dialog bulan puasa 10

39

Upload: indira-mulyawan

Post on 17-Mar-2016

272 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

H. Bakri Wahid

TRANSCRIPT

Page 1: Dialog Bulan Puasa 10
Page 2: Dialog Bulan Puasa 10

1

DIALOG

BULAN PUASA

10

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.

Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.

Page 3: Dialog Bulan Puasa 10

2

MINUMAN KERAS, BANGKAI BABI

DAN

PATUNG-PATUNG

PAK KYAI : Assalamu Alaikum

DG. NABA : Walaikummussalam w.w.

PAK KYAI : Sudah lama tiba Dg. Naba ?

DG. NABA : Lebih dahulu saya dari Pak Kyai

PAK KYAI : Apa itu ya ?

DG. NABA : Pokoknya sekarang Pak Kyai, tidak lambat lagi.

Ini Pak Kyai surat lagi.

PAK KYAI : Surat lagi ya ?

DG. NABA : Ia, ia. Ini surat Dg. Naba terima dari Abd. Gaffar

Dengan. Ngalle Jl. Batu Putih Lr. 20 No. 5 U.P.

Terima kasih atas perhatian anda. Ini lagi Pak Kyai

dari Non Kastuti M. Siswa Perawat Bidan R.S.

Labuanbaji U. Pandang. Ini lagi dari Anas. Jl.

Muhammadiyah min Bara2ya U. Pandang. Ini lagi

dari Ismail Bandu Dengan. Makkelu Kab. Sinjai

Tengah. Sekarang dari Sabhar U. Pandang.

Selanjutnya dari Nama tidak usaha disebut

namanya, Jl. Karunrung U. Pandang. Selanjutnya

dari Sulaiman Nur Jl. Kandea Lr. 118 UP. Terakhir

sekali M. Alim Bachri L.P.H RK.I Karuwisi.

Page 4: Dialog Bulan Puasa 10

3

PAK KYAI : Sudah berapa surat masuk ini Dg. Naba ?

DG. NABA : Surat masuk semua Pak Kyai kalau Dg. Naba tidak

salah ingat, sampai dengan tgl. 27-975, ini

berjumlah 356 lembar. Inilah yang terakhir, dan

belum masuk ini.

PAK KYAI : Jadi belum masuk ini ?

DG. NABA : Ya belum masuk ini. Ini lagi Pak Kyai pertanyaan.

Jawaban dari pada surat2 pertanyaan. Yang mana

kita dahulukan Pak Kyai.

PAK KYAI : Terserah Dg. Naba

DG. NABA : Dari A. Tubuon Adamupoli Kotamuagu. Ini

banyak pertanyaan Pak Kyai, tapi yang ini saja kita

ambil. Apakah dapat seseorang Islam itu menjual

minuman yang memabukkan ? Kemudian ada lagi

yang sama yaitu Es Partono Dkk.

PAK KYAI : Dewan Kesehatan barangkali ?

DG. NABA : Dengan kawan, bukan dewan kesenian Pak Kyai.

Pertanyaannya, bagaimana pula dengan minuman

keras yang biasa dipakai dalam campuran obat.

Seperti alkohol dalam tonikum dan lain-lain yang

pokoknya digunakan sebagai obat. Bagaimana pula

hukumnya kalau kita mempergunakan.

PAK KYAI : Baiklah Dg. Naba saya jawab pertanyaan yang

pertama dari sdr. Tubuwon Adamupoli. Begini

apakah seseorang Islam itu dibenarkan menjual

obat minum2an

Page 5: Dialog Bulan Puasa 10

4

DG. NABA : Tidak, ini dulu apakah dapat seseorang Islam

menjual minuman keas. Ia mau berdagang pula,

lalu menjual minuman keras. Bolehkah seseorang

Islam tidak, singgah saja Pak Kyai

PAK KYAI : Seorang Islam Dg. Naba di dalam agama Islam

dilarang menjual minuman dan memperjual

belikan minuman keras.

DG. NABA : Jadi orang Islam, tidak boleh menjual minuman

keras Dasar hadist rasul.

PAK KYAI : Ia tidak boleh. Di dalam Hadist Nabi riwayat

Buchari Muslim yang berbunyi : Innallahu

warasulahu Harrawal bait wal hamri, wal maotati,

wal hinsyiri, wal asnani. Artinya : Alah dan

Rasulnya telah mengharamkan diperjual

belikannya hamar, artinya minuman keras,

bangkai, daging babi dan patung2.

DG. NABA : Jadi penjual belikan itu haram, tidak boleh, sebab

dilarang. Beres Pak Kyai. Tapi Dg. Naba agak

keberatan sedikit.

PAK KYAI : apa keberatannya.

DG. NABA : Itu bangkai itu diperjual belikan. Padahal di Sentral

disini banyak bangkai ayam, bangkai kambing apa.

PAK KYAI : Kalau sudah disembelih, namanya bukan bangkai.

DG. NABA : Apaji ?

PAK KYAI : Kalau yang dikatakan bangkai, barang yang mati

tidak disembelih.

DG. NABA : O, begitu

Page 6: Dialog Bulan Puasa 10

5

PAK KYAI : pertanyaan yang kedua, tadi minuman keras

dijadikan obat. Begini Dg. Naba. Ini pendapat

Imam Syafii saya kemukakan. Sebenarnya satu

dasar Hadit yang menjelaskan begini : Innallaha

Anshaladhaa waddhawaa waja ala lukullid hawa

waja ala likullildhain dhawaan fatadaau wala

fatadhawaun bicharamin Rawalu abu Daud.

Sesungguhnya Allah telah merenungkan penyakit

dan obat.

DG. NABA : Ya. Jadi kalau ada penyakit, ada obat.

PAK KYAI : Ada obat yang diturunkan.

DG. NABA : Artinya kalau ada penyakit lalu tidak bisa sembuh-

sembuh, berarti obatnya tidak ada.

PAK KYAI : belum ditemukan Dg. Naba

DG. NABA : belum ditemukan

PAK KYAI : Dan Allah telah menjadikan tiap-tiap penyakit ada

obatnya. Maka berobatlah kamu, tetapi jangan

kamu berobat dengan yang haram. Ini Hadist

riwayat Abu Daud. Ini Alkohol termasuk yang

haram. Jadi kamu berobat dengan obat yang

haram.

DG. NABA : Jangan berobat dengan minuman keas

PAK KYAI : Namun demikian Dg. Naba, karena kebetulan juga

efek-efek disatu bidang Alkohol ini dalam

pengobatan, Imam Syafii mempunyai pendapat

begini. Obat yang dicampur dengan alkohol, dapat

diminum dengan syarat atau dapat dipakai jadi

obat dengan syarat : harus dengan resep dokter,

Page 7: Dialog Bulan Puasa 10

6

dan mengikuti ketentuan-ketentuan dokter.

Umpamanya tiga kali satu sendok sehari tidak

boleh lebih dari itu. Demikian pendapat beliau.

Contohnya seperti Tonikum Bayer, dapat diminum

karena itu alkohol, harus melalui resep dokter.

DG. NABA : Harus melalui resep dokter, jangan beli sendiri

PAK KYAI : Beli sendiri dan minum seenaknya

DG. NABA : Ia, dan memang berbahaya Pak Kyai

PAK KYAI : Itu Dg. Naba. Kalau dikatakan menguatkan badan,

saya kira telur dengan madu paling hebat untuk

menguatkan badan.

