diajukan untuk memenuhi salah satu syarat...
TRANSCRIPT
TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR
DALAM TRANSAKSI JUAL BELI
DI PASAR CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ALI MAHRUS
NIM 1110046100184
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M /1435 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang diujikan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ciputat, 22 Desember 2014 M
Ali Mahrus
iii
TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR
DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ALI MAHRUS
NIM: 1110046100184
Dibawah Bimbingan:
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
JAKARTA
1436 H/2014 M
iv
ABSTRAK
Ali Mahrus. NIM 1110046100184. TELAAH PENERAPAN PRINSIP KHIYAR
DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR CIPUTAT. Program Studi Muamalat,
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2014 M.
Berdagang merupakan sunnah rasullah yang harus diikuti oleh umatnya. Beliau
telah memberikan suri tauladan dengan mengandalkan kejujuran dan kepercayaan meraih
kesuksesan dalam berdagang. Dalam berdagang dibutuhkan sebuah etika agar terciptanya
kepuasan dan kerelaan kedua pihak, karena seringkali pembeli merasa kurang puas
dengan barang yang dibeli karena ada cacat ataupun kerusakan yang tidak diketahui
sebelumnya dalam barang. Oleh karena itu diperlukan kesepakatan antara penjual dan
pembeli dalam melangsungkan proses jual beli apabila terdapat masalah seperti ini.
Penyusun dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field
research), penelitian langsung dilakukan di Pasar Tradisional Ciputat. Dengan sifat
penelitian deskriptif, dan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan normative
dengan analisa kualitatif. Data diperoleh melalui obsevasi ke tempat penelitian secara
langsung yaitu Pasar Tradisional Ciputat dan wawancara dengan pihak-pihak yang
mendukung seperti kepala pasar, pedagang, dan pembeli.
Hasil dari penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, praktek khiyar sudah
diterapkan mayoritas penjual di Pasar Ciputat. Khiyar yang terjadi di Pasar Ciputat
kebanyakan adalah khiyar syarat dan khiyar ‘aib. Proses khiyar di Pasar Ciputat sudah
sesuai dengan ajaran agama islam walaupun masih banyak yang harus diperbaiki.
Sedangkan kendala dalam pelaksanaannya yaitu masih ada beberapa penjual belum
mengenal khiyar dan konsepnya.
Kata kunci: Khiyar, Pasar, Ciputat.
v
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Asslamualaikum. Wr. Wb
Tiada yang pantas terucap dari lisan ini melainkan kalimat Alhamdulillah. Segala
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, inayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak luput tercurahkan
shalawat serta salam kepada sang pendobrak pintu kebatilan Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis sebagai insan yang tak akan pernah luput dari kesempurnaan, menyadari
penulisan skripsi yang berjudul “Telaah Penerapan Prinsip Khiyar Dalam Transaksi
Jual Beli Di Pasar Ciputat” ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan
ilmu dan pengalaman yang penulis miliki. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.
Penulis tidak memungkiri akan peran berbagai pihak yang telah membantu,
mendo’akan serta memberikan semangat dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. JM. Muslim, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH., ketua Program Studi Muamalat, Bapak
Abdurrauf, Lc, MA., selaku sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Ibu Euis Amalia, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah
berbagi ilmu dan memotivasi penulis.
4. Bapak Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Pembimbing yang sabar, meluangkan waktunya
bagi penulis, serta telah berbagi ilmu, dan memberikan kritik dan saran, serta
motivasi kepada penulis.
5. Bapak Joko selaku salah satu pengurus kepala pasar ciputat, beserta para responden
yang terlibat dalam penelitian ini (Bapak Nani, Ibu Rahmaniati, Ibu Ira Ratnasari,
Bapak Andi, Ibu Erna, dan yang lainnya) yang telah meluangkan waktunya dalam
membantu dan memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis
selama penelitian. Jazâkumullahu khairul jazâ
6. Ayahanda Abdul Hafi dan ibunda Hayati tercinta, adik-adikku Faizin dan Bustan,
serta mbakku Zamzuroh, yang selalu mendo’akan penulis secara tulus penuh kasih
sayang dan memberikan semangat dan dukungan baik moral maupun materil. Karya
dan dedikasi penulis mempersembahkan untuk keluarga tercinta. Semoga kalian
semua selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang selamat
dunia dan akhirat, sehingga ananda diberi kesempatan untuk menunjukkan bakti dan
besarnya cinta anak kepada kalian.
7. Guru kami, al-mukarrom KH. Ahmad Shonhanji Cholili selaku pimpinan pondok
pesantren modern Darul Muttaqin, al-mukarrom KH. Ali Musthafa Ya’qub selaku
pengasuh Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah, serta ust. Andi, ust. Rozi, ust.
Shofin, ust.Ali dan jajaran asatid lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu
vii
persatu, sebagaimana beliau telah mendidik, mengasuh, dan membimbing penulis
selama ini. Semoga Allah Swt selalu melindungi dan merahmati beliau.
8. Teman-teman Perbankan Syariah D, Alpin, Daus, Aji, Adib, Harfi, Faqih, Fatih,
Bidin, Tsamroh, Ari, Fuadi, Bucor, Ibeng, Kiting, Oji, Rian, dan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Kalian semua selalu memberikan motivasi, saran, support,
dan membantu penulis sehingga penulisan ini rampung. Semoga kita selalu menjalin
silaturahmi hingga akhir hayat.
9. Teman-teman ANTABENA, Abdul Karim Monte, Sopwan, Aceng, Ihwan, Bagus,
Badrul, Misbah, Fahmi, Rofiq, Mahfud, Kaula, Arfiyan, Salam, dan lainnya. IPNU
JakTim, Mujib, Syairozi, Bayu, Munir, dan lainnya. Serta, kawan-kawan ku Rohim,
Syamsul, Sula, Inul, Agus, Idi, Kepe, dan lainnya. Kalian semua danggap keluarga
penulis.
10. Rekan-rekan karib yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah hingga akhir.
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis
hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat dinilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari dan memberikan
manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga yang telah
penulis lakukan mendapat ridho Allah SWT.
Jakarta, 8 Desember 2014
Ali Mahrus
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 11
E. Metode Penelitian 11
F. Sistematika Penulisan 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dasar Hukum Jual Beli 19
B. Pengertian Jual Beli 20
C. Rukun dan Syarat Jual beli 22
D. Berselisih Dalam Jual Beli 24
E. Khiyar dalam Jual Beli Menurut Islam
1. Dasar Hukum Khiyar 25
2. Pengertian Khiyar 27
3. Macam-Macam Khiyar 29
a. Khiyar Majlis 30
1. Masa Khiyar Majlis 31
b. Khiyar ‘Aib 32
1. Kriteria ‘Aib 34
2. Batas Akhir Khiyar ‘Aib 34
c. Khiyar Ru’yah 35
d. Khiyar Syarat 36
1. Masa Khiyar Syarat 38
2. Akhir Masa Khiyar Syarat 39
ix
e. Khiyar Ta’yin 39
4. Hikmah Khiyar 41
F. Review Study Terdahulu 42
BAB III PASAR DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Pasar dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Pasar 44
2. Jenis-Jenis Pasar 46
3. Pengertian Pasar Tradisional 48
B. Pasar Tradisional Ciputat
1. Sejarah singkat 50
2. Profil Umum 52
3. Struktur Organisasi 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Khiyar Dalam Jual Beli di Pasar Tradisional Ciputat 56
1. Pedagang Pakian 57
2. Pedagang Alat-alat Tulis 59
3. Pedagang Elektronik 61
B. Sifat Pelaksanaan Khiyar dalam Pasar 61
C. Problematika Yang Terjadi Seputar Khiyar 63
D. Kesesuai Pelaksanaan Prinsip Khiyar Dalam Hukum Islam 65
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 68
F. Usaha Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 72
B. Saran-Saran 74
DAFTAR PURTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan suatu agama bagi umat manusia yang mengatur
hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Islam mengajarkan sunnatullah
manusia harus bermasyarakat, tunjang-menunjang, topang-menopang dan
tolong-menolong antara satu dengan yang lainnya.1 Sebagai makhluk sosial,
manusia menerima dan memberikan andilnya kepada orang lain. Saling
bermu’amalah untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam
hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup manusia, diperlukan
kerjasama dan kegotongroyongan sebagaimana ditandaskan dalam al-Qur’an
surat al-Ma’idah ayat 2.
Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, yang lebih jauh diterangkan dalam
pengetahuan sosiologi. Tidak ada alternative lain bagi manusia normal, kecuali
menyesuaikan diri dengan peraturan Allah (sunnatullah) tersebut dan bagi siapa
yang menentangnya dengan jalan memencilkan diri, niscaya akan terkena
1 Abdullah Siddik al-Haji, Inti Dasar Hukum Dagang Islam (Jakarta: Balai Pustaka,
1993), h.1
2
sangsi berupa kemunduran, penderitaan, kemelaratan, dan malapetaka dalam
hidup ini.2
Diantara sekian banyak aspek kerjasama dan perhubungan manusia, maka
ekonomi perdagangan termasuk salah satu di antaranya. Bahkan aspek ini amat
penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Setiap
orang akan mengalami kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya jika tidak
bekerjasama dengan orang lain. Dimana Orang-orang kota membutuhkan hasil
pertanian orang desa dan sebaliknya orang-orang desa membutuhkan barang-
barang produksi industri orang-orang kota. Para nelayan perlu menukar ikannya
dengan beras dan kaum petani perlu menukar pangannya dengan sandang.
Namun sayangnya, jual beli dan perdagangan akan mendatangkan permasalahan
dan liku-liku yang jika dilaksanakan tanpa aturan dan norma-norma yang tepat
akan menimbulkan bencana dan kerusakan dalam masyarakat. 3
Sebagaimana pandangan Hamzah Ya’qub, manusia adalah makhluk kerja
yang ada persamaanya dengan hewan yang juga bekerja dengan gayanya sendiri.
Tetapi, tentu lain dalam caranya. Hewan bekerja semata berdasarkan naluriyah,
tidak ada etos, kode etik atau permainan akal. Tetapi manusia memlikinya.
2 Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: Diponegoro, 1984,
Cet.Pertama), h.13 3 Ibid., h.14
3
Harus punya etos dan pendayagunaan akal untuk meringankan beban tenaga
yang terbatas namun maupun meraih prestasi sehebat mungkin.4
Maka, untuk menjalin keselarasan dan keharmonisan dalam dunia dagang,
dibutuhkanlah suatu kaidah, patokan atau norma yang mengatur perhubungan
manusia dalam perniagaan, yakni hokum dan moralitas perdagangan. Dalam
tulisan ini, penyusun akan lebih menyoroti bidang moralitas dalam kegiatan jual
beli sesuai syari’at islam, terutama kegiatan khiyar dalam praktik jual beli
tersebut.
Mendengar istilah perdagangan atau jual beli, tentu tidak dapat dipisahkan
dari kata pasar. Berdagang adalah aktifitas paling umum yang dilakukan dipasar.
Pengertian pasar adalah alat yang memungkinkan individu berinteraksi untuk
membeli dan menjual barang atau jasa tertentu.5 Menurut kajian Ilmu Ekonomi,
pasar itu adalah pertemuan antara pembeli-pembeli dan penjual-penjual
(konsumen dan produsen) untuk suatu keinginan menentukan kondisi bagi
pertukaran sumber daya (barang dan jasa) atau dengan kata lain merupakan
4 Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992, Cet.
Pertama), h.1. 5 William A. McEachren, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta:PT.Salemba Empat,
2001), h.50.
4
pertemuan antara permintaan dan penawaran yang tidak dibatasi oleh ruang
waktu dan tempat.6
Berdasarkan pembahasan diatas, perlu kita cermati beberapa hal tentang
jual beli yang patut diperhatikan oleh para penjual dan pembeli atau seorang
yang tiap harinya tidak lepas dari kegiatan jual beli.
Hal tersebut dirangkum dalam hukum jual beli islam, aturan
kemasyarakatan dikenal dengan istilah fiqih muamalah. Muamalah merupakan
perbuatan manusia dalam menjalin hubungan atau pergaulan antar sesama
manusia sedangkan ibadah merupakan hubungan atau “pergaulan manusia
dengan Tuhan”. Fiqih Muamalah adalah fiqih7 yang mengatur hubungan antar
individu dalam sebuah masyarakat.8 Dengan adanya ilmu Fiqih Muamalat,
dapat menjadi sandaran umat muslim dalam praktik jual belinya.
Berikut adalah beberapa unsur secara umum dalam fiqih muamalah yang
menyebabkan suatu perbuatan atau aktivitas bisnis dapat dikategorikan haram.
6 Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian (Jakarta : Salemba Empat, 1995), h.14. 7 Fiqih secara bahasa artinya ‘pengetahuan’, ‘pemahaman’, dan ‘kecakapan’ tentang
sesuatu. Secara istilah fiqih berarti “pengetahuan tentang hokum-hukum (al-ahkam) syara’ yang
berkenaan dengan amal perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya. Lihat Musthafa Ahmad
Zarqa’, al-Madkhal fi al-Fiqhi al-‘Am (Dâr al-Fikr, 1967), juz 1, h.54. 8 Ghufron A.Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2002), h.1
5
1. Zalim, syariah melarang terjadinya interaksi bisnis yang merugikan atau
membahayakan salah satu pihak. Karena, bila hal itu terjadi, maka unsur
kezaliman telah terpenuhi. Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa “Kalian
tidak boleh menzalimi orang lain dan tidak pula boleh dizalimi orang
lain.” (QS Al-Baqarah 2:279)
2. Riba, Secara tegas syariah mengharamkan segala bentuk riba.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa "Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu." (QS Al-Baqarah 2: 278-279).
