de quervain syndrome dengan modalitas ultra sound diathermi dan terapi latihan.docx

82
De Quervain Syndrome dengan Modalitas Ultra Sound Diathermi dan Terapi Latihan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan pembangunan dibidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Suatu program pembangunan kesehatan sehingga dapat menyentuh kepada kebutuhan kesehatan secara riil kepada masyarakat. Oleh karena itu perlu mengutamakan upaya-upaya promotif (upaya peningkatan) dan preventif (upaya pencegahan) tanpa mengabaikan kuratif (upaya penyembuhan) dan rehabilitative (upaya pemulihan). Seiring dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat terjadi perubahan pola hidup manusia dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penykit yang menyerang, misalnya pada daerah pergelangan tangan ibu jari. Banyak manusia menggunakan produktifitas pada kemampuan fungsi tangan, sehingga jika tangan mengalami gangguan seperti nyeri dekat pergelangan ibu

Upload: cut-rahil

Post on 22-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

De Quervain Syndrome dengan Modalitas Ultra Sound Diathermi dan Terapi Latihan BAB IPENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan pembangunan dibidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Suatu program pembangunan kesehatan sehingga dapat menyentuh kepada kebutuhan kesehatan secara riil kepada masyarakat. Oleh karena itu perlu mengutamakan upaya-upaya promotif (upaya peningkatan) dan preventif (upaya pencegahan) tanpa mengabaikan kuratif (upaya penyembuhan) dan rehabilitative (upaya pemulihan).Seiring dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat terjadi perubahan pola hidup manusia dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penykit yang menyerang, misalnya pada daerah pergelangan tangan ibu jari. Banyak manusia menggunakan produktifitas pada kemampuan fungsi tangan, sehingga jika tangan mengalami gangguan seperti nyeri dekat pergelangan ibu jari maka hal tersebut sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak-fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (KEPMENKES1363/Menkes/SK/XII/2001)1.1 Latar Belakang MasalahTangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat, Jika terjadi gangguan pada tangan maka kita akan sangat kesulitan untuk beraktivitas. Salah satu penyakit maupun gangguan yang dapat timbul di tangan adalah De Quervain Syndrome.Untuk mengurangi hal tersebut fisioterapi berperan dalam menangani masalah impairment seperti mengeluh nyeri dan fungtional limitation seperti keterbatasan melaksanakan kegiatan seperti memasak dan mencuci pakaian disability ketidakmampuan yang mengharuskan menggunakan kerja dari pergelangan tangan seperti tidak dapat mengikuti kegiatan posyandu, massage bayi. Oleh karena adanya penyakit De Qurvain Syndrome fisioterapis mempunyai peran dalam pemulihan kemampuan fungsional. Sehingga fisioterapis memberikan modalitas yang tepat dengan menggunakan Ultra Sound Diathermi dan Stretching

1.2 Rumusan MasalahApakah Ultra Sound Diathermi dan Stretching dapat meningkatkan luas gerak sendi (LGS) dan mengurangi nyeri pada De Quarvain Syndrome sinistra.

1.3 Pembatasan MasalahOleh karena banyaknya modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada De Quervain maka penulis membatasi hanya pada penggunaan modalitas Ultra Sound Diathermy dan Stretching untuk meningkatkan luas gerak sendi dan mengurangi nyeri.

1.4 Tujuan PenulisanUntuk mengetahui manfaat penggunaan modalitas Ultra Sound Diathermi dan Stretching dapat menambah luas gerak sendi dan mengurangi nyeri pada De Quervain Syndrome.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kasus2.1.1 DefinisiDe Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Appley & Solomon,1995). De Quervain Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis. Tenosynovitis adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung synovial. De Quervain Syndrome melibatkan peradangan pada extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus. (Stanley & Susan,1999)

2.1.2 Anatomi Fungsional2.1.2.1 Osteologi Tulang adalah organ yang padat, elastis, keras yang menyusun sistem kerangka. Fungsi tulang sama dengan fungsi kerangka yaitu memberikan kekuatan pada badan, memberikan bentuk, sebagai alat gerak pasif, juga sebagai pelindung alat dalam yang lunak tanpa mengganggu fungsinya. Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai tulang-tulang daerah lengan bawah dan tangan. 1) Os Radius Tulang ini termasuk tulang panjang yang terdiri dari tiga bagian yaitu epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis terdapat caput radii berbentuk concave dan bagian superiornya terdapat fovea artikularis bertemu dengan capitulum humeri membentuk articulacio humeroradialis. Pada caput radii terdapat circumferential articularis (radii) bertemu dengan incisura radialis (ulna) membentuk articulation radioulnaris proximalis. Caput radii ke distal membentuk collum radii dan corpus radii. Bagian proximal corpus bagian anterior terdapat tuberositas radii untuk insertio m. bicep radii. Bagian sisi ulnar terdapat margo interosea. Epiphysis distalis berukuran lebar dan tebal. Bagian sisi ulna terdapat lekukan yang disebut incisura ulnaris yang bertemu dengan circumferential articularis (ulna) membentuk articulation radio ulnaris distalis. Bagian distal terdapat dataran sendi segitiga yang disebut facies articularis carpalis bersendi dengan carpalia proximal yaitu articulation radiocarpalis. Ujung epiphysis distalis bagian lateral menonjol disebut prosessus styloideus radii.2) Os UlnaTulang ini juga termasuk tulang panjang sehingga terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis ke volar terdapat incisura trochlearis yang bersendi dengan trochlea humeri membentuk articulatio humero ulnaris. Bagian proximal dorsal terdapat tonjolan yaitu olecranon. Dataran radial ke volar terdapat incisura radialis bersendi dengan caput radii membentuk articulation radioulnaris proximalis. Diaphysis merupakan corpus ulnae. Sisi medial terdapat margo interosea, bagian proximal radial terdapat crista musculi supinator untuk perlekatan m. supinator. Epiphysis distalis ukurannya lebih kecil yang berakhir membulat disebut caput ulnae dengan dataran sendi circumferential articularis ulna bertemu incisura ulnaris radius membentuk articulatio radioulnaris distalis. Ujung epiphysis bagian dorsal medial menonjol disebut processus styloideus. 3) Ossa Carpal Os Carpus terdiri atas 8 tulang yaitu : deret proximal terdiri dari, os scapoideum, os lunatum, os triquetrum, os pisiforme dan deret distal terdiri dari os trapezium, os trapezoideum, os capitatum dan os hamatum. (1) Pada baris deret proximal:Pada deret proximal terdiri dari : (1) Os Scapoideum, merupakan tulang besar dalam baris proximal, di proximalnya bersendi dengan os radius, di distal dengan os multangulum majus dan os multangulum minus sedangkan di medial dengan os lunatum dan capitatum. (2) os Lunatum, bentuknya seperti bulan sabit, di proximal bersendi dengan os radius dan diskus articularis, di medial dengan os triquetrum, di lateral dengan os naviculare dan di distal dengan os capitatum. (3) os Triquetrum, bentuknya seperti piramid, dengan bagian apeknya mengarah ke medial. Dasarnya menghadap ke lateral dan bersendi dengan os lunatum. Di proximal bersendi dengan diskus artikularis dan di distal dengan os hamatum. (4) os Pisiforme, merupakan os carpal yang paling kecil.(2) Pada baris deret distal : Pada deret distal terdiri dari : (1) Os trapezium, pada bagian distal terdapat permukaan sendi yang menyerupai pelana untuk os metacarpal I. Antara permukaan sendi distal dan medial terdapat sendi yang lebih kecil untuk bersendi dengan os metacarpal II. Di proximal, os multangulum majus bersendi dengan os naviculare, (2) Os multangulum minus (os trapezoideum), pada bagian dorsal lebih lebar dari pada permukaan volar. Bersendi di proximal dengan os naviculare, di distal dengan os metacarpal II, di lateral dengan os multangulum majus dan di medial dengan os capitatum. (3) Os capitatum, merupakan os carpal yang paling besar. Di proximal bersendi dengan os naviculare dan os lunatum. Di lateral bersendi dengan os multangulum minus. Di medial dengan os hamatum dan di lateral terutama dengan os metacarpal III serta sebagian dengan ossa metakarpalia II dan IV. (4) Os hamatum pada permukaan folarnya terdapat hamulus yang melengkung ke latelar. Hamulus (bangunan seperti lidah) berhubungan dengan m. fleksor digiti minimi brevis dan ligament pisohamatum. Di distal bersendi dengan ossametakarpalia IV atau V, di lateral dengan os capitatum, di proximal dan di medial dengan os triquetrum sedangkan di proximal dan lateral dengan os lunatum.4) Os Metacarpal Terdiri atas 5 ossa metacarpalia tangan masing-masing mempunyai capitulum, corpus dan basis. Pada semua terdapat permukaan sendi pada salah satu ujungnya (basis) untuk bersendi dengan ossa carpalia dan pada ujung lainnya (capitulum) untuk phalanges. (1) Os Metacarpal 1 yaitu berbentuk pelana,

Gambar 2.1Tulang Tangan Ossa Manus Tampak Palmar(R. Putz & R. Pabts, 2006)

(2) Os Metacarpal II mempunyai lekukan yang menghadap ke proximal untuk bersendi dengan os carpal dan pada sisi medial dengan metacarpal III (3) Os Metacarpal III pada sisi dorsal basis metacarpal III terdapat processus styloideus dan di sisi radial terdapat permukaan sendi untuk metacarpal II, proximal berhubungan dengan ossa carpalia dan pada sisi ulnar terdapat dua permukaan sendi untuk bersendi dengan os metacarpal IV, (4) Os Metacarpal IV di sisi radial mempunyai dua permukaan sendi tetapi di sisi ulnar hanya mempunyai satu permukaan sendi, (5) Os Metacarpal V.