DG. NABA : O. o. begitu Pak Kyai ? Pak Kyai sudah biasa ?

PAK KYAI : Begini Dg. Naba

DG. NABA : O. Ia. Ia. Baiklah Pak Kyai, ini lagi dari Rusly

Aburaera. Ini terlalu panjang suratnya, Pak Kyai,

kita ambil saja pertanyaannya. Apa yang dimaksud

iblis setan, jin, apakah ada perbedaan.

PAK KYAI : Ada lagi pertanyaan yang sama dengan itu Dg.

Naba

DG. NABA : O, ia betul. Mohon penjelasan Pak Kyai dan Dg.

Naba tentang pengertian Iblis dan setan. Apakah

iblis dan setan itu masuk sorga kelak di hari

kemudian ? Mohon penjelasan sebab ada orang

yang mengatakan bahwa pimpinan dan anak buah

setan dan iblis yang patuh masuk sorga, sedang

ummat manusia yang berhasil digoda, itulah yang

masuk neraka. Minta penjelasan Pak Kyai. Ini

Page 8: Dialog Bulan Puasa 10

7

pertanyaan dari jalan Veteran No. 245 dari M.

Alwy T.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Kita juga masih ragu-ragu

pertanyaan ini, karena dia bilang apakah iblis itu

bisa masuk sorga. Begini, surat pertama

menanyakan tentang asal iblis. Asal iblis dengan

setan itu, dari Api. Nah itu sudah terjawab. Apa

perbedaan-perbedaannya, bahwa setan itu berada

di dalam tubuh manusia berdasarkan Haist Nabi,

Maminkum min ahadin illa walau syaitanu. Tidak

ada seorang manusia kata Nabi yang tidak punya

setan. Jadi dalam manusia itu terdapat ada

setannya. Jadi setannya manusia. Oleh sebab itu

orang kadang-kadang bilang manusia setan.

Kemudian apakah iblis dan setan ini masuk sorga

karena patuhnya. Jawabnya iblis dan setan tidak

akan masuk sorga, tapi masuk neraka. Kenapa dia

masukkan kepada neraka, karena dia termasuk

makhluk Tuhan yang durhaka. Di dalam ayat Wa

isqala lilmalaikati judul i adama fasjadu illa iblis

Dg. Naba, wastaqba rabba wakana minal kafirin.

DG. NABA : Jadi Iblis itu kafir.

PAK KYAI : Kafir. Orang kafir tidak bisa masuk sorga. Betul

Iblis sebangsa malaikat, bangsa sejenis disini ialah

sajani dari Nur. Iblist terjadi dari api, jadi sejenis

terang atau sejenis menerangi. Tapi kalau api

meneranginya panas, kalau cahaya dingin. Yang

malaikat, masuk sorga, yang iblis masuk neraka.

Karena malaikat makhluk taat, iblis makhluk kafir.

Karena itu dia dimasukkan Tuhan ke dalam neraka.

Page 9: Dialog Bulan Puasa 10

8

DG. NABA : O, begini Pak Kyai. Jadi orang yang ikut iblis,

maka neraka toh. Yang ikut malaikat ?

PAK KYAI : Masuk surga juga

DG. NABA : A. a. begini. Ini lagi Pak Kyai. Banyak ini Pak

Kyai surat. Yang ini dulu Pak Kyai

PAK KYAI : Silahkan Dg. Naba

DG. NABA : Ini pertanyaan dari Muh. Manuai dari Nusa

Tenggara Timur

PAK KYAI : O ia, ia, apa pertanyaannya

DG. NABA : Saya tidak baca seluruhnya suratnya Pak Kyai

terlalu panjang. Pertanyaannya saja. Satu,

bagaimanakah hukumnya kalau seorang anak yang

berumur 4 tahun beragama Kristen ikut orang

tuanya sewaktu mendapat sakit, anak ini

hendaknya dimasukkan ke dalam agama Islam,

dengan perantara pamannya yang beragama Islam,

anak ini diserahkan untuk dimasukkan dalam

agama Islam, kepada imam atau badan agama.

Sebelum melakukan syarat-syarat Islam untuk

menjadi seorang anak yang Islam, anak ini

mendapat sakit lebih berat lagi. Dan mulailah

menghadapi Sakratulmaut. Dalam keadaan sekarat,

anak ini diislamkan oleh Imam pada telinganya,

pada saat itu, ia menghembuskan nafasnya yang

terakhir. Wajibkah anak semacam ini dikuburkan

Islam, dan lalu dikuburkan secara Islam,

bagaimana hukumnya. Mohon penjelasan dari

Bapak atas pertanyaan ini. Dan atas penjelasan

Bapak, Kyai dan Dg. Naba, dahulunya kami

Page 10: Dialog Bulan Puasa 10

9

mengucapkan banyak terima kasih, dan salam dari

kami untuk Pak Kyai dan rekan setia.

PAK KYAI : Tidak ada Dg. Naba

DG. NABA : Ada, saya. Tapi salah ini, mohon penjelasan dari

Bapak akan hal ini dan atas penjelasan Bapak Kyai

dan Dg. Naba … jadi ikut ton

PAK KYAI : Begini Dg. Naba, Anak menurut ketentuan hukum

mengikuti agama bapaknya. Dengan ini terjawab

juga pertanyaan perkawinan campuran. Karena

banyak surat-surat masuk mengenai kawin

campuran. Kristen Bapak, Islam Ibu, ini anak

statusnya bagaimana. Jawabnya, status anak,

mengikuti agama Bapak.

DG. NABA : Kalau Dg. Naba lain Pak Kyai

PAK KYAI : Bagaimana

DG. NABA : Kalau Bapak Islam, Ibu kristen, itu menimbulkan

problem masalah anak. Oleh karena itu, jangan

begitu, supaya jangan pusing.

PAK KYAI : Jadi juga pusing2 ya, supaya terjadi baku bagi

DG. NABA : Nanti berkelahi lagi..

PAK KYAI : Sebagai harta pencaharian ya? Padahal itu bukan

dicari

DG. NABA : Bukan

PAK KYAI : Hanya kebetulan lahir

DG. NABA : Main2 ji Pak Kyai

Page 11: Dialog Bulan Puasa 10

10

PAK KYAI : Nah, sekarang Dg. Naba, begini : Status anak,

mengikuti Bapak kristen. Tetapi persetujuannya,

ini anak masuk Islam, si Bapak menyerahkan anak

kepada paman, paman menerima penyerahan

sebagai seorang muslim maka dengan itu Dg.

Naba, anak ini mengikuti kepada pamannya

sebagai seorang Islam. Jadi sah sebagai seorang

anak Islam, walaupun dia belum balik berakal

tetapi yang menguasai anak adalah orang Islam,

maka anak itu boleh dan musti diupacarakan

dengan upacara Islam. Karena yang penting

disinilah Dg. Naba, yang berkuasa terhadap anak.

