demensia pada lansia

41
DEMENSIA PADA LANSIA” Di Bimbing Oleh: Ervandy, S. Kep.Ns Disusun Oleh: Nama :miswaroh Tingkat :IIIA NIM:0704032 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM DIII KEPERAWATAN KABUPATEN MALANG Tahun Akademik 2009-2010 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Demensia Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi. Epidemiologi Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50- 70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer. Klasifikasi Menurut Umur: 1. Demensia senilis (>65th) 2. Demensia prasenilis (<65th) Menurut perjalanan penyakit: 1. Reversibel 2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

Upload: rika-gusneri-part-ii

Post on 24-Oct-2015

153 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Demensia Pada Lansia

“DEMENSIA PADA LANSIA”Di Bimbing Oleh: Ervandy, S. Kep.NsDisusun Oleh:Nama :miswarohTingkat :IIIANIM:0704032SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPROGRAM DIII KEPERAWATANKABUPATEN MALANGTahun Akademik 2009-2010TINJAUAN PUSTAKAPengertian DemensiaDemensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

EpidemiologiLaporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

Klasifikasi

Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)

2. Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel

2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma,

intoxikasi Pb.

Menurut kerusakan struktur otak

Tipe Alzheimer

1. Tipe non-Alzheimer

Page 2: Demensia Pada Lansia

2. Demensia vaskular

3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

4. Demensia Lobus frontal-temporal

5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

6. Morbus Parkinson

7. Morbus Huntington

8. Morbus Pick

9. Morbus Jakob-Creutzfeldt

10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

11. Prion disease

12. Palsi Supranuklear progresif

13. Multiple sklerosis

14. Neurosifilis

15. Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

1. Demensia proprius

2. Pseudo-demensiaEtiologi DemensiaDisebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala KlinisAda dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.

1. Demensia AlzheimerGejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

Page 3: Demensia Pada Lansia

Stadium IBerlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium IIBerlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain,

Disorientasi

gangguan bahasa (afasia)

penderita mudah bingung

penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai

selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga

mengulanginya lagi.

Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi

berat prevalensinya 15-20%,”.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain:

Penderita menjadi vegetatif

tidak bergerak dan membisu

daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri

tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil

kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain

kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

2. Demensia VaskulerUntuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:

1. Kelainan sebagai penyebab Demensia :

penyakit degenaratif

penyakit serebrovaskuler

keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO

trauma otak

infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)

Hidrosefaulus normotensif

Tumor primer atau metastasis

Autoimun, vaskulitif

Page 4: Demensia Pada Lansia

Multiple sclerosis

Toksik

kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

2. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi

1. Gangguan psiatrik :

Depresi

Anxietas

Psikosis

2. Obat-obatan :

Psikofarmaka

Antiaritmia

Antihipertensi

3. Antikonvulsan

Digitalis

4. Gangguan nutrisi :

Defisiensi B6 (Pelagra)

Defisiensi B12

Defisiensi asam folat

Marchiava-bignami disease

5. Gangguan metabolisme :

Hiper/hipotiroidi

Hiperkalsemia

Hiper/hiponatremia

Hiopoglikemia

Hiperlipidemia

Hipercapnia

Gagal ginjal

Sindromk Cushing

Addison’s disesse

Hippotituitaria

Efek remote penyakit kankerTanda dan Gejala DemensiaHal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama,

Page 5: Demensia Pada Lansia

mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian

keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat

penderita demensia berada

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata

yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,

marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak

beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut

muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisahDiagnosisDiagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia

Bagian otak yang terkena

Penyebab yang potensial reversibel

Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

Page 6: Demensia Pada Lansia

Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

Pencitraan otak amat penting CT atau MRIPeran KeluargaKeluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

Tingkah Laku LansiaPada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

Pencegahan & Perawatan Demensia

Page 7: Demensia Pada Lansia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang

berlebihan

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

o Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

o Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki

persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari

dapat membuat otak kita tetap sehat.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIAMasalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.PengkajianDemensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.

Tanda dan Gejala

1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari

2. Pelupa

3. Sering mengulang kata-kata

4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan

5. Cepat marah dan sulit di atur.

6. Kehilangan daya ingat

7. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru

8. kurang konsentrasi

9. kurang kebersihan diri

10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

11. Mudah terangsang

12. Tremor

13. Kurang koordinasi gerakan.Cara melakukan pengkajian

1. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansiaUntuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Page 8: Demensia Pada Lansia

1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai

dengan konteks agama pasien.

