desain kurikulum pelatihan kebencanaan dengan...
TRANSCRIPT
International Conference on Education and Regional Development 2018
(ICERD 3rd 2018)
“Curriculum for Millennial Generation in Disruptive Era and 4.0 Industrial Revolutions”
Bandung, Indonesia. 22 November 2018
DESAIN KURIKULUM PELATIHAN KEBENCANAAN DENGAN PENDEKATAN
ANDRAGOGI
Esi Febrina & Rusman
[email protected] & [email protected]
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak antara dua benua Asia dan Australia
serta dua samudera Hindia dan Pasifik dan berada pada 3 pertemuan lempeng tektonik besar,
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik yang menyebabkan terbentuknya
deretan gunung api (volcanic arc). Dampak dari aktifitas tektonik adalah terbentuknya
patahan atau sesar yang menyebabkan Indonesia menjadi daerah rawan bencana. Berdasarkan
data dari BNPB terdapat 81 Kejadian Gempa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini. Dalam
upaya meningkatkan kompetensi masyarakat dalam pengetahuan kebencanaan dan cara
pertolongan pertama jika terjadi bencana maka diperlukan suatu desain kurikulum pelatihan
kebencanaan dalam meningkatkan kompetensi dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penelitian ini menggunakan metode desain dan pengembangan. Sebelum menyusun
kurikulum tahap pertama yang diperlukan adalah melakukan analisis kebutuhan kemudian
dilanjutkan pada tahap perancangan dan pengembangan kurikulum tersebut. Pelatihan ini
menggunakan pendekatan andragogi karena kegiatan diklat ini bertujuan selain memberikan
pengetahuan tentang kebencanaan, peserta mampu melakukan pertolongan dasar untuk diri
sendiri maupun orang lain apabila diperlukan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengimplementasi dan mengevaluasi dari desain yang telah dikembangkan.
Kata kunci: desain kurikulum, pelatihan, disaster, andragogi
CURRICULUM DESIGN OF DISASTER TRAINING WITH ADRAGOGY
APPROACH
Esi Febrina & Rusman
[email protected] & [email protected]
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT
Indonesia is a country of archipelago which located between two continents (Asia and
Australia) and also two oceans (Hindia and Pacific). This condition has placed Indonesia in
three large tectonic plates: Indo-Australian, Eurasian, and Pacific plates which cause the
formation of volcanic rows or volcanic arcs. The impact of tectonic activities is the formation
of faults or fractures which cause disaster-prone areas in Indonesia. The data obtained from
BNPB which recorded 81 earthquake disasters within the last five years in various places in
Indonesia. Indonesia needs a disaster training curriculum design as the efforts to improve
community competencies in cognitive, affective and psychomotor competencies which
covers the disaster knowledge and first aid procedures whenever disaster happened. This
research uses design and development method as the research methodology. In order to
develop the first stage of disaster training curriculum, assessment for basic development of
the curriculum is needed. Then, the second stage will cover the design and development of
disaster training curriculum. This training uses the andragogical approach because this
training aims to provide knowledge about disaster and be able to do basic help for themselves
and others if needed. Future studies are expected to implement and evaluate the design that
has been developed
Key words: curriculum desain, training, disaster, andragogy
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan jalan silang antara dua samudera dan dua benua dengan
kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Posisi strategis tersebut tidak
lepas dari proses kontruksi dari aktivitas tektonik dan vulkanik yang kemudian
menempatkan Indonesia berada pada rangkaian cincin api (ring of fire) yang
membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif
di dunia ditunjukkan.
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan
potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek. Beberapa potensi tersebut
antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan permukiman, angin
badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
selama sepuluh tahun terakhir yang digambarkan pada grafik 1.1 jumlah bencana
tertinggi diakibatkan oleh banjir, Bencana tersebut banyak menimbulkan kerugian dan
korban jiwa baik meninggal, hilang maupun luka-luka
Grafik 1.1 Jumlah bencana di Indonesia Tahun 2008 - 2018
Setiap kejadian bencana masyarakat yang menjadi korban dan sekaligus yang
memberikan pertolongan pertama. Masyarakat yang mempunyai kemampuan dan
keterampilan dalam memberikan pertolongan pertama ini disebut sebagai Potensi SAR.
Sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan ketika bencana
maka Potensi SAR ini perlu diberikan penguatan dan peningkatan kesiapsiagaan dalam
upaya penanggulangan bencana melalui pelatihan yang dirancang secara sistematis
sesuai untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan oleh individu tersebut maupun
organisasi SAR dalam hal ini adalah Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
(BASARNAS)
Pelatihan kebencanaan adalah salah satu program pelatihan yang diberikan
kepada masyarakat maupun relawan Potensi SAR untuk mempersiapkan dan mengurangi
efek dari bencana seperti banjir, gempa dan bencana lainnya. Berbagai materi pelatihan
yang diberikan seperti keterampilan berenang, teknik cardiopulmonary resuscitation
(CPR), pertolongan dasar, manajemen bencana, keterampilan fisik dan tindakan dasar
menghadapi bencana.
Pelatihan menurut Zais adalah “a process by which teachers employing the
validated discoveries of the behavioral sciences, manipulate learners and their
environments in such a way that the learners efficiently acquired prescribed behavior”.
Zais menggambarkan bahwa pelatihan adalah sebuah proses dimana pengajar
menggunakan penemuan yang divalidasi berdasarkan ilmu perilaku, menggunakan
pembelajar dan lingkungannya untuk memperoleh prilaku yang diharapkan. Sedangkan
menurut McNeill “Training usually implies narrower purposes than educating. Training
tends to look at the student’s competences in some occupation.”I. Pelatihan adalah
proses pembelajaran intensif yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Menurut Oemar Hamalik ciri-ciri kurikulum pelatihan yaitu 1)Individualisasi; 2)
Umpan Balik; 3) program sistematik; 4) syarat kelulusan; 5) modularisasi; 6) suasana
lapangan; 7) pembuatan keputusan; 8) bahan-bahan pelatihan; 9) perbaikan; 10)
pembinaan karier; 11) kesinambungan; Pelatihan disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan yang jelas dan didasarkan atas kebutuhan lapangan dan organisasi.
Kriteria penyusunan kurikulum sebaiknya bersifat Objektif dimana tujuan
pelatihan tersebut harus jelas dan operasional yang bertalian dengan tujuan tingkah laku
yang dapat diamati dan dapat diukur, bersifat realistik berdasarkan kenyataan-kenyataan
yang ada dilingkungan organisasi dan masyarakat, bersifat keserasian dimana pelatihan
harus memiliki kesesuaian dengan kebutuhan para peserta, tenaga pelatih, kondisi dan
situasi organisasi yang mengalami perubahan dengan cepat serta nilai-nilai yang berlaku,
kurikulum pelatihan juga bersifat koherensi dimana semua unsur kurikulum satu dengan
yang lainnya memiliki keterkaitan secara harmonis, aplikatif artinya kurikulum tersebut
dapat diterapkan di lapangan dan dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan, kurikulum juga
bersifat generatif diperuntukan bagi semua orang dan dapat diterima oleh semua pihak
yang terlibat dalam proses pelatihan, keberhasilan kurikulum memberikan hasil-hasil
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, kurikulum bersifat
inovatif yang senantiasa mengikuti dan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahun dan
teknologi dan kurikulum bersifat konstruktif berorientasi pada penyiapan tenaga kerja
yang terampil.
Disain kurikulum pada pelatihan kebencanaan ini menggunakan problem
centered design. Kurikulum ini dibangun dengan asumsi bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang hidup bersama yang dalam kehidupannya akan mengalami masalah-masalah
bersama dan harus dipecahkan secara bersama-sama. Dengan demikian isi kurikulum
berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan
datang. Model desain ini menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta
didik yang erat hubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya di masyarakat.
Pelatihan yang baik yaitu yang memberikan perubahan peserta didik terhadap
pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya sehingga dapat dipraktekan di lapangan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Peneltian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research
and Develompment), yaitu sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan.
Penelitian dan pengembangan (R & D) pada dasarnya memiliki dua tujuan
utama, yaitu menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2011,hlm.297). Penelitian pengembangan juga
diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sujadi, 2003, hlm.164).
Model desain pengembangan yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan model ADDIE - analysis, design, development, implementation dan
evaluation. Pemilihan model ADDIE karena model ini sederhana, dan fleksibel
Tahap pertama adalah analisis yang berfokus untuk mendapatkan informasi
terhadap kebutuhan masyarakat dan pemahaman tentang audiens untuk menentukan
tujuan pembelajaran. Hasil dari analisis tersebut diperlukan sebagai dasar merancang
(design) kurikulum pelatihan. Pada tahap kedua ini tujuan dan sasaran pembelajaran
disusun dan dirumuskan, kegiatan pembelajaran dikonsepsikan, pemilihan materi dan
media ditentukan serta penyusunan penilaian pembelajaran berdasarkan tujuan.
