diare dewasa

35
Klasifikasi: Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis: osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau fungsional. 2.3 EPIDEMIOLOGI Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal- hal berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan

Upload: vividewa

Post on 19-Jan-2016

111 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: diare dewasa

Klasifikasi:

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu

diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis:

osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau

besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-

infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau

fungsional.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan

penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut

acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling

(domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi

dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses

mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih

panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7) membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.

2.4 ETIOLOGI

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),

keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.

Infeksi

1. Enteral

Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero

colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG., Staphylococcus

aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll.

Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu

faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus

Page 2: diare dewasa

halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan

sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak

menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa.

Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari

membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas

disakaridase.

Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus

halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme

timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.

Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan

Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel

epitel kolon.

Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1

dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan

perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic

syndrome.

Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,

menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk

kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-

wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi

dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan

neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea

Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak

langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan

feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air.

Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to

person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus

dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile

enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative

colitis.

Page 3: diare dewasa

Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi

oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person

jarang terjadi.

V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan

menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat

mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya

enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory

cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini

menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.

Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.

Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa

yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea

Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus

(CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab diare akut terbanyak

pada anak (70 – 80%).

Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada

manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta

serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.

Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water

borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.

Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.

Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium

parvum, Balantidium coli.

Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih

belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam

empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi

oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan

endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare

persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah,

dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare

Page 4: diare dewasa

akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai

malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung.

Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun

penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya

umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang

disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang

simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang

fulminant.

Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari

kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik

pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan

tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan

gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis

merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten

terhadap beberapa jenis antibiotik.

Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,

cestodiasis dll.

Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan

larva, menimbulkan diare.

Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ

termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan

usus..

Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan

nyeri abdomen.

Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi

berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.

Fungus: Kandida/moniliasis

2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,

Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.

Makanan:

Page 5: diare dewasa

Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan

mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,

Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.

Alergi: susu sapi, makanan tertentu.

Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),

disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma

amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk,

vitamin dan mineral.

Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit

grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombinationa.

Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.

Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)

Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning),

alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis

2.5 PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut:

1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi cairan dan

elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi

lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit; 5). Motilitas

dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding

usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari

usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4,

Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal pada defisiensi

disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.

Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit

dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan

Page 6: diare dewasa

diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung

walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena

efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang

menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs garam empedu), dan

efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll).

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan

pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini

disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan

absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan

iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus.

Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal

disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan

usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi

air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus

halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan

penyakit crohn).

Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan

invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin yang

disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik a.l.

kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang

dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn monofosfat siklik (AMF siklik)

di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat

dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa

natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air,

natrium, ion kalium) dapat dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi

Page 7: diare dewasa

oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan

pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.

2.6 PATOGENESIS

Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor kausal

(agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap organism

yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya tangkis atau lingkungan

internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan

mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang dapat masuk sel mukosa,

kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus halus serta daya

lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:

a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).

Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli

(ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada

mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini

menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel

usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).

Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC), Salmonella,

Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus

berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat

tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi kuman-kuman ini dapat juga

bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan

diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium, S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab

parasit yang sering yaitu E.histolitica dan G.lamblia.

2.7 DIAGNOSIS

Page 8: diare dewasa

Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

1. Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab

penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit

usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan

malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering

berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi

ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu:

nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau

berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak

invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakai toksin

atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah

sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam.

Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan

makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti

Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di

abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut

bergas dan kembung.

Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang

menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli (serotype

O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia seringkali

menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan

bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering bermanifestasi

sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan (GBS). Kelumpuhan

lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek dokter karena

ketidaktahuan masyarakat.

Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan

inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak

menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes. Beberapa

Page 9: diare dewasa

organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies (missal, V

parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa usus; pasien

karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau hari.

Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat timbul

pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama anak kecil dan

orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom Reiter (arthritis,

uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enteric,

disebabkan Salmonella parathypi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang

bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik,

diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash).

