defri - laporan magang - for publisihing
DESCRIPTION
gambaran penggunaan alat pelindung diri pada petani paprika di desa kumboTRANSCRIPT
1
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Hingga saat ini, sebagian besar petani di Indonesia menganggap bahwa
pestisida merupakan input yang paling efektif dalam mengendalikan hama penyakit.
Hal ini telah mendorong penggunaan pestisida secara berlebihan (Adiyoga dan
Soetiarso, 1999). Penggunaan pestisida yang semakin meningkat tentunya diikuti
dengan meningkatnya pemajanan dan keracunan bagi tenaga kerja pertanian,
khususnya bagi pekerja di bagian penyemprotan hama (Suwarni, 1998).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif
pestisida terhadap pekerja pengguna Novizan (2002) sebagaimana dikutip oleh
Sembiring (2008), menyatakan bahwa manfaat pestisida yang sangat cepat
dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap
pestisida. Akibatnya petani menjadikan pestisida sebagai satu-satunya andalan
dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Karena keterbatasan
pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang tepat dalam pengelolaan pestisida
menyebabkan terpajannya pekerja pengguna pestisida.
2
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
pestisida. Data yang dikumpulkan World Health Organization (WHO)
menunjukkan bahwa pada setiap tahun 500.000-1.000.000 orang di seluruh dunia
telah mengalami keracunan pestisida, 5000 orang diantaranya berakhir dengan
kematian dan sekitar 500-1000 orang diantaranya mengalami dampak fatal seperti
kanker, cacat, kemandulan dan gangguan hati. Pada akhir tahun 1980 dilaporkan
bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat mencapai satu juta kasus dengan
20.000 kematian per tahun (Sulistiyono, 2004).
Salah satu pengendalian bahaya pestisida yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan Pedoman
Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011), jenis APD yang
digunakan adalah pakaian yang menutupi tubuh, celemak (appron), penutup atau
pelindung kepala, pelindung mata, sarung tangan, sepatu boot dan masker.
Desa Kumbo adalah daerah dengan mayoritas penduduknya sebagai petani.
Tanaman yang menjadi komoditi utama adalah sayur paprika. Dalam
mengendalikan hama, petani paprika tidak lepas dari penggunaan pestisida.
Frekuensi penyemprotan pestisida pada tanaman paprika tergolong tinggi yaitu dua
hingga tiga kali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan oleh Environmental
Working Group (2012) menempatkan paprika pada peringkat ketiga dari 10 sayuran
dan buah yang mengandung kadar pestisida tinggi. Dalam praktek kerjanya, petani
paprika yang merupakan pekerja informal pada umumnya tidak memiliki Sistem
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) sebagaimana terdapat di sektor formal.
3
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Oleh sebab itu, terdapat perbedaan dalam penerapan budaya K3 termasuk pada
lingkup penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Berdasarkan paparan di atas, kegiatan magang yang dilakukan di daerah
tersebut bertujuan untuk melihat gambaran penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada petani paprika.
1.2. Tujuan Magang
1.2.1. Tujuan Umum
Kegiatan magang bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) untuk bahaya pestisida pada petani paprika di
Desa Kumbo – Pasuruan tahun 2013.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik umum petani paprika di Desa Kumbo.
2. Mengetahui proses budidaya paprika di Desa Kumbo terkait
penggunaan pestisida.
3. Mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh petani
paprika di Desa Kumbo.
4. Mengetahui pemeliharaan dan penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)
pada petani paprika di Desa Kumbo.
1.3. Manfaat Magang
1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa
4
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
1. Memperoleh pengalaman belajar lapangan di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja, khususnya di sektor pertanian.
2. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa
terutama bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
1.3.2. Manfaat Bagi Petani Pengguna Pestisida
1. Membantu kegiatan petani pengguna pestisida yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Terjalinnya hubungan kerjasama antara petani dengan mahasiswa.
1.3.3. Bagi Pemerintah
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait
penggunaan pestisida.
2. Sebagai bahan pertimbangan penyuluh petani setempat dalam evaluasi
kegiatan pengawasan dan penyuluhan terhadap penggunaan pestisida.
1.3.4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3
1. Sebagai sarana untuk membina hubungan dan kerjasama dengan instituisi
lain di bidang K3.
2. Media untuk menyalurkan lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat
Peminatan K3 ke dunia kerja.
3. Sebagai sarana memantapkan keilmuan mahasiswa dalam
mempraktekkan di dunia kerja.
5
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
6
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
1.4. Ruang Lingkup
Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di Desa Kumbo
Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan selama 26 hari, yaitu dimulai dari 18 Maret
2013 hingga 20 April 2013. Tujuan kegiatan magang ini yaitu untuk mengetahui
gambaran implementasi Alat Pelindung Diri (APD) dalam menggunakan pestisida
pada petani paprika. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh
melalui wawancara dan observasi langsung.
7
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Petani
Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia (2002) Petani adalah
pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari
komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan atau komoditas
perkebunan. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah
pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang
dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka adalah di bidang pertanian. Oleh
karena itu umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan
lahan.
Usaha yang dilakukan oleh petani pada umumnya termasuk pada usaha
informal yaitu usaha yang tidak berbadan hukum, tidak ada status permanen atas
pekerjaan dan tempat kerja, serta tidak terdapat sistem keamanan kerja (job security
system). Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani sebagai sosok individu
memiliki karakteristik tersendiri secara individu yang dapat dilihat dari perilaku
yang nampak. Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi yang melekat pada
diri seseorang. Karakteristik tersebut mendasari tingkah laku seseorang dalam
situasi kerja maupun situasi lainnya (Wudianto, 2005).
8
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2.2 Paprika
2.2.1 Sejarah dan Klasifikasi Paprika
Menurut Gunadi, dkk. (2006), paprika (Capsicum annuum) berasal
dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang dibudidayakan di bawah
naungan (protected cultivation) sebagai komoditas penting. Paprika
dibudidayakan sebagai tanaman setahun di daerah beriklim temperate, tetapi
di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan
memberikan hasil lebih dari beberapa tahun. Tanaman paprika mulai
menyebar ke Eropa dan Asia pada sekitar tahun 1500. Sedangkan di
Indonesia, paprika mulai dibudidayakan pada sekitar tahun 1990.
Menurut klasifikasi tumbuhan, paprika termasuk dalam
(Prihmantoro dan Indriani, 2003) :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospemae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanacea
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum
9
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2.2.2 Teknik Budidaya Paprika
Menurut Bambang Cahyono (2007), hal yang perlu diperhatikan
dalam budidaya paprika adalah jenis media tanamnya. Jika lahan penanaman
termasuk tanah berat maka harus dilakukan pembajakan terlebih dahulu.
Permukaan bedengan yang akan ditanami harus gembur atau remah, untuk
menghambat pertumbuhan gulma, bedengan diberikan mulsa setelah
pemupukan dasar. Pengapuran dilakukan bersama-sama saat pemupukan
dasar. Paprika ditanam setelah bibit semai berumur kurang lebih 21 hari dan
berdaun 5 – 7 helai serta sudah cukup kuat untuk dipindah di lahan
penanaman. Penanaman dilakukan pada sore hari di atas jam 16.00 atau dari
jam 06.00 – 08.00. Hal ini dimaksudkan agar tanaman tidak mengalami
gangguan akibat terik matahari.
Paprika pada waktu perkecambahan harus dijaga kelembapannya
agar didapatkan bibit yang baik saat persemaian. Apabila kekurangan unsur
hara dan air, pertumbuhan paprika akan terhambat terutama pada
pertumbuhan awal dan pembungaan. Paprika sangat peka terhadap intensitas
cahaya yang tinggi sehingga untuk memperoleh hasil optimal, selama
pertumbuhannya perlu diberikan naungan. Naungan dapat berupa plastik
atau tanaman yang agak tinggi sebagai pelindung, karena tanaman yang
diberi naungan hasilnya lebih optimal. Paprika mulai dapat dipanen pada
saat berumur dua bulan sejak tanam. Pemanenan dilakukan untuk buah yang
matang hijau dan matang berwarna (merah, kuning dan oranye). Buah siap
10
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
panen akan berbunyi nyaring bila diketuk dan tidak berubah bila ditekan.
Paprika dipetik dengan tangkai buahnya (Cahyono, 2007).
2.3 Pestisida
2.3.1 Pengertian Pestisida
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan
atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan atau ternak
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
11
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air
2.3.2 Jenis Pestisida
Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (kementrian pertanian,
2011) :
1. Akarisida, berasal dari kata akari (bahasa Yunani) yang artinya
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya
untuk membunuh tungau atau kutu.
2. Algasida, berasal dari kata alga (bahasa Latin) yang artinya
ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alge.
3. Alvisida, berasal dari kata alvis (bahasa Latin) yang berarti burung,
fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.
4. Bakterisida, Berasal dari bahasa Latin bacterium, atau bahasa
Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.
5. Fungsida, berasal dari bahasa Latin fungus, atau bahasa Yunani
spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau
fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan).
6. Herbisida, berasal bahasa Latin herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi untuk membunuh gulma.
12
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
7. Insektisida, berasal dari bahasa Latin insectum, artinya potongan
keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Molluskisida, berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya
berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
9. Nematisida, berasal dari bahasa Latin nematoda, atau bahasa
Yunani nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh
nematoda.
10. Ovisida, berasal dari bahasa Latin ovum berarti telur, berfungsi
untuk merusak telur.
