perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penggunaan model ... · kemampuan memori siswa ( studi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN SNOWBALLING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN KEMAMPUAN MEMORI SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Biologi
Oleh : Arin Nurhayati
S830908002
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN SNOWBALLING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN KEMAMPUAN MEMORI SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun Oleh:
Arin Nurhayati
S 830908002
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Sugiyarto, M.Si ...................... …………… NIP. 196704301992031002 Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si ...................... .…………..
NIP. 196909011994031002
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN SNOWBALLING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
DAN KEMAMPUAN MEMORI SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh :
Arin Nurhayati
S 830908002
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd .................... ................... Sekretaris Dra. Soeparmi, M.A, Ph.D ................. ..................
Anggota Penguji 1. Dr. Sugiyarto, M.Si ..................... .................. 2. Dr. Sarwanto, M.Si ..................... ...................
Mengetahui
Direktur Ketua Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19520116 198003 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Arin Nurhayati
NIM : S 830908002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Penggunaan Model
Pembelajaran Jigsaw Dan Snowballing Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan
Kemampuan Memori Siswa ( Studi Kasus Pada Materi Sistem Pencernaan
Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Baki Sukoharjo Tahun Ajaran
2009/2010) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
Arin Nurhayati S830908002
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO - Segala sesuatu yang baik awali dengan niat, yakin, berani mencoba, depend on
Allah, dan bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah.
- Selalu berusaha menjadi orang yang sabar.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur atas KaruniaNya
kupersembahkan karya sederhana ini
untuk kedua orang tuaku, adikku,
nenekku, keluargaku, orang-orang
disekitarku yang menyayangiku, yang
telah memberikan semangat, dukungan,
dan doa dalam menggapai cita-citaku.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga laporan penelitian ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penelitian ini disusun dalam rangka mendapatkan legalitas formal untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Sains minat utama Biologi Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp.KJ.(K) selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada
Program Pascasarjana.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UNS, Surakarta,
yang telah memberikan motivasi sampai terselesainya laporan penelitian ini.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains yang telah memberikan bimbingan sampai terselesainya laporan
penelitian ini.
3. Dr. Sugiyarto, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
sampai terselesainya laporan penelitian ini.
4. Dr. Sarwanto, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
sampai terselesainya laporan penelitian ini.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Sains, yang telah memberikan
bimbingan sampai terselesainya laporan penelitian ini.
6. Kepala SMP Negeri Grogol 1 yang telah memberikan ijin try out instrumen
dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan try out
instrumen.
7. Kepala SMP Negeri 1 Baki yang telah memberikan ijin penelitian dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains yang telah
memberikan semangat dan dorongan sampai terselesainya laporan penelitian
ini.
Atas segala dorongan, bimbingan, bantuan dan saran, penulis hanya bisa
memohon pada Allah SWT untuk melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan penelitian
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis selalu meminta masukan
dari berbagai pihak dan penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
Arin Nurhayati
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
ABSTRAK .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 9
D. Perumusan Masalah .................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................. 12
A. Kajian Teori .............................................................................. 12
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 47
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 49
D. Hipotesis ................................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 57
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 57
B. Populasi dan Sampel................................................................. 58
C. Metode Penelitian ..................................................................... 58
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Variabel Penelitian ................................................................... 59
E. Rancangan Penelitian ............................................................... 61
F. Langkah-Langkah Penelitian .................................................... 63
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 64
H. Instrumen Penelitian ................................................................. 64
I. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data .................................... 65
J. Teknik Analisis Data ................................................................ 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... .... 83
A. Deskripsi Data ......................................................................... 83
B. Uji Prasyarat Analisis .............................................................. 89
C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 91
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 95
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 110
A. Kesimpulan .............................................................................. 110
B. Implikasi .................................................................................. 112
C. Saran ........................................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115
LAMPIRAN ..................................................................................................... 118
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 57
Tabel 3.2. Rancangan Penelitian ................................................................... 62
Tabel 3.3. Hasil Validitas Butir Soal .............................................................. 67
Tabel 3.4. Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................. 69
Tabel 3.5. Kriteria Soal .................................................................................. 70
Tabel 3.6. Hasil Daya Beda Butir Soal .......................................................... 71
Tabel 3.7. Hasil Validitas Butir Soal Motivasi Belajar .................................. 72
Tabel 3.8. Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan ..................................... 80
Tabel 4.1 Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah dan
Tinggi.. .......................................................................................... 84
Tabel 4.2 Jumlah Siswa yang Memiliki Kemampuan Memori Rendah dan
Tinggi ............................................................................................ 85
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar ..................................................... 85
Tabel 4.4 Distribusi Data Prestasi Belajar Kelas Jigsaw .............................. 86
Tabel 4.5 Distribusi Data Prestasi Belajar Kelas Snowballing .................... 87
Tabel 4.6 Jumlah Sebaran Jumlah Siswa Masing-Masing Kelompok ......... 88
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas ........................................................... 89
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas ....................................................... 90
Tabel 4.9 Rata-Rata Nilai Prestasi IPA Berdasarkan Model Pembelajaran
dan Kemampuan Memori .............................................................. 94
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Kelas Jigsaw .................................... 86
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Kelas Snowballing .......................... 88
Gambar 4.10 Grafik Interaksi Antara Model Pembelajaran Dengan kemampuan
Memori Siswa……………………………………………………. 104
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1 : Silabus ................................................................................... 118
Lampiran 2a : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw ......................... 121
Lampiran 2b : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Snowballing ................ 124
Lampiran 3a : Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Try Out ........................... 128
Lampiran 3b : Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar (Penelitian) ..................... 129
Lampiran 4a : Angket Motivasi Belajar Try Out ........................................... 130
Lampiran 4a : Angket Motivasi Belajar (Penelitian)..................................... 140
Lampiran 5a : Tes Kemampuan Memori ...................................................... 149
Lampiran 5b : Daftar 20 Benda dan 20 Kata ................................................. 150
Lampiran 6a : Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Try Out ................................... 151
Lampiran 6b : Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ............................ 152
Lampiran 7a : Tes Prestasi Belajar Try Out .................................................. 153
Lampiran 7b : Tes Prestasi Belajar (Penelitian)...................... ...................... 158
Lampiran 8 : Data Siswa ............................................................................. 163
Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar ................................ 164
Lampiran 10 : Data Try Out Angket Motivasi Belajar .................................. 183
Lampiran 11 : Data Penelitian ....................................................................... 191
Lampiran 12 : Perhitungan Uji Matching ...................................................... 192
Lampiran 13 : Data Prestasi Belajar Kelompok Jigsaw ................................ 194
Lampiran 14 : Data Prestasi Belajar Kelompok Snowballing ....................... 195
Lampiran 15 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok Jigsaw ..... 196
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 16 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok
Snowballing ............................................................................ 199
Lampiran 17 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok Motivasi
Rendah .................................................................................. 201
Lampiran 18 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok Motivasi
Tinggi ..................................................................................... 203
Lampiran 19 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok
Kemampuan Memori Rendah ................................................ 205
Lampiran 20 : Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Kelompok
Kemampuan Memori Tinggi .................................................. 207
Lampiran 21 : Uji Homogenitas Tes Prestasi Belajar.................................... 209
Lampiran 22 : Tabel Kerja Homogenitas Prestasi Antar Kelompok
Motivasi ................................................................................. 211
Lampiran 23 : Tabel Kerja Homogenitas Prestasi Antar Kelompok
Kemampuan Memori ............................................................. 213
Lampiran 24 : Analisis Variansi Tiga Jalan Frekuensi Sel Tak Sama........... 216
Lampiran 25 : Foto-Foto Penelitian ............................................................... 221
Lampiran 26 : Surat-Surat Penelitian ............................................................. 225
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK Arin Nurhayati, S830908002. “Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dan Snowballing Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Memori Siswa (Studi Kasus Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010)”. Tesis. Pembimbing I: Dr. Sugiyarto, M.Si, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si. Prodi Magister Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Pembelajaran IPA menuntut adanya peran aktif siswa dan cara berfikir kooperatif. Untuk itu dalam pembelajaran IPA perlu penerapan pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan karakteristik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing, dari motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baki (270 siswa). Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas (67 siswa). Kelas eksperimen pertama (VIIIC) mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan kelas eksperimen kedua (VIIIB) mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Snowballing. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar dan kemampuan memori, angket untuk motivasi belajar. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan isi sel tak sama. Uji komparasi ganda pada interaksi antar variabel menggunakan metode Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan: 1. model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA, model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif Snowballing; 2. motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menghasilkan prestasi belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; 3. terdapat pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA; 4. tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif yang digunakan dengan motivasi belajar siswa; 5. terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA; 6. tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA; 7. tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA. Kata kunci: Model Pembelajaran Jigsaw dan Snowballing, Sistem Pencernaan pada Manusia, Motivasi Belajar, Kemampuan Memori, Prestasi belajar.
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Arin Nurhayati, S830908002. "The Use of Jigsaw and Snowballing learning models over viewed from student’s learning Motivation and the memory capasity (A Case Study of Human Digestive System for students in grade VIII, Semester 1 State Junior High School 1 Baki, Academic Year 2009/2010)." Thesis. Advisor I: Dr. Sugiyarto, M.Si, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si. Science Education Program, Postgraduate Study Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010.
Science learning demanded the existence of the active role and cooperative thinking of Student. Therefore, in science learning it is necessary to apply the cooperative learning and consider the student characteristics. The research purpose is to know the effect of Jigsaw and Snowballing learning models, learning motivation and memory capacity of students toward student achievement.
This research used experimental method, with the factorial design of
2x2x2. The population was all eighth grade students of State Junior High School 1 Baki (270 students). The samples of the research consisted of 2 classes (67 students) which were taken randomly by using a cluster random sampling technique. The first experimental class (VIIIC) treated with Jigsaw learning model and second experimental class (VIIIB) treated with the Snowballing leraning model. The data was collected using test for student achievement and the memory capacity and questionere for learning motivation. The hypotheses were tested using Anova and continued by comparison test with Scheffe method.
From the data analysis can be concluded that 1) The achievement of
student who learnt using Jigsaw was higher than them who learnt using Snowballing (Fcalculated = 6,939 > Ftable = 4,00); 2) The achievement of students who have higher learning motivation was higher than those who have lower learning motivation (Fcalculated = 33,164 > Ftable = 4,00); 3) The achievement of students who have higher memory capacity was higher (Fcalculated 33,941 > Ftable = 4,00); 4) there was no interaction between the learning model with the learning motivation (Fcalculated = 2,758 < Ftable = 4,00); 5) there was interaction between learning model with the memory capacity on student achievement (Fcalculated = 4,375 > Ftable = 4,00); 6) there was no interaction between learning motivation with the memory capacity on science learning achievement (Fcalculated = 2,977 < Ftable = 4,00); 7) There was no interaction between cooperative learning with learning motivation and the memory capacity on science learning achievement (Fcalculated 0,303 < Ftable = 4,00). Keywords: Jigsaw, Snowballing learning model, Human Digestive System,
Learning Motivation, The Memory Capacity of Student, Student Achievement.
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar
dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap pelajar sebagai bentuk
perubahan perilaku hasil belajar. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (dalam Wina Sanjaya, 2007: 2) menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Muhibbin Syah (2008: 10) pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran
didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi,
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Wina Sanjaya, 2007: 1). Salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perbaikan proses pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang
pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran, karena
pada saat mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan
tetapi proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Selama proses pembelajaran, guru harus menjadi contoh bagi siswa, membimbing
siswa, melatih ketrampilan intelektual maupun ketrampilan motorik siswa,
memotivasi siswa, membentuk siswa memiliki kemampuan inovatif dan kreatif,
dan sebagainya. Siswa juga mempunyai peran penting dalam proses
pembelajaran, tanpa adanya siswa tidak akan terjadi interaksi antara siswa dengan
guru. Menurut Muhibbin Syah (2008: 237) menyatakan bahwa proses belajar
mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa
sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang
mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi yakni hubungan antara
guru dengan para siswa dalam situasi pengajaran.
Seiring dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak
muncul mengenai konsep dan wawasan tentang pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru dapat memilih dan menggunakan beberapa model
pembelajaran dengan harapan agar tercipta suatu pembelajaran yang aktif. Ketika
siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas
pembelajaran. Siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide
pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang baru mereka pelajari ke dalam satu pelajaran yang ada dalam kehidupan
nyata. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak
hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan kondisi belajar yang aktif
biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil
belajar diharapkan dapat maksimal.
Agar tercipta perilaku belajar siswa yang aktif, guru dapat menggunakan
pembelajaran kooperatif. Belum banyak inovasi pembelajaran yang dilakukan
guru, padahal mereka sudah mengenal bermacam-macam model pembelajaran
kooperatif. Model-model pembelajaran kooperatif diantaranya seperti, STAD,
NHT, TPS, TGT, Jigsaw, Snowballling dan sebagainya.. Menurut Wina Sanjaya
(2007: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan yang positif.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.
Menurut Slavin (1995 dalam Wina Sanjaya 2007: 242) mengemukakan dua
alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran koooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
ketrampilan.
Guru dapat menggunakan beberapa model pembelajaran kooperatif,
diantaranya model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing. Pembelajaran Jigsaw
merupakan model pembelajaran yang menarik untuk digunakan jika materi yang
akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan model pembelajaran ini antara
lain, model pembelajaran ini dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan
sekaligus mengajarkan kepada orang lain, materi pelajaran dapat dibagi menjadi
beberapa sub materi, ada pembagian tugas dalam setiap kelompok, mengajarkan
sikap kepemimpinan kepada siswa, masing-masing siswa mempunyai tanggung
jawab yang sama besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran
karena antar siswa saling mengajari.
Menurut Isjoni (2007: 54) pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Menurut Aronson (dalam Isjoni 2007: 54) dalam pembelajaran Jigsaw,
kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim
Jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap
tim diberi satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan
untuk memilih topik mereka. kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa dikelas yang mempunyai bagian
informasi yang sama. Di grup ahli, siswa saling membantu mempelajari materi
dan mempersiapkan diri untuk tim Jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi di
grup ahli, kemudian mereka kembali ke tim Jigsaw untuk mengajarkan materi
tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. Sebagai
kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa dengan bebas memilih kuis dan
diberikan nilai individu.
Pembelajaran Snowballing (bola salju) merupakan model pembelajaran
yang digunakan untuk mendapat jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa
secara bertingkat. Pembelajaran ini dimulai dari kelompok kecil kemudian
dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan
memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara
berkelompok. Menurut Sunarto (2009, Sunartombs.wordpress.com//metode-
snowballing-bola-salju/-) menyatakan bahwa dinamakan Snowballing dikarenakan
dalam pembelajaran siswa melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari
pasangan tersebut kemudian mencari pasangan yang lain sehingga semakin lama
anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding.
Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah
adanya permasalahan dalam proses pembelajaran IPA di SMPN I Baki.
Permasalahan tersebut antara lain guru mata pelajaran menggunakan metode
pembelajaran yang monoton yaitu ceramah, masih terdapat beberapa siswa yang
prestasi belajarnya kurang memuaskan karena nilai belum tuntas masih dibawah
KKM. Hal ini berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
guru SMPN 1 Baki, Markamsih (2009) menyatakan bahwa proses pembelajaran
di SMPN 1 Baki masih banyak penggunaan metode yang statis yaitu ceramah,
masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi IPA.
Prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan, menggambarkan bahwa
nilai siswa belum tuntas, masih dibawah KKM. Menurut Markamsih (2009) hasil
belajar siswa kelas VIIIG belum memuaskan, terbukti dari hasil ulangan harian
dengan nilai rata-rata 55,16, nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 30. Dari 38 siswa
yang belum tuntas sebanyak 15 anak dan yang sudah tuntas 23 anak. Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa rendah. Rendahnya prestasi
belajar siswa ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor dari
dalam diri siswa sendiri, orang tua, guru, pengaruh lingkungan sekolah dan
lingkungan belajar siswa. Faktor dari dalam diri siswa antara lain minat, motivasi
belajar siswa, cara belajar siswa, kecerdasan, kemampuan memori siswa dan
sebagainya. Sedangkan faktor dari lingkungan sekolah dan lingkungan belajar
siswa antara lain cara mengajar guru, model pembelajaran yang digunakan oleh
guru, suasana lingkungan bergaul siswa dan sebagainya.
Model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dapat digunakan dalam
proses pembelajaran IPA. Berdasarkan pemikiran untuk meningkatkan prestasi
belajar IPA siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan Manusia, perlu adanya
model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran diatas
merupakan langkah mencapai prestasi belajar siswa yang lebih baik kedepannya,
tentunya dengan memperhatikan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa.
