desain layout stasiun yang berintegrasi dengan bandar udara

10
KLASIFIKASI DAN STANDAR PELAYANAN STASIUN KERETA API BANDARA A’roof Tito Anggoro Fakultas Teknik - UGM Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Telp: (0274) 545675 [email protected] Danang Parikesit Fakultas Teknik - UGM Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Telp: (0274) 545675 [email protected] Abstract Construction of one of vital mode transport in province of Yogyakarta is an airport that located in Temon, Kulon Progo. However, the airport location is quite far from the capital city of Yogyakarta, then the parties are planning to construct a railway lines and station to airport. The purpose of this study is to get a good facility in operational and good service when the regulations in Indonesia is not supported to make a good station that integrates with the airport. First for the classification made by using secondary data from various sources as an assumptions that generates a large class of station criteria. Then for station facilities, station regulations from Indonesia will be supported with the standard regulations of the three countries, are UK, USA, and Australia to meet an international standart station. Keywords: Airport, Station, Integrate, Classification, Facilities Abstrak Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Namun lokasi bandar udara yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta, maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api dan stasiun ke kawasan bandar udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan fasilitas baik dari sisi operasional maupun dari sisi pelayanan yang baik disaat peraturan di Indonesia tidak mengatur terkait stasiun yang berintegrasi dengan bandara. Untuk klasifikasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber sebagai asumsi yang menghasilkan kriteria stasiun kelas besar. Lalu untuk fasilitas stasiun dilakukan penambahan dari peraturan Indonesia dengan standar dari tiga Negara yaitu Inggris, Amerika, dan Australia untuk memenuhi standar internasional. Kata Kunci: Bandara, Stasiun, Integrasi, Klasifikasi, Fasilitas PENDAHULUAN Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk berpergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) membuat perjalanan darat antar kota menjadi semakin maju. Untuk lebih memajukan transportasi antar kota ini sudah selayaknya dilakukan peningkatan di sisi fasilitas yang memadai serta kualitas pelayanan yang semakin baik. Kebutuhan transportasi murah dan massal di negara yang besar dari sisi wilayah serta jumlah penduduk seperti Indonesia sangat dibutuhkan. Sudah selayaknya kita sadari bahwa transportasi memegang peranan penting dalam sendi kehidupan masyarakat saat ini. Oleh karena itu dengan semakin banyaknya daerah yang membutuhkan transportasi massal sudah selayaknya dilakukan perluasan daerah cakupan kereta api dengan membangun jalur serta stasiun baru. Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo merupakan dampak dari kondisi bandara eksisting yang ada saat ini yaitu bandara Adi Sucjipto sudah tidak memenuhi lagi untuk menampung pergerakan para pengguna jasa penerbangan. Hal ini dapat kita lihat secara kasat mana terjadi over capacity dari sisi bangunan fasilitas penunjang darat maupun fasilitas penunjang udara. Keadaan bandara yang

Upload: tittotrylogy

Post on 10-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Studi kasus: Stasiun Bandara Baru Yogyakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

KLASIFIKASI DAN STANDAR PELAYANAN STASIUN

KERETA API BANDARA

A’roof Tito Anggoro

Fakultas Teknik - UGM

Jln. Grafika 2, Kampus UGM,

Yogyakarta, 55281

Telp: (0274) 545675

[email protected]

Danang Parikesit

Fakultas Teknik - UGM

Jln. Grafika 2, Kampus UGM,

Yogyakarta, 55281

Telp: (0274) 545675

[email protected]

Abstract

Construction of one of vital mode transport in province of Yogyakarta is an airport that located in Temon, Kulon

Progo. However, the airport location is quite far from the capital city of Yogyakarta, then the parties are

planning to construct a railway lines and station to airport. The purpose of this study is to get a good facility in

operational and good service when the regulations in Indonesia is not supported to make a good station that

integrates with the airport. First for the classification made by using secondary data from various sources as an

assumptions that generates a large class of station criteria. Then for station facilities, station regulations from

Indonesia will be supported with the standard regulations of the three countries, are UK, USA, and Australia to

meet an international standart station.

Keywords: Airport, Station, Integrate, Classification, Facilities

Abstrak

Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta yaitu Bandar Udara

yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Namun lokasi bandar udara yang cukup jauh dari

pusat kota di Yogyakarta, maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api dan stasiun ke

kawasan bandar udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan fasilitas baik dari sisi operasional

maupun dari sisi pelayanan yang baik disaat peraturan di Indonesia tidak mengatur terkait stasiun yang

berintegrasi dengan bandara. Untuk klasifikasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai

sumber sebagai asumsi yang menghasilkan kriteria stasiun kelas besar. Lalu untuk fasilitas stasiun dilakukan

penambahan dari peraturan Indonesia dengan standar dari tiga Negara yaitu Inggris, Amerika, dan Australia

untuk memenuhi standar internasional.

