perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh variasi .../pengaruh... · digunakan oleh...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGHANCUR
PADA FORMULASI TABLET EKSTRAK RIMPANG DRINGO
(Acorus calamus L.) SECARA GRANULASI BASAH
TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
Rizki Agustin Rositawati
M3508067
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGHANCUR
PADA FORMULASI TABLET EKSTRAK RIMPANG DRINGO
(Acorus calamus L.) SECARA GRANULASI BASAH
TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
Oleh:
Rizki Agustin Rositawati
M3508067
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 29 Juli 2011
dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Dosen Pembimbing Penguji I
Nestri Handayani, M.Si., Apt. Anang Kuncoro R.S., S.Si., Apt.
NIP. 19701211 200501 2 001 NIP. 19760909 200312 1 002
Penguji II
Wisnu Kundarto, S.Farm., Apt.
NIP.
Mengesahkan
Dekan FMIPA Ketua Program D3 Farmasi
Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt.
NIP. 19610223 198601 1 001 NIP. 19780319 200501 1 003
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini adalah hasil
penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar apapun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 29 Juli 2011
Penulis,
Rizki Agustin Rositawati
M3508067
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTISARI
Rimpang dringo (Acorus calamus L.) merupakan jenis tanaman yang
digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Rimpang dringo (Acorus
calamus L.) secara empiris/tradisional digunakan sebagai obat encok (reumatik),
bengkak, dan demam. Menurut penelitian Sa’roni dkk, (2002), pemberian ekstrak
etanol rimpang dringo pada mencit secara oral dengan dosis 1,5 mg dan 4,5 mg
/10 g.BB terbukti dapat memberikan efek analgetik yang tidak berbeda secara
signifikan dengan asetosal dosis 0,52 mg /10 g.BB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101 pada
pembuatan tablet ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.) terhadap sifat fisik
granul dan tablet.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ekstrak rimpang dringo
(Acorus calamus L.) adalah granulasi basah. Serbuk rimpang dringo (Acorus
calamus L.) dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dilakukan
remaserasi. Sari yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator
hingga diperoleh ekstrak kental. Penelitian ini dibuat sebanyak tiga formulasi
dengan zat aktif ekstrak kental rimpang dringo (Acorus calamus L.) sebesar 207,8
mg/tablet dengan aturan pakai dua tablet sekali minum dan avicel PH 101 sebagai
penghancur dengan konsentrasi 5%, 15% dan 25% dari bobot tablet. Data yang
diperoleh dianalisa menggunakan metode analisa statistik nonparametric test
Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan analisa satu jalan ANOVA dengan taraf
kepercayaan 95%.
Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus
L.) dapat dibuat sediaan tablet yang memenuhi syarat dengan avicel PH 101.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada mutu fisik tablet ekstrak rimpang dringo
(Acorus calamus L.) avicel PH 101 sebagai penghancur dengan konsentrasi 5%,
15% dan 25% meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu
hancur tablet.
Kata kunci: Rimpang Dringo (Acorus calamus L.), Avicel PH 101, granulasi
basah, tablet
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dringo (Acorus calamus L.) rhizome is a type of plant used by the society
as a traditional medicine. The real benefit of the use of traditional medicine is its
side effect relatively smaller than the modern one. Dringo (Acorus calamus L.)
rhizome is empirically/traditionally used as the medicine for rheumatic, swelling,
fever. According to Sa’roni et al, studied in 2002, the administration of dringo
rhizome extract orally to the mice at 1.5 mg and 4.5 mg/10g BW doses can give
analgesic not different significantly from the asetosal at 0.52 mg/10g BW dose.
This research aims to find out the effect of concentration variations of
disintegrater agent avicel PH 101 in the dringo (Acorus calamus L.) rhizome
extract tablet preparation on the physical properties of granule and tablet.
The method employed in preparing the dringo (Acorus calamus L.)
rhizome extract tablet was wet granulation. The dringo (Acorus calamus L.)
rhizome powder was macerated using 96% ethanol solvent and then was re-
macerated. The extract obtained was concentrated using rotary evaporator so that
the extract was obtained. In this research, there three formulations with active
agent of dringo (Acorus calamus L.) rhizome extract of 207.8 mg/tablet with two
tablet in one drinking dose and avicel PH as disintegrater with concentrations of
5%, 15%, and 25% of tablet weight. The data obtained was analyzed using
Kolmogorov-Smirnov nonparametric test statistical analysis method and followed
by a one-way Anova at confidence interval of 95%.
The conclusion of research was that the dringo (Acorus calamus L.)
rhizome extract could be made as an eligible tablet preparation based on
Farmakope Indonesia using avicel PH 101. There was a significant difference in
physical quality of dringo (Acorus calamus L.) rhizome of avicel PH 101 as the
disintegrater between concentrations of 5%, 15%, and 25% including the weight
uniformity, hardness, friability, and time of tablet disintegration.
Keywords: Dringo rhizome (Acorus calamus L.), Avicel PH 101, Wet
Granulation, Tablet
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN MOTTO
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
(Q.S Al-‘Alaq: 1-5).
Barang siapa menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
Dan tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca
kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali akan turun kepada mereka
ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat,
dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang
siapa perlambat-lambat dalam amalannya,
niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya
(H.R Muslim dalam Shahih-nya).
Tidak boleh dengki dan iri hati kecuali dalam 2 hal:
iri hati terhadap orang yang dikaruniai harta dan dia selalu menafkahkannya pada malam
hari dan siang hari.
Juga iri hati kepada yang diberi kepandaian membaca Al-Quran, dan dia membacanya setiap
malam dan siang
(H.R Bukhari dan Muslim)
.....Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.....
(Al-Zumar: 53)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Untuk Ayahanda Djoko dan Ibunda Sudarsih
Abi Angga Mafudin Rifai
Mbak Titik, Mas Andik, Mas Idi, Mbak Dewi, Alfi, Fella
Semoga Ridha Allah dan Syafaat Rasulullah atas Kita Semua
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
حمن حيمالر بسم هللا الر
Segala puji bagi Allah SWT yang tiada pembicara manapun mampu
meliputi segala pujian-Nya. Tiada pemikiran sejauh apapun mampu mencapai-
Nya dan tiada kearifan sedalam apapun mampu menyelami hakekat-Nya. Puji-
pujian yang ditujukan kepada Allah adalah pagar penjaga kelangsungan nikmat
karunia-Nya.
Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW adalah bukti ketulusan
iman dalam hati. Memohon curahan rahmat atas keluarga dan para sahabat pilihan
adalah pengakuan atas jasa kebaikan mereka.
Alhamdulillah atas berkat rahmat dan ridha Allah SWT akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir ini dengan judul “Pengaruh Variasi
Konsentrasi Bahan Penghancur Pada Formulasi Tablet Ekstrak Rimpang Dringo
(Acorus calamus L.) Secara Granulasi Basah Terhadap Sifat Fisik Tablet” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
(A.Md.Farm) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberadaan tugas akhir ini tidak
akan terwujud tanpa partisipasi dan tidak akan terlepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt., selaku Ketua Jurusan Diploma 3
Farmasi.
3. Nestri Handayani, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir, yang telah memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan
selama proses pembuatan proposal ini.
4. Anang Kuncoro R.S., S.Si., Apt., selaku Penguji I sidang Tugas
Akhir.
5. Wisnu Kundarto, S.Farm., Apt., selaku Penguji II sidang Tugas Akhir.
6. Estu Retnaningtyas N., STP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
7. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Universitas Sebelas Maret,
Perpustakaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta
Perpustakaan Universitas Setia Budi, atas pelayanan dan penyediaan
buku-bukunya.
8. Ayahanda Djoko Sulistijono dan Ibunda Sudarsih serta suamiku
Angga Mafudin Rifai yang setiap saat tanpa henti mencurahkan kasih
sayang dan melantunkan doa sehingga penulis menyelesaikan studi
ini. Tidak lupa juga kepada kakak-kakakku dan keponakan-
keponakanku atas inspirasi dan motivasinya dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan, “Fathimah, Devinta, Desi, Oktavina,
Isnaini”, atas kebersamaannya dalam menjalani sepenggal kisah di
Laboratorium.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Teman-teman dekatku, “Ria, Hayu, Oktavia, Mega, Muthi, Ruth, Ayu
Okta, Nuroh”, atas dukungan serta motivasinya.
11. Teman-teman di kos Dinasty Jl. K.H. Maskur No.60A, atas
pengalaman yang tak terhingga.
12. Rekan-rekan di Jurusan Farmasi angkatan 2008, atas informasi yang
diberikan.
13. Seluruh saudara dan teman sekalian yang tidak mampu penulis
sebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam terselesaikannya tugas
ini.
Akhirnya, penulis berharap dan memohon, semoga jasa dan kebaikan
mereka mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT. Jazakumullah khairan
katsiran.
Harapan penulis, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 21 Juli 2011
Penulis
Rizki Agustin Rositawati
M3508067
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................
Halaman Pengesahan ......................................................................................
Halaman Pernyataan ......................................................................................
Intisari ..............................................................................................................
Abstrak .............................................................................................................
Halaman Motto .................................................................................................
Halaman Persembahan ...................................................................................
Kata Pengantar ...............................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
Daftar Tabel .....................................................................................................
Daftar Gambar ................................................................................................
Daftar Lampiran ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Perumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan penelitian .......................................................................................