2.1.2.2 MyologiOtot adalah suatu organ atau jaringan yang merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan berkontraksi sehingga menyebabkan gerakan atau tegangan. Penulis akan membahas mengenai otot-otot lengan bawah.1) Otot Lengan BawahOtot Lengan Bawah dibagi menjadi tiga bagian yaitu otot lengan bawah bagian ventralis, radialis dan dorsalis.(1) Bagian VentralisOtot yang terdapat pada bagian ventral lengan bawah : terdiri dari kelompok superficialis dan kelompok profundus.a. Kelompok SuperfisialTerdiri dari : (a) Musculus Pronator Teres. Otot ini terdiri dari dua caput yaitu caput humerale dan caput ulnare. Caput humerale berorigo pada epicondylus medialis humeri, dan caput ulnar berorigo pada facies medialis ulnae disebelah distal processus coronoideus ulnae. Insertionya pada sepertiga tengah facies lateralis radii. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku caput humeri untuk pronasi dan flexi sedangkan untuk caput ulnare untuk pronasi. (b) Musculus Flexor Carpi Radialis, origonya pada epicondylusmedialis humeri, fascia antebrachii. Insertionya pada permukaan palmar basis ossis metacarpi II. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pronasi sedangkan untuk sendi pergelangan tangan untuk flexi palmar (c) Musculus Palmaris Longus, origonya pada epycondylus medialis humeri, fascia antebrachii. Insertionya pada aponeurosis palmaris. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pada sendi pergelangan tangan flexi palmar. (d) Musculus Flexor Carpi Ulnaris terdiri dari dua caput yaitu : caput humeral origonya pada epicondylus medialis humeri, dan caput ulnar origonya pinggir dorsal ulna Insertionya pada os fisifome. Persarafan : n. ulnaris. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pada pergelangan tangan untuk flexi palmar.b. Kelompok Profundus Terdiri dari : (a) Musculus Flexor Digitorum Profundus, origonya pada facies volar ulna dan membrana interossea. Insertionya pada phalang distal jari II-V. Persarafan : Ramus Interoseus anterior n. medianus dan ulnaris. Fungsinya untuk flexi sendi - sendi jari II-V. (b) M. Flexor Pollicis Longus, origonya pada facies anterior radii. Insertionya

1

2

5

7

8

6

3

4

Gambar 2.2Otot Wrist Tampak Ventral(R. Putz & R. Pabts, 2006)pada phalang distal I. Persarafan : Ramus Interoseus anterior n . medianus. Fungsinya untuk flexi ibu jari. (c) Pronator Quadratus, origonya pada facies volaris ulnae pada bagian distal. Insertionya pada facies volar radii. Persarafan: Ramus Interoseus n. medianus. Fungsinya untuk pronasi.(2) Bagian RadialKelompok otot yang terdapat pada bagian radial lengan bawah yaitu kelompok Superficialis : (a) M. Brachioradialis, origonya pada margo radial humeri. Inserionya pada prossesus styloideus radii. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya untuk flexi (b) M. Extensor Carpi Radialis Longus, origonya pada margo lateralis humeri sebelah distal origo m. brachio radialis. Insertionya pada basis ossis metacarpalis II. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi, supinator, dorso flexi dan abduksi radialis radiocarpea dan articilatio intercarpea. (c) M. Extensor Carpi Radialis Brevis, origonya epicondylus lateralis humeri. Insertionya pada basis ossis metacarpalis III. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi, pronasi dan supinasi. (3) Bagian DorsalisOtot yang terdapat pada bagian dorsalis lengan bawah dibagi dua kelompok yaitu kelompok superficialis dan profundus.a. Kelompok SuperficialisTerdiri dari : (a) Musculus Extensor Digitorum, origonya epicondylus lateralis humeri, Insertionya pada aponeurosis dorsalis pada jari II-V. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk ekstensi sedangkan untuk sendi pergelangan tangan untuk flexi dorsal. (b) Musculus Extensor Digiti Minimi, origonya pada epicondylus lateralis humeri. Insertionya pada aponeurosis dorsal jari 5. Persafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya untuk extensi jari - jari ke 5. (c) M. Extensor carpi ulnaris, origo pada caput humeral epicondylus lateral humeri dan pada caput ulnar terletak pada fascia antebrachii. Insertionya pada permukaan dorsal basis ossis metacarpi V. Fungsinya untuk extensi.a. Kelompok ProfundusTerdiri dari : (a) Musculus Abductor Pollicis Longus, origonya pada Seperempat distal facies posterior ulnae, membrane interossea. Insertionya pada phalanx distalis pollicis. Fungsinya untuk ekstensi. (b) Musculus Ekstensor Pollicis Brevis, origonya pada Facies posterior radii, membrane interossea. Insertionya pada basis phalanges proximalis ibu jari. Fungsinya untuk ekstensi.2) Otot WristPada otot ini penulis akan membagi dalam tiga kelompok yaitu otot interossei, otot thenar, otot hipotenar.(1) Kelompok InterosseiTerdiri dari: (a) Mm. Lumbricales I-IV, origonya pada sisi radial tendo I dan II, serta sisi-sisi tendo II-IV M. flexor digitorum profundus yang saling berhadapan. Insertionya berinsensi di sebelah radial aponeurosis dorsalis jari II-V. Persarafan : n. medianus (I,II), n. ulnaris (III,IV). Fungsinya pada sendi metacarpophalangeal (III-V) untuk flexi abduksi radial sedangkan pada sendi-sendi jari (II-V) untuk extensi. (b) Mm. Interossei Palmares I-III, origonya pada sisi ulnar os metacarpi II, sisi radial ossa metacarpi IV dan V. Insertionya menyebar ke aponeurosis dorsalis jari II,IV dan V. Persarafan : Ramus Profundus n. ulnaris. Fungsinya pada sendi metacarpophalangeal (II,IV,V) untuk flexi sedangkan pada sendi-sendi jari (II,IV,V) untuk ekstensi. (c) Mm. Interossei Dorsalis I-IV, origonya pada sisi-sisi ossa metacarpi I-V yang saling berhadapan.Insertionya menyebar ke aponeurosis dorsalis jari II-IV. Persarafan : R.Profundus n. ulnaris. Fungsinya pada metacarpophalangeal joints (II-IV) untuk flexi sedangkan untuk sendi-sendi jari (II-IV) untuk ekstensi.(2) Kelompok Thenar Terdiri dari : (a) M. Abductor Pollicis Brevis, origonya pada retinaculum musculorum flexorum dan tuberculum ossis scapoidei. Insertionya pada sesamoideum radial sendi metacarpophalangeal ibu jari tangan, tepi radial basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk abduksi dan opposisi sedangkan pada sendi metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi. (b) Musculus Fleksor Pollicis Brevis, origonya pada caput superficial terdapat di retinaculum musculorum flexorum dan pada caput profundum terdapat di ossa capitatum, trapezium, trapezoideum, basis ossis metacarpi I. Insertionya pada os sesamoideum radial pada sendi metacarpophalangeal ibu jari, tepi radial basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke apeneurosis dorsalis ibu jari. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi dan adduksi sedangkan pada 1

3

4

5

6

8

9

7

2

Gambar 2.3Otot Wrist Tampak Dorsal(R. Putz & R. Pabts, 2006)

1

4

6

7

5

2

3

Gambar 2.4Otot Wrist Tampak Radial(R. Putz & R. Pabts, 2006)

sendi metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi. (c) Musculus Opponens Pollicis, origonya pada retinaculum musculorum dan tuberculum ossis trapezii. Insertionyapada seluruh tepi radial os metacarpi I. Persarafan : n. medianus dan n. ulnaris. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk oposisi. (d) Musculus adductor Pollicis, origonya pada caput obliqum terdapat di os capitatum, basis ossis metacarpi II, lig carpi radiatum sedangkan pada caput transversum terdapat pada permukaan palmar os metacarpi III. Insertionya pada os sesamoideum ulnarpada sendi metacarpophalangeal joint ibu jari, tepi ulnar basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari. Persarafan : Ramus Profundus nerfus ulnaris. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi sedangkan pada metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi.

2.1.2.3 ArticulatioArticulatio yang terdapat pada sendi wrist adalah articulatio radio carpalis dan articulatio carpo metacarpea. Articulatio radio carpalis dibentuk oleh facies articularis carpea radii dengan ossa scapoideum, lunatum, triquetrum dengan tipe sendi ellipsoidea. Pada articulatio carpo metacarpea dibentuk oleh permukaan proximal dari os metacarpal dengan assa carpal bagian distal dengan tipe sendi saddle joint.

1

4

7

5

6

2

3

Gambar 2.5Sendi-sendi dan jaringan pengikat pada tangan :Articulationes et Ligamenta Manus ;Tampak Palmar(R. Putz & R. Pabts, 2006)2.1.2.4 LigamentPada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu : (1) Ligament radio carpea volare, Ligament ini membentang dari processus stiloideus radii, ditepi volar fasies articularis carpea radii menuju ke ossa naviculare, lunatum dan trikuetrum. (2) Ligament radio carpeum dorsal, ligamentt inimembentang dari posterior facies articularis carpea radii menuju ossa naviculare, lunatum dan triquetrum. (3) Ligament Colaterale carpi radiale, ligamentt ini membentang dari processus stiloideus radii menuju ke os naviculare. (4) Ligament collaterale carpi ulnare, ligament ini membentang dari processus ulna menuju ke os triquetrum. (5) Ligament Carpometacarpea dorsale yang menghubungkan ossa carpal dengan metacarpal bagian dorsal. (6) Ligament Carpometacarpea palmar menghubungkan ossa carpal dengan ossa metacarpal pada permukaan palmar.

