perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · tujuan penciptaan karya seni lukis ini adalah : 1)...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
TUGAS AKHIR
KONFLIK INTERNAL
SEBAGAI BAGIAN IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
OLEH :
MAWARDI
NIM : K3202036
Laporan Tugas Akhir Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERSETUJUAN
Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Tugas Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. M.Y.N. Yuliastuti, M.Pd.
NIP. 19580705 198702 2 001
Pembimbing II
Adam Wahida. S.Pd., M.Sn
NIP. 19730906 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Tugas
Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 30 April 2010
Tim Penguji Skripsi
(Nama Terang)
Ketua : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn.
NIP.19530429 198503 1 001
Sekretaris : Drs. Margana, M.Sn.
NIP.19600612 199103 1 001
Anggota I : Dra. M.Y.N. Yuliastuti, M.Pd.
NIP.19580705 198702 2 001
Anggota II : Adam Wahida, S.Pd., M.Sn.
NIP.19730906 200501 1 001
(Tanda Tangan)
: …………………………………….
: ...………………………………….
: …………………………………….
: ……………………………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ABSTRACT
MAWARDI. KONFLIK INTERNAL SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA
SENI LUKIS. The final assignment, Surakarta : Teacher Training and Education
Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, April 2010.
The purposes of this art of painting creation are : 1) To visualize the concept
and basic idea of the art of painting creaion which based on he internal conflict as an
inspiration, 2) To describe the process of making the art of painting creation which
has internal conflict background as an inspiration, 3) To describe the art of painting
creation which has a resource from internal conflict’s theme.
The method which is used in the art of painting creation include the writer’s
expression in experience processing, comprehension, and the result of writer’s
experiment toward a something new the expressed on the canvas with the consept of
create. About the achievementof the shape, the writer usually begin with an
application of acrylik paint directly on the canvas, examined the effect that as appear,
aimed, and manage those effect, then in a processing of it start to imagine about a
certain shapes appropriate with the first concept, they are reduction from the organ’s
body human or animal.
The visualization which has he shape o scratch, wiper, trickle, and the
application of internal conflict which is distorted or appeared with a certain way,
beside of the election of the other objects, used an expression language of internal
conflict of the writer or more far called as an expressive from in making the art of
painting creation. Thus, the writer tries to produce paint which more fresh and has
many kind of variation as a part of process of study and writer’s artistic. There are
eight creations in this final assignment. Those are : 1) “Potret Diri” In this creaion,
the writer tells about the personal character of writer before got an external influence.
2) “Sebuah perjalanan hidup” this performance creation tells about a reality in a life
which is inclined monotone without a change which can give another colour. 3)
“Where is My Head?” in this creation, the writer wants to inform that every people
have point of view and value to another people which has good or bad behaviour. 4)
“A Choice” this creation of installation art tells that a choice which is confused for
the writer to measure in clear to determine which way to choose to build a life’s
ideals. 5) “Orange memikat” this creation tells about someone who wants to appeal
by their peers. 6) “ Prb’ Menusuk Jantungku” for the writer, this creation become a
diary for the writer’s hope to “kill” the regret side which the writer’s fate that
sometimes become a weaknesses and hurt the writer’s feelings. 7) “Air Mata”
generally depicts a regret expression of the writer enter on life in the past which is
clamp. 8) “Sembah Sujud” this creation generally wants to build a consciousness
about the way of life which the writer try to meaning it.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
MAWARDI. KONFLIK INTERNAL SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA
SENI LUKIS. Laporan Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penciptaan karya seni lukis ini adalah : 1) Memvisualisasikan konsep
dan ide dasar penciptaan karya seni lukis yang berdasarkan konflik internal seagai
inspirasi, 2) Mendeskripsikan proses pembuatan karya seni lukis yang berlatar
belakang konflik internal sebagai inspirasi, 3) Mendeskripsikan karya seni lukis yang
bersumber dari tema konflik internal.
Metode yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis ini meliputi
Ekspresi penulis dalam mengolah pengalaman, pemahaman, dan hasil pengamatan
penulis terhadap sesuatu baru kemudian diluapkan ke atas bidang kanvas dengan
konsep berkarya. Mengenai pencapaian bentuk penulis biasa memulainya dengan
pengaplikasian cat acrylik secara langsung di atas kanvas, mengamati efek yang
timbul, mengarahkan dan mengolah efek-efek tersebut, kemudian dalam prosesnya
mulai berimajinasi mengenai bentuk-bentuk tertentu sesuai konsep awal yakni reduksi
dari organ-organ penyusunan tubuh baik manusia maupun binatang.
Visualisasi yang berupa ogan-organ, sapuan, lelehan, dan penerapan konflik
internal yang didistorsikan atau dimunculkan dengan cara tertentu, disamping
pemilihan obyek-obyek yang lain, digunakan sebagai bahasa ungkapan konflik
internal dalam diri penulis atau lebih jauh disebut sebagai expressive form dalam
penciptaan karya seni lukis. Dengan demikian penulis mencoba untuk menghasilkan
lukisan yang lebih segar dan bervariasi sebagai bagian dari proses belajar dan
berkesenian penulis. Keseluruhan karya dalam tugas akhir ini berjumlah 8 buah karya
meliputi : 1) “Potret Diri” Dalam karya ini penulis menceritakan tentang karakter
pribadi penulis sebelum adanya pengaruh dari luar. 2) “Sebuah perjalanan hidup”
karya performance ini menceritakan tentang realitas dalam pergulatan kehidupan yang
cenderung monoton tanpa adanya sebuah perubahan yang dapat memberikan warna
lain. 3) “Where is My Head?” disini penulis ingin menyampaikanbahwa setiap orang
tentunya memiliki pandangan dan penilaian terhadap orang yang sikapnya baik atau
buruk. 4) “a choice” karya seni instalasi ini menceritakan adanya sebuah pilihan yang
membingungkan penulis untuk bertindak secara tegas dalam menentukan jalan mana
yang harus dipilih untuk membangun kehidupan yang telah dicita-citakan. 5)
“Orange Memikat” karya ini menceritakan seseorang yang ingin menarik perhatian
terhadap sesamanya. 6) “Prb’ Menusuk Jantungku” bagi diri pribadi karya ini
menjadi semacam diary atas keinginan penulis untuk membunuh sisi regret penulis
sendiri. 7) “Air Mata” karya ini secara umum menggambarkan sebuah ungkapan
penyesalan penulis dalam menjalani kehidupan masa lalu yang dianggapnya kelam. 8)
“Sembah Sujud” karya ini secara umum ingin membangun penyadaran tentang jalan
hidup yang penulis berusaha memaknainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
MOTTO
o KAMU : Karep Akal mantep Usaha
o Hidup adalah perjuangan : Tanpa Usaha, Impian hanya akan menjadi mimpi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
• Allah S.W.T dan Rasul-Nya.
• Bapak dan Ibu terhormat
Atas kesabaran dan kasih sayangnya selama ini,
yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan, dan selalu mendukung ananda hingga
detik ini...
• Kakak dan Adikku tersayang
Isti, Nyoto, Martanti, Padma, Ali, Ikhsan atas semua
dukungan dan doanya.
• Bapak dan Ibuku di Banjarnegara
Terima kasih atas kepercayaannya dan dukungan
serta pengertiannya selama ini.
• Prb.kutujukan untukmu
• Sahabat-sahabatku
Atas cinta dan kasihmu yang selalu memberiku
semangat untuk menggapai masa depan.
• Teman-teman seperjuangan
• Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT
berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat disusun dengan baik. Penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. Suparno, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sebi FKIP
UNS Surakarta.
3. Drs Tjahjo Prabowo, M.Sn. sebagai Ketua Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta.
4. Dra. M.Y.N Yuliastuti, M.Pd. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Adam Wahida, S.Pd., M.Sn. selaku Pembimbing II yang dengan sabar
memberikan petunjuk dan bimbingannya sehingga dapat memperlancar
penulisan tugas akhir ini.
6. Bapak Bonyong Munni Ardhi yang selalu memberi masukan dan terus
menyemangati dalam berkesenian.
7. Almnus Sanggar KM WC, Komunitas DBS, SMM, Anti Kensel, The Bloker,
Kang Hari dan Istri, Kang santo, Wisnu (Kopong), Juna dan Sasa, Pii dan Istri,
Opik dan Istri, Endit dan Istri, Aryo dan Istri, Adi (ompong), Dhidik, Kunting,
Tegas, Inug, Doyok, Jokos, Galang, Mbendol dan Itut, Wisnu (cahaya), Sony,
Nastiti, Ismi, Wulan, Anang, Sundari Kiki, Mulyono, Mbak Sri yang telah
mendukung dan memberikan semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
8. Teman – teman mahasiswa Seni Rupa FKIP UNS.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksananya penciptaan karya Tugas Akhir. Semoga segala amal baik
tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.
Surakarta, 30 April 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI................ ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penciptaan .................................................................. 1
B. Rumusan Penciptaan ........................................................................... 2
C. Tujuan Penciptaan ............................................................................... 2
D. Manfaat Penciptaan ............................................................................. 3
BAB II KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN .......................................................... 4
A. Konflik Internal Psikologis ................................................................. 4
B. Tinjauan Tentang Seni Lukis .............................................................. 8
C. Ekspresionisme .................................................................................... 10
D. Simbolisme dan Seni ........................................................................... 11
E. Karakteristik Karya ............................................................................. 14
F. Unsur – Unsur Seni Rupa .................................................................... 15
G. Prinsip Seni .......................................................................................... 17
H. Tema, Bentuk, Bahan, dan Teknik Dalam Seni Lukis ........................ 19
I. Karya – Karya Pembanding ................................................................ 20
BAB III PROSES VISUALISASI .......................................................................... 29
A. Ide Pemilihan Obyek ........................................................................... 29
B. Konsep Penciptaan .............................................................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Bahan, Alat, dan Teknik ...................................................................... 31
D. Tahap Visualisasi ................................................................................ 34
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENCIPTAAN ....................................................... 35
A. Deskripsi Karya ................................................................................... 35
BAB V PENUTUP................... .............................................................................. 45
A. Kesimpulan .......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ . 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Karya Made Supena berjudul : “Tebing”
Gambar 2 : Karya Made Budhiana berjudul : “Untitle”
Gambar 3 : Karya Didik Dhanardono berjudul : “White Crow”
Gambar 4 : Karya Pramono berjudul : “Sunrise”
Gambar 5 : Karya Hermann Nitsch berjudul : “Six Day Play”
Gambar 6 : Karya berjudul : “Potret Diri”
Gambar 7 : Karya brjudul : “Where is My Head?”
Gambar 8 : Karya berjudul : “a Choice”
Gambar 9 : Karya berjudul : “Orange Memikat”
Gambar 10 : Karya berjudul : “Prb’ Menusuk Jantungku”
Gambar 11 : Karya berjudul : “Air Mata”
Gambar 12 : Karya berjudul : “Sembah Sujud”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Seni dalam ruang dan waktunya mewadahi semangat kreatifitas setiap
pelaku pada generasinya terlepas dari pergumulan, perdebatan, dan pertentangan
yang muncul. Karya seni dengan segala wacana pelengkapnya melahirkan
manifestasi seni yang atas nama kebaruan dan kreatifitas muncul dan mendobrak
kisi-kisi konvensi yang telah mapan sebelumnya, dan pada kelanjutannya karya
tersebut tidak lagi menjadi barang sakral namun lebih menjadi semacam catatan
yang merefleksikan semangat zamannya, terlebih pada karya-karya seni
kontemporer yang cenderung menampakkan hal-hal populer sehari-hari, banal,
dan cenderung merayakan budaya permukaan. Disertai “seabrek” konsep yang
bersumber dari sekian banyak teori yang terkadang sulit untuk dikaitkan secara
langsung dengan seni (rupa), sebuah karya dapat dirunut dalam segala sesuatunya
mulai dari ide penciptaan karya tersebut untuk ditampilkan dan diapresiasikan
orang lain, baik yang dicerna secara perlahan-lahan, ataupun seketika itu juga saat
dilihat, sehingga proses perjalanan berkasenian berlaku sampai pada dimana ia
berhenti pada tahapnya. Seniman atau perupa, pada dasarnya seperti seorang
pewarta nilai, gubahan bentuk dan rupa adalah upayanya menawarkan, dan
sekaligus menyembunyikan nilai dan makna. Di dalamnya terdapat sejumlah
kode-kode estetik, metafora, simbolisasi yang mengisyaratkan berbagai fungsi,
makna, dan tendensi. Terlepas apakah ini menjadi sesuatu yang lebih baik atau
sebaliknya, karya seni akan menjadi baik, efektif, berguna dan berarti bagi
minimal diri sendiri, orang lain, lingkungannya bahkan menembus batas-batas
kebudayaan dan wilayah atau dengan kata lain mendunia.