Kata Kunci: Bandara, Stasiun, Integrasi, Klasifikasi, Fasilitas

PENDAHULUAN Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian

masyarakat di Indonesia untuk berpergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh PT.

Kereta Api Indonesia (persero) membuat perjalanan darat antar kota menjadi semakin maju.

Untuk lebih memajukan transportasi antar kota ini sudah selayaknya dilakukan peningkatan

di sisi fasilitas yang memadai serta kualitas pelayanan yang semakin baik. Kebutuhan

transportasi murah dan massal di negara yang besar dari sisi wilayah serta jumlah penduduk

seperti Indonesia sangat dibutuhkan. Sudah selayaknya kita sadari bahwa transportasi

memegang peranan penting dalam sendi kehidupan masyarakat saat ini. Oleh karena itu

dengan semakin banyaknya daerah yang membutuhkan transportasi massal sudah selayaknya

dilakukan perluasan daerah cakupan kereta api dengan membangun jalur serta stasiun baru.

Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta

yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo

merupakan dampak dari kondisi bandara eksisting yang ada saat ini yaitu bandara Adi

Sucjipto sudah tidak memenuhi lagi untuk menampung pergerakan para pengguna jasa

penerbangan. Hal ini dapat kita lihat secara kasat mana terjadi over capacity dari sisi

bangunan fasilitas penunjang darat maupun fasilitas penunjang udara. Keadaan bandara yang

Page 2: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

kurang tertata dan cendrung berantakan, lalu para calon penumpang yang tidak mendapat

ruang tunggu yang layak , terjadinya kemacetan di jalan akses menuju bandara serta hal

lainnya yang mengganggu kenyamanan penumpang. Maka dari itu dengan keputusan Menteri

Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun 2013, Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya

ditetapkan lokasi Bandara Baru di Palihan, Temon, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi persisnya

bandara ini ada di koordinat 7o54’39,20” Lintang Selatan dan 110o4’21,11” Bujur Timur.

Masalah yang terjadi dari pembangunan bandar udara tersebut adalah lokasi bandar udara

yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta. Setidaknya membutuhkan waktu 1 Jam untuk

mencapai Ibu Kota Provinsi Yogyakarta tersebut yang berjarak hingga sekitar 45 Km

menurut data dari google maps. Hal ini tentu memberikan dampak negatif bagi para

pengguna jasa pesawat yang datang dan pergi melalui Bandar Udara baru tersebut. Dengan

tidak adanya pilihan transportasi yang layak dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar

udara dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi menjadi salah satu permasalahan

utama. Meneruskan hal ini maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api

baru ke kawasan bandar udara yang berlokasi di Kecamatan Temon. Nantinya akan menjadi

penghubung dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar udara dengan Kota Yogyakarta

sebagai Ibu Kota Provinsi sebagai salah satu pilihan moda utama bagi penumpang dan barang

yang akan memasuki Provinsi Yogyakarta.

Dimulai dengan pembangunan jalur rel kereta api baru yang menyambung dari stasiun Wates

ke arah bandar udara di Kecamatan Temon serta pembangunan stasiun baru sebagai tempat

naik turun penumpang dan barang kereta api. Pembangunan stasiun kereta api ini didesain

untuk mencapai mutu pelayanan dan operasi yang sesuai dengan peraturan yang ada

mengingat bandar udara yang dibangun juga dengan standart tersebut. Konsep bangunan

yang modern dengan kelengkapan fasilitas utama dan penunjang, pelayanan dan kenyamanan

penumpang menjadi prioritas utama. Maka dari itu diciptakan stasiun kereta api yang

memiliki fasilitas dari sisi operasi dan pelayanan terbaik setara internasional.

METODE PENELITIAN Perumusan Masalah

Pada tahapan awal dilakukan perumusan masalah terkait dengan pembangunan stasiun

bandara udara baru Yogyakarta. Setelah perumusan masalah, apa yang ingin dibahas dari

permasalahan fasilitas stasiun yang berintegrasi dengan bandara?

• Kelas stasiun yang mempengaruhi bentuk dan system operasi di dalam stasiun,

diperkirakan dengan besarnya pengguna maka akan dirancang dengan kelas terbaik.

• Fasilitas stasiun yang memadai sesuai kelas stasiun dan standar yang mengikuti

standar internasional sama seperti bandara yang akan dibangun.

Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terkait

Pada tahap ini dicari sumber dari berbagai literatur yang ada. Mulai dari peraturan serta

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang menyangkut penelitian, ditambah

peraturan dan perundang-undangan dari berbagai negara lain sebagai bahan pertimbangan

untuk mencapai standar internasional.

Untuk sumber dari Indonesia dipakai berbagai peraturan terkait diantaranya UU 23 Tahun

2007 mengenai Perkeretaapian, PM 29 Tahun 2011 mengenai Persyaratan Teknis Bangunan

Stasiun, PM 33 Tahun 2011 mengenai Klasifikasi Stasiun, PM 48 Tahun 2015 Mengenai

Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api, ditambah Buku

Standadisasi Stasiun yang dikeluarkan oleh PT KAI tahun 2012.

Page 3: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

Sedangkan sebagai bahan refrensi diambil sumber buku desain stasiun kereta api dari

berbagai negara. Diantaranya Guide to Station Planning and Design yang dikeluarkan dari

salah satu penyelenggara perkeretaapian di Inggris yaitu Network Rail, Station Program and

Planning Guidelines yang dikeluarkan oleh penyelenggara perkeretaapian Amtrak dari

Amerika Serikat, dan Railway Station Design Standard yang dikeluarkan oleh Victorian Rail

Industry Operators Group di Australia.

Batasan Masalah

Pada tahap ini ditetapkan pembatasan dalam penelitian ini. dengan memperkecil scoop

penelitian agar lebih fokus dan lebih akurat dalam penyusunannya. Batasan yang dilakukan

antara terdiri dari beberapa hal.

Pada penelitian ini mencakup kebutuhan dari sisi penumpang. Sedangkan untuk barang serta

parkir tidak didesain dengan pertimbangan stasiun ini adalah stasiun khusus mengangkut

pelanggan yang nantinya akan menggunakan moda transportasi pesawat. Sedangkan parkir

akan menggunakan lahan yang dimiliki bandara.

Sesuai dengan PM 33 Tahun 2011. Klasifikasi stasiun ditentukan dengan mengacu peraturan

Indonesia. Dengan perkiraan jumlah penumpang yang besar dan fasilitas yang akan

diaplikasikan, maka ditetapkan kelas stasiun adalah kelas besar.

Pengumpulan Data dan Refrensi

Setelah studi sebelumnya diketahui berbagai langkah desain layout yang baik, dilakukan

pengumpulan data dan refrensi yang mempengaruhi desain layout serta kebutuhan lainnya.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

• Prediksi jumlah penumpang bandara baru di Yogyakarta. Data ini didapat dari Data

ini didapat dari Pustral UGM dengan maksud untuk memprediksi pertumbuhan

penumpang bandara serta memprediksi jumlah penumpang pengguna kereta dari dan

ke bandara. Data berupa Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 1164 Tahun

2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru Di Kabupaten Kulon Progo

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

• Spesifikasi Kereta Api Woojin, merupakan kereta api yang digunakan di Medan ke

Kuala Namu. Pengetahuan spesifikasi kereta api bandara Kuala Namu dari sisi

panjang kereta dan kapasitas kereta per sekali angkut dapat membantu penyusunan

ruang kereta api kedepannya di kebutuhan fasilitas naik dan turun. Kedepannya data

ini akan dijadikan asumsi penggunaan kereta yang akan dioperasikan di stasiun kereta

api bandara baru Yogyakarta. Data teknis kereta didapat dari PT Railink yang

berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.

• Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Kuala Namu dan Pengguna Pesawat di

Bandara Kuala Namu. Dengan komparasi data ini dijadikan asumsi berapa presentasi

pengguna kereta bandara di Indonesia saat ini. dengan hasil ini dapat dijadikan acuan

bagi desain layout stasiun dalam merancang kebutuhan ruang dalam stasiun. Data

pengguna kereta api dan bandara di Kuala Namu didapat dari PT Railink yang

berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.

• Layout Stasiun Kereta Api Kuala Namu. Data digunakan sebagai referensi untuk

perbandingan dengan peraturan terkait. Layout stasiun bandara yang berlokasi sebagai

stasiun akhir memiliki bentuk emplasmen yang berbeda. Data layout didapat dari PT

Railink yang berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.

• Lokasi Dan Masterplan Bandara Baru Yogyakarta. Data Master Plan memberi

gambaran rancangan bandar udara kedepannya yang nanti memberi andil dalam

desain layout termasuk layout stasiun. Sedangkan lokasi bandara baru untuk

Page 4: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

memudahkan dalam menilai lokasi stasiun nanti yang rencananya berintegrasi dengan

bandara. Data ini didapat dari Dinas Perhubungan Provinsi Yogyakarta

Penerapan Kebutuhan Stasiun Sesuai Klasifikasi Stasiun

Setelah semua data terkumpul dengan berbagai sumber yang sudah disebutkan sebelumnya.

