diktat pengeboran

230
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebua h industri pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan yang bermacam-macam dan tidak hanya dilakukan dalam industri pertambangan saja namun juga untuk bidang-bidang yang lain. Pengeboran sebagai salah satu kegiatan dalam industri tel ah ada semenjak Cina mempergunakan bor tumbuk (cable tool) sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dengan adanya berbagai pengembangan hingga saat ini baik dari segi teknis maupun aplikasi, pengeboran telah berkembang ke dalam delapan sekt or industri berikut ini: Geoteknik Pengeboran geoteknik bertujuan untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi muka air tanah. Konstruksi Pengeboran konstruksi secara umum bertujuan untuk menentukan batas anta ra batuan dasar (basement) dan batuan di atasnya yang umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan. Eksplorasi mineral Eksplorasi adalah proses pencarian terhadap suatu cebakan mineral untuk menentukan kuantitas mineral secara ekonomis. Pengeboran eksplorasi bert ujuan untuk: - Eksplorasi tubuh bijih - Informasi stratigrafi - Survei seismik - Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia - Kontrol kadar bijih - Perhitungan cadangan bijih - Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.)

Upload: lodsobell

Post on 03-Feb-2016

162 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Materi Kuliah Teknik Pemboran

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan   pengeboran   adalah   salah   satu   kegiatan   penting   dalam   sebuah   industri

pertambangan.  Kegiatan  pengeboran  ini  mempunyai  tujuan  yang  bermacam-macam

dan   tidak   hanya   dilakukan   dalam   industri   pertambangan   saja   namun   juga   untuk

bidang-bidang yang lain. Pengeboran sebagai salah satu kegiatan dalam industri telah

ada semenjak Cina mempergunakan bor tumbuk (cable tool) sekitar 4.000 tahun yang

lalu.  Dengan  adanya  berbagai  pengembangan  hingga  saat  ini  baik  dari  segi  teknis

maupun   aplikasi,   pengeboran   telah   berkembang   ke   dalam   delapan   sektor   industri

berikut ini:

Geoteknik

Pengeboran geoteknik bertujuan untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan,

dalam  beberapa  hal  digunakan  untuk  memperoleh  informasi  tentang  kondisi  alami

dan posisi muka air tanah.

Konstruksi

Pengeboran  konstruksi  secara  umum  bertujuan  untuk  menentukan  batas  antara

batuan dasar (basement) dan batuan di atasnya yang umumnya sudah mengalami

deformasi pelapukan.

Eksplorasi mineral

Eksplorasi adalah proses pencarian terhadap suatu cebakan mineral untuk

menentukan  kuantitas  mineral  secara  ekonomis.  Pengeboran  eksplorasi  bertujuan

untuk:

- Eksplorasi tubuh bijih

- Informasi stratigrafi

- Survei seismik

- Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia

- Kontrol kadar bijih

- Perhitungan cadangan bijih

- Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.)

Bab I, Pendahuluan

Seismik

Pengeboran  dalam  kegiatan  survei  seismik  berguna  untuk  menempatkan  bahan

peledak sebagai sumber getaran dalam seismik refraksi maupun refleksi.

Peledakan

Pengeboran   untuk   keperluan   peledakan berguna   untuk   menempatkan   bahan

peledak sebagai salah satu proses untuk memberaikan material yang kompak.

Sumur air

Pengeboran  dalam  pembuatan  sumur  air  bertujuan  untuk  membuat  lubang  untuk

menentukan  posisi  akuifer  dan  memproduksi  air.  Disamping  itu  pengeboran  air

juga digunakan untuk:

- Mengetahui level air

- Memonitor sumur produksi

- Sumur injeksi

- Sumur dewatering dalam pertambangan atau konstruksi

Lingkungan

Pengeboran dalam lingkup lingkungan terdiri dari pengeboran geoteknik dan sumur

air   untuk   memonitor   kualitas   air   tanah   dan   membantu   dalam   kontrol/remediasi

polusi air tanah.

Minyak dan gas

Pengeboran   dalam   industri   minyak   dan   gas   bertujuan   untuk   eksplorasi   baik

onshore maupun offshore, injeksi, dan produksi sumur minyak dan gas.

Tujuan   kegiatan   yang   banyak   atau   bermacam-macam   ini   membawa   konsekuensi

perlengkapan,  tipe,  dan  kapasitas  mesin  yang  berbeda.  Arah  pengeboran  pun  bisa

vertikal ke bawah, vertikal ke atas, horizontal atau miring dengan sudut tertentu. Dalam

pegangan   kuliah   ini   hanya   dibatasi   pada   pengeboran   untuk   mineral/batubara   dan

pengeboran air. Ada pun bahasannya mencakup:

Peralatan  pengeboran;  meliputi  jenis  mesin  bor,  pompa  atau  kompresor,  stang

bor (drill rod), casing, core barrel, mata bor (bit), dan perlengkapan lainnya.

Lumpur pengeboran

Logging (hanya sebatas aplikasinya)

Teknis  pengeboran;  meliputi  metode/klasifikasi  pengeboran  (dengan  sirkulasi

dan tanpa sirkulasi) dan tahapan-tahapan pengeboran.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pengeboran baik masalah

teknis maupun non teknis.

I-2

Bab I, Pendahuluan

Organisasi divisi pengeboran; membahas struktur organisasi pengeboran

umumnya dan tugas dari masing-masing personil.

Analisa biaya pengeboran; membahas faktor yang mempengaruhi dan

menentukan biaya pengeboran, program untuk mengontrol biaya dan beberapa

contoh rencana anggaran biaya.

I-3

BAB II

KLASIFIKASI DAN PERALATAN PENGEBORAN

Sebelum   dipaparkan   lebih   jauh   tentang   metode   dan   peralatan   pengeboran,   akan

diperkenalkan beberapa istilah yang dijumpai dalam operasi pengeboran:

Tipe  pengeboran,  adalah  jenis-jenis  proses  pengeboran  dimana  masing-masing

tipe  pengeboran  bisa  menerapkan  berbagai  macam  metode  pembuatan  lubang

dan pembersihan lubang.

Teknik  pengeboran,  adalah  segala  sesuatu  yang  berhubungan  pada  sebuah  tipe

pengeboran sehingga proses pengeboran menjadi lebih efektif dan efisien.

Sebagai   contoh   seorang   ahli   bor   jika   menggunakan   metode   pengeboran   putar

dengan   fluida   lumpur,   maka   harus   selalu   mengatur   berat   jenis   lumpur   untuk

mengontrol keseimbangan terhadap tekanan formasi.

Metode pembuatan lubang, adalah prosedur untuk memberaikan material

terkonsolidasi maupun tak terkonsolidasi dalam proses pengeboran.

Metode  pembersihan  lubang,  adalah  prosedur  untuk  membersihkan  cutting  dari

lubang bor.

Metode   penyetabilan   lubang,   adalah   prosedur   untuk   menjaga   lubang   bor   tetap

terbuka,  mencegah  terjadinya  gua-gua,  atau  terjadinya  runtuhan  dinding  lubang

bor.

2.1 SISTEM KLASIFIKASI METODE PENGEBORAN

Klasifikasi  pengeboran  dapat  didasarkan  pada  beberapa  bagian  proses  pengeboran,

diantaranya berdasarkan:

Metode pembuatan lubang

Proses   pembuatan   lubang   meliputi   pemberaian   batuan   dari   batuan   yang   tak

terkonsolidasi. Pembuatan lubang juga termasuk pembersihan pecahan dan

material  tak  terkonsolidasi  dari  bawah  mata  bor  sehingga  pemberaian  dapat  terus

berlangsung.  Pembuatan  lubang  dapat  berupa  proses  mekanik  atau  pun  proses-

proses   yang   lain.   Metode-metode   pembuatan   lubang   berdasarkan   pemberaian

mekanik adalah:

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

o   Pengeboran cable tool

o   Pengeboran putar auger

o   Pengeboran putar

o   Pengeboran top hole hammer

o   Pengeboran putar down hole hammer

o   Pengeboran putar slim hole

Gambar 2.1. Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembuatan lubang.

Metode pembersihan dan penyetabilan lubang

Karena  lubang  bor  telah  dibuat  dan  cutting  dibersihkan  dari  muka  mata  bor,  maka

cutting  harus  dibersihkan  semuanya  dari  lubang  bor  dan  dilakukan  penyetabilan

dinding   lubang   bor.   Jika   lubang   bor   tidak   terbuka   dan   bersih   maka   proses

pengeboran   tidak   bisa   terus   berlangsung.   Penyetabilan   lubang   bisa   dilakukan

dengan   casing,   tekanan   hidrostatik,   atau   dengan   pembuatan   dinding.   Metode-

metode pembersihan lubang dapat diklasifikasikan:

II - 2

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

o   Pembersihan  mekanik,  pada  metode  ini  peralatan  pengeboran  dalam  lubang

akan melakukan pembersihan dengan sendirinya.

o   Pembersihan  dengan  fluida  (sirkulasi  langsung  atau  normal),  pada  metode  ini

digunakan   fluida   untuk   membersihkan   lubang   bor.   Sirkulasi   normal   adalah

dimana  fluida  (udara,  air,  atau  lumpur)  dipompa  dengan  tekanan  ke  bawah

melalui stang bor, mata bor, dan kemudian  membawa  cutting  ke permukaan di

antara dinding lubang bor dan stang bor.

o   Pembersihan  dengan  fluida  (sirkulasi  terbalik),  pada  metode  ini  fluida  dipompa

ke bawah melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang bor, kemudian

melewati mata bor, dan naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor.

Gambar 2.2. Contoh tipe pengeboran berdasarkan pembersihan lubang.

II - 3

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

Kedalaman dan ukuran lubang

Tipe  pengeboran  harus  sesuai  dengan  kedalaman  dan  ukuran  lubang  bor  yang

diinginkan.  Sebagai  contoh  bor  auger  tangan  hanya  dapat  melakukan  pengeboran

pada  beberapa  meter  kedalaman  dan  ukuran  lubang  yang  kecil.  Beberapa  tipe

pengeboran dapat diaplikasikan pada rentang ukuran lubang bor tertentu,

o   Cable   tool,   ukuran   lubang   100   mm   s/d   400   mm   (4-16   in)   dan   sampai

kedalaman 1.500 m (5.000 ft)

o   Slim  rotary  (diamond),  ukuran  lubang  30  mm  s/d  100  mm  (1-4  in)  dan  sampai

kedalaman 1.500 m (5.000 ft)

Gambar 2.3. Contoh tipe pengeboran berdasarkan kedalaman dan ukuran lubang.

Aplikasi

Tipe  pengeboran  juga  dapat  diklasifikasikan  berdasarkan  aplikasinya  seperti  cable

tool   untuk   pengeboran   air,   rotary   untuk   pengeboran   minyak,   hammer   untuk

pengeboran  pada  kuari,  dll.  Dalam  hal  ini  klasifikasi  lebih  banyak  ditentukan  oleh

sifat formasi seperti ditunjukkan dalam daftar berikut:

o   Pengeboran pada formasi yang terkonsolidasi

Cable - Sampel bagus

II - 4

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

Rotary mud - Tingkat penetrasi cepat

Rotary air - Sangat cepat pada formasi yang kering dan kohesif

Rotary mud reverse   - Sampel bagus, penetrasi cepat, menjaga kondisi

dinding

Auger - Murah dan cepat pada formasi kering

Jetting - Murah pada kondisi air yang melimpah

o   Pengeboran pada formasi yang stabil (high drillability)

Rotary - Semua fluida memberikan hasil yang bagus

Cable tool - Bagus tetapi lebih lambat

Hammer - Sampling chip dan air, penetrasi cepat

Diamond coring - Lebih lambat dari hammer, sampel lebih sempurna

o   Pengeboran pada formasi yang stabil (low drillability)

Hammer - Penetrasi cepat

(Top hole untuk pengeboran dangkal dan down hole untuk pengeboran dalam)

Diamond drills - Informasi lengkap dan inti lebih bagus

Heavy rotary drills - Murah dan cepat

o   Pengeboran pada formasi boulder dan breksi keras

Beberapa  tipe  pengeboran  dapat  dilakukan  dalam  berbagai  teknik  pengeboran,  dalam

hal   ini   aplikasi   akan   menentukan   teknik   pengeboran   yang   digunakan.   Dalam   hal

aplikasi  untuk  mendapatkan  informasi  bawah  permukaan  maka  sistem  kontrol  yang

cermat dan interpretasi semua indikator pengeboran adalah parameter yang

diutamakan.

Dalam  aplikasi  untuk  lingkungan  maka  metode  pengeboran  harus  tidak  memberikan

dampak terhadap kualitas sampel kimia maupun biologi. Kondisi seperti ini

memerlukan modifikasi dalam teknik pengeboran.

Dalam   aplikasi   yang   membutuhkan   sampel   inti   maka   metode   pengeboran   dipilih

terhadap   proses   penetrasi   yang   stabil   sehingga   akan   memberikan   inti   yang   lebih

sempurna yang tertampung dalam core barrel.

Untuk aplikasi  yang hanya  menginginkan  lubang bor  maka  digunakan  metode dengan

penetrasi  yang  cepat  dimana  cutting  dan  proses  pembersihannya  dilakukan  secara

cepat tetapi efektif sehingga tetap dapat menjaga stabilitas dinding lubang bor.

II - 5

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

2.2 TRANSMISI KE MATA BOR

2.2.1 Transmisi Tenaga

Ahli bor harus mengendalikan dan mengontrol kinerja mata bor dari posisi collar lubang

bor.  Dalam  banyak  hal,  tenaga  diperlukan  untuk  membuat  mata  bor  bekerja  menggali

dimana  tenaga  berasal  dari  titik  collar  lubang  bor.  Tenaga  harus  ditransmisikan  ke

bawah   lubang   bor   dimana   mata   bor   bekerja.   Transmisi   tenaga   dapat   berlangsung

dengan perantara:

Cable

Pergerakan memutar dari pipa dan stang bor

Pergerakan axial dari pipa dan stang bor

Aliran fluida

2.2.2 Kontrol Mata Bor

Transmisi   tenaga   tidaklah   simpel   untuk   dilaksanakan   di   lapangan   secara   efisien,

tenaga   harus   ditransmisikan   pada   prosedur   yang   tepat   sehingga   mata   bor   akan

menggali batuan secara efisien.

Pada   cable   tool,   kawat   (cable)   dikontrol   melalui   dua   hal   yaitu   pergerakan   yang

ditentukan oleh panjang hentakan, tingkat hentakan, dan kecepatan

pengangkatan/penjatuhan   selama   proses   hentakan.   Pengontrol   yang   kedua   adalah

bentuk dan berat peralatan pengeboran yang akan menambah tenaga untuk

memberaikan batuan.

Pada  sistem  pengeboran  putar  dengan  pipa  dan  stang,  mata  bor  lebih  terkontrol  oleh

karena:

Gaya dorong dan tekanan yang dipertahankan pada rangkaian bor melalui collar

Tenaga putaran pada collar

Diameter dari rangkaian bor (berhubungan dengan diameter lubang bor)

Kecepatan putaran

Kecepatan pergerakan rangkaian bor ke dalam dan keluar lubang bor

Bentuk dan berat dari rangkaian bor

II - 6

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

2.2.3 Perilaku Fluida

Lebih banyak tipe pengeboran menggunakan fluida untuk membantu proses

pembuatan  lubang.  Pada  sistem  cable  tool  pergerakan  rangkaian  bor  menyebabkan

sirkulasi fluida di dasar lubang bor atau di sekitar mata bor. Kecepatan  fluida dikontrol

oleh   gerak   pengeboran,   viskositas   fluida   dalam   lubang,   dan   bentuk   serta   ukuran

lubang fluida pada mata bor. Proses pengangkatan dan penjatuhan akan

menyebabkan  aliran  fluida  yang  mana  aliran  ini  akan  membantu  mengerakkan  cutting

masuk ke dalam badan rangkaian bor.

Pada  sistem  pipa  terdapat  tiga  sistem  aliran  fluida  yaitu  sirkulasi  standar,  sirkulasi

terbalik,  dan  sirkulasi  dua  pipa  (lihat  Gambar  2.4).  Pompa  atau  kompresor  digunakan

untuk menggerakkan fluida sehingga terjadi aliran sirkulasi fluida.

Gambar 2.4. Sistem aliran fluida bor.

II - 7

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

2.2.4 Pipa

Pipa  banyak  digunakan  pada  bagian-bagian  alat  pengeboran  atau  aktivitas  konstruksi

sumur, penggunaan pipa di antaranya:

Sistem hidrolik

Media aliran fluida

Pipa bor putar dan collar

Stang bor diamond dan casing

Casing sumur air dan minyak

Dll

Stang Bor

Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja dimana bagian pada ujung-ujungnya

terdapat   ulir.   Sebagai   penghubung   antara   dua   buah   stang   bor   digunakan   double

nepple (Gambar 2.5).

Gambar 2.5. Double nepple sebagai penghubung dua buah stang bor.

Dalam kegiatan pengeboran stang bor berfungsi sebagai:

a. Rangkaian untuk mentransmisikan putaran, tekanan, dan tumbukan yang

dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor

b. Jalan keluar-masuknya fluida bor pada pengeboran putar

Stang  bor  harus  bisa  mengimbangi  gaya/tekanan  yang  tidak  hanya  besar  tetapi  juga

gaya/tekanan  yang  selalu  berubah  setiap  saat  dengan  cepat.  Stang  bor  harus  tahan

terhadap  material  abrasif  dan  lingkungan  yang  korosif.  Stang  yang  mempunyai  tebal

dinding yang seragam akan berpotensi terjadinya pembengkokan pada titik-titik

sambungan pipa (lihat Gambar 2.6a). Untuk mengatasi permasalahan seperti ini maka

harus  digunakan  sambungan  yang  khusus  (double  nepple)  untuk  memperkuat  ujung-

ujung stang bor. Selain itu cara lain untuk memperkuat ujung stang bor adalah dengan

menambah ketebalan dinding pipa pada ujungnya, metode ini disebut dengan

upsetting (lihat Gambar 2.6b).

II - 8

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

a b

Gambar 2.6. Pembengkokan pada sambungan stang bor (a), salah satu cara mengatasinyadengan upsetting (b).

Secara   umum   pemilihan   ukuran   dan   jenis   stang   bor   harus   memperhatikan   hal-hal

berikut ini:

1. Tujuan pengeboran

2. Tipe pengeboran

3. Kedalaman pengeboran

4. Diameter lubang bor

5. Kekerasan batuan formasi

6. Metode sirkulasi fluida

Adapun rangkaian stang bor dan ukurannya yang digunakan dalam operasi

pengeboran  tergantung  dari  tipe  pengeboran  yang  diterapkan.  Rangkaian  stang  bor

dan ukurannya secara detil akan dibahas pada masing-masing tipe pengeboran.

Casing

Casing  adalah  pipa  yang  digunakan  untuk  mempertahankan  lubang  bor  tetap  terbuka

(tidak runtuh/collapse) setelah tahap pengeboran atau pada konstruksi sumur

air/minyak. Disamping itu casing juga digunakan untuk melindungi peralatan

pengeboran  dari  gangguan-gangguan.  Casing  tidak  diperuntukkan  pada  beban  yang

lebih berat lagi. Contoh rangkaian casing dapat dilihat di Gambar 2.7.

II - 9

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

Gambar 2.7. Rangkaian pipa casing.

Terdapat dua tipe untuk menghubungkan pipa casing, yaitu:

1) Tipe flush joint

Dimana   penghubung   antara   pipa   satu   dengan   pipa   lainnya   dilakukan   secara

langsung.

2) Tipe flush coupled

Dimana  penghubung  antara  pipa  satu  dengan  pipa  lainnya  menggunakan  sebuah

coupling.

Beberapa komponen yang terdapat dalam casing di antaranya meliputi:

1. Casing Swivel

Alat ini digunakan untuk menghubungkan antara pipa casing dan stang bor.

2. Casing Head

Alat ini dipasang di bagian atas casing untuk melindungi drat casing bagian atas.

3. Casing Shoe

Alat ini digunakan untuk melindungi casing bagian bawah dari kerusakan.

4. Casing Cutter

Adakalanya di dalam suatu lubang casing terjadi suatu masalah. Pada kasus-kasus

semacam ini maka casing cutter digunakan untuk memotong casing pada titik yang

kita inginkan.

II - 10

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

5. Casing Band

Alat  ini  digunakan  untuk  menjepit  pipa  casing  selama  operasi  pengangkatan  dan

penurunan.

Ukuran casing ada bermacam-macam dan kelengkapannya pun cukup banyak, secara

umum dapat dilihat di bagian Lampiran.

Core Barrel

Core  barrel  adalah  pipa  yang  digunakan  untuk  membungkus  inti  (core)  dari  kegiatan

pengeboran putar. Dengan core barrel maka inti bor akan dapat dibawa ke permukaan

sehingga   bisa   dilakukan   pengamatan   dan   analisis   yang   jauh   lebih   baik   daripada

cutting.  Pembahasan  mengenai  core  barrel  selanjutnya  akan  diberikan  secara  detil

pada bagian tipe pengeboran putar.

2.2.5   Mata Bor

Mata   bor   merupakan   salah   satu   komponen   dalam   pengeboran   yang   digunakan

khususnya  sebagai  alat  pembuat  lubang  (hole  making  tool).  Gaya  yang  bekerja  pada

bit  agar  bit  dapat  bekerja  sesuai  dengan  yang  diharapkan  secara  garis  besar  terbagi

atas dua macam yaitu gaya dorong (tekan) dan gaya putar. Keefektifan penetrasi yang

dilakukan pada pengeboran tergantung pada kedua gaya jenis ini.

Gaya  dorong  dapat  dihasilkan  melalui  tumbukan  yang  dilakukan  pada  pengeboran

tumbuk   (percussive   drilling),   pemuatan   bit   (bit   loading),   dan   tekanan   di   bawah

permukaan (down pressure). Gaya putar dapat dihasilkan pada mekanisme

pengeboran  putar  (rotary  drilling)  dengan  bantuan  mesin  putar  mekanik  yang  dapat

memutar  bit  (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya dorong

statik  mengabrasi  batuan  yang  akan  ditembus.  Gaya  dorong  yang  bersifat  statik  yang

secara tidak langsung turut menunjang gaya-gaya tersebut di atas misalnya berat dari

stang bor dan berat rig.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan bit yaitu :

1. Ukuran dan bentuk mata bor

2. Ukuran gigi mata bor

II - 11

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

3. Berat mata bor

4. Kekerasan matriks

5. Konfigurasi pelulusan air

Kelima faktor ini merupakan veriabel yang harus disesuaikan dengan beberapa kondisi

di  lapangan,  diantaranya  struktur  geologi,  kualitas  bantuan,  model  pengeboran,  dan

kedalaman. Beberapa jenis mata bor diantaranya meliputi :

1. Mata bor rotasi

a. Mata bor pisau (blade bit)

b. Air coring bit

c. Roller bit

2. Mata bor tumbuk

a. Chisel bit

b. Cross bit

c. Button bit

3. Mata bor auger, yang terbagi atas 2 variasi :

a. Tipe auger

b. Tipe kelly

4. Mata bor pada pengeboran cable (Cable drill bits)

a. Mata bor chisel

b. Mata bor tabung

5. Mata Bor Intan

a. Impregnated bit

b. Surface set bit

c. Mata bor formasi lunak

Pembahasan   lebih   mendetil   tentang   mata   bor   akan   diberikan   pada   bagian   tipe

pengeboran dan bagian Lampiran.

2.2.6   Rangkaian Pelengkap

Beberapa   peralatan   pelengkap   yang   sering   dipakai   dalam   kegiatan   pengeboran

diantaranya meliputi:

a. Alat untuk menaikan dan menurunkan

II - 12

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

- Water Swivel

Alat ini digunakan untuk melewatkan fluida seperti air, lumpur, dll. Dari pompa

menuju ke dalam stang bor yang berputar.

- Hoisting Water Swivel

Alat  yang  didesain  untuk  melewatkan  air  ke  dalam  stang  bor  yang  sedang

berputar selama proses pengangkatan dan penurunan.

- Hoisting Plug (Hoisting Swivel)

Alat ini dihubungkan pada rope socket dan digunakan ketika proses

pengangkatan dan penurunan stang bor.

- Hoisting Rope Socket

Bagian   atas   alat   ini   dihubungkan   dengan   hoisting   wire   rope   yang   di-las

menggunakan  babbit  metal.  Bagian  bawahnya  dihubungkan  dengan  hoisting

plug.

Gambar 2.8. Peralatan pelengkap untuk menaikkan dan menurunkan rangkaian bor.

- Rod Holder

Alat  ini  digunakan  untuk  menjepit  stang  bor  pada  saat  pengangkatan  atau

penurunan.

II - 13

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

- Snatch Block

Alat   ini   diletakkan   di   puncak   menara   pengeboran   dan   digunakan   untuk

mengangkat  dan  menurunkan  stang  bor,  core  barrel,  dan  mata  bor.  Pada

kenyataannya   beban   yang  diangkat   atau   diturunkan  itu  terlalu  berat,   oleh

karena   itu   digunakan   crown   block   atau   traveling   block   untuk   membantu

proses pengangkatan dan penurunan.

- Travelling Block

Alat   ini   digunakan   bersama   dua/tiga   buah   kabel   untuk   mengangkat   atau

menurunkan peralatan pengeboran.

- Crown Block

Crown   block   diletakkan   di   bagian   atas   menara   dan   umumnya   digunakan

untuk mengangkat dan menurunkan peralatan pengeboran.

Gambar 2.9. Peralatan pelengkap untuk memancing rangkaian bor

yang terlepas atau terjepit dalam lubang.

II - 14

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

- Lowering Iron

Alat  ini  digunakan  pada  pengeboran  dangkal  untuk  menurunkan  stang  bor

secara cepat. Stang bor yang cocok ukurannya: 33,5 mm, 40,5 mm, EW, AW.

