diajukan kepada fakultas ekonomi dan bisnis untuk memenuhi...
TRANSCRIPT
PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA
KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA
PERIODE 2000-2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Andre Widdyantoro
Nim: 109084000032
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA
KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA
PERIODE 2000-2011
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
ANDRE WIDDYANTORO
NIM : 109084000032
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I
Pheni Chalid, Ph.D
NIP. 19560505 200012 1 001
Pembimbing II
Utami Baroroh, S.Pi, M.Si
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Rabu 10 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Andre Widdyantoro
2. NIM : 109084000032
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usah
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil
dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002
( )
Ketua
2. Lukman, Dr, M.Si
NIP. 19640607 200302 1 001
( )
Sekretaris
3. Fitri Amalia, S.Pd, M.Si
NIP. 19820710 200912 2 002
( )
Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 27 Agustus 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Andre Widdyantoro
2. NIM : 109084000032
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan
Menengah di Indonesia Periode 2000-2011
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2013
1. Abdul Hamid, Prof., Dr., MS ( _____________________ )
NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua
2. Fitri Amalia M.Si ( _____________________ )
NIP. 19820710 200912 2 002 Sekretaris
3. Lukman, Dr, M.Si ( _____________________ )
NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, Ph.D ( _____________________ )
NIP. 19560505 200012 1 001 Pembimbing I
5. Utami Baroroh, S.Pi, M.Si ( _____________________ )
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Andre Widdyantoro
NIM : 109084000032
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung iawaban atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan temyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 3 Agustus 2013
Andre Widdyantoro
109084000032
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Andre Widdyantoro
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 16 November 1991
3. Alamat : Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20 RT/RW
01/001 Serpong-Tangerang Selatan 15314
4. Telepon : 085693008967
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN Formal
1. SDN Pelita Dua Tahun 1995-2003
2. SMPN 1 Serpong Tahun 2003-2006
3. SMA N 1 Cisauk Tahun 2006-2009
4. S1 Universitas Islam Negeri Syarif Tahun 2009-2013
Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Program Pendidikan Komputer Yayasan Lembaga Pendidikan-Bimbingan
Belajar LP3I, 2008-2009
2. Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional LIA, English for
Adults:Elementary Levels- Intermediate Levels, 2005-2007
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tim Olimpiade Ekonomi SMA N 1 Cisauk, periode 2008-2009.
2. BEM J IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2010-2011
3. IMEPI Jabagbar, periode 2010-2011
V. Pengalaman Kerja
1. Koperasi Pegawai POS Indonesia, Jakarta Selatan, 2011 (Magang
KKSBT)
ii
2. Marketing Research Indonesia (MRI), Tebet Raya –Jakarta, 2012
(Mysterious Shopper Bank)
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”,
diselenggarakan oleh UIN Jakarta, ACA Asuransi, dan CAR Life
Insurance, 20 Mei 2010.
2. Visit Mueseum 2010 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta (Bank Indonesia dan
Bank Mandiri), diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah
(IMES), 9 Desember 2010.
3. “Pelatihan Alat Analisis Perencanaan Pembangunan”, diselenggarakan
oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5
Oktober 2011.
VI. KEPANITIAAN
1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, 27 Februari 2011.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sarmun
2. Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 27 September 1965
3. Ibu : Hartuti
4. Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 11 Juni 1968
5. Alamat : Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20
RT/RW 01/001 Serpong-Tangerang
Selatan 15314
6. Telepon : 081295058540
7. Anak Ke dari : 1 dari 2 bersaudara
iii
ABSTRACT
A few this years the role of small and medium enterprises (SMEs) in
employment absorption is very high, it can be seen from the average SMEs are
able to absorb the workforce of around 90% of the total workforce in Indonesia.
This research aims to test the influence GDP of SMEs, investment of
SMEs, and number of business units SMEs to workforce absorption small and
medium enterprises in Indonesia. Research samples retrieved from the book of
SMEs statistic Ministry of Cooperatives and SMEs in 2000-2011. This research
uses regression method data panels with Fixed Effects Model, and using 9 sectors
of the economy as a cross-section.
The results of analysis showed that the GDP of SMEs and number of
business units of SMEs influence significanly to workforce absorption.
Meanwhile, investment of SMEs has no significant influence to workforce
absorption small and medium enterprises.
Keywords: Workforce absorption of SMEs, GDP of SMEs, investment of SMEs
and the number of business units SMEs.
iv
ABSTRAK
Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam penyerapan tenaga kerja
beberapa tahun ini sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rata-rata UKM mampu
menyerap tenaga kerja sekitar 90% dari total tenaga kerja di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PDB UKM, investasi UKM,
dan jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan
menengah di Indonesia. Sampel penelitian diperoleh dari buku statistik usaha
kecil dan menengah Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2000-2011.
Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed Effect Model,
dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross-section.
Hasil analisis menunjukan bahwa PDB UKM dan jumlah unit usaha
UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan
menengah. Sedangkan, investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah.
Kata Kunci: Penyerapan tenaga kerja UKM, PDB UKM, investasi UKM, dan
jumlah unit usaha UKM.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah senantiasa memberikan segala
rahmat, karunia, dan hidayah -Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah
Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah
di Indonesia Periode 2000-2011” dengan baik. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarmun dan Hartuti. Ananda mengucapkan terima
kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta doa-
doa yang selalu dipanjatkan kepadaNYA.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomidan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan, terima kasih atas semua saran yang Bapak berikan selama proses
penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
5. Ibu Utami Baroroh, SP., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku Dosen
Pembimbing Skripsi II, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan
perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima
vi
kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi
sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih
atas bimbingan dan arahnya, serta waktu yang diluangkan untuk berdiskusi
dalam perkuliahan sejak awal kuliah hingga akhir.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Dwi Rahmawati Putri yang setiap hari bawel, walaupun begitu terima kasih
atas semua dukungan, bantuan dan semangatnya, serta karena dirimu lulus dan
wisuda duluan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuanganku, Dimas Aditya susanto, Anisa Aulia, Wulan Fauzyni,
Dimas prabowo, AristyaSani, terimakasih atas dukungan yang diberikan
kepada penulis.
10. Seluruh Kawan-kawan IESP pembangunan dan syariah 2009, Wildan (kiwil),
Diki (jhon), Syahrul (prast), Rendy (onta), Kokoh (panda), Salviana, Awak
Nanda, Adam, duo cengkareng Mawan Candra dan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
11. Seluruh kawan-kawan pencinta alam, dan teman sependakian, terima kasih
atas semangat, dan selalu mengingatkan agar penulis tidak terlalu fokus
dengan hobi mendaki gunung tetapi juga segera menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 3 Agustus 2013
Andre Widdyantoro
vii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... i
Abstract ........................................................................................................... iii
Abstrak ........................................................................................................... iv
Kata Pengantar ............................................................................................. v
Daftar Isi ........................................................................................................ viii
Daftar Tabel ................................................................................................... xi
Daftar Gambar .............................................................................................. xii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Kerangka Teori ................................................................................. 11
1. Pengertian dan Peran UKM ........................................................... 11
a. Pengertian UKM ........................................................................ 11
b. Klasifikasi UKM ....................................................................... 13
c. Peran UKM ................................................................................ 14
2. Tenaga Kerja .................................................................................. 16
a. Pengertian Tenaga Kerja ........................................................... 16
b. Permintaan Tenaga Kerja .......................................................... 17
c. Penyerapan Tenaga Kerja .......................................................... 20
viii
3. Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................................... 21
a. Pengertian PDB ......................................................................... 21
b. Konsep Fungsi Cobb Douglas ................................................... 23
c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja ................... 23
4. Investasi ......................................................................................... 24
a. Pengertian Investasi ................................................................... 24
b.Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja ............. 25
5. Konsep Jumlah Unit Usaha ............................................................ 26
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41
D. Hipotesis ............................................................................................ 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 47
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 47
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 47
1. Sumber Data................................................................................... 47
a. Library Research ....................................................................... 48
2. Jenis Data ....................................................................................... 48
D. Metode Analisis ................................................................................. 48
1. Metode Analisis Data Panel ...........................................................
a. Pooled Least Square (PLS) ....................................................... 49
b. Fixed Effect Model (FEM) ........................................................ 49
c. Random Effect Model (REM) .................................................... 49
d. Chow Test .................................................................................. 51
e. Hausman Test ............................................................................ 52
f. The Breusch-Pagan LM Test ..................................................... 52
2. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 53
a. Uji F-statistik ............................................................................. 54
b. Uji t-Statistik ............................................................................. 54
c. Koefisien Determinasi ............................................................... 55
d. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 55
ix
1) Uji Normalitas.................................................................... 55
2) Uji Autokorelasi ................................................................. 56
3) Uji Heterokedisitas ............................................................ 57
4) Uji Multikolinearitas .......................................................... 58
E. Operasional Variabel .......................................................................... 58
1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM ................................................... 59
2. Produk Domestik Bruto UKM ....................................................... 59
3. Investasi UKM ............................................................................... 60
4. Jumlah Unit Usaha UKM............................................................... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 62
1. Sejarah Singkat UKM .................................................................... 62
2. Perkembangan UKM ..................................................................... 63
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................... 65
1. Analisis Deskriptif ......................................................................... 65
a. Analisa Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor Ekonomi ............ 65
b. Analisa PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi .......................... 68
c. Analisa Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi ................... 70
d. Analisa Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi ... 71
2. Estimasi Model Data Panel ............................................................ 72
a. Pendekatan Pooled Least Square .............................................. 72
b. Pendekatan Fixed Effect Model ................................................. 73
c. Chow Test ................................................................................. 73
d. Pendekatan Random Effect Model............................................. 74
e. Hausman Test ............................................................................ 75
3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 76
a. Uji Normalitas ........................................................................... 76
b. Uji Autokorelasi ........................................................................ 76
c. Uji Heterokedisitas .................................................................... 77
d. Uji Multikolinearitas ................................................................. 78
4. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 79
x
a. Analisis Pengaruh Secara Parsial .............................................. 80
b. Analisis Pengaruh Secara Simultan........................................... 82
c. Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 91
A. Kesimpulan ............................................................................... 91
B. Saran ......................................................................................... 91
Daftar Pustaka ................................................................................................ 93
Lampiran-lampiran ...................................................................................... 96
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari
pekerjaan, Bekerja, Tenaga Kerja UKM 2
1.2 Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja 4
1.3 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil
dan Menengah Sektor Ekonomi 6
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 35
3.1 Operasional Variabel 61
4.1 Perkembangan UKM Tahun 2010-2011 63
4.2 Regresi Data Panel: Pooled Least Square 73
4.3 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model 73
4.4 Chow Test 74
4.5 Regresi Data Panel: Random Effect Model 74
4.6 Hausman Test 75
4.7 Normalitas 76
4.8 Heterokedisitas 78
4.9 Hasil Estimasi 79
4.9.1 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model 83
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 43
4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2011
66
4.2 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
Atas dasar Harga Konstan 2000
69
4.3 Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-
2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000
70
4.4 Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2011
71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan
Menegah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 96
2.
PDB Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan
2000
97
3.
Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan
2000
98
4. Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2011 99
5. Pendekatan Pooled Least Square 100
6. Pendekatan Fixed Effect Model 101
7. Redundant Fixed Effect Model (Uji Chow) 102
8. Pendekatan Random Effect Model 103
9. Hausman Test 104
10. Normalitas Test 104
11. Multikolinearitas Test 104
12. Pendekatan Fixed Effect Model (SUR) 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi bertujuan menciptakan tingkat gross national
product (GNP) yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan
pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan,
penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar
kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan
kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan
budaya (Amalia, 2007: 1).
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan oleh negara berkembang bertujuan memeratakan
pembangunan ekonomi dan hasilnya kepada seluruh masyarakat,
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja,
pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah dan
struktur perekonomian yang seimbang (Sadono Sukirno, 2005: 445).
Sedangkan menurut Heatubun (2008: 25), secara umum salah satu ciri kondisi
negara berkembang adalah jumlah populasi cukup tinggi dengan konsekuensi
angkatan kerja yang besar dan potensi pengangguran. Tidak jauh berbeda
dengan negara berkembang lainya, Indonesia juga memiliki kondisi sesuai ciri
negara berkembang tersebut.
Masalah pengangguran ini memang selalu menjadi suatu persoalan yang
perlu dipecahkan dalam perekonomian negara Indonesia. Jumlah penduduk
1
2
yang bertambah semakin besar setiap tahun membawa akibat bertambahnya
jumlah angkatan kerja dan tentunya akan memberikan makna bahwa jumlah
orang yang mencari pekerjaan akan meningkat, seiring dengan itu tenaga kerja
juga akan bertambah (Kurniawan, 2013: 4).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), jumlah pengangguran
pada tahun 2011 mencapai 7,7 juta jiwa atau 6,56 persen dari total angkatan
kerja secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun
setiap tahunnya, dilihat pada tahun 2008 TPT sebesar 9.393.515 jiwa turun
pada tahun 2009 menjadi 8.962.617 jiwa atau sebesar 4,58 %, dan TPT 2010
turun menjadi 8.319.779 jiwa atau sebesar 7,17 %. Jika dibandingkan keadaan
tahun 2011, jumlah TPT sebesar 7.700.086 atau turun sebesar 7,44 %. Dapat
disimpulkan berdasarkan penjelasan diatas jumlah pengangguran mengalami
penurunan pada setiap tahunnya.