2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara

adalah perawat yang akan merawat pasien.

3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.

4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.

5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.

6. Bersikap empati dengan cara:

o Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan

perhatian

o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab

o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik

o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

1. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata

atau kalimat jargon)

2. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu respon pasien

3. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama.

4. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus

direndahkan.

5. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik

6. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka

7. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:

• Tidak berisik atau ribut

• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup

• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

Kurang konsentrasi

Kurang kebersihan diri

Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

Tidak mengenal waktu, tempat dan orang

Tremor

Kurang kordinasi gerak

Aktiftas terbatas

Sering mengulang kata-kata.

Page 9: Demensia Pada Lansia

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:Diagnosa KeperawatanBerdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan:

1. Gangguan Proses Pikir

2. Risiko Cedera: jatuhTindakan KeperawatanDiagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”

Tindakan keperawatan untuk pasien:

Tujuan agar pasien mampu:

a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat

b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.

Tindakan

1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya tempat

tidur, lemari, pakaian dll.

2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar,

kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.

3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga

terdekat

4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.

5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.

6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari

7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.

8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya

9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.

10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.

11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

Tindakan untuk keluarga

Tujuan

Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat

Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas

Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.Tindakan

1. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat pada pasien

2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar

3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien

4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.

Page 10: Demensia Pada Lansia

5. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan terhadap kemampauan

yang masih dimiliki oleh pasien

6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah

dibuat.

8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien

9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal

kegiatan yang sudah dibuat.Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”

Tindakan pada pasien.Tujuan

1. Pasien terhindar dari cedera

2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.Tindakan

1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang sederhana

2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak minta tolong

3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah cedera.Tindakan untuk keluarga

Tujuan: Keluarga mampu:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien

2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cederaTindakan

1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien

2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah tidak licin,

jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup, lampu tetap

menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika pasien merokok, tutup steker dan alat

listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan

tempat tidur yang rendah

3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau aktivitas harian

yang dilakukanEvaluasiUntuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:1. Gangguan proses pikir: bingungKemampuan pasien:

1. Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar

2. Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal

3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini

4. Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual

Page 11: Demensia Pada Lansia

5. Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatanKemampuan keluarga

1. Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang

2. Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam besar

3. Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat

4. Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian2.Risiko cederaKemampuan pasien:

1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera

2. Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera

3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuanKemampuan keluarga

1. Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada pasien

2. Menyediakan pengaman di dalam rumah

3. Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien

4. Selalu menemani pasien di rumah

5. Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien

     

 

4 Votes

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DEMENSIA

 

1. A.    KONSEP DASAR PENYAKIT

2. 1.      Pengertian

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global

yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)

Page 12: Demensia Pada Lansia

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh

pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing,

2006)

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak

pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang

terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi

degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan

untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana

terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa

terjadi kemunduran kepribadian. (http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)

 

1. 2.      Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi

usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan

meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia

dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara

industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau

sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia

Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan

Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan

demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat

penyakit Alzheimer.

1. 3.   Etiologi

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia

ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak

dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat

bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh

darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh

penyakit lain.

Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan peredaran

darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus

ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose – etiologi dapat

ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan

sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)

Page 13: Demensia Pada Lansia

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah

kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan

sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,

kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

 

1. 4.   Klasifikasi

2. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali

mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan

gejala :

Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif,

Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan

neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang

strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.

1. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer  tetapi  terdapat gejala-

gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

Peningkatan reflek tendon dalam,

Respontar eksensor,

Palsi pseudobulbar,

Kelainan gaya berjalan,

Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu

dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi,

DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

Terdapat gejala demensia

Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

Page 14: Demensia Pada Lansia

Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

1. 5.   Tanda dan Gejala

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian

keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat

penderita demensia berada

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan

kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,

marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak

beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut

muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

1. 6.   Patofisiologi

            Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab spesifik

penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori

lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari

aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi

biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan

pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga

penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer

terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi

kognitif dan memori.

Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih besar, protein

precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit

Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa

diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan

lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan

lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler

adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran

spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan

zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter

menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf. Tau

dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit

Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula

di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.

Page 15: Demensia Pada Lansia

Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang

menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak.

Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam

perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark

mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi,

dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.

Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy yang lama dan

parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun

setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita demensia sedang

atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley, 2006)

1. 7.   Pathway (terlampir)

1. 8.   Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia

Bagian otak yang terkena

Penyebab yang potensial reversibel

Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

1. 9.   Penatalaksanaan

Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional dapat

menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis

yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus

dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia

yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.

Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis

suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala

spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan

yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian

besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat,

terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah

medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal.

Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,

kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.

Page 16: Demensia Pada Lansia

Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus

diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia,

obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta

untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi

kognitif.

v  Obat untuk demensia

1. Cholinergic-enhancing agents

Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-

enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara

keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa

demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga

disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan

noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat

terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.

1. Cholinedan lecithin

Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan

hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada

neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi

hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit

perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif,

walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam

cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.

1. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH

Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat

memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa

gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki

keadaan umum.

1. Nootropic agents

Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia,

ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-

dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan

meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung,

serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati

dan perilaku.

1. Dihydropyridine

Page 17: Demensia Pada Lansia

Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan

pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf

pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia

dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa

dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama

yang mengidap hipertensi esensial

1. 10.     Pencegahan dan Perawatan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga

ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang

berlebihan

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat

atau hobi

1. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-

hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

 

 

 

1. B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. 1.   Pengkajian

Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan demensia

adalah sebagai berikut :

1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari

2. Pelupa

3. Sering mengulang kata-kata

4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan

5. Cepat marah dan sulit di atur.

6. Kehilangan daya ingat

7. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru

Page 18: Demensia Pada Lansia

8. Kurang konsentrasi

9. Kurang kebersihan diri

10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

11. Tremor

12. Kurang koordinasi gerakan.

1. 2.   Diagnosa keperawatan

1)   Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan

stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.

2)   Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi

sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,

apatis, gelisah, halusinasi.

3)   Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku

defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.

4)   Perubahan pola tidur  berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal

tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.

5)   Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan

kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.

6)   Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan

cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

7)   Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi

tempat, orang dan waktu.

8)   Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa,

kemunduran hobi, perubahan sensori.

9)   Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak

terkoordinasi, aktivitas kejang.

1. 3.   Perencanaan

N

o

Diagnosa

keperawatan

Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi

1 Perubahan

proses pikir

Setelah diberikan

tindakan

1. Kembangkan lingkungan

yang mendukung dan

Page 19: Demensia Pada Lansia

berhubungan

dengan

perubahan

fisiologis

(degenerasi

neuron

ireversibel)

ditandai dengan

hilang ingatan

atau memori,

hilang konsentrsi,

tidak mampu

menginterpretasi

kan stimulasi dan

menilai realitas

dengan akurat.

keperawatan

diharapkan klien

mampu mengenali

perubahan dalam

berpikir dengan

KH:-          Mampu

memperlihatkan

kemampuan

kognitifuntuk

menjalani

konsekuensi

kejadian yang

menegangkan

terhadap emosi dan

pikiran tentang diri

-          Mampu

mengembangkan

strategi untuk

mengatasi

anggapan diri yang

negative

-          Mampu

mengenali

perubahan dalam

berpikir atau tingkah

laku dan factor

penyebab

-          Mampu

memperlihatkan

penurunan tingkah

laku yang tidak

diinginkan,

ancaman, dan

kebingungan

hubungan klien-perawat yang

terapeutik

1. Kaji derajat gangguan

kognitif, seperti perubahan

orientasi, rentang perhatian,

kemampuan berpikir.

Bicarakan dengan keluarga

mengenai perubahan

perilaku

1. Pertahankan lingkungan

yang menyenangkan dan

tenang

1. Lakukan pendekatan dengan

cara perlahan dan tenang

1. Tatap wajah ketika berbicara

dengan klien

1. Panggil klien dengan

namanya

1. Gunakan suara yang agak

rendah dan berbicara dengan

perlahan pada klien

1. Gunakan kata-kata pendek,

kalimat dan Ulangi instruksi

tersebut sesuai kebutuhan

1. Berhenti sejenak di antara

kalimat/pertanyaan. Beri

isyarat tertentu, gunakan

kalimat terbuka

1. Dengarkan dengan penuh

perhatian pembicaraan klien.