Ide penciptaan karya seni dapat bermula dari apa saja, baik dalam diri
sendiri ataupun respon terhadap lingkungan sekitarnya, tidak lagi hanya yang
”penting” , yang ”adiluhung” , yang ”indah” dan lain sebagainya, akan tetapi
sebaliknya bisa pula mengenai konflik personal, luka, rasa sakit, dan keterasingan
yang muncul dari dalam individu. Berangkat dari sinilah terbuka berbagai
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kemungkinan dalam penciptaan dan pemaknaan terhadap karya seni yang lebih
luas untuk dapat ditawarkan, termasuk di dalamnya konsep-konsep alternatif yang
berkesinambungan yaitu kejujuran untuk mengungkap apa yang dirasakan dalam
individu sebagai serangkaian rantai dialektika yang saling memperkuat,
melengkapi atau bahkan saling menentang dan disampaikan pada karya seni lukis
dengan cara tertentu dalam koridor kreatif dan ditampilkan untuk dapat diapersiasi
oleh orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba mengemukakan gagasan yang
diwujudkan kedalam karya seni lukis yang menampilkan visualisasi berupa
goresan-goresan, sapuan, lelehan dan penerapan konflik internal yang distorsi atau
dimunculkan dengan cara tertentu, disamping pemilihan objek-objak yang lain,
digunakan sebagai bahasa ungkap konflik internal dalam diri pelukis atau lebih
jauh disebut sebagai expressive form dalam penciptaan karya seni lukis. Dari
proses gagasan, visualisasi, kemudian untuk diapresiasi, penulis berharap akan
dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan seni rupa pada umumnya
dan sebagai proses berkesenian pribadi pada khususnya.
B. Rumusan Penciptaan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan penciptaan karya antara lain:
1. Bagaimana membuat karya seni lukis berdasarkan koflik internal sebagai ide
penciptaan ?
2. Bagaimana wujud dan karakteristik karya seni lukis berlatar belakang koflik
internal sebagai ide penciptaan ?
C. Tujuan Penciptaan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mendeskripsikan konsep dan ide dasar penciptaan karya seni lukis yang
berdasarkan koflik internal sebagai inspirasi.
2. Mendeskripsikan proses visualisasi dalam pembuatan karya seni lukis yang
berlatar belakang koflik internal sebagai inspirasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Mendiskripsikan visualisasi karya seni lukis yang bersumber dari tema koflik
internal.
D. Manfaat Penciptaan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis bermanfaat sebagai sarana pembelajaran dalam proses
berkesenian dan sebagai sarana mengkomunikasian ide-ide yang penulis
miliki.
2. Bagi pembaca, besar harapan penulis agar tulisan ini dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran, referensi dan sumber pengetahuan dunia seni (rupa).
3. Bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai tambahan referensi
dan sumber kajian terutama untuk mahasiswa seni rupa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
A. Konflik Internal Psikologis
Sepanjang kehidupannya, manusia banyak mengalami kasus yang
melibatkan konflik internal dalam diri, konflik di sekolah, konflik sosial dengan
lingkungan, konflik di dunia kerja, konflik rumah tangga, dan lain-lain. Umumnya
konflik tersebut terjadi karena peranan dari berbagai faktor, namun situasi kerap
menjadi semakin rumit dengan adanya kebiasaan manusia menilai situasi, diri,
orang lain dan dunia secara negatif. Pola ini membuat konflik menjadi semakin
besar karena manusia (tanpa sadar) lebih suka menambah tekanan pada situasi
yang dihadapi daripada mencari alternatif solusi permasalahan. Menurut Darlina
Julius G dalam UPI YAI Book Dicussion manusia cenderung lebih tertarik untuk
melampiaskan emosi terpendam daripada berusaha melihat situasi dengan sisi
yang berbeda, yang membuatnya kerap luput memperhitungkan konsekwensi akan
tindakannya. Manusia menjadi lebih reaktif daripada bersikap proaktif,
merencanakan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan (2008: 3).
Tekanan demi tekanan dari setiap masalah yang semakin meningkat,
dengan kekhasan daya tahan-sebagai hasil perpaduan dari bakat bawaan dan pola
belajar - membentuk kombinasi kepribadian yang juga khas pada diri manusia dan
turut berperan dalam menentukan arah akan ”menjadi seperti apa?” seorang
manusia dalam kehidupannya. Ada yang gagal bertahan dan kemudian
mengadopsi gangguan-gangguan fisik dan psikologis tertentu, ada yang mencoba
bertahan namun gagal dan membiarkan luka batin kerap mengganggu kehidupan,
namun ada yang berhasil bertahan, meningkatkan ketegaran, merubah diri,
menjalani kehidupan secara bahagia, bermartabat dan sehat lahir batin.
Berbagai problema kehidupan yang terus muncul dalam kehidupan akan
semakin terakumulasi karena manusia gagal memahami situasi yang sebenarnya
terjadi dan salah mengambil pilihan terhadap kehidupannya.
Manusia ditakdirkan untuk berbeda dengan mahluk lain, diciptakan dengan
banyak kelebihan; terutama berpikir, merasa, dan bertindak. Dengan segala
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kelebihan dan kekurangannya, manusia memiliki kesempatan untuk menentukan
pilihan dalam hidup, dimana setiap pilihan yang berbeda - seiring dengan
takdirnya-akan menentukan arah nasib yang berbeda pula dalam proses menjadi
“seperti apa” dirinya di kemudian hari.
Dalam proses menjadi “seperti apa” itu, manusia mengalami banyak
peristiwa dan kejadian-kejadian yang akan menempatkan dirinya dalam suatu
proses duniawi yang khas manusia, yaitu Belajar. Proses belajar yang dilalui
manusia menandai perubahan diri seseorang untuk menjadi individu yang berbeda
nantinya. Sekali lagi manusia menggunakan kekuatan dan kelebihan khas
manusiawinya untuk menentukan pilihan hidup, yang ditandai dengan motivasi.
Motivasi inilah yang membedakan manusia, antara manusia yang satu dengan
yang lain, yang mau berubah menjadi individu yang lebih baik atau tidak mau dan
justru menjadi manusia yang tidak baik sama sekali. Motivasi juga yang menandai
kekuatan dari keinginan manusia untuk belajar dan berubah.
Salah satu makhluk Tuhan yang sangat khas mengalami perubahan menjadi
sosok yang jauh lebih indah adalah kupu-kupu. Proses perubahan itu dikenal
dengan istilah metamorfosa. Bayangkan seekor kupu-kupu, yang mengalami
metamorfosa dari bentuk ulat, menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-
kupu yang indah.
Manusia tidak mengalami metamorfosa, dalam artian fisik yang
sesungguhnya, tidak mengalami proses terlahir serupa telur, menjadi ulat, menjadi
kepompong lalu terlahir kembali menjadi seperti kupu-kupu. Tetapi sebenarnya,
dengan prinsip asosiasi yang serupa, proses metamorfosa dapat terjadi pada
manusia secara psikologis pada momen-momen tertentu dalam kehidupan, yang
menandai berbagai macam perubahan, baik perubahan peran, perubahan
kepribadian, perubahan kualitas hidup, bahkan perubahan nasibnya. Setiap proses
perubahan yang terjadi, mengandung pilihan bijak individu, untuk berubah
menjadi sosok yang lebih indah-bagaikan kupu-kupu.
Berbeda dengan kupu - kupu yang tidak memiliki pilihan, manusia justru
memiliki kesempatan untuk memilih, menumbuhkan motivasi dalam diri,
mengambil keputusan, menjalani proses belajar, memaknai hidup dan menjadi
(seperti) kupu - kupu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Yang tetap perlu diingat adalah bahwa semua peristiwa dalam kehidupan
manusia selalu mengandung campur tangan Tuhan, penguasa jagad raya, dan
bahwa sesungguhnya Tuhan tiada pernah merubah nasib manusia, kecuali apabila
manusia itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
1. Karakteristik Konflik
Konflik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Di dalam
konsep kerjasama tim ada “form, storm, norm, perform”. Selain pembentukan,
penciptaan norma dan standar, dan berunjuk kerja, ada juga badai. Di dalam
konsep perubahan ada “pain, isolate, heal, dan commitment”. Selain
mengisolasi diri, penyembuhan, dan berkomitmen, ada juga merasakan sakit.
Semua fase di dalam kerjasama tim dan perubahan itu adalah tahapan-tahapan
yang paling alamiah di dalam kehidupan. Maka, konflik sebenarnya juga
membawa kebaikan di baliknya.
Konflik terjadi ketika ada dua atau lebih nilai, sudut pandang, prinsip,
atau pendapat berkontradiksi satu sama lain. Konflik dapat terjadi:
a. Di dalam diri kita sendiri (konflik internal), yaitu ketika merasa tak lagi
hidup di dalam sistem nilai yang kita yakini sebagai kebaikan dan
kebenaran.
b. Ketika kita merasa bahwa nilai, sudut pandang, prinsip, atau pendapat kita
sedang terancam (konflik eksternal).
c. Ketika kita merasa terancam oleh ketakutan dan kekhawatiran akibat
kekurangtahuan atau oleh sesuatu yang tidak kita ketahui, atau oleh rasa
kurangnya pencapaian (konflik eksternal). Ini bisa diselesaikan dengan
terus belajar.
2. Manfaat Konflik
a. Konflik memberi kekuatan untuk lebih fokus pada isu-isu dari persoalan.
b. Konflik membantu kita untuk tetap hidup realistis "di dunia nyata" yang
tidak sempurna.
c. Konflik membantu kita untuk belajar dan mengambil manfaat dari berbagai
perbedaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Cara Berurusan dengan Konflik Internal
a. Identifikasi konfliknya, jika perlu jadikan proyek dan beri nama. Ingatlah
bahwa "nama = makna". Tanpa nama, sulit memberi makna. Dan tanpa
makna, yang ada adalah kebingungan dan ketidakjelasan.
b. Berbicaralah kepada seseorang. Ini diperlukan untuk meringkaskan konflik
menjadi deskripsi yang lebih pendek dan akurat.
c. Ambillah sebuah sudut pandang terhadap konflik. Gunakan sebuah
kacamata, misalnya pengembangan diri, kemajuan karir, pribadi, masa
depan profesi, karyawan, pebisnis, dan sebagainya. Seberapa pentingkah
terselesaikannya konflik ini? Apakah memburuknya konflik ini terjadi
karena kita lelah, karena kita marah, atau karena hal lain? Apa peran diri
kita di dalam konflik ini? Pemicu, penyebab, memperparah, meringankan,
memperjelas, memperberat? Ini diperlukan untuk memutuskan apakah kita
perlu melakukan yang nomor 2 di atas.
d. Lakukan apa yang bisa kita lakukan secara konstruktif terkait dengan
konflik. Uraikan deskripsi konflik (poin 2 di atas) menjadi poin-poin isu.