3. Maysir (perjudian), "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban) untuk berhala, mengundi
nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan.
Maka,jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat
keberuntungan." (QS Al-Maidah [5]: 90).
4. Gharar (penipuan), jual beli gharar adalah semua jual beli yang
mengandung ketidak jelasan atau pertaruhan atau perjudian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah "Sesungguhnya Rasulullah saw
melarang jual beli secara gharar,” sedangkan Utsman menambahkan,
“dan hashah (transaksi jual beli belumjelas, kemudian untuk
6
menentukannya dilempar dengan hashat (kerikil), maka barang yang
terkena kerikil itulah yang dijual. (HR. Abu Daud)9
5. Maksiat, apa pun bentuk maksiat yang terdapat dalam proses transaksi
(muamalat) merupakan hal yang diharamkan. Abu Mas'ud al-Anshari
menuturkan:
"Nabi saw. melarang (penggunaan) uang dari penjualan anjing,
uang hasil pelacuran, dan uang yang diberikan kepada dukun."
(Muttafaq 'alaih).10
Salah satu dari prinsip jual beli diatas adalah menghindarkan unsur zalim
atau transaksi saling merelakan antar penjual dan pembeli. Salah satunya dengan
cara memberikan kelonggaran dalam hal transaksi, yakni kedua belah pihak bisa
membatalkan transaksi jual beli jikalau terdapat ketidak sesuaian pada barang
yang diperdagangkan seperti adanya cacat pada barang tersebut atau ‘aib yang
isinya dapat dikategorikan termasuk unsur penipuan. Hak tersebut dinamakan
“khiyar”. .
Menurut Sohari Sahrani, adanya khiyar agar kedua orang yang berjual beli
dapat memikirkan dampak positif dan negative masing-masing dengan
pandangan kedepan, supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari yang
9 Abu Daud, Sunan Abî Dâud (Beirût: Dâr al-Kutub al-Arabî), Jûz 3, h.262. 10 Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah (Beirût: Dâr
al-Kutub al-Arabî), Juz.6, h.36
7
disebabkan merasa tertipu tidak adanya kecocokkan dalam membeli barang
yang telah terpilih11.
Prinsip khiyar merupakan hak kedua belah pihak yang melakukan
transaksi dalam meneruskan atau membatalkan transaksi. Dalam dunia ekonomi
islam makna khiyar itu dirangkum dalam pertanyaan apakah akan meneruskan
atau mau mengurungkannya (membatalkannya).12
Sejatinya khiyar bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi pihak-
pihak yang melakukan transaksi itu sendiri. Sebab pada dasarnya Islam
melarang adanya paksaan dalam jual beli, Islam pun melarang akan adanya
pembohongan dan penipuan dalam bermu’amalah. Maka, adanya khiyar
merupakan sebuah tindakan untuk meminimalisir tindakan tercela tersebut. Oleh
karena itu penulis merasa tertarik untuk mengangkat khiyar sebagai pembahasan
utama dalam skripsi ini.
Penyusun memilih Pasar Tradisional Ciputat sebagai objek penelitian
dalam skripsi ini karena pasar ini bertempat strategis yang berdekatan dengan
beberapa kampus islam, diantaranya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Universtas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibnu Khaldun, Institute Ilmu
11 Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor : penerbit Ghalia
Indonesia, 2011), h.76 12 A.Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta, 2001),
h.219.
8
Al-Qur’an. Dengan mayoritas konsumen dari mahasiswa kampus islam tersebut
kita dapat memperkirakan transaksi yang belangsung di pasar itu berjalan sesuai
syari’ah. Inilah salah satu yang menjadi daya tarik penulis. Adapun Pasar ciputat
adalah salah satu ikon pasar tradisional di Jakarta Selatan. Dimana barang yang
dijual belikan bermacam-macam dan bukan hanya barang baru melainkan juga
terdapat barang bekas.
Di Pasar Ciputat, ada penjual yang mempersilahkan khiyar namun ada juga
yang tidak melakukan khiyar. Oleh karena itu penulis juga bermaksud mencari
tahu mengapa praktik khiyar tidak dipraktikkan oleh semuanya dan apa
permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar itu. Berdasarkan uraian diatas
penyusun tertarik untuk mengulas dan melakukan penelitian yang berhubungan
tentang pelaksanaan jual beli islam dengan judul “Telaah Pelaksanaan Prinsip
Khiyar Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Ciputat”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Hak khiyar merupakan suatu proses hak pilih dalam menetapkan
pembelian barang atau membatalkannya yang harus diterapkan berdasarkan
ketentuan fatwa ulama fiqih. Namun apa yang terjadi di lapangan belum tentu
sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
9
Mengingat cakupan objek dalam penelitian ini terdiri banyak pedagang,
maka penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada tiga kategori pedagang di
Pasar Tradisional Ciputat. Yaitu Pedagang Pakaian, Alat Tulis Kantor (ATK),
dan Elektronik. Kemudian, berdasarkan uraian singkat yang telah dijabarkan
diatas maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :
a. Apakah prinsip khiyar diterapkan dalam transaksi jual beli di Pasar Ciputat?
b. Bagaimanakah konsep penerapan khiyar di Pasar Ciputat dan jenis khiyar
apa yang digunakan dalam jual beli di Pasar Tradisional Ciputat ?
c. Apakah sesuai pelaksanaan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat dengan
ketentuan hukum islam?
d. Apakah problematika yang terjadi dalam masalah khiyar dan bagaimana
menyelesaikannya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui dengan jelas apakah prinsip khiyar diterapkan
dalam jual beli di pasar ciputat.
10
b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi konsep khiyar yang
diterapkan oleh penjual dan pembeli dalam jual beli di Pasar
Tradsional Ciputat
c. Untuk mengetahui tinjauan dasar hokum islam tentang khiyar serta
kesesuaiannya dalam transaksi jual beli di Pasar Tradsional Ciputat
d. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh pedagang
dalam seputar khiyar serta mengetahui solusi yang akan digunakan.
2.Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai
bahan untuk penulisan skripsi, sebagai persyaratan dalam
mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum.
b. Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang
fiqih mu’amalah khususnya tentang konsepsi prinsip khiyar dalam
jual beli beserta problematika yang dihadapi dan bagaimana
solusinya.
c. Memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah khususnya
tentang konsepsi prinsip khiyar dalam fiqih mu’amalah.
11
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan Islam tentang
penerapan khiyar dalam jual beli di Pasar Ciputat
b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan literature
kepustakaan terkait dengan kajian mengenai penerapan praktik
khiyar dalam jual beli.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dibidang muamalat.
2.Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan yang
dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang terkait serta sosialisasi
masyarakat mengenai pentingnya pemahaman akan prinsip khiyar
dalam jual beli.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan aktivitas yang ditujukan untuk mengetahui seluk-
beluk sesuatu. Metode penelitian adalah teknik atau cara sistematis yang
digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses
12
identifikasi dan penjelasan berbagai fenomena yang sedang diteliti dan
dianalisis. 13
Dalam penulisan skripsi ini guna memperoleh data dan informasi yang
objektif dibutuhkan data-data yang aktual dan relevan. Metode yang digunakan
penulis sebagai sarana dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah mengumpulkan dari penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan. Diawali dengan kajian kepustakaan dan literatur-
literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti, metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kualitatif dalam bentuk pengumpulan data dengan cara interview dan
pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan penelitian yang digunakan berupa pendekatan normative,
yaitu membahas masalah yang diteliti dengan berdasarkan pada ketentuan
norma-norma agama atau teori hokum islam sebagai upaya untuk
memperoleh kebenaran.
13 Budi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam
Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2014) h.17
13
3. Sumber data
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa
catatan tertulis atau wawancara, dalam hal ini melalui wawancara
dengan beberapa pedagang di Pasar Ciputat tentang
implementasi konsep khiyar dalam transaksi jual beli.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang
terdapat dalam buku dan dokumen. Bahan hokum sekunder
sendiri terdiri dari literatur-literatur kepustakaan yang
memberikan penjelasan terhadap masalah yang diteliti seperti
buku-buku, majalah, internet serta sumber lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan data
a. Library research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data
yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan lainnya.
b. Field research (lapangan) adalah pengumpulan data secara
langsung ke lapangan dengan mempergunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
14
1. Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti.
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.14
2. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab secara langsung antara dua orang atau lebih, antara
penulis dengan responden terpilih.15 Dalam penelitian ini
mengambil responden dari penjual di Pasar Ciputat sebanyak 32
responden.
5. Teknik Pemilihan Informan
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah tiga kategori pedagang pasar
tradisional ciputat yang berbeda, yaitu pedagang pakaian, alat-alat tulis, dan
elektronik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik probability sampling, yaitu teknik yang memberikan peluang atau
14 MT.Felix Sitorus, Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan (Bogor: Kelompok
Dokumentasi Ilsos, 1998.) h.42. 15 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya,
2004) cet ke-65, h72
15
kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sedangkan metode penarikan sampel probabilitas dilakukan secara acak
sederhana.
Dalam pengambilan sampel, penulis hanya mengambil sampel sebanyak
32 pedagang tradisional dan 1 orang dari pengelola pasar tradisional yang
diwakili oleh salah satu staf PD. Pasar Niaga Kerta Raharja.
Tabel 1.1. Kerangka dan Jumlah Informan
Informasi yang dicari Informan Jumlah
Informasi mengenai jumlah pedagang
dan literature sejarah terbentuknya
pasar ciputat
PD. PASAR JAYA 1 orang
Informasi mengenai penerapan khiyar Pakaian
Alat-alat tulis
Elektronik
20 orang
5 orang
7 orang
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, maka peneliti
menggunakan jenis penelitian lapangan. Dimana peneliti datang langsung ke
tempat penelitian.
16
Adapun yang menjadi alasan kenapa peneliti memilih informan adalah:
pedagang yang berjualan di pasar ciputat, pedagang termasuk dalam ketiga
kategori pedagang, dan pengelola pasar.
6.Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman
Penulisan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”
F. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap
bab terdiri dari sub bab. Untuk mempermudah pemahaman, maka susunannya
dapat dijelaskan dibawah ini:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang pendahuluan yang mengantarkan skripsi secara
keseluruhan. Bab ini meliputi beberapa sub bab : pertama, latar
belakang masalahuntuk menjelaskan factor-faktor yang menjadi
dasar atau mendukung timbulnya masalah yang diteliti. Kedua,
pembatasan dan pokok masalah yang dirumuskan secara spesifik
tentang ruang lingkup masalah yang diteliti. Ketiga, tujuan dan
manfaat penelitian, agar memiliki arah yang jelas. Keempat,
metode penelitian sebagai langkah-langkah yang ditempuh
17
dalam mengumpulkan data dan menganalisis data. Kelima,
sistematika penulisan untuk menerangkan alur pembahasan yang
diteliti. Bab ini sangat erat kaitannya dengan penelitian karena
dari bab ini dapat diketahui kemana skripsi ini diarahkan.
BAB II LANDASAN TEORI
Memuat landasan teoritis membahas tentang tinjauan umum
khiyar dalam jual beli menurut islam, yang meliputi : jual beli
menurut islam, landasan hokum khiyar, pengertian dan macam-
macamnya. Serta telaah pustaka sebagai tinjauan ulang atas
karya-karya yang sudah diteliti dan berhubungan dengan skripsi
ini serta menjelaskan perbedaannya dengan skripsi ini. Bab ini
merupakan rujukan dalam menganalisis permasalahan.
BAB III GAMBARAN UMUM PASAR
Memaparkan gambaran umum obyek penelitian yaitu Pasar
Tradisional Ciputat yang meliputi sejarah, profil, serta struktur
organisasi di Pasar Ciputat. Bab ini penting dikemukakan karena
bab ini yang menjadi obyek penelitian.
18
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan pembahasan secara menyeluruh dari laporan
penelitian, berisi proses pelaksanaan khiyar di Pasar Tradisional
Ciputat, obyek dan jenis khiyar apa yang digunakan dan
bagaimana kesesuaian dalam hokum Islam, serta problematika
apa saja yang terjadi seputar khiyar.
BAB V PENUTUP
Berisi penutup yang dalam bab terakhir ini sekiranya penulis
melengkapi laporan penelitian dengan kesimpulan dan saran.
Kesimpulan dikembangkan berdasarkan seluruh hasil kajian.
Sedangkan saran dikembangkan berdasarkan temuan dari tulisan
ini sehingga dapat dikembangkan pasca penelitian.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesame umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan sunah Rasullah saw.
Terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan sunah Rasulullah saw. yang berbicara
tentang jual beli, antara lain:
Surah al-Baqarah ayat 198:
ن تبتغوا فضلا من ربكم ( 891)ابلقرة ليس عليكم جناح أ
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu.
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunah Rasulullah, antara lain:
ي عن وائل بن داود، عن سعيد بن عمري األنصاري، قال: سئل رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلمأ
طيب؟ قال: " عمل الرجل بيده، وك بيع مربور )رواه ابليهيق(الكسب أ
“Nabi Muhammad Saw ditanya, pekerjaan apa yang terbaik? Beliau
menjawab, kerja seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang
20
baik. Artinya, yang tidak terdapat unsur manipulasi dan khianat.” (HR.