Interpretasikan pertanyaan,

arti, dan kata. Beri kata yang

benar

1. Hindari kritikan, argumentasi,

Page 20: Demensia Pada Lansia

dan konfrontasi negative

1. Gunakan distraksi. Bicarakan

tentang kejadian yang

sebenarnya saat klien

mengungkapkan ide yang

salah, jika tidak

meningkatkan kecemasan

1. Hindari klien dari aktivitas

dan komunikasi yang

dipaksakan

1. Gunakan hal yang humoris

saat berinteraksi pada klien

A. Mengurangi

kecemasan dan

emosional, seperti

kemarahan,

meningkatkan

pengembangan

evaluasi diri yang

positif dan

mengurangi konflik

psikologis

B. Memberikan dasar

perbandingan yang

akan datang dan

memengaruhi rencan

intervensi. Catatan:

evaluasi orientasi

secara berulang

dapat meningkatkan

respon yang

negative/tingkat

frustasi

C. Kebisingan

merupakan sensori

berlebihan yang

meningkatkan

gangguan neuron

D. Pendekatan terburu-

buru menyebabkan

Page 21: Demensia Pada Lansia

klien bingung,

kesalahan

persepsi/perasaan,

terancam

E. Menimbulkan

perhatian, terutama

pada klien dengan

gangguan perceptual

F. Nama adalah bentuk

identitas diri dan

menimbulkan

pengenalan terhadap

realita dan klien

G. Meningkatkan

pemahaman.

Ucapan tinggi dank

eras menimbulkan

stress/marah yang

mencetuskan

konfrontasi dan

respons marah

H. Seiring

perkembangan

penyakit, pusat

komunikasi dalam

otak terganggu

sehingga

menghilangkan

kemampuan klien

dalam respons

penerimaan pesan

dan percakapan

secara keseluruhan

I. Menimbulkan

respons verbal,

meningkatkan

pemahaman. Isyarat

menstimulasi

komunikasi, memberi

pengalaman positif

J. Mengarahkan

perhatian dan

penghargaan.

Membantu klien

Page 22: Demensia Pada Lansia

dengan alat bantu

proses kata dalam

menurunkan frustasi

K. Provokasi

menurunkan harga

diri dan merupakan

ancaman yang

mencetuskan agitasi

yang tidak sesuai

L. Lamunan membantu

dalam meningkatkan

disorientasi.

Orientasi pada realita

meningkatkan

perasaan realita

klien, penghargaan

diri dan kemuliaan

(kebahagiaan)

personal

M. Keterpaksaan

menurunkan

keikutsertaan dan

meningkatkan

kecurigaan, delusi

N. Tertawa membantu

dalam komunikasi

dan meningkatkan

kestabilan emosi

2 Perubahan

persepsi sensori

berhubungan

dengan

perubahan

persepsi,

transmisi atau

integrasi sensori

(penyakit

neurologis, tidak

mampu

berkomunikasi,

gangguan tidur,

nyeri) ditandai

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

diharapkan

perubahan persepsi

sensori klien dapat

berkurang atau

terkontrol dengan

KH:-         

Mengalami

penurunan

halusinasi

-         

1. kembangkan lingkungan

yang suportif dan hubungan

perawat –klien terapeutik

2. Bantu klien untuk memahami

halusinasi

3. beri informasi tentang sifat

halusinasi ,hubungannya

dengan stresor/pengalaman

emosional yang

traumatic,pengobatan dan

cara mengatasi

4. kaji derajat sensori atau

gangguan persepsi dan

bagaimana hal tersebut

1.

Page 23: Demensia Pada Lansia

dengan cemas,

apatis, gelisah,

halusinasi.

Mengembangkan

strategi psikososial

untuk mengurangi

stress atau

mengatur prilaku.

-         

Mendemonstrasikan

respon yang sesuai

stimulasi

-          Perawat

mampu

mengidentifikasi

factor eksternal

yang berperan

terhadap perubahan

-          kemampuan 

persepsi sensori

mempengaruhi klien

termasuk penurunan

penglihatan atau

pendengaran

1. ajarkan strategi untuk

mengurangi stress

2. anjurkan untuk

menggunakan kaca mata

atau alat bantu pendengaran

sesuai keperluan

3. Meningkatkan kenyamanan

dan menurunkan kecemasan

pada klien

4. Meningkatkan koping dan

menurunkan halusinasi

5. Untuk membantu klien dalam

memahami halusinasi

1.

2.

3 Sindrom stress

relokasi

berhubungan

dengan

perubahan dalam

aktivitas

kehidupan

sehari-hari

ditandai dengan

kebingungan,

keprihatinan,

gelisah, tampak

cemas, mudah

tersinggung,

tingkah laku

defensive,

kekacauan

mental, tingkah

laku curiga, dan

tingkah laku

agresif.