Disamping itu, penggunaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Snowballing juga berdasarkan pemikiran bahwa siswa kelas VIII sudah memiliki
kemampuan berdiskusi dengan orang lain dan memiliki pengetahuan tentang
sistem pencernaan manusia meskipun pengetahuan yang dimiliki terbatas yang
dapat digunakan untuk membantu mempermudah ketika berdiskusi dengan
temannya. Penelitian ini merupakan studi kasus pada pokok bahasan Sistem
Pencernaan Manusia, pada materi ini sangat membutuhkan kemampuan untuk
mengingat daripada isi dari materi itu sendiri. Selain itu sistem pencernaan
makanan merupakan materi pelajaran yang bersifat abstrak, menyangkut sistem
organ yang berada di dalam tubuh manusia.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing dalam
proses pembelajaran pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Selain penerapan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing,
pada penelitian ini juga meninjau dari aspek motivasi belajar siswa dan
kemampuan memori siswa. Motivasi belajar siswa bervariasi antara rendah,
sedang, dan tinggi. Ketiga kategori motivasi belajar siswa tersebut belum
sepenuhnya dijadikan landasan dalam membelajarkan siswa. Demikian juga
dengan kemampuan memori siswa yang bervariasi antara rendah, sedang, dan
tinggi. Kemampuan memori siswa yang berbeda-beda tersebut kurang
mendapatkan perhatian dari guru. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis
ingin meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah Jigsaw dan Snowballing
juga meninjau dari aspek kemampaun memori siswa selain dari motivasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Identifikasi Masalah
Berikut ini akan diidentifikasi permasalahan pembelajaran di SMPN I
Baki antara lain:
1. Masih terdapat guru mata pelajaran IPA yang menggunakan model
pembelajaran ceramah yaitu dengan menjelaskan materi pelajaran secara
langsung di kelas, sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan kurang
semangat untuk belajar;
2. Belum banyak inovasi pembelajaran yang dilakukan guru, padahal mereka
sudah mengenal bermacam-macam model pembelajaran misalnya STAD,
NHT, TPS, TGT, Jigsaw, Snowballling dan sebagainya;
3. Siswa kurang fokus dalam proses pembelajaran;
4. Kemampuan memori siswa berbeda-beda dan guru kurang memperhatikan
kemampuan memori siswa tersebut;
5. Motivasi belajar siswa bervariasi antara rendah, sedang, dan tinggi belum
sepenuhnya dijadikan landasan dalam membelajarkan siswa;
6. Sebagian hasil prestasi belajar IPA siswa kurang maksimal sehingga
prestasinya kurang memuaskan, karena siswa belum belajar tekun dan guru
kurang memperhatikan kondisi awal siswa yang berbeda-beda seperti
kemampuan memori, kreativitas siswa, dan sebagainya.
7. Beberapa materi yang disajikan untuk kelas VIII antara lain pertumbuhan dan
perkembangan, sistem gerak manusia, sistem pencernaan manusia, sistem
pernapasan manusia, namun guru belum menjelaskan keterkaitan antar materi
kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah dibatasi pada hal berikut ini:
1. Penggunaan model pembelajaran dibatasi pada model pembelajaran Jigsaw
dan Snowballing;
2. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dibatasi pada motivasi
belajar tinggi dan rendah;
3. Kemampuan memori siswa dalam mengikuti pembelajaran dibatasi pada
kemampuan memori tinggi dan rendah;
4. Prestasi belajar dibatasi prestasi IPA pada aspek kognitif untuk materi Sistem
Pencernaan Manusia.
D. Perumusan Masalah
Untuk memberi arah penelitian agar lebih terarah yang akhirnya
mendapatkan hasil yang sesuai dengan tema, maka berdasarkan uraian latar
belakang masalah diambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing terhadap prestasi belajar IPA?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA?
3. Apakah ada pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
IPA?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA?
5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar IPA?
7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi
belajar IPA?
E. Tujuan Penelitian
Berikut ini akan diuraikan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing terhadap
prestasi belajar IPA;
2. pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA;
3. pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA;
4. interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA;
5. interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA;
6. interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar IPA;
7. interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi guru IPA mengenai model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar IPA.
2. Manfaat Teoritis
a. mengetahui pengaruh model Jigsaw dan Snowballing ditinjau dari motivasi
belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA;
b. memberikan sumbangan teoritis untuk penelitian berikutnya;
c. memberikan gambaran dan sumbangan teoritis bagi guru untuk
mengembangkan model pembelajaran dalam pengajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2008: 91) belajar ada dua
macam definisi. Pertama, belajar adalah the process of acquiring knowlegde,
yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah a relatively
permenent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced
practise, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis 1989: 11) belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku organisme sebagai akibat pengalaman. Oleh karena itu
dalam proses belajar mengajar IPA yang terpenting adalah pengalaman yang
dapat membuat perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur.
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siapapun
terutama oleh siswa sebagai pelajar, belajar merupakan sesuatu yang kompleks.
Belajar menurut Ausubel (dalam Martinis Yamin 2008: 126) belajar merupakan
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Winkel (2007) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu baik pengetahuan,
keterampilan, sikap, tingkah laku maupun kemandirian dalam diri seseorang.
b. Teori-Teori Belajar
1). Teori Konstruktivisme
Menurut Piaget, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematik tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan lain perkataan pengetahuan fisik dan begitu pula pengetahuan logika-matematik tidak dapat diteruskan dalam bentuk sudah jadi. Setiap anak harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu, pengetahuan-pengetahuan itu harus dikonstruksi sendiri oleh anak.
Beberapa hal yang termasuk dalam model konstruktivis dalam mengajar
antara lain: a) memperkenalkan kegiatan yang layak dan menarik, dan para siswa
diberi kebebasan untuk menolak saran-saran guru. b) menekankan penciptaan
pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah dan demikian pula pemecahannya. c)
menganjurkan siswa untuk saling berinteraksi. d) menghindari istilah-istilah
teknis dan menekankan berpikir. e) menganjurkan para siswa berpikir dengan cara
mereka sendiri. (Ratna Wilis, 1989)
Pada model konstruktivis dalam mengajar salah satu pendekatannya yaitu
seseorang menghasilkan efek yang diinginkan, dapat digunakan bila guru
menganjurkan siswa dalam menyelesaikan tugasnya dengan bertanya pada siswa
yang lain cara menyelesaikan tugasnya. Ini merupakan suatu contoh situasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
secara edukatif baik bagi siswa yang mengajarkan dan bagi siswa yang diajari.
Pendekatan ini dapat diimplementasikan dalam model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing. Karena pada model pembelajaran Jigsaw siswa diminta diskusi
kelompok untuk membahas dan menyelesaikan tugas dari guru. Siswa dipisahkan
ke dalam kelompok “ahli” dan kelompok ’Jigsaw’. Setelah kelompok ahli selesai
membahas dan menyelesaikan tugas, kelompok ahli akan kembali ke kelompok
Jigsaw dan menjelaskan kepada kelompok Jigsaw. Sedangkan implementasinya
dalam model pembelajaran Snowballing yaitu tidak jauh berbeda dengan model
pembelajaran Jigsaw. Karena pada model pembelajaran Snowballing didalamnya
berupa diskusi bertingkat, dimulai dari kelompok kecil sampai kelompok besar
untuk membahas dan menyelesaikan tugas dari guru.
Beberapa hal mengenai model konstruktivis dalam mengajar yang telah
disebutkan di atas sudah tercakup dalam model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing sebagai implementasinya. Karena model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing merupakan model pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan
yang menarik yaitu diskusi kelompok untuk membahas dan menyelesaikan tugas
dan pertanyaan sehingga tercipta suasana saling berinteraksi diantara siswa.
Dalam penyelesaian tugas dan pertanyaan siswa juga ditekankan untuk berpikir
dan memperkaya gagasan-gagasan dan menyimpulkan sesuai dengan cara mereka
sendiri. Akan tetapi perlu diingat pada akhir kegiatan guru tetap memberikan
klarifikasi pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Uraian di atas mengenai implementasi teori belajar konstruktivisme
terhadap variabel bebas yaitu model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing.
Selanjutnya akan dibahas implementasi teori belajar konstruktivisme terhadap
variabel moderator yaitu motivasi belajar dan kemampuan memori siswa sebagai
berikut: pada dasarnya implementasi teori belajar konstruktivisme terhadap
variabel moderator yaitu motivasi belajar dan kemampuan memori siswa sudah
tercakup sekaligus dalam implementasi teori belajar konstruktivisme terhadap
variabel bebas yaitu model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing. Karena ketika
siswa dihadapkan pada kegiatan belajar yang menarik seperti diskusi kelompok,
kemudian menciptakan pertanyaan dan menyelesaikan tugas dan pertanyaan
dengan saling berinteraksi dengan siswa maka akan timbul dorongan/motivasi dari
dalam diri siswa untuk bekerja sama dalam berinteraksi untuk menyelesaikan
tugas dan pertanyaan dari guru. Entah itu ada yang ingin mendapatkan prestasi
yang baik maupun hanya sekedar menyelesaikan tugas dan pertanyaan. Namun
mereka sudah termotivasi bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dan
pertanyaan. Sedangkan implementasinya terhadap kemampuan memori yaitu
ketika siswa membangun pengetahuannya sendiri, maka siswa perlu kemampuan
memori atau daya ingatan untuk menerima, memasukkan (learning), menyimpan
(retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal pengetahuan yang
telah diperoleh.
Jika dikaitkan dengan beberapa hal yang terdapat dalam model
konstruktivis dalam mengajar, implementasi teori belajar konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
terhadap kemampuan memori yaitu dalam menciptakan suatu pertanyaan dan
menjawab atau menyelesaikan tugas dan pertanyaan kemudian dalam
menekankan berpikir, serta berpikir dengan cara mereka sendiri. Semua itu
memerlukan kerja kemampuan memori atau daya ingatan yang berbeda-beda dari
setiap siswa. Dalam Teori belajar konstruktivisme, setiap anak harus membangun
sendiri pengetahuan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat
memperlihatkan kepada siswa proses-proses jalannya makanan melalui saluran-
salauran pencernaan dengan menggunakan alat-alat bantu atau peraga yang
melambangkan sistem pencernaan manusia, sehingga siswa dapat melihat,
mengamati, bereksperimen, dan menyimpulkan proses pencernaan makanan pada
manusia.
2). Teori Belajar Kognitif
Menurut Bruner, proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase yaitu fase informasi (tahap penerimaan materi), fase transformasi (tahap pengubahan materi), fase evaluasi (tahap penilaian materi). Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) supaya dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. (Muhibbin Syah, 2008: 113)
Implementasi dari ketiga proses pada saat belajar tersebut terhadap
variabel bebas (model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing) dan variabel
moderator (motivasi belajar dan kemampuan memori siswa) adalah sebagai
berikut: ketika model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing diterapkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
siswa, maka siswa berarti telah memperoleh informasi baru mengenai
penyampaian materi belajar melalui cara relajar yang berbeda dari sebelumnya.
Sehingga akan terjadi transformasi informasi dalam hal ini yang bekerja adalah
kemampuan memori siswa dan siswa akan termotivasi dari kegiatan pembelajaran
tersebut. Dan hasilnya akan terlihat dari kesimpulan yang mereka peroleh dari
kegiatan pembelajaran tersebut yang berupa relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif
seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut: a) Pertumbuhan intelektual
ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak-tergantungan respons dari sifat stimulus.
Dalam pertumbuhan intelektual ini ada kalanya dapat dilihat, bahwa seorang anak
mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah.
Atau belajar mengubah responnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah.
b) Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan (storage system) yang sesuai
dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan
anak untuk bertindak di atas informasi yang diperoleh pada suatu desempatan. Ia
melakukan ini dengan membuat ramalan-ramalan, dan ekstrapolasi-ekstrapolasi
dari model alam yang disimpannya. c) Pertumbuhan intelektual menyangkut
peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada
orang lainnya, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah
dilakukannya atau akan dilakukannya. Kesadaran diri ini mengizinkan suatu
transisi dari perilaku keteraturan ke perilaku logika (Ratna Wilis, 1989)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari ketiga hal mengenai pertumbuhan kognitif diatas, implementasinya
terhadap variabel bebas (model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing) dan
variabel moderator (motivasi belajar dan kemampuan memori siswa) adalah
sebagai berikut: ketika model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing diterapkan
pada siswa maka siswa kemungkinan akan mempertahankan suatu respons dalam
lingkungan stimulus yang berubah-ubah. Lingkungan stimulus yang berubah-ubah
ini bisa dikatakan kegiatan pembelajaran yang berubah dari kegiatan pembelajarn
yang biasa misalnya ceramah, kemudian diganti dengan kegiatan pembelajaran
yang menarik dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing.
Akan tetapi ada kemungkinan juga siswa belajar mengubah responnya
dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Hal ini bisa saja terjadi bila dalam
beberapa pertemuan kegiatan pembelajarannya selalu menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing. Secara tidak langsung adanya stimulus
lingkungan yang berpengaruh terhadap respons akan melibatkan kemampuan
memori siswa atau daya ingat siswa bekerja dalam hal ini. Karena kemampuan
memori siswa akan menterjemahkan stimulus yang datang.
Implementasi yang selanjutnya adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk
bertindak atas informasi baru yang diperoleh. Hal ini dapat ditunjukkan pada
meningkatnya kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam pembelajaran Jigsaw
dan Snowballing. Dari sinilah kemampuan memori berfungsi untuk menyimpan
informasi baru (model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing). Implementasi yang
lain adalah kemampuan siswa untuk belajar berinteraksi kepada siswa lain dengan
cara berani mengungkapkan pendapatnya dengan kata-katanya sendiri kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
siswa yang lain ketika dalam proses pembelajaran Jigsaw dan Snowballing.
Menghasilkan pendapat dengan kata-katanya sendiri tentunya tidak lepas dari
fungsi kemampuan memori siswa. Dari sini siswa juga termotivasi untuk belajar
bersama-sama siswa lainnya, serta berani mengungkapkan pendapatnya.
3). Teori Belajar Sosial
Menurut Albert Bandura, “seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-
kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang
dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-
determinan individu dan determinan-determinan lingkungan” (Martinis Yamin,
2008: 110). Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini menerima
sebagian besar prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial akan menggunakan
penjelasan-penjelasan reinforsemen eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif
internal untuk memahami cara kita belajar dari orang lain.
Melalui observasi tentang dunia sosial, melalui interpretasi kognitif dari
dunia itu, banyak sekali informasi dan penampilan-penampilan keahlian yang
kompleks dapat dipelajari. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak
didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, dan juga tidak dipukul oleh
stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi diterangkan sebagai
interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi dan
determinan-determinan lingkungan. Teori belajar sosial menekankan, bahwa
lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang, tidak random,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya.
Implementasi teori belajar sosial terhadap variabel bebas (model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing) dan variabel moderator (motivasi belajar
dan kemampuan memori siswa) adalah sebagai berikut: melalui model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing siswa dapat menunjukkan keahlian yang
kompleks dan dapat memahami cara belajar dari orang lain dengan saling
berinteraksi sesama siswa. Konsep utama dari teori belajar sosial yaitu: a)
pemodelan, b) fase belajar: fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, fase
motivasi, c) belajar vicarious, d) pengaturan –sendiri.
Dari sebagian konsep utama teori belajar sosial yaitu pemodelan dan fase
belajar, implementasi secara keseluruhan dari teori belajar sosial terhadap variabel
bebas (model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing) dan variabel moderator
(motivasi belajar dan kemampuan memori siswa) dapat dilihat sekaligus ketika
proses pembelajaran. Karena ketika proses pembelajaran baik Jigsaw maupun
Snowballing, kegiatan awalnya guru menjelaskan model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing nanti diterapkan. Melalui penjelasan dari guru, siswa akan
memperhatikan, menyimpan (retention) penjelasan dari guru dalam memori
mereka. Kemudian siswa baru melaksanakan model pembelajaran tersebut, yang
akan menghasilkan suatu kesimpulan dari materi, tugas, dan pertanyaan dari guru.