Sekarang yang berkuasa, adalah pamannya yang

beragama Islam. Dengan demikian dikuburkan

dengan secara Islam, diacarakan dengan acara

Islam itu sudah benar

DG. NABA : O, ya, jadi benar itu Pak Kyai

PAK KYAI : Sudah benar

DG. NABA : Jadi sdr. Muh. Manuai itulah jawaban Pak Kyai

terhadap pertanyaan sdr. Melalui Dg. Naba. Atas

perhatian anda, kami ucapkan terima kasih. Ini lagi

Pak Kyai. Ini dari Zaierus Australia. Pertanyaan,

saya sebagai karyawan menjualkan kontrak selama

satu satu. Apakah saya tidak berdosa selama saya

menjalankan kontrak tersebut, itu tanpa bertemu

istri saya yang ditinggalkan di Ujung Pandan.

Bagaimana hukumnya Pak Kyai.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba..

DG. NABA : Tugngu dulu Pak Kyai, Dg. Naba bisa menjawab

ini.

Page 12: Dialog Bulan Puasa 10

11

PAK KYAI : Apa jawabnya

DG. NABA : Kan yang ditanya berdosakan kita kalau tidak

bertemu dengan istri karena ditinggalkan di Ujung

Pandang. Kalau Dg. Naba, supaya tidak berdosa,

jangan ditinggalkan isterimu, kalau perlu bawak

kesana.

PAK KYAI : Supaya juga tidak gelisah

DG. NABA : O, ya, ya. Ini karena gelisahnya, sampai begini

kasihan ini.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba, sdr. Dengan. Mappatunru, sdr.

Tidak akan berdosa bila sdr. Waktu berangkat atas

persetujuan sdr. Dan belanja buat isteri supaya

tetap dijamin, dikirimkan. Dan selalu berkirim

surat kepada isterinya supaya senang hatinya dan

tenang perasaannya. Itulah nasehat.

DG. NABA : Ia, ia, tapi cocok Dg. Naba tadi, supaya tenang

kedua boleh pihak, memang isteri di Ujung

Pandang. Kalau tadi bisa, itulah kirim surat. Kedua

lagi Pak Kyai. Selama karyawan disini,

menjalankan tugas bekerja mulai jam 07.00 pagi

sampai jam 16.30 sore. Apakah sembahyang

Dzuhur dan Ashar, Isa, dijaminkan. Minta

dijelaskan. Ini bagus pertanyaannya Pak Kyai.

PAK KYAI : Begini sdr. Mappatunru, itu kalau kita bekerja biar

dimana ada itu dinamakan waktu istirahat.

Sebaiknya Mappatunru waktu istirahat itulah

dipergunakan untuk beribadah shalat. Karena

jamak ashar itu di dalam hadis memang

diperintahkan hanya untuk orang musyafir. Jadi

Page 13: Dialog Bulan Puasa 10

12

sdr. Satu tahun disitu, itu sudah sulit dikatakan

musyafir. Lantas untuk menjamak dan qasha

sebagai seorang musyafir dibenarkan di dalam Al

Qur'an tetapi karena pekerjaan sibuk itu sulit untuk

digunakan jamak qashar.

DG. NABA : Begini Pak Kyai, O, Ia. Ia… tetapi saya salut itu

Pak Kyai. Ini orang, orang rajin sembahyang Pak

Kyai

PAK KYAI : Ia, mudah2an dipelihara

DG. NABA : Ini lagi yang ketiga. Keadaan air disana sangat

dingin. Kalau kita mengambil air sembahyang

tanpa dicampur air panas, itu tidak bisa

mengambilnya, karena tidak tahan dinginnya.

Apakah sah wudhu itu atau batal. Artinya kalau

dicampur airnya itu Pak Kyai bagaimana

hukumnya.

PAK KYAI : Ya. Karena dinginnya di Australia terpaksa air

harus dicampur. Begini Dg. Naba, Sah untuk

wudhu dicampur dengan air panas. Adapun yang

dilarang oleh Nabi, Cuma air yang dikenai panas

matahari. Tapi yang kena panas api atau listrik,

tidak dilarang. Jadi mencampur air dingin dan air

pans kemudian dipakai berwudhu, sah wuduknya,

airnya tetap suci. Cuma yang tidak boleh,

dicampur dengan ari kencing, itu batal, kalau air

nanas, tidak apa2.

PAK KYAI : Tapi Dg. Naba tambahkan sedikit. Kalau Dg.

Naba, dilarang itu dicampur.

PAK KYAI : Kenapa dilarang ?

Page 14: Dialog Bulan Puasa 10

13

DG. NABA : Karena nanti lebih banyak air panasnya dan ari

dinginnya, rusak muka.

PAK KYAI : Kalau merusak, tentu dilarang, tetapi ini tentu

dibuat ukuran

DG. NABA : O, Kalau dibuat ukuran, cocok mi Pak Kyai.

Sekarang ingin saya tanyakan kepada Pak Kyai

tentang pendidikan Lukman. Kan kita bicarakan

yang lalu ini tentang pendidikan Lukman di rumah

tangga terhadap pembinaan akhlak remaja.

PAK KYAI : Ia. Yaitu diantaranya kita bicarakan hormat kepada

Ibu Bapak, berbakti kepadanya.

DG. NABA : Sampai masalah kedelapan. Sekarang yang

kesembilan lagi Pak Kyai.

DG. NABA : Ya yang kesembilan lagi

DG. NABA : Azas2 pendidikan Lukman di rumah tangga

PAK KYAI : Azas2 pendidikan LuUkman di rumah tangga,

pertama hormat dan berbakti kepada orang tua.

Dan saya kemukakan di waktu itu, sudah baru

delapan. Sekarang kesembilan, apa ? Begini Dg.

Naba, yang kesembilan, hendaklah diterangkan

kepada anak2 kita agar anak berbuat baik yang

menyenangkan hati orang tua. Itu harus dijelaskan

kepada anak2. Lantas, apa yang menyenangkan

dirinya anak, itu juga akan menyenangkan hati

orang tua. Apa yang terasa menyakiti, jangan

dilakukan, karena itu menyakiti juga orang tua.

Istilah bahasa Indonesianya, pijik dulu dirinya.

Kalau terasa sakit, jangan dilakukan terhadap

Page 15: Dialog Bulan Puasa 10

14

orang tua. Kemudian Dg. Naba, diperlihatkan lagi

kepada anak oleh si Bapak, bagaimana yang

seharusnya berbuat kepada orang tuanya supaya

anak gampang mencontoh, oh beginilah sewajar

nay seorang anak terhadap orang tua.

DG. NABA : Karena dia mendapat pendidikan begini dari orang

tuanya sendiri.

PAK KYAI : Betullah Dg. Naba.

DG. NABA : Yang kesepuluh apa lagi.

PAK KYAI : Yang kesepuluh Dg. Naba, agar selalu mendoakan

orang tuanya.

DG. NABA : Ia, orang tua selalu didoakan.

PAK KYAI : Ia, bila kita memohon ampun dosa untuk diri kita,

jangan lupa memohonkan ampun dosa buat kedua

orang tua. Dan kemudian si orang tua juga

memperlihatkan kepada anaknya bagaimana

seharusnya mendoakan kedua orang tuanya.

Begitu Dg. Naba.

DG. NABA : Pokoknya yang praktis semua Pak Kyai

PAK KYAI : Betul Dg. Naba. Apalagi doa itu sudah diajarkan di

dalam Al Qur'an.

DG. NABA : Bagaimana bunyi doanya Pak Kyai ?