Dimulai dari penerapan kebutuhan stasiun kereta api sesuai standard Klasifikasi Stasiun

dalam PM 33 Tahun 2011. Pengelompokan kelas stasiun kereta api dalam PM 33 Tahun

2011, dihitung berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. Kriteria yang

dimaksud adalah:

• Fasilitas operasi dengan maksimum 25 angka kredit

• Jumlah jalur dengan maksimum 20 angka kredit

• Fasilitas penunjang dengan maksimum 15 angka kredit

• Frekuensi lalu lintas dengan maksimum 15 angka kredit

• Jumlah penumpang dengan maksimum 20 angka kredit

• Jumlah barang dengan maksimum 5 angka kredit

Standar Pelayanan Penumpang di Stasiun

Sesuai peraturan yang diterapkan di Indonesia, stasiun kereta api untuk keperluan

pengoperasian kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kepentingan

pengoperasian kereta api. Sedangkan dalam keperluan naik turun penumpang setidaknya

harus memenuhi fasilitas yang menunjang seperti berikut:

• Keselamatan

Untuk menunjang stasiun yang baik dibutuhkan parameter keselamatan yang meliputi

Informasi dan fasilitas keselamatan serta Informasi dan fasilitas kesehatan

• Keamanan

Untuk membuat stasiun yang aman dan nyaman dibutuhkan Fasilitas keamanan dan

Petugas keamanan, Informasi gangguan keamanan dan Lampu penerangan yang baik

• Kehandalan/ Keteraturan

Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa kereta api, dibutuhkan system Layanan

penjualan tiket yang baik

• Kenyamanan

Fasilitas untuk para pengguna kereta api untuk kenyamanan dalam menunggu kereta

api dibutuhkan Ruang tunggu, Ruang boarding, Toilet, dan Mushola yang baik.

• Kemudahan

Untuk mempermudah pengguna jasa, Informasi pelayanan, Informasi gangguan

perjalanan kereta api, Informasi angkutan lanjutan, Fasilitas layanan penumpang,

Fasilitas kemudahan naik/ turun penumpang harus dipersiapkan dengan baik

• Kesetaraan

Memfasilitasi pengguna stasiun berkebutuhan khusus, Fasilitas bagi penumpang

difabel dan Ruang ibu menyusui harus dipersiapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Stasiun Sesuai Klasifikasi Stasiun

• Fasilitas Operasi Stasiun KA

Keberadaan fasilitas operasi stasiun kereta berupa persinyalan, telekomunikasi, dan

instalasi listrik merupakan prasarana utama untuk pengoperasian system kereta api.

Dengan fasilitas operasi yang baik maka tingkat keamanan dan keselamatan stasiun

akan lebih baik.

Peralatan persinyalan digunakan untuk menyampaikan perintah bagi pengaturan

perjalalan kereta api. Pada stasiun ini persinyalan memiliki standar keamanan tinggi

Page 5: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

yang memiliki komponen persinyalan elektrik dan didukung dengan semboyan yang

mudah dipahami untuk memberi peringatan maupun petunjuk kepada masinis, marka

yang jelas berupa gambar maupun tulisan sebagai peringatan kondisi tertentu,

pengendali serta pengaman yang baik.

Peralatan Telekomunikasi Dengan tugas utama sebagai alat penyampaian informasi

dan komunikasi bagi kepentingan operasi perkeretaapian, memiliki tingkat keandalan

yang tinggi, mudah dirawat serta dioperasikan. Terdiri dari pesawat telepon, perekam

suara, transmisi, catur daya, sistem proteksi dan peralatan pendukung lainnya.

Instalasi listrik untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik dalam memenuhi

kebutuhan operasional stasiun kereta api. Dalam stasiun yang berintegrasi dengan

bandara ini instalasi listrik mengikuti instalasi yang ada di bandara terkait.

• Jumlah Jalur Kereta Api

Komponen paling kritikal dalam pengoperasian kereta api ini akan ditentukan dengan

berbagai pertimbangan. Data sementara mengenai jalur kereta api hasil survey awal

PT KAI menghasilkan diadakannya dua jalur kereta api dari stasiun kedundang yang

merupakan stasiun pembantu operasi kereta api bandara ke stasiun bandara baru

Yogyakarta. Lalu data layout sementara dari KP 1164 Tahun 2013 menetapkan layout

stasiun memiliki dua jalur di emplasmen stasiun.