- Come Along

Alat ini digunakan untuk menurunkan stang bor dan digunakan pada

pengeboran dangkal.

b. Peralatan pancing

- Rod Coupling tap

Alat  ini  digunakan  untuk  mengeluarkan  batang  bor  yang  rusak  dan  dibiarkan

tertinggal dalam lubang bor untuk satu alasan.

- Rod Inside Tap – Rod Outside Tap

Alat ini berungsi hampir sama dengan rod coupling tap

- Casing Tap – Core Barrel Tap

Alat ini digunakan untuk mendapatkan casing tubes/core barrel yang

tertinggal di lubang bor.

- Rod Band

Alat ini digunakan untuk menjepit batang bor yang tertinggal di lubang bor.

- Knocking Block

Alat  ini  digunakan  untuk  menerima  pengaruh  pada  saat  hammering  untuk

melindungi peralatan bor.

- Drive Hammer with Chain

Alat ini digunakan untuk hammering ketika peralatan bor mengalami

kemacetan.

- Pipe Pulling Jack

Alat  ini  digunakan  untuk  mengangkat  peralatan  bor,  mempunyai  dua  tipe,

yaitu: hydraulic type dan screw type.

c. Menara

Terdapat dua tipe menara yang biasa digunakan dalam pengeboran yaitu :

- Derrick, digunakan untuk pengeboran tegak.

- Tripod, digunakan untuk pengeboran miring.

II - 15

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

a b

Gambar 2.10. Tripod untuk pengeboran miring (a) danderrick untuk pengeboran tegak (b).

d. Peralatan Teknis

- Parmalee Wrench

Alat   ini   digunakan   untuk   mengunci   dan   melepaskan   pipa-pipa   yang   kecil,

seperti kawat core barrel tanpa merusak tabung.

- Pipe wrench

Alat  ini  digunakan  untuk  mengunci  dan  melepaskan  pipa  seperti  stang  bor,

core barrel, dan lain-lain.

- Super Tong

Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa-pipa dengan ukuran

besar dengan diameter berukuran di atas 100 mm.

II - 16

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

a b

Gambar 2.11. Parmalee wrench (a) dan pipe wrench (b).

II - 17

Bab II, Klasifikasi dan Peralatan Pengeboran

Gambar 2.12. Contoh susunan peralatan pengeboran pada rotary drilling.

II - 18

BAB III

PENGEBORAN DENGAN FLUIDA

Sebagian  besar  aplikasi  pengeboran  menggunakan  fluida  dalam  penanganan  cutting

atau  sampel.  Dalam  bab  ini  akan  dibahas  tentang  Pengeboran  Tumbuk  (Cable  Tool

Drilling)  yang  mempergunakan  fluida  untuk  memperoleh  slurry  dan  Pengeboran  Putar

(Rotary  Drilling)  yang  menggunakan  fluida  untuk  membersihkan  cutting.  Dilihat  dari

fluida,  perbedaan  dari  kedua  metode  ini  adalah  adanya  sirkulasi  fluida  pada  rotary

drilling dan tidak adanya sirkulasi fluida pada cable tool drilling.

3.1 PENGEBORAN CABLE TOOL

3.1.1 Metode Pengeboran Cable Tool

Jenis  pengeboran  cable  tool  mulai  dipergunakan  pada  tahun  1859  untuk  membuat

sumur   minyak   di   Pennsylvania,   USA.   Sistem   pengeboran   ini   masih   dipergunakan

hingga di era modern dengan berbagai pengembangan. Pada saat ini alat bor jenis ini

yang paling banyak dipergunakan adalah cable tool spudding.

Komponen yang penting dalam peralatan cable tool adalah:

Kawat (cable) yang menggerakkan rangkaian bor

Bailer

Sistem pengangkatan/penjatuhan rangkaian bor

Walking beam

Spudding arm

Casing

Prinsip operasional jenis pengeboran ini adalah pembuatan lubang dengan:

Pemberaian batuan/formasi dengan tumbukan berulang-ulang

Mengaduk cutting dengan air menjadi slurry pada dasar lubang

Membersihkan cutting dan penimbaan (bailing)

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Mata  bor  akan  memecahkan  batuan  terkonsolidasi  menjadi  kepingan  kecil  atau  akan

melepaskan butiran-butiran dari formasi. Kepingan atau hancuran tersebut merupakan

campuran  lumpur  dan  fragmen  batuan  (“slurry”)  pada  bagian  dasar  lubang.  Jika  di

dalam  lubang  tidak  dijumpai  air  maka  perlu  ditambahkan  air  guna  membentuk  slurry.

Pertambahan  volume  slurry  sejalan  dengan  kemajuan  pengeboran  yang  pada  jumlah

tertentu  akan  mengurangi  daya  tumbuk  bor.  Bila  kecepatan  laju  pengeboran  sudah

menjadi  sangat  lambat,  slurry  diangkat  ke  permukaan  dengan  menggunakan  timba

(bailer) atau sand pump.

Gambar 3.1. Rangkaian peralatan pada cable tool.

Metode lain dari cable tool adalah dengan menyertakan pipa sampel atau disebut juga

metode shell dimana pembuatan lubang dilakukan dengan memasukkan pipa ke dalam

formasi   dan mengangkat pipa beserta padatan formasi yang terperangkap dalam pipa

tersebut. Metode ini bisa menerapkan salah satu dari gerakan berikut:

Menggerakkan pipa sampel dengan pukulan berulang-ulang menggunakan

gerakan spudding atau resiprokal.

Menggerakkan   pipa   sampel   ke   bawah   dengan   gerakan   menarik   dan   melepas

secara berulang-ulang.

III - 2

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Menggerakkan  pipa  sampel  ke  bawah  dalam  sekali  jatuhan  dengan  jarak  yang

panjang.

Dua metode gerakan terakhir lebih umum digunakan dalam kapasitas mesin yang kecil

dimana tidak dilengkapi dengan tenaga penggerak resiprokal.

a b

Gambar 3.2. Skema walking beam (a) dan spudding arm (b) yang menghasilkangerakan naik-turun.

Pada awalnya gerakan resiprokal cable tool diperoleh dari walking beam. Pada saat ini

gerakan  resiprokal  lebih  banyak  diperoleh  dari  spudder.  Biasanya  spudder  terdapat

pada  mesin  cable  tool  yang  mempunyai  kapasitas  besar,  mengangkat  rangkaian  bor

dengan cepat dan kemudian menjatuhkannya secara bebas ke dasar lubang bor.

Cable  tool  spudding  bisa  dipergunakan  dalam  banyak  aplikasi  pengeboran  dimana

teknik-teknik pengeboran harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Beberapa   teknik   pengeboran   telah   dikembangkan   diantaranya   yang   paling   banyak

ditemui adalah:

Cable  tool  normal,  adalah  teknik  yang  biasanya  digunakan  untuk  formasi  yang

terkonsolidasi. Gerakan spudding dioperasikan untuk:

o   Menjatuhkan rangkaian bor dengan bebas.

o   Menangkap rangkaian bor sebelum sampai di dasar lubang sehingga pada saat

mata bor menghantam batuan maka kawat dalam keadaan tidak mengendur.

o   Mempercepat penarikan rangkaian bor ke atas.

o   Memungkinkan   rangkaian   bor   tidak   terikat   sesaat   terhadap   kawat   sehingga

swivel memutar mata bor.

III - 3

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Churn  drilling,  adalah  teknik  yang  biasanya  digunakan  untuk  formasi  yang  tidak

terkonsolidasi.  Dalam  hal  ini  tiang  penggantung  dilengkapi  dengan  bantalan  karet

secara  efektif  (recoil  system).  Penambahan  bantalan  karet  ini  dimaksudkan  untuk

mempercepat  gerakan  mata  bor  ke  atas  sesaat  setelah  menghantam  material  di

dasar lubang.

Casing  plug  drilling,  dalam  teknik  ini  digunakan  casing  yang  berat  sehingga  bisa

memotong  lubang  dan  mempertahankan  material  yang  terperangkap  di  dalamnya.

Dalam hal ini rig harus mempunyai kapasitas yang besar untuk menarik casing.

a b

Gambar 3.3. Recoil system pada churn drilling (a) dan skema casing plug drilling (b).

Shell, adalah teknik yang menyertakan peralatan pipa dalam rangkain bor. Pipa ini

dapat dipergunakan sebagai tabung contoh.

Gambar 3.4. Skema rangkaian bor pada shell drilling.

III - 4

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Grab/clam   shell   drilling,   teknik   pengeboran   ini   digunakan   pada   sumur   dengan

diameter   yang  besar  (4  meter   atau   lebih)  dan   materialnya  tidak  terkonsolidasi.

Casing  dimasukkan  ke  dalam  material/formasi  dengan  dibantu  oleh  beban  berat

casing  tersebut  atau  dibantu  dengan  alat  vibrator  atau  hidrolik.  Kemudian  clam

atau  bailer  yang  besar  digunakan  untuk  mengekskavasi  material  di  dalam  casing

yang sudah tertanam.

Gambar 3.5. Skema clam shell drilling.

3.1.2 Komponen Utama Rangkaian Cable Tool

Dalam  operasi   pengeboran   cable   tool,  rangkaian  bor   setidaknya  terdiri  dari  empat

macam komponen, yaitu:

Kawat

o   Peralatan gerakan naik-turun

o   Peralatan kontrol gerakan

Ukuran  kawat  yang  biasa  digunakan  dalam  berbagai  jenis  pengeboran  cable  tool

mempunyai   diameter   5/8   atau   3/4   in   (16   mm   atau   19   mm).   Anyaman   kawat

mengikuti   aturan   tangan   kiri   karena   pada   saat   kabel   menegang   maka   akan

menggerakkan rangkaian bor searah jarum jam dimana gerakan ini akan

mempererat sambungan-sambungan rangkaian bor.

III - 5

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Pada sambungan dengan swivel socket, kawat harus diberikan pengaman

sehingga tidak mudah membengkok pada saat hentaman mata bor di dasar lubang

(Gambar   3.6b).   Pembengkokan   yang   tajam   dan   berkali-kali   setiap   saat   akan

membuat kawat rusak (putus).

Soket kili-kili (swivel socket)

o   Penghubung kawat dengan komponen bor

o   Memungkinkan kawat dapat digabung dan dilepas terhadap komponen bor

o   Meneruskan putaran kawat ke rangkaian bor agar pahat (bit) dapat menumbuk

ke segala sisi sehingga lubang bor lurus

b

a c

Gambar 3.6. Komponen keseluruhan cable tool (a), pengaman kawat (b),dan swivel socket (c).

III - 6

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Tangkai bor (drill stem)

o   Sebagai pemberat dan pelurus lubang

o   Mentransmisikan gerakan ke mata bor

Diameter   tangkai   bor   tidak   lebih   besar   terhadap   diameter   piranti   penghubung

rangkaian.   Panjang   tangkai   bor   disesuaikan   dengan   berat   rangkaian   bor   yang

dibutuhkan   sehingga   pengeboran   menjadi   lebih   efektif.   Biasanya   tangkai   bor

mempunyai  panjang  2  –  6  m  atau  6  –  20  ft.  Dua  tangkai  bor  bisa  digabung  jika

dikehendaki berat rangkaian bor yang lebih besar.

Mata bor (drill bit)

o   Pembuat lubang

o   Memberaikan dan melebarkan (reaming) lubang

o   Mengaduk cutting

a b

Gambar 3.7. Komponen drill stem dan bit pada rangkaian bor cable tool.

Mata  bor  yang  akan  dipilih  harus  disesuaikan  dengan  rig,  jenis  formasi  yang  akan

dibuat  lubang,  dan  metode  sampling  yang  dikehendaki.  Beberapa  jenis  mata  bor

yang sering digunakan dalam pengeboran cable tool adalah:

III - 7

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Earth socket, dimana mata bor ini sering digunakan pada saat awal

pengeboran  (dekat  permukaan).  Mata  bor  ini  akan  mendapatkan  sampel  yang

bagus untuk tujuan penyelidikan.

Chop pump, mata bor ini mempunyai keuntungan khusus yaitu mampu

mengangkat   cutting   naik   ke   atas   dan   tertahan   dalam   tabung   oleh   karena

adanya  katup  flapper.  Tabung  ini  dapat  dikosongkan  dengan  menekan  katup

flapper.

Star bit, mata bor ini diperuntukkan pada formasi yang sudah terdeformasi atau

banyak terdapat jejaring rekahan/retakan.

Twisted   blade  bit,   mata  bor   ini   mampu   melakukan   gerakan   memutar   untuk

memecahkan cutting/formasi yang keras.

Spudding   bit,   mata   bor   ini   digunakan   pada   rig   yang   ringan   untuk   memulai

pembuatan lubang pada formasi yang lunak.

Undercutting  bit,  desain  off-set  menyebabkan  mata  bor  membuat  lubang  lebih

besar sehingga memungkinkan pemasangan casing menjadi lebih mudah.

a b c

d e f

Gambar 3.8. Mata bor untuk cable tool: earth socket (a), chop pump (b), star bit (c), twistedblade bit (d), spudding bit (e), dan undercutting bit (f).

III - 8

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Selain  perlengkapan  dalam  cable  tool  di  atas  juga  terdapat  peralatan  tambahan  yang

bisa   dirangkai   yaitu   drilling   jar.   Peralatan   ini   berupa   sepasang   batang   baja   yang

“bertaut”  yang  dimaksudkan  untuk  melepaskan  bit  jika  terjepit  dengan  hentakan  ke

atas,  dibutuhkan  pada  rangkaian  bor  dimana  ditemui  formasi  yang  halus  dan  lengket.

Biasanya  drilling  jar  dipakai  pada  kedalaman  lubang  lebih  dari  30  m  (100  ft).  Gerakan

menghantam  juga  diberikan  oleh  jar  yang  bebas  tak  terikat  pada  saat  rangkaian  bor

dijatuhkan dan kemudian tiba-tiba sampai dan menjepit pada tangkai bor. Jar dipasang

di bawah  swivel socket dan di atas tangkai bor, biasanya jarak hentakan pendek yaitu

sekitar 115 mm (4,5 in). Jar tidak dipasang pada saat memulai pembuatan lubang dan

pada saat merintis pemasangan casing.

Peralatan  tambahan  yang  lain  adalah  bailer,  alat  ini  digunakan  untuk  membersihkan

dasar   lubang   dari   cutting.   Bailer   dioperasikan   pada   kawat   yang   terpisah   terhadap

rangkaian bor. Pada saat bailer beroperasi maka rangkaian  bor harus dikeluarkan dari

lubang bor.

a b

Gambar 3.9. Peralatan tambahan pada cable tool berupa drilling jar (a) dan bailer (b).

III - 9

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

3.1.3   Kelebihan dan Kekurangan Pengeboran Cable Tool

Beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  kecepatan  laju  pengeboran  (penetrasi)  dalam

cable tool diantaranya adalah :

1. Kekerasan lapisan batuan

2. Diameter dan kedalaman lubang bor

3. Jenis mata bor

4. Beban pada alat bor (tool string)

5. Kecepatan dan jarak tumbuk (stroke)

Beberapa keuntungan dari jenis pengeboran cable tool ini adalah:

Murah biaya operasional, perawatan, dan mobilisasinya

Bisa mendapatkan sampel yang bagus untuk formasi yang tidak terkonsolidasi

Mudah dalam mengenali akuifer

Tanpa sirkulasi

Cocok  untuk  daerah  yang  sulit  dijangkau  dimana  persediaan  air  dan  bahan  bakar

sangat terbatas

Lebih mudah mendapatkan sampel pada formasi yang banyak berongga

(cavernous)

Kemungkinan kontaminasi karena pengeboran relatif lebih kecil

Dapat melakukan   pengeboran pada   lebih   banyak jenis   litologi   dengan   satu

rangkaian bor

Beberapa kekurangan dari jenis pengeboran cable tool adalah:

Kecepatan penetrasi lambat

Tidak   memiliki   sarana   pengontrol   jika   dijumpai   keadaan   artesis   positif   yang

mengalir ke permukaan

Tidak mempunyai sarana pengontrol kestabilan lubang bor

Tumbukan  yang  keras  dapat  menyebabkan  keruntuhan  pada  beberapa  formasi

sehingga akan diperoleh sampel yang tercampur

Jika dibutuhkan casing maka akan kesulitan untuk melakukan pengeboran dalam

Sering terjadi kawat putus

Pada  formasi  yang  mengalami  swelling  clay  (lempung  yang  mengembang  apabila

terisi air) akan menghadapi banyak hambatan

Tidak bisa untuk mendapatkan inti (core)

III - 10

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

3.2   PENGEBORAN PUTAR (ROTARY DRILLING)

3.2.1 Metode Pengeboran Putar

Pengeboran   putar   adalah   semua   bentuk   pengeboran   dimana   pembuatan   lubang

dilakukan dengan memutar mata bor di dasar lubang bor. Mata bor pada rangkaian bor

putar  biasanya  mempunyai  diameter  yang  lebih  besar  dari  stang  bor.  Pada  sistem

pengeboran ini digunakan sirkulasi fluida untuk mengangkat/membersihkan cutting.

Pengeboran putar slim hole adalah salah satu bentuk dari metode ini, yang

membedakan dari dua metode ini adalah:

Pengeboran   putar   menghasilkan   lubang   bor   yang   lebih   besar   dari   stang   bor

(diameter mata bor lebih besar daripada stang bor)

Pengeboran  putar  slim  hole  menghasilkan  lubang  yang  sedikit  lebih  besar  dari

stang bor (diameter mata bor sama dengan stang bor)

Bor  putar  memberaikan  batuan  dengan  memutar  mata  bor  dan  selain  itu  juga  harus

memberikan  tekanan  pada  mata  bor.  Untuk  operasi  pengeboran  vertikal  ke  bawah

(downward) maka berat dari rangkaian bor secara otomatis akan memberikan tekanan

kepada  mata  bor.  Pada  kondisi  tertentu  juga  sering  digunakan  pipa  khusus  sebagai

pemberat   (drill   collar)   tepat   di   atas   mata   bor.   Disamping   itu   tekanan   juga   bisa

dihasilkan dari unit transmisi hidrolik mesin bor.

Terdapat tiga metode dalam memutar rangkaian bor yaitu:

Dengan  memutar  meja  putar  (rotary  table)  yang  berhubungan  langsung  dengan

pipa  (stang  bor),  dalam  hal  ini  unit  pemutar  bersifat  statis.  Putaran  vertikal  yang

dihasilkan  oleh  mesin  penggerak  diubah  menjadi  putaran  horisontal  oleh  sebuah

meja putar yang pada bagian bawahnya terdapat alur-alur berpola konsentris.

Dengan  memutar  pipa  (stang  bor)  langsung  oleh  unit  pemutar  (mesin  bor)  yang

juga ikut bergerak ke bawah (top drive) sehingga unit pemutar bersifat dinamis.

Memutar  mata  bor  dengan  unit  turbin  pemutar  di  dalam  lubang  bor  (downhole

turbine)

III - 11

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b c

Gambar 3.10. Skema unit pemutar pada pengeboran putar, rotary table (a), top drive (b), dandownhole turbine (c).

Disamping   tenaga   putaran,   kemajuan   pengeboran   juga   sangat   dipengaruhi   oleh

tekanan   yang   berasal   dari   beban   rangkaian   bor   itu   sendiri   atau   ditambah   dengan

tekanan  hidrolik  dari  pompa  mesin  bor.  Pengeboran  putar  hidrolik  mengkombinasikan

tekanan   hidrolik,   beban   rangkaian   bor,   dan   tenaga   putaran   ke   mata   bor   untuk

memberaikan formasi. Top drive adalah salah satu jenis pengeboran yang

menggunakan   tekanan   hidrolik   pada   unit   pemutar   dinamis.   Sementara   pada   unit

pemutar  statis,  tekanan  hidrolik  dari  pompa  ditransmisikan  ke  rangkaian  bor  melalui

spindle.

Gambar 3.11. Spindle sebagai pentransmisi tekanan hidrolik ke stang bor.

3.2.2 Sirkulasi Fluida

Terdapat beberapa sistem sirkulasi dalam operasi pengeboran yaitu:

Sirkulasi udara konvensional

III - 12

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Dalam   hal   ini   udara   yang   dipompakan   oleh   kompresor   akan   menggerakkan

hammer bit dan kemudian akan membersihkan cutting dari dasar lubang bor keluar

permukaan.  Sirkulasi  udara  ini  juga  bisa  digunakan  untuk  membersihkan  cutting

pada pengeboran putar.

Gambar 3.12. Sirkulasi udara dengan kompresor dalam operasi pengeboran.

Sirkulasi langsung air/lumpur

Air   atau   lumpur   juga   banyak   digunakan   dalam   berbagai   operasi   pengeboran.

Cairan dapat mengeluarkan  cutting dan juga menghilangkan panas pada mata bor

sebagai   akibat   gerusan   yang   terus   menerus.   Disamping   itu   lumpur   juga   bisa

sekaligus  digunakan  sebagai  penyetabil  lubang  bor  supaya  tidak  mudah  runtuh.

Dibandingkan  dengan  udara  maka  penggunaan  air  atau  lumpur  ini  jauh  lebih  kecil

volume-nya dan juga kecepatan sirkulasinya.

Sirkulasi terbalik

Pada  sirkulasi  ini  fluida  dialirkan  ke  bawah  melalui  lubang  bor  dan  di  luar  pipa  bor

hingga  mencapai  mata  bor,  kemudian  bergerak  ke  atas  melalui  bagian  dalam  dari

pipa  bor  dengan  membawa  cutting  ke  permukaan.  Fluida  disirkulasikan  dengan

pompa  yang  mengisap  dari  hoisting  swivel  dan  kemudian  dialirkan  ke  pit  untuk

pengendapan  cutting.  Dalam  sirkulasi  terbalik  ini  lebih  umum  digunakan  air  atau

lumpur yang encer sebagai fluidanya.

III - 13

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b

Gambar 3.13. Sistem sirkulasi normal/langsung (a) dan sirkulasi terbalik (b).

III - 14

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b

c d

Gambar 3.14. Beberapa jenis rig: light top drive rig (a), rotary table drive drill (b),heavy rotary drill (c), dan oil field rig (d).

III - 15

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

3.2.3 Rangkaian Utama Pengeboran Putar

Pengeboran putar berbeda dengan cable tool, dalam hal tipe rig, fluida, sirkulasi, mata

bor, dll yang digunakan akan sangat berbeda antara aplikasi yang satu dengan aplikasi

yang  lain.  Masing-masing  komponen  dari  sistem  pengeboran  ini  dapat  saling  ditukar

untuk memperoleh rangkaian yang cocok dengan kondisi pekerjaan.

Komponen  utama  dalam  pengeboran  putar  terdiri  dari  rig,  mesin  bor,  dan  rangkaian

bor yang selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Rig

Rig   akan   berbeda   antara   metode   yang   satu   dengan   yang   lainnya   disesuaikan

dengan  jenis  mesin  bor,  sistem  transmisi  tenaga,  diameter  dan  kedalaman  lubang

bor.  Berikut  dalam  Gambar  3.14  adalah  contoh  rig  yang  digunakan  dalam  operasi

pengeboran putar.

Rangkaian bor

Rangkaian bor terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

1. Sistem   penambat   dan   penggerak

Sistem   ini   menghubungkan   rangkaian   bor   dengan   rig   dan   sistem   tenaga.

Terdapat dua jenis perangkat dalam sistem ini yaitu rotary table dan top drive.

Pada  rotary  table,  rangkaian  bor  dan  peralatannya  tertambat  dengan  bagian

atas   rig   melalui   sebuah   travelling   block.   Swivel   berfungsi   hanya   sebagai

pentransmisi  fluida  dan  tidak  termasuk  pentransmisi  putaran.  Travelling  block

dan  swivel  harus  mampu  menahan  dalam  pengerekan  (hoisting)  dari  seluruh

rangkaian   bor   beserta   fluida   yang   ada   di   dalam   sirkulasinya.   Rotary   table

mentransmisikan  gerakan  memutar  ke  kelly,  yaitu  sebuah  tangkai  dengan  sisi-

sisi  yang  biasanya  berupa  bujursangkar,  heksagonal,  atau  berupa  kolom  yang

bergalur. Kelly dibuat dari pipa yang berat dan tidak mudah terpuntir, berfungsi

mentransmisikan putaran ke rangkaian bor (Gambar 3.16b).

III - 16

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b

Gambar 3.15. Travelling block (a) dan rotary swivel (b).

a b

Gambar 3.16. Rotary table (a) dan rotary kelly (b).

Pada   sistem   top   drive   (Gambar   3.17),   dari   bagian   atas   rig   sebuah   unit

penggerak menggerakkan secara langsung pipa  bor. Travelling  block bisa juga

dipasang  untuk  menahan  peralatan  pada  saat  pengangkatan  atau  penurunan

rangkaian bor dari/ke dasar lubang. Dalam hal ini berat unit penggerak juga ikut

memberikan   tenaga   dorong   disamping   rangkaian   bor   itu   sendiri.   Biasanya

swivel sudah terintegrasi pada unit penggerak.

III - 17

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Gambar 3.17. Sistem top head drive.

2. Pipa   bor   putar/stang   bor   ( drill   rod ),   casing,   dan   core   barrel

Stang   Bor

Ukuran  stang  bor  dipilih  sesuai  dengan  diameter  lubang  bor  yang  diinginkan

atau disesuaikan dengan kapasitas pengerek (hoisting capacity) dari mesin bor

yang digunakan. Panjang stang bor   pada pengeboran minyak bervariasi antara

18  –  22  ft  (Range  1),  27  –  30  ft  (Range  2),  dan  38  –  45  ft  (Range  3),  dimana

Range 1 lebih umum dijumpai pada sebagain besar operasi pengeboran. Stang

bor  untuk  keperluan  yang  lain  misalnya  untuk  pengeboran  eksplorasi  biasanya

sudah ditentukan panjangnya oleh produsen, umumnya 3 atau 6 meter (10 atau

20 ft).