PAK KYAI : Doanya Dg. Naba, begini bunyinya

DG. NABA : Jangan panjang2 Pak Kyai

Page 16: Dialog Bulan Puasa 10

15

PAK KYAI : Tidak panjang, tapi cukupan. Begini doanya.

Robbana firlanaa, sunubanaa, waliwalidainaa

warhamyma Kama Robbayanaa Qasira’. Artinay :

Oh Tuhan, ampunilah dosa kami, dan dosa kedua

doasa kedua orang tua kami, Kasihanilah keduanya

sebagaimana dia kasihi kepada kami sms kami

kecil.

DG. NABA : O, ia, ia. Jadi kalau begitu semua orang tua waktu

kita kecil, saya semua. Setelah besar, baru jengkel.

Begitu Pak Kyai.

PAK KYAI : Ia begitu, kurang pendidikan Dg. Naba

DG. NABA : Yang salah, orang tua juga. Kesebelas apa Pak

Kyai ? (yang terakhir)

PAK KYAI : Begini Dg. Naba kalau yang sebelas ini, ialah

kalau orang tuanya sudah meninggal, (sudah mati),

maka si anak sedapat mungkin menghubungi

sahabat2 dari para orang tua.

DG. NABA : Menghubungi sahabat2 daripada orang tua, si anak

ini.

PAK KYAI : Si anak ini. Dan hubungilah dengan baik

sebagaimana kerabat orang tuanya, hormatilah,

sebagaimana di hormat kepada kedua orang

tuanya. Sebab orang tuanya, tidak pernah

menyakiti sahabatnya. Si anak jangan sampai

menyakiti sahabat orang tuanya. Kalau dia sakti

sahabat orang tuanya, berarti dia sakit orang tuanya

sendiri. Begitu Dg. Naba.

Page 17: Dialog Bulan Puasa 10

16

DG. NABA : O. o. o. Begitu. Kemudian begini lagi, bagaimana

kalau kedua orang tua kita baik kepada sahabatnya,

kita baik kepada anaknya juga (sahabatnya Bapak).

PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Jadi kita seakan-akan dijadikan

bersaudara karena persaudaraannya orang tua kita

dengan dia. Jadi dengan demikian terjadi suatu

kerukunan hidup Dg. Naba.

DG. NABA : Betul, betul, apa adilnya ini Pak Kyai. Ada

dalilnya ini ?

PAK KYAI : Begini Dg. Naba, semua yang kita jelaskan di atas,

dikunci dengan suatu hadist Pak Kyai.

DG. NABA : Ia bagaimana Kuncinya.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba Nabi katakan : “Birru Dg. Naba

aum, tabarrukum abonauku, Wa ishunu

Tauffanitaikum” Artinya, berbuat baiklah kamu

kepada kedua orang tuamu. Niscaya akan berbuat

baik kepada kamu anak2 kamu kelak. Jadi disini

orang tua memberi contoh dahulu siapa anak kita

contoh itu.

DG. NABA : Jadi kita berbuat baik kepada orang tua dahulu,

nanti anak2 kita, tambah baik sama kita.

PAK KYAI : Ia karena akan mengikuti contoh kita itu.

DG. NABA : Ia, ia, betul.

PAK KYAI : Kemudian Dg. Naba, bersihkan dirimu daripada

bentuk kekotoran perzinaan, niscaya isteri kamu

juga akan menjaga dirinya daripada untuk berzina

itu.

Page 18: Dialog Bulan Puasa 10

17

DG. NABA : O, ia, ia, ia, si suami harus menjaga diri dari

perzinahan, nanti isterinya juga akan

membersihkan diri dari perzinaan. Kalau suaminya

jalang, isteri juga lebih2 lagi.

PAK KYAI : Betul, sangkut pautnya tidak bisa dilepaskan.

DG. NABA : Ia betul Pak Kyai. Kalau anak durhaka kepada

orang tua, bagaimana Pak Kyai ?

PAK KYAI : Sekarang bagaimana anak durhaka kepada orang

tua ?

DG. NABA : Ai,

PAK KYAI : Itu ada dua akibat besar yang menimpah anak itu

Dg. Naba.

DG. NABA : Ada dua akibat besar terhadap anak itu ?

PAK KYAI : Ia

DG. NABA : Yang pertama apa Pak Kyai ?

PAK KYAI : Yang pertama, Dg. Naba, semua amalnya anak

tidak diterima Tuhan, berdasarkan satu hadist.

DG. NABA : Semua amal anak, gugur, tidak diterima Tuhan.

Karena ada dasar hadistnya.

PAK KYAI : Betul Dg. Naba

DG. NABA : Hadistnya bunyinya begini Pak Kyai

PAK KYAI : Begini bunyi hadistnya : Shalatun, layampauna

amalun. Asshirku bilah, wa afukul walidaini

wahirarumminalshahli Akrhu Tabrani.

Page 19: Dialog Bulan Puasa 10

18

DG. NABA : Ia, artinya ?

PAK KYAI : Ada tiga perkara yang tidak diterima manfaat amal

mereka itu. Yang pertama, mempersekutukan

Allah, musyrik yang yang seperti kita bicarakan

terdahulu.

DG. NABA : artinya, menggurukan amal itu kemusyrikan. Lalu

apa lagi ?

PAK KYAI : Yang kedua, durhaka kepada orang tua, gugur

amalnya

DG. NABA : Durhaka kepada orang tua, gugur amal. Yang

ketiga ?

PAK KYAI : Yang ketiga Dg. Naba, lari di dalam peperangan

menegakkan agama Allah.

DG. NABA : O. o. lari dari medan perang. Kalau siasat ? Pak

Kyai ? bagaimana ?

PAK KYAI : Itu tidak lari namanya, ambil langkah baik…

DG. NABA : Tidak, kelihatannya lari juga

PAK KYAI : Kelihatannya lari, tapi tidak lari

DG. NABA : Jadi tiga ya, yang pertama musyrik, dan kedua

durhaka kepada orang tua, ketiga lari dari medan

perang itu menggurukan amal.

PAK KYAI : Itu akibat yang pertama Dg. Naba

DG. NABA : Ada lagi tambahannya. Kalau saya ada

tambahannya. Orang tua kita tidak senang sama

kita. Akibat yang kedua lagi Pak Kyai.

Page 20: Dialog Bulan Puasa 10

19

PAK KYAI : Akibat yang kedua, dari pada anak yang durhaka

kepada kedua orang tuanya, di dunia mendapat

azab sebelum data nay akhirat. Berdasarkan hadist

lagi.

DG. NABA : Jadi di dunia mendapat azab, sebelum azabnya

akhirat.

PAK KYAI : Betul Dg. Naba

DG. NABA : A. a. a. ia. Ia. Tapi memang kalau Dg. Naba itu

kenyataan Pak Kyai. Betul-betul kalau anak yang

durhaka kepada orang tua, tidak ada yang selama

di dunia.

PAK KYAI : Tidak ada yang selama di dunia.

DG. NABA : ia, itu kenyataan itu.

PAK KYAI : Apalagi di akhirat.

DG. NABA : Ia sedang tidak durhaka kepada orang tua, sulit

juga dicari keselamatan. Apalagi kalau memang

dia durhaka.

PAK KYAI : Karena memang ada alas an

DG. NABA : Bagaimana bunyi dalilnya Pak Kyai ?