2.1.2.5 BiomekanikBiomekanik adalah ilmu tentang gerakan tubuh pada manusia. Biomekanik pada sendi wrist terdiri dari osteokinematik dan arthrokinematik.1) OsteokinematikOsteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang. Osteokinematik pada sendi wrist memiliki dua derajat kebebasan gerak yaitu flexi-ekstensi, abduksi-adduksi. Osteokinematik yang terdapat pada ibu jari terdapat tiga sendi yang terdiri dari metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint, carpometacarpal. Pada metacarpophalangeal memiliki 2 gerakan yaitu flexi dan extensi, flexi memilki lingkup gerak sendi 0-55 sedangkan untuk extensi 0-50. Sendi interphalangeal merupakan sendi engsel dengan 2 gerakan flexi dan extensi. Pada sendi carpometacarpal sendi ini merupakan tipe sendi saddle dimana berperan besar pada ibu jari, sendi ini memiliki empat gerakan diantaranya flexi 45, extensi 0, abduksi 60, adduksi 30.

2) ArthrokinematikArthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Gerak arthokinematik pada radiocarpal joint adalah pada palmar flexi translasi distal radius ke dorsal, dorsal flexi translasi distal radius ke arah palmar, ulnar deviation translasi ke arah radial. Radial deviation ke arah ulnar, traksi ossa carpea ke arah distal searah axis os radii, sedikit serong ke palmar-ulnar. Pada carpometacarpal joint I gerak arthokinematik flexi translasi metacarpal ke ulnar, ekstensi translasi ke radial, abduksi translasi ke dorsal, adduksi translasi ke palmar, traksi ke distal sepanjang axis os metacarpal. Pada metacarpophalangeal I gerak arthokinematik flexi translasi palang proximal ke palmar, ekstensi ke dorsal, traksi ke distal sesuai axis longitudinal phalang.

2.1.2.6 InervasiInervasi yang terdapat pada pergelangan tangan dan tangan adalah sebagai berikut :1) Nervus MedianusBerasal dari plexus brachialis dengan dua buah caput yaitu medial dari fasciculus medialis dan caput lateral dari fasciculus lateralis. Kedua caput tersebut bersatu pada tepi bawah m. pectoralis minor, serabut-serabut di dalam truncus berasal dari tiga segmen cervical bawah dan dari segmen thoracal pertama medulla spinalis. Cabang motoriknya berjalan ke sebagian besar otot fleksor-pronator dari lengan bawah, mensarafi n. interoseum, anterbrachium volaris. Misalnya otot m. fleksor digitorum profundus jari II-IV, m. fleksor pollicis longus juga mensarafi n. digitalis vollaris communis. Dimana Ramus muscularis mensarafi : m. abductor pollicis, opponent pollicis sedangkan caput superficialis yaitu m. fleksor pollicis brevis. Mensarafi : m. lumbricalis II,III dan kulit dorsal jari II-IV dan kulit dataran dorsal jari I.2) Nervus UlnarisMerupakan cabang yang terbesar dari fasciculus medialis plexus brachialis. Serabut saraf ini terdiri atas serabut-serabut yang berasal dari segmen C8 dan Th1. Cabang-cabang motorik dalam lengan bawah mensarafi m. fleksor carpi ulnaris dan caput ulnaris m. fleksor digitorum profundus. Cabang-cabang motorik di dalam tangan mensarafi seluruh otot-otot profundus yang kecil yang berada di sebelah medial tendon m. fleksor longus ibu jari tangan kecuali dua buah otot lumbricales yang pertama.3) Nervus RadialisMerupakan cabang yang besar dari plexus brachialis. Serabut-serabutnya berasal dari tiga segmen cervical terakhir serta dari segmen thoracal pertama medula spinalis. Cabang-cabang motorik dalam lengan yang mensarafi m. triceps, m. anconeus dan bagian atas kelompok supinator sampai extensor dari otot-otot lengan bawah.

Gambar 2.6Persarafan Pada Tangan(Putz,R dan R.Pabst, 2006)Cabang Terminalnya : a) Ramus Profundus, berjalan melewati m. supinator, abductor pollicis longus dan extensor pollicis, dan n. interoseus (antebrachii) dorsalis, mm. extensor pollicis, melalui membrane interosea menuju dataran dorsal manus. b) Ramus Superficialis, berjalan melewati m. supinator, m. brachio radialis, m. brachialis dengan extensor carpi radialis longus, berjalan diatas ligamentt carpi dorsalis ke distal di atas processus styloideus radii ke telapak tangan. Disini memberikan cabang : n. ulnaris yang akhirnya di luar fascia pada telapak tangan menyebar menjadi lima nervus digitalis dorsalis dimana berjalan kearah distal menuju jari I-II sebanyak 4 buah, dan 1 buah pada dataran radial jari III yang menginervasi kulit dorsum dan jari I-III.

2.1.2.7 VaskularisasiPada bagian ini penulis akan membahas mengenai arteri dan vena yang terdapat pada lengan bawah dan tangan. 1) Arteri Arteri adalah pembuluh nadi yang membawa darah yang berisi O2 dari jantung ke jaringan, kecuali arteri pulmonalis yang mebawa darah ke pulmonal dimana mengandung CO2. (1) Arteri yang akan dibahas oleh penulis yaitu : Arteri Radialis berasal dari cabang Arteri brachialis yang berjalan kearah distal dan lateral di bawah brachioradialis. Dibagian distal lengan bawah arteri radialis terletak di permukaan anterior radius dan melingkari lateral radius. (2) Arteri princeps pollicis berasal dari arteri radialis sewaktu akan memasuki telapak tangan yang berjalan kearah distal pada palmar os metacarpal lalu bercabang di

Gambar 2.7Arteri Pada Tangan(Putz, R dan Pabst, R, 2006)

phalang proximal membentuk menjadi dua cabang yang berjalan di sisi-sisi sepanjang phalang. (3) Arteri Radialis Indicis berasal dari arteri radialis tetapi dapat juga berasal dari arteri princeps pollicis dan berjalan di sepanjang sisi medial phalang I dan di sepanjang lateral Arteri. Digitales palmares propriae ke ujung distal jari. (4) Arteri arcus palmaris Superficialis merupakan lanjutan dariarteri ulnaris, Arcus Palmaris superficialis cabang-cabang yang lain, berjalan melengkung kearah lateral.2) Vena Vena adalah pembuluh darah balik yang mengantar darah kotor menuju ke jantung yang bersisi pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler- kapiler, Penulis akan membahas tentang vena : (1) Vena chepalica dimulai dari sisi radial dorsum manus dari cabang-cabang jalinan vena dan menerima darah dari telapak tangan melalui vena-vena Intercarpitalis, keaarah proximal berjalan pada sisi radial antebrachii menuju ke fosa cubiti. (2) Vena basilica melanjutkan melalui sulcus bicipital ke trigonu deltoidea pectoralis dimana menembus fascia dan berjalan ke vena axilaris. (3) Vena arcus venosus dorsalis manus berasal dari sisi ulnaris dorsum manus, berjalan pada sisi ulnaris antebrachii ke fossa cubiti yang berhubungan dengan vena cephalica melalui vena medianusa cubiti.

2.1.2.8 Anatomi dan Fisiologi Tendon Tendon adalah suatu jaringan ikat fibrosa yang kuat yang menghubungkan otot ke tulang, tendon lebih kuat daripada otot, tendon berfungsi unuk menghantarkan kekuatan dari otot ke pengungkit tulang sehingga menghasilkan

Gambar 2.8Vena Pada Tangan(Putz, R dan Pabst, R, 2006)

1

3

2

2

3

5

7

6

4

1

Gambar 2.9Anatomi Tendon(Exercise Physiology, 1996)

gerakan persendian, penahan goncangan dan tempat penyimpanan energi, tendon bertindak sebagai tali, selubung tendon mengelilingi tendon dan mengeluarkan cairan sinovial yang berfungsisebagai pelumas untuk mengurangi gesekan selama gerakan. Faktor penyebab kelainan tendon yaitu : (1) faktor intrinsik yang terdiridari ketidakseimbangan dari otot, kelemahan otot, pergerakan sendi yang berlebihan. (2) faktor ekstrinsik lingkungan yang tidak mendukung.

2.1.3 PatologiOtot ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus merupakan dua otot yang bekerja secara berdampingan dan hampir mempunyai fungsi yang relatif sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari tangan atau disebut sebagai radial abduksi. De Quervain Syndrome pada umumnya dikenal sebagai kondisi peradangan atau tendosinovitis tetapi evaluasi histologi khusus menunjukkan tidak adanya peradangan yang terlihat dan yang lebih nampak adalah proses degenerasi myxoid. Mekanisme terjadinya De Quervain Syndrome adalah karena adanya kelelahan/trauma kecil yang berulang-ulang secara perlahan dan makin lama semakin menjadi berat. De Quervain Syndrome ini dapat menimbulkan degenerasi dini pada jaringan yang tertekan. Dimana terjadi rasa sakit yang timbul dari otot yang overuse.Cedera ini yang terjadi pada prinsipnya upaya penyembuhan yaitu memberikan kesempatan jaringan untuk sembuh sehingga tidak menimbulkan jaringan ynag tidak diinginkan. Oleh karena itu bahwa prinsip pelaksanaan fisioterapi pada kondisi De Quervain Syndrome satu, dua, tiga jelas berbeda. Injury menimbulkan kerusakan jaringan diikuti perdarahan < 20 mnt, Fase inflamasi < 24-36 jam ditandai tumor, dolor, calor, rubor dan fungsiolesa. Proses pemulihan : proliferasi (2 4 hari) nyeri primer menurun dan terjadi adhesion, produksi (4 hr-3 mgg) nyeri regang dan ketegangan/kontraktur jaringan lunak. Remodeling (3 mgg-3 bulan) pemulihan bentuk dan fungsi fase maturasi dan remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodelilng dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastic, dan tanpa perdarahan sudah terjadi. Fase akut : Nyeri akut bisa berlangsung beberapa menit atau beberapa hari, nyeri akut sering didefinisikan sebagai nyeri yang tiba-tiba meskipun bukan selalu tapi biasanya penyebabnya jelas dan berlangsung dalam waktu yang terbatas. (Newton A.R, 1990). Fase kronik : didefinisikan sebagai nyeri dengan durasi yang lama acap kali berhubungan dengan nyeri fisik dan mental, depresi, kecemasan dan keputus asaan dan bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun diluar periode kesembuhan atau terjadi secara terputus-putus.