Stang   bor   didesain   untuk   bisa   digunakan   dalam   gaya   regang   yang   besar,

kondisi  ini  pada  prakteknya  lebih  diinginkan  daripada  kondisi  stang  bor  yang

tertekan. Pada kondisi gaya tekan yang jauh lebih besar maka rangkaian stang

bor akan lebih rentan terhadap pembengkokan. Pada Gambar 3.18

diilustrasikan   kondisi   rangkaian   bor   yang   membengkok   oleh   karena   gaya

tekan/kompresi  yang  besar  bisa  diimbangi  dengan  memberikan  alat  tambahan

berupa pemberat pada bagian bawahnya.

III - 18

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b

Gambar 3.18. Kondisi apabila gaya tekan terlampau besar dibanding gaya regang (a),bisa diimbangi dengan pemberat sebagai peregang (b).

Tabel III.1. Stang bor wireline seri “Q”.

Tabel III.2. Stang bor wireline seri “CHD”.

Tabel III.3. Core barrel konvensional seri “MLC”, lebih umum digunakan.

III - 19

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Tabel III.4. Core barrel wireline seri “Q/Q-3”.

Tabel III.5. Core barrel wireline seri “CHD”.

Diameter  stang  bor  bervariasi  dan  masing-masing  digunakan  sesuai  dengan

kebutuhan  atau  diameter  lubang  bor  yang  diinginkan.  Ukuran  stang  bor  yang

digunakan  pada  pengeboran  pada  umumnya  terlihat  dalam  Tabel  III.1.  Ukuran

stang   bor   untuk   pengeboran   yang   lebih   berat   dan   lubang   bor   yang   dalam

terlihat dalam Tabel III.2. Ukuran core barrel untuk berbagai tipe dan

penggunaan  diperlihatkan  dalam  Tabel  III.3  sampai  Tabel  III.5.  Ukuran  stang

bor biasanya akan cocok dengan ukuran casing tertentu karena sudah menjadi

standar oleh produsen. Sebagai contoh stang bor seri “Q” akan cocok dipasang

di dalam casing seri “W”, ukurannya disesuaikan dengan huruf kode

sebelumnya, misalnya ukuran stang bor NQ sesuai dengan ukuran casing NW.

Demikian pula  dengan  ukuran  core  barrel NQ akan  sesuai  untuk stang bor NQ

dan casing NW.

Core   Barrel

Hasil  dari  pengeboran  inti  diperlukan  untuk  analisis  laboratorium,  oleh  karena

itu  perolehan  inti  bor  harus  diperhatikan  dengan  cermat.  Seandainya  terdapat

core  yang  hilang  atau  hancur  pada  saat  pengangkatan  ke  permukaan,  maka

analisis   menjadi   tidak   akurat.   Agar   analisis   laboratorium   dapat   dilakukan

dengan baik maka sampel inti harus dibawa ke permukaan dalam kondisi tidak

terganggu  dan  benar-benar  memperlihatkan  formasi  lapisan  yang  dibor  secara

representatif sehingga sedapat mungkin core recovery yang diperoleh

mendekati 100%.

III - 20

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Salah   satu   cara   untuk   memperoleh   sampel   inti   yang   baik   yaitu   dengan

memperhatikan   kelayakan   core   barrel   yang   digunakan.   Core   barrel   dengan

bentuk yang beragam biasanya berupa tabung yang berfungsi untuk:

- Membungkus sampel inti

- Memotong sampel inti

- Mengangkat sampel inti

- menarik kembali sampel inti dari lubang bor

1. Single tube core barrel

Single  tube  memiliki  desain  yang  paling  sederhana  (Gambar  3.19).  Tipe  core

barrel  ini  sangat  efektif  digunakan  pada  tipe  formasi  yang  terkonsolidasi  dan

keras.  Karena  hanya  terdiri  dari  satu  tabung  maka  fluida  bor  harus  mampu

melewati  ruang  antara  inti  dan  bagian  dalam  barrel.  Jika  batuan  tersebut  agak

lunak   maka   inti   dapat   tercuci   dan   tererosi   sehingga   akan   menyebabkan

kesulitan pada saat pengangkatan inti. Pada tipe single tube ini juga

kemungkinan  besar  akan  terjadi  abrasi  inti  akibat  perputaran  dari  barrel.  Oleh

karena  itu  formasi  yang  rapuh  tidak  dapat  efektif  terangkat  dengan  tipe  core

barrel ini karena core recovery akan rendah.

2. Double tube core barrel

Tipe double tube ini mempunyai karakteristik khas, yaitu:

a. Terdiri dari dua tabung sehingga inti yang diperoleh dalam tabung

mendapat pengaruh yang kecil oleh putaran bit

b. Fluida bor melewati ruang antara dua tabung

c. Inti tertahan dalam core lifter

3. Triple tube core barrel

Pada  tipe  ini  tabung  yang  membawa  bit  ada  dua  yaitu  outer  tube  dan  second

tube.   Ruang   antara   kedua   tabung   tersebut   berfungsi   untuk   memperbesar

lubang   bor   (reaming).   Panjang   outer   tube   dapat   diatur   sesuai   kebutuhan,

tabung   ini   dapat   diperpendek   untuk   formasi   lepas   atau   lunak   dan   dapat

III - 21

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

ditambahkan  saat  menembus  formasi  yang  keras.  Second  tube  adalah  tabung

dengan bit yang melakukan pengeboran (actual drilling).

Gambar 3.19. Single tube core barrel.

Air  pendingin  dialirkan  melalui  ruang  di  antara  outer  tube  dan  second  tube.

Kontak air dengan inti dapat dikurangi sehingga inti dapat dipertahankan tanpa

tererosi atau tercuci.

Third  tube  (tabung  paling  dalam)  tertanam  pada  sebuah  anti  frictional  bearing.

Tabung   ini   membawa   core   lifter   dan   jika   diperlukan   sebuah   tabung   contoh

(alumunium  atau  plastik)  dapat  ditambahkan  ke  dalamnya.  Dengan  demikian

sampel yang terkumpul dapat segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Barrel  yang  dipakai  untuk  formasi  lempung  juga  didesain  sebagai  triple  tube.

Barrel  ini  biasanya  berukuran  pendek  dan  tidak  praktis  untuk  mengambil  inti

yang panjang.

III - 22

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

a b c

Gambar 3.20. Double tube (a), triple tube (b), dan wireline core barrel.

III - 23

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

4.   Wireline core barrel

Ketiga jenis core barrel yang dijelaskan di atas apabila  sudah penuh terisi oleh

inti  maka  semua  rangkaian  baik  core  barrel  sendiri  maupun  rangkaian  bor  dari

swivel  sampai  bit  harus  diangkat  untuk  mengambil  inti  bor.  Jenis  sampling  inti

seperti   ini   lebih   banyak   digunakan   dalam   pengeboran   yang   dangkal,   untuk

pengeboran  yang  dalam  sistem  ini  tidak  efektif  dari  segi  waktu,  operasional,

maupun  kestabilan  lubang  bor.  Wireline  core  barrel  adalah  perangkat  (inner

tube)   yang   memungkinkan   pengambilan   inti   bor   tanpa   harus   mengeluarkan

rangkaian bor yang sudah tertanam.

Core  barrel  diambil  dari  atas  dengan  menggunakan  kawat  (cable  line).  Apabila

core   barrel   sudah   penuh   maka   cable   line   diturunkan   ke   bawah   lubang   bor

sehingga  bagian  kepala  tombak  (spear  head)  akan  masuk  dan  terkunci  dalam

kancing  (latch),  lihat  Gambar  3.20c.  Kemudian  cable  line  ditarik  ke  permukaan

beserta  core  barrel  yang  telah  terisi  oleh  inti.  Untuk  melanjutkan  pengeboran

maka  core  barrel  yang  sudah  dikosongkan  diturunkan  ke  bawah  dengan  cable

line  sampai  ke  mata  bor.  Pengeboran  dapat  dilanjutkan  kembali  apabila  cable

line  sudah  terangkat  ke  permukaan  (tanpa  core  barrel).  Untuk  memisahkan

cable  line  dan  core  barrel  digunakan  sebuah  alat  berupa  pipa  yang  dijatuhkan

secara bebas dari permukaan sehingga pipa ini akan menghentak kancing   dan

secara otomatis membukanya sehingga kepala tombak akan terbebas.

Kelebihan dari wireline core barrel di antaranya:

- Inti dapat diambil tanpa mengangkat semua rangkaian bor

- Jika ditemui formasi   tak stabil maka stang bor akan tetap menjaga

kestabilan lubang

- Operasional   menjadi   lebih   efisien,   mengurangi   run   time   peralatan,   dan

operator tidak mudah jemu

5.   Core cutter/lifter

Pada saat core barrel telah terisi penuh maka inti bor yang terperangkap masih

menyatu  dengan  batuan  formasi  pada  bagian  bawah.  Untuk  mengambil  inti  ke

atas   maka   core   barrel   harus   mampu   memotong   dan   kemudian   menahan

III - 24

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

sehingga  dapat  dibawa  ke  permukaan   tanpa   jatuh   ke  bawah.   Untuk  tujuan

tersebut maka pada bagian dalam core barrel dipasang core cutter/lifter.

Gambar 3.21. Core cutter/lifter terpasang di dalam core barrel.

Core cutter/lifter berupa pipa pendek yang tidak menerus (terdapat gap) seperti

yang  ditunjukkan  dalam   Gambar  3.21.  Diameter  dalam  (inner)  pada  bagian

bawah   core   barrel   dibuat   semakin   menyempit,   sementara   core   cutter/lifter

diletakkan  di  atasnya  dalam  core  barrel.  Apabila  inti  sudah  penuh  maka  core

barrel  ditarik  ke  atas,  karena  ada  gaya  gesek  antara  core  cutter  dan  inti  maka

secara relatif core cutter/lifter akan bergerak ke bawah. Karena diameter barrel

ke bawah semakin sempit maka core cutter/lifter akan menyempit pula

sehingga   akan   menahan   inti.   Jika   core   barrel   ditarik   dengan   hentakan   dari

permukaan  maka  inti  akan  terpotong  dari  batuan  formasi  dan  bisa  diangkat  ke

permukaan.

III - 25

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

6.   Komponen-komponen core barrel di antaranya meliputi:

- Tube  core  barrel,  terbuat  dari  pipa  baja  yang  berfungsi  untuk  mengangkat

sample  inti.   Suatu   core  tube  coupling  digunakan  untuk   menghubungkan

ujung dari pipa core barrel dengan mata bor. Jumlah dari tabung core barrel

ini tergantung dari jenis core barrel yang digunakan:

Untuk tipe  single tube core barrel, tabung core  barrel berfungsi  sebagai

tempat penampungan inti sekaligus untuk melewatkan fluida bor.

Untuk   tipe   double   tube   core   barrel,   tabung   core   barrel   yang   dalam

berfungsi sebagai tempat penampung inti, sedangkan fluida bor

dialirkan pada ruang di antara tabung dalam dan tabung luar.

Untuk  tipe  triple  tube  core  barrel,  tabung  core  barrel  ini  terdiri  dari  tiga

tabung  yaitu:  split  tube  (paling  dalam),  inner  tube,  dan  outer  tube.  Split

tube  tertanam  pada  sebuah  anti frictional  bearing,  tabung  ini  membawa

core lifter dan berfungsi sebagai tempat penampungan inti.

- Core  tube  coupling,  alat  ini  berfungsi  untuk  menghubungkan  tabung  inti

dengan stang bor.

- Prolong  coupling,  alat  ini  digunakan  untuk  menghubungkan  2  buah  single

core tube.

- Core  shell  complete,  alat  ini  terdiri  dari  sebuah  core  shell  coupling,  sebuah

core  shell,  dan  sebuah  core  lifter.  Alat  ini  digunakan  untuk  memotong  inti

pada  lobang  bor  dan  mengeluarkannya.  Secara  praktis  alat  ini  dipasang  di

antara core tube dan mata bor.

- Crown  coupling,  alat  ini  menghubungkan  antara  core  tube  dan  mata  bor,

yang digunakan untuk mencegah core tube dari keausan.

- Closed   sludge   barrel,   alat   ini   digunakan   untuk   menangkap   dan

mengumpulkan   slime   ketika   pengeboran   dilakukan   pada   formasi   yang

halus.

III - 26

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

- Sludge  Barrel,  alat  ini  digunakan  untuk  mengumpulkan  hancuran-hancuran

untuk  memperlancar  proses  pengeboran.  Alat  ini  dihubungkan  pada  ujung

atas core tube.

a b

c d

e f

Gambar 3.22. Komponen core barrel: core tube coupling (a), crown coupling (b), closedsludge barrel (c), prolong coupling (d), sludge barrel (e), dan core shell complete (f).

Selanjutnya   inti   bor   ditempatkan   pada   core   box   untuk   deskripsi   dan   disimpan

setelah diberi label kedalaman dan informasi lainnya. Bentuk core box dapat dilihat

seperti pada Gambar 3.23.

III - 27

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

Gambar 3.23. Inti bor disimpan dalam core box.

Gambar 3.24. Stabiliser digunakan untuk menjaga konsistensi arah pengeboran.

III - 28

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

3. Stabiliser ,   drill   collar,   reamer,   dan   bit

Stabiliser   dan   drill   collar

Jika   mata   bor   terhubung   langsung   dengan   stang   bor   maka   akan   lebih   rentan

terjadinya perubahan arah pengeboran (deviasi). Dalam hal ini maka perlu

ditambahkan   stabiliser   untuk   mengontrol   arah   pengeboran. Stabiliser   adalah

sebuah pipa  panjang  dengan diameter yang besar tetapi mempunyai dinding yang

tipis (Gambar 3.24). Perangkat ini lebih memberikan kontrol terhadap arah

pengeboran  bukan  terhadap  berat  rangkaian  bor.  Pada  kondisi  ini  rangkaian  bor

masih  dalam  keadaan  tertekan  (kompresi)  sehingga  biasanya  sekaligus  dipasang

sebuah pemberat atau drill collar (Gambar 3.18).

Reamer

Reamer  adalah  sebuah  peralatan  pelengkap  yang  digunakan  untuk  memperbesar

lubang bor yang telah dibuat. Reamer berupa sebuah pipa pendek yang

mempunyai  diameter  luar  lebih  besar  atau  mempunyai  gigi-gigi  di  bagian  luarnya

sehingga  lubang  bor  yang  dihasilkan  akan  menjadi  lebih  besar  (Gambar  3.25).

Reamer dipasang di atas bit dan di bawah stang bor pada rangkaian bor.

Gambar 3.25. Reamer dengan tiga gigi.

Mata   Bor

Tipe   utama   dari   mata   bor   (bit)   putar   adalah   blade   bit,   roller   bit,   hammer   bit,

diamond  bit,  dan  tipe  untuk  tujuan  khusus  di  antaranya  coring  bit,  pilot  bit,  dan

III - 29

Bab III, Pengeboran dengan Fluida

reaming  bit.  Mata  bor  untuk  formasi  yang  lunak  mempunyai  gigi  yang  panjang,

untuk  formasi  yang  lebih  keras  mempunyai  gigi  yang  lebih  pendek  dengan  jumlah

yang  lebih  banyak.  Untuk  formasi  yang  sangat  keras  lebih  cocok  digunakan  mata

bor roller dengan gigi terbuat dari bahan carbide.

a b c

d e f

Gambar 3.26. Beberapa contoh mata bor putar: drag bit (a), roller bit/tricone (b), diamondbit (c,d), tungsten carbide bit (e), dan blade & roller bit (f).

Blade   and   drag   bit,   mata   bor   ini   banyak   digunakan   pada   formasi   yang   tak

terkonsolidasi  atau  batuan  yang  lunak.  Mata  bor  ini  memberaikan  batuan  dengan

gaya  geser  (shearing).  Drag  bit  mempunyai  3  atau  4  potong  sayap  dengan  ujung-

ujungnya  terpasang  gigi  dari  bahan  carbide.  Roller  bit,  mata  bor  ini  mempunyai  2,

3,   atau   4   roller   dimana   mata   bor   dengan   3   roller   (tricone   bit)   lebih   umum

digunakan.

III - 30

BAB IV

PENGEBORAN TANPA FLUIDA (KERING)

Beberapa   tipe   pengeboran   tidak   mempergunakan   fluida   untuk   menangani   cutting,

slurry, atau sampel. Secara umum pengeboran kering  ini menggunakan rangkaian bor

itu   sendiri   atau   bailer   untuk   mengeluarkan   material   dari   lubang   bor.   Umumnya

pengeboran  kering  dilakukan  pada  formasi  yang  lunak  dan  tidak  dipergunakan  untuk

melakukan pengeboran dalam.

4.1   PENGEBORAN AUGER

Pada pengeboran tanah dan formasi tak terkonsolidasi, auger memberikan keuntungan

karena  biaya  modal  dan  operasi  yang  rendah.  Sistem  pembersihan  lubang  bor  telah

mengeliminasi kebutuhan akan pompa, kompresor, atau bailer.

4.1.1 Jenis Pengeboran Auger

Continuous flight auger (ulir menerus)

Dikendaikan  dengan  mesin  bor  putar  top  drive,  cutting  dikeluarkan  bari  lubang  bor

dengan sistem ulir helikel (Gambar 4.1)

Hollow auger

Adalah salah satu jenis continuous flight auger yang mempunyai tabung berlubang

pada   bagian   tengahnya. Normalnya   dilengkapi   dengan mata bor yang   bisa

dilepaskan  secara  insitu  dengan  rangkaian  stang  internal  (tanpa  harus  menarik

semua rangkaian bor). Selain itu juga telah dikembangkan sehingga bisa dilakukan

penggantian mata bor dan pengambilan sampel tanpa harus mengeluarkan

rangkaian  auger.  Auger  dioperasikan  sama  halnya  dengan  continuous  flight  auger

konvensional  sampai  pada  kedalaman  yang  diinginkan.  Pada  kedalaman  tersebut

mata  bor  dilepaskan  dan  kemudian  bisa  dilakukan  pengambilan  sampel  dengan

core  barrel  atau  alat  yang  lain  melalui  bagian  dalam  dari  hollow  auger  dengan

Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida

menggunakan  rangkaian  stang  internal  konvensional  atau  dengan  sistem  wireline.

Pengambilan sampel air juga bisa dilakukan dengan jenis pengeboran ini.

Gambar 4.1. Continuous flight auger.

Gambar 4.2. Hollow auger.

IV - 2

Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida

Salah  satu  keuntungan  jenis  auger  ini  adalah  dimana  ditemui  formasi  yang  keras

sehingga tidak bisa dilanjutkan dengan auger maka akan mudah untuk melanjutkan

pengeboran dengan diamond coring melalui bagian tengah hollow rod auger.

Short flight and plate auger (ulir pendek dan bercakar)

Ulir   helikel   yang   pendek   dan   piringan   jika   sudah   terisi   oleh   cutting   selama

pengeboran   maka   rangkaian   bor   diangkat   keluar   dan   dibersihkan   dari   cutting

sehingga   bisa   dilakukan   pengeboran   selanjutnya.   Jenis   pengeboran   ini   biasa

digunakan dalam pengeboran dengan lubang yang besar.

Gambar 4.3. Short flight and plate auger.

Bucket auger

Cutting  ditampung  dalam  bucket  dan  jika  sudah  penuh  kemudian  diangkat  ke  atas

dan ditumpahkan melalui bagian bawah bucket. Dengan bertambahnya kedalaman

maka harus ditambah tangkai lagi dalam rangkaian bor.

4.1.2 Aplikasi Pengeboran Auger

Penggunaan  pengeboran  auger  lebih  banyak  pada  penyelidikan  tanah,  formasi  tak

terkonsolidasi,  investigasi  air  tanah,  pengeboran  konstruksi  pada  tanah,  dan  batuan

yang lunak serta untuk eksplorasi endapan aluvial.

Continuous  flight  auger  digunakan  untuk  penyelidikan  lapangan,  sampling  geokimia,

pengeboran  dan  sampling  lingkungan,  penyelidikan  mineral  aluvial,  dan  pembuatan

lubang elektrode. Keuntungan dari metode ini adalah biaya peralatan dan operasi yang

rendah,  penetrasi  yang  cepat  pada  formasi  yang  sesuai,  dan  tidak  ada  kontaminasi

IV - 3

Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida

sampel  oleh  sirkulasi  fluida.  Kelemahan  dari  metode  ini  adalah  penetrasi  yang  tidak

bagus pada formasi yang kasar dan tidak bisa mengebor pada batuan atau boulder.

Gambar 4.4. Bucket auger.

Short  flight  and  plate  auger  umumnya  digunakan  untuk  sampling  mineral,  mempunyai

beberapa  keuntungan  yaitu  diperoleh  lubang  bor  yang  kering  dan  bersih,  serta  akan

diperoleh   lubang   bor   yang   besar.   Kelemahan   metode   ini   biasanya   akan   terjadi

pencucian cutting oleh air di dalam lubang bor.

Bucket   auger   mampunyai   fungsi   yang   hampir   sama   dengan   short   flight   auger,

mempunyai  beberapa  kelebihan  yaitu  lubang  bor  yang  besar,  merintis  lubang  untuk

casing,   dan   dapat   mengebor   pada   kondisi   lubang   yang   berair   atau   berlumpur.

Kelemahan metode ini adalah mempunyai keterbatasan kedalaman pengeboran.

4.2   PENGEBORAN BANGKA

Sistem  pengeboran  kering  yang  lain  adalah  pengeboran  Bangka  yang  dikembangkan

di  Pulau  Bangka  semenjak  tahun  1880-an  untuk  mengebor  sampel  endapan  aluvial

(material   tak   terkonsolidasi).   Sistem   kerja   menggunakan   pengeboran   putar   yang

digerakkan oleh manusia sehingga masih bersifat konvensional. Disamping itu

kemajuan   pengeboran   juga   dipengaruhi   oleh   tekanan   yang   ditimbulkan   oleh   berat

badan operator, lihat Gambar 4.5.

IV - 4

Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida

Gambar 4.6. Pengeboran Bangka dioperasikan secara konvensional dengan tenaga manusia.

Tangkai  kemudi

bailer

Meja  pemberat

Tangkai  pemutar  casing

Casing

Bailer

Katup  bailer

Gambar 4.7. Skema pengeboran Bangka.

IV - 5

Bab IV, Pengeboran tanpa Fluida

Pada   pengeboran   ini,   casing   digerakkan   atau   diputar   sehingga   akan   bergerak   ke

bawah   dan   kemudian   material   yang   terperangkap   dalam   casing   ditimba   ke   atas

dengan bailer.

Pada  saat  penetrasi  maka  katup  bailer  akan  terbuka  sehingga  material  formasi  akan

terperangkap   ke   dalam   bailer   (Gambar   4.7).   Apabila   bailer   telah   penuh   dengan

material  kemudian  diangkat  ke  permukaan,  katup  akan  menutup  sehingga  material

tidak jatuh ke dasar lubang.

Kelebihan dari metode  pengeboran ini adalah mobilisasi alat bor sangat mudah, biaya

operasi  murah,  dan  dapat  digunakan  untuk  mengambil  sampel  yang  berada  di  bawah

permukaan air.

Kelemahan  bor Bangka  di antaranya adalah  kedalaman pengeboran terbatas pada 30

meter  dan  biasanya  hanya  bisa  digunakan  untuk  endapan  aluvial  atau  formasi  tak

terkonsolidasi.

IV - 6

BAB V

MESIN BOR, POMPA, DAN KOMPRESOR

5.1 MESIN BOR

Mesin  bor  merupakan  peralatan  penting  dalam  operasi  pengeboran  sebagai  tenaga

penggerak dari rangkaian bor. Dalam setiap metode pengeboran maka akan

digunakan  jenis  mesin   bor  yang  berbeda  pula  tergantung  dari  mekanisme  metode

pengeboran.

Pada   pengeboran   cable   tool,   mesin   bor   berperan   sebagai   sumber   tenaga   yang

menggerakkan  rangkaian bor naik dan turun secara terus-menerus.  Pada  pengeboran

putar, mesin bor berperan sebagai sumber tenaga yang memutar rangkaian bor. Pada

sistem  pengeboran  putar  hidrolik  maka  mesin  bor  sekaligus  akan   menjadi  sumber

tenaga  sehingga  pompa  hidrolik  akan  bekerja  memberikan  tekanan  pada  rangkaian

bor.

Seorang   ahli   bor   harus   mampu   memilih   mesin   bor   sesuai   dengan   kebutuhan   dari

kegiatan pengeboran yang akan dilakukan. Beberapa hal penting yang harus

diperhatikan  dan  dipertimbangkan  dalam  pemilihan  mesin  bor  yang  akan  digunakan

antara lain:

- Tipe dan model mesin bor, aspek ini berhubungan dengan jenis metode

pengeboran yang akan dilakukan.

- Kemampuan rotasi (rpm) atau tumbuk per satuan waktu

- Momen  puntir  (torque)  maksimum,  yaitu  kekuatan  maksimum  mesin  untuk  bisa

memutar stang bor, (kg.m)

- Rentang diameter lubang bor yang bisa dibuat, (mm)

- Total kedalaman yang bisa dicapai, (m)

- Hoisting  capacity,  yaitu  kapasitas  pengerekan  terhadap  rangkaian  bor  dari  mata

bor  sampai  ke  hoisting  swivel,  termasuk  di  sini  adalah  sirkulasi  fluida  bor  yang

berada di dalamnya, (kg).

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

- Sliding stroke, yaitu mobilisasi mesin bor tanpa memindahkan bantalan mesin atau

tanpa  kehilangan posisi  titik  lubang bor.  Ada  kalanya  unit pemutar pada mesin  bor

harus digeser misalnya untuk melakukan pengangkatan rangkaian bor, (mm).

- Dimensi (panjang x lebar x tinggi), (mm)

- Berat mesin bor, (kg)

- Power unit, yaitu tenaga yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin bor, (kW.P)

- Dll

Ketepatan dalam pemilihan mesin bor sangat berpengaruh terhadap efektivitas operasi

pengeboran.   Sebagai   contoh   pemilihan   mesin   yang   kurang   tepat,   misalnya   akan

melakukan  pengeboran  dengan  kedalaman  200  m,  jika  memilih  mesin  bor  dengan

kapasitas   kedalaman   yang   kurang   dari   200   m   maka   pengeboran   tidak   akan   bisa

mencapai target kedalaman yang diinginkan. Jika memilih mesin bor dengan kapasitas

kedalaman yang lebih tinggi misalnya 1.000 m maka penetrasi pengeboran akan cepat

tetapi  tidak  efisien  karena  biaya   mobilisasi  alat  yang  tinggi,  biaya   depresiasi  yang

besar, dll.