Pilih setidaknya satu isu yang bisa kita garap untuk keluar dari konflik.
Lalu tentukan setidaknya tiga tindakan terkait dengan isu itu. Untuk setiap
tindakan, tentukan minimal tiga pro dan kontranya. Pilih tindakan yang
paling meringankan konflik.
e. Lakukan. Tunggu perkembangan setidaknya satu hari, guna menentukan
tindakan lain.
B. Tinjauan Tentang Seni Lukis
Estetika sebagai hasil perkembangan pemikiran manusia telah lama
berupaya memetakan apa yang selama ini disebut dengan keindahan dari berbagai
sudut kemungkinan pembacaan atasnya. Perkembangan kebudayaan manusia
berbanding lurus dengan makin banyak dan beragamnya definisi tentang
keindahan terlebih ketika manusia mulai menemukan dan menyadari hadirnya
seni. Selanjutnya keduanya mulai bersinergi membentuk serangkaian diskursus
yang teramat kompleks. Hope M. Smith mengatakan “In essence,aesthetics is the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
philosophy of the beautiful,the science of beauty and “taste” Pada pokoknya
,estetika adalah filsafat tentang hal yang indah, ilmu tentang keindahan dan
“citarasa” (dalam The Liang Gie 1996: 87). Sedangkan lebih jauh berkaitan
dengan seni rupa atau visual arts, EB. Feldman menjelaskan bahwa estetika dapat
diberi arti sebagai ilmu pengetahuan pengamatan (The Science of Perception).
(dalam Sahman 1993: 45)
Seni rupa sebagai salah satu cabang seni yang mutlak melibatkan unsur
visual tentulah termasuk didalamnya,lebih khusus lagi menunjuk pada seni lukis
dimana unsur visual merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari proses
pengamatan tersebut baik dalam rangkaian proses penciptaannya maupun kelak
dalam kaitannya dengan apresiasinya. Oleh EB. Feldman estetika bahkan tidak
hanya digunakan dalam arti filsafat seni tapi, tetapi sebagai ilmu pengetahuan
tentang pengamatan yang berurusan dengan pertanyaan yang ada kaitannya
dengan cara dan proses pengamatan yang kemudian membentuk pengalaman seni.
Maksud dengan pengamatan adalah hal ikhwal melihat dan memahami bentuk-
bentuk visual. Seni lukis sebagai bagian dari visual arts memerlukan estetika
sebagai sumber telaahnya, dalam artian pemahaman terhadap seni lukis idealnya
harus berdasarkan pada pengamatan terhadap unsur-unsur pembentuk karya seni
tersebut. Lukisan sebagai sebuah karya seni atau sebagai salah satu media seni
menggunakan segi visual atau fisik sebagai unsur utamanaya, daya ungkap,
kualitas (dalam hal ini ciri-ciri yang memenuhi syarat) seni lukis terletak tentu saja
pada apa yang dapat dilihat terlebih dahulu baru kemudian melalui proses
apresiasi akan muncul interpretasi serta pemahaman yang lebih jauh terhadap
karya tersebut.
Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa dua dimensi yang populer dan
mempunyai banyak gaya, aliran, dan teknik pembuatan maupun bahan serta alat
yang digunakan. Dalam proses penciptaan, karya seni rupa dua dimensi ini tidak
terlalu terikat pada aturan teknis yang rumit bila dibandingkan dengan cabang seni
rupa lainnya semisal seni patung dan seni cetak (grafis) dimana memerlukan
langkah-langkah yang lebih banyak dan kompleks walaupun pada
perkembangannya seni lukis mengalami banyak pengembangan dalam teknis
pengerjaannya. BS. Myers mengatakan bahwa melukis adalah membubuhkan cat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(yang kental maupun cair) di atas permukaan yang datar, sehingga karya lukis
sering dilihat sebagai karya dua dimensi. (dalam Sahman 1993: 55) Berbagai
kesan dan konfigurasi yang diperoleh darinya diharapkan dapat mengekspresikan
berbagai makna atau nilai subjektif, mengenai bidang sebenarnya tidak harus
berupa bidang datar mengingat terdapat kemungkinan untuk melukis pada bidang
yang tidak datar, melengkung atau bergelombang misalnya. Sementara The Liang
Gie mendefinisikan seni lukis sebagai hasil karya dua dimensional yang memiliki
unsur warna, garis, ruang, cahaya, bayangan, tekstur, makna, tema dan lambang
(1996: 97). Selain itu, Mikke Susanto mengatakan bahwa seni lukis adalah bahasa
ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologi yang menggunakan warna dan
garis guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi dari kondisi
subyektif seseorang (2002: 71). Berkaitan dengan hakikat penciptaan seni visual
(lukisan), Yasraf Amir Pilliang berpendapat bahwa lukisan adalah jalan berliku
yang penuh dengan tanda tanya, yang jawabannya ditangguhkan, diulur-ulur,
penuh jebakan, jawaban palsu yang pada akhirnya menggiring kita ke arah satu
jawaban, satu kebenaran atau malah meninggalkan kita dalam keadaan tanpa
jawaban dan tanpa kebenaran (2003: 244 ). Dari beberapa pendapat tersebut
diatas, seni lukis mengandung pengertian sebuah kebulatan atau keutuhan secara
organis yang melibatkan unsur-unsurnya kedalam bidang dua dimensional yang
merupakan penjabaran dari sebuah ide, ekspresi, dan emosi subyektif yang
didalamnya memiliki banyak kemungkinan untuk ditelaah dan dicari maknanya.
Seni lukis biasanya mengunakan kanvas sebagai medianya, namun selanjutnya
seni lukis mengalami perkembangan yang pesat termasuk dalam penggunan materi
alternatif sebagai medianya, terlebih pada karya-karya lukis dewasa ini dimana
eksperimentasi teknis dan konsep banyak dilakukan sehingga menghasilkan
karya-karya seni lukis yang lebih beragam baik dalam pemilihan bahan, obyek,
dan tema lukisannya. Hal ini banyak dilakukan karena masing-masing seniman
berupaya menampilkan keunikan dalam karya-karyanya, terlebih lagi ketika
konsep kekinian banyak dijiwai hal ikhwal personalitas. Keunikan individu untuk
tidak menjadi sama adalah nilai lebih, Modus dan cara penyajian yang mainstream
seringkali “digugat” dan begitu pula ketika merambah ke urusan obyek-obyek
“baru” dan bahkan terkadang tidak “indah” paling tidak ketika dikaji secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
konvensional bentuk-bentuk estetik tersebut dapat saja menampilkan hal-hal yang
tidak lazim dan bahkan bagi sebagian orang tidak masuk akal untuk dikatagorikan
sebagai karya seni. Namun hal tersebut merupakan hasil perkembangan wacana
yang ada yang selalu memungkinkan munculnya gagasan-gagasan dan ide-ide
yang berkembang seiring zaman. Dari sinilah sebuah karya seni mampu
menempatkan diri sebagai salah satu kemungkinan artefak untuk membaca
kecenderungan zaman tertentu.
C. Ekspresionisme
Seni cenderung memuat ungkapan dan kondisi subyektif seseorang, oleh
karena itulah seni seringkali dikaitkan dengan ekspresi pribadi. Herbert Read
mengatakan bahwa secara teoritis urutan terjadinya seni adalah: pengamatan
terhadap kualitas material, penyusunan terhadap hasil pengamatan, dan penataan
susunan tadi untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang dirasakan
sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut dalam seni lukis terdapat sebuah istilah
untuk menunjuk penciptaan karya yang mendasarkan pada ekspresi pribadi, yaitu
ekspresionisme (dalam Soedarso 1990).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekspresionisme berarti aliran seni
yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman
diluar yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa
seseorang (2001: 291). Soedarso menjelaskan pendapat Worringer tentang
ekspresionisme sebagai berikut: “…karya ekspresionistik umumnya terdapat
tendensi ke arah individualistik. Pada pribadi-pribadi tidak ditumbuhkan nilai-
nilai sosialnya, melainkan dikembangkan kesadarannya akan isolasi dan
keterpisahannya, dalam arti bahwa sekalipun secara fisik berkumpul dengan orang
lain, namun secara psikologis setiap orang adalah terpisah…” (1990: 78).
Sedangkan Herbert Read menjelaskan bahwa ekspresionisme adalah suatu jenis
seni yang berusaha untuk menggambarkan perasaan subyektif seorang seniman,
bukan kenyataan alam yang obyektif. Lebih lanjut Read menyatakan :…”seni
yang ekspresionistik adalah seni yang memberikan pelepasan lahiriah bagi
desakan, ataupun bagi kepentingan-kepentingan yang ada (dalam Listiono 1974 :
28). Desakan tersebut digerakkan oleh emosi , perasaan atau sensasi, dan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
demikian hasil seni menjadi jalur-jalur pengaman yang dapat menyalurkan
kekecewaan psikis yang tidak tertahankan dan mengembalikan keseimbangan.
Pelepasan kekuatan psikis seperti itu cenderung untuk menuju ke arah sikap yang
dibesar - besarkan kepada distorsi perwujudan alamiah yang akan berakhir dengan
bentuk-bentuk yang aneh - aneh…”. Dalam hal ini ekspresi dijadikan pijakan
utama dalam berkarya seni lukis.
D. Simbolisme dan Seni
Dalam kehidupannya manusia selalu berkembang dan berinteraksi
menggunakan simbol-simbol. Karya seni sebagai produk kebudayaan manusia
juga merupakan sebuah benda yang berupa simbol. Menurut etimologinya, simbol
dan simbolisasi diambil dari kata Yunani sumballo (sumballein) yang mempunyai
beberapa arti, yaitu berwawancara, merenungkan dan memperbandingkan,
bertemu, melemparkan menjadi satu, dan menyatukan. Bentuk simbol adalah
penyatuan dua hal luluh menjadi satu ( Hans J. Daeng 2000 : 82). Mircea Eliande
menyatakan bahwa simbol mengungkapkan aspek-aspek terdalam dari kenyataan
yang tidak terjangkau oleh alat pengenalan yang lain (dalam Hans J Daeng 2000).
Gambar, simbol dan mitos mengungkapkan modalitas. Penelaahan atasnya
membuka jalan untuk mengenal manusia sebelum terjalin dalam peristiwa sejarah.
Rupa simbol dapat berubah, tapi fungsinya sama. Biasanya simbol terjadi
berdasarkan metonimi (metonimy), yakni nama untuk benda lain yang terasosiasi
atau menjadi atributnya dan metafora (metaphor), yaitu pemakaian kata atau
ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan
(Kridalaksana dalam Alex Sobur. 2003 : 155). Simbol melibatkan tiga unsur yaitu
simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan
rujukan. Ketiga hal ini adalah merupakan dasar bagi semua makna simbolik.