11. Pedukulisida, berasal dari bahasa Latin pedis, berarti kutu, tuma,
berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
12. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani piscis yang berarti ikan,
berfungsi untuk membunuh ikan.
13. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodene yang berarti
pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.
14. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes yang artinya
serangga pelubang kayu. Berfungsi untuk membunuh rayap.
Menurut Kementrian Kesehatan RI Dirjen P2M dan PL 2000,
berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
1. Organochlorin
Golongan ini pada umumnya merupakan racun yang universal,
degradasinya berlangsung sangat lambat dan larut dalam lemak.
13
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Contoh golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan
lain-lain.
2. Organophosfat
Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Merupakan
racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau
kurang persisten di lingkungan; menimbulkan resisten pada berbagai
serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit,
lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor. Contoh
golongan ini adalah Diazonin dan Basudin.
3. Carbamat
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat
pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan,
degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini
aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon. Contoh
golongan carbamat yaitu Baygon, Bayrusil, dan lain-lain.
4. Senyawa dinitrofenol
Contoh golongan ini adalah Morocidho 40EC. Salah satu pernafasan
dalam sel hidup melalui proses pengubahan Adenesone-5-diphosphate
(ADP) dengan bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh
dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih
rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel.
14
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari
yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
5. Pyretroid
Golongan ini merupakan salah satu insektisida tertua di dunia.
golongan ini terdiri dari campuran beberapa ester yang disebut
pyretrin dan diekstraksi dari bunga Chrysanthemum. Jenis pyretroid
yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin,
permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang stabil terhadap
sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin,
sihalometrin, flusitrinate.
6. Fumigant
Golongan ini merupakan senyawa atau campuran yang menghasilkan
gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri,
dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang
mudah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen
yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide,
naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
7. Petroleum
Golongan ini merupakan minyak bumi yang dipakai sebagai
insektisida dan miksida.
15
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
8. Antibiotik
Contoh golongan antibiotik adalah senyawa kimia seperti penicillin
yang dihasilkan dari mikroorganisme. Golongan ini mempunyai efek
sebagai bakterisida dan fungisida.
2.3.3 Alat Penyemprot Pestisida
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan
cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan
mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah
larutan semprot, yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau
butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Menurut sumber tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan atau menjalankan sprayer tersebut, sprayer
dibagi menjadi 2 kelompok (Djojosumarto, 2004) yaitu :
1. Sprayer manual
Sprayer manual adalah sprayer yang digerakkan dengan tangan.
Contoh sprayer manual adalah:
a. Trigger pump, yakni pompa tangan (hand pump) yang banyak
digunakan untuk pengendalian hama di rumah tangga.
b. Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer,
untuk mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan.
c. Sprayer gendong otomatis (pre pressurized knapsack sprayer,
compression sprayer), yang banyak digunakan di bidang
pertanian
16
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
d. Sprayer gendong yang harus dipompa terus-menerus (Level
operated knapsack sprayer), banyak digunakan di bidang
pertanian Indonesia.
2. Sprayer tenaga mesin
Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga
mesin. Contoh sprayer tenaga mesin adalah :
a. Sprayer punggung bermesin (motorized knapsack sprayer)
b. Mesin pengkabut (mist blower)
c. Power sprayer atau gun sprayer, yang digerakkan oleh motor
stasioner atau traktor.
d. Sprayer-sprayer yang digerakkan atau dihubungkan dengan
traktor atau truk: boom sprayer, boomless sprayer, air blast
sprayer.
e. Sprayer yang dipasang pada pesawat udara untuk penyemprotan
udara.
2.3.4 Pencampuran Pestisida
Dalam aplikasi pestisida adakalanya pestisida harus dicampur dengan
surfaktan. Pencampuran ini boleh dilakukan sejauh dalam kemasan tidak
disebutkan larangan pencampuran. Dua macam pestisida bila dicampur dapat
menimbulkan interaksi sinergistik, aditif, atau antagonistik. Pestisida tidak
boleh dicampur menimbulkan interaksi antagonistik.
17
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sifat asam basanya.
Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama bersifat basa boleh
di campur. Sedangkan pestisida yang bersifat asam jika di campur dengan
pestisida yang bersifat basa akan membentuk senyawa garam yang dapat
menimbulkan penurunan daya bunuh. Biasanya dalam label kemasan
terdapat keterangan apakah pestisida dapat di campur dengan yang lain atau
tidak. Contoh keterangan dalam label kemasan adalah kalimat “jangan
dicampur dengan pestisida lain bersifat basa”. Artinya, pestisida tersebut
bersifat asam dan hanya dapat dicampur dengan pestisida yang juga bersifat
asam. Sedangkan untuk mengetahui asam basa suatu larutan, bisa digunakan
kertas lakmus (Wudianto, 2005).
2.3.5 Penyemprotan Pestisida
Menurut Wudianto (2005), dalam melakukan penyemprotan perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan
disemprot. Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu
kurang cocok karena pekerja harus sering mengisinya.
2. Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut,
kaos tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.
3. Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat
stadium larva dan nimfa, atau saat masih berupa telur. Serangga
18
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
dalam stadium pupa dan imago umumnya kurang peka terhadap racun
insektisida.
4. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada saat waktu
terjadi aliran udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00
WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu
pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel
pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan
mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan. Sedangkan
penyemprotan yang dilakukan saat matahari terik akan menyebabkan
pestisida mudah menguap dan mengurai oleh sinar ultraviolet.
5. Penyemprotan di saat angin kencang sebaiknya tidak dilakukan
karena banyak pestisida yang tidak mengena sasaran. Selain itu,
penyemprotan tidak boleh melawan arah angin, karena pestisida bisa
mengenai orang yang menyemprot.
6. Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang
tenaga dan biaya sia-sia.
7. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan
penyemprotan.
8. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air
bekas cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air
dan sungai.
19
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
9. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan
pakaian yang digunakan segera dicuci.
Sedangkan Djojosumarto (2004), penyemprotan yang benar harus
memenuhi syarat, kriteria, atau parameter sebagai berikut :
1. Permukaan bidang sasaran tertutup oleh butiran semprot (droplet)
dalam jumlah yang memenuhi syarat.
2. Menggunakan ukuran droplet yang tepat untuk berbagai jenis
penyemprotan yang berbeda.
3. Menggunakan volume aplikasi yang cocok untuk berbagai jenis
tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman yang berbeda.
4. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada
bidang sasaran.
5. Droplet sasaran didistribusikan di seluruh permukaan bidang sasaran
secara merata.
2.3.6 Penyimpanan Pestisida
Penyimpanan pestisida dengan cara baik dapat dapat menjegah
terjadinya pencemaran pada lingkungan serta mencegah terjadinya keracunan
pada manusia ataupun hewan. Menurut Sostroutomo (1992) yang dikutip
oleh Meliala (2005) ada beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu
untuk diikuti,yaitu:
20
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
1. Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah
dibeli, jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau
oleh anak-anak.
2. Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang
penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan
mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak
berkepentingan.
3. Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat
catatan berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya,
dan siapa yang menggunakan dan berapa sisa yang ada.
4. Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan
mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan
dalam bekas penyimpanan makanan dan minuman.
5. Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau
gudang yang sama.
6. Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan
untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran. Hindari
penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang.
Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu
untuk dibuat permusim tanamannya.
7. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.
21
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2.3.7 Dampak Pestisida
Dampak pestisida sebagaimana disebutkan dalam Pedoman
Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011) meliputi :
1. Keracunan terhadap manusia
pestisida yang digunakan secara kronik maupun akut dapat
terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan dengan pestisida,
misalnya petani, pengecer pestisida, pekerja pabrik/gudang pestisida,
dan sebagainya serta manusia yang tidak bekerja pada pestisida.
Keracunan akut terhadap pemakai dan pekerja dapat terjadi karena
kontaminasi kulit, inhalasi (pernafasan) dan mulut/ saluran
pencernaan, dan apabila mencapai dosis tertentu dapat mengakibatkan
kematian.
Keracunan, selain ditentukan oleh tingkat kontaminasi, juga
ditentukan oleh daya racun pestisida yang berbeda antara satu
formulasi dengan formulasi lainnya. Keracunan kronik (antara lain
karsinogenik, teratogenik, onkogenik, mutagenik, kerusakan jantung,
ginjal dan lain-lain) disamping dapat terjadi pada pemakai dan
pekerja, juga dapat terjadi pada konsumen yang mengkonsumsi
produk tertentu yang mengandung residu pestisida.
2. Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan
Keracunan pada ternak maupun hewan peliharaan dapat
terjadi secara langsung karena penggunaan pestisida pada ternak dan
22
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
hewan peliharaan untuk pengendalian ektoparasit, maupun secara
tidak langsung karena digunakan pestisida untuk keperluan lain,
misalnya penggunaan rodentisida dengan umpan untuk
mengendalikan tikus sawah, yang karena kelalain petani umpan
tersebut dimakan oleh ayam, itik dan ternak lainnya atau pada
penyemprotan pada gulma yang menjadi pakan ternak.
3. Keracunan pada ikan dan biota lainnya
Penggunaan pestisida pada padi sawah atau lingkungan
perairan lainnya dapat mengakibatkan kematian pada ikan yang
dipelihara di sawah atau di kolam maupun ikan liar. Karacunan ikan
dan biota air lainnya tidak senantiasa menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang mangakibatkan perubahan tingkah laku dan
bentuk, yang selanjutnya dapat mengakibatkan terhambatnya
perkembangan populasi.
