dedeh sri sudaryanti

23
1 THE INFLUENCE OF AGENCY COST, MARKET RISK, AND INVESTMENT OPPORTUNITIES ON DIVIDEND POLICY (Study on companies which is listed on Indonesia Stock Exchange during 2005-2008 observation period) By : Dedeh Sri Sudaryanti Universitas Padjadjaran Bandung Abstract This research to analyses influence between agency cost which is proxies by the percentage of ownership stock by various clusters namely institutional ownership, insider ownership, and ownership dispersion ( ownership stock by public), market risk (beta), and investment opportunities to dividend policy. Population in this research is all company which is listed on Indonesia Stock Exchange during 2005 2008 observation period with sampling technique use purposive sampling. This research designed as descriptive research and verifikatif with data type applied in this research is secondary data. Data is analysed by using panel data regression analysis and statistically hypothesis tested with F test and test t. Result of research and testing of hypothesis indicates that in simultan variable institutional ownership, insider ownership, and ownership dispersion ( public), market risk, and opportunity of investment influential signifikan to dividend policy. Partially institutional ownership, ownership dispersion ( public), and investment opportunity influential positive and signifikan to dividend policy on α = 0,05, insider ownership influential positive and signifikan at α = 0,1, while beta is having an effect on positive but doesn't signifikan. Key words : agency cost, beta, investment opportunities, dividend

Upload: berlin-zizah

Post on 24-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    THE INFLUENCE OF AGENCY COST, MARKET RISK, AND INVESTMENT

    OPPORTUNITIES ON DIVIDEND POLICY

    (Study on companies which is listed on Indonesia Stock Exchange

    during 2005-2008 observation period)

    By : Dedeh Sri Sudaryanti

    Universitas Padjadjaran

    Bandung

    Abstract

    This research to analyses influence between agency cost which is proxies by the

    percentage of ownership stock by various clusters namely institutional ownership,

    insider ownership, and ownership dispersion ( ownership stock by public), market

    risk (beta), and investment opportunities to dividend policy. Population in this

    research is all company which is listed on Indonesia Stock Exchange during 2005 2008 observation period with sampling technique use purposive sampling. This

    research designed as descriptive research and verifikatif with data type applied in

    this research is secondary data. Data is analysed by using panel data regression

    analysis and statistically hypothesis tested with F test and test t. Result of research

    and testing of hypothesis indicates that in simultan variable institutional ownership,

    insider ownership, and ownership dispersion ( public), market risk, and opportunity

    of investment influential signifikan to dividend policy. Partially institutional

    ownership, ownership dispersion ( public), and investment opportunity influential

    positive and signifikan to dividend policy on = 0,05, insider ownership influential positive and signifikan at = 0,1, while beta is having an effect on positive but doesn't signifikan.

    Key words : agency cost, beta, investment opportunities, dividend

  • 2

    PENGARUH AGENCY COST, RISIKO PASAR, DAN KESEMPATAN

    INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

    (studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    periode 2005-2008)

    By : Dedeh Sri Sudaryanti

    Universitas Padjadjaran

    Bandung

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara

    agency cost yang diproksikan dengan ukuran prosentase kepemilikan saham oleh

    berbagai kelompok yakni institutional ownership, insider ownership, dan ownership

    dispersion (kepemilikan saham oleh publik), risiko pasar (beta), dan kesempatan

    investasi terhadap kebijakan dividen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode laporan keuangan tahun

    2005 2008 dengan teknik sampling purposive sampling. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dan verifikatif dengan jenis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah data sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis

    regresi data panel dan secara statistik hipotesis diuji dengan uji F dan uji t. Hasil

    penelitian dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel

    institutional ownership, insider ownership, dan ownership dispersion (publik), risiko

    pasar, dan kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

    Secara parsial institutional ownership, ownership dispersion (publik), dan

    kesempatan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen = 0,05, insider ownership berpengaruh positif dan signifikan pada = 0,1, sedangkan beta berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.

    Kata kunci : agency cost, beta, kesempatan investasi, dividen

  • 3

    PENDAHULUAN

    Secara umum perusahaan-perusahaan yang ada saat ini memiliki karakteristik

    adanya pemisahan antara pemilik (owner) dan pihak manajerial. Pemilik mempunyai

    agen atau pihak yang dipercaya untuk mengelola dananya dalam perusahaan yaitu

    para pengelola atau manajer. Para pengelola atau manajer ini sebagai pihak

    manajerial yang menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.

    Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan laba perusahaan, kemakmuran

    pemegang sahamnya dan memaksimumkan nilai perusahaan. Perusahaan yang

    dikelola oleh para manajer diharapkan oleh pemilik untuk menghasilkan keuntungan

    yang tinggi dan memberikan keuntungan tersebut kepada pemilik sebagai

    konsekuensi modal yang telah diberikan pada perusahaan. Untuk perusahaan yang

    telah go public dan mencatatkan sahamnya pada bursa efek, hasil yang diberikan oleh

    perusahaan pada pemilik (pemegang saham) tersebut dikenal dengan sebutan dividen.