2.1.3.1 Etiologi De Quervain Syndrome terjadi akibat dari aktifitas yang berlebihan pada otot-otot pergelangan tangan yang akan menyebabkan kerusakan, biasanya pada m. extensor pollicis brevis dan m. abductor pollicis longus. (Hudaya,2007/2008). Proses Penyembuhan Jaringan Lunak : Peradangan, Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi, ischemia, sekunder atau agen fisik. Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda. Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat. Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan, synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan akhirnya proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi. Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem dan kadang disertai hemorage. Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada nyeri dan protektif spastik

2.1.3.2 Tanda dan Gejala KlinisGejala yang sering muncul adalah nyeri tekan, bengkak pada ibu jari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yg dapat terjadi akibat penyakit De Quervain Syndrome menurut (Prasetya Hudaya) diantaranya adalah : (1) Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah tersebut, (2) Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari, (3) adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii, (4) Gerakan aktif menimbulkan nyeri yang hebat.

2.1.3.3 Diagnosa Banding Carpal Tunnel Syndrom timbul akibat tertekannya nervus medianus di dalam sindrom terowongan karpal atau penyakit saraf menengah di pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis di mana saraf tengah (medianus) tertekan di bagian pergelangan, mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Gejala malam hari dan bangun di malam hari adalah tanda-tanda sindrom terowongan karpal. Perbedaan antara carpal tunnel syndrome dengan De Quervain Syndrome yaitu pada letak nyeri, CTS terasa nyeri pada nervus medianus sedangkan pada De Quervain Syndrome terdapat nyeri pada tendonnya.

2.1.3.4 Prognosis Prognosis dari De Quervain Syndrome pada dasarnya tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan tenosynovitis, gejala dapat bertahan selama beberapa hari atau beberapa minggu. Jika berlebihan atau terus bertambah, rasa sakit dapat memperburuk dan bertahan selama beberapa bulan.

2.2 Deskripsi Problematika Fisioterapi2.2.1 Nyeri Nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial dan terkadang nyeri digunakan untuk menyatakan adanya kerusakan jaringan (Slamet Parjoto,2006). Nyeri yang timbul berupa nyeri tekan di lateral pergelanagn tangan ibu jari kiri dan nyeri gerak kearah flexi dan abduksi carpometacarpal I. Nyeri yang terjadi pada kasus ini berasal dari tenosynovitis.Untuk mengetahui aktualitas nyeri pada kasus ini parameter yang digunakan adalah Verbal Descriptive Scale (VDS) yaitu dengan cara pasien diberitahukan terlebih dahulu angka dan keterangan dari nilai tersebut kemudian menyebutkan skala nilai sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada saat diam, ditekan dan gerak. Keterangan skala penilaian VDS dengan 7 (tujuh) skala penilaian yaitu, 1 = tidak nyeri, 2 = nyeri sangat ringan, 3 = nyeri ringan, 4 = nyeri tidak begitu berat, 5 = nyeri cukup berat, 6 = nyeri berat, 7 = nyeri hampir tak tertahankan.

2.2.2 Keterbatasan Luas Gerak SendiLingkup gerak sendi adalah luas lingkup gerak yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Goniometer adalah alat untuk mengukur lingkup gerak sendi. Goniometer digunakan sebagai alat evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi. Keterbatasan lua gerak sendi pada kasus De Quervain Syndrome sinistra terjadi pada saat gerak flexi dan abduksi pada ibu jari sebelah kiri secara aktif dan pasif.

2.3 Teknologi Intervensi Fisioterapi Teknologi Fisioterapi yang digunakan ialah Ultra Sound Diathermi dan Terapi Latihan dengan tehnik Stretching.

2.3.1 Ultra Sound DiathermiBunyi adalah peristiwa getaran mekanik dengan bentuk gelombang longitodinal yang berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi yang variable. Frekuensi bunyi Infra sonic < 20 Hz, Audio sonic 20-20.000 Hz, Ultra sonic > 20.000 Hz.Dalam dunia medis gelombang ultra sonic digunakan untuk berbagai tujuan antara lain yaitu untuk tujuan terapeutik disebut juga Ultra Sound Diathermi dengan frekuensi 0,7-3 MHz.

2.3.1.1 Fisika DasarBundel atau berkas gelombang di bedakan yaitu area konvergen dan area divergen. Tanda- tanda area konvergen antara lain, terjadi gejala interferensi pada bundel tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang besar, bentuk bundelnya tidak divergensi melainkan sedikit konvergensi. Sedangkan tanda-tanda area divergen yaitu tidak terjadi gejala interferensi sehingga bundel gelombangnya sama dan intensitasnya semakin berkurang jika jarak treatment-head semakin di jauhkan dari tubuh yang diobati, bundel atau berkas gelombangnya berdiameter lebih besar dan ukurannya tergantung pada jenis bundel ultra sound diathermi, penyebaran eneginya lebih besar, baik oleh karena adanya divergen maupun karena pembagian intensitasnya yang tegak lurus terhadap axis dari bundel ultra sound diathermi. Panjang area konvergen tergantung dari diameter tranduser dan panjang gelombang. Untuk menggunakan tranduser 1 MHz, dengan diameter 5 cm, panjang area konvergen kira-kira 10 cm, dan yang diameter 1 cm, panjang area konvergen kira-kira 2 cm. Sedangkan untuk tranduser 3 MHz mempunyai area konvergen yang panjang tiga kali lebih panjang dibanding area konvergen 1 MHz, karena panjang gelombang 3 MHz lebih pendek dibanding 1 MHz. Untuk meneruskan energi ultra sound ke dalam tubuh, pengunaan media penghantar diantara transduser dan permukaan tubuh sifatnya adalah mutlak. Air adalah merupakan media penghantar yang baik dan murah, jika air yang kita gunakan sebagai media penghantar seharusnya tidak ada gas didalamnya dengan kata lain harus direbus dan steril. Dengan tidak ada gas didalam air, berarti kita mencegah adanya penutupan oleh gelembung-gelembung udara pada transduser dan bagian tubuh yang diterapi. Disamping air digunakan pula pasta atau olie, dan juga salep yang dapat pula untuk menambahkan bahan-bahan kimia (Ultrasonoforese).Media penghantar yang digunakan harus memenuhi persyaratan dibawah ini yaitu dalam keadaan tertentu harus steril tetapi secara umum yang bersih, tidak terlalu cair (kecuali metode sub-aqual), tidak terlalu cepat diserap oleh kulit, tidak menyebabkan plek-plek dan iritasi pada kulit.

2.3.1.2 Prinsip dan Cara KerjaCara kerja ini pada prinsipnya sama dengan diathermy arus pendek/SWD (Short Wave Diathermy), didalam mesin ultra sound juga terdiri dari 2 (dua) sirkuit yaitu primer dan sekunder.Sirkuit primer adalah merupakan sebuah generator yang berfrekuensi tinggi yang dapat membangkitkan arus listrik yang berfrekuensi tinggi pula. Sirkuit primer ini akan dihubungkan dengan bahan piezo-elektrik yang terdapat dalam treatment-head, yang kita sebut sebagai sirkuit sekunder. Frekuensi dari sirkuit sekunder harus sama dengan frekuensi pada sirkuit primer. Frekuensi dari sirkuit sekunder antara lain ditentukan oleh ketebalan dari bahan piezo-elektrik. Ketebalan dari bahan piezo-elektrik harus disesuaikan dengan frekuensi dari sirkuit primer yang sekaligus menentukan frekuensi dari ultra sound tersebut. Mengingat bahwasannya gelombang suara yang ditimbulkan oleh bahan bahan piezo-elektrik memancar ke segala arah, hal ini berarti gelombang ultra sound akan memancar juga kedalam transduser. Hal tersebut tidak begitu penting karena didalam transduser terdapat udara, sehingga akan dipantulkan kembali. Oleh karena lempeng getar akan bergetar pula kearah samping, maka getaran ini akan disalurkan pula kearah samping melalui dinding transduser.Kebanyakan mesin ultra sound memberikan energi baik kontinyu maupun terputus-putus. Pemberian ultra sound secara terputus-putus mempunyai keuntungan, dimana efek panas yang timbul dapat ditekan. Sedangkan pemberian ultra sound secara kontinyu efek panas yang paling menonjol.Dalam transduser terdapat pula apa yang disebut area radiasi efektif (ERA/Effective Radiating Area). ERA adalah merupakan suatu data yang penting untuk menentukan intensitas. Mengingat bahwasannya elemen piezo-elektrik bergetar tidak sama besar pada setiap titik, maka ERA akan selalu lebih kecil dari permukaan geometri dari transduser untuk dapat membuat sebuah petunjuk intensitas yang tepat pada mesin ultra sound, penentuan ERA adalah sangat penting, karena intensitas yang efektif tergantung pada ERA. Dengan alasan ini maka ERA sangat menentukan pemberian dosis pada ultra sound disamping luas permukaan daerah yang diterapi, oleh karena itu ERA harus selalu diukur dan dilaporkan. Rumus ERA: Panjang x Lebar : (ERA)