4. Keracunan terhadap satwa liar
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat
menimbulkan keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar
seperti burung, lebah, serangga penyerbuk dan satwa liar lainnya.
Keracunan dapat terjadi secara langsung misalnya akibat
penyemprotan pestisida dari udara ataupun pengguna pestisida untuk
23
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
perlakuan benih yang diperlukan dimakan oleh burung, maupun tidak
langsung terutama melalui rantai makanan.
5. Keracunan terhadap makanan
Beberapa pestisida seperti insektisida yang langsung
digunakan pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman yang diperlakukan. Penggunaan herbisida yang tidak hati-
hati dapat pula mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang ditanam
pada waktu aplikasi maupun pada tanaman berikutnya yang ditanam
setelah tanaman pertama dipanen. Hal yang disebut terakhir ini,
sangat perlu diperhatikan terutama apabila herbisida dipergunakan
untuk mengendalikan gulma dari golongan tertentu yang secara
taksonomi atau fisiologis mempunyai hubungan yang dekat dengan
tanaman yang ditanam berikutnya.
6. Kematian musuh alami organisme pengganggu
Penggunaan pestisida yang berspektrum luas dapat
mengakibatkan terjadinya kematian parasit dan predator organisme
pengganggu. Kemungkinan terjadinya hal tersebut cukup besar
apabila pestisida tersebut digunakan tidak secara selektif ditinjau dari
segi waktu dan cara. Kematian parasit dan predator dapat terjadi
karena kontaminasi langsung maupun tidak langsung melalui
organisme pengganggu yang telah terkontaminasi pestisida.
24
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
7. Kenaikan populasi pengganggu
Populasi pengganggu akan meningkat karena tidak mengalami
hambatan oleh musuh alami yang menurun akibat penggunaan
pestisida. Hal ini dapat terjadi, baik terhadap populasi organisme
pengganggu utama maupun terhadap populasi organisme pemakan
tanaman lainnya, sehingga statusnya berubah menjadi organisme
pengganggu sekunder.
8. Timbulnya resistensi (kekebalan)
Jika terjadi resistensi akan terjadi kesulitan untuk mengatasi
organisme pengganggu karena diperlukan dosis yang lebih tinggi.
Kenaikan dosis ini juga akan meningkatkan bahaya dari pestisida
tersebut.
9. Bahaya Residu Pestisida
besarnya residu pestisida yang tertinggal di tanaman
tergantung pada dosis, banyaknya dan interval aplikasi, faktor-faktor
lingkungan fisik yang mempengaruhi dekomposisi dan pengurangan
residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara
aplikasinya, jenis bahan aktif dan persistensinya serta saat aplikasi
terakhir sebelum hasil tanaman dipanen. entingnya residu pestisida
bagi kesehatan konsumen disamping ditentukan oleh besarnya residu
25
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
juga ditentukan oleh daya racun baik akut maupun kronik, yang
berbeda antara pestisida yang satu dengan yang lainnya.
10. Pencemaran Lingkungan
Tercemarnya tanah, air, udara dan unsur lingkungan lainnya
oleh pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun
tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
Suatu pestisida tertentu dapat merusak lapisan ozon stratosfir.
Pencemaran lingkungan pada umumnya terjadi karena penanganan
pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia pestisidanya.
11. Menghambat Perdagangan
Ekspor komoditi tertentu dari Indonesia dapat diklaim atau
diembargo oleh negara tertentu apabila residu pestisida melebihi
Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan negara pengimpor
atau apabila pestisida tersebut dilarang/ tidak beredar di negara
pengimpor.
2.4 Alat Pelindung Diri
2.4.1 Definisi APD
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association,
personal protective equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat
26
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainnya.
APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja
yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut tetapi sebagai usaha terakhir
dalam upaya melindungi tenaga kerja (Milos Nedved & Soemanto
Imamkhasani, 1991)
2.4.2 Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA) Mengenai
APD
Untuk meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada
di tempat kerja maka OSHA (Occupational Safety and Health Association)
membuat peraturan APD sebagai berikut :
1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada
bahaya-bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.
2. Memilih dan mempersiapkan APD yang benar-benar cocok untuk
masing-masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).
3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai APD secara
benar untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam
bagian tubuh seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan,
tangan, kaki dan lain-lain.
Masing-masing APD dirancang atau dibuat untuk mencegah bahaya-
bahaya yang mengancam di tempat kerja. Untuk meyakinkan bahwa pekerja
27
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
telah memakai APD yang sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan
agar mengadakan pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih
dahulu dan kemudian mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya
bahaya-bahaya yang timbul dan dapat mengancam pekerja pada waktu
mereka sedang melakukan pekerjaannya.
2.4.3 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan APD
Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang terkait dengan
penggunaan APD antara lain :
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Bab V pasal 9 ayat (1) butir c
tentang kewajiban pengurus menjelaskan alat-alat pelindung diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan.
2. UU No.1 Tahun 1970 BAB X : Pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawasan atau ahli-ahli tenaga kerja.
3. UU No.1 Tahun 1970 BAB IX pasal 13
4. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.1ns.02/M/BW/BK/1984 tentang
pengesahan APD
5. Surat Edaran Dirjen Biawas No.SE/06/BW/1997 tentang Pendaftaran
Alat Pelindung Diri.
28
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2.4.4 Pemilihan APD
Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di
tempat kerja yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak
yang ditimbulkan, kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam
pemilihan APD agar tujuan untuk mengurangi resiko, dan agar tujuan
penggunaan APD lebih efektif ditentukan juga oleh sikap, mental dan
keadaan pemakai (Haadin, 1995). Menurut Syukri Sahab, dalam penggunaan
APD tidak hanya menyangkut permasalahan penyediaan dan seluruh pekerja
memakainya, tetapi ada beberapa langkah penting sebelum penyediaan APD,
yaitu :
1. Analisa kebutuhan, merupakan langkah pertama sebelum pemilihan APD
yang akan dibeli, terlebih dahulu tentukan jenis bahaya apa saja yang
terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta
mengacu pada peratura dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta
mengacu pada peraturan mana. Dalam menganalisa kebutuhan akan
APD, statistik kecelakaan juga sangat membantu, misalnya pekerjaan
apa dan ruangan mana kecelakaan sering terjadi serta bagian tubuh mana
yang sering mendapat cidera saat kecelakaan kemudian pada waktu
inspeksi ke tempat kerja perlu diperhatikan jenis pekerjaan yang
membahayakan, dimana letak sumber bahaya serta sejauh mana sumber
bahaya tersebut dapat dikendalikan.
29
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2. Pemilihan APD berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan jenis
alat apa saja yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana
perlindungan yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana
perlindungan yang diperlukan dari alat tersebut yang standar yang
berlaku. APD harus sudah melalui pengujian apakah sudah memenuhi
standar atau tidak, kegagalan pemakaian dapat menyebabkan tenaga
kerja kembali kepada kebiasaan semulabekerja tanpa APD, disinilah
perlu tindakan disiplin.
3. Komunikasi program, diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya berupa instruksi lisan lewat papan
pengumuman. Perlu pula ditanamkan pengertian akan pentingnya
peranan APD, dalam mencegah cidera atau mengurangi akibat suatu
kecelakaan dan meningkatkan minat dan akhirnya kebutuhan akan
pemakaian APD.
4. Latihan perlu dilakukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa
alat ini harus digunakan sebagaimana mestinya latihan ini dapat
diberikan secara khusus atau mungkin saja secara khusus atau mungkin
sajasecara tidak formal. Dalam periode latihan tenaga kerja harus bisa
menggunakan APD secara benar dan tepat, harus diberitahukan cara
menyesuaikan APD serta bagaimana memeliharanya.
5. Penegakkan disiplin, dalam penggunaan APD perlu ditegakkan disiplin,
sebelum tindakan disiplin dilakukan, tenaga kerja perlu diberi waktu
30
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
untuk menyesuaikan diri. Perlu diinventalisir keluhan-keluhan mereka
dan dicarikan usaha menghilangkannya selama waktu penyesuainan
tersebut, pimpinan perlu bersikap persuasive dan bersifat mendidik.
Setelah waktu penyesuaian tersebut dianggap cukup, maka ditetapkan
bahwa pemakaian APD merupakan keharusan, adanya pelanggaran akan
dikenakan hukuman, seperti teguran atau peringatan keras dan tindakan
disiplin lainnya. Dalam pemilihan APD harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan
Desain alat tersebut.
b. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai
dengan besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak
pengguna.
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang
khusus sebagaimana APD tersebut didesain.
d. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.
e. Alat-alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat
oleh pekerja.
f. Harus ada Desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD
sesuai dengan standar. (Suma’mur, 1986)
31
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2.4.5 Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD
Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan
pekerjaan seperti berikut ini :
1. Bahaya Kimia
Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka
pekerja harus memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau
terpercik bahan kimia tersebut ke bagian tubuh pada saat penggunaan
bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit.
2. Partikel-Partikel
Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu
atau kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jikka debu
atau kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru
dan system pernafasan.
3. Panas dan Temperatur Tinggi
Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya
maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan
panas dapat mencederai atau membakar kulit dan melukai mata.
4. Radiasi Cahaya
Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi
dari api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi
dan pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak
32
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
mata atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan cidera
bagi pekerja.
