dialog bulan puasa 10
DESCRIPTION
H. Bakri WahidTRANSCRIPT
1
DIALOG
BULAN PUASA
10
Keterangan :
Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.
Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.
2
MINUMAN KERAS, BANGKAI BABI
DAN
PATUNG-PATUNG
PAK KYAI : Assalamu Alaikum
DG. NABA : Walaikummussalam w.w.
PAK KYAI : Sudah lama tiba Dg. Naba ?
DG. NABA : Lebih dahulu saya dari Pak Kyai
PAK KYAI : Apa itu ya ?
DG. NABA : Pokoknya sekarang Pak Kyai, tidak lambat lagi.
Ini Pak Kyai surat lagi.
PAK KYAI : Surat lagi ya ?
DG. NABA : Ia, ia. Ini surat Dg. Naba terima dari Abd. Gaffar
Dengan. Ngalle Jl. Batu Putih Lr. 20 No. 5 U.P.
Terima kasih atas perhatian anda. Ini lagi Pak Kyai
dari Non Kastuti M. Siswa Perawat Bidan R.S.
Labuanbaji U. Pandang. Ini lagi dari Anas. Jl.
Muhammadiyah min Bara2ya U. Pandang. Ini lagi
dari Ismail Bandu Dengan. Makkelu Kab. Sinjai
Tengah. Sekarang dari Sabhar U. Pandang.
Selanjutnya dari Nama tidak usaha disebut
namanya, Jl. Karunrung U. Pandang. Selanjutnya
dari Sulaiman Nur Jl. Kandea Lr. 118 UP. Terakhir
sekali M. Alim Bachri L.P.H RK.I Karuwisi.
3
PAK KYAI : Sudah berapa surat masuk ini Dg. Naba ?
DG. NABA : Surat masuk semua Pak Kyai kalau Dg. Naba tidak
salah ingat, sampai dengan tgl. 27-975, ini
berjumlah 356 lembar. Inilah yang terakhir, dan
belum masuk ini.
PAK KYAI : Jadi belum masuk ini ?
DG. NABA : Ya belum masuk ini. Ini lagi Pak Kyai pertanyaan.
Jawaban dari pada surat2 pertanyaan. Yang mana
kita dahulukan Pak Kyai.
PAK KYAI : Terserah Dg. Naba
DG. NABA : Dari A. Tubuon Adamupoli Kotamuagu. Ini
banyak pertanyaan Pak Kyai, tapi yang ini saja kita
ambil. Apakah dapat seseorang Islam itu menjual
minuman yang memabukkan ? Kemudian ada lagi
yang sama yaitu Es Partono Dkk.
PAK KYAI : Dewan Kesehatan barangkali ?
DG. NABA : Dengan kawan, bukan dewan kesenian Pak Kyai.
Pertanyaannya, bagaimana pula dengan minuman
keras yang biasa dipakai dalam campuran obat.
Seperti alkohol dalam tonikum dan lain-lain yang
pokoknya digunakan sebagai obat. Bagaimana pula
hukumnya kalau kita mempergunakan.
PAK KYAI : Baiklah Dg. Naba saya jawab pertanyaan yang
pertama dari sdr. Tubuwon Adamupoli. Begini
apakah seseorang Islam itu dibenarkan menjual
obat minum2an
4
DG. NABA : Tidak, ini dulu apakah dapat seseorang Islam
menjual minuman keas. Ia mau berdagang pula,
lalu menjual minuman keras. Bolehkah seseorang
Islam tidak, singgah saja Pak Kyai
PAK KYAI : Seorang Islam Dg. Naba di dalam agama Islam
dilarang menjual minuman dan memperjual
belikan minuman keras.
DG. NABA : Jadi orang Islam, tidak boleh menjual minuman
keras Dasar hadist rasul.
PAK KYAI : Ia tidak boleh. Di dalam Hadist Nabi riwayat
Buchari Muslim yang berbunyi : Innallahu
warasulahu Harrawal bait wal hamri, wal maotati,
wal hinsyiri, wal asnani. Artinya : Alah dan
Rasulnya telah mengharamkan diperjual
belikannya hamar, artinya minuman keras,
bangkai, daging babi dan patung2.
DG. NABA : Jadi penjual belikan itu haram, tidak boleh, sebab
dilarang. Beres Pak Kyai. Tapi Dg. Naba agak
keberatan sedikit.
PAK KYAI : apa keberatannya.
DG. NABA : Itu bangkai itu diperjual belikan. Padahal di Sentral
disini banyak bangkai ayam, bangkai kambing apa.
PAK KYAI : Kalau sudah disembelih, namanya bukan bangkai.
DG. NABA : Apaji ?
PAK KYAI : Kalau yang dikatakan bangkai, barang yang mati
tidak disembelih.
DG. NABA : O, begitu
5
PAK KYAI : pertanyaan yang kedua, tadi minuman keras
dijadikan obat. Begini Dg. Naba. Ini pendapat
Imam Syafii saya kemukakan. Sebenarnya satu
dasar Hadit yang menjelaskan begini : Innallaha
Anshaladhaa waddhawaa waja ala lukullid hawa
waja ala likullildhain dhawaan fatadaau wala
fatadhawaun bicharamin Rawalu abu Daud.
Sesungguhnya Allah telah merenungkan penyakit
dan obat.
DG. NABA : Ya. Jadi kalau ada penyakit, ada obat.
PAK KYAI : Ada obat yang diturunkan.
DG. NABA : Artinya kalau ada penyakit lalu tidak bisa sembuh-
sembuh, berarti obatnya tidak ada.
PAK KYAI : belum ditemukan Dg. Naba
DG. NABA : belum ditemukan
PAK KYAI : Dan Allah telah menjadikan tiap-tiap penyakit ada
obatnya. Maka berobatlah kamu, tetapi jangan
kamu berobat dengan yang haram. Ini Hadist
riwayat Abu Daud. Ini Alkohol termasuk yang
haram. Jadi kamu berobat dengan obat yang
haram.
DG. NABA : Jangan berobat dengan minuman keas
PAK KYAI : Namun demikian Dg. Naba, karena kebetulan juga
efek-efek disatu bidang Alkohol ini dalam
pengobatan, Imam Syafii mempunyai pendapat
begini. Obat yang dicampur dengan alkohol, dapat
diminum dengan syarat atau dapat dipakai jadi
obat dengan syarat : harus dengan resep dokter,
6
dan mengikuti ketentuan-ketentuan dokter.
Umpamanya tiga kali satu sendok sehari tidak
boleh lebih dari itu. Demikian pendapat beliau.
Contohnya seperti Tonikum Bayer, dapat diminum
karena itu alkohol, harus melalui resep dokter.
DG. NABA : Harus melalui resep dokter, jangan beli sendiri
PAK KYAI : Beli sendiri dan minum seenaknya
DG. NABA : Ia, dan memang berbahaya Pak Kyai
PAK KYAI : Itu Dg. Naba. Kalau dikatakan menguatkan badan,
saya kira telur dengan madu paling hebat untuk
menguatkan badan.