Beberapa contoh spesifikasi mesin bor diberikan pada bagian Lampiran.

5.2 POMPA BOR

Fluida bor akan mengalir dari atas ke bawah lubang bor dengan adanya gaya gravitasi

dan  tekanan  atmosfer.  Untuk  membuat  fluida  bor  ini  dapat  bersirkulasi  yaitu  mengalir

ke bawah lubang bor dan kemudian mengalir ke atas dengan membawa material yang

terberaikan  (cutting)  maka  harus  digunakan  pompa  untuk  fluida  cair  atau  kompresor

untuk   fluida   udara.   Pompa   bor   yang   dipakai   dalam   operasi   pengeboran   sangat

bervariasi   baik jenisnya   maupun ukuran   tenaganya. Jenis   pompa yang   dipakai

umumnya menggunakan gerak putaran, resiprokal, atau gerak lainnya untuk

menghasilkan tenaga.

5.2.1 Tipe-Tipe Pompa Bor

Tipe-tipe pompa bor dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

V-2

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

1. Pompa Jet Pump

a b

Gambar 5.1. Prinsip kerja pompa jet pump.

Udara atau air dapat digunakan untuk mendorong lumpur bor sepanjang stang bor

ke   permukaan.   Tenaga   jet   mempunyai   fungsi   untuk   mengurangi   tekanan   pada

sekitar  jet  (menghisap  udara)  dan  kemudian  mendorongnya  sehingga  terbentuk

gelembung-gelembung udara untuk mengangkat lumpur bor ke atas (Gambar 5.1).

Jet  pump  juga  menggunakan  sistem  venturi  untuk  mengangkat  lumpur  bor  seperti

pada  Gambar  5.2.  Pada gambar  tersebut  lumpur  bor  didorong  oleh  aliran  air  pada

pipa  venturi  ke  atas,  disamping  itu  lumpur  bor  juga  dihisap  dari  atas  oleh  pompa

sentrifugal.

V-3

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

Gambar 5.2. Sistem venturi pada pompa jet pump.

2. Pompa Sentrifugal

Pada  pompa  sentrifugal,  fluida  dipompa  dengan  kipas  penghisap  yang  digerakkan

oleh  gaya  sentrifugal  ke  arah  casing  pompa.  Tekanan  yang  tinggi  dikondisikan

dalam casing pompa sehingga fluida akan terdorong ke saluran keluar (outlet), lihat

Gambar  5.3.  Pompa  sentrifugal  satu  step  mempunyai  kelebihan  dalam  hal  harga

yang murah dan mudah dalam pemeliharaan, tetapi mempunyai kapasitas

pemompaan yang rendah. Pompa sentrifugal satu step akan berkurang

efisiensinya  jika  menghisap  fluida  ke  atas  dengan  jarak  lebih  dari  3  atau  4  meter

(10 – 13 ft).

Pompa sentrifugal multi step mempunyai kapasitas pemompaan yang kuat,

diameter  kipas  yang  lebih  besar  akan  menambah  aliran  fluida  dan  jumlah  step

akan memperbesar tekanan. Contoh dari jenis pompa ini adalah pompa

submercible  dan  pompa  turbin,  lihat  Gambar  5.4.  Baik  pada  pompa  submercible

maupun  turbin,  perangkat  pompa  bekerja  di  dalam  lubang  bor  dimana  fluida  yang

dipompa berada.

V-4

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

a b

Gambar 5.3. Skema pompa sentrifugal dari samping (a) dan dari depan (b).

a b

Gambar 5.4. Skema pompa submercible (a) dan turbin (b).

V-5

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

3. Pompa Gir

Pada pompa ini fluida akan masuk pada lubang hisap dan kemudian terperangkap

di  antara  gigi-gigi  gir  sehingga  akan  sampai  pada  lubang  discharge.  Pada  sistem

pompa ini tidak terdapat katup pengontrol aliran.

Gambar 5.5. Skema pompa gir.

4. Pompa Putar

Pompa  putar  mendorong  fluida  dengan  menggunakan  tenaga  dari  baling-baling

yang   berputar.   Poros   baling-baling   dibuat   tidak   terpusat   sehingga   fluida   akan

terhisap dari pipa masuk dan terdorong ke pipa keluar, lihat Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Skema pompa putar baling-baling.

V-6

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

5. Pompa Aliran Poros (Axial Flow)

Umumnya  jenis  pompa  ini  didesain  untuk  aplikasi  yang  ringan  seperti  keperluan

irigasi.  Terdiri  dari  satu  rangkaian  bilah  pendorong  (blade  propeller)  yang  dapat

beroperasi  dalam  casing  dengan  diameter  besar.  Untuk  keperluan  uji  pemompaan

maka   jenis   pompa   ini   dimodifikasi   menjadi   multi   rangkaian   bilah   pendorong

sehingga tenaganya menjadi lebih besar.

Gambar 5.7. Skema pompa axial flow.

6. Pompa Helik

Pada  pompa  jenis  ini  terdiri  dari  rotor  yang  berupa  ulir  sekrup  (helik)  dan  stator

yang berupa karet fleksibel. Dengan perputaran rotor maka fluida akan terdorong di

dalam ruang-ruang yang kontinu sepanjang ulir, lihat Gambar 5.8.

Gambar 5.8. Skema pompa helik.

V-7

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

7. Pompa Piston

Pompa piston adalah pompa yang paling umum digunakan dalam operasi

pengeboran.   Prinsip   kerjanya   adalah   gerakan   bolak-balik   piston   dalam   silinder

yang  akan  menghisap  dan  kemudian  mendorong  fluida.  Gerakan  bolak-balik  ini

dihasilkan oleh eksentrik yang terhubung ke piston, lihat Gambar 5.9. Pada pompa

piston  dengan  satu  silinder  maka  proses  menghisap  dan  mendorong  fluida  adalah

proses   yang   berurutan   (tidak   bersamaan).   Sehingga   pada   pompa   satu   silinder

maka akan terjadi fluktuasi tekanan yang akan memberikan dampak pada

peralatan pengeboran misalnya kejutan-kejutan pada pipa, stang bor, titik

sambungan,  dan  pada  selang  pompa,  serta  akan  mengeluarkan  cutting  secara

tidak sempurna.

Gambar 5.9. Skema gerakan bolak-balik piston.

Pompa piston  duplex (2 silinder) atau  triplex (3  silinder) adalah  jenis pompa piston

yang  paling  sering  dijumpai.  Pada  pompa  ini  pada  saat  satu  silinder  menghisap

maka   silinder   yang   lain   akan   mendorong   fluida   sehingga   penambahan   jumlah

silinder berguna untuk mengurangi fluktuasi tekanan.

Pada   pengembangan   selanjutnya,   pada   setiap   silinder   dibuat   sedemikian   rupa

sehingga   pada   saat   gerakan   piston   mendorong   fluida   ke   muka   maka   secara

otomatis  fluida  akan  terhisap  dari  katup  lain  di  belakang  piston  dan  demikian  pula

pada  gerakan  sebaliknya.  Apabila  sistem  ini  diterapkan  pada  pompa  dengan  dua

silinder maka disebut dengan pompa piston duplex aksi ganda atau pompa thorax.

V-8

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

Gambar 5.10. Skema pompa piston aksi ganda.

5.2.2 Pemilihan Pompa

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pompa di antaranya adalah:

a. Tipe acting piston d. Working pressure

b. Diameter piston e. Power

c. Discharge capacity f.   Dimensi (panjang x lebar x tinggi)

(volume/pressure) g. Berat

Beberapa contoh spesifikasi pompa diberikan pada bagian Lampiran.

5.3 KOMPRESOR

Pompa  bor  digunakan  untuk  membuat  sirkulasi  fluida  berupa  cairan  seperti  air  dan

lumpur.  Pada  pengeboran  dengan  sirkulasi  udara  maka  digunakan  kompressor  untuk

menggerakkan   udara.   Berikut   pada   Gambar   5.11   ditunjukkan   bagian-bagian   dari

sebuah kompresor yang digunakan dalam operasi pengeboran.

Gambar 5.11. Skema kompresor.

V-9

Bab V, Mesin Bor, Pompa, dan Kompresor

Keterangan gambar:1. Nonreturn valve, mencegah udara mengalir terbalik pada saat kompresor dimatikan.2. Heat sensing solenoid, mematikan mesin kompresor secara otomatis apabila

temperatur mencapai batas atas.3. Receiver, menampung udara.4. Safety relief valve, membuka katup secara otomatis apabila tekanan pada sistem terlalu

berlebihan.5. Water drain, mengalirkan air yang terkondensasi.6. Service outlet valve, mengontrol output.7. Manual unloading valve, memungkinkan receiver dikosongkan sacara manual.8. Automatic unloading valve, melepaskan udara yang tertekan secara otomatis pada saat

mesin kompresor dimatikan.9. Pressure gauge, menunjukkan tekanan udara pada receiver.10.  Pressure regulator, mengatur tekanan udara yang diinginkan.11.  Unloading   device,   memungkinkan   kompresor   tetap   beroperasi   pada   saat   sistem

dengan tekanan maksimum dan udara tidak dipergunakan.

Kompresor  dengan  kapasitas  tekanan  yang  rendah  (kurang  dari  1.000  kPa  atau  150

psi   digunakan   untuk   pengeboran   dangkal.   Kompresor   kapasitas   menengah   antara

1.000  sampai  1.500  kPa  atau  150  sampai  220  psi  biasanya  berupa  kompresor  dua

tahap  sementara  untuk  kapasitas  tinggi  (lebih  dari  1.500  kPa  atau  220  psi)  biasanya

berupa kompresor dua tahap dengan ditambah booster.

Dalam  pemilihan  kompresor,  hal  yang  perlu  diperhatikan  adalah  tekanan  udara  yang

dihasilkan   dan   jumlah   atau   volume   udara   yang   bisa   dihasilkan   setiap   satu   satuan

waktu.

V - 10

BAB VI

FLUIDA BOR

6.1 FUNGSI FLUIDA BOR

Fluida bor mempunyai berbagai fungsi yang diklasifikasikan menjadi lima yaitu:

1. Fungsi pembuatan lubang

Mendinginkan mata bor

Membersihkan mata bor dan dasar lubang

Mentransfer   energi hidrolik dalam membantu   memberaikan formasi dan

membersihkan lubang bor

Melumasi (lubrikasi) stang bor dan mata bor

Menghambat proses korosi dari rangkaian bor dan casing

Memudahkan  pemasangan  casing,  pada  lubang  yang  dalam  akan  memberikan

daya apung (buoyancy) terhadap casing

2. Fungsi pembersihan lubang

Mengangkat cutting ke permukaan

Mengendapkan cutting pada pit lumpur

Mempertahankan cutting dalam suspensi lumpur pada saat sirkulasi dihentikan

3. Fungsi kontrol dan penyetabilan lubang

Mengontrol tekanan dan temperatur lubang bor

Menyetabilkan dinding bor pada formasi tak terkonsolidasi

Memproteksi formasi target atau badan bijih dari kontaminasi dan invasi

Menghambat terbentuknya “wall cake”

Mengontrol keseimbangan sirkulasi

Membantu evaluasi formasi (akuifer)

4. Fungsi transportasi sampel dan logging

Mengetahui dengan akurat apa yang terjadi dalam lubang  bor dengan mengamati

kenampakan fluida bor misalnya warna, aliran, kandungan cutting, dll.

Melindungi inti dan sampel chip

Memfasilitasi logging elektrik

Bab VI, Fluida Bor

5. Fungsi kontrol fluida bor

Stabilitas, sifat-sifat fluida bor harus stabil pada kondisi pengeboran normal

Pengondisian,   jika   sifat   fluida   bor   tidak   sesuai   yang   diinginkan   harus   bisa

dilakukan pengondisian untuk menghasilkan sifat yang sesuai

Proses pengujian harus bisa mengidentifikasi sifat fluida bor dan mengindikasikan

kemungkinan perlakuannya

6.2 JENIS FLUIDA BOR

Fluida bor yang umumnya dipergunakan di antaranya adalah:

1. Udara

Berbeda  dengan  cairan,  udara  lebih  mudah  disirkulasikan  dan  kecepatannya  yang

tinggi melewati nozzle  mata bor mengakibatkan laju penetrasi yang cepat dan mudah

membersihkan dasar lubang dari cutting. Kecilnya densitas udara harus dikompensasi

dengan  menaikkan  kecepatan  sirkulasi  untuk  bisa  melawan  jatuhnya  cutting  kembali

ke  dasar  lubang.  Kecepatan  sirkulasi  udara  setidaknya  minimal  20  kali  kecepatan

sirkulasi  air  supaya  cutting  bisa  diangkat  ke  permukaan.  Fluida  udara  mempunyai

keunggulan   dalam   hal   lebih   mudah   mengoperasikannya   dan   lebih   murah   biaya

operasionalnya.   Fluida   udara   akan   mempunyai   banyak   keterbatasan   pada

pengeboran dalam.

2. Air/minyak

Air  adalah  fluida  yang  paling  umum  digunakan  dalam  sirkulasi  pengeboran,  biaya

operasionalnya relatif murah dan mampu mendinginkan rangkaian bor yang lebih baik

dibandingkan   jenis   fluida   bor   lainnya.   Beberapa   keuntungan   pengeboran   dengan

menggunakan fluida air di antaranya:

- mengurangi torsi pipa

- menambah kecepatan penetrasi

- menambah umur bit

- mengurangi beban tarikan pipa dan mata bor

VI - 2

Bab VI, Fluida Bor

Minyak jarang digunakan sebagai fluida bor tanpa bahan campuran, biasanya minyak

dicampur   dengan   lumpur   (oil   based   mud)   banyak   digunakan   dalam   pengeboran

minyak dan gas bumi.

3. Mist (injeksi air)

Pada   fluida   udara   apabila   terjadi   pemasukan   air   ke   dalam   lubang   bor,   maka

kelembaban   air   akan   melengketkan   butiran   cutting   membentuk   selubung   lumpur.

Injeksi air atau air dengan deterjen akan membasahi permukaan cutting sehingga bisa

terhindar  dari  pelengketan.  Mist  atau  injeksi  air  juga  berguna  untuk  mengurangi  efek

debu pada collar lubang bor.

4. Busa

Pemasukan  air  yang  berlebih  pada  fluida  udara  akan  menyebabkan  air  tergenang  di

dasar  lubang  bor  sehingga  menurunkan  efisiensi  pembersihan  dasar  lubang  bor  dari

cutting.  Sirkulasi  busa  digunakan  untuk  membantu  mengeluarkan  air  dari  lubang  bor

ke   permukaan.   Busa   dibuat   dengan   bahan   campuran   yang   sama   dengan   mist,

perbedaan terletak pada komposisi bahan busa yang lebih banyak.

5. Lumpur

Lumpur bor dibuat dari tiga komponen utama yaitu base liquid, active solids, dan inert

solids. Base liquid bisa berupa minyak, air, maupun air asin. Minyak dan air asin tidak

bisa  dipergunakan  sebagai  base  liquid  pada  pengeboran  hidrokarbon.  Active  solids

adalah  berupa  lempung  atau  polimer  yang  ditambahkan  ke  dalam  base  liquid  untuk

menghasilkan  suspensi  koloid.  Active  solids  akan  menentukan  viskositas  lumpur  bor

sehingga bisa disebut sebagai viscosifier. Inert solids adalah substansi yang

ditambahkan  dalam  lumpur  yang  berguna  sebagai  material  pemberat.  Substansi  ini

akan menaikkan densitas lumpur bor tanpa merubah viskositas lumpur bor.

VI - 3

Bab VI, Fluida Bor

Gambar 6.1. Rentang densitas fluida bor.

6.3 SIFAT-SIFAT FLUIDA BOR

6.3.1   Sifat Fluida Bor Terhadap Tekanan

Tekanan  hidrostatik  fluida  cair  di  dasar  lubang  bor  akan  semakin  besar  dengan  semakin

majunya penetrasi lubang. Cairan mempunyai perilaku yang sama dalam kondisi tertekan

maupun  tidak  sehingga  perubahan  kedalaman  pengeboran  tidak  akan  mengubah  kinerja

fluida dalam sirkulasi.

Gas akan memberikan sedikit perubahan karena tekanan statik yang diakibatkan semakin

dalamnya lubang bor. Karena sifatnya yang kompresibel maka volume gas akan berubah

sangat   besar   ketika   tekanan   bertambah   besar   yang   bisa   disebabkan   karena   adanya

penghambat dalam aliran.

6.3.2   Sifat-Sifat Aliran Fluida Bor

Kecepatan aliran fluida tergantung pada dua faktor yaitu gradien tekanan pada setiap titik

sepanjang aliran dan viskositas dari fluida tersebut. Kemampuan fluida untuk mengangkat

cutting tergantung pada empat faktor yaitu:

1. Kecepatan aliran fluida

2. Viskositas fluida

3. Ukuran dan bentuk cutting

4. Densitas fluida dan cutting

Viskositas  fluida  bor  sangat  penting  dalam  menentukan  efisiensi  pengeboran,  viskositas

sebagian  besar  fluida  lebih  banyak  dikontrol  oleh  temperatur,  sementara  gerakan  fluida

tidak   memberikan   efek   pada   sifat   viskositasnya.   Larutan   koloid   (colloidal   solutions)

polimer  atau  lempung  akan  menjadi  kental  apabila  dibiarkan  tanpa  gangguan.  Larutan

VI - 4

Bab VI, Fluida Bor

koloid  ini  akan  menjadi  berkurang  viskositasnya  apabila  diaduk  atau  dipompa  dan  akan

menjadi lebih viskous apabila kecepatan pengadukan atau pemompaan dikurangi.

Apabila  aliran  fluida  berupa  aliran  turbulen  maka  cutting  akan  tertransport  dengan  cepat.

Dalam  hal  fluida  mengalir  secara  turbulen  maka  terdapat  komponen  kecepatan  dengan

arah  mendatar  dan  acak.  Kecepatan  pada  bagian  tengah  sedikit  lebih  tinggi  dibanding

bagian  tepi.  Aliran  laminar  memberikan  kecepatan  yang  jauh  lebih  tinggi  pada  bagian

tengah  dibandingkan  bagian  tepi.  Pada  jenis  aliran  laminar  maka  sering  terjadi  cutting

akan  turun  ke  bawah  (slip  downward)  di  bagian  tepi  karena  kecepatannya  yang  lebih

rendah.  Aliran plug adalah sifat aliran pada fluida  polimer dimana  viskositas pada  bagian

tepi  lebih  rendah  karena  adanya  gesekan  dengan  dinding  pipa.  Jenis  aliran  ini  disebut

juga  dengan  shear  thinning  yang  artinya  fluida  akan  lebih  encer  pada  bagian  dimana

terjadi gesekan yaitu pada fluida yang berhubungan dengan dinding pipa.

6.4 LUMPUR BOR

Berat jenis rata-rata bantuan umumnya berkisar antara 2,5 gr/cm³ atau 2,3 gr cm³ sampai

3,3 gr/cm³,  oleh  sebab  itu lumpur  bor yang dipakai dalam  operasi pengeboran  sebaiknya

mempunyai  berat  jenis  yang  lebih  besar  dari  berat  jenis  batuan.  Hal  ini  salah  satunya

untuk mencegah agar cutting tidak jatuh ke bawah (slip downward).

Adapun sifat-sifat/faktor-faktor yang berperan sehubungan dengan operasi pengeboran di

antaranya   adalah   lifting   capacity   dari   lumpur   bor.   Adapun   sifat   lain   terutama   yang

berperan dalam kecepatan pengeboran adalah :

1. Berat lumpur

2. Kandungan dan jenis padatan

3. Viskositas lumpur

4. Jenis aliran (laminar/turbulen)

5. Fasa cairan

Kenaikan  kekentalan  lumpur  akan  menurunkan  kecepatan  pengeboran,  karena  kondisi

lumpur yang kental akan mempengaruhi kecepatan putar bit.

Secara  umum  cukup  sulit  untuk  memisahkan  antara  pengaruh  kandungan  padatan  dan

kekentalan  lumpur  bor  pada  kecepatan  pengeboran.  Kenaikan  kandungan  padatan  akan

menaikkan  mud  weight  (kekentalan).  Kenaikan  filtration  rate  akan  menaikkan  drilling  rate

VI - 5

Bab VI, Fluida Bor

atau  oleh  ahli  bor  dikemukakan  penurunan  filtration  rate  akan  menurunkan  driller  rate.

Namun dalam kebanyakan kasus mungkin penurunan driller rate lebih banyak diakibatkan

oleh  penambahan  material  yang  dipakai  untuk  mengurangi  filtration  rate  dibandingkan

dengan filtration itu sendiri.

Untuk  menjaga  agar  lumpur  tetap  dalam  kondisi  yang  dibutuhkan  (kekentalan,  densitas

dll) maka harus selalu dilakukan pengamatan dan antisipasi menyangkut hal-hal berikut :

- Derajat keterpompaan lumpur

- Kandungan padatan yang rendah

- Kondisi thixotropi yang optimum

- Kondisi dinding pengeboran yang mantap

- Kontrol efektif atas pH

Berdasarkan  hasil  beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa  mekanisme  pergerakan  dari

pertikel-partikel lumpur dan cutting dapat dinyatakan sebagai berikut :

- Aliran turbulen pada lubang anulus mempunyai kapasitas pengangkatan yang baik

- Viskositas rendah/cairan encer umumnya lebih baik dibandingkan dengan yang kental

dalam hal pembersihan sumur

- Stang bor yang berputar akan mempunyai pengaruh pada daya angkat fluida bor

- Jika   air   sebagai   fluida   bor   maka   diperlukan   kecepatan   100-125   fpm   untuk   bisa

mengangkat cutting

6.4.1   Persyaratan Lumpur bor

Sodium  bentonite  adalah  suatu  lempung  yang  biasanya  digunakan  sebagai  lumpur  bor

setelah   dicampur   dengan   air,   campuran   air   akan   menaikkan   viskositas   dari   cairan

tersebut.  Campuran  ini  stabil  apabila  pencampuran  dengan  persen  berat  air  3%-4%  atau

25 kg terhadap 600 liter air.

Keuntungan  dan  kelebihan  sifat  khas  dari  bentonite  dalam  air  adalah  thixotrophy,  yaitu

suatu keadaan  yang  cocok sebagai fluida bor, yaitu kemampuannya  untuk menjadi fluida

dengan  suatu  agitasi  atau  sirkulasi.  Gumpalan  dengan  adukan  atau  sirkulasi  yang  baik

dengan cepat membentuk massa gelatin sampai mencapai keadaan yang statis.

Pengukuran kandungan gelatin dimaksudkan untuk memperoleh kualitas thixotrophy.

VI - 6

Bab VI, Fluida Bor

Berbagai  macam  zat  kimia  tertentu  dapat  digunakan  sebagai  bahan  lumpur  dan  gelatin.

Bahan   kimia   ini   umumnya   digunakan   dalam   pengeboran   setelah   dicampur   dengan

sodium-montmorilonit,   illite,   kaolin,   dll.   Dengan   adanya   penambahan   tersebut   di   atas

diharapkan tidak akan terbentuk gumpulan.

Konsentrasi Hidrogen (pH)

Konsentrasi  relatif  ion  hidrogen  dalam  suatu  larutan  menunjukkan  apakah  medium  itu

akan   bersifat   basa   atau   asam.   Parameter   untuk   mengekspresikan   konsentrasi   ion

hidrogen  dikenal  dengan  pH.  Nilai  pH  ini  didefinisikan  sebagai  logaritma  dari  konsentrasi

ion hidrogen (H+), yaitu :

pH = Log10 (H+)

Suatu  nilai  pH  yang  lebih  kecil  dari  7  akan  menandakan  suasana  asam,  sedangkan  nilai

yang  lebih  besar  dari  7  menandakan  suasana  basa.  Jika  suatu  air  garam  digunakan

sebagai  campuran  lumpur  maka  campuran  bentonit  harus  dijaga  pada  pH  10  atau  11

untuk  mencegah  flukolasi  partikel  koloid  dalam  lumpur  bor.  Lempung  attapulgite  perlu

ditambahkan   dalam   jumlah   yang   kecil   dalam   larutan   lumpur   air   asin   untuk   menjaga

derajat thixotrophy dan “caking quality” bentonit.

Praktisnya   pH   lumpur   bor   tidak   boleh   kurang   dari   7,   sementara   pH   lumpur   yang

digunakan dalam pengeboran bervariasi antara 8 hingga 12,5 bergantung kepada kondisi.

Dengan kontrol yang tepat atas pH maka cutting dan padatan yang tidak diinginkan akan

dengan mudah mengendap saat berada di settling tank. Kontrol terhadap pH juga penting

untuk  menghindarkan  kemungkinan  penggumpalan  fluida  yang  dapat  terjadi  berkaitan

dengan tambahan material yang tak terduga dari formasi lubang bor. Tendensi seperti itu

biasanya   disebabkan   oleh   jatuhnya   nilai   pH   secara   abnormal   pada   sekitar   7   atau

dibawahnya.

Adapun  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  nilai  pH  Lumpur  bor  dapat  dijelaskan  sebagai

berikut :

Besarnya  pH  dari  Lumpur  bor  umumnya  bervariasi  antara  8  –12,5  tergantung  kepada

kondisi  pengeboran  dan  jarang  lebih  kecil  dari  7.  Pada  beberapa  lokasi  pengeboran  nilai

pH  yang  berkisar  9  biasanya  memberikan  hasil  yang  memuaskan,  pH  yang  lebih  tinggi

VI - 7

Bab VI, Fluida Bor

kadang-kadang  menghasilkan  beberapa  kontaminasi.  Pada  garam,  pH  lumpur  bor  dapat

beralterasi   dengan   penambahan   sodium   karbonat,   kalsium   soda,   gamping   terhidrasi,

dimana hal ini akan menaikkan pH. Sedangkan zat-zat kimia seperti tannin, asam, fosfat,

dan asam oksalit digunakan untuk menurunkan  pH. Seleksi  unsur kimia  digunakan untuk

titik kesetimbangan efektif dipengaruhi oleh tipe komposisi sumur bor, hal ini memerlukan

fungsi dan kondisi tertentu dapat diukur dengan elektrolit pH-meter dengan menggunakan

dua   elektroda   untuk   mengukur   beda   potensial   dari   sampel.   Nilai   pH   langsung   dapat

dibaca   setelah   dikalibrasi   selain   itu   dapat   juga   diukur   dengan   menggunakan   kertas

lakmus.