Tabel.1.1
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari Pekerjaan, Penduduk
Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja, dan Tenaga Kerja Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) (Dalam Jiwa)
Kategori Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk
yang
Mencari
Pekerjaan
4.196.691 8.285.934 6.959.653 5.922.952 6.426.566 4.572.473
Penduduk
yang
Bekerja
95.456.935 99.930.217 102.552.750 104.870.663 108.207.767 109.670.399
Tenaga
Kerja
UKM
89.547.762 91.752.318 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458
Sumber: Statistik Indonesia 2012 dan Kementerian Koperasi dan UKM
2012, diolah
3
Berdasarkan data tabel diatas jumlah pencari kerja di Indonesia
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2009 jumlah pencari kerja mengalami
penurunan sebesar 14,89 % atau sebesar 5.922.952 jiwa, jika dibandingkan
pada tahun 2010, jumlah pencari kerja mengalami peningkatan seperti pada
tahun 2007. Peningkatan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 6.426.566 jiwa
atau naik sebesar 8.50 % dan pada tahun 2011 jumlah pencari kerja
mengalami penurunan kembali sebesar 28,85 % atau sebesar 4.572.473 jiwa.
Sedangkan penduduk yang bekerja secara keseluruhan mengalami
peningkatan penyerapan. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja meningkat
2,26% atau sebesar 104.870.663 jiwa. Sedangkan pada tahun 2010 penyerapan
tenaga kerja meningkat sebesar 3.337.104 jiwa atau terjajadi peningkatan
penduduk yang bekerja sebesar 3,10%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011
jumlah penduduk yang bekerja meningkat 1,35% dari tahun sebelumnya atau
sebesar 109.670.399 jiwa. Jika membandingkan jumlah penduduk yang
bekerja dengan tenaga kerja pada UKM, terlihat pada tahun 2010 jumlah
tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen
dari total penduduk yang bekerja, kemudian meningkat pada tahun 2011
menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total
penduduk yang bekerja di Indonesia.
Data tersebut menggambarkan bahwa kenaikan pencari kerja dapat
digunakan sebagai cerminan peningkatan pengangguran, hal tersebut
dikarenakan di Indonesia kenaikan jumlah tenaga kerja diikuti juga dengan
kenaikan pencari kerja yang mengakibatkan pengurangan pengangguran yang
4
tidak terlalu besar, namun permasalahan pengangguran ini dapat diatasi,
dilihat dari kontribusi UKM yang mampu menyerap tenaga kerja rata-rata
lebih dari 90 persen setiap tahunnya dari total penduduk yang bekerja, apabila
terus dikembangkan UKM mampu menjadi wadah penyerapan tenaga kerja
sebagai salah satu pengurangan pengangguran di Indonesia.
Tabel.1.2
Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja
(Dalam Jiwa)
No. Lapangan
Pekerjaan
Utama
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1
Pertanian,
Kehutanan,
Perburuan dan
Perikanan
-1.174.534 1.071.232 125.232 280.134 -116.899 -2.166.026
2
Pertambangan
dan Penggalian 18.903 71.517 75.926 84.693 99.268 210.875
3
Industri
Pengolahan -62.815 478.559 180.647 290.424 984.451 717.830
4
Listrik, Gas dan
Air 33.376 -53.134 26.230 21.940 11.016 5.566
5 Bangunan 131.900 555.227 186.384 47.852 106.080 746.914
6
Perdagangan
Besar, Eceran,
Rumah Makan
dan Hotel
1.306.513 1.338.990 667.094 726.079 544.353 904.361
7
Angkutan,
Pergudangan
dan Komunikasi
11.115 294.855 220.692 -61.518 -498.963 -540.200
8
Keuangan,
Asuransi, Usaha
Persewaan
Bangunan,
Tanah dan Jasa
204.192 53.446 60.495 26.611 252.890 893.876
9 Jasa
Kemasyarakatan 1.028.404 664.084 1.079.833 901.698 1.954.908 689.436
10 Jumlah 1.498.548 4.473.282 2.622.533 2.317.913 3.337.104 1.462.632
Sumber: Statistik Indonesia 2005-2011, diolah
Berdasarkan tabel perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja diatas,
secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan total
5
penduduk yang mencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 tenaga kerja
yang diserap hanya 39,13 persen dari total pencari kerja kemudian naik
menjadi 51,92 persen pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 tenaga kerja yang
diserap sebesar 31,98 persen dari total pencari kerja. Sedangkan bila dilihat
perkembangannya menurut sektor atau lapangan pekerjaan terjadi fluktuasi.
Pada sektor pertanian kehutanan, perburuan dan perikanan terjadi penurunan
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 116.899 jiwa, dan pada
tahun 2011 sebesar 2.166.206 jiwa. Pada sektor listrik, gas dan air terjadi
penurunan pada tahun 2007 sebesar 53.134 jiwa, dan pada tahun 2009-2011
terjadi penurunan penyerapan pada sektor angkutan pergudangan dan
komunikasi sebesar 61.518 jiwa kemudian 498.963 jiwa, dan tahun 2011
menjadi 540.200 jiwa.
Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia
didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi
masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha
berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit (Heatubun, 2008: 26).
Sedangkan menurut Purwanto (2013), saat ini Usaha Kecil Menengah
selanjutnya disebut dengan UKM merupakan salah satu usaha yang strategis
untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat banyak dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi
produsen maupun konsumen. Dimana UKM ini memegang peranan penting
dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment)
maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
6
Tabel.1.3
Nilai Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah
Sektor Ekonomi (Dalam Jiwa)
No. Skala
Usaha
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan
dan Perikanan
3.452.684 285.379 -349.139 337.514 212.840 307.892
2
Pertambangan
dan
penggalian
-5.107 46.532 365.484 75.144 63.291 233.779
3
Industri
Pengolahan 1.110.175 423.367 351.463 268.589 419.252 420.882
4
Listrik, Gas
dan Air
Bersih
93.956 -1.878 39.772 -3.081 -771 29.946
5 Bangunan -21.962 39.130 3.828.014 -114.477 173.805 758.498
6
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
852.744 933.189 -2.593.073 1.148.443 1.047.026 -673.182
7
Pengangkutan
dan
Komunikasi
32.316 81.188 2.406.481 -72.069 258.138 941.928
8
Keuangan,
Persewaan
dan jasa
Perusahaan
1.813.000 59.237 -1.266.011 45.871 140.475 357.919
9 Jasa-Jasa -911.507 338.412 -577.781 501.191 876.387 -56.916
Jumlah 6.416.308 2.204.556 2.271.960 2.187.054 3.190.443 2.320.683
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM, diolah
Tabel diatas menjelaskan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang
terjadi pada UKM berdasarkan sektor ekonomi. Jika dibandingkan dengan
pencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 kontribusi UKM dalam
penyerapan tenaga kerja sebesar 37 persen atau sebesar 2.187.054 jiwa
sedangkan pada tahun 2010 UKM mampu meningkatkan tenaga kerja sebesar
3.190.443 jiwa atau berkontribusi sebesar 49,64 persen dari total pencari kerja.
Sedangkan pada tahun 2011 UKM mampu menyerap 2.320.683 jiwa dari total
jumlah pencari kerja atau sebesar 50, 75 persen.
7
Menurut Tejasari (2008), pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia,
UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi
perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan
dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan.
Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap
tahunnya. Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami
peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010,
menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 99,99
persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada tahun
2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat sebesar Rp.
1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun 2011
kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3
triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM
dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat
Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang
sebesar Rp. 511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami
peningkatan sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun
atau 49,11 persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun
(Kementerian Koperasi dan UKM, 2011).
Berdasarkan dengan beberapa penjelasan mengenai tingkat
pengangguran yang menurun setiap tahunnya tetapi diiringi pula dengan
fluktuasi atau naik turunnya para pencari kerja menyebabkan peningkatan
penyerapan tenaga kerja yang tidak terlalu besar dan pengangguran tetap
8
menjadi masalah pembangunan ekonomi Indonesia. Mengingat kontribusi
UKM yang besar dalam pembentukan nilai PDB, Investasi, dan jumlah unit
usaha dari proposi total yang ada di Indonesia, secara garis besar kondisi
UKM dapat menjadi sektor yang potensial untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja sebagai realisasi pengurangan permasalahan pengangguran
Indonesia. Jadi permasalahan yang akan diteliti adalah apakah PDB UKM,
investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM dapat berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia
periode 2000-2011. Maka Judul Penelitian ini adalah “Pengaruh PDB,
Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, pengangguran merupakan salah
satu permasalahan pada negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada tabel
1.1 menggambarkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami penurunan
pengangguran yang diikuti fluktuasi atau naik turunnya pencari kerja, hal ini
menyebabkan pengangguran masih menjadi permasalahan di Indonesia. Guna
mengurangi permasalahan pengangguran tersebut, maka penyerapan tenaga
kerja yang perlu ditingkatkan. Sesuai fakta dan kondisi yang ada,
perekonomian Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas
usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah,
sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Berdasarkan
data yang ditampilkan pada tabel 1.3, perkembangan penyerapan tenaga kerja
9
pada UKM beberapa tahun belakang ini terus bertambah bahkan mampu
menyerap sebesar 49 persen sampai 50 persen dari total pencari kerja,
sedangkan tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2010 total tenaga kerja
UKM mencapai 97,22 persen dari total penduduk yang bekerja dan bertambah
menjadi 97,24 persen pada tahun 2011. Selain itu, dilihat dari kontribusi UKM
dalam perekonomian Indonesia yang terus meningkatkan PDB, investasi, dan
jumlah unit usaha, UKM mampu menjadi salah satu sektor yang dapat
memperdayakan masyarakat dalam kata lain meningkatkan penyerapan tenaga
kerja dan mampu meminimalisir masalah pengangguran. Maka permasalahan
yang akan mempengaruhi UKM dalam penyerapan tenaga kerja, dapat
dirumuskan sebagai berikut;
1. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM
Indonesia secara simultan.
2. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM
Indonesia secara parsial.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian data yang diperoleh dan dikaji, maka tujuan
penelitian ini adalah;
1. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi
UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga
kerja UKM Indonesia secara simultan.
10
2. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi
UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga
kerja UKM Indonesia secara parsial.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang
penyerapan tenaga kerja UKM dilihat dari beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit UKM,
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM dalam negeri.
2. Bagi Pemerintah daerah membantu dalam mengambil kebijakan dalam
membantu memajukan pembangunan ekonomi melalui peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebagai realisasi penguranagn permasalahan
pengangguran di Indonesia.
3. Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang dapat
digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
penelitian dalam bidang penyerapan tenaga kerja, dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Peran UKM
a. Pengertian UKM
Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi
Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementerian
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM),
Badan Pusat Statistik (BPS). Keputusan 28 Menteri Keuangan No
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun
2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya.
1) Menurut Kementerian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan
Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas
usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000.
sampai Rp. 2.500.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM)
merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 500.000.000 s.d. Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
2) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM
berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas
11
12
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
3) Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil
didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah
melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per
tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-
tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari : 1). bidang usaha perseroan firma (Fa),
persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), dan
koperasi. 2). perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani,
peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang
dan jasa).
4) Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi
UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda
dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang
disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria
sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
13
juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah
adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1)
kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa definisi Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih dari Rp. 50 juta sampai
paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai
dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar. Sedangkan usaha menengah
adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta
sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan
bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5
miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar.
b. Klasifikasi UKM
Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep
tentang usaha kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada
kualitas atau mutu daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan
perusahaan usaha kecil, menengah dan besar. Ada empat aspek yang
dipergunakan dalam konsep UKM tersebut, yaitu pertama,
14
kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan atau
kumpulan pemodal; ketiga, wilayah operasinya terbatas pada
lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah
lokalnya; keempat, ukuran dari perusahaan lainnya dalam bidang
usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja atau
karyawan atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo dan
Soejodono, 2004).
Menurut Rahmana (2009), UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) kelompok yaitu:
1) Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafka, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin
tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki
jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki
jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
usaha besar (UB).
c. Peran UKM
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur
dengan arah produktivitas dan daya saing adalah tujuan dan peran
UKM dalam menumbuhkan wirausahawan yang tangguh. Secara
umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran:
15
1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi
2) Penyedia lapangan kerja terbatas
3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan
pemberdayaan masyarakat
4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontrbusinya
terhadap neraca pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008).
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat
membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi
perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan
dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami
keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya
jumlah UKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit UKM
sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit
usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM
meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan
peningkatan jumlah usaha UKM, maka turut meningkatkan jumlah
tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang
diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun
2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa dan UKM menyerap 96,18
persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007). Posisi
tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah
pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian
(Tejasari, 2008).
16
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh AKATIGA, The Center for Micro and Small Enterprise
Dynamic (CEMSED), dan The Center for Economic and Social Studies
(CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup
dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama
krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam
melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang
dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga
tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.
2. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut Mulyadi.s (2003) dalam Karib, (2012: 56)
adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang
dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari
pekerjaan (Statistik UKM 2012: 2)
Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang
yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan
dengan produksi maupun administasi. Sedangkan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
17
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Menurut P. Simanjuntak, (1985) dalam Wicaksono (2010), di
Indonesia dipilih batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimum.
Pemilihan batas umur 10 tahun berdasarkan kenyataan bahwa pada
umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja karena sulitnya
ekonomi keluarga mereka. Indonesia tidak menganut batas umur
maksimal karena Indonesia belum memiliki jaminan sosial nasional.
Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang memiliki tunjangan di
hari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan
swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak
mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu mereka yang
telah mencapai usaha pensiun biasanya tetap masih harus bekerja
sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja.
b. Permintaan Tenaga Kerja
Menurut Aris Ananta (1993: 39) dalam Zamrowi (2007), bahwa
permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai altenatif
kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang
berhubungan dengan tingkat gaji. Sedangkan menurut Arfida BR,
(2003) dalam Pratama (2012), permintaan tenaga kerja berkaitan
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau
instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini
dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi.
18
Sudarsono (1988: 35) dalam Putra (2012), menyatakan bahwa
permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga
kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi,
antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari
perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume
produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat
yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan jumlah tenaga
kerja yang diminta adalah lebih ditujukan pada kuantitas dan
banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu.
Menurut pandangan mazhab klasik, perekonomian pada
umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh, menurut ahli-ahli ekonomi klasik pengangguran tenaga kerja
merupakan keadaan yang berlaku secara sementara saja. Pandangan ini
didasarkan kepada dua keyakinan yaitu; (i) fleksibilitas suku bunga
dan tingkat harga akan menyebabkan keseimbangan di antara
penawaran dan permintaan agregat sehingga penggunaan tenaga kerja
penuh, (ii) fleksibilitas tingkat upah mewujudkan keadaan di mana
permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan pada
penggunaan tenaga kerja penuh (Sadono Sukirno, 2004: 70).
Pandangan teori klasik tersebut dibantahkan oleh Keynes,
Keynes berpendapat bahwa penggunaan tenaga kerja penuh adalah
keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan
19
permintaan agregat yang menjadi wujud perekonomian. Pandangan ini
mengacu kepada dua hal berikut; (i) faktor-faktor yang menentukan
tingkat tabungan, tingkat investasi dan suku bunga dalam
perekonomian. (ii) sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan
penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha (Sadono Sukirno, 2004: 80).
Teori lain tentang permintaan tenaga kerja diturunkan dari
fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan
transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output
atau keluaran. Mankiw (2003: 49) mengasumsikan bahwa suatu proses
produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga
kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :
𝑄𝑡 = f ( 𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) (1)
Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu
perusahaan menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut :
t = TR − TC (2)
Dimana : TR = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 (3)
Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja,
diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital
(K) dan Tenaga kerja (L). Bellante (1990) mengasumsikan tenaga
kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja
(W) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku bunga (R).
TC = 𝑅𝑡𝐾𝑡 + 𝑊𝑡𝐿𝑡 (4)
20
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan
(2) maka diperoleh :
t = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 − 𝑅𝑡𝐾𝑡 − 𝑊𝑡𝐿𝑡 (5)
Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan
pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0),
sehingga didapatkan :
𝑊𝑡𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) - 𝑅1𝐾𝑡 (6)
𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 )- 𝑅1𝐾𝑡 /𝑊𝑡 (7)
Dimana :
𝐿𝑡 = Permintaan Tenaga Kerja
𝑊𝑡 = Upah Tenaga Kerja
𝑃𝑡 = Harga Jual Barang per unit
𝐾𝑡 = Kapital (Investasi)
𝑅𝑡 = Tingkat Suku Bunga
𝑄𝑡 = Output (PDB)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa
permintaan tenaga kerja (𝐿𝑡) merupakan fungsi dari kapital (Investasi),
Output (pendapatan), tingkat suku bunga (R) dan tingkat upah (W).
c. Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Todaro (2003: 307) dalam Karib (2012), penyerapan
tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk
melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan
yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan
untuk diisi oleh pencari kerja.
21
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat
tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan
pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga
kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia
mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada.
Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi
di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003).
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor
formal dan informal. Sektor formal mencakup perusahaan yang
mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya
berskala besar. Sebaliknya sektor informal merupakan sektor dengan
kegiatan usaha umumnya sederhana, skala usha relative kecil,
umumnya sektor informal tidak berbadan hukum, usaha sektor
informal sangat beragam. Dalam hal ini UKM merupakan salah satu
indikasi dari sektor informal (Raselawati, 2011: 44).
3. Produk Domestic Bruto (PDB)
a. Pengertian PDB
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering
dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan
PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang
tertentu selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007 : 17).
Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi
22
dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1
tahun). Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004: 34), Produk
Domestik Brotu (PDB) adalah barang dan jasa diproduksi bukan saja
oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk
negara lain dalam kata lain produksi nasional diciptakan olek faktor-
faktor produksi yang berasal dari luar negeri.
Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah
barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit
usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen.
Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat,
produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk
maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga
kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi,
antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi
dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya
volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin
atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988: 42
dalam Subekti, 2007).
Menurut Simanjuntak (1985: 51), dalam Akmal (2010), yang
menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu
membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen.
Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja,
tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang
diproduksi.
23
b. Konsep Fungsi Cobb Douglas
Menurut Sukirno (1994:190) dalam Karib (2012), teori produksi
merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna suatu barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebuah fungsi produksi
dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah
output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok
input yang dispesifikasikan, dengan mengingat teknologi yang ada.
Hubungan di antara faktor-faktor produksi yang diciptakannya
dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut:
Q = f (Κ, L,R,T ) (1)
Dimana:
Q = Jumlah Produksi
K = Jumlah stok modal
L = Jumlah Tenaga Kerja / keahlian keusahawan
R = Kekayaan Alam
T = Tingkat Teknologi
c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama
siklus bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi pertama kali oleh Arthur
Okun, dan sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun. Salah satu
konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB
potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat.
24
PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil.
Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh
lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 249). Dengan kata lain,
dengan meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga
kerja. Oleh karena itu hubungan antara jumlah output dengan
penyerapan tenaga kerja adalah apabila terjadi kenaikan permintaan
output yang dihasilkan suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut
cenderung akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut atau dengan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja yang ada (Wicaksono, 2010).
4. Investasi
a. Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat
keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara
professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang
ditanggung (Raselawati, 2010: 28). Sedangkan menurut Sukirno (2004:
121), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk
membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang modal
dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa dimasa depan.
25
Investasi adalah suatau kegiatan penanaman modal pada
berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Kementerian
Koperasi dan UKM 2011).
b. Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang
lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang
satu atau yang lainnya. Dengan begitu kesempatan kerja semakin
meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja (Karib
2012: 60). Sedangkan menurut Akmal (2010), investasi yang
dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti
mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal
tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya.
Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga
kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya.
Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya
penyerapan tenaga kerja.
Teori Harrod Domar menjelaskan bahwa dalam jangka panjang
investasi mempunyai pengaruh ganda, di satu sisi investasi
mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi juga
mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok
26
modal yang tersedia. Pada konsep ICOR, investasi adalah total dari
pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung,
mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya.
Nilai dalam investasi terdiri dari :
1) Pembelian barang modal baru.
2) perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau
meningkatkan kemampuan.
3) Penjualan barang modal bekas.
4) Perubahan stok.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan mempunyai
efek ganda yang akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, maka
investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan
nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan
pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan
berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan
memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase
pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari
besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2003: 453).
5. Konsep Jumlah Unit Usaha
Menurut Matz (2003) dalam Wicaksono (2010), dengan adanya
peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya
peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang
27
ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan
meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan
pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan
kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut
Karib (2012: 61) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha.
B. Penelitan Terdahulu
1. Abdul Karib (2012)
“Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”, model
yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi persamaan
tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square (OLS),
dengan menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang diperoleh
dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam
angka 1997- 2008).
Hasil analisis data menunjukan sebagai berikut:
a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat
dipengaruhi oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit
usaha.
b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor
yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah
tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun
1997 – 2008.
28
c. Variabel produksi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.
Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga
kerja.
d. Variabel investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.
Variabel investasi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga
kerja.
e. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan
terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri
Sumatera Barat.
2. Rizky Eka Putra (2012)
“Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang”, variabel penelitian adalah nilai investasi, nilai upah, nilai
produksi sebagai variabel bebas dan penyerapan tenaga kerja sebagai
variabel terikat.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial maupun
simultan terdapat pengaruh signifikan atara nilai investasi, nilai upah dan
nilai produksi dan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif nilai investasi, nilai upah dan
nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di
29
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
3. Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011)
“Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum
Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Di
Kabupaten Semarang”. Model estimasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa :
a. Variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten
berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di Kabupaten
Semarang.
b. Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di
Kabupaten Semarang.
c. Variabel nilai investasi pada Industri Kecil dan Menengah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri
Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang.
d. Variabel Upah Minimum Kabupaten berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan
Menengah di Kabupaten Semarang.
e. Secara simultan atau bersama-sama variabel unit usaha, nilai investasi,
dan upah minimum kabupaten mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di
Kabupaten Semarang.
30
4. Achma Hendra Setiawan (2010)
“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Kota Semarang”, Metode analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi berganda dengan
metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk data runtut
waktu (time series) selama periode 1993 - 2007. Data mengenai jumlah
tenaga kerja dan UMK diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Semarang, sedangkan data mengenai
jumlah unit usaha, nilai investasi dan nilai output berasal dari Dinas
Perindustrian Kota Semarang.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jumlah unit usaha,
nilai investasi, nilai output dan upah minimum secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha,
nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output
tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Variabel yang
paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di
Kota Semarang adalah jumlah unit usaha, sedangkan variabel nilai output
memiliki pengaruh yang paling kecil di antara variabel yang lain.
5. The Institute for Manufacturing (IFM) University Of Cambridge
(2010)
“Stimulating Growth and Employment in the UK Economy”.
Penelitian ini diprioritaskan pada bisnis langsung untuk UKM manufaktur,
31
yang bertujuan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan
ekonomi Inggris.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan industri Inggris
dipengaruhi oleh pengembangan UKM manufaktur yang ada. UKM juga
mampu mendorong Pertumbuhan nilai financial (PDB) dan nilai strategis
(pertumbuhan lapangan kerja, pengembangan modal intelektual, dan
pengembangan kemampuan karyawan).
6. Ariyanto (2010)
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja Propinsi Jawa Tengah Tahun 1985 - 2007”. Penelitian ini
merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan
data deret waktu (time series) antara tahun 1985-2007. Pencarian data
terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait dengan
penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kuantitatif dengan menggunakan ECM (Error Correction Model).
Berdasarkan hasil analisis ECM (Error Correction model), dapat
disimpulkan bahwa: pertama, pertumbuhan PDRB ternyata tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kedua, pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Ketiga, nilai
ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja
Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam jangka panjang.
32
7. Maharani Tejasari (2008)
“Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang
digunakan adalah data sekunder berupa PDB UKM, Investasi UKM,
Ekspor UKM, Tenaga Kerja UKM, Jumlah UKM, Pendapatan per kapita,
Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi pada Usaha kecil (KUK) dari
tahun 1996-2006.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148),
Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara
signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga
kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan jumlah usaha, Kredit
Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan
kesempatan kerja. Sedangkan, Kredit Investasi Usaha Kecil (-0.074278)
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi yang
padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya
manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang
signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin
tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa
tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055)
secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan
33
mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan
kontribusinya yang masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga
dikarenakan kondisi ekspor Indonesia dimana sebagian besar input ekspor
masih bergantung pada impor. Sehingga mengakibatkan ekspor tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB.
8. Reyes Aterido dan Mary Hallward-Driemeier (2007)
“Investment Climate and Employment Growth: The Impact of
Access to Finance, Corruption and Regulations Across Firms”. Penelitian
ini dilakukan oleh world bank dan inter-American Development bank.
Penelitian ini telah memberikan bukti baru tentang peran iklim investasi
pada pertumbuhan lapangan kerja. Hasil menunjukkan perbedaan yang
signifikan di kategori ukuran perusahaan baik dari segi perbedaan kondisi
obyektif yang dihadapi oleh perusahaan dan dalam hal non-linearities
dalam dampak dari kondisi tersebut. Rendahnya akses terhadap
pembiayaan, korupsi, peraturan bisnis kurang berkembang dan kemacetan
infrastruktur pergeseran ke bawah distribusi ukuran kerja. Rendahnya
akses terhadap pendanaan dan peraturan bisnis yang efektif mengurangi
pertumbuhan semua perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan mikro
dan kecil. Korupsi dan infrastruktur yang buruk membuat kemacetan
pertumbuhan untuk perusahaan menengah dan besar. Hasil ini juga
memperkuat pentingnya membedakan dampak di kelas ukuran perusahaan
yang memungkinkan untuk perusahaan mikro (kurang dari 10 karyawan)
menjadi berbeda dari "kecil" perusahaan.
34
Hasil penelitian ini menegaskan tentang pentingnya akses terhadap
pendanaan bagi perusahaan-perusahaan mikro dan kecil. Ini memberikan
kontribusi pada pengetahuan yang ada di bidang keuangan di berbagai
bidang. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pada pertumbuhan lapangan
kerja dari unit tambahan pembiayaan eksternal tertinggi untuk perusahaan-
perusahaan ini. Hal ini juga membandingkan efek dari berbagai bentuk
pembiayaan terhadap pertumbuhan lapangan kerja dan menemukan bahwa
akses ke modal kerja memiliki efek tertinggi dari semua. Perusahaan
mungkin lebih cenderung untuk mengambil pekerja tambahan jika mereka
mampu membayar upah secara teratur bahkan dalam menghadapi arus kas
pasti.
35
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1.