DG. NABA : O. o. begitu Pak Kyai ? Pak Kyai sudah biasa ?
PAK KYAI : Begini Dg. Naba
DG. NABA : O. Ia. Ia. Baiklah Pak Kyai, ini lagi dari Rusly
Aburaera. Ini terlalu panjang suratnya, Pak Kyai,
kita ambil saja pertanyaannya. Apa yang dimaksud
iblis setan, jin, apakah ada perbedaan.
PAK KYAI : Ada lagi pertanyaan yang sama dengan itu Dg.
Naba
DG. NABA : O, ia betul. Mohon penjelasan Pak Kyai dan Dg.
Naba tentang pengertian Iblis dan setan. Apakah
iblis dan setan itu masuk sorga kelak di hari
kemudian ? Mohon penjelasan sebab ada orang
yang mengatakan bahwa pimpinan dan anak buah
setan dan iblis yang patuh masuk sorga, sedang
ummat manusia yang berhasil digoda, itulah yang
masuk neraka. Minta penjelasan Pak Kyai. Ini
7
pertanyaan dari jalan Veteran No. 245 dari M.
Alwy T.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Kita juga masih ragu-ragu
pertanyaan ini, karena dia bilang apakah iblis itu
bisa masuk sorga. Begini, surat pertama
menanyakan tentang asal iblis. Asal iblis dengan
setan itu, dari Api. Nah itu sudah terjawab. Apa
perbedaan-perbedaannya, bahwa setan itu berada
di dalam tubuh manusia berdasarkan Haist Nabi,
Maminkum min ahadin illa walau syaitanu. Tidak
ada seorang manusia kata Nabi yang tidak punya
setan. Jadi dalam manusia itu terdapat ada
setannya. Jadi setannya manusia. Oleh sebab itu
orang kadang-kadang bilang manusia setan.
Kemudian apakah iblis dan setan ini masuk sorga
karena patuhnya. Jawabnya iblis dan setan tidak
akan masuk sorga, tapi masuk neraka. Kenapa dia
masukkan kepada neraka, karena dia termasuk
makhluk Tuhan yang durhaka. Di dalam ayat Wa
isqala lilmalaikati judul i adama fasjadu illa iblis
Dg. Naba, wastaqba rabba wakana minal kafirin.
DG. NABA : Jadi Iblis itu kafir.
PAK KYAI : Kafir. Orang kafir tidak bisa masuk sorga. Betul
Iblis sebangsa malaikat, bangsa sejenis disini ialah
sajani dari Nur. Iblist terjadi dari api, jadi sejenis
terang atau sejenis menerangi. Tapi kalau api
meneranginya panas, kalau cahaya dingin. Yang
malaikat, masuk sorga, yang iblis masuk neraka.
Karena malaikat makhluk taat, iblis makhluk kafir.
Karena itu dia dimasukkan Tuhan ke dalam neraka.
8
DG. NABA : O, begini Pak Kyai. Jadi orang yang ikut iblis,
maka neraka toh. Yang ikut malaikat ?
PAK KYAI : Masuk surga juga
DG. NABA : A. a. begini. Ini lagi Pak Kyai. Banyak ini Pak
Kyai surat. Yang ini dulu Pak Kyai
PAK KYAI : Silahkan Dg. Naba
DG. NABA : Ini pertanyaan dari Muh. Manuai dari Nusa
Tenggara Timur
PAK KYAI : O ia, ia, apa pertanyaannya
DG. NABA : Saya tidak baca seluruhnya suratnya Pak Kyai
terlalu panjang. Pertanyaannya saja. Satu,
bagaimanakah hukumnya kalau seorang anak yang
berumur 4 tahun beragama Kristen ikut orang
tuanya sewaktu mendapat sakit, anak ini
hendaknya dimasukkan ke dalam agama Islam,
dengan perantara pamannya yang beragama Islam,
anak ini diserahkan untuk dimasukkan dalam
agama Islam, kepada imam atau badan agama.
Sebelum melakukan syarat-syarat Islam untuk
menjadi seorang anak yang Islam, anak ini
mendapat sakit lebih berat lagi. Dan mulailah
menghadapi Sakratulmaut. Dalam keadaan sekarat,
anak ini diislamkan oleh Imam pada telinganya,
pada saat itu, ia menghembuskan nafasnya yang
terakhir. Wajibkah anak semacam ini dikuburkan
Islam, dan lalu dikuburkan secara Islam,
bagaimana hukumnya. Mohon penjelasan dari
Bapak atas pertanyaan ini. Dan atas penjelasan
Bapak, Kyai dan Dg. Naba, dahulunya kami
9
mengucapkan banyak terima kasih, dan salam dari
kami untuk Pak Kyai dan rekan setia.
PAK KYAI : Tidak ada Dg. Naba
DG. NABA : Ada, saya. Tapi salah ini, mohon penjelasan dari
Bapak akan hal ini dan atas penjelasan Bapak Kyai
dan Dg. Naba … jadi ikut ton
PAK KYAI : Begini Dg. Naba, Anak menurut ketentuan hukum
mengikuti agama bapaknya. Dengan ini terjawab
juga pertanyaan perkawinan campuran. Karena
banyak surat-surat masuk mengenai kawin
campuran. Kristen Bapak, Islam Ibu, ini anak
statusnya bagaimana. Jawabnya, status anak,
mengikuti agama Bapak.
DG. NABA : Kalau Dg. Naba lain Pak Kyai
PAK KYAI : Bagaimana
DG. NABA : Kalau Bapak Islam, Ibu kristen, itu menimbulkan
problem masalah anak. Oleh karena itu, jangan
begitu, supaya jangan pusing.
PAK KYAI : Jadi juga pusing2 ya, supaya terjadi baku bagi
DG. NABA : Nanti berkelahi lagi..
PAK KYAI : Sebagai harta pencaharian ya? Padahal itu bukan
dicari
DG. NABA : Bukan
PAK KYAI : Hanya kebetulan lahir
DG. NABA : Main2 ji Pak Kyai
10
PAK KYAI : Nah, sekarang Dg. Naba, begini : Status anak,
mengikuti Bapak kristen. Tetapi persetujuannya,
ini anak masuk Islam, si Bapak menyerahkan anak
kepada paman, paman menerima penyerahan
sebagai seorang muslim maka dengan itu Dg.
Naba, anak ini mengikuti kepada pamannya
sebagai seorang Islam. Jadi sah sebagai seorang
anak Islam, walaupun dia belum balik berakal
tetapi yang menguasai anak adalah orang Islam,
maka anak itu boleh dan musti diupacarakan
dengan upacara Islam. Karena yang penting
disinilah Dg. Naba, yang berkuasa terhadap anak.