Dalam pengeboran dengan lumpur bor yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Pompa  Lumpur  yang  cukup  kuat  yang  menjamin  dapat  mempompa  Lumpur  yang

efisien dan stabil

2. Lumpur dengan kandungan solid yang rendah

3. Kondisi thixotropi yang optimum

4. Kondisi dinding pengeboran yang mantap

5. Kontrol efektif atas pH merupakan suatu keharusan

Air dan Lumpur dapat dicampur dengan menggunakan mixer tipe konus dengan beberapa

semburan  air  (mud  gun).  Mixer  tipe  ini  sering  digunakan  katup  untuk  mengatur  jumlah

lempung yang dipakai. Gambar mixer dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

Bentonit

Hopper

Mud slurry

Fluida tertekan

Gambar 6.2. Skema mixer lumpur.

Kecepatan fluida   tertentu   dibutuhkan   untuk mengangkat cutting   pengeboran   tanpa

mempertimbangkan  medium  sirkulasi.  Udara  memerlukan  kecepatan  antara  1000-1500

VI - 8

Bab VI, Fluida Bor

cm per detik. Air bersih memerlukan kecepatan 30-50 cm per detik. Fluida bor encer yang

terdiri dari lempung koloid akan memakan kecepatan yang lebih rendah lagi, yaitu antara

25-45  cm  per  detik.  Sehingga  pompa  yang  akan  digunakan  untuk  sirkulasi  air  juga  akan

cocok digunakan untuk pemompaan lumpur.

Pembersihan   penampungan   lumpur   yang   teratur   selama   pengeboran   adalah   sangat

penting  untuk  mengurangi  jumlah  cutting  yang  akan  terakumulasi  dalam  cairan  kental

lumpur.

Viskositas Lumpur

Viskositas  fluida  adalah  derajat  ketahanan  fluida  tersebut  untuk  mengalir,  diukur  dengan

suatu alat yang disebut Marsh Funnel dengan satuan pengukuran yang ditetapkan adalah

detik  atau  satuan  waktu.  Cara  pengukuran  nilai  visikositas  lumpur  bor  dapat  dilakukan

sebagai berikut :

- Basahi alat dan gelas pengukur dengan air dan bersihkan sisa airnya

- Masukkan funnel dengan lumpur bor sampai hampir mencapai tepi

- Catat waktu dalam detik untuk 1000 cc lumpur bor

Adapun  contoh  lumpur   bor  biasa   diambil  pada  saat  sirkulasi  kembali  di  mud  pit  dan

proses pengukuran harus dimulai dalam rentang waktu 10 detik.

Fragmen  lanau,  pasir,  dan  shale  serta  padatan  lainnya  yang  terdapat  dalam  fluida  bor

akan   dapat   tetap   bertahan   dalam   sistem   lumpur   bor   sehingga   merupakan   viskositas

semu. Bila penanganan lumpur bor tidak benar akan mengakibatkan sifat-sifat fisik lumpur

menjadi  tidak  stabil.  Sehingga  kecepatan  rata-rata  pengeboran  dapat  menjadi  berkurang

sehingga  efisiensi  menjadi  kecil.  Cara  mengatasi  hal  ini  adalah  dengan  membuat  suatu

proses   pemisahan   dengan   pembuatan   kolam-kolam   tambahan   sebelum   lumpur   bor

sampai pada mud pit sehingga padatan ataupun fragmen akan dapat terendapkan.

Estimasi   dari   kandungan   padatan   dalam   lumpur   bor   dapat   diperoleh   melalui   metode

dibawah ini:

- Ambil   segelas   penuh   contoh   sampel   dari   pengeluaran   lubang   bor   perlahan-lahan

kemudian campur dan aduk lumpur dengan air bersih. Semua pertikel padatan kecuali

yang berukuran koloid dan halus akan mengendap pada dasar gelas

VI - 9

Bab VI, Fluida Bor

- Biarkan  proses  settling  berjalan  dalam  waktu  10  menit.  Kemudian  tumpahkan  sisa

fluida yang ada diatasnya secara perlahan-lahan

- Periksa   partikel   padatan   yang   tertinggal   di   dasar   gelas,   terutama   yang   berkaitan

dengan jenis dan kuantitasnya

- Ambil segelas contoh lainnya dari tangki pemisah (settling tanks) dan ulangi proses di

atas

Dari hasil di atas maka akan dapat dipakai untuk menentukan jenis dan jumlah dari :

- Hasil padatan yang dapat diberaikan pada lubang bor

- Kandungan  padatan  yang  terbawa  hingga  ke  settling  tanks  dan  persentasenya  yang

disirkulasikan kembali

Begitu   juga   kandungan   cutting   dalam   lumpur   bor   yang   melebihi   dari   4%-5%   dapat

merusak  peralatan  pengeboran.  Oleh  karena  itu  pemantauan  kandungan  cutting  harus

diulangi  pada  suatu  interval  waktu  yang  teratur  sehingga  akses  dapat  dikontrol  selama

proses pengeboran.

Gel Strength

Kekuatan   gel   merupakan   fungsi   dari   gaya   antar   partikel   dan   didefinisikan   sebagai

ketahanan   untuk   menyebar.   Cairan   murni   tidak   mempunyai   sifat   seperti   gel   karena

viskositasnya   tidak   berubah   dengan   adanya   perubahan   kecepatan   menyebar.

Pengeboran  yang  menggunakan  lumpur  bor  bentonit  jika  dimasukkan  dalam  air  akan

cenderung   bersifat   plastik semu (psedopalstic)   dengan   peningkatan proses gelasi,

dimana terjadi peningkatan waktu menyebar ketika dikenai perubahan kecepatan. Satuan

kekuatan gel adalah lbs/100 ft² atau gr/m².

Untuk   mengetahui   apakah   lumpur   bor   terlalu   kental   atau   tidak   maka   dilakukan   tes

viskositas.   Dalam   hal   ini   dilakukan   pengukuran   2   kali,   pertama   langsung   diukur   total

waktu  mengalirnya  lumpur  sejumlah  1000  cc,  sedangkan  yang  kedua  sampel  didiamkan

dulu  10  menit  baru  dilewatkan  melalui  tunnel  dan  dihitung  waktunya.  Jika  perbedaan

waktu  antara  yang  pertama  dengan  kedua  lebih  dari  10  detik  maka  dapat  disimpulkan

bahwa lumpur tersebut terlalu kental. Untuk mengencerkannya dapat ditambahkan sedikit

air.  Zat-zat  kimia  yang  mengandung  ligno-sulfonate,  sodium  hexa  meta  phosphat  dan

lain-lain sering digunakan sebagai kontrol efektif untuk kekuatan gel.

VI - 10

Bab VI, Fluida Bor

6.4.2   Bahan Aditif dan Pemantauan Lumpur Bor

Beberapa  jenis  lumpur  menjadi  mahal  pada  penggunaannya  jika  telah  dicampur  dengan

zat  kimia  atau  jika  telah  digunakan  secara  berlebihan  pada  penggantian  perlengkapan

yang   sembarangan,   demikian   pula   waktu   turun   yang   berkali-kali,   sehingga   perolehan

sampel tidak memuaskan. Semua penambahan dan perlakuan pada sistem lumpur harus

diukur dan dicatat dengan hati-hati.

Pengencer

Tujuan  dari  pengenceran  adalah  untuk  menurunkan  viskositas  dan  kekuatan  gel  lumpur

bor  dengan  mengurangi  gaya  interaksi  antar  partikel.  Berdasarkan  fungsinya  pengencer

ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu :

- Untuk   menyebarkan   dan   mengendapkan   pertikel-partikel   pembentuk   koloid   dalam

sistem lumpur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan viskositas yang lebih besar dan

kekuatan   gel   yang   efektif   dengan   menggunakan   perbandingan   kuantitas   partikel

koloid.

- Menambahkan  konsentrasi  partikel  koloid  yang  lebih  besar  pada  sistem  yang  sama

tanpa penambahan sejumlah air.

Pada kenyataannya kedua alternatif tersebut berlawanan satu sama lain, yang

bergantung  pada  tipe  dan  jumlah  pengencer  yang  digunakan,  dengan  konsentrasi  koloid

awal dan derajat dispersi larutan. Efek pengendapan dan dispersi ini timbul ketika jumlah

pengencer  yang  digunakan  sedikit,  jumlah  ini  sudah  cukup  untuk  menetralisir  gaya-gaya

antar  partikel  yang  pada  kenyataannya  saling  berlawanan  dengan  prinsip  dispersi  yang

ditunjukkan pada alternatif kedua di atas. Terpisah dari hal ini, pengencer telah digunakan

untuk membuktikan efisiensi hidrolik dari lumpur bor. Untuk memelihara tingkat

keterlarutan pengencer biasanya dicampur dengan soda api atau sebaliknya.

Pengencer  kimia  yang  biasa  digunakan  dapat  diklasifikasikan  dalam  dua  katagori  yaitu

pengencer   organik   dan   non-organik.   Pengencer   organik   memiliki   aplikasi   lebih   luas

karena efektivitasnya besar, biaya murah, dan ketahanan reaksi terhadap garam maupun

temperatur   lubang.   Jenis   bahan   organik   di   antaranya   adalah   asam   fosfat   natrium

(Na2H2P2O2), natrium hexa meta fosfat (NaPO3), natrium tetra fosfat (Na6P4O13), dan ligno

sulfonat.  Salah  satu  pengencer  yang  sering  dipakai  adalah  ekstrak  tanaman  “quebracho”

VI - 11

Bab VI, Fluida Bor

karena  dapat  digunakan  dalam  berbagai  kondisi.  Pengencer  organik  yang  lain  adalah

lignin  berwarna  coklat  kehitaman  atau  hitam  hasil  dekomposisi  tumbuhan  yang  biasanya

muncul  bersamaan  dengan  lignit  batubara.  Asam  humik  dalam  lignin  inilah  yang  dipakai

untuk pengenceran tersebut.

Pengencer  diberikan  dalam  jumlah  yang  sedikit  dan  bertahap  dengan  memperhatikan

parameter-parameter  lumpur  bor.  Pada  umumnya  pengencer  menyebabkan  lumpur  naik

sampai batas tertentu dan apabila penambahan sangat berlebihan maka lumpur bor akan

menjadi tidak efektif. Kebanyakan pengencer bersifat asam dan cenderung akan

mereduksi pH. Pengencer yang bersifat asam biasanya dikombinasikan dengan soda api

atau abu soda. Asam oksalik dapat dipergunakan apabila reduksi pH diperlukan.

Pengontrol Keasaman

Telah   dijelaskan   di   atas   bahwa   soda   sapi   (NaOH)   digunakan   sebagai   bahan   yang

dikombinasian   dengan   pengencer   yang   bersifat   asam.   Larutan   abu   soda   ini   dibuat

dengan  perbandingan  terhadap  air  (abu  soda  :  air)  2:1  atau  3:1.  Untuk  perlakuan  yang

lebih  “smooth”  dapat  digunakan  natrium  karbonat  (Na2CO2).  Setelah  lumpur  diberi  soda

api atau soda dan pengencer, mungkin juga dibutuhkan penambahan material koloid yang

mana  penambahan  ini  tergantung  pada  kondisi  lumpur  bor  yang  dibutuhkan  dan  juga

kondisi pengeborannya. Penambahan material koloid bertujuan untuk mengurangi jumlah

air yang masuk ke dalam formasi.

Pengontrol Berat Lumpur Bor

Satuan yang biasa digunakan adalah satuan densitas, misalnya lbs/barrel, lbs/ft3

lbs/gallon,  kg/lt,  dan  gr/cm³.  Dalam  kegiatan  pengeboran,  densitas  dari  fluida  bor  lebih

dikenal dengan “weight” (berat).

Berat dari fluida bor memberikan dampak terhadap stabilitas lubang bor. Jika berat fluida

bor  berubah maka tekanan  hidrostatik dalam  lubang bor  juga  berubah.  Jika densitas dari

fluida  bor  itu  meningkat  maka  berat  semu  (relatif)  cutting  dalam  fluida  akan  menurun

sehingga fluida ini dapat membawa cutting lebih banyak dari pada air.

Lumpur  bor  yang  normal  memiliki  berat  sekitar  1,07  kg/lt.  Barit  biasa  digunakan  sebagai

material pemberat yang digunakan untuk mengangkat material lebih ringan seperti halnya

VI - 12

Bab VI, Fluida Bor

hematite atau galena pada kondisi tertentu. Material pemberat ini merupakan suspensi di

bawah pengaruh pertikel koloid dari lumpur bor dan kelembaman kimia.

Pengontrol Keseimbangan Sirkulasi

Kehilangan   sirkulasi   (lost   circullation)   dan   ledakan   (blow   out)   merupakan   kegagalan

keseimbangan   tekanan   antara   tekanan   hidrostatik   fluida   bor   dalam   lubang   dengan

tekanan fluida formasi. Tekanan fluida formasi terbentuk akibat adanya tekanan pada saat

pembentukan   formasi   tersebut   yang   mengakibatkan   lapisan   dengan   tekanan   fluida

formasi  normal.  Peningkatan  tekanan  ini  berbanding  lurus  dengan  jumlah  (tebal)  lapisan

penutup di atasnya.

Ketika  lubang  bor  dibuat,  tekanan  sirkulasi  fluida  bor  dapat  tidak  sama  dengan  tekanan

fluida   formasi   sehingga   memungkinkan   terjadi   ketidakseimbangan   tekanan.   Tekanan

fluida  formasi  yang  berlebihan  menyebabkan  fluida  bor  keluar  dari  lubang  bor,  peristiwa

ini  disebut  “blow  out”  (ledakan).  Fenomena  ledakan  ini  sering  terjadi  pada  pengeboran

eksplorasi geothermal. Sebaliknya ketidakseimbangan tekanan menyebabkan kehilangan

sirkulasi  fluida  ke  dalam  formasi  dikenal  dengan  “lost  circulation”  (kehilangan  sirkulasi)

dalam  hal  tekanan  fluida  bor  melebihi  tekanan  fluida  formasi.  Tekanan  hidrostatik  fluida

bor  yang  berlebihan  mengakibatkan  pecahnya  formasi  di  sekitar  lubang  bor,  sehingga

pencahannya bercampur dengan fluida bor yang mengakibatkan :

- laju penetrasi yang rendah

- laju filtrasi yang tinggi

- kerusakan formasi

Kehilangan sirkulasi sering terjadi pada formasi yang memiliki karekter sebagai berikut :

- lapisan yang porous dan permeabel

- tidak terkompaksi

- formasi yang tidak homogen

- Memiliki bukaan natural (sesar, kekar, rekahan)

Contoh   formasi   yang   sering   terjadi   kehilangan   sirkulasi   adalah   lapisan   gravel   (gravel

beds)  dan  gua-gua  batugamping  (vuggy  limestone).  Cara  mengatasinya  adalah  dengan

menggunakan casing pada pengeboran yang dilakukan.

VI - 13

Bab VI, Fluida Bor

Perbedaan tekanan antara fluida bor dan fluida formasi bisa diantisipasi dengan

memberikan  dinding  pemisah  di  antara  keduanya.  Selain  menggunakan  casing,  dalam

batas   tekanan   tertentu   material   fluida   bor   bisa   membentuk   dinding   pemisah   untuk

mengendalikan   perbedaan   tekanan.   Dalam   hal   ini   fluida   bor   ditambahkan   material

perekat.  Komposisi  material  dapat  diklasifikasikan  secara  umum  menjadi  tiga  kategori

yang berbeda, tergantung kepada ukuran dan bentuk dari material yang digunakan, yaitu :

fibrous,   flaky   dan   granular.   Material   fibrous   yang   banyak   digunakan   adalah   mineral,

hewani,  vegetasi  atau  bahan  sintetis  asli.  Asbestos,  kulit,  bagasse  (sugar  cane  waste),

glass  atau  rayon  adalah  macam-macam  material  fibrous  yang  sering  digunakan  untuk

perekatan yang efektif pada pasir dan kerikil ataupun lapisan pebble yang memiliki ukuran

agregat yang besar. Sedangkan flaky material yang sering digunakan adalah :

cellophane, mika  dan  katun  yang sering digunakan untuk menutup formasi  yang memiliki

komposisi   ukuran   pori-pori   yang   kecil   sampai   sedang.   Sedangkan   material   granular

seperti  nut  shells,  ground  rubber,  ground  plastic  dan  bentonit  kasar  sering  digunakan

untuk  penutupan  yang  efisien  pada  formasi  dengan  ukuran  pori-pori  dari  sedang  sampai

besar.

Disamping  dengan  dinding  pemisah,  perbedaan  tekanan  fluida  formasi  dan  fluida  bor

dapat  dikontrol  dengan  mengatur  densitas  fluida  bor  sehingga  tekanan  hidrostatik  fluida

bor   akan   berubah.   Metode   penyeimbangan   tekanan   ini   harus   memperhatikan   kinerja

pengeboran   supaya   tetap   efisien   karena   jika   densitas   fluida   bor   terlalu   ringan   maka

terdapat  kemungkinan  cutting  tidak  bisa  terangkat  dan  apabila  densitas  fluida  bor  terlalu

besar maka kerja pompa akan semakin berat.

6.4.3   Tipe-Tipe Lumpur Bor

Inhibited Mud

a. Definisi   :   lumpur   bor   yang   didesain   untuk   menghasilkan   suatu   filtrat   minimum

sehingga dapat mencegah hidrasi yang terjadi bila fluida bersentuhan dengan formasi.

b. Fungsi

- Mengurangi runtuhnya dinding lubang (sloughing)

- Mencegah  mengembangnya  formasi  berkaitan  dengan  hidrasi  yang  dapat  terjadi

karena formasi berupa serpih dan infiltrasi lubang.

c. Kenaikan viskositas dan kekuatan gel rendah

d. Mempunyai pH yang tinggi

VI - 14

Bab VI, Fluida Bor

e. Cara Pembuatan

- Lumpur awal dilarutkan dengan air pada komposisi 10-15%

- Sejumlah thinner ditambahkan untuk mencegah thickening yang berlebihan

selama proses pembuatan

- Sekitar ½ kg soda ditambahkan pada setiap 100 liter lumpur

- Setelah itu ditambahkan 1,5 kg sodium klorida per 100 liter lumpur

- Terakhir, penambahan kalsium sulfat pada kuantitas ½ kg per 100 liter lumpur

Lumpur Kapur (Lime Mud)

a. Definisi

Suatu   tipe   yang   khusus   dari   sejenis   inhibited   mud   yang   mempunyai   kemampuan

khusus untuk menahan sejumlah invasi ios Ca2+ dalam suatu pengeboran.

b. Fungsi

- Digunakan  pada  pengeboran  yang  menembus  lapisan  batugamping  dan  gipsum

yang biasanya menyebabkan kontaminasi ion kalsium yang tinggi.

- Berperan dalam mengurangi efek pelarutan yang berlebihan dari garam terlarut.

c. Latar Belakang

Kehadiran  ion  kalsium  walaupun  dalam  jumlah  yang  kecil  dapat  mempengaruhi  air

yang tercampur  dalam  Lumpur. Kontaminasi  ion  kalsium,  yang  biasanya  dapat timbul

pada  air  yang  digunakan  untuk  prepasi  dan  melarutkan  Lumpur  dapat  dinetralkan

dengan  menambahkan  sodium  karbonat  –  Na2CO3.  sehingga  garam  kalsium  yang

terlarut akan terpresipitasi sebagai karbonat tak larut.

d. Cara Pembuatan

- Pembuatan  lumpur  jenis  ini  dapat  dilakukan  pada  saat  awal  prepasi  lumpur  bor

maupun pada saat fluida bor telah berada pada lubang

- Pada saat berada di lubang pengeboran, sebaiknya prosesi pengeboran

diselesaikan sebelum pembuatan lime mud dilaksanakan (sebelum casing)

- Lumpur konvensial ditambah dengan air untuk mengurangi viskositasnya di bawah

normal.  Komposisinya  10-25%  air.  Kemudian  sejumlah  thinner  ditambahkan  pada

komposisi  ½  -  1  kg  per  100  liter  lumpur.  Sekitar  1-2  kg  soda  kaustik  per  100  liter

lumpur  kemudian  dicampur.  Hasil  fluida  dicampur  dengan  3-4  kg  gamping  (lime)

per 100 liter lumpur.

VI - 15

Bab VI, Fluida Bor

Lumpur Air Asin Standar

a. Definisi:  suatu  jenis  inhibitive  mud  yang  mempunyai  konsentrasi  NaCI  melebihi  1%

berdasarkan berat

b. Latar Belakang

- Berbagai  macam  garam  seperti  yang  terdapat  pada  formasi  kubah  garam  dan  air

garam  dengan  konsentrasi  tinggi,  dapat  menyebabkan  kontaminasi  pada  fluida

bor.

- Kehadiran ion-ion garam akan mempengaruhi lubang bor dan fluida bor (pengaruh

bolak-balik).  Lubang  dapat  membesar  sehingga  pengeboran  akan  terhambat.  Di

lain kasus dapat pula terjadi pengguaan (cavities) pada formasi lubang bor.

c. Cara Pembuatan

- Untuk  mencegah  cavities,  dibuat  lumpur  air  asin  jenuh  dengan  menambahkan  35

kg garam kering yang dilarutkan dalam 100 liter air bersih pada suhu 20o C.

- Penambahan lempung (jenis attapulgate) akan menambah viskositas dan

kekuatan gel sehingga mencegah hidrasi. Akan tetapi attapulgate clay mempunyai

kelemahan   derajat   filtrasi   dan   kemampuan   support   dinding   lubang   bor   yang

rendah.  Untuk  itu  perlu  ditambah  koloid  organik  seperti  soda  kaustik  yang  akan

membuat kinerja thinner mejadi efektif.

- Untuk  mencegah  efek  di  atas  (penggunaan  lumpur  konvensional  +  attapulgate)

maka   digunakan   cara   baru.   Sekitar   12-15   kg   bentonit   per   100   liter   air   bersih

dicampur,  kemudian  ditambah  2  kg  ligno  sulfonate  yang  dikombinasikan  dengan

soda  kaustik  sejumlah  1/10  thinner  untuk  100  liter  fluida  tersebut.  Air  garam  yang

telah dipersiapkan sebelumnya kemudian dicampur dengan fluida dengan proporsi

3:1.  Fluida  resultan  diseimbangkan  dengan  garam  untuk  menjenuhkan  kuantitas

air  total  yang  terdapat  pada  lumpur  (thinning).  Selama  pencampuran  dapat  timbul

busa  yang  dapat  di-deactivate  dengan  octylalcohol.  Sebaliknya  untuk  thickening,

sejumlah fluida awal (sebelum dijenuhkan garam) dapat ditambah kembali.

Lumpur Minyak (Soluble Oil Mud)

Pengeboran  dilakukan  dengan  bit  diamond  :  2  Nos.  NX,  13  carat,  80/110  s.p.c.  Ada  5

macam jenis pengeboran dilakukan sebagai pembanding. Salah satunya adalah, satu set

bit  dijalankan  dengan  menggunakan  air  bersih,  dan  bit  kedua  dijalankan  dengan  lumpur

sebagai   pendingin.   Lumpur   dikomposisi   dengan   mencampurkan   komponen-komponen

VI - 16

Bab VI, Fluida Bor

tertentu   dalam   5000   liter   air   bersih   yang   ditampung   dalam   bak   berukuran   2x1,8x1,8

meter. Komponen-komponen tertentu tersebut adalah:

a. Bentonit 3 karung (150 kg)

b. Asam tannik 4 kg

c. Soda kaustik 1 kg

d. C.M.C. 1 kg

e. Minyak encer 10 liter

Hasilnya  dapat  dilihat  pada  Tabel  VI.1  yang  mengindikasikan  kegunaan  lumpur  jenis  ini

(soluble oil mud) saat diamond bit digunakan untuk menembus formasi yang keras.

Tabel VI.1. Perbandingan pemakaian lumpur air dan minyak.

Lumpur Konvensional

Pengeboran  eksplorasi  pada  bantuan  sedimen  dengan  menggunakan  diamond  bit  maka

tipe  lumpur  konvensial  lebih  cocok  untuk  digunakan  daripada  lumpur  minyak.  Lumpur

konvensional mempunyai spesifikasi berikut ini:

a. Lumpur  bentonit  dengan  bahan  dasar  sodium  (sodium  based  bentonit  mud)  yang

mengandung komponen mineral utama montmorilonite.

b. Komposisi

Bentonit   dalam   bentuk   bubuk   dengan   sodium   sebagai   agen   pengganti   dicampur

dengan restrifikasi kandungan material sebagai berikut:

- Kalsium oksida, kandungan CaO tidak melebihi 0,8% berat

- Silikon, SiO2 antara 50-55%

- Kandungan Fe2O3 8%

- MgO tidak melebihi 1%

- Na2O dan K2O pada 3-4%

- Kandungan pasir bebas tidak melebihi 2%

c. Sifat fisik, spesifikasi, dan tes

VI - 17

Bab VI, Fluida Bor

- Loss pada saat pengeringan maksimum 12% berat dalam kondisi 10 gram sampel

dipanasi pada suhu 105 ± 2°C selama 2 jam.

