director of photography dalam pembuatan film fiksi

14
DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI BERJUDUL DANCING IN PANDEMIC” DENGAN TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR E=MC² PROPOSAL TUGAS AKHIR Program Studi DIV Produksi Film dan Televisi Oleh: Farid Yahya Habibi 18510160016 FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF UNIVERSITAS DINAMIKA 2021

Upload: others

Post on 05-Feb-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

BERJUDUL “DANCING IN PANDEMIC” DENGAN TEKNIK

PENGAMBILAN GAMBAR E=MC²

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV Produksi Film dan Televisi

Oleh:

Farid Yahya Habibi

18510160016

FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS DINAMIKA

2021

Page 2: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

2

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

BERJUDUL “DANCING IN PANDEMIC” DENGAN TEKNIK

PENGAMBILAN GAMBAR E=MC²

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Tugas Akhir

Oleh:

Nama : Farid Yahya Habibi

NIM : 18510160016

Program Studi : DIV Produksi Film dan Televisi

FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS DINAMIKA

2021

Page 3: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

3

Proposal Tugas Akhir

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

BERJUDUL “DANCING IN PANDEMIC” DENGAN TEKNIK

PENGAMBILAN GAMBAR E=MC²

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Farid Yahya Habibi

NIM: 18510160016

Telah diperiksa diuji dan disetujui oleh Dewan Penguji

Pada:

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing:

I. Karsam, MA., Ph.D

NIDN. 0705076802

II. Novan Andrianto, M.I.Kom

NIDN. 0717119003

Penguji:

Ir. Hardman Budiardjo, M.Med.Kom., MOS.

NIDN. 0711086702

Ketua Program Studi

DIV Produksi Film dan Televisi

Dr. Muh. Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom.

NIDN. 0704017701

Digitally signed by karsam Date: 2021.10.13 12:46:33 +07'00'

Page 4: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

4

A. Judul

Director of Photography Dalam Pembuatan Film Fiksi Berjudul “Dancing in

Pandemic” Dengan Teknik Pengambilan Gambar E=MC²

B. Latar Belakang Masalah

Dalam produksi film pendek, seorang DOP yang bertanggung jawab atas

kualitas fotografi dan kualitas sinematik. Tidak hanya itu DOP juga diberikan

kewenangan untuk mengatur tentang pemilihan alat, pencahayaan, dan teknik

pengambilan gambar.

Dalam produksi film, peran DOP sangatlah penting, setelah produser,

sutradara dan penulis, jabatan DOP lah yang memiliki jabatan tinggi dalam sebuah

film. Walaupun dibandingkan dengan sutradara, jam kerja DOP tidak terlalu lama,

sedangkan sutradara bisa sampai satu tahun dan DOP hanya enam bulan. Dalam

pra-produksi seorang DOP sudah mulai ikut kerja, dari mulai persiapan,

perkembangan scenario, survey lokasi, serta blocking shot (Trisnari, 2015).

Seorang spesialis DOP yang telah banyak terlibat dalam pengerjaan project

video clip dan company profile, akan terlihat lebih bagus jika mampu membuat

karya dengan hanya menggunakan peralatan yang minim tanpa mengandalkan alat

yang mahal (Kadarhariarto, 2020).

Dalam sebuah produksi film, peran DOP memiliki peran sangat penting,

yang bertugas dan bertanggung jawab atas pengambilan gambar (framing),

pencahayaan (lighting) dan tidak hanya itu seorang DOP juga dituntut untuk paham

tentang teknis kamera, selain itu pendidikan dalam dunia film juga sangat

diperlukan (Sugandi, 2017).

Film fiksi yang berjudul “Dancing in Pandemic” dalam pembuatannya yang

terdiri dalam 3 tahap, diantaranya pada tahap pra produksi dalam tahap ini

merupakan persiapan dari penulisan naskah, pemilihan tokoh karakter, penempatan

set lokasi dan perancangan jadwal pada saat eksekusi syuting dimulai. Tahap

produksi tahap kedua yang dimulai setelah tahap pra produksi merupakan tahap di

mana dilakukannya tahap eksekusi dan proses syuting dimulai. Tahap pasca

produksi tahapan terakhir setelah tahapan produksi merupakan tahap editing atau

Page 5: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

5

penyuntingan pada sebuah gambar atau video yang telah dibuat atau dishoot dan

tahap perapian dan penyusunan bertahap sesuai gambaran naskah ataupun

storyboard yang telah dibuat, penyuntingan suara dalam gambar dan pemilihan

latar belakang backsound musik untuk gambar yang tersusun atau disunting sesuai

gambaran yang diinginkan dalam alur cerita yang telah dibuat. Berdasarkan uraian

yang telah disusun dan dikemukakan maka, penulis mengambil sebuah judul

“Director Of Photography Dalam Pembuatan Film Fiksi Berjudul “Dancing in

Pandemic” Dengan Teknik Pengambilan Gambar E=MC²” dalam penciptaan film

fiksi yang akan dibuat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah

pada Tugas Akhir ini adalah bagaimana Director Of Photography Dalam

Pembuatan Film Fiksi Berjudul “Dancing in Pandemic” Dengan Teknik

Pengambilan Gambar E=MC²?.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka, batasan masalah pada