PAK KYAI : Hadistnya Riwayat Buchari Muslim Dg. Naba,

berbunyi begini : Kullusunubi, yagfirillahu minha

maashha illauhu kalwalidaini, fainnahu yuajlmu

ulishai bihi, uhu bata fil hayati qablal mamati.

Artinya, semua dosa-dosa diampuni Allah apa

yang dikehendakinya. Kecuali dosa yang tidak

diampuni Allah ialah durhakanya anak terhadap

orang tuanya. Sesungguhnya azab akan

Page 21: Dialog Bulan Puasa 10

20

disegerakan Allah kepada anak itu semasa hidup

di dunia sebelum datang matinya.

DG. NABA : O ia, ia, cocok hadist dengan kenyataan Pak Kyai.

PAK KYAI : Betul …

DG. NABA : Memang jangan cariko selamat kalau durhakako

sama orang tua.

PAK KYAI : Oleh sebab itu juga Dg. Naba, diharapkan kepada

ibu2, selanjutnya anak jangan sampai si Ibu

mendoakan yang tidak baik terhadap anaknya.

DG. NABA : O, ia, ia, terlanjur mengatakan tidak baik

PAK KYAI : Ia, seperti Ibu mengatakan janganlah hendaknya

selamat hidupmu di dunia ini, pasti jadi itu Dg.

Naba.

DG. NABA : Jadi itu, begitu berkatnya doanya orang tua ?

PAK KYAI : Betul …

DG. NABA : Masaallah.

PAK KYAI : Oleh sebab itu, sedapat mungkin anak jaga diri

jangan sampai menyakiti hati kedua orang tuanya.

Sebab akibatnya di dunia ini bukan saja di akhirat

akan mendapat azab, di dunia ini sudah diazab

sebelum datang matinya. Banyak riwayat yang

memberitahu persoalan ini Dg. Naba yang tidak

mungkin kita ceritakan karena terlalu panjang

memakan waktu.

DG. NABA : Sampai disini dulu kalau begitu Pak Kyai

Page 22: Dialog Bulan Puasa 10

21

PAK KYAI : Sudah waktukah

DG. NABA : Ia sudah waktu

PAK KYAI : Kalau begitu, yang kita cukupkan dulu sampai

disini Dg. Naba.

DG. NABA : Baiklah Pak Kyai, saya permisi dahulu. Assalamu

Alaikum.

PAK KYAI : Waalaikumussalam w.w.

Page 23: Dialog Bulan Puasa 10

22

ORANG TUA

YANG BERDOSA (?)

PAK KYAI : PAK KYAI : Apa kabar ?

DG. NABA : Saya bawa surat Pak Kyai

PAK KYAI : Bawa surat ?

DG. NABA : S aya Pak Kyai

PAK KYAI : Dg. Naba, silahkan masuk

DG. NABA : Bawa surat, bukan banyaknya surat tahun ini Pak

Kyai

PAK KYAI : Dari siapa-siapa gerangan ?

DG. NABA : Ini surat baru Pak Kyai dalam satu amplop, dua

suratnya

PAK KYAI : Diantaranya ?

DG. NABA : Ini dari Cengga S. Masamba Kabupaten Luwu.

Dari Peltu T. Sarmadan Masamba Kabupaten

Luwu juga, satu amplop orang dua (itu artinya

ekonomis Pak Kyai). Ini lagi dari Fikria Masri dan

Hijria Masri Jl. Jend. Sudirman No. 20 Massari

Parigi Sul. Tengah. Dari jauh ini suratnya, tetapi

sayangnya tidak ada perangkonya Pak Kyai.

Bagaimana itu surat tidak ada perangkonya ?

PAK KYAI : Mungkin ia data antara kemari

DG. NABA : O begitu, bukan main rajinnya Pak Kyai

PAK KYAI : Ya itu dari Parigi dia datang antar kemari

Page 24: Dialog Bulan Puasa 10

23

DG. NABA : Ini lagi dari Suri Arfa Jl. Baji Pa’mai 16 B Ujung

Pandang. Ini mala memakai perangko

PAK KYAI : Itu berpikir dari pada menghabiskan waktu kesana,

lebih baik melalui pos, dekat di Baji Pa’mai.

DG. NABA : Ya itu gunanya pos. ini lagi dari Safari Sanda

Zulkarnaen Jl. Veteran 2 No. 25 Ujung Pandang.

Ini ada lagi dari Kasum Weka Pommalaa, Sul.

Tenggara, dekat Kolaka sana Pak Kyai.

PAK KYAI : O, Pak Kasum

DG. NABA : Pak Kasum atau Ibu Kasum

PAK KYAI : Pak Kasum

DG. NABA : O, Pak Kasum

PAK KYAI : Ya Pak Kyai tahun ini

DG. NABA : O o. Pak Kyai tau itu ? Dg. Naba tau tentu. Ini lagi

dari A. Maemunah di Sunggurminasa Ujung

Pandang. Ini lagi Pak Kyai dari pendengar tetap

siaran sahur Ujung Pandang. Tidak ada namanya,

tetapi pendengar tetap siaran sahur Ujung

Pandang. Ini lagi dari Muh. Kulewa T. Periuk

Jakarta.

PAK KYAI : O dari Jakarta ya ?

DG. NABA : Ya

PAK KYAI : Sudah dua kali kita menerima surat dari Jakarta.

DG. NABA : Ya, tapi dialamatkan siaran sahur suara R.R.I

Nusantara I Ujung pandang. Ini dari Jakarta, cukup

Page 25: Dialog Bulan Puasa 10

24

jauh. Sekarang Buku Sunga Jln. G. Bawakareang

Lr. I di Ujung Pandang. Ini lagi Patombongi di

Kajuara Bone. Ini lagi dari Dahlan Mamesa

Serawak Malaysia. Ini lagi andi Makmur M.

mahasiswa FKIS IKIP Ujung Pandang. Ini dari S.

Samad di Kodya Ujung Pandang. Ini lagi Pak Kyai

pakai stempel lagi. Nur Yakin stempelnya Ujung

Pandang.

PAK KYAI : Namanya tidak ada, Nur Yakin, itulah namana

DG. NABA : Ya betul Pak Kyai. Ini ada namanya M. Yusuf Jln.

Nuri No. 9 Ujung Pandang. Kenapa tebal begini

Pak Kyai ?

PAK KYAI : Tidak tahu ya isinya

DG. NABA : Apa yang diisikan tebal begitu. Ini lagi dari Abd.

Razak Limpo Jl. G. Salahutu Ujung Pandang. Ini

lagi, kenapa Pak Kyai d naba, si pengirim

Makkatutu Abdullah Parani dari Jeneponto.

Makkatutu Abdullah Parani, surat anda sudah

diterima. Ini lagi Abdullah Mariso Ujung Pandang.

Ini lagi dari Ramli karim di Ambon Maluku,

Asrama Kompi 40. Ini lagi Pak Kyai, Zaenab

Ujung Pandang. Barangkali dilanjutkan Pak Kyai.

PAK KYAI : Nanti lain kali karena banyak ini.

DG. NABA : Ini masih ada surat Pak Kyai, ini terakhir dari M.

