diagnosis dan tatalaksana abortus

48
KENALI TANDA ABORTUS dan TATALAKSANA AWALNYA dr. Fariska Zata Amani, SpOG., M.Ked.Klin Minggu, 10 Oktober 2021 @fariska.zata.spog

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KENALI TANDA ABORTUS dan TATALAKSANA

AWALNYA

dr. Fariska Zata Amani, SpOG., M.Ked.Klin

Minggu, 10 Oktober 2021

@fariska.zata.spog

Page 2: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Hal ini sebenarnya bertentangan karena TBJ pada UK 20 minggu 320 gram; TBJ 500 gram pada UK 22-23 mgg

CDC and WHO : Abortion or Misscariage

“pregnancy termination before 20 weeks’

gestation or with a fetus

born weighing < 500 g.

DEFINITION

spontaneous or induced termination of pregnancy

before fetal viability

Page 3: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

DEFINITION 1.Spontaneous abortion— terjadi secara spontan tanpa adanya manipulasi tindakan untuk mengosongkan uterus. Termasuk: threatened, inevitable, incomplete, complete, and missed abortion. Septic abortion if complicated by infection. First trimester and Midtrimester spontaneous abortion 2. Induced abortion— tindakan terminasi kehamilan secara surgical atau medis yang sengaja dilakukan pada janin yang belum viable; yang dilakukan dengan adanya indikasi medis maupun sosial. Dari pelaksanaannya dapat dibagi: - Abortus medisinalis (therapeutics) sesuai indikasi - Abortus provocatus criminalis tanpa alasan medis yg sah dan dilarang secara hukum

Page 4: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

ABORTUS

ABORTUS

SPONTAN

FIRST TRIMESTER

ABORTION

MIDTRIMESTER

ABORTION

ABORTUS BERULANG

(RPL)

INDUCED ABORTION

ABORTUS THERAPEUTIC

ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS

ABORTUS IMINEN

ABORTUS INSIPIEN

ABORTUS INKOMPLIT

ABORTUS KOMPLIT

MISSED ABORTION

KLASIFIKASI ABORTUS

Page 5: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

FIRST TRIMESTER SPONTANEOUS

ABORTION EPIDEMIOLOGY • 80% spontaneous abortion occur < 12 wks • 8-20%(clinically recognised pregnancies) • Previous successful pregnancy: 5% risk • the rate of clinical miscarriages is almost doubled

when either parent is older than 40 years

Page 6: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

FIRST TRIMESTER SPONTANEOUS

ABORTION Patogenesis :

death of the embryo or fetus nearly always precedes

spontaneous expulsion. accompanied by hemorrhage into

the decidua basalis. This is followed by adjacent tissue

necrosis that stimulates uterine contractions and expulsion.

Page 7: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

ETIOLOGY: - Faktor Fetal - Faktor Maternal - Unexplained (40-60%)

FIRST TRIMESTER SPONTANEOUS

ABORTION

Page 8: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

ETIOLOGY: - Faktor Fetal - Faktor Maternal - Unexplained

FIRST TRIMESTER SPONTANEOUS

ABORTION 1. Maternal endocrinopathies(10-15%): hypothyroidism,

diabetes, luteal phase defect

2. Congenital or acquired uterine abnormalities (10-15%) :

interfere with implantation & growth

3. Infection (5%): acute maternal infection (listeria,

toxo,,rubella,CMV) : inconclusive; chlamydia

4. Imunologis (5-10%) : APS RPL

5. Radiation in therapeutic doses

6. Nutrition

7. Hypercoagulable state(thrombophillias) RPL

8. Social n behavioral : alcohol, smoking

Page 9: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

1. Perdarahan pervaginam

- Scant brown spotting to heavy vaginal bleeding

- Amount /pattern does not predict outcome

- May be accompanied by passage of fetal tissue

2. Nyeri pelvis

- Crampy /dull in character

- Constant/intermittent

3. Penemuan incidental saat pelvic ultrasound pada pasien

asymptomatic

GEJALA KLINIS ABORTUS

Page 10: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

1. Anamnesis

- amenorrhea : HPHT

- perdarahan pada usia reproduksi

2. Pemeriksaan fisik Complete pelvic examination

portio servix terbuka / tidak; ukuran uterus; jaringan

3. USG

PENEGAKAN DIAGNOSIS ABORTUS

Page 11: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

• Most useful test in diagnostic evaluation of

women with suspected spontaneous abortion

• Best evaluated transvaginal approach(TVS)

• Foetal cardiac activity: most important (6wks)

• Foetal heart rate

• Size & contour of G.sac

• Presence of yolk sac

USG PADA ABORTUS

Page 12: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Pelvic USG: criteria for spontaneous abortion