Bagi siswa yang bekerja dengan baik maka akan diberikan semacam pujian atau
nilai plus dari guru. Ini tentunya akan memotivasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4). Teori Motivasi
Menurut Gagne, siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah, misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka, atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik (Ratna Wilis, 1989) Implementasi teori belajar motivasi terhadap variabel bebas (model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing) yaitu pada dasarnya didalam model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing sudah ada, karena pada akhir kegiatan
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing ada penghargaan kelompok yang bekerja
dengan baik. Penghargaan ini akan memotivasi siswa. Sedangkan
implementasinya terhadap variabel moderator (motivasi belajar dan kemampuan
memori siswa) yaitu motivasi belajar siswa kemungkinan akan meningkat bila
belajar akan memperoleh hadiah atau penghargaan. Hal ini dapat ditunjukkan bila
kelompok siswa yang bekerja dengan baik, prestasinya tinggi maka akan diberi
semacam penghargaan, pujian, nilai plus atau hadiah. Tentunya hal semacam ini
akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan implementasinya terhadap
kemampuan memori siswa tidak terlalu berpengaruh, karena sebelum
pembelajaran, sedang pembelajaran, maupun sesudah pembelajaran, kemampuan
memori siswa tetap sama.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya (2007: 242) pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan yang positif.
Menurut Isjoni (2007: 16) cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student centered), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang
lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai
mata pelajaran dan berbagai usia.
Menurut Etin Solihatin (2007: 4) cooperatif learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dan keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.
Menurut Slavin (dalam Wina Sanjaya 2007: 242) mengemukakan dua alasan,
pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembelajaran koooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
ketrampilan.
Menurut Matthew (2006), Cooperative learning principles stem from this primarily psychological standpoint: Because all students are humans, teachers can use cooperative learning teaching methodologies to help students satisfy the three needs of relatedness, competence, and autonomy in the classroom. Teachers who do so will be able to create a more effective environment for learning and thus can help students reach their learning potential. Students who work together effectively will find that they need each other to complete the assignments or tasks in class; however, if one or more members of the group does not do as much as other members a common group phenomenon known as “social loafing” the group harmony may suffer a serious breakdown, inhibiting learning and spreading dissent and negative feelings. Makna yang terkandung dalam jurnal adalah pembelajaran kooperatif dapat
membantu guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif sehingga
siswa dapat mencapai potensi belajar mereka. Selain itu siswa dapat terpenuhi tiga
kebutuhan pokok dalam kehidupannya yaitu kerja sama, memiliki keahlian, dan
kemandirian. Kelebihannya yaitu siswa yang bekerja secara efektif bisa
menemukan yang mereka butuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas
mereka. Akan tetapi terdapat kelemahan yaitu jika satu atau lebih anggota didalam
grupnya tidak ada yang mengerjakan tugas secara maksimal bisa menimbulkan
ketidakselarasan, ketidakmampuan belajar, dan perasaan negatif.
Menurut Chris Gosling (2004), a cooperative or collaborative learning environment is one where students learn by working together to understand concepts rather than passively absorbing information. Conversely, a cooperative classroom is one where the instructor serves more as a facilitator of learning and students are active learners. Collaborative environments create a more social learning experience and are therefore more attractive. Students typically form groups with their friends. Possible arrangements of three students are: two males and a single female, two females and alone male, or homogenous groups.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Makna yang terkandung dalam jurnal di atas adalah lingkungan
pembelajaran kooperatif akan menciptakan pengalaman belajar sosial yang lebih
menarik. Dalam pembelajaran kooperatif guru hanya sebagai fasilitator,
sedangkan siswa yang lebih aktif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru dapat
membentuk kelompok dengan berbagai variasi susunan kelompok misalnya; satu
kelompok terdiri dari tiga anggota yang susunannya dapat terdiri dari dua siswa
laki-laki, satu siswa perempuan. Bisa juga dua siswa perempuan dan satu siswa
laki-laki.
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Model Jigsaw, yang pada hakekatnya melibatkan tugas yang
memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam
menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam model pembelajaran ini siswa akan
memiliki persepsi bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama, mempunyai
tanggung jawab dalam mempelajari materi yang dihadapi, saling membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, belajar kepemimpinan
sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar dan siswa
mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dibahas dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda dan anggota kelompok
lain yang memiliki tugas sama harus bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
tersebut dalam suatu kelompok yang disebut kelompok expert. Apabila tugas
setiap siswa telah selesai, mereka kembali ke kelompoknya dan menjelaskan
tugasnya. Siswa hanya belajar pada bagiannya sendiri, sehingga mereka akan
mendengarkan secara rinci tentang apa yang diterangkan oleh teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kelompoknya. Mereka akan termotivasi untuk saling belajar, dan selanjutnya
menyiapkan untuk tes individu.
Menurut Isjoni (2007: 54) pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Menurut Aronson (dalam Isjoni 2007: 54) dalam pembelajaran Jigsaw,
kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim
Jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap
tim diberi satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan
untuk memilih topik mereka, kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli
atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa dikelas yang mempunyai bagian
informasi yang sama. Di grup ahli, siswa saling membantu mempelajari materi
dan mempersiapkan diri untuk tim Jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi di
grup ahli, kemudian mereka kembali ke tim Jigsaw untuk mengajarkan materi
tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. Sebagai
kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa dengan bebas memilih kuis dan
diberikan nilai individu.
Menurut Anita Lie (2005: 69) teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh
Aronson sebagai metode Cooperatif Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Menurut Robert E.Slavin (2008: 241) pembelajaran Jigsaw terdiri atas
siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran sebagai berikut: (1) membaca,
para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi. (2) diskusi kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian
yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. (3)
laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. (4) tes, para siswa
mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. (5) rekognisi tim,
menghitung skor.
Menurut Mary Ransdell (2001), Jigsaw, this formal cooperative learning strategy consists of base groups and expert groups. Base groups initially separate to form expert groups where all team members study their assigned aspect of the topic and decide how they will teach their respective base group members. Base groups reassemble and each person teaches his or her teammates the information learned in their respective expert groups. The students had a list of a dozen professional journal articles about issues teachers in urban schools face that are not directly related to academic achievement. Students were grouped and each group was instructed to read only particular articles for discussion during the following class. The instructor told the students at the beginning of the next class there would be a question on the midterm that dealt with the information in the assigned texts. The students would be individually responsible for information gathered from their base group members’ articles as well as their own (individual assessment). Expert groups met and discussed the articles and then returned to the base groups to teach each other about the content of the articles. The students learned the key points from all of the articles, but had to read only a portion of the list (positive interdependence). Students reflected on the experience (group processing). Grades indicated content competence on the midterm question about information in the texts. Makna yang terkandung dalam jurnal adalah dalam pembelajaran model
Jigsaw, guru membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok awal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelompok ahli. Semua anggota kelompok awal mempelajari topik masing-masing.
Anggota dari semua kelompok awal yang mempunyai topik sama berkumpul
dalam kelompok ahli dan mempelajari topik yang sama. Setelah selesai
mempelajari dalam kelompok ahli, mereka kembali lagi ke kelompok awal
masing-masing dan mengajari teman-teman dalam kelompoknya secara berurutan.
Disamping itu juga terdapat kelemahan dalam jurnal tersebut yaitu bila
mengambil tema tertentu atau isu-isu yang baru muncul, belum tentu sesuai
dengan perkembangan akademik kelompok lain.
Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2007), In Jigsaw, students are responsible for teaching each other the material. Assignment is divided into several expert areas, and each student is assigned with one area. Experts from different groups meet together and discuss their expert areas. Students then return to their groups and take turns teaching. Cooperative learning created many learning opportunities that do not typically occur in traditional classrooms. Incorporating cooperative learning in science and mathematics classroom is not without challenges. Initially, teachers and students have to face various challenges. The main problems which arise include the followings; need to prepare extra materials for class use, fear of the loss of content coverage, do not trust students in acquiring knowledge by themselves, lacks of familiarity with cooperative learning methods, students lack the skills to work in group.
Makna yang terkandung dalam jurnal di atas adalah pembelajaran model
Jigsaw, guru membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok awal dan
kelompok ahli. Semua anggota kelompok awal mempelajari topik masing-masing.
Anggota dari semua kelompok awal yang mempunyai topik sama berkumpul
dalam kelompok ahli dan mempelajari topik yang sama. Setelah selesai
mempelajari dalam kelompok ahli, mereka kembali lagi ke kelompok awal
masing-masing dan mengajari teman-teman dalam kelompoknya secara berurutan.
Pembelajaran kooperatif menciptakan beberapa hal yang lebih baik untuk proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran. Akan tetapi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA dan
matematika, muncul beberapa masalah antara lain persiapan materi ajar yang
maksimal, membutuhkan banyak waktu, tidak percaya dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa, kurang mengenal metode pembelajaran kooperatif, siswa kurang
mampu bekerja dalam kelompok.
Menurut Richard I. Arends (2008) Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh
Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya. Menggunakan Jigsaw, siswa-siswa
ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam
orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Para
anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik yang sama
(kadang-kadang disebut expert group) bertemu untuk belajar dan saling
membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu siswa kembali ke tim
asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam expert group
kepada anggota-anggota lain di timnya masing-masing. Setelah pertemuan dan
diskusi tim asal, siswa mengerjakan kuis secara individual tentang berbagai materi
belajar.
Menurut Made Wena (2009: 193) pembelajaran kooperatif model Jigsaw
dikembangkan oleh Elliot dari Universitas Texas USA. Secara umum penerapan
model Jigsaw dikelas adalah sebagai berikut: 1) kelas dibagi dalam beberapa
kelompok, 2) tiap kelompok siswa terdiri atas 5-6 orang yang bersifat heterogen,
baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya, 3) tiap
kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4) dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk
kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama, dalam
kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar, 5) anggota
kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk mengajari
anggota kelompoknya, dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota
kelompok, 6) selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator, 7) guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu
maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, 8) bagi siswa dan
kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi
penghargaan, demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar
yang sempurna maka wajib diberi penghargaan.
4. Model Pembelajaran Snowballing
Pembelajaran kooperatif selain model Jigsaw adalah model Snowballing.
Model ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa secara bertingkat. Pembelajaran ini dimulai dari kelompok kecil kemudian
dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan
memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara
berkelompok.
Menurut Sunarto (2009: Sunartombs.wordpress.com//metode-snowballing-
bola-salju/) Pembelajaran dinamakan Snowballing dikarenakan dalam
pembelajaran siswa melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari
pasangan tersebut kemudian mencari pasangan yang lain sehingga semakin lama
anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding. Model ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari siswa secara
bertingkat, dimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur kepada
kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau
tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok. Selanjutnya
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas. Guru
akan membandingkan hasil dari masing-masing kelompok kemudian memberikan
ulasan-ulasan yang dianggap perlu.
Menurut Saepul Hikmat Sumarwan (2008: http://skripsi-makalah-artikel.
Blogspot. com) salah satu metode yang dapat menumbuhkan keaktifan belajar
yaitu metode diskusi model Snowballing. Penggunaan metode Snowballing
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran siswa. Karena melalui metode diskusi model Snowballing terjadi
interaksi siswa dengan guru, sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif dan
respon siswa dalam memecahkan masalah.
Menurut Elsje Theodora Maasawet (2009: http://kary-ilmiah. um. ac.
id/index. php/disertasi/article/view/4074) pembelajaran kooperatif Snowballing
adalah strategi yang sederhana tetapi memiliki keunggulan yakni dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir analisis bahkan sintesis.
Menurut Putri Diana Wulandari (2009: http ://karya-ilmiah. um. ac. id ),
pembelajaran yang bermakna adalah siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan
saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kegiatan pembelajaran tersebut akan mempengaruhi hasil belajar yang tidak
hanya meningkatkan pemahaman, tetapi meningkatkan kemampuan berfikir
siswa. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan untuk meningkatkan
kemampuan aktivitas siswa yaitu model pembelajaran Snowballing. Penggunaan
model pembelajaran tersebut mendorong aktivitas siswa yang terlibat secara fisik,
intelektual, dan emosional sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Menurut Mudzakkir Hafidh (2010: http://ideguru.wordpress.com), metode
snowball dipergunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan ke
kelompok besar sehingga akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban
yang telah disepakati oleh siswa secara berkelompok. Metode itu akan berjalan
dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau
menuntut siswa berpikir analisis bahkan sintesis.
5. Motivasi Belajar
Untuk meningkatkan kualitas pencapaian hasil belajar motivasi sangat
diperlukan, karena motivasi merupakan dorongan emosi yang berasal dari dalam
diri individu yang mampu menggerakkan individu untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai yang diinginkannya. Agar kita mudah dalam mengkaji motivasi secara
teorotis, maka perlu mengetahui yang dimaksud dengan motivasi.
Motivasi memiliki definisi yang beragam. Menurut Muhibbin Syah (2008:
136) motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam
perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah
perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya
merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong
siswa untuk belajar.
Menurut Sardiman (2001: 71) Kata ‘motif’, diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata ‘motif’
itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Martinis Yamin (2008: 92) motivasi belajar merupakan daya
penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam
jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi yang ada dalam jiwa manusia,
kekuatan itu menjadi daya penggerak baik secara sadar maupun tidak,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
menjadi aktif dalam setiap kegiatan sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Shih & Gamon (2001),motivation was found to be the best predictor of student achievement. Educators should understand student motivational factors and attitudes toward web-based learning so that they can stimulate student motivation and get students actively involved in the learning process. Both students and instructors should understand the importance of motivation in web-based learning so as to enhance student achievement.
Makna yang terkandung dalam jurnal di atas adalah motivasi berperan
penting dalam ketercapaian siswa pada pembelajaran. Guru harus mengetahui
faktor motivasi siswa dan mendorong siswa menjadi pelaku belajar yang aktif
dalam pembelajaran.
6. Kemampuan Memory
Menurut Wikipedia (2010: http://en.wikipedia.org/wiki/memory) Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. In psychology, memory is an organism's ability to store, retain, and recall information. Human learners are bombarded constantly by environmental stimuli. The classroom is but one environment in which it occurs, and perhaps the only one under the control of the teacher. As stimuli impinge upon our sense, these sensations, all of them, enter, or are encoded in, the memory system. Makna yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah memori merupakan
kemampuan untuk mengingat, menyimpan, dan mengulang kembali informasi.
Pelajar di dalam kelas secara tetap diberi rangsangan atau dorongan. Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kelas dengan suasana yang terdapat rangsangan ini, maka rangsangan tersebut
akan dirasakan oleh pelajar dan disimpan dalam sistem memori.
Menurut Laura Evans (2010: http://www. life123. com/healthy-aging/memory/ short-term-memory-test. shtml) according to cognitive psychology theories, we have three stages of memory: sensory memory, short term memory and long term memory. Sensory memory lasts the shortest period of time, seconds or less. Sensory memory transfers audio, touch and visual memory images into short term memory. Short term memory is designed to hold limited amounts of information for a limited period of time, only long enough to understand the information. Meaningful information is placed in long term memory. Long term memory is like a storage area for useful information which will remain, ready to be recalled, for a long period of time.
Makna yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah teori psikologi
kognitif membagi memori menjadi 3 tingkatan yaitu 1) memori sensori,
merupakan memori yang kerjanya berlangsung dengan periode waktu paling
pendek. Memori ini mengirim informasi ke memori jangka pendek. 2) memori
jangka pendek, merupakan memori yang didesain untuk menampung jumlah
informasi yang terbatas dengan periode waktu yang terbatas. Memori ini
mengirim informasi ke memori jangka panjang. 3) memori jangka panjang,
merupakan memori yang kerjanya berlangsung dengan periode waktu yang lama
dan info yang tersimpan dalam memori ini akan berbekas, bisa diingat kembali.
Menurut Catherine E. Myers (2006) memory refers to the storage, retention and recall of information including past experiences, knowledge and thoughts. Information which is exciting tends to be better remembered than information which is uninteresting or ordinary. Psychologists and memory researchers often divide memory into categories defined by the duration for which the memory is expected to last. (1) Sensory memory refers to the fact that, after experiencing a stimulus, information about that stimulus is briefly held in memory in the exact form it was received, until it can be further processed. (2) Short-term memory refers to memories which last for a few minutes. Short-term memory is of limited
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
capacity, usually 5-9 items (7-plus-or-minus-two). (3) Intermediate-term or working memory is sometimes considered a synonym for short-term memory. (4) Long-term memory is memory that lasts for years or longer.
Makna yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah memori merupakan
tempat menyimpan, mengingat, dan mengulang kembali informasi yang berisi
pengalaman masa lampau. Informasi yang menarik akan lebih mudah diingat
daripada informasi yang biasa saja. Menurut ahli psikologi, memori dikategorikan
menjadi 4 yaitu; (1) memori sensori, (2) memori jangka pendek, (3) memori
tengah/perantara, (4) memori jangka panjang.