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

diharapkan klien

dapat beradaptasi

dengan perubahan

aktivitas sehari- hari

dan lingkungan

dengan KH :-         

Mengidentifikasi

perubahan

-          Mampu

beradaptasi pada

perubahan

lingkungan dan

aktivitas kehidupan

sehari- hari

-         

Mempertahankan

rasa berharga pada

1. Jalin hubungan saling

mendukung dengan klien

2. Orientasikan pada

lingkungan dan rutinitas baru

1. Kaji tingkat stressor (seperti

penyesuaian diri, krisis

perkembangan, peran

keluarga, akibat perubahan

status kesehatan)

2. Tempatkan pada ruangan

pribadi jika mungkin dan

bergabung dengan orang

terdekat dalam aktivitas

perawatan, waktu makan,

dan sebaginya

1. Tentukan jadwal aktivitas

yang wajar dan masukkan

dalam kegiatan rutin

1. Identifikasi kekuatan klien

Page 24: Demensia Pada Lansia

diri dan identitas

pribadi yang positif

-          Membuat

pernyataan positif

tentang lingkungan

yang baru

-         

Memperlihatkan

penerimaan

terhadap perubahan

lingkungan dan

penyesuaian

kehidupan

-          Mampu

menunjukan

tentang perasaan

yang sesuai/tidak

cemas dan rasa

takut berkurang

-          Tidak

menyimpan

pengalaman

menyakitkan

-         

Menggunakan

bantuan dari

sumber yang tepat

selama waktu

pengaturan pada

lingkungan baru

yang dimiliki sebelumnya

1. Berikan penjelasan dan

informasi yang

menyenangkan mengenai

kegiatan/peristiwa

1. Catat tingkah laku,

munculnya perasaan

curiga/paranoid, mudah

tersinggung, defensive

1. Pertahankan keadaan

tenang. Tempatkan dalam

lingkungan tenang yang

memberikan kesempatan

untuk “beristirahat”

1. Atasi tingkah laku agresif

dengan pendekatan yang

tenang

2. Gunakan sentuhan jika tidak

mengalami paranoid/sedang

mengalami agitasi sesaat

3. Rujuk ke sumber pendukung

perawatan diri

A. Untuk membangun

kepercayaan dan

rasa aman

B. Menurunkan

kecemasan dan

perasaan terganggu

C. Untuk menentukan

persepsi klien

tentang kejadian dan

tingkat serangan

D. Perawatan di rumah

sakit mengubah

aktivitas klien dan

meningkatkan

masalah tingkah

laku. Memberi

kesempatan

Page 25: Demensia Pada Lansia

mengontrol

lingkungan dan

melindungi dari

kelainan tingkah laku

E. Konsistensi

mengurangi

kebingungan dan

meningkatkan rasa

kebersamaan

F. Memfasilitasi

bantuan dengan

komunikasi dan

manajemen dari

kekurangan

sekarang serta

selanjutnya

G. Menurunkan

ketegangan,

mempertahankan

rasa saling percaya

dan orientasi. Saat

klien mengetahui

secara perlahan

tentang apa yang

terjadi, koping klien

akan meningkat

H. Stress meningkat,

rasa tidak

nyaman/nyeri fisik

dan kelelahan

mencetuskan

penurunan tingkah

laku dan gangguan

komunikasi. Perilaku

katastropik ini

menimbulkan panic

dan rasa

bermusuhan

I. Menenangkan situasi

dan member klien

waktu untuk

memperoleh kendali

terhadap perilaku

dan emosinya

Page 26: Demensia Pada Lansia

J. Rasa diterima

menurunkan rasa

takut, dan respons

agresif

K. Memberikan

keyakinan,

menuunkan stress,

dan meningkatkan

kualitas hidup

L. Meningkatkan

perasaan, dukungan

selama penyesuaian

4 Perubahan pola

tidur 

berhubungan

dengan

perubahan

lingkungan

ditandai dengan

keluhan verbal

tentang kesulitan

tidur, terus-

menerus terjaga,

tidak mampu

menentukan

kebutuhan/

waktu tidur.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan tidak

terjadi gangguan

pola tidur pada klien

dengan KH :-         

Memahami factor

penyebab

gangguan pola tidur

-          Mampu

menentukan

penyebab tidur

inadekuat

-          Mampu

memahami rencana

khusus untuk

menangani/mengor

eksi penyebab tidur

tidak adekuat

-          Mampu

menciptakan pola

tidur yang adekuat

dengan penurunan

terhadap pikiran

yang melayang-

layang (melamun)