Setelah tahap disain dibuat, tahap berikutnya adalah pengembangan bahan ajar. Bahan
ajar disusun dalam bentuk modul atau hand out maupun dalam bentuk online jika
diperlukan. Tahap implementasi menurut Ornsten dan Hunkins (2009:253) adalah
bagian terpenting dari kurikulum untuk mengembangkan dan melakukan perubahan.
Tahap implementasi merupakan pelaksanaan dari rancangan kurikulum yang sudah di
buat kemudian dipraktekan kedalam kelas. Tahap evaluasi merupakan bagian
terpenting dalam proses pengembangan kurikulum karena tujuan evaluasi untuk
mengetahui ketercapaian dalam sautu pembelajaran dan hasil evaluasi dapat menjadi
dasar perbaikan dan pembahruan kurikulum. Menurut Gordon dan Oliva (2013:352)
“evaluasi adalah alat ukur untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan
dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang,”Penelitian ini hanya
dibatasi sampai pada tahap pengembangan yang kemudian diuji cobakan dalam skala
kecil kepada ahli kebencanaan dan instruktur pelatih.
3. ANALISIS
Analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari proses perencanaan diklat.
Pada siklus pelatihan analisis kebutuhan berada pada tahap awal sebelum merancang
kurikulum yang berguna untuk menentukan kebutuhan pelatihan di tingkat organisasi,
operasional atau individu, mengidentifikasi jenis pelatihan apa yang dibutuhkan, dan
mengidentifikasi individu yang perlu dilatih. Hasil analisis kebutuhan tersebut juga
menentukan tujuan pelatihan dan konten yang akan diberikan, menentukan metode
yang tepat digunakan, dan menyusun evaluasi pelatihan.
Analisis kebutuhan pada pelatihan ini dilakukan dengan cara survey terhadap
40 orang responden yang berasal dari masyarakat maupun potensi SAR menyatakan
bahwa seluruh responden membutuhkan pelatihan terkait tentang kebencanaan selain
itu analisis kebutuhan juga dilakukan dengan menganalisa berdasarkan data surat
permohonan pelatihan yang masuk ke Kantor SAR Jakarta selama periode Januari
sampai dengan September 2018 sebanyak 54 permohonan pelatihan terkait
kebencanaan. Dari hasil data yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pelatihan tentang kebencanaan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam rangka
kesiapsiagaan menghadapi bencana yang mungkin terjadi.
Selain itu analaisis kebutuhan juga dilakukan dengan menganalisa tingkat
kebencanaan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari BNPB intensitas
bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana Banjir. Hampir seluruh
wilayah Indonesia pernah mengalami musibah banjir. Banjir tidak bisa dihindari di
beberapa daerah karena perubahan iklim dan musim hujan. Mengacu pada hasil
analisis tersebut maka pelatihan ini dirancang selain memberikan pengetahuan tentang
kebencanaan secara umum juga ditambahkan dengan meteri khusus yang lebih
menekankan dampak dari bencana banjir tersebut.
4. TUJUAN
Tujuan pembelajaran merupakan garis besar pembelajaran yang disusun secara
lengkap dan menyeluruh sebelum mengembangakan materi pelatihan. Tujuan
pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus
yang dituangkan dalam bentuk kompetensi dasar dan indikator kompetensi. Tujuan
yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta
pelatihan yang dapat terlihat dan terukur dengan jelas. Tujuan harus memberikan
perubahan perilaku dari sebelum dan setelah pembelajaran.
Tujuan pelatihan ini untuk menghasilkan peserta didik yang mempunyai
kompetensi pada pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang bencana dan
pertolongan pertama saat bencana.