Simbol selalu mengacu kepada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan
antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) bersifat
konvensional. Berdasarkan konvensi terebut masyarakat pemakainya menafsirkan
ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan kemudian menafsirkan
maknanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Seperti yang telah dikemukakan diatas, karya seni pada hakikatnya juga
merupakan sebuah simbol berkaitan dengan makna yang ada dibalik karya
tersebut. Susanne K Langer menyatakan bahwa simbol-simbol yang ditempelkan
pada karya seni itu disebut sebagai the symbol in art yang harus dibedakan dengan
the art symbol yang kemudian istilah ini diubahnya menjadi expresive form (dalam
Soedarso 2006 : 39). Simbolisasi yang terakhir ini, yaitu bahwa seni sebagai
expressive of feeling, sebagai ekspresi dari jalinan antara sensibilitas, emosi,
perasaan, dan kognisi yang impersonal merupakan ciri utama dari karya seni
sehingga karena itu Langer menyebutnya sebagai expressive form, maka (karya)
seni adalah simbol yang juga sekaligus bermuatan simbol. Demikian pula dalam
seni rupa, dalam hal ini seni lukis. Apa-apa yang yang terlihat di dalam sebuah
karya apapun medianya adalah merupakan serangkaian dari simbol-simbol seperti
yang dimaksud diatas, sehingga sebuah lukisan yang misalnya menampilkan
sebuah bunga tidaklah sekedar terlihat sebagai adukan dan komposisi warna-
warna belaka, namun adalah apa yang disimbolkannya. Kemudian dari pengenalan
ciri-cirinya apresian akan mampu mendefinisikan apa yang disimbolkan karya
sebagai bunga. Maka expressive form atau art symbol adalah hasil karya seni itu
sendiri yang kasat mata sedangkan symbol in art adalah arti atau perlambangan
yang dimuatkan kepadanya, misalnya lambang kesucian yang lebih lanjut menurut
Susanne K Langer disebut sebagai the import of an expressive form yang
dipandangnya lebih enak disebut demikian karena bentuk tadi mungkin saja
memiliki “arti“ lain disamping yang dimuatkan tersebut terlebih dalam seni rupa
kontemporer yang banyak menampilkan objek-objek alternatif dimana interpretasi
terhadapnya sangat terbuka terhadap kemungkinan pemaknaan-pemaknaan yang
lebih longgar dan terkadang tidak terduga. Sementara itu art symbol adalah
komposisi organik tunggal yang mengandung maksud bahwa bagian-bagiannya
tidak merupakan unsur yang berdiri sendiri. Dalam seni elemen-elemennya selalu
diciptakan secara baru bersama dengan keseluruhan karya dimana elemen tersebut
berada. Symbol in art adalah simbol dalam arti lumrah dan cenderung lebih
konvensional, namun art symbol adalah expressive form yang bukan sepenuhnya
simbol karena ia tidak selalu menyatakan sesuatu dibaliknya. Symbol in art adalah
sebuah metafor atau kiasan, sedangkan art symbol adalah imaji yang absolut. Seni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
rupa tidak memakai sistem tanda tunggal untuk menyampaikan suatu sistem yang
abstrak secara konsisten seperti wacana ilmiah. Simbol muncul dalam konteks
yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan. Dalam pemahaman
karya seni rupa dan dalam penggunaannya oleh seniman, simbol berkembang
tanpa bisa secara mutlak dikendalikan dan digeneralisir sebagai sebuah sistem
tunggal pemaknaan, oleh karena itulah interpretasi dan penilaian terhadap sebuah
karya seni cenderung bersifat subyektif.
E. Karakteristik Karya
Lama diperdebatkan, apakah ekspresi seni harus mempesonakan, cantik,
memberikan rasa senang, dan membangkitkan pengalaman estetik. Kant
menjawab: Tidak! (Jim Supangkat, dalam Poem of Blood Tth: 7), dari sepenggal
kalimat diatas dapat ditarik sebuah permasalahan yang akan pelukis coba
akomodasi ke dalam konsep dan karya seni lukis.
Persoalan hubungan keindahan dan ekspresi seni sebenarnya sederhana
saja. “Akar” ekspresi seni adalah pengalaman merasakan keindahan. Pada proses
pengungkapan, pengalaman tentang keindahan ini mengalami berbagai stimulasi
yang muncul dari pengalaman-pengalaman dalam menjalani kehidupan. Terjadi
kemudian perumitan yang bisa dilihat sebagai “buah” pengalaman dalam
merasakan keindahan. Inilah ekspresi seni. Jim Supangkat lebih jauh mengatakan
bahwa mustahil seniman yang tidak mempunyai pengalaman merasakan
keindahan (tidak pernah menghasilkan karya yang menampilkan kecantikan)
memiliki kemampuan menampilkan ekspresi yang bermakna. Pada “struktur rasa”
inilah ekspresi dibangun. Dari sinilah pelukis kemudian mulai mengembangkan
kemungkinan untuk berkreasi (berkarya) melalui tema dan obyek yang mungkin
terkadang kurang bisa dikatakan sebagai karya yang indah secara konvensional
karena didalamnya memang memuat visualisasi yang cenderung provokatif.
Ekspresi berusaha pelukis bangun melalui unsur-unsur yang pelukis susun
sedemikian rupa melalui objek-objek dalam karya pelukis yang secara provokatif
menampilkan goresan-goresan, sapuan, lelehan dan lain sebagainya yang secara
umum memunculkan kengerian dan kesakitan, namun justru pada tingkat inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pelukis berupaya mengetengahkan keindahan yang terselubung lewat visualisasi
yang pelukis tampilkan, pelukis mencoba menampilkannya lebih sebagai upaya
menyadarkan tentang tragika yang membalut kehidupan, jadi dapat dikatakan
bahwa pelukis memulainya berdasarkan ekspresi personal tentang pemahaman
terhadap sesuatu berdasarkan konsep yang telah pelukis susun. Untuk
menampilkan tragika tersebut pelukis lebih memilih mengedepankannya secara
langsung tanpa memerlukan pemahaman yang bertele-tele dengan dibalut berbagai
macam “penghalusan” namun pelukis berusaha untuk membangun struktur rasa
lewat provokasi visual secara langsung. obyek tampak menonjol kontras dengan
obyek lain dalam lukisan yang seringkali ditiadakan atau digambarkan dengan
warna yang tidak mencolok, minimalis namun dengan daya tarik yang kuat.
Visualisasi berupa goresan-goresan, sapuan, lelehan dan penerapan konflik
internal yang distorsi atau dimunculkan dengan cara tertentu, disamping pemilihan
objek-objak yang lain, digunakan sebagai bahasa ungkap konflik internal dalam
diri pelukis atau lebih jauh disebut sebagai expressive form dalam penciptaan
karya seni lukis. Dari proses gagasan, visualisasi, kemudian untuk diapresiasi,
pelukis berharap akan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan seni
rupa pada umumnya dan sebagai proses berkesenian pribadi pada khususnya.
F. Unsur-Unsur Seni Rupa
Unsur seni rupa adalah merupakan segala hal yang secara umum terdapat
pada setiap karya seni rupa. Sebagai elemen visual pembentuk karya secara
keseluruhan, unsur-unsur tersebut meliputi :
a. Garis
Garis adalah goresan dan batas limit dari suatu benda, massa, ruang,
warna dan lain-lain (Fajar Sidik & Aming Prayitno 1979:3). Sementara
manurut Mikke Susanto garis adalah perpaduan sejumlah titik yang sejajar
dan sama besar, memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek;
panjang; halus; tebal; berombak; melengkung; lurus dan lain-lain (2002: 45).
Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan
peranan warna. Penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula
membentuk kesan tekstur nada dan nuansa ruang seperti volume.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Warna
Menurut Fajar Sidik & Aming Prayitno warna adalah kesan yang
ditimbulkan oleh cahaya pada mata. (1979: 7) Warna merupakan salah satu
bagian terpenting dalam pembuatan sebuah karya lukis. Warna juga dapat
digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya serta digunakan
untuk berbagai pengekspresian rasa secara psikologis.
c. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan benda, baik nyata
maupun semu (Fajar Sidik. 1979). Tekstur adalah sifat permukaan yang
memiliki sifat-sifat seperti lembut, kasar, licin, lunak ataupun keras. Menurut
Rasjoyo tekstur dibatasi sebagi rasa permukaan atau penggambaran dari sifat
permukaan (1987: 42).
Ada dua tekstur yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata
terjadi karena perbedaan rasa permukaan bila diraba (kasar-halus). Sedang
tekstur semu terjadi karena pengolahan gelap terang maupun kontras warna
sehingga permukaan tampak kasar atau tampak halus.
d. Ruang
Menurut A.A.M. Djelantik ruang adalah kumpulan beberapa bidang;
kumpulan dimensi yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi; ilusi yang dibuat
dengan pengelolaan bidang dan garis, dibantu oleh warna (sebagai unsur
penunjang) yang mampu menciptakan ilusi sinar atau bayangan yang meliputi
perspektif dan kontras antara terang dan gelap (1992: 21). Sedangkan menurut
Mikke Susanto ruang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian
muncul istilah dwimatra dan trimatra (2002: 99). Dalam seni rupa orang
sering mengaitkan dengan bidang yang memilki batas atau limit, walaupun
kadang-kadang ruang bersifat tidak berbatas dan dan tidak terjamah. Ruang
juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang yang berbatas maupun
yang tidak berbatas oleh bidang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
e. Shape (bidang)
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi adanya
warna yang berbeda, gelap terang atau karena adanya tekstur. Shape
mempunyai bentuk alam figur dan bentuk alam non figur. Shape dapat berupa
lingkaran, segi tiga, segi empat, segi banyak, bentuk tak berbentuk dan
sebagainya.
G. Prinsip-Prinsip Seni
Prinsip seni adalah serangkaian kaidah umum yang sering digunakan
sebagai dasar pijakan dalam mengelola dan menyusun unsur-unsur seni rupa
dalam proses berkarya untuk menghasilkan sebuah karya seni rupa. Prinsip
tersebut meliputi :
a. Kesatuan
Kesatuan atau unity adalah kesatuan yang diciptakan lewat sub-azaz
dominasi dan subordinasi (yang utama dan kurang utama) dan koheren dalam
komposisi karya seni (Mikke Susanto, 2002 : 110). Prinsip kesatuan ini
menekankan pada adanya integritas jalinan konseptual antara unsur-unsurnya.
Kesatuan dapat dicapai dengan pengulangan penyusunan elemen-elemen
visual secara monoton. Cara lain untuk mencapai kesatuan adalah dengan cara
pengulangan untuk warna atau arah gerakan goresan.
b. Keseimbangan
Keseimbangan atau balance adalah penyesuaian materi-materi dari
ukuran berat dan memberi tekanan pada suatu komposisi dalam karya seni
(Mikke Susanto, 2002 : 20). Keseimbangan dapat dicapai dengan dua macam
cara yaitu dengan keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris.
Keseimbangan simetris menggunakan sumbu pusat diantara bagian-bagian
yang tersusun dengan bentuk kurang lebih mencerminkan satu dengan yang
lain. Keseimbangan simetris mengesankan perasaan formal atau stabil
sedangkan keseimbangan asimetris sering disebut sebagai keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
informal. Keseimbangan tidak dicapai menggunakan sumbu pusat, melainkan
dengan menggunakan warna gelap terang untuk membuat bidang-bidang
tertentu lebih berat secara harmonis dengan bidang yang lain.
c. Ritme
Ritme menurut E. B. Feldman seperti yang di kutip Mikke Susanto
adalah urutan pengulangan yang teratur dari sebuah elemen dan unsur-unsur
dalam suatu karya seni (2002 : 98). Ritme dapat berupa pengulangan bentuk
atau pola yang sama tetapi dengan ukuran yang bervariasi. Garis atau bentuk
dapat mengesankan kekuatan visual yang bergerak di seluruh bidang lukisan.
d. Harmoni
Harmoni atau keselarasan adalah tatanan ragawi yang merupakan produk
transformasi atau pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan
teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan yang ideal (Mikke
Susanto, 2002 : 49). Harmoni juga bisa ditimbulkan dari adanya kesatuan
yang mengandung kekuatan rasa yang ditimbulkan karena adanya kombinasi
unsur-unsur yang selaras antara lain rasa tenang, gembira, sedih, haru dan
sebagainya.
e. Proporsi (Ukuran Perbandingan)
Proporsi merupakan perbandingan antara bagian-bagian dalam satu
bentuk yang serasi. Proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan, ritme
dan kesatuan. Keragaman proporsi pada sebuah karya maka akan terlihat lebih
dinamis, kreatif dan juga alternatif. Selanjutnya Tjahjo Prabowo dalam
bukunya yang berjudul “Desain Dasar I (Desain Dua Dimensional) Desain
Dwi Matra” menjelaskan bahwa proporsi merupakan hubungan perbandingan
antara bagian dengan bagian dan atau antara bagian dengan keseluruhan.