● Gestational sac ≥ 25mm in mean diameter that does not contain a yolk sac

or embryo BLIGHTED OVUM

● An embryo with CRL ≥ 5 mm with no cardiac activity

If the GS or embryo is smaller than these dimensions: repeat pelvic

USG in 1-2 weeks

Page 13: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Physiologic: placental sign

implantation bleeding

Ectopic pregnancy

Gestational trophoblastic disease

Cervical/vaginal/uterine pathology

Differential diagnosis

• Physical examination

• Transvaginal sonography(TVS) • Serial quantitative ßhCG

Page 14: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Klasifikasi Abortus Spontan

mon

tue

wed

thu

fri

DIAGNOSIS BLEEDING NYERI UTERUS CERVIX GEJALA KHAS Terapi

Abortus Iminens

(Threatened

Abortion)

Sedikit Ringan -

sedang

Sesuai UK Tertutup Tidak ada ekspulsi

jaringan konsepsi

Expectant

Progestin

Abortus Insipien

(Inevitable

Abortion)

Sedang - banyak Sedang -

hebat

Sesuai UK Dilatasi OUI Tidak ada ekspulsi

jaringan konsepsi

Evakuasi uterus

Curretage,

medical)

Abortus Inkomplit Sedang - banyak Sedang -

hebat

Lebih kecil

dari UK

Terbuka,

teraba

jaringan

Ekspulsi parsial

jaringan konsepsi

Evakuasi

(Curretage,

medical)

Abortus Komplit Sedikit Tanpa/se

dikit

Lebih kecil

dari UK

Tertutup Ekspulsi seluruh

Jaringan konsepsi

(USG : empty uterus

with endometrial

thickness < 15 mm)

Observasi

Missed Abortion Riwayat Riwayat Lebih kecil

dari UK

Tertutup Janin telah mati tapi

tidak ada ekspulsi

jaringan (USG : CRL

5 mm, DJJ(-)

Evakuasi uterus

Curretage,

medical)

Septic abortion + /-

vaginal discharge

berbau

+/- Membesar,

Nyeri

Lunak dan

nyeri

Disertai demam dan

leukositosis, tanda

infeksi

Antibiotik +

evakuasi uterus

Page 15: Diagnosis dan tatalaksana Abortus
Page 16: Diagnosis dan tatalaksana Abortus
Page 17: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

TATALAKSANA ABORTUS SPONTAN

• Bedrest (Hindari aktifitasi, Angkat berat, sexual intercouse)

• Progestin treatment

• If unsuccessful after 4 wks ,surgical evacuation is needed

Expectant management : vital sign stabil

• prostaglandin E1 (PGE1) has varying failure rates of 5 to 40 percent; Expulsion rate : 50-70%

• Low cost, low incidence of side effects, stable at room temperature, readily available, timing of use can be controlled by patient

Medical therapy

• If heavy bleeding, intrauterine sepsis, medical co morbidities, misoprostol is contraindicated

Surgical

Page 18: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

MIDTRIMESTER SPONTANEOUS ABORTION

• Incidence : at 1.5 - 3 %, and after 16 weeks, it is only 1 % • Klasifikasi sama dengan first trimester sponataneous abortion

10-15%

Page 19: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

CERVICAL INSUFFIENCY

• incompetency cervix

• Dilatasi servix tanpa nyeri pada TM 2 (painless cervical dilatation), yang

diikuti dengan prolapas dan penonjolan membrane ke vagina dan akhirnya

diikuti pengeluaran janin imatur.

• Faktor risiko : riwayat cervical trauma ( dilatasi kuretase, konisasi, kauterisasi) • USG TVS : Panjang serviks < 25 mm; tanda funneling (ballooning of the

membranes into a dilated internal os, but with a closed external os)

Page 20: Diagnosis dan tatalaksana Abortus
Page 21: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

tatalaksana CERVICAL

INSUFFIENCY

elective cerclage is usually done between 12 and 14 weeks’ gestation.

usually do not perform cerclage after 23 weeks. Success rate 80-90%

Page 22: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Complications

• Hemorrhage

• Uterine perforation

• Retained products of conception

• Endometritis

• Septic abortion: abortion

accompanying intrauterine infection

Page 23: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

RECURRENT ABORTION (RPL / RECCURENT PREGNANCY LOSS) • three or more consecutive pregnancy losses at ≤ 20 weeks or with a fetal weight <

500 grams.

• The American Society for Reproductive Medicine (2008) : two or more failed clinical

pregnancies confirmed by either sonographic or histopathological examination

Page 24: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

1. Penyebab Kromosomal, hormonal,endometrium dan

imunologis Keguguran pre-embrionik ( kurang dari 8 minggu)

2. Penyebab Trombosis ( Antiphospolipid dan trmbophilia)

keguguran fetus (8-20 minggu)

3. Penyebab anatomi dan atau serviks keguguran lanjut (

usia kehamilan > 20 minggu)

RECURRENT ABORTION (RPL)

Page 25: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

tatalaksana

RECURRENT ABORTION (RPL)

1. Pemeriksaan analisis berulang : darah suami, istri dan jaringan abortan untuk

mencari kelainan kromosom baik pada ibu/ayah serta hasil konsepsi.

2. Pemeriksaan hormonal (tiroid/progesterone/prolakin) untuk menyingkirkan

kelainan hormonal.