5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan
Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk
mencegah hubungan langsung antara pekerja dengan alat-alat atau
mesin-mesin yang berputar. Kadang-kadang bila pekerja lupa
memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk
memasanganya kembali.
6. Kejatuhan suatu barang
Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak
benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat
naik, maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan
bahaya bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian
tubuh atau bagian kepala dan kaki.
7. Barang-barang tajam/runcing
Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat
membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak
memakai alat pelindung diri.
8. Keadaan atau kondisi tempat kerja
Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau
cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan
aktifitas pekerjaannya.
33
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
9. Jatuh dari ketinggian
Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja
di tempat ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD.
2.4.6 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Berbagai macam alat pelindung diri seperti Surat Edaran No.
SE.06/BW/1997, yang dikeluarkan olehDirektorat Jendral Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Keternagakerjaan antara lain :
1. Alat pelindung kepala
2. Alat pelindung wajah/mata
3. Alat pelindung telinga
4. Alat pelindung pernafasan
5. Alat pelindung tangan
6. Alat pelindung kaki
7. Pakaian pelindung
2.4.6.5 Alat Pelindung Kepala
Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi
kepala dari terbentur dan terpukul yang dapat menyababkan luka juga
melindungi kepala dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia
berbahaya serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin
yang berputar. Berdasarkan fungsinya, Pelindung kepala dapat dibagi
menjadi 3 bagian :
34
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
1. Topi pengaman (safety helmet) untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan benda-benda.
Gambar 2.1
Safety Helmet
Sumber : arktrading, 2010
2. Topi tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu,
kondisi iklim yang buruk, untuk melindungi kepala dari zat-zat
kimia, iklim yang berubah-ubah, api dan lain-lain.
3. Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah
lilitan rambut dari mesin dan lain-lain. Biasanya terbuat dari
katun atau bahan yang mudah dicuci.
Berdasarkan susunannya pelindung kepala dibagi atas 3 bagian :
1. Outersheels (bagian luar yang keras)
Untuk melindungi benturan keras dari luar
2. Shock absorbing suspensions (headband and straps)
Sebagai penahan benturan antara outersheels dengan kepala
35
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
3. Chin straps (tali pengikat di dagu)
Untuk menjaga agar pelindung kepala tidak terlepas oleh tiupan
angina tau gerakan badan
2.4.6.6 Alat Pelindung Wajah atau Mata
Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari
kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu,
gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radasi
gelombang elektromagnetik.
Berdasarkan standard ANSI Z87.1 pelindung mata (safety
glasses) mempunyai beberapa kriteria, yakni :
1. Lensa memiliki dua tingkat kemampuan : basic impact dan
high impact. Ketebalan/ketipisan dari lensa diperbolehkan
dengan ketentuan tertentu sesuai dengan test yang dibutuhkan.
2. Label peringatan untuk mengindikasi bahwa lensa hanya dapat
menahan basic impact saja.
3. Frame harus melalui beberapa tes seperti high-mass dan high
velocity impact. Frame harus memiliki kemampuan untuk
menahan 2.0 mm high impact dari lensa.
4. Sideshields harus lebih memberikan perlindungan di sisi
samping.
36
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Macam-macam alat pelindung mata dan muka, yaitu :
1. Safety spectacles
Gambar 2.2
Safety Spectacles
Sumber : buildfix, tahun 2010
Kacamata pelindung mata yang dibuat dengan kontruksi
safety frames dari logam dan/plastik dan disesuaikan dengan
plano impact-resistant lenses. Terdiri atas dengan atau tanpa
side shields, tetapi kebanyakan dengan side shields.
2. Impact-resistant spectacles
Gambar 2.2
Impact-Resistant Spectacles
Sumber :sigma-tek, tahun 2010
37
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Dapat digunakan untuk akibat sedang dari partikel yang
dihasilkan oleh beberapa pekerjaan, seperti perkayuan,
pekerjaan tukang kayu, grinding dan scaling.
3. Side shields
Gambar 2.3
Side Shields
Sumber : .safetyoffice, tahun 2010
Melindungi dari partikel yang dapat masuk ke mata dari
bagian samping. Side shields dibuat dari sambungan kawat atau
plastik. Shide shields tipe eyecup merupakan perlindungan
yang paling baik.
4. Goggles
Gambar 2.4
Goggles
Gambar : dryeyepain, tahun 2010
38
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Pada umumnya, goggles melindungi mata, rongga mata,
dan area wajah sekitar dari dampak, debu dan percikan.
Beberapa goggles dilengkapi dengan lensa.
5. Welding shields
Gambar 2.5
Welding Shields
Sumber indiamart, tahun 2010
Disusun atas serat vulkanis dan dilengkapi dengan lensa,
yang didesain untuk bahaya yang spesifik saat melakukan
proses welding. Welding shields melindungi mata dari
pembakaran yang disebabkan oleh cahaya inframerah, dan
melindungi mata dan muka dari percikan logam dan slag chips
yang dihasilkan selama pengelasan, brazing, penyolderan dan
pemotongan.
39
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
6. Laser safety goggles
Gambar 2.6
Laser Safety Goggles
Sumber : offenhaeuser, tahun 2010
Laser safety goggles memberikan perlindungan terhadap
cahaya berkonsentrasi tinggi yang dihasilkan oleh laser. Tipe
laser safety goggles yang dipilih tergantung pada peralatan dan
kondisi operasi di tempat kerja.
7. Face shields
Gambar 2.7
Face Shields
Sumber : labsafety, tahun 2010
Merupakan lembaran plastik transparan yang menutupi dari
kening ke bawah dagu.
40
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Alat-alat tersebut terdiri dari beberapa jenis dan ukuran sesuai
kebutuhannya. Bagi pekerja yang memakai kacamata dianjurkan
memakai safety goggles yang sesuai dan enak dipakai tanpa
mengganggu aktifitas pekerjaannya.
2.4.6.7 Alat Pelindung Telinga
Penggunaan alat pelindung telinga sangat penting bagi
pekerja yang berada di daerah yang tingkat kebisingannya sangat
tinggi, karena dalam jangka waktu yang panjang akan merusak
pendengaran seseorang. Pengklasifikasian dari pelindung telinga
didasarkan pada tingkat kebisingan pada frekuensi tertentu. Ada 3 tipe
dasar untuk alat pelindung telinga:
1. Ear plug
Gambar 2.8
Ear Plug
Sumber : casafety, tahun 2010
Penyumbat telinga yang pemakaiannya dimasukkan di
saluran telinga bagian luar, dibuat untuk semua ukuran,
digunakan di tempat kerja dengan intensitas kebisingan antara
41
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
85-95 dB dan kemampuan atenansinya (daya lindung) 25-30
dB.
2. Ear muff
Gambar 2.9
Ear Muff
Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010
Ear muff merupakan pelindung telinga yang terbaik,
bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat kepala
(headband). Masing-masing ear cups ditutupi oleh bantalan
luar yang lunak. Digunakan di tempat kerja yang mempunyai
intensitas kebisingan 95-110 dB. Pada frekuensi 2800-4000 Hz
kemampuan atenuasinya 35-45 dB.
42
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
3. Canal caps
Gambar 2.10
Canal Caps
Sumber : apgea, tahun 2010
Canal caps merupakan penyumbat telinga yang empuk
dan mempunyai head band.. Canal caps digunakan di tempat
kerja yang mempunyai intensitas kebisingan lebih dari 110 dB.
2.4.6.8 Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernafasan berfungsi memberikan perlindungan
terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja seperti
kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel atau uap dan
pencemaran oleh gas atau uap. Macam-macam alat pelindung diri
pernafasan yaitu:
1. Masker
Gambar 2.11
Masker
Sumber : blogspot, tahun 2010
43
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang di
desinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya measker
digunakan untuk mengurangi masuknya debu ke saluran
pernapasan.
2. Respirator
Digunakan untuk melindungi pekerja dari debu, kabut, uap
logam, asap dan gas yang berbahaya bagi kesehatan seseorang.
Respirator dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Air Purifying Respirator
Air Purifying Respirator Adalah alat pernafasan dengan
pemurnian udara, digunakan jika udara mengandung cukup
oksigen tetapi mengandung pencemaran (kontaminasi)
yang berbahaya. Jenis-jenis air purifying respirator :
1. Masker gas (gas mask)
Gambar 2.12
Gas Mask
Sumber : approvedgasmasks, tahun 2010
Masker gas terdiri dari topeng (masker) yang
dihubungkan ke tabung (canister). Udara yang
44
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
terkontaminasi akan dimurnikan oleh bahan-bahan
kimia yang ada di dalam canister.
2. Chemical cartridge respirators
Gambar 2.13
Chemical Cartridge Respirators
Sumber : safetyonline, tahun 2010
Chemical cartridge respirators terdiri dari
topeng penutup dan mulut yang dihubungkan
langsung ke cartridge se. Jenis ini umumnya
digunakan untuk menangani pekerjaan dimana
konsentrasi gas/uap tidak terlaku tinggi.
b. Self-Consumed Breathing Apparatus (SCBA)
Gambar 2.14
Self-Consumed Breathing Apparatus (SCBA)
45
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Sumber : .dcis.ca, tahun 2010
Umumnya digunakan oleh pekerja pada atmosfir
berbahaya untuk kehidupan. Selaun itu juga digunakan
apabila disertai adanya bahan iritasi pada kulit atau mata.
Respirator ini dilengkapi denganpakaian khusus dan
compressed oxygen breathing apparatus.
