dermatitis ebm

22
EBM “The treatment of facial atopic dermatitis in children who are intolerant of, or dependent on, topical corticosteroids: a randomized, controlled clinical trial” Disusun oleh: Kaisa Lana Afida (1102011133) Dosen Pembimbing: dr. Karina Dewi, Sp.S

Upload: kaisa28

Post on 14-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Ebm

EBM“The treatment of facial atopic dermatitis in children who are intolerant of, or dependent on, topical corticosteroids: a randomized, controlled clinical trial”

Disusun oleh:Kaisa Lana Afida (1102011133) Dosen Pembimbing:dr. Karina Dewi, Sp.S

Page 2: Dermatitis Ebm

Skenario

Ibu Fira membawa anaknya yang berumur 2 tahun ke dokter anak dengan keluhan terdapat merah-merah pada kulit anaknya pada bagian muka dan leher. Anaknya selalu menangis semenjak timbulnya merah-merah tersebut karena terasa gatal. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter mendiagnosis anak ibu Fira terkena penyakit dermatitis atopik. Lalu dokter memberikan obat kortikosteroid topikal yang harus di oleskan setiap hari kepada anaknya dan meminta ibu Fira untuk membawa anaknya kontrol ke dokter seminggu sekali. Seminggu kemudian ibu Fira datang dan bertanya apakah cream pimecrolimus lebih bisa mempercepat kesembuhan penyakit anaknya dibandingkan dengan kortikosteroid topikal.

Page 3: Dermatitis Ebm

Foreground questionBagaimana tingkat ke-efektifan kortikosteroid topikal dibandingkan dengan cream pimecrolimus untuk pengobatan dermatitis atopik ?

P : Seorang anak berumur 2 tahun terkena dermatitis atopikI : Diberikan kortikosteroid topikalC : Diberikan cream pimecrolimusO : Kortikosteroid topical memberikan efektivitas yang sama atau lebih baik dibandingkan dengan cream pimecrolimus dalam terapi dermatitis atopik

Page 4: Dermatitis Ebm

PENCARIAN BUKTI ILMIAH• Alamat web: www.ebscohost.com• Kata kunci: Children AND Atopic Dermatitis AND Topical

Corticosteroids AND Pimecrolimus• Limitasi: January 2009 – December 2014• Hasil pencarian: 8 artikel• Artikel terpilih: The treatment of facial atopic dermatitis in children

who are intolerant of, or dependent on, topical corticosteroids: a randomized, controlled clinical trial

Page 5: Dermatitis Ebm

REVIEW JURNALLatar BelakangDermatitis atopic adalah penyakit inflamasi kronik yang bersifat relaps yang sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun. Epidemiologinya pada anak-anak lebih sering terjadi sekitar 10-20% sedangkan pada dewasa hanya 1-3%. Gejala yang khas pada dermatitis atopic adalah pruritus, lesi eksema yang sering muncul pada wajah dan leher. Terapi yang sering digunakan untuk dermatitis atopic adalah kortikosteroid topical, tetapi penggunaan jangka panjang obat tersebut mengakibatkan efek samping pada kulit dan efek yang tidak diharapkan secara sistemik pada tumbuh kembang. Bagian wajah sangat rentan terkena efek samping jangka panjang tersebut. Oleh sebab itu perlu pengobatan alternate untuk menghindari efek samping dari penggunaan kortikosteroid topical.Pimecrolimus merupakan kelas yang paling baru dengan struktur molekul dan cara kerja yang berbeda dari kortikosteroid topical. Cream pimecrolimus digunakan untuk kondisi inflamasi pada kulit dan bisa juga untuk pengobatan alternate pada dermatitis atopic. Pimecrolimus adalah kalsineurin inhibitor selektif yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dan melepas sitokin dari sel T aktif dan sel mast. Cream pimecrolimus 1% tidak menyebabkan atrofi kulit sehingga cocok untuk menjadi pengobatan alternative dari kortikosteroid topical, terutama untuk area kulit yang sensitive seperti pada muka dan leher.