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
A. Tanaman Dringo...........................................................................................
1. Sistematika Tanaman Dringo (Acorus calamus L.) ...............................
2. Morfologi Tanaman Dringo (Acorus calamus L.) ................................
3. Kandungan Kimia Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) ...................
4. Khasiat ...................................................................................................
5. Dosis ......................................................................................................
B. Simplisia .....................................................................................................
C. Tinjauan Ekstrak ........................................................................................
1. Pengertian Ekstrak ..................................................................................
2. Ekstrak ...................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xv
xvi
xvii
1
1
3
3
3
5
5
5
6
6
6
7
7
7
7
8
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Metode Ekstraksi ...................................................................................
3.1. Maserasi ........................................................................................
3.2. Perkolasi ........................................................................................
3.3. Soxhletasi .....................................................................................
4. Cairan Penyari ........................................................................................
D. Tablet ...........................................................................................................
1. Bahan Pembantu Tablet ........................................................................
1.1. Bahan Pengisi ..............................................................................
1.2. Bahan Pengikat .............................................................................
1.3. Bahan Pelicin, Pelincir dan Anti Lekat .......................................
1.4. Bahan Penghancur .......................................................................
2. Metode Pembuatan Tablet ...................................................................
2.1. Kempa Langsung ............................................................................
2.2. Granulasi Kering ..........................................................................
2.3. Granulasi Basah ............................................................................
3. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet ..............................
4. Pemeriksaan Kualitas Granul .................................................................
4.1. Waktu Alir ....................................................................................
4.2. Sudut Diam ..................................................................................
4.3. Susut Pengeringan ........................................................................
5. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ...............................................................
5.1. Keseragaman Ukuran Tablet ......................................................
5.2. Keseragaman Bobot Tablet .........................................................
5.3. Kekerasan Tablet ...........................................................................
5.4. Kerapuhan .....................................................................................
5.5. Waktu Hancur ................................................................................
6. Pemerian Zat Aktif dan Bahan Tambahan ..............................................
6.1. Zat Aktif ......................................................................................
6.2. Laktosa (Bahan Pengisi) ...............................................................
6.3. Avicel PH 101 (Bahan Penghancur) ..............................................
6.4. Kombinasi Mg Stearat dan Talkum (Bahan Pelicin) ...................
8
8
8
9
9
10
10
10
11
11
12
13
13
13
14
14
16
16
16
17
17
17
17
18
18
19
19
19
19
20
20
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6.5. Bahan Pengikat ................................................................................
E. Kerangka Pemikiran ......................................................................................
F. Hipotesis ........................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................
A. Alat dan Bahan ..............................................................................................
1. Alat ..............................................................................................................
2. Bahan .........................................................................................................
B. Waktu dan Tempat ........................................................................................
1. Waktu ..........................................................................................................
2. Tempat ......................................................................................................
C. Metode Penelitian dan Cara Kerja ...................................................................
1. Metode Penelitian ........................................................................................
2. Cara Kerja ..................................................................................................
2.1. Pengambilan Sampel ...........................................................................
2.2. Determinasi Tanaman .......................................................................
2.3. Pembuatan Serbuk ...........................................................................
2.4. Pembuatan Ekstrak ............................................................................
2.5. Standarisasi Ekstrak ...........................................................................
2.5.1. Pemeriksaan Organoleptis ...................................................
2.5.2. Uji Daya Lekat .....................................................................
2.6. Rancangan Formulasi Tablet .............................................................
2.6.1. Perhitungan Dosis ................................................................
2.6.2. Rancangan Formulasi ..............................................................
2.7. Pembuatan Granul Dengan Metode Granulasi Basah .....................
2.8. Pemeriksaan Granul .........................................................................
2.8.1. Susut Pengeringan .................................................................
2.8.2. Kandungan Lembab ..............................................................
2.8.3. Waktu Alir .............................................................................
2.8.4. Sudut Diam ..........................................................................
2.9. Pembuatan Tablet ............................................................................
20
21
22
23
23
23
23
24
24
24
24
24
25
25
25
25
25
26
26
26
26
26
27
28
29
29
29
29
30
30
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.10. Pemeriksaan Tablet .............................................................................
2.10.1. Keseragaman Ukuran ............................................................
2.10.2. Keseragaman Bobot ................................................................
2.10.3. Kekerasan ................................................................................
2.10.4. Kerapuhan ...............................................................................
2.10.5. Waktu Hancur .........................................................................
D. Pengumpulan Data ............................................................................................
E. Metode Analisis .................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
A. Hasil Determinasi Tanaman Dringo (Acorus calamus L.) ............................
B. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) ......
C. Pemeriksaan Ekstrak Kental Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) ...............
1. Pemeriksaan Organoleptis ........................................................................
2. Pemeriksaan Daya Lekat ..........................................................................
D. Perhitungan Dosis Ekstrak Kental Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) ....
E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ...........................................................
1. Susut Pengeringan Granul ...........................................................................
2. Waktu Alir Granul ......................................................................................
3. Sudut Diam Granul .....................................................................................
F. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ..............................................................
1. Keseragaman Ukuran Tablet .....................................................................
2. Keseragaman Bobot Tablet ........................................................................
3. Kekerasan Tablet ........................................................................................
4. Kerapuhan Tablet .......................................................................................
5. Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet ...........................................................
BAB V PENUTUP ....................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
30
30
30
31
31
31
32
32
33
33
33
33
33
34
34
35
35
36
38
39
39
40
42
43
44
47
47
47
48
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet . . . . . . . . . .…... . . . . . 18
Tabel II. Formula Tablet Ekstrak Rimpang Dringo . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .….... . 34
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul …. . . . . . . . . . . . . 35
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .….… . 38
Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Ukuran Tablet …. . . . . . . . . . 40
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Bobot Rata-Rata Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Rata-Rata Tablet . . . . . . . . . .… . 42
Tabel X. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Rata-Rata Tablet …. . . . . . . . . . 43
Tabel XI. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Rata-Rata Tablet . . . . . . . . . 44
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Dringo (Acorus calamus L.) . . . . . . . . . . ….... . . . . . . . . . . . . . . 5
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Dosis Ekstrak Kental dan Ekstrak Kering
Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Lampiran 2. Perhitungan Penambahan Gelatin 5% .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Lampiran 3. Diagram Alir Cara Kerja …. . . . . . . . . . . . . .…. . . . . . . . . . . . . . .….... . . . . 53
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat …. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan dan Kelembaban .. . . . . . . 55
Lampiran 6. Data Hasil Pemeriksaan Waktu Alir dan Sudut Diam
Granul………. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..………. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....…. 56
Lampiran 7. Analisa Statistik Terhadap Waktu Alir …. . . . .……………..… 57
Lampiran 8. Analisa Statistik Terhadap Sudut Diam …………….....……... 60
Lampiran 9. Data Hasil Pemeriksaan Keseragaman Bobot Tablet . . . . . . . . .… 63
Lampiran 10. Analisa Statistik Terhadap Keseragaman Bobot Tablet.. . . . . . . . . 64
Lampiran 11. Data Hasil Pemeriksaan Kekerasan Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
Lampiran 12. Analisa Statistik Terhadap Kekerasan Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Lampiran 13. Data Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69
Lampiran 14. Analisa Statistik Terhadap Kerapuhan Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
Lampiran 15. Data Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
Lampiran 16. Analisa Statistik Terhadap Waktu Hancur Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . 73
Lampiran 17. Determinasi Tanaman Dringo (Acorus calamus L.) .. . . . .….… 75
Lampiran 18. Foto Tablet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
Lampiran 19. Foto Neraca Analitik dan Alat Uji Kelengketan Ekstrak .. . . . . . 77
Lampiran 20. Foto Alat Uji Kadar Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
Lampiran 21. Foto Mesin Pencetak Tablet Single Punch dan Friability
Tester .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Lampiran 22. Foto Hardness Tester dan Disintegration Tester . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keuntungan nyata dari penggunaan obat tradisional adalah efek samping
yang relatif kecil dibandingkan obat modern, harganya relatif murah dan
mudah didapat, oleh karena itu upaya penelitian obat tradisional harus
digalakkan agar potensi obat alam dapat dimanfaatkan secara maksimal
(Tampubolon, 1980).
Secara empiris/tradisional rimpang dringo (Acorus calamus L.)
digunakan sebagai obat encok (reumatik), bengkak, demam. Pemberian
ekstrak etanol rimpang dringo pada mencit secara oral dengan dosis 1,5 mg
dan 4,5 mg /10 g berat badan dapat memberikan efek analgetik yang tidak
berbeda secara signifikan dengan asetosal dosis 0,52 mg /10 g berat badan.
Rimpang dringo, antara lain mengandung minyak atsiri, tanin, protein dan
kalsium oksalat (Sa’roni dkk, 2002).
Penggunaan rimpang dringo (Acorus calamus L.) untuk pengobatan,
pada umumnya hanya sebatas dalam bentuk sederhana dengan cara ditumbuk
dan diusapkan atau dikompreskan pada perut dan dahi. Penggunaan dengan
cara tersebut dinilai kurang efektif dan efisien. Untuk lebih memudahkan
dalam penggunaan adalah dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang
diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tablet merupakan bentuk yang paling umum digunakan. Pada masa
sekarang hampir 40 % dari seluruh obat diracik dalam bentuk tablet. Bentuk
sediaan tablet terbukti mempunyai keunggulan dibanding sediaan obat lain
yaitu biaya pembuatannya murah sehingga harganya juga murah, takaran
dosisnya tepat, dapat dikemas dengan baik, mudah dalam pengangkutan dan
penyimpanannya serta mudah dalam penggunaannya (Voigt, 1994).
