diagnosis komunitas kel 6cs
DESCRIPTION
cscscTRANSCRIPT
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
1.1 Penentuan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan
melakukan pengamatan berdasarkan hasil laporan tahunan Puskesmas mengenai data-
data mengenai masyarakat yang memanfaatkan program jampersal dan melakukan
wawancara pada beberapa keluarga binaan dan tokoh masyarakat di desa Tanjung Pasir.
Berdasarkan data-data tersebut didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu :
1. Tingginya Angka Kematian Ibu
2. Tingginya Angka Kematian Bayi
3. Tingginya Angka Kelahiran Bayi
4. Tingginya budaya melahirkan di tenaga non-medis
5. Dekatnya jarak Kelahiran
6. Kurangnya Pengetahuan Ibu Hamil mengenai ANC
Setelah mendapatkan data dari puskesmas, peneliti berkunjung ke keluarga
binaan masing – masing. setiap peneliti menemukan area masalah pada masing –
masing keluarga binaan. Berikut hasil temuan tiap peneliti pada keluarga binaan masing
- masing :
1. Peneliti Pertama :
a. Melahirkan di tenaga non medis (Paraji, dukun beranak, dll)
b. Tidak memeriksakan kehamilah secara teratur
c. Tidak pernah mendapat sosialisasi tentang program pemerintah mengenai program
persalinan
d. Tidak pernah memakai KB
e. Pernah mengalami keguguran
f. Jarak anak yang terlalu dekat
2. Peneliti kedua :
a. Perkiraan mahalnya biaya persalinan di tenga kesehatan
b. Melahirkan di Paraji
c. Tidak pernah melakukan Pemeriksaan selama masa kehamilan
d. Jarak anak yang terlalu dekat1
e. Lokasi sarana kesehatan terlalu jauh
f. Keguguran lebih dari 1 kali
3. Peneliti ketiga :
a. Keluarga binaan memiliki 5 orang anak hidup yang seluruhnya ditolong
persalinanya oleh tenaga non-medis
b. Pasangan pada keluarga binaan baru menikah selama 8 tahun
c. Pendidikan terakhir pasangan keluarga binaan adalah SMP
d. Keluarga binaan belum mengetahui mengenai biaya persalinan yang dapat
dilakukan secara gratis
e. Keluarga binaan tidak pernah melakukan pemeriksaan selama kehamilan
dikarenakan tidak ada biaya
f. Tidak pernah mengetahui adanya penyuluhan dari tenaga medis setempat
4. Peneliti keempat :
a. Tidak memiliki biaya untuk melahirkan di tenaga kesehatan
b. Keluarga binaan memiliki anak lebih dari dua
c. Bayi lahir dengan berat badan rendah
d. Bersalin di tenaga Non Medis
e. Tidak tersedianya sarana kesehatan di dekat tempat tinggal keluarga binaan
f. Keluarga binaan tidak pernah melakukan pemeriksaan rutin saat hamil
5. Peneliti kelima :
6. Peneliti keenam
7. Peneliti ketujuh.
Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan area masalah
yaitu metode delbeq dan metode delphi . Metode delbeq adalah penetapan prioritas
masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan
pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah
prioritas.
2
Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok kami menggunakan metode
Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh
suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan
diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai degan identifikasi masalah yang
akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).
Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi
suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah
yang kompleks.
Berikut ini merupakan proses Metode Delphi :
Kami melibatkan seluruh anggota kelompok, dokter puskesmas setempat, dan
keluarga binaan untuk menentukan area masalah. Dengan mempertimbangkan hasil
temuan data di puskesmas dan hasil penentuan prioritas masalah pada keluaga binaan
menurut metode delphi, maka peneliti memutuskan memilih area permasalahan yaitu :
Kurangnya Pengetahuan Masyarakat mengenai JAMPERSAL Dengan berbagai
pertimbangan berikut :
1. Hampir semua keluarga binaan melakukan persalinan di tenaga non-medis sehingga
menurut kami masalah ini merupakan masalah terbesar yang dihadapi keluarga-
keluarga binaan kami.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai JAMPERSAL pada keluarga binaan dengan
ditemukannya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, dekatnya jarak kelahiran,
dan banyaknya jumlah anak pada setiap keluarga binaan.
3
3. Perilaku dari anggota keluarga binaan yang tidak memanfaatkan fungsi dari
Jampersal dengan benar dikarenakan sulitnya prosedur program jampersal sebagai
contoh adanya perbedaan biaya klaim disetiap tipe rumah sakit dan lamanya jumlah
klaim yang dicairkan.