2.3.1.3 Efek-efek Biofisika1). Efek MekanikJika gelombang ultra sound masuk kedalam tubuh, maka efek pertama yang terjadi didalam tubuh adalah efek mekanik. Gelombang ultra sound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari ultra sound. Oleh karena itu akan terjadi variasi tekanan didalam jaringan, jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik yang lebih dikenal dengan istilah Micromassage.Adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menghasilkan perubahan volume dari sel-sel tubuh sebesar 0,02 %, perubahan permeabilitas dari membran sel dan membran jaringan, mempermudah proses metabolisme. Micromassage adalah merupakan efek terapeutik yang penting, karena semua efek yang timbul oleh terapi ultra sound diakibatkan oleh Micromassage ini.2.) Efek panasMicromassage yang ditimbulkan oleh ultra sound akan menimbulkan efek panas dalam jaringan. Berapa banyak efek panas yang diproduksi adalah tidak sama untuk setiap jaringan, karena sangat tergantung pada beberapa faktor yang dapat ditentukan misalnya bentuk aplikasi ultra sound (continue dan intermitten), intensitas dan lamanya terapi. Lehman mengemukakan bahwa setiap pemberian ultra sound dengan dosis 1 watt/cm secara kontinyu dalam jaringan otot akan menaikkan temperatur sebesar 0,007 celcius/detik. Pengukuran ini dilakukan pada sebuah model jaringan otot, jadi tanpa adanya efek dari regulasi dari sirkulasi darah.3). Efek BiologisEfek-efek ultra sound seperti yang telah dibicarakan adalah hasil dari micromassage (efek mekanik). Hasil dari micromassage ini tergantung pada pelaksanaanya (continue/terputus-putus). Efek biologis selanjutnya dapat dilihat sebagai jawaban secara fisiologis dari pengaruh mekanik dan pengaruh termal.(1) Meningkatkan sirkulasi darahPenyerapan dari energi ultra sound antara lain menghasilkan efek panas tubuh akan memberikan reaksi terhadap efek panas itu yaitu vasodilatasi. Penting untuk diketahui, bahwa efek panas ini tidak hanya terjadi pada pemberian ultra sound secara kontinyu saja tetapi terjadi juga pada pemberian ultra sound secara terputus-putus, namun efek yang timbul sangat kecil.(2) Rileksasi ototBahwa perbaikan sirkulasi darah dapat menyebabkan terjadinya rileksasi otot, oleh karena zat-zat pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi ultra sound dapat mempengaruhi serabut saraf aferen secara langsung dan akibatnya adalah rileksasi otot.(3) Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringanBahwa getaran ultra sound dapat memperbaiki proses regenerasi pada berbagai macam jaringan. Penelitian dengan mikroskop electron menunjukkan bahwa kekuatan mekanik dari ultra sound dapat menyebabkan gerakan-gerakan bebas molekul-molekul dalam jaringan tubuh.(4) Pengaruh terhadap Syaraf periferMenurut beberapa peneliti, ultra sound dapat mendepolarisasikan serabut-serabut syaraf aferen. Tetapi bagaimana dan seberapa jauh ultra sound dapat mempengaruhi secara langsung syaraf aferen dan syaraf eferen belum diketahui pasti. Getaran ultra sound, dengan intensitas 0,5-3 w/cm dengan gelombang kontinyu, dapat mempengaruhi exitasi dari syaraf perifer. Efek ini menurut beberapa peneliti berhubungan dengan efek panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak terlalu berpengaruh.(5) Pengurangan rasa nyeriDari beberapa pengalaman, bahwa ultra sound dapat mengurangi rasa nyeri. Dasar dari pengurangan rasa nyeri ini diperoleh antara lain dari perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman, stimulasi pada serabut syaraf aferen.

2.3.1.4 Aplikasi Ultra Sound1). Metode AplikasiPada prinsipnya perpindahan energi ultra sound dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu kontak langsung dan tidak langsung. Disini penulis hanya akan membatasi penggunaan ultra sound secara kontak langsung secara dinamis.Metode kontak langsung cara ini paling banyak digunakan. Untuk mendapatkan kontak yang sempurna antara transduser dengan kulit diperlukan kontak medium. Kontak medium yamg banyak digunakan oil (minyak), water oil emulsion, aqueus gel, ointments (pasta).Dewasa ini gel merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai kontak medium, karena pada waktu dipakai tidak mudah habis atau hilang. Pada saat penatalaksanaan aplikasi ultra sound dengan menggunakan metode kontak langsung maupun tidak langsung, transduser harus digerakkan (dinamis) selama terapi. Gerakan tersebut dapat berupa gerakan membujur (longitudinal), gerakan melintang dari jaringan yang diobati, maupun gerakan melingkar seperti spiral. Transduser harus tetap bergerak meskipun area yang diobati kecil. Gerakan transduser harus ritmis, pelan dan tekanan terhadap kulit tidak boleh terlalu keras.Lamanya terapi tergantung pada luas permukaan dari daerah yang diterapi dan juga luas permukaan treatment-head yang digunakan. Menurut Lehman maksimal lamanya terapi adalah 15 menit pada daerah seluas 75-100 cm dengan treatment-head yang besar. Sebagai pedoman yang dapat kita gunakan, bahwa permukaan seluas 1 cm membutuhkan waktu minimal 1 menit. Rumus ERA : Panjang x Lebar : (ERA)2). Indikasi dan kontra indikasi Ultra Sound Diathermi(1) IndikasiIndikasi dari penggunaan ultra sound diathermy adalah kelainan-kelainan/ penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot, penyakit reumatik, kelainan/ penyakit pada sirkulasi darah.(2) Kontra IndikasiOleh karena ultra sound diathermy diterapkan dengan intensitas yang tinggi, maka harus berhati-hati bila melakukan terapi di daerah yang dekat mata, telinga, testis dan ovarium. Selain itu juga kontra indikasi terhadap sirkulasi yang terganggu, adanya trombus, neoplasma, sepsis akut dan hemofilia.

2.3.2 Stretching2.3.2.1 Pengertian Stretching adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan / menguraikan beberapa manuver pengobatan yang di tujukan untuk memperpanjang pemendekan soft tissue secara patologis dan untuk menambah luas gerak sendi. Stretching juga dapat berarti peregangan.Dalam kasus ini akan dipakai metode pasif stretching. Prosedur dalam melakukan peregangan adalah sebagai berikut : (1) pilih kelompok otot yang akan diregangkan dan kemudian ambil posisi untuk memulai peregangan, (2) lakukan kontraksi aktif pada otot antagonis atau kelompok otot yang berlawanan, (3) lakukan pergerakan cepat dan perlahan, (4) tahan selama 1-6 detik dan kemudian lepaskan regangannya, (5) ulangi empat hingga enam kali.

2.3.2.2 Mekanisme Kerja Stretching Muscle spindle dan golgi tendon organ yang menyediakan informasi sensoris berperan dalam pemanjangan dan ketegangan otot. Fungsi utama dari muscle spindle adalah untuk memonitor kecepatan dan durasi stretching pada sebuah otot melalui aksi reflek yang dimulai dengan sebuah kontraksi kuat untuk menurunkan stretching yang terjadi. Sedangkan golgi tendon organ berperan dalam mekanisme proteksi untuk menginhibisi kontraksi otot dan memiliki threshold yang sangat rendah setelah otot berkontraksi. Threshold dari golgi tendon organ akan meningkatkan saat otot dilakukan stretching secara pasif.

2.3.2.3 Penerapan Prosedur Stretching Dalam penerapan prosedur stretching, pasien menunjukan suatu kontraksi isometrik dari otot yang mengalami ketegangan sebelum sacara pasif otot dipanjangkan. Alasan penerapa tekhnik ini adalah bahwa kontraksi isometrik yang diberikan sebelum stretching dari otot yang mengalami ketegangan akan menghasilkan rileksasi sebagai hasil dari autogenic inhibition.Adanya kontraksi isomerik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari muscle spindle untuk segera menyesuaikan panjang otot maksimal. Golgi tendon organ dapat terlibat dan menghambat tegangan pada otot sehingga dengan mudah otot dapat dipanjangkan. Ketika otot diberikan stretching, stretch reflek bekerja sacara otomatis mengkontraksikan otot yang terulur untuk melindunginya dari stretching yang berlebihan. Ketika terjadi ketegangan pada otot yang diulur, golgi tendon organ akan teraktivasi dan segera menginhibisi ketegangan dengan relaksasi melalui pemanjangan otot. Jika stretching dipertahankan dalam waktu lama, sekurang-kurangnya 6 detik maka golgi tendon organ meresponnya dengan mengizinkan otot tersebut secara refleks untuk rileksasi. (Patti and Finke,1998)Stretching pada serabut otot dimulai dari sarkomer yang merupakan unit dasar dari kontraksi otot. Ketika sarkomer berkontraksi, area yang saling tumpang tindih menurun mengikuti serabut otot untuk memanjang. Ketika salah satu serabut otot berada pada panjang istirahat maksimum dan seluruh sarkomer terulur penuh, tambahan stretching berpengaruh pada jaringan ikat yang ada di sekitarnya. Ketika tegangan meningkat, serabut kolagen pada jaringan ikat meluruskan diri selama diberikan stretching dengan kekuatan yang sama. Oleh karena itu saat dilakukan stretching, serabut otot yang mengalami ketegangan ditarik keluar sehingga panjang sarkomer bertambah, serabut kolagen pada jaringan ikat mengambil sisa-sisa kekenduran. Hal ini akan membantu meluruskan kembali abnormal cross link pasa arah ketegangan sehingga akan membantu perbaikan pada jaringan parut (Walker, 1971)Ketika otot diulur, beberapa serabut akan memanjang tetapi masih ada serabut yang beristirahat. Hal ini tergantung pada jumlah serabut yang terulur. Kekuatan untuk mengkontraksikan otot adalah hasil dari jumlah serabut yang diulur sehingga panjang otot bertambah selama diberikan stretching.Stretching dapat dilakukan dengan cara mengkontraksikan otot lalu diikuti dengan periode rileksasi dan stretching untuk memperoleh fasilitasi dn inhibisi pada otot dan gerakan yang terjadi mencakup otot dan persendian yang dilewati otot terkait, baik agonis maupun antagonis. Selain itu stretching merupakan metode terapi dengan tekhnik mobilisasi tidak langsung pada persendian, dimana mobilisasi ini penting karena keterbatasan gerak yang terjadi pada sendi atau terkuncinya persendian mengakibatkan terjadinya respon aktif pada otot sekitar sendi menjadi spasme.

