perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bentuk ... · mengenai bagaimana skema pengelolaan dana...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA TAKAFUL DANA SISWA
DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL PADA
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
SURAKARTA
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
RAHASTY AMALIA
NIM : E. 0005039
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum ( Skripsi )
BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA TAKAFUL DANA SISWA
DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL PADA
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
SURAKARTA
Disusun oleh:
RAHASTY AMALIA
NIM : E. 0005039
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I Pembimbing II
AGUS RIANTO, S.H., M.Hum. ZENI LUTFIAH, S.Ag., M.Ag.
NIP. 19610813 198903 1 002 NIP. 19721011 200501 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA TAKAFUL DANA SISWA
DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL PADA
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
SURAKARTA
Disusun oleh:
RAHASTY AMALIA
NIM : E. 0005039
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada :
Hari :Jumat
Tanggal :29 April 2011
TIM PENGUJI
1.Burhanudin Harahap, S.H., M.H., M.Si., Ph.D
NIP. 19600716 198504 1 004 (……………………………...)
2. Agus Rianto, S.H., M. Hum.
NIP. 19610813 198903 1 002 (……………………………...)
3. Zeni Luthfiyah, S.Ag., M.Ag.
NIP. 19721011 200501 2 001 (………………………………)
MENGETAHUI
Dekan,
Mohammad Yamin, S.H. M.Hum
NIP. 19610930 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : RAHASTY AMALIA
NIM : E0005039
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:
BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA TAKAFUL DANA SISWA
DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL PADA
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
SURAKARTA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam penulisan hukum ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, April 2011
Rahasty Amalia
NIM. E0005039
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Rahasty Amalia, 2011. BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA
TAKAFUL DANA SISWA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA
PREMI TAKAFUL PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA SURAKARTA. Fakultas Hukum UNS.
Penelitian ini mengkaji dan menjawab mengenai bentuk perlindungan
yang diterima oleh peserta takaful dana siswa pada perusahaan Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera di Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji
mengenai bagaimana skema pengelolaan dana premi takaful yang tentunya
berbeda dengan pengelolaan dana premi konvensional di perusahaan tersebut.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat
deskritif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara.
Dan untuk pengumpulan data sekunder, digunakan teknik mencatat dokumen dan
pengumpulan fatwa dan peraturan lainnya. Adapun teknik analisis yang dilakukan
bersifat kualitatif dengan model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dituangkan dalam pembahasan ditarik
kesimpulan bahwa sebagai landasan operasional, divisi syariah Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera menggunakan dasar fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama
Indonesia Nomor 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
dan dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-
268/KM-6/2002. Fatwa dan keputusan Menteri Keuangan tersebut yang kemudian
menjadi pedoman pelaksanaan oleh perusahaan dan menjadi dasar perlindungan
bagi peserta takaful dari unsur maisir, gharar dan riba. Adapun pengelolaan dana
premi takaful dilakukan dengan berdasar sistem yang mengandung unsur
tabungan yang memisahkan rekening tabungan dan rekening tabarru berdasar
skema mudharabah (bagi hasil).
Kata kunci: perlindungan hukum, premi takaful
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Rahasty Amalia, 2011. FORMS OF PROTECTION FOR SCHOLARSHIP
TAKAFUL CLIENTS AND TAKAFUL PREMIUMS FUND
MANAGEMENT MECHANISM OF ASURANSI JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA SURAKARTA. Faculty of Law, UNS.
This study examines and answers about the form of protection received by
the takaful scholarship takaful clients of Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera in
Surakarta. In addition, this study also examines how takaful’s fund management
scheme that different with conventional premiums in the company.
This research is descriptive-empiric legal research with qualitative
approaches. The research data includes primary data and secondary data. The
primary data collected by interview technique. And for secondary data, collected
by using and record documents, fatwa and other regulations. The analysis method
is a qualitative method with interactive model.
Based on the research as outlined in the discussion concluded that as an
operational basis, sharia division of Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera is based
on Sharia Board Fatwa of Majelis Ulama Indonesia Number 21/DSNMUI/X/2001
of the General Insurance Code of Sharia and with Minister of Finance of the
Republic of Indonesia regulation Number Kep -268/KM-6/2002. Those
regulations are the takaful clients legal based for their protection from elements of
gambling, and usury gharar. The fund management is done by takaful premiums
based systems that contain elements that separate savings account and savings
account scheme, based tabarru mudaraba (profit sharing).
Keywords: legal protection, takaful premiums
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : BENTUK PERLINDUNGAN BAGI
PESERTA TAKAFUL DANA SISWA DAN MEKANISME
PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL PADA PERUSAHAAN
ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA SURAKARTA.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis
sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak. Mohammad Jamin, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan
ijin skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
2. Bapak Muhammad Adnan, S.H.M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum dan
Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Subekti S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik Penulis selama
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Agus Rianto,S.H.,M.Hum selaku Pembimbing I yang senantiasa
membimbing, mengarahkan dan memberikan berbagai petunjuk dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Zeni Lutfiah ,S.Ag.,M.Ag selaku Pembimbing II yang senantiasa
membimbing, mengarahkan dan memberikan berbagai petunjuk dalam
penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu kapada penulis selama menyelesaikan studi di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Bapak Musnidal Khairi Sjukur (dahulu Kepala Cabang Divisi Syariah AJB
Bumiputera Surakarta) , yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di AJB Bumiputera Syariah Surakarta.
8. Semua karyawan dan Staff di AJB Bumiputera Syariah Surakarta.
9. Ibu dan Bapak tercinta untuk kesabaran dan motivasinya yang tiada banding
dalam menyalakan api semangat penulis.
10. Adik-adikku yang dengan senang hati mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan ucapan yang semanis madu.
11. Teman-temanku Rina, Juju, Aida dan semua yang sudah menemaniku dalam
susah senang menimba ilmu di belantara Fakultas Hukum UNS tercinta ini.
12. Mbak Noe, Idha dan teman-teman sebangsa dan sepergaulanku, yang setia
menemaniku berjuang, bersama-sama kita resah dalam menulis skripsi dan
kuharap kita dapat mencecap manisnya gelar sarjana dalam mengarungi
samudra kehidupan.
13. E.g mania yang tanpa sungkan dan segan melontarkan berbagai "petuah” demi
memberikan semangat yang diperlukan penulis dalam menulis skripsi dengan
caranya sendiri.
14. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi
pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
E. Metode Penelitian ........................................................................ 6
F. Sistematika Skripsi ...................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
A. Kerangka Teori ............................................................................. 13
1. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum bagi
Nasabah Asuransi .................................................................. 13
a. Pengertian Asuransi ...........................................................14
b. Perlindungan Hukum bagi Nasabah Asuransi .................. 14
c. Perlindungan Hukum bagi Peserta Takaful ...................... 16
2. Tinjauan Umum tentang Takaful ........................................... 23
a. Pengertian Takaful ........................................................... 23
b. Prinsip Dasar Asuransi Syariah ....................................... 26
c. Filosofi Takaful ............................................................... 29
d. Akad-Akad dalam Takaful .............................................. 30
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 46
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 47
A. HASIL PENELITIAN ................................................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Bentuk Perlindungan Hukum bagi Peserta Takaful Dana
Siswa di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syariah......... 47
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Premi Takaful di Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera Syariah ....................................... 54
B. PEMBAHASAN.......................................................................... 59
1. Analisis Bentuk Perlindungan Hukum bagi Peserta
Takaful Dana Siswa di Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera Syariah................................................................ 59
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Takaful
Menurut Syariah..................................................................... 68
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 65
A. Simpulan ............................................................................ 65
B. Saran ........................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Model Analisis Interaktif 11
Gambar 2. Kerangka Pemikiran 46
Gambar 3. Mekanisme pengelolaan dana Bumiputera Syariah 58
Gambar 4. Pengelolaan dana dengan unsur tabungan 70
Gambar 5. Pengelolaan dana tanpa unsur tabungan 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanggal 31 Maret 2010 Mahkamah Konstitusi membatalkan berlakunya
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Hal ini
menarik perhatian masyarakat karena pemberlakuan Undang-Undang tersebut
dikhawatirkan akan menimbulkan persaingan usaha diantara perguruan-perguruan
tinggi yang menyebabkan semakin mahalnya biaya untuk menempuh pendidikan
tinggi di universitas-universitas unggulan. Karena walaupun telah dibatalkan,
masih terbersit kecemasan akan lahirnya regulasi baru yang tidak berpihak pada
keberlangsungan pendidikan masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan Daoed
Joesuf, “Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan
membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia”
(http:/smkn1yogyakarta.org/news/pentingnya pendidikan.html)
Data statistik tahun 2004 mengungkapkan sebagian penduduk Indonesia
usia 15 sampai 64 tahun keatas hanya berpendidikan sampai tamat SD
(http://datastatistik-indonesia.com/content/view/721/721/1/3/). Bisa dikatakan hal
ini menyebabkan tingginya angka kemiskinan di Indonesia karena sumber daya
manusia dibentuk melalui pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh dosen
Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Slamet S. Sarwono
(http://jogjainfo.net/rendahnya-tingkat-pendidikan-picu-kemiskinan.html).
Sebaliknya, rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia disebabkan oleh biaya
pendidikan yang tinggi sementara penghasilan perkapita masyarakat Indonesia
masih rendah.
Peranan pemerintah dalam usahanya untuk memajukan pendidikan di
Indonesia oleh sebagian masyarakat dirasa masih belum cukup. Meningkatnya
biaya pendidikan dan tingginya laju inflasi memaksa masyarakat untuk
memikirkan kelanjutan pendidikan anak sejak dini. Apalagi sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Allah Tuhan semesta alam, manusia harus percaya kepada takdir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ketetapan Allah mengenai jalan hidup manusia jauh sebelum manusia dilahirkan.
Manusia tidak dapat melihat masa depan ataupun menolak takdir. Karena itu
sangat penting untuk mempersiapkan langkah-langkah proteksi untuk melindungi
dirinya seandainya terjadi takdir buruk atau musibah datang menimpanya.
Salah satu bentuk proteksi yang bisa diambil adalah asuransi. Fungsi
utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk
transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung)
kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti
menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung
menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace
of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi
dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang
mungkin dideritanya.
Menilik dari manfaat yang bisa diperoleh, asuransi merupakan sarana yang
baik untuk menjamin keberlangsungan pendidikan seandainya terjadi peristiwa
yang tidak diinginkan akan tetapi sebagian umat Islam mengharamkan asuransi
karena dianggap bertentangan dengan aturan syariah. “For several hundred years,
Muslims around the world were taught the common idea that insurance programs
(especially Life insurance) are prohibited because they violate Islamic principles”
(Omar Fisher and Dawood Y.Taylor, 2000:5) yang artinya selama ratusan tahun
umat Islam di seluruh dunia diajarkan pandangan umum bahwa program asuransi
terutama asuransi jiwa dilarang karena bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Pandangan tersebut diperoleh karena beberapa umat Islam beranggapan asuransi
tak ubahnya dengan perjudian dan mengundi nasib.
Sebenarnya asuransi boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan
aturan syariah. Apalagi tren lembaga keuangan Islam semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Dengan konsepnya yang berlandaskan keadilan dan keinginan
untuk tolong menolong, lembaga ekonomi Islam semakin populer dikalangan
masyarakat dan menarik minat berbagai lembaga ekonomi bahkan di negara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menganut sistem perekonomian liberal. Asean Development Bank (ADB)
memperkirakan aset-aset lembaga keuangan Islami secara global mencapai 1
triliun dolar dengan angka pertumbuhan pertahun mencapai 10 sampai 15 persen.
Peningkatan tersebut didukung pendapat para analis keuangan yang mengakui
bahwa industri keuangan islami menerapkan sistem yang berbeda yang membuat
resikonya relatif kecil (Ibnu Awarudin.NUANSA PERSADA 53. Vol. X.