Berdasarkan dari data-data yang telah dikumpulkan mengenai tingginya kelahiran yang
tidak dibantu dengan tenaga medis, ditemukannya bayi yang lahir dengan berat badan
rendah dan banyaknya jumlah anak pada setiap keluarga binaan serta sulitnya prisedur
pelaksanaan jampersal merupakan akibat kurangnya pengetahuan keluarga binaan
mengenai jampersal.
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 JAMPERSAL
2.1.1 Pengertian JAMPERSAL
Jampersal adalah Jaminan pembiayaan yang digunakan untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan nifas termasuk KB pascapersalinan dan pelayanan bayi baru
lahir (Sumiati, 2012).
Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan (Depkes, 2012)
Program Jaminan Persalinan (Jampersal) bertujuan menjamin akses pelayanan
persalinan yang dilakukan dokter atau bidan untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kemtian Bayi (AKB). Dengan adanya Jampersal diharapkan
meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu dan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
Selain itu, Jampersal juga bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan KB
paska persalinan, penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir dan terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel (Depkes, 2012).
Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :
5
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pertolongan persalinan
3. Pelayanan nifas
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Pelayanan bayi baru lahir
Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas,
Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).
2.1.2 Tujuan Jampersal
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI
dan AKB.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan.
1) Bayi baru lahir.
2) Keluarga Berencana Pasca Persalinan.
3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
4) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel.
2.1.3 Ruang Lingkup Pelayanan Jampersal
Peserta Jampersal berhak memanfaatkan pelayanan kesehatan di seluruh
jaringan fasiltas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan.
6
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan puskesmas mampu
PONED serta jaringannya termasuk Polindes/Poskesdes, dan fasilitas kesehatan
swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS). Diberikan oleh tenaga
kesehatan berkompeten dan berwenang.
Tambahan untuk Puskesmas mampu PONED:
1. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi.
2. Pelayanan paska keguguran.
3. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar.
4. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar.
5. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
Pelayanan tingkat lanjutan diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik yang
dilaksanakan di fasilitas perawatan kelas II RS Pemerintah atau RS swasta yang
memiliki PKS dan pelayanan diberikan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi
kedaruratan.
Jenis pelayanan:
1. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi.
2. Penanganan rujukan paska keguguran.
3. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET).
4. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif.
5. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif.
6. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif.
7. Pelayanan KB paska persalinan.
2.1.4 Paket Manfaat Jampersal
7
Peserta jaminan persalinan mendapatkan pelayanan yang meliputi :
1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC).
2. Persalinan normal.
3. Pelayanan nifas normal termasuk KB pasca persalinan.
4. Pelayanan bayi baru lahir normal.
5. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi.
2.1.5 Pola Pembayaran
Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara:
1. Pembayaran di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dilakukan dengan cara klaim.
2. Pembayaran di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dilkaukan dengan cara
klaim, didasarkan atas paket Indonesia Case Group (INA-CBGs).
2.1.6 Kelengkapan Pertanggujawaban Klaim
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasiltas
kesehatan tingkat pertama ke tim Pengelola Kabupaten/Kota dilengkapi:
1. Foto kopi lembar pelayanan pada buku KIA, sesuai pelayanan yang diberikan
untuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru
lahir dan KB paska persalinan. Apabila tidak terdapat buku KIA pada daerah
setempat dapat digunakan bukti-bukti yang syah ditanda tangani ibu
hamil/bersalin dan petugas yang menangani.
2. Potograf (catatan persalinan) yang ditanda tangani tenaga kesehatan penolong
persalinan untuk pertolongan persalinan.
3. Foto kopi/tembusan surat rujukan, termasuk tindakan pra rujukan yang telah
dilakukan di tanda tangani ibu hamil/ibu bersalin.
4. Foto kopi identitas diri (KTP dan identitas lainnya) dari ibu hamil/bersalin.
2.1.7 Pendanaan Jampersal8
Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu
kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke:
1. Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya.
2. Rekening Rumah Sakit untuk pelayanan tingkat lanjut (RS Pemerintah dan RS
swasta) yang memiliki Perjanjian Kerjasama.
2.1.8 Sumber dan Alokasi Dana
1. Sumber Dana
Dana Jampersal bersumber dari APBN Kementrian Kesehatan yang dialokasikan
pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan Kementrian Kesehatan.
2. Alokasi Dana
Dana Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta
Jaminan Persalinan menjadi satu kesatuan, disalurkan langung dari bank
operasioanal Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ( KPPN).