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah metode
granulasi basah dengan menggunakan variasi konsentrasi bahan penghancur
avicel PH 101 dengan kadar 5%; 15%; dan 25% dari berat tablet, sedangkan
metode penyarian yang digunakan adalah maserasi, karena proses
penyariannya sederhana dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Anonim,
2000a).
Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah
bahan penghancur. Bahan penghancur ditambahkan guna memudahkan
pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran
pencernaan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang
dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya (Banker and
Anderson, 1986). Dalam penelitian ini menggunakan avicel PH 101 sebagai
bahan penghancur.
Avicel PH 101 dapat berfungsi sebagai bahan penghancur, pengikat,
pengalir, dan sekaligus bahan pengisi. Proses pembuatan tablet lebih mudah,
tablet yang dihasilkan mempunyai daya hancur dan pelarutan yang cepat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tingkat kerapuhan rendah, tingkat kekerasan tablet tinggi, dan stabil dalam
waktu yang lama. Biasanya pemakaian avicel PH 101 dalam formulasi tablet
berkisar antara 5% -25% dari bobot formula (Priyambodo, 2010).
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus L.) dapat dibuat
menjadi sediaan tablet dengan sifat fisik yang memenuhi syarat dengan
variasi konsentrasi bahan penghancur?
2. Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi bahan penghancur pada
pembuatan tablet ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus L.)
terhadap sifat fisik tablet?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pembuatan ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus
L.) menjadi sediaan tablet dengan sifat fisik yang memenuhi syarat.
2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi bahan penghancur pada
pembuatan tablet ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus L.)
terhadap sifat fisik tablet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Umum
Memberikan informasi tentang pembuatan tablet dari ekstrak etanol
rimpang dringo (Acorus calamus L.) sebagai obat tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Secara Khusus
Memberikan suatu pilihan formula yang dapat digunakan untuk
pembuatan tablet dari ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus L.)
sebagai obat tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Dringo (Acorus calamus L.)
1. Sistematika Tanaman Dringo (Acorus calamus L.)
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Sinonim : Acorus terreestris Spreng (Anonim, 2000b).
Gambar tanaman dringo dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman Dringo (Acorus calamus L.)
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Morfologi Tanaman Dringo (Acorus calamus L.)
Tumbuhan, tinggi 55 cm sampai 80 cm, berakar rimpang dengan garis
tengah 7,5 mm sampai 15 mm. Daun berbentuk pita, tajam, agak lonjong
ke ujung, panjang helai daun 80 cm, lebar 7 mm sampai 20 mm.
Perbungaan berupa tongkol, berbentuk bukit memanjang pendek dan pada
ujung tajam, panjang 3 cm sampai 4,5 cm; gagang bunga panjang 20 cm
sampai 25 cm; daun mahkota bunga sempit, berbentuk bulat memanjang,
tidak berambut, panjang 1 mm sampai 1,25 mm; tangkai sari panjang 2,75
mm; kepala sari 0,3 mm; putik tidak berambut, panjang 1,5 mm sampai
2,25 mm, lebar 2,25 mm sampai 4,75 mm; kepala putik rata, panjang 0,5
mm; bakal buah berjumlah 7 sampai 10 (Anonim, 1978).
3. Kandungan Kimia Rimpang Dringo (Acorus calamus L.)
Rimpang dringo, antara lain mengandung minyak atsiri, tanin, protein
dan kalsium oksalat (Sa’roni dkk, 2002). Selain itu dijumpai juga saponin,
flavonoid dan minyak atsiri (Anonim, 2000b).
4. Khasiat
Sebagai tumbuhan obat-obatan ternyata tumbuhan dringo (Acorus
calamus L.) memiliki berbagai manfaat yang banyak, misalnya sebagai
obat untuk: perangsang, demam, stomakikum, antiseptik, emitik,
dioferetik, obat rematik, antikonvulan, sedatif, sakit pinggang,
memperlancar peredaran darah, asma, batuk-batuk, parasit-parasit
intestinal, penyakit kulit, diare, disentri, pembasmi serangga, mengurangi
kontaminasi oleh jamur atau bakteri, anestesi lokal, anti bakteri gram-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
positif dan gram-negatif (Sa’roni dkk, 2002; Hadi dan Widya, 2002;
Panchal dkk, 1989; Anonim, 1995b; Sugimoto dkk, 1995).
5. Dosis
Ekstrak rimpang dringo dosis 1,5 mg dan 4,5 mg/10 g BB.
mempunyai efek analgetik pada hewan coba mencit (Sa’roni dkk, 2002).
B. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan. Ada tiga macam
simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral
(Anonim, 1995a).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman merupakan isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).
C. Tinjauan Ekstrak
1. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995a).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Ekstrak
Ekstrak dikelompokkan menurut sifatnya menjadi ekstrak encer,
ekstrak kering, ekstrak kental dan ekstrak cair. Ekstrak encer memiliki
konsistensi seperti madu dan dapat dituang. Ekstrak kering mempunyai
konsistensi kering, memiliki kandungan lembab tidak kurang dari 5 %,
sedangkan ekstrak kental pada saat dingin bersifat liat dan tidak dapat
dituang, kandungan air mencapai 30%. Ekstrak cair adalah ekstrak yang
dibuat sedemikian rupa sehingga bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian
(kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair (Voigt, 1994).
3. Metode Ekstraksi
3.1. Maserasi.
Maserasi merupakan cara yang paling sederhana, yaitu dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan masuk melalui dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif karena adanya perbedaan konsentrasi.
Pengadukan cairan penyari yang berada di sekitar serbuk simplisia
tidak jenuh. Proses penyarian akan berlangsung terus-menerus sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam
sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, etanol-air
atau pelarut lain (Anonim, 1979).
3.2. Perkolasi.
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan
penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Anonim, 2000a).
3.3. Soxhletasi.
Bahan yang akan diekstraksi dibungkus dengan kantung ekstraksi
(kertas saring, karton) kemudian dimasukkan kedalam alat soxhlet
yang terbuat dari gelas. Bagian bawah soxhlet dihubungkan dengan
labu alas bulat dan bagian atas soxhlet dihubungkan dengan
pendingin. Pelarut dituangkan melalui soxhet sampai terjadi satu
setengah sirkulasi. Proses ekstraksi terjadi dengan cara uap yang
berkondensasi menetes di atas bahan setelah mencapai pendingin. Hal
itu berlangsung secara kontinyu dan setelah mencapai tinggi
maksimum secara otomatis ditarik ke dalam labu alas bulat, sehingga
zat terekstraksi. Proses tersebut berlangsung terus menerus sampai
pelarut pada alat soxhlet berwarna seperti warna pelarut mula-mula
(Voigt, 1994).
4. Cairan Penyari
Kriteria cairan penyari yang baik antara lain murah, mudah didapat,
stabil secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak
mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat. Cairan penyari yang
dapat digunakan adalah air, etanol, etanol – air atau eter (Anonim, 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
D. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan
aktif dengan atau tanpa variasi bahan tambahan yang dapat meningkatkan
kemampuan mengalir, kohesifitas, waktu hancur, dan mencegah penempelan
massa pada dinding die pada saat pencetakan tablet (King, 1984).
1. Bahan Pembantu Tablet
Bahan tambahan diperlukan bila dosis obat terlalu kecil sehingga tidak
mungkin untuk dicetak dan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga
dapat dikempa langsung atau untuk memperbaiki aliran (Banker dan
Anderson, 1986).
1.1. Bahan Pengisi.
Pada peracikan obat yang mengandung zat aktif dalam jumlah
kecil diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu
pencetakan tetapi pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi
tidak diperlukan untuk menjamin tablet memiliki ukuran atau masa
yang dibutuhkan (0,1-0,8 g) (Voigt, 1994).
Bahan pengisi mempunyai syarat yaitu netral, tidak toksik,
harganya murah, stabil secara kimia dan fisika, tidak mengganggu
bioavailabilitas, bebas mikroba, tidak saling berkontraindikasi dan
tidak mengganggu warna. Bahan pengisi yang umum digunakan
adalah jenis pati (pati kentang, gandum dan jagung) dan laktosa,
dextrose, manitol, sorbitol, sukrosa, calsium sulfat dihidrat (Banker
dan Anderson, 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1.2. Bahan Pengikat.
Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk cairan atau kering
selama granulasi basah untuk membentuk granul atau untuk
meningkatkan daya kohesi antar partikel. Unsur pengikat dalam tablet
juga membantu merekatkan granul satu dan yang lainnya, menjaga
kesatuan tablet setelah dikompresi (Ansel, 1981).
Umumnya larutan pengikat lebih sering digunakan karena larutan
pengikat lebih efektif daripada bentuk serbuk kering (Parrot, 1971).
Bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam
sebuah butir granulat untuk menjamin kekompakan dan daya tahan
tablet sehingga tablet yang dihasilkan tidak rapuh (Voigt, 1994).