2.3.2.4 FrekuensiFrekuensi stretching yang terbaik adalah 3-5 kali perminggu. Frekuensi stretching yang sangat efektif dilakukan sebanyak 4 kali dalam setiap kali pertemuan (Walker, 1971)

2.3.2.5 IntensitasPeregangan bukan aktivitas yang menyakitkan, ia harus menyenangkan santai dan bermanfaat. Tetapi banyak orang percaya bahwa untuk mendapat manfaat lebih dari peregangan maka mereka harus melakukan peregangan sampai merasakan sakit. Ini adalah salah satu kesalahan terbesar ketika kita melakukan peregangan.Ketika otot diregangkan hingga ke titik rasa sakit maka tubuh akan mempertahankan mekanisme yang disebut stretch reflek. Ini adalah cara menjaga keselamatan tubuh untuk mencegah cidera serius yang terjadi pada otot, tendon dan persendian. Peregagan mereflexikan proses perlindungan otot dan tendon lewat kontraksiSehingga untuk menghindari reflexi regangan, hindari rasa sakit. Jangan pernah memaksakan peregangan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Hanya peregangan pada titik dimana tegangan yang dapat dirasakan di otot. Dengan cara ini, cidera dapat dihindari dan manfaat maksimum bisa di peroleh (Walker, 1971).

2.3.2.6 Durasi StretchingBanyak literatur yang menganjurkan durasi untuk stretching antara 10-30 detik. Pendapat lain merekomendasikan 12-18 detik dengan alasan rileksasi terjadi pada periode ini. Untuk melakukan peregangan isometrik, lakukan posisi peregangan pasif dan kemudian melakukan kontraksi otot yang diregangkan selama10-15 detik. Pastikan semua gerakan bagian tubuh dibatasi. Kemudian kendurkan otot selama 20 detik. Prosedur ini harus diulangi 2-5 kali. (Walker, 1971).

2.3.2.7 Efek StretchingSecara umum stretching dilakukan untuk mendapatkan efek rileksasi dan pengembalian panjang dari otot dan jaringan ikat. Jaringan ikat membutuhkan waktu 20 detik untuk mencapai efek rileksasi, sedangkan otot membutuhkan waktu 2 menit untuk dapat mencapai efek rileksasi.

BAB IIIPELAKSANAAN STUDI KASUS

Adanya suatu kerjasama yang baik antara fisioterapi dengan dokter serta tenaga medis yang lain dan juga pasien, sangat menentukan keberhasilan dalam memecahkan suatu permasalah pasien. Fisioterapis merupakan salah satu bagian dari tim rehabilitasi medis, dalam memberikan pelayanan fisioterapi seorang fisioterapis harus memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dari pasien, pemeriksaan, menentukan diagnosis, dan membuat program perencanaan fisioterapi. Sehingga nantinya bisa menerapkan modalitas yang sesuai dengan permasalahan yang dimiliki penderita dan akhirnya membawa keberhasilan saat memberikan terapi.

3.1 Pengkajian Fisioterapi Untuk mengetahui problematika yang dialami oleh seseorang maka hal penting yang harus dilakukan seorang fisioterapis adalah melakukan pengkajian sehingga ada kesesuaian antara terapi yang akan diberikan dengan sasaran yang diharapkan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengkajian keadaan pasien pada gangguan gerak dan fungsi sendi ibu jari kiri. Adapun pengkajian yang diperlukan dalam kasus ini antara lain :

3.1.1 AnamnesisAnamnesis adalah pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara fisioterapis dengan sumber data. Data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan dua macam cara yaitu auto anamnesis dan hetero anamnesis dan yang digunakan oleh penulis adalah auto anamnesis dimana anamnesis yang dilakukan langsung pada pasien. Anamnesis terdiri dari dua macam anamnesis umum dan anamnesis khusus.

3.1.1.1 Anamnesis umumAnamnesis umum yaitu anamnesis yang berisi tentang identitas diri pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan hobi. Di dapatkan data sebagai berikut : nama pasien Ny. X, umur 57 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, alamat pasteur, pekerjaan ibu rumah tangga, hobby memasak.

3.1.1.2 Anamnesis khusus Anamnesis khusus adalah anamnesis yang berkaitan dengan penyakit penderita seperti : (1) keluhan utama, pasien merasakan nyeri pada pergelangan tangan kirinya pada saat mengangkat ibu jari ke atas (ekstensi) dan menekukan ibu jarinya ke bawah (fleksi). (2) riwayat penyakit sekarang, sekitar 2 minggu yang lalu tepatnya bulan Maret 2011 pasien tibatiba mengeluh sakit pada ibu jarinya sebelah dalam kiri saat pasien memeras baju karena sakitnya penderita merasa terganggu pada saat melakukan aktifitas, akhirnya pasien berobat ke RS Dustira hingga sekarang. (3) riwayat penyakit dahulu, dulu pernah ada benjolan di ketiak kanan namun sudah di operasi. (4) riwayat penyakit penyerta, pasien memiliki penyakit kolesterol. (5) riwayat pribadi, pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang gemar memasak dan melakukan aktifitas seperti mengepel mencuci dan lain-lain. (6) riwayat keluarga, Tidak ada anggota keluarga lain yang pernah memiliki penyakit yang sama seperti pasien. Sedangkan pada anamnesis sistem merupakan anamnesis berupa pertanyaan seputar keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien pada sistem-sistem tubuh mulai dari kepala hingga nervorum. Dari anamnesis sistem, pada muskuloskeletal didapatkan adanya nyeri gerak serta nyeri tekan pada pergelangan tangan sendi radial.

3.1.1.3 Catatan KlinisUji lab tanggal 3 Maret 2011 di dapat hasil sebagai berikut : (1) Glukosa puasa 118 mg/dl, (2) Glukosa Asam 151 mg/dl, (3) Asam Urat 5,3 mg/dl, (4) kolesterol total 261 mg/dl, (5) Kreatin 1,1 mg/dl.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik3.1.2.1 Vital SignVital sign dilakukan untuk mengetahui kondisi umum pasien maka dilakukan pemeriksaan vital sign sehingga dapat menentukan terapi yang tepat dengan pengaturan dosis sesuai dengan kondisi pasien. Pemeriksaan ini meliputi enam parameter, diantaranya adalah tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 70 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu tubuh 36C , tinggi badan 163cm, dan berat badan 63 kg. Pada kasus ini vital sign pasien dalam batas normal.

3.1.2.2 InspeksiInspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Inspeksi statis : keadaan umum pasien baik, tidak adanya oedem serta tidak tampak menahan nyeri. Inspeksi dinamis : Pada saat melakukan gerakan aktif terasa nyeri.

3.1.2.3 Palpasi Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien yang mengalami cidera. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu lokal, oedema dan lain-lain. Pada kondisi ini hasil yang di dapat adalah suhu pada daerah pergelangan tangan kiri pasien dalam batas normal, terdapat nyeri tekan pada lateral pergelangan tangan kiri pasien.

3.1.2.4Gerakan DasarPemeriksaan gerakan dasar merupakan suatu cara pemeriksaan dengan jalan melakukan gerakan. Pemeriksaan gerak dasar meliputi gerak aktif, pasif, dan gerak isometrik melawan tahanan. 1) Pemeriksaan Gerak AktifPada pemeriksaan ini pasien diminta untuk melakukan gerak aktif pada ibu jari kanan dan kiri ke arah fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi . Informasi yang didapatkan yaitu, pada ibu jari kanan pasien mampu melakukan gerak aktif ke semua arah gerakan dengan full ROM tanpa disertai nyeri. Sedangkan pada ibu jari kiri pasien mampu menggerakan ke arah ekstensi dan abduksi tetapi tidak full ROM dan disertai nyeri. Pada gerak flexi dan adduksi pasien mampu menggerakan secara full ROM tanpa disertai nyeri.2) Pemeriksaan Gerak PasifUntuk pemeriksaan gerak pasif ini dilakukan oleh terapis, dimana terapis menggerakan ibu jari pasien kanan dan kiri ke semua arah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi. Informasi yang didapatkan yaitu, pada ibu jari kanan mampu digerakan terapis ke semua arah gerak tanpa nyeri dan full ROM. Sedangkan pada ibu jari kiri tidak merasakan nyeri pada akhir gerak fleksi dengan end feel soft, saat gerak ekstensi pasien merasakan nyeri dengan end feel hard dan abduksi dengan end feel firm, saat gerak adduksi pasien tidak merasa nyeri dengan end feel soft.3) Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan TahananPada pemeriksaan ini terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan pasien. Informasi yang didapatkan yaitu, pasien mampu melakukan gerakan isometric melawan tahanan maksimal pada ibu jari kanan, sedangkan pada ibu jari kiri pasien tidak mampu melakukan gerak isometrik melawan tahanan minimal maupun maksimal ke arah gerak ekstensi dan abduksi sedangkan saat digerakkan adduksi pada ibu jari kiri pasien mampu melawan tahanan yang diberikan terapis.

3.1.3 Pemeriksaan Kognitif, Intra dan InterpersonalKognitif adalah segala pikiran, perseptual ataupun intelektual seseorang yang berfungsi sebagai penuntun dalam mengerjakan segala aspek aktivitas kehidupan yang meliputi beberapa komponen, yaitu atensi, konsentrasi, memori, pemecahan masalah, pengambilan sikap, dan integrasi belajar. Kemampuan intrapersonal merupakan motivasi yang ada dalam diri pasien guna mencapai penyembuhan, sedangkan kemampuan interpersonal merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi maupun berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini denagn terapis. Pada kondisi ini didapatkan hasil (1) Kognitif : orientasi ruang dan waktu pasien baik dan pasien mampu mengikuti instruksi dari terapis. (2) Intrapersonal : pasien mempunyai keinginan dan motivasi yang besar untuk sembuh. (3) Interpersonal : Pasien dengan fisioterapi dapat bekerja sama dengan baik.

