dilema sertifikasi guru
DESCRIPTION
Artikel dilema sertifikasi guruTRANSCRIPT
![Page 1: Dilema Sertifikasi Guru](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022020417/563dbb43550346aa9aabacd3/html5/thumbnails/1.jpg)
DILEMA SERTIFIKASI GURU
OLEH
ARIES APRILIAN
Disahkannya UU Nomor 20 tahun 2003 tentang guru dan dosen memunculkan harapan baru bagi
kaum guru yang selalu berkubang dalam stigma gaji kecil dan pendapatan minim. Lagu Oemar Bakri
karya Iwan Fals mungkin sudah menjadi cambuk bagi penguasa untuk merubah nasib para guru yang
– meniru lirik Iwan Fals- “makan hati”.
Salah satu pasal dalam UU itu adalah dengan dianggapnya guru sebagai profesi, yang dalam artian
jika guru sebagai profesi maka pendapatan yang dihasilkan pun selayaknya sesuai dengan kategori
profesi dan tidak kategori amatir lagi.
Poin penting dalam keprofesionalan guru adalah sertifikasi guru, dimana semua guru baik yang
berpendidikan dengan latar belakang pendidikan – dengan gelar S.Pd. ataupun M.Pd.- maupun
dengan latar belakang non pendidikan yang terdampar dan nyasar menjadi guru, semuanya harus
disertifikasi agar sesuai dengan standar yang diinginkan pemerintah.
Sertifikasi guru adalah tahapan yang harus ditempuh seorang guru agar dia menjadi seorang “guru
profesional”. Dengan dianggapnya seorang guru sebagai guru profesional, pemerintah pun akan
memberikan tunjangan yang layak di luar gaji pokok dia sebagai seorang guru.
Akhirnya terjadilah para guru kini makin sering mengejar pengalaman-pengalaman baru, baik
pengalaman mengajar maupun pengalaman di luar kelas, seperti penataran, pendidikan dan
pelatihan, workshop, penelitian tindakan kelas, penyusunan karya ilmiah, pembuatan alat peraga
dan sebagainya.
Dampak positifnya terasa nyata, para guru yang dulu memiliki stigma seolah-olah kurang gaul, kini
makin eksis di dunia pendidikan, para guru makin aktif baik mengajar di kelas maupun kegiatan di
luar kelas.
Dimana ada dampak positif pasti ada dampak negatif. Kenyataan yang terjadi di lapangan banyak
sekali terjadi seorang guru yang hebat sehingga sudah menjadi guru inti, guru trainer dan instruktur
dalam workshop dan sebagainya, malah kemudian lupa tugas utamanya sebagai guru, yaitu
melaksanakan pembelajaran di kelas dan menerapkan metode-metode pembelajaran yang dia
pelajari di kelas.
Banyak terdapat guru yang hebat dalam teori dan metode-metode pembelajaran, tapi ketika
kembali ke sekolah tempat dia mengajar dan ketika mengajar di depan kelas, malah kembali ke
sistem konvensional.
Hal inilah yang menjadi dilema dalam sertifikasi guru, jangan sampai demi mengejar status guru
profesional – dan tentunya tambahan penghasilan – seorang guru malah lupa kepada khitahnya
![Page 2: Dilema Sertifikasi Guru](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022020417/563dbb43550346aa9aabacd3/html5/thumbnails/2.jpg)
sebagai seorang pendidik yang berkecimpung dengan peserta didik dan mengasuh peserta didik agar
menjadi manusia seutuhnya.