1. Jangan menganjurkan klien

tidur siang apabila berakibat

efek negative terhadap tidur

pada malam hari

2. Evaluasi efek obat klien

(steroid ,diuretik) yang

mengganggu tidur

1. Tentukan kebiasaan dan

rutinitas waktu tidur malam

dengan kebiasaan klien

(memberi susu hangat)

1. Memberika lingkungan yang

nyaman untuk meningkatkan

tidur (mematikan lampu,

ventilasi ruang adekuat, suhu

yang sesuai, menghindari

kebisingan)

1. Buat jadwal intervensi untuk

memungkinkan waktu tidur

lebih lama(memeriksa tanda

vital, mengubah posisi)

1. Berikan kesempatan untuk

tidur sejenak, anjurkan

latihan saat siang hari,

turunkan aktivitas mental/fisik

Page 27: Demensia Pada Lansia

-          Tampak atau

melaporkan dapat

beristirahat yang

cukup

pada sore hari

1. Hindari penggunaan

“pengikatan” secara terus

menerus

1. Evaluasi tingkat

stress/orientasi sesuai

perkembangan hari demi hari

1. Buat jadwal tidur secara

teratur. Katakan pada klien

bahwa saat ini adalah waktu

untuk tidur

1. Berikan makanan kecil sore

hari, susu hangat, mandi,

dan masase punggung

2. Turunkan jumlah minuman

sore. Lakukan berkemih

sebelum tidur

3. Putarkan musik yang lembut

atau “suara yang jernih”

4. Irama sirkadian (siklus tidur-

bangun)yang tersinkronisasi

disebabkan oleh tidur siang

yang singkat

5. Derangement psikis terjadi

bila terdapat penggunaan

kortikosteroid, termasuk

perubahan mood, insomnia

6. Mengubah pola yang sudah

terbiasa dari asupan makan

klien pada malam hari

terbukti mengganggu tidur

7. Hambatan kortikal pada

formasi reticular akan

berkurang selama tidur,

emningkatkan respons

otomatik, karenanya respons

kardiovaskular terhadap

suara meningkat selama tidur

8. Gangguan tidur terjadi

Page 28: Demensia Pada Lansia

dengan seringnya tidur dan

mengganggu pemulihan

sehubungan dengan

gangguan psikologis dan

fisiologis, sehingga irama

sirkadian terganggu

9. Aktivitas fisik dan mental

yang lama mengakibatkan

kelelahan yang dapat

meningkatkan kebingungan,

aktivitas yang terprogram

tanpa stimulasi berlebihan

meningkatkan waktu tidur

10. Risiko gangguan sensori,

meningkatkan agitasi dan

menghambat waktu istirahat

11. Peningkatan kebingungan,

disorientasi, tingkah laku

tidak kooperatif (sindrom

sundower) dapat mengurangi

tidur

12. Penguatan bahwa saatnya

tidur dan mempertahankan

kestabilan lingkungan.

Catatan : penundaan waktu

tidur diindikasikan agar klien

membuang kelebihan energy

dan memfasilitasi tidur

13. Meningkatkan relaksasi

dengan perasaan mengantuk

14. Menurunkan kebutuhan akan

bangun untuk berkemih

selama malam hari

15. Menurunkan stimulasi

sensori dengan menghambat

suara lain dari lingkungan

sekitar yang akan

menghambat tidur

5 Kurang

perawatan diri

berhubungan

dengan

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

diharapkan klien

1. Identifikasi kesulitan dalam

berpakaian/ perawatan diri,

seperti: keterbatasan gerak

fisik, apatis/ depresi,

a. Memahami penyebab

yang mempengaruhi

intervensi. Masalah dapat

diminimalkan dengan

Page 29: Demensia Pada Lansia

intoleransi

aktivitas,

menurunnya

daya tahan dan

kekuatan

ditandai dengan

penurunan

kemampuan

melakukan

aktivitas sehari-

hari.

dapat merawat

dirinya sesuai

dengan

kemampuannya

dengan KH :- 

Mampu melakukan

aktivitas perawatan

diri sesuai dengan

tingkat kemampuan.

-  Mampu

mengidentifikasi

dan menggunakan

sumber pribadi/

komunitas yang

dapat memberikan

bantuan.

penurunan kognitif seperti

apraksia.