2.2.1.5 Alat Pelindung Tangan
Untuk melindungi tangan dari bahaya seperti terpotong,
tertusuk, terbaka, terluka, lecet, patah, amputasi dan terkena zat kimia
yang berbahayadan lain-lain pada waktu bekerja, maka pekerja
diharuskan memakai sarung tangan (safety gloves). Sarung tangan
terbuat dari bahan-bahan seperti :
1. Jala logam (metal mesh), kulit atau kanvas
Sarung tangan yang kokoh terbuat dari metal mesh, kulit
atau kanvas memberikan perlindungan dari terpotong, terbakar
dan panas.
a. Leather gloves
Gambar 2.15
Leather Gloves
Sumber : indiamart, tahun 2010
46
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Leather gloves digunakan melindungi dari
percikan, panas yang sedang, pukulan, chip dan benda
tajam.
b. Aluminized gloves
Gambar 2.16
Aluminized gloves
Sumber : .nsamf, tahun 2010
Aluminized gloves biasanya digunakan untuk
pengelasan, pemanasan dan pekerjaan pengecoran logam
karena memberikan perlindungan terhadap panas. Dibuat
dari material sintetik yang melindungi dari panas dan
dingin.
c. Aramid fiber gloves
Gambar 2.17
Aramid Fiber Gloves
Sumber : houseput, tahun 2010
47
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Aramid adalah material sintetik yang melindungi
dari panas dan dingin yang dapat dibuat menjadi sarung
tangan yang resisten terhadap pemotongan dan abrasif.
2. Fabric and coated fabric gloves
Sarung tangan ini dibuat dari katun untuk bermacam-
macam tingkat perlindungan.
a. Fabric gloves
Gambar 2.18
Fabric Gloves
Sumber : allproducts, tahun 2010
Dapat melindungi dari kotoran, karat, gosokan dan
lecet. Sarung tangan ini tidak memberikan perlindungan
yang cukup untuk digunakan dengan material yang kasar,
tajam dan berat.
48
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
b. Coated fabric gloves
Gambar 2.19
Coated Fabric Gloves
Sumber : .tradekorea, tahun 2010
Sarung tangan jenis ini biasanya dibuat oleh
manufaktur dari bahan katun halus dengan napping pada
salah satu sisi.
3. Gloves yang resisten terhadap bahan dan cairan kimia
Terbuat dari karet (latex, nitrile atau butyl), plastic atau
material seperti karet sintetik (neoprene) yang melindungi
pekerja dari pembakaran, iritasi dan dermatitis yang
disebabkan oleh kontak dengan minyak, lemak, solven dan
bahan kimia lain.
49
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
a. Butyl rubber gloves
Gambar 2.20
Butyl Rubber Gloves
Sumber : uvex, tahun 2010
Melindungi dari asam nitrat, asam sulfur, asam
hydrofluoric, red furnace nitric acid, bahan bakar roket
dan peroksida. Daya tahan tembus yang tinggi untuk gas,
bahan kimia, uap air, butyl rubber. Resisten terhadap
oksidasi, korosi ozon, abrasi dan lentur pada temperatur
rendah.
b. Natural latex or rubber gloves
Gambar 2.21
Natural Latex Gloves
Sumber : mammothcleaningsupplies, tahun 2010
50
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Sarung tangan ini melindungi tangan pekerja dari
asam, alkali, garam dan keton. Latekx gloves dapat
menyebabkan alergi pada beberapa orang. Hypoallergenic
gloves, glove liners dan powderless gloves mungkin tidak
dapat digunakan pada individu yang alergi terhadap latex
gloves.
c. Neoprene gloves
Gambar 2.22
Neoprene Gloves
Sumber : fairfielduniform, tahun 2010
Neoprene gloves memiliki kelenturan yang bagus,
finger dexterity, densitas tinggi dan resisten terhadap
cairan hydraulic, gasoline, alcohol, asam organik dan
alkali.
51
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
d. Nitrile rubber gloves
Gambar 2.23
Nitrile Rubber Gloves
Sumber : practicon, tahun 2010
Nitrile rubber gloves memberikan perlindungan
terhadap solven klorin seperti trychoroethylene dan
perchoroethylene. Sarung tangan ini resisten terhadap
abrasi, kebocoran, snags dan tears.
4. Insulasi karet
a. Leather (kulit)
Gambar 2.24
Insulasi Leather Gloves
Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010
Leather Gloves berfungsi untuk melindungi dari
benda-benda yang kasar, panas dan potongan-potongan
logam.
52
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
b. Cotton fabric (katun)
Gambar 2.25
Cotton Fabric
Sumber : directindustry, tahun 2010
Cotton fabric berguna untuk melindungi dari
kotoran-kotoran dan benda-benda yang licin.
c. Rubber, neoprene, vinyl atau tipe lain
Gambar 2.26
Vinyl Gloves
Sumber : newyorksafetyequipment, tahun
2010
Sarung tangan ini dapat melindungi dari bahaya zat
kimia. Untuk itu diperlukan Material Safety Data Sheet
(MSDS)yang menjelaskan bahaya dan cara penangananya.
53
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
d. Metal mesh (butiran logam)
Gambar 2.27
Metal Mesh
Sumber : chefknifes, tahun 2010
Metal mesh dapat melindungi dari bahaya
terpotong oleh pisau atau benda-benda tajam.
2.2.1.6 Alat Pelindung Kaki
Kaki harus dilindungi jika terdapat bahaya di tempat kerja yang
berbahaya bagi bagian tubuh ini. Dalam pelindung kaki terdapat
reinforced safety toe yang dapat menahan benturan dari kejatuhan
benda yang berat di atas jari kaki. Macam-macam pelindung kaki
adalah :
1. Leggings
Gambar 2.28
Legging
Sumber: toolsandequipment, tahun 2010
54
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Leggings berfungsi untuk melindungi kaki bagian
bawah dari bahaya panas, seperti molten metal atau percikan
welding.
2. Metatarsal guards
Gambar 2.29
Metatarsal Guards
Sumber : www.labsafety, tahun 2010
Metatarsal guards terbuat dari aluminium, baja, serat
atau plastik yang diikat ke bagian luar sepatu untuk melindungi
bagian dalam dari bahaya tekanan.
3. Toe guards
Gambar 2.30
Toe Guards
Sumber : mensboots.guidestobuy, tahun 2010
Toe guards dapat dibuat dari baja, aluminium atau
plastik. Diletakkan di atas jari kaki dari sepatu reguler.
55
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Perlindungan ini hanya melindungi jari kaki dari dampak dan
bahaya tekanan.
4. Combination foot and shin guards
Gambar 2.31
Combination Foot and Shin Guards
Sumber : southernpoliceequipment, tahun 2010
Perlindungan ini dapat digunakan sebagai kombinasi
dengan toe guards ketika memerlukan perlindungan yang
terbaik.
5. Safety shoes
Gambar 2.32
Safety Shoes
Sumber : glodok-safety, tahun 2010
56
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Merupakan sepatu yang resistan terhadap dampak jari
kaki dan memiliki sol yang resisten terhadap panas yang
melindungi dari permukaan kerja yang panas, seperti pada
industri roofing, trotoar dan logam panas. Logam di dalam sol
melindungi dari kebocoran. Safety shoes juga di Desain untuk
konduksi listrik untuk mencegah terjadinya listrik statik di area
dengan potensial ledakan atau nonkonduksi untuk melindungi
dari bahaya listrik. Spesifikasi safety shoes yakni :
a. Sol bawah : tidak licin, anti gores, anti statik, tahan
oli/minyak
b. Toe cap (baja pelindung depan) : terbuat dari baja, daya
tahan 200 Joule dan mampu menahan beban hingga 20 kg
yang jatuh dari ketinggian 1,5m.
c. Bahan bagian atas : terbuat dari kulit
d. Bahan lapisan dalam : terbuat dari bahan yang lembut
e. General specification : sepatu harus tahan panas sampai
dengan 150 0C serta nyaman dan fleksibel (lentur)
2.2.1.7 Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi anggota badan
terhadap pengaruh-pengaruh kebakaran, suhu tinggi, suhu dingin,
bahan-bahan korosif/kimia, cairan minyak serta benturan-benturan
benda. Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, asbes atau
57
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
kain yang dilapisi aluminium. Jenis-jenis pakaian pelindung yakni heat
resistant clothing, acid resistant clothing dan pakaian kerja biasa.
2.2.2 Pemeliharaan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat
dilakukan antara lain dengan:
1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.
Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan
kain/kulit/karet.
2. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada
helm.
3. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.
2.2.3 Penyimpanan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,
hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,
gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut
kering dan mudah dalam pengambilannya.
2.2.4 Alat Pelindung Diri Untuk Pengguna Pestisida
Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida
(Kementrian Pertanian, 2011) APD yang diperlukan dalam penggunaan
58
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
pestisida baik saat pencampuran (formulasi) maupun saat penyemprotan
yaitu :
1. Pakaian yang menutupi tubuh.
Ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian
pelindung, tetapi pakaian yang sederhana cukup terdiri atas celana
panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang
cukup tebal dan tenunannya rapat.
2. Celemak (Appron).
Appron terutama digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
3. Penutup atau pelindung kepala.
Penutup dapat berupa topi lebar atau helm khusus untuk
menyemprot. Sedangkan pelindung kepala (helmet) penting
digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
4. Pelindung mata, misalnya kacamata, goggle, face shield.
5. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air.