Menurut Wikipedia (2010: en.wikipedia.org/wiki/short-term_memory)
memori jangka pendek (kadang-kadang disebut sebagai "primary memori" atau
"memori aktif") mengacu pada kemampuan untuk menyimpan sejumlah kecil
informasi dalam pikiran dalam aktif, untuk jangka waktu yang singkat. Durasi
memori jangka pendek (ketika latihan atau pemeliharaan aktif dicegah) diyakini
berada di urutan detik. Perkiraan jangka pendek batas kapasitas memori yang
bervariasi dari sekitar 4 sampai sekitar 9 item, tergantung pada desain
eksperimental yang digunakan untuk memperkirakan kapasitas.
Menurut Mary C. Potter (2010: http:// www. scholarpedia. org/ article/ conceptual_short_term_memory) conceptual short term memory (CSTM) is a mental buffer in which current stimuli and their associated concepts from long term memory (LTM). CSTM is engaged extremely rapidly, is largely unconscious, and is the basis for the unreflective understanding that is characteristic of everyday experience.
Makna yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah memori jangka
pendek merupakan sebuah memori penahan pikiran, sebagai arah penggertak
menuju memori jangka panjang. Memori jangka pendek bekerja secara tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sadar. Karena bekerja secara tidak sadar, seseorang menjadi tidak terfikir dengan
karakteristik dari pengalaman yang dialami setiap hari.
7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Menurut Zainal Arifin (1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda
yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti
hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-
masing. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1)
prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik. 2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu. 3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4)
prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
Menurut Sunarto (2009: http//sunartombs.wordpress.com) Kemampuan
intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat
diartikan hasil yang diperoleh siswa karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan.
Menurut Ridwan (2008: http//ridwan202.wordpress.com) prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
b. Tes Prestasi Belajar
Menurut Saifuddin Azwar (1996: 8), tes prestasi belajar berupa tes yang
disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan
harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan
tinggi. Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang
telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Beberapa prinsip dasar dalam pengukuran
prestasi sebagai berikut: 1) tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah
dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. 2) tes prestasi harus
mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang
dicakup oleh program instruksional atau pengajaran. 3) tes prestasi harus berisi
item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang
diinginkan. 4) tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya. 5) reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi
mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. 6) tes prestasi harus
dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Sukardi (2003: 139) tes prestasi pada umumnya mengukur
penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu
tertentu menerima proses belajar mengajar dari guru. Tes tersebut ummnya untuk
mengukur tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik secara individual
dalam cakupan dan ilmu pengetahuan yang telah ditentukan oleh para pendidik.
Tes prestasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk tes,
yaitu tes standar dan tes buatan guru. Tes buatan guru ini juga sering disebut
sebagai tes yang belum distandardisasi. Tes standar merupakan tes yang sudah
dipublikasikan keberadaannya dalam jurnal atau di media formal lainnya yang
relevan.
8. Hakekat IPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006,
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis,
kreatif, dan mandiri. (www.puskur.net/download/uu/11kerangka_Dasar.pdf, 2006)
Menurut Nurma (2009), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari alam dengan segala isinya, termasuk gejala-gejala alam yang ada.
IPA meliputi 3 hal yaitu produk, proses, dan nilai/sikap ilmiah. Produk IPA
berupa data yang diperoleh melalui observasi yaitu fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori; proses ilmiah mencakup merumuskan masalah, hipótesis, uji hipótesis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kesimpulan; nilai dan sikap ilmiah meliputi jujur, tekun, teliti, obyektif, terbuka,
dan sebagainya.
Menurut Sarwanto (2009), hakekat IPA adalah IPA sebagai produk, dan
IPA sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-
temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan
IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis
dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Maka darii tu IPA
sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.
9. Sistem Pencernaan
a. Saluran Pencernaan dan Kelenjar Pencernaan
Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai
kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu
melalui duktus (saluran). Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut,
kerongkongan (faring), lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Kelenjar
aksesoris sistem pencernaan terdiri dari tiga pasang kelenjar ludah (salivary
gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya kantung empedu
(gallbladder).
1). Rongga Mulut
Rongga mulut dikelilingi oleh pipi kanan dan pipi kiri serta langit-langit
mulut. Dalam rongga mulut terdapat organ pencernaan lidah, gigi, dan kelenjar
ludah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a) Lidah, berfungsi untuk memindahkan makanan, mendorong makanan,
berbicara, mengenal bentuk makanan, dan mengecap makanan.
b) Gigi, berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanis. Makanan
dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil agar mudah dicerna secara
kimiawi dan mudah ditelan. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, gigi
manusia dibedakan menjadi empat yaitu gigi seri (insisivus), gigi taring
(kaninus), gigi geraham muka (premolar), dan geraham belakang (molar).
c) Air Ludah, berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan membasahi
makanan.
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut.
Selama pengunyahan, gigi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong,
melumat, dan menggerus makanan, yang membuat makanan tersebut lebih mudah
ditelan. Kehadiran makanan dalam rongga mulut akan memicu refleks saraf yang
menyebabkan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui duktus ke rongga
mulut. Ludah mengandung amilase ludah, enzim pencernaan yang menghidrolisis
pati dan glikogen. Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah
polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa. Lidah akan mengecap
makanan, memanipulasinya selama pengunyahan, dan membantu membentuk
makanan menjadi sebuah bola yang disebut bolus. Selama penelanan, lidah akan
mendorong bolus ke bagian belakang rongga mulut dan akhirnya ke dalam
kerongkongan (faring).
2). Kerongkongan (faring)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kerongkongan merupakan persimpangan yang menuju ke esofagus dan
trakea (batang tenggorokan). Ketika kita menelan, bagian atas batang tenggorokan
akan bergerak ke atas sehingga lubang pembukaannya, glotis tertutup oleh
penutup dari tulang rawan, yaitu epiglotis. Penutupan lubang batang tenggorokan
akan melindungi sistem respirasi terhadap masuknya makanan atau cairan selama
penelanan. Mekanisme penelanan secara normal akan menjamin bahwa bolus
akan dipandu ke dalam jalan masuk esofagus. Esofagus mengalirkan makanan
dari faring turun ke lambung. Peristalsis akan mendorong bolus sepanjang
esophagus yang sempit.
3). Lambung
Lambung berada pada sisi kiri rongga abdomen, persis di bawah diafragma.
Epitelium yang melapisi dinding lambung mensekresikan getah pencernaan,
cairan pencernaan yang bercampur dengan makanan. Dengan konsentrasi asam
klorida yang tinggi, getah lambung mempunyai pH sekitar 2. Asam ini membunuh
sebagian besar bakteri yang tertelan bersama dengan makanan. Lambung terdiri
atas tiga bagian yaitu kardia (bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari
kerongkongan), fundus (bagian tengah, bentuknya membulat), pilorus (bagian
bawah, daerah yang berhubungan dengan usus dua belas jari). Pada lambung
bagian atas terdapat otot sfingter kardia dan pada bagian bawah terdapat otot
sfingter pylorus. Sfingter kardia terbuka jika ada makanan mendekati lambung
dan akan menutup kembali untuk mencegah makanan tidak kembali ke
kerongkongan dan mulut. Sfingter pylorus berfungsi untuk mengatur makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
agar ke luar dari lambung dan masuk ke usus dua belas jari (duodenum). Makanan
di dalam lambung akan bertahan lebih kurang lima jam.
Lambung berfungsi menyimpan makanan selama waktu tertentu (sekitar 2–5
jam), mengaduk makanan (dengan gerakan peristaltik), dan memecah makanan
dengan bantuan enzim–enzim. Dinding lambung terdiri atas empat lapisan. Pada
lapisan itu terdapat kelenjar–kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Getah
lambung menghasilkan HCL, rennin, pepsinogen, dan lipase.
a) Asam klorida (HCL), berfungsi sebagai desinfektan yaitu untuk membunuh
kuman–kuman yang masuk bersama makanan atau menjadikan kuman tidak
berbahaya. Selain itu, asam klorida juga berfungsi mengasamkan makanan dan
membantu pembentukan protein.
b) Renin, merupakan enzim yang berfungsi mengendapkan kasein (protein susu)
dari air susu. Kasein akan diubah oleh pepsin menjadi pepton. Renin hanya
dihasilkan oleh lambung mamalia.
c) Pepsinogen, dalam lingkungan basa pepsinogen akan diubah menjadi enzim
yang aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi mencerna protein menjadi zat yang
molekulnya lebih kecil dan mudah larut yang disebut peptone.
d) Lipase, berfungsi mencerna lemak. Di lambung lipase terdapat dalam jumlah
kecil. Setelah makanan dicerna dalam lambung sampai menjadi cair atau berupa
larutan, sedikit demi sedikit makanan masuk ke dalam duodenum atau usus dua
belas jari.
4). Usus Halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Usus halus adalah bagian saluran pencernaan yang paling panjang. Usus
halus adalah organ yang sebagian besar hidrolisis enzimatik makromolekul dalam
makanan terjadi. Organ ini juga bertanggung jawab dalam penyerapan sebagian
besar nutrien ke dalam darah. Panjang usus halus orang dewasa mencapai 6,3
meter dengan diameter 2,5 cm. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Pada usus dua belas jari bermuara saluran dari kantong empedu dan pankreas.
Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim amilase, tripsin,
dan lipase.
5). Usus Besar
Usus besar atau kolon berhubungan dengan usus halus pada suatu
persambungan berbentuk T, yang terdapat sebuah sfingter (katup berotot)
mengontrol pergerakan materi makanan. Satu fungsi penting kolon adalah untuk
menyerap kembali air yang telah masuk ke dalam saluran pencernaan untuk
berfungsi sebagai bahan pelarut berbagai getah pencernaan. Bakteri Escherichia
coli yang terdapat dalam usus besar, berperan dalam proses pembusukan sisa
makanan menjadi kotoran (feses). Feses disimpan sampai dikeluarkan dibagian
akhir kolon yang disebut rektum. Anus sebagai tempat keluarnya feses.
6). Anus
Anus merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan. Dari lubang ini
dikeluarkan sisa–sisa makanan yang tidak dicerna, yaitu feses. Pada anus terdapat
dua macam otot yaitu : a). otot sphincterani interenus (otot yang tidak
dipengaruhi kehendak), dan b). otot sphincterani eksternus (otot yang dipengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kehendak). Proses pengeluaran feses disebut defekasi. Setelah rectum terangkat
karena terisi penuh, timbul keinginan untuk defekasi. Dengan kontraksi otot
sphincterani eksternus, defekasi dapat ditahan tetapi dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
b. Zat Makanan
Makanan yang kita butuhkan harus cukup mengandung gizi, yaitu
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
1). Karbohidrat
Karbohidrat tersusun oleh atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dengan
kompleksitas yang berbeda. Contoh sumber karbohidrat adalah gula dan zat
tepung. Zat gula banyak terdapat dalam bentuk glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
laktosa. Zat tepung dapat diperoleh dari nasi, kentang, ubi, ketela, gandum, sagu
dan sebagainya. Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi.
2). Protein
Protein merupakan rantai panjang (polimer) asam amino. Asam amino terdiri dari
atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan kadang-kadang
belerang (S). Berdasarkan asalnya, protein dibedakan menjadi protein nabati dan
protein hewani. Protein nabati diperoleh dari tumbuhan, misalnya tahu, tempe,
kecap, dan kacang-kacangan. Protein hewani diperoleh dari hewan misalnya ikan,
udang, keju, cumi-cumi, dan telur. Fungsi protein antara lain mengganti sel-sel
yang telah rusak, membentuk enzim dan hormon, mengatur proses di dalam
tubuh.
3). Lemak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sumber bahan makanan yang mengandung lemak misalnya kelapa, kacang,
minyak kedelai, dan mentega. Lemak dibedakan menjadi lemak nabati dan lemak
hewani. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai pelarut vitamin A, D, E, K,
sumber energi, pelindung tubuh dari gesekan dan benturan serta suhu yang
ekstrim, sebagai cadangan makanan.
4). Vitamin
Vitamin diperlukan dalam proses metabolisme dalam tubuh. Kekurangan vitamin
dapat menyebabkan penyakit avitaminosis. Berdasarkan kelarutannya, vitamin
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air antara lain
vitamin B1, B2, B6, dan C; vitamin yang tidak larut dalam air antara vitamin A,
D, E, dan K.
5). Air
Fungsi air dalam tubuh, antara lain sebagai pelarut bahan organik dan anorganik
dalam tubuh, pembawa zat-zat yang dibutuhkan dan zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh, mendukung terjadinya reaksi kimia dalam tubuh,
mempertahankan keseimbangan suhu tubuh, dan membentuk cairan tubuh.
c. Kelainan Pada Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dapat mengalami gangguan atau kelainan akibat
infeksi bakteri, keracunan, dan kebiasaan makanan yang salah. Beberapa
gangguan pada sistem pencernaan adalah sebagai berikut:
1) Gondongan (parotitis epidemika), disebabkan oleh virus. Gondongan bersifat
menular yang menyebabkan kelenjar ludah menjadi bengkak, panas, dan nyeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Gigi berlubang (karies), disebabkan oleh bakteri jenis Streptococcus yang
dapat merubah karbohidrat pada mulut menjadi asam laktat. Asam yang
terbentuk lambat laun akan menghancurkan email dan menyebabkan lubang.
3) Muntah, yaitu pengeluaran isi lambung melalui kerongkongan dan mulut
secara paksa.
4) Radang usus buntu (apendisitis), karena infeksi bakteri. Biasanya disebabkan
oleh penyumbatan usus buntu oleh tinja atau zat-zat asing seperti biji yang masuk
ke usus. Ciri-ciri orang yang menderita sakit radang usus buntu adalah sakit
dibagian ulu hati, perut, kadang-kadang disertai muntah, panas, dan sukar buang
air besar.
5) Sembelit (konstipasi), disebabkan karena berkurangnya pergerakan peristaltik
usus besar. Gerakan yang lambat menyebabkan air yang diserap usus menjadi
banyak, sehingga tinja menjadi kering, keras, dan bentuknya semakin kecil.
Akibatnya buang air besar menjadi lebih sulit dan sakit.
6) Batu empedu, biasanya disebabkan oleh meningkatnya kandungan kolesterol
sehingga garam empedu dan fosfolipid tidak mampu melarutkannya. Akibatnya
kolesterol akan mengkristal dan membentuk batu empedu.
7) Diare, yaitu bertambahnya kandungan air dalam tinja, meningkatnya frekuensi
buang air besar setiap hari. Penyebab diare adalah bakteri, virus, dan protozoa,
yang menghasilkan racun sehingga mempengaruhi proses absorpsi cairan diusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 2.1 Sistem Pencernaan Manusia
B. Penelitian Yang Relevan
1. Menurut Wiwoho (2003) selain penggunaan media, motivasi belajar merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan
dari penelitian Wiwoho tersebut, selain motivasi penelitian ini juga meninjau dari
kemampuan memori karena sistem pencernaan makanan mencakup banyak
konsep sehingga kemampuan memori diharapkan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
2. Menurut Endang Purwaningsih Agustina (2004) secara umum hasil belajar
Fisika pada kelompok siswa yang diberi pembelajaran model Jigsaw akan lebih
baik daripada kelompok siswa yang diberi pembelajaran dengan model Peta
Konsep. Berdasarkan penelitian dari Endang Purwaningsih Agustina, dalam
penelitian ini, peneliti mengggunakan model pembelajaran Snowballing.
Keunggulan Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sempurna, sehingga Snowballing diharapkan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
3. Menurut Erwin Sulistianti (2006) terdapat perbedaan pengaruh kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi pokok Sistem
Koordinasi Manusia yaitu siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi
cenderung memperoleh prestasi belajar biologi pada materi pokok Sistem
Koordinasi yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai kemampuan
memori sedang dan rendah. Berdasarkan dari penelitian Erwin Sulistianti, dalam
penelitian ini, selain kemampuan memori, peneliti juga meninjau dari motivasi
belajar siswa. Karena motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri siswa
untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya dorongan dari dalam diri siswa
diharapkan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
4. Menurut Elsje Theodora Maasawet (2009) menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif Snowballing dan NHT pada pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif sains biologi, dan sikap sosial
siswa. Berdasarkan penelitian dari Elsje Theodora Maasawet, dalam penelitian ini,
peneliti mengggunakan model pembelajaran Jigsaw. Keunggulan Jigsaw adalah
tanggung jawab masing-masing siswa sama besarnya, siswa dapat menguasai
hampir semua materi pelajaran, karena masing-masing siswa mengajari temannya
secara bergantian, sehingga Jigsaw diharapkan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
5. Menurut Shih dan Gamon (2001), motivasi berperan penting dalam
ketercapaian prestasi siswa pada pembelajaran. Berdasarkan penelitian dari Shih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dan Gamon tersebut, selain motivasi penelitian ini juga meninjau dari kemampuan
memori karena sistem pencernaan makanan mencakup banyak konsep sehingga
kemampuan memori diharapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Guru dapat memilih dan menggunakan beberapa model pembelajaran
dengan harapan agar tercipta suatu pembelajaran yang aktif. Ketika siswa belajar
dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Agar
tercipta suasana belajar yang aktif, guru dapat menggunakan model pembelajaran
kooperatif.