Abdul Karib
(2012)
“Analisis Pengaruh
Produksi, Investasi,
dan Unit Usaha
Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Pada
Sektor Industri
Sumatera Barat”,
1). Produksi
2). Investasi
3). Unit Usaha
4). Penyerapan
Tenaga Kerja
Model yang telah di
rumuskan akan di regres
untuk mengestimasi
persamaan tersebut dengan
menggunakan metode
Ordinairy Least Square
(OLS), dengan
menggunakan data
sekunder dalam
menganalisis yang
diperoleh dari berbagai
sumber, seperti Badan
Pusat Statistik (BPS),
Dinas perindustrian dan
perdagangan Sumatera
Barat (Sektor Industri
dalam angka 1997- 2008).
Hasil analisis data menunjukan
sebagai berikut:
a. Penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri
Sumatera Barat dipengaruhi
oleh variabel nilai produksi,
nilai investasi dan jumlah
unit usaha.
b. Nilai produksi, nilai
investasi, dan jumlah unit
usaha merupakan faktor
yang mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
perubahan jumlah tenaga
kerja yang terserap pada
sektor industri Sumatera
Barat tahun 1997 – 2008.
c. Variabel produksi, dan
Investasi merupakan faktor
yang cukup menentukan
terhadap jumlah tenaga
kerja yang terserap pada
sektor industri Sumatera
35
36
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Barat. Variabel produksi
memiliki hubungan yang
positif dengan tenaga kerja.
d. Variabel jumlah unit usaha
merupakan faktor yang
sangat menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang
terserap pada sektor industri
Sumatera Barat.
2.
Rizky Eka Putra
(2012)
“Pengaruh Nilai
Investasi, Nilai Upah,
dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Pada
Industri Mebel di
Kecamatan
Pedurungan Kota
Semarang”
1). Investasi
2). Upah
3). Nilai Produksi
4). Penyerapan
Tenaga Kerja
Metode analisis data
adalah analisis regresi
linier berganda dengan
dianalisis dengan
menggunakan Program
SPSS 16 for windows
Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa secara
parsial maupun simultan
terdapat pengaruh signifikan
atara nilai investasi, nilai upah
dan nilai produksi dan terhadap
penyerapan tenaga kerja
industri mebel di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang.
3.
Nenik Woyanti
dan Ayu Wafi
Lestari (2011)
“Pengaruh Jumlah
Usaha, Nilai Investasi,
dan Upah Minimum
Terhadap Permintaan
Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil dan
1). Permintaan
Tenaga Kerja
2). Unit usaha
3). Nilai investasi
Model estimasi yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
Analisis regresi berganda.
Hasil Penelitian menunjukan
bahwa Secara simultan atau
bersama-sama variabel unit
usaha, nilai investasi, dan upah
minimum kabupaten
mempunyai pengaruh yang
36
37
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Menengah Di
Kabupaten
Semarang”.
4). Upah minimum
Kabupaten
signifikan terhadap permintaan
tenaga kerja pada Industri
Kecil dan Menengah di
Kabupaten Semarang.
Secara parsial upah minimum
kabupaten berpengaruh
negative dan signifikan
terhadap permintaan tenaga
kerja.
4.
Achma Hendra
Setiawan (2010)
“Analisis Penyerapan
Tenaga Kerja Pada
Sektor Usaha Kecil
dan Menengah
(UKM) di Kota
Semarang”
1). Jumlah unit
usaha
2). Investasi
3). Nilai output
4). Upah MInimum
Metode analisis data yang
dipergunakan dalam
penelitian ini adalah
analsis regresi berganda
dengan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least
Square).
Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa jumlah unit usaha, nilai
investasi, nilai output dan upah
minimum secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap jumlah tenaga kerja.
Jumlah unit usaha, nilai
investasi, dan upah minimum
kota secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap terhadap
jumlah tenaga kerja, sedangkan
nilai output tidak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah
tenaga kerja.
5.
University OF
“Stimulating Growth
1). Pertumbuhan
Metode yang digunakan
Hasil penelitian menunjukan
37
38
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Cambridge
(2010)
and Employment in
the UK Economy”
ekonomi dan
lapangan kerja
2). Industri
manufaktur UKM
3). Produktivitas
4). Teknik bisnis
pada penelitian ini
menggunakan metode
analisis deskriptif
kuantitatif.
bahwa pertumbuhan industri
Inggris dipengaruhi oleh
pengembangan UKM
manufaktur yang ada. UKM
juga mampu mendorong
Pertumbuhan nilai financial
(PDB) dan nilai strategis
(pertumbuhan lapangan kerja,
pengembangan modal
intelektual, dan pengembangan
kemampuan karyawan).
6.
Ariyanto (2010)
“Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga
Kerja Propinsi Jawa
Tengah Tahun 1985-
2007”
1). Penyerapan
tenaga kerja
2). PDRB
3). Pengeluaran
Pemerintah
4). Ekspor
Metode atau teknik
pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah
menggunakan teknik
kepustakaan, data
sekunder, dengan
menggunakan data deret
waktu. Alat analisis yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
analisis kuantitatif dengan
menggunakan ECM (Error
Correction Model).
Berdasarkan hasil analisis
ECM (Error Correction
model), dapat disimpulkan
bahwa: pertama, pertumbuhan
PDRB ternyata tidak
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja. Pengeluaran
pemerintah mempunyai
pengaruh negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja Jawa
Tengah dalam jangka pendek
dan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam jangka
38
39
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
panjang. Nilai ekspor
mempunyai pengaruh negatif
terhadap penyerapan tenaga
kerja Jawa Tengah dalam
jangka pendek dan tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam jangka
panjang.
7.
Maharani
Tejasari (2008)
“Peran Sektor Usaha
Kecil dan Menengah
dalam Penyerapan
Tenaga KErja dan
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia”
1) PDB UKM
2) Ivestasi UKM
3) Ekspor UKM
4) Tenaga Kerja
UKM
5) Jumlah UKM
6) Pendapatan per
kapita
7)Kredit Modal
Kerja dan Kredit
Investasi pada Usaha
Metode analisis linier
berganda adalah
menggunakan metode
OLS (Ordinary Least
Square). Data yang
digunakan adalah adata
sekunder dari tahun 1996-
2006
Hasil penelitian menunjukan
bahwa jumlah unit usaha,
Kredit Modal Kerja dan PDB
UKM secara signifikan
mempunyai pengaruh yang
positif terhadap penyerapan
tenaga kerja. Sedangkan,
Kredit Investasi secara
signifikan berpengaruh negatif
terhadap penyerapan tenaga
kerja. Pendapatan per kapita
memberikan pengaruh yang
signifikan secara negatif
terhadap penyerapan tenaga
kerja.
39
40
Tabel 2.1 Lanjutan
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
kecil (KUK)
8.
Reyes Aterido
dan Mary
Hallward-
Driemeier (2007)
“Investment Climate
and Employment
Growth: The Impact
of Access to Finance,
Corruption and
Regulations Across
Firms”
1). Pertumbuhan
lapangan kerja
2). Investasi
3). Tingkat korupsi
4). Tingkat
Infastruktur
Metode yang digunakan
dalam peneletian ini
adalah analisi deskriptif
kuantitatif.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa iklim
investasi sangat berpengaruh
pada pertumbuhan lapangan
kerja. Iklim investasi ini
dihambat oleh tingkat korupsi
dan keadaan infastruktur yang
buruk
40
41
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintensis dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009: 26).
Kondisi UKM di Indonesia menurut data BPS dan Kementerian
Koperasi dan UKM, mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi
jumlah usaha, investasi, maupun kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan
perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UKM
mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UKM adalah
sektor yang potensial apabila dikembangkan.
Hubungan keterkaitan antara variabel independen dengan variabel
dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan oleh teori-teori dan penelitian
terdahulu:
Berdasarkan teori klasik, permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh
fleksibilitas suku bunga, harga output, dan upah. Sedangkan menurut Keynes,
permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh investasi, tabungan, suku bunga, dan
tingkat upah yang berbeda. Teori lain mengatakan bahwa permintaan tenaga
kerja turunan dari fungsi produksi, dimana investasi, output, suku bunga, dan
upah menjadi faktor permintaan tenaga kerja.
Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus
bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi berdasarkan Hukum Okun. Salah satu
42
konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB
potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat. PDB
harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika
pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat
dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 429). Dengan kata lain, dengan
meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja.
Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani
Tejasari (2008), dan Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel
jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik
Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel
jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel
permintaan tenaga kerja.
Landasan penelitian terdahulu diatas menjelaskan bahwa variabel-
variabel independen yang digunakan oleh peneliti mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen penulis, maka untuk mengetahui pengaruhnya
diperlukan sebuah analisa mengenai pengaruh variabel independen terhadap
variabele dependen secara parsial maupun simultan, dalam penelitian ini
analisa yang digunakan menggunakan metode Pooled Least Square (PLS),
yang digambarkan sebagai berikut:
43
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Indonesia
Pengangguran sebagai permasalahan pembangunan ekonomi pada negara
sedang berkembang
Penyerapan tenaga kerja melalui sektor UKM sebagai salah satu sektor
potensial pemberdayaan masyarakat guna mengurangi pengangguran.
Penyerapan Tenaga
Kerja Usaha Kecil
Menengah (UKM)
(Y)
PDB UKM
( x1 )
Investasi
( x2 )
Jumlah Unit
Usaha
( x3 )
Analisis Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
44
D. Hipotesis
Hipotesis sementara ini mengacu pada penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara variabel
independen yang digunakan peneliti dengan variabel dependen, berikut
beberapa penelitian terdahulu yang memperkuat diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) yang
menjelaskan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh
positif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini konsisten
dengan penelitian Abdul Karib (2012), Rizky Eka Puta (2012) yang
menggunakan variabel nilai produksi atau nilai output produksi untuk melihat
keterkaitannya dengan variabel penyerapan tenaga kerja. Namun terdapat
penelitian lain yang mengatakan tidak adanya pengaruh PDB atau Output
produksi terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian Achmad Hendra
Setiawan (2010) menyebutkan bahwa secara parsial nilai output tidak terdapat
pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini sejalan dengan penelitian
Ariyanto yang menjelaskan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul Karib (2012),
Rizky Eka Putra (2012), Nenik Woyanti (2011), dan Reyes Aterido (2007)
yang menyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh positif secara
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian tersebut tidak
sejalan dengan penelitian Maharani Tejasari (2008) yang menyebutkan
45
variabel investasi tidak berpengaruh terhadap variabel permintaan tenaga kerja
namun berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008),
Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel jumlah unit usaha
berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga
kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik Woyanti dan Ayu
Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel jumlah unit usaha
berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel permintaan tenaga
kerja.
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas dan perumusan
masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti akan mejelaskan hubungan
sementara antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian ada atau
tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah:
1. Ha : Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah
Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan
Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).
Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah
Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan
Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).
2. Ha : Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen
nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha
46
UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja
UKM Indonesia (Y).
Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah
Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan
Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam uraian Penelitian berikut ini akan di bahas tentang pengaruh nilai
PDB UKM pada penyerapan tenaga kerja UKM, tingkat investasi UKM yang
berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja UKM, dan jumlah unit usaha UKM
pada penyerapan tenaga kerja UKM, yang pada akhirnya melihat kontribusi
variabel dependen terhadap variabele independen secara parsial dan simultan.
Periode penelitian dilakukan selama 12 tahun sejak tahun 2000 sampai 2011
dengan cakupan wilayah Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini
adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini di jelaskan
berdasarkan empat macam data yang diperoleh dari buku statistik usaha kecil
dan menengah (UKM) dari tahun 2000 sampai 2011. Empat macam data yang
digunakan tersebut sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dan diambil berdasarkan sembilan sektor ekonomi, variable
tersebut diantaranya: Penyerapan Tenaga Kerja UKM, PDB UKM, investasi
UKM, jumlah unit usaha UKM.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang dikumpulan untuk penelitian ini adalah data sekunder
bersifat makro yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Nasional,
47
48
Kementrian Koperasi dan UKM.
a. Library Research
Penulis memerlukan landasan-landasan teori yang kuat untuk
mendukung argumentasi dalam pemecahan masalah, sehingga penulis
melakukan penelitian keperpustakaan dengan menggunakan buku-
buku, artikel ilmiah, jurnal, skripsi, data internet dan data-data
dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
2. Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang bersifat makro, antara lain: PDB UKM, investasi, jumlah unit usaha
dan penyerapan tenaga kerja UKM yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Nasional, dan Kementrian Koperasi dan UKM.
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan data panel atau pooled data merupakan
kombinasi dari data yang disusun berdasarkan urutan waktu dan diambil dari
beberapa sektor. Menurut Wibisono (2005), dengan mengakomodasi informasi
baik yang terkait dengan variabel-variabel dari runtun waktu dan beberapa
daerah, perusahaan, perorangan atau sektor, data panel secara subtansial
mampu menurunkan masalah omitted-variabel, model yang mengabaikan
variabel yang relevan. Untuk mengatasi interkolerasi di antara variabel-
variabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tidak tepatnya
penaksiran regresi, metode data panel lebih tepat untuk digunakan
(Griffiths,2001; Eviews , 2011: 51).
