perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh ... · berpikir positif terhadap asertivitas...

173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP ASERTIVITAS REMAJA PANTI ASUHAN Skripsi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh : Adhisty June Ertyastuti G 0106019 Pembimbing : 1. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M. Si. 2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M. Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vohanh

Post on 04-May-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP

ASERTIVITAS REMAJA PANTI ASUHAN

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh :

Adhisty June Ertyastuti

G 0106019

Pembimbing :

1. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M. Si.

2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M. Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesunggguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-

hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan

saya dicabut.

Surakarta, Juli 2011

Adhisty June Ertyastuti

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif terhadap

Asertivitas Remaja Panti Asuhan

Nama Peneliti : Adhisty June Ertyastuti

NIM : G0106019

Tahun : 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari : ...................................

Tanggal : ...................................

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Rejeki Andayani, S.Psi.,M.Si. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi.,M.Si.

NIP. 197401091998022001 NIP.197810222005011002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP.197608172005012002

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif terhadap Asertivitas

Remaja Panti Asuhan

Adhisty June Ertyastuti, G0106019, Tahun 2011

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : ..................................

Tanggal : ..................................

1. Pembimbing Utama

Tri Rejeki Andayani, S.Psi.,M.Si.

NIP. 197401091998022001

( ________________ )

2. Pembimbing Pendamping

Aditya Nanda Priyatama, S.Psi.,M.Si.

NIP.197810222005011002

( ________________ )

3. Penguji I

Dra. Salmah Lilik, M.Si.

NIP. 194904151981012001

( ________________ )

4. Penguji II

Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP. 197608172005012002

( ________________ )

Surakarta, _________________

Ketua Program Studi Psikologi

Drs. Hardjono, M.Si

NIP. 195901191989031002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M. Psi

NIP. 197608172005012002

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya

kepada ALLAH SWT hendaknya kamu berharap.

(Q.S. Asy-Syarh: 6-8)

Mulailah dengan melakukan apa yang perlu,

Lalu diikuti dengan apa yang mungkin,

dan tanpa kau sadari, dirimu telah melakukan hal yang mustahil.

(St. Fransiskus Assisi)

Anda mungkin tidak dapat mengendalikan keadaan,

tapi Anda dapat mengendalikan pikiran Anda.

Pikiran positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif.

(Dr. Ibrahim Elfiky)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk

orang-orang yang mencintaiku dan aku cintai.

Berbagai rintangan dan keputusasaan mencair

karena limpahan perhatian , dukungan, dan doa mereka.

Berkat dorongan, dukungan, dan doa merekalah karya ini terselesaikan

sebagai suatu bentuk karya terindah

dari limpahan anugerah Illahi

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak-Ibu, adik, Mediyanto dan segenap keluarga besarku untuk doa,

kasih sayang & perhatiannya yang tak akan pernah berhenti

memberiku semangat untuk menyelesaikan karya ini.

2. The Positive Thinking Crew (Mas Burhan, Mas Redy,

Mas Yasir, Mas Agung, Mifta Chu, Arfi NH, Masrika, Ribka, Taurina dan

Aminah) yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga

untuk suksesnya penelitian ini.

3. Almamaterku tercinta, Psikologi UNS.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

vii

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-

Nya serta menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan, dan kekuatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Setelah melalui sebuah perjalanan panjang dan

menghadapi berbagai rintangan yang menghadang, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pelatihan

Berpikir Positif terhadap Asertivitas Remaja Panti Asuhan” dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan, bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis

mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret dan pembimbing akademik yang telah memberikan

perhatian dan arahan selama Penulis menempuh studi.

2. Tri Rejeki Andayani, S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing utama, dan Aditya

Nanda Priyatama, S.Psi.,M.Si., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan arahan, motivasi,

masukan, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

3. Dra. Salmah Lilik, M.Si. dan Rin Widya Agustin M.Psi., selaku penguji I dan II

yang telah bersedia memberikan saran dan kritik kepada Penulis bagi penulisan

skripsi ini.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

viii

4. Bapak, Ibu dosen dan seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan (Mbak Ana,

Mas Dhimas, Mas Ryan, dan Pak Warno) Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan motivasi dan

bantuan kepada Penulis dalam penyelesaian studi.

5. Ibu Siti Parini, S.Ag. selaku Pimpinan Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah

Sukoharjo, Bapak Kalimin, S.Pd., S.Ag. selaku Pimpinan Panti Asuhan Yatim

Muhammadiyah Sukoharjo, dan Ibu Siti Taurat Aly selaku Pimpinan Panti Asuhan

Yatim Mardhatilah Sukoharjo, beserta seluruh staf pengasuh yang bersedia

memberikan izin serta membantu Penulis dalam melakukan penelitian dan seluruh

remaja panti asuhan di kedua panti tersebut yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk menjadi subjek penelitian dan membantu dalam proses pengumpulan data.

6. Bapak-Ibu, adik, Mediyanto dan segenap keluarga besarku untuk doa, kasih sayang

& perhatiannya yang tak akan pernah berhenti memberiku semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. The Positive Thinking Crew (Mas Agung, Mas Redy, Mas Burhan, Mas Yasir,

Mifta Chu, Arfi NH, Masrika, Ribka, Taurina dan Aminah) yang telah bersedia

meluangkan waktu dan tenaga untuk suksesnya penelitian ini.

8. Terima kasih untuk Ddika I.R., Rini, Dika S., Marliana, Noviana, Maria, Sheila,

Febi, Tanty dan Indri yang telah memberikan dorongan, kekuatan, waktu, dan ilmu

serta kesediaannya dalam mendengarkan keluh kesahku.

9. Keluarga besar Psikologi angkatan 2006 yang telah memberikan kenangan manis,

kebersamaan, keceriaan, kesedihan, pengorbanan, persahabatan, motivasi, dan

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ix

kekuatan selama menempuh studi. Perjuangan belum berakhir, masih ada

kesuksesan lagi yang menunggu kita esok.

10. Kakak-kakakku angkatan 2004 dan 2005 yang banyak memberikan ilmu dan

kebersamaannya selama menempuh studi dan menyelesaikan skripsi, serta adik-

adikku angkatan 2007, 2008, 2009 dan 2010 terima kasih atas kerja samanya.

Lanjutkan perjuangan kita.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala yang sepadan dengan jerih

payah Bapak Ibu dan teman-teman lakukan, dan semoga skripsi yang sederhana ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

x

PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP ASERTIVITAS

REMAJA PANTI ASUHAN

Adhisty June Ertyastuti

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Remaja sebagai salah satu tahap dalam perkembangan manusia, memiliki tugas

perkembangan yang berfokus pada upaya untuk mencapai kemampuan bersikap dan

berperilaku sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam lingkungannya.

Remaja memerlukan dukungan dan pengarahan dari keluarga untuk menyelesaikan

tugas perkembangannya. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap remaja dilindungi

dalam satu keutuhan keluarga sehingga menyebabkan remaja harus berada di panti

asuhan. Keberadaan panti asuhan berperan penting sebagai lembaga yang menangani

anak-anak terlantar untuk memenuhi kebutuhan anak asuhnya baik dari segi fisik

maupun psikis tetapi panti asuhan tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan anak asuhnya

terutama kebutuhan psikis. Masalah psikologis yang sering dialami oleh remaja panti

asuhan, diantaranya mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

(kompetensi interpersonal), salah satunya dalam asertivitas yang menjadi fokus

penelitian ini. Asertivitas merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari sehingga

perilaku asertif dapat ditingkatkan melalui serangkaian latihan. Latihan untuk

meningkatkan asertivitas dapat dilakukan dengan menekankan pada proses kognitif.

Salah satu pengembangan latihan dengan proses kognitif adalah berpikir positif.

Pelatihan berpikir positif ini dimaksudkan untuk meningkatkan asertivitas remaja panti

asuhan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan

berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY)

Mardhatilah Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan Non-Randomized Pretest-Posttest Control-Group

Design dengan subjek penelitian sebanyak 10 remaja panti asuhan di PAY Mardhatilah

Sukoharjo dengan tingkat asertivitas sedang yaitu lima remaja Kelompok Eksperimen

dan lima remaja Kelompok Kontrol. Pelatihan ini menggunakan pendekatan

experiential learning dengan metode communication activities, games, role play,

sharing, relaksasi, dan pemutaran film serta materi pelatihan yang telah disusun dalam

modul. Pengambilan data dilakukan menggunakan Skala Asertivitas dengan daya beda

item 0,302 - 0,642 dan koefisien reliabilitas (α) 0,883.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U, diketahui besarnya nilai Zhitung = -2,627

(Ztabel = -2,409; Zhitung<Ztabel) dan p 0,008 (p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh

pelatihan berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan. Selanjutnya, hasil uji

menggunakan Wilcoxon T, diketahui besarnya nilai Zhitung = -2,032 (Ztabel = -1,728;

Zhitung<Ztabel) dan p 0,042 (p< 0,05). Hal ini berarti bahwa pelatihan berpikir positif

efektif dalam meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan.

Kata Kunci : Pelatihan Berpikir Positif, Asertivitas, Remaja Panti Asuhan

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

xi

EFFECT OF POSITIVE THINKING TRAINING ON ASSERTIVENESS OF

ADOLESCENTS IN ORPHANAGE

Adhisty June Ertyastuti

Psychology Department, Medical Faculty

Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

Adolescents as one stage in human development, has a developmental task that

focuses on efforts to achieve the ability to act and behave as responsible adults in their

environment. Adolescents need support and guidance from family to complete their

development tasks. The reality shows that not every adolescents is protected in a family

unit, causing adolescents to be in an orphanage. The existence of an orphanage as an

institution has an important role in charge of abandoned children to fulfil the needs of

foster children in terms of both physical and psychological but the orphanage can not

always fulfil the needs of foster children in particular psychological needs.

Psychological problems often experienced by adolescents in orphanage, including

difficulties in related with others (interpersonal competence), one of them is the

assertiveness that became the focus of this research. Assertiveness is a behavior that can

be learned, therefore, assertive behavior can be improved through a series of exercises.

The exercise of assertiveness improving can be used by focusing on cognitive process.

One of the development of training with cognitive process is positive thinking training.

Positive thinking training is intended to enhance assertiveness of adolescents in

orphanage. The purpose of this study was to determine the effect of positive thinking

training on assertiveness of adolescents in orphanage in the Orphanage Orphans (PAY)

Mardhatilah Sukoharjo.

This study used a Non-Randomized Pretest-Posttest Control-Group Design

with 10 adolescents in orphanage of Mardhatilah’s Orphanage with medium level of

assertiveness that was five adolescents in Experimental Group and five adolescents in

Control Group. This training used experiential learning approaches with communication

activities through presentations, games, role play, sharing, relaxation, and film

screenings then training materials that have been compiled in the module. Data was

collected by using Assertiveness Scale with a correlations coeffisient was at 0.302 up to

0.642 and reliability coeffisient was (α) 0.883.

Based on the results of the Mann-Whitney U test, known that the value Zhitung =

-2.627 (Ztabel = -2.409; Zhitung<Ztabel) and p 0.008 (p <0.05). This means there is an effect

of positive thinking training on assertiveness of adolescents in orphanage. Furthermore,

the results of The Wilcoxon T test, it wass known that the value Zhitung = -2.032 (Ztabel =

-1.728; Zhitung<Ztabel) and p 0.042 (p <0.05). This means that positive thinking training is

effective on improving assertiveness of adolescents in orphanage.

Keywords: Positive Thinking Training, Assertiveness, Adolescents in Orphanage

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iv

MOTTO.............................................................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................................vi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................vii

ABSTRAK.........................................................................................................................x

ABSTRACT.......................................................................................................................xi

DAFTAR ISI...................................................................................................................xii

DAFTAR TABEL..........................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................14

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................15

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................................15

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Asertivitas

1. Pengertian Asertivitas.....................................................................................16

2. Proses Asertivitas............................................................................................17

3. Aspek Asertivitas............................................................................................21

4. Manfaat Asertivitas.........................................................................................24

5. Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas..........................................................27

B. Pelatihan Berpikir Positif

1. Pengertian Pelatihan........................................................................................29

a. Konsep Pendekatan dalam Pelatihan..........................................................31

b. Experiential Learning.................................................................................35

c. Komponen Pelatihan..................................................................................38

d. Penyusunan Program Pelatihan..................................................................39

2. Berpikir Positif

a. Pengertian Berpikir Positif.........................................................................44

b. Manfaat Berpikir Positif.............................................................................46

c. Langkah Efektif Berpikir Positif................................................................50

3. Pelatihan Berpikir Positif................................................................................73

C. Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Terhadap

Asertivitas Remaja Panti Asuhan........................................................................79

D. Kerangka Berpikir...............................................................................................84

E. Hipotesis..............................................................................................................85

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian...........................................................................86

B. Definisi Operasional............................................................................................86

C. Populasi dan Sampel............................................................................................90

D. Metode Pengumpulan Data.................................................................................90

E. Validitas dan Reliabilitas.....................................................................................92

F. Rancangan Penelitian..........................................................................................93

G. Prosedur Penelitian..............................................................................................94

H. Teknik Analisis Data...........................................................................................96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian ............................................................................................97

1. Orientasi Tempat Penelitian ........................................................................97

2. Persiapan Administrasi..............................................................................100

3. Persiapan Alat Ukur...................................................................................100

a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba.................................................................100

b. Uji Coba Alat Ukur................................................................................102

c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas.........................................104

d. Penyusunan Alat Ukur...........................................................................108

4. Persiapan Eksperimen................................................................................109

a. Persiapan Alat dan Bahan......................................................................109

b. Uji Coba Modul Pelatihan......................................................................110

c. Screening................................................................................................112

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

xv

B. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................................113

1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest......................................................113

2. Penentuan Sampel Penelitian .....................................................................115

3. Pelaksanaan Eksperimen............................................................................116

4. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest....................................................124

C. Hasil Penelitian..................................................................................................125

1. Hasil Analisis Kuantitatif...........................................................................125

a. Uji Hipotesis..........................................................................................126

b. Hasil Analisis Evaluasi Proses dan Hasil Pelatihan...............................129

2. Hasil Analisis Deskriptif ...........................................................................132

D. Pembahasan ......................................................................................................144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................................153

B. Saran .................................................................................................................154

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................156

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

xvi

DARTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan antara Training dan Education.........................................................30

Tabel 2 Rangkaian Pelatihan Berpikir Positif.................................................................88

Tabel 3 Blue Print Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba.................................................92

Tabel 4 Misi Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo.............................................99

Tabel 5 Distribusi Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba................................................102

Tabel 6 Distribusi Skala Asertivitas Setelah Uji Coba..................................................106

Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha..........................................................107

Tabel 8 Distribusi Skala Asertivitas Untuk Penelitian..................................................108

Tabel 9 Nilai Tes Evaluasi Materi (Uji Coba Modul)...................................................111

Tabel 10 Nilai Pemahaman Materi (Uji Coba Modul)..................................................112

Tabel 11 Hasil Screening...............................................................................................114

Tabel 12 Sampel Penelitian yang Menjadi Kelompok Kontrol.....................................116

Tabel 13 Sampel Penelitian yang Menjadi Kelompok Eksperimen.............................116

Tabel 14 Hasil Uji Mann-Whitney U-Test.....................................................................126

Tabel 15 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test...........................................................128

Tabel 16 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan.......................................129

Tabel 17 Distribusi Hasil Evaluasi Worksheet..............................................................132

Tabel 18 Distribusi Hasil Penelitian..............................................................................133

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Integrasi Empat Kecerdasan dalam Asertivitas..............................................20

Gambar 2 Siklus Experiential Learning..........................................................................36

Gambar 3 Bagan Kerangka Berpikir...............................................................................84

Gambar 4 Desain Penelitian............................................................................................94

Gambar 5 Skor Asertivitas pada Peserta 1....................................................................133

Gambar 6 Skor Asertivitas pada Peserta 2....................................................................135

Gambar 7 Skor Asertivitas pada Peserta 3....................................................................138

Gambar 8 Skor Asertivitas pada Peserta 4....................................................................140

Gambar 9 Skor Asertivitas pada Peserta 5....................................................................142

Gambar 10 Grafik Skor Asertivitas Kelompok Eksperimen.........................................146

Gambar 11 Grafik Perbedaan Mean Skor Asertivitas...................................................146

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Detail Rancangan Pelatihan.....................................................................159

Lampiran B Skala Untuk Try Out dan Penelitian........................................................163

Lampiran C Penjelasan Pelatihan................................................................................173

Lampiran D Lembar Evaluasi Proses..........................................................................176

Lampiran E Modul Pelatihan Berpikir Positif.............................................................179

Lampiran F Tabulasi Try Out, Tabulasi Pretest, Tabulasi Posttest,

Kategorisasi Tingkat Asertivitas..............................................................200

Lampiran G Uji Reliabilitas, Uji Hipotesis.................................................................208

Lampiran H Dokumentasi...........................................................................................212

Lampiran I Surat-surat...............................................................................................214

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman globalisasi sekarang ini, semua kebudayaan asing dapat masuk

ke dalam negara kita, yang secara otomatis akan membawa pengaruh signifikan

dalam berbagai bidang kehidupan. Lingkungan menjadi semakin selektif, hal ini

diikuti dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

menuntut adanya usaha untuk menjadikan kualitas hidup selalu lebih baik dari

sebelumnya. Hidup ini memberi tantangan berupa permasalahan dan kesulitan.

Kesulitan hidup ini bisa dialami oleh siapa saja, termasuk remaja sebagai salah

satu tahap dalam perkembangan manusia. Remaja yang dihadapkan pada kesulitan

akan mudah menjadi putus asa apabila dia tidak memiliki tujuan hidup, harapan,

dan hal-hal berharga yang ingin dicapai. Bagi remaja yang mampu beradaptasi

dan menunjukkan kemampuannya dengan baik akan tetap eksis di lingkungannya,

sedangkan remaja yang tidak mampu untuk beradaptasi dan menunjukkan

kemampuannya maka remaja tersebut bisa jadi akan merasa rendah diri atau

merasa tidak berarti.

Permasalahan pada remaja bisa muncul sejalan dengan pergantian status

dari anak menjadi remaja. Ali & Asrori (2004) mengatakan bahwa remaja

sebenarnya tidak mempunyai kedudukan yang jelas. Remaja sudah tidak termasuk

dalam golongan anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk

ke dalam golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang

1

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dewasa. Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui agar

dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik menuju kedewasaan. Menurut

Havigrust (dalam Panuju & Umami, 1999) tugas perkembangan masa remaja

difokuskan pada upaya untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku

sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam lingkungannya karena hal

ini merupakan pondasi supaya remaja dapat hidup bermasyarakat. Oleh karena itu,

jika remaja berhasil melalui tugas perkembangan ini akan menimbulkan fase

bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya,

tetapi jika gagal melalui tugas perkembangan ini maka akan menimbulkan rasa

tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Selanjutnya, menurut Panuju & Umami (1999) terdapat hubungan yang

cukup erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas perkembangan yang

harus dilalui oleh remaja dalam kehidupannya. Keluarga sebagai lingkungan

sosial yang terkecil tentu sangat berperan bagi remaja dalam menghadapi tugas

perkembangannya. Remaja memerlukan dukungan dan pengarahan dari keluarga

untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya karena keluarga

mempunyai peranan yang penting dalam penanaman nilai dan norma bagi seorang

anak yang menuju masa remaja. Rasa aman yang didapat dari keluarga pada awal

pertumbuhan dan perkembangan remaja akan mendorong remaja untuk

melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya sehingga remaja dapat

mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan

bahwa keutuhan sebuah keluarga dan terpenuhinya kualitas interkasi antar

anggotanya merupakan hal yang diperlukan oleh seorang remaja agar dapat

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tumbuh menjadi seseorang dengan keyakinan bahwa remaja dapat meraih tujuan

hidupnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap remaja dilindungi dalam satu

keutuhan keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan emosional dan fisik secara

optimal. Ada kondisi tertentu yang menyebabkan seorang remaja berada di

lembaga yang bernama panti asuhan. Panti asuhan diartikan sebagai rumah,

tempat atau kediaman yang digunakan untuk memelihara atau mengasuh anak

yatim, piatu dan yatim piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Panti asuhan

sebagai lembaga yang menangani anak-anak terlantar berusaha memenuhi

kebutuhan anak asuhnya baik dari segi fisik maupun psikis. Panti asuhan tidak

hanya sebagai tempat penitipan, tetapi juga menjadi sarana pematangan mental

agar kelak setelah keluar dari panti asuhan, anak-anak yang dulunya tinggal di

panti asuhan mampu berdiri sendiri. Panti asuhan berperan sebagai pengganti

keluarga dalam memenuhi kebutuhan remaja dalam menjalani proses

perkembangannya.

Sebuah laporan yang diluncurkan oleh Departemen Sosial Republik

Indonesia (Depsos) pada Juni 2008 menyebutkan bahwa jumlah panti asuhan di

seluruh Indonesia diperkirakan antara 5.000-8.000 yang mengasuh sampai dengan

setengah juta anak ini kemungkinan merupakan jumlah panti asuhan terbesar di

seluruh dunia. Pemerintah Indonesia hanya memiliki dan menyelenggarakan

sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan

oleh masyarakat, seperti yayasan sosial dan organisasi keagamaan. Depsos sendiri

hanya memiliki tiga panti asuhan di seluruh Indonesia dan Pemerintah Daerah

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

(Pemda) hanya menaungi 35 panti asuhan di seluruh Indonesia. Jumlah panti

asuhan yang berada di Provinsi Jawa Tengah mencapai 440 panti asuhan,

diantaranya 28 panti asuhan milik Pemerintah dan 412 panti asuhan dikelola oleh

pihak swasta, sedangkan jumlah panti asuhan yang berada di Kabupaten

Sukoharjo mencapai delapan panti asuhan, satu panti asuhan milik pemerintah dan

tujuh panti asuhan yang dikelola oleh pihak swasta.

Pihak swasta yang ikut mengelola panti asuhan di Kabupaten Sukoharjo

antara lain Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Grogol, Panti Asuhan Yatim

Muhammadiyah Bekonang, Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Polokarto, Panti

Asuhan Mardhatilah Putra dan Putri, Yayasan Adh-Dhuha yaitu Panti Asuhan

Adh-Dhuha, dan Yayasan Danar Hadi yaitu Panti Asuhan Al Muttaqin. Penulis

memilih untuk mengadakan penelitian di Panti Asuhan Mardhatilah Kartasura

karena sesuai dengan tujuan pendirian panti asuhan ini yaitu memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar agar dapat memenuhi

kebutuhan baik fisik, mental maupun sosial (dalam buku profil pendirian Panti

Asuhan Mardhatilah Kartasura, Sukoharjo).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memberikan potret mendalam

tentang situasi anak-anak dan pengasuhan yang didapatkan di panti asuhan. Salah

satunya adalah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa faktor perbedaan rasio

anak dengan pengasuh, stabilitas dan kontinuitas interaksi pengasuh dengan anak

serta tingkat demokratisasi pola asuh ternyata hanya memberikan sumbangan

0,23% untuk perkembangan tingkat kompetensi interpersonal anak-anak panti

asuhan di daerah Yogyakarta (Mulyati, 1997). Penelitian ini menyebutkan bahwa

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

banyak faktor lain yang dimungkinkan lebih berpengaruh terhadap perkembangan

tingkat kompetensi interpersonal anak, antara lain kondisi pengasuh, kesempatan

berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa lain selain pengasuh dan

karakteristik individual anak.

Selanjutnya, penelitian yang pernah dilakukan pada remaja panti asuhan

Islam yang ada di daerah Yogyakarta (Lukman, 2000) didapatkan hasil penelitian

bahwa 97,6% remaja panti asuhan cenderung kurang mampu menunjukkan sikap

mandiri, 95,2% remaja panti asuhan mengalami kesulitan dalam menunjukkan

kompetensi interpersonal, dan 98,8% remaja panti asuhan menunjukkan konsep

diri yang kurang.

Penelitian lain yang telah dilakukan pada beberapa panti asuhan di daerah

Jawa Timur (Hartini, 2001) mengenai deskripsi kebutuhan psikologis pada anak

panti asuhan didapatkan hasil penelitian bahwa 76% anak-anak panti asuhan

cenderung kurang mampu untuk berhubungan dengan orang lain, 77% anak-anak

panti asuhan masih merasa bahwa di lingkungan panti asuhan tempat tinggalnya

kurang memberi motivasi untuk berprestasi, 56% anak-anak panti asuhan merasa

masih belum dapat diterima apa adanya dan dibiarkan berkembang sesuai

potensinya sendiri, 57% anak-anak panti asuhan merasa belum menemukan orang

yang tepat untuk dijadikan sebagai panutan dan dijadikan teman untuk menjalin

suatu komunikasi yang baik, 52% anak-anak panti asuhan cenderung

menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya karena merasa adanya aturan

dan tata cara yang terlalu kaku, dan 56% anak-anak putri panti asuhan masih

sangat tergantung dan kurang mempunyai motivasi untuk mandiri. Hal ini

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

menunjukkan bahwa kehidupan panti asuhan tersebut terlalu kaku dan kurang

memperhatikan pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial para penghuninya.

Selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan di Panti Asuhan Yatim Piatu

Darul Hadlonah Kudus menyebutkan hasil bahwa sebanyak 12,5% anak panti

asuhan memiliki tingkat asertivitas yang sangat baik, sebanyak 12,5% anak panti

asuhan memiliki tingkat asertivitas yang baik, sebanyak 25% anak panti asuhan

memiliki tingkat asertivitas yang cukup, sebanyak 32,5% anak panti asuhan

memiliki tingkat asertivitas yang kurang, dan sebanyak 17,5% anak panti asuhan

memiliki tingkat asertivitas yang sangat kurang (Masriah, 2006).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut menitikberatkan pada

masalah-masalah psikologis yang sering dialami oleh remaja yang tinggal di panti

asuhan, diantaranya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 95,2% remaja panti

asuhan Islam di Yogyakarta mengalami kesulitan dalam menunjukkan kompetensi

interpersonal, hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 76% anak-anak panti

asuhan di Jawa Timur cenderung kurang mampu untuk berhubungan dengan

orang lain, dan sebanyak 75% anak panti asuhan di Kudus memiliki tingkat

asertivitas yang kurang. Dilihat dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami kesulitan dalam berhubungan

dengan orang lain yaitu dalam kompetensi interpersonalnya, termasuk dalam

asertivitas. Kompetensi interpersonal memiliki lima aspek yaitu inisiatif,

keterbukaan, asertivitas, dukungan emosional, dan kemampuan mengatasi konflik

(Buhrmester dkk, 1988). Salah satu aspek dari kompetensi interpersonal yang

menjadi fokus penelitian kali ini adalah asertivitas.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Kamus Webster Third International (dalam Fensterheim & Baer,

1980), kata kerja assert berarti menyatakan atau bersikap positif, yakni berterus

terang atau tegas. Lalu menurut Lange & Jakubowski (dalam Calhoun &

Acocella, 1990) asertif atau bersikap tegas artinya menuntut hak pribadi dan

menyatakan pikiran, perasaan, dan keyakinan dengan cara langsung, jujur dan

tepat. Alberti & Emmons (dalam Rakos, 1991) secara detail menyebutkan bahwa

perilaku asertif merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang untuk

bertindak sesuai dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas,

mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, ataupun menggunakan hak-

hak pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain.

Perilaku asertif menurut Rimm & Masters (dalam Rakos, 1991) adalah

perilaku interpersonal berupa pernyataan pikiran dan perasaan yang bersifat jujur

dan relatif langsung serta tepat secara sosial artinya tidak menganggu

kesejahteraan orang lain. Selanjutnya menurut Gunarsa (2004), perilaku asertif

adalah perilaku interpersonal yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan

pikiran dan perasaan. Perilaku asertif ini ditandai oleh adanya kesesuaian sosial

dan mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Perilaku asertif ini

dapat ditunjukkan dengan mengkomunikasikan keinginan, perasaan dan

pemikirannya kepada orang lain dengan cara langsung dan jujur tanpa bermaksud

menyakiti siapapun. Pada umumnya, orang yang asertif dalam kehidapannya

sehari-hari mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik sehingga mampu

menentukan pilihan keinginan dan tujuan hidupnya tanpa harus dipengaruhi oleh

orang lain.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Remaja panti asuhan yang memiliki tingkat asertivitas rendah maka remaja

panti asuhan tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan

berkomunikasi dengan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar

lingkungan panti asuhan. Sebaliknya, apabila remaja panti asuhan memiliki

tingkat asertivitas yang tinggi maka remaja panti asuhan dapat melakukan

penyesuaian diri dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain sehingga

membantu dalam kehidupannya nanti setelah keluar dari panti asuhan. Remaja

panti asuhan dengan asertivitas tinggi diharapkan mampu membela dirinya sendiri

maupun orang lain ketika diperlakukan tidak adil, mampu memberikan tanggapan

terhadap masalah yang dihadapi yang dapat mempengaruhi hidupnya, serta

mampu menyatakan keinginannya secara tegas terhadap orang lain.

Selanjutnya, menurut Covey (dalam Gunarsa, 2004), latihan untuk

bersikap asertif bermanfaat untuk digunakan dalam menghadapi orang yang tidak

dapat mengekspresikan kemarahan atau perasaan yang tersinggung, mengalami

kesulitan untuk mengatakan ”tidak”, terlalu sopan berlebihan dan membiarkan

orang lain mengambil keuntungan dari keadaannya, mengalami kesulitan untuk

mengekspresikan perasaan dan respon-respon positif lainnya, dan merasa tidak

memiliki hak untuk mengekspresikan pikiran, kepercayaan, dan perasaannya.

Menurut Rich dan Schroeder (dalam Rakos, 1991), perilaku asertif

merupakan suatu bentuk perilaku atau keterampilan yang dapat dipelajari (learned

skill) yang dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi seseorang dengan

lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rathus dan Nevid (dalam Widjaja

dan Wulan, 1998) yang menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan pola-pola

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yang dapat dipelajari dari lingkungan sebagai reaksi terhadap situasi sosial dalam

kehidupannya. Selanjutya, berkembangnya perilaku asertif ini dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang dialami individu dalam lingkungan dan sepanjang hidupnya.

Tingkah laku ini diduga berkembang sejak anak melakukan interaksi dengan

orang tua dan orang-orang dewasa lain di sekitarnya.

Sesuai dengan pendapat Rich dan Schroeder (dalam Rakos, 1991) bahwa

perilaku asertif merupakan suatu bentuk perilaku yang dapat dipelajari dan

dipengaruhi oleh lingkungan serta interaksi antara orang dengan lingkungannya,

maka untuk membentuk suatu perilaku asertif diperlukan suatu latihan. Latihan

untuk meningkatkan perilaku asertif ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu

pengkondisian dan pemilihan perilaku yang tepat, mempersiapkan diri untuk

bersikap asertif, berpikir positif, dan pemahaman seseorang tentang hak-hak dasar

yang dimiliki (Bishop, 2007).