Lebih lanjut dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu;
antara unsur dengan unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur
visual dengan bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas
gambar (1999: 17).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran
perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda
tersebut (1985: 100)
f. Variasi
Menurut JS. Badudu variasi adalah sesuatu yang lain daripada yang biasa
(bentuk, tindakan, dsb) yang disengaja atau hanya sebagai selingan;
perbedaan; mempunyai bentuk yang berbeda-beda sebagai selingan supaya
agak lain daripada yang ada atau yang biasa (2003: 360).
g. Movement
Kesan gerak yang didapat dengan merangkai sekumpulan unsur tertentu
sedemikian rupa sehingga tercipta kesan gerak dalam sebuah karya seni rupa.
h. Eurhitmy
Merupakan kombinasi dari tekanan poporsi dan movement, yang
menghasilkan kesan gerak yang seimbang.
i. Limitasi
Pembatasan yang dilakukan sedemikian rupa terhadap unsur-unsur yang
diteapkan kedalam sebuah karya, berkaitan dengan komposisi untuk
mendapatkan proporsi karya yang ideal.
H. Tema, Bentuk, Bahan dan Tehnik dalam karya seni lukis
a. Tema
Tema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 921) adalah pokok
pikiran dasar; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar
mengarang, mengubah sajak, dsb). Dalam menciptakan karya seni lukis, tema
dapat digunakan untuk menyamakan pandangan (persepsi) serta
mempermudah pelukis dalam menuangkan ide ke dalam karya dengan
menggunakanm elemen-elemen visual (unsur seni rupa) seperti garis, warna,
tekstur dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Bentuk
Bentuk (form) adalah totalitas dari karya seni dan merupakan organisasi
atau suatu kesatuan (komposisi) dari unsur-unsur pendukung karya. Menurut
Dharsono ada dua macam bentuk: visual form yaitu bentuk fisik dari sebuah
karya seni dan special form yaitu bentuk yang tercipta karena adanya
hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena
bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya (2003: 25).
c. Bahan dan Teknik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahan adalah barang yang akan
dibuat menjadi barang lain (1990: 65). Barang yang digunakan pelukis sangat
dipengaruhi oleh penguasaan serta ketertarikannya. Penguasaan pada sifat-
sifat bahan sangat mempengaruhi hasil karyanya. Ketertarikan dapat
membawa pada proses eksperimen sehingga akan memperoleh pengetahuan
yang baru. Menurut Sudarmaji teknik adalah cara untuk mentransformir
elemen-elemen visual menjadi bentuk yang ideal dan bernilai sesuai dengan
ide serta gagasan (1973: 28).
I. Karya-karya Pembanding
Disini terdapat beberapa karya seniman baik dari dalam maupun luar negeri
yang digunakan sebagai acuan pembanding dan sumber inspirasi penciptaan karya
dalam penyusunan tugas akhir karya seni ini. Acuan disini lebih menitikberatkan
kepada aspek teknis visualisasi dimana saya sedikit banyak terpengaruh oleh gaya
visualisasi dan konsep berkarya yang mereka gunakan sehingga diharapkan akan
dapat terlihat posisi karya saya dan sekaligus melihat keunikan dan kekuatan
karya lukis saya, karya tersebut antara lain:
a. Made Supena
Made Supena adalah seorang perupa Ekspresionisme-Abstrak yang
tumbuh subur di bali sejak tahun 1990-an, Made Supena merupakan perupa
lulusan ISI Denpasar yang sekarang tergabung dalam sanggar dewata
Indonesia, antara lain Made Wianta, Made Bhudiana, Nyoman Erawan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Wayan Sika, dan banyak lagi perupa-perupa yang lebih muda. Untuk
membedakan diri dengan pelukis-pelukis abstrak dari Yogyakarta, Bandung
dan Jakarta, para pionir ini terus-menerus bereksperimen mendedahkan ikon-
ikon budaya Bali pada karya-karya lukisnya, sebagai suatu upaya
memperkenalkan identitas lokal (ke-Bali-an). Dari sini kemudian bermunculan
lukisan-lukisan abstrakisme dan ekspresionisme-abstrak dengan ”rasa Bali.”
Seperti pendedahan ikon kain poleng (hitam-putih-abu), garis-garis yang
mengacu pada rerajahan (gambar-gambar magis untuk ritual dan jimat),
dominasi warna merah-hitam-putih-kuning, pembagian ruang atau bidang
yang mengacu pada filosofis sekala (nyata)-niskala (maya) dan rwe bhineda
(dua unsur yang berlawanan, namun mengharmoniskan), dan sebagainya.
Gambar 1
Karya Made Supena berjudul : ”Tebing”
Acrylic on canvas, 120 x 150 cm, 1990
Pada lukisannya kita bisa menikmati aneka rupa warna yang bersusun-
susun, berlapis-lapis, berkelindan, membentuk berbagai komposisi harmoni.
Supena berupaya menafsirkan dan merepresentasikan realitas alam yang
memikat jiwanya ke dalam gubahan lukisan-lukisan abstrak. Pelukis kelahiran
Singapadu-Gianyar, 12 Januari 1970 ini menggali ilham dari alam karena alam
memang menyediakan banyak visual yang cenderung abstrak bila diamati dari
sudut tertentu. Misalnya langit pagi menjelang fajar atau langit senja saat
matahari tenggelam, bentangan hijau sawah, liku-liku sungai yang airnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berwarna coklat, longsoran pasir, batu-batu akik, kerak-kerak kayu, tebing-
tebing sungai, ngarai, lembah yang diterpa cahaya sore, gejolak laut biru,
lapisan pasir hitam pantai yang digerus air laut, dan sebagainya.
Yang menarik adalah lukisan berjudul ”Tebing” di mana Supena
memperlihatkan kecenderungan abstraknya yang agak lain dari lukisan-
lukisannya terdahulu. Pada lukisan ini Supena menafsirkan tebing kedalam
lukisan abstrak dengan pengolahan warna merah, kuning, oker yang berlapis-
lapis. Di pinggiran tebing yang berbatasan dengan air itu kita menjumpai tujuh
segitiga yang meruncing ke bawah membentuk bayang-bayang pada air biru
pekat.Lukisan-lukisan abstrak Supena mirip seperti puisi-puisi Cina klasik
yang memuji keindahan dan keagungan alam. Berbeda dengan pelukis
ekspresionisme-abstrak yang menciprat-cipratkan atau mengayunkan kuas
dalam semangat action painting, Supena malah terkesan sangat hati-hati alias
alon-alon asal kelakon dalam menyusun elemen-elemen rupa yang membentuk
lukisan abstraknya. Pembubuhan warna, pelapisan, pembentukan tekstur,
pencahayaan, pengolahan komposisi dilakukan penuh dengan berbagai
pertimbangan dan perhitungan estetika. Dengan elemen-elemen rupa itu,
Supena seperti sedang menyusun puisi-puisi liris pada bidang-bidang
kanvasnya.
b. Made Budhiana
Made Budhiana adalah seorang perupa Ekspresionisme-Abstrak yang
tumbuh subur di Bali sejak tahun 1990-an, Made Supena merupakan perupa
lulusan ISI Denpasar yang sekarang tergabung dalam sanggar dewata
Indonesia, antara lain Made Wianta, Made Bhudiana, Nyoman Erawan, Wayan
Sika, dan banyak lagi perupa-perupa yang lebih muda. Spirit alam adalah
kebebasan. Mereka yang tak percaya bahwa manusia dilahirkan ke dunia
bersama hak untuk hidup merdeka, rasanya perlu kembali menengok alam. Di
mata alam, semua boleh dicatat, segalanya mendapat tempat. Baik-buruk,
gelap - terang, kekerasan dan kelembutan. Semua menyatu dalam paduan
harmoni hidup yang ajaib dan mempesona. Keragaman, kontradiksi, konflik
atau bahkan pertentangan, bukan semata pertanda khaos yang carut-marut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tanpa makna, sepanjang itu dihidupi dalam koridor hakikatnya yang tak saling
menaklukkan. Namun sebaliknya, justru memperkaya dan memperdalam
nuansa khazanah kemanusiaan. Persepsi dan penafsiran terhadap denyut
realitas bagi masing-masing orang memang boleh, bahkan perlu, berbeda.
Bagi dia, sumber penciptaan yang tak akan pernah habis digali
keindahannya adalah alam, baik itu alam natural, alam benda (man-made
nature), maupun masyarakat dan tradisi yang hidup didalamnya. Ia gampang
tergerak oleh lingkungan di sekitarnya. Kesemuanya itu - alam, manusia dan
budaya - senantiasa ditatapnya sebagai sebuah perayaan, sekaligus peristiwa
estetis. Keyakinan seperti inilah yang membedakan karya Budhi dari
kebanyakan pelukis abstrak yang lain. Dalam lukisan-lukisan abstraknya,
realitas hidup keseharian tetap menjadi acuan utama. Yang berbeda hanya
caranya dalam memilih perspektif, mempersepsi, dan akhirnya
merepresentasikan realitas itu lewat tafsir imajinasi di atas kanvas. Budhi
terhadap realitas banyak dipengaruhi arus emosi yang bergejolak dari konflik
batin yang dialaminya. Itulah sebabnya lukisan Budhi selalu menghadirkan
nuansa kegelisahan yang liar. Sapuan kuas yang bebas-lepas, penuh warna-
warni yang kontras disertai goresan-goresan tajam, semburan dan pelototan cat
dalam ritme cepat, seolah melabrak segala batasan tradisi, material, style
maupun teknik dan teori lukis standar. Dalam sejumlah lukisannya, ekspresi
liar Budhi tampak jelas dan teknik melukisnya yang membiarkan percikan-
percikan cat meleleh sendiri, dan seakan "membebaskan" lukisan itu untuk
memilih bentuknya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 2
Karya Made Budhiana berjudul : “Untitle”
Acrylic on canvas, 150 x 200 cm, 1997
Jika ditelusuri lebih dalam, karya Budhi masih kuat menembuskan
vitalitas napas tradisi masyarakat Bali di tengah kedahsyatan getaran gempa
modernisme saat ini. Dibandingkan periode terdahulu yang mengeksplorasi
aspek magis seni gambar tradisional rerajahan Bali, karya-karyanya yang
belakangan lebih bersemangat menyerap roh tradisi itu dalam pesona warna-
warni yang dinamis, meriah, serta kadang terkesan seronok - bahkan carut-
marut - seperti halnya ragam gerak, piranti etnik maupun musik tradisional
Bali. Kendati demikian, sebagaimana maestro abstrak-ekspresionisme
Amerika, Jackson Pollock, muaranya tetaplah pada "konsistensi-dalam" (inner
consistency). Artinya, kontemplasi dalam sistem harmoni total yang universal
dan membebaskan.
c. Didik Dhnardono
Nama Didik Dhnardono merupakan salah seorang pelukis yang cukup
aktif bekegiatan seni di Yogyakarta. Didik lahir di Pacitan Jawa Timur dan
mendapatkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan seni rupa.
Karya Didik secara umum menampilkan karya abstrak ekspresif dengan
suasana suram dengan dominasi warna-warna merah terang, mencitrakan
ledakan-ledakan lewat garis-garis yang tercipta secara spontan . Didik berkarya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tidak pada mengkonstruksi citra namun justru membiarkan unsur alami
membentuk citra itu sendiri, Didik membiarkan lelehan cat acrylic bercampur
air, mengikuti irama diatas permukaan kanvas yang telah diberi genangan air
sembari mengatur gerakannya agar tidak menjadi liar. Penjelajahannya
menghasilkan citraan yang spontan , namun dengan mengandalkan intuisi.