Desember 2008:30). Lagipula selain sisi ekonomi, menjalankan sistem syariah
juga merupakan bentuk ibadah bagi pemeluk Islam, “ Islamic banking and
products are attractive for Muslims precisely because of their combination of
financial effifacy, religious correctness and spiritual rewards” (Omar Fisher and
Dawood Y.Taylor, 2000:1)
HSBC, yang mendirikan divisi syariah sejak tahun 1999 memastikan bahwa
pada tahun 2010 pasar takaful global mencapai 14,4 miliar dollar Amerika (Jason
Benham, http://www.halaljournal.com/). Benham juga menambahkan bahwa
pertumbuhan takaful akan meningkat hingga 30-40 persen seiring dengan
berpindahnya konsumen asuransi konvensional ke asuransi yang berbasis syariah.
Dengan demikian, Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk dan 80 persen
diantaranya pemeluk Islam merupakan pasar strategis untuk memasarkan produk
takaful.
Menyikapi peluang yang ada dan memenuhi tuntutan masyarakat, maka
semenjak tahun 2002 Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 membuka divisi
khusus yang bergerak di bidang asuransi syariah. Sebagai divisi yang mengelola
asuransi syariah, pengelolaan dana di AJB Bumiputera Syariah seratus persen
terpisah dari perusahaan induk yang menggunakan sistem konvensional. Dan
walaupun menggunakan tata kelola yang terpisah, namun divisi syariah AJB
Bumiputera tetap merupakan bagian dari perusahaan induk yang merupakan
perusahaan mutual. Sebagai perusahaan asuransi mutual satu-satunya di Indonesia,
AJB Bumiputera 1912 memberikan kesempatan seluas-luasnya pada peserta yang
sekaligus sebagai pemilik untuk turut serta mengawasi dan menentukan arah
kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Semakin tingginya tuntutan atas pendidikan yang berkualitas dan semakin
mahalnya biaya pendidikan menyebabkan suatu investasi yang aman untuk
menjamin terpenuhinya biaya pendidikan. Oleh karena itu, AJB Bumiputera
Syariah mengeluarkan pula produk takaful Dana Siswa yang tentu saja berbeda
dengan asuransi Dana Siswa Konvensional (non syariah) yang telah dikenal saat
ini.
Dengan demikian timbul pertanyaan mengenai bagaimana bentuk
perlindungan bagi para peserta takaful Dana Siswa tersebut tersebut mengingat
ketentuan mengenai perasuransian syariah belum diatur secara khusus dalam
perundang-undangan Indonesia. Selain itu muncul pertanyaan mengenai cara
pengelolaan dana yang dihimpun oleh perusahaan agar terhindar dari unsur riba
karena walaupun masih berupa divisi pengelolaan divisi syariah murni berbeda
dengan induk perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian yang tertuang dalam bentuk penulisan hukum dengan
judul :“BENTUK PERLINDUNGAN BAGI PESERTA TAKAFUL DANA
SISWA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA PREMI TAKAFUL
PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
SURAKARTA”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis, maka penulis
mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah bentuk perlindungan hukum mengenai kesesuaian dengan syariah
yang diberikan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Surakarta kepada
peserta Takaful Dana Siswa?
2. Bagaimana bentuk mekanisme pengelolaan dana premi takaful di Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas yang
hendak dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam
melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum mengenai kesesuaian
dengan syariah yang diberikan kepada peserta Takaful Dana Siswa
b. Untuk mengetahui bentuk mekanisme pengelolaan dana premi takaful
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan
dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan
praktek lapangan hukum mengenai takaful yang sangat berarti bagi penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan
yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari
penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama menjalani
kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal
untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera dalam pengembangan produk asuransi syariah dan
masyarakat dalam mengenal dunia perasuransian syariah.
E. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.
(Sumadi Suryabrata, 2003:11). Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ilmiah berdasarkan pada metode, sistematis dan pemikiran tertentu yang bertujuan
mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa.
(Soerjono Soekanto, 1986:43).
Metode penelitian adalah “suatu tulisan atau karangan mengenai penelitian
disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran yang
dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan
pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan dengan cara yang
obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian”.(Winarno Surachmad,
1990:26). Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan
memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986:6).
Maka dalam penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu penelitian ilmiah dan
dapat dipercaya kebenarannya dengan menggunakan metode yang tepat.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian secara umum dapat digolongkan dalam beberapa jenis, dan
pemilihan jenis penelitian tersebut tergantung pada perumusan masalah yang
ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian hukum empiris yang menurut Soemitro dalam
buku Soejono dan H. Abdurrahman merupakan penelitian hukum yang
memperoleh data dari sumber data primer (Soejono dan H. Abudurrahman,
2005:56). Dalam hal ini penulis memperoleh data primer di Kantor Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera Syariah Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet
Riyadi Solo
2. Sifat Penelitian
Sifat Penelitian dalam penulisan hukum ini adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
individu, keadaan, gejala, atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat
(Soerjono Soekanto, 1986:10). Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk
menggambarkan bagaimana perlindungan hukum yang diberikan Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Surakarta kepada peserta Takaful Dana Siswa
dan bentuk mekanisme pengelolaan dana premi takaful di Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912 Surakarta.
3. Pendekatan Penelitian
Penulis melakukan penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif dengan
mendasarkan data-data yang digunakan responden secara lisan atau tulisan, dan
juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh
(Soerjono Soekanto, 2006: 250). Dalam penelitian ini penulis mendasarkan data-
data yang diperoleh secara lisan maupun tulisan melalui wawancara dengan bapak
Musnidal Khairi Sjukur, selaku Kepala Cabang Divisi Syariah AJB Bumiputera
dan K.H. Muhammad Amir, ulama sekaligus pengurus Majelis Ulama Indonesia
cabang Surakarta.
4. Lokasi Penelitian
Dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian di Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera Syariah Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi Solo.
Lokasi Penelitian ini dipilih agar penelitian yang dilakukan penulis bisa lebih
terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Karena selain merupakan salah
satu perusahaan asuransi terbesar dan tertua di Indonesia, Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera sebagai perusahaan yang memiliki divisi asuransi
konvensional dan divisi syariah dalam satu tubuh, penulis anggap dapat
menjawab bagaimana perlindungan hukum mengenai kesesuaian dengan
syariah bagi peserta takaful dana siswa dan bagaimana pengelolaan dana
takaful agar tidak bertentangan dengan syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian sosial mengenai hukum (socio-legal research)
digunakan data primer dan data sekunder. Dalam penulisan hukum ini, sumber
data yang digunakan adalah:
a. Sumber data primer yang berupa data-data keterangan dari pihak-pihak
yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti, yang
diperoleh melalui wawancara penulis dengan:
1) Musnidal Khairi Sjukur, selaku Kepala Cabang Divisi Syariah AJB
Bumiputera.
2) K.H. Muhammad Amir, ulama sekaligus pengurus Majelis Ulama
Indonesia cabang Surakarta.
b. Sumber data sekunder berupa berbagai peraturan dalam Al Quran. Alhadis,
perundang-undangan, Fatwa Majelis Ulama Indonesia, jurnal hukum dan
buku teks.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data wawancara. Selain itu juga didukung dengan studi kepustakaan terhadap
literatur dan perundang-undangan yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil
penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian
dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2002:103).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah analisis kualitatif
dengan model interaktif, yang mana dalam penelitian dengan model ini
komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan
pengumpulan data. Setelah data terkumpul, ketiga komponen tersebut
berinteraksi dan bila kesimpulan yang dihasilkan dirasakan kurang maka perlu
ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan (H.B.
Sutopo, 2002: 95). Adapun ketiga komponen tersebut adalah:
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data
lapangan.
b. Penyajian Data
Suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Pemahaman arti dari data-data yang telah ditemui dengan melakukan
pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-
pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat
dan berbagai preposisi kesimpulan yang diverifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
Pada model Analisis Interaktif, saat melakukan pengumpulan data
penelitian penulis menyusun reduksi data dan sajian data. Berdasarkan data
yang telah direduksi dan ditampilkan dalam sajian data, dapat ditarik
kesimpulan dari data yang didapat di lapangan. Apabila dalam proses
penarikan kesimpulan data yang diperoleh masih kurang, dapat dilakukan
kembali pengumpulan data dan atau melakukan proses reduksi dan sajian data
ulang.
Dalam penelitian ini, penulis menyusun reduksi data dan sajian data saat
melakukan wawancara dengan bapak Musnidal Khairi Sjukur di Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera Syariah Surakarta dan K.H Muhammad Amir di kantor
MUI Surakarta. Ketika kesimpulan yang diperoleh dari sajian data yang telah
direduksi masih kurang, penulis kembali melakukan wawancara dengan
narasumber sehingga dapat mencapai kesimpulan yang dituangkan dalam
penulisan ini.
F. Sistematika Skripsi
Sistematika dalam penulisan hukum ini merupakan suatu uraian mengenai
susunan dari penulisan itu sendiri yang secara teratur dan terperinci disusun dalam
Pengumpulan Data
Sajian Data
Penarikan
Kesimpulan
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pembaban, sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas tentang apa
yang ditulis. Tiap-tiap bab mempunyai hubungan satu sama lain yang tidak dapat
terpisahkan.
Dalam kerangka ini, penulis akan memberikan uraian tentang hal-hal
pokok yang ada dalam penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan hukum
ini terdiri dari empat bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah
yang merupakan hal-hal yang mendorong penulis untuk mengadakan
penelitian, perumusan masalah merupakan inti permasalahan yang akan
diteliti, tujuan penelitian berisi tujuan dari penulis dalam mengadakan
penelitian, manfaat penelitian merupakan hal-hal yang diambil dari hasil
penelitian, metode penelitian berupa jenis penelitian, lokasi penelitian,
jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data selanjutnya adalah sistematika penulisan hukum yang merupakan
kerangka atau susunan isi penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori kepustakaan yang melandasi penelitian
serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam
penulisan hukum ini yaitu : mengenai tinjauan umum perlindungan
hukum bagi nasabah asuransi, tinjauan umum tentang takaful, dan
tinjauan umum pengelolaan dana secara syariah.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai bentuk perlindungan hukum yang
diberikan kepada peserta Takaful Dana Siswa. Perlindungan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bagi peserta takaful dana siswa yang dalam AJB Bumiputera Syariah
dikenal sebagai “Mitra Iqra” didasarkan pada fatwa Dewan Syariah
Majelis Ulama Indonesia Nomor 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah, Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor Kep-268/KM-6/2002 dan dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18 /PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip
Syariah. selain itu juga akan dibahas mengenai mekanisme pengelolaan
dana takaful di AJB Bumiputera Syariah yang menggunakan sistem
yang mengandung unsur tabungan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini dikemukakan tentang simpulan dari hasil penelitian dan juga
saran yang relevan dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan umum tentang perlindungan hukum bagi nasabah asuransi
a. Pengertian asuransi
Menurut pasal 246 KUHD, asuransi adalah adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu. Emmy Pangaribuan mengatakan bahwa asuransi adalah suatu
perjanjian, dimana pihak penanggung dengan menikmati suatu premi
mengingat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan diri dari
kerugian karena kehilangan atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan
(Laosdesyamri. Konsep & Pengertian Asuransi.
http://id.shvoong.com/tags/pengertian-asuransi) sedangkan pengertian
asuransi dari segi hukum adalah tentang usaha perasuransian adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian).
b. Perlindungan hukum bagi nasabah asuransi
Asuransi merupakan salah satu jenis usaha di bidang ekonomi yang
melibatkan pengumpulan dana dari masyarakat untuk diinvestasikan ke
berbagai sektor, termasuk dalam sektor pembangunan. Selain itu, asuransi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
merupakan salah satu jalan bagi pemerintah untuk memberikan jaminan
sosial kepada masyarakat (Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang,
1997:2).