6. Sepatu boot.
7. Pelindung pernafasan (masker).
59
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
BAB III
ALUR DAN JADWAL MAGANG
3.1 Alur Kegiatan
Alur kegiatan magang berikut (bagan 3.1) adalah gambaran langkah-langkah
kegiatan magang yang dilakukan dari awal proses magang hingga akhir kegiatan
magang.
Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang
Peninjauan tempat
magang
Persiapan proposal
magang
Pengajuan
Proposal
Konfirmasi
permohonan
magang
Konfirmasi
persetujuan ke pihak
fakultas
Pengarahan oleh
pembimbing
lapangan
Pelaksanaan
kegiatan magang
Penyusunan laporan
kegiatan magang
Penyajian laporan
(sidang magang)
60
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang
Minggu Hari / Tanggal Kegiatan Tempat
Kegiatan
Ke-1
Senin/
18 Maret 2013
- Perkenalan dengan Pembimbing
lapangan dan beberapa kelompok
petani paprika (silaturrahim)
Kediaman
Bpk. Sugeng
Santoso
Selasa/
19 Maret 2013
- Menentukan ruang lingkup studi
- Membuat konsep magang
- Diskusi dengan pembimbing lapangan
terkait konsep magang
- Telaah dokumen terkait konsep
magang
- Mencari dan membaca referensi terkait
konsep magang
(studi kepustakaan)
- Membuat konsep wawancara dan
observasi terkait penggunaan pestisida
- Mendata petani paprika di dusun
Kumbo
- Mempelajari alur kegiatan petani terkait
penggunaan pestisida
Pos
Greenhouse
S-1
Perpustakaa
n umum
Malang
Rabu/
20 Maret 2013
Kamis/
21 Maret 2013
Jumat/
22 Maret 2013
Ke-2
Senin/
25 Maret 2013 - Observasi di 13 Greenhouse
(bagian 1)
- Wawancara
- Input data
- Mengkomunikasikan hasil observasi
dan wawancara kepada pembimbing
lapangan
- Pengarahan dan bimbingan oleh
pembimbing lapangan
Greenhouse
Selasa/
26 Maret 2013
Rabu/
27 Maret 2013
Kamis/
28 Maret 2013
Jumat/
29 Maret 2013
Ke-3 Senin/
1 April 2013
- Observasi di 13 Greenhouse
(bagian 2) Greenhouse
61
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Selasa/
2 April 2013
- Wawancara
- Input data
- Mengkomunikasikan hasil observasi
dan wawancara kepada pembimbing
lapangan
- Pengarahan dan bimbingan oleh
pembimbing lapangan
Rabu/
3 April 2013
Kamis/
4 April 2013
Jumat/
5 April 2013
Ke-4
Senin/
8 April 2013 - Observasi di 13 Greenhouse
(bagian 3)
- Wawancara
- Input data
- Mengkomunikasikan hasil observasi
dan wawancara kepada pembimbing
lapangan
- Pengarahan dan bimbingan oleh
pembimbing lapangan
Greenhouse
Selasa/
9 April 2013
Rabu/
10 April 2013
Kamis/
11 April 2013
Jumat/
12 April 2013
Ke-5
Senin/
15 April 2013
- Observasi di 13 Greenhouse
(bagian 4)
- Wawancara
- Input data
- Mengkomunikasikan hasil observasi
dan wawancara kepada pembimbing
lapangan
- Pengarahan dan bimbingan oleh
pembimbing lapangan
- Revisi Laporan magang
Greenhouse
Selasa/
16 April 2013
Rabu/
17 April 2013
Kamis/
18 April 2013
Jumat/
19 April 2013
ke-6 Sabtu
20 April 2013
- Presentasi hasil magang
- Berpamitan
Ruang kelas
Madrasah
Ibtidaiyah
Kumbo
62
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Magang
Greenhouse yang menjadi lokasi magang terletak di Desa Kumbo Kecamatan
Tutur Kabupaten Pasuruan. Hingga bulan April 2013, jumlah greenhouse di Desa
Kumbo mencapai 52 unit. Hampir seluruh greenhouse tersebut dibangun di sisi-sisi
Desa. Untuk mempermudah kegiatan magang, setiap greenhouse diberi nama dengan
huruf abjad dan nomor. Huruf abjad menunjukkan area greenhouse yaitu “T” untuk
area timur, “U” untuk area utara, “B” untuk area barat, dan dan “S” untuk area
selatan. Sedangkan nomor menunjukkan urutan greenhouse pada masing-masing
area. Adapun jumlah greenhouse di masing-masing area adalah sebagai berikut :
a. Area timur = 22 unit
b. Area utara = 17 unit
c. Area barat = 9 unit
d. Are selatan = 4 unit
Grennhouse di Desa Kumbo memiliki ukuran yang bermacam-macam.
Ukuran greenhouse rata-rata 600 m2 dengan dimensi 20 m x 30 m. Ukuran terkecil
adalah 300 m2 dengan dimensi 15 m x 20 m, sedangkan ukuran terbesar mencapai
2400 m2 dengan dimensi 30 m x 80 m.
63
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Gambar 4.1
Potret greenhouse (atap putih) di Desa Kumbo dari puncak gunung Tunggangan
4.2 Karakteristik Umum Petani Paprika di Desa Kumbo
Usaha budidaya paprika yang dilakukan oleh petani di Desa Kumbo
termasuk pada usaha informal yang tidak berbadan hukum, tidak ada status
permanen atas pekerjaan dan tempat kerja, serta tidak terdapat sistem keamanan
kerja (job security system). Hingga saat ini, jumlah petani paprika di Desa Kumbo
mencapai 54 orang. Dari total jumlah petani tersebut, sebanyak 33 orang adalah
pengguna pestisida, sedangkan 21 petani lain bekerja dibagian perawatan, kebersihan
atau pemetikan. Seluruh petani paprika yang menggunakan pestisida adalah laki-laki.
Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan umur
dapat dilihat pada tabel berikut :
U
64
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Tabel 4.1. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo
Berdasarkan Umur Tahun 2013
Umur (Tahun)
Total < 20 21-30 31-40 > 40
Jumlah 1 20 9 3 33
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas petani yang
menggunakan pestisida berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 20 orang. Sementara
sembilan petani lainnya berada pada usia 31 – 40 tahun, empat petani pada usia 41 –
50, dan hanya satu petani pada usia dibawah 20 tahun.
Adapun distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2013
Tingkat Pendidikan
Total SD SMP SMA PT
Jumlah 12 12 8 1 33
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa petani dengan tingkat pendidikan
SD dan SMP masing-masing sebanyak 12 orang. Sedangkan petani dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 8 orang dan petani dengan tingkat pendidikan Perguruan
Tinggi (PT) hanya ada 1 orang.
65
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan
pengalaman dalam menggunakan pestisida dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan
Pengalaman Dalam Menggunakan Pestisida Tahun 2013
Pengalaman (Tahun)
Total > 1 1-5 6-10 <10
Jumlah 2 17 13 1 33
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 17 petani berpengalaman
menggunakan pesisida selama 1-5 tahun, 13 petani berpengalaman 6-10 tahun, dua
petani berpengalaman kurang dari satahun dan satu petani beprengalaman lebih dari
10 tahun.
Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan frekuensi
penggunaan pestisda dalam seminggu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan Frekuensi
Penggunaan Tahun 2013
Frekuensi Penggunaan / Minggu
Total 2 x 4 x
Jumlah 31 2 33
Pada umumnya, penggunaan pestisida dilakukan sebanyak dua kali dalam
seminggu. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 31 petani
menggunakan pestida dua kali dalam seminggu. Sedangkan dua petani lainnya
66
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
menggunakan pestisida 4 kali dalam seminggu dikarenakan petani tersebut
menangani lebih dari dua greenhouse.
Distribusi petani paprika berdasarkan durasi penggunaan pestisda dalam
setiap pemakainnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5. Distribusi Petani Paprika Berdasarkan Durasi Penggunaan Tahun 2013
Durasi Penggunaan Pestisida
Total ± 2 jam ± 4 jam
Jumlah 17 15 33
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 17 petani menggunakan
pestida selama kurang lebih dua jam. Sedangkan 15 petani lainnya menggunakan
pestisida selama kurang lebih 4 jam. Durasi penggunaan pestisida ini masih berada
di bawah batas normal jam kerja yaitu 8 jam.
4.3 Alur Kegiatan Budidaya Paprika
1. Persiapan Greenhouse
Greenhouse adalah tempat budidaya paprika. Seluruh greenhouse di
Desa Kumbo dibuat dengan menggunakan bambu sebagai tiang, plastik
sebagai atap, serta kombinasi plastik dan jaring sebagai penutup sisi
greenhouse.
Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi
dilakukan dengan membersihkan kotoran dan sampah pada greenhouse. Jika
67
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
greenhouse sudah pernah di tamanami, maka penting untuk membuang sisa
tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal itu dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa
tanaman. Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia seperti lysol dan formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat
menyerang tanaman paprika.
Gambar 4.2
Deretan Greenhouse di Area Timur (Greenhouse T-17,T-18,T-19 dan T-20)
2. Pembibitan
Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu
agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam. Teknis pembibitan
paprika adalah sebagai berikut :
1. Benih direndam dengan air hangat selama 30 menit.
68
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2. Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air
bersih secara merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang
berlebihan menetes.