Sekarang yang berkuasa, adalah pamannya yang
beragama Islam. Dengan demikian dikuburkan
dengan secara Islam, diacarakan dengan acara
Islam itu sudah benar
DG. NABA : O, ya, jadi benar itu Pak Kyai
PAK KYAI : Sudah benar
DG. NABA : Jadi sdr. Muh. Manuai itulah jawaban Pak Kyai
terhadap pertanyaan sdr. Melalui Dg. Naba. Atas
perhatian anda, kami ucapkan terima kasih. Ini lagi
Pak Kyai. Ini dari Zaierus Australia. Pertanyaan,
saya sebagai karyawan menjualkan kontrak selama
satu satu. Apakah saya tidak berdosa selama saya
menjalankan kontrak tersebut, itu tanpa bertemu
istri saya yang ditinggalkan di Ujung Pandan.
Bagaimana hukumnya Pak Kyai.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba..
DG. NABA : Tugngu dulu Pak Kyai, Dg. Naba bisa menjawab
ini.
11
PAK KYAI : Apa jawabnya
DG. NABA : Kan yang ditanya berdosakan kita kalau tidak
bertemu dengan istri karena ditinggalkan di Ujung
Pandang. Kalau Dg. Naba, supaya tidak berdosa,
jangan ditinggalkan isterimu, kalau perlu bawak
kesana.
PAK KYAI : Supaya juga tidak gelisah
DG. NABA : O, ya, ya. Ini karena gelisahnya, sampai begini
kasihan ini.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba, sdr. Dengan. Mappatunru, sdr.
Tidak akan berdosa bila sdr. Waktu berangkat atas
persetujuan sdr. Dan belanja buat isteri supaya
tetap dijamin, dikirimkan. Dan selalu berkirim
surat kepada isterinya supaya senang hatinya dan
tenang perasaannya. Itulah nasehat.
DG. NABA : Ia, ia, tapi cocok Dg. Naba tadi, supaya tenang
kedua boleh pihak, memang isteri di Ujung
Pandang. Kalau tadi bisa, itulah kirim surat. Kedua
lagi Pak Kyai. Selama karyawan disini,
menjalankan tugas bekerja mulai jam 07.00 pagi
sampai jam 16.30 sore. Apakah sembahyang
Dzuhur dan Ashar, Isa, dijaminkan. Minta
dijelaskan. Ini bagus pertanyaannya Pak Kyai.
PAK KYAI : Begini sdr. Mappatunru, itu kalau kita bekerja biar
dimana ada itu dinamakan waktu istirahat.
Sebaiknya Mappatunru waktu istirahat itulah
dipergunakan untuk beribadah shalat. Karena
jamak ashar itu di dalam hadis memang
diperintahkan hanya untuk orang musyafir. Jadi
12
sdr. Satu tahun disitu, itu sudah sulit dikatakan
musyafir. Lantas untuk menjamak dan qasha
sebagai seorang musyafir dibenarkan di dalam Al
Qur'an tetapi karena pekerjaan sibuk itu sulit untuk
digunakan jamak qashar.
DG. NABA : Begini Pak Kyai, O, Ia. Ia… tetapi saya salut itu
Pak Kyai. Ini orang, orang rajin sembahyang Pak
Kyai
PAK KYAI : Ia, mudah2an dipelihara
DG. NABA : Ini lagi yang ketiga. Keadaan air disana sangat
dingin. Kalau kita mengambil air sembahyang
tanpa dicampur air panas, itu tidak bisa
mengambilnya, karena tidak tahan dinginnya.
Apakah sah wudhu itu atau batal. Artinya kalau
dicampur airnya itu Pak Kyai bagaimana
hukumnya.
PAK KYAI : Ya. Karena dinginnya di Australia terpaksa air
harus dicampur. Begini Dg. Naba, Sah untuk
wudhu dicampur dengan air panas. Adapun yang
dilarang oleh Nabi, Cuma air yang dikenai panas
matahari. Tapi yang kena panas api atau listrik,
tidak dilarang. Jadi mencampur air dingin dan air
pans kemudian dipakai berwudhu, sah wuduknya,
airnya tetap suci. Cuma yang tidak boleh,
dicampur dengan ari kencing, itu batal, kalau air
nanas, tidak apa2.
PAK KYAI : Tapi Dg. Naba tambahkan sedikit. Kalau Dg.
Naba, dilarang itu dicampur.
PAK KYAI : Kenapa dilarang ?
13
DG. NABA : Karena nanti lebih banyak air panasnya dan ari
dinginnya, rusak muka.
PAK KYAI : Kalau merusak, tentu dilarang, tetapi ini tentu
dibuat ukuran
DG. NABA : O, Kalau dibuat ukuran, cocok mi Pak Kyai.
Sekarang ingin saya tanyakan kepada Pak Kyai
tentang pendidikan Lukman. Kan kita bicarakan
yang lalu ini tentang pendidikan Lukman di rumah
tangga terhadap pembinaan akhlak remaja.
PAK KYAI : Ia. Yaitu diantaranya kita bicarakan hormat kepada
Ibu Bapak, berbakti kepadanya.
DG. NABA : Sampai masalah kedelapan. Sekarang yang
kesembilan lagi Pak Kyai.
DG. NABA : Ya yang kesembilan lagi
DG. NABA : Azas2 pendidikan Lukman di rumah tangga
PAK KYAI : Azas2 pendidikan LuUkman di rumah tangga,
pertama hormat dan berbakti kepada orang tua.
Dan saya kemukakan di waktu itu, sudah baru
delapan. Sekarang kesembilan, apa ? Begini Dg.
Naba, yang kesembilan, hendaklah diterangkan
kepada anak2 kita agar anak berbuat baik yang
menyenangkan hati orang tua. Itu harus dijelaskan
kepada anak2. Lantas, apa yang menyenangkan
dirinya anak, itu juga akan menyenangkan hati
orang tua. Apa yang terasa menyakiti, jangan
dilakukan, karena itu menyakiti juga orang tua.
Istilah bahasa Indonesianya, pijik dulu dirinya.
Kalau terasa sakit, jangan dilakukan terhadap
14
orang tua. Kemudian Dg. Naba, diperlihatkan lagi
kepada anak oleh si Bapak, bagaimana yang
seharusnya berbuat kepada orang tuanya supaya
anak gampang mencontoh, oh beginilah sewajar
nay seorang anak terhadap orang tua.
DG. NABA : Karena dia mendapat pendidikan begini dari orang
tuanya sendiri.
PAK KYAI : Betullah Dg. Naba.
DG. NABA : Yang kesepuluh apa lagi.
PAK KYAI : Yang kesepuluh Dg. Naba, agar selalu mendoakan
orang tuanya.
DG. NABA : Ia, orang tua selalu didoakan.
PAK KYAI : Ia, bila kita memohon ampun dosa untuk diri kita,
jangan lupa memohonkan ampun dosa buat kedua
orang tua. Dan kemudian si orang tua juga
memperlihatkan kepada anaknya bagaimana
seharusnya mendoakan kedua orang tuanya.
Begitu Dg. Naba.
DG. NABA : Pokoknya yang praktis semua Pak Kyai
PAK KYAI : Betul Dg. Naba. Apalagi doa itu sudah diajarkan di
dalam Al Qur'an.
DG. NABA : Bagaimana bunyi doanya Pak Kyai ?