Pada tahap pengkondisian dan pemilihan perilaku yang tepat, seseorang

dihadapkan pada situasi yang memungkinkan untuk memilih bersikap pasif,

agresif atau asertif di mana sikap pasif dan agresif datang secara alami sedangkan

sikap asertif memerlukan suatu proses kognitif. Pada tahap mempersiapkan diri

untuk bersikap asertif, seseorang yang telah memilih untuk bersikap asertif

melakukan latihan keterampilan untuk bersikap asertif. Pada tahap berpikir positif,

inti dari latihan bersikap asertif ini adalah berpikir positif karena seseorang yang

berpikir positif akan memiliki sebuah citra diri yang positif, menggunakan bahasa

yang positif, mencari hasil positif untuk interaksi, bekerja sama dengan orang lain

untuk memberikan solusi positif dalam suatu masalah sehingga dimenangkan oleh

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kedua belah pihak (win win solution), menghormati pendapat orang lain secara

positif sehingga membuat seseorang menjadi lebih asertif dalam mengemukakan

pendapat, pikiran, dan perasaan secara jujur, langsung, dan terbuka. Pada tahap

terakhir yaitu pemahaman seseorang tentang hak-hak dasar yang dimiliki, di sini

yang harus disadari bahwa apa yang menjadi hak pribadi sendiri juga dimiliki oleh

pribadi orang lain maka perlu ditekankan untuk saling menghormati kebutuhan,

pendapat dan perasaan masing-masing.

Latihan untuk meningkatkan perilaku asertif di atas merupakan suatu

langkah yang dapat dilakukan secara bertahap tetapi disebutkan pula bahwa tahap

berpikir positif merupakan inti dalam latihan tersebut maka Penulis mencoba

untuk memfokuskan pada tahap berpikir positif karena berpikir positif merupakan

suatu proses kognitif yang dapat dipelajari oleh semua orang, langkah yang

mudah dilakukan dan menghasilkan manfaat yang luar biasa. Berpikir positif

dapat membuat seseorang selalu dalam keadaan positif karena selalu positif dalam

memandang kehidupan yang dijalani selama ini.

Telah disebutkan pula bahwa diperlukan suatu proses kognitif untuk

bersikap asertif. Selanjutnya, proses kognitif yang sesuai dengan konsep dasar

psikologi kognitif, menekankan pada aktivitas pikiran seseorang, proses yang

terjadi dalam pikiran ini meliputi bagaimana seseorang memperoleh informasi,

bagaimana informasi itu kemudian direpresentasikan dan ditransformasikan

sebagai pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu disimpan di dalam ingatan

kemudian dimunculkan kembali, bagaimana pengetahuan itu digunakan seseorang

untuk mengarahkan sikap-sikap dan perilaku-perilakunya (Matlin, dkk dalam

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Suharnan, 2005). Proses kognitif yang menjadi inti dalam latihan bersikap asertif

ini adalah cara berpikir positif. Di sini, Penulis mencoba untuk menanamkan cara

berpikir yang positif pada remaja panti asuhan agar dapat mengelola pemikiran

dan pandangannya ke arah yang positif sehingga lebih mampu mengungkapkan

pikiran dan perasaannya karena pikiran ikut menentukan sikap yang akan diambil

dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.

Menurut Peale (2006) dalam bukunya Berpikir Positif Untuk Remaja

mendefinisikan berpikir positif sebagai cara berpikir dinamis yang menyeluruh.

Pemikiran-pemikiran dinamis ini mengubah seseorang dengan perasaan yang

dikelilingi ketidakberdayaan menjadi manusia yang penuh kekuatan. Perubahan

yang terjadi dari kondisi yang hampir mutlak kalah menjadi pribadi yang penuh

percaya diri dan bisa memberi inspirasi hanya dengan proses sederhana yakni

dengan pengkondisian pemikiran. Selanjutnya, Seligman (2008) melaporkan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian berpikir positif efektif untuk

mengubah sikap pesimis menjadi optimis dan dapat mengurangi simtom depresi.

Menurutnya, sikap pesimis disebabkan karena adanya keyakinan negatif terhadap

dirinya yang berdasar pada cara berpikir yang salah. Dengan jalan mengubah cara

berpikir yang negatif menjadi positif maka individu yang semula mempunyai

sikap pesimis akan menjadi optimis dan menjadi lebih yakin pada dirinya sendiri

sehingga lebih mampu dan berani dalam mengekspresikan apa yang dimilikinya,

dengan kata lain menjadi lebih asertif.

Asmani (2009) menyebutkan bahwa berpikir positif merupakan cara

berpikir yang berangkat dari hal-hal baik yang mampu menyulut semangat

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Berpikir positif telah menjadi

sebuah sistem berpikir yang mengarahkan dan membimbing seseorang untuk

meninggalkan hal-hal negatif yang dapat melemahkan semangat perubahan dalam

jiwanya. Sementara menurut Elfiky (2009), berpikir positif adalah sumber

kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sebagai sumber kekuatan karena berpikir

positif dapat membantu manusia memikirkan solusi sampai mendapatkannya

dengan begitu manusia akan bertambah mahir, percaya, dan kuat dan disebut

sebagai sumber kebebasan karena dengan berpikir positif manusia dapat terbebas

dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik.

Kekuatan berpikir positif inilah yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku

asertif seseorang sehingga lebih mampu dan berani dalam mengemukakan

pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki.

Selanjutnya, cara berpikir positif ini dapat dipelajari melalui pelatihan

berpikir positif. Menurut Ellis (dalam Seligman, 2008), pelatihan berpikir positif

merupakan salah satu dari terapi kognitif yang bertujuan untuk mengenali pola

pikir yang negatif dan memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif dengan

latihan-latihan, dan menggunakan pola pikir baru untuk menghadapi peristiwa

kehidupan yang akan datang. Teknik-teknik pelatihan berpikir positif

menggunakan Model A-B-C yang dikembangkan oleh Ellis sesuai dengan tahap

pengelolaan pikiran dalam terapi rasional-emotif (dalam Seligman, 2008). A

(Adversity) adalah peristiwa yang tidak mengenakkan atau kesulitan yang

dihadapi, B (Belief) adalah keyakinan yang muncul mengenai peristiwa yang

terjadi, dan C (Consequences) adalah konsekuensi dari peristiwa yang terjadi.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Dengan mengikuti pelatihan berpikir positif ini, remaja panti asuhan

diharapkan mampu menggunakan cara berpikir positif dalam kehidupannya

sehari-hari karena melalui berpikir positif, remaja panti asuhan akan dapat

menjadi pribadi yang percaya diri, tidak mudah putus asa, berani dalam bertindak,

dan dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup. Saat remaja panti asuhan tidak

dapat mengkomunikasikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya karena kurang

mampu berpikir positif, maka tantangan kehidupan yang diterima akan disikapi

secara negatif. Tentu saja semua ini akan membuat remaja panti asuhan berada

dalam kondisi gelisah, marah, dan stres. Kondisi ini akan merugikan

perkembangan diri remaja panti asuhan dalam melalui tugas perkembangan dan

tidak dapat mengekspresikan potensi yang dimilikinya.

Pikiran positif perlu dipelajari dan dilatih secara serius agar remaja panti

asuhan mampu menjadikannya sebagai pandangan hidup. Jika remaja panti

asuhan mampu berpikir positif secara konsisten, maka remaja panti asuhan pun

mempunyai kesempatan lebih besar untuk menjadi pribadi yang tegar dan percaya

diri dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya. Melalui pikiran positif,

semua kekuatan diri remaja panti asuhan akan bekerja secara otomatis sehingga

menjadi berhasil dalam meraih apa yang dicita-citakan. Kesadaran remaja panti

asuhan untuk mau berpikir positif terhadap setiap momen dalam hidupnya akan

memberikan energi positif dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dengan berpikir

positif diharapkan remaja panti asuhan menjadi pribadi yang mampu bersikap

asertif terhadap semua aspek kehidupan yang mengelilingi hidupnya.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Berdasarkan uraian di atas, melihat pentingnya cara berpikir positif untuk

membantu masalah psikologis yang dialami oleh remaja panti asuhan yakni

kemampuan remaja panti asuhan untuk bersikap asertif, maka Penulis akan

memberikan pelatihan berpikir positif kepada remaja yang tinggal di salah satu

panti asuhan Islam di daerah Sukoharjo yaitu di Panti Asuhan Mardhotilah

Kartasura, Sukoharjo. Penulis akan mengadakan penelitian untuk penulisan

skripsi dengan judul Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif terhadap Tingkat

Asertivitas Remaja Panti Asuhan. Penulis berharap remaja panti asuhan tidak

membuat langkah mundur, melupakan harapan-harapan, dan pada akhirnya

menyebabkan remaja panti asuhan tidak dapat mencapai tujuan hidupnya.

Peningkatan berpikir positif diharapkan dapat membantu remaja panti asuhan

menjadi lebih asertif dalam mengekspresikan dan mengkomunikasikan apa yang

diinginkannya sehingga remaja panti asuhan pun dapat berkomunikasi secara

efektif dengan orang lain dan tercipta hubungan yang harmonis dengan

lingkungan sekitarnya. Dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya,

remaja panti asuhan tidak akan dikendalikan oleh orang lain, efektif dalam

berinteraksi, lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki

rasa puas dalam hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah yang ada dalam penelitian ini adalah "Apakah ada pengaruh pelatihan

berpikir positif terhadap peningkatan asertivitas remaja panti asuhan?"

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pelatihan berpikir positif terhadap peningkatan asertivitas remaja panti asuhan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis yang dapat diperoleh apabila penelitian yang dilakukan

oleh Penulis ini terbukti adalah melanjutkan dan mengembangkan penelitian

sebelumnya mengenai modul pelatihan berpikir positif.

Manfaat praktis yang dapat diambil apabila penelitian ini terbukti adalah

sebagai upaya meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan melalui pelatihan

berpikir positif.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asertivitas

1. Pengertian Asertivitas

Asertivitas merupakan salah satu kompetensi interpersonal yang

dibutuhkan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa

pengertian asertivitas telah diuraikan oleh para ahli. Menurut Kamus Webster

Third International (dalam Fensterheim & Baer, 1980), asertivitas berasal dari

kata kerja assert yang berarti menyatakan secara sadar atau bersikap positif

yakni berterus terang atau tegas. Selanjutnya, Fensterheim & Baer (1980)

menyatakan bahwa apabila seseorang mampu bersikap asertif maka akan

timbul suatu perasaan yang menggairahkan karena adanya hubungan pribadi

yang lebih dekat dan mendalam. Menurut Calhoun & Acocella (1990),

asertivitas adalah kemampuan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu

yang diinginkan atau menolak melakukan hal yang tidak diinginkan.

Menurut Johnson (1993), perilaku asertif merupakan perilaku yang

berupa menguraikan perasaan, pemikiran, pendapat dan pilihan secara

langsung kepada orang lain dengan cara yang sesuai dan jujur dengan tetap

menghormati diri sendiri dan orang lain. Perilaku yang asertif adalah langsung,

jujur, menghargai diri, pernyataan diri yang tidak merugikan orang lain dan

sesuai dengan penerima dan situasi. Selanjutnya, Breakwell (1998)

mendefinisikan sikap asertif adalah menandaskan hak-hak atau opini-opini diri

16

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sendiri. Ini melibatkan usaha menuntut pengakuan dari orang lain sehingga

dalam batas hukum, seseorang mempunyai hak untuk memutuskan bagaimana

dirinya berpikir, merasa dan bertindak. Hal senada diungkapkan oleh Eggert

(1999), asertivitas adalah menegakkan integritas dan martabat diri sendiri

sementara pada saat yang sama tetap mendorong dan mengakui perilaku ini

pada orang lain.

Dari berbagai pengertian mengenai asertivitas, maka dapat diketahui

bahwa asertivitas adalah kemampuan mengekspresikan perasaan, pemikiran,

pendapat, dan pilihan secara langsung kepada orang lain dengan cara yang

sesuai dan jujur dengan tetap menghormati diri sendiri dan orang lain sehingga

dapat tercipta hubungan interpersonal yang harmonis dan efektif. Pengertian ini

sesuai dengan pengertian yang diungkapkan oleh Johnson (1993) karena

menurut Penulis, pengertian ini telah mencakup dari keseluruhan pengertian

asertivitas yang dikemukakan oleh para ahli lain.

2. Proses Asertivitas

Asertivitas merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari, oleh

karena itu terjadi suatu proses dalam diri seseorang untuk menjadi asertif.

Proses yang terjadi dalam seseorang yang asertif menurut Covey & Laurence

(dalam Townend, 2007) adalah integrasi dari keempat energi atau kecerdasan

yaitu fisik, intelektual, emosional, dan kesadaran spiritual.

Integrasi dari keempat energi atau kecerdasan fisik, intelektual,

emosional, dan kesadaran spiritual inilah yang merupakan suatu proses yang

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terjadi dalam diri seseorang yang asertif. Pada kecerdasan fisik (physical

quotient) dalam diri seseorang terdiri dari tubuh, alat indera, fungsi tubuh,

memori masa lalu, perilaku dan aktivitas. Pada kecerdasan intelektual

(intellectual quotient) terdiri dari pikiran, kepercayaan atau keyakinan diri,

memori masa lalu atau ingatan, self-talk, suara, imajinasi, dan cara berpikir.

Pada kecerdasan emosional (emotional quotient) terdiri dari hati, kesadaran

diri, kesadaran akan orang lain, kerentanan, kekuatan, rasa iba atau belas

kasihan, pengampunan, dan perasaan. Pada kecerdasan spiritual (spiritual

quotient) terdiri dari semangat, hubungan, nilai, makna dan tujuan, kontribusi,

integritas, intuisi, warisan, refleksi, meditasi, dan being. Keempat energi atau

kecerdasan ini berintegrasi atau saling menyatu dalam diri seseorang yang

asertif.

Ketika keempat kecerdasan ini saling menyatu atau berintegrasi maka

muncullah asertivitas dalam diri seseorang karena sesuai dengan pengertian

menurut Covey & Laurence (dalam Townend, 2007) bahwa asertivitas adalah

integrasi dari keempat kecerdasan yaitu kecerdasan fisik, intektual, emosional,

dan kesadaran spiritual. Integrasi keempat kecerdasan tersebut dapat dilihat

ketika seseorang memiliki kecerdasan intelektual (intellectual quotient) yang

efektif yaitu ketika semua hal yang meliputi kecerdasan intelektual seperti

pikiran, kepercayaan atau keyakinan diri, memori masa lalu atau ingatan, self-

talk, suara, imajinasi, dan cara berpikir dapat bekerja secara optimal sehingga

dapat diandalkan secara intelektual lalu ketika seseorang memiliki kecerdasan

emosional (emotional quotient) yang dinamis yaitu ketika hati, kesadaran diri,

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kesadaran akan orang lain, kerentanan, kekuatan, rasa iba atau belas kasihan,

pengampunan, dan perasaan dapat berkoordinasi dengan baik sehingga dapat

mengendalikan emosi dengan baik dan dapat menyesuaikan diri di berbagai

situasi yang berbeda lalu ketika seseorang memiliki kecerdasan spiritual

(spiritual quotient) yang terarah yaitu ketika semangat, hubungan, nilai, makna

dan tujuan, kontribusi, integritas, intuisi, warisan, refleksi, meditasi, dan being

dapat dikoordinasikan dengan optimal sehingga dapat bersikap arif dan

bijaksana dalam bertindak serta memiliki kehidupan rohani yang mendalam

lalu ketika seseorang memiliki kecerdasan fisik (physical quotient) yang prima

yaitu ketika tubuh, alat indera, fungsi tubuh, memori masa lalu, perilaku dan

aktivitas dapat berfungsi dengan baik sehingga selalu tampil dengan fisik yang

tampak segar dan bugar yang dapat ditunjukkan dengan ekspresi non verbal

sesuai yang dikemukakan oleh Mehrabian (dalam Eggert, 1999) yaitu ekspresi

wajah yang dapat dipercaya, prihatin, tertarik, dan responsif; postur tubuh yang

tegak lurus, santai, dan terbuka; kontak mata yang tinggi; suara yang langsung,

santai, ramah, dan tidak tegang; dan gestur yang terbuka, tidak mengangkat

tangan di atas siku, dan bahu yang paralel atau sejajar maka integrasi dari

keempat kecerdasan ini akan membuat seseorang menjadi asertif.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar 1

Integrasi Empat Kecerdasan dalam Asertivitas (Sumber : Townend, 2007)

Gambar di atas digunakan untuk membantu mengembangkan kesadaran

diri seseorang, mengetahui bahwa di dalam dirinya penuh dengan energi dan

vitalitas. Ini berarti memperhatikan dan melihat bagaimana perasaan seseorang

secara fisik, intelektual, emosional, dan kesadaran spiritual, dan pada saat yang

sama menyadari bahwa orang lain juga terdiri dari fisik, intelektual, emosional,

dan kesadaran spiritual. Seseorang secara sadar atau tidak, potensi kecerdasan

intelektual, emosional, spiritual dan fisik itu ada dalam keseluruhan diri

seseorang sebagai manusia. Kecerdasan intelektual mencakup unsur logis dan

Physical

- Body

- Sensing

- Bodily

functions

- Memories from

past

- Action

- Doing

Spiritual

- Spirit

- Connectedness

- Values

- Meaning and

purpose

- Contribution

- Integrity

- Intuition

- Legacy

- Reflection

- Meditation

- Being

Intellectual /

Mental

- Mind

- Self-beliefs

- Memories from

past

- Self-talk

- Voices

- Imagination

- Thinking

-

Emotional

- Heart

- Self-awareness

- Awareness of

others

- Vulnerability

- Strength

- Compassion

- Forgiveness

- Feeling

Integrasi empat kecerdasan

dalam asertivitas

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

linguistik. Kecerdasan emotional mencakup unsur interpersonal dan

intrapersonal. Kecerdasan spiritual lebih banyak terkait dengan masalah makna

hidup, nilai-nilai dan keutuhan diri. Kecerdasan fisik mencakup keseluruhan

yang ada pada tubuh manusia. Keempat tipe kecerdasan tersebut akan

berfungsi maksimal jika saling berkaitan erat satu sama lain. Keempat

kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan fisik adalah perangkat yang

bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait di dalam diri manusia

sehingga tidak mungkin dipisahkan fungsinya.

3. Aspek Asertivitas

Mengenai aspek perilaku asertif, para ahli banyak memberikan

penjelasan. Lazarus (dalam Rakos, 1991) pertama kali mendefinisikan perilaku

asertif secara spesifik yaitu :

a. Kemampuan untuk berkata “tidak”.

b. Kemampuan untuk meminta apa yang diinginkan atau mampu mengajukan

permintaan.

c. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang positif maupun

negatif.

d. Kemampuan untuk berinisiatif, melanjutkan dan mengakhiri suatu

pembicaraan dengan baik.

Selanjutnya, Galassi & Galassi (dalam Rakos, 1991) menambahkan perilaku

asertif menjadi sembilan kategori yaitu memberi dan menerima pujian,

membuat permintaan, memulai dan melanjutkan percakapan, berpihak kepada

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

hak atau kebenaran, menolak permintaan, menyatakan pendapat pribadi,

mampu menyatakan kejengkelan, mampu menyatakan kemarahan, dan

merasakan hal yang positif.

Fensterheim dan Baer (1980) memberikan definisi aspek perilaku

asertif sebagai berikut :

a. Merasa bebas untuk mengemukakan dirinya sendiri. Seseorang dapat

mengemukakan dirinya melalui kata-kata dan tindakan. Hal ini senada

dengan kriteria orang asertif menurut Eggert (1999) yaitu mampu

mengungkapkan keinginan dan perasaan kepada orang lain. Misalnya,

mengeluarkan pernyataan melalui kata-kata dan tindakan yang dilakukan,

“Inilah diri saya. Inilah yang saya rasakan, saya pikirkan dan saya

inginkan.”

b. Dapat berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan jujur dengan orang

lain dari semua tingkatan, baik dengan orang-orang yang tidak dikenal,

sahabat-sahabat, dan keluarga. Hal ini senada dengan kriteria seseorang

yang asertif menurut Eggert (1999) yaitu mampu berkomunikasi dan

bekerja dengan baik dengan orang-orang di semua tingkatan. Misalnya,

memulai suatu percakapan dengan orang tidak dikenal yang baru saja

ditemuinya, “Hai, perkenalkan nama saya Adhisty.”

c. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup. Misalnya, tetap optimis

untuk menyelesaikan tugas karena yakin akan kesuksesan yang akan

diraihnya.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

d. Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri karena pribadi ini

menyadari bahwa tidak dapat selalu menang maka pribadi ini dapat

menerima keterbatasannya. Misalnya, terus berusaha keras dalam

perlombaan karena kalah ataupun menang tidaklah penting, yang

terpenting adalah terus berusaha dan tetap memiliki harga diri.

Selanjutnya, menurut Johnson (1993) mengemukakan perilaku asertif

meliputi beberapa aspek yaitu :

a. Perilaku seseorang untuk bertindak sesuai dengan minat terbaik yang

dimiliki. Misalnya, meraih cita-cita yang diinginkan seperti menjadi

dokter, psikolog, dan profesi lain yang menjadi minat terbaiknya.

b. Berpihak kepada diri sendiri tanpa ketertarikan yang tidak pantas.

Misalnya, tetap berpegang teguh pada pendapat dimiliki apabila

pendapatnya memang rasional atau masuk akal.

c. Menyatakan perasaan yang jujur dengan nyaman. Misalnya, mengatakan

“tidak” terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.

d. Berlatih meminta hak diri sendiri tanpa menyangkal hak orang lain.

Misalnya, membuat permintaan kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas mengenai aspek asertivitas,

Penulis lebih memilih untuk menggunakan aspek perilaku asertif yang

dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980) yaitu merasa bebas untuk

mengemukakan dirinya sendiri, dapat berkomunikasi secara terbuka, langsung,

dan jujur dengan orang lain dari semua tingkatan, mempunyai pandangan yang

aktif tentang hidup, dan bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Menurut Penulis, aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh Fensterheim &

Baer (1980) telah mencakup aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh ahli

lain yaitu Johnson (1993) dan Lazarus (dalam Rakos, 1991). Misalnya, pada

aspek merasa bebas mengemukakan diri sendiri yang dikemukakan oleh

Fensterheim & Baer (1980) dapat mencakup aspek kemampuan untuk berkata

“tidak”, kemampuan untuk mengungkapkan perasaan baik yang positif maupun

negatif, kemampuan mengajukan permintaan oleh Lazarus (dalam Rakos,

1991) dan aspek menyatakan perasaan yang jujur dengan nyaman oleh Johnson

(1993), lalu kemampuan untuk memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu

percakapan dengan baik oleh Lazarus (dalam Rakos, 1991) dapat dimasukkan

dalam aspek dapat berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan jujur dengan

orang lain yang dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980), lalu aspek

bertindak sesuai dengan minat terbaik yang dimiliki oleh Johnson (1993) dapat

dimasukkan dalam aspek mempunyai pandangan hidup yang aktif yang

dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980), lalu aspek berpihak kepada diri

sendiri tanpa ketertarikan yang tidak pantas dan berlatih meminta hak diri

sendiri tanpa menyangkal hak orang lain oleh Johnson (1993) dapat diwakili

oleh aspek bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri yang

dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980).

4. Manfaat Asertivitas

Asertivitas sebagai suatu perilaku yang memiliki beberapa aspek seperti

yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa banyak manfaat

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

yang diperoleh ketika seseorang mampu bersikap asertif. Sebelum mempelajari

manfaat dari perilaku asertif, perlu diketahui bahwa perilaku asertif ini terbagi

dalam tiga kategori menurut Christoff & Kelly (dalam Gunarsa, 2004), yaitu :

a. Asertif penolakan, perilaku asertif penolakan ini ditandai oleh ucapan

untuk memperhalus seperti menggunakan kata maaf.

b. Asertif pujian, perilaku asertif pujian ini ditandai oleh kemampuan untuk

mengekspresikan perasaan positif seperti menghargai, menyukai,

mencintai, mengagumi, memuji dan bersyukur.

c. Asertif permintaan, perilaku asertif permintaan ini terjadi kalau seseorang

meminta orang lain untuk melakukan suatu kebutuhan atau tujuan

seseorang yang memungkinkan untuk dicapai tanpa tekanan atau paksaan.

Dari uraian ini terlihat bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang

menunjukkan adanya keterampilan untuk dapat menyesuaikan diri dalam

hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang

bersikap asertif akan mampu mengungkapkan penolakan, pujian, serta

permintaan kepada orang lain.

Selanjutnya, beberapa manfaat bersikap asertif telah dikemukakan oleh

para ahli dalam buku karangan Calhoun & Acocella (1990) yaitu bersikap

asertif membuat seseorang merasa lega dan mudah mendapatkan sesuatu yang

diinginkan dan membuat seseorang lebih dihargai oleh orang lain, dengan

bersikap asertif seseorang dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik

sehingga dapat membuat pilihan dan melaksanakannya karena seseorang akan

merasa bebas untuk memilih dan melaksanakan pilihannya serta bertanggung

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

jawab atas tindakannya dan dari perasaan bebas dan bertanggung jawab inilah

akan muncul penghargaan diri, bersikap asertif akan menghasilkan peningkatan

harga diri dan kepercayaan diri. Perilaku asertif juga meningkatkan pengertian

tentang martabat sebagai makhluk manusia.

Eggert (1999) menguraikan beberapa manfaat yang dapat diperoleh

ketika seseorang dapat berperilaku asertif, yaitu :

a. Ketika seseorang berperilaku asertif maka akan meningkatkan integritas

yang dimilikinya karena jujur dengan dirinya sendiri dan dengan orang

lain sehingga dengan kejujuran tersebut, seseorang dapat memperoleh

apa yang diinginkan tanpa kompromi.

b. Menjadi seseorang yang mudah berkomunikasi dengan orang lain.

c. Tidak mudah merasa bersalah ataupun marah karena mengetahui apa

yang menjadi haknya.

d. Memiliki harga diri yang tinggi.

e. Mendapat apa yang diinginkan dan mampu mengungkapkan apa yang

perlu sehingga orang lain tidak mudah mengambil keuntungan dari

dirinya.

f. Dapat memberikan batas pada perilaku diri sendiri dan orang lain.

g. Dapat menikmati pandangan yang realistis tentang apa yang mungkin

dan apa nyang tidak mungkin bagi dirinya.

h. Dapat menikmati keberhasilan yang diperoleh dan menerima kegagalan

yang dialami.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

i. Selalu dapat mengendalikan perilaku diri sendiri dan tidak terdorong

untuk menjadi agresif ataupun dipaksa untuk menjadi tunduk (pasif).

Berdasarkan beberapa uraian manfaat perilaku asertif dari beberapa ahli

di atas, maka dapat diketahui bahwa perilaku asertif memiliki banyak manfaat,

antara lain seseorang akan merasa bebas serta akan mendapatkan kepuasan diri

karena dapat berkomunikasi dengan terbuka sehingga memudahkan orang

tersebut untuk menentukan sesuatu yang dirasa benar, seseorang dapat

membatasi perilaku diri sendiri dan orang lain sehingga dapat memperoleh apa

yang diinginkan dan orang lain tidak mudah mengambil keuntungan dari

dirinya, serta harga diri sesorang akan meningkat dengan bersikap asertif.

5. Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

Asertivitas sebagai perilaku yang dapat dipelajari tentu dipengaruhi

oleh faktor tertentu. Berikut ini merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi asertivitas, antara lain :

a. Kebudayaan (Furnham dalam Rakos, 1991)

Konsep asertivitas dipengaruhi oleh kebudayaan karena bersifat culture

bound (Furnham dalam Rakos, 1991). Di beberapa kebudayaan, asertivitas

adalah hal yang bersifat normatif di Amerika Utara dan di sebagian Eropa

bersifat tidak toleransi. Kerendahan hati, pengabdian, dan toleransi adalah

nilai yang terkandung dalam asertivitas di beberapa kebudayaan lain.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Pola asuh orang tua (Marini & Andriani, 2005)

Perilaku asertif dapat dipelajari secara alami dari lingkungan. Perilaku

asertif merupakan pola-pola yang dipelajari dari lingkungan sebagai reaksi

terhadap situasi sosial dalam kehidupannya.Lingkungan yang dimaksud

disini adalah keluarga sebagai lingkungan sosial pertama bagi anak.

Keluarga memberikan banyak pengalaman bagi anak. Pengalaman tersebut

berupa interaksi dengan orang tua melalui pola asuh yang ada dalam

keluarga yang menentukan pola respons seseorang dalam menghadapi

berbagai masalah setelah ia menjadi dewasa kelak. Pola asuh orang tua

merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua

dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang

akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

c. Proses kognitif (Bishop, 2007)

Perilaku pasif dan agresif datang secara alami dan sering terlihat sebagai

pilihan yang mudah (meskipun jarang yang paling efektif), sedangkan

perilaku asertif membutuhkan suatu proses kognitif. Perilaku asertif ini

dipelajari karena manusia tidak dilahirkan dengan asertivitas. Perilaku

asertivitas ini tergantung pada suasana hati diri sendiri, situasi, orang-

orang yang terlibat dan seterusnya. Seseorang sering menanggapi suatu

situasi pada pilihan pasif atau agresif tanpa pertimbangan mengenai

pilihan asertif yang mengakui kebutuhan, perasaan dan pendapat diri

sendiri dan orang lain.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi

asertivitas diantaraya adalah kebudayaan, pola asuh orang tua, dan proses

kognitif. Asertivitas merupakan perilaku yang dapat dipelajari karena manusia

sebenarnya tidak dilahirkan dengan asertivitas sehingga faktor dari luar sangat

mendukung terbentuknya asertivitas dalam diri manusia. Faktor lain yang juga

mempengaruhi asertivitas adalah usia dan jenis kelamin namun belum banyak

penelitian yang dilakukan (Marini & Andriani, 2005). Sesuai dengan pendapat

Bishop (2007) bahwa perilaku asertif membutuhkan suatu proses kognitif maka

selanjutnya proses kognitif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

latihan berpikir positif untuk meningkatkan perilaku asertif.