Pada SMPN 1 Baki terdapat beberapa permasalahan. Beberapa
permasalahan antara lain guru menggunakan model pembelajaran yang monoton
yaitu ceramah, prestasi belajar IPA siswa kurang memuaskan, guru kurang
memperhatikan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa yang berbeda-
beda. Diduga salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah
tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih dan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing terhadap
prestasi belajar IPA.
Model pembelajaran kooperatif diduga berpengaruh terhadap prestasi
belajar IPA siswa. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
digunakan untuk materi sistem pencernaan pada manusia adalah Jigsaw dan
Snowballing. Prestasi adalah hasil yang diperoleh siswa karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan.
Penggunaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan Snowballing juga
berdasarkan pemikiran bahwa siswa kelas VIII sudah memiliki kemampuan
berdiskusi dengan orang lain dan memiliki pengetahuan tentang sistem
pencernaan manusia meskipun pengetahuan yang dimiliki terbatas yang dapat
digunakan untuk membantu mempermudah ketika berdiskusi dengan temannya.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada pokok bahasan Sistem Pencernaan
Manusia, pada materi ini sangat membutuhkan kemampuan untuk mengingat
daripada isi dari materi itu sendiri. Selain itu sistem pencernaan makanan
merupakan materi pelajaran yang bersifat abstrak, menyangkut sistem organ yang
berada di dalam tubuh manusia.
Berdasarkan juga dari teori belajar sosial bahwa seorang belajar ditentukan
dari interaksi timbal balik antara individu dan lingkungan. Lingkungan dalam
penelitian ini adalah lingkungan kelas yang terdiri dari siswa yang saling belajar
secara kooperatif. Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing
siswa sama besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran,
karena masing-masing siswa mengajari temannya secara bergantian. Sedangkan
keunggulan Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih
sempurna.
Jigsaw adalah pembelajaran yang terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-
kegiatan pengajaran sebagai berikut: (1) membaca, para siswa menerima topik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi. (2) diskusi
kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. (3) laporan tim, para ahli
kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik
mereka kepada teman satu timnya. (4) tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis
individual yang mencakup semua topik. (5) rekognisi tim, menghitung skor.
Sedangkan Snowballing adalah pembelajaran dengan siswa melakukan tugas
individu secara berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian mencari pasangan
yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola
salju yang menggelinding. Berdasarkan hal tersebut, diduga penggunaan model
Jigsaw dan Snowballing diduga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
IPA siswa.
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah motivasi
belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,
pengalaman. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dicirikan sebagai
berikut; tekun dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin, lebih senang
kerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan
pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya (Anonim,
2010). Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
Motivasi yang berbeda-beda ini diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
siswa. Diduga siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menghasilkan
prestasi belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah.
3. Pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
Selain motivasi belajar, faktor lain yang dapat mempengaruhi siswa dalam
pembelajaran yaitu kemampuan memori siswa. Kemampuan memori merupakan
kemampuan menyimpan, mengingat, dan mengulang kembali informasi yang
berisi pengalaman masa lampau, pengetahuan, dan informasi. Menurut Judithia
Wirawan (2010), orang yang memiliki kemampuan memori tinggi memiliki ciri-
ciri sebagai berikut; proses encoding yang majemuk dan bermakna, memiliki
banyak cue dengan asosiasi tinggi, banyak latihan. Kemampuan memori siswa
dikategorikan menjadi 2 yaitu kemampuan memori tinggi dan kemampuan
memori rendah. Kemampuan memori siswa yang berbeda-beda diduga dapat
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar IPA siswa.
4. Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar IPA.
Pada pembelajaran IPA menuntut adanya peran aktif siswa, karena IPA
berdasarkan proses ilmiah yang didasarkan pada cara berfikir logis dan cara
berfikir kooperatif untuk memecahkan permasalahan–permasalahan dalam
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing dapat
digunakan pada pelajaran Biologi. Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
Snowballing mengutamakan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Keunggulan
Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing siswa sama besarnya, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dapat menguasai hampir semua materi pelajaran, karena masing-masing siswa
mengajari temannya secara bergantian. Sedangkan keunggulan Snowballing
adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih sempurna.
Motivasi belajar siswa diduga dapat mempengaruhi siswa untuk aktif
dalam setiap kegiatan belajar. Karena dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa
akan lebih bersemangat dalam mempelajari materi IPA. Dengan demikian diduga
model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA ditinjau dari motivasi belajar tinggi atau rendah.
5. Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing mengutamakan
peran aktif siswa dalam setiap kegiatan belajar. Sehingga dalam proses
pembelajaran, siswa akan aktif, mereka akan bekerjasama dalam proses
pembelajaran, hal ini diduga akan meningkatkan prestasi belajar siswa karena
secara umum siswa akan lebih senang bila bertanya dan belajar bersama dengan
teman-temannya. Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing
siswa sama besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran,
karena masing-masing siswa mengajari temannya secara bergantian. Sedangkan
keunggulan Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih
sempurna.
Selain model pembelajaran, kemampuan memori siswa yang berbeda-beda
diduga juga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Kemampuan memori siswa yang
berbeda-beda yaitu tinggi dan rendah, menyebabkan cara menyerap, menyimpan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dan mengingat kembali informasi yang diberikan guru juga berbeda. Diduga ada
interaksi antara pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
6. Interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar IPA.
Motivasi belajar yang tinggi akan membuat siswa lebih bersemangat dan
aktif dalam mempelajari materi IPA, sehingga diduga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Demikian juga untuk kemampuan memori siswa,
kemampuan memori siswa yang berbeda-beda yaitu tinggi dan rendah,
menyebabkan cara menyerap, menyimpan, dan mengingat kembali informasi yang
diberikan guru juga berbeda. Diduga ada interaksi antara motivasi belajar dan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
7. Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan motivasi
belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing akan membantu
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran karena mereka berusaha
memecahkan sendiri materi yang diberikan guru dengan bekerjasama dengan
teman satu kelompoknya sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw dan Snowballing diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing siswa sama
besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran, karena masing-
masing siswa mengajari temannya secara bergantian. Sedangkan keunggulan
Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Selain model pembelajaran, yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
adalah motivasi belajar dan kemampuan memori siswa. Siswa yang bermotivasi
tinggi prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi
belajar rendah, apalagi jika dikombinasikan dengan kemampuan memori siswa
yang berbeda-beda yaitu kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori
rendah. Diduga ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
Snowballing dengan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar IPA.
D. HIPOTESIS
Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
terhadap prestasi belajar IPA.
2. Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
3. Terdapat pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
6. Terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
7. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan
motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Baki Sukoharjo, pada semester
ganjil, mulai bulan April 2009 sampai bulan Nopember 2009. Perincian waktu
pelaksanaan penelitian pada tabel 1.1
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Tahun 2009 dan 2010 bulan ke - 4 7 9 11 4 6 7 9
1. Tahap Persiapan Penelitian - Pengajuan judul - Penyusunan proposal - Seminar proposal
X X X X
X X
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian - Ujicoba instrumen - Pengambilan data
X X
X X
3. Tahap Analisis dan Pengolahan Data - Penyusunan Bab I-V - Finalisasi Pelaporan
X X
X X
X X
X
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baki yang
berjumlah 8 kelas yaitu dari kelas VIIIA-VIIIH (270) diambil 2 kelas (67).
2. Sampel dan Teknik Sampling
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a. Penentuan sampel
Memilih kelas secara acak (Cluster Random Sampling ) dari kelas VIII SMPN 1
Baki. Hasil secara acak yaitu kelas VIII B dan VIII C.
b. Penentuan penerapan metode pembelajaran
Memilih kelas secara acak yang akan mendapatkan perlakuan model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing. Kelas VIIIC mendapatkan perlakuan dengan
model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sedangkan untuk Kelas VIIIB mendapatkan
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Snowballing.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian dengan menggunakan metode eksperimen dengan
mengambil dua kelompok secara acak, normal, homogen dan desain faktorialnya 2 x
2 x 2. Penelitian ini melibatkan dua kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen pertama (kelas VIIIC) dan kelompok eksperimen kedua (kelas VIIIB).
Sebelum kedua kelompok eksperimen tersebut diberi perlakuan yang berbeda, kedua
kelompok eksperimen ini diuji keseimbangannya (uji matching), uji ini bertujuan
untuk mengetahui kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Statistik uji
yang digunakan adalah uji t, dengan keputusan H0 ditolak jika t hitung > t tabel atau H0
diterima jika t hitung < t tabel. Daerah kritiknya Dk = {t ⎜t > tα/2 atau t > -tα/2}, dan
tingkat signifikansi (α) 0,05. Hasil pengujian didapat t hitung = 0,210 dengan t tabel =
1,645 maka t hitung < t tabel. Karena t hitung < t tabel dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua
kelas eksperimen tersebut matching atau seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Kedua kelompok eksperimen diberi perlakuan yang berbeda tetapi seimbang
karena keduanya menggunakan model pembelajaran kooperatif. Untuk kelompok
eksperimen pertama (kelas VIIIC) diberi perlakuan dengan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw sedangkan untuk kelompok eksperimen kedua (kelas VIIIB) diberi
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Snowballing. Penelitian ini juga
meninjau motivasi belajar siswa dan kemampuan memori.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif.
a. Definisi operasional:
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dan
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
b. Skala pengukuran: nominal, yang terdiri dari Jigsaw dan Snowballing.
c. Indikator:
1) Jigsaw : proses pembelajaran menggunakan teknik kelompok
awal dan kelompok ahli.
2) Snowballing : proses pembelajaran menggunakan teknik berpikir-
berpasangan dengan jumlah anggota kelompok
semakin banyak.
2. Variabel Moderator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Variabel moderator dalam penelitian ini ada dua yaitu motivasi belajar dan
kemampuan memori siswa.
a. Motivasi belajar
1) Definisi operasional:
Motivasi belajar adalah daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,
pengalaman.
2) Skala pengukuran: ordinal, yang terdiri dari tinggi dan rendah
3) Indikator: skor angket motivasi belajar siswa.
b. Kemampuan memori siswa
1) Definisi operasional:
Kemampuan memori adalah kemampuan menyimpan, mengingat, dan
mengulang kembali informasi yang berisi pengalaman masa lampau,
pengetahuan, dan informasi.
2) Skala pengukuran: ordinal, yang terdiri dari tinggi dan rendah.
3) Indikator: skor tes kemampuan memori siswa.
3. Variabel Terikat
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.
a. Definisi operasional:
Prestasi adalah hasil yang diperoleh siswa karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan.
b. Skala pengukuran: ordinal
c. Indikator: nilai prestasi belajar IPA siswa kelas VIIIB dan VIIIC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental, dengan desain rancangan faktorial 2x2x2
dengan perlakuan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran : Jigsaw (A1) dan Snowballing (A2)
2. Motivasi belajar : motivasi belajar rendah (B1) dan motivasi belajar
tinggi (B2)
3. Kemampuan memori : kemampuan memori rendah (C1) dan kemampuan
memori tinggi (C2)
Berkaitan hal tersebut maka rancangan penelitian dapat disajikan dalam
desain factorial 2x2x2 dengan teknik analisis varian (ANAVA) seperti dalam tabel
berikut :
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran (A) Jigsaw ( A1) Snowballing (A2)
Motivasi Belajar Rendah ( B1)
Kemampuan Memori Rendah
(C1)
A1B1C1 A2B1C1
Kemampuan Memori Tinggi
(C2)
A1B1C2 A2B1C2
Motivasi Belajar Tinggi ( B2)
Kemampuan Memori Rendah
(C1)
A1B2C1 A2B2C1
Kemampuan Memori Tinggi
(C2)
A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Keterangan :
A1B1C1 : Kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan kemampuan memori
rendah yang diberi model pembelajaran Jigsaw.
A1B1C2 : Kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan kemampuan memori
tinggi yang diberi model pembelajaran Jigsaw.
A2B1C1 : Kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan kemampuan memori
rendah yang diberi model pembelajaran Snowballing .
A2B1C2 : Kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan kemampuan memori tinggi
yang diberi model pembelajaran Snowballing.
A1B2C1 : Kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan kemampuan memori
rendah yang diberi model pembelajaran Jigsaw.
A1B2C2 : Kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan kemampuan memori tinggi
yang diberi model pembelajaran Jigsaw.
A2B2C1 : Kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan kemampuan memori
rendah yang diberi model pembelajaran Snowballing .
A2B2C2 : Kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan kemampuan memori tinggi
yang diberi model pembelajaran Snowballing.
F. Langkah-Langkah Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan kegiatan penelitian meliputi :
a.) penyusunan silabus;
b.) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c.) menyusun instrumen pengambilan data yaitu instrumen motivasi belajar dan
kemampuan memori.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
a.) mengambil data motivasi belajar siswa dan kemampuan memori siswa;
b.) mengambil data prestasi siswa.
3. Tahap Pasca Penelitian
Tahap pasca penelitian meliputi:
a.) Tabulasi data
b.) Analisis data
Setelah pengambilan data selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah
analisis data. Analisis data dimulai dengan uji prasyarat analisis data kemudian
dilanjutkan uji hipotesis.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel yang diteliti digunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1. metode angket
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa untuk
mengetahui tingkat daya penggerak atau dorongan seseorang untuk belajar.
2. metode tes
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa dalam
mengerjakan soal materi pokok Sistem Pencernaan Manusia dan data kemampuan
memori siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
H. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran:
a. Instrumen pelaksanaan pembelajaran berupa silabus. Silabus adalah rencana
pembelajran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu
mencakup standart kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator penelitian, alokasi waktu dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan.
b. Instrumen pelaksanaan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam standart isi yang dijabarkan dalam silabus.
2. Instrumen Pengambilan Data:
a. tes prestasi belajar, materi yang digunakan adalah materi pokok sistem
pencernaan manusia, tes prestasi terdiri dari 26 soal pilihan ganda;
b. angket motivasi belajar,yang terdiri dari 37 soal, pengumpulan data angket
yang digunakan untuk mendapatkan informasi motivasi belajar siswa sebelum
mengikuti pembelajaran.
c. tes kemampuan memori, tes berisi tentang istilah-istilah dalam IPA. Tes
kemampuan memori menggunakan dua instrumen yaitu: (1) now you see it,
now you don’t, (2) now or later – the recency/primary.
I. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data
Uji coba instrumen dilakukan di SMP Negeri 1 Grogol, dengan alasan siswa
yang diuji coba mempunyai kesamaan karakteristik dengan sampel yang akan diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Selain itu uji coba dilakukan telebih dahulu untuk mengetahui kelayakan alat evaluasi
dan untuk mengetahui instrumen yang telah disusun benar-benar sudah merupakan
instrumen yang valid dan reliabel, sebab tingkat validitas dan reabilitas dapat
mempengaruhi data hasil penelitian.Soal hasil uji coba kemudian dihitung daya beda
soal, indeks kesukaran, validitas dan reliabilitas.
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kavalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuai yang
diinginkan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dari Pearson, (Suharsimi Arikunto, 2006: 274), dengan rumus sebagai
berikut:
rxy = ∑ ∑ ∑∑
∑ ∑ ∑−−
−
))()()((
))((2222 yyNxxN
yxxyn …………… (1)
Keterangan :
rxy = Korelasi Product Moment Pearson
N = Banyaknya siswa
X = Skor Butir soal
Y = Skor total
∑ = Jumlah (x) (y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi
Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid apabila r
hitung > r tabel.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas dengan signifikansi 5% diperoleh r
tabel 0.244. Berikut ini, adalah hasil validitas butir soal uji coba (lihat tabel 3.2).