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan

muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus

yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu

berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal

akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:

1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak,

pasien belum jatuh dalam presyok.

2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok

atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam

3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun

(apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis)

2. Pemeriksaan Fisik

Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam

menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan

ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan

abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan

Page 10: diare dewasa

adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan “clue” bagi

penentuan etiologi.

3. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis

leukosit, kadar elektrolit serum,

2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral

tubuh.

3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya

infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.

4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis dan

tes serologic amebiasis

5) Foto x-ray abdomen

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit

normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang

invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.

Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui mikroorganisme

penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses

rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan

kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara

klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin.

Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,

adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan

diare persisten yang belum mendapat antibiotic.

Penentuan derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:

1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas)

2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat

a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040

b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032

Page 11: diare dewasa

c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028

3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)

Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal

Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi

Skor penilaian klinis dehidrasi

Klinis Skor

Rasa haus/munta 1

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik <60> 2

Frekuensi nadi >120 x/mnt 1

Kesadaran apati 1

Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2

Frekuensi napas >30 x/mnt 1

Facies cholerica 2

Vox cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer womens hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50 – 60 tahun 1

Umur >60 tahun 2

2.8 PENATALAKSANAAN

Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan

kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita mencari

pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas.

Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam

belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang

dikeluarkan.

Page 12: diare dewasa

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:

1. Rehidrasi :

Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat

dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan

yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi

oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi

rehidrasi orla murah, efektif dan lebih praktis dairpada cairan intravena. Cairan oral antara lain:

ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status

dehidrasi.

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari

dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dair

BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan

cairan 8-10% dari berat badan.

Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang

keluar dari tubuh. Macam – macam pemberian cairan:

a. BJ plasma dengan rumus:

BJ plasma – 1,025

Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml

0,001

b. Metode pierce berdasarkan klinis:

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)

Page 13: diare dewasa

c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.

skor

Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter

15

Bila skor <>

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau intravena.

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah.

Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang

nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai.

Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g

NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte,

pharolit dll.

2. Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan

minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang,

nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang

disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena

dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

3. Obat anti-diare

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat opiad

missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak

adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang

dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati

bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas

Page 14: diare dewasa

(termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama

penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1

saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat anti sekretorik atau anti

enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.

4. Obat antimikroba

Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan

antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada

diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut

Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut

Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik

Demam (suhu oral >38,50C), bloody

stools, leukosit, laktoferin, hemoccult,

sindroma disentri

Kuinolon 3 – 5 hari

Kotrimoksazole 3 – 5 hari

Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari

Diare persisten (kemungkinan

Giardiasis)

Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari

Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari

Kuinolon selama 3 hari

Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon

selama 7 hari

Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari

EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry

ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea

EIEC Terapi sebagai Shigellosis

EHEC Peranan antibiotik belum jelas

Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery

Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery

Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile

Page 15: diare dewasa

dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1

g/6 jam selama 5 hari

Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.

Atau Tinidazole 2 g single dose atau

Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari

Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +

pengobatan kista untuk mencegah relaps:

Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau

Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau

Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari

Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau

immunocompromised :

Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari

Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari

Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan

untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun berbagai

hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara umum.

Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast (Saccaromyces

boulardi),dan lainnya.

2.9 PENCEGAHAN

Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1)

sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang

bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan

makanan;

Page 16: diare dewasa

2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain

dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses

klorinasi;

3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar

serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);

4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya

menggunakan jamban dengan tangki septik.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik

dalam praktek sehari-hari. Salah satu etiologinya adalah

infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme

seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth.

Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat

mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan

memberikan terapi yang sesuai.

Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal

kadang diperlukan untuk mengurangi keluhan penderita yang

mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.

Page 17: diare dewasa

DAFTAR PUSTAKA

1. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of

Gastroenterology, No.11, November 1997.

2. Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman

AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413

3. Hardjono dkk, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium

Diagnostik. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.

2003

4. Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute

Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, WB

Saunders Company, September 2001.

5. Pedoman Cairan Infus. Edisi revisi IX, PT. Otsuka

Indonesia.2007

6. Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to

Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, WB Saunders

Company, September 2001.

7. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines

2005.

Page 19: diare dewasa

komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter KeluargaPelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluargab. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluargac. Menguasai ketrampilan berkomunikasiDan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluargab. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluargac. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Karakteristik Dokter Keluarga1. Lynn P. Carmichael (1973)a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatanb. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakatc. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganyad. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakite. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.

2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawabb. Pelayanan primer dan lanjutc. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggid. Memandang pasien dan keluargae. Melayani secara maksimal

3. IDI (1982)a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakatb. Pelayanan menyeluruh dan maksimalc. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

Page 20: diare dewasa

d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinyae. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Tugas Dokter Keluarga, meliputi :1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,6. Menangani penyakit akut dan kronik,7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,10.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,11.Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,12.Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,13.Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang Dokter Keluarga1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,7. Melakukan perawatan sementara,8. Menerbitkan surat keterangan medis,9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Kompetensi Dokter KeluargaDokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

Page 21: diare dewasa

b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

http://agungswastika.wordpress.com/program-kb/

Dokter Keluarga (DK), Magister Kedokteran Keluarga atau Magister Famili Medisin (MKK/MFM), dan Spesialis Kedokteran Keluarga atau Spesialis Famili Medisin (SpFM)

Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral”. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program spesialisasi. Seperti juga ”Dokter”, Dokter Keluarga menyelengarakan pelayanan kesehatan tingkat primer sebagai generalis atau Dokter Praktik Umum. Cakupan layanan lebih luas dan dalam daripada ”Dokter” tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan ”Dokter”. Seperti telah dikatakan di atas, sekalipun mampu menerapkan pendekatan kedokteran keluarga, seorang ”Dokter” mempunyai keterbatasan karena keterbatasan waktu pendidikan di fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Oleh karena itu seorang ”Dokter” harus menambah ilmu dan keterampilannya dalam lingkup pelayanan primer melalaui program CME/CPD terstruktur atau pendidikan dokter spesialis untuk mencapai predikat DK atau SpFM. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi “DK” dapat didefinisikan secara singkat sebagai ”Dokter” (Praktik Umum) yang memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan menerapkan pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Dokter_keluarga_Indonesia

Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan suatu Negara. Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi, serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu, biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan kesehatan yang ideal.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan baik yang

Page 22: diare dewasa

bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk mengatasinya.

Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai berikut: 1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak.2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang ditanggung.3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang tidak berasuransi.4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya.5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut.6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke asuransi.7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol.8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya.9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran.10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial.

Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%. Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis, namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah, kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya kesehatan. Menurut teori ekuilibrium biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 25-50%.

Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata satu yang bertanggung

Page 23: diare dewasa

jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa batasan wilayah.

Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta masalah kesehatan.

Referensi:

Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role of General Practitioners and family Doctors.

Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.

http://medicalera.com/3/18203/sistem-pelayanan-kesehatan-yang-ideal-dokter-keluarga

Ada lima fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu :

1). Fungsi biologisa) Untuk meneruskan keturunan.b) Memelihara dan membesarkan anak .c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.d) Memelihara dan merawat anggota keluarga .

2). Fungsi psikologisa) Memberikan kasih sayang dan rasa aman .b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .d) Memberikan identitas keluarga.

3). Fungsi sosialisasia) Membina sosialisi pada anak.b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatperkembangan anak.c) Meneruskan nilai-nilai budaya.

4). Fungsi ekonomia) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhikebutuhan keluarga.c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasayang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua

Page 24: diare dewasa

dan sebagainya.

5) Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan ,dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yangdimilikinya.b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datangdalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.

http://wawan-satu.blogspot.com/2009/11/fungsi-keluarga.html