Dengan pertimbangan diatas ditetapkan adanya dua jalur kereta api di stasiun bandara

baru Yogyakarta, berletak stasiun akhir, dengan peron dan emplasmen berbentuk

stasiun pulau dimana peron berada diantara dua jalur KA. hal ini dikuatkan dengan

refrensi dari emplasmen yang ada di stasiun Kuala Namu yang memiliki karakteristik

sama, yaitu berintegrasi dengan bandar udara dengan baik.

Gambar 1 rencana lokasi stasiun

• Fasilitas Penunjang

Dengan kelas stasiun besar, stasiun didesain memiliki presentase ruang fasilitas

penunjang sebesar 80% dari luasan ruang fasilitas pengunjung untuk memberikan

kenyamanan selama pengguna jasa menunggu kereta api. Sedangkan untuk ruang

khusus sebesar 20% dari luasan ruang fasilitas pengunjung.

• Jumlah Penumpang di Stasiun

Menurut data dari KP 1164 Tahun 2013, diperkirakan data penumpang yang

menggunakan bandara baru Yogyakarta pada tahap I dari Domestik sebesar 9.132.000

penumpang/tahun dan dari Internasional sebesar 868.000 penumpang/tahun.

Sedangkan pada saat jam sibuk diperkirakan terdapat 3222 penumpang/jam dari

Domestik sedangkan terdapat 632 penumpang/jam dari Internasional.

Page 6: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

Dengan asumsi yang diambil dari data pengguna kereta api bandara di stasiun Kuala

Namu, didapatkan sekitar 15% pengguna jasa pesawat yang menggunakan kereta api

dalam waktu dua tahun. Namun dari hasil wawancara dengan PT Railink sebagai

operator stasiun Kuala Namu, stasiun kedepannya mampu menangani pergerakan

sebesar 30% dari pengguna jasa pesawat yang menggunakan jasa kereta api.

Dengan perhitungan sederhana dapat diasumsikan jumlah penumpang di stasiun

bandara baru Yogyakarta dapat mencapai 3.000.000 penumpang/tahun dan melayani

1064 penumpang/jam saat sibuk.

• Frekuensi Lalu Lintas Kereta Api

Dengan data penumpang di stasiun yang ada diatas, sebelumnya dicari dahulu

prakiraan jumlah penumpang kereta api bandara per hari, menurut Amtrak Station

Program and Planning Guide, perkiraan penumpang harian didapat dengan membagi

jumlah penumpang tahunan dengan 270. Formula ini menghasilkan angka lebih tinggi

daripada harian sesungguhnya untuk mengantisipasi pada hari sibuk, dan variasi hari

kerja maupun hari libur serta spesial event. Maka dari itu didapatkan jumlah

penumpang harian adalah 11.111 penumpang/hari.

Dalam asumsi penggunaan kereta api yang sama seperti yang digunakan di kereta

Kuala Namu – Medan yaitu kereta Woojin dari Korea Selatan, memiliki kapasitas 172

penumpang dalam 4 rangkaian kereta sekali jalan. Dengan perhitungan sederhana

didapatkan terdapat 65 kali perjalanan kereta api setiap harinya.

Pelayanan Penumpang di Stasiun

• Keselamatan

Pelayanan yang terdapat dalam peraturan mentri terkait, dari informasi dan fasilitas

keselamatan yang harus disediakan adalah alat pemadam kebakaran, petunjuk jalur

dan prosedur evakuasi, terdapatnya titik kumpul dan adanya nomor telfon darurat.

Untuk informasi dan fasilitas kesehatan, stasiun harus menyediakan perlengkapan

P3K, kursi roda, serta tandu. Ruang kesehatan terbuka selama 24 jam dengan minimal

2 orang penjaga.

Sedangkan untuk memenuhi standard internasional, ditunjang dengan peringatan

melalui audio yang dilakukan petugas saat adanya sarana gerak atau kereta api yang

melintas di stasiun dan berupa garis batas aman peron. Mendesain pergerakan

kendaraan untuk menurunkan kecepatan saat di sekitar stasiun dengan cara

mempersempit ruang gerak di sekitar stasiun dan memberi pagar agar pejalan kaki

lebih aman. Lalu mendesain ruang stasiun sedemikian rupa agar penumpang dapat

menuju titik kumpul dalam waktu sekurang-kurangnya 6 menit dan berjarak kurang

dari 60 m dari pintu darurat. Alarm emergensi harus tersampaikan kepada penumpang

secara visual dan audio. Peringatan visual ditampilkan di layar informasi dengan

pemberitahuan khusus dengan warna yang mencolok. Lalu peringatan visual

ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu konsentrasi masinis kereta api maupun

pengemudi kendaraan sekitar. Sedangkan peringatan audio terdengar jelas dan lebih

keras dengan db diatas standard.