Alhakim)16
B. Pengertian Jual Beli
Jual beli ( ) secara etimologi, berarti tukar menukar sesuatu atau
menukar kepemilikan barang dengan barang.17 Sedangkan kata bentuk
jama’ dari (menjual) yang merupakan masdar dari , yang artinya
(mengganti sesuatu dengan sesuatu yang lain).18
Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang
dikemukakan para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing
definisi sama. Diantaranya:
Jual beli menurut ulama Hanafiyah19 :
وص ص ه م وج ال ع م ال ب ة م ل اد ب م
“Menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu”.
16 Abu Bakar al-Baihaqi, Syu’bu al-Aymân (al-Hindi: Maktabah al-Rusyd, 1423), juz
II, h.434 17 Moh. Thalib, Tuntunan Berjual Beli menurut Hadist Nabi (Surabaya : PT Bina Ilmu,
1977), h. 7 18 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-islâmî wa Adillatuh (Damsyik: Dâr al-Fikr, 1989), juz
IV, h.344. 19 Alauddin Al-Kasani, Badâ al-Tsanâ’i fî al-Tartib al-Syarâ’i’ (Mesir: Syirkah al-
Mathbû’ah), juz V, h.133
21
20Nawawi, jual beli adalahMenurut
ا مقابلة مال بمال تمليك
“Menukarkan harta dengan harta untuk menjadi hak milik”
: 21Ibn Qudamah Menurut
ادلة المال بالمال تمليكا وتمليكا مب
“Penukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan hak milik”
:22Sayyid SabiqMenurut
ذون في و نقل ملك بعوض ع الوجه المأ
اض أ ه مبادلة مال بمال ع سبيل الت
“Penukaran harta dengan harta yang lain dengan jalan saling merelakan,
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang
diperbolehkan.”
20 Ibnu Qudamah, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dar al-kitab al-‘Araby, 1980), juz II, h.2 21 Ibid., Juz III, h.559 22 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirût: Dâr al-Kitâb al-Arabî, 1983), h.126.
22
C. Rukun dan Syarat Jual Beli
Akad jual beli akan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat
jual beli. Sedangkan, sempurnanya struktur akad jual beli itu ada enam rukun,
yaitu: ‘Aqidain (si penjual dan si pembeli), ma’qud ‘alaih (barang yang dibeli
dan nilai tukar pengganti barang), sighat (ijab dan qabul).
Menurut mayoritas ulama, menetapkan rukun jual beli ada tiga, yaitu :
a. ‘Aqidain adalah kedua subyek atau pelaku transaksi yang terdiri atas penjual
dan pembeli.
b. Ma’qud ‘alaih adalah komoditi dalam transaksi jual beli, yang terdiri atas
barang dagangan dan alat pembayaran.
c. Shighah adalah bahasa interaktif dalam sebuah interaksi, yang terdiri atas
penawaran (ijab) dan persetujuan (qabul).23
Menurut mayoritas ulama, menetapkan bahwa syarat jual beli sesuai
dengan rukun jual beli yang telah disebutkan diatas, yaitu:
Syarat-syarat orang yang berakad
a. Berakal dan Mumayyiz; tidak sah jual beli yang dilakukan orang gila, anak
kecil dan bodoh.
23 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah, cet.II, (Kediri : Lirboyo Press,
2013), h 4
23
b. Berjumlah lebih dari dua orang
Syarat ma’qud ‘alaih (harga atau nilai tukar pengganti barang dan barang
yang dibeli)
a. Barang yang dijual diketahui dengan jelas.
b. Barang yang dijual merupakan benda yang bernilai atau bermanfaat.
c. Barang yang dijual merupakan hak milik penjual
d. Barang yang dijual dapat diserah terimakan.
Syarat Sighat (lafadz ijab dan qabul)
a. Kecakapan; kedua belah pihak haruslah orang yang cakap dalam
melakukan transaksi.
b. Adanya kesesuaian antara ijab dan Kabul.
c. Dilakukan dalam satu tempat24
24 Abdur Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Cet.pertama, 2010), h.70
24
D. Berselisih Dalam Jual Beli
Penjual dan pembeli dalam jual beli hendaknya berlaku jujur, berterus
terang, dan mengatakan yang sebenarnya, jangan berdusta, dan bersumpah
dusta, sebab sumpah dan dusta itu menghilangkan keberkahan jual beli.
Rasulullah saw bersabda:
كة لعة ممحقة للرب قة للس رواه ابلخارى ومسلم( ( اللف منف
“Bersumpah dapat mempercepat lakunya dagangan, tetapi dapat
menghilangkan berkah” (HR. Bukhari dan Muslim)25
Para pedagang yang jujur, benar, dan sesuai dengan ajaran islam dalam
berdagangnya, mereka dikumpulkan dengan para nabi, sahabat, dan orang-orang
yang mati syahid pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
هداء. )رواه التمذى والاكم( يقي والش د مي مع انلبيي والصدوق األ اتلاجر الص
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dikumpulkan bersama Nabi,
para sahabat dan orang-orang mati syahid” (HR.Tirmidzi).
Bila antara penjual dan pembeli berselisih pendapat dalam suatu benda
yang diperjualbelikan, maka yang dibenarkan adalah kata-kata yang punya
25 Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.78
25
barang bila antara keduanya tidak ada saksi dan bukti lainnya. Sabda Rasulullah
Saw:
لعة رب يقول ما فهو بينة ابينهم وليس ابليعان اختلف إذا و ، الس )رواه أبو داود( يتتاركن أ
“Bila penjual dan pembeli berselisih dan antara keduanya taka da saksi,
maka yang dibenarkan adalah yang punya barang atau dibatalkan.”(HR. Abu
Dawud)26
E. Konsep Khiyar Dalam Islam
1. Dasar Hukum Khiyar
Hak khiyar atau memilih dalam jual beli, menurut islam dibolehkan.
Apakah akan meneruskan jual beli atau membatalkannya, tergantung keadaan
(kondisi) barang yang diperjualbelikan. Landasan hokum khiyar dalam Al-
Qur’an memang tidak dijelaskan secara rinci. Al-Qur’an hanya menyebutkan
secara garis besar bahwa dalam penelolaan harta tidak boleh dengan cara bathil
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :
ن تكون تارةا عن تراض موالكم بينكم بابلاطل إل أ
كلوا أ
ين آمنوا ل تأ ها ال ي
منكم يا أ
( )النساء:
26 Abu Daud, Sunan Abû Dâud (Beirût: Dâr al-Fikr), juz 3, h. 285.
26
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (QS. An-Nisa 4:29)
Adapun yang menjadi landasan hokum khiyar hadist Rasulullah saw. yang
berbunyi:
عنهما ، قال : : قال انلب قا ، عن ابن عمر ، رض الل صىل اهلل عليه وسلم ابليعان باليار ما لم يتفر
حدهما لصاحبه اخت )رواه الشيخان( و يقول أ
أ
“Penjual dan pembeli pilihan sebelum keduanya berpisah atau salah
satunya mengatakan pada yang lain, pilihlah!” (HR Bukhari Muslim)27
نصار وكنت بلسانه لوثة يشكو إل رسول اللليه صىل اهلل ع-عن ابن عمر قال : سمعت رجلا من األ
-وسلم نه ل يزال يغب ف ابليع فقال ل رسول اللم ذا بايعت فقل ل خ إ :» -صىل اهلل عليه وسلم-: أ لبة
مسك وإن سخطت فاردد. )روانت باليار ف ك سلعة ابتعتها ثلث لال فإن رضيت فأ
( ه ابليهيقأ
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, aku mendengar seorang sahabat Anshar
yang lugu mengadu kepada Rasulullah saw., bahwa ia selalu dirugikan dalam
jual beli. Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “apabila kamu jual beli,
maka katakan, “tidak ada manipulasi!”, selanjutnya kamu berhak menentukan
pilihan pada setiap barang yang kamu beli selama tiga malam, jika kamu
berminat, ambil, jika tidak, kembalikan”. (HR. Albaihaqi)28
27 Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84 28 Hasan bin Ali al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubrâ (al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf), Juz.v,
h.273
27
Menurut Abdurrahman al-Jaziri, status khiyar dalam pandangan ulama
fiqih adalah disyariatkan atau dibolehkan, karena keperluan yang mendesak
dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan
transaksi.29
2. Pengertian Khiyar
Kata al-khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan. Pembahasan al-khiyar
dikemukakan para ulama fiqh dalam permasalahan yang menyangkut transaksi
dalam bidang perdata khususnya transaksi ekonomi, sebagai salah satu hak bagi
kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa
persoalan dalam transaksi dimaksud. Definisi khiyar dalam kitab Hasyiyatul
Jamali ialah hak memilih pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik
antara melanjutkan atau membatalkan sebuah transaksi.30
Secara terminology, para ulama fiqh telah mendefinisikan al-khiyar, antara
lain:
1. Menurut Sayyid Sabiq31 :
واللغاء مر من المضاء أ
اليار هو طلب خري األ
29 Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhîb al-Arba’ah (Beirût : Dar al-Taqwa,
2003), Juz II, h.131. 30 Sulaiman bin Umar al-Jamali, Hâsyiyah al-Jamali ‘alâ Syarh Manhaj al-Tullâb (Dâr
al- Fikr, t.th), Juz III, h.101. 31 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunah (Beirut: Dâr al- Fikr, 1983), Juz III, cet. Ke-4, h.164.
28
“Khiyar ialah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau
membatalkan (jual beli)”.
2. Wahbah al-Zuhaily mendefinisikan al-khiyar dengan:
ا للمتعا ن يكون للمتعاقد اليار بي إمضاء العقد وعدم إمضائه بفسخه رفقاقدين أ
“Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan
transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati
sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi”.
3. Menurut Muhaamad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani
اليار هو طلب خري األمرين من إمضاء ابليع أوفسخه
“Khiyar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, melanjutkan atau
membatalkan”.32
4. Menurut Abbas Satar Abu Gaddah, khiyar dalam istilah fiqih mempunyai
pengertian yang banyak sesuai dengan macam-macam khiyar lalu ia
meringkas pengertian khiyar:
.اليار هو حق العاقد ف فسخ العاقد أو امضائه لظهور مسوغ رشيع او بمقتىض اتفاق عقدى
32 Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nailu al-Authâr (Mesir: Maktabah
Mustafa al-Halabi,tth), jilid 5, h.209.
29
“Khiyar adalah hak orang yang berakal untuk membatalkan akad atau
meneruskannya karena ada alasan yang dibenarkan syariaht atau karena ada
kesepakatan akad.33
Jika dilihat dari sisi definisinya, guna khiyar ialah agar adanya pemikiran
matang-matang baik sisi negative maupun positif bagi kedua pihak sebelum
benar-benar memutuskan untuk jual beli. Hal ini untuk menghindari kerugian
yang terjadi dikemudian hari oleh kedua belah pihak.
Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam islam untuk menjamin kerelaan dan
kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi
memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti ketidak pastian
suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi,
khiyar ini yaitu jalan terbaik.34
3. Macam-Macam Khiyar
Khiyar itu ada yang bersumber dari syara’, seperti khiyar majlis, aib, dan
ru’yah. Selain itu, ada juga khiyar yang bersumber dari kedua belah pihak yang
berakad, seperti khiyar syarat dan ta’yin. Berikut ini akan dikemukakan
pengertian khiyar menurut para ulama :
33 Abdus Satar Abu Gaddah, al-Khiyâr wa Âtsâruhu fi al-Uqûd, Cet-2, (Kuwait:
Mathba’ah Maqhawi, 1985), Jilid 1, h.43 34 Amir Syarifudin, Fiqih Muamalah (Jakarta: Pranada Media, 2003, Cet. Pertama),
h.213.
30
1. Khiyar Majlis
Yaitu hak pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik antara
melangsungkan atau mengurungkan transaksi ketika kedua pihak masih berada
di majlis akad dan belum berpisah badan. Artinya transaksi dianggap sah apabila
kedua belah pihak yang melaksanakan akad telah berpisah badan, atau salah
seorang diantara mereka telah melakukan pilihan untuk menjual atau membeli.
Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat mengikat kedua
belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa.
Kadang-kadang terjadi, salah satu yang berakad tergesa-gesa dalam ijab
atau Kabul. Setelah itu, tampak adanya kepentingan yang menuntut
dibatalkannya pelaksanaan akad. Karena itu, syariat mencari jalan baginya untuk
ia dapat memperoleh hak munkin hilang dengan ketergesa-gesaan tadi. Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Hakim bin Hazam bahwa Rasulullah saw
bersabda:
رض ، حزام بن حكيم عن قا لم ام باليار ابليعان : قال وسلم عليه اهلل صىل انلب عن ، عنه الل يتفر
بيعهما بركة مقت وكتما كذبا وإن بيعهما ف لهما بورك وبينا صدقا فإن
“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama
belum berpisah. Jika keduanya benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam
31
jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka akan
dimusnahkanlah keberkahan jual beli mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)35
Artinya bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini mempunyai hak
antara melanjutkan atau membatalkan selama keduanya belum berpisah secara
fisik. Dalam kaitan pengertian berpisah dinilai sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Di rumah yang kecil, dihitung sejak salah seorang keluar. Dirumah
besar, sejak berpindahnya salah seorang dari tempat duduk kira-kira dua atau
tiga langkah. Jika keduanya bangkit dan pergi bersama-sama maka pengertian
berpisah belum ada. Pendapat yang diangap kuat bahwa yang dimaksud berpisah
disesuaikan dengan adat kebiasaan setempat.36
a. Masa Khiyar Majlis
Masa Khiyar Majlis akan berakhir dengan salah satu dari dua hal yakni
saling memilih (takhayur) atau berpisah (tafarruq):
1. Takhayur
Takhayur ialah keputusan pelaku transaksi antara memilih melangsungkan
atau mengurungkan transaksi ketika masih berada di majlis akad. Pelaku
transaksi, apabila telah menjatuhkan salah satu pilihan ini, masa hak khiyar
35 Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84 36 Sayyid Sabiq, Fiqh al- Sunnah (Beirût: Dâr al- Fikr, 1983), jilid III, cet. Ke-4, h.164.