5. MATERI
Materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami
siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Materi disusun berdasarkan urutan
dari yang mudah dipelajari sampai yang sulit. Kriteria memilih kontent menurut
Robert zais (1976, hlm 342-348) adalah signifikan, utility, interest dan human
development. Materi pada pelatihan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu materi dasar,
materi pokok dan materi penunjang. Pembagian materi tersebut diberikan berdasarkan
tingkatan dari yang yang mudah sampai yang sulit dan tingkat urgensi materi tersebut
terhadap keadaan lapangan. Materi dasar merupakan materi awal yang dimaksudkan
untuk memberikan pengetahuan awal untuk menimbulkan keingintahuan kepada
peserta didik. Materi Pokok merupakan materi inti yang berisi pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Materi Penunjang adalah materi pendukung yang dapat menambah wawasan,
pengetahuan keterampilan dan pengalaman peserta didik. Materi Pelatihan diberikan
dalam bentuk satuan Jam Pembelajaran (JP) yaitu selama 45 Menit. Total jam
pembelajaran pada pelatihan ini adalah sebanyak 30 JP dengan rincian 1 JP saat pre
test, 1 JP Pengkondisian Kelas Pelatihan, 2 JP Post Test, evaluasi program dan
penutup. Materi Pelatihan dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 1. Kurikulum Pelatihan Kebencanaan
No. Materi Teori Praktek Total
A. Materi Dasar
1. Letak Geografis Indonesia dan
sejarah Basarnas
2 JP - 2 JP
2. Konsep dan Karakteristik
Bencana di Indonesia
2 JP - 2 JP
3. Tindakan Kedaruratan 2 JP - 2 JP
B. Materi Pokok
1. Medical First Responder 2 JP 5 JP 7 JP
2. Teknik Pertolongan di Air 2 JP 6 JP 8 JP
C. Materi Penunjang
1. Survival 1 JP 2 JP 3 JP
2. Team Bulding - 2 JP 2
Jumlah 11 JP 15 JP 26 JP
6. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran adalah rekayasa atau cara-cara yang digunakan dalam
mengaktualisasi isi atau materi dari sebuah kurikulum untuk dapat mengarah pada
tujuan yang telah ditentukan. Proses pembelajaran dalam pelatihan ini menggunakan
pendekatan pembelajaran andragogi. Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan
andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk
belajar (the science and arts of helping adults learn. Peserta didik pada pelatihan
adalah orang dewasa dengan rentang usia antara 18 – 35 tahun.
Metode pembelajaran yang cocok digunakan pada pelatihan ini adalah lebih
banyak berorientasi kepada peserta didik (student centered learning) seperti ceramah
presenasi, diskusi, demonstrasi, praktek lapangan, studi kasus, problem based
solving, discovery, simulasi, dan role play.
7. EVALUASI
Menurut Nana Sudjana (1988:127) “evaluasi adalah proses penentuan nilai sesuatu
berdasarkan criteria tertentu, yang dalam proses tersebut mencakup usaha untuk
mencari dan mengumpulkan data dalam menentukan nilai. Evaluasi adalah suatu
proses yang bertujuan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang
proses hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi untuk mengambil keputusan atau
untuk melakukan perbaikan terhadap kurikulum tersebut. Evaluasi pada pelatihan ini
berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi yang dilakukan dalam bentuk pre test, post
test dan kuesioner tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap proses pembelajaran.
8. KESIMPULAN
Kurikulum Pelatihan kebencanaan ini disusun karena letak Indonesia yang merupakan
daerah rawan bencana, dan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
masyarakat maupun relawan Potensi SAR dalam mengantisipasi dan mengurangi
jumlah korban jiwa. Penelitian dan pengembagan ini dilakukan hanya sampai tahap
uji coba dalam kelompok kecil yang melibatkan ahli kebencanaan dan instruktur
pelatih. Oleh karena itu penelitian selanjutnya diharapakan dapat
mengimplementasikan desain pelatihan dalam skala besar serta mengevaluasi
program pelatihan untuk melihat kesesuaian dan keberhasilan kontent pelatihan
terhadap keadaan di lapangan.
Desain Kurikulum Pelatihan Kebencanaan Dengan Pendekatan Andragogi
Nama Jenis Diklat : Pelatihan Kebencanaan
Tim Pengajar : Instruktur SAR Badan Pencarian dan Pertolongan Jakarta
Waktu Pembelajaran : 30 JP
Standar Kompetensi :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan
tentang bencana dan pertolongan pertama saat bencana
Kompetensi Dasar :