B. Pelatihan Berpikir positif

1. Pengertian Pelatihan

Dalam dunia kerja, pelatihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan

oleh perusahaan atau institusi untuk memfasilitasi proses belajar karyawan

untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaannya (Noe dalam Yuwono dkk,

2005). Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

dianggap penting untuk mencapai kinerja yang maksimal. Tujuan pelatihan

adalah agar karyawan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang dilatihkan dalam program pelatihan sehingga dapat diterapkan

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut penjelasan di atas, pelatihan

merupakan suatu proses belajar, lalu apakah yang menjadi perbedaan antara

pelatihan (training) dan pendidikan (education) karena keduanya menyangkut

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

proses belajar. Berikut ini merupakan tabel yang berisi perbedaan antara

pelatihan (training) dengan pendidikan (education) menurut Beebe, Mottet, &

Roach (dalam Yuwono dkk, 2005), yaitu :

Tabel 1 Perbedaan antara Training dan Education Menurut Beebe, Mottet, &

Roach (dalam Yuwono dkk, 2005)

No Training Education

1 Pelatihan adalah suatu proses

pengembangan keterampilan dan

perubahan perilaku

Pendidikan adalah suatu proses

penanaman pengetahuan atau

informasi

2 Mengutamakan proses “doing” atau

melakukan

Megutamakan proses “knowing” atau

mengetahui

3 Mengutamakan pencapaian tingkat

keterampilan tertentu

Mengutamakan pada penguasaan

materi yang dibandingkan dengan

orang lain

4 Mengutamakan closed system

perspective,, suatu sistem yang tertutup

dimana ada kepastian tentang cara yang

benar dan salah yang telah ditentukan

dalam kondisi internal pelatihan

Mengutamakan opened system

perspective, suatu sistem terbuka

sehingga memungkinkan adanya

pengaruh luar yang menentukan

kebenaran atau kesalahan misalnya

faktor kreativitas

5 Materi pelatihan terkait dengan tugas

atau pekerjaan

Materi pendidikan lebih luas dan tidak

terkait langsung dengan pekerjaan

6 Mengutamakan comprehensive listing

atau langkah-langkah yang diatur secara

jelas untuk mencapai tujuan pelatihan

Mengutamakan open-ended approach

atau langkah-langkahnya tidak diatur

secara jelas untuk mencapai tujuan

Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa tujuan pelatihan

menurut Noe (dalam Yuwono dkk, 2005) adalah agar seseorang dapat

menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilaku tertentu yang dilatihkan

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dalam program pelatihan. Pelatihan dan pendidikan keduanya menyangkut

proses belajar, hanya saja ada yang membedakan antara pelatihan dengan

pendidikan diantaranya, pelatihan lebih menekankan pada pengembangan

keterampilan dan perubahan tingkah laku sedangkan pendidikan penanaman

pengetahuan, materi keterampilan terkait dengan tugas atau pekerjaan

sedangkan materi pendidikan lebih luas dan tidak terkait langsung dengan

pekerjaan, pelatihan mengutamakan proses melakukan dan pencapaian tingkat

keterampilan tertentu sedangkan pendidikan mengutmakan proses mengetahui

dan penguasaan materi, pelatihan mengutamakan sistem yang tertutup di mana

ada kepastian tentang cara yang benar dan salah sedangkan pendidikan

mengutamakan sistem terbuka sehingga memungkinkan adanya pengaruh luar

yang menentukan salah dan benar, langakah-langkah dalam pelatihan diatur

dengan jelas sedangkan langkah-langkah dalam pendidikan tidak diatur secara

jelas untuk mencapai tujuan.

Jadi, yang membedakan antara pelatihan dan pendidikan adalah di

dalam pelatihan sangat difokuskan pada suatu materi dan dengan cara tertentu

dengan menggunakan sistem yang tertutup sedangkan dalam pendidikan

materinya lebih luas lagi dan tidak hanya terfokus pada keterampilan saja serta

cara yang digunakan tidak ditentukan secara jelas dengan menggunakan sistem

terbuka.

a. Konsep Pendekatan dalam Pelatihan

Menurut Miner (dalam Munandar, 2006) terdapat lima konsep

pendekatan pelatihan yang efektif, yaitu :

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

1) Motivasi

Pelatihan pada umumnya terjadi jika seseorang memiliki motivasi untuk

belajar atau mengikuti pelatihan. Seseorang mengikuti pelatihan karena

mengharapkan bahwa setelah pelatihan selesai maka orang tersebut akan

memiliki kemampuan seperti yang dilatihkan atau memberi dampak

positif dalam dirinya, Setiap peserta pelatihan yang mengikuti suatu

pelatihan memiliki harapan yang ingin diperoleh setelah mengikuti

pelatihan tersebut. Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan

untuk melakukan suatu tindakan, sehingga suatu pelatihan perlu

dirancang sedemikian rupa agar dapat menimbulkan motivasi bagi

peserta pelatihan untuk mengikuti atau bertahan untuk mengikuti sebuah

pelatihan.

2) Pengukuhan Kembali (Positive Reinforcement )

Berdasarkan teori law of effect Thorndike (dalam Munandar, 2006) maka

perilaku yang dianggap mengarah ke satu hadiah atau memenuhi satu

kebutuhan cenderung untuk dipelajari dan diulangi. Setiap kejadian yang

meningkatkan kemungkinan timbulnya perilaku khusus dianggap

mengukuhkan kembali. Pengukuhan kembali yang positif perlu

diusahakan jika hasil proses pembelajaran menghasilkan perilaku yang

diharapkan. Dalam pelatihan, seorang peserta pelatihan mampu

memecahkan masalah manajerial dengan menggunakan teknik

pemecahan masalah tertentu dengan hasil yang baik, maka perilakunya

perlu dikukuhkan kembali secara positif dengan memberi pujian

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

misalnya atau memberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang

lain.

3) Pengetahuan Tentang Hasil

Dengan memberikan umpan balik kepada peserta pelatihan agar mereka

mengatahui hal-hal apa saja yang telah dikuasainya, yang telah dapat

dilakukan dengan baik, dan yang belum dikuasai. Dengan mengetahui

hasil, peserta pelatihan dapat mengkonsentrasikan pada hal-hal yang

masih harus perlu dipelajari.

4) Praktek Aktif dan Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiental

Learning)

Pembelajaran memerlukan praktek dan pengalaman dengan tugas.

Konsep sentral dari pembelajaran melalui pengalaman adalah bahwa

harus ada praktek yang aktif agar seseorang mengulang-ulang apa yang

harus dipelajari dan dihayati sehingga akhirnya menguasai

pengetahuannya atau keterampilannya.

5) Pemindahan dari Pelatihan (Transfer of Training)

Sering terjadi bahwa apa yang sudah dipelajari dalam program pelatihan

tidak berhasil dibawa dan diterapkan pada dunia nyata, maka dengan kata

lain pemindahan dari pelatihan dinyatakan gagal. Cara untuk mengatasi

hal tersebut adalah harus diupayakan mengadakan unsur-unsur yang

sama antara situasi nyata dengan situasi pelatihan. Diskusi dengan

peserta dapat dilakukan dalam suatu pelatihan untung mengetahui

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

tentang apa saja yang akan dialami jika pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang dipelajari dalam pelatihan diterapkan dalam situasi nyata.

Lima konsep pendekatan dalam pelatihan tersebut memiliki kekuatan

dan kelemahan masing-masing. Kekuatan dari pendekatan motivasi adalah

peserta akan mengikuti pelatihan hingga akhir pelatihan jika memiliki

motivasi tinggi dan terjaga namun jika peserta tidak memiliki motivasi

maka peserta akan sulit untuk bertahan dan menerima pelatihan. Kekuatan

dari pendekatan pengukuhan kembali perilaku yang telah diubah akan

muncul dalam keseharian jika terdapat reinforcement dan perilaku sulit

untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari jika tidak ada

reinforcement. Kekuatan dari pendekatan pengetahuan tentang hasil adalah

peserta akan terus melatih hal-hal yang belum dikuasainya dan

kelemahannya adalah peserta cenderung mengabaikan hal-hal yang telah

dikuasainya. Kekuatan pendekatan pemindahan dari pelatihan adalah peserta

dihadapkan pada situasi yang telah dimanipulasi sehingga mendekati

kondisi nyata sehingga mudah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan

kelemahannya adalah tidak semua program pelatihan berhasil dibawa dan

diterapkan dalam kehidupan nyata. Kekuatan pendekatan praktek aktif

melalui pengalaman (experiental learning) adalah peserta praktek langsung

tentang materi pengalaman sehingga peserta mengalaminya langsung dan

mendapatkan pengalaman yang menginternalisasi.

Pelatihan berpikir positif yang akan dilakukan dalam penelitian ini

merupakan pelatihan dengan pengembangan model kognitif maka konsep

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah experiential learning

karena menurut teori kognitif yang menggambarkan cara seseorang belajar

untuk mengenali dan mendefinisikan masalah serta bereksperimen untuk

menemukan solusinya. Menurut teori ini, jika mereka berhasil menemukan

sendiri solusinya maka hal itu akan lebih lama disimpan dalam memorinya.

Teori kognitif memiliki dasar pemikiran discovery atau do it yourself. Teori

belajar melalui pengalaman (experiential learning) seperti yang

digambarkan Kolb, Rubin, dan Mc Intyre (dalam Yuwono dkk, 2005) terdiri

dari empat siklus tahapan, yaitu pengalaman nyata, observasi dan refleksi

terhadap pengalaman, pembentukan konsep abstrak dan generalisasi yang

menjelaskan tentang pengalaman dan menentukan bagaimana hal itu dapat

diterapkan, dan menguji implikasi konsep data pada situasi yang baru.

b. Experiential learning

Belajar melalui pengalaman (experiential learning) terjadi jika

seseorang melakukan kegiatan, melihat kembali lalu melakukan analisis dari

informasi yang bermanfaat, dan menempatkan hasil belajar melalui

perubahan perilaku. Proses ini dialami secara spontan dalam kehidupan

sehari-hari. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan perilaku, suatu

hasil dari pengalaman atau masukan, yang merupakan tujuan umum dari

suatu pelatihan. Pelatihan terstruktur akan menghasilkan suatu kerangka

kerja yang dapat difasilitasi seperti gambar di bawah ini :

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 2 Siklus Experiential Learning Pfeiffer & Ballew (UA

Training, 1988)

Belajar melalui pengalaman (experiential learning) menurut Pfeiffer

& Ballew (1988) terdiri dari lima tahapan sesuai dengan gambar siklus di

atas, yaitu :

a) Experiencing, tahap awal dalam pelatihan yaitu menghasilkan

pengalaman terstruktur. Ini adalah langkah yang sering dikaitkan dengan

"permainan" atau hal-hal yang menyenangkan. Jelas, jika proses berhenti

setelah tahap ini, tidak ada kesempatan untuk mempelajari semua yang

tersisa, maka fasilitator belum menyelesaikan tugasnya. Hampir setiap

kegiatan yang melibatkan penilaian diri atau interaksi interpersonal dapat

digunakan sebagai bagian dari pembelajaran pengalaman. Contoh

kegiatan yang terdapat dalam tahap ini adalah membuat produk atau

model, menciptakan objek-objek seni, menulis, bermain peran, transaksi,

pemecahan masalah atau berbagi informasi, memberi dan menerima

umpan balik, keterbukaan diri, fantasi, memilih, berkomunikasi secara

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

verbal atau nonverbal, menganalisis materi kasus, negosiasi atau tawar-

menawar, perencanaan, bersaing atau bekerja sama, dan menghadapi.

b) Publishing, tahap kedua dari siklus ini kira-kira analog dengan

penginputan data, istilah-istilah dalam pengolahan data. Peserta pelatihan

telah mengalami dan mengikuti suatu kegiatan dan sekarang mereka

mungkin siap untuk berbagi tentang apa yang mereka lihat dan atau apa

yang mereka rasakan selama acara tersebut. Langkah ini melibatkan

mencari tahu apa yang terjadi di dalam dan pada individu-individu, pada

kognitif, afektif, dan tingkat perilaku, sementara kegiatan ini terus

berlanjut.

c) Processing, tahap ini dapat dianggap sebagai titik tumpu atau langkah

penting dalam pengalaman belajar. Ini adalah pemeriksaan sistematis

pengalaman umum dimiliki oleh orang yang terlibat yaitu peserta

pelatihan. Ini adalah dinamika kelompok yaitu tahap siklus di mana para

peserta pada dasarnya merekonstruksi pola dan interaksi aktivitas dari

pengumuman laporan individu (individual report). Tahap ini merupakan

bagian dari siklus yang kritis, fasilitator perlu merencanakan dengan hati-

hati bagaimana pengolahan akan dilakukan dan terfokus ke langkah

berikutnya yaitu generalisasi.

d) Generalization, jika belajar adalah untuk mentransfer ke dunia "nyata",

penting bagi para peserta untuk dapat memperkirakan pengalaman dari

pelatihan terstruktur ke dunia luar. Sebuah lompatan kesimpulan harus

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dilakukan pada saat ini dalam pengalaman terstruktur, dari kenyataan di

dalam kegiatan dengan realitas kehidupan sehari-hari.

e) Applying, tahap akhir dari siklus experiential learning adalah tujuan yang

terstruktur dari seluruh pengalaman yang telah dirancang. Pertanyaan

penting di sini adalah "Sekarang apa?" Fasilitator membantu peserta

pelatihan untuk menerapkan generalisasi dengan situasi aktual di mana

diri mereka terlibat.

Berdasarkan uraian mengenai pelatihan di atas, dapat diketahui

bahwa pelatihan melalui beberapa tahapan sesuai Siklus Experiential

Learning menurut Pfeiffer & Ballew (UA Training, 1988) yaitu tahap

experiencing, publishing, processing, generalization, serta applying.

c. Komponen Pelatihan

Komponen-komponen dalam pelatihan dan pengembangan menurut

Mangkunegara (2009) adalah :

1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat

diukur, yang menjadi tujuan dan sasaran dalam pelatihan ini adalah untuk

meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan.

2) Para pelatih (trainers) harus ahlinya yang berkualifikasi memadai dan

profesional, yang menjadi pelatih dalam pelatihan ini adalah mahasiswa

semester akhir dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dicapai, materi pelatihan berpikir positif telah disesuaikan

dengan tujuan untuk meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan.

4) Metode pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tingkat

kemampuan peserta pelatihan, metode dalam pelatihan ini menggunakan

konsep pendekatan experiential learning dengan metode presentasi,

games, role play, diskusi, sharing dan evaluasi, pemutaran video serta

relaksasi.

5) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainee) harus memenuhi

persyaratan yang ditentukan, yang menjadi peserta pelatihan adalah

remaja panti asuhan yang memiliki tingkat asertivitas sedang atau rendah

berdasar hasil screening.

Berdasarkan uraian di atas, maka komponen dalam suatu pelatihan

menurut Mangkunegara (2009) terdiri dari tujuan dan sasaran pelatihan,

pelatih yang profesional, materi pelatihan yang sesuai dengan tujuan,

metode pelatihan yang sesuai dengan keadaan peserta, serta peserta

pelatihan yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.

d. Penyusunan Program Pelatihan

Penyusunan program pelatihan menurut Munandar (2006) terdiri atas

bermacam-macam tahap, yaitu :

1) Identifikasi kebutuhan pelatihan atau study pekerjaan (job study)

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Miner (dalam Munandar, 2006) mengemukakan bahwa terlibat

dalam suatu pembelajaran dapat mengembangkan empat macam

keterampilan, yang pada umumnya dilatihkan, yaitu:

a) Knowledge based skills, yaitu keterampilan yang didasarkan pada

pengetahuan yang dikuasai, keterampilan ini dikembangkan

berdasarkan pengetahuan yang diperlukan, dimiliki untuk dapat

melakukan tugas pekerjaannya dengan baik.

b) Singular behavior skills, yaitu keterampilan perilaku sederhana seperti

datang tepat waktu, menetapkan sasaran dan tujuan sendiri, dan

mencakup perilaku yang dapat dibentuk dan diamati.

c) Limited interpersonal skills, yaitu keterampilan antar pribadi yang

terbatas seperti terlibat dalam aktivitas memberi arahan kepada

karyawan baru, mendelegasikan tanggung jawab dan memberikan

feedback kepada seseorang tentang hasil kerjanya.

d) Social interactive skills, yaitu berlangsung pada taraf manajerial

mencakup memanajemen konflik, menggunakan kekuasaan secara

efektif, negosiasi suatu kontrak, dan sebagainya. Pelatihan berpikir

positif yang akan dilakukan merupakan salah satu bentuk social

interactive skills.

2) Penetapan sasaran pelatihan

Menurut Mager (dalam Munandar, 2006) merumuskan tiga aspek

untuk merumuskan sasaran peserta pelatihan yang baik, yaitu :

a) Ada uraian tentang situasi yang diberikan (given what)

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b) Ada uraian tentang apa yang harus dilakukan (does what)

c) Ada uraian tentang bagaimana baiknya peserta pelatihan (trainee)

melaksanakannya (how well)

Sasaran peserta pelatihan ini selalu menggambarkan suatu

perilaku yang diharapkan ada pada peserta pelatihan (trainee) sesudah

mengikuti suatu program pelatihan. Sasaran khusus dibedakan

berdasarkan jenis perilaku yang hendak ditimbulkan melalui pelatihan,

yaitu :

a) Sasaran kognitif, sasaran yang menggambarkan perilaku kognitif

antara lain mampu mengenal, membedakan, menilai, menganalisis,

dan sebagainya.

b) Sasaran afektif, meliputi perilaku yang berhubungan dengan perasaan

dan sikap, perilaku tentang suatu kesediaan dan kecenderungan.

c) Sasaran psikomotor, meliputi perilaku gerak.

Pelatihan berpikir positif yang akan dilakukan merupakan

pelatihan yang sasaran utamanya adalah aspek kognitif, tetapi tidak

menutup kemungkinan aspek afektif dan psikomotor pun akan ikut

terbangun dalam pelatihan ini karena terdapat langkah-langkah efektif

yang melibatkan perasaan dan praktek bersama.

3) Penetapan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya

Kriteria keberhasilan pelatihan dapat ditetapkan perilaku-perilaku

peserta pelatihan sebagaimana ditampilkan pada akhir program pelatihan

atau dapat pula ditetapkan prestasi kerja peserta pelatihan setelah mereka

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kembali ke pekerjaan mereka masing-masing selama waktu tertentu.

Pelatihan berpikir positif ini akan menggunakan alat ukur berupa skala

asertivitas yang berisi 64 aitem pernyataan, sesuai dengan tujuan

diadakannya pelatihan ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan berpikir

positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan.

4) Penetapan metode pelatihan dan penyajiannya

Bentuk pelatihan dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :

a) Pelatihan pada pekerjaan (on the job trainning)

b) Pelatihan di luar pekerjaan (off the job trainning)

Pelatihan di luar pekerjaan menggunakan pelatihan di kelas. Metode

pelatihan di kelas terdiri atas :

(1) Kuliah, pembicaraan yang diorganisasi secara formal tentang hal-

hal khusus, merupakan suatu ceramah yang disampaikan secara

lisan untuk tujuan pendidikan.

(2) Konperensasi atau diskusi kelompok, pertemuan formal dimana

terjadi diskusi atau konsultasi tentang sesuatu hal yang penting

serta menekankan adanya diskusi kelompok kecil, bahan yang

terorganisasi dan keterlibatan peserta secara aktif.

(3) Study kasus (case study), uraian tertulis atau lisan tentang masalah

dalam perusahaan selama kala waktu tertentu yang nyata atau

hipotesis (namun didasarkan pada kenyataan).

(4) Bermain peran (role playing), mempelajari keterampilan hubungan

antar manusia melalui praktek dan untuk mengembangkan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pemahaman mengenai pengaruh kelakuan mereka sendiri pada

orang lain.

(5) Bimbingan berencana atau instruksi bertahap (programmed

instruction), terdiri atas urutan langkah yang berfungsi sebagai

pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu

kelompok tugas pekerjaan.

(6) Simulasi, suatu jenis alat atau teknik menyalin setepat mungkin

kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan.

Pelatihan berpikir positif ini menggunakan metode presentasi atau

yang disebut metode kuliah (presentasi), bermain peran (role play),

diskusi kelompok, dan simulasi dengan menggunakan worksheet.

5) Pencobaan dan revisi

Setelah kebutuhan pelatihan, sasaran pelatihan ditetapkan, kriteria

keberhasilan dan alat ukurnya dikembangkan, bahan untuk latihan dan

metode latihan disusun dan ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah

mencobakan paket pelatihan yang telah dibuat. Tujuan dari mencobakan

atau try out ini adalah untuk mengidentifikasi kelemahan apa saja yang

masih ada, apakah sasaran pelatihan telah jelas dan tepat dirumuskan,

apakah bahannya telah relevan dan metode pelatihannya sesuai dan dapat

dilaksanakan oleh fasilitator atau trainer. Jika masih terdapat kelemahan,

maka dapat langsung dilakukan revisi atau perbaikan-perbaikan apabila

diperlukan. Dengan demikian, dapat diusahakan efektivitas pelatihan

yang optimal. Sebelum diadakannya pelatihan, Peneliti akan melakukan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

uji coba skala dan modul yang digunakan dalam pelatihan dan jika

hasilnya masih kurang maka dapat segera dilakukan revisi.

6) Implementasi dan evaluasi

Penilaian pelatihan mengacu pada suatu sistem untuk mengukur

apakah peserta pelatihan (trainee) mencapai sasaran pembelajaran dan

efektivitas pelatihan berkaitan dengan tercapai tidaknya sasaran yang

telah direncanakan yang mencakup pembelajaran dan pengalihan

pelatihan (kemampuan mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang dipelajari selama program pelatihan ke dalam kehidupan

sehari-hari). Implementasi dan evaluasi dalam pelatihan ini akan

dilakukan pada setiap akhir sesi pertemuan untuk mengetahui bagaimana

perkembangan peserta pelatihan.

Setelah melihat penjelasan di atas mengenai penyusunan program

pelatihan, maka dapat diketahui tahap-tahap penyusunan program pelatihan

yang baik menurut Munandar (2006) adalah mengidentifikasi kebutuhan

pelatihan, menetapkan sasaran pelatihan, menetapkan kriteria keberhasilan

dengan alat ukurnya, menetapkan metode pelatihan dan penyajiannya,

melakukan percobaan dan revisi, lalu melakukan implementasi dan evaluasi

terhadap pelatihan yang telah dilakukan.

2. Berpikir Positif

a. Pengertian Berpikir Positif

Berpikir positif merupakan salah satu proses kognitif yang dapat

digunakan sebagai latihan untuk meningkatkan perilaku asertif. Teori

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

berpikir positif menurut TRE-Ellis (dalam Corey, 1988) menekankan bahwa

berpikir positif adalah mengenali pola pikir dan memahaminya, mengubah

pola pikir yang negatif menjadi pola pikir yang positif, dan menggunakan

pola pikir positif yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan

yang akan datang. Menurut Abraham (2008), berpikir positif adalah cara

pemikiran yang mengarahkan seseorang pada perilaku untuk memecahkan

masalah. Quilliam (2008) menyebutkan bahwa berpikir positif itu berbuat

lebih dari pemikiran yang dimiliki. Berpikir positif adalah suatu pendekatan

yang positif terhadap keseluruhan hidup. Ini berarti memusatkan hidup

kepada hal-hal yang positif di dalam situasi apapun dan bukan hal yang

negatif, menganggap baik diri sendiri dan bukan secara konstan merasa

rendah diri, menganggap baik orang lain dan berhadapan dengan orang lain

secara positif, dan mengharapkan dunia yang jauh lebih baik dan pemikiran

yang positif itu akan menghasilkannya. Pikiran positif adalah pikiran yang

dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter seseorang

(Sakina, 2009). Selanjutnya, Yuri (2010) mengemukakan bahwa berpikir

positif adalah cara untuk berpikir lebih luas daripada pikiran kita sendiri,

disini berpikir positif meliputi memusatkan perhatian pada hal-hal yang

positif baik tentang diri sendiri juga tentang orang lain dan menghadapinya

secara positif.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, Penulis lebih memilih

pengertian berpikir positif dari Quilliam (2008) karena pengertiannya paling

sesuai dengan teori berpikir positif menurut TRE Ellis, memiliki cakupan

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yang lebih luas, menyeluruh tetapi spesifik yaitu bahwa berpikir positif akan

memudahkan sseorang untuk memecahkan masalah, berpikir positif itu

adalah cara untuk berpikir lebih luas melebihi pikiran diri sendiri karena

dengan berpikir positif maka seseorang akan menganggap baik orang lain

dan berhubungan dengan orang lain dengan positif. Berpikir positif

merupakan keseluruhan hidup yang secara tidak langsung membuat

seseorang merasa tidak rendah diri sehingga dunia yang lebih baik akan

didapat dengan cara berpikir positif.

b. Manfaat Berpikir Positif

Berikut ini adalah beberapa manfaat berpikir positif menurut Asmani

(2009), yaitu :

1) Tidak ada kekecewaan. Orang yang selalu berpikir positif dalam

menghadapi persoalan hidup, tidak akan terpenjara oleh perasaan

kecewa. Orang ini selalu berpikir matang dan dewasa, tidak terbawa

perasaan kalut yang membalutnya dan hanya melihat sisi positifnya.

Orang yang berpikir positif akan menjalani hidup ini dengan tersenyum

indah yang memancarkan sinar kebahagiaan dan kebeningan jiwa.

2) Tidak ada rasa putus asa. Dalam hidup orang yang berpikir positif, segala

sesuatu dilihat tanpa ada rasa putus asa. Ketika orang ini mengalami

kegagalan dan kesusahan, mentalnya tetap tangguh, tidak mundur dan

putus asa dalam melangkah. Walaupun banyak halangan menghadang,

semangat untuk berkarya terus meledak dalam dirinya. Kegagalan bagi

orang yang senantiasa berpikir positif justru semakin menambah

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pengalaman, kematangan, dan kecerdasan. Orang ini yakin sepenuhnya

bahwa dari kegagalan itulah keberhasilan diukir.

3) Tidak ada rasa kebencian. Benci kepada seseorang atau sesuatu akan

membuat orang bertindak tidak fair, tidak objektif, dan dipenuhi rasa

dendam, amarah, dan iri hati. Dengan kebencian, orang tidak akan

mampu melihat kebenaran dan kebaikan yang sesungguhnya. Oleh

karena itu, orang yang selalu berpikir positif akan berusaha

menghilangkan segala bentuk kebencian kepada seseorang yang

mengakibatkan waktu terbuang percuma hanya untuk memikirkan

seseorang yang dibenci.

4) Tidak ada kata mundur. Orang yang berpikir positif tidak akan mundur

dari tujuan atau cita-citanya. Orang ini akan terus melihat ke depan

dengan berbagai peluang yang ada, memanfaatkan semua peluang untuk

mendulang kesuksesan dan akan menciptakan peluang-peluang baru

secara progresif untuk memajukan diri dan masyarakat.

5) Tidak ada kecemasan. Cemas sering kali membuat mental seseorang

serba tidak pasti, deg-degan, dan akhirnya membuatnya tidak berani

tegas dalam melangkah. Orang yang sering dilanda cemas tidak akan

berani melangkahkan kakinya menjemput kesuksesan. Sementara orang

yang berpikir positif akan tegas dalam melangkah, terampil mengatur

ritme, dan professional dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan.

Orang yang berpikir positif akan berusaha menghilangkan perasaan

cemas yang membuatnya bingung, tidak mampu membuat langkah dan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kebijakan, dan memaksanya berputar-putar pada satu titik yang tidak ada

kemajuan.

6) Melatih kreativitas. Kreativitas sangat dibutuhkan setiap saat. Hidup

tanpa kreativitas laksana pohon tanpa buah, tidak dapat dirasakan

manfaatnya dan hanya menjadi beban hidup bagi dirinya dan orang lain.

Kreativitas dapat menjadi penggerak yang menyalakan lampu optimism

dan menciptakan hal-hal baru yang spektakuler, sensasional, dan

fungsional bagi masyarakat banyak. Orang yang berpikir positif dalam

hidup akan terus bergerak dalam situasi apapaun. Orang ini selalu bisa

mencari celah di balik masalah dan kesulitan hidup yang membelitnya.

Orang ini akan tertantang mencari jalan keluar terbaik dalam masalah

yang menghadang.

7) Melatih keberanian. Keberanian adalah melakukan sesuatu yang menurut

anggapan banyak orang sangat berisiko dan mengandung bahaya besar.

Namun dengan kalkulasi yang matang, orang yang pemberani mengambil

langkah tersebut demi memperbaiki masa depannya sendiri dan orang

lain dan mengambil langkah-langkah besar menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan orang-orang yang berpikir positif dalam

menjalani kehidupan.

8) Melatih konsistensi. Orang yang berpikir positif akan melalui tahapan

demi tahapan dalam hidup ini secara konsisten, tidak mudah jenuh dan

frustrasi. Proses yang panjang dilalui dengan penuh kesabaran,

kegigihan, dan kematangan karena kesuksesan membutuhkan konsistensi

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dalam jangka waktu yang lama. Di sinilah letak perbedaan antara orang

yang sukses dan gagal yaitu orang yang mampu berpikir positif dan

tidak.

9) Melatih berpikir visioner. Orang yang berpikir positif akan selalu

berpikir visioner, berpikir jauh ke depan. Orang ini juga akan

menghindari berpikir instan dan pragmatis. Orang yang berpikir positif

akan menganalisis perkembangan mutakhir yang terjadi dan menyiapkan

langkah-langkah strategis bagi pengembangan dirinya.

10) Mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan. Pada dasarnya, tujuan hidup

setiap manusia adalah mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam

menjalani kehidupan ini. Memang, perasaan sedih dan susah merupakan

bumbu kehidupan tetapi kalau terus menerus sedih dan susah akan

membuat hidup ini penuh kesengsaraan. Waktu akan habis percuma

hanya untuk memikirkan hal-hal yang tidak mendukung bagi

pengambangan wawasan, kepribadian dan mental. Inilah yang harus

dihindari sedini mungkin. Orang yang berpikir positif akan

menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang mengarahkannya pada

kesusahan dan kecemasan. Orang ini akan selalu berpikir fresh, solutif,

dan aplikatif. Orang yang berpikir positif tidak ingin menjalani hidup

yang singkat ini dengan kesedihan dan kesusahan yang berlarut-larut.

Dengan positive thinking, orang dapat membangun kehidupan dengan

penuh kebahagiaan dan kenyamanan.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan penjelasan mengenai manfaat berpikir positif menurut

Asmani (2009), dapat diketahui bahwa dengan berpikir positif seseorang

akan dapat menghilangkan rasa putus asa, kekecewaan, kebencian, kata

mundur, kecemasaan, melatih kreativitas, keberanian, konsistensi dan

berpikir visioner atau berpikir jauh ke depan dengan menghindari pemikiran

yang instan atau pragmatis serta selalu menyiapakan strategi untuk

pengembangan dirinya, dan mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan.