3. Apabila menggunakan media rockwool, dibuat lubang kecil pada
rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil
yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak ± 2 x 2 cm.
4. Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon
lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah dengan kedalaman ± 0,5
cm.
5. Setelah semua disemai, benih tersebut ditutup dengan plastik mulsa
dan siletakkan dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu
optimal 20-25 ºC dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan
cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah
semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand
sprayer.
6. Setelah benih berkecambah (± 7 hari setelah persemaian), mulsa
penutup dibuka, kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang dapat
tersinari oleh matahari dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.
7. Bibit dengan kotiledon yang telah tumbuh sempurna dipindahkan ke
polybag berukuran 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan
nutrisi.
69
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
8. Dilakukan pemeliharaan di persemaian dan pembibitan yang meliputi
penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit,
dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit dan
pengaturan kembali jarak antar tanaman agar daun tanaman tidak
saling menutupi.
9. Bibit yang telah berumur 21-30 hari atau berdaun ± 5 helai siap
ditanam.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit ke polybag yang
telah persiapkan di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk
penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca.
2. Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2
liter.
3. Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media.
4. Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g
/polybag.
5. Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara
membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan.
70
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
6. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar
batang.
7. Regulating stick dipasang kembali.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran,
pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk
dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi
tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan
umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih
sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk
dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap
pemberian selama 2 menit.
Sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes dimana pada
masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan
tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan
sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Selain itu,
volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu
dan volume penyiraman.
71
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman
paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan, akan
diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara
maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada
tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga
pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi
pemangkasan cabang dan tunas, pemangkasan daun dan pemangkasan
bunga. Adapun langkah-langkah pemangkasan adalah sebagai berikut:
1. Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan
mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2
cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang
dipelihara tumbuh dan mekar.
2. Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada
batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu
rimbun.
3. Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu
setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam
dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga
agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.
72
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman paprika dilakukan
dengan menggunakan pestisida. Secara umum, penyemprotan pestisida pada
setiap greenhouse dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan durasi
rata-rata 3 jam. Petani paprika di Desa Kumbo menggunakan 2 jenis
pestisida yaitu insektisida dan fungsida (lampiran 3). Kedua pestisida
tersebut dicampur dengan air dan zat perekat dan diaduk dengan tongkat
yang terbuat dari bambu. Pencampuran tersebut dilakukan dalam wadah
berupa tank plastik berkapasitas 160 hingga 1100 liter
Gambar 4.3
Mesin Diesel dan Wadah untuk Formulasi Pestisida
Jenis alat penyemprot yang digunakan adalah sprayer tenaga mesin
(diesel). Hasil observasi menunjukkan bahwa penggunaan sprayer tenaga
mesin memiliki potensi bahaya lebih besar dari pada sprayer manual. Hal ini
dikarenakan semprotan pestisida yang keluar tidak bisa dihentikan kecuali
jika mesin diesel dimatikan. Akibatnya, petani sering terpapar pestisida
terutama pada saat berpindah blok.
73
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
.
Gambar 4.4
Penyemprotan Pestisida
4.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dalam kegiatan magang ini, standar APD yang digunakan mengacu pada
standar OSHA (Occupational Safety and Health Association). Sedangkan untuk
kelengkapan APD dalam penggunaan pestisida mengacu pada Pedoman Bimbingan
Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011).
Menurut standar OSHA (Occupational Safety and Health Association), untuk
meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja,
terdapat peraturan APD sebagai berikut :
1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada bahaya-
bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.
2. Memilih dan mempersiapkan APD yang benar-benar cocok untuk masing-
masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).
3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai APD secara benar
untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam bagian tubuh
74
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan, tangan, kaki dan lain-
lain.
Masing-masing APD dirancang atau dibuat untuk mencegah bahaya-bahaya
yang mengancam di tempat kerja. Untuk meyakinkan bahwa pekerja telah memakai
APD yang sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan agar mengadakan
pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih dahulu dan kemudian
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya bahaya-bahaya yang timbul
dan dapat mengancam pekerja pada waktu mereka sedang melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian
Pertanian, 2011), terdapat tujuh APD yang diperlukan dalam penggunaan pestisida
baik saat pencampuran (formulasi) maupun saat penyemprotan, yaitu_:
1. Pakaian yang menutupi tubuh.
Ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian pelindung,
tetapi pakaian yang sederhana cukup terdiri atas celana panjang dan kemeja
lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya
rapat.
2. Celemak (Appron).
Appron terutama digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
3. Penutup atau pelindung kepala.
Penutup dapat berupa topi lebar atau helm khusus untuk menyemprot.
Sedangkan pelindung kepala (helmet) penting digunakan ketika menyemprot
tanaman yang tinggi.
75
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
4. Pelindung mata
5. Sarung tangan.
6. Sepatu boot.
7. Pelindung pernafasan (masker).
Untuk menggambarkan penggunaan APD tersebut, dilakukan wawancara
dan observasi langsung. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara umum
karakteristik petani paprika yang menggunakan pestisida. Sedangkan observasi
dilakukan untuk melihat kelengkapan petani paprika dalam menggunakan APD baik
pada saat pencampuran maupun penyemprotan pestisida. Selain kelangkapan APD,
observasi yang dilakukan juga mencangkup pemeliharaan dan penyimpanan APD.
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan
antara lain dengan:
a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.
b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau,
c. Mengganti filter atau catridge untuk respirator.
Budiono, dkk (2003) juga menjelaskan bahwa untuk menjaga daya guna dari
APD, hendaknya dilakukan penyimpanan ditempat khusus sehingga terbebas dari
debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat
tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.
Secara keseluruhan, hasil observasi penggunaan APD pada petani paprika di
Desa Kumbo dapat dilihat pada tabel berikut :
76
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Tabel 4.6. Hasil Observasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petani Paprika
di Desa Kumbo Tahun 2013
No. Jenis APD Jumlah Petani
Saat Pencampuran Menggunakan Tidak
Menggunakan
1 Pakaian Panjang 25 8
2 Masker - 33
3 Pelindung kepala - 33
4 Kacamata/ pelindung mata - 33
5 Sarung tangan - 33
6 Sepatu boot - 33
7 Celemak/ Appron - 33
Saat Penyemprotan Menggunakan Tidak
Menggunakan
1 Pakaian Panjang 25 8
2 Masker 19 14
3 Pelindung kepala - 33
4 Kacamata/ pelindung mata - 33
5 Sarung tangan - 33
6 Sepatu boot - 33
7 Celemak/ Appron - 33
Pemeliharaan dan Penyimpanan APD Melakukukan Tidak
Melakukan
1 Mencuci APD dengan sabun setelah
menggunakan Pestisida - 33
2 Menjemur APD di panas matahari - 33
3 Menyimpan pakaian/APD di tempat khusus - 33
77
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
1. Pakaian Panjang
Berdasarkan standar atau Occupational Safety and Health
Association (OSHA), pakaian yang sesuai untuk melindungi pengguna
pestisida adalah pakaian panjang seperti acid resistant clothing yang tidak
tembus air dan tahan terhadap zat asam. Pakaian pelindung ini dapat dibuat
dari bahan jenis plastik seperti polivinil Chlorida (PVC).
Selama observasi, ditemukan dua pakaian pelindung berupa jas hujan
yang terbuat dari plastik di greenhouse S-1 dan greenhouse T-22. Namun,
pakaian tersebut tidak digunakan lagi karena faktor kenyamanan. Kemudian,
hasil observasi pada saat proses aplikasi pestisida menunjukkan bahwa tidak
ada petani yang menggunakan pakaian pelindung yang sesuai dengan standar
aman. Semua petani masih menggunakan pakaian biasa yang terbuat dari
kain. Selain itu, tidak ada perbedaan penggunaan pakaian antara saat
pencampuran pestisida dengan penyemprotan pestisida. Berdasarkan hasil
tersebut, observasi yang tetap dilakukan walaupun pakaian yang digunakan
petani memenuhi standar aman. Diagram berikut menunjukkan hasil
observasi penggunaan pakaian panjang pada petani pengguna pestisida baik
pada saat formulasi maupun penyemprotan pestisida :
78
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Diagram 4.1. Hasil Observasi Penggunaan Pakaian Panjang Pada Saat
Formulasi dan Penyemprotan Pestisida
Dari diagram di atas, dapat di ketahui bahwa sebanyak 25 petani (76
%) menggunakan pakaian panjang. Sedangkankan 8 petani lainnya (24 %)
menggunakan pakaian pendek.
Gambar 4.5
Petani yang Tidak Menggunakan Pakaian Panjang
824%
2576%
Tidak Menggunakan
Menggunakan
79
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
2. Masker
Berdasarkan standar OSHA, jenis masker yang sesuai untuk
melindungi petani dari bahaya pestisida adalah chemical cartridge
respirators. Selama observasi, hanya ditemukan satu masker janis ini yaitu
di pos greenhouse S-1. Namun, mesker tersebut tidak pernah digunakan.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa tidak ada petani yang
menggunakan masker jenis ini. Masker yang digunakan adalah masker dari
bahan kain yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor. Selain itu,
terdapat petani yang menggunakan kaos dan slayer sebagai masker.