1. Identifikasi kebutuhan

kebersihan diri dan berikan

bantuan sesuai kebutuhan

dengan perawatan

rambut/kuku/ kulit, bersihkan

kaca mata, dan gosok gigi.

2. Perhatikan adanya tanda-

tanda nonverbal yang

fisiologis.

d. Beri banyak waktu untuk

melakukan tugas.

1. Bantu mengenakan pakaian

yang rapi dan indah.

menyesuaikan atau

memerlukan konsultasi

dari ahli lain.b.Seiring

perkembangan penyakit,

kebutuhan kebersihan

dasar mungkin dilupakan.

c. Kehilangan sensori dan

penurunan fungsi bahasa

menyebabkan klien

mengungkapkan

kebutuhan perawatan diri

dengan cara nonverbal,

seperti terengah-engah,

ingin berkemih dengan

memegang dirinya.

1.

e. Meningkatkan

kepercayaan untuk hidup.

6. Koping individu

tidak efektif

berhubungan

dengan

pemecahan

masalah tidak

adekuat ditandai

dengan cepat

marah, curiga,

mudah

tersinggung.

Setelah diberikan

asuhan 

keperawatan

diharapkan koping

individu menjadi

efektif dengan

kriteria hasil :-      

Mampu

menyatakan atau

mengkomunikasika

n dengan orang

terdekat tentang

situasi dan

perubahan yang

sedang terjadi

1. Kaji perubahan dari

gangguan persepsi dan

hubungan dengan derajat

ketidakmampuan

1. Dukung kemampuan koping

1. Pernyataan pengakuan

terhadap penolakan tubuh,

mengingatkan kembali fakta

kejadian tentang realitas

bahwa masih dapat

menggunakan sisi yang sakit

dan belajar mengontrol sisi

a. Menentukan bantuan

individual dalam

menyusun rencana

perawatan atau pemilihan

intervensib. Kepatuhan

terhadap program latihan

dan berjalan membantu

memperlambat kemajuan

penyakit. Dukungan dan

sumber bantuan dapat

diberikan melalui

ketekunan berdoa dan

penekanan keluar

terhadap aktivitas dengan

mepertahankan patisipasi

Page 30: Demensia Pada Lansia

-       Mampu

menyatakan

penerimaan diri

terhadap situasi

-       Mengakui dan

menggabungkan

perubahan ke

dalam konsep diri

dengan cara yang

akurat tanpa haraga

diri yang negatif

yang sehat

1. Beri dukungan psikologis

secara menyeluruh

1. Bentuk program aktivitas

pada keseluruhan hari

1. Anjurkan orang yang terdekat

untuk mengizinkan klien

melakukan hal-hal untuk

dirinya semaksimal mungkin

1. Dukung perilaku atau usaha

seperti peningkatan minat

atau partisipasi dalam

aktivitas rehabilitasi

1. Monitor gangguan tidur

peningkatan konsentrasi,

letargi, dan withdrawal

Kolaborasi

1. Rujuk pada ahli

neuropsikologi dan konseling

bila ada indikasi

aktif

c. Membantu klien untuk

melihat bahwa perawat

menerima kedua bagian

sebagai bagian dari

seluruh tubuh.

Mengizinkan klien untuk

merasakan adanya

harapan dan mulai

menerima situasi baru.

d.Klien Demensia sering

merasa malu, apatis,

tidak adekuat, bosan dan

merasa sendiri. Perasaan

ini dapat disebabkan

akibat keadaan fisik yang

lambat dan upaya yang

besar dibutuhkan

terhadap tugas-tugas

kecil. Klien dibantu dan

didukung untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan

(seperti meningkatnya

mobilitas)

e. Bentuk program

aktivitas pada

keseluruhan hari untuk

mencegha waktu tidur

yang terlalu banyak yang

dapat mengarah padda

tidak adanya keinginan

dari apatis. Setiap upaya

dibuat untuk mendukung

klien keluar darii tugas-

tugas yang termasuk

koping dengan kebutuhan

mereka setiap hari dan

untuk membentuk klien

mandiri. Apapun yang

dilakukan hanya untuk

keamanan sewaktu

Page 31: Demensia Pada Lansia

mencapai tujuan dengan

meningkatnya

kemampuan koping.

1.

g. Klien dapat

beradaptasi terhadap

perubahan dan

pengertian tentang peran

individu masa

mendatang.

h. Dapat mengindikasikan

terjadinya depresi

dimana memerlukan

intervensi dan evaluasi

lebih lanjut

Kolaborasi

1.