Hal ini pula yang diharapkan akan muncul pada remaja panti asuhan yang

mengikuti pelatihan berpikir positif yaitu remaja panti asuhan yang

mengikuti pelatihan berpikir positif akan mampu menerapkan cara berpikir

positif dalam kehidupannya sehari-hari sehingga diharapkan akan

memperoleh manfaat berpikir positif seperti yang disebutkan di atas yaitu

tidak ada rasa putus asa, kekecewaan, kebencian, kata mundur, kecemasaan,

melatih kreativitas, keberanian, konsistensi dan berpikir visioner atau

berpikir jauh ke depan dengan menghindari pemikiran yang instan atau

pragmatis serta selalu menyiapakan strategi untuk pengembangan dirinya,

dan mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan yang akan membuat remaja

panti asuhan semakin asertif dalam menjalani kehidupannya.

c. Langkah Efektif Berpikir Positif

Untuk meningkatkan pendekatan seseorang untuk hidup, maka orang

tersebut harus memastikan setiap aspek perilakunya adalah positif dan jika

diperlukan, mengubah pikiran, keyakinan, dan pandangan terhadap diri

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sendiri menjadi lebih positif. Berikut ini merupakan langkah efektif untuk

berpikir positif menurut Quilliam (2008):

1) Menantang Pikiran yang Dimiliki (Challenging the thoughts)

Yang menjadi kunci keberhasilan nyata dalam berpikir positif adalah

menemukan cara sebanyak mungkin untuk menantang keabsahan pikiran

negatif yang dimiliki dan kemudian menggantinya dengan pikiran-

pikiran yang lebih positif dan lebih realistis.

a) Memikirkan kembali pikiran yang dimiliki (Rethinking the thoughts).

Untuk mengubah pikiran negatif menjadi positif, seseorang harus

menyadari bahwa pikiran negatif adalah distorsi dari realitas. Tidak

ada hal di dunia ini yang selalu buruk, melainkan hanya pikiran

defensif orang tersebut yang membuatnya tampak begitu. Jadi

membiasakan menganalisis pikiran yang dimiliki untuk melihat di

mana orang tersebut telah salah dalam menafsirkan sesuatu dan oleh

karenanya dimana hal negatif telah salah tempat. Menyeimbangkan

pikiran seperti menciptakan pergeseran emosi dan orang tersebut

mulai berpikir secara berbeda dalam jangka panjang sehingga

memiliki efek yang berakar pada pendekatan hidup yang dimiliki.

Misalnya, seseorang melihat buku harian dari pikiran yang dimiliki

dan mungkin melihat bahwa di masa lalu orang tersebut telah

mendistorsi pikiran negatif yang dimiliki.

b) Memeriksa fakta (Checking the facts). Segera setelah menjadi sadar

dari pikiran negatif, maka tantangan pun berlaku. Ini berarti seseorang

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

telah menyadari bahwa pengamatannya itu salah, atau orang tersebut

telah salah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Misalnya,

melakukan konfirmasi penilaian yang dimiliki. Seorang Ayah telah

mendengar desas-desus yang mengganggu tentang tingkah laku

putranya lalu Ayah tersebut menyadari bahwa pikiran negatif itu

mungkin tidak berdasar, maka ia memeriksa fakta-fakta dengan

putranya. Ayah bertanya kepada putranya tentang rumor yang telah

didengar dan putranya memiliki bukti yang membuktikan bahwa

rumor itu salah.

c) Meninjau kembali track record yang dimiliki (Reviewing the track

record). Mungkin dapat diingat suatu saat ketika seseorang

mengharapkan yang terburuk, hanya untuk menemukan hal-hal yang

keluar berubah menjadi yang terbaik. Menyadari hal ini akan

membantu seseorang untuk menantang setiap pikiran negatif yang

dialami sekarang dan akan mengingatkan orang tersebut tentang

kecenderungan untuk berpikir negatif. Mengakui bahwa penilaian

yang dimiliki telah salah sebelumnya dan orang tersebut akan lebih

mudah menerima bahwa mungkin kali ini salah juga.

d) Menjadi realistis (Being realistic). Tentulah wajar untuk ingin menjadi

sempurna, namun bertujuan untuk kesempurnaan pasti akan mengarah

pada perasaan negatif karena dalam pekerjaan, permainan,

persahabatan, atau cinta tidak mungkin terjadi pada waktu yang

bersamaan. Jadi tantanganlah pikiran perfeksionis yang dimiliki dan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

jadilah realistis pada apa yang diharapkan dari diri sendiri dan orang

lain di dunia ini. Jangan berhenti untuk bertujuan tinggi, mencapai

kebaikan, atau mengharapkan yang terbaik dari orang lain, tetapi

berhentilah merasa buruk ketika segala sesuatu gagal mencapai

kesempurnaan dalam berbagai cara.

e) Menjaga hal dalam perspektif (Keeping things in perspective). Ketika

situasi menjadi benar-benar buruk, seseorang dapat menghindari

menjadi kewalahan oleh pikiran negatif. Untuk melakukan ini, orang

tersebut harus berhenti berfokus pada area masalah dan berkonsentrasi

pada area yang baik. Jadi bawalah ke depan unsur dari pikiran yang

baik yang dimiliki. Fokuslah pada sisi positif daripada generalisasi

yang negatif. Periksa tanda-tanda bahwa diri sendiri telah melebih-

lebihkan kesulitan dan ingat bahwa hanya karena salah satu elemen

hidup yang dimiliki berjalan salah, itu tidak berarti bahwa semuanya

akan ikut berjalan salah.

f) Melihat ke sisi terang (Looking on the bright side). Pepatah Cina

untuk “masalah” juga berarti “kesempatan”. Pelajaran yang dapat

diambil di sini adalah untuk menantang pikiran negatif dengan melihat

kesempatan yang ada di dalam masalah. Mungkinkah untuk belajar

pelajaran, mendapatkan motivasi, dengan menghindari masalah?

Melatih diri untuk mencari lapisan perak, bahkan dalam kesulitan

kecil. Apabila diberi umpan balik, misalnya hasil ujian, fokuslah pada

elemen kesuksesan dan bukan pada aspek negatif. Seseorang yang

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

memiliki pikiran negatif akan merasa kecewa dengan hasil ujiannya

yang tidak sesuai dengan harapan tetapi seorang pemikir positif tahu

bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik, berapapun hasilnya.

2) Mengubah Gambaran Cara Berpikir yang dimiliki (Altering the mental

images)

Pikiran dapat dialami sebagai representasi dari cara berpikir yang

dimiliki: gambaran internal, suara, dan kata-kata. Dengan

mengeksplorasi, pergeseran, dan mengembangkan ini, seseorang dapat

mempengaruhi cara berpikir yang dimiliki dan merasa baik tentang diri

dan kehidupannya.

a) Membuat gambaran positif (Making positive pictures). Untuk merasa

lebih positif dalam jangka pendek, cobalah untuk mengubah isi

gambaran cara berpikir yang dimiliki. Misalnya, dengan meletakkan

gambar pantai cerah pada ruangan. Hal-hal yang dibayangkan dalam

pikiran seseorang tidak akan secara otomatis terjadi, tetapi dapat

merubah batin orang tersebut untuk melihat realitas yang akan

membuat merasa lebih baik dan lebih mampu mencapai hasil yang

baik. Memahami bahwa tidak bisa mengubah kenyataan, tetapi dapat

mengubah persepsi dan sehingga mencapai hasil yang positif.

Mengingat bahwa ketika menggunakan visualisasi, seseorang dapat

mengontrol apa yang dilihat.

b) Membuka alam tidak sadar yang dimiliki (Tapping the unconscious).

Visualisasi memungkinkan seseorang melibatkan gambaran cara

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

berpikir untuk memperpanjang menjadi semacam film internal.

Teknik ini berguna jika orang tersebut ingin membuat keputusan,

membayangkan tujuan, atau mengambil langkah pertama untuk

mencapai tujuan. Keluar dari situasi dalam pikiran dapat

meningkatkan kreativitas yang dimiliki, mengubah keadaan

emosional, membantu fokus, atau mengurangi ketegangan. Membuat

gambar yang jelas tentang apa yang ingin untuk dieksplorasi,

kemudian menjalankan film, melihat apa yang terjadi dan bagaimana

perasaan yang dimiliki. Jika apa yang dilihat mulai merasa negatif,

biarkan gambar itu pergi dan perlahan kembali ke sekarang: kecepatan

pernapasan atas, peregangan, dan membuka mata.

c) Menggunakan Bahasa Konstruktif (Using constructive language).

Bahasa tidak hanya mencerminkan perilaku seseorang tetapi juga

mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, untuk berhasil menjalani

hidup positif, seseorang harus memilih dan menggunakan kata dan

frase yang positif pula. Jadi memeriksa dan jika perlu mengubah kata-

kata yang digunakan.

d) Memilih kata yang benar (Choosing the right word). Seseorang perlu

menyadari akan kata-kata dan frase yang digunakan. Jika perlu,

meminta orang lain untuk memberi tahu ekspresi apa yang digunakan

kemudian mengidentifikasi kata-kata ketika orang tersebut sedang

kritis, pesimis, atau terfokus pada masalah. Untuk semuanya,

menghasilkan alternatif yang positif. Kemudian, ketika mendengar

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

diri sendiri menggunakan ungkapan pesimis, berhentilah di tengah

kalimat dan beralih pada kalimat yang lebih optimis. Pada waktu itu,

orang tersebut akan melihat dirinya sendiri ketika berbicara negatif

dan secara otomatis akan mengoreksi dengan benar apa yang

dikatakan. Mengulang bahasa yang digunakan, belajarlah untuk

mengenali kapan menggunakan kata-kata dan frase yang negatif, dan

masuk ke dalam kebiasaan menggantikan kata-kata dan frase dengan

yang lebih positif.

e) Menghindari kata “seharusnya” (Avoiding “should”). Seseorang

mungkin menggunakan frase seperti “Aku seharusnya ...,” “Saya

tidak seharusnya...,” ketika orang tersebut ingin melakukan sesuatu

yang berbeda dari apa yang telah dilakukan. Namun dengan

menggunakan kata-kata tersebut, malah menyiratkan bahwa orang

tersebut telah melakukan tindakan yang keliru atau cukup buruk dan

yang mungkin membuat merasa kehilangan motivasi, cemas, atau

marah. Menganalisis mengapa seseorang merasa sulit untuk berubah

adalah mungkin menemukan alasan yang baik untuk perilakunya saat

ini dan memutuskan untuk berjalan seperti sebelumnya. Tetapi jika

ingin adanya perubahan maka cobalah menggunakan frase seperti

“Aku akan mendapatkan lebih lanjut jika saya ...,” dengan frase “Aku

berniat untuk ...,” “Saya ingin ...”. Untuk membantu mempertahankan

bahasa positif yang digunakan, maka mintalah teman untuk

menantang setiap kali mulai berbicara negatif. Buatlah daftar kata-kata

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

positif dan menggunakannya salah satu per hari, sampai kata-kata

positif itu adalah bagian dari kosakata normal yang digunakan sehari-

hari.

f) Menggunakan afirmasi (Using affirmations). Afirmasi adalah frasa

yang merangkum sisi baik kehidupan: “Saya bahagia” atau “Orang

menyukai saya”. Afirmasi menghasilkan keyakinan positif pada saat

seseorang sadar dan dengan demikian dapat membantunya mencapai

tujuan. Untuk membuat penegasan, pertama yang harus dilakukan

adalah memutuskan apa tujuan yang ingin dicapai. Lalu menyatakan

ungkapkan dengan berani sehingga akan diingat dengan mudah. Kata-

kata tersebut akan masuk ke dalam pikiran yang sekarang sehingga

alam bawah sadar menyadari bahwa orang tersebut ingin

melakukannya sekarang. Kemudian ulangi afirmasi tersebut, dengan

energi, teratur, sampai berlanjut. Misalnya, bertujuan untuk yang

terbaik dalam hidup dengan mengidentifikasi tujuan, seperti

menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Ungkapkan

penegasan ini dalam beberapa kata-kata, ulangi, simpanlah di bagian

depan pikiran, dan mungkin untuk mewujudkannya.

3) Memikirkan Kembali Kepercayaan yang Dimiliki (Rethinking the

beliefss)

Kepercayaan adalah berbagai keyakinan yang dihasilkan dari

pengalaman setiap orang dalam hidup. Hal terbaik yang membuat

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

seseorang merasa positif tentang dirinya sendiri, orang lain, dan dunia,

dan meninggalkan hal terburuk yang membuatnya merasa tidak berdaya.

a) Membangun kepercayaan yang positif (Building positive beliefs).

Memperkuat kepercayaan yang berguna dan mendukung dengan

memperhatikan apa pun yang menegaskan kepercayaan tersebut.

Misalnya, kepercayaan seseorang adalah, “Orang sangat menghargai

saya”: selama minggu ke depan atau lebih, mencatat setiap kali orang

lain melakukan atau mengatakan sesuatu untuk mendukung ini.

Beritahukan ketika orang lain meminta pendapat lalu terima ketika

orang lain memuji diri kita. Ingat saat-saat ketika seseorang

memberitahu dirinya bahwa dirinya berharga. Abaikan apapun

perasaan diri tentang menjadi “tidak berharga”, ini hanya perasaan.

Lihatlah bukti-bukti yang sebenarnya. Tanyakan kepada diri sendiri

apa yang membuat diri kita takut, kemudian memeriksa apakah

ketakutan yang dimiliki cukup beralasan. Lalu memilih pengalaman

untuk menantang ketakutan yang dimiliki dengan mengambil kursus

dan belajar sesuatu yang menakutkan diri kita.

b) Mengumpulkan bukti (Collecting the proof). Jika seseorang berjuang

untuk meyakinkan dirinya sendiri tentang kepercayaan seperti

“Orang-orang menghargai aku,” mendapati seorang teman atau

pasangan untuk memberitahu dirinya bagaimana cara mereka

mengagumi orang tersebut. Atau dalam penilaian pekerjaan, tanyakan

pada manajer untuk mendaftar bagaimana cara dirinya dihargai.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Bicara dengan orang lain tentang apakah mereka merasa dihargai. Hal

ini memungkinkan dirinya akan menemukan orang lain yang merasa

tidak aman seperti yang dilakukan, namun yakin mereka tampak, dan

dirinya akan sadar bahwa dirinya tidak sendirian.

c) Melakukan percobaan (Setting up experiments). Menguji keyakinan

inti yang dimiliki. Misalnya, untuk membuktikan “Orang-orang

menghargai saya,” diri seseorang mungkin bertanya kepada sepuluh

teman yang dimiliki untuk membantu. Mungkin dirinya merasa takut

bahwa semua teman akan menolak, tetapi kemungkinan besar,

kenyataannya akan lebih baik dari apa yang dipikirkan. Jika enam

teman merespon dengan baik, dirinya akan dapat membuktikan bahwa

mayoritas orang menghargai dirinya, dan orang tersebut dapat

mengambil kepercayaan yang positif.

d) Mengevaluasi sikap yang dimiliki (Evaluating the attitudes).

Keyakinan inti yang dimiliki telah berkembang dari pelajaran

kehidupan yang telah dipelajari. Dengan berlalunya waktu, keyakinan

tersebut mungkin tidak lagi berguna. Untuk memeriksa apakah

seseorang harus mempertahankan kepercayaan atau membuang itu,

tanyakan apa manfaat dan keterbatasan itu dalam hidup dirinya.

Sebuah keyakinan inti yang negatif merugikan lebih besar daripada

membantu: “Orang tidak menghargai saya” mungkin melindungi

dirinya dari kekecewaan dalam hidup, tapi juga membuat dirinya

waspada dan curiga. Jadi, gantilah dengan sebuah keyakinan positif

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

yang membantu sehingga bertahan pada hal itu: “Orang-orang

menghargai saya” membuat dirinya merasa percaya diri. Jagalah

keyakinan positif yang membuat merasa yakin pada diri sendiri dan

hubungan yang dimiliki. Lepaskan keyakinan negatif yang

mengurangi harga diri dan kembalilah pada kesuksesan.

e) Membuang rasa takut (Banishing fear). Jika keyakinan seseorang

berpusat di sekitar sesuatu yang ditakuti, wajah yang ketakutan berada

dalam pikirannya. Jika, misalnya, keyakinan inti orang tersebut adalah

bahwa orang tidak menyukai diri orang tersebut, maka “Fantasi

terburuk” mungkin bahwa semua orang berbicara tentang orang

tersebut di belakangnya. Memainkan fantasi yang dalam pikirannya.

Bagaimana orang tersebut akan membela diri? Menjalankannya

sampai akhir, dan perhatikan bahwa meskipun itu menakutkan, orang

tersebut mampu bertahan. Setelah teror itu hilang, maka kepercayaan

mungkin akan berubah ke yang lebih berguna.

f) Membangun kembali kenangan (Restructuring memories). Sebuah

keyakinan inti yang negatif biasanya dibuat dengan kunci peristiwa

yang terjadi dalam hidup seseorang. Kabar baiknya adalah bahwa jika

orang tersebut memikirkan kembali peristiwa ini, orang tersebut

mungkin menyadari bahwa ada keyakinan positif yang bisa diperoleh

dari itu. Misalnya, keyakinan bahwa “Orang-orang mengira aku

lemah” mungkin dimiliki ketika orang tersebut di sekolah. Tetapi jika

diingat bahwa sebenarnya orang tersebut tetap berdiri, orang tersebut

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

mungkin menyimpulkan, “Saya berani.” Dan jika orang tersebut dapat

melihat bahwa para penganiaya iri karena akademik orang tersebut

sukses, orang tersebut mungkin juga menyadari bahwa, “Saya cerdas.”

4) Membangun Harga Diri (Establishing Self-Esteem)

Orang yang memiliki harga diri yang tinggi adalah pemikir positif yang

alami. Setelah pandangan yang positif berarti memiliki harga diri tinggi.

Ini berarti bahwa jika seseorang menggunakan teknik berpikir positif

untuk meningkatkan keyakinan intinya, harga dirinya akan meningkat.

a) Memikirkan kembali pesan (Rethinking the messages). Semakin

positif penilaian orang lain yang dibuat tentang diri seseorang,

semakin baik orang tersebut merasa tentang dirinya sendiri;

sebaliknya lebih negatif penilaian orang lain, maka orang tersebut

merasa semakin buruk. Langkah yang paling penting dalam perasaan

yang baik tentang diri sendiri adalah menyadari bahwa tidak ada yang

bisa membuat diri seseorang merasa buruk kecuali jika orang tersebut

membiarkannya. Jadi menjauhkan diri dari orang-orang yang

mengkritik diri seseorang, dan sebaliknya, mendekatkan diri dengan

orang yang penuh syukur dan pujian.

b) Membuat sasaran target sendiri (Setting the own targets). Jika

seseorang merasa sebagian besar berhasil dalam apa yang diharapkan

dari diri sendiri, harga diri orang tersebut akan kuat. Jadi tujuan hanya

setinggi yang dapat dicapai orang tersebut secara realistis, daripada

berpikir harus menjadi sempurna. Dalam cara yang sama, tidak

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

bertujuan begitu rendah sehingga orang tersebut merasa di bawah

pencapaian. Ketika orang tersebut berhasil melakukan, pujilah diri

sendiri. Hindari membandingkan diri terhadap orang lain; setiap orang

memiliki kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Tetapkan harapan

sendiri dan nilai prestasi yang dimiliki dengan perbaikan.

c) Menjadi baik untuk diri sendiri (Being kind to self). Jika seseorang

mendukung orang lain yang rendah harga dirinya, orang tersebut tidak

akan mengkritik mereka dan meletakkannya. Adil kepada diri sendiri,

dan menawarkan diri kebaikan yang sama seperti yang akan

ditawarkan kepada teman secara naluriah. Waktu ke waktu, siang hari,

menunjukkan apa yang dilakukan adalah benar. Ya, harus realistis

tentang keterbatasan yang dimiliki, tapi mengampuni diri sendiri

untuk setiap kegagalan. Mendorong diri sendiri untuk belajar dari

kesalahan sendiri. Menjadi teman terbaik bagi diri sendiri dengan

memperlakukan diri sendiri seakan memperlakukan teman yang baik.

Jadi berilah pujian kepada diri sendiri pada setiap kesuksesan,

betapapun kecilnya, mengajak teman atau kolega untuk berbagi

perayaan.

5) Mempertahankan Perilaku Positif (Maintaining Positive Behaviour)

Untuk mengintegrasikan strategi berpikir positif sepenuhnya ke dalam

hidup seseorang, orang tersebut harus belajar untuk menerapkannya

dalam semua keadaan, setiap saat.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a) Tetap di track (Staying on track). Ketika dalam keadaan stres,

seseorang mungkin menemukan perilaku positif yang dimiliki mulai

goyah dan jika ini terjadi, mengalihkan diri sendiri dengan

berkonsentrasi pada apa yang terjadi di sekitar diri sendiri. Mengulang

penegasan, senyum untuk menciptakan fisiologi merasa baik, atau

memberikan istirahat diri dengan menjadi negatif selama sepuluh

menit secara keseluruhan. Dan jika orang tersebut menemukan dirinya

yang suram untuk mendapatkan simpati, menemukan lainnya, lebih

ceria dengan cara mendapatkan perhatian.

b) Menjaga latihan (Keeping up the practice). Semakin positif diri

seseorang, maka semakin positif orang tersebut untuk belajar.

Perbanyak kesempatan berpikir positif dalam hidup. Pada siang hari,

pilih tugas, interaksi, atau perjalanan di mana diri seseorang fokus

pada berpikir dan bersikap positif. Menangkap diri sendiri setiap kali

diri sendiri mulai masuk ke dalam negatif dan dengan sadar

menggantinya dengan pikiran positif. Setelah orang tersebut mulai

berhasil, area hidup orang tersebut menunjukkan hidup sebagai zona

bebas negatif, di mana orang tersebut hanya merasa, berpikir, dan

bertindak positif. Mulailah dengan daerah yang paling bebas stress

dalam hidup dan secara bertahap memperluas pikiran positif di

seluruh bidang kehidupannya.

c) Menggunakan pendekatan “seolah-olah” (Using “as if” approaches).

Jika seseorang memenuhi tantangan besar untuk positif, mencoba

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

bertindak "seolah-olah" semuanya baik-baik saja. Bertindak seolah-

olah orang tersebut seperti dirinya, atau jika orang tersebut menerima

orang lain; bertindak seolah-olah masa depannya yang cerah, atau

seolah-olah masa lalunya teratasi. Bayangkan diri sendiri sebagai

orang yang sukses, cantik, efektif, cinta dan apa pun yang dikatakan

atau dilakukan, membuatnya menjadi kata-kata atau tindakan orang

yang diinginkan. Pendekatan ini mungkin terasa palsu pada awalnya,

tetapi orang tersebut akan mempelajari sebuah pelajaran berharga

tentang apa artinya menjadi positif, dan dengan latihan akan tumbuh

menjadi sebuah peran yang nyata.

d) Merencanakan hari yang positif (Planning a positive day). Cara yang

baik untuk masuk ke dalam kebiasaan berpikir positif sepanjang hari

dan setiap hari adalah dengan membuat rencana hari yang positif.

Tulislan sepuluh kemungkinan setidaknya yang spesifik dalam sehari,

dari bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari.

Selanjutnya, berikut ini merupakan tujuh prinsip langkah efektif dalam

berpikir positif menurut Elfiky (2009) :

1) Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi. Kenyataan adalah

persepsi yang dibuat oleh diri sendiri. Jika seseorang ingin mengubah

kenyataan hidup, maka mulailah dengan mengubah persepsi yang

dimiliki. Misalnya, seseorang yang frustrasi, sedih dan selalu mengeluh

dioperasi hingga persepsinya dibedah dan kesehatannya kembali pulih

maka orang tersebut tidak lagi mengalami masalah karena semua

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

masalah yang dihadapi ada dalam persepsinya. Selain persepsi, masalah

juga berhubungan dengan makna yang dirumuskan, cara berpikir,

keputusan dan pilihan. Jika seseorang mengubah persepsi tentang

masalah, memikirkannya sebagai hadiah terindah, lalu berkonsentrasi

pada upaya mencari solusi, maka orang tersebut akan menemukan pintu

harapan terbuka lebar di hadapannya. Oleh karena itu, jangan sampai

mebiarkan persepsi tentang suatu masalah memengaruhi diri.

2) Masalah tidak akan membiarkan seseorang dalam kondisi yang ada,

masalah akan membawa seseorang pada kondisi yang lebih buruk atau

lebih baik. Setiap masalah yang datang dalam hidup ini akan membuat

seseorang keluar dari rasa tenang, damai, dan nyaman. Masalah juga

akan memengaruhi pikiran, konsentrasi, kekuatan, dan perasaan sampai

orang tersebut dapat melepaskan diri dari masalah dengan cara-cara

tertentu. Akan ditemukan orang yang berkepribadian negatif akan

kehilangan keseimbangan ketika menghadapi masalah sehingga orang

tersebut berpikir secara negatif dan emosional. Perhatiannya akan

difokuskan pada masalah dan dampaknya yang paling buruk. Dengan

begitu, perasaannya semakin negatif dan mendorongnya berperilaku

negatif hingga masalah yang dihadapi menjadi semakin rumit. Bagi

orang tersebut, masalah membuat kondisinya menjadi lebih buruk. Orang

yang berkepribadian positif akan memusatkan perhatian pada upaya

mencari solusi dengan cara-cara yang rasional dan perasaan yang tenang.

Maka, orang tersebut mempelajari masalah yang ada dan memperbaiki

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

sikapnya hingga dapat berperilaku positif. Bagi orang tersebut, masalah

justru mengantarkannya kepada kondisi yang lebih baik.

3) Memisahkan diri dari masalah. Masalah hanya salah satu kondisi

aktivitas hidup yang harus dihadapi secara wajar dan disikapi dengan

tenang hingga menemukan solusi yang tepat. Karena itu harus berhati-

hati, harus dapat menguasai masalah dan jangan sampai masalah yang

menguasai diri. Memisahkan diri dari masalah dan berhati-hatilah akan

ucapan pada diri sendiri atau orang lain setelah kata “aku” karena kata

“aku” meliputi segalanya di setiap tempat, waktu, serta pada setiap

materi dan energi. Ketika seseorang mengatakan, “Aku gagal” berarti

kegagalan itu berlaku pada setiap tempat, setiap waku, setiap pikiran,

setiap bahasa, dan potensi termasuk potensi spiritual. Oleh karena itu,

berhati-hatilah setiap kali mengatakan, “Aku...” karena kata setelahnya

adalah keyakinan yang dapat menimbulkan berbagai masalah untuk diri

sendiri dan jangan pernah meletakkan kata negatif setelahnya.

Sebaliknya, mengatakan sesuatu yang mendukung dan menguatkan diri,

seperti “Aku percaya diri”, “Aku mampu mengatur waktu”, “Aku kreatif

dan mampu menemukan solusi dari masalah apa pun”. Dengan demikian,

berarti seseorang menyuapi otaknya dengan gizi yang positif dan inilah

bekal positif dalam menghadapi setiap masalah.

4) Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa sekarang dan

rencanakanlah masa depan. Masa lalu adalah mimpi, masa depan adalah

proyeksi. Banyak orang yang mengeluhkan masa lalu dan masa depan,

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

padahal keduanya tudak ada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang

ada di dalamnya telah berlalu sebagai pengalaman. Ketika seseorang

memahami kemampuan yang dipelajari dari pengalaman, masa lalu justru

akan menjadi sahabat baginya dan jika bukan karena masa lalu, orang

tersebut tidak akan sekuat sekarang ini. Sesungguhnya apa yang disebut

kegagalan itu tidak ada, yang ada adalah dampak atau akibat. Maka, jika

seseorang merasa tidak rela pada apa yang telah dicapai dalam

kehidupan, perhatikanlah perilaku diri dan perbaiki. Susunlah rencana

baru dan lakukan dengan baik secara konsisten. Tentang masa kini,

hadapilah dengan segenap makna positif dan jangan sampai hidup ini

dihantui perasaan negatif masa lalu dan jangan terlena menunggu masa

depan yang belum datang. Dengan demikian, orang tersebut pasti

mendapatkan apa yang diinginkan yaitu dapat menjadikan masa lalu

sebagai kebahagiaan dan masa depan sebagai proyeksi yang indah.

5) Setiap masalah ada solusi spiritualnya. Apa pun masalah yang dihadapi,

tetaplah berpikir positif dan memusatkan perhatian pada upaya mencari

solusi dan tetap bertawal kepada Tuhan. Dengan demikian, pikiran

seseorang akan sarat dengan spiritualitas. Pada saatnya orang tersebut

akan tercengang ketika Tuhan memberikan jalan keluar untuknya,

banyak hal positif yang akan terjadi dan tidak pernah dibayangkan

sebelumnya. Sekali lagi, menyadari bahwa setiap persoalan dapat

diselesaikan dengan jalan spiritualitas.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

6) Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan dan pikiran baru akan

menciptakan kenyataan yang baru. Jika seseorang ingin melakukan

perubahan positif dalam hidupnya, pertama kali orang tersebut harus

mengubah pikirannya dengan mengganti pikiran negatif dengan pikiran

positif karena pikiran baru melahirkan kenyataan yang baru. Oleh karena

itu, jika seseorang sungguh ingin menciptakan perubahan positif dalam

hidup, mulailah dengan mengubah bagian dalam dirinya.

7) Ketika satu pintu tertutup, pasti akan dibukakan pintu lain yang lebih

baik. Kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan

tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu

impian yang terbuka dihadapannya. Hal ini tentang bagaimana seseorang

tidak sabar menghadapi cobaan hidup, merasa cemas, dan takut tetapi

seiring perjalanan waktu, orang tersebut baru sadar bahwa cobaan adalah

anugerah terindah dari Tuhan. Tuhan menutup satu pintu untuk kebaikan

dan kepentingan seseorang dan sebagai gantinya, Tuhan membukakan

pintu lain yang lebih baik.

Lalu berikut ini adalah beberapa langkah efektif dalam berpikir positif

menurut Asmani (2009) :

1) Mengambil sisi baik dari permasalahan. Setiap masalah yang menimpa

seseorang, mengambil sisi baiknya menurut diri sendiri dan jangan

mengambil sisi buruknya, karena dapat melemahkan mental diri sendiri.

Ketika mental seseorang sudah jatuh, maka kekuatan untuk bangkit

mudah hilang dan akan semakin terperosok dalam perangkap kehancuran

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

diri sendiri. Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi sesulit dan

seburuk apa pun, jangan sampai melakukan respons yang justru

melemahkan mental dan spirit diri sendiri. Menyuarakan pikiran dan

perasaan yang positif terhadap kejiwaan karakter diri sendiri maka akan

menjadi semakin mantap dalam mengarungi kehidupan ini.