    Para pemilik modal mengharapkan pembayaran dividen yang tinggi, namun

    terkadang pengelola perusahaan atau manajer memiliki kepentingan lain tentang

    pembayaran dividen yang berbeda dengan kepentingan para pemilik.

    Berkaitan dengan hal di atas, perusahaan dihadapkan pada suatu permasalahan

    keputusan tentang kebijakan dividen yang diberikan kepada pemegang saham.

    Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

    dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk

    laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.

    Direktur Pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI), Eddy Sugito menyatakan

    BEI sudah merampungkan rancangan revisi aturan pencatatan (listing) emiten. Aturan

    tersebut memuat ketentuan baru yang belum tertuang dalam aturan lama, diantaranya

  • 4

    soal pembagian dividen. Dalam rancangan aturan yang baru, emiten yang

    mendapatkan laba bersih dan mampu membagikan dividen wajib membagikan

    dividen minimal satu kali dalam tiga tahun (Fitri Nur Arifenie. KOMPAS.com/6 Mei

    2009).

    Ketika memutuskan berapa banyak laba yang harus didistribusikan kepada

    para pemegang saham, para manajer keuangan harus senantiasa ingat bahwa sasaran

    perusahaan adalah memaksimumkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio

    pembayaran sasaran (target payout ratio) sebaiknya berdasarkan pada preferensi

    investor untuk dividen versus capital gain. Variasi opini yang berkembang dalam

    pernyataan tersebut dijelaskan dalam teori kebijakan dividen, bahwa preferensi

    investor terhadap dividen bertingkat antara pihak yang menginginkan rasio

    pembayaran dividen yang tinggi (bird-in-the-hand theory), kebijakan dividen yang

    tidak relevan (dividend irrelevance theory) dan pendapat yang mengatakan bahwa

    investor mungkin akan lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah (teori

    preferensi pajak). (Brigham dan Houston, 2006: 69).

    Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan

    hidup dan pertumbuhan perusahaan. Sehingga aturan tentang kewajiban pembagian

    dividen ini mengundang berbagai reaksi. Direktur Utama Reliance Securities, Orias

    Petrus Moedak menilai pembagian dividen tergantung keputusan Rapat Umum

    Pemegang Saham (RUPS). Sebab, hanya pemegang saham dan manajemen si emiten

    yang mengetahui kondisi perusahaan. Bisa saja suatu emiten memperoleh laba tetapi

    memutuskan tidak membagi dividen karena membutuhkan dana segar untuk

    membiayai proyek baru (keperluan investasi). Orias juga menyatakan, emiten yang

    membagikan dividen besar-besaran memperlihatkan perusahaan tersebut tidak kreatif,

  • 5

    menunjukkan perusahaan tidak memiliki rencana ekspansi bisnis (Fitri Nur Arifenie.

    KOMPAS.com/6 Mei 2009).

    Dengan demikian laba tidak seluruhnya dibagikan kedalam bentuk dividen

    namun perlu disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Besar kecilnya dividen yang

    akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing

    perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen pada RUPS sangat diperlukan.

    Dengan demikian, perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-

    faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen yang akan ditetapkan

    perusahaan.

    Berkaitan dengan kebijakan pembayaran dividen tersebut dalam konteks

    manajemen keuangan terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda

    kepentingan, yaitu antara kepentingan pihak pemegang saham, manajer, dan pihak

    perusahaan sendiri. Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan

    perusahaan, agar perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu

    memaksimumkan nilai perusahaan (kemakmuran pemegang saham). Yang menjadi

    pertanyaan adalah apakah manajer akan bertindak konsisten dengan tujuan

    memakmurkan pemegang saham, tujuan yang dibebankan oleh pemegang saham

    kepada manajer? Sebab selain tujuan yang dibebankan oleh pemegang saham,

    manajer juga memiliki tujuan sendiri yang bukan tidak mungkin kadang-kadang

    bertentangan dengan tujuan pemegang saham. Misalnya, dalam kebijakan dividen,

    manajer lebih menyukai dividen dibagikan dalam jumlah yang kecil sebab pembagian

    dividen akan mengurangi jumlah dana yang dikuasai oleh manajer (free cash flow),

    dan sebaliknya pemegang saham lebih menyukai dividen yang besar sebab akan

    menambah kemakmuran mereka. Konflik kepentingan antara pemegang saham

  • 6

    dengan manajer ini dikenal dengan teori keagenan (agency theory) (Brigham dan

    Houston, 2006 : 26). Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen terutama

    akan berkaitan dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Bagian

    laba yang dibagikan akan mengurangi dana internal yang dapat digunakan untuk

    memperbesar skala usaha perusahaan dengan investasi.

    Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa perusahaan

    yang memisahkan fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan akan rentan

    terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajemen dengan pemegang

    saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan 1) aktivitas

    pencarian dana (financing decision), dan 2) pembuatan keputusan yang berkaitan

    dengan cara untuk menginvestasikan dana tersebut. Selain itu, agency problem akan

    terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari

    100%, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya

    dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai perusahaan dalam pengambilan

    keputusan.

    Jensen dan Meckling (1976) menyatakan konflik kepentingan antara

    manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) dapat diminimalkan dengan suatu

    mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut.

    Dampak dari adanya mekanisme pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut

    sebagai agency cost, yang meliputi monitoring cost, bonding cost, dan residual

    losses. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk

    memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol

    perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk menetapkan

    rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi.

  • 7

    Sementara bonding cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agen untuk

    menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak

    untuk kepentingan prinsipal, misalnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk

    menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya

    akan mengijinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi

    monitoring cost. Sedangkan residual loss timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen

    kadangkala berbeda dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal.

    Meythi (2005) menyatakan ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency

    cost yaitu : pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak

    manajerial (insider ownership) sehingga dapat menyejajarkan kepentingan pemilik

    dengan manajer (Jensen dan Meckling, 1976), kedua, dengan meningkatkan

    kepemilikan institusional sebagai agen pengawas (monitoring agents), ketiga, dengan

    kebijakan dividen sehingga tidak tersedia banyak free cash flow dan manajemen

    terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya, keempat,

    meningkatkan pendanaan melalui hutang. Dengan penggunaan hutang maka

    perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman.

    Hal ini dapat mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna

    membiayai kegiatan yang tidak optimal, kelima, dengan tingkat risiko. Pada tingkat

    risiko tinggi perusahaan kesulitan mengawasi kondisi eksternal sehingga

    meningkatkan kepemilikan manajerial sebagai cara untuk mengawasi kondisi

    internal, keenam, dengan kebijakan insentif bagi manajer sehingga termotivasi untuk

    meningkatkan kemakmuran pemilik dan memperketat pengawasan terhadap

    perusahaan, ketujuh, dengan menggunakan aliansi dengan kreditor sehingga

  • 8

    perusahaan dapat memperoleh dana dengan bunga yang ringan, kedelapan, manajer

    memahami bagaimana peran-perannya.

    Berdasarkan penjelasan mengenai munculnya agency problem, agency cost

    dan mekanisme untuk mengurangi agency cost tersebut, penelitian ini bermaksud

    menunjukkan variabel-variabel pembentuk konsep agency costs, dengan tujuan untuk

    menggambarkan lebih jelas pengaruh variabel-variabel tersebut dalam kebijakan

    dividen perusahaan. Karena agency costs tidak dapat diobservasi secara langsung

    maka dibutuhkan proksi yang diperkirakan mempengaruhi agency costs. Penelitian

    ini menggunakan beberapa variabel sebagai proksi agency costs yang terkait dalam

    teori agensi yaitu institutional ownership (kepemilikan institsional), insider

    ownership (kepemilikan manajerial), dan dispersion of ownership (penyebaran

    kepemilikan).

    Jumlah agency costs banyak dipengaruhi oleh insider ownership, yaitu

    kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. Penambahan

    jumlah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen, akan dapat

    menyelaraskan keinginan antara pihak manajemen dengan pemegang saham termasuk

    juga didalamnya kebijakan pembayaran dividen (Jensen dan Meckling, 1976).

    Dengan adanya peningkatan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen,

    diharapkan agar pihak manajerial akan lebih merasakan dampak langsung dari

    pengambilan keputusan yang dilakukannya menyangkut perusahaan apakah akan

    menguntungkan atau bahkan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan

    keputusan yang salah.

    Rozeff (1982) mengemukakan peranan insider sebagai orang yang memantau

    manajer. Perusahaan melakukan pembayaran dividen yang tinggi ketika insider

  • 9

    memiliki sebagian kecil jumlah saham perusahaan. Hal ini mendukung pandangan

    bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari pemantauan optimum perusahaan dan

    berfungsi mengurangi agency costs.

    Kepemilikan institusional dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi

    agency cost antara pemegang saham dengan manajer. Kepemilikan institusional

    didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki

    oleh lembaga, seperti asuransi, koperasi, bank, atau institusi lain. Peningkatan

    aktivitas investor institusional dalam melakukan pengawasan terjadi karena adanya

    suatu kenyataan bahwa kepemilikan saham oleh institusional yang signifikan telah

    meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan tindakan secara kolektif.

    DSouza dan Saxena (1999) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional yang

    tinggi akan menurunkan dividend payout ratio.