32
majlisnya telah berakhir, kendati keduanya belum berpisah (tafarrruq) dari
majlis akad.37
2. Tafarruq
Tafarruq ialah terjadinya perpisahan kedua belah pihak pelaku transaksi
dari majlis akad. Batasan tafarruq merujuk kepada makna ‘urfi, karena tidak ada
batasan secara syar’i maupun lughawi. Tafarruq bisa terjadi. Dalam arti masa
hak khiyar kedua pelaku transaksi berakhir, meskipun hanya salah satu pihak
yang keluar dari majlis akad, sebab peristiwa tafarruq tidak bisa dipilah-pilah
layaknya takhayur diatas.38
2. Khiyar Aib
Yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua
belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang
diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad
berlangsung..39
37 Zakariya Anshori, Atsnâ al-Maṯâlib fi Syarhi Raudhi al-Ṯalib (Beirût: Dâr al-Kutub
al-Ilmiyah, 2000), juz 3, hal 90 38 Ibid., hal 91 39 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, cet.II, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),
h.130.
33
Jadi, dalam khiyar aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang
dibelinya, pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan meminta ganti
barang yang baik, atau kembali barang dan uang.
Dasar hukum khiyar aib, diantaranya sabda Rasulullah saw.:
خو المسلم : يقول وسلم عليه اهلل صىل اهلل رسول سمعت : قال ، عمر بن عقبة عن ل و ، المسلم أ
خيه من باع لمسلم يل ا أ .)رواه ابن ماجه( ل بينه إل عيب فيه بيعا
“Sesama muslim itu bersaudara; tidak halal bagi seorang muslim menjual
barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang itu terdapat ‘aib/cacat”.
(HR.Ibnu Majah)40
Khiyar ‘aib ini menurut kesepakatan ulama fiqh, berlaku sejak
diketahuinya cacat pada barang yang diperjualbelikan dan dapat diwarisi oleh
ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak
khiyar, menurut ulama hanafiyah dan hanabilah adalah seluruh unsur yang
merusak obyek jual beli itu dan mengurangi nilainya menurut tradisi para
pedagang. Tetapi menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah seluruh cacat yang
menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang diinginkan dari
padanya.
40 Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah (Maktabah
Abî al-Ma’âṯî), Juz 3, h.355.
34
a. Kriteria Aib
Kriteria aib yang bisa menetapkan hak khiyar aib ialah:
1. Aib qadim, yakni aib yang ada sebelum terjadi transaksi, atau ada
setelah transaksi namun sebelum terjadi serah terima barang, atau
ada bersamaan dengan serah terima barnag, dan atau ada setelah
serah terima barang namun merupakan akibat dari sebab yang
terjadi sebelumnya.
2. Aib yang mengurangi fisik barang yang bisa menafikan minat
pelaku transaksi.
3. Aib yang mengurangi fisik barang atau tidak, namun bisa
mengurangi harga pasaran.
4. Aib yang tidak wajar ditemukan pada fisik barang tersebut
b. Batas Akhir Hak Khiyar Aib
Hak khiyar aib akan berakhir dalam arti pelaku transaksi tidak
memiliki hak opsionaluntuk melangsungkan atau mengurungkan transaksi
lagi, apabila setelah mendapati aib terjadi hal-hal berikut:
1. Tidak segera mengembalikan (radd) komoditi
2. Komoditi telah dimanfaatkan, seperti dipakai, disewakan, dijual,
dan lainnya. Karena tindakan-tindakan seperti ini
35
mengindikasikan rela (ridla) dengan kondisi barang, dan
memilih untuk melangsungkan transaksi.41
3. Khiyar Ru’yah
Yaitu khiyar (hak pilih) bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal
jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad
berlangsung.
Jumhur ulama yang meliputi ulama Hanafiyah Malikiyah, Hanabilah, dan
Zahiriyah menyatakan bahwa khiyar ru’yah disyari’atkan dalam islam
berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang menyatakan:
ب هريرة قال قال رسول اللهو من اشتى شيئاا لم يره ف » -صىل اهلل عليه وسلم-عن أ
)رواه ادلار قطىن( باليار إذا رآه
“Siapa yang membeli sesuatu yang belum ia lihat maka ia berhak
khiyar apabilatelah melihat barang itu”. (HR. Dar al-Quthni dari Abu
Hurairah)42
Akad seperti ini, menurut mereka boleh terjadi disebabkan objek yang
akan dibeli itu tidak ada di tempat berlangsungnya akad, atau karena sulit dilihat
41 Musthafa Al-khin, al-Fiqh al-Manhaj ‘alâ Madzhab Imam Syâfi’î, juz 6, h. 21. 42 Abu Hasan Ali, Sunan al-Dâr quṯnî (Maktab al-Tahqîq), Juz.III, h.382.
36
seperti ikan kaleng (sardencis). Khiyar ru’yah menurut mereka, mulai berlaku
sejak pembeli melihat barang yang akan dibeli.
Akan tetapi, ulama Syafi’iyah dalam pendapat baru (al-mazhab al-jadid),
mengatakan bahwa jual beli barang yang ghaib tidak sah, baik itu disebutkan
sifatnya waktu akad maupun tidak. Oleh sebab itu, menurut mereka khiyar
ru’yah tidak berlaku, karena akad itu mengandung unsur penipuan yang boleh
membawa kepada perselisihan.43
4. Khiyar syarat
Yaitu hak pelaku transaksi untuk menentukan pilihan terbaik antara
melangsungkan atau mengurungkan transaksi yang berlaku atas dasar
kesepakatan muta’aqidain (pembeli dan penjual) terhadap sebuah klausul
(syarat) berupa batas waktu tertentu. Biasanya lama syarat yang diminta paling
lama tiga hari.44
Secara substansial, fungsi khiyar syarat merupakan perpanjangan waktu
dari hak opsional dalam khiyar majlis. Apabila hak opsional dalam khiyar majlis
terbatas hanya ketika pelaku transaksi masih berada dalam majlis akad, dan akan
43 Nasrun Harun, Fiqih Mu’amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet-ke2,
h.136 44 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirût: Dâr al-Fikr, 1983), h.165
37
berakhir begitu keduanya telah berpisah, maka dalam khiyar syarat hak opsional
tersebut masih berlangsung sekalipun kedua pihak telah berpisah, sampai batas
waktu yang disepakati.45
Seperti, seseorang berkata: Saya jual mobil ini dengan harga seratus juta
rupiah (Rp. 100.000.000,-) dengan syarat boleh memilih selama tiga hari. Dalam
kaitan ini Rasulullah saw. bersabda:
نت لال )رواه ابليهيق( ثلث ابتعتها سلعة ك ف باليار أ
“Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama
tiga hari tiga malam” (HR.Baihaqi)46
Hadis dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. bersabda:
عنهما ، انلب صىل اهلل عليه وسلم ك بيعي ل بيع قالعن ابن عمر رض الل
قا إل بيع اليار. بينهما حت يتفر
“Setiap dua orang melakukan jual beli, belum sah dinyatakan jual
beli itu sebelum mereka berpisah, kecuali jual beli khiyar.”47
45 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Mu’amalat, cet.II, (Kediri: Lirboyo Press,
2013), h.69. 46 Hasan bin Ali al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubrâ (al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf), Juz.v,
h.273 47 Abu Abdullah, al-Jâmi’ al-Shaḫîḫ (al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî,1987), Juz.III, h.84
38
Artinya, jual beli dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah bila mereka
berdua telah berpisah, kecuali bila disyaratkan oleh salah satu kedua belah pihak,
atau kedua-duanya adanya syarat dalam masa tertentu.
Jika masa waktu yang ditentukan berakhir dan akad tidak difasakhkan,
maka jual beli wajib dilangsungkan. Khiyar batal dengan ucapan dan tindakan
si pembeli terhadap barang yang ia beli, dengan jalan mewakafkan,
menghibahkan, atau membayar harganya, karena demikian itu menunjukkan
kerelannya.48
a. Masa Khiyar Syarat49
Masa Khiyar syarat ada batas minimal dan maksimal. Batas minimal masa
khiyar syarat adalah masa sebentar yang telah diketahui, seperti satu jam. Dan
batas maksimalnya ialah tiga hari tiga malam. Limitasi pada tiga hari tiga mala
mini, disamping berdasarkan hadits, juga didukung alasan rasional bahwa, tiga
hari adalah masa yang secara galib telah cukup untuk membuat pertimbangan
secara matang.
48 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 165 49 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah, h. 70
39
b. Akhir Masa Khiyar Syarat
Masa khiyar syarat akan berakhir dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Habisnya batas waktu khiyar yang telah disyaratkan pelaku transaksi.
2. Memutuskan untuk melangsungkan transaksi atau mengurungkannya.
3. Mentasharufkan komoditi dalam masa khiyar dengan bentuk tasaruf
yang umumnya hanya legal dilakukan oleh pemilik.
5. Khiyar Ta’yin
Yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda
kualitas dalam jual beli. Contoh, pembelian keramik: ada yang berkualitas super
(KW1) dan sedang (KW2). Akan tetapi, pembelian tidak mengetahui secara
pasti mana keramik yang super dan berkualitas sedang. Untuk menentukan
pilihan itu ia memerlukan pakar keramik dan arsitek. Khiyar seperti ini, menurut
hanafiyah yaitu boleh, dengan alasan bahwa produk sejenis yang berbeda
kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh
pembeli, sehingga ia memerlukan bantuan seorang pakar. agr pembeli tidak
tertipu dan agar produk yang ia cari sesuai dengan keperluannya, maka khiyar
ta’yin dibolehkan.50
50 Nasrun Harun, Fiqih Mu’amalah, h.132
40
Akan tetapi, jumhur ulama fiqh tidak menerima keabsahan khiyar ta’yin
yang dikemukakan ulama Hanafiyah ini. Alasan mereka, dalam akad jual beli
ada ketentuan bahwa barang yang diperdagangkan (al-sil’ah) harus jelas, baik
kualitasnya, maupun kuantitasnya. Dalam persoalan khiyar ta’yin, menurut
mereka, kelihatannya bahwa identitas barang yang akan dibeli belum jelas. Oleh
karena itu, ia termasuk ke dalam jual beli al-ma’dum (tidak jelas identitasnya)
yang dilarang syara’.
Ulama Hanafiyah yang membolehkan khiyar ta’yin mengemukakan tiga
syarat untuk sahnya khiyar ini, yaitu:
a. Pilihan dilakukan terhadap barang sejenis yang berbeda kualitas dan
sifatnya.
b.Barang itu berbeda sifat dan nilainya.
c. Tenggang waktu untuk khiyar ta’yin itu harus ditentukan yaitu menurut
Imam Hanifah tidak boleh lebih dari tiga hari.
Khiyar ta’yin, menurut ulama Hanafiyah, hanya berlaku dalam transaksi
yang bersifat pemindahan hak milik yang berupa materi dan mengikat bagi
kedua belah pihak, seperti jual beli.
41
4. Hikmah Khiyar
Diantara hikmah khiyar sebagai berikut:
a. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip prinsip
islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
b. Mendidik masyarakat agar hati-hati dalam melakukan akad jual beli,
sehinga pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-benar
disukainya.
c. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barang.
d. Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun
pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.
e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar
sesama. Adapun ketidak jujuran atau kecurangan pada akhirnya akan
berakibat dengan penyesalan, dan penyesalan di salah satu pihak dapa
mengarah kepada kemarahan, kedengkian, dendam, dan akibat buruk
lainnya.51
51 Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat (Jakarta : Kencana Media Group,
2010, Cet. Pertama), h.104.
42
F. Review Studi Terdahulu
Dalam rangka mendukung penelaahan yang lebih komprehensif, penyusun
berusaha untuk melakukan kajian awal pustaka atau karya-karya yang memiliki
relevansi terhadap obyek yang akan diteiti. Sejauh pengamatan penulis, kajian
terhadap penerapan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat belum ada yang meneliti,
namun ada beberapa karya yang terkait dengan permasalahan prinsip khiyar
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Review Studi Terdahulu
Peneliti dan
Judul
Jenis
Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Sri Sumaryanih,
2003: Fakultas
Syariah dan
Hukum/Perbankan
Syariah UIN
Jakarta; “Khiyar
dalam Jual Beli
Menurut Hukum
Islam dan
Hukum Perdata”
Penelitian
kualitatif
dengan
metode
library
research dan
comparative
research
khiyar dalam hokum islam
dengan hokum perdata
mempunyai tujuan yang
sama yaitu mewujudkan
ketertiban dan keamanan dan
melindungi Hak Asasi
Manusia.
Membahas
perbandingan konsep
khiyar antara hokum
islam dengan hokum
perdata
Tidak ada penelitian
terhadap penerapan
khiyar di lapangan
Memberikan
penjelasan
mengenai
konsep
khiyar dan
menggunaka
n metode
penelitian
lapangan
Hafiz Juliansyah,
2011: Fakultas
Syariah dan
Hukum/Perbankan
Syariah UIN
Penelitian
kuantitatif,
yang terdiri
dari variable
tauhid,
Dari kelima variable tersebut
hanya variable tauhid dan
keseimbangan yang
mempengaruhi etika bisnis
Islam.