• Keamanan

Untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jasa kereta api, dalam PM 48 Tahun

2015 diharuskan tersedianya CCTV di 4 titik penting dan dapat bertambah, petugas

berseragam dan mudah terlihat minimal 13 orang, tersedia stiker berisi telpon/ SMS

pengaduan, dan lampu penerangan dengan intensitas cahaya 250 lux.

Untuk memenuhi standard internasional, ruang tunggu dan ruang sirkulasi publik

harus terlihat dari loket tiket dan terjangkau setiap sisinya dari CCTV. Lalu

penempatan lokasi tempat duduk, lift maupun fasilitas lainnya harus di tempat ramai

Page 7: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

dan terbuka dan menghindari penempatannya di titik blind spot. Pintu toilet harus

terlihat jelas dari ruang terbuka tapi tetap menjaga privasi pengguna. Diadakannya

podium tempat petugas keamanan mengawasi setiap ruangan di stasiun dan mampu

memonitori CCTV. Desain pintu masuk dan keluar harus bisa ditutup apabila terjadi

gangguan serta tersedia petugas yang mencek pengunjung dengan Metal Detector atau

dengan Walkthrough Detector, dan penempatan kaca di sudut ruangan agar pengguna

dapat melihat keadaan di sekitarnya.

• Kehandalan/ Keteraturan

Ketentuan tertulis di Indonesia menyebutkan pelayanan tiket maksimal 180 detik per

nama penumpang. Lalu tersedianya informasi terkait tempat duduk serta minimal

tersedia 3 loket tiket.

Dengan standard Negara maju, Untuk mengakomodasi kebutuhan penumpang yang

akan membeli tiket, akan diberikan 2 metode pembelian tiket, melalui loket dan mesin

tiketing. Kedua tiket tetap memiliki pola pelayanan yang sama. Pertama penumpang

membeli tiket dengan memilih melalui mesin tiket dengan pembayaran e-Money

(credit card/ debit card/ prepaid card) atau melalui loket tiket dengan uang cash. Bisa

juga dengan membawa struk bukti pembelian tiket dari agen yang bekerjasama

dengan PT KAI lalu menukarkannya di costumer service. Lalu penumpang akan

mendapatkan kartu berupa Smart Card, kartu tersebut akan dimasukkan ke dalam

gerbang masuk penumpang siap berangkat menuju ke peron.

Gambar 2 Contoh penempatan loket tiket dan loket mesin di Amerika

Loket tiket mempunyai ketentuan harus mudah terlihat dari ruang tunggu dan hall

masuk stasiun, dengan sistem kereta komuter, lamanya pemesanan tiket tidak boleh

lebih lama dari 180 detik/penumpang. Dengan kelas stasiun besar, didesain ruang

memiliki 3 loket tiket. Sedangkan untuk mesin tiket melayani pembelian tiket mandiri

dengan cepat dan membebaskan pengguna dari antrian di loket tiket. Lokasi

penempatan mesin tiket di dekat loket tiket agar pengguna jasa dapat memilih metode

pembelian, dan yang lainnya terdistribusi di dekat ruang tunggu dan pintu masuk

tetapi tidak mengganggu sirkulasi penumpang secara vertikal maupun horizontal.

Ketentuan untuk gerbang tiket tersedia minimal 3 buah untuk menjaga kelancaran

arus penumpang apabila terjadi kerusakan di salah satu gerbang tiket. Tersedianya

gerbang dengan luasan berbeda untuk mengakomodasi penyandang disabilitas atau

dapat digunakan dalam kondisi darurat.

• Kenyamanan

Page 8: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

Untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna kereta api, untuk standar Indonesia

di PM 48 Tahun 2015 untuk ruang tunggu dan ruang boarding mempunyai ruang

0.6m2/orang.

Tetapi untuk menghasilkan ruang yang nyaman, dalam Station Capacity Assessment

Guidance (2011) disarankan ruang tunggu dan ruang boarding memiliki kepadatan

1m2/orang. Dalam Amtrak Station Program and Planning Guidelines (2013)

ditetapkan kepadatan untuk penumpang duduk 20 sf (square feet)/orang sedangkan

untuk penumpang berdiri 10 sf/orang. Tetapi disini mengambil standar dari Railway

Station Design Strandard and Guidelines (2011) dikarenakan memiliki tingkat

kenyamanan terbaik dan yang mendesain setiap ruang dengan 25 sf/orang dengan

tingkat kepadatan level menengah.