Tabel 3.3. Hasil Validitas Butir Soal
Validitas Butir Soal Jumlah Valid 1,2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30
26
Tidak Valid 5, 10, 13, 28 4
b. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel bila instrumen tersebut diujikan berkali-
kali hasilnya relatif sama. Menurut Sukardi (2003:127 ) reliabilitas sama dengan
konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Untuk menguji reliabilitas masing-masing item dalam tes prestasi
digunakan rumus K-R 21. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:189) K-R 21
merupakan teknik reliabilitas instrumen penelitian dengan skala nominal. Rumus K-R
21 sebagai berikut:
rii = ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −−
− tvkMkM
kk
.)(1
)1( ..................(2)
ket :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
rii : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M : skor rata-rata
Vt: varians total
Harga r 11 yang diperoleh disebut r hitung . Harga tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel product moment, sehingga diketahui signifikan tidaknya
korelasi tersebut. Jika r hitung >r tabel maka korelasi tersebut signifikan dan berarti soal
reliabel. Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar didapat r 11 atau rhitung =
0,702 dengan rtabel = 0,244, karena r hitung > r tabel berarti instrumen tes prestasi belajar
reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal
yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 207)
soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Indeks kesukaran diberi simbol P,
singkatan dari kata ” proporsi”. Rumus mencari P adalah sebagai berikut:
P = JSB …………..(3)
ket :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran sering diklasifikasikan yaitu soal dengan P 0,00 sampai 0,30
adalah soal sukar, soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang, soal dengan P
0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
Hasil uji derajat kesukaran semua soal dalam instrumen tes prestasi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4. Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat Kesukaran Butir Soal Jumlah
Sedang 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
28
Mudah 5, 13 2
d. Daya Pembeda
Item yang baik mampu membedakan antara siswa pandai dengan siswa
yang tidak pandai. Dalam hal ini siswa yang pandai memperoleh skor yang lebih
baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak pandai. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi ) dengan siswa
yang bodoh ( berkemampuan rendah ). Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara
0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
D = B
B
A
A
JB
JB
− = PA - PB ………………..(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ket :
D : Diskriminatory power (angka indek diskriminasi item)
JA : Jumlah peserta tes kelompok atas.
JB : Jumlah peserta tes kelompok bawah.
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
(Suharsimi Arikunto, 2006: 208)
Tabel 3.5. Kriteria soal Besarnya Angka Indek Diskriminasi Item (D)
Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya pembeda lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
0,20 – 0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
0,40 – 0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
0,70 – 1,00 Excelent Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali
Bertanda negative
- Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali)
Berikut ini, daya beda butir soal yang dihasilkan (lihat tabel 3.5) berdasarkan
analisis butir soal.
Tabel 3.6. Hasil daya Beda Butir Soal Daya Beda Butir Soal Jumlah
Satisfactory 1, 13, 14, 16, 18, 25, 27 7
Good 2, 3, 4, 8, 10, 11, 12, 15, 17, 19, 21, 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
22, 23, 26, 28, 30
Excelent 5, 6, 7, 9, 20, 24, 29 7
2. Instrumen motivasi belajar
a. Uji validitas
Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas butir soal dari
instrumen penelitian. Validitas test ini dicari melalui uji coba test hitung korelasi
antara skor item dengan skor total. Pengukuran validitas soal ini digunakan rumus
korelasi product moment dengan angka kasar yaitu :
rxy = [ ][ ]2222 )()())((
YYnXXnYXXYn
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ ……………..(5)
r xy = koefisien korelasi antara item dengan skor total
N = jumlah subyek
x = skor item nomor tertentu
y = skor total
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment
sehingga dapat diketahui valid tidaknya korelasi tersebut. Jika r xy ⟩ r tabel maka soal
tersebut valid (Suharsimi Arikunto, 2006: 72).
Berdasarkan hasil perhitungan validitas angket dengan signifikasi 5%
diperoleh r tabel 0.244. Validitas untuk uji coba diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil validitas butir soal motivasi belajar Validitas Butir soal Jumlah
Valid
2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
38 39, 40 Tidak valid 1, 3, 4 3
Pada tabel 3.7 dapat dilihat bahwa butir soal pada angket motivasi belajar
berjumlah 40 soal. Setelah diuji validitasnya, butir soal yang valid ada 37 soal
sedangkan yang tidak valid 3 soal.
b. Uji reliabilitas
Untuk menguji reabilitas masing-masing item dalam instrument angket
motivasi digunakan koefisien α (Cronbach). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 196)
rumua alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang berskala interval
misalnya angket. Rumus alpha sebagai berikut:
r11 = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ∑−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
− 2
211
1 tkk
σσ
………………. (6)
ket:
r11 : reliabilitas seluruh item tes
k : banyaknya item
∑σ12 : jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 : varians total
dikatakan reliabel jika harga r11 > rtabel.
Harga r 11 yang diperoleh disebut r hitung . Harga tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel product moment, sehingga diketahui signifikan tidaknya
korelasi tersebut. Jika r hitung >r tabel maka korelasi tersebut signifikan dan berarti soal
reliabel. Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar didapat r 11 atau rhitung =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
0,899 dengan rtabel = 0,244, karena r hitung > r tabel berarti instrumen tes prestasi belajar
reliabel.
J. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Salah satu uji distribusi populasi yang sangat banyak digunakan untuk menguji
suatu populasi berdistribusi normal atau tidak adalah uji distribusi normal, disingkat
uji normalitas populasi. Uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors.
Menurut Budiyono (2000:169) pada metode Liliefors setiap data Xi diubah menjadi
bilangan baku zi . Adapun langkah-lagkahnya sebagai berikut:
Hipotesis:
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Taraf signifikansi α = 0,05
Statistik Uji
L = Maks ( ) ( )ii ZSZF − ……………………... (7) Dengan
( )iZF = P(Z ≤Zi) ; Z ~ N (0,1)
S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi
Zi = ( )S
XXi − ………………. (8)
S = Standar deviasi = 1
/)( 22
−∑−∑
nnxx ………………. (9)
Keputusan Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Ho di tolak jika L ∈ Dk, atau Ho di terima jika L∉ Dk.
Daerah Kritik
Dk = { }nLLL ;α⟩ dengan n adalah ukuran sampel
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan dari sampel
penelitian. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlett. Menurut Budiyono
(2000:174) populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama disebut populasi-
populasi yang homogen. Uji untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah
populasi sama atau tidak disebut uji homogenitas populasi. Salah satu uji
homogenitas untuk k populasi adalah uji Bartlett, dengan prosedur sebagai berikut :
1) Hipotesis H0 : 2
1σ = 22σ = 2
3σ = …= 2kσ
Hi : Paling sedikit terdapat 1 variansi yang berbeda (sampel tidak
homogen).
Taraf Signifikansi : α = 0,05
Statistik Uji
2χ = [ ]∑− 2loglog203,2jj sfRKGf
c ………………. (10)
ket :
F : derajat kebebasan untuk RKG = N-k
Fj : derajat kebebasan untuk sj2 = nj-1
j = 1,2,…,k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Nj = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
RKG = ∑∑
j
j
fSS
; SSj =( )
∑ ∑−j
jj n
XX
22 = ( ) 21 jj SSn − ………. (11)
C = 1 + ( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
− ∑ jfk j
1113
1 ………………. (12)
Daerah Kritik
Dk = { }1;222
−⟩ kαχχχ
Keputusan Uji
Ho ditolak jika 2χ ∈ Dk, atau Ho diterima jika 2χ ∉ Dk.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Anava
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik anava
tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2. Analisis ini bertujuan untuk menguji
signifikansi pengaruh dari variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel
terikat. Hipotesis yang diuji sebagai berikut :
1). Pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing terhadap
prestasi belajar IPA.
H0A : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing terhadap prestasi belajar IPA.
H1A : Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing terhadap prestasi belajar IPA.
2). Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
H0B : Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
H1B : Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
3). Pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
H0C : Tidak terdapat pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi
belajar IPA.
H1C : Terdapat pengaruh kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
IPA.
4). Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar IPA.
H0D : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
H1D : Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
5). Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
H0E : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
IPA.
H1E : Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
6). Interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
H0F : Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan
memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
H1F : Terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori
siswa terhadap prestasi belajar IPA.
7). Interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan motivasi
belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar IPA.
H0G : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing dengan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar IPA.
H1G : Terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing
dengan motivasi belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi
belajar IPA.
Menurut Budiyono (2000: 233) tujuan analisis variansi tiga jalan adalah untuk
menguji signifikansi efek tiga variabel (faktor) bebas A, B, dan C terhadap variabel
terikat. Kecuali itu, juga bertujuan untuk menguji signifikansi interaksi AB, AC, BC,
dan ABC terhadap terikat.
a). Model untuk data amatan pada analisis variansi tiga jalan ialah:
Xijkl = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij +(αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + εijkl …….... (13)
dengan:
Xijkl : data amatan ke-1 pada faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j, dan
faktor C kategori ke-k;
µ : rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean);
αi : efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
βj : efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat;
γk : efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat;
(αβ)ij : kombinasi efek faktor A dan B;
(βγ)jk : kombinasi efek faktor B dan C;
(αγ)ik : kombinasi efek faktor A dan B;
(αβγ)ijk : kombinasi efek faktor A, B dan C;
εijkl : deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi
normal dengan rataan 0.
i : 1, 2, 3,...,p; p = banyaknya kategori pada variabel A;
j : 1, 2, 3,...,q; q = banyaknya kategori pada variabel B;
k : 1, 2, 3,...,r; r = banyaknya kategori pada variabel C;
l : 1, 2, 3,...,n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel.
b). Hipotesis
Pada analisis variansi tiga jalan, ada 7 pasang hipotesis (H0 dan H1) yang
dapat diuji.
(1) H0A: αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ..., p;
H1A: paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
(2) H0B: βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3,..., q;
H1B: paling sedikit ada satu βj yang tidak nol
(3) H0C: γk = 0 untuk setiap k = 1, 2, 3,..., r;
H1C: paling sedikit ada satu γk yang tidak nol
(4) H0AB: (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ..., p dan j = 1, 2, ..., q;
H1AB: paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
(5) H0AC: (αγ)ik = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ..., p dan k = 1, 2, ..., r;
H1AC: paling sedikit ada satu (αγ)ik yang tidak nol
(6) H0BC: (βγ)jk = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, ..., q dan k = 1, 2, ..., r;
H1BC: paling sedikit ada satu (βγ)jk yang tidak nol
(7) H0ABC: (αβγ)ijk = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ..., p; j = 1, 2, ..., q; dan k = 1, 2, 3,..., r;
H1ABC: paling sedikit ada satu (αβγ)ijk yang tidak nol.
c). Komputasi
Pada analisis variansi tiga jalan didefinisikan 9 besaran sebagai berikut:
(1) = N
G 2
; (2) = ∑lkji
ijklX,,,
2 ; (3) = ∑i
i
nqrA2
;
(4) = ∑j
j
nprB 2
; (5) = ∑k
k
npqC 2
; (6) = ∑ji
ij
nrAB
,
2
(7) = ∑ki
ik
nqAC
,
2
; (8) = ∑kj
jk
npBC
,
2
; (9) = ∑kji
ijk
nABC
,,
2
……......(14)
Terdapat sembilan jumlah kuadrat pada analisis variansi tiga jalan, yang
berdasarkan sifat-sifat matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
JKA = (3) – (1) JKB = (4) – (1)
JKC = (5) – (1) JKAB = (1) + (6) – (3) – (4)
JKAC = (1) + (7) – (3) – (5) JKBC = (1) +(8) – (4) – (5)
JKABC = (3) + (4) + (5) + (9) + (1) – (6) – (7) – (8)
JKG = (2) – (9)
JKT = (2) – (1)
(atau JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKG)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:
dkA = p – 1; dkB = q – 1;
dkC = r – 1; dkAB = (p -1) (q – 1);
dkAC = (p -1) (r – 1); dkBC = (q – 1) (r – 1);
dkABC = (p -1) (q – 1) (r – 1); dkG = N – pqr;
dkT = N – 1
Selanjutnya penghitungan rataan kuadrat dan nilai F amatan. Rataan kuadrat adalah
jumlah kuadrat dibagi dengan derajat kebebasan yang bersesuaian, dan nilai F amatan
diperoleh dari membagi rataan kuadrat yang bersesuaian dengan rataan kuadrat galat
(RKG).
d). Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan
Tabel 3.8 Rangkuman analisis variansi tiga jalan adalah sebagai berikut
Sumber JK Dk RK Fobs F p A B C
AB AC BC
ABC Galat
JKA JKB JKC
JKAB JKAC JKBC
JKABC JKG
p – 1 q – 1 r – 1
(p -1) (q – 1) (p -1) (r – 1) (q – 1) (r – 1)
(p -1) (q – 1) (r – 1) N – pqr
RKA RKB RKC
RKAB RKAC RKBC
RKABC RKG
Fa Fb Fc Fab Fac Fbc Fabc
-
F* F* F* F* F* F* F* -
< α atau >α < α atau >α < α atau >α < α atau >α < α atau >α < α atau >α < α atau >α
- Total JKT N – 1 - - - -
b. Uji Lanjut Anava
Dalam penelitian ini motivasi belajar dan kemampuan memori terdiri dari dua
kategori, sehingga perlu diadakan uji lanjut atau komparasi ganda antara masing-
masing motivasibelajar dan kemampuan memori. Uji ini untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan pasangan sel. Dalam uji ini digunakan
metode Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan hipotesis
yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
2). Menentukan tingkat signifikansi α
3). Mencari nilai statistik uji F dan menentukan daerah kritik dengan menggunakan
formula berikut:
Uji scheffe untuk komparasi rataan antar baris.
( )
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡+
−=−
..
2
....
11
ji
jiji
nnRKG
XXF ………………. (15)
dengan
Fi.-j. = Nilai F pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
.iX = Rataan pada baris ke-i
.jX = Rataan pada baris ke-j
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ni. = Ukuran sampel baris ke-i
nj. = Ukuran sampel baris ke-j
Dk = {F / F > (p – 1) Fα ;p-1, N-pq}
4). Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparsi ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Baki Sukoharjo. Data diperoleh dari kelas VIIIC
sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan kelas
VIIIB sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif
Snowballing. Adapun hasil penelitian yang akan disajikan adalah deskripsi data,
pengujian syarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi skor motivasi belajar, skor
kemampuan memori, dan nilai prestasi belajar siswa pada materi sistem
pencernaan pada manusia. Data prestasi belajar ini terdiri dari prestasi belajar
kognitif. Data tersebut diambil dari prestasi belajar dengan pembelajaran IPA
melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing. Skor motivasi
belajar, skor kemampuan memori dan prestasi belajar siswa kemudian dibuat rata-
rata, lalu diuji statistik untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dan
sebaran dari data yang diperoleh.
1. Data Motivasi Belajar
Data tentang motivasi belajar siswa didapatkan dari tes dengan menggunakan
angket motivasi belajar siswa yang diambil sebelum proses pembelajaran
dilakukan. Tingkatan motivasi belajar siswa dengan menentukan bahwa siswa
memiliki motivasi belajar tinggi jika mempunyai skor tes diatas Mean, sedangkan
siswa memiliki motivasi belajar rendah jika mempunyai skor dibawah atau sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan Mean. Distribusi data motivasi belajar siswa baik kelas yang diberi
pembelajaran dengan model Jigsaw maupun Snowballing, diklasifikasikan
menjadi motivasi belajar tinggi dan rendah disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah dan Tinggi
Model pembelajaran
Motivasi belajar rendah Motivasi belajar tinggi Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Kelas VIIIC (Jigsaw) 8 29 16 55
Kelas VIII B (Snowballing) 20 71 13 45
Jumlah 28 100 29 100 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa pada kelas Jigsaw motivasi
belajar siswa kategori tinggi memiliki frekuensi lebih banyak dibandingkan
dengan kategori rendah, sedangkan pada kelas Snowballing motivasi belajar
kategori rendah memiliki frekuensi lebih banyak dibanding dengan motivasi
belajar kategori tinggi.
2. Kemampuan memori
Data tentang kemampuan memori siswa diperoleh dari tes kemampuan
memori. Tingkatan kemampuan memori siswa dengan menentukan bahwa siswa
memiliki kemampuan memori tinggi jika mempunyai skor tes diatas Mean,
sedangkan siswa memiliki kemampuan memori rendah jika mempunyai skor
dibawah atau sama dengan Mean. Distribusi data kemampuan memori siswa baik
kelas yang diberi pembelajaran dengan model Jigsaw maupun Snowballing.