49
1. Metode Analisis Data Panel
Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk bekerja dengan
data panel, sebagai berikut:
a. Pooled Least square (PLS)
Mengestimasi data panel dengan metode OLS, pendekatan PLS
secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan
cross-section. Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai
berikut;
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 𝑋3𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡
b. Fixed Effect Model (FEM)
Menambahkan model dummy pada data panel, pendekatan FEM
memperhitungkan kemungkinan bahwa penelitian menghadapi masalah
omitted-variabel, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time
series atau cross-section. Model ini menambahkan variabel dummy untuk
mengizinkan adanya perubahan intercept. Model data panel untuk teknik
regresi adalah sebagai berikut;
𝑌𝑖𝑡 = 𝑎1 + 𝑎2𝐷2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝐷𝑛 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡
c. Random Effect Model (REM)
Memperhitungkan error dari data panel dengan metode least square,
pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square dengan
memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model RE
adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS). Model data
panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut;
50
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛𝑋𝑛𝑖𝑡 + 𝛼𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡
Dasar pemilihan antara Fixed Effect Model dan Random Effect
Model menurut Gujarati (2003: 637-643) adalah sebagai berikut:
1) Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah data dari cross
section) kecil, maka akan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
nilai parameter yang diestimasi oleh Fixed Effect Model dan Random
Effect Model. Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan
kemudahan penghitungan sehingga Fixed Effect Model lebih baik.
2) Ketika N besar dan T kecil, estimasi yang diperoleh dari kedua metode
akan memiliki perbedaan yang signifikan. Jadi, apabila kita meyakini
bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil
secara acak maka Random Effect Model harus digunakan. Sebaliknya,
apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam
penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan
Fixed Effect Model.
3) Jika komponen error individual berkorelasi dengan variabel
independen X maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect
Model akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed
Effect Model tidak bias.
4) Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari
random effect dapat terpenuhi, maka Random Effect Model akan lebih
efisien dari Fixed Effect Model.
51
Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk
pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, antara lain:
d. Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang
digunakan Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model.
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Pooled Least Square Model
Ha: Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan
menggunakan F Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:
Chow = 𝑅𝑆𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆 / (𝑁−1)
𝑈𝑅𝑆𝑆 /(𝑁𝑇−𝑁−𝐾) ~ 𝐹α (N−1,NT−N− K)
Dimana:
RRSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual
Fixed)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel independen
Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F yaitu F K (N – 1, NT – N –
K). Jika nilai chow statistics (F statistic) hasil pengujian lebih besar dari
F tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan
terhadap H0 sehingga model yang kita gunakan adalah Fixed Effect
Model, begitu juga sebaliknya.
52
e. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan
kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau
Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
Ho: Random Effects Model
Ha: Fixed Effects Model
Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan
dengan:
H = (𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀)′ 𝑀𝐹𝐸𝑀 − 𝑀𝑅𝐸𝑀 −1 (𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀) ~ X2 (k)
Dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter β dan k
adalah derajat bebas yang merupakan jumlah variabel independen. Jika
nilai H hasil pengujian lebih besar dari X2 (k), maka cukup bukti untuk
melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan
adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.
f. Untuk memilih antara Random Effect Model dan Pooled Least Square
Model digunakan The Breusch-Pagan LM Test dengan menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: Pooled Least Square Model
Ha: Random Effect Model
Nilai Breusch-Pagan LM statistik dapat dihitung berdasarkan
formula sebagai berikut:
LM = 𝑁𝑇
2 (𝑇−1)
(𝑖 𝑤 𝑖𝑡 )²𝑡 −1
𝛴𝑖 𝑤 𝑖𝑡 ²𝑡 −1 ~ X2
53
Dimana N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode waktu,
dan Wit adalah residual Pooled Least Square Model. The Breusch-
Pagan LM Test ini didasarkan pada distribusi Chi square dengan derajat
bebas sebesar satu. Jika hasil Breusch-Pagan LM statistik lebih besar
dari nilai X2 (1), maka Ho ditolak yang berarti Random Effect Model
lebih baik daripada Pooled Least Square Model.
Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan secara sederhana
menggabungkan seluruh data time series dan cross-section dengan
mengestimasi data panel. Model data panel untuk teknik regresi di
formulasikan sebagai berikut;
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ℮i
Dimana :
Y : Penyerapan Tenaga Kerja UKM
X1 : Nilai PDB UKM
X2 : Nilai Investasi UKM
X3 : Jumlah Unit Usaha UKM
β1, β2, β3 : Koefisien masing-masing variabel
α : Konstanta
℮i : Error term
2. Pengujian Hipotesis
Uji statistik terhadap regresi berganda. Untuk membuktikan hipotesis
ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan atau kuat maka dilakukan dengan
uji t dan uji F.
54
a. Pengujian arti keseluruhan regresi (Uji F)
Untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang
digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen perlu dilakukan pengujian koefisien regresi
secara serempak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat
signifikansi nilai F. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Eviews
7.0.
Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas.
Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 112) :
1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima.
2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima
Ha.
b. Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau
individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel yang lain
konstan. Pengujian ini dilakukan dengan melihat derajat signifikansi
masing-masing variabel bebas menggunakan Eviews 7.0.
Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas.
Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
55
Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 168) :
1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima.
2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima
Ha.
c. Koefisien Determinasi
Besarnya koefisien determinasi (𝑅2) adalah 0 sampai 1. Semakin
mendekati 1 besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi
semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap veriabel
dependen (semakin besar kemampuan model yang dihasilkan dalam
menjelaskan perubahan nilai variabel dependen). Sebaliknya semakin
mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi
semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai
veriabel dependen (semakin kecil kemampuan model yang dihasilkan
dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen) Besarnya pengaruh
variabel bebas secara parsial dilihat dari besarnya determinasi parsial (𝑅2)
(Winarno, 2007: 58).
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi
probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan
sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.
56
Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan uji
Jarque-Bera atau JB test.
Hipotesis:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Jika nilai JB hitung > Chi Square tabel, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa residual uji-t terdistribusi normal ditolak yang
artinya terdapat distribusi data tidak normal, dan begitu pula
sebaliknya.
2) Uji Autokorelasi
Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual
satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Syarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering
digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: tidak ada autokorelasi
Ha: terdapat autokorelasi
57
a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka
hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
b) Jika dU < DW < 4-dU maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan
(4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
3) Uji Heterokedisitas
Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda yang
harus dipenuhi agar model bersifat best linear unbiased estimator
(BLUE) adalah semua residual atau error mempunyai varian yang
sama (homoskedastisitas). Adapun yang disebut dengan
heteroskedastisitas adalah sebaliknya, yaitu semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada
umumnya heteroskedastisitas terjadi pada data cross section. Menurut
Gujarati (2003), jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas
maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan
konsisten. Dan jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang
diperoleh menjadi “misleading”.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas
dalam data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross
Section Weights). Jika sum square resid pada Weighted Statistics lebih
kecil dari sum square resid pada unweighted statistics dapat dikatakan
bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.
58
Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah
heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white
heteroskedasticity.
4) Uji Multikolinearitas
Hubungan yang menyatakan bahwa linear sempurna atau pasti, di
antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model
regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau
dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika
koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar
dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya.
E. Operasional Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah
Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Periode
2000-2011”, maka terdapat variabel dependen dan independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja UKM, dan
variabel independen dalam penelitian ini adalah PDB UKM, investasi, jumlah
unit usaha. Untuk mengukur variabel-variabel diatas, penulis terlebih dahulu
akan menjelaskan dan menentukan indikator yang terkait pada variabel
tersebut.
59
1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat
tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan.
Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila
unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau
seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan
pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang
bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003). Satuan yang digunakan pada
variabel ini adalah jiwa.
2. Produk Domestik Bruto UKM
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan
pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering
dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB
adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang tertentu
selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007: 429). Menurut
Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto
(PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu Negara
dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Satuan yang
digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.
60
3. Investasi UKM
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat
keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara
professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang
ditanggung (Raselawati, 2010). Investasi adalah suatau kegiatan
penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan (gain/benefit) dimasa-masa yang
akan datang (Kementerian Koperasi dan UKM 2011). Satuan yang
digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.
4. Jumlah Unit Usaha UKM
Menurut Matz (2003) dalam penelitian Wicaksono (2010), dengan
adanya peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya
peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang
ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan
meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan
pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan kata
lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut
Karib (2012: 60) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha. Satuan
yang digunakan pada variabel ini adalah unit.
61
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel
Dependen Penyerapan Tenaga
Kerja
Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian
ini menggunakan perkembangan jumlah
penyerapan tenaga kerja UKM menurut
sektor ekonomi tahun 2000-2011. Satuan
jiwa.
Independen PDB UKM PDB yang digunakan pada penelitian ini
adalah PDB UKM menurut sektor atas
dasar harga konstan 2009. Satuan milyar
rupiah.
Independen Investasi UKM Investasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perkembang jumlah
investasi UKM menurut sektor ekonomi
berdasarkan harga konstan 2000. Satuan
juta rupiah.
Independen Jumlah Unit Usaha
UKM
Jumlah unit usaha UKM yang digunakan
dalam penelitian ini adalah,
Perkembangan jumlah usaha UKM
menurut sektor ekonomi tahun 2000-
2011. Satuan unit.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemenkan, khususnya
Pasal 33 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Pemberdayaan terhadap UKM di Indonesia merupakan implementasi
tentang demokrasi ekonomi. Pada ayat 4 dipertegas bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, kemandirian, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.
Sejarah menunjukan bahwa gagasan dan pemikiran membangun
ekonomi nasional berlandaskan demokrasi ekonomi dan berpihak kepada
kelompok uasah kesil dan menengah (UKM) telah lama menjadi agenda
pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008. Pada Pasal 5 dijelaskan bahwa salah satu
tujuan pemberdayaan UKM adalah mewujudkan struktur perekonomian
nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi sangat
strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan
ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan
62
63
sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.
(Kementerian Koperasi dan UKM, 2010: 1). Pada Pasal 5, Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan juga bahwa salah satu tujuan
pemberdayaan UKM adalah meningkatkan peran usaha kecil dan
menengah (UKM) dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat
dari kemiskinan.
2. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Kajian Departement Koperasi dan UKM tahun 2006 mengatakan
bahwa, dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu
digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peran penting, karena
sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup
dalam kegiatan di sektor tradisional dan moderen, baik dalam usaha kecil
maupun usaha menengah. Peranan usaha tersebut menjadi bagian yang
diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola
oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
serta Departemen Koperasi dan UKM.
Tabel 4.1 Perkambangan UKM Tahun 2010-2011
2010 2011
Pdb 1282.6 T 1369.3 T
Investasi 247.1 T 260.9 T
Unit usaha 53.823.732 55.206.444
Penyerapan tenaga kerja 99.401.775 101.722.458
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
64
Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami
peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun
2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar
99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada
tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat
sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada
tahun 2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000
sebesar Rp. 1.369,3 triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8
triliun atau 6,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,
pada tahun 2010 peran UKM dalam pembentukan investasi nasional
menurut harga konstan 2000 tercatat Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34
persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp. 511,2 triliun,
sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan sebesar
Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11
persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun, sedangkan
penyerapan tenaga kerja pada UKM setiap tahunya mengalami
peningkatan, terlihat pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang diserap
UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen dari total penyerapan
tenaga kerja yang ada, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi
sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total
penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM,
2011: 7-20).
65
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
a. Analisa Deskriptif Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.
Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih)
yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
yang sedang mencari pekerjaan (Statistik UKM, 2012: 2). Sedangkan
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Permintaan tenaga kerja dapat diturunkan dari fungsi produksi
suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input
atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran, dimana
asumsi dalam proses produksi tersebut hanya menggunakan dua jenis
faktor produksi yaitu tenaga kerja (L), dan modal (K) (Mankiw, 2003:
49).
Penyerapan tenaga kerja merupakan modal dasar bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja
mempunyai kemampuan dalam menciptakan nilai tambah berbeda
antar kelompok usaha satu dengan yang lainnya. Seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan unit usaha UKM, pertumbuhan UKM
66
dalam pembentukan PDB, meningkatnya jumlah investasi pada UKM,
dapat mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada setiap
sektor dan tahunnya.
Gambar 4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut
Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa secara keseluruhan rata-rata
penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2000
sampai 2011, terdapat tiga sektor penyumbang terbesar penyerapan
tenaga kerja UKM, masing-masing sektonya adalah : (1) Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan
Restoran; (3) Industri Pengolahan. Penyumbang terbesar pertama
penyerapan tenaga kerja adalah sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan, pada tahun 2011 sumbangan sektor tersebut
43.081.018 jiwa, hal tersebut menggambarkan bahwa Indonesia adalah
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
45000000
50000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jiw
a
Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ
67
Negara agraris yang masih menggantungkan perekonomian pada
sumber daya alam yang ada atau dengan kata lain sebagian besar
wilayah Indonesia strategis untuk mengembangkan sektor pertanian
perikanan peternakan dan kehutanan. Keadaan ini menjelaskan juga
bahwa pasar tenaga kerja informal lebih dominan dibanding pasar
tenaga kerja formal.
Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dalam penyerapan tenaga
kerja adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2011
sumbangan sektor ini adalah 22.108.306 jiwa, namun pada tahun 2008
sektor ini mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja dari
23.112.280 jiwa menjadi 20.586.019 jiwa. Salah satu alasan penurunan
terjadi pada sektor ini bisa disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi
global yang melanda perekonomian negara-negara tujuan ekspor
perdagangan Indonesia, yang menyebabkan tingkat permintaan
menurun dan produktifitas cenderung menurun.
Penyumbang penyerapan tenaga kerja ketiga adalah sektor Industri
Pengolahan, pada tahun 2011 sektor Industri Pengolahan mampu
menyerap 11.877.631 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa negara
Indonesia belum berorientasi sepenuhnya kepada perekonomian
berbasis industri dikarenakan sektor pertanian perikanan atau sektor
agribisnis masih sangat dominan pada perekonomian negara sedang
berkembang.
68
Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar yang mampu diserap
UKM didukung pula oleh kesempatan kerja yang mampu diciptakan
oleh UKM itu sendiri, salah satu alasannya adalah karena UKM
merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB.