Orientasinya kepada
prinsip umum jual beli
islam
Membahas
etika bisnis
islam dan
lokasi
penelitan
43
Jakarta “Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Etika Bisnis
Islam Pedagang
Pasar Ciputat”
keseimbangan
, kehendak
bebas,
tanggung
jawab, ihsan.
Teknik sample dilakukan
menggunakan probability
sampling method
Objek penelitian
hanya pedagang pasar
ciputat
bertempat di
Pasar
Tradisional
Ciputat
Singgih Raditya
Dhuhri, 0202;
Fakultas Hukum
Universitas Islam
Indonesia
Yogyakarta
“Implementasi
Prinsip Khiyar
dalam E-
Commerce”
penelitian
hokum
normative
bersifat
deskriptif
dengan
menggunakan
metode
kualitatif..
khiyar pada e-commerce
dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara pelaku
usaha atau penjual dengan
para konsumen tentang
adanya pembatalan
perjanjian maupun
pengembalian terhadap suatu
barang yang memiliki
kerusakan atau cacat
tersembunyi.
Obyek penelitian
focus tentang
pelaksanaan hak
khiyar dalam praktek
perdagangan melalui
elektronik (e-
commerce)
Menjelaskan
prinsip
khiyar dan
praktiknya di
lapangan
dengan hasil
wawancara
antar penjual
dan pembeli
44
BAB III
PASAR DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Pengertian pasar dalam Ilmu Ekonomi, adalah pertemuan antara pembeli-
pembeli dan penjual-penjual (konsumen dan produsen) untuk suatu keinginan
menentukan kondisi bagi pertukaran sumber daya (barang dan jasa) atau
dengan kata lain merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran yang
tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat.52
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pasar adalah tempat terjadinya
transaksi jual beli (penjual dan pembeli) yang dilakukan oleh penjual dan
pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Sedangkan aktivitas usaha
yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek pokok, yaitu
produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut mempu nyai peranan yang
sangat besar terhadap pembentukkan harga barang di pasar.
52 Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian (Jakarta : Salemba Empat, 1995), h.14.
45
William J. Stanton memaparkan tentang definisi pasar: “orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan uang untuk belanja serta
kemauan untuk membelanjakannya”. Dari definisi ini terdapat tiga unsur
penting didalam pasar yaitu :
a. Orang dengan segala keinginannya
b. Daya beli mereka
c. Kemauan untuk membelanjakannya
Bertemunya antara penjual dan pembeli dalam pasar disebabkan oleh suatu
barang untuk menentukan harga. Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga
dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan
kekuatan penawaran yang mana pertemuan permintaan dengan penawaran
tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang terpaksa
untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.53
Islam melarang kita atas perbuatan zalim yang mengakibatkan kerugian
kepada orang lain. Dan Islam memerintahkan kita untuk berlaku adil dengan
adanya prinsip saling rela dalam jual beli. Sedangkan setiap bentuk
ketidakadilan dilarang.
53 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT Indonesia, November 2003),
cet ke-2, h.36
46
Dalam surat An-nisa’ ayat 29 disebutkan:
ن تكون تارةا عن تراض موالكم بينكم بابلاطل إل أ
كلوا أ
ين آمنوا ل تأ ها ال ي
منكم يا أ
ا كن بكم رحيما نفسكم إن الل ) QS.al-Nisa (4) 29)ول تقتلوا أ
Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
(al-Nisa (4) 29)
2. Jenis-Jenis Pasar
Mengingat luasnya ruang lingkup pasar, maka pembagian pasar
didasarkan dalam beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :
a. Berdasarkan wujudnya dibedakan menjadi :
1. Pasar konkret (pasar nyata) merupakan pasar yang menunjukkan
suatu tempat terjadinya hubungan secara langsung (tatap muka) antara
pembeli dan penjual. Barang yang diperjualbelikan pun berada di
tempat tersebut. Misalnya pasar-pasar tradisional dan swalayan.
2. Pasar abstrak (tidak nyata) merupakan pasar yang menunjukkan
hubungan antara penjual dan pembeli, baik secara langsung maupun
tidak langsung, barangnya tidak secara langsung dapat diperoleh
pembeli. Misalnya pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
47
b. Berdasarkan luas jangkauannya pasar dibedakan menjadi :
1. Pasar local merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan
pembeli dari berbagai daerah atau wilayah tertentu saja
2. Pasar nasional merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan
pembeli dari berbagai daerah atau wilayah dalam suatu Negara.
3. Pasar internasional penjual dan pembeli dari berbagai Negara.54
c. Berdasarkan cara transaksinya, dibedakan menjadi berikut:
1. Pasar Tradisional, adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat
tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu
secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar
menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan
merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini
sangat berbeda dengan pasar modern.
2. Pasar Modern, adalah tidak banyak berbeda dari pasar tradisional,
namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara
langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
54 Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen (Bandung: PT Refika Adimatama,
2005), cet ke-III, h.89
48
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga.55
3. Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah tempat pembeli dan penjual melakukan transaksi
secara langsung dan disertai dengan proses tawar menawar. Barang yang
diperjualbelikan merupakan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti
makanan, kue, buah-buahan, pakaian, barang elektronik, dan jasa.
Biasanya setiap pasar tradisional diberi nama. Ada yang diberi nama
menurut tempatnya, seperti Pasar Jatinegara dan Pasar Palmerah. Ada yang
diberi nama menurut hari, seperti Pasar Jumat, Pasar Rebo, dan Pasar Senen.
Ada juga yang diberi nama menurut barang yang diperdagangkan, seperti pasar
hewan yang hanya menjual hewan, pasar buah yang khusus menjual buah, pasar
beras yang hanya menjual beras, dan pasar sayur mayur yang hanya menjual
sayur mayur. Pasar tradisional semacam itu disebut juga pasar induk. Di pasar
inilah para pedagang membeli barang dagangan untuk dijual kembali di tempat
lain.
55 Andini Elizabeth, “Pasar Tradisional dan Pasar Modern”, artikel diakses pada 11
september 2014 dari http://andinielizabeth.wordpress.com/2013/04/17/pasar-tradisional-dan-
pasar-modern.
49
Bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya
digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah. Adapun
losnya digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging.
Ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan
secukupnya, dan tanpa pendingin udara. Kebersihan juga sering kurang terjaga.
Sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan,
pasar tradisional terlihat becek dan kotor.
Namun, saat ini pengelolaan pasar tradisional mulai ditingkatkan. Genangan
air, lingkungan kumuh, dan suasana berdesak-desakan jarang terlihat di pasar
tradisional. Kini pasar tradisional semakin bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Kegiatan jual beli di pasar tradisional terjadi karena ada dua pihak yang mau
menjual dan membeli. Kedua pihak ini melakukan tawar menawar harga.
Penjual berusaha menawarkan barang dengan harga setinggi-tingginya.
Sebaliknya, pembeli berupaya mendapatkan harga serendah-rendahnya.
Kegiatan jual beli pun terjadi setelah ada kesepakatan harga di antara keduanya.
50
B. Pasar Tradisional Ciputat
1. Sejarah Singkat
Tidaklah banyak orang yang tahu bahwa pasar tersebut dulunya adalah
sebuah panti asuhan yang bernama Panti Asuhan Aria Putera. Nama Aria Putera
sendiri lahir karena letak panti asuhan itu berada di Jalan Aria Putera. Bukan
hanya Panti Asuhan Aria Putera saja yang hilang berganti menjadi Pasar Ciputat,
namun banyak pula hal-hal yang telah hilang dari Ciputat kini.
Ketika Panti Asuhan Aria Putera masih ada, Ciputat memiliki terminal bus.
Pada tahun 1988 PEMDA Kabupaten Tangerang mengalihfungsikan panti
asuhan tersebut menjadi pasar, karena pada saat itu Ciputat telah menjadi pusat
lalu lintas utama menuju kota Jakarta dan dinilai butuh sebuah pasar yang mapan
dan efektif untuk menjadi sebuah pasar tradisional. Pada awal berdirinya, pasar
ini hanya beroperasi dua minggu sekali, kemudian berkembang menjadi
seminggu sekali, hingga kini menjadi 24 jam, dengan luas sekitar 70 meter.56
Menurut Dani Ardani, S.E. selaku kepala pasar, awal mulanya ada tiga
pasar tradisional yaitu : pasar ciputat, pasar desa cipayung, dan pasar Pemda
(Pemerintah Daerah). Ketiga lokasi tersebut berada pada kawasan desa.
Kemudian, pada tahun 1992 terjadi musibah kebakaran pada ketiga pasar
56 Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Rona Pasar Ciputat”, artikel diakses pada 10
oktober 2014 dari http://akumassa.org/program/ciputat-tangerang-selatan/serba-serbi-pasar-
ciputat
51
tersebut, lalu kemudian atas desakan pedagang melalui Kumpulan Pedagang
(KOPAH), dari hasil musyawarah antar pedagang, akhirnya ketiga pasar
tersebut kembai dibangun dan dielaborasikan menjadi satu nama, yaitu pasar
ciputat.
Memasuki periode 90-an pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai
dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putera.
Wilayah pasar ciputat meliputi Masjid Agung al Jihad, kantor Ranting Veteran,
Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang
seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri.
Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibuat pada tahun 2007,
memberikan respon positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi
Ciputat..
Pasar Ciputat sudah banyak mengalami kemajuan seiring dengan
terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Hal lain yang tidak lepas dari
permasalahan pasar Ciputat yang menyebabkan kemacetan adalah pedagang
kaki lima yang berada di sepanjang jalan Pasar Ciputat. Sebelum Pasar Ciputat
menjadi Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini menikmati
jualan mereka karena tidak ada yang mengusik, namun setelah pembentukan
Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini selalu mengalami
penggusuran lahan pada pagi hari pukul 06.00-09-00 WIB dan sore hari pada
52
pukul 15.00-18.00 WIB. Pengawasan Satpol PP setiap hari menjadi momok
menakutkan bagi mereka sebagai pedagang kaki lima karena akan berpangaruh
terhadap penghasilan mereka. 57
2. Profil Umum
Pasar Ciputat berdiri dengan tiga lantai yaitu lantai basement, lantai dasar,
dan lantai atas. Tersebar atas dua bagian yaitu pasar barat dan pasar timur.
Mayoritas pedagangnya dipadati oleh orang-orang ciputat dan sekitarnya.
Selain itu terdapat juga pedagang yang berasal dari luar daerah seperti Banten,
Padang, Madura, dan lain-lain.
Lantai basement Pasar Ciputat banyak diisi oleh pedagang sembako, sayur
mayur, dan perhiasan, lantai dasar diisi oleh pedagang baju, sepatu, dan toko
lain. Selanjutnya untuk lantai satu sendiri diisi oleh pedagang-pedagang baju,
perlengkapan sekolah, dan toko kain. Sedangkan pada lantai atas tidak jauh
berbeda dengan lantai dasar yang kebanyakan pedagangnya penjual baju, sepatu,
pakaian dalam, kain, dan kerudung. Namun, dilantai atas tidak terlalu ramai oleh
57 Ahmad Reza Safitri, “Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang
Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h.34.
53
pedagang karena terdapat beberapa kios belum terisi dan masih banyak kios-
kios yang kosong.
Ada dua kubu di Pasar Ciputat, yaitu kubu pasar sebelah barat dan sebelah
timur. Antara dua kubu ini dipisahkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) sampai
sepanjang jalan H.Usman. Beraneka ragam barang jualan pun didagangkan
antara lain, ikan basah, ayam, daging, sembako, dan komoditi non-pangan
seperti pakaian, sandal, mainan anak dan lainnya.
Ada sebuah lorong yang merupakan sebuah jalan pemisah antara pasar
barat dan pasar timur yang atapnya merupakan sambungan dari kedua kubunya.
Lorongan ini merupakan sebuah sarana jalan lalu lintas umum dan bahu-
bahunya telah digunakan sebagai sarana berjalan oleh Pedagang Kaki Lima.
Ada pula tempat lain yang disebut ruang polycarbonet, merupakan ruang
dagang yang berbentuk los-los. Begitu pula kavling sebagai ruang dagang bagi
para PKL. Adapun beberapa ruko dan plaza adalah ruang dagang komersil yang
dikelola oleh perusahaan PT. Batavia Multi Sarana yang bekerjasama dengan
pemda Tangerang Selatan.
Adapun mengenai jumlah pedagang pasar tradisional ciputat tampaknya
belum bisa diperkirakan secara pasti. Hal ini berdasarkan kepada banyaknya
para pedagang kaki lima di area pasar dan disamping itu banyak kios-kios yang
54
kosong di dalam gedung pasar. Karena mereka lebih memilih berjualan di
trotoar jalan yang berdampak kepada kemacetan.