Distribusi data yang diperoleh disajikan dalam tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 4.2
Jumlah Siswa yang Memiliki Kemampuan memori Rendah dan tinggi
Model pembelajaran
Kemampuan memori rendah Kemampuan memori tinggi Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Kelas VIIIC (Jigsaw) 16 47 18 62
Kelas VIII B (Snowballing) 11 39 22 76
Jumlah 26 100 32 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada kelas Jigsaw
kemampuan memori siswa kategori tinggi memiliki frekuensi lebih banyak
dibandingkan dengan kategori rendah, demikian pula pada kelas Snowballing
kemampuan memori kategori tinggi memiliki frekuensi lebih banyak dibanding
dengan kemampuan memori kategori rendah.
3. Prestasi Belajar IPA
Dalam penelitian ini data prestasi belajar siswa diambil ketika
pembelajaran telah selesai. Data prestasi belajar yang dideskripsikan dalam tabel
maupun histogram adalah data prestasi belajar ranah kognitif. Data diperoleh
dengan memberikan tes yang sama kepada siswa baik yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw maupun Snowballing. Data yang diperoleh
disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Deskripsi Data Prestasi Belajar
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw Snowballing Mean 7,157 6,274 StDev 1,174 0,993 Skor Minimum 4,810 4,070 Skor Maksimum 8,890 8,150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Data nilai prestasi belajar terendah kelas Jigsaw yaitu 4,81 dan tertinggi
8,89, maka diperoleh range sebesar 4,07. Distribusi data prestasi belajar IPA siswa
kelas Jigsaw dibagi dalam empat kelas, sehingga diperoleh lebar masing-masing
kelas adalah 1,0185 (≈ 1,02). Distribusi data prestasi belajar IPA siswa yang
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw terlihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Data Prestasi Belajar Kelas Jigsaw
Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
4,81 – 5,83 5 15% 5,83– 6,85 6 18% 6,85 – 7,87 13 39% 7,87 – 8,89 10 30%
Jumlah 33 100%
Data distribusi frekuensi prestasi belajar kelas Jigsaw disajikan histogram
dari masing-masing distribusi pada gambar 4.1.
0
2
4
6
8
10
12
14
5.32 6.35 7.38 8.41
Prestasi Belajar Kelas Jigsaw
Frek
uens
i
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Kelas Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan jumlah siswa
34 diperoleh nilai rata-rata 7,16 dengan standar deviasi 1,17, nilai tertinggi 8,89
serta nilai terendah 4,81. Frekuensi tertinggi pada kelas Jigsaw pada interval 6,87
– 7,89.
Data nilai prestasi belajar terendah kelas Snowballing yaitu 4,07 dan
tertinggi 8,15, maka diperoleh range sebesar 4,07. Distribusi data prestasi belajar
IPA siswa kelas Snowballing dibagi dalam empat kelas, sehingga diperoleh lebar
masing-masing kelas adalah 1,0185 (≈ 1,02). Distribusi data prestasi belajar IPA
siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
Snowballing terlihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Data Prestasi Belajar Kelas Snowballing
Interval Frekuensi Frekuensi Relatif
4,07 – 5,09 4 24% 5,09 - 6,11 8 35% 6,11 – 7,13 13 29% 7,13 – 8,15 8 12%
Jumlah 33 100%
Data distribusi frekuensi prestasi belajar kelas Snowballing disajikan
histogram dari masing-masing distribusi pada gambar 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
0
2
4
6
8
10
12
14
4.58 5.61 6.64 7.67
Prestasi Belajar Kelas Snowballing
Frek
uens
i
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Kelas Snowballing
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada
kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Snowballing dengan
jumlah siswa 33 diperoleh nilai rata-rata 6,27 dengan standar deviasi 0,99, nilai
tertinggi 8,15 serta nilai terendah 4,07. Frekuensi tertinggi pada kelas Snowballing
pada interval 6,13 – 7,42. Deskripsi data motivasi belajar dan kemampuan memori
untuk tiap sel desain penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Jumlah Sebaran Jumlah Siswa Masing-masing Kelompok
Motivasi belajar rendah Motivasi belajar tinggi
Kemampuan memori rendah
Kemampuan memori tinggi
Kemampuan memori rendah
Kemampuan memori tinggi
Jumlah
Jigsaw 6 5 14 8 33
Snowballing 5 11 3 15 34
Jumlah 11 16 17 23 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi lebih banyak dari pada siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah. Untuk data kemampuan memori, siswa yang memiliki kemampuan
memori tinggi lebih banyak dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
memori rendah.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan dalam uji
normalitas adalah metode Lilliefors. Rangkuman hasil uji normalitas prestasi
belajar dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Rangkuman Uji Normalitas
No Variabel L hitung L tabel Keputusan Kesimpulan 1 Prestasi belajar
(Jigsaw) 0,1397
0,1519
Ho diterima Sampel
berdistribusi normal
2 Prestasi belajar (Snowballing)
0,1284
0,1542
Ho diterima Sampel berdistribusi normal
3 Prestasi belajar (motivasi belajar rendah)
0,1165
0,1610
Ho diterima Sampel berdistribusi normal
4 Prestasi belajar (motivasi belajar tinggi)
0,0831
0,1419
Ho diterima Sampel berdistribusi normal
5 Prestasi belajar (Kemampuan memori rendah)
0,1342
0,1730
Ho diterima Sampel berdistribusi normal
6 Prestasi belajar (Kemampuan memori tinggi)
0,1189
0,1419
Ho diterima Sampel berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α= 0.05.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa L tabel > L hitung, sehingga dapat
disimpulkan Ho diterima atau data prestasi belajar dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen atau tidak. Teknik yang
digunakan dalam uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil pengujian
homogenitas data prestasi belajar ditinjau dari model pembelajaran, motivasi
belajar, dan kemampuan memori ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Rangkuman Uji Homogenitas
No Variabel χ2 hitung χ2tabel Keputusan Kesimpulan
1 Prestasi belajar (Model pembelajaran)
0,931
3,841
Ho diterima Homogen
2 Prestasi belajar (Motivasi belajar)
0,132
3,841
Ho diterima Homogen
3 Prestasi belajar (Kemampuan memori)
0,199
3,841
Ho diterima Homogen
Dari hasil pengujian homogenitas prestasi belajar didapat χ2
hitung lebih
kecil dari χ2 0,05;1 = 3,841. DK = {χ2/χ2>3,841}; χ2obs ∈ DK maka Ho diterima
atau data prestasi belajar ditinjau dari model pembelajaran, motivasi belajar, dan
kemampuan memori dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Tiga Jalan Isi Sel Tak Sama
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa skor motivasi
belajar, skor kemampuan memori, dan nilai prestasi belajar dianalisis dengan
analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Dari hasil pengujian diperoleh:
a. Statistik uji
FA = RKGRKA =
0,5253.643 = 6,939
FB = RKGRKB =
0,52517.411 = 33,164
FC = RKGRKC =
0,52517.819 = 33,941
FAB = RKG
RKAB = 0,5251.448 = 2,758
FAC = RKG
RKAC = 0,5252.297 = 4,375
FBC = RKG
RKBC = 0,5251.563 = 2,977
FABC = RKG
RKABC = 0,5250.159 = 0,303
b. Daerah Kritik
FA = {FA⎜FA > F0,05; 1,59 = 4,00}
FB = {FB⎜FB > F0,05; 1,59 = 4,00}
FC = {FC⎜FC > F0,05; 1,59 = 4,00}
FAB = {FAB⎜FAB > F0,05; 1,59 = 4,00}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
FAC = {FAC⎜FAC > F0,05; 1,59 = 4,00}
FBC = {FBC⎜FBC > F0,05; 1,59 = 4,00}
FABC = {FABC⎜FABC > F0,05; 1,59 = 4,00}
c. Keputusan Uji
H0A = ditolak, sebab FA = 6,939 > F0,05; 1,59 = 4,00
H0B = ditolak, sebab FB = 33,164 > F0,05; 1,59 = 4,00
H0C = ditolak, sebab FC = 33,941 > F0,05; 1,59 = 4,00
H0AB = diterima, sebab FAB = 2,758 < F0,05; 1,59 = 4,00
H0AC = ditolak, sebab FAC = 4,375 > F0,05; 1,59 = 4,00
H0BC = diterima, sebab FBC = 2,977 < F0,05; 1,59 = 4,00
H0ABC = diterima, sebab FABC = 0,303 < F0,05; 1,59 = 4,00
Berdasarkan hasil pengujian dengan analisis variansi dengan sel tak sama
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1). F model pembelajaran kooperatif atau FA = 6,939 > F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho
ditolak dan H1 diterima sehingga model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
Snowballing berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA;
2). F motivasi belajar atau FB = 33,164 > F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho ditolak dan H1
diterima sehingga motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA;
3). F kemampuan memori atau FC = 33,941 > F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho ditolak
dan H1 diterima sehingga kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi
belajar IPA;
4). F interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar IPA atau FAB = 2,758 < F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
diterima dan H1 ditolak sehingga tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
IPA;
5). F interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar IPA atau FAC = 4,375 > F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho
ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA;
6). F interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori terhadap
prestasi belajar IPA atau FBC = 2,977 < F0,05; 1,59 = 4,00, maka Ho diterima dan
H1 ditolak sehingga tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA;
7). F interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar dan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA atau FABC = 0,303 < F0,05;
1,59 = 4,00, maka Ho diterima dan H1 ditolak sehingga tidak terdapat interaksi
antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar dan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA.
2. Uji Komparasi Ganda
Uji ini untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan
pasangan sel dengan menggunakan metode Scheffe. Hasil pengujian didapat:
1) Statistik uji
FA1C1-A1C2 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
261
810,52
13,3310,27 2
= 109,24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
FA1C1-A2C1 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
261
810,52
13,3110,27 2
= 100,25
FA1C1-A2C2 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
131
810,52
14,9710,27 2
= 208,45
FA1C2-A2C1 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
201
2610,52
13,3113,33 2
= 0,016
FA1C2-A2C2 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
131
2610,52
14,9713,33 2
= 44,343
FA2C1-A2C2 = [ ]
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
−
131
2010,52
14,9713,31 2
= 41,648
2) Daerah kritik
DKi-j = {Fi-j ⎢Fi-j > 2 F0,05; 1,59 = 8,00}
3) Keputusan uji
H0 ditolak karena FA1C1-A1C2, FA1C1-A2C1, FA1C1-A2C2, FA1C2-A2C1, FA1C2-A2C2, dan
FA2C1-A2C2 terletak pada daerah kritik.
Tabel 4.9 Rata- Rata Nilai Prestasi IPA
Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kemampuan Memori Perlakuan Rata-rata nilai
prestasi siswa Jigsaw, kemampuan memori tinggi 7,556 a Jigsaw, kemampuan memori rendah 5,650 c Snowballing, kemampuan memori tinggi 6,597 b Snowballing, kemampuan memori rendah 5,840 c
Keterangan: Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak memiliki perbedaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
signifikan dengan menggunakan uji Scheffe pada tingkat kepercayaan 95%. Adanya perbedaan prestasi belajar antara kombinasi model pembelajaran
dengan kemampuan memori yang signifikan artinya ada interaksi antara model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan kemampuan memori rendah
dengan tinggi memiliki beda rerata yang signifikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis pertama
Hasil perhitungan statistik analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
Snowballing diperoleh F hitung 6,939. FA = 6,939 > F0,05; 1,58 = 4,00 berarti bahwa
model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Hal
tersebut sebagaimana pendapat Slavin (dalam Wina Sanjaya, 2007: 242) yang
mengemukakan bahwa beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri, serta
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
ketrampilan.
Pada pembelajaran IPA, siswa dituntut lebih aktif karena pada materi
IPA tidak hanya prestasi belajar yang ingin dicapai tetapi lebih ke proses belajar
siswa dalam mempelajari materi IPA itu sendiri, sehingga perlu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan menuntut kerjasama antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.
Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah
Jigsaw dan Snowballing. Pemilihan model pembelajaran dilihat dari materi
pembelajaran yaitu sistem pencernaan makanan. Karakteristik sistem pencernaan
makanan merupakan materi pelajaran yang bersifat abstrak, menyangkut sistem
organ yang berada di dalam tubuh manusia. Materi sistem pencernaan makanan
memungkinkan untuk diaplikasikan dengan model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing. Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, siswa lebih tertantang
karena tidak hanya yang pandai saja yang bekerja tetapi semua anggota kelompok
dan yang menyampaikan hasil diskusi juga tidak hanya yang pandai saja, semua
anggota harus siap karena pada Jigsaw tiap siswa diberi tugas untuk mengajari
teman-temannya dalam kelompok secara berurutan, dalam hal ini setiap siswa
memperoleh kesempatan yang sama, dan menyebabkan siswa berusaha menguasai
materi. Penggunaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan Snowballing juga
berdasarkan pemikiran bahwa siswa kelas VIII sudah memiliki kemampuan
berdiskusi dengan orang lain dan memiliki pengetahuan tentang sistem
pencernaan manusia meskipun pengetahuan yang dimiliki terbatas yang dapat
digunakan untuk membantu mempermudah ketika berdiskusi dengan temannya.
Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing siswa sama
besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran, karena masing-
masing siswa mengajari temannya secara bergantian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Sementara pada siswa model pembelajaran kooperatif Snowballing dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir analisis bahkan sintesis.
Ketika siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan materi pelajaran baik secara
perorangan dan kelompok seperti dalam pembelajaran model Snowballing, maka
kemampuan analisis dan sintesis siswa akan terasah baik ketika pendapat siswa
dalam kelompok Snowballing saling beradu. Keunggulan Snowballing adalah
jawaban bertingkat dari siswa yang lebih sempurna.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif
Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif
Snowballing karena dengan Jigsaw siswa cenderung lebih aktif, siswa dilatih
untuk bekerja sama dengan teman sebaya dan mampu menguasai materi karena
tiap siswa memperoleh kesempatan yang sama. Sedangkan pada model
pembelajaran Snowballing, siswa terfokous pada penyelesaian menjawab soal-
soal dengan teman yang menjadi pasangannya. Hal ini diperkuat dengan data
prestasi belajar IPA. Dari rata-rata prestasi belajar IPA didapat bahwa prestasi
belajar IPA dengan Jigsaw rata-ratanya lebih tinggi dari Snowballing yaitu
Jigsaw = 7,16, sedangkan Snowballing 6,27.
Isjoni (2007: 54) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Hasil yang diperoleh dari model pembelajaran Jigsaw adalah
kedalaman materi yang dipelajari menjadi baik. Ketika siswa menemukan
permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi, siswa menyampaikannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
kepada guru yang menjadi sumber informasi bagi peningkatan pemahaman
mereka pada materi pembelajaran. Sedangkan pada model pembelajaran
kooperatif Snowballing siswa diarahkan pada kemampuan melakukan analisis dan
sintesis, namun di sisi lain model tersebut terdapat kelemahannya, yaitu fokus
siswa hanya kepada permasalahan yang harus mereka pecahkan. Ketika fokus
perhatian siswa hanya kepada soal atau permasalahan yang mereka hadapi, maka
mereka akan berusaha untuk menemukan pemecahan masalah tersebut dan
mereka akan mempelajari materi di seputar masalah tersebut. Kondisi ini
menyebabkan kedalaman materi siswa menjadi kurang.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif pada materi sistem
pencernaan pada manusia merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru untuk mengaktifkan siswa, sehingga siswa tidak hanya memperoleh
informasi dari guru tetapi juga mencari dan berdiskusi dengan anggota kelompok,
sehingga siswa dilatih untuk bekerjasama dengan teman sebayanya. Dengan
metode kooperatif siswa lebih tertarik pada materi IPA yang dikenal cukup
membosankan oleh siswa.
Tetapi dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal dalam pembelajaran
yang menghambat proses pembelajaran kooperatif baik Jigsaw maupun
Snowballing antara lain: a) terbatasnya waktu, sehingga pembelajaran tidak
berjalan dengan baik, b) siswa yang motivasi belajarnya rendah lebih
mengandalkan siswa yang pandai sehingga hasilnya kurang memuaskan; c) masih
ada kelompok yang sulit bekerjasama sehingga yang bekerja hanya satu atau dua
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2. Hipotesis kedua
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 33,164. FB = 33,164 > F0,05; 1,58 = 4,00, berarti motivasi
belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Motivasi belajar adalah
dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan belajar. Dengan adanya
motivasi, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga prestasi
belajar memuaskan. Secara umum siswa yang memiliki motivasi tinggi atau
semangat tinggi dalam belajar cenderung aktif dan prestasi belajar memuaskan,
walaupun terkadang tidak semuanya seperti itu, tergantung pada faktor-faktor lain
yang ada pada diri siswa.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar. Persoalan
mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seeorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi dalam belajar (Ridwan, 2008). Hasil
belajar akan menjadi optimal bila ada motivasi, jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Ada tiga fungsi motivasi
yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan; menentukan arah perbuatan yaitu kearah
tujuan yang akan dicapai; menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Disamping itu motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik (Sardiman, 2001:83-84). Adanya perbedaan motivasi belajar siswa pada
kedua kelas menghasilkan adanya perbedaan prestasi belajar, siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa
yang bermotivasi belajar rendah.