Kemampuan UKM dalam menciptakan nilai tambah atau dalam
pembentukan nilai output setiap tahunnya ini sangat berpengaruh positif
dalam menciptakan peluang atau kesempatan kerja bagi masyarakat.
b. Analisa Deskriptif Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil dan
Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di
Indonesia.
Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi
dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya satu
tahun). Berdasarkan hukum Okun tingkat pengangguran berbanding
terbalik dengan output selama siklus bisnis, artinya pembentukan
kenaikan PDB akan mempengaruhi jumlah kenaikan penyerapan tenaga
kerja.
69
Gambar 4.2 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-
2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa terdapat tiga sektor yang menjadi
penyumbang besar untuk pembentukan PDB Indonesia, (1)
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (2) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan; (3) Industri Pengolahan. Secara keseluruhan
dari tahun 2000 sampai 2011, rata-rata setiap sektor mengalami
kenaikan pembentukan PDB, pada tahun 2011 sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran adalah sektor terbesar pertama penyumbang
pembentukan PDB sebesar Rp.361.705,8 milyar. Kemudahan
masyarakat untuk masuk ke dalam pasar dan memperoleh pembiayaan
dari bank adalah salah satu faktor yang menyebabkan sektor ini mampu
berkontribusi besar pada PDB. Penyumbang terbesar kedua PDB pada
tahun 2011 adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan sebesar Rp.301.886,7 milyar, dan penyumbang terbesar PDB
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rp
. Mili
ar
Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ
70
ketiga pada tahun 2011 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar Rp.
191.551,9 milyar, pada Industri Pengolahan sebagian besar berorientasi
kepada bahan setengah jadi yang akan di ekspor, oleh karena itu
pertumbuhan PDB sektor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian global.
c. Analisa Deskriptif Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut
Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.
Gambar 4.3 Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun
2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
Investasi nasional dibutuhkan untuk membuka iklim dunia usaha
lebih luas dalam upaya penyerapan angka tenaga kerja. Pada tahun
2011 UKM mampu menyerap Rp. 260.934.760 juta dari total investasi
nasional Rp. 531. 342.647 juta, 49,11% UKM mampu menyerap
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
70000000
80000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rp
. Ju
ta
Sektor Ekonomi PPKPSektor Ekonomi PPGSektor Ekonomi IPSektor Ekonomi LGASektor Ekonomi BSektor Ekonomi PHRSektor Ekonomi PkomSektor Ekonomi KPJ
71
investasi dan 50,89% investasi diserap oleh usaha besar artinya
pembentukan investasi di dominasi oleh usaha besar. Pada gambar 4.4
diatas sektor pengangkutan dan komunikasi mendominasi penyerapan
investasi dari tahun 2000-2011, hal ini disebabkan sektor ini merupakan
sektor padat modal dan pada sektor pengangkutan dan komunikasi
memiliki daya saing rendah dibanding sektor yang berorientasi pada
perdagangan, meskipun sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
mampu menyerap investasi terbesar kedua setiap tahunnya dari tahun
2000-2011.
d. Analisa Deskriptif Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil dan Menegah
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia.
Gambar 4.4 Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2011
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
Sektor UKM mempunyai nilai proposi unit usaha yang besar
terhadap total usaha nasional. Kemampuan UKM dalam meningkatkan
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Un
it
Sektor Ekonomi PPKP
Sektor Ekonomi PPG
Sektor Ekonomi IP
Sektor Ekonomi LGA
Sektor Ekonomi B
Sektor Ekonomi PHR
Sektor Ekonomi Pkom
Sektor Ekonomi KPJ
Sektor Ekonomi Jswas
72
unit usaha mampu menunjang usaha pemerintah dalam pengentasan
pengangguran. Pada gambar 4.4 diatas secara keseluruhan jumlah unit
usaha didominasi oleh tiga sektor yaitu; (1) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (3)
Industri Pengolahan. Pada tahun 2011 sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan mampu membentuk unit usaha sebesar
26.967.963 unit. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mampu
membentuk unit usaha sebesar 15.918.251 unit, dan sektor Industri
Pengolahan mampu membentuk unit usaha sebesar 3.538.070 unit, hal
ini sejalan dengan data pada gambar 4.2, tenaga kerja terbesar diserap
oleh tiga sektor tersebut.
2. Estimasi Model Data Panel
Analisis model data panel menggunakan tiga macam pendekatan estimasi
yaitu, (a) pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS); (b)
pendekatan efek tetap Fixed Effect Model (FEM); (c) pendekatan efek acak
Random Effect Model (REM).
a. Pooled Least square (PLS)
Pendekatan PLS secara sederhana menggabungkan (pooled)
seluruh data time series dan cross-section. Model ini mengestimasi data
panel dengan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai salah satu
syarat melakukan uji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini
73
menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut;
Tabel 4.2
R-squared 0.967906
Adjusted R-squared 0.967295
Sumber: Lampiran 5
b. Fixed Effect Model (FEM)
Model ini mengestimasi data panel dengan metode OLS (Ordinary
Least Square) sebagai pembanding pada uji F-Restricted. Pengolahan
estimasi model ini menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan
hasil sebagai berikut;
Tabel 4.3
R-squared 0.999347
Adjusted R-squared 0.999272
Sumber: Lampiran 12
c. Chow Test
Pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled
Least Square Model atau Fixed Effect Model, maka digunakan uji F-
Restricted dengan membandingkan F-statistik dan F-tabel. Dalam
pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Pooled Least Square Model (Restricted)
Ha: Fixed Effect Model (Unrestricted)
74
Tabel 4.4 Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: FEM
Test cross-section and period fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 42.026697 (8,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 172.852787 8 0.0000
Period F 3.029921 (11,85) 0.0019
Period Chi-square 35.728424 11 0.0002
Cross-Section/Period F 18.011276 (19,85) 0.0000
Cross-Section/Period Chi-square 174.380513 19 0.0000
Sumber: Lampiran 7
Pada tabel 4.3 diperoleh nilai F-statistik adalah 42.026697, dengan
nilai F-tabel pada df(8,85) α = 5% adalah 2.03, sehingga nilai F-statistik
> F-tabel, maka Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat
digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
d. Random Effect Model (REM)
Pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square
dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model
REM adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS) untuk
menguji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini menggunakan
program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut;
Tabel 4.5
R-squared 0.721494
Adjusted R-squared 0.713460
Sumber: Lampiran 8
75
e. Hausman Test
Pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih
apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model,
sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi-square. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: Random Effects Model (Restricted)
Ha: Fixed Effects Model (Unrestricted)
Tabel 4.6 Hausman Test
Hausman test for fixed versus
random effects
chi-sqr(3) = 34.099289
p-value = 1.888E-07
Sumber: Lampiran 9
Pada tabel 4.6 diperoleh nilai chi-square (statistic) adalah
34.099289, dengan nilai Chi-square (tabel) pada df(3) α = 5% adalah
7.81, sehingga nilai Chi-square (statistic) > Chi-square (tabel), maka
Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM).
76
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi
probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan
sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.
Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan
membandingkan nilai JB hitung dengan Chi Square tabel, dalam
pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Tabel 4.7
Jarque-Bera 0.78
Chi Square 7.81
Sumber: Lampiran 10
Pada table 4.7 diperoleh nilai JB hitung sebesar 0.78, dan nilai Chi
Square tabel df(3), α = 5% adalah 7.81. Sehingga nilai Chi-square
(tabel) > JB hitung, maka Ho diterima sehingga data dalam penelitian
ini berdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual
satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
77
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Pada lampiran 6 uji Fixed Effect Model, diperoleh nilai
Durbin-Watson sebesar 0.705279, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan
nilai dU= 1.72413. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai dL > dw dan
nilai dU > dw, yang artinya terdapat indikasi autokorelasi. Sehingga
dilakukan corss-section SUR pada Fixed Effect Model agar terbebas
dari indikasi autokolerasi, dalam pengujian ini dilakukan hipotesis
sebagai berikut:
Ho: tidak ada autokorelasi
Ha: terdapat autokorelasi
Pada hasil regresi lampiran 12 didapatkan bahwa DW statistik
bernilai 1.911791, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan nilai dU=
1.72413. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih besar dari
dU atau lebih kecil dari (4-dU) maka hopotesis nol diterima, yang
berarti tidak terdapat autokorelasi.
c. Uji Heterokedisitas
Mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam
data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross Section
Weights). Jika Sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil
dari Sum square resid pada Unweighted Statistics dapat dikatakan
bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.
Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah
heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white
heteroskedasticity.
78
Tabel 4.8
Sum squared (Weighted) 107.6264
Sum squared (Unweighted) 1.31E+14
Sumber: Lampiran 12
Pada tabel 4.8 diperoleh hasil regresi Sum squared pada Weighted
sebesar 107.6264, sedangkan Sum squared pada Unweighted sebesar
1.31E+14. Nilai Sum squared pada Weighted lebih besar dibandingkan
dengan nilai Sum squared pada Unweighted. Maka dari itu data
regresi penelitian ini terbebas dari masalah heterokedisitas.
d. Uji Multikoliniearitas
Multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara
masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi
multikolinearitas dan sebaliknya.
Hasil coefficient Covarian Matrix pada lampiran 11 menjelaskan
bahwa nilai koefisien masing-masing variabel bebas tidak melebihi
0.8, maka dapat dikatakan bahwa data penelitian ini terbebas dari
masalah multikolinearitas.
79
4. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.9 Hasil Estimasi
Variable Coefficient t-Statistic Prob. C 4417704. 47.05674 0.0000
PDB? 10.33884 7.679656 0.0000
INVEST? 0.001272 0.860864 0.3915
UNIT? 0.763684 30.40287 0.0000
Fixed Effects (Cross)
PPKP-- C 13501108
PPG-- C -4097600.
IP— C 1390088.
LGA— C -4320381.
B— C -3269353.
PHR-- C 3469603.
Pkom-- C -3063451.
KPJ-- C -4665094.
Jswas-- C 1055080.
R-squared 0.999347
Adjusted R-squared 0.999272
F-statistic 13356.83
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 12
Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat
di jelaskan melalui persamaan sebagai berikut;
PTK = 4417704 + 10.33884 PDB + 0.001272 Invest
+ 0.763684 Unit + ℮
Dimana:
Y : PTK (Penyerapan Tenaga Kerja UKM)
X1 : PDB (Produk Domestik Bruto UKM)
X2 : Invest (Investasi UKM)
X3 : Unit (Jumlah Unit Usaha UKM)
℮ : error term
80
a. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit
Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia
(secara parsial).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh
secara parsial terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM)
dan seberapa besar pengaruhnya secara parsial, yaitu dengan
membandingkan nilai t-statistik masing masing variabel dengan nilai t-
tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α
= 5%, df= 104, maka diperoleh t-tabel 1.65. Berdasarkan hasil regresi
tabel 4.8, maka kita dapat menentukan hipotesis sebagai berikut :
1. Variabel PDB UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho ditolak.
2. Variabel Investasi UKM, t-statistik < t-tabel yang berarti Ho diterima.
3. Variabel Jumlah Unit Usaha UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho
ditolak.
Hasil estimasi diatas menjelaskan bahwa variabel PDB UKM
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di
Indonesia. Hal ini dikatahui dari nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65)
dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut Karib (2012),
penciptaan PDB atau nilai output produksi berhubungan dengan
memaksimumkan laba pengusaha yang menjadi bahan pertimbangan suatu
perusahaan untuk memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja,
dengan kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga
81
kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut diperkuat
oleh penelitian Tejasari (2008), pertumbuhan PDB merupakan salah satu
dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan adanya pertumbuhan
maka diperlukan adanya tambahan input. Input tersebut adalah tenaga kerja
yang merupakan fungsi produksi dari PDB.
Pada variabel investasi UKM memiliki hasil yang tidak
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini
dijelaskan berdasarkan hasil estimasi dari nilai t-statistik (0.860864) < t-
tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut
Ariyanto (2010), pemerintah lebih mengutamakan investasi padat modal
dibanding investasi padat karya. Hal tersebut di perkuat pernyataan Tejasari
(2008), menyatakan investasi tidak berpengaruh pada penyerapan tenaga
kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak digunakan untuk
investasi padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap
sumber daya manusia.
Hasil estimasi pada variabel jumlah unit usaha UKM
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini diketahui dari
nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan
sebesar 95% (α = 5%). Hal tersebut menjelaskan bahwa jika jumlah unit
usaha UKM meningkat maka penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM
juga meningkat. Pada tabel 4.8 koefisien regeresi variabel Jumlah unit
usaha UKM sebesar 0.763684, berarti setiap peningkatan unit usaha UKM
82
sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan kenaikan penyerapan tenaga kerja
UKM sebesar 0.763684 persen, cateris paribus. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Tejasari (2008), yang mengatakan bahwa peningkatan jumlah usaha sama
artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan
kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang
tersedia pada jumlah unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya
manusia untuk pengelolaannya.
b. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit
Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia
(secara simultan).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabell bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat dan seberapa besar
pengaruhnya secara simultan, maka digunakan uji F dengan
membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel dalam menolak atau
menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5%, 𝑑𝑓1= 3, 𝑑𝑓2= 104,
dan nilai F-statistik 13356.83.
Berdasarkan hasil estimasi nilai F-statistik (13356.83) > F-tabel
(2.68), maka Ho ditolak yang artinya variabel bebas (PDB UKM, Investasi
UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM) pada
tingkat kepercayaan 95 persen.