PAK KYAI : Doanya Dg. Naba, begini bunyinya
DG. NABA : Jangan panjang2 Pak Kyai
15
PAK KYAI : Tidak panjang, tapi cukupan. Begini doanya.
Robbana firlanaa, sunubanaa, waliwalidainaa
warhamyma Kama Robbayanaa Qasira’. Artinay :
Oh Tuhan, ampunilah dosa kami, dan dosa kedua
doasa kedua orang tua kami, Kasihanilah keduanya
sebagaimana dia kasihi kepada kami sms kami
kecil.
DG. NABA : O, ia, ia. Jadi kalau begitu semua orang tua waktu
kita kecil, saya semua. Setelah besar, baru jengkel.
Begitu Pak Kyai.
PAK KYAI : Ia begitu, kurang pendidikan Dg. Naba
DG. NABA : Yang salah, orang tua juga. Kesebelas apa Pak
Kyai ? (yang terakhir)
PAK KYAI : Begini Dg. Naba kalau yang sebelas ini, ialah
kalau orang tuanya sudah meninggal, (sudah mati),
maka si anak sedapat mungkin menghubungi
sahabat2 dari para orang tua.
DG. NABA : Menghubungi sahabat2 daripada orang tua, si anak
ini.
PAK KYAI : Si anak ini. Dan hubungilah dengan baik
sebagaimana kerabat orang tuanya, hormatilah,
sebagaimana di hormat kepada kedua orang
tuanya. Sebab orang tuanya, tidak pernah
menyakiti sahabatnya. Si anak jangan sampai
menyakiti sahabat orang tuanya. Kalau dia sakti
sahabat orang tuanya, berarti dia sakit orang tuanya
sendiri. Begitu Dg. Naba.
16
DG. NABA : O. o. o. Begitu. Kemudian begini lagi, bagaimana
kalau kedua orang tua kita baik kepada sahabatnya,
kita baik kepada anaknya juga (sahabatnya Bapak).
PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Jadi kita seakan-akan dijadikan
bersaudara karena persaudaraannya orang tua kita
dengan dia. Jadi dengan demikian terjadi suatu
kerukunan hidup Dg. Naba.
DG. NABA : Betul, betul, apa adilnya ini Pak Kyai. Ada
dalilnya ini ?
PAK KYAI : Begini Dg. Naba, semua yang kita jelaskan di atas,
dikunci dengan suatu hadist Pak Kyai.
DG. NABA : Ia bagaimana Kuncinya.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba Nabi katakan : “Birru Dg. Naba
aum, tabarrukum abonauku, Wa ishunu
Tauffanitaikum” Artinya, berbuat baiklah kamu
kepada kedua orang tuamu. Niscaya akan berbuat
baik kepada kamu anak2 kamu kelak. Jadi disini
orang tua memberi contoh dahulu siapa anak kita
contoh itu.
DG. NABA : Jadi kita berbuat baik kepada orang tua dahulu,
nanti anak2 kita, tambah baik sama kita.
PAK KYAI : Ia karena akan mengikuti contoh kita itu.
DG. NABA : Ia, ia, betul.
PAK KYAI : Kemudian Dg. Naba, bersihkan dirimu daripada
bentuk kekotoran perzinaan, niscaya isteri kamu
juga akan menjaga dirinya daripada untuk berzina
itu.
17
DG. NABA : O, ia, ia, ia, si suami harus menjaga diri dari
perzinahan, nanti isterinya juga akan
membersihkan diri dari perzinaan. Kalau suaminya
jalang, isteri juga lebih2 lagi.
PAK KYAI : Betul, sangkut pautnya tidak bisa dilepaskan.
DG. NABA : Ia betul Pak Kyai. Kalau anak durhaka kepada
orang tua, bagaimana Pak Kyai ?
PAK KYAI : Sekarang bagaimana anak durhaka kepada orang
tua ?
DG. NABA : Ai,
PAK KYAI : Itu ada dua akibat besar yang menimpah anak itu
Dg. Naba.
DG. NABA : Ada dua akibat besar terhadap anak itu ?
PAK KYAI : Ia
DG. NABA : Yang pertama apa Pak Kyai ?
PAK KYAI : Yang pertama, Dg. Naba, semua amalnya anak
tidak diterima Tuhan, berdasarkan satu hadist.
DG. NABA : Semua amal anak, gugur, tidak diterima Tuhan.
Karena ada dasar hadistnya.
PAK KYAI : Betul Dg. Naba
DG. NABA : Hadistnya bunyinya begini Pak Kyai
PAK KYAI : Begini bunyi hadistnya : Shalatun, layampauna
amalun. Asshirku bilah, wa afukul walidaini
wahirarumminalshahli Akrhu Tabrani.
18
DG. NABA : Ia, artinya ?
PAK KYAI : Ada tiga perkara yang tidak diterima manfaat amal
mereka itu. Yang pertama, mempersekutukan
Allah, musyrik yang yang seperti kita bicarakan
terdahulu.
DG. NABA : artinya, menggurukan amal itu kemusyrikan. Lalu
apa lagi ?
PAK KYAI : Yang kedua, durhaka kepada orang tua, gugur
amalnya
DG. NABA : Durhaka kepada orang tua, gugur amal. Yang
ketiga ?
PAK KYAI : Yang ketiga Dg. Naba, lari di dalam peperangan
menegakkan agama Allah.
DG. NABA : O. o. lari dari medan perang. Kalau siasat ? Pak
Kyai ? bagaimana ?
PAK KYAI : Itu tidak lari namanya, ambil langkah baik…
DG. NABA : Tidak, kelihatannya lari juga
PAK KYAI : Kelihatannya lari, tapi tidak lari
DG. NABA : Jadi tiga ya, yang pertama musyrik, dan kedua
durhaka kepada orang tua, ketiga lari dari medan
perang itu menggurukan amal.
PAK KYAI : Itu akibat yang pertama Dg. Naba
DG. NABA : Ada lagi tambahannya. Kalau saya ada
tambahannya. Orang tua kita tidak senang sama
kita. Akibat yang kedua lagi Pak Kyai.
19
PAK KYAI : Akibat yang kedua, dari pada anak yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, di dunia mendapat
azab sebelum data nay akhirat. Berdasarkan hadist
lagi.
DG. NABA : Jadi di dunia mendapat azab, sebelum azabnya
akhirat.
PAK KYAI : Betul Dg. Naba
DG. NABA : A. a. a. ia. Ia. Tapi memang kalau Dg. Naba itu
kenyataan Pak Kyai. Betul-betul kalau anak yang
durhaka kepada orang tua, tidak ada yang selama
di dunia.
PAK KYAI : Tidak ada yang selama di dunia.
DG. NABA : ia, itu kenyataan itu.
PAK KYAI : Apalagi di akhirat.
DG. NABA : Ia sedang tidak durhaka kepada orang tua, sulit
juga dicari keselamatan. Apalagi kalau memang
dia durhaka.
PAK KYAI : Karena memang ada alas an
DG. NABA : Bagaimana bunyi dalilnya Pak Kyai ?