Ketentuan dalam ruang tunggu, dipisahkan dan dikontrol antara ruang tunggu dengan

ruang boarding dengan gerbang tiket untuk kemudahan mengontrol keamanan dan

kenyamanan penumpang yang akan menaiki kereta. Di ruang tunggu didesain

memiliki area duduk, area berdiri yang berlokasi dekat papan informasi dinamis,

ruang tunggu eksekutif bagi penumpang dengan persyaratan khusus, serta ruang retail

sekitar yang bisa dijadikan ruang tunggu. Lokasi ruang tunggu harus strategis dengan

akses mudah menuju toilet, lokasi pembelian tiket, gerbang tiket, dan sebisa mungkin

mampu melihat kereta yang datang dan pergi menuju stasiun. Keberadaan toko

disekitar ruang tunggu dengan pelayanan lebih seperti tersedianya power supply dan

internet untuk melayani pengguna jasa serta tersedianya lounge untuk penumpang

kelas satu dengan fasilitas lengkap dan eksklusif.

Selanjutnya untuk pengadaan kursi di ruang tunggu dan ruang boarding mengikuti

ketentuan harus disediakan kursi setiap jarak perjalanan antar fasilitas mencapai 60 m.

Lokasi penempatan kursi harus jauh dari akses jalan, setidaknya berjarak 500 mm.

Sedangkan untuk kursi yang diletakkan bertolak belakang, diberikan jarak 300 mm

antar kursi agar kepala tidak saling berbenturan, kursi di ruang boarding harus

terdistribusi merata di sepanjang peron untuk mengakomodasi penumpang.

Untuk ketersediaan toilet dalam satu ruang terdapat ruang toilet yang terpisah antara

pria (4 urinoir, 3 WC, 2 wastafel), wanita (6 WC, 2 wastafel), dan toilet khusus untuk

penyandang difabel.

Untuk mensupport kenyamanan pengguna toilet, toilet harus terus dicek kelaikannya

tiap 15 menit dan sekurangnya ada 3 petugas kebersihan. Desain sirkulasi dalam toilet

dibuat lebih lega untuk kemudahan pengguna jasa dalam menggunaka toilet sambil

membawa barang bawaan. Selain itu penempatan toilet harus strategis, terlihat jelas

dari spot penting stasiun seperti ruang tunggu, loket tiket dan tempat petugas

keamanan.

Sebagai masyarakat yang beragama mayoritas islam, disediakan fasilitas mushola

yang terpadu dengan tempat wudhu dengan baik. Tempat wudhu harus terpisah antara

pria dan wanita dan tersedia kran yang mengalir lancar dengan jumlah yang

mencukupi. Ruang sholat disediakan terpisah bagi pria dan wanita, pria bisa

menampung 5 shaf sedangkan wanita dapat menampung 3 shaf. Setiap shaf didesain

berjumlah 10 orang.

• Kemudahan

Pengguna jasa kereta api yang berada di stasiun akan sangat dimudahkan apabila

tersedia informasi yang jelas. Signase yang baik untuk mengarahkan penumpang,

informasi dinamis mengenai stasiun serta informasi gangguan kereta api, ditambah

bantuan dari informasi suara dan rabaan membuat pengguna jasa melakukan

perjalanan dengan nyaman. Pemasangan signase statis lebih melayani sistem

wayfinding menuju fasilitas stasiun dan peron dan info ini tidak pernah berubah.

Page 9: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

Signase dan informasi statis lainnya diperuntukkan untuk penumpang untuk

mengetahui dimana mereka, mencari tau mau kemana dan memberikan petunjuk

menuju ke lokasi. Sedangkan pemasangan signase dinamis berganti setiap saat dan

ditampilkan secara elektronik. Informasi dinamis ditempatkan di berbagai titik seperti

titik pembelian tiket, ruang tunggu dan di ruang boarding.

Gambar 3 Sirkulasi masuk dan keluar pengguna stasiun

Untuk mengakomodasi kenyamanan pengguna jasa dalam pergerakannya seperti yang

tersaji pada gambar diatas, pengaturan signase berisikan tanda nama stasiun, akses

menuju dan keluar peron, serta keterangan peron, telpon darurat, info perjalanan

kereta api dan tujuan stasiun, rute yang dapat diakses dan simbol yang mendukung,

penjualan tiket, lift serta eskalator, berbagai fasilitas stasiun seperti ruang tunggu,

toilet dan mushola, rute keluar saat emergensi dan petunjuk arah menuju perpindahan

moda transportasi lain, seperti ke bandara.

Sedangkan untukk pemasangan informasi dinamis berisikan informasi mengenai

nomor peron, tujuan stasiun kereta api, waktu kedatangan dan keberangkatan, info

terkait keterlambatan, stasiun yang dilewati, waktu tibanya kereta di stasiun tujuan,

bisa disisipkan informasi mengenai pelayanan stasiun yang sedang maupun akan

dilangsungkan.

Costumer service menambah kenyamanan pengguna kereta api apabila mereka

kesulitan melakukan transaksi ataupun melakukan pembatalan terkait tiket yang

mereka beli. kecakapan berbahasa asing dibutuhkan oleh staff yang melayani

penumpang disini. Costumer service berdekatan lokasinya dengan lokasi counter tiket

agar bisa langsung melayani penumpang yang memiliki kesulitan.

Dalam peraturan di Indonesia menjelaskan kenyamanan pelanggan didapat dengan

mendesain tinggi peron dari kereta tidak lebih dari 20 cm.

Kemudahan naik dan turun penumpang ditentukan dari desain peron yang baik. Peron

yang baik dedesain atas pertimbangan mengikuti emplasmen dan tampak stasiun

dengan baik. Dipakai peron tipe island. Lalu clearances peron dengan kereta api.

Digunakan clearances 100mm dari dasar peron ke kereta api. Lalu clearances

2100mm dari komponen vertikal di peron terhadap kereta api. Bersumber dari

clearances dari stasiun Kuala Namu yang memakai kereta sama dengan asumsi

stasiun ini. Terakhir tersedianya luasan yang cukup memadai dan lokasi masuk dan

keluar peron terlihat dan nyaman dilewati. Semakin lebar peron maka semakin aman

dikarenakan pengguna jasa lebih baik membawa barang bawaaannya. Ketinggian

peron yang sama dengan kereta membuat aman lebih tenang dan pergerakan lebih

cepat, baik bagi sirkulasi di kawasan boarding.

Page 10: Desain Layout Stasiun Yang Berintegrasi Dengan Bandar Udara

• Kesetaraan

Bagi penyandang disabilitas, fasilitas yang memudahkan sudah dijelaskan pada poin

sebelumnya. Pada setiap fasilitas, para penyandang disabilitas mendapat perlakuan

khusus. Ditambah kemudahan akses dalam melakukan perjalanan di lingkungan

stasiun dimudahkan dengan difasilitasinya ramp ataupun lift bagi mereka. Untuk ibu

menyusui diberikan privasi berupa ruang khusus yang nyaman untuk kondisi ibu dan

bayi.

KESIMPULAN Dari klasifikasi stasiun yang dipaparkan, terdapat calon penumpang kereta api yang sangat

besar mencapai 3.000.000 orang/ tahun. maka dari itu penentuan kelas stasiun menjadi

stasiun besar sangat baik untuk menunjang dari sisi operasi maupun pelayanan penumpang.

Pemaparan rekomendasi diatas adalah hasil dari pantauan peraturan dan ketentuan di

berbagai negara, yaitu peraturan Indonesia, PM 48 Tahun 2015 mengenai Standar Pelayanan

Minimum Kereta Api, Guide to Station Planning and Design yang dikeluarkan dari salah satu

penyelenggara perkeretaapian di Inggris yaitu Network Rail, Station Program and Planning

Guidelines yang dikeluarkan oleh penyelenggara perkeretaapian Amtrak dari Amerika

Serikat, dan Railway Station Design Standard yang dikeluarkan oleh Victorian Rail Industry

Operators Group di Australia. Terlihat jelas bahwa standar di Indonesia kurang memadai bagi

pelayanan stasiun kereta api yang baik seperti selayaknya stasiun kereta api yang berintegrasi

dengan bandara internasional. Maka dari itu diperlukan studi lebih mendalam dengan

mengacu berbagai negara yang memiliki stasiun kereta api dengan pelayanan terbaik.

DAFTAR PUSTAKA PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2013. Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api

Indonesia. PT Kereta Api Indonesia. Bandung

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 tentang

Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2011,

No. 23. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis,

Kelas Dan Kegiatan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 33.

Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 1164 Tahun 2013

tentang Penetapan Lokasi dan Rencana Induk Bandara Baru Yogyakarta. Lembaran

Negara RI Tahun 2013, No. 1164. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2015 tentang

Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api. Lembaran

Negara RI Tahun 2015, No. 48. Sekretariat Negara. Jakarta.

Network Rail. 2011. Guide to Station Planning and Design. London: Network Rail

Victorian Rail Industry Operators Group. 2011. Railway Station Design Standard and

Guidelines. Melbourne: Victorian Rail Industry Operators Group

Amtrak. 2013. Station Program and Planning Guidelines. Montreal: Amtrak