Gambar 3
Karya Didik Dhnardono berjudul : “White Crow”
Acrylic on canvas, 120 x 170 cm, 2006
Karya berjudul “White Crow” memvisualisasikan sesosok burung gagak
berwarna putih dengan background warna merah memakai teknik blok,
sepintas terlihat gagak tersebut sedang terbang menuju kearah bawah, mungkin
Didik hendak menggambarkan sosok gagak yang sedang menukik dengan
menampilkan goresan ekspresif dan warna putih, untuk mendapatkan efek
gerak yang diinginkan.
d. Pramono
Pramono adalah salah satu perupa abstrak dengan karya lukisnya yang
bisa dikatakan cukup eksis di Yogyakarta. Karyanya banyak menampilkan
spontanitas dengan banyak pilihan warna kuning, orange, merah, coklat, serta
sedikit pilihan objek sehingga banyak didominasi goresan-goresan ekspresif
yang menghasilkan visualisasi manis. Pramono dilahirkan di Sleman, suatu
desa di Jombor, daerah perkampungan sawah, dengan suasana tenang yang
mengkondisikan dia menghasilkan karya-karya abstrak penuh ketenangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pendidikan seni rupanya diperoleh dengan cara otodidak, melalui pencarian
sendiri maupun pegaulannya dengan sesama seniman.
Visualisasi karyanya banyak menanpilkan suasana desa, seperti suasana
matahari terbit pagi, matahari tenggelam sore, hujan di persawahan, dan lain-
lain dengan objek-objek khas pedesaan seperti ngarai, persawahan, gunung,
dan lain-lain yang disulapnya dalam goresan-goresan ekspresif yang manis.
Gambar 4
Karya Pramono berjudul : “Sunrise”
Oil on Canvas, 120 x 170 cm, 2005
Karya Pramono banyak menghadirkan tema-tema suasana pedesaan,
salah satunya adalah karya yang berjudul Sunrise yang secara tenang
menggambarkan suasana matahari terbit pagi hari di pedesaan. Lukisannya
menampilkan goresan yang sederhana dengan banyak bidang kosong serta
goresan spontan dan simbolik yang cukup mewakili banyak arti. Pramono
mengatakan bahwa lukisannya lebih bersifat kecintaannya terhadap alam
dimana ia dibesarkan. Secara utuh karya Sunrise dapat dibaca sebagai upaya
Pramono untuk mengingatkan bahwa manusia sebenarnya hidup diantara
keindahan dan wajib untuk mensyukurinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
e. Hermann Nitsch
Hermann Nitsch, lahir tahun 1938 adalah seorang seniman kelahiran
Austria yang banyak bekerja dengan media-media eksperimental dan
multimedia karyanya mengeksplorasi tema-tema kekerasan. Ia berkaitan erat
dengan kelompok Vienna Actionist yang karya-karyanya berada diluar katagori
genre seni tradisional. Hermann mengerjakan karya-karyanya melalui
serangkaian performance art dengan memakai simbol-simbol ritual keagamaan
terutama yang berkaitan dengan ritual pengorbanan, mempertanyakan etika
moral dan teologi. Dengan keseniannya ia mencari pencerahan melalui ritual
pengorbanan, penyaliban dan penyembelihan binatang yang mengingatkan
kepada ritual tradisional paganistik. Karya lukisannya yang dihasilkan melalui
performance yang dilakukannya (action painting) juga merekam sedemikian
rupa jejak “kekerasan” yang melandasi proses berkaryanya, berupa semacam
leleran dan ceceran darah yang didominasi warna merah yang seolah
mengindikasikan adanya mutilasi organis. Karyanya yang biasa digolongkan
kedalam katagori actionism konon hadir sebagai ikon suci signifikasi metafisik
yang menampilkan kecantikan dari kengerian itu sendiri, sebuah kontemplasi
kehidupan yang sublim tentang kekuasaan, transgresi, dan ekstremisitas
Berikut adalah salah satu karyanya yang berjudul Six Day Play yang
merupakan sebuah karya terakhir dari salah satu proyek seninya yang dimulai
sejak tahun 1957. Karya ini dimaksudkannya sebagai cerita penciptaan yang
berkaitan dengan dekadensi humanisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 5
Karya Hermann Nitsch berjudul : “Six Day Play”
Oil and acrylic on Canvas, 200 x 300 cm, 1998
Six Day Play secara umum menampilkan “jejak kekerasan” melalui warna dan
corak lukisan yang didominasi leleran cat berwarna merah darah, memenuhi
bidang kanvas mulai dari bidang atas sampai kebagian bawah yang dengan
mudah mengasosiasikan pikiran kita dengan percikan darah. Karya ini terasa
bertambah “berat” melalui ukurannya yang cukup spektakuler yakni 200 x 300
cm. Dengan jalan ini Hermann Nitsch menemukan jalan yang tepat untuk
merepresentasikan konsep dan gagasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
PROSES VISUALISASI PENCIPTAAN
A. Ide Pemilihan Objek
“Work of art is a man made object”. Karya seni lahir berkat adanya
kegiatan manusia, tentu saja disini karya seni (rupa) memunculkan adanya obyek
itu sebagai hasil karya seni itu sendiri. Karya seni apapun materialnya selalu
berada di dalam lapisan dan kaitan nilai-nilai , konteks, makna, dan interpretasi.
Itulah mengapa karya seni rupa sebagai satu tindakan total (rasa, imajinasi,
gagasan, pikiran, impian, obsesi) individu terhadap dunia sekelilingnya merupakan
salah satu bentuk produk kebudayaan, karena ia berada dan berfungsi dalam
proses pembelajaran, merespon, memahami, merenungkan, memaknai, dan
mencerahkan. Sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial manusia
selalu berhadapan dengan nilai-nilai baik subyektif maupun obyektif gesekan
antara keduanya sering kali menimbulkan tegangan-tegangan yang muncul ke
permukaan sebagai akibat interaksi antar individu.
Dari sinilah ide awal pemilihan obyek karya pelukis bermula, secara umum
kebanyakan karya pelukis banyak menampilkan dominasi ruang yang kosong
dengan perspektif yang mengesankan keruangan serta menampilkan narasi
manusia dengan lingkungan yang biasa mengelilinginya semisal pintu, bidang,
sosok tubuh dan beberapa obyek lain yang dekat dengan kehidupan manusia, hal
tersebut banyak ditemukan pada karya-karya awal lukisan pelukis sebagai
visualisasi pelukis terhadap manusia dan kompleksitas permasalahan yang banyak
melingkupinya, disana akan cenderung membawa apresian ke arah lanskap yang
senyap, sunyi dan tanpa batas yang terkadang dapat membawa manusia ke dalam
perasaan yang “menyakitkan” karena individualitas yang secara kodrati
dimilikinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya karya lukisan lebih
mengarah langsung kedalam rasa “sakit” seperti yang pelukis sebutkan diatas
dengan visualisasi yang lebih simpel dan cenderung tidak senaratif karya-karya
awal penulis. Disini penulis cenderung lebih menekankan pada kekuatan obyek
yakni memunculkan angka tujuh yang dilukis secara terselubung diantara objek-
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
objek lukisan lain yang ditampilkan dengan sederhana. Obyek tersebut pelukis
rasa memiliki kekuatan tersendiri sebagai sebuah expressive form karena setiap
manusia memiliki hal tersebut didalam dirinya, sehingga tiap orang akan memiliki
semacam ikatan dan tegangan emosional tersendiri dalam berinteraksi dengan
obyek yang penulis pilih.
B. Konsep Penciptaan
Karya-karya pelukis tidak berpretensi untuk mempersoalkan tentang benar-
salah, baik-buruk, maupun sebagai bentuk acuan normatif lainnya. Penciptaan
karya saya berangkat dari satu titik yang sama yaitu kesadaran tentang ketiadaan
(nothingness), nihil, hampa tanpa pretensi apa-apa, namun kehampaan disini saya
sadari sepenuhnya dan kemudian saya kelola sebagai titik awal dalam berkarya.
Pelukis selalu berfikir bahwa segala sesuatu tidak pernah hadir secara mutlak
sebagai satu fenomena tanpa oposisi atasnya, begitu pula dengan kehampaan itu
sendiri yang menyimpan potensi kebalikannya yakni isi. Manusia sebagai individu
cenderung kehilangan orientasi ketika kesendirian dan kehampaan menerpanya.
Kahampaan dan kesunyian dapat menghadirkan rasa “sakit” tersendiri sehingga
manusia memerlukan jalan keluar untuk mengatasinya, rasa sakit tidak selalu
secara fisik namun lebih ke arah psikis. Sosialisasi adalah salah satu jalan yang
dapat dilalui manusia, terlebih manusia juga memiliki kodrat sebagai makhluk
sosial, namun pada prakteknya dalam sosialisasi manusia juga akan banyak
mengalami benturan-benturan terkait dengan individualitasnya. Terlebih ketika
kehidupan sosial banyak dimuati kepentingan-kepentingan individu yang
cenderung lebih mengedepankan ego yang pada akhirnya akan menimbulkan
permasalahan yang kian kompleks dalam diri manusia, tanpa memperoleh kanal
penyaluran yang tepat keadaan tersebut akan mampu memunculkan tekanan, dan
tegangan dalam diri seseorang. Tekanan tersebut terkadang begitu besarnya
sehingga manusia dapat kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dalam kondisi
inilah penulis justru melihat potensi rasa “sakit” manusia yang sesungguhnya.
Dari sinilah pelukis memulai memanifestasikan apa yang tertangkap
kedalam karya seni lukis, bentuk dan visualisasi yang digambarkan mewakili
akibat dan sekaligus rasa sakit yang dimaksud diatas. Penulis mengelola rasa sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sebagai provokasi dan sekaligus sebagai kekuatan ekspresi dalam karya seni lukis
tersebut, provokasi lebih bertujuan keluar diri sedangkan ekspresi lebih cenderung
mengarah kepada kepuasan pribadi, penuangan perasaan dan emosi subyektif
kedalam karya seni lukis. Objek lukisan yang cenderung provokatif lebih mudah
memberikan provokasi ke arah yang dimaksudkan sekaligus dapat dirasakan
bahwa dari segi ekspresi juga terpenuhi. Mengenai hasil akhirnya penulis tidak
begitu mementingkan terutama apakah visualisasi tersebut indah ataupun tidak
karena ekspresi mutlak berada di tangan seniman dan dalam kesadaran tertentu hal
itu sepenuhnya sebagai pegangan agar tidak merasa terikat dalam berkarya. Seni
dapat diberi batasan sebagai kesatuan organis unsur-unsur yang bernilai ungkap,
unsur-unsur itu meliputi representasi, konotasi, dan materi tanggap inderawi dan
dalam hal ini tidak ada satu nilai pun yang tidak dapat direpresentasikan,
dikonotasikan atau diberi bentuk tanggap inderawi, oleh karena itu seni tidak
terbatas pada hal yang indah-indah saja. Karya seni selama ini memang berusaha
mengungkapkan dan membangkitkan perasaan, keadaan, atau suasana tertentu
sehingga tetap merangsang daya imajinasi apresian dan apresian memberikan
kunci terhadap hidup matinya karya seni baik dalam bentuk mencintai maupun
membencinya.
C. Bahan, Alat, dan Tehnik
Dalam penciptaan sebuah karya seni mutlak diperlukan adanya bahan, alat
serta teknik untuk mengelolanya sedemikian rupa agar tercipta sebuah karya.
1. Bahan
Secara umum pelukis menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan
untuk melukis secara konvensional meliputi:
a. Kanvas
Terbuat dari kain blaco dalam bentuk besar dengan ukuran panjang dan
lebar sesuai keinginan sebagai media untuk melukis, serta tekstur kain
yang diinginkan lebih mudah dipergunakan untuk bahan karya pelukis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Cat
Dalam penciptaan karya pelukis biasa menggunakan beberapa jenis cat
sekaligus untuk menghasilkan efek dan visualisasi yang diinginkan,
meliputi:
1) Cat akrilik
Cat ini menggunakan air sebagai pelarutnya dengan tingkat kecepatan
kering yang lebih tinggi daripada cat minyak.Cenderung bersifat blok
walaupun dapat pula diaplikasikan secara transparan.Cat yang
digunakan adalah Mowilex, Express, Disnilux.
2) Pelarut cat
Pelukis menggunakan beberapa basis pelarut dalam berkarya yaitu: air
sebagai pelarut cat acrylic.
c. Bambu
Bambu diggunakan sebagai finising yang berfungsi sebagai figura
d. Tali
Tali digunakan sebagai salah satu instrument dalam lukisan dan berfungsi
sebagai penghubung pengikat bentangan karya lukisan.
e. Besi
Besi digunakan sebagai salah satu instrument dalam lukisan.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam berkarya yaitu :
a. Kuas
Pelukis menggunakan berbagai jenis dan ukuran kuas untuk berkarya.
Kuas meliputi kuas cat minyak yang lebih kaku dan berujung rata dalam
berbagai ukuran karena ukuran kanvas yang lebar, sehingga menggunakan
kuas dengan ukuran 10, 12, 15, dan untuk mengeblok digunakan ukuran 2,
4, dan 4,5.
b. Palet
Pelukis menggunakan palet sebagai tempat untuk mencampur warna agar
ditemukan warna yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Tempat pelarut
Pelukis biasa menggunakan berbagai bahan dalam berkarya, sehingga
dipakai beberapa tempat pelarut secara terpisah serta satu tempat
tersendiri untuk membersihkan kuas yang telah dipakai.
d. Kain lap
Kain lap biasa digunakan untuk mengeringkan kuas yang telah dipakai
atau setelah dibersihkan. Pelukis tidak menggunakan kain yang khusus
yang penting memiliki daya serap yang baik terhadap cairan.
3. Teknik
Teknik mutlak diperlukan dalam penciptaan sebuah karya, penguasaan
bahan dan alat merupakan salah satu faktor penting yang harus dikuasai dalam
berkarya agar dapat dicapai visualisasi yang sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam penciptaan sebuah karya seni pelukis cenderung
mencampuradukkan berbagai teknik untuk mendapatkan efek dan visualisasi
yang diinginkan. Perbedaan tingkat kecepatan kering, tingkat kemampuan
bahan menutup bidang, serta daya larut masing-masing bahan saya kelola
sedemikian rupa untuk memunculkan efek-efek tertentu yang sukar dicapai
dengan teknik lainnya. Walaupun begitu teknik-teknik yang umum dipakai
seperti blok, impasto, dan aquarel tidak sepenuhnya ditinggalkan namun
justru sebisa mungkin dipergunakan untuk mendukung proses berkarya secara
keseluruhan. Pelukis biasa menerapkan brush stroke yang padat dan spontan
namun tetap memperhatikan bentuk dan komposisi serta detail yang apa
adanya agar terkesan lebih ekspresif.
D. Tahap Visualisasi
Dalam berkarya biasanya pelukis mulai dari sebuah ide tentang bentuk
walaupun tidak selalu begitu, maksudnya pelukis mempunyai konsep dasar
pemikiran saja tanpa tahu seperti apa nanti yang akan divisualisasikan di atas
kanvas. Karena jenis lukisan yang lebih cenderung tidak mutlak imitatif
maksudnya memindahkan sebuah obyek secara sama persis ke atas bidang kanvas
maka pelukis merasa lebih bebas untuk memasukkan ekspresi ke dalam lukisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang dibuat melalui goresan dan eksperimentasi di atas bidang kanvas. Ekspresi
disini menjadi penting karena konsep berkarya yang lebih cenderung personal,
dimana pelukis mengolah pengalaman, pemahaman, dan hasil pengamatan pelukis
terhadap sesuatu baru kemudian diluapkan ke atas bidang sesuai dengan apa yang
diinginkan sesuai dengan konsep berkarya. Pelukis jarang membuat sketsa
mengenai apa yang dituangkan ke atas bidang kanvas namun lebih sering
merekamnya sebagai penggalan-penggalan kecil kata yang biasa tulis di buku,
SMS, atau pelukis diskusikan dengan teman meskipun hanya sekedar sebagai
bahan pembicaraan yang ringan. Mengenai pencapaian bentuk pelukis biasa
memulainya dengan pengaplikasian bahan secara langsung di atas kanvas,
mengamati efek yang timbul,mengarahkan dan mengelola efek-efek tersebut,
kemudian dalam prosesnya mulai berimajinasi mengenai bentuk-bentuk tertentu
sesuai konsep awal yakni reduksi dari organ-organ penyusun tubuh baik manusia
maupun binatang. Dari sinilah kemudian pelukis mulai membentuk detil yang
diinginkan sampai pelukis rasa cukup tanpa kehilangan kendali atas karya secara
keseluruhan termasuk didalamnya komposisi dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENCIPTAAN
A. DESKRIPSI KARYA
1. Potret Diri
Karya berjudul Potret Diri berbicara tentang seseorang yang ingin
melihat dirinya sendiri lewat kaca, kamera dengan memotret, ataupun
menggunakan alat yang lainnya agar dapat melihat sosok dari dirinya sendiri.
Dalam karya ini pelukis menceritakan tentang karakter pribadi pelukis
sebelum adanya pengaruh dari luar. Dari sinilah pelukis merespon untuk dapat
mendokumentasikan diri melalui cara yang berbeda yaitu dengan melukis.
Gambar 6
Karya berjudul : “Potret diri”
Acrylic on Canvas, 30 x 70 cm x 8, 2010
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Secara umum pelukis ingin membangun penyadaran tentang jalan
hidupnya dan berusaha memaknainya. Melalui delapan bidang panel kanvas,
pelukis melukis wajah pelukis sendiri dengan berbagai ekspresi wajah. Dalam
prosesnya jika diperhatikan terdapat goresan membentuk angka tujuh yang
mengisi pada setiap panel lukisan. Cara ini merupakan interaksi yang dipakai
pelukis secara terselubung yang memiliki arti “pitulungan”, yaitu
pengharapkan pada diri pelukis sebagai bagian dari motivasi untuk berhadapan
dengan orang lain pelukis dapat lebih mengutamakan keceriaan, dilihat dari
pemilihan warna pelukis yang manis.
2. Sebuah perjalanan hidup…
Karya performance ini menceritakan tentang realitas dalam pergulatan
kehidupan yang cenderung monoton tanpa adanya sebuah perubahan yang
dapat memberikan warna lain, dari sinilah titik awal pembuatan konsep karya
ini. Secara umum seniman ingin membangun penyadaran tentang jalan hidup
yang telah dijalani dan berusaha untuk memaknainya. Dalam hal ini pelukis
menghadapi sebuah fenomena yang membelenggu jalan pikirannya, yakni
dengan seabrek permasalahan-permasalahan yang datang tanpa henti antara
berkesenian, idealis (agama), konsumeris, dan pendidikan. Dari berbagai
permasalahan tersebut seniman dihadapkan dalam sebuah pilihan dimana
nantinya pilihan tersebut dapat membimbingnya sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Namun demikian pilihan yang dianggap indah dan menyenangkan
itu malah membawanya pada permasalahan yang lebih komplek, sehingga
seniman menemui jalan buntu untuk bisa bangkit dari keterpurukanmya
sampai pada akhirnya seniman menemukan sebuah angka tujuh yang
dimaknai seniman sebagai “pitulungan” (pertolongan). Angka tujuh ini
merupakan sebuah pencerahan untuk dapat bangkit dan menyongsong hari
depan yang lebih baik. Dari pemaknaan angka tujuh tersebut seniman
menemukan kedamaian dari berbagai rasa penyesalan akan apa yang telah
dijalaninya, dengan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
AMIEN………………….!!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Where is My Head?
Gambar 7
Karya berjudul : “Where is my head?”
Acrylic on Canvas, 370 x 130 cm, 2010
Karya berjudul “Where is my head?” menceritakan apa yang ada di
dalam pikiran pelukis. Terdapat berupa sosok tubuh manusia yang tampak dari
atas. Bentuk kepala yang didalamnya terdapat simbol tanda tanya menjadi
subject matter karya ini. Tampak kedua tangan yang direntangkan dengan
dipertegas rangkaian titik-titik putih berbaris membentuk garis. Kemudian
terdapat empat tanda silang yang mendominasi, serta tanda silang kecil
didalam goresan bidang kotak berwarna putih. Background kombinasi dua
bidang berwarna merah dan hitam membentuk angka tujuh menjadi latar
belakang bidang lukisan.
Disini pelukis ingin menyampaikan bahwa setiap orang tentunya
memiliki pandangan dan penilaian terhadap orang yang sifatnya baik maupun
buruk. Dalam hal ini pelukis merespon penilaian orang lain tentang diri
pelukis. Tampak sosok tubuh yang sedang maju, tetapi terdapat beban yang
mengikat di belakangnya diterjemahkan melalui titik-titik yang berbaris
membentuk garis terkesan membebani dan menarik sosok tubuh tersebut.
Sementara didepan terdapat tanda silang yang sangat tegas membatasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
merintangi laju tubuh. Hal ini menjadikan titik dilematis bagi pelukis dengan
menampilkan simbol tanda tanya sebagai ungkapan perasaan dilematis.
Terdapat optimisme yang disampaikan pelukis dengan menampilan tanda
silang kecil didalam goresan bidang kotak berwarna putih dan background
kombinasi dua bidang berwarna merah dan hitam membentuk angka tujuh
menjadi latar belakang bidang lukisan sebagai ungkapan bahwa dibalik
dilematika yang dialami terdapat nilai positif yang masih dimiliki.
4. a Choice
Gambar 8
Karya berjudul : “a Choice”
Instalasi, variable 2010
Karya seni instalasi ini menceritakan adanya sebuah pilihan yang
membingungkan pelukis untuk bertindak secara tegas dalam hal menentukan
jalan mana yang harus dipilih untuk membangun kehidupan yang telah dicita-
citakan. Dalam sebuah pilihan terkadang sesuatu yang tampak indah belum
tentu sesuai dengan apa yang diharapkan dalam mencapai tujuan, sedangkan
sesuatu yang dianggap menjenuhkan tetapi justru dapat membimbing kita pada
tujuan yang telah diharapkan pada mulanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Terdapat sebuah meja yang diatasnya terdapat buah apel, dan cutter.
Disini pelukis menggambarkan sebuah hal manis yang sangat mudah
didapatkan, sebuah kenikmatan yang mudah di dapat tetapi dalam sekejap
kenikmatan itu dapat pula sirna. Dibelakangnya terdapat sebuah tangga, koran,
dan kertas putih yang dibuat meniti, menggambarkan tentang cita–cita dan
harapan masa depan untuk diwujudkan. Untuk itu diperlukan sebuah usaha
untuk memperjuangkannya, walaupun harus meniti jalan yang panjang. Sebuah
boneka yang sedang duduk di kursi dengan tangan kiri di atas kepala, dan
tangan kanan diletakkan dia ujung meja menggambarkan proses dilematis
pelukis dalam menentukan pilihannya.
Disini pelukis ingin menyampaikan bahwa untuk mewujudkan sebuah
cita–cita dan harapan masa depan, terdapat dua buah pilihan. Untuk meraih
saah satu pilihan yang diangap baik dibutuhkan usaha lebih keras dalam
menentukan pilihan dan bertindak sesuai pilihannya itu.
5. Orange Memikat
Gambar 9
Karya berjudul : “Orange Memikat”
Acrylic on canvas, 470 x 130 cm, 2010
Karya berjudul “Orange Memikat” karya ini menceritakan seseorang
yang ingin menarik perhatian terhadap sesamanya. Pada area kiri lukisan
terdapat sosok tubuh tanpa kepala yang cenderung berwarna orange dengan
dipertegas warna putih sebagai konturnya, kemudian dari dalam potongan
leher muncul goresan membentuk tulisan orange sebagai subject matter yang
juga berwarna orange dengan dipertegas dengan goresan warna putih.
Terdapat goresan warna putih membentuk tanda plus dengan percikan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
percikan warna putih diantara sosok tubuh dan tulisan orange. Terdapat
bidang kotak berwarna merah dengan tanda silang yang terdapat di tengahnya.
Background merupakan kombinasi beberapa bidang yang membentuk angka
tujuh mengisi sebagian besar bidang lukisan.
Secara umum pelukis ingin menceritakan ungkapan dari dalam diri
secara tajam jelas dan tegas tentang keinginan untuk mencari teman sebanyak
mungkin. Visualisasi goresan membentuk tulisan orange digunakan sebagai
medium penegasan bahwa segala sesuatu yang diungkapkan dari dalam
dirinya adalah sesuatu yang positif dan menyenangkan. Disini pelukis ingin
mengungkapkan optimisme tentang memaknai tulisan orange itu sendiri,
bahwa pelukis membuka diri untuk menjalin hubungan pertemanan atau
sparing partner dalam pergaulannya di dunia kesenian. Untuk lebih
menguatkan uangkapan tersebut muncul goresan warna putih membentuk
tanda plus berwarna putih yang dipadukan dengan goresan membentuk kotak
berwarna merah dengan tanda silang di tengahnya sebagai pengikat segala
sesuatu yang positif dan menyenangkan untuk disampaikan. Background yang
jika diperhatikan membentuk angka tujuh mengisi sebagian besar bidang
lukisan. Cara ini merupakan interaksi yang dipakai pelukis secara terselubung
yang memiliki arti “pitulungan”, yaitu pengharapkan pada diri pelukis
sebagai bagian dari motivasi.
6. Prb’ Menusuk Jantungku
Gambar 10
Karya berjudul : “Prb’ menusuk jantungku”
Acrylic on canvas, 470 x 130 cm, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Karya “Prb’ menusuk jantungku” mengambil subject matter sebuah
jarum dari material besi dan benang merah dalam panel lukisan. Jarum terbuat
dari material besi, benang terbuat dari material tali berwarna merah, cat yang
digunakan acrylic warna diatas kain kanvas. Digambarkan secara simbolik
bahwa jarum menempel pada bidang kanvas dengan benang merah yang
tersulam pada bidang lukisan serta latar belakang bidang persegi berwarna
putih, merah, abu-abu dan hitam yang jika diperhatikan membentuk angka
tujuh. Sapuan warna merah mengesankan perasaan hati yang hancur akibat
tusukan jarum. Visualisasinya menggunakan teknik goresan kuas secara
ekpresif untuk mendapatkan kesan kalut. Lukisan ini memiliki keseimbangan
asimetris yang didapat melalui penempatan bidang dan warna di kiri dan
kanan sehingga menimbulkan balance of area. Penempatan jarum di tengah
menjadikannya sebagai center of interest karena objek jarum menempel pada
kanvas dan terbuat dari material besi. Background yang jika diperhatikan
merupaka kombinasi beberapa bidang yang membentuk angka tujuh mengisi
sebagian besar bidang lukisan, memiliki arti “pitulungan”, yaitu memohon
pertolongan.
Pada umumnya jarum digunakan untuk menjahit kain yang dipotong,
terpotong atau sobek. Tetapi disini pelukis mengartikan jarum dan benang
dalam sebuah jahitan sebagai tanda penekanan rasa sakit yang ditimbulkan
dari tusukan secara konstan dan diagonal sehingga penekanan symbol rasa
sakit dirasakan berulang-ulang. Warna merah yang digoreskan secara
ekspresif menyerupai percikan darah yang keluar dari hati lebih memperkuat
tema rasa sakit yang diinginkan. Background yang secara dominant memenuhi
bidang kanvas jika diperhatikan membentuk angka tujuh, memiliki arti
“pitulungan”, yaitu dari tema perasaan sakit tersebut megharapkan
penyelesaian atau solusi yang kemudian penulis harapkan menimbulkan
introspeksi kedalam diri sendiri. Bagi diri pribadi karya ini menjadi semacam
diary atas keinginan saya untuk “membunuh” sisi regret yang saya miliki
yang terkadang justru menjadi titik lemah dan menyakiti diri saya sendiri.
Maka dari itu karya ini merupakan wujud dari rasa sakit pada diri pribadi yang
selalu menyelimuti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
7. Air mata
Gambar 11
Karya berjudul : “Air mata”
Acrylic on Canvas, 30 x 110 cm x 4, 2010
Karya ini secara umum menggambarkan sebuah ungkapan penyesalan
pelukis dalam menjalani kehidupan masa lalu yang dianggapnya kelam,
dimana sang pelukis telah salah dalam menggambil langkah untuk membangun
kehidupan yang sudah dicita-citakannya sejak dulu. Terdapat empat panel
bidang lukisan yang dalam setiap panelnya muncul objek mata dengan ekspresi
kesedihan. Goresan yang dipilih ditujukan untuk lebih memperkuat kesan
kesedihan. Pada panel terakhir bawah muncul simbol plus dengan dikelilingi
goresan membentuk kantong yang mewakili keadaan kesedihan tersebut
hanya dapat mengendap dan tertampung tanpa ada solusi untuk
menyelesaikannya.
Disini pelukis ingin menyampaikan bahwa tidak selamanya seseorang
benar dalam menentukan pilihannya. Ia akan medapatkan kesedihan-kesedihan
beruntun sebagai konsekwensi dari kesalahan pilihan yang diambilnya. Pelukis
ingin membangun penyadaran tentang rasa pahitnya jalan hidup pelukis dalam
mencapai sesuatu pengharapan yang lebih bermakna sehingga dari berbagai
rasa penyesalan tersebut dapat terwujudkan sebuah karya seni lukis yang
berjudul “air mata”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
8. Sembah Sujud
Gambar 12
Karya berjudul : “Sembah Sujud”
Acrylic on Canvas, 470 x 130 cm, 2010
Karya lukisan berjudul “Sembah Sujud” menceritakan tentang segala
sesuatu baik buruknya perilaku yang terjadi di dunia ini semuanya pasti
kembali kepadanya. Secara umum karya ini memiliki point of interest pada
bentuk pintu berwarna merah dengan blok hitam membentuk angka tujuh dan
rangkaian titik-titik putih berbaris membentuk garis dengan ujung anak panah.
Pada sisi sebelah kanan terdapat goresan berwarna hijau dan putih membentuk
gambar kunci. Background didominasi oleh warna putih dan garis hitam
melintang dengan aksentuasi goresan ekspresif.
Karya ini secara umum ingin membangun penyadaran tentang jalan hidup
yang pelukis berusaha memaknainya. Tampak bidang merah sebagai point of
interest membentuk sebuah pintu sebagai media untuk mendapatkan solusi.
Bidang hitam membentuk angka tujuh yang dimaknai pelukis sebagai
“pitulungan” (pertolongan), memperkuat fungsi pintu itu sendiri sebagai
sebuah solusi seperti yang pelukis sendiri berusaha maknai. Rangkaian titik-
titik putih berbaris membentuk garis dengan ujung anak panah menunjuk
tulisan kaligrafi Allah secara simbolik menggiring atau mengarahkan persepsi
terhadap arti dari tulisan kaligrafi tersebut. Goresan berwarna hijau dan putih
membentuk gambar kunci berbicara tentang perjalanan kesadaran menuju
sesuatu yang positif, pelukis berusaha membuka diri untuk jujur dalam
mensikapi atau setidaknya mendapatkan satu kesadaran dalam mengangkat
tema ini. Tulisan kaligrafi Allah yang dibuat secara ekspresif setidaknya bagi
pelukis memiliki fungsi pengingat tentang keesaan sebagai tujuan terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disini penulis mencoba mengeksplorasi konsep personal untuk mendasari
proses berkarya, mengenai konflik personal, luka, rasa sakit, dan keterasingan
individu yang kemudian mencoba memvisualisasikan ke dalam karya berupa goresan-
goresan, sapuan, lelehan yang dipilih sebagai bahasa ungkap atau lebih jauh disebut
sebagai expressive form sebagai hasil ide penciptaan karya seni lukis. Dalam
prosesnya penulis mendapatkan atau setidaknya memunculkan angka tujuh yang
dilukis secara terselubung, yang bahkan memenuhi bidang lukisan sebagai
background yang dimaknai oleh penulis sebagai pitulungan (Jawa) atau jika
diterjemahkan secara harfiah sebagai pertolongan, kesatuan karya seni lukis yang
mengemukakan gagasan, kesatuan atas konsep dan visualisasinya menjadikan sebuah
karya yang memiliki daya “gugah” bagi apresian setelah mengetahui apa yang
disampaikan karena setiap orang pasti memiliki problematika beserta pengalamannya.
Karya-karya ini menunjukkan bahwa obyek lukisan tidak selamanya harus
menunjukkan hal yang konvensional saja namun ternyata obyek yang selama ini
terlihat sederhanapun memiliki potensi yang cukup kuat sebagai bahasa ungkap.
Konsep personal yang penulis bangun berupaya mencapai kedalaman makna
renungan visualisasi ke dalam karya berupa goresan-goresan, sapuan, lelehan yang
tidak digambarkan secara nyata tetapi simbol, yang bertujuan memperkuat pesan yang
ingin saya tampilkan, yakni rasa sakit sebagai stimulan untuk apresian agar lebih
dapat menghargai kehidupan serta untuk memberikan penawaran kemungkinan
penciptaan obyek estetis yang lebih segar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amir Piliang, Yasraf. 2003. Hiper Semiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Jogjakarta : Jalasutra
Darlina Julius G. 2008. Metamorphosis. Jakarta : UPI YAI Book Discussion
Dharsono. 2003. Tinjauan Seni Rupa Modern. Surakarta : STSI Surakarta
Fajar Sidiq & Aming Prayitno. (1979). Desain Elementer. Yogyakarta : STSRI
“ASRI”
J.Hans, Daeng. 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Rasjoyo. (1973). Pendidikan Seni Rupa. Jakarta : Erlangga
Sahman, Humar Drs. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang : IKIP Semarang
Press
Sobur Alex Msi. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Soedarso SP. 1990. Tinjauan Seni Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni.
Yogyakarta : Suku Dayarsana
Soepratno. 1985. Pendidikan Seni Rupa. Semarang : Aneka Ilmu
Sumarjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : ITB
Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa (Kumpulan Istilah – Istilah Seni Rupa). Jogjakarta
: Kanisius
Susanto, Mikke. 2002. Membongkar Seni Rupa. Jogjakarta : Jendela
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
The Liang Gie. (1996). Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta : PBIB
TIM. 1990. KBB. Jakarta : Balai Pustaka
Tjahjo Prabowo. 1999. Desain Dasar I (Desain Dua Dimensional)Desain Dwi Matra.
Surakarta : UNS Press
KATALOG
Poem of Blood. Katalog pameran Ugo Untoro. Yogyakarta 2007
MAJALAH
Visual Arts. Edisi #13. Juni/Juli 2006
Visual Arts. Edisi #18. April/Mei 2007
INTERNET
http.www.hermannnitsch saatchi gallery london.co.uk
http://www.motivasi-komunikasi-leadership.co.cc
http://www.facebook.com/motivasi