83
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared)
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8, nilai adjusted R-
squared adalah sebesar 0.9992. Hal ini menunjukan bahwa 99,92 persen
penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan
oleh PDB UKM, Investasi UKM, dan unit usaha UKM. Sedangkan 0,08
persen variabel penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 4.9.1 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
Variabel Coefficient Indv Effect
C 4417704.
Fixed Effects (Cross)
PPKP-- C 13501108 17918812
PPG-- C -4097600. 320104
IP— C 1390088. 5807792
LGA— C -4320381. 97323
B— C -3269353. 1148351
PHR-- C 3469603. 7887307
Pkom-- C -3063451. 1354253
KPJ-- C -4665094. -247390
Jswas-- C 1055080. 5472784
Sumber : Lampiran 12, diolah
1). Analisis Persektor Usaha Kecil Menengah terhadap Penyerapan tenaga
kerja Indonesia.
a) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan akan
mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja
sebesar: 17.918.812 jiwa.
84
b) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor pertambangan dan penggalian akan mempunyai pengaruh
individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 320.104 jiwa.
c) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor industri pengolahan akan mempunyai pengaruh individu
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.807.792 jiwa.
d) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor listrik, gas dan air bersih akan mempunyai pengaruh
individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 97.323 jiwa.
e) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor bangunan akan mempunyai pengaruh individu terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.148.351.
f) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempunyai pengaruh
individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 7.887.307
jiwa.
g) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
85
sektor pengangkutan dan komunikasi akan mempunyai pengaruh
individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.354.253
jiwa.
h) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan akan mempunyai
pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: -
247.390 jiwa.
i) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
sektor jasa-jasa swasta akan mempunyai pengaruh individu
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.472.784 jiwa.
Berdasarkan kajian INFOKOP Nomor 25 Tahun 2004, strategi
untuk meningkatkan penyedian lapangan kerja yang sesuai dengan
karakteristik Indonesia adalah melalui perbaikan produktifitas
perusahaan. Prioritas penanganan perbaikan produktifitas perusahaan
pada usaha kecil dan menengah dapat diarahkan dengan tiga fokus
utama yaitu:
a) Sektor industri pengolahan
b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan
budidaya laut dan sub sektor hortikultura.
86
Jika mengacu dengan hasil estimasi dan kajian INFOKOP,
berdasarkan hasil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
(KPJ), tidak memberikan pengaruh individu besar dalam penyerapan
tenaga kerja, hal ini karena pada keadaan nyata UKM sendiri tidak
bergerak pada sektor tersebut, dimana sektor KPJ itu sendiri bergerak
pada kegiatan perantara keuangan, asuransi, dan pensiun. Pada hasil
diatas sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memang
menjadi sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja, hal ini
sesuai dengan karakteristik Indonesia yang memang negara agraris
dan maritim, analisis lainnya mengacu kepada grafik 4.1 penyerapan
tenaga kerja yang menggambarkan bahwa hasil analisis individu
dengan data grafik berbanding lurus, yang artinya pada keadaan riil
penyerapan tenaga kerja masih cenderung dominan pada sektor
pertanian. Sektor lain yang mampu menyediakan dan mempunyai
kemampuan penyerapan tenaga kerja lainnya adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran, Industri pengolahan, dan jasa swasta.
Hasil ini sesuai dengan grafik jumlah unit usaha 4.3 yang lebih
dominan pada beberapa sektor yang disebutkan tersebut setelah sektor
pertanian.
Sedangkan dari hasil estimasi individu diatas diketahui terdapat
tiga sektor pula yang mempunyai pengaruh individu terkecil pada
penyerapan tenaga kerja. Sektor pertama adalah keuangan, persewaan
dan jasa perusahan, seperti yang telah dijelaskan diatas UKM tidak
banyak bergerak pada sektor ini. Sektor kedua adalah sektor listrik,
87
gas dan air (LGA), kemudian yang ketiga adalah sektor penggalian
dan pertambangan (PPG), UKM tidak banyak bergerak pada kedua
sektor tersebut. Hal ini dikarenakan pada sektor LGA dan PPG lebih
didominasi oleh usaha besar yang menggunakan modal besar dan
menggunakan banyak teknologi dan peralatan produksi yang tidak
banyak mempergunakan sumber daya manusia.
2). Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan
teori ekonomi atau penelitian terdahulu:
a) Produk Domestik Bruto (PDB) UKM
Hasil estimasi variabel PDB UKM tidak berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia,
dengan nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65) dan nilai
probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat signifikansi 5%. Hasil
tersebut sesuai dengan teori Okun yang mengatakan tingkat
pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus
bisnis. Salah satu konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil
harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat
pengangguran tidak meningkat. PDB harus tetap melaju untuk
menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin
diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB
potensial (Mankiw, 2007: 249).
Hal ini sesuai dengan penelitian Karib (2012) dan Tejasari
(2008), yang menyebutkan bahwa nilai output atau PDB
88
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Menurut Karib, penciptaan PDB atau nilai output produksi
berhubungan dengan memaksimumkan laba pengusaha yang
menjadi bahan pertimbangan suatu perusahaan untuk
memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja, dengan
kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga
kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh penelitian Tejasari, pertumbuhan PDB merupakan
salah satu dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan
adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan input.
Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi
produksi dari PDB.
Hasil estimasi ini menggambarkan bahwa pada keadaan rill.
UKM tetap mampu menjadi penyumbang PDB nasional terbesar
walaupun sudah berlakunya perjanjian CAFTA yang berdampak
pada banyak barang impor murah yang membanjiri Indonesia.
Artinya bahwa UKM mempunyai ketahanan dalam menghadapi
keadaan krisis serta gempuran barang impor, sehingga pada sektor
UKM sangat potensial sekali untuk dikembangkan guna
meningkatkan penyerapan tenaga kerja Indonesia.
89
b) Investasi UKM
Hasil estimasi variabel investasi UKM tidak berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia,
dengan nilai t-statistik (0.860864) < t-tabel (1.65) dan nilai
probabilitas 0.3915 lebih besar dari derajat signifikansi 5%. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari (2008),
menyatakan kredit investasi tidak berpengaruh pada penyerapan
tenaga kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak
digunakan untuk investasi padat modal sehingga kurang adanya
pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Hasil tersebut di
perkuat penyataan teori Harrod Domar dalam konsep ICOR yang
menyatakan bahwa tujuan penanaman modal adalah untuk
menggantikan alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi dan
untuk memperpanjang nilai kegunaan alat-alat modal. (Amalia,
2007: 14). Hal tersebut menjelaskan bahwa meskipun terjadi
penggantian barang modal, nilai tenaga kerja yang digunakan
untuk oprasional barang modal tersebut tetap konstan. Selain itu
pada keadaan nyatanya investasi yang dilakukan pemerintah ini
menjelaskan bahwa investasi hanya menjadi backup yang artinya
pemerintah biasanya hanya memperbaiki atau meningkatkan
infrastruktur guna meningkatkan minat insvestor untuk membuka
usahanya pada wilayah tertentu, dengan kata lain investasi tidak
memiliki pengaruh secara langsung terhadap penyerapan tenaga
kerja sesuai dengan hasil regresi diatas.
90
c) Jumlah Unit Usaha UKM
Hasil estimasi variabel Jumlah Unit Usaha UKM berpengaruh
signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
UKM di Indonesia, dengan nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel
(1.65) dan nilai probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat
signifikansi 5%. Hasil tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian
Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan
Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan
terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan
Menengah di Kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin banyak unit usaha pada Industri Kecil dan Menengah,
permintaan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari
(2008), jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif
dengan penyerapan tenaga kerja sehingga peningkatan jumlah
usaha sama artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha
sehingga kesempatan kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan
menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah unit usaha baru
yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya.
Hasil estimasi ini menjelaskan dan memperkuat bahwa pada
keadaan rill, aktifitas kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia
cenderung pada kegiatan berskala kecil dan sedang atau menegah,
dimana tingkat jumlah unit usaha UKM menggambarkan bahwa
banyaknya pelaku ekonomi pada UKM sendiri sehingga dapat
menjadi sektor potensial dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM)
dijelaskan bahwa secara simultan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah
unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011 pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
2. Secara parsial hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model
(FEM) menjelaskan bahwa investasi UKM tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun
2000 sampai 2011. Sedangkan PDB UKM dan jumlah unit usaha
berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja
sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan
oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Kontribusi UKM dalam penciptaan PDB nasional begitu tinggi,
pemerintah harus menjadi regulator untuk melindungi dan mengawasi
hasil output pelaku UKM agar tetap bisa bersaing dengan produk luar
89
92
yang banyak beredar di dalam negeri agar tingkat output UKM dapat
memenuhi permintaan masyarakat dan tidak menyebabkan over produksi
yang diakibatkan tidak diminatinya produk dalam negeri oleh masyarakat
dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung banyak mengkonsumsi
produk luar negeri, karena over produksi akan menyebabkan laba yang
tidak maksimum dan cenderung mengarah pada pemangkasan pekerja.
2. Jumlah unit usaha UKM yang lebih dominan dibanding usaha besar,
menjadi unggulan UKM dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini
memaksa pemerintah agar meningkatkan investasi pada sektor padat
karya agar keunggulan jumlah unit usaha UKM yang dominan dapat
berimplikasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang berorientasi
memaksimalkan sumber daya manusia yang ada.
3. Dukungan pemerintah dalam investasi hanya bersifat sebagai backup atau
penataan infrastruktur, pemerintah harus meningkatkan lagi hal-hal kecil
yang mendukung perkembangan UKM dalam negeri, seperti dalam hal
kemudahan pembiayaan kredit langsung baik secara birokrasi dan tingkat
bunga yang diberikan, agar investasi pemerintah yang cenderung lebih
kepada padat modal dapat diserap oleh UKM dengan baik guna
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia itu sendiri.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ajija. Shochrul R. Dyah W. Sari. Rahmad H. Setianto. dan Martha R. Primati.
2011. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba Empat. Jakarta.
Akmal, Roni. 2010. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga
Kerja di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
Amalia. Lia. 2007. “Ekonomi Pembangunan”. Graha Ilmu. Jakarta.
Arianto. 2010. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja propinsi jawa tengah tahun 1985-2007”. Universitas Sebelas
Maret.
Badan Pusat Statistik. 2006-2011. Keadaan Angkatan Tenaga Kerja Indonesia.
BPS. Jakarta.
Bellante, Don; Jacson Mark. 1990. “Ekonomi Ketenaga Kerjaan” (terjemah).
Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.
Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometri Dasar” (terjemah). Jakarta. Erlangga
Hallword-Deremeier, Mary dan Reyes Aterido. 2007. “Investment Climate a.nd
Employment Growth: The Impact of Acces to Finance, Corruption and
Regulations Acrocs Firm. Inter-American Development Bank.
Hamid, Abdul. 2009. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Heatubun, Adolf Bastian. 2008. “Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam
Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor”. Institut Pertanian Bogor.
Iqbal, Mohamad. 2012. “Analisis Permintaan Tenaga Kerja Di Kota Medan”.
Universitas Negeri Medan. (Tesis Publikasi)
Karib, Abdul. 2012. “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha,
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera
Utara”. Universitas Andalas, Padang.
Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Tahun 2010-2011. Kementerian Negara KUKM, Jakarta.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2008. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Kementerian Negara KUKM R.I., Jakarta.
94
Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2004. Kamus Istilah Pemberdayaan
Koperasi dan UKM. Kementerian Negara KUKM, Jakarta.
Kurniawan, Robi Cahyadi. 2013. “Analisis Pengaruh PDRB, UKM, dan Inflasi
Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-
2011”. Universiatas Brawijaya-Malang.
Lubis, Mitra Mustika. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertania di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara. (Tesis)
Mankiw, Gregory. N. 2007. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kelima. Salemba
Empat. Jakarta.
Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi: Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Partomo, T. dan A. Soejodomo. 2004. “Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi. Ghalia. Jakarta.
Pratama, Nelsen Diyan. 2012. “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Kecil Kab. Jepara”. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Prihartanti, Eva dwi. 2007. “Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota bogor. Institut Pertanian Bogor.
Purwanto, Muhammad Arif Hari. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang
mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM Batik Tulis Khas
Tuban”. Universitas Brawijaya, Malang.
Putra, Rizky Eka. 2012. “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan NIlai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan
Podurungan Kota Semarang”. Universitas Negeri Semarang.
Putri, Aurora Indra. 2010. “Employment Absorption In m=Manufacturing”.
Economic Journal of Emerging Market.
Rahmana, Arief. 2010. “Kajian Tentang Aspek Proses dalam Implementasi
Menajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sektor
Manufaktur (Studi Kasus di CV.WMT). Universitas Widyatma-
Bandung.
Raselawati, Ade. 2011. “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKm di Indonesia. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saudin Sijabat. 2009. Sinerji Penerapan UU Nomor 20 Tahun 2008 Terhadap
Perbaikan Iklim Usaha dan Pemberdayaan UMKM. Infokop Volume 17
Juli.
95
Setiawan, Achma Hendra. 2010. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang. Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Soetrisno, Noer. 2004. “Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009”.
Infokop Nomor 25 Tahun XX.
Subekti, M. Agus. 2007. “Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di
Kabupaten Banjar Negara”. Universitas Negeri Semarang.
Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi; Teori Pengantar”, Edisi ketiga.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tambunan, Tulus. 2002. “ Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu
Penting”. Jakarta: Salemba Empat.
Tejasari, Maharani. 2008. “Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Institut Pertanian Bogor.
University Of Cambridge. 2010. “Stimulating Growth and Employment In The
UK Economy”. IFM (Education and Consultancy Services).