Praktik perasuransian di Indonesia didasarkan pada suatu
perjanjian antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi. Menurut
Mohd. Ma’sum Billah, an insurance policy is a binding contract, and
therefore the performance of consideration from both parties, (the
participant and operator) through the payment of contribution (by the
participant) and the indemnification (by the operator) are obligations
which must be fulfilled yang berarti polis asuransi adalah perjanjian yang
mengikat sehingga memerlukan kepahaman masing-masing pihak untuk
memenuhi kewajibannya (International Journal of Islamic Financial
Services Vol. 3. No. 1). Perjanjian asuransi lebih didasarkan pada sifat
saling percaya antara penanggung dan tertanggung asuransi dalam
melaksanakan isi perjanjian.
Ada enam prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
perjanjian asuransi (Asuransi. http://id.wikipedia.org). Prinsip tersebut
adalah:
1) Insurable interest
Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui
secara hukum.
2) Utmost good faith
Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap,
semua fakta yang materialmengenai sesuatu yang akan diasuransikan
baik diminta maupun tidak. Artinya adalah si penanggung harus
dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan
keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.
3) Proximate cause
Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian
yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang
mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
4) Indemnity
Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi
keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD
pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
5) Subrogation
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar.
6) Contribution
Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-
sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap
tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
c. Perlindungan hukum bagi peserta takaful
Menurut Zulfajri asas-asas perlindungan bagi nasabah asuransi
syariah adalah asas saling bertanggung jawab, asas saling membantu
dan bekerja sama, asas saling melindungi berbagai kesusahan, asas
menghindari unsur maisir, gharar dan riba (Zulfajri, 2006: ii). Adapun
dasar hukumnya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Asas saling bertanggung jawab
Dalam bukunya, Wirdyaningsih dkk mendasarkan asas ini pada
Hadits Nabi Muhammad SAW dalam HR Bukhari dan Muslim
(Wirdyaningsih, et.al. 2005:227):
a) “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang
beriman anatara satu dengan yang lainnya seperti satu tubuh,
apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh
anggota tubuh lainnya ikut merasakan.”
b) “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah
bangunan yang tiap-tiap bagiannya saling menguatkan bagian
yang lain.”
c) “Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan
setiap kamu bertanggung jawab atas orang-orang yang berada
di bawah tanggung jawabnya.”
d) “Seseorang belum dikatakan beriman sebelum ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
e) “Barang siapa yang tidak mempunyai perasaan belas kasihan,
maka ia tidak akan mendapatkan belas kasihan (dari Allah)”
Dengan dasar itulah, bila salah satu peserta takaful
mengalami musibah, maka akan menjadi tanggungan sesama
peserta. Sedangkan realisasi dari pertanggungjawaban tersebut
diberikan oleh perusahaan sebagai pengelola dana.
2) Asas saling membantu dan bekerja sama
Hal ini sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam
Alquran dan dalam Hadits Rasulullah SAW:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a) Alquran
(1) QS. Al Maidah: 2
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil
Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(2) QS Al Baqarah: 177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
b) Hadits Nabi Muhammad SAW
(1) “Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya,
Allah akan memenuhi kebutuhannya” (diriwayatkan oleh
al Bukhari dan Muslim dan Abu Dawud).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(2) “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
menolong sesamanya” (diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu
Dawud).
(3) “Tolonglah saudaramu baik yang zalim maupun yang
dizalimi, mereka bertanya: Hai Rasulullah, dapat saja
menolong yang dizalimi tetapi bagaimana menolong
saudara yang zalim? Jawab Rasulullah, cabut
kekuasaannya” (diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim)
3) Asas saling melindungi dari berbagai kesusahan
Dasar hukumnya adalah:
a) Alquran
(1) QS. Quraisy: 4
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan.”
(2) QS. Al Baqarah: 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku,
Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang
kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku
paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali.”
b) Hadits Nabi Muhammad SAW
(1) “Sesungguhnya seseorang yang beriman itu ialah barang
siapa yang memberi keselamatan dan perlindungan
terhadap harta dan jiwa raga manusia” (diriwayatkan oleh
Ibnu Majah)
(2) “Demi diriku yang dalam kekuasaan Allah bahwasanya
tiada seorangpun yang masuk surga sebelum mereka
memberi perlindungan kepada tetangganya yang berada
dalam kesempitan” (diriwayatkan oleh Ahmad)
(3) “Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur
nyenyak dengan perut kenyang sedangkan tetangganya
meratap karena kelaparan” (diriwayatkan oleh Al Bazaar)
4) Asas menghindari unsur maisir, gharar dan riba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dalam menjalankan perlindungan, cara pelaksanaan takaful
harus sesuai dengan syariat. Hal-hal yang mengandung unsur
gharar (ketidakpastian), maysir (untung-untungan) dan riba
dilarang dalam syariat sebagaimana disebutkan dalam Alquran:
a) QS. Al-Maidah: 90
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”
b) QS Al-Baqarah: 278 dan 279
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 278)
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah:
279)
2. Tinjauan umum tentang takaful
a. Pengertian takaful
Secara bahasa, takaful berasal dari akar kata ( ) yang
berarti menolong, mengasuh, memelihara, memberi nafkah dan
mengambil alih perkara seseorang. Takaful dimaksud yang akar
katanya berasal dari kafala-yakfulu-kafaalatan, mempunyai pengertian
menanggung. Kemudian dari mujarrad dipindah bahkan ke tsulasi
mazid dengan menambah ta‟, sebelum fa‟ fi‟il dan alif, sehingga
menjadi takaafala-yataa kaaful-takaafulan, yang memiliki pengertian
yang satu menanggung yang lain dengan berbagai cara, antara lain
dengan membantunya, apabila ia amat membutuhkan bantuan,
terutama bila yang bersangkutan memerlukan bantuan (Zainuddin Ali,
2008:4).
Dalam pengertian fikih muamalah, takaful berarti saling
memikul risiko diantara sesama muslim sehingga antara satu dengan
yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling
pikul risiko dimaksud, dilakukan atas dasar saling menolong dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kebaikan dengan cara, setiap orang mengeluarkan dana kebajikan
(tabarru) yang ditujukan untuk menanggung risiko tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Maidah ayat 2:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-
binatang, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dn
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.” (QS. Al Maidah : 2)
Dalam sistem hukum Indonesia, belum ada aturan khusus yang
mengatur mengenai takaful atau asuransi syariah. Oleh karena itu
aturan perundang-undangan yang telah ada masih berlaku sepanjang
peraturan mengenai asuransi syariah belum dibuat.
Di Indonesia ketentuan mengenai perasuransian diatur dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut menyebutkan
Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Menurut Gemala Dewi, Asuransi syariah (ta‟min, takaful atau
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong
antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah. Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful dalam
pengertian muamalah adalah “saling memikul risiko diantara sesama
orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung
atas risiko yang lainnya” (Wirdyaningsih, 2005: 223). Seperti
diriwayatkan dalam HR. Bukhari dan Muslim, “Perumpamaan orang-
orang mukmin dalam konteks solidaritas ialah bagaikan satu tubuh
manusia, jika salah satu anggota tubuhnya merasakan kesakitan, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
seluruh anggota tubuhnya yang lain turut merasa kesakitan dan
terjaga” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
asuransi syariah (ta‟min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong antara sejumlsh orang/ pihak melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah (Pasal 1 Fatwa DSN MUI
Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah).
b. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Pada dasarnya asuransi syariah atau takaful adalah perwujudan
tolong-menolong diantara sesama manusia yang sebagai makhluk Tuhan
manusia tidak dapat mengetahui kejadian-kejadian atau musibah yang
mungkin menimpa atas kehendak Allah swt. Yang bisa dilakukan manusia
hanyalah sebatas memprediksikan dan merencanakan sesuatu yang belum
terjadi dan memproteksi segala sesuatu yang dirasa akan memberikan
kerugian di masa mendatang (Hasan Ali, 2004: 102). Takaful merupakan
salah satu bentuk rencana atau upaya proteksi atas peristiwa yang tidak
diharapkan yang mungkin terjadi. Namun berbeda dengan sistem asuransi
konvensional, takaful dibangun dengan landasan syariah. Sebagai
fondasinya, Hasan Ali memberikan sepuluh prinsip dasar asuransi syariah,
yaitu:
1) Tauhid
Tauhid merupakan landasan syariah Islam dan hukum harus
mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Dalam berasuransi harus
diperhatikan bagaimana menciptakan situasi dan kondisi bermuamalah
yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Keadilan
Dalam menjalankan hak dan kewajiban antara peserta dan
perusahaan asuransi harus memenuhi unsur keadilan. Peserta
berkewajiban membayar iuran premi dan berhak mendapat santunan
bila terjadi risiko. Sedangkan perusahaan harus membagi keuntungan
dari hasil investasi dana peserta sesuai dengan akad.
3) Tolong-menolong (ta‟awun)
Semangat tolong-menolong antara peserta takaful merupakan
niat awal yang mendasari kegiatan takaful. Tanpa adanya semangat
tolong-menolong, perusahaan akan menjadi pengejar keuntungan
belaka dan kehilangan karakter utamanya.
4) Kerja sama
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal dalam
perekonomian Islam. Sebagai makhluk Tuhan manusia diciptakan
berbangsa-bangsa karena tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dalam
takaful kerja sama dapat berwujud dalam akad antara peserta dan
perusahaan baik menggunakan prinsip mudharabah maupun prinsip
musyarakah.
5) Amanah
Prinsip amanah dapat dilihat dalam pertanggungjawaban
perusahaan dalam mengelola dana yang tercantum dalam laporan
bulanan. Amanah dalam diri peserta juga terwujud dalam pemberian
informasi yang benar mengenai data diri peserta.
6) Kerelaan (ar ridha)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kerelaan diterapkan dalam setiap diri peserta untuk merelakan
sebagian hartanya untuk membantu peserta lain yang mengalami
musibah.
7) Kebenaran
Kebenaran adalah menyampaikan dengan apa adanya, tanpa
ditambah atau dikurangi. Peserta takaful harus memberikan keterangan
yang sebenar-benarnya kepada perusahaan mengenai data pribadi
nasabah sebagai syarat peserta takaful.
8) Larangan Riba
Riba secara bahasa bermakna tambahan atau memiliki
pengertian mengambil tambahan dari modal atau data pokok secara
batil. Muslehuddin dengan mengutip pendapat Schacht mendefinisikan
riba sebagai “keuntungan moneter tanpa nilai imbangan yang telah
ditentukan untuk salah satu pihak yang mengadakan kontrak dalam
pertukaran dua nilai moneter” (Hasan Ali, 2004:132). Dan Islam
melarang memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan.
9) Larangan maisir (judi)
Dalam QS Al Maidah: 90 disebutkan larangan judi
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS Al Maidah:90).
Menurut Husain Hamid Hasan dalam tulisan Hasan Ali, judi
adalah akar gharar karena masing-masing pihak yang berjudi dan
bertaruh menentukan pada waktu akad jumlah uang yang diambil atau
jumlah yang ia berikan itu bisa ditentukan nanti, sehingga akadnya
menggantungkan pada suatu peristiwa yang tidak pasti. Syafi’i
Antonio mengatakan bahwa unsur maisir judi artinya salah satu pihak
yang untung namun di pihak lain justru mengalami kerugian (Hasan
Ali, 2004: 134).
10) Larangan gharar (ketidakpastian)
Secara bahasa gharar berarti al khida (penipuan), yaitu suatu
tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.