2) Menghindari generalisasi. Jangan suka menyamakan semua masalah,

semua mempunyai ciri khasnya sendiri-sendiri yang mungkin tidak sama

satu sama lain. Kebiasaan menggeneralisasikan masalah dapat

menyebabkan seseorang menjadi sakit mental yang tidak baik bagi

perkembangan psikologis dirinya. Menghadapi masalah harusnya dengan

kesiapan mental, ketangguhan kepribadian, dan kematangan emosi.

3) Jangan pernah berhenti melangkah. Dalam kondisi apa pun, jangan

pernah berhenti melangkah. Terus melangkah dengan menanamkan

optimisme dan buang jauh-jauh perasaan dan tekanan batin yang

melumpuhkan semangatmu. Ketika seseorang terus melangkah,

keyakinan diri akan terbangun, kepercayaan diri tumbuh dengan baik,

dan orang tersebut akan merasa menjadi seorang pemenang dalam

kompetisi hidup.

4) Tidak peduli terhadap komentar miring orang lain. Orang lain bisa saja

seenaknya menyalahkan dan mencemooh seseorang, sedangkan mereka

tidak berbuat apa pun untuk kebaikan dan nasib orang tersebut di masa

depan. Karena itu, jangan pernah memikirkan dan memasukkan

komentar miring orang lain ke dalam perasaan. Cuek atau tidak peduli

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

adalah langkah terbaik daripada orang tersebut merasa sakit hati

mendengarkan ucapan dan komentar miring orang lain karena masa

depan ada di tangan orang tersebut dan bukan di tangan orang lain.

5) Berlatih percaya diri. Berpikir positif lahir dari kepercayaan diri yang

tinggi, maka berlatihlah menjadi orang yang mempunyai kepercayaan

diri yang tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, seseorang akan

mampu melahirkan pemikiran-pemikiran cemerlang yang mempunyai

pengaruh besar dalam kehidupan. Percaya diri juga dapat menjadi modal

besar dalam mengeluarkan kemampuan terbaik. Kepercayaan diri akan

membuat seseorang mampu berpikir jernih, objektif, dan progresif.

Dengan modal ini, aktualisasi potensi diri akan berjalan sukses.

6) Memberi bukti, bukan janji. Ketika ada orang lain yang merasa ragu

terhadap kemampuan yang dimiliki seseorang, berpikirlah positif dan

jangan berdebat mereka dengan berbagai macam argumentasi yang

bertele-tele karena mereka tetap tidak akan percaya. Oleh karena itu,

orang tersebut harus membuktikan bahwa dirinya mampu meraih prestasi

dengan berusaha sungguh-sungguh dan bukan hanya mengobral janji.

Buktikan dengan sikap, perbuatan, dan aksi langsung di lapangan.

7) Tidak membesar-besarkan masalah. Jangan suka membesar-besarkan

masalah karena masalah tidak akan teratasi malah menjadi semakin

rumit. Menghadapi masalah dengan tenang sehingga orang lain tidak

terbawa dalam masalah tersebut. Sebesar apa pun masalah, kalau

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dihadapi dengan tenang dan didekati dengan sederhana, tidak akan rumit

tetapi akan cepat selesai dan teratasi dengan baik.

8) Ingat terus tujuan jangka panjang. Seseorang akan terus berpikir positif

jika tujuan hidup jangka panjangnya selalu melekat kuat dalam sanubari

orang tersebut. Tujuan jangka panjang ini akan mendorong orang

tersebut terus berjalan dan dinamis dalam melangkah, merasakan

rintangan sebagai bumbu dalam meraih kesuksesan.

9) Pentingnya gradualisasi dalam proses. Segala sesuatu di dunia ini

berjalan dengan hukum alam. Langkah seribu dimulai dari satu langkah.

Orang yang berpikir positif akan melihat bahwa proses perjalanan hidup

ini berjalan secara bertahap (gradual) dan tidak instan. Di sinilah

diperlukan perjuangan yang tanpa mengenal lelah. Kontinuitas

perjuangan menggapai tahapan kehidupan tersebut harus ditopang

dengan pikiran yang positif, dinamis, dan visioner.

10) Lebih intens kepada Tuhan. Berpikir positif akan menjadi lebih mantap

apabila disandarkan kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa,

dan Maha Penolong. Dalam ajaran-ajaran Tuhan disebutkan banyak hal

mengenai pentingnya berpikir positif dalam menjalani aktivitas dunia.

Larangan untuk berburuk sangka kepada orang lain, semangat mengubah

diri, agungnya nilai perjuangan, dan tidak ada kata menyerah terhadap

kesulitan dan kesusahan hidup adalah sebagian ajaran Tuhan yang

menjadi pembimbing dalam hidup ini. Setiap kesulitan pasti ada

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

kemudahan adalah ajaran Tuhan yang seharusnya selalu menjadi

inspirasi dalam mengarungi badai kehidupan.

Langkah-langkah efektif untuk berpikir positif yang telah dijelaskan di

atas tentu mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.

Menurut Penulis, kelebihan langkah efektif berpikir positif menurut Elfiky

(2009) adalah Elfiky sangat fokus pada penyelesaian masalah melalui

pikiran bahwa masalah yang dihadapi berasal dari pikiran yang dimiliki

sehingga penyelesaian masalah terletak pada jalan pikiran yang dimiliki,

akan cepat diselesaikan atau hanya akan berputar-putar karena takut untuk

dihadapi, sedangkan kelemahannya adalah Elfiky (2009) hanya

memfokuskan manfaat berpikir positif pada cara penyelesaian masalah

melalui pikiran dan justru hal inilah yang paling sulit dilakukan karena

pikiran yang dimiliki selalu berubah dan tidak disertai langkah-langkah

yang lebih mudah dan praktis dalam latihannya. Selanjutnya, kelebihan

langkah efektif berpikir positif menurut Asmani (2009) adalah langkah

efektif berpikir positif yang dikemukakan oleh Asmani (2009) lebih bersifat

sederhana dan praktis sehingga mudah dilakukan, namun yang menjadi

kelemahannya adalah langkahnya kurang sistematis dan kurang sesuai

dengan teknik berpikir positif Model ABC menurut Ellis. Lalu, kelebihan

langkah efektif berpikir positif menurut Quilliam (2008) adalah langkah

yang dikemukakan bersifat sederhana, praktis dan disusun secara sistematis

serta lebih sesuai dengan teknik berpikir positif Model ABC Ellis sedangkan

kelemahannya adalah langkahnya terlalu panjang.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Berdasarkan penjelasan di atas, Penulis lebih memilih langkah efektif

untuk berpikir positif menurut Quilliam (2008) karena telah mencakup

langkah efektif berpikir positif menurut Elfiky (2009) dan Asmani (2009)

serta lebih sederhana dan mudah untuk dipelajari dengan latihan-latihan

praktis yang berguna dan sesuai dengan teknik dalam pelatihan berpikir

positif Model ABC (Antecedents, Behavior, Consequency) menurut Ellis

yaitu menantang pikiran yang dimiliki, mengubah gambaran cara berpikir

yang dimiliki, menggunakan bahasa yang konstruktif, memikirkan kembali

kepercayaan yang dimiliki, membangun harga diri, dan mempertahankan

perilaku positif yang dimiliki.

3. Pelatihan Berpikir Positif

Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas

model kognitif. Pelatihan ini ditujukan untuk membantu seseorang mengenali

pola pikirnya dan memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi

pola pikir yang positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola

pikir positif yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan yang

akan datang (Ellis dalam Corey, 1988).

Pelatihan berpikir positif dalam penelitian ini dikembangkan dari model

pendekatan kognitif rasional-emotif (TRE-Model) yang telah dikembangkan

oleh Albert Ellis. Teknik kognitif Ellis menekankan pada model kognitif ABC

(Antecedents, Behavior, dan Consequency). Ellis (dalam Corey, 1988)

menekankan bahwa pada dasarnya orientasi perilaku itu bepusat pada kognitif-

tingkah laku-tindakan dalam arti menitikberatkan pada berpikir, menilai,

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

memutuskan, menganalisis, dan bertindak. Corey (1988) menekankan

pendekatan menurut Ellis yaitu manusia itu lahir dengan potensi dan memiliki

kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, mengatakan,

mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan

dirinya, akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan untuk

menghancurkan diri, menghindari pemikiran, menyesali, intolerensi,

menghalau aktualisasi dirinya.

Ellis (dalam Corey, 1988) juga menekankan bahwa manusia secara

simultan dan integritas berpikir, beremosi, dan berperilaku. Semuanya

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan sifatnya reversible.

Sikap yang disfungsional dipandang sebagai pengulangan atas pemikiran

irasional yang diterima pada masa kini yang dilakukan oleh diri kita sendiri.

Pikiran dapat mempengaruhi segala bentuk kondisi psikologis manusia. Jika

seseorang merasakan buruk tentang sesuatu, maka efeknya akan dirasakan

buruk. Kalimat-kalimat pernyataan dan arti-arti yang dipersepsikan negatif

akan berpengaruh bagi emosi seseorang yang nantinya berpengaruh terhadap

aspek perilaku manusia. Pendekatan TRE menekankan penerimaan diri dengan

segala kekurangan yang ada. Pendekatan ini mengajak seseorang untuk

merasakan arti kesedihan, perih, dan sakit. Meskipun demikian, inti TRE

melakukan ini adalah untuk mengatasi segenap manifestasi dari rasa sedih,

sakit, dan perih tersebut.

Asumsi yang mendasarkan perancangan pelatihan berpikir positif dari

Ellis ini yaitu bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk berpikir, maka

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

manusia mampu untuk melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau

menghapus keyakinan yang merusak dirinya sendiri (Ellis dalam Corey, 1988).

Sistem-sistem yang dibutuhkan adalah displin diri, berpikir positif, dan belajar

dari kesalahan serta keberhasilan lalu. Tujuan penggunaan TRE Ellis adalah

meminimalkan pandangan yang menyalahkan diri sendiri dan membantu

memperoleh esensi hidup yang lebih realistis melalui proses belajar. Teknik-

teknik yang diterapkan dalam pelatihan berpikir positif menurut TRE Ellis

(Corey, 1988) adalah :

1) TRE memberikan keleluasaan untuk menjadi eklektik. TRE menekankan

bahwa orang-orang bisa mengalami perubahan melalui banyak jalan yang

berbeda seperti pengalaman-pengalaman hidup yang berarti, belajar tentang

pengalaman hidup orang lain, menonton film, mendengarkan rekaman-

rekaman, mempraktekan tugas yang spesifik, melibatkan diri dalam

korespondensi melalui saluran TRE, menghabiskan waktu untuk berpikir

dan bermeditasi, dan banyak cara lain untuk menentukan perubahan

kepribadian yang tahan lama.

2) Teknik TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. Segera

setelah memulai TRE, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif

untuk mereedukasi klien. Terapis menunjukkan asal ketidaklogisan

gangguan-gangguan yang dialami klien dan verbalisasi-verbalisasi diri yang

telah mengekalkan gangguan-gangguan dalam hidup klien.

3) Lebih dari itu, TRE adalah suatu proses didaktik dan karenanya

menekankan metode-metode terapi tingkah laku seperti pelaksanaan tugas,

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

desensitisasi, pengondisian operan hipnoterapi, dan latihan asertif

cenderung digunakan secara aktif-direktif di mana terapis lebih banyak

berperan sebagai guru ketimbang sebagai pasangan yang berelasi secara

intens.

Corey (1988) mengatakan bahwa salah satu model yang digunakan

dalam TRE menurut Ellis adalah model kognitif ABC (Antecedents, Behavior,

dan Consequency). A (Antecedents) adalah keberadaan suatu fakta, suatu

peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C (Consequency) adalah

konsekuensi atas reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa

pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya

C (konsekuensi emosional). Tetapi B (Behavior) yaitu keyakinan individu

tentang A, yang menjadi penyebab C yakni reaksi emosional.

Misalnya, jika seseorang mengalami depresi setelah perceraian, bukan

perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif,

melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan,

penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis (dalam Corey, 1988) bertahan

bahwa keyakinan akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang

menyebabkan depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perceraian yang

sebenarnya (pada A). Jadi, manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-

reaksi emosional dan gangguan-gangguannya sendiri.

Selanjutnya, gangguan-gangguan emosional itu dipertahankan oleh

putusan-putusan yang tidak logis (irasional) yang terus-menerus diulang oleh

individu. Ellis (dalam Corey, 1988) menambahkan bahwa apa yang dirasakan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

oleh seseorang adalah apa yang dipikirkannya. Reaksi-reaksi emosional yang

terganggu seperti depresi dan kecemasan diarahkan dan dipertahankan oleh

sistem keyakinan yang meniadakan diri, yang berlandaskan gagasan-gagasan

irasional yang telah dimasukkan individu ke dalam dirinya.

Ellis (dalam Corey, 1988) meyakini bahwa gangguan-gangguan

emosional bisa dihilangkan atau diperbaiki dengan menangani perasaan-

perasaan (depresi, kecemasan, kebencian, ketakutan, dan sebagainya) secara

langsung. Teknik yang paling cepat, paling mendasar, paling rapi, dan

memiliki efek paling lama untuk membantu seseorang dalam mengubah

respon-respon emosionalnya yang disfungsional adalah dengan mendorong

mereka agar mampu melihat dengan jelas apa yang dikatakan oleh orang itu

kepada dirinya sendiri yaitu pada sistem B, keyakinan orang tersebut tentang

stimulus-stimulus yang mengenai diri mereka pada A (pengalaman-

pengalaman yang mengaktifkan) dan mengajari mereka bagaimana secara

aktif dan tegas membantah (pada D) keyakinan-keyakinan irasional mereka

sendiri. Sesuai dengan pemikiran Ellis (dalam Corey, 1988) bahwa manusia

memiliki kesanggupan untuk berpikir, maka manusia mampu melatih dirinya

sendiri untuk mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan yang

menyabotase dirinya sendiri.

Pelatihan berpikir positif ini terdiri dari tiga pertemuan dengan materi

pengenalan berpikir positif pada pertemuan pertama, lalu pada pertemuan

kedua terdapat role play Model ABC (Antecedents, Behavior, Consequency)

Ellis dan penyampaian materi tentang langkah efektif untuk berpikir positif

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

sesuai dengan teknik berpikir positif Model ABC Ellis yang telah

dikembangkan oleh Quilliam (2008) yaitu menantang pikiran yang dimiliki,

mengubah gambaran cara berpikir yang dimiliki, menggunakan bahasa yang

konstruktif, memikirkan kembali kepercayaan yang dimiliki, membangun

harga diri, dan mempertahankan perilaku positif yang dimiliki, lalu materi

manfaat berpikir positif diberikan pada pertemuan ketiga. Penulis lebih

memilih langkah efektif berpikir positif yang dikembangkan oleh Quilliam

(2008) karena langkah-langkahnya sistematis dan sesuai dengan konsep Model

ABC Ellis yaitu akibat yang didapatkan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh

keyakinan yang dimiliki sehingga Quilliam (2008) pun menekankan pada

upaya untuk mengubah pikiran negatif menjadi pikiran negatif melalui

serangkaian langkah yang sistematis tetapi tetap sederhana dan mudah untuk

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, setelah menerima pelatihan berpikir positif berdasarkan

model A-B-C dari Ellis diharapkan remaja panti asuhan dapat lebih positif

memandang seluruh peristiwa yang terjadi dalam hidupnya sehingga tidak

dikalahkan oleh pikiran-pikiran negatif yang dapat menyebabkan remaja panti

asuhan semakin terpuruk menjalani hidup. Remaja panti asuhan diharapkan

mampu berpikir positif dalam setiap momen hidupnya sehingga lebih optimis

dalam menatap masa depannya. Dengan pemikiran yang positif ini, remaja

panti asuhan akan lebih terbuka dan mampu mengungkapkan pikiran, pendapat

dan perasaannya sehingga mampu bersikap asertif dalam berkomunikasi

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dengan orang lain dan mendapatkan apa yang diinginkan karena tidak dapat

dikendalikan oleh orang lain.

C. Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Terhadap Asertivitas Remaja Panti

Asuhan

Remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Seiring

dengan pergantian status anak menjadi dewasa, remaja banyak menemui

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan yang sering

dialami oleh remaja pada umumnya terkait dengan hubungan interpersonalnya

karena tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berperilaku sebagai orang dewasa yang bertanggung

jawab dalam lingkungannya karena hal ini merupakan pondasi supaya remaja

dapat hidup bermasyarakat (Havighrust dalam Panuju & Umami, 1999). Remaja

membutuhkan dukungan dari lingkungan untuk dapat berhasil dalam tugas

perkembangannya, terutama dukungan dari keluarga sebagai lingkungan yang

paling dekat dalam kehidupan remaja.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap remaja dilindungi dalam satu

keutuhan keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan psikologis dan fisik yang

diperlukan dalam masa perkembangan menjadi dewasa. Misalnya, remaja yang

tidak mempunyai keluarga yang utuh atau dihadapkan pada kenyataan yang pahit

bahwa remaja harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti

menjadi yatim (tidak mempunyai ayah), piatu (tidak mempunyai ibu) bahkan

yatim piatu (tidak mempunyai ayah dan ibu). Kondisi tersebut bisa menjadi salah

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

satu hal yang menyebabkan seorang remaja berada di lembaga yang bernama

panti asuhan. Panti asuhan diartikan sebagai rumah, tempat atau kediaman yang

digunakan untuk memelihara atau mengasuh anak yatim, piatu dan yatim piatu

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Panti asuhan menjadi tempat untuk

membangun karakter atau keperibadian remaja yang tinggal di dalamnya.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan

sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan di panti asuhan. Penelitian pertama

menyebutkan bahwa 95,2% remaja panti asuhan Islam di Yogyakarta mengalami

kesulitan dalam menunjukkan kompetensi interpersonal (Lukman, 2000) lalu hasil

penelitian selanjutnya yang menyebutkan bahwa 76% anak-anak panti asuhan di

Jawa Timur cenderung kurang mampu untuk berhubungan dengan orang lain

(Hartini, 2001), dan sebanyak 75% anak panti asuhan di Kudus memiliki tingkat

asertivitas yang kurang (Masriah, 2006). Dilihat dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami kesulitan

dalam berhubungan dengan orang lain yaitu dalam kompetensi interpersonalnya,

termasuk dalam asertivitas. Kompetensi interpersonal memiliki lima aspek yaitu

inisiatif, keterbukaan, asertivitas, dukungan emosional, dan kemampuan

mengatasi konflik (Buhrmester dkk, 1988). Salah satu aspek dari kompetensi

interpersonal yang menjadi fokus penelitian kali ini adalah asertivitas.

Asertivitas adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan baik

perasaan positif maupun negatif, secara terbuka, langsung dan jujur (Holland &

Ward, 1990). Perilaku asertif dapat memberi manfaat besar sebagai alat

pengembangan diri. Seseorang dengan asertivitas yang tinggi akan memiliki

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kesadaran diri, kepercayaan diri dan harga diri yang lebih besar, dan keterampilan

komunikasi yang efektif. Seseorang yang asertif akan memiliki rasa hormat bagi

dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Rich dan Schroeder (dalam Rakos, 1991),

asertivitas merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari dan bukan bawaan

sejak lahir. Oleh karena itu, perilaku asertif dapat ditingkatkan melalui

serangkaian latihan. Salah satu latihan untuk meningkatkan perilaku asertif dan

merupakan inti dari latihan ini adalah dengan melalui latihan berpikir positif

(Bishop, 2007).

Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat

kepribadian atau karakter seseorang (Sakina, 2009). Hal ini juga berarti bahwa

seseorang yang berpikiran positif dapat menjadi pribadi yang lebih matang, lebih

berani menghadapi tantangan dan dapat melakukan hal-hal yang hebat. Pikiran

positif tidak akan membuat seseorang berhenti karena keterbatasan atau

kelemahan, namun pikiran positif justru membuat seseorang akan mencari

kekuatan yang ada dalam dirinya hari demi hari. Berpikir positif menunjukkan

bagaimana mengubah pendekatan seseorang untuk hidup sehingga orang tersebut

bisa merasa baik tentang diri sendiri, menciptakan hubungan yang bermanfaat,

dan berhasil dalam melakukannya (Quilliam, 2008). Di sini, pelatihan berpikir

positif ditujukan untuk meningkatkan perilaku asertif remaja panti asuhan.

Melalui pelatihan berpikir positif ini diharapkan agar remaja panti asuhan dapat

mengelola pemikiran dan pandangannya ke arah yang positif sehingga lebih

mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya karena pikiran ikut menentukan

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

sikap yang akan diambil dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan.

Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas model

kognitif. Pelatihan berpikir positif dalam penelitian ini dikembangkan dari model

pendekatan kognitif rasional-emotif (TRE-Model) yang telah dikembangkan oleh

Albert Ellis (Corey, 1988). Teknik kognitif Ellis menekankan pada model kognitif

ABC (Antecedents, Behavior, dan Consequency). A (Antecedents) adalah

keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C

(Consequency) adalah konsekuensi atas reaksi emosional seseorang, reaksi ini

bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan

penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Tetapi B (Behavior) yaitu

keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C yakni reaksi emosional.

Selanjutnya, dalam pelatihan berpikir positif ini akan diberikan langkah-langkah

efektif dalam berpikir positif menurut Quilliam (2008) seperti menantang pikiran

yang dimiliki, mengubah gambaran cara berpikir yang dimiliki, menggunakan

bahasa yang konstruktif, memikirkan kembali kepercayaan yang dimiliki,

membangun harga diri, dan mempertahankan perilaku positif yang dimiliki.

Langkah efektif berpikir positif yang dikembangkan oleh Quilliam (2008) ini

sesuai dengan konsep berpikir positif Model ABC Ellis yang berupaya mengubah

pikiran negatif yang dimiliki menjadi pikiran yang positif karena akibat yang

dirasakan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh pemikiran yang dimilikinya.

Selain itu jika dibandingkan dengan langkah efektif berpikir positif menurut

Elfiky (2009) dan Asmani (2009), langkah efektif berpikir positif yang

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dikembangkan oleh Quilliam (2008) lebih bersifat lengkap atau menyeluruh dan

sistematis tetapi tetap sederhana sehingga mudah untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari sedangkan langkah efektif berpikir positif yang

dikembangkan oleh Elfiky (2009) dan Asmani (2009) lebih memfokuskan pada

penyelesaian masalah yang dihadapi dalam kehidupan seperti setiap permasalahan

pasti ada solusinya, mengambil sisi baik dari permasalahan, belajar dari masa lalu,

dan sebagainya sehingga kurang sistematis jika akan digunakan dalam sebuah

rancangan pelatihan berpikir positif.

Pelatihan ini ditujukan untuk membantu remaja panti asuhan dalam

mengenali pola pikirnya dan memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif

menjadi pola pikir yang positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan

pola pikir positif yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan yang

akan datang. Pelatihan berpikir positif ini diharapkan mampu membuat remaja

panti asuhan lebih berani dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan

pendapatnya sehingga dapat meningkatkan perilaku asertif remaja panti asuhan.

Dengan menanamkan pikiran positif dalam diri remaja panti asuhan bahwa

dirinya mampu untuk bersikap asertif melalui tindakan-tindakan nyata dalam

kehidupannya seperti mampu untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan

perasaannya, mampu menolak permintaan yang tidak sesuai dengan dirinya, dan

mampu memulai, melanjutkan, dan mengakhiri percakapan dengan orang lain

yang baru dikenalnya, maka remaja panti asuhan akan menyadari bahwa dirinya

memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan remaja lain yang masih

mempunyai keluarga utuh. Pikiran yang positif ini akan membuat remaja panti

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

asuhan memiliki pandangan yang aktif tentang kehidupan yang merupakan salah

satu aspek perilaku asertif menurut Fensterheim & Baer (1980), lebih terbuka dan

mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan perasaannya sehingga mampu

bersikap asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain dan mendapatkan apa

yang diinginkan karena tidak dapat dikendalikan oleh orang lain.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan pelatihan berpikir positif dapat

meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3 Bagan Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian kali ini adalah memberikan perlakuan

yaitu pelatihan berpikir positif kepada remaja panti asuhan yang berperan sebagai

peserta pelatihan. Sebelumnya diberikan pre-test berupa skala asertivitas kepada

remaja panti asuhan untuk mengetahui tingkat asertivitas remaja panti asuhan

sebelum diberikan perlakuan. Selanjutnya, remaja panti asuhan yang memiliki

tingkat asertivitas rendah akan megikuti pelatihan berpikir positif yang berisi

materi berpikir positif, role play model ABC, langkah efektif berpikir positif, dan

manfaat berpikir positif. Setelah remaja panti asuhan mengikuti pelatihan berpikir

Pelatihan Berpikir Positif (3x pertemuan)

Peningkatan asertivitas remaja panti asuhan setelah

mengikuti pelatihan berpikir positif

Remaja Panti Asuhan (Tingkat asertivitas rendah)

Berpikir Positif, Role Play Model ABC, Langkah

Efektif dan Manfaat Berpikir Positif

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

positif maka post-test pun diberikan yaitu skala asertivitas yang bersifat sejajar

dengan pre-test untuk mengetahui tingkat asertivitas remaja panti asuhan setelah

mengikuti pelatihan berpikir positif, adakah peningkatan asertivitas remaja panti

asuhan setelah mengikuti pelatihan berpikir positif sesuai dengan tujuan

diadakannya penelitian ini.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dari

pelatihan berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan, yaitu setelah

mengikuti pelatihan berpikir positif ini maka ada peningkatan asertivitas yang

dimiliki oleh remaja panti asuhan yang menjadi peserta pelatihan.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mempunyai variabilitas, suatu konstruk

yang bervariasi atau yang dapat memiliki bermacam nilai tertentu (Latipun, 2006).

Berdasarkan uraian masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel tergantung : Asertivitas

2. Variabel bebas : Pelatihan Berpikir Positif

B. Definisi Operasional

Definisi operasional berarti meletakkan arti pada suatu variabel dengan

cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk

mengukur variabel itu (Latipun, 2006). Peneliti mengemukakan definisi

operasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Asertivitas

Asertivitas adalah kemampuan mengekspresikan perasaan, pemikiran,

pendapat, dan pilihan secara langsung kepada orang lain dengan cara yang

sesuai dan jujur dengan tetap menghormati diri sendiri dan orang lain

sehingga dapat tercipta hubungan interpersonal yang harmonis dan efektif.

Remaja panti asuhan yang memiliki tingkat asertivitas tinggi akan dapat

86

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

mengekspresikan perasaan, pemikiran, pendapat, dan pilihannya secara

langsung kepada orang-orang di sekitarnya sehingga remaja panti asuhan

dapat menentukan pilihan dalam hidupnya sendiri dan tidak bergantung

kepada orang lain, sedangkan remaja panti asuhan yang memiliki tingkat

asertivitas rendah tidak dapat mengekspresikan perasaan, pemikiran,

pendapat, dan pilihannya secara langsung kepada orang lain sehingga

remaja panti asuhan tidak dapat menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Asertivitas remaja panti asuhan ini akan diukur dengan menggunakan Skala

Asertivitas yang dikembangkan berdasarkan aspek perilaku asertif oleh

Fensterheim & Baer (1980) yaitu aspek merasa bebas untuk mengemukakan

dirinya sendiri, dapat berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain dari

semua tingkatan, mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, dan

bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri.

2. Pelatihan Berpikir Positif

Pelatihan berpikir positif adalah salah satu pengembangan atas model

kognitif yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali pola pikirnya

dan memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi pola pikir

yang positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola pikir

positif yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan yang akan

datang. Pelatihan berpikir positif ini terdiri dari tiga pertemuan dengan

materi pengenalan berpikir positif pada pertemuan pertama, lalu pada

pertemuan kedua terdapat role play Model ABC (Antecedents, Behavior,

Consequency) Ellis dan penyampaian materi tentang langkah efektif untuk

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

berpikir positif sesuai dengan teknik berpikir positif Model ABC Ellis yang

telah dikembangkan oleh Quilliam (2008) yaitu menantang pikiran yang

dimiliki, mengubah gambaran cara berpikir yang dimiliki, menggunakan

bahasa yang konstruktif, memikirkan kembali kepercayaan yang dimiliki,

membangun harga diri, dan mempertahankan perilaku positif yang dimiliki,

lalu materi manfaat berpikir positif diberikan pada pertemuan ketiga.

Pelatihan ini menggunakan pendekatan experiential learning dengan metode

presentasi, permainan (games), sharing, worksheet, role play, evaluasi,

relaksasi, dan tayangan video. Berikut ini merupakan rangkaian pelatihan

berpikir positif yang akan dilakukan :

Tabel 2 Rangkaian Pelatihan Berpikir Positif

(1) (2) (3) (4)

No Sesi Tujuan Metode

1 Opening session

Games

Peserta memahami rangkaian

pelatihan dan menyepakati

tentang hal-hal yang ingin dicapai

dalam pelatihan.

Peserta dapat menjadi lebih akrab

dengan peserta lain

Perkenalan

Kontrak Belajar

Games

2 Berpikir positif

Games Berpikir

Positif

Peserta mengetahui pengertian

berpikir positif

Peserta mampu mengenali dan

menerapkan cara berpikir yang

positif dan meninggalkan cara

berpikir yang negatif dalam

kehidupan sehari-hari

Presentasi

Games

3 Pengenalan Model

A-B-C Ellis

Role play

Peserta memahami teori berpikir

positif Model A-B-C Ellis

Peserta melakukan dan mampu

menerapkan role-play berpikir

positif model A-B-C menurut

Ellis

Presentasi

Role play

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

(1) (2) (3) (4)

4 Langkah Efektif

Berpikir Positif

Worksheet

Peserta mengetahui bagaimana

langkah-langkah yang efektif

untuk berpikir positif sehingga

diharapkan mampu menerapkan

langkah efektif berpikir positif

tersebut dalam kehidupan sehari-

hari

Peserta mengisi worksheet yang

telah diberikan

Presentasi

Worksheet

5 Manfaat Berpikir

Positif

Games Manfaat

Berpikir Positif

Peserta mengetahui apa saja

manfaat berpikir positif

Peserta mampu mengambil

manfaat dari langkah-langkah

efektif berpikir positif yang

diajarkan dalam menjalani setiap

momen kehidupannya

Presentasi

Games

6 Pemutaran video Peserta dapat lebih memahami

materi yang disampaikan melalui

penayangan video tentang berpikir

positif

Audio-visual,

sharing

7 Relaksasi Peserta mengikuti instruksi dari

fasilitator untuk melakukan

relaksasi sehingga menjadi lebih

rileks dan terjadi proses

internalisasi dalam diri peserta

Relaksasi

8 Evaluasi Peserta dan fasilitator mengulas

kembali materi yang telah

disampaikan dan melakukan

evaluasi untuk mengetahui sejauh

mana peserta mengerti dan

memahami materi yang

disampaikan

Evaluasi,

sharing

9 Closing session Peserta dapat mengontrol pikiran

dan benar-benar mengerti tentang

materi yang telah disampaikan

Berdoa bersama

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja panti asuhan di Kabupaten

Sukoharjo. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja panti asuhan di Panti

Asuhan Yatim Mardhotilah Kartasura, Sukoharjo. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive non random sampling yaitu

memilih sampel sesuai dengan yang dikehendaki atau dengan karakteristik

tertentu (Latipun, 2006). Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Merupakan remaja yang memiliki tingkat sertivitas rendah dan sedang

(berdasarkan hasil Skala Asertivitas) yang tinggal di Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Kartasura, Sukoharjo.