PAK KYAI : Hadistnya Riwayat Buchari Muslim Dg. Naba,
berbunyi begini : Kullusunubi, yagfirillahu minha
maashha illauhu kalwalidaini, fainnahu yuajlmu
ulishai bihi, uhu bata fil hayati qablal mamati.
Artinya, semua dosa-dosa diampuni Allah apa
yang dikehendakinya. Kecuali dosa yang tidak
diampuni Allah ialah durhakanya anak terhadap
orang tuanya. Sesungguhnya azab akan
20
disegerakan Allah kepada anak itu semasa hidup
di dunia sebelum datang matinya.
DG. NABA : O ia, ia, cocok hadist dengan kenyataan Pak Kyai.
PAK KYAI : Betul …
DG. NABA : Memang jangan cariko selamat kalau durhakako
sama orang tua.
PAK KYAI : Oleh sebab itu juga Dg. Naba, diharapkan kepada
ibu2, selanjutnya anak jangan sampai si Ibu
mendoakan yang tidak baik terhadap anaknya.
DG. NABA : O, ia, ia, terlanjur mengatakan tidak baik
PAK KYAI : Ia, seperti Ibu mengatakan janganlah hendaknya
selamat hidupmu di dunia ini, pasti jadi itu Dg.
Naba.
DG. NABA : Jadi itu, begitu berkatnya doanya orang tua ?
PAK KYAI : Betul …
DG. NABA : Masaallah.
PAK KYAI : Oleh sebab itu, sedapat mungkin anak jaga diri
jangan sampai menyakiti hati kedua orang tuanya.
Sebab akibatnya di dunia ini bukan saja di akhirat
akan mendapat azab, di dunia ini sudah diazab
sebelum datang matinya. Banyak riwayat yang
memberitahu persoalan ini Dg. Naba yang tidak
mungkin kita ceritakan karena terlalu panjang
memakan waktu.
DG. NABA : Sampai disini dulu kalau begitu Pak Kyai
21
PAK KYAI : Sudah waktukah
DG. NABA : Ia sudah waktu
PAK KYAI : Kalau begitu, yang kita cukupkan dulu sampai
disini Dg. Naba.
DG. NABA : Baiklah Pak Kyai, saya permisi dahulu. Assalamu
Alaikum.
PAK KYAI : Waalaikumussalam w.w.
22
ORANG TUA
YANG BERDOSA (?)
PAK KYAI : PAK KYAI : Apa kabar ?
DG. NABA : Saya bawa surat Pak Kyai
PAK KYAI : Bawa surat ?
DG. NABA : S aya Pak Kyai
PAK KYAI : Dg. Naba, silahkan masuk
DG. NABA : Bawa surat, bukan banyaknya surat tahun ini Pak
Kyai
PAK KYAI : Dari siapa-siapa gerangan ?
DG. NABA : Ini surat baru Pak Kyai dalam satu amplop, dua
suratnya
PAK KYAI : Diantaranya ?
DG. NABA : Ini dari Cengga S. Masamba Kabupaten Luwu.
Dari Peltu T. Sarmadan Masamba Kabupaten
Luwu juga, satu amplop orang dua (itu artinya
ekonomis Pak Kyai). Ini lagi dari Fikria Masri dan
Hijria Masri Jl. Jend. Sudirman No. 20 Massari
Parigi Sul. Tengah. Dari jauh ini suratnya, tetapi
sayangnya tidak ada perangkonya Pak Kyai.
Bagaimana itu surat tidak ada perangkonya ?
PAK KYAI : Mungkin ia data antara kemari
DG. NABA : O begitu, bukan main rajinnya Pak Kyai
PAK KYAI : Ya itu dari Parigi dia datang antar kemari
23
DG. NABA : Ini lagi dari Suri Arfa Jl. Baji Pa’mai 16 B Ujung
Pandang. Ini mala memakai perangko
PAK KYAI : Itu berpikir dari pada menghabiskan waktu kesana,
lebih baik melalui pos, dekat di Baji Pa’mai.
DG. NABA : Ya itu gunanya pos. ini lagi dari Safari Sanda
Zulkarnaen Jl. Veteran 2 No. 25 Ujung Pandang.
Ini ada lagi dari Kasum Weka Pommalaa, Sul.
Tenggara, dekat Kolaka sana Pak Kyai.
PAK KYAI : O, Pak Kasum
DG. NABA : Pak Kasum atau Ibu Kasum
PAK KYAI : Pak Kasum
DG. NABA : O, Pak Kasum
PAK KYAI : Ya Pak Kyai tahun ini
DG. NABA : O o. Pak Kyai tau itu ? Dg. Naba tau tentu. Ini lagi
dari A. Maemunah di Sunggurminasa Ujung
Pandang. Ini lagi Pak Kyai dari pendengar tetap
siaran sahur Ujung Pandang. Tidak ada namanya,
tetapi pendengar tetap siaran sahur Ujung
Pandang. Ini lagi dari Muh. Kulewa T. Periuk
Jakarta.
PAK KYAI : O dari Jakarta ya ?
DG. NABA : Ya
PAK KYAI : Sudah dua kali kita menerima surat dari Jakarta.
DG. NABA : Ya, tapi dialamatkan siaran sahur suara R.R.I
Nusantara I Ujung pandang. Ini dari Jakarta, cukup
24
jauh. Sekarang Buku Sunga Jln. G. Bawakareang
Lr. I di Ujung Pandang. Ini lagi Patombongi di
Kajuara Bone. Ini lagi dari Dahlan Mamesa
Serawak Malaysia. Ini lagi andi Makmur M.
mahasiswa FKIS IKIP Ujung Pandang. Ini dari S.
Samad di Kodya Ujung Pandang. Ini lagi Pak Kyai
pakai stempel lagi. Nur Yakin stempelnya Ujung
Pandang.
PAK KYAI : Namanya tidak ada, Nur Yakin, itulah namana
DG. NABA : Ya betul Pak Kyai. Ini ada namanya M. Yusuf Jln.
Nuri No. 9 Ujung Pandang. Kenapa tebal begini
Pak Kyai ?
PAK KYAI : Tidak tahu ya isinya
DG. NABA : Apa yang diisikan tebal begitu. Ini lagi dari Abd.
Razak Limpo Jl. G. Salahutu Ujung Pandang. Ini
lagi, kenapa Pak Kyai d naba, si pengirim
Makkatutu Abdullah Parani dari Jeneponto.
Makkatutu Abdullah Parani, surat anda sudah
diterima. Ini lagi Abdullah Mariso Ujung Pandang.
Ini lagi dari Ramli karim di Ambon Maluku,
Asrama Kompi 40. Ini lagi Pak Kyai, Zaenab
Ujung Pandang. Barangkali dilanjutkan Pak Kyai.
PAK KYAI : Nanti lain kali karena banyak ini.
DG. NABA : Ini masih ada surat Pak Kyai, ini terakhir dari M.