Menurut Anwar Ibrahim, para ahli fiqih hampir sepakat mengenai
definisi gharar, yaitu untung-untungan yang sama kuat antara ada dan
tiada, atau sesuatu yang mungkin terwujud dan tidak mungkin
terwujud. Seperti jual beli burung yang masih terbang bebas di udara
(Hasan Ali, 2004: 135)
Syafii Antonio menjelaskan bahwa gharar dalam asuransi ada
dua bentuk (Hasan Ali, 2004: 134):
a) Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
b) Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan
klaim itu sendiri.
Dalam akad syariah harus jelas berapa yang harus dibayarkan
dan berapa yang akan diterima peserta. Dalam akad konvensional,
gharar terjadi saat nasabah (pemegang polis) tahu berapa yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
diterima (uang pertanggungan) namun tidak mengetahui berapa yang
akan dibayarkan karena hanya Allah yang tahu kapan ajal menjemput.
c. Filosofi Takaful
Filosofi dari konsep takaful adalah perpaduan rasa tanggung jawab
dengan persaudaraan diantara sesama peserta asuransi (Zainuddin Ali,
2008: 34). Oleh karena itu sebelumnya telah ada niat dari para peserta
dalam bentuk persetujuan untuk memberikan sumbangan sebagai
derma (tabarru‟) bila ada peserta yang mengalami musibah. Filosofi
tersebut antara lain:
1) Saling bertanggung jawab
2) Sesama peserta asuransi syariah takaful menanggung musibah
yang dialami peserta lain.
3) Bekerja sama untuk saling membantu
4) Saling melindungi dari segala kesusahan
d. Akad-Akad dalam Takaful
Akad atau perjanjian merupakan dasar hukum diselenggarakannya
takaful. Secara bahasa akad berarti ar ribthu (ikatan), yaitu ikatan yang
menggabungkan antara dua pihak. Menurut pandangan ulama fikih,
akad adalah ikatan antara ijab (penyerahan) dan kabul (penerimaan)
dalam bentuk yang sesuai dengan syariah yang membawa pengaruh
pada tempatnya (Hasan Ali, 2004: 136). Yan Pramdya Puspa
sebagaimana dikutip Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis
memberikan pengertian perjanjian sebagai suatu perbuatan dimana
seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau
lebih (Chairuman dan Suhrawadi, 1996: 1).
Dalam Al Quran surat Al Maidah: 1 disebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad ituDihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-
hukum menurut yang dikehendaki-Nya” (QS Al Maidah: 1).
Menurut Sayyid Sabiq yang menjadi syarat sahnya suatu akad
(Sayyid Sabiq dalam Chairuman dan Suhrawadi, 1992:2) adalah:
1) Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya
Berarti perjanjian yang dilakukan tidak bertentangan dengan
hukum syariah, karena bila tidak perjanjian tersebut batal demi
hukum.
2) Harus sama ridha dan ada pilihan
Akad tersebut didasarkan pada kesepakatan/keridhoan kedua pihak.
Dalam penyusunan akad tersebut tidak boleh ada paksaan dari satu
pihak kepada pihak yang lain.
3) Harus jelas dan gamblang
Para pihak harus sudah memahami sepenuhnya isi akad. Sehingga
tidak akan terjadi kesalahan dalam penafsiran akad di lain hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Akad dalam takaful ditentukan oleh tujuan kedua belah pihak
dalam melakukan investasi, sehingga akad yang digunakan adalah
akad mudharabah, musyarakah, wadhi,ah dan semacamnya sesuai
hukum Islam. Bila tujuan investasi itu murni untuk tamin atau asuransi
syariah maka akad yang paling tepat adalah akad wakalah karena
terdapat penyerahan urusan kepada perusahaan untuk mengelola dana.
Sedangkan akad antara peserta takaful adalah akad hibah dimana
peserta menghibahkan sebagian hartanya kepada peserta lain yang
tertimpa musibah (Zainuddin Ali, 2008: 39).
Akad-akad investasi bagi hasil yang dapat diaplikasikan pada
produk-produk takaful antara lain (Zainuddin Ali, 2008: 40):
a) Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara
pemilik modal (shahibul mal) dengan pelaksana proyek
(mudharib), dengan keuntungan akan dibagi antara kedua belah
pihak sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat
kedua belah pihak atau lebih.
Mudharabah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
(1) Mudharabah muthlaqah, yaitu perjanjian kerja sama antara
mudharib dan shahibul mal tidak memiliki batasan dalam
spesifikasi usahanya, tempat maupun waktunya selama tidak
bertentangan dengan syariah.
(2) Mudharabah muqayyadah, yaitu perjanjian antara mudharib
dan shahibul mal dibatasi sesuai kehendak shahibul mal selama
tidak bertentangan dengan syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b) Musyarakah
Musyarakah adalah akad antara dua pihak atau lebih dalam
menjalankan usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan. Mahzab Hanafi
membagi musyarakah kedalam dua bagian, yaitu:
(1) Syarikah muawwadah, pemilik modal secara bersama-sama
berkontribusi dalam modal dan manajemen.
(2) Syarikah al-inan, tidak semua pemilik modal harus melibatkan
diri dalam manajemen den boleh menyerahkan urusan
pengelolaan kepada orang lain yang dianggap mampu.
Muhammad Taqi Usmani memberikan pengertian
Musharakah is a specific form of shirkah, which means „sharing‟
of various kinds, including shirkat al-milk (“joint ownership of two
or more persons in a particular property”), shirkat al-[aqd (“a
partnership in business effected by a mutual contract”).
Musharakah “has been introduced recently by those who have
written on the subject of Islamic modes of financing and it is
normally restricted to a particular type of shirkah, that is, the
shirkat al-amwal, where two or more persons invest some of their
capital in a joint commercial venture (Sebagaimana dikutip
Mohammad Omar Farouq. Review of Islamic Economics, Vol. 11,
Special Issue, pg. 69), yang artinya musyarakah adalah bentuk
khusus dari syirkah, yang berarti berbagi dalam berbagai bentuk
termasuk syirkah kepemilikan bersama dua orang atau lebih dalam
kepemilikan harta, kerja sama berdasarkan perjanjian dan syirkah
yang memberikan kesempatan dua orang atau lebih menanamkan
modalnya dalam usaha bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dasar hukum akad musyarakah terdapat dalam QS An-Nisa ayat
12 dan QS Shad ayat 24,
“dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan
oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-
isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat
dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) sudah dibayar hutangnya. Para isteri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah
dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki
maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka
bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan
tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan
yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun”. (QS. An
Nisaa:12)
“Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada
kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini".
dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.”
(QS. As Shad:24)
Selain itu dalam HR Abu Dawud dan Al Hakim disebutkan dari
Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah azza wa
jalla berfirman “Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya.” (HR. Abu
Dawud dan Al Hakim)
c) Wadhi‟ah (Deposit)
Secara etimologi wadhiah berarti “meninggalkan”. Menurut
Sayyid Sabiq wadhiah memiliki pengertian suatu yang
ditinggalkan seseorang kepada orang lain untuk dijaga (Sayyid
Sabiq dalam Chairuman dan Suhrawadi, 1996: 69).
Bila dilihat dari aspek tehnikal, wadhi‟ah berarti harta atau
uang yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk tujuan
disimpan, sehingga dana yang disimpan tersebut tidak boleh
digunakan pada dasarnya. Tetapi bila pemilik mengizinkan
dananya digunakan, maka penyimpan diperbolehkan untuk
menggunakannya (Zainuddin, 2008: 43).
Dasar hukumnya adalah QS An-Nisa ayat 58 dan QS Al Baqarah
ayat 283
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat” (QS. An Nisa: 58)
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).
akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya;
dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia
adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah: 283)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d) Muzara‟ah
Merupakan akad antara pemilik lahan dan penggarap di
bidang pertanian dimana seluruh modal berasal dari pemilik modal
dan petani cukup menggarap lahan dengan pembagian keuntungan
sesuai dengan kesepakatan. Dasar hukumnya adalah Hadis yang
diriwayatkan oleh Al Jamaah dari Ibnu Umar serta dari Ibnu Abbas
dan Jarir.
e) Akad-akad jual beli
Akad-akad jual beli yang dapat diaplikasikan dalam institusi
keuangan syariah antara lain sebagai berikut:
(1) Bai al Murabahah (Defereed Payment Sale)
Merupakan jual beli sesuai harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati kedua pihak. Sebagaimana
diterangkan dalam QS Al Baqarah ayat 275,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
“orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah: 275).
(2) Bai as Salam (In Front Payment Sale)
Is a forward sale, whereby payment is made at time of
contract and item is delivered at later yang artinya merupakan
suatu kontrak dimana pembeli terlebih dahulu membayar harga
barang dan barang diserahkan kemudian (Mohammad Omar
Farouq. Review of Islamic Economics, Vol. 11, Special Issue,
pg. 71). QS Al Baqarah ayat 282 menyebutkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu” (QS Al Baqarah: 282).
Ibnu Abbas meriwayatkan Rasulullah berkata “barang
siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula dalam
jangka waktu yang diketahui”.
(3) Bai al Istishna‟ (Purchase by Order or Manufacture)
Merupakan kontrak jual beli dengan pesanan.
Pembayaran boleh dilakukan dengan tunai dan boleh juga
dengan cicilan sesuai dengan kesepakatan. Bai al Istishna
merupakan bentuk khusus dari bai as salam.
f) Ijarah
Sayid Sabiq menerangkan ijarah sebagai suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian (Sayid Sabiq
dalam Chairuman dan Suhrawadi, 1996: 52). Menurut Zainuddin
Ali al ijarah ialah akad untuk pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan yang dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah sewa. Sebagaimana disebutkan dalam QS Al
Baqarah ayat 233,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Al Baqarah: 233).
g) Jasa
(1) Al Wakalah
Al wakalah berarti penyerahan/pendelegasian/penyerahan
mandat. Menurut Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis
pengertian umum dari pemberian kuasa ini adalah suatu
perjanjian dimana seseorang mendelegasikan atau
menyerahkan suatu wewenang (kekuasaan) kepada seseorang
lain untuk menyelenggarakan suatu urusan, dan orang lain
tersebut menerimanya dan melaksanakannya untuk dan atas
nama pemberi kuasa (Chairuman dan Suhrawadi, 1996: ).
Zainuddin Ali memberikan pengertian wakalah sebagai
pelimpahan wewenang oleh seseorang kepada orang lain
sebagai pengganti dirinya atau mewakili kepentingannya dalam
mengurus urusannya selama dia masih hidup.
Dasar hukumnya adalah QS Yusuf ayat 55
“berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan".
Dan juga dalam HR Imam Malik disebutkan “bahwasanya
Rasulullah saw mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang
Anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah Binti Harits”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(2) Al Kafalah (Guaranty)
Kafalah merupakan pengalihan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang teguh pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Dalam QS Yusuf
ayat 72 disebutkan,
“penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja,
dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
terhadapnya" (QS Yusuf:72).
(3) Al Hawalah
Merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Menunda
pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman.
Dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (dihawalahkan)
kepada orang yang mampu, maka terimalah hawalah itu”
(4) Ar Rahn (Mortgage)
Ar rahn (gadaian) adalah seseorang yang meminjam
harta orang lain dengan memberikan sesuatu barang miliknya
yang mempunyai nilai ekonomi, seandainya terjadi kegagalan
dalam pembayaran maka orang yang meminjamkan hartanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dapat memiliki barang tersebut (Zainuddin Ali, 2008: 48).
Dalam QS Al Baqarah ayat 283 disebutkan:
“jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS Al Baqarah: 283).
Kalimat “hendaklah ada barang tanggungan” dapat
diartikan sebagai gadai. Sebagaimana diriwayatkan dalam HR
Bukhari: “Dari Anas ra. Ia berkata: “Rasulullah menggadaikan
baju besinya kepada seorang yahudi di Madinah dan
mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(5) Qardh Hasan (Benevolent Loan)
Merupakan suatu bentuk peminjaman harta kepada
seseorang tanpa mengharapkan imbalan. Dasar hukum qardh
hasan adalah QS Al Hadid ayat 11
“siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak” (QS Al Hadid:11).
B. Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Asuransi sebagai berdasar syariah
Proteksi
konvensional takaful di AJB Bumiputera 1912
UU Nomor 2 Tahun 1992 Belum ada aturan khusus
Perlindungan hukum Pengelolaan Dana
Gambar 2. Kerangka pemikiran
Asuransi merupakan salah satu wujud perlindungan diri terhadap suatu
kejadian yang mungkin terjadi di masa depan (evenemen). Saat ini dikenal dua
sistem asuransi, yaitu asuransi konvensional yang telah dikenal selama ini dan
asuransi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
Dasar hukum asuransi konvensional adalah Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Akan tetapi, usaha perasuransian yang
berdasar Syariah atau yang disebut dengan takaful belum lama dikenal di
Indonesia dan belum ada Undang-Undang yang khusus mengatur takaful. Dengan
demikian akan timbul pertanyaan mengenai bagaimana AJB Bumiputera Syariah
menjamin perlindungan hukum bagi peserta takaful dan bagaimana cara
perusahaan mengelola dana yang berhasil dihimpun agar sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Bentuk Perlindungan Hukum mengenai Kesesuaian dengan Syariah bagi
Peserta Takaful Dana Siswa di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah
a. Perlindungan hukum bagi peserta takaful Dana Siswa (Mitra Iqra) dari
unsur maisir, gharar dan riba oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah
Divisi Syariah AJB Bumiputera beroperasi berlandaskan pada
fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/DSNMUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah dan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor Kep-268/KM-6/2002. Dalam ketentuan
tersebut dinyatakan bahwa produk perasuransian syariah harus bebas dari
unsur maisir, gharar dan riba. Berdasar hal tersebut, maka dalam
menjalankan kegiatan operasional Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah menghindari adanya unsur-unsur tersebut dalam setiap aspeknya.
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Khairi Sjukur,
pelaksanaannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pengelolaan dana yang terpisah dari divisi asuransi konvensional
Dalam pengelolaan dananya, divisi konvensional melibatkan
berbagai lembaga keuangan umum yang didalamnya masih terkandung
unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah. Oleh karenanya, untuk
melindungi dana peserta dari unsur maisir, gharar dan riba maka dana
yang diperoleh dari peserta dikelola secara terpisah dari divisi
konvensional. Walaupun dalam struktur manajemennya, divisi syariah
memiliki tubuh yang sama dengan divisi konvensional di perusahan
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Berdasar akad bagi hasil (mudharabah)
Dalam asuransi konvensional yang menjadi landasan perjanjian
adalah akad jual beli. Syarat perjanjian jual beli adalah adanya penjual,
pembeli, harga dan barang yang diperjualbelikan. Dalam perjanjian
tersebut pertanggungan yang akan diterima sudah jelas, sedangkan
jumlah premi yang harus dibayarkan tidak jelas tergantung usia
tertanggung. Dengan demikian, terdapat unsur ketidakjelasan (gharar).
Produk “Mitra Iqra” dilaksanakan berdasarkan akad bagi hasil
(mudharabah). Akad ini menempatka peserta sebagai pemilik dana dan
perusahaan sebagai pengelola dana, dengan keuntungan dari
pengelolaan dan akan dibagi antara peserta dan perusahaan.
3) Adanya dana tabarru
Merupakan dana kebajikan yang diberikan secara ikhlas untuk
tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta ketika ada yang
mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam
rekening khusus dimana bila ada yang tertimpa musibah, klaim yang
dibayarkan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh
sesama peserta untuk saling menolong. Dengan demikian tidak
terdapat unsur gharar (penipuan) yang dalam pelaksanaannya tidak
ada unsur rela, sehingga termasuk memakan harta batil.
4) Dana disimpan di bank berdasarkan syariat Islam dan investasi di
bidang syariah
Dalam asuransi konvensional, sebagian dana diinvestasikan dengan
bunga, sehingga terkaitlah riba. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah menyimpaan dananya di bank syariah. Demikian pula dalam
berinvestasi selain di bank syariah juga pada bidang lain yang tidak
bertentangan dengan syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5) Tidak mengenal adanya dana hangus (anti lapse)
Pada asuransi konvensional peserta yang tidak dapat melanjutkan
pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebeum masa
reversing period, maka dana peserta akan hangus. Demikian pula
dengan asuransi non saving, jika habis kontrak dan tidak terjadi klaim
maka premi yang dibayarkan hangus dan sekaligus menjadi milik
perusahaan asuransi. Hal ini merugikan peserta yang disatu sisi tidak
dapat melanjutkan perjanjian karena tidak memiliki uang sedangkan
bila tidak melanjutkan maka dananya hangus. Dengan demikian,
peserta ada dalam posisi yang dizalimi, dan hal tersebut dilarang dalam
praktek bermuamalah.
Mitra Iqra tidak mengenal adanya Dana Hangus. Apabila peserta
karena suatu hal mengundurkan diri, dana premi yang sebelumnya
dimasukan dapat diambil kecuali sebagian kecil yang sudah diniatkan
untuk dana tabarru.
6) Dibentuk Dewan Pengawas Syariah
Untuk mengawasi kegiatan operasional divisi syariah agar tetap
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, maka dibentuklah Dewan
Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga
independen dibawah naungan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) yang tugas utamanya adalah mengawasi
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip
syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. Dalam
struktur organisasi Dewan Pengawas Syariah setara dengan Dewan
Komisaris, dengan anggota terdiri dari:
a) Dr. K.H. M.A. Sahal Mahfudh sebagai Ketua
b) Dr. H.A. Fattah Wibisono, M.A. sebagai anggota
c) dr. H. Endy M. Astiwara, M.A., FIIS sebagai anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dewan Pengawas Syariah inilah yang megawasi seluruh kegiatan
perusahaan baik dari segi operasional, investasi maupun sumber daya
manusia. Dengan demikian, pelaksanaan akad antara perusahaan dan
peserta tidak akan keluar dari ketetapan syariah.
b. Unsur-unsur perlindungan dalam produk Mitra Iqra
1) Ketentuan dalam polis
Ketentuan pelaksanaan akad antara peserta dan perusahaan
dituangkan dalam syarat umum dan syarat khusus polis asuransi jiwa
syariah yang merupakan bagian dari polis. Ketentuan tersebut meliputi:
a) Hak dan Kewajiban
(1) Bagi peserta
(a) Mengisi dan menandatangani sendiri Surat Permintaan
Asuransi Jiwa Syariah beserta formulir pendukung dengan
jujur sesuai keadaan yang sebenarnya.
(b) Melakukan pembayaran premi sesuai akad yang telah
disepakati.
(c) Dapat melakukan pengambilan sebagian nilai tunai.
(d) Menerima pembayaran klaim.
(e) Menerima pembagian hasil investasi (mudharabah)
(f) Dapat memilih dan dipilih menjadi anggota Badan
Perwakilan Anggota Bumiputera.
(2) Bagi perusahaan
(a) Memberikan keterangan mengenai isi akad dengan jelas
pada peserta.
(b) Menerima pembayaran premi dari peserta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(c) Memproses permintaan peserta sehubungan dengan
pengambilan sebagian nilai tunai, perubahan polis dan
pemulihan polis.
(d) Membayar klaim sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(e) Melakukan pembayaran hasil investasi (mudharabah).
b) Cara dan Waktu Pembayaran Premi
Premi dapat dibayarkan secara sekaligus, tahunan,
setengahtahunan, triwulanan dan bulanan. Untuk pembayarannya
dapat dilakukan di kantor perusahaan maupun melalui penagihan.
Masa pembayaran premi tergantung pada jumlah premi dan waktu
pembayaran atau sampai peserta ditakdirkan meninggal dunia
dalam masa asuransi. Dalam pembayaran premi lanjutan, diberikan
masa leluasa untuk melakukan pembayaran selama tiga puluh hari
dari tanggal jatuh tempo.
c) Jenis Akad
Jenis akad tijarah pada “Mitra Iqra” dicantumkan pada
lembaran polis, yaitu akad mudharabah (bagi hasil). Dana
pendidikan akan diserahkan pada saat pihak yang ditunjuk akan
memasuki lembaga pendidikan. Dengan rincian:
(1) Taman Kanak-Kanak sebesar 10% dari Manfaat Awal. Manfaat
awal adalah sejumlah uang yang disepakati antara peserta
dengan perusahaan sebagai dasar untuk menentukan Manfaat
Asuransi. Adapun Manfaat Asuransi adalah uang yang akan
dibayarkan oleh perusahaan kepada peserta atau orang yang
ditunjuk.
(2) Sekolah Dasar sebesar 10% dari Manfaat Awal.
(3) Sekolah Menengah Pertama sebesar 20% dari Manfaat Awal.
(4) Sekolah Menengah Atas sebesar 25% dari Manfaat Awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(5) Perguruan Tinggi
(a) Pada tahun pertama sebesar 35% dari Manfaat Awal.
(b) Tahun kedua sebesar 25% dari Saldo Nilai Tunai.
(c) Tahun ketiga sebesar 35% dari Saldo Nilai Tunai.
(d) Tahun keempat sebesar 50% dari Saldo Nilai Tunai, dan
(e) Tahun kelima sebesar 100% dari Saldo Nilai Tunai.
2) Syarat-syarat dalam pengajuan klaim
Ketentuan mengenai pembayaran klaim diatur dalam Aturan
Umum, yaitu:
a) Apabila peserta ditakdirkan meninggal dunia, maka yang berhak
menerima manfaat asuransi adalah ahli waris yang ditunjuk atau
ahli waris lainnya yang ditunjuk dalam polis.
b) Bila ahli waris yang ditunjuk tidak ada, maka akan ditentukan
berdasar fatwa waris yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
c) Manfaat Asuransi dibayarkan setelah persyaratan dipenuhi.
d) Pembayaran akan dilakukan di kantor pusat perusahaan atau
ditempat lain yang ditetapkan.
Adapun syarat-syarat untuk mengajukan klaim adalah:
a) Melengkapi dokumen berupa surat pengajuan klaim, polis asli atau
polis pengganti, kwitansi premi yang terakhir serta fotokopi
identitas.
b) Untuk klaim meninggal dunia dilengkapi dengan surat keterangan
kematian dari pamong praja setempat dan surat kematian dari
dokter apabila peserta ditakdirkan meninggal dalam perawatan
dokter. Apabila peserta ditakdirkan meninggal dunia karena
kecelakaan, maka dokumen harus dilengkapi dengan surat bukti
kecelakaan diri.
Khusus untuk “Mitra Iqra” apabila peserta ditakdirkan meninggal
dunia dalam masa asuransi, pihak yang ditunjuk akan menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Manfaat Asuransi yang terdiri dari saldo tabungan, bagi hasil
(mudharabah) sebesar 70% dari hasil investasi, santunan kebajikan
(tabarru), dan dana pendidikan yang telah direncanakan.
3) Penyelesaian sengketa
Terkadang dalam pelaksanaan akad antara peserta dan perusahaan
terjadi kesalahpahaman dan menyebabkan terjadinya sengketa. Demi
memberikan perlindungan bagi peserta, Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera Syariah menunjuk Badan Mediasi Asuransi Indonesia
(BMAI) sebagai wadah penyelesaian sengketa yang timbul antara
perusahaan dengan peserta. BMAI sebagai lembaga independen
dianggap sebagai pilihan yang bijak sebagai lembaga penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.