Namun, mengenai luas pasar Ciputat, secara keseluruhan pasar Ciputat
luas tanahnya 5670 m2 dengan luas bangunan 14516 m2 , yang terdiri dari :
Lantai basement 4839 m2, lantai satu 4839 m2, lantai dua 4839 m2. Berikut
pembagiannya :
Tabel.3.1. Pembagian Luas Pasar Ciputat58
No. Lantai Basement Lantai Dasar Lantai atas
1. Blok AK yang berisi kios-
kios
Blok CK yang
berisi kios-kios
Blok EK yang
berisi kios-kios
2. Blok BK yang berisi kios-
kios
Blok DK yang
berisi kios-kios
Blok FK yang
berisi kios-kios
3. Blok BL yang berisi los Blok GK yang
berisi kios-kios
58 Muhammad Azhar, “Pengaruh Keberadaan Pusat Perbelanjaan Modern Terhadap
Pasar Tradisional Ciputat”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.35
55
3. Struktur Organisasi59
59 Wawancara Pribadi dengan Pak Joko. Jakarta, 11 Oktober 2014
Dani Ardani, SE.
56
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
Pasar Tradisonal Ciputat sudah terkenal sebagai sentral perbelanjaan oleh
masyarakat sekitar. Tak sedikit masyarakat dari luar daerah juga mengunjungi
pasar ini, factor harga yang relative murah serta negosiasi antara penjual dan
pembeli yang terjadi secara hangat membuat semakin banyak pengunjung yang
ingin berbelanja di pasar ini. Namun banyaknya pembeli, belum tentu menjamin
pasar itu menerapkan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip khiyar salah
satunya yang hampir tidak dipedulikan bagi pelaku transaksi di pasar.
Berikut ini akan membahas seputar khiyar dengan bagaimana
penerapannya dalam dunia pasar tradisonal. Beberapa informasi telah kami
dapat dari hasil kajian lapangan mengenai masalah khiyar di Pasar Ciputat.
A. Khiyar dalam Jual Beli di Pasar Tradisional Ciputat
Analisis kualitatif mengawali diskusi pada bab ini. Dari hasil temuan studi
ini menunjukkan bahwa kurangnya terealisasi praktik khiyar secara sempurna.
Sebagian pedagang belum sepenuhnya mengenal konsep khiyar dalam islam,
meskipun beberapa ada yang sudah melakukannya. Seringkali para pedagang
57
retail tradisional acuh terhadap kenyamanan dan keamanan para konsumen tidak
sebagaimana yang dilakukan retail modern.
Dalam pengamatan ini tidak semua pedagang peneliti masukkan dalam
penelitian, peneliti membatasi pada 3 jenis komoditi pedagang. Yaitu Pedagang
Pakaian, Pedagang Alat-alat tulis, Pedagang Elektronik. Adapun ketiga
pedagang yang berjualan pada tahun 2013-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Komoditi Pedagang Pasar Ciputat60
No. Komoditi Dagangan Jumlah Pedagang
1 Pakaian 148
2 Alat-Alat Tulis 15
3 Elektronik 22
1. Pedagang Pakaian
Pedagang pakaian ialah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang di
bidang pakaian. Berdasarkan temuan, pedagang pakaian ini lebih berpotensi
akan terjadinya hak khiyar dalam transaksi jual beli karena konsumen biasanya
belum langsung pas dengan pembeliannya. Misalnya terkadang ada pembeli
60 Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang, Data
Pedagang Aktif. Tahun 2013
58
yang ukuran atau warna pakaian tidak sesuai. Peristiwa seperti ini sering terjadi
di Pasar.
Pak Nani salah satu pedagang pakaian yang saat ini masih berjualan di
pasar ciputat, beliau mengaku sering menghadapi pembeli yang meminta
penukaran barang. “Dulu pernah ada pembeli (wanita) yang membeli baju, baru
sampai depan toko saya ia kembali lagi ingin membatalkannya dengan alasan
yang tidak jelas. Ya saya tidak diterima, karena ini sudah ada akad diawal
kecuali barangnya rusak.” Tutur Nani. “Biasanya orang yang beli baju disini,
sering datang kembali untuk menukar baju yang tidak cocok baik ukuran
maupun warna. Kalau itu saya terima biasanya dikasih waktu 2 hari.” Tambah
Nani. 61
Sebagian pedagang disana telah menciptakan pemahaman bahwa transaksi
dianggap sah apabila kedua belah pihak telah serah terima barang dengan uang.
Mereka berdalih bahwa uang yang sudah diterima penjual dan barang yang
sudah diterima pembeli kedua-duanya tidak dapat kembali.
Khiyar aib mayoritas telah diterapkan dalam jual beli pakaian. Selain itu,
beberapa penjual juga menerapkan kesepakatan pengembalian atau pembatalan
barang yang dibeli dalam beberapa waktu, yang disebut khiyar syarat. Terkait
61 Wawancara Pribadi dengan Pak Nani, berprofesi sebagai pedagang busana dan batik
di Pasar Ciputat sejak tahun 2008, umur 42 tahun. Jakarta, 16 Oktober 2014
59
khiyar majlis, beberapa pedagang pakaian yang menjadi informan mengaku
tidak menerapkannya, tapi sebagian kecil saja yang menerapkan.
2. Pedagang Alat-alat Tulis
Pedagang alat tulis kantor (ATK) di pasar ciputat terhitung sedikit
jumlahnya, menurut data yang diambil dari PD. Pasar Niaga, jumlah pedagang
alat-alat tulis kantor berjumlah 15 pedagang. Lokasi berjualan mereka terpisah
dibeberapa lokasi pasar. Ukuran toko mereka pun berbagai macam ukuran dan
bentuk.
Pak Andi salah satu pedagang berbagai macam alat-alat tulis kantor di
pasar ciputat, beliau berjualan sejak tahun 2006. Berikut diantara jualan Andi
yaitu buku tulis, pulpen, pensil, papan tulis, tas sekolah, dan lainnya. Menurut
Pak Andi, beliau belum mengenal khiyar namun sudah mempraktikkan
kesepakatan penukaran barang dalam jual beli. “Biasanya konsumen saya itu
ibu-ibu yang seringkali membelikan alat tulis untuk anaknya, biasanya ibu itu
tidak membawa anaknya. Saat itu lah sang ibu membeli barang dengan
kesepakatan saat transaksi bahwa barangnya akan ditukar dalam beberapa waktu
jika anaknya tidak cocok.” Jelas Pak Andi. 62
62 Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi yang berprofesi sebagai penjual
perlengkapan sekolah dan alat-alat tulis kantor sejak tahun 2006, umur 32 tahun. Jakarta, 16
Oktober 2014
60
Khiyar aib tidak terlalu sering terjadi pada pedagang alat tulis. Hal tersebut
dikarenakan pembeli dapat dipastikan bisa mencoba dan mengecek barang
sebelum dibeli. Sedangkan khiyar majlis semua informan yang diwawancarai
mengaku tidak menerapkan khiyar tersebut karena merasa dirugikan oleh pihak
pembeli.
3. Pedagang Elektronik
Pedagang elektronik ialah mereka yang melakukan kegiatan dagang di
bidang alat-alat elektronik. Pedagang elektronik di pasar ciputat terhitung tidak
terlalu banyak jumlahnya, sama seperti pedagang alat tulis. Menurut data dari
Divisi Pengelolahan Pasar, jumlah pedagang elektronik yang terhitung
berjumlah sekitar 22 pedagang. Lokasi yang menjadi area berjualan pedagang
elektronik tersebar di seluruh area pasar ciputat.
Ibu Ira merupakan salah satu pedagang elektronik yang berjualan di pasar
ciputat. Beliau berjualan elektronik di pasar ciputat sejak tahun 2009, mudahnya
akses pembeli untuk datang ke pasar merupakan alasan kenapa beliau memilih
pasar ciputat untuk berjualan. Menurutnya pembeli pernah salah dan penjual pun
bisa salah. Apa salahnya jika seorang pembeli menukarkan pembeliannya
setelah bertransaksi selama ada cacat pada barang yang dibeli. Karena jika tidak
61
demikian pembeli akan merasa menyesal dan terpaksa membeli barang itu. Dan
ini jalannya untuk menghilangkan keterpaksaan dalam jual beli barang.63
Ibu Ira mengaku pernah menjual barang yang terdapat cacat tersembunyi
pada barang. “Awalnya saya dan pembeli sama-sama tidak tahu kalau ada
cacat/rusak dalam barang yang mau dibeli. Biasanya setelah sampai dirumah
didapati ada cacat dalam barang, itu tidak apa-apa kita bisa menukar dengan
barang baru, biasanya ini dalam waktu 1 minggu. Jika lebih dari itu, bisa juga
diservis gratis ke pabriknya. Karena setiap barang disini terikat dengan garansi
barang sampai 1-3 tahun.
B. Sifat Pelaksanaan Khiyar Dalam Pasar
Khiyar majlis merupakan hak menentukan pilihan terbaik antara
melangsungkan atau mengurungkan transaksi ketika keduanya masih dalam satu
majlis akad. Khiyar ini belum serempak diaplikasikan di pasar ciputat, bahkan
dari hasil survei penulis hanya ada beberapa pedagang saja, sedangkan
mayoritas mereka tidak menerapkannya. Sebab sebagian pedagang disana telah
menciptakan pemahaman bahwa transaksi dianggap sah apabila kedua belah
pihak telah serah terima barang dan uang dengan alasan bahwa uang yang sudah
diterima penjual dan barang yang sudah diterima pembeli kedua-duanya tidak
63 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ira Ratnasari seorang penjual elektronik sejak 2009,
umur 29. Jakarta, 15Oktober 2014.
62
dapat kembalikan. Hal ini untuk mendorong pembeli agar sebelum akad
berlangsung perlu berpikir matang-matang supaya tidak menyesal setelahnya.
Khiyar syarat merupakan dispensasi menentukan pilihan terbaik antara
melanjutkan atau mengurungkan transaksi yang berlaku atas dasar kesepakatan
terhadap syarat berupa batasan waktu tertentu. Khiyar ini diterapkan sebagian
pedagang di pasar ciputat dan sering terjadi ketika pembeli membelikan barang
untuk orang lain yang seringkali tidak sesuai, maka barang tersebut dapat
dikembalikan sesuai kesepakatan. Waktu batasan khiyar ini biasanya 1-3 hari
sesuai dengan yang disyari’atkan islam. Jika pembeli tidak melakukan
pembatalan akad sampai pada hari yang ditentukan maka jual beli dianggap sah.
Khiyar aib merupakan hak membatalkan atau melangsungkan jual beli
bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek.
Khiyar ini menjadi khiyar mayoritas yang diterapkan di pasar ciputat.
Kebanyakan pedagang menerapkannya ketika pembeli merasa dirugikan dalam
membeli barang yang didapati cacat atau rusak pada barang. Namun sebagian
pedagang ada yang tidak menerapkannya karena barang sudah diteliti sebelum
dibeli. Maka barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dibatalkan lagi.
63
Tabel 4.2. Penerapan Khiyar
No. Jenis Khiyar Jumlah Penerapan (%)
1. Khiyar majlis 20 %
2. Khiyar syarat 65 %
3. Khiyar aib 80 %
C. Problematika Yang Terjadi Seputar Khiyar
Setelah menelusuri kegiatan jual beli para pedagang pasar ciputat,
sebenarnya mereka telah menerapkan beberapa ketentuan-ketentuan khiyar
dalam islam. Namun sayangnya, istilah praktek khiyar menurut islam tidak
diaplikasikan secara menyeluruh. Padahal sejatinya, setiap pedagang perlu
mengetahui konsep khiyar yang harus diikuti dengan pengetahuan macam-
macam khiyar menurut islam karena hal tersebut konsep dasar dalam jual beli.
Istilah nama khiyar sendiri dalam dunia pasar belum begitu kental di telinga
masyarakat. Bahkan hampir tidak dikenal oleh kalangan penjual dan pembeli.
Maka tidak heran jika sering terjadi konflik jual beli.
Akhirnya, pembeli yang ingin mengurungkan pembeliannya karena suatu
hal menjadi tidak terlaksana karena pedagang yang awam tentang akad khiyar.
64
Ini menjadi fatal karena bisa memicu perselisihan jika si pembeli bertekad untuk
menuntut pengembalian barangnya.
Adapun kebiasaan lainnya yang menjadi pemandangan sehari-hari dan
sering dilakukan. Dimana seringkali penjual mencantumkan pernyataan di
kuitansi jual beli bahwa “Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”.
Dengan pernyataan seperti ini, maka pihak penjual menolak atau tidak menerima
adanya khiyar. Hal ini banyak dilakukan oleh para penjual di toko-toko. Dengan
melakukan hal ini maka penjual menutup pintu khiyar bagi pembeli.
Padahal khiyar itu disyariatkan atau dibolehkan dalam islam karena bisa
jadi ada syarat yang tidak terpenuhi atau cacat yang tidak diketahui oleh pembeli
sehingga ada pihak yang tidak ridha atau merasa dirugikan.
Selain diatas, ada juga permasalahan khiyar lainnya seperti pembeli
meminta tambahan harga atau jumlah barang ketika akad transaksi (ijab kabul)
sudah dilakukan kedua belah pihak sebelumnya. Hal ini memang sering terjadi
di pasar-pasar. Biasanya pembeli dengan seenaknya meminta potongan harga
atau penambahan jumlah barang, padahal barangnya tidak ada masalah (cacat)
yang disebabkan penjual, apalagi ditambah dengan ancaman kalau tidak
dikabulkan permintaannya, dia akan membatalkan jual beli. Hal ini mengotori
akad transaksi yang seharusnya dilakukan dengan saling ridho dan taat terhadap
perjanjian yang berlaku.
65
Seandainya pun si penjual menerima permintaan pembeli tersebut maka
bisa dalam keadaan terpaksa dan hal ini bisa menimbulkan ketidakridhaan atau
keterpaksaan dari pihak penjual. Maka ketika salah satu pihak tidak ridha maka
Allah Swt mencabut keberkahaan dari akad tersebut.
D. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam
Islam telah merumuskan perkara saling rela dalam proses jual beli sebagai
landasan utama. Transaksi dianggap sah menurut islam apabila proses jual beli
tersebut memenuhi unsur saling rela antar kedua belah pihak. Kerelaan antara
kedua belah pihak dalam bertransaksi syarat mutlak keabsahannya. Berdasarkan
firman Allah swt dalam QS. An-nisa (4):29, dan hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah
: “Jual beli haruslah atas dasar kerelaan (suka sama suka)”.64
Islam mengajarkan kita sikap menumbuhkan ketentraman dan
kebahagiaan dalam jual beli. Demikian itu akan terwujud dengan membangun
rasa kepuasan pada masing-masing pihak. Penjual akan melepas barang
dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang, sedangkan pembeli
memberikan uang dan menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan
64 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), h. 105.
66
demikian jual beli juga dapat mendorong adanya saling bantu dalam kehidupan
sehari-hari.
Maka hak khiyar ditetapkan dalam Islam untuk mengatur kerelaan dan
kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi
memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti ketidakpastian
suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi,
khiyar ini yaitu jalan terbaik.65
Dalam persoalan khiyar, islam telah mengatur secara rinci. Adapun
praktiknya di dunia pasar berbeda-beda karena tidak sepenuhnya berpedoman
kepada ketentuan syariah islam. Berikut beberapa ulasan yang kami simpulkan
bedasarkan penelitian lapangan:
Tabel 4.1. Ulasan Kesesuaian Praktik Khiyar
Jenis
Khiyar
Dasar
Pensyari’atan
Ketentuan Islam Praktik di Pasar
Khiyar
Majlis
Rasulullah Saw
bersabda: “Dua
orang yang
melakukan jual
beli boleh
melakukan
khiyar selama
belum berpisah.
Jika keduanya
Diterapkan pada
transaksi yang
bertujuan mencari
keuntungan (akad al-
mu’awadhah).
Berlaku dimulai
setelah ada ijab dan
Praktek khiyar ini masih jarang
ditemui dalam kasus jual beli di
pasar.
Biasanya boleh dilakukan
sebelum pembeli keluar dari toko
atau mengakhiri jual beli dengan
berkata sepakat membeli.
65 Lihat Amir Syarifuddin, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Pranada Media, 2003), h. 213.
67
benar dan jelas
maka keduanya
diberkahi dalam
jual beli mereka.
(HR. Bukhari dan
Muslim)
qabul dan berakhir
dengan perpisahan.
Batas waktunya
berpijak pada
kehendak para pelaku
transaksi.
Biasanya pihak penjual
memberikan tenggang waktu
selama pembeli belum
meninggalkan toko saja. Apabila
pembeli telah pergi maka khiyar
majlis tidak berlaku. Itu pun
harus dengan alasan tertentu.
Khiyar
Syarat
Rasulullah Saw
bersabda: “Kamu
boleh khiyar
(memilih) pada
setiap benda yang
telah dibeli
selama tiga hari
tiga malam”
(HR.Baihaqi)
Batasan khiyar selama
3 hari, ada yang
berendapat boleh lebih
dari itu tergantung
kebutuhan komoditi,
pendapat yang rajih
diserahkan kepada
kedua pihak tanpa ada
batasan waktu tertentu
tanpa melebihi
kebiasaan yang
berlaku.
Waktu berlakunya
khiyar ini dimulai
sejak transaksi hingga
selesai masa tenggang
yang disepakati.
Apabila telah berlalu
masa tenggang tersebut
dan belum ada
penggagalan transaksi
maka transaksi
dianggap sempurna
dan telah terjadi.
Penjual biasanya memberikan
tenggang waktu hanya 1 sampai 2
hari. Penjual ingin waktu secepat
mungkin karena mereka
mengkhawatirkan barang yang
dibeli akan cacat ditangan
pembeli.
Ketika sudah disepakati hak
memilih sampai 2 hari, namun si
pembeli tidak melakukan apa-apa,
maka perjanjian ini dianggap
batal.
Biasanya dalam menentukan
masa tenggang waktu lebih
kondisional. Jika jarak dari rumah
ke pasar dekat masa tenggang
hanya 1 hari. Bila jarak jauh bisa
sampai 2-3 hari.
68
Khiyar
‘Aib
Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesama muslim
itu bersaudara;
tidak halal bagi
seorang muslim
menjual
barangnya
kepada muslim
lain, padahal
pada barang itu
terdapat
‘aib/cacat”.
(HR.Ibnu Majah)
Berlangsung saat
barang yang
ditransaksikan itu cacat
atau alat penukarnya
berkurang nilainya dan
itu tidak diketahui oleh
pembeli.
Pembeli tidak
mengetahui bahwa
pada barang itu ada
cacat ketika akad
berlangsung
Ketika akad
berlangsung, pemilik
barang atau penjual
tidak mensyaratkan
bahwa apabila ada
cacat tidak boleh
dikembalikan.
Khiyar ini terjadi pada suatu
komoditi yang sifatnya tertutup
atau tidak terlihat seperti; ikan
dalam kaleng, mainan dalam
kardus, dan lainnya.
Seringkali terjadi di Pasar
Ciputat, misalnya Ibu Ani pernah
membeli telur 1kg kemudian
ketika telur dipecahkan ternyata
telah membusuk. Hal ini
sebelumnya memang tidak
diketahui baik penjual maupun
pembeli.
Biasanya ada beberapa toko yang
menerapkan peringatan sebelum
transaksi bahwa barang yang
sudah dibeli tidak dapat ditukar
kembali, atau ada yang tertulis di
kwitansinya. Jika demikian, maka
khiyar ‘aib tidak dapat dilakukan.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Meskipun Islam telah menata struktur praktik khiyar dengan akurat namun
tidak mayoritas penjual yang menerapkan prinsipnya. Adakalanya penjual yang
merasa tidak mau tahu terhadap hak pembeli karena pada dasarnya ia hanya
bertujuan mencari materi semata. Sejatinya perbuatan itu tanpa disadari dapat
memicu permusuhan dan putusnya silaturahmi.
69
Tentu ada beberapa permasalahan lain yang menyebabkan terbengkalainya
penerapan prinsip khiyar ini di pasar terutama pasar ciputat. Berikut beberapa
hal yang menjadi factor penyebab tidak aktifnya khiyar di pasar ciputat:
1. Hasrat Ingin Cepat, Mudah, dan Praktis
Para pelaku transaksi masa kini menginginkan serba instan dan
modern, biasanya mereka tidak ingin berbelit belit dalam bertransaksi.
Sampai-sampai penjual dan pembeli berhadapan hanya untuk tawar-
menawar harga kemudian membayarnya. Alhasil tidak ada kata
perjanjian (khiyar) yang terucap dengan tegas dan jelas.
2. Kurangnya Sosialisasi Ilmu Pengetahuan Agama
Sebagian dari pelaku transaksi tidak mengetahui tentang praktik
khiyar yang sesuai dengan diajarkan syariat Islam. Maka dari itu
mereka belum mengerti bagaimana cara menghadapi permasalahan
seputar gugatan pengembalian atau pembatalan jual beli jika sewaktu-
waktu itu terjadi. Maka khiyarlah jalan syar’i untuk
menyelesaikannya.
3. Kurangnya Kesadaran Bertolong-Menolong
Dalam jiwa pelaku transaksi harus tertanam rasa peduli dan
saling tolong-menolong sesama. Bagi pembeli menolong penjual yang
70
membutuhkan uang (keuntungan), sedangkan bagi penjual juga
menolong pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanyaa,
jual beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapat
keridaan Allah swt.
Sejatinya setiap penjual perlu memiliki rasa simpati kepada pembeli dan
membuang jauh-jauh keinginan menipu pembeli. Hasrat itu tidak akan
menghampiri jika adanya rasa saling tolong menolong dan kasih-mengasihi
antar sesame. Rasulullah saw. menegaskan bahwa penjual yang jujur dan benar
kelak di akhirat akan ditempatkan bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang
sholeh. Hal ini menunjukkan tingginya derajat penjual yang jujur dan benar.
F. Usaha Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar
Berpedoman kepada nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an
dan hadis-hadis yang telah dimuat terkait dengan khiyar, terdapat beberapa hal
yang belum sesuai dengan konteks serta ada beberapa permasalahan yang
terjadi. Sebenarnya pengetahuan konsep khiyar ini bersifat penting bagi pelaku
transaksi. Dan mereka perlu pembekalan konsep khiyar secara menyeluruh guna
para pedagang dan penjual dapat menjadikan bahan acuan apabila terjadi
perselisihan.
Dalam meminimalisir terjadinya perselisihan saat jual beli di pasar ciputat
dapat dilakukan dengan cara pembeli lebih hati-hati dan teliti dengan kondisi
71
barang pada saat akan membeli dari orang yang menjualnya. Sebab penjual
terkadang tidak ingin barang dikembalikan setelah transaksi terjadi.
Pedagang juga khendaknya teliti dalam membeli barang untuk dijual di
pasar. Disamping itu pedagang perlu mengetahui asal usul barang tersebut. Hal
ini guna menghindari kecurigaan terhadap barang curian, barang selundupan,
atau barang tiruan. Pedagang hendaknya memberikan bukti transaksi berupa
kuitansi kepada setiap pembelinya dan dapat dibawa ketika barang yang dibeli
terdapat cacat atau kerusakan dan ingin menukarnya. Penjual harus menerima
penukaran itu jika pembeli memiliki barang bukti pembeliannya.
Selanjutnya, jika suatu saat pembeli mengajukan klaim garansi kepada
pabrik terhadap barang yang rusak, penjual hendaknya membantu dan tidak
boleh lepas tangan terhadap barang yang bergaransi dari pabrik.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemahaman yang bersumber dari penelusuran penulis
terhadap kajian pelaksanaan khiyar dalam jual beli barang di pasar ciputat, dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan beberapa pedagang di
Pasar Ciputat, maka peneliti menyimpulkan bahwa praktek khiyar dalam
transaksi jual beli di Pasar Ciputat sudah dilakukan meskipun belum
maksimal. Disamping itu ada beberapa yang tidak mengenal brand “khiyar”
tetapi secara konsep mereka telah melakukannya. Sebagaimana khiyar ‘aib,
sejumlah penjual memberikan ganti rugi kepada pembeli jika barangnya
terdapat kerusakan setelah terjadi transaksi. Karena penjual tidak
mengetahui jika adanya kerusakan atau cacat dalam barang yang akan
mereka jual.
2. Dalam praktek transaksi jual beli di pasar Ciputat, mayoritas pedagang
menerapkan khiyar ‘aib dan syarat. Dimana para pembeli diberikan garansi
73
ganti rugi ketika terjadi cacat atau kerusakan pada barang yang telah dibeli.
Banyak juga penjual yang menggunakan khiyar syarat, dimana penjual
memberikan perpanjangan waktu untuk melanjutkan atau membatalkan jual
beli sesuai waktu yang disepakati. Sedangkan khiyar majlis, pedagang
cenderung tidak ada yang menerapkan khiyar ini karena dianggap merugikan
pedagangnya sendiri kecuali dengan alasan-alasan tertentu, seperti barang
bukan yang dimau pembeli, pembeli yang lupa membawa uang dan alasan
lainnya yang memang terjadi secara tidak sengaja.
3. Praktik khiyar yang dilakukan di pasar tradisional Ciputat telah sesuai
dengan ketentuan islam mengenai syarat khiyar. Akan tetapi kebanyakan
yang terjadi di pasar hanya dua khiyar yaitu khiyar aib dan syarat. Untuk
permasalahan khiyar majlis, sejatinya para fuqaha berbeda pendapat masalah
khiyar majlis karena khiyar ini terjadi akibat kelalaian seseorang saja dalam
memutuskan jual beli. Menurut pedagang, jika khiyar ini diterapkan
khawatir para pembeli akan bertindak semena-mena dalam membatalkan
jual beli mereka. Padahal pada saat akad sudah terjadi perjanjian akad jual
beli.
4. Ada beberapa factor yang membuat terbengkalainya praktik khiyar di pasar.
Diantaranya, pelaku transaksi biasanya selalu berhasrat ingin cepat, mudah
dan praktis dalam bertransaksi. Kemudian, kurangnya sosialisasi
74
pengetahuan agama kepada pelaku transaksi di pasar; kurangnya kesadaran
untuk tolong menolong antar sesama. Disamping itu, untuk menghindari
terjadinya perselisihan, baik pembeli maupun penjual harus lebih teliti dalam
memilih barang yang akan diperjualbelikan. Pembeli sebaiknya memeriksa
baik-baik keadaan barang yang akan dibeli sebelum dibayar. Bagi pedagang,
hendaknya memberikan surat bukti pembelian (kwitansi) kepada setiap
pembelinya sebagai bukti dapat meminta pertanggung jawaban jika barang
rusak atau cacat dikemudian hari.
B. Saran-saran
Kesimpulan akhir yang dapat dicapai oleh penyusun bukanlah kebenaran
yang mutlak, akan tetapi masih dibutuhkan banyak lagi pertimbangan dan
perbaikan. Akan tetapi hal terbaik yang penyusun berikan terhadap penelitian
ini, berikut saran-saran yang dapat diberikan:
1. Bagi penjual
Pedagang hendaknya berlaku jujur kepada setiap pembeli. Apabila ada
cacat atau kerusakan pada barang maka jangan ditutup-tutupi. Sebab dengan
jujur akan diberikan keberkahan dalam kehidupan. Jadikanlah kejujuran sebagai
sebuah budaya baik dalam jual beli.