Bahan pengikat yang sering digunakan adalah air, alkohol, aseton,
mucilago akasia (10-20%), larutan gelatin (10-20%), pasta kanji (10-
17%), sirup sukrosa (50-85%), larutan alkohol glukosa (50% alkohol
: 25% glukosa : 25% air), larutan glukosa (25-50%), etil selulosa (5%)
dalam alkohol, PEG (Polietilenglikol) 4000 atau 6000, PVP
(Polivinilpirolidon) dalam air (King, 1984).
1.3. Bahan Pelicin, Pelincir dan Anti Lekat.
Ketiga bahan ini mempunyai fungsi yang tumpang-tindih. Suatu
bahan anti lekat dapat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin.
Bahan pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding
tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat
bertujuan untuk mengurangi lengketnya granul atau adhesi serbuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk
memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan
di antara partikel-partikel. Bahan-bahan yang digunakan sebagai
pelincir yaitu asam stearat, garam-garam asam stearat dan derivat-
derivatnya. Bahan yang digunakan sebagai bahan anti lekat yaitu talk,
magnesium stearat, kanji serta derivatnya dan koloid silika. Bahan-
bahan yang digunakan sebagai pelicin atau pemacu aliran adalah talk
konsentrasi 5%, tepung jagung konsentrasi 5-10% atau koloid-koloid
silika seperti Carbo-Sil, Siloid, atau Aerosil dalam konsentrasi 0,25-
3% (Banker dan Anderson, 1986).
1.4. Bahan Penghancur.
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya
atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan.
Mekanisme hancurnya tablet berbeda-beda tergantung dari bahan
penghancur yang digunakan.
Klasifikasi bahan penghancur berdasarkan mekanisme hancurnya
tablet dibagi menjadi: bahan penghancur yang meningkatkan
kapilaritas mengabsorbsi kelembaban, bahan penghancur yang bila
kontak dengan air membentuk gelembung gas dan bahan penghancur
yang meningkatkan daya pembasahan tablet. Ketiga mekanisme
tersebut memungkinkan tablet hancur ketika kontak dengan cairan
saluran pencernaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Jenis-jenis bahan penghancur yang umum digunakan adalah
modifikasi kanji seperti Primogel®
dan Explotab®, sebagai pengganti
karboksimetil, digunakan dengan konsentrasi rendah (1-8%, 4% yang
optimum). Macam-macam kanji gelatinisasi juga dipakai sebagai
bahan penghancur dengan konsentrasi 5% (Banker dan Anderson,
1986).
2. Metode Pembuatan Tablet
2.1. Kempa Langsung.
Metode kempa langsung yaitu pencetakan bahan obat dan bahan
tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau
granulasi. Kempa langsung membangkitkan gaya ikatan di antara
partikel sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup (Voigt,
1994). Pada proses ini diperlukan serbuk yang mempunyai fluiditas
dan kompaktibilitas yang baik (Sheth dkk, 1980).
2.2. Granulasi Kering.
Bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena air atau tidak tahan
pemanasan, maka dibuat dengan proses granulasi kering. Proses
pembuatannya ialah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan penghancur,
bahan pengikat (jika perlu) dan bahan pelicin, dicampur lalu dibuat
tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet dipecah menjadi granul
lalu diayak kemudian dibuat tablet yang baik dengan mesin tablet
(Anief, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2.3. Granulasi Basah.
Beberapa bahan obat tidak mungkin dicetak secara kempa
langsung karena memiliki sifat alir yang jelek. Untuk mengatasinya
dilakukan proses granulasi dengan penambahan larutan granulasi yang
sesuai. Larutan granulasi digunakan untuk meningkatkan daya pelekat
antar bahan sehingga dapat dibuat granul dan menjadi tablet ketika
dicetak (Parrot, 1971).
3. Macam-macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
Kerusakan tablet yang lazim terjadi pada proses pembuatannya yaitu:
a. Binding merupakan kerusakan tablet disebabkan masa yang akan
dicetak melekat pada dinding die. Cara mengatasi binding dengan
meningkatkan lubrikan, menggunakan lubrikan yang lebih efisien,
merubah distribusi dari pelicin dengan penyaringan melalui
pengayak mesh 30, mengurangi ukuran dari granul, merubah
penguapan dari granulasi, menggunakan die yang telah dilicinkan,
mengempa dengan kelembapan yang rendah.
b. Capping merupakan kerusakan tablet berupa membelahnya tablet
di bagian tengahnya. Cara mengatasi capping dengan mengubah
prosedur granulasi, mengganti atau menambah bahan pengikat,
menambahkan pengikat kering (seperti gom arab, serbuk sorbitol,
serbuk gula), menambah atau mengubah lubrikan, mengurangi atau
mengubah lubrikan, menggunakan cetakan lain, mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
diameter atas lubang cetakan dari 0,0005-0,002 inchi sesuai
ukuran.
c. Sticking and Picking merupakan kerusakan tablet berupa pelekatan
yang terjadi antara punch atas dengan bawah yang disebabkan
permukaan yang licin, pencetakan masih ada lemaknya, zat pelicin
kurang, masanya basa. Cara mengatasinya yaitu dengan
menambahkan bahan pelicin (Lieberman, 1990).
d. Whiskering merupakan kerusakan tablet yang disebabkan oleh letak
dari pencetak tidak sesuai dengan ruang cetakan, akibatnya tablet
yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tidak sesuai dengan ruang
cetakan.
e. Spliting merupakan kerusakan tablet yang berupa lepasnya lapisan
tipis dari permukaan tablet, terutama bagian tengah. Cara
mengatasi spliting dengan mengubah prosedur granulasi,
mengganti atau menambah bahan pengikat
f. Mottling disebabkan karena distribusi tablet tidak merata. Cara
mengatasi mottling dengan menghindari pembuatan tablet
menggunakan bahan tambahan yang mempunyai perbedaan warna,
tidak mengurangi jumlah produksi, formulator dapat mencegah
sistem pelarutan, mengganti pengikat, menurunkan temperatur
pengering.
g. Crumbling (tablet menjadi retak dan rapuh), penyebabnya adalah
kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikat kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Cara mengatasi crumbling yaitu dengan menambah tekanan pada
saat mencetak tablet, menambahkan pengikat atau mengganti
dengan pengikat yang lebih efektif (Syamsuni, 2006).
4. Pemeriksaan Kualitas Granul
4.1. Waktu Alir.
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya
aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis,
keadaan permukaan dan kelembabannya. Kecepatan alir granul sangat
penting karena berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang
kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth dkk, 1980).
4.2. Sudut Diam.
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi pada timbunan granul
yang berbentuk kerucut antara tinggi partikel granul dengan bidang
horisontal atau jari-jari bidang dasar kerucut. Semakin kecil sudut
diam maka semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Granul akan
lebih mudah mengalir jika mempunyai sudut diam tidak lebih dari 40º.
Penentuan sudut diam dilakukan dengan metode corong menggunakan
corong berdiameter 10 mm. Sampel dimasukkan ke dalam corong
dengan dasar lubang tertutup. Tutup corong kemudian dibuka
sehingga semua granul mengalir. Tinggi (h) dan jari-jari (r) lingkaran
kerucut granul yang terbentuk setelah pengaliran diukur. Sudut diam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ditentukan dari nilai antitangen yang diperoleh dari nilai h dan r
tersebut (Shahi dkk, 2008)
4.3. Susut Pengeringan.
Susut pengeringan adalah selisih jumlah antara berat basah dan
berat kering simplisia setelah mengalami proses pengeringan. Dengan
persyaratan bobot tetap yang tertera pada penetapan susut pengeringan
dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut-turut berbeda
tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan
dilakukan setelah zat dikeringkan langsung selama 1 jam. Dengan
persyaratan bobot yang dapat diabaikan, dimaksudkan bobot yang
tidak lebih dari 0,5 mg (Anonim, 1979).
5. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
5.1. Keseragaman Ukuran Tablet
Keseragaman ukuran tablet kecuali dinyatakan lain, diameter
tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga
tebal tablet (Anonim, 1979).
5.2. Keseragaman Bobot Tablet.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung rata-rata
bobot tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet,
dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B. Persyaratan penyimpangan
bobot tablet dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1979)
Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
A B
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 300 mg
Lebih dari 300 mg
15 %
10 %
7,5 %
5 %
30 %
20 %
15 %
10 %
5.3. Kekerasan Tablet.
Tablet harus mempunyai kekerasan agar dapat bertahan pada saat
pengalaman, transportasi dan saat penanganan secara normal, tetapi
harus cukup lunak untuk melarut atau hancur dengan sempurna ketika
digunakan dan dapat dipatahkan dengan jari untuk membaginya
menjadi beberapa bagian dalam pemakaiannya. Tekanan minimum
tablet yang sesuai bidang farmasi yaitu 4 kg (Ansel, 1981).
5.4. Kerapuhan.
Pengujian kerapuhan dilakukan dengan alat friabilator tester.
Batas kerapuhan tablet yang masih diterima adalah kurang dari 1,0 %.
Kerapuhan diatas 1,0 % menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kurang baik (Lachman dkk, 1986). Berdasarkan Anonim (1995a),
persentase kerapuhan dapat dihitung dengan rumus:
Kerapuhan % = 100% x awalet berat tabl
akhiret berat tabl-awalet berat tabl
5.5. Waktu Hancur.
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya
tablet dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada tablet yang
tertinggal di atas kasa alat penguji. Kecuali dinyatakan lain, waktu
yang diperlukan untuk menghancurkan seluruh tablet tidak lebih dari
15 menit untuk tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
6. Pemerian Zat Aktif Dan Bahan Tambahan
6.1. Zat Aktif.
Ekstrak diperoleh dari hasil maserasi rimpang dringo dengan
pelarut etanol 96%.