Ada dua tahap penyelesaian sengketa di BMAI:
a) Mediasi
Pada tahap ini BMAI akan menyediakan seorang mediator
yang akan membantu Tertanggung/Pemegang Polis dan
Perusahaan Asuransi untuk dapat menyelesaikan perselisihan klaim
yang dilaporkan, secara damai dan adil bagi kedua belah pihak,
sejauh kasus klaim tersebut berada di dalam yuridiksi BMAI.
b) Ajudikasi
Jika perselisihan klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat)
tidak dapat diselesaikan melalui tahap mediasi, maka kasus
sengketa tersebut akan dibawa ke tingkat Ajudikasi, dimana pada
tahapan ini BMAI akan menunjuk Ajudikator yang dapat
memberikan keputusan atas sengketa klaim tersebut berdasarkan
fakta-fakta yang ada. Untuk tingkat ini, Tertanggung/Pemegang
Polis dan Perusahaan Asuransi juga dibebaskan dari biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Premi Takaful di Asuransi Jiwa
Bumiputera Syariah
Dana yang diperoleh perusahaan merupakan suatu amanah yang diberikan
oleh peserta untuk dikelola dengan cara yang halal untuk menolong sesama
peserta yang mengalami musibah sesuai dengan akad yang telah disepakati
sebelumnya. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syariah sebagai mudharib
(pengelola) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana yang diberikan
peserta sebagai shahibul maal untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya dengan
tetap berpegang pada syariah.
a. Sistem Pengelolaan Dana
Dalam mengelola dananya, Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah menggunakan mekanisme sistem yang mengandung unsur
tabungan. Dengan demikian, maka dana yang dibayarkan oleh peserta
akan dipisahkan ke dalam dua rekening, yaitu:
1) Rekening tabungan, yang merupakan kumpulan dana milik peserta
yang akan dibayarkan saat habis kontrak, pengunduran diri dan apabila
peserta meninggal dunia.
2) Rekening tabarru, sebagai rekening khusus yang berisi iuran peserta.
Tabarru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk
tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta. Sehingga
ketika ada peserta yang mendapat musibah, klaim yang dibayarkan
adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta
untuk saling menolong.
Dana yang diperoleh akan diinvestasikan perusahaan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan, yang hasilnya akan dibagi sesuai akad
yang telah ditentukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
dana. Prinsip-prinsip itu adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Pemisahan yang jelas antara dana yang diperoleh dari pemegang
saham dengan dana yang diperoleh dari peserta. Hal ini penting untuk
menentukan besar bagi hasil yang diperoleh nantinya.
2) Dana pemegang saham dicatat sesuai dengan nilai nominal saham.
3) Dana peserta sesuai dengan dana yang tercantum dalam premi, dengan
skema pembagian mudharabah.
4) Harus ada pemisahan yang jelas antara dana tabungan, dana tabarru
dan sebagainya.
b. Investasi dana peserta
Pengelolaan dana takaful di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
Syariah dikelola sendiri oleh divisi syariah dan sama sekali terpisah dari
usaha konvensional. Hal ini dikarenakan pentingnya batasan halal-haram
dalam usaha berbasis syariah. Dalam pengelolaan dana, sama sekali tidak
boleh terkandung unsur-unsur yang dilarang oleh agama seperti unsur riba,
investasi pada hal-hal yang haram dan tidak jelas asal-usulnya serta
perjudian.
Dana yang diterima dari peserta akan dikelola secara hati-hati agar
perusahaan selalu mampu memenuhi kewajibannya secara terencana,
dengan tetap memperhatikan ketentuan syariah. Dana tersebut oleh
perusahaan ditanamkan dalam jenis investasi berupa:
1) Deposito dan sertifikat deposito syariah.
2) Sertifikat Wadhiah Bank Indonesia
3) Penyertaan langsung syariah, baik pada anak perusahaan maupun
melalui afiliasi
4) Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah
(SUKUK).
5) Obligasi syariah, antara lain obligasi Indosat Syariah, Apexindo PD
Syariah, PLN Syariah dan Mandiri Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
6) Unit Penyertaan reksadana syariah, antara lain pada Bank Mandiri
Syariah dan Batasa.
7) Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan
bermotor dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli
dengan pembayaran ditangguhkan).
8) Pembiayaan modal kerja dengan skema bagi hasil (mudharabah)
9) Investasi dalam bentuk bangunan atau tanah dan bangunan
Walaupun ketentuan mengenai investasi telah diatur secara jelas,
namun dalam pengelolaan investasi AJB Bumiputera Syariah masih
memiliki beberapa kendala seperti terbatasnya sumber daya manusia di
bidang syariah, kurangnya instrumen investasi syariah dan minimnya
sistem jaringan guna mengakses produk investasi syariah selain deposito.
Sehingga semenjak tahun 2006, pengelolaan dana takaful dialihkan dari
Divisi Syariah kepada Divisi Pengelolaan Dana.
Demi mengatasi kendala-kendala yang ada, ditetapkanlah strategi
investasi sebagai pedoman guna mendapatkan kemanfaatan yang optimal
dari dana premi yang dikumpulkan dari peserta takaful. Strategi investasi
tersebut adalah:
1) Mengkaji ulang seluruh portofolio syariah yang telah dilakukan
sebelumnya
2) Rekomposisi deposito ke instrumen syariah lain dengan bagi hasil
yang lebih baik
3) Mengoptimalkan dana yang menganggur
4) Meningkatkan kerja sama dengan pihak lain yang berpengalaman di
bidang syariah seperti pihak perbankan, lembaga sekuritas, Dewan
Syariah Indonesia, dan pihak-pihak lainnya yang berkompeten.
5) Penempatan dana investasi yang sesuai dengan regulasi dan dikelola
berdasarkan prinsip syariah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
6) Menjaga keseimbangan antara aset dan liabillity secara
berkesinambungan
c. Pembagian hasil investasi
Keuntungan yang diperoleh melalui investasi yang dilakukan oleh pihak
perusahaan, akan dibagikan sesuai akad yang tercantum dalam masing-
masing polis. Dengan ketentuan:
1) Pendapatan yang dibagikan kepada peserta adalah semua pendapatan
yang berasal dari pengelolaan dana mudharabah yang dihimpun (dana
yang diperoleh dari premi).
2) Apabila penghimpunan dana mudharabah lebih besar dari penyaluran
(pembiayaan) perusahaan , maka pendapatan dibagikan kepada peserta.
3) Apabila penghimpunan dana mudharabah lebih kecil dari penyaluran
(pembiayaan), maka pendapatan yang dibagikan sebesar porsi dana
mudharabah yang dihimpun.
Di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera perbandingan keuntungan
yang diperoleh dari hasil investasi adalah 30:70. Dimana 30% dari
keuntungan investasi bagi hasil diterima oleh perusahaan, dan 70% sisanya
diterima oleh peserta sebagai pemilik modal mudharabah. Hingga tahun
2009, hasil keuntungan investasi syariah rata-rata mencapai 12-15%.
Dengan demikian peserta akan memperoleh bagi hasil sebesar 70% x
(12% x dana investasi mudharabah).
Dengan demikian, maka mekanisme pengelolaan dana Asuransi
Jiwa Bumiputera Syariah dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 3. Mekanisme pengelolaan dana Bumiputera Syariah
Tabungan Peserta
Tabarru’
Dana Terkumpull
Tabungan Peserta
Tabarru’
Tabungan Peserta
Dibayarkan
ke Peserta
Dibayarkan
ke Peserta
Hasil Investasi
Biaya Operasional
Perusahaan
Premi
Peserta
Investasi
Manfaat
Biaya PESERTA
PERUSAHAAN
Hubungan Al-Mudharabah
30%
70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Bentuk Perlindungan Hukum mengenai Kesesuaian dengan
syariah bagi Peserta Takaful Dana Siswa di Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera Syariah
a. Perlindungan terhadap produk takaful yang bebas dari unsur maisir,
gharar dan riba
Bebas dari unsur maisir, gharar dan riba merupakan syarat mutlak
yang harus dimiliki produk takaful dan merupakan pembeda takaful
dengan asuransi konvensional. Ketentuan mengenai asas perlindungan ini
tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah Bagian Pertama
(Ketentuan Umum) yang menyebutkan “Asuransi Syariah (Ta’min,
Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk
aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah” dan ketentuan dalam nomor 2 yang berbunyi “Akad yang sesuai
dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.”
Di dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18
/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, perusahaan wajib
menerapkan prinsip dasar syariah. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Adanya kesepakatan tolong menolong (ta’awun) dan saling
menanggung (takaful) di antara para Peserta
2) Adanya kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru ’
3) Perusahaan bertindak sebagai pengelola Dana Tabarru ’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4) Dipenuhinya prinsip keadilan (‘adl), dapat dipercaya (amanah),
keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan keuniversalan
(syumul)
5) Tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti
ketidakpastian/ketidakjelasan (gharar), perjudian (maysir), bunga
(riba), penganiayaan (zhulm), suap (risywah), maksiat, dan objek
haram.
Untuk mengawasi pelaksanaan takaful agar tidak menyimpang dari
ketentuan syariah maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah. Dewan
Pengawas Syariah adalah lembaga independen dibawah naungan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang tugas
utamanya adalah mengawasi lembaga keuangan syariah agar sesuai
dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional. Dewan Pengawas Syariah inilah yang mengawasi
seluruh kegiatan perusahaan baik dari segi operasional, investasi maupun
sumber daya manusia. Dengan demikian, dibentuknya Dewan Pengawas
Syariah oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syaria merupakan
perwujudan perlindungan bagi peserta dari adanya unsur maisir, gharar
dan riba dalam setiap produknya termasuk untuk produk Mitra Iqra’.
Namun dalam pelaksanaannya, tidak semua anggota Dewan
Pengawas Syariah memiliki kompetensi atau latar belakang keahlian di
bidang syariah. Hal ini dibenarkan oleh Bp. Muhammad Amir yang
mengungkapkan, khususnya di Surakarta, MUI Surakarta sebagai belum
pernah dimintai pertimbangan mengenai pendirian usaha berbasis syariah.
Perusahaan cenderung memilih anggota Dewan Pengawas Syariah dari
kalangan pejabat di perusahaan tersebut yang belum tentu memiliki
kompetensi di bidang syariah. Terutama bagi perusahaan yang memiliki
beberapa divisi lain yang tidak bergerak di bidang syariah, hal ini menjadi
sangat riskan. Karena tugasnya sebagai pengawas agar kegiatan usaha
syariah tetap berlandaskan pada syariat, ketidakkompetensian anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dewan Pengawas Syariah dapat mengurangi perlindungan bagi peserta
takaful dan usaha syariah pada umumnya.
DR. M. Akhyar Adnan, M.B.A, Ak, dalam seminar nasional
Dewan Pengawas Nasional 7 Mei 2005 menyampaikan enam kriteria
standar profesionalitas Dewan Pengawas Syariah. Sebagaimana dikutip
dari tulisan Yogi Ihwan, “Analisa Atas Peran Dewan Pengawas Syariah
(DPS) dalam Memastikan Pemenuhan atas Kepatuhan pada Prinsip
Syariah di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia (herman-
notary.blogspot.com/2009/06/analisa atas peran dewan pengawas.html), m
enam kriteria DR. Akhyar Adnan adalah:
1) Mempunyai kompetensi atau kemampuan dalam bentuk keahlian yang
dihasilkan lewat pendidikan formal sesuai profesi tersebut (setidaknya
dalam ilmu fiqh muamalat, operasional bank, pengawasan, menguasai
administrasi umum).
2) Seorang profesional harus dapat bekerja penuh waktu (full time).
3) Mempunyai dan menjadi anggota asosiasi profesi.
4) Mempunyai komitmen untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan,
baik melalui media asosiasi profesi ataupun dari media lain.
5) Memiliki, memahami dan mempraktikkan etik profesi (akhlaqul
karimah).
6) Menerima kompensasi yang memadai.