Page 6: Dermatitis Ebm

Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menentukan kemanjuran cream pimecrolimus 1% pada anak-anak dengan dermatitis atopic ringan-sedang pada wajah dengan rentang usia 2-11 tahun yang tidak toleran terhadap atau tergantung pada kortikosteroid topical. Tujuan keduanya yaitu menentukan efek dari pimecrolimus dibandingkan dengan placebo pada seluruh area eksema dan indeks keparahan (EASI), kepala dan leher EASI, skore keparahan pruritus dan waktu hilangnya dermatitis atopic pada muka.

Page 7: Dermatitis Ebm

MetodePenelitian multisenter ini dilakukan secara acak di Jerman, Korea Selatan dan Slovakia. Pada tahap double blind, 200 orang pasien (umur 2-11 tahun) secara acak 1:1 untuk cream pimecrolimus 1% (n=99) dan cream placebo (n=101) diberikan terapi obat dua kali sehari ke wajah, kepala dan leher pada waktu yang sama setiap hari selama 6 minggu, yang dilakuakan antara Agustus 2005 sampai dengan Agustus 2006. Kunjungan penelitian dilakukan pada hari ke 1, 8, 22, 43, 64 dan 85. Penyelesaian tahap double blind terjadi pada hari ke 43 atau pada waktu pasien mencapai IGA 0 atau bersih dari eritema, papul/infiltrate dan/ krusta dari lesi dermatitis atopic pada wajah, tidak termasuk kepala dan leher.Setelah selesai menjalani tahap double blind pasien masuk pada tahap open label. Pasien pada tahap double blind dengan efek yang tidak memuaskan diperbolehkan untuk masuk pada tahap open label pada hari ke 22 (3 minggu) dari waktu yang ditentukan (6 minggu). Tahap open label juga dilakuakn selama 6 minggu, terhitung dari hari pertama saat memulai tahap ini. Pada tahap open label, pasien dirawat hanya sebentar-sebentar atau bisa dibilang hanya diterapi dengan pimecrolimus dua kali sehari saat dibutuhkan saja. Semua tabung obat ditimbang pada saat setiap kunjungan untuk memperkirakan kepatuhan penggunaan obat.

Page 8: Dermatitis Ebm

Hasil

Hasil penelitian dari pimecrolimus vs placebo pada pasien yang sudah bersih/ hamper bersih pada wajah yang terkena dermatitis atopic (IGA 0/1) : 74,5% vs 51,0%, P <0,001 (pada hari ke 43) [57,1% vs 36,0%, P +=0,004 (pada hari ke 22)]. Rata-rata waktu penyelesaianya 22 hari vs 43 hari (pimecrolimus vs placebo). Perbedaan satisik yang signifikan untuk pimecrolimus vs placebo juga telihat pada EASI kepala/ leher, EASI secara keseluruhan dan skore pruritus kepala/ leher. Frekuensi efek samping ringan sedang terjadi sama pada kedua kelompok pengobatan ini.

Page 9: Dermatitis Ebm

Kesimpulan

Penelitian ini memberikan bukti bahwa cream pimecrolimus 1% efektif dalam mengendalikan gejala eksema dan pruritus, dan juga pimecrolimus lebih aman untuk anak usia 2-11 tahun dengan dermatitis atopic ringan sedang pada wajah yang tidak toleran terhadap atau tergantung pada kortikosteroid topical.