3.1.4 Kemampuan Fungsional Dan Lingkungan AktifitasKemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien melakukan aktifitas spesifik dalam hubungannya dengan rutinitas kehidupan sehari-hari yang terintegrasi dengan lingkungan aktifitasnya. Pada kemampuan fungsional dasar pasien tidak mampu melakukan dengan baik, seperti pasien mampu menggerakkan ibu jari kanannya dikarenakan pada ibu jari kiri pasien kesulitan oleh karena adanya nyeri yang timbul saat digerakkan. Pada aktifitas fungsional, pasien kesulitan melakukan dalam aktivitas fungsional seperti mencuci piring, mengepel pada saat memeras kain pel, dan mengangkat ember. Lingkungan aktifitas, lingkungan Rehabilitasi Medik RS. Dustira cukup membantu dan mendukung terhadap proses penyembuhan kondisi pasien.

3.1.5 Pemeriksaan Spesifik Pemeriksaaan spesifik adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap organtubuh yang mengalami gangguan fungsi untuk mengetahui informasi yang belum didapatkan pada pemeriksaan fungsi gerak dasar dan membantu menegakkan diagnosis serta menentukan problematika fisioterapi. Pemeriksaan untuk kondisi De Quervain sinistra meliputi :

3.1.5.1 Pemeriksaan nyeriAda beberapa parameter untuk mengukur derajat nyeri, pemeriksaan derajat nyeri yang dipilih terapis adalah VDS (Verbal Descriptive Scale). Pada pemeriksaan ini tedapat 7 skala penilaian dengan diberi keterangan yang jelas pada tiap skala penilaian. Pasien diminta menunjukkan salah satu tingkat derajat nyeri yang dirasakan. Skala pemeriksaan VDS meliputi : 1 tidak ada nyeri, 2 Nyeri sangat ringan, 3 Nyeri ringan, 4 Nyeri tidak begitu berat, 5 Nyeri cukup berat, 6 Nyeri berat, 7 Nyeri hampir tak tertahankan. Dari hasil pemeriksaan ini diperoleh hasil sebagai berikut : (1) nyeri diam 1, (2) nyeri tekan 3, (3) nyeri gerak ekstensi 4 dan nyeri gerak abduksi 4. 3.1.5.2 Pemeriksaan LGSLingkup gerak sendi adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh suatu sendi. Goneometri merupakan salah satu teknik evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi. Keterbatasan gerak yang ditemukan pada kasus ini, meliputi gerak fleksi dan ekstensi ada ibu jari kiri yang disebabkan karena nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan secara aktif. Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Thumb

PemeriksaanGerak Aktif

KananKiri

Ekstensi & Fleksi CMC

F 40-0-15F 20-0-15

Pemeriksaan Gerak Pasif

KananKiri

Ekstensi & Fleksi CMC

F 40-0-15 F 25-0-15

PemeriksaanGerak Aktif

KananKiri

Abduksi & Adduksi CMCS 400-00-00S 250-00-00

PemeriksaanGerak Pasif

KananKiri

Abduksi & Adduksi CMCS 450-00-00S 300-00-00

3.1.5.3 Antropometri Pemeriksaan antropometri merupakan pengukuran lingkar segmen tubuh yang dilakukan untuk mengetahui adanya atropi dan pembengkakan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Pada kondisi ini didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Antropometri

PemeriksaanKananKiri

Lingkar pergelangan tangan16 cm16 Cm

3.1.5.4 Test FinkelsteinTes spesifik ini sangat mendukung dalam menegakan diagnosa, adapun tes-tes yang dapat dilakukan pada setiap gangguan pada thumb, pada kasus De Quervain sinistra terapis melakukan tes finkelstein, dimana tes ini dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya penyempitan di terowongan ligamentum dorsal pergelangan tangan yang dilintasi selubung tendon abduktor policis longus dan ekstensor policis brevis. Pasien disuruh mengepal dengan ibu jari yang didalam kepalan jari-jari lainnya, kemudian pasien disuruh melakukan ulnofleksi tangan pada sendi pergelangan tangan. Bila pasien merasakan nyeri pada waktu melakukan gerakan tersebut, maka terowongan pergelangan tangan menyempit. Pada kondisi De Quervain sinistra didapatkan hasil adanya nyeri ada saat melakukan gerakan ulnofleksi kiri. 3.2 Diagnosa Fisioterapis Untuk menegakan suatu masalah, kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berdasarkan hasil interpretasi data yang telah menjadi pernyataan logis, dengan tujuan untuk mengetahui masalah kapasitas fisik dan kemampuan yang dihadapi pasien dan untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Diagnosa fisioterapi pada kondisi De Quervain sinistra, diantaranya : Impairment : Adanya nyeri tekan pada lateral pergelangan tangan kiri, adanya nyeri gerak ekstensi dan abduksi ibu jari kiri, adanya keterbatasan LGS ekstensi dan abduksi ibu jari kiri. Fungsional limitation : Pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari seperti mencuci piring, mengepel, dan memeras lap pel. Disability/Participation Restriction : Pasien tidak mampu melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga, tidak dapat mengikuti kegiatan posyandu, massage bayi.

3.3 Tujuan Terapi Tujuan fisioterapi dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek : Mengurangi nyeri dan meningkatkan LGS. Tujuan jangka panjang : Mengembalikan kemampuan aktifitas fungsional dan aktifitas kerja pasien.

3.4 Teknologi Intervensi FisioterapiPelaksanaan fisioterapi yang diberikan mempunyai maksud untuk mencapai tujuan fisioterapi yang telah ditetapkan. Program fisioterapi akan tercapai apabila pasien dapat bekerja sama dengan fisioterapis dalam melaksanakan apa yang telah diinstruksikan. Pada kondisi de quervein sinistra modalitas fisioterapi yang digunaan adalah ultra sound diathermi dan terapi latihan dengan tehnik stretching.

3.4.1 Ultra Sound Diathermi3.4.1.1 Persiapan alatPastikan alat berfungsi dengan baik. Periksa kabel cek apabila ada yang lecet, hubungkan dengan stop kontak, nyalakan tombol on/off, persiapkan tissue, handuk dan gel. Kemudian mesin dipanaskan terlebih dahulu selama 15 menit.

3.4.1.2 Persiapan pasienSebelum dilakukan terapi, terlebih dahulu melakukan anamnesis yang diarahkan pada terapi Ultra Sound dan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan kontra indikasi kemudian pasien diberitahu tentang langkah-langkah terapi yang diberikan beserta tujuannya. Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi dengan duduk kemudian tangan pronasi diletakan di atas bed, kemudian pada bagian tangan disuport oleh bantal. Dan tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala asesoris. Sebelum pemberian terapi dilakukan tes sensibilitas di daerah tangan bagian pergelangan tangan. Posisi terapis duduk di depan pasien. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan pengobatan yang diberikan dan juga rasa panas yan akan pasien rasakan. Apabila pasien merasakan seperti kesemutan atau pegal yang berlebihan saat terapi berlangsung diharapkan pasien langsung memberitahukan kepada terapis.3.4.1.3 Pelaksanaan TerapiIntensitas : 1,5 watt/ cm, lamanya terapi : 3 menit (Luas Area dibagi ERA = 4x3 dibagi 4), intensitas terapi : 3 MHz (dengan arus continues).Alat diatur sedemikian rupa sehingga tranduser dapat menjangkau tangan yang akan diterapi. Kemudian area yang akan diterapi diberikan coupling media, setelah itu tranduser ditempelkan lalu mesin dihidupkan kemudian tranduser digerakan circumduksi (memutar) dengan irama yang teratur di atas pergelangan tangan selama alat masih hidup/jangan berhenti sebelum alat mati, selama proses terapi berlangsung harus mengontrol panas yang dirasakan pasien. Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meningkat, dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitas. Hal ini berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi kemudian alat dirapikan seperti semula.

3.4.2 StretchingPosisi Pasien: duduk senyaman mungkin dengan tangan kiri disuport bantal. Posisi Terapis : terapis berada didepan pasien. Tangan kiri terapis memfiksasi di sendi wrist dan tangan terapis yang kanan menggenggam ibu jari kiri dari persendian carpometacarpal. Terlebih dahulu pasien diberikan penjelasan mengenai manfaat latihan yang diberikan. Pelaksanaan : ini dilakukan oleh batuan terapis dalam posisi ini pasien dan terapis yang telah dibahas, maka pelaksanaan terapi di mulai dengan terapis memberikan contoh terlebih dahulu, satu persatu dari 2 gerakan yang akan diberikan. Selanjutnya pasien mengikuti dan mulai melakukan gerakannya satu persatu. Terapis memberikan dorongan ke arah fleksi dan adduksi pada persendian carpometacarpal sebanyak sepuluh kali pengulangan dengan bertahan pada posisi meregang selama 10 detik.

3.5 Edukasi Edukasi sangat bermanfaat untuk mendukung keberhasilan program terapi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun edukasi yang diberikan terapis pada pasien, yaitu : Fisioterapis memberitahukan kepada pasien untuk melakukan latihan yang telah diberikan, seperti gerak aktif pada jari-jari dan ibu jari, dan pasien dianjurkan untuk mengurangi aktifitas pada ibu jari seperti tidak tidak mengepel, tidak mencuci dan tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat keadaan ibu jari pasien menjadi bertambah parah.

3.6 EvaluasiHasil terapi terakhir dilakukan pada tanggal 19 April 2011 pada pasien bernama Ny X, umur 57 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan diagnosis medis De Quervain sinistra. Setelah dilakukan pelaksanaan fisioterapi dengan modalitas ultra sound diathermy dan stretching selama empat kali terapi, didapatkan hasil :

3.6.1 Evaluasi Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan VDS, didapatkan hasil adanya penurunan skala nyeri gerak fleksi dari 4 menjadi 2 dan gerak abduksi dari 4 menjadi 2.