Adnan Naulia Adam Ujung Pandang. Nah

sekarang Pak Kyai kita kembali kepada jawaban

surat. Pertama-tama kita dahulukan Bapak Colleng

Jaya Dengan. Ngunjung Kotamadya U. Pandang.

(Kap. Lette Mariso). Dengan. Ngunjung, ini

Page 26: Dialog Bulan Puasa 10

25

jawaban surat anda. Cara bagaimana bila keua

orang tua ayah dan Ibu durhaka pada anak

kandungnya sendiri. Akan tetapi bila anak yang

durhaka kepada orang tuanya, mudah saya minta

maaf. Mohon jawab.

PAK KYAI : Ini rupanya ada hubungannya dengan dialog subuh

kita yang l. begini Dg. Naba. Tidak ada istilah

orang tua durhaka kepada anak.

DG. NABA : Tidak ada istilah orang tua durhaka kepada anak.

Yang ada, hanya anak durhaka kepada orang tua.

PAK KYAI : Sekarang yang mungkin ada terjadi, orang tua bisa

berdosa kalau melanggar hukum si anaknya yang

benar disalahkanya. Disini orang tua itu berdosa

menjalankan yang benar. Membenakan yang salah.

Jadi tidak dipakai istilah durhaka tetapi dipakai

istilah berdosa.

DG. NABA : Berarti bersalah

PAK KYAI : Bersalah, salahnya kepada Tuhan bukan kepada

anak, karena melanggar ketentuan hukum Tuhan.

Begitu Dg. Naba

DG. NABA : Itu saja yang berpokok ka. Begitulah Dengan.

Ngunjung, jawaban Pak Kyai melalui Dg. Naba.

Atas perhatian anda, terima kasih banyak. Ini lagi

Pak Kyai. Ini rupanya surat dari Zainuddin Husain.

PAK KYAI : Apa pertanyaannya Dg. Naba

DG. NABA : Dengan ini kami mohon penjelasan yang seterang-

terangnya tentang adanya pendapat dari sebahagian

mengaku dirinya ummat Islam bawah

Page 27: Dialog Bulan Puasa 10

26

bersembahyang bisa dilaksanakan secara berjalan-

jalan duduk-duduk dan tidur, sehingga ia tidak

lagi bersembahyang lima kali sehari semalam. Atas

pengelasan Pak Kyai bersama Dg. Naba yang

tersohor di Nusatara I Ujung Pandang, kami

ucapkan banyak terima kasih. Ini Pak Kyai dan Dg.

Naba tersohor di Nusantara I. Ujung Pandang. Ini

pertanyaan Pak Kyai.

PAK KYAI : Ini jelas salahnya

DG. NABA : Jelas salahnya, sebab orang tidur tidak bisa

sembahyang.

PAK KIAY : Betul, dan orang sembahyang tidak tidur.

DG. NABA : Tapi bisa juga orang tidur sembahyang kalau dia

mimpi

PAK KYAI : Begini ? Begini Dg. Naba. Ini kesalahan ketentuan

sembahyang. Mereka mungkin tertarik kadang

pengertian mentafsirkan kehendaknya sendiri.

Yaitu AQIMISSHALATA LIZIKRI : Tegakkan

sembahyang mengingat saya. Jadi ingat itulah yang

sembahyang, bukan menegakkan sembahyang.

Karena kalau ingat sama Tuhan, berjalan juga bisa

ingat, tidur juga bisa ingat, duduk juga bisa ingat

sampai ada istilah disini Jenne Talluka,

Sembahyang Patutu. Itu artinya di Makassar ini.

Artinya sembahyang tidak putus wudhu yang tidak

pernah batal.

DG. NABA : ini perlu dijelaskan Pak Kyai sebab orang diluar

Sul. Selatan tidak tau itu.

Page 28: Dialog Bulan Puasa 10

27

PAK KYAI : Ini sudah benar, sembahyang yang tidak pernah

putus, wuduk yang tidak pernah batal, itu benar

untuk dia. Karena dia tidak pernah berwuduk ,

apanya yang mau batal.

DG. NABA : Dan dia tidak pernah sembahyang, apa yang mau

diputus.

PAK KYAI : ya, ya, begitu Dg. Naba. Nah sekarang baik kita

kembalikan supaya bisa terang. Sembahyang atau

agama Islam itu bersumber dari Al Qur'an dan

Haist. Apakah dari Al Qur'an dan Hadist berbicara

semacam itu ? Jawabnya tidak ada, jadi tidak

benar.

DG. NABA : Tidak ada, sedangkan nabi sendiri sembahyang.

PAK KYAI : Ya, sembahyang berasal dari Nabi. Apakah ada

petunjuk nabi atau percontohan dari berasal yang

demikian ? juga tidak ada. Nah sekarang apakah

dia yang salah atau nabi yang salah. Tentu jelas dia

yang salah.

DG. NABA : Ia sebab nabi itu benar adanya. Begitu pula

Zainuddin Husain jawaban. Semoga anda puas

hendaknya. Kalau tidak, terpaksa bersurat lagi

selama Pak Kyai. Ini lagi Pak Kyai dari Akib H.

Mallu, yang nomor tiganya saja kita ambil Pak

Kyai, yang lainnya itu sudah selesai. Nomor tiga,

sesuai dengan ketentuan Hukum Islam, bahwa babi

itu adalah haram dimakan dalam Al Qur'an.

Bagaimana kalau kami jual dan harganya kami

belikan barang yang TIDAK DIMAKAN. Seperti

pakaian, kendaraan dan lain-lain yang bukan

haram, bagaimana pula hukumnya uang yang

Page 29: Dialog Bulan Puasa 10

28

beredar dalam negara kita yang kebanyakan

pinjaman / bantuan dari luar negara yang bukan

negara Islam, yang sedikit banyaknya bersumber

dari yang haram. Terima kasih atas penjelasan Pak

Kyai dan Dg. Naba dan penulis berdoa semoga Pak

Kyai dan Dg. Naba tetap sehat wal afiat. Amin atas

doa anda, kami ucapkan banyak terima kasih.

Bagaimana jawabnya kai.

PAK KYAI : Sekarang begini Dg. Naba tentang penjualan babi

dibelikan kepada barang yang TIDAK

DIMAKAN apakah boleh atau tidak, orangnya

bekerja memelihara babi. Begini Dg. Naba. Di

dalam agama Islam (rupanya juga ada pertanyaan

yang sama ini tapi tidak pakai nama ini Dg. Naba)

bagaimana hukumnya orang yang memelihara

babi. Jadi sama ya ?

DG. NABA : tapi tidak pakai nama. Dan kalau diisi, memakai,

kalau diisi yang suatu memeliharanya. Kalau

memelihara, untuk apa, tentu dijual, begitu.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Menjual BABI, MEMELIHARA

babi, juga termasuk angkut babi, termasuk

memakannya, semua Dg. Naba haram hukumnya.

Hadist sudah kita bacakan pada malam yang lalu

disejajarkan kepada 4 macam barang yaitu Hadist

jabir menjelaskan INNALLAHA WARASULAHU

HARRAMA BAI’AL HAMRI, WALMATATI

WAL-HINZIRI, WALAZLAMI : Allah dan

rasulnya mengharpkan diperjual beliakn Tuak

(hamar) Babi, Bangkai dan patung-patung. Jadi

berdasarkan Hadist ini Dg. Naba, haram hukumnya

walaupun persoalannya dibelikan kain-lain.

Page 30: Dialog Bulan Puasa 10

29

Soalnya memperjual belikan itu sendiri sudah

haram. Bukan persoalan uang dibelikan kain, tetapi

pekerjaan memperjual belikan itu sendiri haram.

Selanjutnya Dg. Naba ada juga pertanyaan yang

saya lupa namanya yang Dg. Naba berikan sama

saya ialah yang membongkar BABI di Pelabuhan

oh buru-h-buruh, apa hukumnya. Jawabnya diisi

sekaligus kita kemukakan begini Dg. Naba.

Bekerja sebagai tidak dapat dapat nafkah untuk

hidup. Kalau begitu Dg. Naba termasuk darurat

hukumnya dia dapat saja membongkar babi itu.

Tetapi memeliharanya, itu tidak boleh karena itu

pekerjaan yang permanen. Adapun membongkar

babi, pekerjaan yang insidentil, apalagi dia merasa

terpaksa untuk mendapat uang dari kerja

membongkar itu. Kalau tidak dia kerjakan dia tidak

mendapat uang, keluarga tidak makan.

Dimasukkan ke dalam hukum darurat” ADLDI

ARUURAATU TUBIHUL MAHDLUURAAT”

Segala yang haram bisa berobah hukumnya jadi

karena daruratnya. Bersamaan dari pertanyaan ini

juga Dg. Naba, ada pertanyaan dari saudara Musra

Latief tentang minuman haram kemarin itu. Jadi

sekaligus sudah terjawab yang kemarin subuh.

DG. NABA : O. o ia sudah sama dengan itu.

PAK KYAI : Ia.

DG. NABA : Jadi artinya sekali menyelam, minum air Pak Kyai,

jadi sudah ni Pak Kyai.

PAK KYAI : Sudah barangkali yang lain lagi

Page 31: Dialog Bulan Puasa 10

30

DG. NABA : Baiklah Pak Kyai. Nah sekarang kita lanjutkan,

atau begitu dulu Pak Kyai.

DG. NABA : Nah ini yang lalu tentang pendidikan Lukman.

Sekarang pendidikan di rumah tangga, petama-

tama menghormat kepada kedua orang tua yang

kedua apalagi ?

PAK KYAI : Rupanya berturut-turut pertanyaan Pak Kyai

tentang Lukman ini.

DG. NABA : Ia.

PAK KYAI : Begini DG. NABA :. Yang kedua, harus

dibiasakan anak ialah mengerjakan kebaikan

bagaimana kecilnya pun.

DG. NABA : Ia dibiaskan mengerjakan kebaikan, bagaimanapun

kecilnya kebaikan itu.

PAK KYAI : Ia. Dan dibiaskan anak meninggalkan kejahatan

bagaimana kecilnya pun harus dibiasakan

meninggalkan kejahatan.

DG. NABA : Ia, mana contoh kebaikan yang kecil itu Pak Kyai,

dan mana contoh kejahatan yang paling kecil.

PAK KYAI : Begini Dg. Naba. Sebelum saya sampai kepada

contoh, baiklah saya tunjukkan dasarnya dulu dari

firman Allah.

DG. NABA : Ia bagaimana bunyinya Pak Kyai

PAK KYAI : Di dalam ayat Lukman memanggil anaknya : Ya

Bunayya INNAHA, INTAKU

MISQAALAHABBATIN MINKHARDALIM,

FATAKUM FIE ZHAHTIM

Page 32: Dialog Bulan Puasa 10

31

ALLFISSAMAAWAATI, ALL FILARDHI,

YA’TIBI HALLAH, INNALLAHA, LATIIFUN

CHABIER” Artinya : Wahai anakku kata Lukman.

DG. NABA : Ini Lukman panggil anaknya hai anakku. Kalau

bahasa kitanya e e. sayangku.

PAK KYAI : “Jika ada kebaikan atau kejahatan sebesar biji yang

terletak di dalam baut atau ada di dalam langit atau

ada di bumi, Allah akan memberikan pembalasan.

Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan Maha

memberitakan kelak”.

DG. NABA : O o. begitu. Ini nasehat Lukman kepada anak.

Bagaimanapun kebaikan yang kau kerjakan nak,

umpamanya saja membuangkan tulang ayam dari

jalanan, Allah akan membalasnya.

PAK KYAI : Betul Dg. Naba. Itulah contohnya saudara

kemukakan. Jadi kalau Dg. Naba minta contoh,

itulah contohnya.

DG. NABA : A. a. itu baru kebaikan Pak Kyai yang

kejahatannya bagaimana ?

PAK KYAI : Contohnay itu juga Dg. Naba. Membuang tulang

ayam ke jalan, itu kejahatan, membuang pisang ke

jalanan, itu kejahatan walaupun kecil. Kulit pisang

apalah artinya, tapi harus tahu Dg. Naba sepatu

orang tinggi-tinggi sekarang terinjak kulit pisang,

terus lancar, terseleo kaki, berurusan dengan

tukang urut tiga pagi. Itu Dg. Naba.

DG. NABA : Berurusan dengan tukang urut tiga pagi ya.

Page 33: Dialog Bulan Puasa 10

32

PAK KYAI : Ia, begitu juga Dg. Naba, nampak kulit pisang di

jalan, panggilan anak, He, itu banyak kulit pisang

dijalanan, nanti diinjak orang bisa jatuh. Ambil

anak. Itu kebaikan, dibuangnya dari jalanan keluar.

DG. NABA : Jadi itulah dasar2 pendidikan Lukman

PAK KYAI : Ia membiasakan.

DG. NABA : Padahal sekarang malah lain, mengganggu di jalan.

Seperti yang lalu main layang2 di jalanan, itu

termasuk kejahatan Pak Kyai ?

PAK KYAI : Termasuk kejahatan, layang2, batu2 dilempar ke

jalan batu2 bundar, terinjak oto dia melenting ken

kepalanya.

DG. NABA : O. a. betul2. Jadi kalau begitu Pak Kyai, memang

anak2 kita perlu diajar beragama. Ini nasehat

Lukman ini perlu setiap orang tugas meresapkan di

dalam jiwa masing-masing.

PAK KYAI : Benar Dg. Naba dalam pembinaan remaja

DG. NABA : Begini lagi Pak Kyai. Bagaimana caranya

membangkitkan gairah anak2 untuk melakukan

yang baik, dan meninggalkan yang tidak baik.

PAK KYAI : Ini Dg. Naba, mungkin ditempuh dua cara, yang

bisa dilakukan. Lebih dari itu, tidak apa2. Pertama

Dg. Naba, dengan bersifat perintah. Sebab di masa

anak2, itu tidak mau menjalankan kalau tidak

diberikan bersifat perintah. Contohnya anak2 umur

7 tahun, diperintah bersekolah, perintah

sembahyang. Sebab di belum tahu apa manfaatnya.

Oleh sebab itu disini berlaku perintah.