    Mekanisme pengawasan lain yang perlu dipertimbangkan yaitu proporsi

    kepemilikan saham pemegang saham di perusahaan. Rozeff (1982) berpendapat

    bahwa monitoring manajer oleh pemegang saham diartikan dengan kepemilikan yang

    menyebar (dispersion ownership), semakin banyak jumlah pemegang saham, maka

    kepemilikannya semakin menyebar. Bahwa ketika jumlah pemegang saham

    bertambah, maka masalah agency costs menjadi semakin tinggi, kebutuhan untuk

    memantau tindakan manajer juga tinggi. Jika dividen dapat mengurangi masalah ini

    maka diharapkan terdapat hubungan antara jumlah pemegang saham umum dengan

    rasio pembayaran dividen.

    Aturan baru pencatatan (listing) emiten di BEI selain kewajiban pembagian

    dividen minimal satu kali dalam tiga tahun, adalah soal minimal saham free float atau

    saham yang beredar di pasar. Emiten harus menjaga jumlah saham publik sebanyak

  • 10

    minimal 20 persen modal disetor dan minimal harus 100 juta saham. Ini berarti

    jumlah saham free float bakal makin banyak (Fitri Nur Arifenie. KOMPAS.com/6

    Mei 2009).

    Banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengaruh agency cost terhadap

    kebijakan dividen, tetapi beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil yang

    berbeda, beberapa diantaranya: Rozeff (1982), Collins et. al. (1996), serta Kania dan

    Bacon (2005) menyimpulkan bahwa insider ownership berhubungan negatif

    terhadap dividen. Berbeda dengan Kumar (2003), yang melakukan

    penelit ian pada perusahaan manufaktur di India dan Han et.al. (1999) menemukan

    bukti bahwa insider ownership berhubungan positif terhadap kebijakan dividen. Hasil

    yang sama dibuktikan oleh Manos (2002) dan Kartika (2005), bahwa insider

    ownership berhubungan positif terhadap dividen. Bahwa semakin tinggi insider

    ownership, menyebabkan dividen yang dibagikan juga makin tinggi. Hal ini

    menyiratkan bahwa manajemen cenderung bertindak sesuai teori bird-in-the hand.

    Perilaku manajer mengarah pada dividen yang relatif tinggi sebagai return atas

    kepemilikan saham. Sedangkan Barney dan Dwayne (1994) menemukan bukti lain

    yang berbeda bahwa insider ownership berhubungan secara nonmonotonic terhadap

    kebijakan dividen, bahwa pada tingkat insider ownership rendah berhubungan negatif

    terhadap kebijakan dividen sedangkan pada tingkat insider ownership tinggi

    berhubungan positif terhadap kebijakan dividen.

    Bukti yang berbeda juga ditemukan pada variabel institutional ownership.

    Kouki dan Guizani (2009), DSouza dan Saxena (1999), dan Kumar (2003)

    menemukan bukti bahwa institutional ownership berhubungan negatif dan signifikan

    terhadap kebijakan dividen. Bahwa institutional ownership yang lebih tinggi akan

  • 11

    menurunkan dividend payout ratio. Berbeda dengan Manos (2002) dan Han et.al.

    (1999) yang menyimpulkan bahwa institutional ownership berhubungan positif

    terhadap dividen.

    Ownership dispersion (penyebaran kepemilikan saham, yang sebagian besar

    dimiki oleh masyarakat umum) ditemukan berhubungan positif dengan kebijakan

    dividen (Manos : 2002) dan Rozeff (1982). Bahwa meningkatnya penyebaran

    kepemilikan akan meningkatkan aksi kolektif pengawasan. Dengan demikian

    hubungan antara agency cost dan kebijakan dividen masih menarik, open question.

    Selain agency cost, yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah risiko pasar

    (market risk). Rozeff (1982), DSouza dan Saxena (1999), serta Collins et.al. (1996)

    dalam penelitiannya menggunakan beta sebagai indikator risiko pasar dan

    menyimpulkan terdapat hubungan negatif antara risiko pasar terhadap kebijakan

    dividen. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen juga dipengaruhi oleh risiko

    pasar.

    Peningkatan beta mencerminkan semakin tingginya risiko pasar. Semakin

    tinggi tingkat risiko yang harus ditanggung perusahaan, maka akan semakin sulit bagi

    perusahaan tersebut untuk memperoleh dana eksternal. Sehingga, perusahaan harus

    membiayai kebutuhan investasinya dengan menggunakan dana internal, sehingga

    dividen yang dibagikan menjadi semakin kecil. (Reni dan Achmad : 2006).

    Sesuai teori risk dan return, semakin tinggi tingkat risiko suatu perusahaan

    maka semakin besar return yang diinginkan oleh investor. Apabila risiko yang

    semakin tinggi tidak diimbangi dengan return yang tinggi pula, maka tidak akan

    pernah ada investor yang mau berinvestasi di perusahaan tersebut.