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Nyeri dengan VDS

SkalaT111-04-11T419-04-11

Nyeri diam11

Nyeri tekan31

Nyeri gerak -ekstensi -abduksi4422

3.6.2Evaluasi Lingkup Gerak SendiHasil evaluasi lingkup gerak sendi dengan goneometer, didapatkan berupa peningkatan luas gerak sendi aktif pada gerak ekstensi dan fleksi kiri dari VF 20-0-15 menjadi VF 40-0-15, dan pasif dari VF 250-00-150 menjadi VF 400-00-150 pada gerak abduksi dan adduksi Aktif kiri dari VS 250-00-00 menjadi VS 400-00-00 dan pasif VS 300-00-00 menjadi VS 450-00-00.

Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi CMC Thumb

PemeriksaanEkstensi & Fleksi kiriSendi CMC ThumbGerak Aktif

T111-04-11T419-04-11

VF 20-0-15VF 40-0-15

Gerak Pasif

T111-04-11T419-04-11

VF 25-0-15VF 40-0-15

Pemeriksaan Abduksi & Adduksi kiriSendi CMC ThumbGerak Aktif

T111-04-11T419-04-11

VS 250-00-00VS 400-00-00

Gerak Pasif

T111-04-11T419-04-11

VS 300-00-00VS 400-00-00

BAB IVPEMBAHASAN HASIL

Pada kasus ini terapis bertemu dengan pasien pada tanggal 11 April 2011 didapatkan pasien perempuan berumur 57 tahun dengan diagnosa Tenosynovitis Carpometacarpal Thumb Sinistra yang mempunyai problematika nyeri tekan pada pergelangan kiri tangan dekat ibu jari, nyeri gerak saat ekstensi dan abduksi ibu jari kiri, keterbatsan LGS ekstensi dan abduksi ibu jari kiri. Setelah mendapatkan terapi sebanyak empat kali didapatkan penurunan nyeri dan peningkatan LGS.

4.1 NyeriPengukuran tingkat nyeri dilihat dengan menggunakan VDS (Verbal Descriptive Scale). Hasil yang dicapai selama terapi pada pemeriksaan VDS adalah nyeri tekan lateral pegelangan ibu jari kiri dari nilai 3 ketentuan VDS berkurang menjadi nilai 1, nyeri gerak aktif ekstensi ibu jari kiri dari nilai 4 ketentuan VDS berkurang menjadi 2, nyeri gerak aktif abduksi ibu jari kiri dari nilai 4 ketentuan VDS berkurang menjadi 2, nyeri gerak pasif ekstensi ibu jari kiri dari nilai 4 ketentuan VDS berkurang menjadi 1, nyeri gerak pasif abduksi ibu jari kiri dari nilai 3 ketentuan VDS berkurang menjadi 1. Penurunan nyeri ini diperoleh dari efek penggunaan terapi latihan stretching. Perkembangan penurunan skala nyeri dengan VDS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1Hasil Evaluasi Nyeri dengan VDSPemeriksaanT111-04-11T213-04-11T315-04-11T419-04-11

Nyeri diam1111

Nyeri tekan lateralibu jari kiri3321

Nyeri gerak aktif ekstensi sendi cmc ibu jari kiri4432

Nyeri gerak aktif abduksi sendi cmc ibu jari kiri4332

Nyeri gerak pasif ekstensi sendi cmc ibu jari kiri4321

Nyeri gerak pasif abduksi sendi cmc ibu jari kiri3321

Grafik 4.1Hasil Evaluasi Nyeri dengan VDS

Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data nyeri dengan VDS sebagai berikut : Untuk nyeri diam dari terapi 1 sampai 4 tidak adanya perubahan hasilnya 1. Untuk nyeri tekan lateral ibu jari kiri dari pada terapi 1 dan 2 sama dengan nilai 3, terapi 3 meningkat menjadi 2 dan pada terapi 4 menjadi 1. Untuk nyeri gerak aktif ekstensi sendi cmc ibu jari kiri dari terapi 1 sampai 2 sama dengan nilai 4, terapi 3 meningkat menjadi 3 dan pada terapi 4 menjadi 2. Untuk nyeri gerak aktif abduksi sendi cmc ibu jari kiri dari terapi 4 dengan nilai 4, terapi 2 dan 3 meningkat menjadi 3 dan pada terapi 4 menjadi 2. Untuk nyeri gerak pasif ekstensi sendi cmc ibu jari kiri dari terapi 1 dengan nilai 4, terapi 2 meningkat dengan nilai 3, terapi 3 meningkat dengan nilai 2, dan pada terapi 4 menjadi 1. Untuk nyeri gerak pasif abduksi sendi cmc ibu jari kiri dari terapi 1 sampai 2 saman dengan nilai 3, terapi 3 meningkat menjadi 2, dan pada terapi 4 menjadi 1.

4.2 Lingkup Gerak SendiPemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dilakukan dengan menggunakan goniometer dan dilakukan pada sendi carpomatacarpal kiri secara aktif dan pasif. Pengukuran lingkup gerak sendi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa luas pergerakan sendi tersebut. Setelah mengikuti terapi sebanyak empat kali, pasien mengalami peningkatan lingkup gerak sendi pada sendi cmc ibu jari kiri sebagai berikut :

Tabel 4.2Hasil Evaluasi LGS pada Sendi CMC Ibu Jari KiriLGST111-04-11T213-04-11T315-04-11T419-04-11

AktifVF 200-00-150VS 250-00-00VF 300-00-150VS 300-00-00VF 350-00-150VS 350-00-00VF 400-00-150VS 400-00-00

PasifVF 250-00-150VS 300-00-00VF 300-00-150VS 350-00-00VF 350-00-150VS 350-00-00VF 400-00-150VS 400-00-00

KeteranganAktif :Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data LGS sebagai berikut : Aktif dari pertemuan 1 untuk ekstensi dan fleksi VF 200-00-15,pertemuan 2 untuk ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 300-00-150, pertemuan 3 untuk ektensi berubah dan fleksi tetap VF 350-00-150, petemuan 4 untuk ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 400-00-150. Untuk abduksi dan adduksi pertemuan 1 VS 250-00-00, pertemuan 2 abduksi berubah dan adduksi tetap VS 300-00-00, pertemuan 3 abduksi berubah dan adduksi tetap VS 350-00-00, pertemuan 4 abduksi berubah dan adduksi tetap VS 400-00-00. Pasif :Pasif dari pertemuan 1 untuk ekstensi dan fleksi VF 250-00-150, pertemuan 2 untuk ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 300-00-150, pertemuan 3 untuk ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 350-00-150, pertemuan 4 ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 400-00-150. Untuk abduksi dan adduksi pertemuan 1 VS 300-00-00, pertemuan 2 untuk abduksi berubah dan adduksi tetap VS 350-00-00, pertemuan 3 untuk abduksi dan adduksi tetap VS 350-00-00, pertemuan 4 untuk abduksi berubah dan adduksi tetap VS 400-00-00.BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan Pemasalahan yang timbul pada kondisi ini diantaranya, (1) adanya nyeri gerak pada akhir gerakan ekstensi dan abduksi thumb, (2) keterbatasan lingkup gerak sendi pada thumb saat gerakan ekstensi dan abduksi thumb (3) keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dari permasalahan yang timbul maka diperlukan tujuan terapi yang terdiri dari, (1) mengurang nyeri dan (2) meningkatkan lingkup gerak gerak sendi.Dari hasil terapi akhir yang dilakukan selama empat kali terhadap Ny. X, umur 57 Tahun dengan diagnose De Quervain Sindrome Sinistra dengan pemberian modalitas ultra sound diathermi dan stretching, diperoleh hasil sabagai berikut :1) NyeriSetelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data nyeri berkurang : Untuk nyeri diam dari 1 dan 4 tidak adanya perubahan hasilnya 1. Untuk nyeri tekan terapi 1 nilai 3, dan pada terapi 4 menjadi 1. Untuk nyeri gerak terapi 1 dengan nilai 4 dan terapi 4 menjadi 2. Untuk nyeri gerak aktif abduksi terapi 1 dengan nilai 4 dan terapi 4 menjadi 2. Untuk nyeri gerak pasif ekstensi terapi 1 dengan nilai 4 dan pada terapi 4 menjadi 1. Untuk nyeri gerak pasif abduksi terapi 1 dengan nilai 3 dan pada terapi 4 menjadi 1.2) LGSAktif :Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pertemuan diperoleh data LGS sebagai berikut : Aktif pertemuan 1 ekstensi dan fleksi VF 200-00-15 dan petemuan 4 ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 400-00-150. Abduksi dan adduksi pertemuan 1 VS 250-00-00 dan pertemuan 4 abduksi berubah dan adduksi tetap VS 400-00-00. Pasif :Pasif dari pertemuan 1 ekstensi dan fleksi VF 250-00-150 dan pertemuan 4 ekstensi berubah dan fleksi tetap VF 400-00-150. Abduksi dan adduksi pertemuan 1 VS 300-00-00 dan pertemuan 4 abduksi berubah dan adduksi tetap VS 400-00-00. Telah disimpulkan diatas maka pemberian ultra sound diathermi dan stretching pada kondisi De Quervain Syndrome Sinistra sangat cocok diberikan pada kondisi ini.

5.2 Saran Untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal dan mencegah kecacatan yang mungkin terjadi, maka pasien harus melakukan terapi yang telah diberikan dokter maupun fisioterapis. Adapun saran yang dapat terapis berikan kepada pasien dengan kondisi Dequervain sinistra ini antara lain : (1) pasien disarankan untuk memakai bandage untuk mengistirahatkan ibu jarinya, (2) pasien diminta untuk mengurangi atau tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat keadaan ibu jari pasien menjadi bertambah parah pembebanan ataupun aktifitas berupa penekanan yang berlebihan pada ibu jari kiri seperti mencuci, memeras pakaian, mengiris bawang, mengepel dan lain-lain, (3) pasien dianjurkan untuk secara aktif menggerakan pada jari-jari dan ibu jari.http://divtrocketmail-chore.blogspot.com/2011/06/de-quervain-syndrome-dengan-modalitas.html