, tidak adanya kendaraan umum
yang memadai dll, merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan kendaraan pribadi. Namun jika
harus mengendarai kendaraan pribadi pastikan bahwa
kendaraan tersebut harus hemat BBM dan BBM tersebut
hendaknya yang ramah lingkungan. Selain itu kurangi
penggunaan kendaraan pribadi untuk jarak dekat. Alternatif
kendaraan untuk jarak dekat diantaranya adalah jalan kaki
atau bersepeda.
• Gunakan transportasi umum. Tidak mudah untuk
menggunakan transportasi umum kecuali bagi yang terbiasa.
Penggunaan transportasi umum sangat membantu untuk
mengurangi gas emisi rumah kaca. Namun demikian
perawatan kendaraan umum juga sangat besar pengaruhnya.
Karena itu perlu diusulkan kepada pemerintah untuk
memperbaiki sistem transportasi umum sehingga menjadi
lebih baik.
•Menghentikan penebangan hutan. Penebangan hutan hingga
saat ini masih menjadi isu yang menarik perhatian. Rata-rata
setiap hari lebih negara dirugikan lebih dari 1 milyar rupiah
setiap harinya akibat penebangan hutan yang liar (illegal
loging). Padahal hutan sangat bermanfaat untuk menyerap
CO2. Karena itu perlu didukung penanaman jenis-jenis
tanaman yang mampu menyerap karbon.
•Mencegah kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang disebabkan
oleh kegiatan manusia sangat besar dampaknya. Hal ini
dikarenakan kebutuhan untuk mendapatkan lahan yang lebih
luas. Akibat dari kebakaran hutan maka luasan daerah yang
mampu menyerap karbon akan berkurang. Dampak yang lebih
parah adalah semakin meluasnya wilayah-wilayah yang
potensial menjadi daerah gurun.
•Mengurangi sampah rumah tangga dan industri. Tindakan ini
memang tidak mudah dilakukan. Sosialisasi mengenai program
ini sudah berlangsung puluhan tahun namun nampaknya
masih jauh dari harapan. Sampah yang semakin banyak dan
tidak didaur ulang akan dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) dimana TPA memiliki banyak kandungan methan yang
tinggi.
•Lakukan hemat energi. Melakukan hemat energi misalnya
dengan mengurangi penggunaan lampu yang tidak diperlukan,
pemakaian televisi yang terus menerus agak dikurangi dll.
Hemat energi akan juga menghemat penggunaan batubara di
PLTU.
•Kurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang meningkatkan
efek rumah kaca. Mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia
seperti CFC untuk AC dan penggunaan bahan kimia lainnya
juga diharapkan akan mengurangi efek rumah kaca.
•Kembangkan energi alternative. Mengembangkan energi
alternatif sangat penting. Energi yang berasal dari angin, sinar
matahari, air dll sebenarnya sangat potensial digunakan di
Indonesia. Karena itu hendaknya dari aspek kebijakan nasional
energi perlu didorong pengembangan energi alternatif ini.
Masih banyak cara-cara lain yang ditempuh untuk mengurangi
efek rumah kaca seperti, kebijakan penggunaan bensin,
pengurangan daerah-daerah tandus dll. Cara-cara yang
sederhana hingga yang rumit harus dilakukan namun dengan
cara simultan dari mulai perencanaan hingga evaluasi terhadap
seluruh kebijakan lingkungan hidup di Indonesia. Tindakan ini
dapat dilakukan misalnya penyadaran terhadap kalangan siswa
didik melalui pendidikan lingkungan hingga implementasi pada
kebijakan nasional mengenai pendidikan lingkungan.