1. Peserta memahami letak geografis Indonesia dan Sejarah timbulnya Basarnas
2. Peserta memahami konsep beserta karakteristik bencana
3. Peserta mampu menngaplikasikan cara penyelamatan diri dari berbagai ancaman
bencana
4. Peserta melakukan pertolongan pertama Medical First Responder
5. Peserta mampu melakukan pertolongan di air.
6. Peserta mampu mengetahui dan mengaplikasikan teknik survival
7. Peserta memahami pentingnya kerja sama kelompok
SILABUS KURIKULUM PELATIHAN KEBENCANAAN
No. Materi Pokok Bahasan Kompetensi Indikator Kompetensi Metode Waktu
1. Letak Geografis
Indonesia dan
sejarah Basarnas
1. Letak geografis
Indonesia
2. Sejarah Basarnas
3. Tugas dan fungsi
Basarnas
Peserta
mengetahui letak
geografis
Indonesia dan
Sejarah timbulnya
Basarnas
1. Peserta mengetahui letak
geografis Indonesia
2. Peserta mengetahui sejarah
munculnya Basarnas
3. Peserta mengetahui tugas dan
Fungsi Basarnas
Ceramah. Diskusi,
Brain Stroming ,
Problem Solving
Based Learning
2 JP
2. Konsep dan
Karakteristik
Bencana di
Indonesia
1. Pengertian
Bencana
2. Jenis-Jenis
Bencana
3. Karakteristik
Bencana
Peserta
memahami konsep
beserta
karakteristik
bencana
1. Peserta mampu menjelaskan
pengertian bencana
2. Peserta mengetahui jenis-jenis
bencana
3. Peserta dapat mengidentifikasi
bencana akibat faktor alam dan
manusia
4. Peserta mampu
mengidentifikasikan
karakteristik bencana
Ceramah. Diskusi,
Brain Stroming ,
Problem Solving
Based Learning
2 JP
3.
Tindakan
Kedaruratan
1. Manajemen
Penanggulangan
Bencana
2. Cara
penyelamatan
diri dalam
berbagai
ancaman
Peserta mampu
menngaplikasikan
cara penyelamatan
diri dari berbagai
ancaman bencana
1. Peserta mampu menjelaskan
manajemen penanggulangan
bencana
2. Peserta mampu
mengaplikasikan cara
penyelamatan diri dalam
berbagai ancaman
Ceramah. Diskusi,
Brain Stroming ,
Problem Solving
Based Learning,
Simulasi
2 JP
4.
Medical First
Responder
1. pengantar
Pertolongan
Dasar MFR
2. Anatomi
3. Pemindahan
korban
4. Penilaian
korban;
5. Bantuan hidup
dasar dan
resusitasi jantung
paru
Peserta
melakukan
pertolongan
pertama Medical
First Responder
1. Peserta mampu menjelaskan
pengertian MFR
2. Peserta mampu menyebutkan
alat perlindungan dasar
3. Peserta mengetahui pengertian
anatomi tubuh manusia
4. Peserta mampu menyebutkan
anatomi bagian tubuh manusia
beserta bagian-bagiannya
5. Peserta mampu menyebutkan
rongga yang ada dalam tubuh
manusia
ceramah presenasi,
diskusi,
demonstrasi,
praktek lapangan,
studi kasus,
problem based
solving, discovery,
simulasi, dan role
play
7 JP
6. perdarahan dan
syok
7. Cidera jaringan
lunak
8. Cidera alat gerak
9. Cidera kepala
6. Peserta mampu menjelaskan
system pancaindera
7. Peserta mampu menjelaskan
lokasi aman dan tidak aman
8. Peserta mampu melakukan
teknik pemindahan korban
9. Peserta mengetahui penilaian
dini
10. Peserta mampu menyebutkan
langkah-langkah penilaian dini
korban
11. Peserta mampu mengenali
kesan umum dan trauma
12. Peserta mampu melakukan
pemeriksaan fisik secara
sistematis
13. Peserta mampu menjelaskan
hasil pemeriksaan fisik korban
14. Peserta mampu menjelaskan
tanda-tanda vital
15. Peserta mampu menjelaskan
pengertian mati klinis dan mati
biologis beserta tandanya
16. Peserta mampu mengetahui
komponen Bantuan hidup
Dasar
17. Peserta mengetahui pengertian
sumbatan jalan nafas
18. Peserta mampu melakukan
pemeriksaan nafas
19. Peserta mampu menjelaskan
cara membuka jalan nafas
20. peserta mampu melakukan
teknik membersihkan jalan
nafas
21. peserta mampu menyebutkan
prinsip dasar bantuan
pernapasan
22. Peserta mampu menyebutkan
tanda pernapasan
23. Peserta mampu menjelaskan
pengertian perdarahan, sumber
perdarahan, dan jenis
perdarahan dalam dan
perdarahan luar
24. Peserta mampu menjelaskan
pengertian syok, gejala syok
dan cara pengangan syok
25. Peserta mampu menjelaskan
cedera jaringan lunak, dan
klasifikasi luka.