2.1.9 Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang menempati
tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi
medi dan peayanan medik lainnya (Depkes RI, 1997). Pelayanan rawat inap
mempunyai dua aspek penting yang berkaitan dengan kepuasan pasien yaitu
manusia dan alat. Aspek alat merupakan saran dan prasarana yang diperlukan dalam
pelayanan kesehatan tersebut antara lain llingkungan fisik seperti bentuk bangunan
dan desain ruangan sangat mempengaruhi kepuasan pasien. Aspe manusia
merupakan tenaga yang melaksanakan pelayanan rawat inap. Untuk dapat
memuaskan pasien diperlukan petugas yang dapat melaksanakan prosedur kerja
dengan baik, ramah, sopan, simpatik, penuh pengertian, luwes dan terampil.
9
Alur proses pelayanan pasien unit rawat inap akan mengikuti alur sebagai berikut :
a. Bagian penerimaan pasien
b. Ruang perawatan
c. Bagian administrasi dan keuangan
2.1.10 Kepuasan Pasien
Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di negara maju
ataupun di negara berkembang yang menurut hemat saya tidak lain adalah
membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsif terhadap kebutuhan
pasien atau masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan reorientasi tujuan dari
organisasi layanan kesehatan dan reposisi hubungan pasien dengan dokter atau
profesi layanan kesehatan agar semakin terfokus padaa kepentingan pasien.
Dengan kata lain, layanan kesehatan itu harus selalu mengupayakan kebutuhan
dan kepuasan pasien atau masyarakat yang dilayani secara simultan.
Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau
perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien adalah suatu
tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan
yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang
diharapkannya.
Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan
pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu
layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan.
Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien
menjadi salah satu dimensi mutu layanan kesehaatan yang penting.
Survei kepuasan pasien menjadi penting dan perlu dilakukan bersamaan
dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan yang lain. Kemauan atau
10
keinginan pasien dapat diketahui melalui survei kepuasan pasien. Pengalaman
membuktikan bahwa transformasi ekonomi pasti akan mengubah keinginan dan
kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran
kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat. Telah terbukti bahwa
terdapat hubungan yang positif antara patisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan kesehatan dengaan kepuasan pasien (Pohan, 2006).
2.2 Kerangka Teori
Mengacu dari konsep lawrence green Lawrence Green mencoba menganalisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
atau terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktro-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktro-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktro-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
erilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kerangka teori di bawah ini
11
Gambar.1. Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep sebagai panduan untuk mempermudah melakukan penelitian. Adapun
kerangka konsep yang dibuat adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel dependent
Gambar.2. Kerangka Konsep
12
Kurangnya Pengetahuan Masyarakat tentang JAMPERSAL
1. Pendidikan dan Pengetahuan kurang
2. Pendapatan kecil
3. Standar pelayanan
2.4 Definisi Operasional
TABEL DEFINISI OPERASIONAL DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS AREA MASALAH KURANGNYA PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG JAMPERSAL PADA DAERAH KELUARGA BINAAN
No VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL
ALAT
UKUR
CARA
UKUR
HASIL SKALA
1. Pengetahuan
Merupakan hasil penginderaan pengetahuan masyarakat tentang Jaminan Persalinan sampai tingkat “ tahu”.
Kemudian masyarakat dapat menjawab pertanyaan meliputi :
- Pengertian JAMPERSAL
- Tujuan JAMPERSAL
- pelayanan JAMPERSAL
Kuesioner Wawancara - Ya/tidak Ordinal
2. Pendidikan
Jenjang formal
yang pernah
dijalani oleh
masyarakat
Kuesioner Wawancara
< 9 th :
rendah
9 – 12 :
Ordinal
13
sampai
mendapatkan
ijazah
sedang
> 12 : tinggi
3. Sikap Suatu respon masyarakat yang tidak menggunakan program JAMPERSAL.
Kuesioner Wawancara (setuju
menggunaka
n program
JAMPERSA
L yang terdiri
dari
pelayanan
prenatal,
pelayanan
antenatal,
pelayanan
persalinan,
dan
penggunaan
KB. )
Ordinal
4. Pendapatan
Keluarga
Penghasilan yang didapat oleh istri dan suami dalam satu bulan penuh baik dalam bentuk gaji pokok
Kuesioner Wawancara Besar > 5
juta
Sedang 1- 5
juta
Kecil <1 juta
ordinal
5. Kepuasan
pasien
pengguna
Jampersal
terhadap
pelayaanan
kesehatan
Tingkat perasaan pasien ibu bersalin (responden) yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan dengan menggunakan program jaminan persalinan(pembia
Kuisioner Wawancara 1. Tidak
puas
2. Cukup
puas
3. Puas
4. Sangat
Ordinal
14
yaan persalinan) yang diperolehnya setelah membandingkan dengan apa yang diharapkannya
puas
15
16