75
Pedagang perlu teliti dalam memeriksa keadaan barang apakah ada
kerusakan atau tidak. Hal itu untuk menghindari pengembalian barang dari
pembeli karena cacat dikemudian hari.
2. Bagi pembeli
Pembeli pun harus teliti dalam memilih barang yang hendak dia beli.
Pembeli sebaiknya jangan tergiur dengan harga murah tapi perlu diketahui
kualitasnya juga. Sebab biasanya harga yang murah kualitas belum tentu tinggi.
Pembeli jangan ragu untuk mengajukan hak khiyar supaya tidak
mengalami kerugian apabila barang yang sudah dibeli terdapat cacat atau
kerusakan didalamnya. Dengan cara meminta bukti pembelian berupa kwitansi
akan memudahkan pembeli mengajukan pengembalian barang jika terjadi cacat
dikemudian hari.
Demikian penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala
kekurangan dan sebatas kemampuan penyusun, semoga penulisan ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan islami kita tentang praktik jual beli.
Penulisan ini tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, maka
penyusun sangat berharap kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Atas
semua kekurangan dan kekhilafan yang ada, penyusun senantiasa berharap
pertolongan serta ampunan Allah Swt.
76
DAFTAR PUTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1990.
Al-Baihaqi, Hasan bin Ali. al-Sunan al-Kubrâ. al-Hindi: Dâr al-Ma’ârîf
Abdullah, Abu. al-Jâmi’ al-Shahîh. al-Qâhirah: Dâr al-Sya’bî, 1987.
Abdullah, Budi dan Beni Ahmad, Saebani. Metode Penelitian Ekonomi
Islam Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Abdurrahman, Asmuni. Kaidah-Kaidah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang,
1967.
Abu Gaddah, Abdus Sattar. al-Khiyâr wa Atsaruhu fi al-uqûd. Kuwait:
Mathba’ah Maqhâwi, 1985.
Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
2006.
Al-haji, Abdullah Siddik. Inti Dasar Hukum Dagang Islam. Jakarta: Balai
Pustaka, 1993.
Al-Jamali, Sulaiman bin Umar. Hâsyiyah al-Jamâli ‘ala Syarhi Manhaj
al-Ṯullâb. Beirût: Dâr al-Fikr.
Al-Jaziri, Abdurrahman. al-Fiqhu ‘alâ al-Madzhab al-‘Arba’ah. Beirût:
Dâr al-Taqwâ, 2003.
Al-Kasani, Alauddin. Badâ al-Tsana’i fî Tartîb al-Syarâ’. Mesir: Syirkah
Al-Mathbu’ah.
Al-Khin, Musthafa. al-Fiqhu al-Manhaju ‘alâ Madzhab Imâm Syâfi’i
Al--Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Naybul al-Auṯâr.
Mesir: Maktabah Mustafa al Halabi.
Anshori, Zakariya. Atsnâ al-Maṯâlib fî Syarhi Rauḏi al-Ṯâlib. Beirût: Dâr
al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000.
Anwar, Muhammad. Fiqih Islam. Subang: Al-Ma’arif Offset, 1988.
77
Azhar, Muhammad. “Pengaruh Keberadaan Pusat Perbelanjaan Modern
Terhadap Pasar Tradisional Ciputat”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Az-Zuhaili, Wahbah. al-fiqhu al-islâmi wa Adillatuhû. Beirut: Daar fikr.
Elizabeth, Andini. “Pasar Tradisional dan Pasar Modern”. Artikel diakses
pada 11 september 2014, dari
http://andinielizabeth.wordpress.com/2013/04/17/pasar-tradisional-dan-pasar-
modern
Ghazali, Abdurrahman, dkk. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Haroen, Nasroen. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Mâjah.
Maktabah Abî al-Ma’âṯî.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIIT Indonesia, 2003.
__________ Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada 2011.
Kementrian Wakaf Kuwait. al-Mausû’ah al-fiqhiyah al-Kuwaitiyyah.
Kuwait: Dâr al-salâsîl, 1990.
Kotler. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 1995.
Mardani. Fiqih Ekonomi Syariah ; Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana,
2012.
Mas’adi, Ghufron A. Fiqih Muamalat Konstektual. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Mangkunegara, Anwar Prabu. Perilaku Konsumen. Bandung: PT Refika
Adimatama, 2005
McEachren, William A. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT. Salemba
Empat, 2001.
Munir, A. dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta, Rineka
Cipta, 2001.
Muslim bin Hajaj, Abu al-Husain. Şahîh al-Muslîm. Beirût: Dâr al-Jîl.
78
Ningrum, Dwi Anggraini Puspa. “Rona Pasar Ciputat” Artikel diakses
pada 10 oktober 2014 dari http://akumassa.org/program/ciputat-
tangerang-selatan/serba-serbi- pasar-ciputat
Qudamah, Ibnu. Mughnî al-Muhtâj. Beirût: Dâr al-kutub al-arabî, 1980.
Rais, Isnawati dan Hasanudin. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada
Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Sabiq, Sayyid. Fiqih al-sunnah. Beirut: Dar Al-kutub Al-araby, 1983
Safitri, Ahmad Reza. “Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan
Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Sahrani, Sohari dan Ruf’ah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.
Sitorus, MT.Felix. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor:
Kelompok Dokumentasi Ilsos, 1998.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung :PT.Remaja
Rosdakarya, 2004.
Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Syarifudin, Amir. Fiqih Muamalah. Jakarta: Pranada Media, 2003.
Thalib, Mohammad. Tuntunan Berjual Beli menurut Hadist Nabi.
Surabaya : PT Bina Ilmu, 1977.
Tim Laskar Pelangi. Metode Fiqih Muamalah. Kediri: Lirboyo Press,
2013.
Ya’qub, Hamzah. Kode Etik Dagang Menurut Islam. Bandung:
Diponegoro, 1984.
__________ Etos Kerja Islami. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
79
LAMPIRAN I
BIOGRAFI DAN PETA PEMIKIRAN IMAM MADZHAB
Di antara tonggak pemegang ajaran Islam di muka bumi adalah muncul
beberapa mazhab raksasa di tengah ratusan mazhab kecil lainnya. Keempat
mazhab itu adalah Al-Hanabilah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-
Hanabilah. Sebenarnya jumlah mazhab besar tidak hanya terbatas hanya 4 saja,
namun keempat mazhab itu memang diakui eksistensi dan jati dirinya oleh umat
selama 15 abad ini. Keempatnya masih utuh tegak berdiri dan dijalankan serta
dikembangkan oleh mayoritas muslimin di muka bumi. Masing-masing punya
basis kekuatan syariah serta masih mampu melahirkan para ulama besar di masa
sekarang ini.
1. Mazhab Hanafi
Didirikan oleh An-Nu’man bin Tsabit atau lebih dikenal sebagai Imam
Abu Hanifah. Beliau dikenal dengan sebutan Imam Hanafi bernama asli Abu
Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah (699 M).
Beliau hidup dalam dua masa, Daulah Umaiyah dan Abbasiyah. Beliau termasuk
80
pengikut tabiin , sebagian ahli sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk
Tabi’in.66
Mazhab Al-Hanafiyah sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat
dikenal sebagai terdepan dalam masalah pemanfaatan akal/ logika dalam
mengupas masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di antaralatar
belakangnya adalah : pertama, karena beliau sangat berhati-hati dalam
menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas keshahihah suatu
hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai
gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula seperti mengqiyaskan suatu
masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syar’i. Kedua, kurang
tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau
tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang
beredar di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun
pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan
imam Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti hadits.
Di kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat
berguna buat umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami
perluasan yang sangat jauh ke seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah yang
66 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, cet.V, (Jakarta :
Amzah, 2008), h.14
81
jauh dari pusat sumber syariah Islam. Metodologi mazhab ini menjadi sangat
menentukan dalam dunia fiqih di berbagai negeri.67
2. Mazhab Al-Malikiyah
Didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi bin
Ghaiman bin Hutail bin Amru bin Al-Haris. Imam Malik ialah seorang imam
dari kota Madinah dan imam bagi penduduk Hijaz. Ia salah seorang dari ahli
fiqih yang terakhir bagi kota Madinah. Beliau berumur hampir 90 tahun. Beliau
dilahirkan pada zaman pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik Al-Umawi dan
meninggal dunia pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid di masa
pemerintahan Abbasyyah.68
Mazhab ini ditegakkan di atas doktrin untuk merujuk dalam segala
sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW dan praktek penduduk Madinah.
Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar; Al-Quran, As-Sunnah
, Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah , perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’,
muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar’u man qablana .
67 Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014
dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm. 68 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, h.14
82
Mazhab ini adalah kebalikan dari mazhab Al-Hanafiyah. Kalau Al-
Hanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang
tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, dalam mazhab Maliki sumber-
sumber syariah menjadi sumber utama. Sebab mazhab ini tumbuh dan
berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak
keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah
yang dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan
dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para
umumnya.69
3. Mazhab Syafi’i
Didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i . Beliau dilahirkan di
Ghazzah dalam Palestina tahun 150 H, tahun wafatnya Abu Hanifah dan wafat
di Mesir tahun 203 H. Masa hidup Imam Syafi’I ialah semasa pemerintahan
Abbasiyyah. Masa ini adalah suatu masa permulaan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Dimasa ini juga penerjemah kitab-kitab mulai banyak, ilmu
falsafah juga dipindahkan, ilmu-ilmu juga disusun dan berbagai pahaman telah
timbul dalam masyarakat islam.
69 Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014
dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm.
83
Pada tahun 195 Hijriah Imam Syafi’I kembali ke Baghdad setelah
bintangnya menerangi seluruh ufuk bidang ilmu fiqih. Dimasa itulah beliau
mulai menyusun kitabnya “Ar-Risalah” yang dimuatkan di dalamnya beberapa
prinsip dalam ilmu ushul fiqih.70
Dasar madzhabnya adalah Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau
tidak mengambil perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa
salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan sebagai dasar madzhabnya, menolak
maslahah mursalah dan perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i
mengatakan, ”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan
syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah
,”71
4. Mazhab Hanbali
Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani . Dilahirkan di
Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal.
Beliau memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu,
seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam.
70 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, h.153 71 Fepoy Blog, “Perbedaan Antar Mazhab?”, artikel diakses pada 25 september 2014
dari http://fepoi.com/perbedaan-antar-mazhab.htm.
84
Beliau berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga
menjadi mujtahid mutlak mustaqil. Gurunya sangat banyak hingga mencapai
ratusan. Ia menguasai sebuah hadis dan menghafalnya sehingga menjadi ahli
hadis di zamannya dengan berguru kepada Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim
Al-Bukhari .
Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat,
Ijam’, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’.
Imam Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun
pengikutnya yang membukukannya madzhabnya dari perkataan, perbuatan,
jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau mengarang sebuah kitab
hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki kukuatan
hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang
derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau munkar.72
72 Ibid.
85
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Pasar Ciputat
1. Kapan berdirinya pasar ciputat ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Pasar Ciputat dari mulai berdiri
sampai sekarang?
3. Berapa jumlah kios yang terdapat di Pasar Ciputat?
4. Berapa jumlah pedagang di Pasar Ciputat?
5. Berapa luas lahan Pasar Ciputat?
6. Berasal dari mana sajakah pedagang di Pasarr Ciputat?
7. Bagaimana struktur organisasi yang berjalan saat ini?
8. Apa yang beliau ketahui tentang khiyar?
9. Apa pedagang di Pasar Ciputat menggunakan khiyar dalam transaksi
jual beli yang dilaksanakannya?
10. Apa peran kepala pasar jika terjadi permasalahan antara pedagang
dan pembeli?
B. Pedagang di Pasar Ciputat
1. Sejak kapan berjualan di pasar ciputat?
2. Barang apa saja yang anda jual?
3. Bagaimana cara anda meyakinkan pembeli bahwa barang yang
dijual adalah barang bagus?
4. Apa yang anda ketahui tentang khiyar?
5. Apa yang anda lakukan apabila ada pembeli yang ingin menukar atau
mengembalikan barang yang telah mereka beli?
86
C. Pembeli di Pasar Ciputat
1. Kenapa anda memilih Pasar Ciputat sebagai tujuan belanja?
2. Barang apa yang hendak dibeli ?
3. Apa penjual sudah memberikan harga yang sesuai dengan kualitas
barang yang akan anda beli?
4. Apa yang anda ketahui tentang khiyar?
5. Apa yang anda lakukan apabila anda ingin mengembalikan barang
yang sudah dibeli karena cacat?
6. Apa yang anda lakukan apabila anda ingin mengembalikan barang
yang anda telah beli karena sebab tertentu?
87
LAMPIRAN II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ali Mahrus
NIM : 1110046100184
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Agustus 1992
Program Studi : Muamalat
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Alamat Rumah : Jl. P.Komaruddin No.3, Ujung Krawang,
Jakarta Timur. Rt/Rw 009/005
Alamat Domisili : Jl. SD Inpres Pisangan Barat No.11
No. Telp : 021- 4612786
No. Hp : 087886268082
Nama Ayah : H. Abdul Hafi
Nama Ibu : Hj. Zubaidah
Alamat Orang Tua : Jl. P.Komaruddin No.3, Ujung Krawang,
Jakarta Timur. Rt/Rw 009/005
No. Telp Orang Tua : 021- 4612786
No. Hp Orang Tua : 08176971413