Adnan Naulia Adam Ujung Pandang. Nah
sekarang Pak Kyai kita kembali kepada jawaban
surat. Pertama-tama kita dahulukan Bapak Colleng
Jaya Dengan. Ngunjung Kotamadya U. Pandang.
(Kap. Lette Mariso). Dengan. Ngunjung, ini
25
jawaban surat anda. Cara bagaimana bila keua
orang tua ayah dan Ibu durhaka pada anak
kandungnya sendiri. Akan tetapi bila anak yang
durhaka kepada orang tuanya, mudah saya minta
maaf. Mohon jawab.
PAK KYAI : Ini rupanya ada hubungannya dengan dialog subuh
kita yang l. begini Dg. Naba. Tidak ada istilah
orang tua durhaka kepada anak.
DG. NABA : Tidak ada istilah orang tua durhaka kepada anak.
Yang ada, hanya anak durhaka kepada orang tua.
PAK KYAI : Sekarang yang mungkin ada terjadi, orang tua bisa
berdosa kalau melanggar hukum si anaknya yang
benar disalahkanya. Disini orang tua itu berdosa
menjalankan yang benar. Membenakan yang salah.
Jadi tidak dipakai istilah durhaka tetapi dipakai
istilah berdosa.
DG. NABA : Berarti bersalah
PAK KYAI : Bersalah, salahnya kepada Tuhan bukan kepada
anak, karena melanggar ketentuan hukum Tuhan.
Begitu Dg. Naba
DG. NABA : Itu saja yang berpokok ka. Begitulah Dengan.
Ngunjung, jawaban Pak Kyai melalui Dg. Naba.
Atas perhatian anda, terima kasih banyak. Ini lagi
Pak Kyai. Ini rupanya surat dari Zainuddin Husain.
PAK KYAI : Apa pertanyaannya Dg. Naba
DG. NABA : Dengan ini kami mohon penjelasan yang seterang-
terangnya tentang adanya pendapat dari sebahagian
mengaku dirinya ummat Islam bawah
26
bersembahyang bisa dilaksanakan secara berjalan-
jalan duduk-duduk dan tidur, sehingga ia tidak
lagi bersembahyang lima kali sehari semalam. Atas
pengelasan Pak Kyai bersama Dg. Naba yang
tersohor di Nusatara I Ujung Pandang, kami
ucapkan banyak terima kasih. Ini Pak Kyai dan Dg.
Naba tersohor di Nusantara I. Ujung Pandang. Ini
pertanyaan Pak Kyai.
PAK KYAI : Ini jelas salahnya
DG. NABA : Jelas salahnya, sebab orang tidur tidak bisa
sembahyang.
PAK KIAY : Betul, dan orang sembahyang tidak tidur.
DG. NABA : Tapi bisa juga orang tidur sembahyang kalau dia
mimpi
PAK KYAI : Begini ? Begini Dg. Naba. Ini kesalahan ketentuan
sembahyang. Mereka mungkin tertarik kadang
pengertian mentafsirkan kehendaknya sendiri.
Yaitu AQIMISSHALATA LIZIKRI : Tegakkan
sembahyang mengingat saya. Jadi ingat itulah yang
sembahyang, bukan menegakkan sembahyang.
Karena kalau ingat sama Tuhan, berjalan juga bisa
ingat, tidur juga bisa ingat, duduk juga bisa ingat
sampai ada istilah disini Jenne Talluka,
Sembahyang Patutu. Itu artinya di Makassar ini.
Artinya sembahyang tidak putus wudhu yang tidak
pernah batal.
DG. NABA : ini perlu dijelaskan Pak Kyai sebab orang diluar
Sul. Selatan tidak tau itu.
27
PAK KYAI : Ini sudah benar, sembahyang yang tidak pernah
putus, wuduk yang tidak pernah batal, itu benar
untuk dia. Karena dia tidak pernah berwuduk ,
apanya yang mau batal.
DG. NABA : Dan dia tidak pernah sembahyang, apa yang mau
diputus.
PAK KYAI : ya, ya, begitu Dg. Naba. Nah sekarang baik kita
kembalikan supaya bisa terang. Sembahyang atau
agama Islam itu bersumber dari Al Qur'an dan
Haist. Apakah dari Al Qur'an dan Hadist berbicara
semacam itu ? Jawabnya tidak ada, jadi tidak
benar.
DG. NABA : Tidak ada, sedangkan nabi sendiri sembahyang.
PAK KYAI : Ya, sembahyang berasal dari Nabi. Apakah ada
petunjuk nabi atau percontohan dari berasal yang
demikian ? juga tidak ada. Nah sekarang apakah
dia yang salah atau nabi yang salah. Tentu jelas dia
yang salah.
DG. NABA : Ia sebab nabi itu benar adanya. Begitu pula
Zainuddin Husain jawaban. Semoga anda puas
hendaknya. Kalau tidak, terpaksa bersurat lagi
selama Pak Kyai. Ini lagi Pak Kyai dari Akib H.
Mallu, yang nomor tiganya saja kita ambil Pak
Kyai, yang lainnya itu sudah selesai. Nomor tiga,
sesuai dengan ketentuan Hukum Islam, bahwa babi
itu adalah haram dimakan dalam Al Qur'an.
Bagaimana kalau kami jual dan harganya kami
belikan barang yang TIDAK DIMAKAN. Seperti
pakaian, kendaraan dan lain-lain yang bukan
haram, bagaimana pula hukumnya uang yang
28
beredar dalam negara kita yang kebanyakan
pinjaman / bantuan dari luar negara yang bukan
negara Islam, yang sedikit banyaknya bersumber
dari yang haram. Terima kasih atas penjelasan Pak
Kyai dan Dg. Naba dan penulis berdoa semoga Pak
Kyai dan Dg. Naba tetap sehat wal afiat. Amin atas
doa anda, kami ucapkan banyak terima kasih.
Bagaimana jawabnya kai.
PAK KYAI : Sekarang begini Dg. Naba tentang penjualan babi
dibelikan kepada barang yang TIDAK
DIMAKAN apakah boleh atau tidak, orangnya
bekerja memelihara babi. Begini Dg. Naba. Di
dalam agama Islam (rupanya juga ada pertanyaan
yang sama ini tapi tidak pakai nama ini Dg. Naba)
bagaimana hukumnya orang yang memelihara
babi. Jadi sama ya ?
DG. NABA : tapi tidak pakai nama. Dan kalau diisi, memakai,
kalau diisi yang suatu memeliharanya. Kalau
memelihara, untuk apa, tentu dijual, begitu.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Menjual BABI, MEMELIHARA
babi, juga termasuk angkut babi, termasuk
memakannya, semua Dg. Naba haram hukumnya.
Hadist sudah kita bacakan pada malam yang lalu
disejajarkan kepada 4 macam barang yaitu Hadist
jabir menjelaskan INNALLAHA WARASULAHU
HARRAMA BAI’AL HAMRI, WALMATATI
WAL-HINZIRI, WALAZLAMI : Allah dan
rasulnya mengharpkan diperjual beliakn Tuak
(hamar) Babi, Bangkai dan patung-patung. Jadi
berdasarkan Hadist ini Dg. Naba, haram hukumnya
walaupun persoalannya dibelikan kain-lain.