Wibisono, Y. 2005. “Modul Pelatihan Ekonometrika Dasar”. Depok: Lab.Ilmu
Ekonomi FE-UI.
Wicaksono, Rezal. 2010. “Analisis Pengaruh PDB Sektor Indusitri, Upah Rill,
Suku Bunga Rill, dan Jumalah Unit Usaha Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar di Indonesia
Tahun 1990-2008”. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Woyanti, Nenik dan Ayu Wafi Lestari. 2011. “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai
Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang”. Universitas
Dipenogoro. Semarang.
Yusuf, Edy dan Ostinasia tindaon. 2011. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
Sektoral di Jawa Tengah (pendekatan demometrik). Universitas
Dipenogoro. Semarang.
Zamrowi, M.Taufik. 2007. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Kecil”. Universitas Dipenogoro, Semarang.
96
Lampiran 1 : Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
(Dalam Jiwa)
Tahun Sektor Ekonomi
PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas
2000 34.525.866 334.354 8.565.920 132.081 573.170 18.060.624 2.481.639 646.066 7.384.696
2001 37.122.242 436.079 8.147.718 113.434 560.007 17.747.382 2.412.340 664.682 7.483.544
2002 38.116.561 430.458 8.284.726 110.209 576.040 18.793.805 2.585.561 688.720 8.221.817
2003 39.302.805 481.344 8.200.177 114.019 692.940 19.599.434 3.306.279 737.194 9.508.161
2004 37.650.304 528.242 8.350.199 114.921 689.850 20.433.303 3.375.473 744.072 8.560.236
2005 38.833.911 564.365 8.883.965 113.710 716.978 21.326.347 3.419.816 762.778 8.611.923
2006 42.286.595 559.258 9.994.140 105.336 695.016 22.179.091 3.452.132 2.575.778 7.700.416
2007 42.571.974 605.790 10.417.507 103.458 734.146 23.112.280 3.533.320 2.635.015 8.038.828
2008 42.222.835 971.274 10.768.907 143.230 4.562.160 20.586.019 5.939.801 1.369.004 7.461.047
2009 42.560.349 1.046.418 11.037.496 140.149 4.447.683 21.734.462 5.867.732 1.414.875 7.962.167
2010 42.773.189 1.109.709 11.456.749 139.378 4.621.488 22.781.488 6.125.870 1.555.350 8.838.554
2011 43.081.018 1.343.488 11.877.631 169.324 5.379.986 22.108.306 7.067.798 1.913.270 8.781.638
Sumber : KementeriFan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012
Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
PPG : Pertambangan dan Penggalian
IP : Industri Pengolahan
LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih
B : Bangunan
PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi
KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jswas : Jasa-jasa Swasta
97
Lampiran 2: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000
(Dalam Rp. Miliar)
Tahun Sektor Ekonomi
PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas
2000 207.054,1 13.813,2 99.687 796 50.809,7 215.962 3.9048,1 75.229,6 17.689,7
2001 213.587,9 14.267,5 103.547,7 865,2 53.413,6 224.392,2 41.452,3 79.051,8 61.019
2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6 1.019,4 56.197,7 234.076,1 44.421,7 85.307,1 65.304,5
2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7 1.027,4 60.288,5 246.554,9 48.797,8 90.079,7 70.610,6
2004 236.192,4 16.468,7 118.994,7 1.054,8 64.428,5 260.575,6 52.685,6 97.065,1 77.017,9
2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1 1.106 68.892,7 282.285,4 56.470,9 103.219 83.220,2
2006 251.277,3 18.905,9 129.200,9 1.144,1 74.544,6 300.532,8 61.309,6 108.841,1 89.856
2007 260.381,7 20.385,9 133.725,4 1.182,5 81.446,7 326.067,8 64.661,3 117.103,8 96.683
2008 272.882,2 21.704,5 172.187 1.230,9 49.734,6 349.255,8 68.435 126.525,7 103.779,4
2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4 1.272,3 53.346,8 353.733,9 73.823,7 132.654,3 111.629,6
2010 292.111,6 24.570,8 186.449,2 1.351,2 54.551,6 384.575,1 79.395,8 139.982,1 119.584,5
2011 310.886,7 30.498,2 191.551,9 2.691,6 62.666,3 361.705,8 99.676,8 161.436,5 148.212,2
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012
Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
PPG : Pertambangan dan Penggalian
IP : Industri Pengolahan
LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih
B : Bangunan
PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi
KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jswas : Jasa-jasa Swasta
98
Lampiran 3: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
(Dalam Rp. Juta)
Tahun Sektor Ekonomi
PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas
2000 10.440.139 753.699 15.474.958 1.022.206 1.073.179 18.495.253 26.854.525 25.749.677 13.211.712
2001 10.703.452 845.922 14.133.871 1.042.427 1.129.776 19.536.821 31.222.377 26.268.178 20.942.310
2002 10.698.489 1.027.878 15.630.368 1.308.003 1.167.233 19.643.295 29.341.221 24.550.567 25.217.173
2003 10.596.996 1.037.831 15.515.359 1.193.824 1.350.505 19.584.294 31.556.746 26.670.066 21.951.823
2004 12.339.057 1.196.830 16.845.341 1.313.547 1.805.781 22.663.353 39.867.406 32.497.295 25.853.150
2005 13.399.433 1.417.414 18.209.336 1.295.671 2.121.537 28.053.458 48.031.785 35.429.806 30.311.088
2006 13.422.890 1.452.509 18.102.550 1.295.619 2.213.633 28.690.437 49.399.952 35.575.609 31.013.771
2007 14.650.800 1.591.027 19.777.589 1.402.439 2.472.266 32.114.221 52.261.289 40.106.151 30.672.978
2008 11.773.616 848.158 28.827.050 1.461.714 3.353.699 45.155.193 59.438.278 31.462.630 43.291.609
2009 10.766.798 873.737 27.768.052 1.669.365 3.638.311 48.548.904 58.592.562 34.515.537 46.580.763
2010 11.446.348 956.878 28.821.463 1.857.003 4.156.984 54.407.871 63.830.448 39.302.940 42.359.520
2011 11.905.286 961.299 29.179.681 1.885.327 3.311.545 55.178.274 74.108.878 40.693.444 43.711.026
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012
Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
PPG : Pertambangan dan Penggalian
IP : Industri Pengolahan
LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih
B : Bangunan
PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi
KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jswas : Jasa-jasa Swasta
99
Lampiran 4: Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
(Dalam Unit)
Tahun Sektor Ekonomi
PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas
2000 23.518.616 151.007 2.618.973 14.169 127.629 9.718.683 1.870.250 58.851 1.705.858
2001 24.014.278 200.060 2.557.549 14.724 114.984 9.520.023 1.781.217 59.585 1.699.293
2002 24.947.009 178.990 2.747.533 13.731 108.154 10.006.084 1.943.942 60.365 1.938.686
2003 25.345.988 203.692 2.659.824 14.192 154.961 10.094.090 2.488.015 63.894 2.435.586
2004 25.799.906 210.322 2.740.070 14.497 162.259 10.949.568 2.573.307 69.290 2.258.168
2005 26.259.895 224.654 2.795.237 12.362 159.081 12.172.227 2.602.552 754.150 1.920.671
2006 26.209.268 246.414 3.163.050 11.431 163.344 13.285.021 2.684.821 868.800 2.147.012
2007 26.156.679 263.255 3.232.841 11.626 172.810 14.017.478 2.760.144 930.599 2.295.087
2008 26.227.297 261.341 3.238.111 11.622 500.006 14.789.950 3.205.025 997.511 2.173.749
2009 26.369.299 271.929 3.268.496 11.720 553.698 15.533.964 3.408.343 1.060.386 2.286.768
2010 26.685.710 276.861 3.423.078 12.852 570.640 15.910.964 3.487.691 1.115.742 2.340.194
2011 26.967.963 294.448 3.538.070 13.903 869.080 15.918.251 3.799.460 1.308.035 2.497.235
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012
Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
PPG : Pertambangan dan Penggalian
IP : Industri Pengolahan
LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih
B : Bangunan
PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi
KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jswas : Jasa-jasa Swasta
100
Lampiran 5
Pendekatan Pooled Least Square
Dependent Variabel: PTK?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/13/13 Time: 13:18
Sample: 2000 2011
Included observations: 12
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 108
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PDB? 15.31639 3.859511 3.968480 0.0001
INVEST? 0.006527 0.013158 0.496051 0.6209
UNIT? 1.391161 0.045345 30.67955 0.0000
R-squared 0.967906 Mean dependent var 9624258.
Adjusted R-squared 0.967295 S.D. dependent var 12503894
S.E. of regression 2261285. Akaike info criterion 32.12815
Sum squared resid 5.37E+14 Schwarz criterion 32.20265
Log likelihood -1731.920 Hannan-Quinn criter. 32.15836
Durbin-Watson stat 0.213404
101
Lampiran 6
Pendekatan Fixed Effect Model Dependent Variable: PTK?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/06/13 Time: 02:02
Sample: 2000 2011
Included observations: 12
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 108
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4468478. 703320.3 6.353404 0.0000
PDB? 10.35052 5.341695 1.937685 0.0556
INVEST? 0.001266 0.020380 0.062112 0.9506
UNIT? 0.753815 0.212349 3.549890 0.0006
Fixed Effects (Cross)
PPKP-- C 13701339
PPG-- C -4146304.
IP— C 1367416.
LGA— C -4371032.
B— C -3317816.
PHR-- C 3540518.
Pkom-- C -3087831.
KPJ-- C -4710905.
Jswas-- C 1024616.
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.992152 Mean dependent var 9624258.
Adjusted R-squared 0.991253 S.D. dependent var 12503894
S.E. of regression 1169442. Akaike info criterion 30.88639
Sum squared resid 1.31E+14 Schwarz criterion 31.18440
Log likelihood -1655.865 Hannan-Quinn criter. 31.00722
F-statistic 1103.324 Durbin-Watson stat 0.744017
Prob(F-statistic) 0.000000
102
Lampiran 7
Redundant Fixed Effect Test
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: FEM
Test cross-section and period fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 42.026697 (8,85) 0.0000
Cross-section Chi-square 172.852787 8 0.0000
Period F 3.029921 (11,85) 0.0019
Period Chi-square 35.728424 11 0.0002
Cross-Section/Period F 18.011276 (19,85) 0.0000
Cross-Section/Period Chi-square 174.380513 19 0.0000
103
Lampiran 8
Pendekatan Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: PTK?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/09/13 Time: 12:15
Sample: 2000 2011
Included observations: 12
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 108
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2662941. 856829.3 3.107901 0.0024
PDB? 4.781907 4.710808 1.015093 0.3124
INVEST? -0.026743 0.017084 -1.565380 0.1205
UNIT? 1.322395 0.099828 13.24668 0.0000
Random Effects (Cross)
PPKP-- C 2486319.
PPG-- C -2282549.
IP— C 2755265.
LGA— C -2470585.
B— C -1253143.
PHR-- C 689987.2
Pkom-- C -1144588.
KPJ-- C -1687170.
Jswas-- C 2906465. Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 2234135. 0.7849
Idiosyncratic random 1169442. 0.2151 Weighted Statistics R-squared 0.749570 Mean dependent var 1437949.
Adjusted R-squared 0.742346 S.D. dependent var 2389347.
S.E. of regression 1212822. Sum squared resid 1.53E+14
F-statistic 103.7621 Durbin-Watson stat 0.545994
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.961701 Mean dependent var 9624258.
Sum squared resid 6.41E+14 Durbin-Watson stat 0.130361
104
Lampiran 9
Hausman Test
Hausman test for fixed versus random effects
chi-sqr(3) =
34.099289
p-value = 1.888E-07
Lampiran 10
Normalitas Test
Lampiran 11
Multikolinearitas Test
Coefficient Covarian Matrix
C PDB Investasi Untit
C 8.81E+09 -60045.50 -79.18256 -99.27112
PDB -60045.50 1.812426 0.000368 -0.028528
Investasi -79.18256 0.000368 2.18E-06 -1.20E-06
Unit -99.27112 -0.028528 -1.20E-06 0.000631
0
1
2
3
4
-2.0e-08 1.0e-13 2.0e-08 4.0e-08
Series: ResidualsSample 2000 2011Observations 12
Mean 1.77e-10Median -2.74e-09Maximum 3.18e-08Minimum -2.39e-08Std. Dev. 1.75e-08Skewness 0.367368Kurtosis 1.986760
Jarque-Bera 0.783246Probability 0.675959
105
Lampiran 12
Pendekatan Fixed Effect Model (SUR)
Dependent Variable: PTK?
Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)
Date: 08/06/13 Time: 02:02
Sample: 2000 2011
Included observations: 12
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 108
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4417704. 93880.37 47.05674 0.0000
PDB? 10.33884 1.346264 7.679656 0.0000
INVEST? 0.001272 0.001478 0.860864 0.3915
UNIT? 0.763684 0.025119 30.40287 0.0000
Fixed Effects (Cross)
PPKP-- C 13501108
PPG-- C -4097600.
IP— C 1390088.
LGA— C -4320381.
B— C -3269353.
PHR-- C 3469603.
Pkom-- C -3063451.
KPJ-- C -4665094.
Jswas-- C 1055080. Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999347 Mean dependent var -0.795160
Adjusted R-squared 0.999272 S.D. dependent var 48.55048
S.E. of regression 1.058824 Sum squared resid 107.6264
F-statistic 13356.83 Durbin-Watson stat 1.911791
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.992152 Mean dependent var 9624258.
Sum squared resid 1.31E+14 Durbin-Watson stat 0.743328