diagnosis vitiligo
TRANSCRIPT
Anamnesis
Awitan penyakit, Onsetnya karena biasanya vitiligo memiliki onset yang cepat dan
stabil.
Faktor Pencetus. Seperti: trauma fisik (muncul pada daerah trauma, fenomena
Koebner), stress emosional, terbakar surya dan pajanan bahan kimiawi
Riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam kulit sebelum bercak putih
Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus, dan anemia
pernisiosa
Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini.
Pemeriksaan fisik
a. Lesi kulit
Makula dengan diameter 5mm – 5 cm atau lebih, berwarna putih pucat “chalk” dan
berbatas tegas.
Makula yang baru muncul mungkin berwarna putih kabur, memperlihatkan fase
transisional.
Varian Vitiligo Trichrome (tiga warna: putih, cokelat terang, cokelat gelap),
memperlihatkan stadium yang berbeda pada evolusi vitiligo.
Pigmentasi di sekeliling folikel rambut pada makula putih memperlihatkan residual
pigmentasi atau returnof pigmentasi.
Residual pigmentasi
b. Distribusi
Depigmentasi muncul dalam tiga bentuk umum.
Tipe fokal dikarakteristikkan dengan satu atau beberapa makula pada lokasi tunggal,
mungkin merupakan stadium evolusi dari vitiligo tipe lain
Tipe segmental dikarakteristikkan dengan satu atau beberapa makula pada satu tempat
atau satu bagian tubuh
Tipe general (paling umum), dikarakteristikkan dengan distribusi makula
depigmentasi yang luas, seringkali simetris.
Segmental vitiligo. Biasanya memiliki distribusi sepihak yang mungkin sepenuhnya atau
sebagian menurut dermatom, kadang distribusi ipsilateral atau kontralateral dapat terlibat
juga.
Nonsegmental vitiligo. Ditandai dengan white patches yang sering simetris dan yang
biasanya bertambah besar dari waktu ke waktu, sesuai dengan substansial hilangnya fungsi
melanosit epidermal dan kadang-kadang melanosit dari folikel rambut.
Normalnya, diagnosis vitiligo dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis pada pasien
dengan makula yang progresif, didapat, putih kapus, bilateral (biasanya simetris), berbatas
tegas pada tempat khas (periorbital, perioral, leher, penis, perineum, aksila, dan tempat yang
mendapat tekanan seperti siku, malleoli, lutut, dan area lumbosakral)
Koebner’s Phenomenon.
Pada fenomena Koebner, bercak vitiligo timbul pada respon isomofik terhadap pergesekan
atau penekanan yang dihasilkan dari beberapa aktivitas misalnya menyisir rambut,
mengeringkan kulit dengan handuk, dan mengenakan sabuk atau jam.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lampu Wood: Diperlukan untuk menilai makula, khususnya pada jenis
kulit yang lebih terang, dan pada area yang terlindung dari sinar matahari pada jenis
kulit yang lebih gelap.
(A) (B)
Lampu Wood adalah ultraviolet dengan perangkat iradiasi yang memancarkan sekitar 365
nm. Pemeriksaan dengan lampu wood paling baik dilakukan dalam sekali dengan ruangan
yang gelap. Pemeriksa harus memungkinkan setidaknya 30 detik untuk beradaptasi
dengan kegelapan sebelum memulai pemeriksaan. Lampu Wood memberikan pembacaan
refleksi terang untuk memperjelas “white patch” rincian ditingkatkan di antara pigmennya
(A), serta dibandingkan dengan normal cahaya (B). Beberapa lampu menggabungkan
pembesar sebuah lensa yang berguna dalam mengevaluasi terminal dan pigmentasi vellus
rambut. Untuk pasien dengan jenis kulit lebih gelap, pemeriksaan lampu wood kurang
berguna.
2. Dermatopatologi: Pada kasus tertentu yang sulit, bioposi kulit mungkin dibutuhkan.
Makula vitiligo tampak seperti kulit normal, namun tanpa adanya melanosit. Gunakan
pengecatan khusus untuk mengidentifikasi melanosit. Mungkin terdapat respon
limfosit yang ringan pada tepi makula.
3. Mikroskop elektron: Tidak adanya melanosit dan melanosom pada keratinosit;
perubahan keratinosit (spongiosis, eksositosis, basilar vakuopati, dan nekrosis).
Limfosit terlihat pada epidermis.
4. Pemeriksaan laboratorium: T4, TSH (radioimmunoassay), glukosa darah puasa,
hitung darah lengkap dengan index (anemia pernisiosa), tes stimulasi ACTH untuk
penyakit Addison (bila dicurigai).
5. Pemeriksaan Histopatologi: Dengan pewarnaan hemaktosilin eosin (HE) tampaknya
normal kecuali tidak ditemukan melanosit, kadang-kadang ditemukan melanosit pada
tepi makula. Reaksi dopa untuk melanosit negatif pada daerah apigmentasi, tetapi
meningkat pada daerah yang hiperpigmentasi.
6. Pemeriksaan Biokimia: Pemeriksaaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan
dopa menunjukkan tidak adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit normal.
Sumber
Djuanda S, Sri Adi Sularsito. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
English, John SC.2007.General Dermatology.An Atlas of Diagnosis and Management.
Department of Dermatology Queen's Medical Centre Nottingham. University Hospitals
NHS Trust Nottingham, UK. USA
Taïeb, Alain; Mauro Picardo. Vitiligo. N Engl J Med 2009;360:160-9
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp0804388