Page 34: Dialog Bulan Puasa 10

33

DG. NABA : Perintah. Kalau tidak mau, pukul

PAK KYAI : Sampai begitu Dg. Naba. Penjelasan2 soal baik

dan buruk juga diperlukan tetapi nanti setelah di

dapat memahaminya Dg. Naba. Itu cara yang

pertama, jadi diperintah, E, itu kulit pisang di

jalanan buang. Nanti soal keduanya Dg. Naba,

menjelaskan kepada anak tentang pahala dan dosa

dan pembalasan Tuhan terhadap melakukan

perbuatan yang baik. Juga akan ad dosa terhadap

melakukan perbuatan jahat, dan akan mendapat

pembalasan yang setimpal. Ini penjelasan. Kalau

tadi sifatnya perintah. Ulang2, kemudian diiringi

dengan penjelasan2.

DG. NABA : Bagaimana kalau disitu diselipkan juga Pak Kyai

itu ceria yang berpaedah seperti cerita Nabi2.

PAK KYAI : Itu betul. Itu nanti untuk menggairahkan

bersemangat tentang agama. Supaya tertanam

baginya soal keimanan.

DG. NABA : O ia, begini lagi. Apa kedudukan pahala, dosa dan

pembalasan di dalam agama dan pendidikan.

PAK KYAI : O. ia. Sekarang Dg. Naba tanya tentang pahala,

dosa pembalasan diakhirat apa kedudukannya

dibidang agama dan apa kedudukannya di bidang

pendidikan. Ini Dg. Naba, merupakan hakikat atau

jiwa agama, dan disitulah jiwa pendidikan. Jadi

masalah pahala, dosa itu jiwanya pendidikan disitu

dan jiwanya agama disitu Dg. Naba.

DG. NABA : Kepada dosa dan pahala serta pembalasan itu

dikatakan jiwa a gama dan jiwa pendidikan ?

Page 35: Dialog Bulan Puasa 10

34

PAK KYAI : Bagi Dg. Naba. Bila manusia merasa berdosa

melakukan kejahatan, sehingga dengan itu ia

meninggalkan. Dan merasa berpahala berbuat

kebajikan, sehingga dengan itu ia melakukan

perbuatan, maka hiduplah agama, berdirilah

seorang manusia yang baik dan mengharapkan

pula pembalasan Allah. Motivasi inilah Dg. Naba

membuatkan perbuatan ber-ulang2 akhirnya

terbentuk sifat yang baik, ini yang dikatakan jiwa

daripada pendidikan.

DG. NABA : O, ia, ia. Begitu ya. Apabila seseorang anak sudah

merasa berdosa melakukan kejahatan dan merasa

berpahala melakukan kebaikan ini dihidupkan

terus, hidup agama, hiduplah pendidikan.

Sebaiknya tidak merasa berdosa melakukan

kejahatan, membuang duri di jalanan dianggap

biasa, membuang pecahan kaca ke jalanan

dianggap biasa, membuang batu ke jalanan

dianggap biasa.

PAK KYAI : Hilanglah jiwa agama…

DG. NABA : Hilang ton jiwa pendidikan ..

PAK KYAI : J adi nakallah dia…

DG. NABA : Jadilah ia problem remaja

PAK KYAI : Disinilah masalahnya

DG. NABA : Ia betul2 Pak Kyai. Ini lagi. Jadi Pak Kyai, kalau

manusia menghidupkan agama, dan mendidik anak

jadi baik, harus dihidupkan rasa pahala dan dosa

serta keyakinan pembalasan Tuhan. Tentu begitu.

Page 36: Dialog Bulan Puasa 10

35

PAK KYAI : Betul Dg. Naba

DG. NABA : Supaya pendidikan berhasil, kita harus hidupkan

masalah pahala dan dosa.

PAK KYAI : Benar demikian Dg. Naba. Malah jadi sebaliknya

seperti yang Dg. Naba katakan tadi, kalau mau

menghancurkan, mau menjadikan anak jadi nakal,

cubutlah itu rasa pahala, rasa berdosa, dari jiwa

anak2 atau tidak pernah ditanamkan. Dengan

sendirinya akan tercabut agama dari anak2, akan

tercabut kepada terdidiknya anak yang baik kalau

terasa berpahala dan dosa tidak dirasakannya lagi.

DG. NABA : Ini cara2 komunis Pak Kyai …

PAK KYAI : O. o. cara Komunis …?

DG. NABA : Bara2 Komunis itu. Jadi kalau orang tua begitu,

orang tua komunis, Dg. Naba mau tegas saja Pak

Kyai…

PAK KYAI : Ia, bisa ketahanan Nasional hancur Dg. Naba…

DG. NABA : Itu dia

PAK KYAI : Bahaya besar

DG. NABA : Ia… itu orang tua yang begitu, perlu ditangkap Pak

Kyai. Jadi seharusnya anak itu kita bina merasa

berpahala melakukan kebaikan dan merasa berdosa

melakukan kejahatan.

PAK KYAI : Dengan sendirinya anak itu baik…. Agama jadi

hidup. Kita dapat mewariskan negara Pancasila

pada generasi yang lebih baik kelak.

Page 37: Dialog Bulan Puasa 10

36

DG. NABA : O. ia, ia… betul2 Pak Kyai. Barang kali tercabut

atau tidak pernah ditanamkan rasa dosa itu di hati

anak2 sehingga banyak anak2 wanita hamil

sekarang. Hail tapi tidak ada suaminya, hamil

sebelum kawin. Dan lagi Pak Kyai, kini dapat kita

peroleh dari surat2 yang masuk, surat2 masuk

mengatakan begitu, berkata begini. Bagaimana

mengawinkan orang yang sudah hail. Jadi belum

kawin sudah hamil….

PAK KYAI : Itu merasa tidak berdosa lagi melakukan kejahatan.

Itulah Dg. Naba suatu gambaran kelalaian

pendidikan rumah tangga dewasa ini.

DG. NABA : Kelalaian pendidikan rumah tangga dewasa ini.

PAK KYAI : Yang harus disadari, dus secara serius Dg. Naba.

Karena itu Dg. Naba, membawa akibat yang sangat

berbahaya bagi kehidupan dunia, lebih2

keselamatan hidup di akhirat. Karena itu pantas

Lukman mementingkan ini kepada pendidikan

anak2 di rumah tangga.

DG. NABA : Apalagi Pak Kyai, saya tambah kalau itu wanita

sudah tidak ada malunya Pak Kyai (Tena Siri’na…

e. ee. Ee. Bahaya lompo Pak Kyai ).

PAK KYAI : Disitulah letaknya Kuu Ampusakum : Peliharalah,

jaga anak keluarga dari masuk api neraka.

DG. NABA : Artinya, malunya dijaga. Tetapi menurut Dg.

Naba, ada ton malu yang perlu dipelihara, ada

malu yang perlu dibuang.

PAK KYAI : O. ia…. Malu apa ?

Page 38: Dialog Bulan Puasa 10

37

DG. NABA : Kalau malu yang perlu dibuang Pak Kyai ? malu

makan.

PAK KYAI : O. ia.. nanti tidak kenyang…

DG. NABA : O. ia… nanti kelaparan. Barangkali sudah habis

waktu Pak Kyai … ?

PAK KYAI : Sudah habis waktu, baiklah…

DG. NABA : Sampai disini saja dulu Pak Kyai. Besok kita

sambung Insya Allah.

PAK KYAI : Ia.. Insya Allah.

DG. NABA : Sekian, Assalamu Alaikum w. w.

PAK KYAI : Waalaikummussalam

Page 39: Dialog Bulan Puasa 10