- Kehalusan:  1).  Kering,  minimum  97%  dan  90%  berat  dari  50  gram  sampel  kering

yang  diayak  pada  ukuran  150  &  75  mikron  selama  15  menit.  2).  Basah,  minimum

98%  berat  harus  melewati  pengayak  45  mikron  dalam  kondisi  10  gram  sampel

kering  dicampur  dengan  350  ml  air  dalam  botol  kapasitas  500  ml.  Botol  dikocok

selama  3  jam  kemudian  diinversikan  selama  30  menit  dan  campuran  ini  diayak

kembali   pada   45   mikron.   Setelah   itu   residu   dibersihkan   dari   pengayak   dan

ditimbang setelah pengeringan.

- Densitas maksimum 2,3 diuji melalui proses biasa

- Swelling   Power,   pengembangan   dari   volume   asal   tidak   boleh   melebihi   24   ml

dalam  24  jam  saat  2  gram  sampel  kering  diukur  dalam  suatu  silinder  dengan

pencampuran 20 kali larutan pada interval yang tetap.

- Viskositas:  1).  Semu,  ditentukan  oleh  viskometer  pada  suhu  30±  2°C.  2).  Plastik,

prosedur sama dengan hasil minimum 6 centipoise.

- Gel  Formation  index,  terpisah  tidak  melebihi  2  ml  dari  fase  fluida  yang  dibiarkan

selama 24 jam pada sebuah silinder pengukuran.

- Filtration loss, suatu volume filtrasi tertentu tidak melebihi 20 ml bila diuji pada filter

standar.

- Nilai pH tidak boleh melewati 7,5 – 8,5 yang ditentukan dengan alat pH meter.

- Thixotrophy tidak boleh melebihi 30 detik untuk suatu uji fluida.

6.5 DASAR-DASAR PERHITUNGAN FLUIDA BOR

Dalam operasi pengeboran perhitungan-perhitungan dilakukan secara praktis disesuaikan

dengan  ukuran-ukuran  maupun  satuan  yang  tersedia.  Dalam  sub-bab  ini  akan  diberikan

persamaan-persamaan praktis dalam perhitungan parameter-parameter operasi

pengeboran.

6.5.1 Volume Annulus

Annulus  adalah  ruang  antara  dinding  lubang  bor  dengan  dinding  luar  stang  bor  yang

mana  menjadi  tempat  mengalirnya  fluida  membawa  cutting  dari  bawah  ke  permukaan

pada   pengeboran   sirkulasi   normal.   Volume   annulus   dihitung   dengan   mengurangkan

volume lubang bor dengan volume stang bor.

VI - 18

)()(2

mDepthindD

0,785  D 2 (m)  Depth(m) 0,785  d  2 (m)  Depth(m)

Bab VI, Fluida Bor

Gambar 3.2. Lubang annulus (daerah diarsir).

Volume(m3 )   −  2

Volume(Liter) 2

Dimana:

D = diameter lubang bor

d = diameter luar stang bor

Contoh   Perhitungan:

Diketahui   diameter   lubang  bor   6”   dan   diameter   luar  stang   bor   4”   pada   pengeboran   dengan

kedalaman 20 m, maka volume annulus sebesar:

Volume (Liter) = { (62 – 42) x 20 } / 2  =  200 Liter

6.5.2 Up Hole Velocity

Kecepatan  fluida  dari  bawah  ke  permukaan  melalui  annulus  adalah  faktor  kritis  dalam

membersihkan  cutting  dari  lubang  bor.  Kecepatan  ini  (UHV)  tergantung  dari  tiga  faktor

berikut:

1. Volume fluida yang dimasukkan oleh pompa atau kompresor

2. Diameter lubang bor

3. Diameter stang bor

VI - 19

Bab VI, Fluida Bor

Ukuran  annulus  akan  menentukan  UHV  dalam  hal  fluida  yang  digunakan  konsisten,  atau

UHV akan lebih besar pada annulus yang kecil dan akan lebih rendah pada annulus yang

besar untuk fluida yang sama. Oleh karena itu pemilihan diameter stang bor dibandingkan

dengan  diameter  lubang  bor  akan  sangat  penting  dalam  mengontrol  UHV.  UHV  dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

UHV (m / min) 

UHV (m / min) 

1274     L   /   min

D 2  − d 2 (mm)

2  L / min

D 2  − d 2 (in)

Dimana:

m/min   = kecepatan UHV dalam meter per menit

L/min = output pompa atau kompresor dalam Liter per menit

Biasanya   output   kompresor   dinyatakan   dalam   satuan   cfm   (cubic   feet   per   minute)

sehingga untuk   mendapatkan dalam   satuan   L/min harus   dikonversi   dengan

mengalikannya dengan faktor 28,3.

Contoh   Perhitungan:

Diketahui   diameter   lubang  bor   6”   dan   diameter   luar  stang   bor   4”   pada   pengeboran   dengan

kedalaman  20  m,  digunakan  kompresor  untuk  memompa  udara  sebesar  650  cfm,  maka  UHV

dihitung sebesar:

UHV (m/min) = { (2 x 650 x 28,3) / (62 – 42) }  =  1,840 m/min

6.5.3 Debit Aliran

Dalam  mengukur  debit  aliran  sangat  simpel  yaitu  mengukur  volume  fluida  dalam  drum

atau container dan mengukur waktu dalam pengisian drum atau container. Sehingga debit

aliran bisa dihitung dengan persamaan:

Debit aliran(L / s)  Volume   fluida ( L )

Waktu(s)

VI - 20

Bab VI, Fluida Bor

6.5.4 Specific Gravity

Specific  Gravity  (SG)  dari  fluida  bor  diukur  dengan  alat  timbangan  yang  terdiri  dari  dua

lengan. Lengan yang  satu  berupa tabung fluida  dengan  ukuran tertentu dan  lengan  yang

lain   berupa   bandul   yang   dapat   digeser   menjauh   atau   mendekat   titik   tumpu   untuk

mencapai  kesetimbangan  (Gambar  3.3).  Pada  lengan  bandul  ini  terdapat  angka-angka

yang menunjukkan ukuran SG dari fluida dalam tabung.

Gambar 3.3. Alat pengukur SG fluida bor.

Perhitungan   SG   fluida   sangat   penting   dalam   kinerja   fluida   bor   dan   dilakukan   secara

kontinu  selama  proses  pengeboran.  Adakalanya  SG  fluida  akan  berubah-ubah  sehingga

harus dilakukan penyetabilan SG fluida. Dalam melakukan penyetabilan biasanya

ditambahkan fluida yang lebih berat dengan persamaan:

Pemberat(kg / L) SGpemberat     SG D     −   SG T  

SGpemberat − SGD

Dimana:

SGD = specific gravity fluida yang diinginkan

SGT = specific gravity fluida yang terukur

Contoh   Perhitungan:

SG  fluida  terukur  1,2  dan  diinginkan  SG  1,3  untuk  efektivitas  pembersihan  cutting.  Maka  jumlah

barit yang diperlukan untuk menambah fluida bor adalah:

Barit(kg/L) = { 4,2 x (1,3 – 1,2) } / (4,2 – 1,3)  =  0,145 kg/L

sehingga untuk membuat 500 liter fluida menjadi SG 1,3 dibutuhkan barit sebanyak:

0,145 x 500 = 72,5 kg

VI - 21

Bab VI, Fluida Bor

6.5.5 Tekanan Fluida

Setiap  kedalaman  bertambah  1  m  maka  air  akan  memberikan  tekanan  statik  sebesar  10

kPa. Sehingga persamaan untuk menentukan tekanan adalah sebagai berikut:

Tekanan(kPa)  Depth(m) 10(kPa / m)  SG

Contoh   Perhitungan:

Diketahui  lubang  bor  dengan  kedalaman  60  meter  dengan  SG  fluida  sebesar  1,2.  Maka  tekanan

statik di kedalaman 60 m adalah:

Tekanan (kPa) = 60 x 10 x 1,2  =  720 kPa

VI - 22

BAB VII

OPERASI PENGEBORAN

Selama  operasi  pengeboran  akan  dilaksanakan  beberapa  tahapan,  dalam  bab  ini  akan

diberikan tahapan dalam pengeboran dan juga konstruksi sumur pada pengeboran air.

7.1 TAHAPAN PENGEBORAN

Tahapan dalam operasi pengeboran adalah sebagai berikut:

1. Persiapan pengeboran, dalam tahap ini terdiri atas:

Pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran sirkulasinya. Hal yang

harus   diperhatikan   dalam   membuat   desain   bak   adalah   volume   yang   sesuai

dengan   jumlah   fluida   yang   akan   dipergunakan.   Disamping   itu   efektivitas   dari

proses pengendapan cutting juga sangat dipengaruhi oleh desain bak pengendap.

Sirkulasi  fluida  dalam  bak  pengendap  yang  terlalu  cepat  berakibat  pada  proses

pengendapan  yang  belum  tuntas  sehingga  akan  terjadi  kecenderungan  specific

gravity fluida bor akan naik terus selama operasi pengeboran.

Pemasangan   balok   landasan   mesin,   papan   untuk   saluran   sirkulasi   dan   lantai

dasar  mesin.  Landasan  mesin  harus  mampu  menumpu  berat  mesin  bor  selama

operasi, landasan yang tidak kokoh akan berakibat tidak stabilnya proses

pengeboran   sehingga   sulit   dalam   mengontrol   arah   lubang   bor   dan   juga   bisa

berakibat terjadinya friksi pada rangkaian bor (stang bor).

Pengesetan mesin dan pompa

Pendirian  menara.  Hal  yang  harus  diperhatikan  dalam  pendirian  menara  adalah

kekuatan pondasi menara yang mencukupi dan kokoh. Dalam proses pengeboran,

menara  akan  menjadi  tempat  penambatan  seluruh  rangkaian  bor  dari  travelling

block sampai ke mata bor. Semakin dalam lubang bor maka beban tambat menara

akan  semakin  besar  pula  sehingga  harus  diperhatikan  beban  maksimum  yang

bisa dibebankan dan juga kedalaman lubang bor.

Persiapan  lainnya  seperti  penyiapan  lumpur  bor,  alat-alat  ukur  untuk  kedalaman,

specific gravity, dll.

Bab VII, Operasi Pengeboran

2. Pengeboran dengan kedalaman dan diameter tertentu

Tahapan ini dapat untuk pengeboran inti dan pengeboran non inti.

Dalam  pengeboran  inti  hal  terpenting  yang  akan  diperoleh  dari  operasi  pengeboran

adalah  inti  bor  sebagai  sampel  yang  diambil  untuk  dianalisis  baik  analisis  kondisi

geologi  maupun  kualitas  yang  diharapkan.  Dari  inti  bor  bisa  didapat  berbagai  macam

informasi   penting   seperti   informasi   geoteknik   (data   rekahan,   joint,   dan   struktur

lainnya), informasi litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dll. Jenis pengeboran ini

lebih   banyak   digunakan   dalam   kegiatan   eksplorasi   maupun   investigasi   geoteknik.

Setelah  didapatkan  inti  bor  maka  lubang  bor  dapat  dibiarkan  sehingga  akan  tertutup

oleh  proses  alami,  atau  apabila  lubang  yang  ada  akan  dipergunakan  untuk  sumur

maka bisa dilanjutkan dengan proses konstruksi.

Pengeboran  inti  hanya  dimungkinkan  dilakukan  dengan  metode  pengeboran  putar

untuk  memperoleh  inti.  Panjang  inti  bor  pada  setiap  run  pengeboran  akan  dibatasi

oleh panjang stang  bor,  dengan kata lain  setiap  kemajuan penetrasi  sepanjang stang

bor  maka  rangkaian  bor  harus  diangkat  ke  permukaan  untuk  mengeluarkan  inti  bor

dalam  core  barrel.  Kemudian  dilakukan  pengeboran  kembali  dengan  penambahan

satu  stang  bor  setiap  kali  run.  Untuk  pengeboran  dangan  target  lubang  bor  yang

dalam  maka  akan  lebih  efektif  apabila  digunakan  pengeboran  sistem  wireline.  Dalam

sistem  ini  untuk  mengangkat  core  barrel  cukup  menggunakan  sebuah  kawat  yang

ditarik dari atas sehingga tidak perlu mengeluarkan seluruh rangkaian bor.

Sampel  yang  didapatkan  dalam  pengeboran  inti  adalah  inti  bor  dan  cutting.  Pada

setiap  kali  run  pengeboran  maka  inti  diangkat  dan  dikeluarkan  dari  core  barrel  dan

kemudian disimpan dalam sebuah core box. Panjang setiap ruang atau segmen pada

core  box  disesuaikan  dengan  panjang  core  barrel  sehingga  dalam  setiap  kali  run

maka   inti   bor   akan   tersimpan   dalam   satu   ruang   atau   segmen.   Hal   yang   harus

diperhatikan  dalam  penyimpanan  inti  adalah  pemberian  kode  pada  setiap  ruang  atau

segmen core box sehingga apabila dilakukan analisis maka tidak akan tertukar antara

inti   bor   kedalaman   tertentu   dengan   kedalaman   yang   lain.   Cutting   diperoleh   dari

material  yang  mengendap  dalam  pit  fluida  bor.  Pada  setiap  kali  run  pengeboran  atau

panjang  penetrasi  tertentu  dilakukan   pengamatan   cutting   dan  kemudian  sampling.

Sampel   cutting   kemudian   disimpan   dalam   kantong   sampel   dan   disimpan   untuk

dianalisis.

VII - 2

Bab VII, Operasi Pengeboran

Dalam   pengeboran   non   inti   maka   hal   terpenting   adalah   membuat   lubang   tanpa

memperoleh inti bor. Pengeboran non inti bisa dilakukan dengan metode pengeboran

putar,  tumbuk  (cable  tool),  auger,  bor  Bangka,  dll.  Dalam  pengeboran  non  inti  ini

interpretasi bawah permukaan bisa dilakukan hanya melalui cutting yang terangkat ke

permukaan  oleh  fluida  bor  atau  bailer.  Akurasi  interpretasi  geologi  akan  menemui

banyak kelemahan terutama dalam ketepatan penentuan kedalamannya.

Hal  penting  dalam  pengeboran  non  inti  adalah  bidang  gerus  (berai)  mata  bor  yang

lebih  luas.  Pada  pengeboran  putar  maka  stang  bor  yang  dipakai  harus  mempunyai

ketebalan yang lebih besar untuk mengimbangi momen puntir yang lebih besar. Pada

pengeboran  inti  maka  bidang  gerus  akan  lebih  kecil  karena  sebagian  volume  lubang

bor akan menjadi inti (tidak tergerus) sehingga digunakan stang bor yang lebih tipis.

7.2 TAHAPAN PENGEBORAN AIR

Untuk pengeboran air perlu beberapa tahapan diantaranya adalah pengeboran awal (pilot

hole),   pengujian   geofisika   well   logging   (dibahas   pada   bab   berikutnya),   pembesaran

lubang  (reaming),  konstruksi  sumur,  pembersihan  sumur  (development)  dan  pengujian

(pumping test).

7.2.1 Pengeboran Awal (Pilot hole)

Pembuatan   pilot   hole   dimaksudkan   untuk   mengetahui   litologi   secara   rinci.   Pilot   hole

dilakukan  dengan  mata  bor  misalnya  dengan  mata  bor  jenis  tricone  diameter  6”  sampai

kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan. Kelebihan

kedalaman   ini   dimaksudkan   agar   sisa   kedalaman   tersebut   dapat   berfungsi   sebagai

kantong kotoran yang tidak terangkat.

7.2.2 Pembesaran Lubang Bor (Reaming)

Tujuan   pembesaran   lubang   bor   adalah   untuk   mendapatkan   kemudahan-kemudahan

dalam hal :

peletakan pipa dan saringan (konstruksi)

peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel dan grouting cement

peletakan pipa piezometer (kalau ada)

VII - 3

Bab VII, Operasi Pengeboran

peletakan pipa pelindung sementara (temporary casing)

7.2.3 Konstruksi Sumur

Berdasarkan  pada  rencana  konstruksi  sumur  dan  hasil  pengukuran  penampang  lubang

bor maka konstruksi sumur harus dilakukan secepat mungkin setelah dilakukan

pembesaran   lubang   bor   (reaming)   dan   pembersihan   sumur   (spulling).   Hal   ini   untuk

menghindari  terjadinya  runtuhan  dinding  lubang  bor  yang  dapat  menyumbat  lubang  dan

menjepit stang bor sehingga mengganggu pekerjaan berikutnya.

Setelah   konstruksi   sumur   selesai   tahapan   berikutnya   adalah   pengisian   gravel   (gravel

packing)  dengan  mengisikan  gravel  (kerikil)  yang  berukuran  2-5  mm  ke  dalam  ruang

antara   dinding   lubang   bor   dengan   dinding   pipa   dan   dinding   saringan   melalui   pipa

penghantar  1,5”  dari  dasar  sumur  sampai  kedalaman  yang  direncanakan.  Bersamaan

dengan pengerjaan pengisian gravel dilakukan pemompaan lumpur (spulling) dari pompa

melalui ruang pipa konstruksi. Pekerjaan ini harus diusahakan agar lumpur keluar melalui

dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat beradanya gravel dengan menutup

ruangan  di  dalam  pipa  konstruksi.  Spulling  ini  bertujuan  untuk  membuat  gradasi  gravel

yang dimasukkan sehingga gravel tersusun dengan baik dan padat.

Tahap  selanjutnya  adalah  melakukan  grouting  cement,  yaitu  dengan  cara  memasukkan

adonan  semen  ke  atas  permukaan  gravel  (ruang  antara  dinding  pipa  konstruksi  dengan

dinding   lubang   bor)   melalui   pipa   penghantar   1,5”,   selanjutnya   pipa   1,5”   dicabut   satu

persatu   sampai   semen   mencapai   permukaan.   Pekerjaan   grouting   cement   dilakukan

dengan maksud untuk:

Menyekat   air   yang   tidak   dikehendaki   (agar   air   permukaan   tidak   masuk   ke   dalam

sumur).

Mengikat   pipa   konstruksi   dengan   dinding   lubang   bor   agar   kondisi   pipa   konstruksi

kokoh dan tidak meluncur turun.

7.2.4 Pembersihan Sumur (Development)

Pembersihan sumur dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:

1. Pengocokan mekanis (surging)

Pengocokan   mekanis   dilakukan   dengan   menaik-turunkan   stang   bor   atau   pipa   di

antara  stang  bor  atau  pipa  penghantar  yang  dipasang  alat  plunger,  biasanya  posisi

VII - 4

Bab VII, Operasi Pengeboran

terletak  di  dalam  pipa  jambang.  Pengocokan  mekanis  dilakukan  berkali-kali  sampai

kondisi air agak jernih.

Maksud dilakukan pengocokan mekanis ini adalah untuk :

mengeluarkan kotoran yang ada di dalam sumur (saat ditekan)

menghisap  air  dari  akifer  ke  dalam  sumur  sehingga  kondisi  lumpur  yang  kental

menjadi  encer  (saat  ditarik)  dan  kotoran-kotoran  yang  menempel  dalam  saringan

terbawa ke dalam sumur

membantu proses pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik)

2. Penyemprotan air bertekanan tinggi (water jetting)

Setelah   proses   pengocokan mekanis   diselesaikan   kemudian   dimasukkan STTP

(Sodium Tripoly Phosphat) ke dalam sumur dan dibiarkan antara 12-24 jam Tujuannya

untuk  melarutkan  lumpur  dan  lempung  yang  masih  tersisa  dalam  sumur.  Setelah  ini

baru dilakukan pekerjaan water jetting yaitu penyemprotan air bersih bertekanan tinggi

ke dalam sumur yang diarahkan tepat pada saringan terpasang melalui pipa

penghantar dan alat penyemprot jetting tool. Penyemprotan dilakukan secara

bertahap   dari   saringan   ke   saringan   yang   lainnya   dan   perlu   dilakukan   berkali-kali.

Pekerjaan   ini   diakhiri   dengan   spulling   yaitu   meletakkan   alat   penyemprot   di   dasar

konstruksi  sumur  sehingga  kotoran-kotoran   yang  keluar  dari  saringan  yang  masih

mengendap  di  dasar  sumur  dapat  terangkat  keluar.  Pekerjaan  ini  dihentikan  setelah

air yang keluar dari sumur benar-benar bersih.

Maksud dilakukannya pekerjaan water jetting adalah:

Membantu  proses  gradasi  dari  gravel  sehingga  gravel  dapat  tersebar  merata  dan

semakin padat.

Memperbesar dan membuka lubang saringan yang masih tersumbat.

Membersihkan   kotoran-kotoran   yang   masih   tersisa   di   dalam   sumur,   saringan,

maupun gravel sehingga diharapkan efisiensi sumur semakin meningkat.

3. Pengurasan sumur (over pumping)

Over  pumping  adalah  melakukan  pemompaan  dengan  debit  maksimal  dari  pompa

penguji yang digunakan. Tujuan over pumping adalah untuk:

Membersihklan kotoran-kotoran yang tersisa di dalam sumur

Menentukan  debit  pompa  pada  saat  uji  pemompaan  bertahap  dari  debit  terkecil

sampai debit terbesar

VII - 5

Bab VII, Operasi Pengeboran

Memperkirakan letak pompa yang aman pada saat uji pemompaan

Biasanya  pada  saat  dilakukan  pekerjaan  over  pumping  masih  ada  sedikit  kotoran

yang  keluar  terutama  pada  saat-saat  awal  pemompaan.  Over  pumping  dihentikan

setelah kondisi air yang keluar dinilai benar-benar bersih.

4. Pengujian sumur (pumping test)

Uji pemompaan yang biasa dilakukan pada sumur bor air adalah :

Uji pemompaan bertahap (step draw down test)

Uji   pemompaan   bertahap   dilakukan   untuk   menentukan   nilai-nilai   karakteristik

sumur Pelaksanaannya adalah   memompa   air   dengan   debit   terkecil sampai

penurunannya   konstan,   kemudian   dilanjutkan   dengan   debit   berikut   yang   lebih

besar  sampai  penurunannya  konstan,  demikian  seterusnya  sampai  debit  terbesar

dan penurunannya konstan.

Parameter-parameter  yang  perlu  diperhatikan  pada  saat  uji  pemompaan  tersebut

adalah :

kapasitas pompa (pk)

letak pompa (m)

posisi mulut sumur (planes) dari muka tanah (m)

muka air tanah sebelum dipompa/SWL (Static Water Level)

besarnya debit pemompaan (l/dt)

muka  air  tanah  setelah  dipompa/DWL  (dynamic  Water  Level)  pada  interval

waktu-waktu yang telah ditentukan (m).

pengambilan sampel air sebelum dan sesudah pemompaan

pengukuran sifat fisik air sebelum dipompa (warna, rasa, pH, dan bau)

pengamatan muka air pada sumur-sumur pengamat.

Pemompaan dilakukan sesuai dengan jumlah tahap yang telah direncanakan serta

waktu yang  telah ditentukan. Setelah selesai melakukan uji pemompaan bertahap

dilakukan  uji  kambuh  sampai  muka  airnya  kembali  ke  posisi  awal  (SWL)  dengan

menghitung waktu yang dibutuhkan.

VII - 6

Bab VII, Operasi Pengeboran

Uji pemompaan menerus (long term test)

Uji  pemompaan  menerus dilakukan  dengan  menggunakan  debit  terbesar  pada  uji

pemompaan  bertahap.  Tujuan  dilakukan  uji  pemompaan  menerus  adalah  untuk

menentukan   karakteristik   akifer.   Hal-hal   yang   harus   diperhatikan   sama   seperti

pada  uji  pemompaan  bertahap,  yang  berbeda  hanya  debit  pemimpaan.  Pada  uji

pemompaan   menerus   debit   yang   digunakan   konstan   dan   waktu   pengamatan

umumnya jauh lebih lama dari pengamatan uji pemompaan bertahap.

VII - 7

BAB VIII

KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS

8.1   KENDALA-KENDALA TEKNIS

Dalam  kenyataannya  pengeboran  tidak  selalu  berjalan  dengan  lancar,  berbagai  macam

hambatan   sering   terjadi.   Hambatan   ini   sering   disebut   sebagai   hole   problems   atau

downhole  problems,  dapat  terjadi  karena  masalah-masalah  di  dalam  lubang  bor  maupun

di  permukaan.  Penyebab  permasalahan  ini  misalnya  karena  mesin  mati,  rangkaian  bor

rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya.

Hambatan dalam pengeboran ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

Tidak sempurnanya inti yang diperoleh (khusus pada pengeboran inti)

Caving shale problem

Hilangnya lumpur pengeboran (lost circulation/water lost)

Pipa terjepit

Semburan liar (blow out)

Jenis-jenis   hambatan   ini   dapat   terjadi   sendiri-sendiri,   bersama-sama,   atau   satu   akan

mengakibatkan yang lain. Hambatan-hambatan tersebut sering terjadi dan dapat

menimbulkan  kerugian  yang  besar.  Namun  demikian  dengan  penanganan  yang  benar

diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.

8.1.1   Masalah Pada Pengeboran Inti (Coring)

Idealnya  inti  yang  diperoleh  pada  pengeboran  berbentuk  sempurna  dan  tidak  mengalami

kehilangan tetapi pada kenyataanya hal ini sukar diperoleh. Bentuk-bentuk permasalahan

pada inti yang mungkin dapat dijumpai di lapangan berupa:

- Inti terpotong menyerupai spiral yang diakibatkan oleh gangguan pada bit

- Perubahan mendadak pada diameter inti yang diakibatkan oleh pergantian bit setelah

menembus batuan induk

- Inti berbentuk ulir yang diakibatkan karena tekanan bit yang terlalu besar

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

- Core blocking yang diakibatkan karena adanya displacement fragmen batuan

sepanjang bidang belahannya

8.1.2   Caving/Shale Problem

Pengertian

Pengeboran menembus lapisan shale mempunyai permasalahan tersendiri. Menjaga agar

shale stabil, tidak runtuh atau logsor merupakan suatu masalah, tidak terdapat suatu cara

pasti  yang  dapat  diterapkan  untuk  semua  keadaan.  Untuk  mengurangi  masalah  ini  maka

biasanya  pengeboran  dilaksanakan  dengan  menerapkan  drilling  practice  yang  baik  dan

penggunaan   mud   practice   yang   tepat.   Karena   runtuhan   atau   longsornya   shale   maka

akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain:

lubang bor membesar

masalah pembersihan lubang bor

pipa bor terjepit

bridges dan fill up

kebutuhan   lumpur bertambah

penyemenan yang kurang sempurna

kesulitan dalam pelaksanaan logging

dan lain-lainya

Jenis-Jenis Shale

Shale   biasanya   merupakan   lapisan   yang   diendapkan   pada   cekungan   marine,   terdiri

terutama  dari  lumpur,  silt,  dan  clay,  dalam  bentuknya  yang  lunak  biasanya  disebut  clay.

Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin tinggi sehingga endapan ini

(clay)   akan   mengalami   perubahan   bentuk   dan   disebut   sebagai   shale.   Selanjutnya,

perubahan bentuk karena   proses metamorfosa disebut slate, phylite, atau mica schist.

Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale sedangkan yang

mengandung  banyak  material  organik  disebut  carbonaceous  shale.  Shale  mengandung

berbagai jenis mineral lempung yang sebagian berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung

banyak   mineral   montmorilonite   akan   berhidrasi   tinggi   yaitu   akan   menyerap   air   dalam

kapasitas yang besar. Biasanya shale   terdapat dalam formasi yang relatif   tidak dalam.

VIII - 2

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Pressure shale

Shale   merupakan   batuan   endapan   yang   biasanya   terdapat   di   daerah   yang   luas,

adakalanya   terdapat   pula   kontak   dengan   endapan   pasir.   Dengan   semakin   tebal

lapisan   di   atasnya   karena   proses   pengendapan   terus   berlangsung   maka   tekanan

overburden akan semakin besar. Pada proses compaction atau pemadatan ini cairan-

cairan yang berada di dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam

batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batupasir. Akibatnya

cairan terperangkap dan tertekan di dalam pasir dan tekanan dapat mencapai tekanan

yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu sendiri.

Selanjutnya  pada  waktu  lapisan  tersebut  dilakukan  pengeboran  bisa  terjadi  situasi

dimana  tekanan  hidrostatis  lumpur  lebih  kecil  daripada  tekanan  formasi.  Perbedaan

tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu

pengeboran sedang berlangsung.

Cara   untuk   mengatasi   masalah   ini   adalah   dengan   menaikan   tekanan   pada   dasar

lubang  bor,  dalam  hal  ini  menaikan  berat  lumpur.  Hal  lain  yang  perlu  diperhatikan

adalah   menjaga   agar   lubang   bor   tetap   terisi   penuh   pada   waktu   mencabut   dan

memasukkan   stang   bor,   serta   mengurangi   kemungkinan   swabbing   dengan   jalan

menurunkan viskositas dan gel strength.

Mud Making Shale

Jenis  lain  adalah  shale  yang  sangat  sensitif  terhadap  air  atau  lumpur.  Jenis  ini  dapat

berupa shale bentonit yang bisa menghisap air (hidrasi).

Cara menghadapi shale jenis ini adalah pengeboran dengan memakai cairan

pengeboran  yang  tidak  berpengaruh  atau  bereaksi  dengan  shale.  Jenis-jenis  lumpur

yang  dipakai  dalam  hal  ini  antara  lain  lime  mud,  gyp  mud,  calcium  chloride  mud,  salt

mud,   dan   yang   banyak   dipakai  saat   ini  adalah   lignosulfonate   mud   serta   oil   mud.

Namun   demikian   jenis-jenis   lumpur   ini   pun   tidak   seluruhnya   mampu   mengatasi

masalah   shale   ini.   Sehingga   yang   dapat   diusahakan   adalah   agar   shale   ini   tidak

terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur ataupun air fitrasi, salah satu cara bisa dipakai

lumpur dengan air filtrasi yang sangat rendah.

VIII - 3

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain:

- Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8,5 – 9,5

- Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor

- Air filtrasi diusahakan rendah

Stressed shale

Shale  jenis  ini  tidak  banyak  bereaksi  atau  terhidrasi  dengan  air  tetapi  mudah  runtuh.

Problem ini akan makin besar bila lapisan miring dan ditambah lagi bila menjadi basah

oleh air atau lumpur.

Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem

Sebab dan Gejala

Penyebab  masalah  shale  ini  dapat  dikelompokkan  dari  segi  lumpur  maupun  dari  segi

drilling practice atau mekanis.

Beberapa penyebab dari kelompok mekanis antara lain:

- Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi

- Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor

- Adanya   penekanan   (pressure   surge)   atau   penyedotan   (swabbing)   pada   waktu

mencabut dan memasukkan stang bor/mata bor

- Adanya tekanan dari dalam formasi

- Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi

Secara  umum  dapat  dikatakan  bahwa  pembesaran  lubang  bor  dan  masalah  shale

berkaitan  dengan  dua  masalah  pokok,  yaitu  tekanan  formasi  dan  kepekaan  terhadap

lumpur atau air filtrasi.

Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain:

- Tekanan (beban) pompa naik

- Serbuk bor (cutting) bertambah banyak

- Lumpur menjadi kental

- Air filtrasi bertambah

- Bridges dan fill up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor

- Torsi bertambah besar

VIII - 4

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

- Bit baling

Penanganan

Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale antara lain:

- Penggunaan lumpur yang baik:

- Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi

- Keasaman lumpur yang sesuai (pH sekitar 8,5 – 9,5)

- Filtrasi rendah

- Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus

- Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan tegang

- Mengurangi/menghindari kemiringan lubang bor

- Mengindari  swabbing atau pressure  surge  pada  saat mencabut dan memasukkan

stang bor atau mata bor

Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost Circulation / Water Lost)

Pengertian

Hilangnya  lumpur  pengeboran  merupakan  proses  masuknya  lumpur  ke  dalam  formasi.

Hilangnya   lumpur   ini   merupakan   problem   lama   di   dalam   pengeboran,   banyak   terjadi

dimana-mana   serta   pada   kedalaman   yang   berbeda-beda.   Hilangnya   lumpur   ini   dapat

terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi.

Sebab-Sebab

Ditinjau  dari  segi  formasi  maka  hilangnya  lumpur  dapat  disebabkan  oleh  hal-hal  sebagai

berikut:

- Coarseley permeable formation

Contoh   dari   jenis   formasi   ini   adalah   pasir   dan   gravel.   Namun   tidak   semua   jenis

formasi  ini  menyerap  lumpur,  formasi  ini  dapat  menyerap  lumpur  dimana  tekanan

hidrostatis   lumpur   harus   lebih   besar   daripada   tekanan   formasi.   Selain   itu   ada

pengertian  bahwa  lumpur  mampu  masuk  ke  dalam  formasi  bila  diameter  lubang  atau

pori-pori  sedikitnya  tiga  kali  lebih  besar  terhadap  diameter  butiran  atau  partikel  padat

dari Lumpur.

VIII - 5

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

- Cavernous formation

Hilangnya  lumpur  ke  dalam  reef,  gravel,  atau  pun  formasi  yang  mengandung  banyak

gua-gua  sudah  dapat  diduga  sebelumnya.  Gua-gua  ini  banyak  terdapat  pada  formasi

batu kapur (limestone dan dolomite).

- Fissure, fractures, faults

Ini  merupakan  celah-selah  dan  retakan  di  dalam  formasi.  Bila  terjadinya  hilangnya

lumpur   tidak   pada   formasi   permeabel   atau   batukapur,   biasanya   ini   terjadi   karena

celah-celah  dan  retakan  tersebut.  Fractures  dapat  bersifat  alamiah  karena  proses-

proses geologi tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab mekanis selama

pengeboran (induced fractures). Fractures ini dapat disebabkan antara lain:

o   Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor / mata bor

o   Kenaikan   tekanan   karena   drilling   practice   yang   tidak   benar,   misalnya   tekanan

pompa  terlalu  tinggi,  lumpur  terlalu  kental,  gel  strength  terlalu  besar.  Dapat  juga

karena   perlakuan   yang   kurang   sesuai   misalnya   menjalankan   pompa   secara

mengejutkan, dan lain sebagainya.

Hilangnya  lumpur  bor  tidak  hanya  dipengaruhi  oleh  faktor  formasi  saja  akan  tetapi  juga

dipengaruhi  oleh  sifat  lumpur  dan  juga  operasional  pengeboran  yang  akan  dijelaskan

sebagai berikut:

- Squeeze effect

Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang kental

maka  lumpur yang berada  di bawah  mata bor akan  terlambat  naik  ke annulus di atas

mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor tertekan ke formasi karena

kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini

dikenal   sebagai   squeeze   effect.   Akibat   dari   squeeze   effect   dapat   menyebabkan

formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.

- Berat jenis lumpur yang tinggi

Karena  berat  jenis  lumpur  yang  digunakan  tinggi  maka  tekanan  hidrostatis  lumpur

akan   menjadi   besar.   Bila   menemui   lapisan   yang   tekanan   rekahannya   kecil   maka

formasi   akan   terjadi   rekahan-rekahan   dan   akibatnya   adalah   sama   seperti   yang

diuraikan di atas.

- Viskositas lumpur yang tinggi

Bila  viskositas  lumpur  tinggi  maka  tekanan  sirkulasi  lumpur  di  annulus  akan  cukup

tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi tidak kuat.

- Gel strength lumpur yang tinggi

VIII - 6

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Gel  strength  sangat  penting  di  waktu  tidak  ada  sirkulasi  yaitu  akan  menahan  cutting

supaya   tidak   turun   ke   dasar   lubang.   Dalam   kondisi   ini   material   pembuat   lumpur

diusahakan  tidak  menumpuk  di  dasar  lubang.  Apabila  gel  strength  tinggi  maka  untuk

memulai  sirkulasi  yang  sempat  terhenti  akan  diperlukan  tenaga  pompa  yang  cukup

besar.  Bila  formasi  tidak  sanggup  menahan  tekanan  pompa  yang  besar  ini  maka

formasi akan pecah.

- Pemompaan yang   mengejutkan

Pemompaan   lumpur   yang   mengejutkan   akan   menyebabkan   formasi   pecah   jika

formasi  tidak  kuat.  Akibatnya  adalah  seperti  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya.  Pada

waktu  mata  bor  menembus  formasi  ini  maka  lumpur  akan  mengisi  gua,  celah,  dan

rekahan yang ada.

Tindakan Pencegahan

Pengalaman  menunjukkan  bahwa  sekitar  50%  dari  hilangnya  lumpur  pengeboran  terjadi

karena induced  fracture. Dalam hal ini hilangnya  lumpur  dapat terjadi dimana-mana  tidak

terlalu  terpengaruh  oleh  jenis  formasi.  Dengan  demikian  pencegahan  akan  lebih  murah

daripada  mengatasi  hilangnya  lumpur  pengeboran  bila  sudah  terjadi.  Beberapa  hal  yang

perlu diingat untuk pencegahan antara lain:

- Berat lumpur

Berat Lumpur perlu dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi tekanan

formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga mengakibatkan

penambahan  berat  lumpur.  Sehingga  pembersihan  lubang  bor  memegang  peranan

yang penting.

- Viscosity dan gel strength

Gel strength juga dijaga agar tetap kecil, gel strength yang besar memerlukan tenaga

yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut, tenaga yang besar ini akan dapat

mengakibatkan pecahnya formasi. Disarankan agar rotary table dan spindle

digerakkan terlebih dulu sebelum menjalankan pompa, disamping itu dalam

menjalankan   pompa   tidak   dilakukan   dengan   mengejutkan   (perlahan-lahan   dalam

membuka kran/katup).

- Pada  waktu  menurunkan  stang  bor  dan  mata  bor  harus  dihindari  terjadinya  pressure

surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut atau menaikkan

stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing.

- Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dapat

mengurangi negative mud seperti caving dan sloughing bridging.

VIII - 7

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran

Cara  mengatasi  hilangnya  lumpur  pengeboran  ini  sangat  berbeda  satu  dari  yang  lain,

tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa cara

yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya lumpur pengeboran:

- Bahan penyumbat

Dalam   mengatasi   hilangnya   lumpur   pengeboran   dipergunakan   bahan   penyumbat

antara lain:

o Granular material sepeti nut shells, nut plug, dan tuff plug

o Fibrous material seperti leather floc, fiber seal, dan chip seal

o Flakes seperti mica dan cellophare

o Kombinasi  jenis  bahan-bahan  tersebut  di  atas.  Demikian  pula  ukurannya  dapat

dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse)

o Heat expanded material seperti expandedperlite

o Bahan-bahan  khusus  seperti  high  filter  loss  slurry,  bentonite  diesel  oil  slurry,  atau

bentonite diesel oil cemen slurry

- Seepage losses

Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil yaitu kurang

dari 15 bbl/jam, usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:

Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode menunggu

Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara:

- Menyiapkan bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa

bahan-bahan tersebut sekitar 200 bbl.

- Bahan  penyumbat  akan  lebih  baik  apabila  terdiri  dari  bermacam-macam  jenis

serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25-35 lbs/bbl lumpur. Apabila

hilangnya  lumpur  pengeboran  makin  besar  maka  jumlah  serta  ukuran  bahan

penyumbat harus diperbesar.

- Bahan   penyumbat   dipompakan   ke   dalam   lubang   bor,   pada   saat   bahan

penyumbat sampai pada dasar mata bor maka pengeboran dapat dimulai lagi.

Dengan   demikian   sirkulasi   lumpur   bor   akan   kembali   normal   (seimbang),

apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan dengan

batchmethod ini dapat diulang hingga berhasil.

- Complete loss of returns

Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari lubang bor tetapi lubang bor

tetap  penuh.  Hal  yang  dapat  diusahakan  antara  lain  dengan  memakai  highfilterloss

slurry atau soft plug.

VIII - 8

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

- Lumpur tidak sampai ke permukaan

Keadaan  ini  sangat  berbahaya  karena  akan  terjadi  pengurangan  tekanan  hidrostatis

lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi wellkick. Usaha yang harus segera

dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya harus

diperhitungkan  atau  lubang  bor  disumbat  terlebih  dahulu  dengan  bahan  penyumbat

sebelum pengeboran dilanjutkan.

- Blind drilling

Adakalanya   pengeboran   menembus   formasi   dengan   tekanan   yang   sangat   rendah

bahkan  di  bawah  tekanan  hidrostatis  air.  Usaha  yang  dapat  dilakukan  antara  lain

pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan misalnya aeratedmud atau mistdrilling

sampai  mencapai  formasi  yang  cukup  keras  untuk  kemudian  dipasang  casing  dan

disemen.

Stang Bor Terjepit

Pengertian

Dalam  kenyataannya  operasi  pengeboran  tidak  selalu  berjalan  lancar.  Seringkali  stang

bor  terjepit,  benda-benda  asing  terjatuh,  atau  benda  yang  tertinggal  di  dalam  lubang  bor

(stang   bor   patah),   semua   benda   ini   disebut   dengan   fish.   Hal   ini   dapat   menggangu

kelancaran  operasi pengeboran,  peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan dulu dari

lubang  bor  sebelum  operasi  pengeboran  dapat  dilanjutkan.  Operasi  pembersihan  lubang

bor  ini  sering  disebut  sebagai  pemancingan.  Sedangkan  peralatan  khusus  yang  dipakai

dalam  operasi   pemancingan   ini  disebut  sebagai  alat  pancing.   Selanjutnya   jenis   serta

ukuran  dan  bentuk  benda  yang  harus  dipancing  sangat  belainan  dan  ini  memerlukan

prosedur serta peralatan yang berbeda pula.

Jenis dan Sebab Jepitan

Ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu:

- Caving soughing

Akibat  pengeboran  menembus  formasi  yang  tidak  stabil  dan  mudah  runtuh  terutama

shale, gejala yang tampak pada problem ini antara lain:

tekanan pompa naik

serbuk bor / cutting bertambah

VIII - 9

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

ada sangkutan (drag, bridges)

torsi naik

bit balling

lumpur: viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik

Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mudpractice serta

drilling   partice   yang   baik.   Usaha-usaha   yang   dapat   dilakukan   untuk   mengatasi

masalah ini antara lain sirkulasi yang intensif (turnkan water loss,pelumasan),

kemudian perendaman (spotting ) dengan minyak atau oil soluble surfactant.

- Key seat

Key  seat  atau  lubang  kunci  ini  dapat  terjadi  pada  lubang  bor  miring.  Hal  ini  terjadi

karena  gesekan  rangkaian  stang  bor  dengan  dinding  lubang  bor  bagian  atas  dan

membentuk  semacam  lubang  kunci  jika  lubang  bor  dilihat  dari  atas.  Biasanya  jepitan

terjadi  waktu  mencabut  stang  bor.  Untuk  pencegahannya  dapat  dilakukan  dengan

menghindari  belokan  tajam  (dog  leg).  Pada  sumur  miring  belokan  yang  disarankan

maksimum 3/100 ft.

- Defferential pressure sticking

Jepitan jenis ini terjadi apabila:

formasi porous dan permeabel

lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi

lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)

Dalam  hal  ini  tidak  tampak  adanya  gejala  sebelum  jepitan.  Jepitan  jenis  ini  dapat

terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai tindakan

pencegahan antara lain:

mengurangi  berat  lumpur  dan  air  filtrasi,  pelumasan,  dapat  dipakai  oil  emulsion

mud, oil invert emulsion mud atau oil base mud

memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor

Jenis dan Sebab Jepitan

Ada  bermacam-macam  jenis  fish  yang  terdapat  di  dalam  lubang  bor.  Jenis,  ukuran,  dan

bentuknya  dapat  bermacam-macam  tergantung  dari  situasi  serta  penyebab  adanya  fish

tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

Stang bor terjepit

Stang bor lepas / patah

Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam lubang bor

VIII - 10

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas

Kabel swab atau kabel loging putus

Peralatan-peralatan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam

lubang bor

Jenis,  ukuran,  dan  bentuk  fish  serta  situasi  dan  kondisi  lubang  bor  banyak  menentukan

cara pemancingan serta alat yang diperlukan.

Pengenalan Masalah

Sebelum  mulai  operasi  pembersihan  lubang  bor  dari  fish  yang  tertinggal  maka  harus

menentukan   dulu   perincian   serta   cirri-ciri   dari   fish   tersebut,   dimana   fish   berada,   dan

sebab-sebab mengapa fish berada di situ.

Sebagai  contoh  pada  stang  bor  terjepit.  Sebelum  atau  dalam  proses  pembebasannya

perlu  diketahui  ukuran  stang  bor,  ukuran  lubang  bor,  tempat  jepitan,  sebab  stang  bor

terjepit,  dan  seterusnya.  Contoh  lainnya  pada  stang  bor  yang  patah  dan  tertinggal  di

dalam lubang bor. Maka perlu diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa

stang bor yang tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring,

dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan langkah atau

cara pemancingan serta peralatan yang diperlukan.

Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan

- Sirkulasi

Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor yang

terjepit, yaitu dengan cara :

Sirkulasi  intensif  dan  diberi  pelumas  pada  lumpur  bor,  bila  stang  terjepit  karena

endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay

bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur

dapat dikurangi.

- Perendaman

Bila  pipa  terjepit  maka  perlu  dicari  tempat  jepitan,  biasanya  jepitan  terjadi  karena

endapan   atau   longsoran   pasir,   shale,   atau   clay.   Bila   demikian   dapat   dipompakan

cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba

VIII - 11

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

digerakan  naik  turun  atau  diputar.  Waktu  perendaman  dapat  singkat   atau  sampai

beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil

emulsion   mud,   asam   klorida   (HCl),   atau   yang   popular   saat   ini   adalah   oil   soluble

surfactant  (misalnya  pipe  lax)  yang  dilarutkan  dalam  diesel  oil,  dengan  jumlah  rata-

rata  satu galon  surfactant  untuk  tiap  barrel  minyak.  Dalam  hal  ini  perlu  diperhatikan

agar cairan perendam   benar-benar berada di daerah jepitan.

- Pengeboran kurung (wash over)

Bila  stang  bor  yang  tertinggal  di  dalam  lubang  bor  karena  patah  atau  dipotong  dalam

keadaan  terjepit,  maka  jepitan  harus  dibersihkan  dulu  sebelum  pipa  dapat  diangkat.

Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya.

- Sidetrack dan Abandon

Adakalanya   stang   bor   yang   terjepit   tidak   dapat   dibebaskan.   Terpaksa   lubang   bor

disumbat   dengan   semen   (plug   back)   dan   kemudian   pengeboran   dilanjutkan   ke

samping   (sidetrack).   Kemungkinan   lain   adalah   sumur   disumbat/ditutup   lalu

ditinggalkan.

Alat Pancing

Alat  pancing  secara  keseluruan  dapat  dikelompokkan  dalam  alat  pancing  itu  sendiri  dan

alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat

keselamatan agar rangkaian stang bor pemancignan itu sendiri tidak terjepit.

- Alat pancing pipa:

dari luar:

- die collar

- overshot

dari dalam:

- taper tap

- pipe spear

- Alat pancing benda-benda kecil :

junk basket

fishing magnet

- Alat pancing kabel:

VIII - 12

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

cable spear

- Alat pemukul:

bumper sub

jar: mechanical rotary jar, hydraulic jar, surface jar.

- Alat pemotong pipa: internal cutter dan external cutter

- Alat penyelamat: safety joint

- Lain-lain: milling shoe dan casing roller

Rangkaian Alat Pancing

Untuk pemancingan benda–benda dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas

terutama  untuk  stang  bor,  maka  disarankan  agar  dalam  rangkaian  alat  pancing  tersebut

dipasang :

- Safety joint, sebagai pengaman   di atas alat pancing

- Jar/bumper sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan

- Drill collar, sebagai pemberat

- Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam

Semburan Liar (Blow Out)

Untuk  menjelaskan  arti  semburan  liar/blow  out  terlebih  dahulu  akan  diperkenalkan  istilah

kick yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau minyak ) ke dalam lubang sumur. Hal ini

dikarenakan lumpur pengeboran tidak dapat mengontrol tekanan formasi yang

disebabkan karena turunnya tekanan hidrostatis lumpur pengeboran dan naiknya tekanan

formasi.  Lumpur  pengeboran  memberikan  tekanan  hidrostatik  kepada  formasi  yang  akan

semakin  besar  sejalan  dengan  pertambahan  kedalaman.  Bila  tekanan  hidrostatis  lebih

kecil  dari  tekanan  formasi  terjadilah  kick.  Fluida  formasi  yang  sudah  masuk  ke  dalam

lubang   sumur   ini   mempunyai   tekanan   yang   besar   sehingga   fluida   ini   mengalir   ke

permukaan.  Kalau  tidak  dapat  dikontrol  dengan  cepat  maka  akan  terjadi  semburan  fluida

formasi   tersebut   ke   permukaan,   hal   inilah   yang   disebut   dengan   blow   out.   Bila   yang

menyembur  adalah  minyak  dan  atau  gas  maka  akan  sangat  berbahaya  sekali  terutama

jika  terdapat  sepercik  api  yang  akan  menyebabkan  kebakaran.  Apabila  blow  out  berupa

air maka masih dapat diusahakan untuk menutup peralatan-peralatan pencegah

semburan liar.

VIII - 13

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

Faktor  yang  mempengaruhi  tekanan  hidrostatis  lumpur  adalah  berat  jenis  lumpur  dan

ketinggian  kolom  lumpur.  Apabila  terdapat  salah  satu  atau  keduanya  yang  rendah  maka

akan menyebabkan turunya tekanan hidrostatis lumpur.

- Berat jenis lumpur turun

Bercampurnya   fluida   formasi   dengan   lumpur   bor   akan   menyebabkan   berat   jenis

lumpur turun, hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu:

Swab effect

Terjadi   apabila   pencabutan   rangkaian   stang   bor   terlalu   cepat   maka   antara

rangkaian  stang  bor  dan  dinding  lubang  bor  akan  mirip  seperti  halnya  piston  dan

silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran menjadi

vakum dan fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah

lagi  dengan  viskositas  lumpur  yang  besar  (lumpur  kental)  maka  gerakan  lumpur

yang  ada  di  atas  bit  terlambat  mengisi  ruangan  di  bawah  bit.  Akibatnya  akan

masuk  fluida  formasi  ke  dalam  lubang  dan  bercampur  dengan  lumpur  bor  dan

akan  menyebabkan  berat  jenis  lumpur  turun.  Hal  ini  dapat  menurunkan  tekanan

hidrostatis dari lumpur bor.

Menembus formasi gas

Saat menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan akan mengandung gas.

Walaupun  mulanya  tekanan  hidrostatis  lumpur  dapat  membendung  gas  supaya

tidak  dapat  masuk  ke  dalam  lubang,  tetapi  gas  dapat  masuk  ke  dalam  lubang

bersama cutting. Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur, makin lama gas

makin banyak sehingga akan menurunkan berat jenis dari lumpur bor. Apabila hal

ini terjadi maka tekanan hidrostatis lumpur tidak dapat lagi membendung

masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar.

- Tinggi kolom lumpur turun

Bila formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada lapisan di dalam lubang

bor   maka   lumpur   bor   akan   masuk   ke   dalam   lapisan   yang   pecah   atau   bercelah

tersebut  sehingga  tinggi  kolom  lumpur  akan  turun.  Maksudnya  di  sini  adalah  tinggi

kolom lumpur di annulus. Walaupun berat jenis lumpur tidak turun, tekanan hidrostatis

dari lumpur akan turun dengan turunnya tinggi kolom lumpur.

VIII - 14

Bab VIII, Kendala Teknis dan Non-Teknis

8.2   KENDALA-KENDALA NON-TEKNIS

Banyak  kendala  non-teknis  yang  sering  dijumpai  saat  proses  pengeboran  di  lapangan.

Keberadaan  kendala  ini  biasanya  sangat  mempengaruhi  kemajuan  proses  pengeboran.

Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah:

- Lokasi base camp (tempat tinggal sementara bagi kru bor)

Pada  daerah  tertentu  kondisi   keberadan  base   camp   ini  harus  benar-benar  aman.