Tugas Akhir ini, yaitu:

1. Pengambilan gambar dengan teknik E=MC².

2. Film ini mengangkat cerita tentang penyandang tunadaksa.

3. Film ini bergenre fiksi/fiktif.

4. Segmentasi film ini adalah untuk remaja dewasa usia 15-25 tahun.

5. Durasi film fiksi 10-15 menit².

E. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah

menghasilkan Film Fiksi Berjudul “Dancing in Pandemic” Dengan Teknik

Pengambilan Gambar E=MC².

Page 6: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

6

F. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Menjadi tontonan yang edukatif.

2. Sebagai karya seni edukasi dan informatis.

3. Memberikan tontonan yang kritis terhadap masyarakat tentang kehidupan

tunadaksa dalam menghadapi wabah Covid 19.

4. Memberikan minat menonton dan informasi kepada masyarakat terhadap film.

G. Landasan Teori

Dalam pembuatan karya film fiksi ini menggunakan sebuah landasan teori

yang kuat dan mendukung dalam penggunaan teknik pengambilan gambar E=MC²

di sebuah film fiksi yang berjudul “Dancing in Pandemic”.

G.1. Film

Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai

pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal

diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota

keluarga dan masyarakat. Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui

berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi selanjutnya dapat dilengkapi

dengan peragaan, selebaran, tayanngan foto, film, video, dan peninjauan ke tempat-

tempat atau obyek-obyek yang dimaksud. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan langkah kuratif dengan bimbingan klasikal menggunakan media film

(Mugiarso, 2004).

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana

frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga

pada layar terlihat hidup. Jadi bimbingan klasikal dengan media film adalah

bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa antara tiga puluh sampai empat

puluh orang dengan perantara gambar-gambar yang diproyeksikan sehingga

menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film bergerak dengan cepat dan

bergantian, sehingga memberikan visualisasi yang kontinyu. Film dapat

menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang

Page 7: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

7

rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan

mempengaruhi sikap salah satunya sikap tidak disiplin.

G.2. Jenis Film

Ada beberapa jenis film yang beredar dengan berbagai kriteria serta aturan

masing-masing. Beberapa jenis film tersebut masing-masing mempunyai tujuan

dan fungsi sendiri-sendiri diantaranya:

1. Film Dokumenter

Film dokumenter menyajikan realitas melalui berbagai cara dan dibuat untuk

berbagai macam tujuan. Namun harus diakui bahwa film dokumenter tak lepas

dari tujuan dan fungsinya sebagai film yang meyebarkan informasi, pendidikan

dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.

Film dokumenter menjadi trend tersendiri dalam perfilman dunia. Para

pembuat film dokumenter bisa bereksperimen dan belajar banyak hal ketika

terlibat proses produksi sebuah film dokumenter. Suatu perusahaan yang

memutuskan untuk memproduksi film dokumenter juga meraup keuntungan

yang cukup memuaskan, misalnya film-film dokumenter yang ditayangkan

oleh beberapa stasiun televisi dunia diantaranya National Geographic, Animal

Planet, serta Discovery Channel yang menyiarkan film-film dokumenter

tentang masalah alam dan kebudayaan serta teknologi (Imanto, 2007).

2. Film Fiksi

Film fiksi merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang

dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada umumnya

film fiksi bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film

dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk

menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih

dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya didukung

dengan sponsor iklan tertentu pula (Sumarno & Marseli, 1996).

3. Film Eksperimental

Film eksperimental adalah film yang dibuat tanpa mengacu pada kaidah-kaidah

pembuatan film yang lazim. Tujuannya adalah untuk mengadakan

eksprementasi dan mencari cara-cara pengucapa baru lewat film. Umumnya

Page 8: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

8

dibuat oleh sineas yang kritisi terhadap perubahan (kalangan seniman film),

tanpa mengutamakan sisi komesialisme, namun lebih kepada sisi kebebasan

berkarya (Sumarno & Marseli, 1996).

G.3. Director of Photography

Director of Photography adalah seseorang yang dekat jabatannya dengan

sutradara, di dalam sebuah tim produksi terutama di bagian departemen kamera,

DOP memiliki keahlian atau spesialis dalam pemahaman tentang kamera, lensa,

pencahayaan, serta format film.

Seorang DOP juga bertanggung jawab penuh atas kualitas fotografi dan

pandangan sinematik terhadap film yang akan diproduksi. DOP juga memiliki

kewenangan untuk membuat keputusan mengenai pemilihan alat, pencahayaan dan

teknik pengambilan gambar berdasarkan keinginan sang sutradara, tidak hanya itu

DOP juga memiliki kewenangan penuh untuk memberi pengarahan kepada timnya

agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya.

G.4. Establish Shot

Pengambilan video yang berfungsi menceritakan keterangan latar tempat,

waktu dan situasi, shot ini biasanya disisipkan di awal adegan agar latar adegan

tersebut terwakilkan terlebih dahulu.

G.5. Medium Shot

Pengambilan video setengah badan yang di mana batas pemotongan objek

adalah dari bagian pinggang ke atas. Agar objek yang dihasilkan lebih fokus

terhadap objek dalam jarak menengah.

G.6. Close Up

Teknik ini berfungsi untuk menekankan ekspresi dengan mengambil hanya

bagian kepala saja. Close up dapat menampilkan detail pada sebuah adegan,

sehingga penonton dapat ikut merasakan ekspresi yang ingin disampaikan.

Page 9: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

9

G.7. Rule of Third

Istilah Rule of Third dalam fotografi adalah sebagai acuan untuk

memposisikan objek ke dalam frame yang posisinya pas menurut aturan sepertiga.

Pada intinya Rule of Third membagi bidang foto pada kamera menjadi tiga bagian

yang sama besar, baik secara horizontal maupun vertical.

H. Metode Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menggunakan metode peneilitian kualitatif dan

metode triangulasi. Dengan melakukan wawancara narasumber yang ahli pada

bidangnya dan mengambil data-data yang diperlukan saat proses pembuatan karya,

lalu dari hasil wawancara dan data-data yang diperoleh akan dibandingkan dengan

jurnal atau buku sehingga keaslian datanya bisa dipertanggung jawabkan.

H.1. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah dari pengambilan gambar yang akan diterapkan.

H.2. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Pembuatan Film

Latar tempat yang digunakan dalam proses pembuatan film adalah rumah lama

adat Jawa dengan interior jaman dahulu dan sudah tua. Lokasi tempatnya di

daerah Kebraon, Surabaya.

2. Lokasi Pengambilan Data

Lokasi untuk pengambilan data ada di rumah narasumber.

H.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang tepat dapat membantu peneliti mendapatkan

informasi dan data-data yang valid dan sangat berguna untuk perkembangan

produksi. Seperti wawancara, observasi, studi literatur dan studi eksisting untuk

membantu peneliti dalam masalah menyelesaikan penelitian.

Page 10: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

10

H.4. Wawancara

Metode wawancara dengan bertemu dua orang atau lebih untuk membahas

terkait informasi dan data-data yang diperlukan dalam proses pembuatan film,

narasumber dalam film ini ialah seorang DOP.

H.5. Observasi

Peneliti melalukan observasi terhadap kualitas fotografi dan pandangan

sinematik dalam film pendek.

H.6. Studi Literatur

Studi Literatur merupakan pencarian data pada internet, merupakan

database dari seluruh penjuru negeri, termasuk data-data dan informasi yang

dibutuhkan penulis untuk penilitan kali ini, data-data yang ada pada jaringan

internet nantinya dapat membantu penulis dalan penelitian ini. Disini peneliti

menggunakan referensi-referensi sebagai berikut sebagai pendukung data-data

yang dibutuhkan peneliti:

1. Jenis-Jenis Film

2. Buku Director of Photography

3. Film Fiksi

4. Semiotika dan Estetik

Referensi tersebut dapat dicari dari buku, jurnal, artikel, laporan penelitian,

dan situs-situs di internet yang nantinya akan memperkuat data-data yang

dibutuhkan oleh peneliti.

H.7. Studi Eksisting

Studi eksisting merupakan referensi yang digunakan dan mampu

mempengaruhi suatu karya secara dominan. Contoh film yang peneliti ambil adalah

film Me Before You karya Thea Sharrock, Forrest Gump karya dari Robert

Zemeckis dan Split karya dari M. Night Shyamalan. Dari film-film di atas data yang

diambil adalah cara pengemasan dalam sebuah film. Teknik pengambilan gambar,

tata cahaya, dan sinematiknya. Yang nantinya bisa menambah referensi dan

meningkatkan kualitas film yang akan dibuat.

Page 11: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

11

I. Perancangan Karya

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan karya yang dibuat.

Apabila pada saat produksi terjadi perubahan rencana, maka akan dijelaskan lebih

detail pada bab selanjutnya.

Gambar 1.1 Bagan Perancangan Karya

I.6. Pra Produksi

Proses pra produksi untuk menyiapkan dan merencanakan semua kebutuhan

sebelum melakukan shooting.

4.1.1 Pembuatan Ide Cerita

Pembuatan ide cerita film Dancing in Pandemic, penulis terinspirasi dari

podcast youtube Deddy Corbuzier. Dalam cerita ini digambarkan seorang remaja

pengidap tunadaksa sekaligus positif covid-19 yang melalukan isolasi mandiri di

rumahnya. Dan film ini menggunakan teknik pengambilan gambar E=MC2.

BAGAN PERANCANGAN KARYA

PRODUKSI

PROSES SHOOTING

PASCA PRODUKSI

EDITING

MUSIC SCOORING

PRA PRODUKSI

IDE CERITA

STORYBOARD

RECCE

READING

REHERSEAL

Page 12: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

12

4.1.2 Pembuatan Storyboard dan Shot List

Dalam pembuatan storyboard dan Shot List di film Dancing in Pandemic

penulis mengubah tulisan menjadi sebuah gambar visual yang biasa disebut

storyboard. Menggambarkan kesuluruhan adegan, emosi, dan situasi di dalam film.

Sehingga sutradara akan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan penata kamera.

4.1.3 Recce

Recce adalah proses mengunjungi lokasi yang akan dilakukan untuk proses

shooting. Recce berfungsi untuk mengetahui situasi dan lokasi yang akan dijadikan

latar tempat dalam film. Dalam proses ini penata gambar mulai menentukan titik

kamera untuk mengambil adegan yang ada di dalam film, sutradara juga

menentukan blocking pemain dan penyesuaian adegan di dalam naskah.

4.1.4 Reading

Reading bisa disebut sebagai proses gladi bersih sebelum melakukan proses

shooting, dimana semua crew film dan talent membaca dan mendalami naskah

akhir yang telah dibuat. Dalam proses ini para pemain film harus mempelajari

bagaimana segala seluk beluk cerita.

4.1.5 Reherseal

Dari berbagai tahapan yang sudah dilewati dalam proses pra produksi.

Reherseal adalah tahapan dimana para aktor akan berlatih berakting di depan

kamera dengan blocking yang sudah ditentukan agar saat proses syuting sudah lebih

siap.

4.2 Produksi

Tabel 1.1 Susunan jadwal kegiatan film fiksi Dancing in Pandemic

No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 MeetingTeam

Produksi

2 Pra Produksi

3 Proses Latihan

Page 13: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

13

4 Gladi Bersih

5 Produksi

6 Pasca Produksi

4.2.1 Kebutuhan Alat Bantu dan Budgeting

Tabel 1.2 Anggaran Dana

No Nama Kebutuhan Total

1 Sewa Camera Sony A7 III Rp. 300.000

2 Sewa Stabilizer Ronin Rp. 300.000

3 Sewa Audio Recorder Rp. 300.000

4 Sewa Lighting Rp. 1.000.000

5 Talent Rp. 1.000.000

6 Transportasi Rp. 500.000

7 Uang sewa tempat Rp. 500.000

TOTAL Rp. 3.900.000

Page 14: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM FIKSI

14

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, H. (2009). Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.

Imanto, T. (2007). Pembahasan Jenis-Jenis Film. FILM SEBAGAI PROSES

KREATIF DALAM BAHASA, 25.

Indonesia, K. B. (t.thn.). Arti Kata Penyandang di Kamus Besar Bahasa

Indonesia . Diambil kembali dari Lektur.ID: https://lektur.id/arti-

penyandang/

Kadarhariarto, B. (2020, Oktober 19). Mengenal Director of Photography.

Diambil kembali dari Genpi Nasional: https://genpi.id/mengenal-director-

of-photograpy/

Kemenkes. (t.thn.). Apakah Corona Virus dan Covid-19 itu? Diambil kembali dari

https://www.kemkes.go.id/article/view/20030400008/FAQ-

Coronavirus.html

Maxwell, J. C. (2017). Pengertian Difabel . Persepsi Penyandang Difabel , 17.

Mugiarso. (2004). PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DENGAN LAYANAN

INFORMASI MEDIA FILM. Bekti Marga Ningsih.

Sugandi, Y. (2017, Februari 10). HaHo Media . Diambil kembali dari Kenalan

Yuk Sama Pekerjaan Director of Photography:

https://haho.co.id/media/tutorial/kenalan-yuk-sama-pekerjaan-director-of-

photography/

Sumarno, & Marseli. (1996). Dasar-dasar Apresiasi Film. Pusat Apresiasi Film,

18.

Trisnari, A. (2015, September 25). Ini Dia Director of Photography, Gimana

Kerjanya, Ya? Diambil kembali dari Hai Magazine :

https://hai.grid.id/read/07565605/ini-dia-director-of-photography-gimana-

kerjannya-ya

Utami, C. D. (2010). Film dokumenter sebagai media pelestarian tradisi. Jurnal

Penelitian Seni Budaya, 2.