2. Berusia 12 – 21 tahun.

3. Mengisi Skala Asertivitas dan bersedia mengikuti seluruh rangkaian pelatihan

berpikir positif dengan mengisi lembar persetujuan kesediaan mengikuti

seluruh rangkaian pelatihan berpikir positif.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data primer yang langsung didapat dari subjek penelitian. Data

primer ini didapat dari pengukuran dengan menggunakan Skala Asertivitas. Skala

Asertivitas ini menggunakan modifikasi skala Likert yang berisi 64 aitem

pernyataan yang terdiri dari 32 aitem pernyataan favorable dan 32 aitem

pernyataan unfavorable. Model Skala Likert yang telah dimodifikasi ini

menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Selalu (S), Sering (R), Jarang (J), dan

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tidak Pernah (TP). Tiap-tiap skala psikologi mengandung aitem favorable

(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Pemberian skor untuk aitem

favorable dimulai dari empat sampai satu untuk S, R, J dan TP, sedangkan skor

untuk aitem unfavorable dimulai dari satu sampai empat untuk S, R, J dan TP.

Selanjutnya, skor dalam Skala Asertivitas ini akan dikategorikan menjadi tiga

kategori (Azwar, 2008) yaitu :

Rendah : X < ( - 1,0 )

Sedang : ( - 1,0 ) X < ( + 1,0 )

Tinggi : ( + 1,0 ) X

Skala Asertivitas ini disusun berdasarkan uraian aspek asertivitas yang

dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980) yaitu :

1. Merasa bebas untuk mengemukakan dirinya sendiri, melalui kata-kata dan

tindakan.

2. Dapat berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan jujur dengan orang lain

dari semua tingkatan, baik dengan orang yang tidak dikenal, sahabat, dan

keluarga.

3. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup.

4. Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri.

a

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

BlueTabel 3

Blue Print Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba

E. Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang berperan penting dalam

menentukan baik atau tidaknya suatu hasil penelitian. Oleh karena itu, alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini pun harus memenuhi syarat valid dan

No. Aspek Indikator perilaku No aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Bebas

mengemukakan

diri sendiri

Mampu mengajukan

dan menolak

keinginan orang lain

16,32,48,64 8,24,40,56

Mampu

mengekspresikan

perasaan yang

positif maupun

negatif

7,23,39,55 15,31,47,63 16

2. Mampu

berkomunikasi

secara langsung,

terbuka dan jujur

Mampu memulai,

melanjutkan, dan

mengakhiri

percakapan

14,30,46,62 6,22,38,54

Mampu

berkomunikasi dan

bekerja sama

dengan orang lain

pada semua

tingkatan

5,21,53 13,29,37,45,61 16

3. Mempunyai

pandangan aktif

tentang hidup

Bertindak sesuai

dengan minat

terbaik yang

dimiliki

12,28,36,44,60 4,20,52

Menjadi seseorang

yang aktif , selalu

berusaha mengejar

apa yang diinginkan

3,19,35,51 11,27,43,59 16

4 Bertindak

dengan cara

yang

dihormatinya

sendiri

Meminta hak diri

sendiri tanpa

menyangkal hak

orang lain

10,26,42,58 2,18,34,50

Berpihak kepada

diri sendiri tanpa

ketertarikan yang

tidak pantas

1,17,33,49 9,25,41,57 16

Jumlah 32 32 64

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

reliabel. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Lebih lanjut lagi dalam sebuah penelitian, langkah awal yang akan

dilakukan adalah menguji validitas aitem pernyataan. Pengukuran uji validitas

skala dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi atau content validity,

melalui review professional judgement oleh dosen pembimbing dan korelasi

Product Moment Pearson.

Ide pokok dalam konsep uji reliabilitas ini adalah seberapa jauh hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008). Analisis realibilitas dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha dalam program

SPSS for MS Windows version 16.

F. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi-experimental research yaitu dengan

mengembangkan rancangan eksperimen yang dilakukan tanpa randomisasi,

namun masih menggunakan kelompok kontrol (Latipun, 2006). Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah non randomized pretest-posttest control

group design. Peneliti menggunakan desain penelitian yang menggunakan

kelompok kontrol bertujuan untuk memperkuat validitas internal karena sumber

invaliditas dan variabel luar terkendali. Pertama-tama dilakukan pengukuran

(pretest) dengan menggunakan skala asertivitas pada kedua kelompok yaitu

kelompok eksperimen (Te) dan kelompok kontrol (Tk), lalu dikenakan perlakuan

berupa pemberian pelatihan berpikir positif pada kelompok eksperimen (Te) untuk

jangka waktu tertentu sedangkan kelompok kontrol (Tk) tidak mendapatkan

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

perlakukan pelatihan berpikir positif, setelah jangka waktu tertentu kemudian

dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (posttest) pada kedua kelompok.

Rancangan eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut (dalam Suryabrata,

2006) :

Pengukuran (T1e) Perlakuan (X) Pengukuran (T2e)

(pretest) (posttest)

Pengukuran (T1k) Pengukuran (T2k)

(pretest) (posttest)

Gambar 4

Desain Penelitian Non Randomized Control Group Pretest-Post Test Design

G. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan screening sekaligus sebagai pretest berupa Skala Asertivitas yang

disusun berdasarkan aspek asertivitas menurut Fensterheim & Baer (1980)

kepada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Kartasura yang

menjadi peserta penelitian untuk mengetahui tingkat asertivitas remaja panti

asuhan.

2. Melakukan pemilihan peserta yang menjadi kelompok kontrol (Tk) dan

kelompok eksperimen (Te) secara non random (teknik matching) berdasarkan

hasil screening sekaligus pretest yang telah dilakukan sebelumnya.

Non Random

(teknik

matching)

((

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

3. Memberikan lembar persetujuan bersedia mengikuti seluruh rangkaian

pelatihan berpikir positif kepada remaja panti asuhan yang telah dipilih

menjadi kelompok eksperimen (Te).

4. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen (Te) yaitu pemberian

pelatihan berpikir positif sebanyak 3 kali pertemuan. Pelatihan pada pertemuan

pertama terdiri dari pemberian pretest, sesi pengenalan tentang berpikir positif

berupa pengertian berpikir positif dan indikator berpikir positif, lalu pada

pertemuan kedua akan diberikan sesi langkah efektif berpikir positif dan role

play pelatihan berpikir positif Model ABC menurut Ellis, lalu pada pertemuan

terakhir yaitu pertemuan ketiga akan diberikan sesi manfaat berpikir positif,

pemutaran video, relaksasi, dan post-test. Pelatihan akan diberikan oleh

fasilitator dan dibantu co-fasilitator di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Kartasura, Sukoharjo. Modul pelatihan berupa modul fasilitator dan modul

peserta yang berisi makalah mengenai pengertian, indikator, langkah efektif,

dan manfaat berpikir positif.

5. Memberikan posttest berupa Skala Asertivitas yang disusun berdasarkan aspek

asertivitas menurut Fensterheim & Baer (1980) kepada remaja panti asuhan,

baik pada kelompok eksperimen (Te) maupun kelompok kontrol (Tk).

6. Menghitung perbedaan antara hasil pretest T1 dan posttest T2 untuk masing-

masing kelompok, jadi didapatkan (T2e – T1e) dan (T2k – T1k).

7. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan apakah

penerapan perlakuan pelatihan berpikir positif (X) itu berkaitan dengan

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimental, jadi (T2e – T1e) –

(T2k – T1k).

8. Menganalisis hasil perlakuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan

nonperlakuan pada asertivitas remaja panti asuhan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan Independent Samples T-Test dan Paired Samples T-test yang

terdapat dalam program SPSS 16. Independent Samples T-test merupakan

prosedur yang digunakan untuk pengujian dua kelompok yang independen (two

independent samples), yaitu kelompok eksperimen dan kontrol, untuk melihat

apakah pelatihan berpikir positif berpengaruh terhadap asertivitas remaja panti

asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Selanjutnya, perhitungan

menggunakan Paired Samples T-test merupakan prosedur yang digunakan untuk

membandingkan rata-rata dua variabel yang berhubungan dalam satu kelompok

(two correlated samples), yaitu data pretest dan posttest, untuk melihat apakah

peningkatan tingkat asertivitas pada remaja panti asuhan yang menjadi kelompok

eksperimen bernilai signifikan.

Selain dari hasil analisis kuantitatif dengan Paired Samples T-test dan

Independent Samples T-test, dilakukan pula analisis data kuantitatif deskriptif

yang diperoleh dari sharing, observasi dan lembar evaluasi yang diisi oleh peserta

selama proses pelatihan. Lembar evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh

mana pelatihan berpikir positif meningkatkan asertivitas remaja panti asuhan.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Tempat Penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan menentukan lokasi yang akan

dijadikan tempat penelitian. Penentuan tempat penelitian ini disesuaikan

dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Peneliti sehingga

penelitian mengenai “Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif terhadap

Asertivitas Remaja Panti Asuhan” dilaksanakan di Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Sukoharjo.

Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo adalah panti asuhan

yang dikelola oleh Yayasan Pengembangan Sumber Daya Wanita dan Anak

Yatim sesuai dengan KEP.MEN.KUM. dan HAM. No. AHU-

4502.AH.01.04.Thn.2009 yang berdiri pada 10 Januari 1993 atas prakarsa

Ibu Taurat beserta empat orang ibu lainnya yang kemudian pada November

1994 diadakan peletakan batu pertama di Panti Asuhan Yatim Putri

Mardhatilah atas dana swadaya umat Islam di Surakarta, Sukoharjo dan

sekitarnya.

Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo ini terdiri dari Panti

Asuhan Yatim Putri Mardhatilah dan Panti Asuhan Yatim Putra Mardhatilah

yang memiliki dua cabang, yakni cabang Kartasura dan Polokarto. Peneliti

memilih untuk melakukan penelitian di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah I

97

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

yang beralamat di Jl. Sawo No.27 B Gempol, Ngadirejo, Kartasura,

Sukoharjo karena memiliki jumlah anak asuh lebih banyak jika

dibandingkan dengan Panti Asuhan Yatim Mardhatilah II di Polokarto yaitu

berjumlah 16 putra dan 39 putri. Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

mengasuh anak yatim, piatu, yatim-piatu, maupun yang kurang mampu

mulai dari usia TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Jumlah anak asuh

Panti Asuhan Yatim Mardhatilah I yang berusia remaja, usia 12-21 tahun,

berjumlah 28 orang yang terdiri dari 8 putra dan 20 putri, yang semuanya

masih duduk di bangku SMP-SMA.

Ketika Peneliti melakukan beberapa kali kunjungan untuk survei di

Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo, Peneliti mendapati bahwa

remaja panti asuhan di sana cenderung bersikap pasif, mengambil sikap

diam dan duduk manis daripada berdiskusi dengan teman-temanya. Peneliti

pun berusaha memancing respons remaja panti asuhan di sana dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan saat perkenalan tetapi tidak mendapat

respons yang berarti, remaja panti asuhan kurang mampu untuk

berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya. Begitu pula ketika

Peneliti menanyakan tentang bagaimana pendapat remaja panti asuhan di

sana tentang skala yang telah diberikan, serentak remaja panti asuhan hanya

diam. Remaja panti asuhan di sana kurang mampu untuk mengungkapkan

pandapat ataupun perasaannya. Hal inilah yang menjadi perhatian utama

Peneliti dalam mencermati permasalahan yang dialami oleh remaja yang

tinggal di panti asuhan.

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Setelah melakukan survei, Peneliti pun mulai mencari informasi

tentang Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Sukoharjo sangat tahu bagaimana posisinya sebagai tempat

pengganti keluarga bagi anak-anak asuhnya, maka Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah memiliki visi dan misi khusus dalam pengasuhan anak-anak

asuhnya. Adapun yang menjadi visi Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo adalah menciptakan anak asuh yang percaya diri, takwa, cerdas

dan terampil ketika anak asuh tersebut telah siap untuk keluar dan berada di

tengah masyarakat. Adapun yang menjadi misi dari Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Sukoharjo sebagai berikut :

Tabel 4 Misi Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo

No Misi

1 Berusaha untuk mengembalikan kasih sayang anak asuh yang

hilang dari orang tuanya.

2 Pola asah, asih, dan asuh yang berorientasi pada akhlaqul

karimah.

3 Memfasilitasi anak asuh agar memiliki life skills.

4 Menggalang modal untuk pengembangan dalam bidang usaha

ekonomis produktif.

(Sumber : Buku Profil Sejarah Singkat Panti Asuhan Yatim Mardhatilah)

Penelitian ini menggunakan semua anak asuh Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah I yang berusia remaja antara 12-21 tahun yaitu sebanyak 28

orang yang terdiri dari 8 putra dan 20 putri.

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

2. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perizinan

yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian

“Pangaruh Pelatihan Berpikir Positif terhadap Asertivitas Remaja Panti

Asuhan”. Permohonan izin tersebut diantaranya Peneliti meminta surat

pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan nomor surat 820/H27.06.7.1/TU/2011 yang

ditujukan kepada Pimpinan Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo.

Setelah mendapat surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta kemudian Peneliti

mengajukan permohonan kepada Pihak Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo dan setelah mendapatkan izin dari pihak panti asuhan, Peneliti

baru bisa mengadakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah disepakati

oleh pihak panti asuhan yakni setelah pelaksanaan ujian akhir nasional

(UAN) SMP dan SMA.

3. Persiapan Alat Ukur

a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala

Asertivitas yang disusun berdasarkan aspek perilaku asertif yang

dikemukakan oleh Fensterheim & Baer (1980). Skala yang disusun oleh

Peneliti berdasarkan aspek perilaku asertif Fensterheim & Baer (1980) ini

memiliki empat aspek ukur yaitu merasa bebas untuk mengemukakan

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

dirinya sendiri, dapat berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan jujur

dengan orang lain dari semua tingkatan, mempunyai pandangan yang

aktif tentang hidup, dan bertindak dengan cara yang dihormatinya

sendiri.

Skala Asertivitas ini menggunakan modifikasi skala Likert yang

berisi 64 aitem pernyataan yang terdiri dari 32 aitem pernyataan

favorable dan 32 aitem pernyataan unfavorable. Model Skala Likert yang

telah dimodifikasi ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Selalu

(S), Sering (R), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Tiap-tiap skala

psikologi mengandung aitem favorable (mendukung) dan unfavorable

(tidak mendukung). Pemberian skor untuk aitem favorable dimulai dari

empat sampai satu untuk Selalu (S), Sering (R), Jarang (J) dan Tidak

Pernah (TP), sedangkan skor untuk aitem unfavorable dimulai dari satu

sampai empat untuk Selalu (S), Sering (R), Jarang (J) dan Tidak Pernah

(TP).

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 5 Distribusi Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba

b. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan dengan uji coba Skala Asertivitas

kepada remaja Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah Grogol berjumlah 22

orang dan Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Grogol berjumlah 13

orang. Peneliti menggunakan remaja panti asuhan di kedua panti asuhan

No. Aspek Indikator perilaku No aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Bebas

mengemukakan

diri sendiri

Mampu mengajukan

dan menolak

keinginan orang lain

16,32,48,64 8,24,40,56

Mampu

mengekspresikan

perasaan yang

positif maupun

negatif

7,23,39,55 15,31,47,63 16

2. Mampu

berkomunikasi

secara langsung,

terbuka dan jujur

Mampu memulai,

melanjutkan, dan

mengakhiri

percakapan

14,30,46,62 6,22,38,54

Mampu

berkomunikasi dan

bekerja sama

dengan orang lain

pada semua

tingkatan

5,21,53 13,29,37,45,61 16

3. Mempunyai

pandangan aktif

tentang hidup

Bertindak sesuai

dengan minat

terbaik yang

dimiliki

12,28,36,44,60 4,20,52

Menjadi seseorang

yang aktif , selalu

berusaha mengejar

apa yang diinginkan

3,19,35,51 11,27,43,59 16

4 Bertindak

dengan cara

yang

dihormatinya

sendiri

Meminta hak diri

sendiri tanpa

menyangkal hak

orang lain

10,26,42,58 2,18,34,50

Berpihak kepada

diri sendiri tanpa

ketertarikan yang

tidak pantas

1,17,33,49 9,25,41,57 16

Jumlah 32 32 64

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

tersebut sebagai subjek untuk uji coba Skala Asertivitas dengan

pertimbangan mempunyai karakteristik yang sama dengan subjek yang

menjadi subjek penelitian di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo

yaitu merupakan remaja panti asuhan tinggal di lingkungan panti asuhan

yang berasaskan Islam di daerah Sukoharjo dengan terpisahnya tempat

tinggal panti putra dan panti putri, yang memiliki tingkat asertivitas yang

rendah dan sedang berdasarkan hasil screening menggunakan Skala

Asertivitas, dan memiliki sebaran usia yang sama antara 12-21 tahun.

Uji coba Skala Asertivitas dilaksanakan tanggal 22 April 2011

di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah Grogol kepada 22 orang dan tanggal

28 April 2011 di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Grogol kepada 13

orang. Prosedur pelaksanaannya adalah sebelumnya Peneliti memberikan

informasi kepada pihak panti bahwa Peneliti akan melakukan uji coba

skala untuk penelitian dan meminta jadwal pasti pelaksanaan kepada

pihak panti.

Pada tanggal 22 April 2011 pada waktu yang telah dijadwalkan,

Peneliti langsung membagikan skala asertivitas kepada 22 remaja panti

asuhan di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah Grogol dengan didampingi

Pengasuh. Sebelum melakukan uji coba, Peneliti terlebih dahulu

menginformasikan kepada seluruh anak asuh mengenai maksud dan

tujuan dari tes tersebut.

Selanjutnya, pada tanggal 28 April 2011 pada waktu yang telah

dijadwalkan, Peneliti langsung membagikan Skala Asertivitas kepada 13

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Grogol

dengan didampingi Pengasuh. Sebelum melakukan uji coba, Peneliti

terlebih dahulu menginformasikan kepada seluruh anak asuh mengenai

maksud dan tujuan dari tes tersebut.

Setelah pemeriksaan skala, diperoleh 35 skala yang dapat

dianalisis, kemudian dilakukan penskoran dan analisis terhadap 35 skala

untuk pengujian validitas dan reliabilitas. Selanjutnya, Peneliti

mengkategorikan skor menjadi tiga kategori (Azwar, 2008) yaitu :

Rendah : X < ( - 1,0 )

Sedang : ( - 1,0 ) X < ( + 1,0 )

Tinggi : ( + 1,0 ) X

Perhitungan kategori skor skala asertivitas dan distribusi try out

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran F.

c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas

Sebelum pengujian validitas dan reliabilitas, dilakukan terlebih

dahulu penskoran Skala Asertivitas dengan penyusunan alternatif

jawaban model skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Penskoran

pada aitem favorable skala yaitu Selalu mendapat skor 4, Sering

mendapat skor 3, Jarang mendapat skor 2, dan Tidak Pernah mendapat

skor 1 dan sebaliknya untuk aitem yang bersifat unfavorable. Setelah

dilakukan penskoran Skala Asertivitas, maka diperoleh skor total untuk

setiap subjek. Hasil dari penskoran tersebut kemudian dilakukan

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

pengujian validitas dan reliabilitas skala, untuk mempermudah

penghitungan Peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.

1) Uji Validitas

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

content validity dan construct validity. Content validity melalui review

professional judgment oleh Pembimbing sebagai pihak yang

berkompeten sehingga penampilan tes lebih meyakinkan dan

memenuhi kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur.

Selanjutnya, skala dalam penelitian ini diuji daya beda aitem

dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dalam

program SPSS 16. Hasil uji tersebut memiliki indeks korelasi berkisar

antara -0,009 sampai dengan 0,642. Peneliti menggunakan nilai 0,30

sebagai batas nilai validitas minimal. Hal ini dikarenakan menurut

Azwar (2008) aitem dengan nilai aitem < 0,30 dapat disingkirkan dan

aitem dengan nilai ≥ 0,30 dapat diikutkan dalam skala sikap.

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan

aitem yang valid berjumlah 32 aitem dari 64 aitem yang diujicobakan

dengan kisaran nilai 0,302 sampai dengan 0,642. Aitem yang valid

berjumlah 32 aitem, aitem tersebut adalah 1, 3, 6, 8, 10, 15, 16, 19, 20,

21, 22, 28, 30, 31, 33, 36, 39, 41, 42, 43, 44, 46, 48, 50, 51, 52, 55, 56,

57, 59, 60, dan 62. Aitem yang gugur berjumlah 32 yaitu 2, 4, 5, 7, 9,

11, 12, 13, 14, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 32, 34, 35, 37, 38, 39, 40,

45, 47, 49, 53, 54, 58, 61, 63, dan 64.

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tabel 6

Distribusi Skala Asertivitas Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator

perilaku

No aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Bebas

mengemukakan

diri sendiri

Mampu

mengajukan dan

menolak

keinginan orang

lain

16,48 32,64 8,56 24,40

Mampu

mengekspresikan

perasaan yang

positif maupun

negatif

39,55 7,23 15,31 47,63 16

2. Mampu

berkomunikasi

secara

langsung,

terbuka dan

jujur

Mampu

memulai,

melanjutkan, dan

mengakhiri

percakapan

30,46,62 14 6,22 38,54

Mampu

berkomunikasi

dan bekerja sama

dengan orang

lain pada semua

tingkatan

21 5,53 ---- 13,29,37,45,61 16

3. Mempunyai

pandangan

aktif tentang

hidup

Bertindak sesuai

dengan minat

terbaik yang

dimiliki

28,36,44,60 12 20,52 4

Menjadi

seseorang yang

aktif , selalu

berusaha

mengejar apa

yang diinginkan

3,19,51 35 43,59 11,27 16

4 Bertindak

dengan cara

yang

dihormatinya

sendiri

Meminta hak diri

sendiri tanpa

menyangkal hak

orang lain

10,42 26,58 50 2,18,34

Berpihak kepada

diri sendiri tanpa

ketertarikan

yang tidak

pantas

1,33 17,49 41,57 9,25 16

Jumlah 19 13 13 19 64

32 32 64

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

2) Uji Reliabilitas

Setelah Skala Asertivitas dilakukan pengujian validitas

kemudian dilakukan uji reliabilitas pada aitem yang valid. Pengujian

reliabilitas diperlukan untuk mengetahui konsistensi atau

keterpercayaan skala psikologis sehingga didapat skala psikologis

yang konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2008). Uji reliabilitas

tersebut menggunakan teknik analisis Cronbach’s Alpha dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS 16. Hasil uji

reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.883 32

Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil perhitungan

reliabilitas Skala Asertivitas dengan koefisien reliabilitas (rtt) sebesar

0,883. Perhitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran G. Koefisien reliabilitas dianggap memuaskan apabila

koefisiennya mencapai 0,900 (Azwar, 2008), sehingga koefisien

reliabilitas (rtt) dari Skala Asertivitas tersebut adalah baik. Maka bisa

dinyatakan bahwa Skala Asertivitas tersebut reliabel, yang selanjutnya

dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

d. Penyusunan Alat Ukur

Tahap selanjutnya setelah pengujian validitas dan reliabilitas

adalah mempersiapkan aitem-aitem yang valid, kemudian didistribusi

ulang untuk mengambil data penelitian. Distribusi ulang skala yang

digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 8 Distribusi Skala Asertivitas Untuk Penelitian

No. Aspek Indikator Perilaku No Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable

1 Bebas

mengemukakan

diri sendiri

Mampu mengajukan

dan menolak

keinginan orang lain

16(16), 48(30) 8(8), 56(23)

8 Mampu

mengekspresikan

perasaan yang positif

maupun negatif

39(7), 55(22) 15(15), 31(29)

2 Mampu

berkomunikasi

secara langsung,

jujur dan

terbuka

Mampu memulai,

melanjutkan, dan

mengakhiri

percakapan

30(13),

46(14), 62(28)

6(6), 22(21)

6 Mampu

berkomunikasi dan

bekerja sama dengan

orang lain pada

semua tingkatan

21(5) ----------

3 Mempunyai

pandangan aktif

tentang hidup

Bertindak sesuai

minat terbaik yang

dimiliki

28(12),

36(27),

44(31), 60(32)

20(4), 52(20)

11

Menjadi seseorang

yang aktif

3(3), 19(19),

51(25)

43(11), 59(26)

4 Bertindak

dengan cara

yang

dihormatinya

sendiri

Meminta hak diri

sendiri tanpa

menyangkal hak

orang lain

10(10), 42(18) 50(2)

7 Berpihak kepada diri

sendiri tanpa

ketertarikan yang

tidak pantas

1(1), 33 (17) 41(9), 57(24)

Jumlah

Keterangan : nomor yang berada dalam tanda kurung ( ) merupakan susunan

nomor baru setelah validitas dan reliabilitas

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

4. Persiapan Eksperimen

Eksperimen dalam penelitian ini menggunakan Pelatihan Berpikir

Positif sebagai perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Pelatihan Berpikir

Positif ini dilakukan oleh tiga fasilitator dan tiga co-fasilitator. Sebelumnya,

Peneliti melakukan briefing mengenai materi dan pelaksanaan pelatihan.

Hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan materi dan detail pelatihan

kepada fasilitator maupun co-fasilitator. Selanjutnya, Peneliti memberikan

data kepada pihak panti mengenai hasil screening tentang anak asuh yang

berada dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Peneliti kemudian

menentukan waktu dan tempat pelatihan dengan seizin pihak Panti Asuhan

Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Pihak panti yang menginformasikan kepada

anak asuh yang menjadi peserta pelatihan atau masuk ke dalam kelompok

eksperimen untuk mengikuti Pelatihan Berpikir Positif.

a. Persiapan Alat dan Bahan

Selanjutnya, Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan

dalam pelatihan life skills yaitun Pelatihan Berpikir Positif. Alat-alat

tersebut antara lain :

a. Tiga unit laptop, satu laptop pada penelitian ini digunakan untuk

menayangkan slide pelatihan dan tiga laptop digunakan saat memutar

film tentang berpikir positif yaitu Tanah Air Beta.

b. Satu unit sound system, sound system pada penelitian ini digunakan untuk

memperdengarkan musik saat peserta pelatihan mengerjakan worksheet,

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

musik instrumental saat peserta pelatihan melakukan relaksasi, dan

pendukung dalam pemutaran film kepada peserta pelatihan.

c. Slide pelatihan, slide pelatihan dibuat untuk membantu peserta

memahami materi yang disampaikan oleh fasilitator. Slide pelatihan

meliputi opening, sesi I, sesi II, sesi III, dan closing.

d. Lembar observasi, lembar observasi dibuat untuk membantu Peneliti

dalam mengamati sikap, ekspresi dan partisipasi dari peserta pelatihan

selama mengikuti Pelatihan Berpikir Positif.

e. Lembar evaluasi proses dan hasil, Peneliti mempersiapkan lembar

evaluasi proses untuk diisi sesuai dengan keadaan dan perasaan yang

dialami subyek sesungguhnya pada akhir pertemuan pelatihan. Peneliti

mempersiapkan lembar evaluasi hasil yang termasuk pada lembar

worksheet pada pertemuan II. Evaluasi pelatihan dapat dilihat secara

lengkap pada Lampiran D.

f. Alat Tulis, alat tulis berupa bolpoin dan kertas dipergunakan oleh peserta

pelatihan untuk mengisi worksheet, lembar evaluasi pelatihan, dan

mencatat materi pelatihan.

b. Uji Coba Modul Pelatihan

Pengujian selanjutnya adalah dengan uji coba modul pelatihan

kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel

penelitian yaitu remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah

Grogol yang berusia 12-21 tahun. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 14

Mei 2011 di aula Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah Grogol. Responden

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

uji coba modul pelatihan sebanyak 5 remaja panti asuhan di Panti Asuhan

Yatim Putri Aisyiah Grogol yang berusia 12-21 tahun. Prosedur uji coba

modul pelatihan meliputi masing-masing responden dibagikan modul

pelatihan untuk dibaca dan fasilitator menyampaikan materi secara

sekilas, meminta responden untuk mengerjakan salah satu worksheet

untuk mengetahui keefektifan worksheet kemudian responden diminta

untuk mengisi lembar evaluasi materi pelatihan. Hasil analisis evaluasi

materi uji coba modul dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut :

Tabel 9 Nilai Tes Evaluasi Materi (Uji Coba Modul)

Responden Nilai

1 92,5

2 90

3 92,5

4 97,5

5 92,5

Rata-rata 93

Keterangan : Sebaran Nilai 1 – 110

Pada Tabel Nilai Tes Evaluasi Materi (Uji Coba Modul)

menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh oleh responden adalah

97,5 dan nilai terendah adalah 90. Rata-rata nilai tes evaluasi materi uji

coba modul adalah 93, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden dapat memahami isi materi yang telah disampaikan oleh

Peneliti.

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 10 Nilai Pemahaman Materi Uji Coba Modul

Responden Nilai

1 100

2 100

3 100

4 100

5 100

Rata-rata 100

Keterangan : Sebaran Nilai 1 – 100

Pada Tabel Nilai Pemahaman Materi Uji Coba Modul

menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh oleh responden

adalah 100 dan rata-rata nilai tes evaluasi materi uji coba modul adalah

100, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua responden dapat

memahami materi dalam modul, tetapi sesuai dengan saran yang

diberikan oleh responden maka Peneliti masih perlu memperbaiki modul

agar lebih komunikatif dan mudah dipahami oleh peserta penelitian dan

menyiapkan media bantu untuk mempermudah penyampaian materi

dalam pelatihan.

c. Screening

Berdasarkan hasil uji coba Skala Asertivitas yang telah

dilakukan pada remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiah

dan Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Sukoharjo, maka didapatkan

Skala Asertivitas yang siap digunakan dalam penelitian. Selanjutnya,

Peneliti melakukan screening yang sekaligus sebagai pretest dengan

menggunakan Skala Asertivitas di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo dengan pertimbangan memiliki karakteristik yang sama yakni

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

merupakan remaja panti asuhan yang berbasis Islam, memiliki rentang

usia 12-21 tahun, memiliki tingkat asertivitas rendah dan sedang

sehingga dapat masuk menjadi sampel penelitian ini. Teknik analisis data

statistik yang digunakan dalam penelitian ini awalnya menggunakan

parametrik dengan uji analisis Independent Samples T-Test dan Paired

Samples T-test, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

terdapat keterbatasan sampel yaitu jumlah sampel kecil (kurang dari

sepuluh) maka Peneliti memutuskan untuk mengganti teknik analisis data

dengan menggunakan perhitungan nonparametrik yaitu dengan uji Mann-

Whitney U-Test dan Wilcoxon T-Test. Uji ini merupakan salah satu uji

non-parametrik yang sangat kuat (powerful) dan merupakan alternatif

dari uji parametrik t-test, jika Peneliti ingin menghindarkan dari asumsi t-

test atau ketika pengukuran dalam data lebih lemah dibandingkan ukuran

skala interval (Ghozali, 2006).