Gangguan  dapat  berasal  dari  manusia  lain  di  sekitar  lokasi  dan  juga  karena  adanya

gangguan   dari   binatang–binatang   buas.   Adanya   kendala   ini   akan   sangat

mempengaruhi  kondisi  psikologis  dan  ketenangan  bagi  kru  bor  yang  akhirnya  akan

mempengaruhi prestasi atau kecepatan pekerjaan pengeboran.

- Letak  titik  pengeboran  harus  terletak  pada  lokasi/daerah  yang  bebas  dari  masalah

kepemilikan  seperti  tanah  daerah  sengketa,  daerah–daerah  yang  dilindungi  (cagar

alam/budaya),   dll.   Kendala   ini   keberadaanya   akan   sangat   mempengaruhi   proses

pekerjaan pengeboran terutama apabila pekerjaan pengeboran sudah berjalan.

- Proses kegiatan pengeboran harus diusahakan tidak mengganggu kondisi lingkungan

setempat  terutama  jika  terletak  di  daerah  pemukiman.  Sehingga  jam-jam  kerja  harus

diatur agar keberadaannya seperti kerja lembur.

- Kondisi kesehatan kru bor. Hal ini harus selalu diantisipasi agar mereka dapat bekerja

secara kontinyu dan tidak terhenti karena adanya gangguan kesehatan dari salah satu

kru bor. Hal ini akan sangat mempengaruhi efisiensi kerja pengeboran.

VIII - 15

BAB IX

WELL LOGGING

Proses  well  logging  penting  sekali  untuk  mengumpulkan  sebanyak  mungkin  informasi

secara  berkesinambungan  pada  sumur-sumur  eksplorasi  agar  diperoleh  informasi  yang

lebih baik dari susunan geologi yang kemudian dapat dikorelasikan dengan sumur-sumur

lainnya.

Well   logging   memberikan   data   yang   diperlukan   untuk   evaluasi   secara   kuantitas   dari

lapisan  pada  situasi  dan  kondisi  yang  sesungguhnya.  Kurva  log  memberikan  informasi

yang cukup tentang sifat-sifat batuan dan cairan. Dari   sudut pandang pengambil

keputusan,   logging   adalah   suatu   bagian   yang   penting   dari   proses   pengeboran   dan

penyelesaian  sumur.  Sehingga  adalah  mutlak  untuk  mendapat  data  log  yang  akurat  dan

lengkap.

Log  adalah  suatu  grafik  kedalaman   (kadang-kadang   waktu)  dari  satu   set   kurva  yang

menunjukkan  parameter  yang  diukur  secara  berkesinambungan  di  dalam  sebuah  sumur.

Pada dasarnya log dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam log, yaitu log lapangan (field

print),  dimana  log  ini  dihasilkan  dari  log  lapangan  yang  orisinil  dan  belum  diubah  sama

sekali.  Log  Transmisi  (field  transmitted  log)  untuk  menunjukkan  bahwa  mereka  bukan

turunan  dari  log  lapangan  melainkan  log  yang  telah  dikirimkan  dari  lokasi  melalui  jasa

satelit  atau  telepon.  Sedangkan  log  yang  sudah  diproses  adalah  log  yang  disunting  atau

diproses pada CPU dimana proses penyuntingan tidak harus dikerjakan di lapangan.

Ada beberapa metoda logging yang dapat dilakukan di dalam pelaksanaan pengukuran di

dalam   sumur,   diantaranya   adalah   metoda   temperatur,   metoda   magnet   dan   elektrik,

metoda  radiasi  nuklir,  metoda  akustik,  dan  metoda  gravimetri.  Tentunya  metoda-metoda

ini  dilakukan  dalam  pengukuran  sesuai  dengan  tujuan-tujuan  eksplorasi  yang  diinginkan.

Sedangkan   penerapan  pengukuran  logging  dapat  digunakan  dalam  penentuan  litologi

bantuan  seperti  lempung,  lanau,  pasir,  batubara,  dan  beberapa  litologi  lainnya.  Demikian

juga   dapat   dimanfaatkan   dalam   penentuan   porositas   batuan,   saturasi,   permeabilitas,

rekahan   batuan,   kemiringan   batuan,   dan   sebagainya.   Atau   lebih   spesifik   lagi   bahwa

pengukuran  logging  dapat  digunakan  untuk  tujuan  eksplorasi  minyak  dan  gas,  eksplorasi

Bab IX, Well Logging

mineral radioaktif, eksplorasi batubara, eksplorasi mineral, eksplorasi panas bumi,

ekplorasi potensi air tanah, geoteknik, dan beberapa keperluan penelitian ilmu-ilmu dasar.

Beberapa   contoh   pengukuran   geofisika   lubar   bor   (well   logging)   diantaranya   meliputi

Spontaneos   Potential   (SP),   Resistivity   (Log   Tahanan   Jenis),   Log   Sinar   Gamma,   Log

Gamma-Gamma (Density Log), dan Caliper Log.

8.1. SPONTANEOUS POTENSIAL (SP)

Log   SP   bisa   digunakan   untuk   menentukan   lapisan   permeabel   serta   batas-batasnya,

menentukan  tahanan  jenis  air  formasi  (Rw),  dan  dapat  memberikan  indikasi  kuantitatif

dari  lapisan  serpih.  SP  merupakan  beda  potensial  yang  terjadi  secara  alamiah  antara

elektroda   yang   bergerak   dalam   lubang   bor   dengan   elektroda   yang   terdapat   pada

permukaan.  Arus  listrik  timbul  karena  adanya  proses  elektro  kimia  dan  elektro  kinetik.

Proses   elektro   kimia   terjadi   karena   adanya   tegangan   lempung   dan   tegangan   difusi.

Tegangan  akibat  elektro  kinetik  umumnya  kecil  sehingga  dapat  diabaikan.  Nilai  potensial

dari jenis log ini dinyatakan dalam mili-Volt.

8.2. LOG TAHANAN JENIS

Prinsip  dasar  metoda  log  tahanan  jenis  adalah  pengukuran  harga  tahanan  jenis  lapisan

batuan  dengan  menggunakan  elektroda  arus  dan  elektroda  potensial  yang  sama-sama

dimasukkan   ke   dalam   lubang   bor.   Arus   yang   dipancarkan   oleh   elektroda   arus   harus

konstan   sehingga   seandainya   formasi   batuan   terdiri   dari   batuan   yang   mempunyai

tahanan   jenis   sama,   maka   elektroda   potensial   akan   merekam   beda   potensial   yang

konstan. Metoda ini harus dilakukan sebelum dilakukan pemasangan pipa dan saringan.

Log tahanan jenis terbagi atas log tahahan jenis short normal (SN) dan long normal (LN).

Short  normal  mempunyai  spasi  (jarak  antara  elektroda  arus  dan  potensial  dalam  probe)

adalah   16   inch   dan   long   normal   mempunyai   spasi   64   inch.   SN   diharapkan   dapat

mendeteksi  lapisan  batuan  pada  zone  terinfiltrasi  lumpur  (invaded  zone)  sampai  zone

transisi. Sedangkan LN pada zone tak terinfiltrasi lumpur (uninvaded zone).

8.3. LOG SINAR GAMMA

Prinsip dari log sinar gamma adalah perekaman radioaktivitas alami bumi dimana sumber

radioaktivitas  berasal  dari  tiga  unsur  yang  ada  dalam  batuan  yaitu  Uranium  (U),  Thorium

IX - 2

Bab IX, Well Logging

(Th),  dan  Potasium  (K)  yang  secara  terus  menerus  memancarkan  sinar  gamma  dalam

bentuk  pulsa-pulsa   energi  radiasi  tinggi.   Sinar  gamma   ini   mampu   menembus  lapisan

batuan  dan  dideteksi  oleh  sensor  sinar  gamma  yang  umumnya  berupa  detektor  sintilasi.

Setiap   sinar   gamma   yang   terdeteksi   akan   menimbulkan   pulsa   listrik   pada   detektor.

Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu.

Beberapa kegunaan log sinar gamma ini diantaranya adalah:

Evaluasi kadar serpih

Menentukan lapisan permeabel

Evaluasi bijih mineral yang radioaktif

Evaluasi lapisan mineral batuan yang bukan radioaktif

8.4. LOG GAMMA-GAMMA (DENSITY LOG)

Dengan  menggunakan  prinsip  teori  fisika  kuantum,  apabila  sinar  gamma  dengan  tenaga

tinggi  ditembakkan  ke  formasi/lapisan  batuan  maka  akan  ada  3  macam  interaksi  yang

mungkin terjadi yaitu gejala foto listrik, hamburan Compton, dan produksi kembar.

Alat   yang   digunakan   dalam   jenis   log   ini   adalah   Litho-Density   Tool   (LDT).   Alat   ini

dirancang   untuk   memberikan   tanggapan   terhadap   gejala   foto   listrik   dan   hamburan

Compton.   Dengan   memilih   materi   radioaktif   alami   yang   memproduksi   sinar   gamma

dengan   tingkat   tenaga   antara   75   MeV   dan   2   MeV   maka   hanya   interaksi   hamburan

Compton yang efektif.

Foton  sinar  gamma  bertumbukan  dengan  elektron  dari  atom  di  dalam  batuan  sehingga

foton  akan  kehilangan  tenaga  energi  akibat  proses  tumbukkan  dan  dihamburkan  ke  arah

yang  tidak  sama  dengan  arah  awal.  Tenaga  foton  yang  hilang  sebetulnya  diserap  oleh

elektron  sehingga  dapat  melepaskan  diri  dari  ikatan  atom  menjadi  elektron  bebas.  Foton

yang  dihamburkan  ini  masih  mampu  menendang  keluar  elektron-elektron  selama  proses

tumbukkan sampai   akhirnya foton yang sudah melemah tersebut terserap secara

keseluruhan  sebagai  akibat  dari  gejala  fotolistrik.  Jumlah  elektron  yang  ditendang  keluar

oleh foton merupakan fungsi dari tenaga foton dan jenis mineral.

Densitas yang terukur oleh alat LTD sebagai akibat dari hamburan Compton sebetulnya

adalah densitas elektron (jumlah dari elektron per satuan volum). Akan tetapi dapat dicari

hubungan antara densitas elektron dan densitas formasi dengan cukup mudah

IX - 3

Bab IX, Well Logging

Pengukuran  densitas  merupakan  salah  satu  metode  yang  paling  sering  dilakukan  dalam

eksplorasi  batubara.  Pengukuran  densitas  dapat  dilaksanakan  pada  lubang  yang  kering

atau  yang  terdapat  fluidanya  baik  dalam  lubang  yang  terbuka  atau  pun  yang  telah  ada

casing-nya.

8.5. LOG KALIPER (CALIPER LOG)

Log  kaliper  diperlukan  untuk  mendeteksi  terdapatnya  gejala  keruntuhan  dinding  lubang

bor   (caving).   Cairan   di   dalam   dinding   caving   mempunyai   harga   densitas   yang   lebih

rendah   sehingga   penyajian   log   kaliper   biasanya   disejajarkan   bersama   dengan   log

densitas.

IX - 4

BAB X

ORGANISASI PENGEBORAN

10.1   SUMBERDAYA MANUSIA

Sumberdaya manusia adalah sangat penting sebagai syarat mutlak kelangsungan operasi

pengeboran.   Sumberdaya   manusia   terdiri   dari   pimpinan   puncak   yang   menjalankan

manajemen proyek pengeboran sampai kepada operator atau buruh bor yang melakukan

pengeboran  langsung  di  lapangan.  Keberhasilan  dari proyek  pengeboran  tergantung  dari

strategi  dan  manajemen  yang  diterapkan  oleh  pimpinan,  dan  disamping  itu  juga  sangat

dipengaruhi oleh kekompakan dan loyalitas dari semua unsur organisasi.

Bentuk organisasi dalam suatu kegiatan pengeboran umumnya terdiri   dari:

- Pimpinan Puncak Teknik Pengeboran (Chief Drilling Engineer)

- Teknisi Mesin

- Inspektur Teknik Pengeboran

- Kepala Teknik Pengeboran

- Juru Bor

- Staf Pelaksana

- Administrasi

- Keuangan

Pimpinan Puncak Teknik Pengeboran

(Chief Drilling Engineer)

Teknisi Mesin Inspektur Teknik Pengeboran Administrasi Keuangan

Kepala Teknik Pengeboran

Juru Bor dan Staf pelaksana

Gambar 10.1. Struktur organisasi pengeboran.

Bab X, Organisasi Pengeboran

Setiap  personal  yang  menduduki  jabatan  yang  tertera  dalam  struktur  organisasi  di  atas

mempunyai tugas-tugas utama sebagai berikut :

Tugas Utama Pimpinan Teknik Pengeboran

a. Teknis

- Perencanaan,  penyiapan,  perkiraan  jadwal  waktu  kerja  untuk  setiap  operasi

pengeboran dan pelaksanaannya

- Perencanaan  kebutuhan  peralatan  dan  pelaksanannya  untuk  masing-masing

kegiatan

- Pengkoordinasian  kerja  inspektur/kepala  teknik  pengeboran  dan  pengawasan

serta   petunjuk   kepada   petugas   lain   berkaitan   dengan   aspek   teknik   tugas

masing-masing

- Pendataan  dan  pengecekan  berbagai  jenis  peralatan  untuk  menjamin  hasil

yang maksimum dengan harga yang minimum

- Pemeriksaan sungguh-sungguh terhadap kemajuan masing-masing

pengeboran dan memberikan laporan bulanan dan tiga bulanan kepada atasan

terdekatnya

- Pengaturan tatacara pelaksanaan untuk menjamin efesiensi dan pemeliharaan

berkala,   dan   perbaikan   (overhaul)   pemesinan,   dan   melakukan   pengecekan

teratur terhadap buku log dan catatan letak mesin lapangan

- Perumusan program penelitian pengembangan industri bor dan

implementasinya guna memecahkan berbagai persoalan pengeboran

- Pelaksanaan   program   pelatihan   bagi   tenaga   pelaksana   pengeboran   dalam

rangka konsolidasi dan penegaran kembali pengetahuan pengeboran mereka.

b. Administrasi

- Melakukan   pengecekan   pengeluaran   bulanan   dan   total   pengeluaran   untuk

setiap  operasi  yang  diperbandingkan  dengan  perkiraan  biaya  masing-masing

operasi  tersebut  secara  berkaitan  agar  pengeluaran  biaya  pengeboran  dapat

dipertahankan pada tingkat yang paling rendah

- Persiapan   dan   usaha   pemenuhan   kebutuhan   kantor,   peralatan   dan   suku

cadang   operasi   pengeboran   dan   menjaganya   agar   selalu   tersedia   sesuai

kebutuhan

- Pengukuran tepat waktu dan sesuai keperluan dalam pengeboran

X-2

Bab X, Organisasi Pengeboran

- Pemeriksaan  secara  hati-hati  setiap  penerimaan  yang  berasal  dan  berkaitan

dengan lapangan pegawai/karyawan

- Menjamin penyimpanan dan keamanan peralatan yang memadai

- Penyusunan   secara   cermat   laporan   akhir   kebutuhan   kantor/peralatan   yang

tidak dapat diperbaiki atau dikembalikan dari (pekerjaan) lubang bor.

Tugas Inspektur Kepala Teknik   Pengeboran

- Membantu Pimpinan Utama pada seluruh aspek seperti   poin-poin di   atas.

Inspektur teknik pengeboran harus menjamin bahwa tuntutan pemeliharaan

permesinan di daerah kerjanya sudah dilakukan tepat waktu

- Pelaksanaan mobolisasi pegawai dan peralatan dari kantor pusat ke lapangan dari

satu lapangan ke lapangan yang lainnya

- Menjamin   pelaksanaan   yang   ditetapkan   untuk   karyawan   lapangan   telah   tepat

sehingga diperoleh penggunaan peralatan yang optimal dan biaya yang minimal

- Pengujian   dan   pemeriksaan   peralatan   baru   yang   berkaitan   dengan   pekerjaan

teknis

- Kemajuan dalam pemotongan-pemotongan berkaitan dengan operasi yang

tertunda  dan  hambatan  dari  satuan  penempatan  bor  diberbagai  lapangan.  Hal

mana   harus   dipindahkan   jika   diperlukan   setelah   konsultasi   dengan   pimpinan

utama pengeboran

- Kejadian-kejadian   perlengkapan   yang   memerlukan   kesiapan   seluruh   alat

perbaikannya,  meliputi  alat  perbaikan  segera/dadakan  (left  hand  recovery  rod).

Situasi mana memerlukan improvisasi alat perbaikan untuk mengembalikan setiap

kerusakan  alat/lubang  bor,  sehingga  menuntut  kejeniusan  dan  keahlian  matang

dari personalia/penanggungjawabnya.

Staf Lapangan

a. Operasi Bor

- Operator   bor   akan   membantu   dalam   mengoperasikan   mesin   bor,   mesin

pompa, dan perlengkapannya,

- Memeriksa   secara   langsung   setiap   unit/fungsi   dari   mesin-mesin   maupun

perlengkapannya   sebelum   dan   sesudah   shift   berakhir   untuk   meyakinkan

bahwa seluruhnya dalam keadaan baik. Mengecek baterai, air radiator,

pelumasan, mesin-mesin dan lain sebagainya.

X-3

Bab X, Organisasi Pengeboran

- Mencatat penggunaan setiap bahan bakar dan oli untuk setiap shiftnya,

- Membantu/memandu tukang-tukang bor dalam pergantian shift sehingga

proses pergantian pekerja dapat berjalan dengan baik

- Membantu  dalam  melaksanakan  perawatan  dan  perbaikan  stang  bor,  tabung

bor setiap minggunya di dalam camp

- Memperbaruhi  catatan-catatan  program  kemajuan  dari  hasil  pekerjaan  yang

telah dicapai

- Bertanggungjawab terhadap kewajiban lain yang ditugaskn asisten bor

ataupun ahli bor

b. Buruh Bor

- Kewajiban  utama  dari  buruh  bor  adalah  untuk  membantu  operator  bor  dalam

memeriksa   perlengkapan   dari   mesin-mesin,   misalnya,   air,   radiator,   minyak

pelumas, maupun pompa mesin berikut roda gigi pada setiap mulai pekerjaan

- Membantu operator bor dalam mencatat selama proses pengeboran

berlangsung dalam buku log bor

- Berperan   dalam   hal   operasional   menaikkan   dan   menurunkan   sambungan

stang   bor,   misalnya   penarikan   tali/rantai   yang   berhubungan   dengan

kemacetan ala-alat bantu

- Mengatur penempatan pipa-pipa dan bertanggungjawab terhadap

pengoperasian mesin pompa, generator, dll

- Membantu  mengerjakan  proses  pemindahan  peralatan  dari  satu  tempat  ke

tempat lain

- Menggali   tanah/batuan   untuk   membuat   sumur/bak   air,   memuat   dan

membongkar perlatan dari kendaraan, dll

- Membuat   campuran   beton   untuk   pondasi,   lumpur   dari   campuran   bentonit,

membersihkan   bak   air   setelah   selesai   dipergunakan   dan   membawa   bahan

bakar, bahan pelumas (oli) dll.

10.2   PEMBIAYAAN PENGEBORAN

10.2.1 Faktor-Faktor Pembiayaan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah biaya dalam pekerjaan pengeboran di

antaranya adalah:

- Personil

X-4

Bab X, Organisasi Pengeboran

- Metode pengeboran yang dipakai

- Peralatan yang dipakai

- Lokasi dan kondisi daerah

Faktor-faktor yang berkaitan dengan personil meliputi:

- Kemampuan teknis

- Kemampuan fisik

- Kemampuan manajemen

- Kemampua bersosialisasi

Faktor-faktor  yang  berkaitan  dengan  metode  dan  peralatan  yang  dipakai  akan  sangat

mempengaruhi jumlah biaya yang dianggarkan. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi antara

lain oleh:

- Kondisi geologi

- Besar lubang yang direncanakan

- Kedalaman pengeboran

- Keahlian kru bor dalam pengoperasian alat

Kondisi lokasi pekerjaan pengeboran mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap

jumlah biaya yang dibutuhkan, di antaranya adalah:

- Keadaan topografi daerah pengeboran (ketersediaan jalan transportasi, dll)

- Kondisi medan (jenis transportasi yang ada)

- Sarana pendukung yang ada di sekitar lokasi

Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  biaya  pengeboran  tersebut  di  atas  dapat  dibedakan

menjadi  dua  yaitu  faktor  biaya  yang  dapat  diubah  (variable  factor)  dan  faktor  yang  tidak

dapat diubah (fixed factor).

Faktor yang dapat diubah meliputi:

- Kemampuan mesin

- Kemampuan personil

- Sifat lumpur bor

- Jenis mata bor

- Dll

X-5

Bab X, Organisasi Pengeboran

Adapun  faktor  yang  tidak  bisa  diubah  meliputi  kondisi  geologi  daerah  setempat  yaitu

kekerasan batuan, tipe dan tekanan pori dari formasi.

10.2.2   Kontrol Pembiayaan Pengeboran

Untuk  mencegah  agar  biaya  pengeboran  tidak  melebihi  target  yang  direncanakan  maka

perlu   adanya   beberapa   perencanaan,   pengawasan,   dan   analisa   sebelum   pekerjaan

dimulai atau saat pengeboran dilakukan. Beberapa pengontrolan yang dapat dilakukan di

antaranya adalah:

Perencanaan yang baik terdiri atas:

- Analisa   sasaran   pengeboran   dan   merumuskan   hal-hal   yang   harus   dikerjakan

untuk mencapai sasaran

- Memutuskan siapa yang akan dipilih untuk mengerjakan tugas dan

menginstruksikan bagaimana dan kapan tugas itu mesti dikerjakan

- Menyusun  standar  kerja  dan  memotivasi  kru  bor  untuk  melakukan  tugas  dengan

baik

- Pembuatan daftar cek semua pekerjaan yang akan dilakukan

Pengawasan yang cermat terutama pada saat pekerjaan pengeboran berlangsung

Analisis  yang  seksama  terhadap  seluruh  kegiatan  pengeboran,  baik  evaluasi  pada

saat pengeboran di lapangan tengah berlangsung maupun setelah kegiatan

pengeboran di lapangan selesai.

Beberapa   contoh   variabel   yang   perlu   diperhatikan   dan   perlu   diperhitungkan   dalam

rencana  anggaran  biaya  dalam  pekerjaan  pengeboran  secara  ringkas  dapat  dilihat  pada

bagian Lampiran.

X-6

DAFTAR PUSTAKA

Cumming  J.D.  Diamond  Drill  Handbook.  The  Hunter  Rose  Company,  Canada.1980.

Australian   Drilling   Industry   Training   Committee   Ltd.   Drilling,   The   Manual   ofMethods Applications and Management. Lewis Publisher, New York. 1996.

Preston   L.   Moore.   Drilling   Practices   Manual.   The   Petroleum   Publishing   Co.,Tulsa – Oklahoma. 1974.

Brosur Long Year.

Koken Boring Machine Co.

Acker Drill Co. Inc. Seranton.

Toho Drilling Machine and Grouting Pump.

Tone Corporation.

Bradley W.M. Manufacture.

CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYAPENGEBORAN CORING

No Uraian Satuan Volume Harga(Rp)

Jumlah(Rp)

1 Mobilisasi-       Peralatan-       Tenaga kerja

3m   (Ton)

orang2 Moving antar titik

-       Personil-       Peralatan

orang3

m   (Ton)3 Persiapan dan setting peralatan Ls4 Pengeboran dan core box

a.    Upah tenaga kerja-       Operator bor (1 orang)-       Kru bor (3 orang)

b.    Akomodasic.     Solard.    Bensine.    Olif.      Core box @ 5 meterg.    Impregnated bit seri 10h.    Bentonit lokali.      Depresiasi double core barrelj.      Depresiasi mesin bor & peralatan

m

org-hr

org-hrhr

literliterliter

buahbuah

kgbuahbuah

5 Demobilisasi-       Personil-       Peralatan

org3

m   (Ton)Total :Rp/m :

CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYAPENGEBORAN SUMUR AIR TANAH

No Uraian Satuan Volume Harga(Rp)

Jumlah(Rp)

I1

2

3

TransportasiMobilisasi, demobilisasi, & perpindahanantar lokasi titik bor.MaterialPersonala.    Udarab.    Darat

Ls

Ls

org

org

2 x 0,5

2 x 0,8Jumlah I

II1

2

3

4

Persiapan dan PengeboranPersiapan lapangana.    Pemasangan balok landasanb.    Pengesetan mesin dan lokasiPengeboran pilot hole dia 6” – 8”a.    0 – 50b.    50 – 100c.     100 – 150d.    150 – 200Logginga.    Resistivityb.    SPReaming dia 10” – 12”a.    0 – 50b.    50 – 100c.     100 – 150d.    150 – 200

lokasi

lokasi

m

mmm

m

m

m

mmm

1x1

1x1

1 x 50

1 x 501 x 501 x 50

1 x 200

1 x 200

1 x 50

1 x 501 x 501 x 50

Jumlah IIIII

1

2

Konstruksi dan developmentPengadaan dan pemasangan materiala.    Pipa dia 6”b.    Pipa dia 4”c.     Pipa piezometer dia 1”d.    Screen dia 4”e.    Reducer dia 4” – 6”f.      Centraliserg.    Plenes + tutup 6”h.    Graveli.      Grouting cementPembersihan sumura.    Pengocokan mekanisb.    Water jettingc.     Overpumping

m

mmm

buahbuahbuahm3

lubang

jam

jamjam

1 x 60

1 x 1161 x 481 x 241x11x31x11x61x1

1 x 12

1 x 121 x 12

Jumlah IIIIV Uji pemompaan

a.    SDDTb.    Recovery testc.     Long term testd.    Recovery teste.    Analisis air

jam

jamjamjam

sampel

1x8

1 x 121 x 481 x 121x2

Jumlah IV

V Laporana.    Laporan pendahuluanb.    Laporan bulananc.     Laporan kemajuand.    Laporan akhire.    Laporan executive summaryf.      Laporan pedoman O & P

exp

expexpexpexpexp

0,07 x 60,47 x 6

1x60,07 x 100,07 x 100,07 x 10

Jumlah IVTotal Biaya ( I + II + III + IV + V )