Apabila keenam kriteria tersebut benar-benar diterapkan dalam
pemilihan anggota Dewan Pengawas Syariah, tentunya tujuan bentuknya
Dewan Pengawas Syariah dapat benar-benar terpenuhi dan bukan lagi
menjadi sekedar formalitas belaka. Mengingat Dewan Pengawas Syariah
merupakan infrastruktur penting untuk memastikan perusahaan tidak
menyimpang dari jalur syariah dan memberikan perlindungan bagi
peserta sesuai dengan syariat agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b. Analisis ketentuan polis Mitra Iqra menurut peraturan perundang-
undangan
Sebagaimana dengan produk takaful lainnya, perlindungan yang
diberikan kepada peserta tergantung pada akad yang disepakati. Bentuk
perjanjian “Mitra Iqra” adalah perjanjian baku. Syarat-syarat dalam polis
telah ditetapkan sebelunya, dengan demikian wujud kesepakatan dengan
peserta adalah dengan diterimanya ketetapan dalam polis oleh peserta
dengan bergabung sebagai pemegang polis. Segala ketentuan harus dengan
jelas tertuang dalam polis, sehingga peserta terlindung dari unsur penipuan
dan penganiayaan. Sedangkan ketentuan dalam polis disusun berdasar
akad yang disepakati peserta dan perusahaan.
Dalam fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 bagian Kedua
mengenai akad dalam asuransi disebutkan:
1) Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad
tijarah dan atau akad tabarru'.
2) Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah.
Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah.
3) Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a) Hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
b) Cara dan waktu pembayaran premi;
c) Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang
disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18
/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah disebutkan bahwa
Akad Tijarah adalah Akad antara Peserta secara kolektif atau secara
individu dan Perusahaan dengan tujuan komersial. Sedangkan Akad
Tabarru ’ adalah Akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Peserta kepada Dana Tabarru ’ untuk tujuan tolong menolong di antara
para Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.
Sesuai ketentuan dalam fatwa MUI, produk Mitra Iqra berjalan
dengan menggunakan akad tijarah dengan prinsip mudharabah untuk
mengelola dana peserta dan akad tabaru’ sebagai dasar kerelaan sesama
peserta untuk saling menolong. Pasal 7 PMK Nomor 18/PMK.010/2010
menyebutkan bahwa Polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan
prinsip syariah wajib mengandung Akad Tabarru ’ dan Akad Tijarah.
Pasal 8 menyebutkan Akad Tijarah tersebut harus memuat sekurang-
kurangnya,
1) Kesepakatan para Peserta untuk saling tolong menolong (ta’awuni)
2) Hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara individu
3) Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam kelompok
4) Cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/klaim
5) Ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh
Peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh Peserta
6) Ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus
Underwriting; dan
7) Ketentuan lain yang disepakati
Sedangkan untuk akad Tijarah yang digunakan dapat berupa Akad
Wakalah bil Ujrah, Akad Mudharabah, dan Akad Mudharabah
Musytarakah sesuai ketentuan dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan
tersebut. Mitra Iqra menggunakan akad Mudharabah sebagai dasar
investasi dana peserta. Dalam Pasal 11 dijelaskan bahwa akad
Mudharabah sekurang-kurangnya harus memuat,
1) Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara
individu sebagai shahibul mal (pemilik dana)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2) Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana)
termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian
yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh
kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan
Perusahaan
3) Batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan
4) Bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi; dan
5) Ketentuan lain yang disepakati.
Keterangan mengenai jenis akad yang menjadi landasan
operasional produk, dapat dilihat di dalam lembaran polis menyertai
keterangan mengenai nama pemegang polis, nama peserta, macam produk,
rincian bagi hasil dan pihak penerima santunan. Sedangkan mengenai
ketentuan-ketentuan yang menyertai seperti yang dijelaskan di dalam
pasal-pasal akad di dalam PMK Nomor 18/PMK.010/2010, dijabarkan di
dalam ketentuan umum dan ketentuan khusus polis, sehingga peserta Mitra
Iqra mendapat jaminan kepastian hukum sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang dan dapat terhindar dari unsur penipuan. Menurut K.H.
Muhammad Amir, pengurus Majelis Ulama Indonesia Surakarta, unsur
penipuan merupakan unsur yang perlu diwaspadai dalam asuransi.
Penipuan ini dapat terjadi bila perusahaan dengan sengaja tidak
mencantumkan klausul-klausul tertentu yang dapat menimbulkan kerugian
bagi peserta (penganiayaan). Sehingga dengan dicantumnya klausul-
klausul akad dengan lengkap dan jelas dalam polis, maka peserta dapat
merasa aman dan terlindungi. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 9
Keputusan Menteri Keuangan nomor 422/KMK.06/2003, “Polis Asuransi
harus dicetak dengan jelas sehingga dapat dibaa dengan mudah dan dapat
dimengerti dengan baik langsung maupun tidak langsung baik oleh
pemegang polis dan atau tertanggung”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai klaim peserta takaful
Dalam takaful dana siswa, peserta dapat mengajukan klaim pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian polis yang telah
disepakati. Dalam fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001
disebutkan bahwa
1) Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal
perjanjian.
2) Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan.
3) Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
4) Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan
kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
Takaful Dana Siswa menggunakan akad tijarah sebagai dasar
investasi dan akad tabarru’ sebagai perwujudan tolong-menolong sesama
peserta. Klaim untuk akad tijarah dilakukan pada saat jatuh tempo masa
pertanggungan sesuai dengan yang telah ditentukan dalam polis sebagai
dana bantuan pendidikan. Dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 18/PMK.10/2010 disebutkan bahwa cara dan waktu pembayaran
klaim harus disebutkan dalam akad. Sedangkan klaim akad tabarru’
apabila terjadi musibah selama masa pertanggungan apabila tertanggung
mengalami musibah sesuai dengan yang tercantum dalam polis.
Namun adakalanya dana tabarru’ tidak mencukupi untuk
melakukan pembayaran klaim. Untuk itu perusahaan wajib memberikan
pinjaman pada dana tabarru’ dalam bentuk qardh, yang nantinya akan
dibayarkan dari surplus underwriting atau kelebihan dana tabarru’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
d. Penyelesaian sengketa antara peserta dengan perusahaan takaful
Dalam pelaksanaan perjanjian atau akad diantara dua pihak,
terkadang terjadi perbedaan pengertian mengenai pelaksanaan perjanjian
tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan adanya sengketa antara
kedua belah pihak. Dalam perjanjian takaful, sengketa ini dapat terjadi
antara peserta dengan perusahaan dan perusahaan dengan perusahaan
reasuransi.
Sengketa di bidang perekonomian syariah yang termasuk
didalamnya sengketa di bidang asuransi syariah/takaful, dapat diselesaikan
melalui jalur litigasi di Pengadilan Agama dan melalui jalur non litigasi di
luar pengadilan:
1) Perdamaian (islah), dimana kedua belah pihak yang bersengketa sepakat
untuk melepaskan sebagian atau seluruh tuntutannya agar persengketaan
mereka berakhir. Dasar hukumnya adalah Alquran surat Al Hujaraat
ayat 9,
....
“dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya...”
2) Arbitrase (at Takhim)
Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
menyebutkan yang dimaksud dengan arbitrase adalah cara penyelesaian
suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bersengketa. Dimana dalam Pasal 66 huruf b dijelaskan bahwa sengketa
perdata itu hanya terbatas dalam ruang lingkup perdagangan termasuk di
dalamnya di bidang keuangan. Merujuk pada ketentuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sengketa takaful dapat diselesaikan melalui arbitrase
karena merupakan perusahaan takaful termasuk dari lembaga keuangan
bukan bank.
Pada tanggal 23 Oktober 1993 telah diresmikan Badan Arbitrase
Muamalat Indonesia (BAMUI) yang sekarang telah berganti nama
menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) yang
diputuskan dalam Rakernas MUI tahun 2002 sebagai lembaga arbiter
yang menangani penyelesaian perselisihan sengketa di bidang ekonomi
syariah (Suhartono. Paradigma Penyelesaian Sengketa Perbankan
Syariah di Indonesia.pdf). BASYARNAS sebagai lembaga permanen
yang didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia berfungsi menyelesaikan
kemungkinan terjadinya sengketa muamalat yang timbul dalam
hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa.
3) Pengadilan biasa (al Qadla)
Penyelesaian sengketa takaful melalui Pengadilan Agama diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Pasal 49 menyebutkan
bahwa Pengadilan agama berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang ekonomi syari'ah. Dalam keterangannya,
disebutkan penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang
perbankan syari’ah, melainkan juga di bidang ekonomi syari’ah lainnya
antara lain di bidang asuransi syariah (Rifyal Ka’bah. Al-Mawarid Edisi
XVII Tahun 2007:37). Dengan demikian, sengketa takaful termasuk
dalam ranah hukum peradilan agama karena perusahaan takaful
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
merupakan badan hukum yang menundukan diri dengan sukarela
kepada hukum Islam yang menjadi kewenangan peradilan agama.
Pada tanggal 12 Mei 2006, berdirilah Badan Mediasi Asuransi
Indonesia yang digagas oleh Pemerintah dan semua Asosiasi Perusahaan
Perasuransi Indonesia (FAPI) yaitu Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi
Sosial Indonesia (AAJSI) (http:/wordpress.com/2010/01/14/badan-
mediasi-asuransi-indonesia-bmai/). Badan ini merupakan lembaga
independen dan imparsial yang memberikan pelayanan untuk penyelesaian
sengketa klaim berupa tuntutan ganti rugi atau manfaat asuransi antara
perusahaan asuransi dan pemegang polis (http://sigitandi.blogspot.com/
peran-badan-mediasi-asuransi-indonesia.html).
Kehadiran badan ini setidaknya membuat biaya yang harus
dikeluarkan pemegang polis jika bersengketa dengan perusahaan asuransi
bisa lebih kecil. Sebab, penyelesaian lewat badan ini tidak memungut
biaya sepeser pun. Proses penyelesaian sengketa pun lebih cepat karena
prosedur yang harus dilalui lebih sederhana dibandingkan dengan proses
arbitrase atau pengadilan. Akan tetapi BMAI memiliki kelemahan karena
sengketa yang dapat ditangani hanya sebatas mengenai pembayaran klaim,
sehingga BMAI hanya dapat menyelesaikan sengketa bagi perusahaan
yang menolak untuk melakukan pembayaran atas klaim yang diajukan
oleh peserta.
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Takaful Menurut Syariah
a. Sistem pengelolaan dana takaful
Operasional asuransi syariah merupakan suatu bentuk tanggung
jawab dan tolong-menolong diantara peserta asuransi. Sementara
perusahaan asuransi menjalankan amanah peserta untuk mengelola dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dengan cara yang halal untuk dapat menolong sesama peserta yang
mengalami musibah sesuai dengan kesepakatan.
Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia melalui Fatwa Nomor
21/DSN-MUI/X/2001 memberikan ketentuan mengenai pengelolaan dana
perusahaan asuransi syariah, yang menyebutkan ketentuan kesepuluh
mengenai pengelolaan:
1) Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga
yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2) Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan
dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).
3) Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan
dana akad tabarru’ (hibah).
Perusahaan sebagai pengelola dana akan mendapat keuntungan dari
sistem mudharabah sebagai mudharib dari modal yang diberikan oleh
peserta sebagai shahibul mal. Keuntungan dari modal tersebut akan dibagi
antara perusahaan dengan peserta sesuai dengan akad yang telah disepakati
sebelumnya. Mekanisme pengelolaan dana peserta tersebut terbagi
menjadi dua sistem, yaitu:
1) Sistem yang mengandung unsur tabungan
Perusahaan sebagai pengelola dana akan memisahkan premi yang
dibayarkan peserta ke dalam dua rekening yang berbeda. Rekening-
rekening tersebut adalah:
a) Rekening tabungan, yaitu kumpulan dana milik peserta yang
dibayarkan bila perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri dan
peserta meninggal dunia.
b) Rekening tabarru, yaitu kumpulan dana yang diniatkan peserta
sebagai iuran kebaikan untuk saling tolong-menolong yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dibayarkan bila peserta meninggal dunia dan bila perjanjian telah
berakhir (bila ada surplus dana).