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest

Data pretest yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari hasil screening, sehingga Peneliti mendapatkan skor

asertivitas remaja panti asuhan Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo

yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Peneliti melakukan pretest

sekaligus screening pada tanggal 17 Mei 2011 kepada 23 remaja panti

asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo yang berusia antara

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

12-21 tahun, yang seharusnya berjumlah 28 orang tetapi tereksklusi karena

tidak hadir pada saat pretest berlangsung. Berdasarkan data tersebut seluruh

remaja panti asuhan dapat dikategorikan dalam tingkatan asertivitas yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Distribusi skor asertivitas remaja panti asuhan

pada saat screening ditampilkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 11 Hasil Screening

No Nama Usia

Jenis

Kelamin Skor Keterangan

1 H 13 L 83 Sedang

2 I 13 L 71 Sedang

3 MBR 17 L 109 Tinggi

4 AMS 14 P 78 Sedang

5 V 18 P 75 Sedang

6 AWS 14 P 96 Tinggi

7 NF 16 P 101 Tinggi

8 L 13 P 88 Sedang

9 SZ 13 P 97 Tinggi

10 TS 14 P 96 Tinggi

11 PLR 14 P 99 Tinggi

12 NA 14 P 88 Sedang

13 M 19 P 79 Sedang

14 DWS 18 P 80 Sedang

15 M 18 P 96 Tinggi

16 NS 19 P 96 Tinggi

17 LMI 19 P 100 Tinggi

18 NQ 19 P 100 Tinggi

19 K 17 L 98 Tinggi

20 DAS 17 P 79 Sedang

21 DSR 20 L 114 Tinggi

22 IT 16 P 108 Tinggi

23 FK 15 P 95 Sedang

Setelah pretest yang sekaligus proses screening dilakukan, hasil

Skala Asertivitas remaja Panti Asuhan Yatim Mardhatilah menunjukkan

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

tingkat asertivitas berada pada kategori sedang atau tinggi. Data yang

didapat berbeda dengan hasil survei awal yang dilakukan oleh Peneliti

bahwa hasil observasi menunjukkan remaja panti asuhan kurang asertif. Hal

ini bisa disebabkan oleh keterbatasan survei melalui observasi yang telah

dilakukan sehingga tidak mengungkap keseluruhan keadaan remaja panti

asuhan. Perbedaan hasil screening dan hasil survei ini tetap membuat

Peneliti melakukan penelitian di panti asuhan ini. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan tingkat asertivitas remaja panti asuhan, maka

berdasarkan data screening didapatkan remaja panti asuhan dengan

asertivitas kategori sedang yang digunakan sebagai subjek dalam penelitian

ini yang selanjutnya akan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kontrol. Distribusi pretest dapat dilihat secara lengkap pada

Lampiran F.

2. Penentuan Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah anak asuh Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Sukoharjo yang berusia antara 12-21 tahun, yang memiliki

tingkat asertivitas sedang berdasarkan hasil pretest skala asertivitas yaitu

berjumlah 10 orang. Jumlah tersebut kemudian dibagi menjadi dua

kelompok berdasarkan skor yang dipasangkan sehingga kedua kelompok

memiliki nilai mean yang berimbang (matching) yaitu lima orang untuk

kelompok eksperimen dan lima orang untuk kelompok kontrol.

Berikut adalah pembagian kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol :

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Tabel 12 Sampel Penelitian yang Menjadi Kelompok Kontrol

No Nama Usia Jenis Kelamin Skor Skala Tingkat Asertivitas

1 H 13 L 83 Sedang

2 M 19 P 79 Sedang

3 F 15 P 95 Sedang

4 DWS 18 P 80 Sedang

5 V 18 P 75 Sedang

Tabel 13 Sampel Penelitian yang Menjadi Kelompok Eksperimen

No Nama Usia Jenis Kelamin Skor Skala Tingkat Asertivitas

1 IA 13 P 71 Sedang

2 L 13 L 88 Sedang

3 AMS 14 P 78 Sedang

4 NA 14 P 88 Sedang

5 DAS 17 P 79 Sedang

3. Pelaksanaan Eksperimen

Pelaksanaan eksperimen dengan memberikan perlakuan berupa

Pelatihan Berpikir Positif. Pelatihan Berpikir Positif ini menggunakan

pendekatan experiential learning dengan metode communication activities

melalui presentasi dengan media power point, games, role play, sharing dan

evaluasi, relaksasi, dan pemutaran film. Pelatihan ini dilaksanakan selama

tiga kali pertemuan yang dilaksanakan dalam tiga hari berturut-turut dengan

waktu 150 menit setiap pertemuan dan dihadiri oleh lima anak yang diminta

mengikuti pelatihan dan sebagai fasilitator serta co-fasilitator adalah

mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Semester 10 dan mahasiswa Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta Semester 14.

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Jadwal pelaksanaan dan bagan mengenai alur pelatihan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran A, sedangkan modul pelatihan dapat dilihat

secara lengkap pada Lampiran D. Penjelasan mengenai Pelatihan Berpikir

Positif pada tiap pertemuan sebagai berikut :

a. Pertemuan Pertama

Pelatihan Berpikir Positif pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Jumat, tanggal 27 Mei 2011 di aula bawah Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo. Pelatihan ini berjalan selama 120 menit, yaitu mulai pukul 14.30

WIB dan berakhir pada pukul 16.30 WIB. Peserta yang hadir pada pelatihan

pertemuan ini sebanyak lima anak yang merupakan jumlah keseluruhan

subjek dalam kelompok eksperimen. Pelatihan pertemuan pertama ini

menggunakan metode communication activities melalui presentasi dengan

media power point, games, sharing, dan evaluasi. Pelatihan ini dilaksanakan

dalam beberapa sesi yaitu:

1) Pembukaan

Pada sesi ini, pelatihan dibuka dengan menampilkan slide selamat

datang dalam Pelatihan Berpikir Positif kepada seluruh peserta kemudian

dibuka oleh MC (Master of Ceremony). Kemudian peserta dan fasilitator

diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri, hal ini dimaksudkan

untuk mencairkan suasana dan agar peserta dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan perasaan nyaman, tanpa adanya beban.

Selanjutnya fasilitator menyampaikan informasi mengenai

rangkaian pelatihan yang harus diikuti oleh peserta. Peserta juga diminta

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

untuk membuat kesepakatan atau kontrak belajar tentang harapan yang

ingin dicapai dalam pelatihan, yang harus dilakukan selama pelatihan

untuk mencapai harapan, dan hal yang tidak boleh dilakukan selama

pelatihan.

2) Sesi I “Berpikir Positif”

Sesi ini diawali dengan melempar pertanyaan kepada peserta

tentang apakah yang diketahui dari berpikir positif serta peserta diminta

untuk memberikan contoh nyata dari berpikir positif dalam kehidupan

sehari-hari. Kemudian fasilitator memberikan materi sekilas tentang

berpikir positif dengan metode presentasi menggunakan slide presentasi

dalam power point. Kegiatan selanjutnya, peserta diminta untuk

mengikuti games berpikir positif dengan menyebutkan hal-hal positif

yang ada dalam diri temannya. Permainan ini bertujuan untuk

memberikan contoh nyata kepada peserta pelatihan untuk memulai

berpikir positif dimulai dari berpikir positif tentang temannya sendiri. Di

akhir sesi, fasilitator mengajak peserta pelatihan untuk melakukan

sharing dan evaluasi tentang materi berpikir positif yang telah

disampaikan serta peserta diberikan modul pelatihan pertemuan I.

3) Pesan kesan

Peserta diminta untuk memberi pesan, kesan serta kritik tentang

pelatihan pertemuan I yang telah diadakan untuk penyajian yang lebih

baik pada dua pertemuan selanjutnya. Selanjutnya fasilitator memberikan

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

closing statement untuk memotivasi seluruh peserta agar bersemangat

untuk mengikuti pelatihan pada pertemuan kedua.

b. Pertemuan Kedua

Pelatihan Berpikir Positif pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Sabtu, tanggal 28 Mei 2011 di aula atas Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo. Pelatihan ini berjalan selama 180 menit, yaitu mulai pukul 14.30

WIB dan berakhir pada pukul 17.30 WIB. Peserta yang hadir pada pelatihan

pertemuan ini sebanyak lima anak. Pelatihan pertemuan kedua ini

menggunakan metode communication activities melalui presentasi dengan

media power point, games, role play, mengisi worksheet, sharing dan

evaluasi. Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa sesi yaitu:

1) Pembukaan

Pada sesi ini diawali dengan doa dan perkenalan diri. Kemudian

peserta diajak mendengarkan musik instrumental untuk mencairkan

suasana dan memompa semangat peserta. Selanjutnya fasilitator

mengeksplorasi pengalaman peserta dan membahas sekilas mengenai

materi pada pelatihan pertemuan I.

2) Sesi II “Langkah Efektif Berpikir Positif”

Sesi ini dilakukan dengan metode communication activities melalui

presentasi dengan media power point, games, role play, mengisi

worksheet, sharing dan evaluasi. Fasilitator menyampaikan materi

mengenai langkah-langkah efektif untuk berpikir positif menurut Teori

ABC Ellis. Roleplay dilakukan untuk fasilitas pengaplikasian materi sesi

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

II yang telah dilakukan yakni tentang Teori ABC Ellis. Masing-masing

peserta pelatihan diberikan worksheet dengan skenario yang berbeda,

namun di setiap skenario tersebut masing-masing peserta diminta untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang sesuai dengan tokoh yang

diperankannya. Penyelesaian dalam roleplay tersebut peserta diminta

mengganti pemikiran negatif yang muncul sebelumnya dengan pemikiran

positif yang baru dipelajari sehingga masalah dapat terselesaikan dengan

baik, yaitu masing-masing peserta mampu berpikir positif dalam situasi

apapun.

Selanjutnya, diberikan materi pengembangan dari langkah-langkah

berpikir positif menurut Quilliam (2008) yang sangat lengkap dan peserta

mendapatkan semua langkah tersebut tetapi hanya sebagian yang

diberikan worksheet karena mengingat waktu yang efektif digunakan

dalam pelatihan. Pada tengah sesi ini, peserta diminta untuk meneriakkan

jargon “aku pasti bisa” yang diajarkan oleh fasilitator untuk memompa

semangat peserta dalam pelatihan ini.

Setelah peserta selesai mengerjakan worksheet yang sekaligus

sebagai lembar evaluasi hasil pelatihan, maka fasilitator pun melakukan

sharing dan evaluasi dengan peserta pelatihan tentang semua materi yang

telah disampaikan pada pelatihan pertemuan II yaitu tentang langkah-

langkah efektif berpikir positif kemudian diberikan modul pelatihan

pertemuan II. Pemberian modul pelatihan diberikan pada setiap akhir ini

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

untuk membuat peserta tetap fokus pada presentasi yang disampaikan

oleh fasilitator.

3) Pesan dan kesan

Peserta diminta untuk memberi pesan, kesan serta kritik tentang

pelatihan pertemuan II yang telah diadakan untuk penyajian yang lebih

baik pada pertemuan selanjutnya yang merupakan pertemuan terakhir.

Selanjutnya fasilitator memberikan closing statement untuk memotivasi

seluruh peserta agar bersemangat untuk mengikuti pelatihan pada

pertemuan ketiga.

c. Pertemuan Ketiga

Pelatihan Berpikir Positif pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Minggu, tanggal 29 Mei 2011 di aula bawah Panti Asuhan Yatim

Mardhatilah Sukoharjo. Pelatihan ini berjalan selama 240 menit, yaitu mulai

pukul 10.00 WIB dan berakhir pada pukul 14.00 WIB. Peserta yang hadir

pada pelatihan pertemuan ini sebanyak lima anak yang merupakan jumlah

keseluruhan subjek dalam kelompok eksperimen. Pelatihan pertemuan

pertama ini menggunakan metode communication activities melalui

presentasi dengan media power point, games, sharing, dan evaluasi dan

pemutaran film Tanah Air Beta. Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa

sesi yaitu:

1) Pembukaan

Pada sesi ini diawali dengan doa dan perkenalan diri. Kemudian

peserta diajak mendengarkan musik instrumental untuk mencairkan

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

suasana dan memompa semangat peserta. Selanjutnya fasilitator

mengeksplorasi pengalaman peserta dan membahas sekilas mengenai

materi pada pelatihan pertemuan I dan II.

2) Sesi III “Manfaat Berpikir Positif”

Sesi ini diawali dengan melempar pertanyaan kepada peserta

tentang apakah pentingnya atau manfaat apa yang didapatkan dari

berpikir positif serta peserta diminta untuk memberikan contoh nyata dari

berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian fasilitator

memberikan materi tentang apa saja manfaat berpikir positif dengan

metode presentasi menggunakan slide presentasi dalam power point.

Kegiatan selanjutnya, peserta diminta untuk mengikuti games yang

diberikan oleh fasilitator yakni peserta diminta untuk menuliskan hal-hal

yang membuat dirinya merasa belum puas hingga sekarang mulai dari

hal-hal yang paling membuat peserta kecewa, benci, putus asa, dsb untuk

kemudian peserta diajak untuk berpikir positif menghilangkan hal-hal

yang sampai saat ini masih membuat dirinya merasa belum puas.

Permainan ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal negatif yang masih

berada dalam pikiran dan perasaannya untuk kemudian diganti dengan

hal-hal baru yang lebih positif dengan berpikir positif.

Selanjutnya, setelah pemberian materi tentang manfaat berpikir

positif selesai, peserta diajak untuk menonton film Tanah Air Beta. Film

ini menceritakan tentang seorang adik yang selalu percaya dan yakin

bahwa dirinya bisa bertemu dengan kakaknya, si adik berusaha untuk

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

berpikir positif tentang kakaknya walaupun batas negara Indonesia dan

Timor-Timur memisahkan mereka tetapi pada akhirnya mereka dapat

bertemu dan berkumpul bersama. Pemutaran film ini bertujuan untuk

memompa semangat peserta pelatihan untuk selalu berpikir positif dalam

kehidupan sehari-hari sehingga dapat meraih sukses dan berhasil dalam

kehidupannya. Setelah pemutaran film selesai, peserta diajak untuk

istirahat, shalat dan makan.

Setelah istirahat selesai, peserta mengikuti sesi berikutnya yaitu

relaksasi. Relaksasi ini berjalan selama 15 menit, peserta diminta untuk

hanya mendengarkan dan mengikuti suara dari fasilitator. Relaksasi ini

bertujuan untuk meredam semua rasa amarah, benci, kecewa, putus asa

dan hal-hal negatif lain yang masih berada dalam diri peserta untuk

diganti dengan semangat baru akan kehidupan yang lebih baik. Selain itu,

relaksasi ini bertujuan untuk memberikan ketenangan atau perasaan

relaks kepada peserta setelah mengikuti pelatihan selama tiga hari.

Dalam relaksasi ini digunakan musik instrumental “The Way of Life”

sebagai media pendukungnya.

Di akhir sesi, fasilitator mengajak peserta pelatihan untuk

melakukan sharing dan evaluasi tentang materi manfaat berpikir positif

yang telah disampaikan serta peserta diberikan modul pelatihan

pertemuan III. Selain evaluasi materi pertemuan III, peserta juga diminta

untuk menyampaikan kembali apa yang telah disampaikan pada

pertemuan I dan II dan kemudian penutupan.

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

3) Penutupan

Pada sesi ini, peserta diminta untuk merenungkan pengalaman

selama mengikuti pelatihan berpikir positif baik pada pertemuan pertama,

kedua maupun pertemuan ketiga. Fasilitator dan peserta melakukan

sharing mengenai keseluruhan pelatihan. Peserta diminta untuk mengisi

lembar evaluasi kemudian pelatihan ditutup dengan meminta setiap

peserta untuk mengucapkan kalimat motivasi untuk diri sendiri dan orang

lain agar dapat menjadi seseorang yang lebih baik dan mampu berpikir

positif dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest

Pengambilan data posttest dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2011

yaitu 12 hari setelah pelaksanaan pelatihan. Menurut Latipun (2006) untuk

mengetahui efek suatu perlakuan dilakukan dengan jalan membandingkan

kondisi atau performansi subjek antara kondisi awal dengan kondisi setelah

perlakuan dan untuk menghindari carry over effect antara pengambilan data

awal dan setelah perlakuan maka harus diberi interval waktu tertentu.

Berdasarkan teori tersebut maka Peneliti melakukan posttest 12 hari setelah

pelatihan dan 23 hari setelah pretest. Hal ini dilakukan dengan alasan

memberi waktu subjek untuk mengaplikasikan keterampilan dan

pengetahuan yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari (proses

internalisasi) dan menghindari carry over efect antara pretest dengan

posttest karena menggunakan alat ukur yang sama yaitu Skala Asertivitas.

Pengambilan posttest dijadwalkan pada tanggal 10 Juni 2011. Pengambilan

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

posttest dilakukan dengan Skala Asertivitas yang valid pada kelompok

eksperimen dan kontrol. Prosedur pelaksanaan posttest dilakukan dengan

mengumpulkan seluruh remaja panti asuhan baik yang merupakan

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dalam satu ruangan yaitu

di aula bawah Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Remaja panti

asuhan yang menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengisi

skala asertivitas bersama-sama dengan instruksi yang sama. Distribusi skor

posttest ada pada Lampiran F.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Kuantitatif

Berdasarkan hasil screening sekaligus pretest yang telah dilakukan,

maka didapatkan hasil yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak

lima remaja panti asuhan dalam kelompok eksperimen dan lima remaja

panti asuhan dalam kelompok kontrol. Keterbatasan sampel inilah (sampel

kurang dari sepuluh) yang menjadi dasar bagi Peneliti untuk mengganti

teknik analisis data yang awalnya menggunakan teknik analisis data statistik

parametrik dengan uji Paired Samples T-test dan Independent Samples T-

Test diganti menjadi teknik analisis data statistik nonparametrik dengan uji

Mann-Whitney U-Test dan Wilcoxon T-Test. Uji ini merupakan salah satu uji

non-parametrik yang sangat kuat (powerful) dan merupakan alternatif dari

uji parametrik t-test, jika Peneliti ingin menghindarkan dari asumsi t-test

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

atau ketika pengukuran dalam data lebih lemah dibandingkan ukuran skala

interval (Ghozali, 2006).

a. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu Mann-

Whitney U-Test dengan gain skor (selisih skor pretest dan posttest) yang

merupakan pengukuran non parametrik. Uji Mann-Whitney U digunakan

untuk melihat apakah ada pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap

peningkatan asertivitas remaja panti asuhan. Hasil pengujian terhadap

pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap peningkatan asertivitas pada

kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14 Hasil Uji Mann-Whitney U-Test pada Dua Independen Sampel

(Kelompok Eksperimen dan Kontrol)

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Asertivitas Eksperimen 5 8.00 40.00

Kontrol 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Asertivitas

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata ranking kelompok

eksperimen adalah 8,00 dengan jumlah ranking 40 dan rata-rata ranking

untuk kelompok kontrol adalah 3,00 dengan jumlah ranking 15. Besarnya

nilai Wilcoxon W (Wx) = 15 dengan nilai Z hitung -2,627 dan

probabilitas (p) 0,009 (uji dua sisi) atau 0,008 (uji satu sisi). Oleh karena

nilai probabilitas (p) 0,008 lebih kecil dari = 0,05, maka hipotesis

penelitian dapat diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan skor asertivitas kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan berpikir positif.

Artinya, ada pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap peningkatan

asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah

Sukoharjo.

Selanjutnya, untuk melihat apakah peningkatan asertivitas pada

kelompok eksperiman bernilai signifikan, dilakukan analisis dengan uji

Wilcoxon T. Uji Wilcoxon T-test dapat digunakan untuk menguji apakah

ada perbedaan yang signifikan antara two corected samples atau dua

kelompok data yang berhubungan (pretest dan posttest). Hasil pengujian

apakah peningkatan asertivitas pada kelompok eksperimen bernilai

signifikan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Tabel 15 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada Dua Kelompok

Data yang Berhubungan (Pretest dan Posttest)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest – Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 5b 3.00 15.00

Ties 0c

Total 5

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Hasil uji statistik di atas mendasarkan pada ranking positif 3,00

dengan menghasilkan nilai Z hitung sebesar -2,032 dan probabilitas (p)

signifikansi 0,042 (uji dua sisi). Oleh karena probabilitas (p) lebih kecil

dari = 0,05, maka hipotesis dapat diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor asertivitas sebelum

pelatihan (pretest) dan setelah pelatihan (posttest). Hal ini berarti,

pelatihan berpikir positif efektif dalam meningkatkan tingkat asertivitas

pada remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo.

Test Statisticsb

Posttest –

Pretest

Z -2.032a

Asymp. Sig. (2-tailed) .042

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

b. Hasil Analisis Evaluasi Proses dan Hasil Pelatihan

1) Evaluasi Proses

Hasil analisis evaluasi proses pelatihan yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa seluruh peserta menyatakan materi yang

diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penyajian

materi mudah dipahami dan menarik, serta fasilitator menyampaikan

dengan komunikatif. Seluruh peserta merasa bahwa materi yang

diberikan dapat dipahami dan menambah pengetahuan, sistematika

dan alur pelatihan dilakukan dengan runtut dan jelas, serta

penggunaan waktu yang belum efektif oleh fasilitator. Seluruh peserta

dapat mengikuti pelatihan dengan tertib dan penuh semangat tanpa

ada perasaan terpaksa atau terbebani karena pelatihan ini dilakukan di

luar jam sekolah. Hasil analisis evaluasi proses pelatihan dapat dilihat

secara lengkap pada tabel berikut :

Tabel 16 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan

(1) (2) (3) (4)

No Aspek yang Dinilai Kriteria Evaluasi Jumlah (%)

1 Modul Pelatihan (a,b,c,d) 80

a. Kesesuaian materi dalam modul

pelatihan dengan tujuan yang

ingin dicapai

Sangat Sesuai 20

Sesuai 80

Kurang Sesuai 0

Tidak Sesuai 0

b. Kualitas materi modul

pelatihan

Sangat Memadai 60

Memadai 40

Kurang Memadai 0

Tidak Memadai 0

c. Penyajian materi dalam modul

pelatihan

Sangat Menarik 40

Menarik 20

Kurang Menarik 40

Membosankan 0

d. Isi materi dalam modul

pelatihan

Sangat Memahami 40

Mudah Memahami 20

Kurang Memahami 40

Sulit Memahami 0

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

(1) (2) (3) (4)

2 Teknis Penyajian Pelatihan (a,b,c,d) 82

a. Cara penyajian materi pelatihan Sangat Mudah Dipahami 20

Mudah Dipahami 80

Kurang Dapat Dipahami 0

Sulit Dipahami 0

b. Cara trainer melakukan

pelatihan

Sangat Komunikatif 40

Komunikatif 60

Kurang Komunikatif 0

Membosankan 0

c. Sistematika dan alur pelatihan Sangat Runtut 20

Runtut 80

Kurang Runtut 0

Tidak Runtut 0

d. Penggunaan waktu pelatihan Sangat Efektif 40

Efektif 40

Kurang Efektif 20

Tidak Efektif 0

3 Manfaat Pelatihan (a,b,c,d) 87

a. Efek yang dirasakan peserta

setelah mengikuti pelatihan

Sangat Memahami 40

Memahami 60

Kurang Memahami 0

Tidak Memahami 0

b. Pengetahuan yang didapat

setelah mengikuti pelatihan

Sangat Menambah 60

Menambah Pengetahuan 40

Tidak Menambah 0

Bingung 0

c. Perasaan yang dirasakan

peserta setelah mengikuti

pelatihan

Sangat Bersemangat 40

Bersemangat 60

Kurang Bersemangat 0

Tidak Bersemangat 0

Keterangan : Sebaran Nilai 1 – 100; 1 : Nilai Terendah, 100 : Nilai Tertinggi

Hasil lembar evaluasi proses pelatihan, peserta pelatihan

memberikan saran dan komentar mengenai proses pelatihan, antara

lain :

a) Modul pelatihan akan lebih menarik jika diberi gambar atau warna

sehingga membuat mudah untuk dipahami.

b) Penggunaan waktu yang kurang efektif karena tidak sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan.

c) Cara penyampaian pelatihan yang komunikatif dan menarik.

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

d) Cara penyampaian materi mudah dipahami.

e) Isi materi sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan.

f) Seluruh peserta pelatihan merasa sangat senang dan bersemangat

dengan diadakannya pelatihan berpikir positif di Panti Asuhan

Yatim Mardhatillah.

2) Evaluasi Hasil Pelatihan

Berdasarkan data hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa

peserta pelatihan telah mampu menerapkan keterampilan berpikir

positif dalam sehari-hari meskipun pada awalnya mengalami kesulitan

dalam menerapkannya. Peserta pelatihan juga menyatakan bahwa

ketrampilan berpikir positif bermanfaat dalam membantu menghadapi

permasalahan sehari-hari. Manfaat yang didapatkan oleh peserta

pelatihan tersebut antara lain lebih berpikir positif tentang diri sendiri

dan orang lain sehingga dapat berkomunikasi secara langsung dan

jujur dengan semua orang dari semua tingkatan termasuk pada orang

yang baru dikenalnya, lebih percaya diri dan lebih terbuka dalam

mengungkapkan pikiran, pendapat dan perasaan, lebih berpikir positif

terhadap apa yang terjadi dalam hidup sehingga membuat peserta

pelatihan mempunyai pandangan hidup yang aktif, peserta pelatihan

mampu bersikap positif dan bertindak dengan cara yang dihormatinya

dengan orang-orang di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kata lain, pelatihan berpikir positif yang telah dilakukan

meningkatkan perilaku asertif peserta pelatihan.

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Seluruh peserta pelatihan tidak mengalami kesulitan dalam

menerapkan ketrampilan berpikir positif karena dalam pelatihan telah

diberikan langkah-langkah efektif untuk berpikir positif yang disajikan

lebih sederhana dalam bentuk worksheet yang telah diisi oleh peserta

pelatihan. Peserta pelatihan mengharapkan masih ada pelatihan lagi

yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut

merupakan hasil worksheet yang diisi oleh peserta pelatihan :

Tabel 17 Distribusi Hasil Evaluasi Worksheet

No Nama Nilai

Worksheet I Worksheet II Worksheet III

1 IA 100 100 100

2 L 100 100 100

3 AMS 100 100 100

4 NA 100 100 100

5 DAS 100 100 100

Keterangan : Sebaran Nilai 1 – 100

2. Hasil Analisis Deskriptif

Selain analisis kuantitatif berdasarkan hasil uji statistik, Peneliti

juga melaukan analisis deskriptif yang bertujuan untuk melihat proses-

proses yang dialami oleh peserta pelatihan selama dan setelah melakukan

pelatihan berpikir positif. Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran proses perubahan yang dialami peserta pelatihan selama dan

setelah mengikuti pelatihan berpikir positif. Analisis deskriptif dilakukan

pada kelompok eksperimen berdasarkan skor asertivitas pretest dan posttest,

sharing selama proses pelatihan, hasil observasi, dan hasil evaluasi hasil

pelatihan. Deskripsi hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Tabel 18 Distribusi Hasil Penelitian

Kelompok

Nama

Pengukuran

Pretest Posttest

Skor Tingkat

Asertivitas

Skor Tingkat

Asertivitas

Eksperimen IA 71 Sedang 92 Sedang

L 88 Sedang 98 Tinggi

AMS 78 Sedang 92 Sedang

NA 88 Sedang 98 Tinggi

DAS 79 Sedang 96 Tinggi

Mean 80,8 95,2

Kontrol H 83 Sedang 86 Sedang

M 79 Sedang 87 Sedang

F 95 Sedang 94 Sedang

DWS 80 Sedang 80 Sedang

V 75 Sedang 75 Sedang

Mean 82,4 84,4

1. Analisis Deskriptif pada Peserta 1 (IA)

70

80

90

100

Pretest Postest

Skor Asertivitas

Gambar 5

Skor Asertivitas pada Peserta IA (Pretest-Posttest)

Grafik pada gambar 5 di atas menunjukkan bahwa skor asertivitas

Peserta (IA) mengalami kenaikan setelah diberikan perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif selama tiga kali pertemuan. Skor asertivitas

Peserta (IA) yang berjenis kelamin laki-laki ini sebelum mendapatkan

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

pelatihan adalah 71 dimana termasuk kategori sedang, kemudian setelah

mengikuti pelatihan skor naik menjadi 92 walaupun masih termasuk pada

kategori sedang. Peningkatan skor asertivitas dapat dilihat dari skala

asertivitas yang diisi oleh peserta (IA) pada pretest dan postest. Hal ini

dapat dilihat selama mengikuti pelatihan, peserta (IA) mulai dapat memberi

contoh dan menerapkan berpikir positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Peningkatan ini diperkuat dengan data-data yang diperoleh selama

pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, peserta (IA) menganggap bahwa

segala sesuatu dapat diselesaikan dengan hanya dengan mengungkapkan

emosi atau marah-marah tetapi setelah mengikuti pelatihan berpikir positif

ini peserta (IA) dapat mengetahui bahwa dengan emosi tidak dapat

menyelesaikan masalah apapun dan malah hanya akan membuat teman-

temannya pergi menjauh. Pelatihan Berpikir Positif ini memberikan

pengetahuan kepada peserta (IA) mengenai bagaimana cara menghilangkan

atau mengganti pikiran negatif yang selama ini dimiliki dengan pikiran baru

yaitu pikiran positif yang telah dipelajari lebih lanjut pada pertemuan kedua

yakni pada sesi “Langkah Efektif Berpikir Positif”.

Pada awal mengikuti pelatihan, peserta (IA) kurang begitu

semangat dalam mengikuti pelatihan, karena masih merasa asing dengan

apa yang dimaksud dengan berpikir positif. Akan tetapi dengan berjalannya

waktu peserta (IA) mulai terlihat aktif setelah fasilitator sering mengajaknya

berinteraksi aktif dengan menanyai peserta (IA) sehingga peserta (IA) juga

memberikan feedback dengan menanyakan kembali mengenai hal-hal yang

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

menurutnya kurang dimengerti. Menurut peserta (IA), setelah pelatihan

peserta (IA) lebih dapat memahami situasi yang sedang dialami atau

masalah yang sedang dihadapi sehingga merasa lebih tenang dan dapat

bertindak dengan cara yang dihormatinya dalam menghadapi masalah tanpa

perlu marah-marah yang merupakan salah satu aspek perilaku asertif

menurut Fensterheim & Baer (1980) karena dengan berpikir positif

membuat peserta (IA) lebih percaya pada diri sendiri, lebih tenang dalam

menghadapi masalah sehingga membuat teman-teman merasa nyaman

berada di dekatnya.

Berdasarkan data dari pengalaman, peserta (IA) telah menerapkan

ketrampilan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti

pelatihan. Melalui pelatihan, peserta (IA) telah mampu berpikir positif

tentang teman-teman peserta (IA). Peserta (IA) tetap memiliki motivasi diri

dan optimis untuk menghadapi masalah dengan berpikir positif, tanpa perlu

marah-marah.

2. Analisis Deskriptif pada Peserta 2 (L)

70

80

90

100

Pretest Postest

Skor Asertivitas

Gambar 6

Skor Asertivitas pada Peserta L (Pretest-Posttest)

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Grafik pada gambar 6 di atas menunjukkan bahwa skor asertivitas

Peserta (L) mengalami kenaikan setelah diberikan perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif selama tiga kali pertemuan. Skor asertivitas

Peserta (L) yang berjenis kelamin perempuan ini sebelum mendapatkan

pelatihan adalah 88 dimana termasuk kategori sedang, kemudian setelah

mengikuti pelatihan skor naik menjadi 98 yang termasuk pada kategori

tinggi. Peningkatan skor asertivitas dapat dilihat dari skala asertivitas yang

diisi oleh peserta (L) pada pretest dan postest. Hal ini dapat dilihat selama

mengikuti pelatihan, peserta (L) yang awalnya malu-malu dan hanya diam

walaupun sudah ditanya, tetapi pada pertemuan kedua dan ketiga mulai

dapat memberi contoh dan menerapkan berpikir positif tentang orang lain.

Peningkatan ini diperkuat dengan data-data yang diperoleh selama

pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, peserta (L) menganggap bahwa

segala sesuatu tidak perlu diceritakan kepada siapapun karena merasa tidak

percaya pada orang lain tetapi setelah mengikuti pelatihan berpikir positif

ini peserta (L) mulai mampu berpikir positif tentang orang lain dan mulai

mau berbagi cerita (sharing) selama dan setelah pelatihan. Pelatihan

Berpikir Positif ini memberikan pengetahuan kepada peserta (L) mengenai

bagaimana cara menghilangkan atau mengganti pikiran negatif yang selama

ini dimiliki dengan pikiran baru yaitu pikiran positif yang telah dipelajari

lebih lanjut pada pertemuan kedua yakni pada sesi “Langkah Efektif

Berpikir Positif”.

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Pada awal mengikuti pelatihan, peserta (L) kurang begitu semangat

dalam mengikuti pelatihan dan hanya diam serta bersikap pasif di dalam

kelas, karena belum dapat percaya dengan orang lain dengan apa itu berpikir

positif. Akan tetapi dengan berjalannya waktu peserta (L) mulai terlihat

aktif setelah fasilitator sering mengajaknya berinteraksi aktif dengan

menanyai peserta (L) sehingga peserta (L) juga memberikan feedback

dengan menceritakan hal-hal yang pernah dialaminya. Menurut peserta (L),

setelah pelatihan peserta (L) dapat berkomunikasi secara langsung, jujur dan

terbuka dengan orang-orang di sekitarnya yang merupakan salah satu aspek

perilaku asertif menurut Fensterheim & Baer (1980) karena dengan berpikir

positif membuat peserta (L) lebih percaya pada orang lain sehingga

membuat teman-teman merasa nyaman berada di dekatnya.

Berdasarkan data dari pengalaman, peserta (L) telah menerapkan

ketrampilan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti

pelatihan. Melalui pelatihan, peserta (L) telah mampu berpikir positif

tentang teman-teman peserta (L). Peserta (L) tetap memiliki motivasi diri

dan optimis untuk menghadapi masalah dengan berpikir positif dan mau

sharing dengan teman yang dapat dipercayainya.

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

3. Analisis Deskriptif pada Peserta 3 (AMS)

70

80

90

100

Pretest Postest

Skor Asertivitas

Gambar 7

Skor Asertivitas pada Peserta AMS (Pretest-Posttest)

Grafik pada gambar 7 di atas menunjukkan bahwa skor asertivitas

Peserta (AMS) mengalami kenaikan setelah diberikan perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif selama tiga kali pertemuan. Skor asertivitas

Peserta (AMS) yang berjenis kelamin perempuan ini sebelum mendapatkan

pelatihan adalah 78 dimana termasuk kategori sedang, kemudian setelah

mengikuti pelatihan skor naik menjadi 92 walaupun masih termasuk pada

kategori sedang. Peningkatan skor asertivitas dapat dilihat dari skala

asertivitas yang diisi oleh peserta (AMS) pada pretest dan postest. Hal ini

dapat dilihat selama mengikuti pelatihan, peserta (AMS) mulai dapat

memberi contoh dan menerapkan berpikir positif terhadap teman-temannya.

Peningkatan ini diperkuat dengan data-data yang diperoleh selama

pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, peserta (AMS) tidak berani

mengemukakan pendapat karena merasa masih sebagai anak kecil sehingga

pendapatnya sering diabaikan oleh Pengasuh tetapi dengan pelatihan

berpikir positif yang telah dilakukan membuat peserta (AMS) lebih mampu

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

berpikir positif sehingga lebih terbuka dalam mengemukakan pendapatnya.

Pelatihan Berpikir Positif ini memberikan pengetahuan kepada peserta

(AMS) mengenai bagaimana cara menghilangkan atau mengganti pikiran

negatif yang selama ini dimiliki dengan pikiran baru yaitu pikiran positif

yang telah dipelajari lebih lanjut pada pertemuan kedua yakni pada sesi

“Langkah Efektif Berpikir Positif”.

Pada awal mengikuti pelatihan, peserta (AMS) kurang begitu

semangat dan kurang aktif dalam mengikuti pelatihan dan hanya berbicara

ketika ditanya oleh fasilitator, karena masih merasa asing dengan apa itu

berpikir positif. Akan tetapi dengan berjalannya waktu peserta (AMS) mulai

terlihat aktif setelah fasilitator sering mengajaknya berinteraksi aktif dengan

menanyai peserta (AMS) sehingga peserta (AMS) juga memberikan

feedback dengan menanyakan kembali mengenai hal-hal yang menurutnya

kurang dimengerti. Menurut peserta (AMS), setelah pelatihan peserta

(AMS) lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapat, pikiran dan perasaan

kepada orang-orang di sekitarnya yang merupakan salah satu aspek perilaku

asertif menurut Fensterheim & Baer (1980) yaitu bebas mengungkapkan diri

sendiri melalui kata-kata dan tindakan.

Berdasarkan data dari pengalaman, peserta (AMS) telah

menerapkan ketrampilan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari

setelah mengikuti pelatihan. Melalui pelatihan, peserta (AMS) telah mampu

berpikir positif tentang teman-teman peserta (AMS). Peserta (AMS) tetap

memiliki motivasi diri dan optimis untuk menghadapi masalah dengan

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

berpikir positif dan lebih terbuka dalam mengemukakan pendapat, pikiran

dan perasaannya.

4. Analisis Deskriptif pada Peserta 4 (NA)

70

80

90

100

Pretest Postest

Skor Asertivitas

Gambar 8

Skor Asertivitas pada Peserta NA (Pretest-Posttest)

Grafik pada gambar 8 di atas menunjukkan bahwa skor asertivitas

Peserta (NA) mengalami kenaikan setelah diberikan perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif selama tiga kali pertemuan. Skor asertivitas

Peserta (NA) yang berjenis kelamin perempuan ini sebelum mendapatkan

pelatihan adalah 88 dimana termasuk kategori sedang, kemudian setelah

mengikuti pelatihan skor naik menjadi 98 yang termasuk pada kategori

tinggi. Peningkatan skor asertivitas dapat dilihat dari skala asertivitas yang

diisi oleh peserta (NA) pada pretest dan postest. Hal ini dapat dilihat selama

mengikuti pelatihan, peserta (NA) mulai dapat memberi contoh dan

menerapkan berpikir positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Peningkatan ini diperkuat dengan data-data yang diperoleh selama

pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, peserta (NA) merasa kesulitan

untuk percaya kepada salah seorang temannya yang pernah menghilangkan

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

barang yang dipinjamkannya. Peserta (NA) merasa sangat kecewa dengan

sikap temannya tersebut dan sampai saat ini masih merasa dendam dan

enggan untuk bertegur sapa. Tetapi peserta (NA) mengaku mulai dapat

menyadari kesalahannya dan mulai memaafkan temannya dan berniat segera

menyapanya ketika bertemu nanti. Pelatihan Berpikir Positif ini

memberikan pengetahuan kepada peserta (NA) mengenai bagaimana cara

menghilangkan atau mengganti pikiran negatif yang selama ini dimiliki

dengan pikiran baru yaitu pikiran positif yang telah dipelajari lebih lanjut

pada pertemuan kedua yakni pada sesi “Langkah Efektif Berpikir Positif”.

Pada awal mengikuti pelatihan, peserta (NA) sudah bersemangat,

antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan, karena merasa ingin tahu

dengan apa itu berpikir positif. Selanjutnya, dengan berjalannya waktu

peserta (NA) mulai terlihat semakin aktif setelah fasilitator sering

mengajaknya berinteraksi aktif dengan menanyai peserta (NA) sehingga

peserta (NA) juga memberikan feedback dengan menanyakan kembali

mengenai hal-hal yang menurutnya kurang dimengerti dan mulai bercerita

tentang hal-hal yang pernah dialaminya (sharing). Menurut peserta (NA),

setelah pelatihan peserta (NA) lebih dapat memahami situasi yang sedang

dialami atau masalah yang sedang dihadapi sehingga lebih positif dalam

memandang hidup atau dengan kata lain mempunyai pandangan hidup yang

aktif sesuai dengan salah satu aspek perilaku asertif menurut Fensterheim &

Baer (1980) karena dengan berpikir positif membuat peserta (NA) lebih

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

percaya pada diri sendiri dan orang lain sehingga membuat teman-teman

merasa nyaman berada di dekatnya.

Berdasarkan data dari pengalaman, peserta (NA) telah menerapkan

ketrampilan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti

pelatihan. Melalui pelatihan, peserta (NA) telah mampu berpikir positif

tentang teman-teman peserta (NA). Peserta (NA) tetap memiliki motivasi

diri dan optimis untuk menghadapi masalah dengan berpikir positif.

5. Analisis Deskriptif pada Peserta 5 (DAS)

70

80

90

100

Pretest Postest

Skor Asertivitas

Gambar 9

Skor Asertivitas pada Peserta DAS (Pretest-Posttest)

Grafik pada gambar 9 di atas menunjukkan bahwa skor asertivitas

Peserta (DAS) mengalami kenaikan setelah diberikan perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif selama tiga kali pertemuan. Skor asertivitas

Peserta (DAS) yang berjenis kelamin perempuan ini sebelum mendapatkan

pelatihan adalah 79 dimana termasuk kategori sedang, kemudian setelah

mengikuti pelatihan skor naik menjadi 96 yang termasuk pada kategori

tinggi. Peningkatan skor asertivitas dapat dilihat dari skala asertivitas yang

diisi oleh peserta (DAS) pada pretest dan postest. Hal ini dapat dilihat

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

selama mengikuti pelatihan, peserta (DAS) mulai dapat memberi contoh dan

menerapkan berpikir positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Peningkatan ini diperkuat dengan data-data yang diperoleh selama

pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, peserta (DAS) merasa tidak

percaya kepada teman di sekitarnya karena pernah suatu ketika peserta

(DAS) ini bercerita kepada temannya tetapi temannya malah

menceritakannya kembali kepada teman yang lain dan hal ini membuat

peserta (DAS) merasa malu karena yang diceritakannya terkadang

merupakan hal yang bersifat pribadi tetapi setelah mengikuti pelatihan

berpikir positif ini peserta (DAS) mulai dapat berpikir positif terhadap

temannya dan yang diceritakannya hanya hal-hal yang biasa saja. Pelatihan

Berpikir Positif ini memberikan pengetahuan kepada peserta (DAS)

mengenai bagaimana cara menghilangkan atau mengganti pikiran negatif

yang selama ini dimiliki dengan pikiran baru yaitu pikiran positif yang telah

dipelajari lebih lanjut pada pertemuan kedua yakni pada sesi “Langkah

Efektif Berpikir Positif”.

Pada awal mengikuti pelatihan, peserta (DAS) kurang begitu

semangat dalam mengikuti pelatihan, karena masih merasa asing dengan

apa itu berpikir positif. Akan tetapi dengan berjalannya waktu peserta

(DAS) mulai terlihat aktif setelah fasilitator sering mengajaknya

berinteraksi aktif dengan menanyai peserta (DAS) sehingga peserta (DAS)

juga memberikan feedback dengan menanyakan kembali mengenai hal-hal

yang menurutnya kurang dimengerti. Menurut peserta (DAS), setelah

Page 162: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

pelatihan peserta (DAS) lebih dapat memahami situasi yang sedang dialami

sehingga memandang hidup dengan lebih positif sesuai dengan salah satu

aspek perilaku asertif menurut Fensterheim & Baer (1980) karena dengan

berpikir positif membuat peserta (DAS) lebih percaya pada diri sendiri dan

orang-orang di sekitarnya sehingga membuat teman-teman merasa nyaman

berada di dekatnya.

Berdasarkan data dari pengalaman, peserta (DAS) telah

menerapkan ketrampilan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari

setelah mengikuti pelatihan. Melalui pelatihan, peserta (DAS) telah mampu

berpikir positif tentang teman-teman peserta (DAS). Peserta (DAS) tetap

memiliki motivasi diri dan optimis untuk menghadapi masalah dengan

berpikir positif.

D. Pembahasan

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji skor total posttest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta menguji perbedaan skor

asertivitas sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pemberian perlakuan berupa

pelatihan berpikir positif. Hasil uji skor total posttest dari kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dengan uji statistik Mann-Whitney U-Test yang ditunjukkan

pada Tabel 14 yang menunjukkan ada perbedaan skor asertivitas antara kelompok

eksperimen dan kontrol dengan nilai Z sebesar -2,627 dan probabilitas (p) 0,008 <

0,05. Hasil tersebut berarti ada perbedaan skor asertivitas kelompok eksperimen

Page 163: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

dengan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan berpikir

positif.

Selanjutnya, hasil uji perbedaan skor asertivitas sebelum (pretest) dan

setelah (posttest) pemberian perlakuan berupa pelatihan berpikir positif diuji

dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dapat dilihat pada Tabel 15 yang

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara skor asertivitas sebelum

(pretest) dan setelah (posttest) pada kelompok eksperimen setelah nilai Z hitung

sebesar -2,032 dan probabilitas (p) signifikansi 0,042 < 0,05. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor asertivitas sebelum pelatihan

(pretest) dan setelah pelatihan berpikir positif (posttest). Maka berdasarkan hasil

uji hipotesis yang telah dilakukan, yang menyatakan ada pengaruh pelatihan

berpikir positif terhadap peningkatan tingkat asertivitas pada remaja panti asuhan

di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo dapat diterima. Hal ini dapat

dilihat pada hasil analisis dengan menggunakan teknik analisis uji Mann-Whitney

U-Test yang ditunjukkan pada Tabel 14 dan analisis uji Wilcoxon T-test pada

Tabel 15.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada Tabel 18, terlihat terdapat

kenaikan skor asertivitas pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan atau

pelatihan berpikir positif. Peningkatan skor asertivitas pada kelompok eksperimen

ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 164: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

0

20

40

60

80

100

120

SUBJEK 1 SUBJEK 2 SUBJEK 3 SUBJEK 4 SUBJEK 5

PRETEST

POSTTEST

Gambar 10

Grafik Skor Asertivitas Kelompok Eksperimen pada Pretest dan Posttest

Perbedaan rata-rata (mean) skor asertivitas sebelum dan sesudah

perlakuan atau pelatihan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada gambar grafik sebagai berikut :

70

80

90

100

Pretest Postest

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Gambar 11

Grafik Perbedaan Mean Skor Asertivitas Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Selisih skor posttest asertivitas pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol adalah 14,40. Artinya, pada kelompok eksperimen yang diberi pelatihan

berpikir positif terjadi peningkatan skor asertivitas yang cukup tinggi antara

sebelum dan setelah pelatihan yang diberikan, sedangkan pada kelompok kontrol

yang tidak mendapatkan pelatihan berpikir positif tidak terjadi peningkatan.

Page 165: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Hampir seluruh peserta pelatihan dalam kelompok eksperimen

menunjukkan perubahan yang positif berupa peningkatan asertivitas. Beberapa

perubahan yang mencolok adalah pemahaman peserta mengenai pengertian

berpikir positif, langkah efektif untuk berpikir positif dan manfaat berpikir positif.

Peserta pelatihan mulai dapat berpikir positif tentang diri sendiri dan orang lain

sehingga membuat peserta lebih percaya dan terbuka dalam mengungkapkan

pikiran, pendapat dan perasaan dan mampu berkomunikasi secara jujur, langsung

dan terbuka dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk orang yang baru

dikenalnya. Selain itu, menurut peserta pelatihan bahwa pelatihan berpikir positif

ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, peserta pelatihan merasa

bahwa dengan berpikir positif akan membuat peserta meraih kesuksesan dalam

hidup yang berarti bahwa peserta pelatihan memiliki pandangan yang aktif

tentang hidup dan membuat peserta lebih mampu memahami situasi yang

dihadapinya sehingga peserta pelatihan dapat bertindak dengan cara yang

dihormatinya dan membuat peserta semakin diterima oleh teman-temannya. Bagi

Peneliti, peningkatan yang positif dari peserta pelatihan ini menunjukkan adanya

peningkatan asertivitas remaja panti asuhan setelah mengikuti pelatihan berpikir

positif yakni ditunjukkan dengan peserta pelatihan yang lebih mampu

mengungkapkan pikiran, pendapat dan perasaan, dapat berkomunikasi secara

jujur, langsung, dan terbuka, mempunyai pandangan hidup yang aktif bahwa

peserta pelatihan akan meraih sukses dalam hidupnya, dan mampu bertindak

dengan cara yang dihormatinya yang dapat diterima oleh orang-orang di

sekitarnya tanpa perlu marah-marah.

Page 166: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Selain itu, pelatihan berpikir positif memberikan kesadaran mengenai

perlunya berpikir positif terhadap orang lain. Pelatihan berpikir positif mampu

memotivasi peserta untuk lepas dari rasa tidak nyaman yang dialaminya dengan

selalu berpikir positif terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya dengan tetap

melihat pada kenyataan yang ada (realistis). Hal ini terjadi karena selama

pelatihan berpikir positif, peserta dikondisikan untuk belajar secara aplikatif

mengenai bagaimana langkah efektif untuk berpikir positif yang disajikan secara

sederhana dalam bentuk worksheet sehingga memudahkan peserta dalam

memahami untuk kemudian menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap peningkatan

asertivitas ini sesuai dengan pendapat Bishop (2007) mengenai peningkatan

asertivitas melalui berpikir positif. Dalam bukunya Develop Assertiveness, Bishop

(2007) menyebutkan bahwa ada beberapa tahap untuk meningkatkan asertivitas

tetapi inti dari latihan untuk meningkatkan perilaku asertif tersebut adalah pada

proses kognitif yaitu dengan berpikir positif karena dengan berpikir positif maka

seseorang akan dapat berperilaku positif, memiliki citra diri yang positif, dan

menyelesaikan masalah dengan cara win win solution yang akhirnya menjadikan

orang tersebut menjadi lebih asertif.

Selain pendapat Bishop (2007) di atas, hasil penelitian pengaruh

pelatihan berpikir positif ini pun sesuai dengan pendapat Eggert (1999) bahwa

ketika dalam diri seseorang ditanamkan pikiran positif maka pikiran tersebut akan

membentuk diri yang positif dan kemudian akan menjadikannya berperilaku

positif. Ketika seseorang menanamkan pikiran positif dalam dirinya “Aku adalah

Page 167: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

orang yang asertif” lalu terjadi proses internalisasi dalam pikiran orang tersebut

dan terjadi pengharapan yang positif bahwa orang tersebut dapat berperilaku

asertif di saat yang tepat berupa perilaku asertif sebagai hasil dari pikiran yang

positif.

Hal inilah yang terjadi pada diri remaja panti asuhan yang menjadi

kelompok eksperimen atau peserta pelatihan berpikir positif. Pada awalnya,

remaja panti asuhan masih merasa asing dengan dengan apa yang dimaksud

dengan berpikir positif tetapi setelah diberikan penjelasan singkat melalui materi

sekilas tentang berpikir positif pada pertemuan I maka remaja panti asuhan yang

menjadi peserta pelatihan pun menjadi mengerti, memahami, dan mulai

menerapkan berpikir positif dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peserta

pelatihan diberikan materi tentang langkah-langkah efektif untuk berpikir positif

pada pertemuan II, langkah-langkah efektif berpikir posituf yang diberikan

menggunakan pendapat dari Quilliam (2008) yaitu menantang pikiran yang

dimiliki, mengubah gambaran cara berpikir yang dimiliki, menggunakan bahasa

yang konstruktif, memikirkan kembali kepercayaan yang dimiliki, membangun

harga diri, dan mempertahankan perilaku positif. Langkah-langkah efektif untuk

berpikir positif menurut Quilliam (2008) ini disajikan secara lengkap dengan cara-

cara yang sederhana agar lebih mudah dimengerti oleh remaja panti asuhan

melalui serangkaian worksheet yang diberikan kepada remaja panti asuhan. Pada

pertemuan III, remaja panti asuhan diajak untuk mengetahui manfaat berpikir

positif, hal ini dimaksudkan agar remaja panti asuhan lebih menyadari betapa

pentingnya berpikir positif dalam kehidupannya. Setelah pelatihan selesai, peserta

Page 168: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

menyatakan bahwa peserta sangat senang akan adanya pelatihan berpikir positif

yang telah diadakan dan akan menggunakan ilmu yang didapat selama pelatihan

dalam kehidupannya karena sangat bermanfaat. Hal ini mendorong peserta

pelatihan untuk lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapat, pikiran, dan

perasaannya kepada orang-orang di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor yang mendukung keberhasilan pelatihan berpikir positif ini adalah

modul yang telah disusun Peneliti secara sistematis sehingga hal ini

mempermudah Fasilitator dalam menyampaikan serta mempermudah peserta

pelatihan dalam memahami isi materi yang diberikan. Modul pelatihan berpikir

positif disusun dengan materi yang lengkap yaitu diawali dengan pengertian

berpikir positif pada sesi I, langkah-langkah efektif berpikir positif pada sesi II,

dan manfaat berpikir positif pada sesi III. Modul pelatihan berpikir positif ini

disusun dengan menggunakan metode communication actives melaui presentasi

dengan media power point, roleplay, worksheet, relaksasi dan penayangan film

supaya membuat peserta pelatihan lebih tertarik untuk mengikuti pelatihan serta

membantu peserta pelatihan dalam mengaplikasikan materi dan keterampilan

yang diberikan selama pelatihan. Uji coba modul membantu Peneliti dalam

melakukan perbaikan dan pemilihan materi dan metode pelatihan yang lebih

efektif dan aplikatif.

Fasilitator dan asisten fasilitator mampu menyajikan modul yang telah

disusun Peneliti dalam pelatihan sehingga peran fasilitator sama pentingnya dalam

pelatihan berpikir positif ini. Pengalaman, penguasaan materi, kualitas

interpersonal yang baik dan kerja sama antar fasilitator dan asisten fasilitator

Page 169: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

merupakan modal utama yang mendukung fasilitator dalam menjalankan

pelatihan dengan baik. Fasilitator mampu memimpin proses pelatihan dengan

baik, mampu menumbuhkan suasana keterbukaan dan keakraban di antara peserta

pelatihan, mampu menjelaskan materi serta menumbuhkan rasa ketertarikan

peserta terhadap pelatihan ini. Suasana keakraban sudah dibangun dari awal

pelatihan dengan ice breaking perkenalan yang penuh canda tawa. Ketertarikan

peserta tumbuh saat fasilitator menyajikan rangkaian materi penuh dengan

menarik sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu pada subyek selain itu fasilitator

mengungkap pengalaman-pengalaman pribadi yang membuat peserta sadar akan

pentingnya pelatihan bagi peserta. Beberapa kemudahan yang mendukung

tercapainya keberhasilan dalam pelatihan ini, antara lain tersedianya sarana dan

prasarana seperti ruangan yang kondusif (tenang, terang, dan luas), perlengkapan

seperti laptop dan speaker, serta dukungan penuh dari instansi terkait.

Partisipasi dari peserta pelatihan juga mendukung keberhasilan dalam

pelatihan. Peserta dalam pelatihan ini sangat antusias dan memperhatikan apa

yang diberikan fasilitator, meskipun sebagian besar dari peserta pada awal

pelatihan masih merasa malu dan tertutup, namun setelah mendapatkan penjelasan

membuat peserta semangat dan antusias hingga akhir pelatihan.

Kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini adalah sulitnya

mengatur waktu agar dapat selesai pada waktunya dan tidak terdapatnya LCD

(Liquid Crystal Display) sebagai media bantu dalam penayangan slide pelatihan.

Pihak panti meminta agar kegiatan pelatihan diadakan setelah jam sekolah usai

agar tidak mengganggu kegiatan sekolah peserta pelatihan. Hal ini membuat

Page 170: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

minimnya observasi dan evaluasi Peneliti setelah pertemuan yang merupakan

keterbatasan dari penelitian ini. Keterbatasan selanjutnya adalah Peneliti juga

kurang mampu mengetahui atau memantau pengaplikasian keterampilan berpikir

positif di setiap harinya peserta pelatihan karena Peneliti tidak memberikan buku

harian atau agenda sebagi alat bantu memantau. Pihak panti pun menjanjikan

adanya LCD di setiap pelatihan namun hal ini tidak terealisasi karena LCD sedang

digunakan oleh pihak lain sehingga penayangan slide pelatihan hanya ditayangkan

menggunakan laptop. Keterbatasan penelitian lainnya adalah Peneliti tidak

mampu mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas yang berasal

dari diri individu sebagai faktor bawaan (proactive history) seperti usia, jenis

kelamin, kepribadian, sikap, inteligensi dan sebagainya, akan tetapi Peneliti telah

berusaha melakukan kontrol terhadap faktor tersebut dengan menyamakan

karakteristik sampel dalam sebara usia 12-21 tahun yang diperkecil menjadi 13-18

tahun, tingkat asertivitas yang sama dalam keadaan sedang, selain proactive

history terdapat pula faktor lain seperti lingkungan panti asuhan, fisik, dan

berbagai faktor psikologis seperti keadaan emosi atau mood peserta saat

mengikuti pelatihan. Selain itu Peneliti juga tidak mampu mengendalikan faktor-

faktor yang mempengaruhi jalannya pelatihan maupun faktor yang mempengaruhi

penerimaan materi pelatihan seperti faktor fisik (dalam kondisi sakit atau tidak)

dan psikologis seperti kecemasan, motivasi mengikuti pelatihan dan lain

sebagainya. Dalam penelitian ini memang masih terdapat banyak kendala dan

keterbatasan walaupun Peneliti sudah berusaha melakukan persiapan yang matang

dan maksimal, maka perlu dilakukan perbaikan untuk penelitian selanjutnya.

Page 171: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis kuantitatif dan deskriptif yang telah

dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh pelatihan berpikir positif terhadap peningkatan asertivitas pada

remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Hal ini

dapat diketahui dari analisis kuantitatif yang menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan skor posttest pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif berupa peningkatan

asertivitas pada remaja panti asuhan setelah mengikuti pelatihan berpikir

positif.

2. Pelatihan berpikir positif efektif dalam meningkatkan tingkat asertivitas pada

remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim Mardhatilah Sukoharjo. Hal ini

dapat diketahui dari analisis kuantitatif dan deskriptif yang menyebutkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor skala asertivitas antara

sebelum dan sesudah pelatihan berpikir positif pada kelompok eksperimen.

3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan, remaja panti asuhan yang

tadinya tertutup dan pemalu maka setelah mengikuti pelatihan berpikir positif

menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan pikiran, pendapat, dan

peraasaannya kepada orang-orang di sekitarnya, remaja dan panti asuhan

menjadi lebih percaya diri, berpikir positif tentang orang lain, memiliki

153

Page 172: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

pandangan hidup yang positif, dan mampu bertindak dengan cara yang

dihormatinya dengan tidak mengedepanlan emosi dalam penyelesaian masalah

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atau dengan kata lain, remaja panti

asuhan menjadi lebih asertif daripada sebelum mengikuti pelatihan berpikir

positif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pihak Panti Asuhan

Pihak panti diharapkan dapat memberikan pelatihan berpikir positif ini

secara berkelanjutan karena telah terbukti untuk meningkatkan asertivitas

remaja panti asuhan kepada setiap remaja panti asuhan agar ketika remaja panti

asuhan ini telah cukup usianya untuk terjun ke masyarakat memiliki

keterampilan asertivitas dan komunikasi yang baik sehingga dapat hidup

mandiri di masyarakat. Pelatihan ini dapat dilakukan dengan bekerja sama

dengan lembaga psikologi yang ada.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan survei secara menyeluruh

sehingga hasil survei benar mengungkapkan keadaan subjek penelitian

secara keseluruhan dan mendalam.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan memiliki persiapan yang lebih matang

mengenai alat apa saja (LCD, laptop, speaker) yang diperlukan dalam

pelaksanaan pelatihan dan memberikan tugas rumah (misalnya buku harian)

Page 173: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · berpikir positif terhadap asertivitas remaja panti asuhan di Panti Asuhan Yatim (PAY) Mardhatilah Sukoharjo. Penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

untuk mengevaluasi dan memantau kemajuan atau peningkatan yang terjadi

pada peserta pelatihan.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pemantauan pada kelompok

eksperimen setelah pelatihan berakhir melalui evalusai proses, hasil dan

materi pelatihan sehingga dapat diketahui seberapa pemahaman dan

seberapa mampu subjek mengaplikasikan keterampilan yang diberikan.