6.2. Laktosa (Bahan Pengisi).
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk
anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian berupa
serbuk hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa sedikit
manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim,
1995a).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6.3. Avicel PH 101 (Bahan Penghancur).
Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran serbuk
kristal dan berpori. Ukuran partikel 200 mesh lebih dari 70 % dan 65
mesh tidak lebih dari 10% (Zhong, 1999).
6.4. Kombinasi Mg stearat dan Talkum (Bahan Pelicin).
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan
campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat
dalam berbagai perbandingan. Pemerian berupa serbuk halus putih
dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit dan bebas
dari butiran (Anonim, 1995a). Magnesium stearat sebagai bahan
pelicin dalam pembuatan tablet digunakan konsentrasi 0,25-5% (Rowe
dkk, 2009).
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur sangat
halus, putih atau putih kelabu, berkilat, dan bebas dari butiran
(Anonim, 1995a).
Penggunaan bahan pelicin talk dan magnesium stearat (9:1)
sebanyak 1,5 % maka waktu alir semakin cepat, dan sudut diam
semakin kecil (Fudholi, 2001).
6.5. Bahan Pengikat.
Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial
kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A dan
yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B.
Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut
tablet dapat diwarnai dengan pewarna yang diijinkan, dapat
mengandung sulfur dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat
mengandung lauril sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat
antimikroba yang sesuai (Anonim, 1995a). Pemerian gelatin berupa
lembaran, kepingan, serbuk, atau butiran, tidak berwarna atau
kekuningan pucat, bau dan rasa lemah (Anonim, 1979).
E. Kerangka Pemikiran
Salah satu tumbuhan yang secara tradisional sudah digunakan oleh
masyarakat untuk pengobatan adalah rimpang dringo (Acorus calamus L).
Rimpang dari tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat untuk encok
(rematik), bengkak dan demam. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’roni dkk,
(2002), telah menunjukkan bahwa rimpang dringo (Acorus calamus L.),
mempunyai efek analgetik pada hewan coba mencit.
Untuk lebih memudahkan dalam penggunaan adalah dengan
membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan tablet. Dibandingkan dengan sediaan lain, tablet mempunyai
keuntungan, yaitu harganya murah, mudah dalam penggunaannya, takarannya
tepat, dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya
(stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan (Voigt,
1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tablet terdiri dari 2 komponen yaitu zat aktif dan zat tambahan. Zat aktif
merupakan komponen utama yang memberikan efek terapetik, dapat berupa
zat kimia atau produk bioteknologi dan bahan alam seperti biji, akar,
rimpang, daun, bunga atau sediaan galenik (Fudholi, 2001).
Bahan tambahan diperlukan dalam pembuatan sediaan obat sebagai
bahan pembantu. Bahan tambahan antara lain bahan pengisi, pengikat,
penghancur dan pelicin. Variasi konsentrasi bahan penghancur yang
digunakan dalam tablet ini adalah avicel PH 101 dengan kadar 5%; 15%; dan
25%. Bahan penghancur sebagai bahan pembantu dalam pembuatan tablet
merupakan bahan-bahan yang dapat meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi
kelembaban dan mengembang. Penggunaan bahan penghancur dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat fisik tablet berupa kekerasan tablet, kerapuhan tablet
dan waktu hancur tablet.
F. Hipotesis
1. Ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus calamus L.) diduga dapat dibuat
sediaan tablet dengan sifat fisik yang memenuhi syarat dengan
menggunakan variasi konsentrasi bahan penghancur.
2. Penggunaan variasi konsentrasi bahan penghancur diduga berpengaruh
pada sifat fisik tablet berupa kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur
tablet ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven untuk
mengeringkan simplisia, blender untuk menghaluskan simplisia, bejana
kaca untuk maserasi, kain flanel untuk menyaring filtrat, rotary evaporator
untuk memekatkan ekstrak, mortir, stamper, neraca analitik, blower oven
(tipe nampan), oven (Memmert Seri), mesin pencetak tablet single punch
(Seri TDB 1), disintegration tester untuk uji waktu hancur (kapasitas 20 kg
6/1), hardness tester untuk uji kekerasan (Aikho Engineering Tipe AE-20
kg), friability tester untuk uji kerapuhan (Erweka Tipe TA), blender, uji
kadar air (Ohaus Tipe MB 23) dan alat-alat gelas lain seperti gelas beker,
gelas ukur, cawan penguap, corong kaca, dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
rimpang dringo yang diperoleh dari produsen di Pasar Gedhe Solo yang
diambil dari Karanganyar, etanol 96% (PT. Brataco), gelatin (Asahi Kasei
Chemicals Corporation, Tokyo Japan), laktosa (DMV Fontera USA),
avicel PH 101 (Asahi Kasei Chemicals Corporation, Tokyo Japan), Mg
stearat (Peter Greven, Jerman), talk (DMV Fontera USA), aerosil (Peter
Greven, Jerman).
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Waktu Dan Tempat
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2011.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian ini diantaranya Karanganyar sebagai
tempat pengambilan tanaman, Laboratorium Morfologi Sistemik
Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta, Laboratorium Pusat
Universitas Sebelas Maret, Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas
Setia Budi.
C. Metode Penelitian Dan Cara Kerja
1. Metode Penelitian
Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah
kategori penelitian eksperimental murni.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Variabel bebas : Variasi konsentrasi bahan penghancur
avicel PH 101 5%; 15%; dan 25%.
b. Variabel tergantung: Sifat fisik granul (waktu alir, sudut diam
LOD (Lost of Drying) dan MC (Moisture
Content)), sifat fisik tablet (keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur)
c. Variabel terkendali: Untuk granul (suhu pengeringan granul dan waktu
pencampuran, ukuran ayakan, metode pengujian
granul), untuk tablet (tekanan kompresi saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mencetak tablet, metode pembuatan dan pengujian
tablet).
2. Cara Kerja
2.1. Pengambilan Sampel
Rimpang dringo yang digunakan diambil dari daerah Karanganyar.
2.2. Determinasi Tanaman
Rimpang dringo dilakukan determinasi untuk membuktikan kebenaran
dari tanaman tersebut. Determinasi dilakukan di Laboratorium Morfologi
Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta.
2.3. Pembuatan Serbuk
Rimpang dringo yang sudah kering dihancurkan dengan menggunakan
blender sampai menjadi serbuk kasar.
2.4. Pembuatan Ekstrak
Satu bagian serbuk rimpang dringo dimaserasi dengan 6 bagian
cairan penyari yaitu etanol 96% dan dimasukkan dalam bejana kaca.
Maserasi dilakukan selama 3 hari sambil sesekali terus diaduk. Setelah
itu disaring menggunakan kain flanel untuk memisahkan ampas dan sari.
Kemudian diremaserasi dengan 3 bagian cairan penyari dengan tetap
menggunakan cairan penyari etanol 96% selama 3 hari dan selanjutnya
disaring menggunakan kain flanel. Sari yang didapat dicampur dengan
sari yang pertama agar homogen. Sari dipekatkan menggunakan rotary
evaporator dengan tekanan rendah dan suhu 50°C sehingga didapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
ekstrak kental rimpang dringo. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam
flakon dan disimpan dalam eksikator.
2.5. Standarisasi Ekstrak
2.5.1. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan terhadap bentuk, warna, rasa, dan bau dari
ekstrak tanaman rimpang dringo.
2.5.2. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara menimbang 100 mg
ekstrak rimpang dringo kemudian diletakkan diantara gelas objek
selama 10 menit, ditindih dengan beban seberat 1 kg selama 5
menit. Gelas objek dijepit pada alat yang diberi beban 80 gram,
selanjutnya dihitung waktu yang diperlukan untuk melepaskan
gelas objek yang satu dengan yang lainnya.
2.6. Rancangan Formulasi Tablet
2.6.1. Perhitungan dosis.
Menurut penelitian Sa’roni dkk, (2002), pemberian ekstrak
etanol rimpang dringo pada mencit secara oral dengan dosis 1,5 mg
dan 4,5 mg /10 g berat badan dapat memberikan efek analgetik yang
tidak berbeda secara signifikan dengan asetosal dosis 0,52 mg /10 g
berat badan, kemudian dikonversikan ke dalam dosis manusia.
Diketahui faktor konversi dari mencit 10 g ke manusia 70 kg adalah
387,9 (Kaplan dkk, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Perhitungan dari dosis mencit dikonversikan ke dalam dosis
manusia:
Rimpang Dlingo = 1,5 mg/10 g BB mencit
= 1,5 mg x 387,9/70 kg BB manusia
= 581,85 mg/70 kg BB manusia
Manusia Indonesia dengan bobot rata-rata 50 kg
= 50/70 x 581,85 mg
= 415,61 mg
2.6.2. Rancangan formulasi.
Dosis ekstrak rimpang dringo tersebut cukup besar untuk dibuat
sediaan tablet oral, oleh karena itu dosis tersebut dibuat menjadi dua
tablet yaitu 207,8 mg ekstrak kental/tablet. Aturan pakai untuk sekali
minum 2 tablet. Dosis tersebut adalah untuk ekstrak kental, maka
setelah menjadi ekstrak kering yang sudah ditambah aerosil 5% dan
dikonversikan diperlukan dosis 125,73 mg ekstrak kering tiap tablet.
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1. Rancangan formulasi
dapat dilihat pada Tabel II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel II. Formula Tablet Ekstrak Rimpang Dringo
Formula 1
(Avicel PH 101 5%)
Formula 2
(Avicel PH 101 15%)
Formula 3
(Avicel PH 101 25%)
Ekstrak kering 125,73 mg 125,73 mg 125,73 mg
Laktosa 430,27 mg 367,77 mg 305,27 mg
Gelatin 5% 5 mg 7,5 mg 10 mg
Avicel PH 101 30 mg 90 mg 150 mg
Mg Stearat +
Talk(1 : 9)1,5% 9 mg 9 mg 9 mg
Berat Total 600 mg 600 mg 600 mg
2.7. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah
Ekstrak kental rimpang dringo ditambahkan aerosil 5% kemudian di
oven sampai diperoleh ekstrak kering rimpang dringo. Selanjutnya ekstrak
kering dihaluskan dan ditambahkan laktosa, gelatin, dan bahan penghancur
avicel PH 101 dengan variasi konsentrasi 5%; 15% dan 25% sambil
diaduk sampai homogen. Pembuatan larutan gelatin 5% dibuat dengan cara
gelatin dikembangkan menggunakan air dingin 10 ml dan air panas 90 ml
sampai terbentuk koloid. Larutan gelatin dapat ditambahkan secukupnya
sampai terbentuk massa yang siap digranulasi. Granul diayak
menggunakan ayakan no. 16 kemudian dikeringkan dalam oven dengan
suhu 40-50°C. Granul yang sudah kering diayak lagi menggunakan ayakan
no. 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2.8. Pemeriksaan Granul
2.8.1. Susut Pengeringan
Sampel granul sekitar 2 gram ditempatkan secara merata pada
pan sampel alat uji susut pengeringan dan selanjutnya dilakukan
siklus pemanasan.
LOD (%) =
x 100 % .................... (1)
Keterangan: LOD = Lost of Drying (susut pengeringan)
Granul dengan kadar air yang rendah akan mempunyai sifat
alir baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Susut
pengeringan granul yang baik adalah tidak lebih dari 3-5% (Voigt,
1994).
2.8.2. Kandungan Lembab
Kandungan lembab granul ditentukan dengan alat uji
kandungan lembab. Sampel granul sekitar 2 gram ditempatkan
secara merata pada pan sampel, dan selanjutnya dilakukan siklus
pemanasan. Prosentase kandungan lembab dihitung dari kehilangan
berat sampel karena pemanasan (Zhang dkk., 2003).
MC (%) = x 100% .... (2)
Keterangan: MC = Moisture Content (kandungan lembab)
2.8.3. Waktu Alir
Sebanyak 100g granul dimasukkan kedalam corong yang
ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul
dibiarkan mengalir sampai habis. Dihitung waktu alir granul.
Berat granul basah-berat granul kering
Berat granul kering
berat basah – berat kering
berat basah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2.8.4. Sudut Diam
Granul seberat 100g dimasukkan dalam corong yang ujung
tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan
mengalir sampai habis. Kemudian diukur diameter dan tinggi
kerucut yang terbentuk.
Tg β = ……………………………………………............(2)
β = sudut diam (o)
h = tinggi kerucut (cm)
r = jari – jari kerucut (cm)
2.9. Pembuatan Tablet
Granul yang sudah diperiksa ditambahkan dengan Mg Stearat
kemudian dimasukkan dalam mesin pencetak tablet dengan bobot tiap
tablet 600 mg.
2.10. Pemeriksaan Tablet
2.10.1. Keseragaman Ukuran
Sebanyak 10 tablet diambil secara acak dan diukur diameter
serta tebalnya dengan jangka sorong.
2.10.2. Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang, dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika dihitung satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A. Dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim,
1979). Persyaratan penyimpangan bobot tablet dapat dilihat pada
Tabel I.
2.10.3. Kekerasan
Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital
hardness tester. Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi
horisontal, alat dikalibrasi hingga posisi 0,00. Alat diputar hingga
tablet patah. Skala yang tertera pada alat dibaca. Percobaan
dilakukan 10 kali dan dihitung harga puratanya (Voigt, 1994).
2.10.4. Kerapuhan
Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang
menempel, lalu ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability
tester diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per
menit, lalu tablet diambil, dibersihkan dan ditimbang kembali.
Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus:
Kerapuhan =
x100% ......................................... (4)
M1 = bobot tablet sebelum diuji (gram)
M2 = bobot tablet setelah uji (gram)
2.10.5. Waktu Hancur
Sebanyak 6 tablet dimasukkan dalam keranjang dan dinaik
turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Keranjang berada
searah di tengah tabung kaca yang dicelupkan ke dalam air
dengan suhu 36°-38° C sebanyak lebih kurang 1000 ml. Tablet
M1 – M2
M1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
D. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari:
a. Standarisasi ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.) meliputi:
pemeriksaan organoleptis dan uji daya lekat.
b. Uji sifat fisik granul ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.) meliputi:
susut pengeringan, waktu alir, dan sudut diam.
c. Uji sifat fisik tablet ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.) meliputi:
keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan
waktu hancur.
E. Metode Analisis
Metode analisa statistik yang digunakan adalah dengan Analyze
nonparametric test sampel Kolmogorov-Smirnov. Jika data terdistribusi
normal kemudian dilanjutkan dengan One-Way ANOVA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman Dringo (Acorus calamus L.)
Tanaman dringo (Acorus calamus L.) telah dilakukan determinasi di
Laboratorium Morfologi Sistemik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil
determinasi dapat dilihat pada Lampiran 17. Determinasi tanaman dringo
bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan dalam
penelitian.
B. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Rimpang Dringo (Acorus calamus L.)
Ekstrak kental rimpang dringo (Acorus calamus L.) dibuat secara
maserasi menggunakan etanol 96% selama 3 hari dengan perbandingan satu
bagian serbuk dengan 6 bagian cairan penyari etanol 96%. Kemudian
diremaserasi dengan 3 bagian cairan penyari dengan tetap menggunakan
cairan penyari etanol 96% selama 3 hari. Sari yang didapat dicampur dengan
sari yang pertama kemudian dipekatkan hingga konsistensi kental. Dari
maserasi 1500 gram serbuk rimpang dringo diperoleh ekstrak kental rimpang
dringo 136,97 gram dengan rendemen 9,13%.
C. Pemeriksaan Ekstrak Kental Rimpang Dringo (Acorus calamus L.)
1. Pemeriksaan Organoleptis
Hasil pemeriksaan organoleptis dari ekstrak kental rimpang dringo
(Acorus calamus L.) adalah konsistensi kental, warna coklat kehitaman,
berminyak, aroma khas dringo dan rasa pahit.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Pemeriksaan Daya Lekat
Hasil pemeriksaan daya lekat dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat Ekstrak Etanol Rimpang Dringo
Ekstrak kental rimpang dringo (mg) Waktu (detik)
100 22,21
100 20,53
100 19,74
100 21,98
100 20,13
Rata-rata 20,92
SD 1,11
Uji daya lekat digunakan untuk mengetahui kemampuan ekstrak
dalam mengikat bahan-bahan tablet, sehingga dapat diketahui jumlah
bahan pengikat yang digunakan. Parameter yang digunakan adalah waktu,
yaitu semakin lama waktu yang dibutuhkan 2 kaca objek untuk saling
lepas maka semakin kuat daya lekat ekstrak. Dari data diperoleh rata-rata
daya lekat ekstrak rimpang dringo adalah 20,92 detik.
D. Perhitungan Dosis Ekstrak Rimpang Dringo (Acorus calamus L.) Sekali
Minum
Takaran dosis ekstrak kental rimpang dringo sebagai analgetik adalah
415,61 mg untuk sekali minum. Dosis tersebut cukup besar untuk dibuat
sediaan tablet, maka dosis tersebut dibagi untuk 2 tablet dalam sekali minum
sehingga dosis ekstrak kental rimpang dringo tiap tablet adalah 207,8 mg.
Jadi dosis satu tablet 207,8 mg ekstrak kental setara dengan 125,73 mg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ekstrak kering rimpang dringo yang telah ditambahkan aerosil 5%.
Perhitungan dosis dapat dilihat pada Lampiran 1.
E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui apakah granul
tersebut dapat menghasilkan tablet dengan kualitas yang sesuai dengan
persyaratan, karena kualitas granul dapat mempengaruhi sifat fisik tablet.
1. Susut Pengeringan Granul
Hasil pengamatan susut pengeringan granul dapat dilihat pada Tabel
IV.
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul
Konsentrasi Avicel PH 101 (%) LOD (%) MC (%)
5 4,47 4,69
15 4,29 4,48
25 3,62 3,76
Keterangan: LOD = Loss On Drying (susut pengeringan)
MC = Moisture content (kandungan lembab)
Susut pengeringan dilakukan pada saat granul siap untuk dicetak, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kelembaban dari granul tersebut. Mudah
tidaknya granul mengalir dipengaruhi antara lain bentuk, ukuran, keadaan
permukaan, kerapatan dan kelembaban granul. Adanya kandungan air
yang terlalu tinggi dalam granul mengakibatkan granul sukar mengalir
pada waktu pencetakan tablet. Granul dengan kadar air yang rendah akan
mempunyai sifat alir yang baik sehingga dihasilkan tablet yang kompak.