  • 12

    Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko yang

    dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau tidak dapat

    dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar

    (systematic risk), yakni risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi. Risiko yang

    dapat didiversifikasi disebabkan disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara

    hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, dan peristiwa-

    peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak,

    pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan

    melakukan diversifikasi - peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan

    akan dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Risiko pasar

    (market risk), di lain pihak, berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis

    mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi, resesi, dan tingkat suku

    bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh

    faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi.

    (Brigham dan Houston, 2006 : 238)

    Dalam keputusan pembagian dividen perlu dipertimbangkan pula

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Setiap entitas bisnis dalam

    menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern.

    Pertumbuhan yang selalu meningkat serta bertambahnya nilai aset perusahaan

    diharapkan tercapai sesuai dengan ekspektasi atau peramalan perusahaan.

    Pertumbuhan perusahaan menurut Smith dan Watts (1992) dalam Adam dan Goyal

    (2007) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan

    investasi (IOS : Investments Opportunity Set).

  • 13

    Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan lebih banyak dana

    karena terdapat banyak kesempatan invesatasi. Perusahaan harus menentukan dari

    mana dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut, apakah dibiayai

    dari hutang, atau dari modal sendiri (ekuitas), atau kombinasi dari keduanya. Bila

    kebijakan pendanaan yang diambil adalah kebijakan leverage rendah maka biasanya

    perusahaan harus membayarkan dividen rendah pula agar perusahaan dapat menahan

    diri dari penerbitan saham baru yang membutuhkan biaya penerbitan dan pemasaran

    sekuritas. Werner (2008) menyatakan perusahaan yang memiliki kesempatan

    investasi yang tinggi akan memanfaatkannya untuk mengembangkan perusahaan

    guna meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham. Pemanfaatan kesempatan

    investasi tersebut membutuhkan sumber pendanaan yang salah satunya didapat dari

    laba yang disisihkan untuk keperluan investasi.

    Beberapa peneliti telah menemukan bukti adanya hubungan antara set

    kesempatan investasi dengan kebijakan pendanaan dan kebijakan deviden. Beberapa

    penelitian menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang bertumbuh cenderung memilih

    pendanaan dengan hutang lebih rendah, yang berarti memiliki hutang relatif lebih

    kecil dalam struktur modalnya, juga kebijakan deviden yang lebih rendah

    dibandingkan perusahaan yang tidak bertumbuh.

    Gaver dan Gaver (1993) menggunakan data pada level perusahaan, serta

    menggunakan gabungan enam proksi untuk mengukur set kesempatan investasi,

    menemukan bukti bahwa perusahaan bertumbuh memiliki dividend yields yang lebih

    rendah dibanding perusahaan yang tidak bertumbuh.

    Berarti, investment opportunities memainkan peran penting di dalam

    corporate finance. Bauran dari asset yang dimiliki (asset in place) dan peluang

  • 14

    investasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan, maturity dan struktur

    perjanjian atas kontrak hutang, kebijakan dividen perusahaan, kontrak kompensasi,

    dan kebijakan-kebijakan akuntansi. (Adam dan Goyal : 2007).

    Tertarik dengan hal tersebut, fokus penelitian ini adalah menguji Pengaruh

    Agency Cost, Risiko Pasar, dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan

    Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-

    2008.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan pendekatan ilmu ekonomi yang memfokuskan pada

    bidang Manajemen Keuangan. Secara lebih khusus lagi penelitian ini merupakan

    pendekatan pada aspek agency cost, risiko pasar, dan kesempatan investasi terhadap

    kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

    tahun 2005 - 2008. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dan

    verifikatif melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menggunakan data

    sekunder. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

    deskriptif tentang agency cost, risiko pasar, kesempatan investasi, dan kebijakan

    dividen. Penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel

    melalui suatu pengujian hipotesis.

    Data sekunder yang diambil berupa data times series dan cross sectional

    selama periode tahun 2005 2008 yaitu: laporan keuangan, catatan atas laporan

    keuangan, dan data lain yang bersumber dari: Indonesian Capital Market Directory

    tahun 2008 yang diperoleh dari Perpustakaan dan Pusat Informasi Ilmiah Fakultas

  • 15

    Ekonomi UNPAD, jsx statistic, fact book dari www.jsx.com dan pojok BEI ITB

    Bandung, annual report yang telah dipublikasi melalui www.idx.co.id.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Common effect model yang digunakan sebagai estimasi data panel

    menghasilkan kesimpulan bahwa variabel independen, yaitu Agency Cost yang

    diproksikan dengan Institutional Ownership, Insider Ownership dan ukuran

    penyebaran kepemilikan saham (kepemilikan saham oleh Publik), Risiko Pasar

    (Beta), dan Kesempatan Investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

    Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio). Metode Generalized Least Square

    (cross-section weighted) digunakan untuk mengatasi masalah adanya heteroskedastis.

    Berikut output Eviews 5.1 hasil pengolahan data:

    Tabel Output Regresi

    Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

    C -406.8666 189.4243 -2.147911 0.0336

    INST? 4.481682 1.896633 2.362967 0.0196

    INSH? 3.322913 1.882422 1.765233 0.0799

    PUBLIK? 4.302488 1.902244 2.261796 0.0254

    BETA? 0.268931 0.562413 0.478173 0.6333

    MBASS? 1.582598 0.746629 2.119657 0.0359

    Weighted Statistics

    R-squared 0.661315 Mean dependent var 52.99407

    Adjusted R-squared 0.648288 S.D. dependent var 34.04365

    S.E. of regression 20.18968 Sum squared resid 52991.03

    F-statistic 50.76741 Durbin-Watson stat 1.146760

    Prob(F-statistic) 0.000000

  • 16

    Berdasarkan output regresi tersebut diperoleh estimasi model empiris

    sebagai berikut:

    DPR = -406.8666 + 4.481682 INST + 3.322913 INSH + 4.302488 PUBLIK +

    0.268931 BETA + 1.582598 M/B ASS

    Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R2 sebesar 0,661315 yang berarti

    bahwa variabel independen yang digunakan dalam model ini dapat menerangkan 66%

    terhadap variabel dependennya, sedangkan sisanya sebesar 34% dipengaruhi oleh

    variabel lain di luar model. Probabilitas F hitung menunjukkan hasil tersebut adalah

    signifikan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang ditetapkan dalam penelitian

    ini. Berdasarkan estimasi model di atas:

    1. Kenaikan Institutional Ownership memberikan kontribusi yang positif terhadap

    kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 4,481682 Jadi setiap kenaikan

    Institutional Ownership sebesar 1 % akan meningkatkan Dividend Payout Ratio

    sebesar 4,48 %. Berdasarkan probabilitas t-Statistic < 0,05 menunjukkan

    pengaruh yang signifikan.

    2. Variabel Insider Ownership memberi kontribusi yang positif terhadap Dividend

    Payout Ratio sebesar 3,322913. Jadi setiap kenaikan Insider Ownership sebesar

    1% akan menurunkan Dividend Payout Ratio sebesar 3,32%. Berdasarkan

    probabilitas t-Statistic, menunjukkan pengaruh yang signifikan pada = 0,1.

    3. Variabel kepemilikan saham oleh publik memberi kontribusi yang positif

    terhadap kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 4,302488. Jadi setiap kenaikan

    kepemilikan saham oleh publik sebesar 1 % akan meningkatkan Dividend Payout

    Ratio sebesar 4,30 %. Berdasarkan probabilitas t-Statistic < 0,05 menunjukkan

    pengaruh yang signifikan.

  • 17

    4. Variabel Beta memberi kontribusi yang positif terhadap Dividend Payout Ratio

    sebesar 0,268931. Jadi setiap penurunan beta sebesar satu akan meningkatkan

    Dividend Payout Ratio sebesar 0,27 %. Berdasarkan probabilitas t-Statistic > 0,05

    menunjukkan pengaruh tidak signifikan.

    5. Variabel Kesempatan Investasi memberi kontribusi yang positif terhadap

    Dividend Payout Ratio sebesar 1,582598. Jadi setiap kenaikan sebesar 1 dari

    kesempatan investasi akan meningkatkan Dividend Payout Ratio sebesar 1,58 %.

    Berdasarkan probabilitas t-Statistic < 0,05 menunjukkan pengaruh yang

    signifikan.

    KESIMPULAN

    1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara institutional ownership, insider

    ownership, kepemilikan saham oleh publik, beta, dan kesempatan investasi

    terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Burs Efek

    Indonesia periode tahun 2005 2008.

    2. Uji t atas pengaruh Institutional Ownership terhadap Kebijakan Dividen

    menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan diantara keduanya.

    Berdasarkan hal ini dapat dinyatakan bahwa tax-based hypothesis berlaku di pasar

    modal Indonesia dimana investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan

    capital gain. Hal ini disebabkan investor di Indonesia yang kurang menyukai

    risiko dan lebih menyukai kepastian. Selain hal itu, juga disebabkan tipe

    kepemilikan large shareholder di Indonesia merupakan institusional sehingga

    manajer mendistribusikan dividen lebih tinggi.

  • 18

    3. Pengaruh pengujian pengaruh Insider Ownership terhadap kebijakan dividen

    menunjukkan terdapat pengaruh yang positif akan tetapi tidak signifikan pada =

    0,05 (signifikan pada = 0,1). Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku manajer

    mengarah kepada bird-in-the-hand theory, sebagai dampaknya perusahaan

    memiliki sumber dana internal relatif rendah.

    4. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh penyebaran kepemilikan saham

    (kepemilikan saham oleh publik) terhadap kebijakan dividen menunjukkan

    terdapat pengaruh yang positif signifikan pada = 0,05. Bahwa meningkatnya

    penyebaran kepemilikan saham akan meningkatkan aksi kolektif pemantauan

    pengelolaan perusahaan sehingga dibutuhkan dividen sebagai alat pemantauan

    pasar modal.

    5. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh Beta terhadap kebijakan dividen

    menunjukkan terdapat pengaruh yang positif akan tetapi tidak signifikan.

    Berdasarkan teori risk and return, semakin tinggi tingkat risiko suatu perusahaan

    maka akan semakin besar return yang diinginkan oleh investor. Apabila risiko

    yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan return yang tinggi pula, maka tidak

    akan pernah ada investor yang mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Return

    perusahaan bisa berupa dividen ataupun capital gain. Namun berdasarkan pada

    bird-in-the-hand theory, investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan

    capital gain. Dengan demikian semakin tinggi risiko pasar maka dividend payout

    makin tinggi.

    6. Berdasarkan pengujian pengaruh variabel Kesempatan Investasi terhadap Dividen

    Payout Ratio menunjukkan terdapat pengaruh yang positif signifikan antara

    Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen. Rasio dividen yang tinggi

  • 19

    ketika kesempatan investasi juga tinggi adalah merupakan cara manajemen untuk

    menggambarkan kondisi perusahaan yang bagus dan profitable sehingga dapat

    ditindaklanjuti pihak eksternal sebagai informasi yang bagus sehingga

    memungkinkan perusahaan memperoleh dana dari pihak eksternal untuk

    membiayai peluang investasi tersebut.

    SARAN-SARAN

    1. Secara simultan variabel penelitian yaitu Institutional Ownership, Insider

    Ownership, kepemilikan saham oleh Publik, Risiko Pasar, dan Kesempatan

    Investasi secara signifikan mempengaruhi Kebijakan Dividen, sehingga bagi

    manajemen variabel-variabel ini bisa dijadikan pertimbangan ketika akan

    membuat kebijakan dividennya.

    2. Terdapat pengaruh positif signifikan antara Institutional Ownership bisa dijadikan

    pegangan bagi investor terutama bagi tipe penghindar risiko untuk memilih

    saham-saham yang memiliki kepemilikan saham institusional tinggi karena

    perusahaan tersebut akan membayarkan dividen yang lebih besar dibandingkan

    perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusionalnya rendah.

    3. Saran untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini:

    Penelitian ini menggunakan periode waktu 4 tahun yaitu periode 2005 2008,

    dengan menggunakan lima variabel independen. Untuk itu dalam penelitian

    mendatang bisa digunakan periode waktu yang lebih lama dan menggunakan

    variabel independen yang lebih banyak sehinga dapat lebih menggambarkan

    faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Adam, Tim & Goyal, Vidhan K. 2007. The Investment Opportunity Set and Its Proxy

    Variables. Work paper melalui [04/03/2009]

    Agustina M. Norpratiwi. (tanpa tahun). Analisis Korelasi Invstment Opportunity Set

    Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan).

    Melalui [26/02/2009]

    Anil, Kanwal & Kapoor, Sujata. 2008. Determinants of Dividend Payout Ratios- A

    Study of Indian Information Technology Sector. International Research

    Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887, Issue 15.

    http://www.eourojournals.com/finance.htm.

    Ardi Hamzah. (tanpa tahun). Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas,

    Solvabilitas Dan Investment Opportunity Set Dalam

    Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang

    Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (Bej) Tahun 2001 2005. Melalui [26/02/2009]

    Barney Jr. & Dwayne L. 1994. Using Dividend Policy and Managerial Ownership to

    Reduce Agency Cost. Journal of Financial Research, September 22.

    Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2006. Fundamentals of Financial

    Management. Tenth Edition (Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh),

    Buku I. Terjemahan dari : Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat.

    Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2006. Fundamentals of Financial

    Management. Tenth Edition (Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh),

    Buku II. Terjemahan dari : Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat.

    Collins, M. Corry, Saxena, Atul K, Wansley, James W. 1996. The Role of Insider

    and Dividend Policy: A Comparison of Regulated and Unregulated

    Firms.Journal of Financial and Strategic Decisions, Volume 9, No. 2.

    DSouza, Juliet & Saxena, Atul K. 1999. Agency Cost, Market Risk, Investment Opportunities and Dividend Policy An International Perspective. Managerial Finance, Volume 25, Number 6, pp. 35-45.

    Easterbrook, Frank H. 1984. Two Agency-Cost Explanations of Dividends The

    American Economic Review. Volume 74, No. 4, pp.650-659.

  • 21

    Farinha, Jorge & Foronda, Oscar Lopez de. 2005 The Relation Between Dividends

    and Insider Ownership in Different Legal System: International Evidence.

    Melalui

    [13/09/2008]

    Fitri Nur Arifenie. Emiten Saham Wajib Bagikan Dividen. Melalui

    [4/06/2009]

    Fuller, Kathleen & Goldstein, Michael. 2003. Dividend Policy and Market

    Movements. Melalui [13/09/2008]

    Gaver, Jennifer J, & Gaver, Kenneth M. 1993. Additional Evidence on The

    Association Between The Investment Opportunity Set and Corporate

    Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal of Accounting and

    Economics, Vol. 16, pp 125160.

    Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics, 4th

    . Singapore: McGraw-Hill,

    International Edition.

    Gunoro Nupikso. 2001. Hubungan antara Insider Ownership, Kebijakan Debt dan

    Dividen (Studi Kasus Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

    Jakarta). E-Journal online melalui http//psi.ut.sc.id/Jurnal/

    111gun.htm.[01/01/2009]

    Han, Ki C., Lee, Suk Hun, Suk, David Y. 1999. Institutional Shareholders and

    Dividends. Journal of Financial and Strategic Decisions,Volume 12, No. 1.

    Indonesian Capital Market Directory, Annual Report, Bursa Efek Indonesia. 2008.

    Jensen, Michael C. & Meckling , William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial

    Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure . Journal of Financial

    Economics, p.3-24.

    Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima. Yogyakarta

    BPFE.

    Kania, Sharon L. & Bacon, Frank W. 2005. What Factors Motivate The Corporate

    Dividend Decision?. ASBBS E-Journal, Volume 1, No.1,

    Kartika Nuringsih. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan

    Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi

  • 22

    1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2. No. 2, pp.

    103-123.

    Keown, Arthur J., Martia, Jhon D. , Petty J. William,, Scott, David F., Jr. 2005.

    Financial Management, Principal and Application, 9th

    , Jilid 2. Terjemahan

    dari : Zuliani Dalimunthe. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

    Kouki, Monder & Guizani, Moncef. 2009. Ownership Structure and Dividend Policy

    Evidence from the Tunisisan Stock Market. Eouropean Journal of Scientific

    Research, Volume 25, No. 1, pp.42-53.

    Kumar, Jayesh. 2003. Ownership Structure and Dividend Policy in India. Melalui

    [13/09/2008]

    Manos, Roni. 2002. Dividend Policy and Agency Theory: Evidence of Indian Firms

    Working Paper Series, paper No.41. Melalui

    [13/09/2008]

    Meythi. 2005. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya. Jurnal

    Ilmiah Akuntansi, Volume 4, No. 2, pp. 1-17

    Michell Suharli. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set

    terhadap Kebijakan Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar

    di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

    Vol.9, No. 1, pp. 9-17.

    Reni Yendrawati & Achmad Friady Dhailami. 2006. Pengaruh Insider Ownership

    dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur

    yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Keuangan dan perbankan,

    Tahun X, No. 2, pp. 327-344.

    Ross, Stephen A. 1977. The Determination of Financial Structure: The Incentive-

    Signalling Approach. The Bell Journal of Economics, Volume 8, No.1, pp.

    23-40.

    Rozeff, Michael S. 1982. Growth, Beta and Agency Cost As Determinants of

    Dividend Payout Ratios The Journal of Financial Research, Volume V,

    No.3, pp.249-259, 1982

    Rusdin. 2008. Pasar Modal. Bandung : Alfabeta

  • 23

    Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : A Skill-Building Approach, 4th

    Edition. Terjemahan dari : Kwan Men Yon. Jakarta : Salemba Empat.

    Suad Husnan. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

    Panjang). Buku 1, Edisi 4. Yogyakarta : BPFE.

    Tri Ratnawati. 2007. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor Ekstern,

    Kesempatan Investasi dan Pertumbuhan Assets Terhadap Keputusan

    Pendanaan Perusahaan yang Terdaftar Pada Bursa Efek Jakarta (Studi

    pada Industri Manufaktur Masa Sebelum Krisis dan Saat Krisis). Jurnal

    Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 2, pp. 65-75.

    Van Horne, James C. & Wachowicz, Jhon M., JR. 2007. Fundamentals of Financial

    Management (Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan). Terjemahan : Dewi

    Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta : Salemba Empat.

    Werner R. Murhadi. 2008. Studi Kebijakan Dividen: Anteseden dan Dampaknya

    terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 10,

    No. 1, pp. 1-17.

    Wing Wahyu Winarno. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

    Yoygakarta: UPP STIM YKPN.

    Yetti Iswahyuni & L. Suryanto. Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak

    Tumbuh dengan Kebijkan Pendanaan, Dividen, Perubahan Harga saham

    dan Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta dengan Pendekatan

    Asosiasi Proksi Investment Opportunity Set (IOS). Jurnal Bisnis dan

    Ekonomi, September.