3. Bila normal, pemeriksaan imunologis mencari kemungkinan adanya sindroma

antibody antipospolipid. Keguguran berulang pada > 8-10 minggu, pemeriksaan

langusng diarahkan pada kecurugaan adanya sindroma antibody antipospolid dan

trombofilia.

4. Pemeriksaan anatomi uterus untuk mencari kemungkinan kelaianan uterus

dengan Ultrasonografi Vaginal/histeroskopi.

Page 26: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

INDUCED ABORTION Terminasi kehamilan baik secara medisinal / obat-obatan atau dengan surgical

ABORTUS PROVOKATUS THERAPEUTICS

• PASAL 15 UU KESEHATAN NO 23 Tahun 1992

1) Dalam keadaan darurat, sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan

atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat

dilakukan :

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu

dan

c. dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan

pertimbangan tim ahli;

d. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

keluarganya pada sarana kesehatan tertentu.

Page 27: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau

cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

ABORTUS PROVOKATUS THERAPEUTICS

• PASAL 75 UU KESEHATAN NO 36 Tahun 2009

INDUCED ABORTION

Page 28: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

• PASAL 80 UU KESEHATAN NO 23 Tahun 1992

INDUCED ABORTION

Page 29: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

TEKNIK INDUCED ABORTION

Page 30: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

FIRST TRIMESTER

TEKNIK INDUCED ABORTION

Pykett R, Smith SC, 2020, https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2020.02.005

Page 31: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

TEKNIK INDUCED ABORTION

Pykett R, Smith SC, 2020, https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2020.02.005

Page 32: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

INDUCED ABORTION DENGAN

MEDIKAMENTOSA

• Pendarahan terjadi selama kira-kira 9 hari, namun dapat berlanjut hingga 45 hari

pada beberapa kasus yang jarang terjadi.

• Efek samping meliputi mual, muntah dan diare.

• perhatian khusus ketika memberikan obat pada perempuan yang:

(1) menggunakan kortikosteroid jangka panjang,

(2) memiliki gangguan pendarahan,

(3) anemia berat,

(4) memiliki penyakit jantung atau faktor risiko kardiovaskular.

Page 33: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

AVM

Page 34: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KEMENKES, 2020

Page 35: Diagnosis dan tatalaksana Abortus
Page 36: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KEMENKES, 2020

Page 37: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Dilatasi Serviks sebagai cervical preparation untuk melunakkan dan melebarkan serviks secara pelan untuk meminimalisir trauma

TEKNIK INDUCED ABORTION

Higroskopis dilator

Page 38: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

TEKNIK INDUCED ABORTION

RCOG: Do not routinely offer antibiotic prophylaxis to women who are having a medical abortion. Offer antibiotic prophylaxis to women who are having surgical abortion

doksisiklin (200 mg per oral), azitromisin (500 mg per oral), atau metronidazol (500 mg per oral)

Page 39: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

MANAJEMEN NYERI • Pada tatalaksana medikamentosa, setiap pasien ditawarkan obat antinyeri.

Pemberian NSAID, seperti ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat, diklofenak, atau ketorolac

• Sedangkan pada tatalaksana operatif dengan aspirasi vakum, blok paraservikal

dan pemberian NSAID dianjurkan untuk semua pasien

KEMENKES, 2020

Page 40: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

Pikirkan Terjadinya Abortus

Bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan

gejala sebagai berikut:

• Terlambat haid

• Perdarahan per vaginam

• Spasme atau nyeri perut bawah

• Keluarnya massa kehamilan/konsepsi

APA TINDAKAN PERTAMA YANG DILAKUKAN ???

Page 41: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

APA TINDAKAN YANG DILAKUKAN ???

JANGAN LANSUNG KURET !!

• Pasien stabil / kegawatan??

• Pastikan hamil / tidak tes kehamilan

• HPHT

• Tegakkan diagnosis dan eliminasi DD

pemeriksaan bimanual pelvic examination

USG

• Treatment sesuai jenis klasifikasi abortus

Page 42: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KEMENKES, 2020

Page 43: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KEMENKES DALAM PEDOMAN NASIONAL

ASUHAN PASCA KEGUGURAN YANG

KOMPREHENSIF

KEMENKES, 2020

Page 44: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

KONTRASEPSI PASCA KEGUGURAN

KEMENKES, 2020

Page 45: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

RINGKASAN

● Konseling prakonsepsi dan prenatal dengan modifikasi

etiologic dan faktor risiko

● Siklus menstruasi kembali normal dalam 4-6 minggu

setelah kejadian abortus

● Ovulasi dapat terjadi pada 2 minggu setelah abortus

● B-hCG kembali to normal pada 2-4 minggu

Page 46: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

RINGKASAN

Page 47: Diagnosis dan tatalaksana Abortus
Page 48: Diagnosis dan tatalaksana Abortus

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including

icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

TERIMA KASIH

dr. Fariska Zata Amani, SpOG., M.Ked.Klin

@fariska.zata.spog