Susut pengeringan granul yang baik adalah rentang 3-5% (Voigt, 1994).
Penelitian kadar LOD granul telah memenuhi syarat yaitu pada
formulasi I dengan penghancur avicel PH 101 5% diperoleh harga LOD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4,47%, avicel PH 101 15% diperoleh 4,29% dan avicel PH101 25%
diperoleh 3,62%.
Kandungan lembab granul pada formulasi I dengan penghancur avicel
PH 101 5% diperoleh harga MC 4,69%, avicel PH 101 15% diperoleh
4,48% dan avicel PH 101 25% diperoleh 3,76%.
2. Waktu Alir Granul
Hasil pengamatan waktu alir granul dapat dilihat pada Tabel V.
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir
Konsentrasi
Avicel PH 101 (%)
Waktu alir (detik)
sbelum + pelincir
Waktu alir (detik)
setelah + pelincir
5 07.47 ± 0,47 06.85 ± 0,39
15 07.21 ± 0,34 06.51 ± 0,34
25 07.12 ± 0,31 06.14 ± 0,54
Waktu alir granul merupakan waktu yang diperlukan sejumlah granul
atau serbuk untuk mengalir keluar dari corong. Waktu alir digunakan
untuk menilai efektifitas pelicin. Jika waktu alir granul baik maka aliran
granul terjadi secara kontinyu dan seragam dari hopper sehingga proses
pengisian die juga seragam, bila aliran kurang baik, die tidak terisi secara
sempurna menyebabkan ketidak seragamnya bobot tablet. Semakin kecil
ukuran granul akan memperbesar daya kohesi sehingga menyulitkan aliran
granul. Waktu alir yang lebih dari 10 mg/detik akan mengalami kesulitan
pada waktu pencetakan.
Data hasil penelitian sebelum penambahan bahan pelincir
menunjukkan bahwa granul pada ketiga formula dengan avicel PH 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
konsentrasi 5%, 15%, 25% mempunyai waktu alir yang memenuhi syarat
yaitu kurang dari 10 detik. Hal ini terjadi karena bahan penghancur yang
digunakan adalah avicel PH 101 yang juga berfungsi sebagai pengalir
sehingga granul yang dihasilkan mempunyai waktu alir yang baik.
Data hasil penelitian setelah penambahan bahan pelincir menunjukkan
bahwa granul pada ketiga formula dengan avicel PH 101 konsentrasi 5%,
15%, 25% mempunyai waktu alir yang memenuhi syarat yaitu kurang dari
10 detik dan mempunyai waktu alir satu detik lebih cepat dibandingkan
dengan sebelum penambahan bahan pelincir. Hal ini terjadi karena
pengaruh bahan pelincir Mg stearat dan talk yang berfungsi sebagai
pengalir sehingga granul yang dihasilkan mempunyai waktu alir yang
lebih baik.
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa
data waktu alir granul sebelum dan setelah ditambahkan pelincir Mg
stearat dan talk untuk tablet ekstrak rimpang dringo merupakan data yang
terdistribusi normal. Dari uji statistik ANOVA diperoleh hasil signifikansi
0,346>0,05 untuk granul yang belum ditambah pelincir yang berarti tidak
ada perbedaan bermakna pada waktu alir ketiga formulasi. Hasil
signifikansi 0,068>0,05 untuk granul yang sudah ditambahkan pelincir
yang berarti tidak ada perbedaan bermakna pada ketiga formulasi. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101 5%,
15%, dan 25% tidak berpengaruh terhadap kecepatan alir untuk masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
masing antar formula. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6
dan 7.
3. Sudut Diam Granul
Hasil pengamatan sudut diam dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Sudut Diam
Konsentrasi Avicel PH
101 (%)
Sudut diam ( º )
sebelum + pelincir
Sudut diam ( º )
setelah + pelincir
5 22,63 ± 1,07 21,70 ± 1,58
15 22,49 ± 0,96 21,35 ± 1,78
25 22,73 ± 1,03 22,05 ± 0,78
Sudut diam adalah sudut elevasi permukaan bebas setumpuk partikel
terhadap bidang datar. Merupakan karakter fluiditas yang berkaitan erat
dengan kohesi antar partikel, bila sudut diam ≤ 30º biasanya menunjukkan
bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya ≥ 40º biasanya daya
mengalirnya kurang baik menurut Shahi dkk, (2008). Dari sudut diam
dapat menunjukkan indikasi bisa diterimanya sifat aliran suatu bahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula didapat harga
sudut diam yang memenuhi syarat ≤ 30º.
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa
data sudut diam granul sebelum dan sesudah diberi pelincir merupakan
data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANOVA
satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi
0,897>0,05 untuk granul sebelum ditambahkan pelincir dan nilai
signifikansi 0,774>0,05 untuk granul setelah ditambahkan pelincir. Kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara formula 1, 2 dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101 tidak berpengaruh terhadap
sudut diam granul untuk masing-masing formula. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 8.
F. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang
dihasilkan pada percobaan ini memenuhi persyaratan menurut Anonim,
(1995a). Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi keseragaman ukuran tablet,
keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu
hancur tablet.
1. Keseragaman Ukuran Tablet
Data pemeriksaan keseragaman ukuran tablet dapat diamati pada
Tabel VII.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Keseragaman Ukuran Tablet
No.
Diameter/Tebal Tablet (mm) pada formula
I
Avicel PH 101
(5%)
II
Avicel PH 101
(15%)
III
Avicel PH 101
(25%)
1. 11,00/4,00 11,00/4,20 11,00/4,00
2. 11,00/4,00 11,00/4,00 11,00/4,20
3. 11,00/4,00 11,00/4,00 11,00/4,00
4. 11,00/4,00 11,00/4,20 11,00/4,00
5. 11,00/4,20 11,00/4,20 11,00/4,20
6. 11,00/4,20 11,00/4,00 11,00/4,20
7. 11,00/4,00 11,00/4,00 11,00/4,20
8. 11,00/4,00 11,00/4,20 11,00/4,20
9. 11,00/4,20 11,00/4,20 11,00/4,20
10. 11,00/4,00 11,00/4,20 11,00/4,20
Rata-rata 11,00/4,06 11,00/4,12 11,00/4,14
Tabel VIII menunjukkan bahwa ketiga formulasi tablet ekstrak etanol
rimpang dringo (Acorus calamus L.) memenuhi persyaratan yang terdapat
pada Anonim, (1979), yaitu diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
2. Keseragaman Bobot Tablet
Data pemeriksaan keseragaman bobot tablet dapat diamati pada Tabel
VIII.
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Bobot Rata-Rata Tablet
Konsentrasi Avicel PH 101 (%) Rata-rata bobot tablet (mg) ± SD
5 607,5 ± 6,56
15 592,8 ± 8,72
25 596,3 ± 9,43
Keterangan: Rata-rata hasil pengujian 20 tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Keseragaman bobot merupakan salah satu faktor penentu
keseragaman kandungan zat aktif tablet. Kadar zat aktif yang sama
menentukan sifat terapetik yang sama. Keseragaman bobot dipengaruhi
oleh sifat alir, ukuran granul dan kondisi peralatan. Oleh karena itu aliran
granul sedapat mungkin kontinyu dan seragam agar tidak terjadi variasi
bobot yang besar.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga formula memenuhi syarat yang
terdapat pada Anonim, (1979), didapat data bahwa formula dengan
konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101 5%; 15% dan 25%
mempunyai bobot rata-rata yang baik yaitu 607,5 ± 6,56; 592,8 ± 8,72 dan
596,3 ± 9,43. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa
data keseragaman bobot tablet merupakan data yang terdistribusi normal
sehingga dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan tingkat
kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05 yang berarti
ada perbedaan bermakna pada ketiga formula. Dilanjutkan dengan uji t
(LSD) dan diperoleh nilai signifikansi 0,000-0,195 yang berarti ada
perbedaan yang bermakna antara formula 1-2, 1-3 dan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara formula 2-3. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Kekerasan Tablet
Hasil pemeriksaan kekerasan tablet dapat diamati pada Tabel IX.
Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Kekerasan Rata-Rata Tablet
Konsentrasi Avicel PH 101 (%) Rata-rata kekerasan (kg) ± SD
5 8,99 ± 0,37
15 6,89 ± 0,29
25 4,59 ± 0,48
Keterangan: Rata-rata hasil pengujian 10 tablet.
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet terhadap goncangan pada saat proses pembuatan, pengepakan,
pengemasan dan distribusinya.
Data penelitian memperlihatkan bahwa pada konsentrasi avicel PH
101 5% diperoleh nilai kekerasan 8,99 kg, 15% 6,89 kg dan 25% avicel
PH 101 diperoleh 4,59 kg. Data menunjukkan penurunan kekerasan tablet
seiring dengan peningkatan konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101.
Kekerasan tablet dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan pada saat
pengempaan, sifat bahan yang dikempa, jenis dan konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan serta kondisi granul. Pada proses penabletan
tekanan kompresi dibuat sama, agar diperoleh tablet dengan berat dan
kekerasan yang hampir sama. Kekerasan tablet akan berpengaruh
terhadap kerapuhan, semakin keras tablet maka semakin rendah
kerapuhannya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data
kekerasan tablet merupakan data yang terdistribusi normal sehingga
dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan
95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05. Hal ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bahwa ada perbedaan yang bermakna pada ketiga formula. Selanjutnya
dilakukan uji t (LSD) dan diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05 yang
berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara formula 1-2, 1-3, 2-3.