Gambar 4.6
Petani Paprika Menggunakan Masker Kain Saat Menyemprot Pestisida
Pada saat formulasi pestisida, tidak ada petani yang menggunakan
masker. Masker tersebut hanya digunakan pada saat penyemprotan. Petani
yang tidak menggunakan masker mengaku bahwa mereka sudah
berpengalaman dan mengerti cara menghindari bahaya pestisida. Selain itu,
80
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
ditemukan beberapa petani yag merokok saat menggunakan pestisida
sehingga penggunaan masker dianggap mengganggu aktivitas merokok.
Diagram berikut menunjukkan hasil observasi penggunaan masker pada saat
penyemprotan pestisida.
Diagram 4.2. Hasil Observasi Penggunaan Masker Pada Saat Penyemprota
Dari diagram di atas, dapat di ketahui bahwa sebanyak 19 petani (58
%) menggunakan masker. Sedangkanka 14 petani lainnya (42 %) tidak
menggunakan masker.
3. Pelindung Kepala
Berdasarkan standar OSHA, pelindung kepala yang sesuai untuk
melindungi pengguna pestisida adalah safety helmet atau topi tudung yang
berguna untuk melindungi dari zat-zat kimia. Selama observasi, hanya
ditemukan satu safety helmet yang ada di greenhouse S-1. Namun, pelindung
kepala tersebut tidak pernah digunakan. Selanjutnya, hasil observasi pada
1442%
1958%
Tidak Menggunakan
Menggunakan
81
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
saat aplikasi pestisida menunjukkan bahwa tidak ada petani yang
menggunakan pelindung kepala sesuai dengan standar. Beberapa petani
memakai topi kain biasa atau kaos yang digunakan sebagai penutup kepala.
Gambar 4.7
Petani yang Menggunakan Topi Biasa (Kiri) dan Petani Tanpa Pelindung Kepala
(kanan)
4. Kacamata atau Pelindung Mata
Berdasarkan standar OSHA, jenis pelindung mata yang dapat
digunakan oleh pengguna pestisida adalah goggles dan Face shields. Hasil
observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani yang menggunakan
pelindung mata. Beberapa petani di greenhouse U-11 dan greenhouse S-1
mengaku pernah menggunaan pelindung mata jenis goggles. Namun karena
alasan kenyamanan, pelindung mata tersebut tidak pernah digunakan
kembali.
82
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
5. Sarung Tangan
Sarung tangan merupakan APD yang sangat penting terutama pada
saat pencampuran pestisida karena teradapat risiko terpapa pestisida
konsentrasi tinggi. Berdasarkan standar OSHA, sarung tangan yang sesuai
untuk melindungi pengguna pestisida adalah Gloves yang terbuat dari karet
(latex, nitrile atau butyl), plastik atau material lainnya yang tahan terhadap
zat kimia pestisida. Hasil observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani
yang menggunakan sarung tangan.
Gambar 4.8
Petani Paprika Tidak Menggunakan Sarung Tangan
Pada saat magang berlangsung, ditemukan masalah kesehatan terkait
penggunaan sarung tangan pada petani di greenhouse S-12. Petani tersebut
mengalami penyakit kulit pada jari-jari dan telapak tangan. Berdasarkan
hasil wawancara, petani mengaku telah menggunakan pestisida selama lima
tahun. Namun, tidak ada riwayat terpapar tumpahan pestisida dengan
konsentrasi tinggi.
83
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Gambar 4.9
Petani yang Mengalamai Penyakit Kulit Akibat Pestisida
6. Sepatu Boot
Sepatu boot biasanya terbuat dari bahan karet yang resisten terhadap
zat kimia pestisida. Sepatu boot yang demikian telah memenuhi standar
OSHA. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, tidak ada petani yang
menggunakan sepatu boot. Petani hanya menggunakan alas kaki biasa
seperti sandal jepit. Bahkan, banyak ditemukan petani yang tidak
menggunakan alas kaki.
Gambar 4.9
Petani yang Tidak Menggunakan Alas Kaki (kiri) dan Petani yang Menggunakan
Sandal Jepit (Kanan)
84
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
7. Celemak (Appron)
Celemak (appron) digunakan untuk melindungi pekerja dari
tumpahan pestisida pada saat pencampuran dan kurang efektif jika
digunakan pada saat penyemprotan. Selain itu, penggunaan celemak tidak
diperlukan jika petani telah menggunakan pakaian pelindung. Hasil
observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani yang menggunakan celemak
baik pada saat pencampuran maupun pada saat penyemprotan pestisda.
4.5 Pemeliharaan dan Penyimpanan APD
Dari hasil observasi pada 52 unit greenhouse dan 33 petani yang
menggunakan pestisida, hanya ditemukan empat APD yang memenuhi standar aman
yaitu satu buah respirator, satu buah safety helmet, dan dua buah pakaian panjang
yang terbuat dari plastik. Namun, keempat APD tesebut sudah tidak digunakan
karena faktor kenyamanan. Dengan demikian, tidak ada petani yang menggunakan
APD sesuai dengan standar aman. Berdasarkan hasil tersebut, tidak dilakukan
observasi terhadap pemeliharaan dan penyimpanan APD. Petani hanya memakai
pakaian biasa, masker dari kain, alas kaki berupa sandal, dan penutup kepala berupa
topi atau kaos. Saat dilakukan wawancara, semua petani mengaku menggunakan
pakaian dan masker yang telah dicuci dengan sabun. Namun, untuk sandal, petani
biasanya hanya membilas dengan air yang mengalir.
85
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5 ‘‘
5.1 Simpulan
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Usaha budidaya paprika yang dilakukan oleh petani di Desa Kumbo
termasuk pada usaha informal dan tidak memiliki sistem keamanan kerja (job
security system).
2. Jumlah total greenhouse yang menjadi tempat budidaya paprika di Desa
kumbo hingga tahun 2013 mencapai 52 unit.
3. Sebanyak 33 orang laki-laki dari total jumlah petani paprika (54 orang) di
Desa Kumbo adalah pengguna pestisida
4. Frekuensi penggunaan pestisida pada setiap greenhouse dilakukan sebanyak
dua kali dalam seminggu dengan durasi rata-rata tiga jam.
5. Petani paprika di Desa Kumbo belum menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) secara lengkap
6. Petani paprika di Desa Kumbo belum menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang memenuhi standar aman baik pada saat formulasi maupun pada
saat penyemprotan.
86
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
7. Tidak ada aktivitas pemeliharaan dan penyimpanan Alat Pelindung Diri
(APD) karena petani paprika di Desa Kumbo belum memiliki APD secara
lengkap dan memenuhi standar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka terdapat beberapa saran
bagi petani paprika dalam rangka mengendalikan bahaya terkait penggunaan
pestisida, yaitu_:
1. Mengadakan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar aman.
3. Mengadakan pelatihan terkait panggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan
Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mengadakan pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
87
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga dan Soetiarso. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Resiko pada
Usahatani Cabai. J. Hort. 8 (4):1299-1311, 1999.
Anonim, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian - Direktorat Pupuk dan Pestisida. Kementrian
Pertanian
Anonim, “Sepuluh Buah dan Sayur yang Mengandung Kadar Pestisida Tinggi” artikel
diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari
http://www.infospesial.net/lifestyle/10-buah-sayur-mengandung-kadar-
pestisida-tinggi/
Cahyono, Bambang, 2007. Cabai Paprika – Teknik Budidya dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta: Kanisius.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Fitriyah, Zakiatul. 2011. “Paprika - Makalah Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”.
Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Program Studi Kebidanan. Kementrian
Kesehatan RI.
Gunawan, veronica, 2009. “Formulasi dan Aplikasi Edible Coating Berbasis Pati Sagu
dengan Penambahan Vitamin C Pada Paprika”. Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Meliala, arihta. 2005. “Karakteristik dan Hygiene Perorangan Petani Hortikultura Serta
Keluhan Kesehatan Dalam Penggunaan Pestisida di Desa Gurukihayan
Kecamatan Payung Kabupaten Karo Tahun 2005.” Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan
Nedved, Milos. 1991. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Biokimia dan Pengendalian
Bahaya Besar. Editor Soemanto Imam Hanafi. Jakarta: ILO
Novizan, 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka
Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2003. Personal Protective
Equipment. Artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari www.osha.gov
88
Ke
seh
atan
dan
Ke
sela
mat
an K
erja
(K
3)
Pro
gram
Stu
di K
ese
hat
an M
asya
raka
t
Faku
ltas
Ke
do
kte
ran
dan
Ilm
u K
ese
hat
an
Un
iver
sita
s Is
lam
Ne
geri
(U
IN)
Sya
rif
Hid
ayat
ull
ah J
akar
ta
Palar, Heryando, 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prabaningrum, L., T. K. Moekasan dan S. Sastrosiswojo. 2002. “Studi Lini Dasar
Pembangunan Tanaman Paprika di Jawa Barat”. Laporan Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.
Sembiring, Dewan, 2008. “Pengetahuan Sikap dan Tindakan Tentang Pengelolaan
Pestisida Pada Petani Jeruk di Desa Sinaman Kecamatan Barusjahe Kabupaten
Karo Tahun 2007.” Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sulistiyono, Luluk. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor.
Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas
Agung
Suwarni, Agus, 1998. Tingkat Keracunan, Faktor Risiko dan Kerugian Ekonomi Akibat
Penggunaan Pestisida Bagi Petni Bawang Merah dan Cabe di Kabupaten
Brebes. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jawa Tengah,Vol. XXXI
No. 2).
The Canadian Standards Association Standard (CSA). 1984. Hearing Protectors. Artikel
diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari http://www.csa.ca
Wudianto, Rini. 2005. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.