26. Peserta mampu menjelaskan
cara perawatan luka terbuka,
luka tertutup dan luka akibat
benda menancap
27. Peserta mampu menjelaskan
pengertian cedera otot rangka/
patah tulang
28. Peserta mampu menjelaskan
gejala patah tulang dan
pembagian patah tulang
29. Peserta mampu melakukan
pembidaian dan pertolongan
cedera otot rangka
30. Peserta mampu melakukan
pertolongan pada cedera
kepala
31. Peserta mampu memasangkan
neck collar secara benar
32. Peserta mampu mempraktikan
seluruh cara pertolongan dasar
secara benar dan sistematis
Teknik
Pertolongan di
Air
a. Pengertian
Pertolongan di
air
b. Teknik
pertolongan di air
c. Peralatan
pertolongan di air
Peserta mampu
melakukan
pertolongan di air.
1. Peserta mampu menjelaskan
pengertian pertolongan di air
2. Peserta mampu menyebutkan
teknik-teknik pertolongan di
air
3. Peserta mengetahui peralatan
yang dapat digunakan pada
pertolongan di air
4. Peserta mampu melakukan
teknik pertolongan di air
dengan benar
5. Peserta mampu mengoperasikan
ceramah presenasi,
diskusi,
demonstrasi,
praktek lapangan,
studi kasus,
problem based
solving, discovery,
simulasi, dan role
play
8 JP
peralatan yang digunakan pada
pertolongan di air
6. Peserta mampu melakukan
teknik renang
Survival a. Pengertian
survival
b. permasalahan
dalam survival;
c. Teknik survival
Peserta
mengetahui dan
mengaplikasikan
konsep dan teknik
survival pada saat
benncana
1. Peserta mampu menjelaskan
pengertian survival
2. Peserta mampu menjelaskan
komponen survival
3. Peserta mampu melakukan
teknik survival
Diskusi, Simulasi,
praktek
2 JP
Team Building a. Kerjasama
Peserta mampu
melakukan
kerjasama tim
untuk
memecahkan
permasalahan
1. Peserta mampu menerapkan
prinsip kerja sama tim dalam
melakukan tindakan
pertolongan
Role play, brain
stroming
2 JP
DAFTAR PUSTAKA
Alim, S., Kawabata, M., & Nakazawa, M. (2015). Evaluation of disaster
preparedness training and disaster drill for nursing students. Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0260691714001270
Allen, M. (2017). Designing Online Asynchronous Information Literacy
Instruction Using the ADDIE Model. Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780081005989000040
Bansal, Arti & Tripathi, Jai Prakash. (2017). A Literature Review on Training
need Analysis. Retrivied from
http://iosrjournals.org/iosr-jbm/papers/Vol19-issue10/Version-
6/H1910065056.pdf
Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
terpadu. Jakarta : Bumi Aksara
Holloway, K., Arcus, K., & Orsborn, G. (2018). Training needs analysis – The
essential first step for continuing professional development design.
Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1471595317305954
Nazli, N. N. N. N., Sipon, S., & Radzi, H. M. (2014). Analysis of Training Needs
in Disaster Preparedness. Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814033990
Nazli, N. N. N. N., Sipon, S., Zumrah, A. R., & Abdullah, S. (2015). The Factors
that Influence the Transfer of Training in Disaster Preparedness Training:
A Review Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815034795
Oliva, P. F.& Gordon, W. (2013). Developing The Curriculum. Boston: Pearson
Education Inc.
Ornstein, A. C. & Hunkins, F. P. (2004). Curriculum: Foundations, principles,
and issues(4th Ed.). Boston: Pearson Education, Inc
Rizqillah, A. F., & Suna, J. (2018). Indonesian emergency nurses’ preparedness
to respond to disaster: A descriptive survey. Retrivied from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2588994X18300149
Salas, E., & Stagl, K. C. (2015). Design Training Systematically and Follow the
Science of Training. Retrivied from
https://www.researchgate.net/publication/315708001_Design_Training_Syst
ematically_and_Follow_the_Science_of_Training
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2000). Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sutton, Jeannette & Tierney, Kathleen. (2006) Disaster Preparedness: Concepts,
Guidance, and Research. Retvied from
https://www.researchgate.net/publication/266479116_Disaster_Preparednes
s_Concepts_Guidance_and_Research
Tim Pengembang MKDP. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Zais, R.S. (1976). Curriculum : Principles and Foundations. New York : Harper
& Row Publishers