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan penghancur yaitu
konsentrasi avicel PH 101 5%, 15%, 25% berpengaruh terhadap
kekerasan tablet untuk masing-masing antar formula. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 12.
4. Kerapuhan Tablet
Hasil pemeriksaan kerapuhan tablet dapat dilihat pada Tabel X.
Tabel X. Hasil Pemeriksaan Kerapuhan Rata-Rata Tablet.
Konsentrasi Avicel PH 101 (%) Rata-rata kerapuhan (%) ± SD
5 0,34 ± 0,09
15 0,49 ± 0,01
25 0,76 ± 0,18
Keterangan: Rata-rata hasil tiga kali pengujian (20 tablet untuk satu kali uji)
Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan tablet dalam
mempertahankan bentuk terhadap goncangan mekanik. Semakin tinggi
konsentrasi penghancur avicel PH 101 yang digunakan kerapuhan tablet
akan semakin meningkat, tablet semakin rapuh, dan akan mempengaruhi
waktu hancur yaitu semakin cepat. Tablet yang mudah menjadi serbuk,
menyerpih dan rapuh pada saat penanganannya akan mengotori tempat
pengangkutan dan pengepakan, juga menimbulkan variasi bobot dan
keseragaman isi tablet. Selain itu kehilangan bentuk atau keelokannya
sehingga konsumen enggan menerimanya. Batas kerapuhan tablet yang
masih bisa diterima adalah kurang dari 1,0% (Lachman dkk, 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Hasil pemeriksaan kerapuhan tablet menunjukkan bahwa formula
dengan penghancur avicel PH 101 5% diperoleh nilai kerapuhan 0,34%,
15% avicel PH 101 diperoleh nilai 0,49% dan pada konsentrasi avicel PH
101 25% diperoleh 0,76%. Semakin tinggi konsentrasi penghancur avicel
PH 101 menurunkan kemampuan pengikat dalam mengikat partikel tablet
sehingga tablet yang dihasilkan semakin besar nilai kerapuhannya. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa
data kerapuhan tablet merupakan data yang terdistribusi normal sehingga
dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan
95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,012<0,05 yang berarti terdapat
perbedaan bermakna antara ketiga formulasi. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi bahan penghancur yaitu avicel PH 101 dengan konsentrasi
5%, 15%, 25% berpengaruh terhadap kerapuhan tablet untuk masing-
masing antar formula. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
14.
5. Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet
Hasil pemeriksaan waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel XI.
Tabel XI. Hasil Pemeriksaan Waktu Hancur Rata-Rata Tablet
Konsentrasi Avicel PH 101 (%) Rata-rata waktu hancur (detik) ± SD
5 523 ± 33
15 375 ± 48
25 211 ± 12
Keterangan: Rata-rata hasil pengujian 18 tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tablet dapat mempunyai efek setelah zat aktif yang terkandung
didalamnya diabsorbsi oleh darah. Sebelum proses absorbsi tablet harus
larut dalam cairan tubuh. Proses pecahnya tablet menjadi partikel-partikel
kecil atau granul menjadi sangat penting agar obat cepat mencapai
reseptor dan memberikan efek. Waktu yang diperlukan tablet untuk
hancur menjadi partikel atau granul disebut waktu hancur. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu hancur pada konsentrasi
avicel PH 101 5% mempunyai waktu hancur yang paling lama. Hal ini
terjadi karena pada formulasi ini menggunakan konsentrasi bahan
penghancur paling sedikit sehingga kemampuan menyerap air lebih kecil
dibanding formula dengan konsentrasi bahan penghancur avicel PH 101
15% dan 25%. Konsentrasi bahan penghancur tablet berbanding terbalik
dengan waktu hancur tablet yaitu semakin besar konsentrasi bahan
penghancur maka tablet yang dihasilkan akan membutuhkan waktu
hancur yang semakin singkat.
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa
data waktu hancur tablet merupakan data yang terdistribusi normal
sehingga dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan tingkat
kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan bermakna antara ketiga formulasi. Dilanjutkan dengan
uji t (LSD) didapatkan nilai signifikansi 0,000-0,001<0,05 yang berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
terdapat perbedaan yang bermakna antara formula 1-2, 1-3, 2-3.
Selengkapnya pada Lampiran 16. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
bahan penghancur avicel PH 101 dengan konsentrasi 5%, 15% 25%
berpengaruh terhadap waktu hancur untuk masing-masing antar formula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak rimpang dringo (Acorus calamus L.) dapat dibuat menjadi tablet
yang memenuhi syarat dengan menggunakan avicel PH 101 sebagai
penghancur.
2. Perbedaan konsentrasi penghancur avicel PH 101 5%, 15% dan 25%
berpengaruh pada sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan dan waktu hancur tablet.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji disolusi terhadap tablet ekstrak etanol rimpang dringo
hasil penelitian.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan
penghancur lain untuk tablet ekstrak etanol rimpang dringo (Acorus
calamus L.).
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, hal 210-216.
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, hal 1.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal XXXIII, 6, 28.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, hal 5, 8, 10-12.
Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Anonim, 1995b, Indeks Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia (Edisi kedua), PT.
Esai Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000a, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 10-11.
Anonim, 2000b, http://ekologi.litbang.depkes.go.id, 1 Juni 2011.
Ansel, H. C., 1981, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 3rd
ed, Lea
and Febiger, Philadelphia, hal 198.
Backer, C.A., 1968, Flora of Java, Volume III, N.V. Noordhoff, Groninger,
Netherland, Hal 101, 105, 106.
Banker, G, S., Anderson, N, R.,1986, Tablet in Lachman, L. Lieberman, H, A.,
Kanig, J, L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd
ed,
Philadelphia, Lea and Febiger, Hal 297, 299, 313-314, 316-328.
Fudholi, A., 2001, Teknologi dan Formulasi Sediaan Obat Bahan Alam dan
Permasalahanya, Pharmacon Vol 2, No 1, hal 25, 26.
Kaplan, Lawrence A, Pesce AJ, 1989, Clinical Chemistry Theory, Analysis, and
Correlation, 2nd
ed, Missouri; Mosby Company, 1024-1026.
King, R.E, 1984, Dispensing of Medication, 9th
ed, Mack Publishing Company,
Philadelphia, hal 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Lieberman, Herbert, a., 1990, Pharmaceutical Dosage Form, Tablet Volume 1,
Marcell Dekker, New York, hal 188-190.
Panchal. G.M.; Venkatakrishna-Batt H.; Doctor, R.B.; and Vajpayee, S., 1989,
Pharmacology of Acorus calamus L., Indian J. Exp. Biol., 27(6):561-7.
Parrot, E.L, 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,
Burgess Publishing Company, Minneapolis, hal 75.
Priyambodo, Bambang, 2010, http://priyambodo71.files.Wordpress.com/2010/03/
bab_4-tekhnologi-formulasi-tablet.ppt, 13 Maret 2011.
Sa’roni, Adjirni, & Pudjiastuti, 2002, Efek Analgetik dan Toksisitas Akut Ekstrak
Rimpang Dringo (Acorus calamus L.), Media Litbang Kesehatan Volume
XII Nomor 3, Jakarta, hal 46 .
Sasongko, Hadi dan Widya Asmara, 2002, Pengaruh Minyak Atsiri Dlingo
(Acorus calamus L.) Terhadap profil Protein Bakteri Gram-Positip dan
Gram-Negatip, Teknosains, 15 (3).
Shahi, S., R., Agrawal, G., R., Shinde, N., V., Shaikh, S., A., Shaikh, S., S.,
Somani, V., G., dkk, 2008, Formulation and In Vitro Evaluation of
Orodispersible Tablets of Etoricoxib With Emphasis on Comparative
Functionality Evaluatio of Three Classes of Superdisintegrants, Rasayan J.
Chem., 1 (2), 292-300.
Sheth, B.B., Bandelin F.J., Shangraw R.F., 1980, Compressed Tablet, In Lachman
L., Lieberman H.A., Kanig J.L., (editor), Pharmaceutical Dosage Forms,
Tablets, Marcel Dekker Inc, New York, Vol. I, 100-115.
Sugimoto, N., Goto, Y., Akao, N. Kiuchi, F., Kondo, K., and Tsuda, Y., 1995,
Mobility Inhibition and Nematocidal Activity of Asaron and Related
Phenylpropanoids on Secon-storege Larvae of Toxocara canis. Biological
and Pharmaceutical Bulletin, 18:4, 605-609.
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, hal 84-85.
Tampubolon, O.T, 1980, Seri Pembangunan Masyarakat Desa (Tumbuhan Obat),
Bhratara, Bogor, Hal 1.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, hal 165, 201-203.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Zhang, Y., Law,Y. And Chakrabarti, S., 2003, Physical Properties and Compact
Analysis of Commonly Used Direct Compression Binders, Pharm. Sci.
Tech., 4 (4).
Zhong, Grace, 1999, http://novachem.en.alibaba.com/product/345025093-
210644801/Avicel_PH_101_Cellulose_microcrystalline_.html, 1 Juli 2011.