Gambar 4. Pengelolaan dana dengan unsur tabungan
2) Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan
Dana yang dibayarkan peserta berupa premi akan disimpan dalam
rekening tabarru oleh perusahaan. Apabila terjadi risiko, maka dana
klaim yang diberikan adalah dana dari rekening yang sudah diniatkan
peserta untuk tolong-menolong, yang akan dibayarkan apabila peserta
meninggal dunia dan bila peranjian berakhir (bila ada surplus dana).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 5. Pengelolaan dana tanpa unsur tabungan
Kumpulan dana tabarru akan diinvestasikan oleh perusahaan.
Keuntungannya akan dibagi dengan prinsip mudharabah dengan
presentase sesuai dengan akad yang telah disepakati.
b. Investasi bagi perusahaan takaful
Dalam fatwa Nomor 21/DSN-MUI/X/2001, diterangkan bahwa
perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana
yang terkumpul sesuai dengan syariah. Dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 dijelaskan Dana Investasi Peserta
adalah dana investasi yang berasal dari kontribusi Peserta atas produk
asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yang dikelola Perusahaan
sesuai dengan akad yang telah disepakati.
Bentuk dan jenis investasi yang diakukan didasarkan pada akad
yang disepakati antara perusahaan dengan peserta. Misalnya untuk bentuk
akad mudharabah, perusahaan wajib menanggung seluruh kerugian yang
terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh
kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan
Perusahaan sesuai dengan ketentuan Pasal 11 PMK Nomor
18/PMK.010/2010. Selain itu, dana investasi resiko dikelola secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
terpisah dari dana investasi tabarru dan merupakan kekayaan dan
kewajiban masing-masing peserta secara individu. Dalam pengelolaannya,
perusahaan dapat menerapkan akad tijarah yang berbeda antara investasi
dana resiko dengan dana tabarru.
Dalam pengelolaan dana, sama sekali tidak boleh terkandung
unsur-unsur yang dilarang oleh agama seperti unsur riba, investasi pada
hal-hal yang haram dan tidak jelas asal-usulnya serta perjudian. Fatwa
Dewan Syariah Nasional Indonesia Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah Kedelapan mengenai investasi dimana
“Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah”.
Batasan-batasan mengenai investasi yang diperbolehkan bagi
perusahaan asuransi syariah diatur dalam Keputusan Direktorat Jenderal
Lembaga Keuangan Nomor Kep.4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian
dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Jenis investasi yang diperbolehkan ialah:
1) Deposito dan sertifikat deposito syariah
2) Sertifikat wadiah Bank Indonesia
3) Saham syariah yang tercatat di bursa efek
4) Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek
5) Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin pemerintah
6) Unit penyertaan resadana syariah
7) Penyertaan langsung syariah
8) Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi
9) Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan barang modal dengan skema murabahah
10) Pembiayaan modal dengan skema mudharabah
11) Pinjaman polis
c. Pembagian dana hasil investasi pada perusahaan takaful
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Keuntungan yang diperoleh melalui investasi yang dilakukan oleh
pihak perusahaan, akan dibagikan sesuai akad yang tercantum dalam
masing-masing polis, dengan ketentuan:
1) Pendapatan yang dibagikan kepada peserta adalah semua pendapatan
yang berasal dari pengelolaan dana mudharabah yang dihimpun (dana
yang diperoleh dari premi).
2) Apabila penghimpunan dana mudharabah lebih besar dari penyaluran
(pembiayaan) perusahaan , maka pendapatan dibagikan kepada peserta.
3) Apabila penghimpunan dana mudharabah lebih kecil dari penyaluran
(pembiayaan), maka pendapatan yang dibagikan sebesar porsi dana
mudharabah yang dihimpun.
Sedangkan waktu pembagian hasil investasi, tergantung pada akad dan
jenis produk takaful yang diambil oleh masing-masing peserta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Dalam penelitian ini penulis mengkaji mengenai dua masalah. Yaitu (1)
tentang perlindungan hukum mengenai kesesuaian dengan syariah bagi peserta
takaful dana siswa di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Surakarta, dan (2)
tentang pengelolaan dana premi takaful di perusahaan tersebut.
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan terhadap dua masalah pokok diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum mengenai kesesuaian dengan syariah bagi peserta
takaful dana siswa di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Surakarta
Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur
mengenai kegiatan usaha perasuransian syariah. Sehingga dalam operasional
perusahaan dan sebagai dasar hukum perlindungan peserta takaful dana siswa
di divisi syariah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera didasarkan pada fatwa
Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia Nomor 21/DSNMUI/X/2001
tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor Kep-268/KM-6/2002.
Bentuk perlindungan yang diberikan perusahaan bagi peserta takaful dana
siswa di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Surakarta adalah perlindungan
dari unsur-unsur maisir, gharar dan riba yang membedakannya dari
asuransi konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan
dalam polis yang menjabarkan mekanisme pengelolaan premi takaful yang
bebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah tersebut. Sehingga
peserta dapat terhindar dari penipuan yang mungkin menyertai perjanjian
karena isi klausul yang tidak jelas dan terperinci dan justru bertentangan
dengan syariah.
Keberadaan Badan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
berjalannya operasional perusahaan agar tetap berada di jalur yang sesuai
dengan ketentuan syariah merupakan bentuk perlindungan bagi peserta yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
diatur dalam fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia dan Peraturan
Menteri Keuangan. Dengan demikian, kemurnian produk takaful dari unsur-
unsur maisir, gharar dan riba lebih terjaga. Selain itu, bentuk perlindungan
bagi peserta apabila terjadi konflik dengan perusahaan dalam hal klaim
terlihat dalam kesediaan perusahaan unruk mengikatkan diri pada
ketetentuan Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) sebagai wadah
penyelesaian sengketa yang timbul antara perusahaan dengan peserta.
2. Mekanisme pengelolaan dana premi takaful di Asuransi Jiwa Bumiputera
Syariah
Pengelolaan dana premi takaful di divisi syariah Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera dilakukan secara terpisah dari pengelolaan dana premi
konvensional. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Syariah menggunakan
mekanisme sistem yang mengandung unsur tabungan. Mekanisme tersebut
memisahkan dana yang diperoleh dari peserta menjadi dua bagian, yaitu
rekening tabungan dan rekening tabarru.
Rekening tabungan adalah dana yang diinvestasikan peserta untuk dikelola
oleh perusahaan dengan sistem mudharabah (bagi hasil). Keuntungan yang
diperoleh, nantinya akan dibagi antara perusahaan sebagai pengelola
(mudharib) dengan peserta sebagai pemilik modal (sahibul mal). Sedangkan
rekening tabarru adalah kumpulan dana dari peserta yang diniatkan untuk
saling menolong apabila selama masa perjanjian terjadi musibah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
B. Saran
1. Untuk pemerintah:
a. Perlunya disusun undang-undang yang khusus mengatur mengenai
kegiatan asuransi syariah mengingat tingginya angka pertumbuhan
kegiatan perasuransian yang berlandaskan pada syariah. Sehingga
terdapat instrumen hukum yang dapat memberikan kepastian hukum
bagi peserta takaful.
b. Adanya pengembangan dalam istrumen investasi syariah sangat
diperlukan sejalan dengan angka investasi syariah yang semakin
meningkat setiap tahunnya.
c. Pembangunan data base yang memadai dan mudah diakses akan
dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan yang bergerak di
bidang syariah untuk dapat menjangkau berbagai instrumen investasi
yang sesuai dengan ketentuan syariah.
2. Untuk perusahaan (AJB Bumiputera Syariah):
a. Untuk diadakan pelatihan khusus bagi sumber daya manusia yang
bergerak di bidang syariah agar bisa menjalankan kegiatan usaha yang
benar-benar sesuai dengan ketentuan syariah.
b. Memberikan sosialisasi pada masyarakat mengenai sistem syariah dalam
asuransi untuk menghilangkan keragu-raguan masyarakat terhadap
kehalalan takaful.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Agen Asuransiku. Pengelolaan Dana Asuransi Syariah I.
http://agenasuransiku.wordpress.com/2009/07/06/pengelolaan-dana-
asuransi-syariah/
Ahmad Ali Khan. 2005. “Difference Between Islamic and Conventional
Insurance”. (e book)
AM. Hasan Ali. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan
Analisis, Historis, Analisis dan Praktis. Jakarta: Kencana
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis. 1996. Hukum Perjanjian dalam
Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Data Statistik Indonesia. Tingkat Pendidikan di Indonesia. http://datastatistik-
indonesia.com
Faisal Saleh. Implementasi Sistem Asuransi Syariah.
http://faisalsaleh.wordpress.com/
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
Gemala Dewi, et.al. 2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
H.B. Sutopo.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif “Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitian”. Surakarta: Sebelas Maret University
Press
Ibnu Anwaruddin. 2008. “Investasi di Produk Ekonomi Syariah”. Nuansa Persada.
Volume X Nomor 50
Jason Benham. Islamic Insurance to Grow Up to 40 Percent.
http://www.halaljournal.com/
Jogjainfo. Rendahnya Tingkat Pendidikan Picu Kemiskinan.
(http://jogjainfo.net/rendahnya-tingkat-pendidikan-picu-kemiskinan.html)
Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep.4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laosdesyamri. Konsep & Pengertian Asuransi.
http://id.shvoong.com/tags/pengertian-asuransi
Lexi J. Moleong. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang. 1997. Hukum Asuransi: Perlindungan
Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian. Bandung:
Alumni
Media Asuransi Blog. Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI).
http://mediaasuransi.wordpress.com/2010/01/14/badan-mediasi-asuransi-
indonesia-bmai/
Mohammad Omar Farooq. 2007. “Partnership, Equity-Financing and Islamic
Finance: Whither Profit-Loss Sharing?”. Review of Islamic Economics, Vol.
11, Special Issue
Mohd. Ma’sum Billah. 2001. “Takaful (islamic Insurance) Premium: a Suggested
Regulatory Framework”. International Journal of Islamic Financial
Services Vol. 3. No. 1
Omar Fisher and Dawood Y. Taylor. 2000. “Prospect for Evolution of Takaful in
the 21st Century”. Harvard University Mass
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 /PMK.010/2010 tentang Penerapan
Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah
Rifyal Ka’bah. 2007. “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah Sebagai Sebuah
Kewenangan Baru Peradilan Agama”. Al-Mawarid Edisi XVII
Sigit Andi. Peran badan mediasi asuransi indonesia (BMAI).
http://sigitandi.blogspot.com/
Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian; Suaut Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Suhartono. 2008. “Paradigma Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di
Indonesia”. (e book)
Suhrawadi K. Lubis. 2000. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Peradilan Agama
Winarno Surachmad, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Wirdyaningsih, et.al. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana
Yeni Simanjuntak. Asuransi Syariah Proteksi Dunia Akherat.
http://www.sinarharapan.co.id/index.html.
___________________. Mengenal Asuransi Syariah.
http://www.sinarharapan.co.id/index.html
Yogi Ihwan. Analisa atas Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam
Memastikan Pemenuhan atas Kepatuhan pada Prinsip Syariah di Lembaga
Keuangan.
http://herman_notary.blogspot.com/2009/06/analisaatasperandewanpengawa
s.html
Zainuddin Ali. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika
Zulfajri. 2006. “Asas Perlindungan Hukum terhadap Nasabah dalam Asuransi
Syariah (Studi pada Asuransi Takaful Keluarga Cabang Medan)”. Thesis
untuk program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan