di sulawesi tengah (studi kasus tahun 2016 - 2017)€¦ · dimana y ialah nilai pga dalam satuan g...
TRANSCRIPT
Membuka Cakrawala Fluktuasi Tingkat Goncangan Gempabumi Di Sulawesi Tengah
(Studi Kasus Tahun 2016 - 2017)
Hendrik Leopatty (Staf Stageof Klas I Palu)
"Apakah tingkat goncangan gempabumi akibat pergeseran lempeng sangat
variatif?". Pertanyaan ini seringkali muncul dan diperdebatkan oleh khayalak ramai, seperti
buah bibir yang tak kunjung padam kala sebuah gempa besar melanda suatu wilayah. "...
dan apakah sama goncangannya tiap tahun?".
Untuk menjawab hal tersebut, kami mencoba membuka cara berfikir masyarakat
agar slogan informasi yang benar, akurat dan tepat adalah bukan suatu ketidakpastian
belaka. Data yang diuji ialah data kejadian gempabumi yang berhasil dianalis terlokalisasi
oleh teman-teman yang bertugas di BMKG Stasiun Geofisika Klas I Palu sejak tahun 2016
hingga 2017. Model yang digunakan ialah menggunakan persamaan empiris atenuasi peak
ground acceleration Wang dkk (2016) yang termodifikasi dengan persamaan:
ln y = C1 + C2M + C3ln[R+C4exp(C5M)]+C6H+C7(Vs30/1130)
dimana y ialah nilai PGA dalam satuan g unit dan nilai konstanta C1 hingga C7 terinci sebagai
berikut: C1 = -5.60, C2 = 1.63, C3 = -1.70, C4 = 0.51552, C5 = 0.63255, C6 = 0.0075, C7 = -0.27
dan Vs30 ialah kecepatan gelombang geser permukaan 30 meter dan nilainya dari data
model Global Slope-Based Vs30. M, H dan R yaitu kekuatan/magnitudo gempa, kedalaman
gempa dan jarak sumber terhadap suatu wilayah dimana dengan nilai σ = 0.61.
Proses pengerjaannya dilaksanakan dalam kelas, berupa analisa dan evaluasi data
gempa. Untuk tahun 2016 terdapat 1.459 data dengan 31 gempabumi signifikan. Untuk
tahun 2017 terdapat 1.781 data dengan 61 gempabumi signifikan, dimana 2 diantaranya
merupakan gempa merusak yaitu gempa Bahodopi, Morowali 24 Mei 2017 dengan tingkat
goncangan maksimum berdasarkan hasil survei dengan cakupan area sekitar 10 km2 sebesar
III SIG BMKG (VI MMI) dan Lembah Napu - Wuasa, Poso 29 Mei 2017 sebesar IV SIG BMKG
(VII-VIII MMI). Kedua tahun data tersebut diikat dalam sistim grid sebesar 0,10 X 0,10 dari
2,00 LU hingga 4,00 LS dan 1180 hingga 1240 BT. Hasil akhirnya berupa sebaran nilai PGA
yang dikonversi kedalam nilai tingkat goncangan gempabumi dalam satuan MMI dalam
bentuk layout peta tematik.
Gambar 1. Peta banyaknya kejadian gempabumi dan gempabumi signifikan yang dirasakan masyarakat di wilayah Sulawesi Tengah dan sekitarnya tahun 2016 (atas) dan 2017 (bawah)
Pada gambar 1, banyaknya bentuk lingkaran dengan besaran variatif mengambarkan
pusat gempa dengan tingkat kekuatan yang berbeda, sedangkan degrasi warna
menunjukkan kedalaman dalam satuan km. Untuk lingkaran silang menunjukkan pusat
gempa signifikan.
Gempa tahun 2017 terdiri dari magnitudo yang terkecil sebesar 1,1 dan terbesar 7,3
yang terjadi di Laut Sulawesi dengan kedalaman 618 yang tingkat goncangannya yaitu Naha
sebesar II SIG BMKG (III-IV MMI), Toli-Toli, Poso dan Palu II SIG BMKG (III MMI), Bitung,
Ternate, Gorontalo, Manado, Tarakan dan Berau I SIG BMKG (II-III MMI) serta Kepulauan
Sula I SIG BMKG (II MMI). Untuk kedalaman, mulai dari 4 hingga 750 kmdpl. Sedangkan
tahun 2016 yaitu dengan magnitudo terkecil sebesar 1,0 hingga 6,8 dengan kedalaman 6
hingga 750 kmdpl. Gempa signifikan yang dirasakan masyarakat dengan magnitudo terbesar
yaitu 5,1 pada tanggal 07 September 2016, terjadi di laut sekitar 5 km dari arah timurlaut
Torue Kabupaten Parigi Moutong dengan kedalaman dangkal 10 kmdpl. Tingkat
goncangannya mencapai II SIG BMKG di Tolai-Sausu (IV-V MMI), Parigi (III-IV MMI), Palu dan
Donggala (III MMI).
Gambar 2. Peta tingkat goncangan gempabumi tektonik di wilayah sulawesi tengah dan
sekitarnya tahun 2016 dan 2017
Pada gambar 2, nampak jelas bahwa Sulawesi Tengah di tahun 2016 memiliki
akumulasi rata-rata sebaran tingkat goncangan gempabumi mencapai I SIG BMKG (II MMI),
kecuali di bagian tengah kabupaten Tojo Una-una, bagian baratdaya kabupaten Toli-Toli,
utara Donggala dan Parigi Moutong (daerah berwarna putih). Untuk wilayah kota Toli-Toli,
Palu, Luwuk dan Salakan, kabupaten Poso dan sebagian besar kabupaten Parigi Moutong
serta sebagian kecil kabupaten Sigi dan Morowali mencapai II SIG BMKG (III-IV MMI).
Adapun yang terbesar berada di daerah Sumber Sari dan Balinggi kabupaten Parigi Moutong
yang mencapai II-III SIG BMKG (V-VI MMI). Sedangkan di tahun 2017, akumulasi rata-rata
sebaran tingkat goncangan gempabumi mencapai II SIG BMKG (III MMI), kecuali di bagian
selatan kabupaten Banggai, bagian barat kabupaten Banggai Kepulauan dan seluruh
kabupaten Banggai Laut (daerah berwarna putih). Goncangan terbesar berada di wilayah
Lembah Napu - Wuasa kabupaten Poso yang mencapai IV SIG BMKG (VII-VIII MMI), yang
kemudian diikuti wilayah Bahodopi kabupaten Morowali sebesar III SIG BMKG (VI MMI) dan
II SIG BMKG di Sidoan dan Sipayo kabupaten Parigi Moutong.
Gambar 3. Peta tingkat goncangan gempabumi Laut Sulawesi 10 Januari 2017
Dari bahasan diatas maka diperoleh sudut pandang yang nyata, bahwa tiap
gempabumi dengan nilai kekuatan M dan kedalaman D yang sama dapat menghasilkan
tingkat goncangan gempa yang berbeda untuk tiap wilayah yang berbeda pula. Adapun pola
tahunan yang terbentuk untuk satu provinsi tidak mungkin sama di tiap tahunnya. Selain itu,
kasus gempabumi Laut Sulawesi 10 Januari 2017 pada gambar 3 memberikan dampak
getaran yang dirasakan secara luas di Pulau Sulawesi hingga II SIG BMKG (III MMI), berarti Si
Gempa tidak mengenal batasan administratif ketika getarannya menyapa suatu wilayah.
Fluktuasi tingkat goncangan gempa sangat dipengaruhi oleh struktur batuan
penyusun dan lapisan permukaan serta panjang bidang patahan, kekuatan dan kedalaman
gempa. Selain itu, termasuk jarak sumber gempa terhadap suatu wilayah dan lamanya
durasi getaran. Dikatakan gempa signifikan dirasakan masyarakat berarti getaran gempa
tersebut mengusik manusia, baik hidupnya maupun aktivitasnya. Pernyataan ini terkait pada
fisik bagunan. Masyarakat dapat mempelajari kategori tingkat goncangan berdasarkan
tingkat goncangan dalam skala gempabumi (SIG BMKG).
Kata orang: "Su tau toh, jadi mari torang memandang langit biru yang menampakkan
sukacitanya bagi kita semua". Jangan panik, kenali dan beradaptasilah. Terima kasih.