Page 10: Dermatitis Ebm

TELAAH KRITIS ARTIKEL TERAPI ATAU PENCEGAHANI. APAKAH HASIL ARTIKEL INI VALID?A. PETUNJUK PRIMER1. Apakah penempatan pasien ke dalam kelompok terjadi randomisasi?Ya seluruh pasien dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi 2 kelompok

Page 11: Dermatitis Ebm

2. Apakah semua pasien yang dimasukkan ke dalam penelitian dipertimbangkan dan disertakan dalam pembuatan kesimpulan?a. Apakah follow-up lengkap?Ya follow up dilakukan pada hari 1, 8, 22, 43, 64 dan 85

Page 12: Dermatitis Ebm

b. Apakah pasien dianalisis pada kelompok randomisasi semula?

Page 13: Dermatitis Ebm

B. PETUNJUK SEKUNDER1. Apakah pasien, klinisi dan staf peneliti dibutakan terhadap terapi?Ya pasien, klinisi dan staf tidak tahu randomisasi yang terjadi

Page 14: Dermatitis Ebm

2. Apakah kedua kelompok sama pada awal penelitian?Ya pasien dengan usia 2-11 tahun dengan dermatitis atopic ringan-sedang

Page 15: Dermatitis Ebm

3. Selain perlakuan eksperimen, apakah kedua kelompok mendapat perlakuan yang sama?Tidak jelas, di jurnal hanya menjelaskan perlakuan pada terapi saja

Page 16: Dermatitis Ebm

II. APA HASILNYA?1. Berapa besar efek terapi?

EER (Experimental Event Rate): a/a+b = 73/99 = 0,73CER (Control Event Rate): c/c+d = 51/101 = 0,5ARR (Absolute Risk Reduction) : CER - EER =0,5 – 0,73 = -0,23RRR (Relative Risk Reduction) : ARR/CER = -0,23/0,5 = -0,46NNT (Number Needed to Treat) : 1/ARR = 1/-0,23 = -4,35

Berhasil Tidak berhasil Pimecrolimus 73 (a) 26 (b) 99 (a+b)

Placebo 51 (c) 50 (d) 101 (c+d) 124 (a+c) 76 (b+d) 200 (a+b+c+d)

Page 17: Dermatitis Ebm

2. Bagaimana presisi estimasi efek terapi?

95% CI = 1,96 + = 1,96 + = 1,96 x 0,07= 95% CI ARR = ARR 1,96 + = 0,23 = 0,37 dan 0,09 95% CI NNT = : = 2,7 : 11,1 NNT yang bernilai 4,35 di sampel, pada populasi 95% berkisar antara 2,7 : 11,1

Page 18: Dermatitis Ebm

III. APAKAH HASIL INI AKAN MEMBANTU SAYA MERAWAT PASIEN?1. Apakah hasil ini dapat diterapkan untuk pasien saya?Ya, karena umur pasien saya 2 tahun dan jurnal ini membahas dari umur 2-11 tahun

Page 19: Dermatitis Ebm

2. Apakah semua luaran yang penting sudah dipertimbangkan?

Page 20: Dermatitis Ebm

3. Apakah manfaat terapi tersebut melebihi harm dan biayanya?

Bila resiko penyembuhan dalam waktu satu tahun tanpa resiko adalah X

10% atau 0,10

Dan resiko relative sembuh dengan terapi (pimecrolimus) adalah Y/X

25,5% atau 0,255

Dan relatie risk reduction (RRR) adalah [1-Y/X]x100 atau [(X-Y)/X]x100

[1-0,255]x100 = 74,5[(0,10-0,0255)/0,10]x100 = 74,5

Maka resiko penyembuhan dengan terapi adalah Y

0,255 x 0,10 = 0,0255

Dan Absolute Risk Reduction (ARR) adalah X-Y

0,10-0,0255 = 0,0745

Dan NNT untuk satu penyembuhan adalah 1/(X-Y)

1/0,0745 = 13,42

Page 21: Dermatitis Ebm

Simpulan Jurnal ini dapat digunakan untuk membantu terapi pasien saya, cream pimecrolimus lebih efektiv dalam pengobatan dermatitis atopic jangka panjang menggantikan topical kortikosteroid

Page 22: Dermatitis Ebm

TERIMAKASIH