29
Soalnya memperjual belikan itu sendiri sudah
haram. Bukan persoalan uang dibelikan kain, tetapi
pekerjaan memperjual belikan itu sendiri haram.
Selanjutnya Dg. Naba ada juga pertanyaan yang
saya lupa namanya yang Dg. Naba berikan sama
saya ialah yang membongkar BABI di Pelabuhan
oh buru-h-buruh, apa hukumnya. Jawabnya diisi
sekaligus kita kemukakan begini Dg. Naba.
Bekerja sebagai tidak dapat dapat nafkah untuk
hidup. Kalau begitu Dg. Naba termasuk darurat
hukumnya dia dapat saja membongkar babi itu.
Tetapi memeliharanya, itu tidak boleh karena itu
pekerjaan yang permanen. Adapun membongkar
babi, pekerjaan yang insidentil, apalagi dia merasa
terpaksa untuk mendapat uang dari kerja
membongkar itu. Kalau tidak dia kerjakan dia tidak
mendapat uang, keluarga tidak makan.
Dimasukkan ke dalam hukum darurat” ADLDI
ARUURAATU TUBIHUL MAHDLUURAAT”
Segala yang haram bisa berobah hukumnya jadi
karena daruratnya. Bersamaan dari pertanyaan ini
juga Dg. Naba, ada pertanyaan dari saudara Musra
Latief tentang minuman haram kemarin itu. Jadi
sekaligus sudah terjawab yang kemarin subuh.
DG. NABA : O. o ia sudah sama dengan itu.
PAK KYAI : Ia.
DG. NABA : Jadi artinya sekali menyelam, minum air Pak Kyai,
jadi sudah ni Pak Kyai.
PAK KYAI : Sudah barangkali yang lain lagi
30
DG. NABA : Baiklah Pak Kyai. Nah sekarang kita lanjutkan,
atau begitu dulu Pak Kyai.
DG. NABA : Nah ini yang lalu tentang pendidikan Lukman.
Sekarang pendidikan di rumah tangga, petama-
tama menghormat kepada kedua orang tua yang
kedua apalagi ?
PAK KYAI : Rupanya berturut-turut pertanyaan Pak Kyai
tentang Lukman ini.
DG. NABA : Ia.
PAK KYAI : Begini DG. NABA :. Yang kedua, harus
dibiasakan anak ialah mengerjakan kebaikan
bagaimana kecilnya pun.
DG. NABA : Ia dibiaskan mengerjakan kebaikan, bagaimanapun
kecilnya kebaikan itu.
PAK KYAI : Ia. Dan dibiaskan anak meninggalkan kejahatan
bagaimana kecilnya pun harus dibiasakan
meninggalkan kejahatan.
DG. NABA : Ia, mana contoh kebaikan yang kecil itu Pak Kyai,
dan mana contoh kejahatan yang paling kecil.
PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Sebelum saya sampai kepada
contoh, baiklah saya tunjukkan dasarnya dulu dari
firman Allah.
DG. NABA : Ia bagaimana bunyinya Pak Kyai
PAK KYAI : Di dalam ayat Lukman memanggil anaknya : Ya
Bunayya INNAHA, INTAKU
MISQAALAHABBATIN MINKHARDALIM,
FATAKUM FIE ZHAHTIM
31
ALLFISSAMAAWAATI, ALL FILARDHI,
YA’TIBI HALLAH, INNALLAHA, LATIIFUN
CHABIER” Artinya : Wahai anakku kata Lukman.
DG. NABA : Ini Lukman panggil anaknya hai anakku. Kalau
bahasa kitanya e e. sayangku.
PAK KYAI : “Jika ada kebaikan atau kejahatan sebesar biji yang
terletak di dalam baut atau ada di dalam langit atau
ada di bumi, Allah akan memberikan pembalasan.
Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan Maha
memberitakan kelak”.
DG. NABA : O o. begitu. Ini nasehat Lukman kepada anak.
Bagaimanapun kebaikan yang kau kerjakan nak,
umpamanya saja membuangkan tulang ayam dari
jalanan, Allah akan membalasnya.
PAK KYAI : Betul Dg. Naba. Itulah contohnya saudara
kemukakan. Jadi kalau Dg. Naba minta contoh,
itulah contohnya.
DG. NABA : A. a. itu baru kebaikan Pak Kyai yang
kejahatannya bagaimana ?
PAK KYAI : Contohnay itu juga Dg. Naba. Membuang tulang
ayam ke jalan, itu kejahatan, membuang pisang ke
jalanan, itu kejahatan walaupun kecil. Kulit pisang
apalah artinya, tapi harus tahu Dg. Naba sepatu
orang tinggi-tinggi sekarang terinjak kulit pisang,
terus lancar, terseleo kaki, berurusan dengan
tukang urut tiga pagi. Itu Dg. Naba.
DG. NABA : Berurusan dengan tukang urut tiga pagi ya.
32
PAK KYAI : Ia, begitu juga Dg. Naba, nampak kulit pisang di
jalan, panggilan anak, He, itu banyak kulit pisang
dijalanan, nanti diinjak orang bisa jatuh. Ambil
anak. Itu kebaikan, dibuangnya dari jalanan keluar.
DG. NABA : Jadi itulah dasar2 pendidikan Lukman
PAK KYAI : Ia membiasakan.
DG. NABA : Padahal sekarang malah lain, mengganggu di jalan.
Seperti yang lalu main layang2 di jalanan, itu
termasuk kejahatan Pak Kyai ?
PAK KYAI : Termasuk kejahatan, layang2, batu2 dilempar ke
jalan batu2 bundar, terinjak oto dia melenting ken
kepalanya.
DG. NABA : O. a. betul2. Jadi kalau begitu Pak Kyai, memang
anak2 kita perlu diajar beragama. Ini nasehat
Lukman ini perlu setiap orang tugas meresapkan di
dalam jiwa masing-masing.
PAK KYAI : Benar Dg. Naba dalam pembinaan remaja
DG. NABA : Begini lagi Pak Kyai. Bagaimana caranya
membangkitkan gairah anak2 untuk melakukan
yang baik, dan meninggalkan yang tidak baik.
PAK KYAI : Ini Dg. Naba, mungkin ditempuh dua cara, yang
bisa dilakukan. Lebih dari itu, tidak apa2. Pertama
Dg. Naba, dengan bersifat perintah. Sebab di masa
anak2, itu tidak mau menjalankan kalau tidak
diberikan bersifat perintah. Contohnya anak2 umur
7 tahun, diperintah bersekolah, perintah
sembahyang. Sebab di belum tahu apa manfaatnya.
Oleh sebab itu disini berlaku perintah.