Hasil penelitian tentang adanya pengaruh pengaruh motivasi belajar
terhadap prestasi belajar IPA sesuai dengan hasil penelitian Wiwoho (2003) yang
menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi siswa.
3. Hipotesis ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 16,85. FC = 16,85 > F0,05; 2,58 = 4,00 berarti bahwa
kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Memori/ingatan
adalah proses dimana informasi belajar disimpan dan dapat dibaca kembali
(dikeluarkan kembali). Kemampuan mengingat informasi yang dimiliki setiap
siswa berbeda-beda, sehingga prestasi belajar yang diperoleh juga berbeda-beda.
Disamping itu juga tergantung pada faktor-faktor lain yang ada pada diri siswa.
Kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi belajar. Memori
adalah suatu sistem pengolahan informasi dan merupakan kemampuan untuk
menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang.
Menurut Catherine E. Myers (2006) memori merupakan tempat menyimpan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
mengingat, dan mengulang kembali informasi yang berisi pengalaman masa
lampau.
Kemampuan memori siswa pada model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing sangat diperlukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, khususnya
ketika terjadi pergantian kelompok diskusi. Siswa yang memiliki kemampuan
memori baik, maka ia akan mampu menghafal dan menguasai materi lebih
banyak daripada siswa dengan kemampuan memori rendah, sehingga prestasi
belajarnya menjadi lebih baik.
4. Hipotesis keempat
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 2,758. FAB = 2,758 < F0,05; 1,58 = 4,00, berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar IPA. Pada hipotesis pertama penggunaan model
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, karena pada
proses pembelajarannya siswa dilibatkan secara aktif, dan guru berperan sebagai
fasilitator, bukan sebagai pemberi atau sumber informasi. Dengan pembelajaran
kooperatif dengan siswa yang aktif diharapkan motivasi belajar siswa berpengaruh
dalam proses pembelajaran. Seperti yang terlihat pada hipotesis kedua yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.
Pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif yang digunakan dengan motivasi belajar siswa. Walaupun tidak
terdapat interaksi langsung antara model pembelajaran dengan motivasi belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
bukan berarti model pembelajaran kooperatif tidak memiliki hubungan timbal
balik dengan motivasi belajar siswa. Karena dengan adanya motivasi belajar pada
diri siswa maka siswa tersebut akan mempunyai keinginan atau semangat untuk
belajar sehingga mampu menguasai materi pelajaran dan mendapatkan nilai yang
memuaskan. Karena juga dilihat dari kelebihan masing-masing model
pembelajaran, keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing
siswa sama besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran,
karena masing-masing siswa mengajari temannya secara bergantian, sedangkan
keunggulan Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih
sempurna. Juga berdasarkan pemikiran bahwa siswa kelas VIII sudah memiliki
kemampuan berdiskusi dengan orang lain dan memiliki pengetahuan tentang
sistem pencernaan manusia yang bersifat abstrak meskipun pengetahuan yang
dimiliki terbatas yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah ketika
berdiskusi dengan temannya. Dengan keadaan seperti itu diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa meskipun tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.
Tidak adanya interaksi model pembelajaran dengan motivasi belajar
siswa berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar
rendah mampu mengikuti pembelajaran model pembelajaran Jigsaw dan
Snowballing. Sehingga baik siswa yang bermotivasi tinggi maupun yang
bermotivasi rendah ketika proses pembelajaran diberi model pembelajaran
kooperatif Jigsaw dan Snowballing, mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 4,375. FAC = 4,375 > F0,05; 2,58 = 4,00, berarti terdapat
interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar IPA.
Peran aktif siswa adalah hal utama dalam proses pembelajaran
kooperatif, karena dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bekerjasama
dengan temannya. Dalam setiap kegiatan pembelajaran dapat dilihat kemampuan
memori siswa yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya. Ada yang berkemampuan memori rendah atau tinggi. Sesuai dengan
kemampuan memori yang dimiliki, masing-masing siswa akan menyerap atau
mengolah informasi yang didapatnya dari pembelajaran sehingga daya serap pada
materi juga tergantung pada kemampuan memori mereka.
Model pembelajaran kooperatif dapat berhasil jika masing-masing peserta
didik mampu menyerap dan mengkomunikasikan hasil temuan dari masing-
masing kelompok ahli kepada kelompok asal. Kemampuan memori yang baik,
membantu siswa tersebut dalam menyampaikan materi yang diperolehnya dari
kelompok ahli ke kelompok asal. Disamping itu, pemecahan soal-soal dengan
teman yang menjadi pasangannya juga memerlukan kemampuan memori yang
baik. Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing siswa sama
besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran, karena masing-
masing siswa mengajari temannya secara bergantian. Sedangkan keunggulan
Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berdasarkan hal tersebut maka model pembelajaran kooperatif
memerlukan kemampuan memori yang baik, sehingga siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan
siswa yang berkemampuan memori rendah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan memori.
Berikut ini grafik interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
memori:
tinggirendah
8.0
7.5
7.0
6.5
6.0
Memori
Mea
n
Jig sawS no w b allin g
M o d el
Interaction P lot for C4Data Means
Gambar 4.10 Grafik Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan
Kemampuan Memori
Berdasarkan grafik diatas, secara umum siswa pada model pembelajaran
Jigsaw memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa pada model
pembelajaran Snowballing. Tetapi siswa pada model pembelajaran Snowballing
dapat memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa pada model
pembelajaran Jigsaw jika memiliki kemampuan memori yang tinggi.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 2,977. FBC = 2,977 < F0,05; 2,58 = 4,00, berarti tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan memori terhadap
prestasi belajar IPA. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa
dalam melakukan kegiatan belajar, kemampuan memori adalah kemampuan
seseorang menyerap informasi yang diperoleh pada waktu pembelajaran. Tidak
adanya interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan memori maka kombinasi
motivasi belajar tinggi dan rendah dengan kemampuan memori tinggi dan rendah
tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi
belajar dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi.
Walaupun tidak terdapat interaksi langsung antara motivasi belajar dengan
kemampuan memori siswa, bukan berarti motivasi belajar siswa tidak memiliki
hubungan timbal balik dengan kemampuan memori siswa. Kondisi ini disebabkan
adanya faktor penyebab yang berbeda antara motivasi belajar dan kemampuan
memori. Motivasi belajar terbagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri
teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret
motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif berdampak meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
motivasi belajar siswa sehingga dengan peningkatan motivasi tersebut, motivasi
belajar siswa dapat meningkat.
Kemampuan memori merupakan kemampuan yang ada dalam diri
seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi
yang diperoleh sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar terjadi transfer
informasi baik guru ke siswa ataupun dari siswa ke siswa yang lain. Oleh karena
itu memori diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin tinggi
memori siswa terhadap suatu informasi, akan semakin mudah dalam belajarnya.
Karena sifatnya merupakan faktor bawaan, meskipun masih dapat ditingkatkan,
maka kemampuan memori seseorang cenderung lebih bersifat statis.
Motivasi belajar dalam pembelajaran kooperatif akan meningkat
sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Namun demikian siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi belum tentu memiliki kemampuan memori yang
tinggi, sehingga prestasi belajarnya bisa menjadi rendah. Sementara itu pada siswa
yang memiliki motivasi rendah, namun adanya kemampuan memori yang tinggi
pada dirinya dapat menyebabkan prestasi belajarnya menjadi tinggi.
7. Hipotesis ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama diperoleh F hitung 0,303. FABC = 0,303 < F0,05; 2,58 = 4,00, berarti bahwa
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi
belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA. Motivasi belajar
yang tinggi dengan kemampuan memori yang berbeda-beda tidak akan berdampak
pada prestasi belajar IPA, begitu juga dengan motivasi belajar rendah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
kemampuan memori yang berbeda-beda tidak akan memberikan dampak pada
prestasi belajar IPA.
Prestasi belajar salah satu fungsinya adalah sebagai indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik, dan dapat dijadikan
indikator daya serap anak didik. Prestasi belajar siswa dipengaruhi faktor intern
dan ekstern siswa itu sendiri. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam
diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern
yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Faktor ekstern adalah
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri
siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya (Ridwan, 2008).
Dalam penelitian ini memang tidak terdapat interaksi secara langsung
antara model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing dengan motivasi belajar dan
kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar, tetapi bukan berarti tidak
terdapat hubungan antara ketiganya.
Berdasarkan hipotesis yang pertama, kedua, dan ketiga yaitu model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing, motivasi belajar dan kemampuan memori
siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Tetapi
dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Jigsaw
dan Snowballing dengan motivasi belajar dan kemampuan memori terhadap
prestasi belajar IPA. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar baik dari faktor ekstern maupun intern siswa, selain faktor model
pembelajaran Jigsaw dan Snowballing, motivasi belajar dan kemampuan memori
siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta banyaknya keterbatasan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di
luar kegiatan belajar mengajar.
Keunggulan Jigsaw antara lain tanggung jawab masing-masing siswa
sama besarnya, siswa dapat menguasai hampir semua materi pelajaran, karena
masing-masing siswa mengajari temannya secara bergantian, sedangkan
keunggulan Snowballing adalah jawaban bertingkat dari siswa yang lebih
sempurna. Juga berdasarkan pemikiran bahwa siswa kelas VIII sudah memiliki
kemampuan berdiskusi dengan orang lain dan memiliki pengetahuan tentang
sistem pencernaan manusia yang bersifat abstrak meskipun pengetahuan yang
dimiliki terbatas yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah ketika
berdiskusi dengan temannya. Dengan keadaan seperti itu diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa meskipun tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa dan kemampuan memori siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil
yang diperoleh mungkin tidak sesuai dengan harapan. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhi atau membatasi hasil penelitian ini. Faktor-
faktor tersebut antara lain:
1. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 4 x 40 menit (2 kali
pertemuan), sebenarnya dirasakan sangat kurang, sehingga ada kemungkinan
pengaruh perlakuan belum tampak jelas. Ada keinginan dari peneliti untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
menambah jumlah jam pertemuan akan tetapi terkait dengan pembagian
alokasi waktu tiap kompetensi dasar.
2. Siswa belum terbiasa dalam berdiskusi, sehingga kurang berani dalam
mengungkapkan pendapat.
3. Siswa kurang percaya diri dan proses adaptasi siswa dalam menerima model
pembelajaran yang baru membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak
semua variabel dapat berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian
teori, hipotesis sampai pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
Snowballing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sistem
pencernaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagaimana
tertulis di bawah ini.
1. Pembelajaran IPA pada materi sistem pencernaan melalui model pembelajaran
kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
kooperatif Snowballing karena dengan Jigsaw siswa lebih mengusai materi
pelajaran secara mendalam, sedangkan pada model pembelajaran Snowballing
siswa terfokus pada kemampuan analisis dan sintesis yang kadang melupakan
penguasaan materi secara lebih luas;
2. Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Motivasi belajar akan mendorong siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran, keaktifan siswa tersebut membantu siswa dalam
peningkatan pemahaman konsep, sehingga prestasi belajar lebih baik;
3. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi
belajar IPA. Kemampuan memori adalah proses dimana informasi belajar
disimpan dan dapat dibaca kembali (dikeluarkan kembali). Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
memiliki kemampuan memori yang tinggi atau rendah mempengaruhi prestasi
belajar;
4. Dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif yang digunakan dengan motivasi belajar siswa. Walaupun tidak
terdapat interaksi langsung antara model pembelajaran dengan motivasi
belajar, bukan berarti model pembelajaran kooperatif tidak memiliki hubungan
timbal balik dengan motivasi belajar siswa. Karena dengan adanya motivasi
belajar pada diri siswa maka siswa tersebut akan lebih bersemangat dalam
belajar menggunakan pembelajaran kooperatif;
5. Dalam penelitian ini terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif
dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA. Model
pembelajaran kooperatif dapat berhasil jika masing-masing peserta didik
mampu menyerap dan mengkomunikasikan hasil temuan dari masing-masing
kelompok ahli kepada kelompok asal, juga bersama dengan anggota
kelompoknya menghasilkan jawaban bertingkat dengan kesepakatan bersama.
Kemampuan memori yang baik, membantu siswa tersebut dalam
menyampaikan materi yang diperolehnya dari kelompok ahli ke kelompok
asal, juga memutuskan jawaban yang diambil dari jawaban bertingkat dengan
kesepakatan dari semua anggota kelompok. Berdasarkan hal tersebut maka
model pembelajaran kooperatif memerlukan kemampuan memori yang baik,
sehingga siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi memiliki prestasi
belajar lebih baik dibandingkan siswa yang berkemampuan memori rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
6. Dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar IPA. Motivasi belajar adalah
dorongan dari dalam diri siswa dalam melakukan kegiatan belajar,
kemampuan memori adalah kemampuan seseorang menyerap informasi yang
diperoleh pada waktu pembelajaran. Tidak adanya interaksi antara motivasi
belajar dan kemampuan memori maka kombinasi motivasi belajar tinggi dan
rendah dengan kemampuan memori tinggi dan rendah tidak memiliki
pengaruh terhadap prestasi belajar
7. Dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dengan motivasi belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi
belajar. Penerapan model pembelajaran Jigsaw atau Snowballing, motivasi
belajar tinggi atau rendah, dan kemampuan memori tinggi atau rendah
mempengaruhi prestasi, tetapi tidak memberikan interaksi secara bersamaan
dalam meningkatkan prestasi belajar.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, implikasi
disajikan dibawah ini.
1. Implikasi Praktis
a. Model pembelajaran Jigsaw memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar dibandingkan model pembelajaran Snowballing
pada materi sistem pencernaan makanan. Maka guru seharusnya dalam
pembelajaran IPA materi sistem pencernaan makanan menggunakan
model pembelajaran Jigsaw sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
b. Motivasi belajar dan kemampuan memori siswa merupakan faktor internal
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem
pencernaan makanan. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan motivasi
belajar siswa agar siswa termotivasi dan kemampuan memori siswa
dengan melakukan sebuah trik sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem pencernaan makanan.
2. Implikasi teoritis
a. Untuk memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan penggunaan model
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran harus sesuai dengan
materi pokok pelajaran yang diajarkan.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Snowballing dalam
pembelajaran yang dilaksanakan secara kontinyu lambat laun akan
menumbuhkan kerjasama yang baik antar siswa dalam memecahkan suatu
masalah.
c. Motivasi belajar dan kemampuan memori siswa yang ada dalam diri setiap
siswa mempengaruhi prestasi belajar dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Dengan motivasi dari dalam diri siswa, maka
siswa akan berusaha untuk memahami pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif. Guru hendaknya juga memperhatikan
kemampuan memori masing-masing siswa.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka saran
disajikan di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
1. Kepada pengajar
Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Snowballing terbukti
berhasil meningkatkan prestasi belajar. Namun demikian pengajar perlu
melakukan upaya-upaya modifikasi pembelajaran tipe Jigsaw dan
Snowballing yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA, sehingga
diperoleh hasil belajar IPA yang lebih maksimal. Disamping itu, guru
melakukan atau mengeloloa siswa agar pembelajaran Jigsaw dapat berjalan
dengan lancar. Guru perlu mencobakan terlebih dahulu pembelajaran Jigsaw
kepada siswa.
2. Kepada peneliti
Kerja kelompok siswa dalam penelitian ini belum optimum, ini
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengoptimalkan pembentukan
kelompok dalam kerja kooperatif prestasi belajar ranah afektif dan
psikomotorik perlu diteliti ketika penelitian yang dilakukan melibatkan
variabel yang lebih kompleks. Peneliti perlu untuk mencari model
pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar pada siswa dengan
motivasi rendah dan kemampuan memori rendah.
3. Kepada siswa
a. Siswa diharapkan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar agar dapat meraih prestasi
belajar yang baik.
b. Siswa sebaiknya lebih giat belajar dan giat berusaha mencari informasi
untuk memahami ilmu yang disampaikan dari berbagai sumber yang
digunakan, yaitu literatur, internet.