Page 32: Demensia Pada Lansia

7. Hambatan

komunikasi

verbal

berhubungan

dengan

perubahan

persepsi ditandai

dengan

disorientasi

tempat, orang

dan waktu.

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan,

diharapkan klien

tidak mengalami

hambatan

komunikasi verbal

dengan kriteria hasil

:-     Membuat

teknik/metode

komunikasi yang

dapat dimengerti

sesuai kebutuhan

dan meningkatkan

kemampuan

berkomunikasi

1. Kaji kemampuan klien untuk

berkomunikasi.

1.   Menentukan cara-cara

berkomunikasi seperti

mempertahankan kontak

mata, pertanyaan dengan

jawaban ya atau tidak,

menggunakan kertas dan

pensil/bolpoint, gambar, atau

papan tulis; bahasa isyarat,

penjelas arti dari komunikasi

yang disampaikan.

2. Letakkan bel/lampu

panggilan di tempat mudah

dijangkau dan berikan

penjelasan cara

menggunakannya. Jawab

panggilan tersebut dengan

segera. Penuhi kebutuhan

klien. Katakan kepada klien

bahwa perawat siap

membantu jika dibutuhkan.

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli

wicara bahasa.

2. Untuk menentukan tingkat

kemampuan klien dalam

berkomunikasi.

3. Untuk membantu proses

berkomunikasi dengan klien,

dan agar tidak terjadi

miskomunikasi.

1.

Kolaborasi

1.

Page 33: Demensia Pada Lansia

8. Risiko terhadap

perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan mudah

lupa,

kemunduran

hobi, perubahn

sensori.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan klien

mendapat nutrisi

yang seimbang

dengan KH:-       

Mengubah pola

asupan yang benar.

-        Mendapat diet

nutrisi yang

seimbang.

-       

Mempertahankan/

mendapat kembali

berat badan yang

sesuai.

-        Ikut serta

dalam aktifitas yang

mempermudah

koping adaptif.

1. Kaji pengetahuan

klien/keluarga mengenai

kebutuhan makan

1. Usahakan/ berikan bantuan

dalam memilih menu

2. Berikan makanan kecil setiap

jam sesuai kebutuhan

1. Hindari makanan yang terlalu

panas

Kolaborasi :

1. Rujuk atau konsultasikan

dengan ahli gizi

2. Identifikasi kebutuhan untuk

membantu perencanaan

pendidikan

3. Klien tidak mampu

menentukan pilihan

kebutuhan nutrisi

4. Makan makanan kecil

meningkatkan masukan yang

sesuai

5. Makan panas mengakibatkan

mulut terbakar atau menolak

untuk makan

1.

9. Risiko terhadap

cedera

berhubungan

dengan kesulitan

keseimbangan,

kelemahan, otot

tidak

terkoordinasi,

aktivitas kejang.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan Risiko

cedera tidak terjadi

dengan KH :-         

Meningkatkan

tingkat aktivitas

-          Dapat

beradaptasi dengan

lingkungan untuk

mengurangi risiko

trauma/cedera

1. Kaji derajat gngguan

kemampuan,tingkah laku

impulsive dan penurunan

persepsi visual. Bantu

keluarga mengidentifikasi

risiko terjadinya bahaya yang

mungkin timbul

1. Hilangkan sumber bahaya

lingkungan

1. Alihkan perhatian saat

perilaku teragitasi

1. Gunakan pakaian sesuai

1.

Page 34: Demensia Pada Lansia

-          Tidak

mengalami

trauma/cedera

-          Keluarga

mengenali potensial

di lingkungan dan

mengidentifikasi

tahap-tahap untuk

memperbaikinya

dengan lingkungan

fisik/kebutuhan klien

1. Kaji efek samping obat,

tanda keracunan (tanda

ekstrapiramidal,hipotensi

ortostatik,gangguan

penglihatan, gangguan

gastrointestinal)

1. Hindari penggunaan restrain

terus-menerus. Berikan

kesempatan keluarga tinggal

bersama klien selama

periode agitasi akut

2.

3.

4.

5.

Page 35: Demensia Pada Lansia

6.

1. 4.   Evaluasi

1)   Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.

2)   Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.

3)   Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.

4)   Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.

5)   Perawatan diri dapat terpenuhi.

6)   Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi

7)   Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi

8)   Nutrisi klien seimbang

9)   Risiko cedera tidak terjadi.