33
DG. NABA : Perintah. Kalau tidak mau, pukul
PAK KYAI : Sampai begitu Dg. Naba. Penjelasan2 soal baik
dan buruk juga diperlukan tetapi nanti setelah di
dapat memahaminya Dg. Naba. Itu cara yang
pertama, jadi diperintah, E, itu kulit pisang di
jalanan buang. Nanti soal keduanya Dg. Naba,
menjelaskan kepada anak tentang pahala dan dosa
dan pembalasan Tuhan terhadap melakukan
perbuatan yang baik. Juga akan ad dosa terhadap
melakukan perbuatan jahat, dan akan mendapat
pembalasan yang setimpal. Ini penjelasan. Kalau
tadi sifatnya perintah. Ulang2, kemudian diiringi
dengan penjelasan2.
DG. NABA : Bagaimana kalau disitu diselipkan juga Pak Kyai
itu ceria yang berpaedah seperti cerita Nabi2.
PAK KYAI : Itu betul. Itu nanti untuk menggairahkan
bersemangat tentang agama. Supaya tertanam
baginya soal keimanan.
DG. NABA : O ia, begini lagi. Apa kedudukan pahala, dosa dan
pembalasan di dalam agama dan pendidikan.
PAK KYAI : O. ia. Sekarang Dg. Naba tanya tentang pahala,
dosa pembalasan diakhirat apa kedudukannya
dibidang agama dan apa kedudukannya di bidang
pendidikan. Ini Dg. Naba, merupakan hakikat atau
jiwa agama, dan disitulah jiwa pendidikan. Jadi
masalah pahala, dosa itu jiwanya pendidikan disitu
dan jiwanya agama disitu Dg. Naba.
DG. NABA : Kepada dosa dan pahala serta pembalasan itu
dikatakan jiwa a gama dan jiwa pendidikan ?
34
PAK KYAI : Bagi Dg. Naba. Bila manusia merasa berdosa
melakukan kejahatan, sehingga dengan itu ia
meninggalkan. Dan merasa berpahala berbuat
kebajikan, sehingga dengan itu ia melakukan
perbuatan, maka hiduplah agama, berdirilah
seorang manusia yang baik dan mengharapkan
pula pembalasan Allah. Motivasi inilah Dg. Naba
membuatkan perbuatan ber-ulang2 akhirnya
terbentuk sifat yang baik, ini yang dikatakan jiwa
daripada pendidikan.
DG. NABA : O, ia, ia. Begitu ya. Apabila seseorang anak sudah
merasa berdosa melakukan kejahatan dan merasa
berpahala melakukan kebaikan ini dihidupkan
terus, hidup agama, hiduplah pendidikan.
Sebaiknya tidak merasa berdosa melakukan
kejahatan, membuang duri di jalanan dianggap
biasa, membuang pecahan kaca ke jalanan
dianggap biasa, membuang batu ke jalanan
dianggap biasa.
PAK KYAI : Hilanglah jiwa agama…
DG. NABA : Hilang ton jiwa pendidikan ..
PAK KYAI : J adi nakallah dia…
DG. NABA : Jadilah ia problem remaja
PAK KYAI : Disinilah masalahnya
DG. NABA : Ia betul2 Pak Kyai. Ini lagi. Jadi Pak Kyai, kalau
manusia menghidupkan agama, dan mendidik anak
jadi baik, harus dihidupkan rasa pahala dan dosa
serta keyakinan pembalasan Tuhan. Tentu begitu.
35
PAK KYAI : Betul Dg. Naba
DG. NABA : Supaya pendidikan berhasil, kita harus hidupkan
masalah pahala dan dosa.
PAK KYAI : Benar demikian Dg. Naba. Malah jadi sebaliknya
seperti yang Dg. Naba katakan tadi, kalau mau
menghancurkan, mau menjadikan anak jadi nakal,
cubutlah itu rasa pahala, rasa berdosa, dari jiwa
anak2 atau tidak pernah ditanamkan. Dengan
sendirinya akan tercabut agama dari anak2, akan
tercabut kepada terdidiknya anak yang baik kalau
terasa berpahala dan dosa tidak dirasakannya lagi.
DG. NABA : Ini cara2 komunis Pak Kyai …
PAK KYAI : O. o. cara Komunis …?
DG. NABA : Bara2 Komunis itu. Jadi kalau orang tua begitu,
orang tua komunis, Dg. Naba mau tegas saja Pak
Kyai…
PAK KYAI : Ia, bisa ketahanan Nasional hancur Dg. Naba…
DG. NABA : Itu dia
PAK KYAI : Bahaya besar
DG. NABA : Ia… itu orang tua yang begitu, perlu ditangkap Pak
Kyai. Jadi seharusnya anak itu kita bina merasa
berpahala melakukan kebaikan dan merasa berdosa
melakukan kejahatan.
PAK KYAI : Dengan sendirinya anak itu baik…. Agama jadi
hidup. Kita dapat mewariskan negara Pancasila
pada generasi yang lebih baik kelak.
36
DG. NABA : O. ia, ia… betul2 Pak Kyai. Barang kali tercabut
atau tidak pernah ditanamkan rasa dosa itu di hati
anak2 sehingga banyak anak2 wanita hamil
sekarang. Hail tapi tidak ada suaminya, hamil
sebelum kawin. Dan lagi Pak Kyai, kini dapat kita
peroleh dari surat2 yang masuk, surat2 masuk
mengatakan begitu, berkata begini. Bagaimana
mengawinkan orang yang sudah hail. Jadi belum
kawin sudah hamil….
PAK KYAI : Itu merasa tidak berdosa lagi melakukan kejahatan.
Itulah Dg. Naba suatu gambaran kelalaian
pendidikan rumah tangga dewasa ini.
DG. NABA : Kelalaian pendidikan rumah tangga dewasa ini.
PAK KYAI : Yang harus disadari, dus secara serius Dg. Naba.
Karena itu Dg. Naba, membawa akibat yang sangat
berbahaya bagi kehidupan dunia, lebih2
keselamatan hidup di akhirat. Karena itu pantas
Lukman mementingkan ini kepada pendidikan
anak2 di rumah tangga.
DG. NABA : Apalagi Pak Kyai, saya tambah kalau itu wanita
sudah tidak ada malunya Pak Kyai (Tena Siri’na…
e. ee. Ee. Bahaya lompo Pak Kyai ).
PAK KYAI : Disitulah letaknya Kuu Ampusakum : Peliharalah,
jaga anak keluarga dari masuk api neraka.
DG. NABA : Artinya, malunya dijaga. Tetapi menurut Dg.
Naba, ada ton malu yang perlu dipelihara, ada
malu yang perlu dibuang.
PAK KYAI : O. ia…. Malu apa ?
37
DG. NABA : Kalau malu yang perlu dibuang Pak Kyai ? malu
makan.
PAK KYAI : O. ia.. nanti tidak kenyang…
DG. NABA : O. ia… nanti kelaparan. Barangkali sudah habis
waktu Pak Kyai … ?
PAK KYAI : Sudah habis waktu, baiklah…
DG. NABA : Sampai disini saja dulu Pak Kyai. Besok kita
sambung Insya Allah.
PAK KYAI : Ia.. Insya Allah.
DG. NABA : Sekian, Assalamu Alaikum w. w.
PAK KYAI : Waalaikummussalam