disajikan oleh - diklatpimlan.files.wordpress.com · perubahan situasi politik pemerintahan...
TRANSCRIPT
Prof. Dr. Drs. J. Basuki, M.Psi.
Riwayat Jabatan;
PNS LAN RI sejak 1973 sd sekarang
Guru Besar Tetap (IV/e) pada STIA-LAN Jakarta dg tugas sbg
Ketua STIA-LANRI Jakarta (2007 sd sekarang)
Direktur Bina Widyaiswara LAN RI
Direktur Pengembangan SDM-BAPEDAL/MENLH
Kepala Pusat LITBANG LANRI
Sekretaris Eksekutif Duta Besar APEC
Sekretaris Badan Pelaksana Kerjasama Ekonomi
Asia Pasifik
Wakil Rektor III Univ. Prof. DR. Mustopo (B) Jakarta
Direktur AKADEMI SEKRETARI TARAKANITA
Dosen S1, S2, dan S3, beberapa Perguruan Tinggi Negeri &
PTS
LATAR BELAKANG “GG”PERUBAHAN SITUASI POLITIK PEMERINTAHAN OTORITER
MENJADI PEMERINTAHAN YG DEMOKRATIS;
PEREKONOMIAN GLOBAL POSISI PEMERINTAH PD SEKTOR
EKONOMI MENJADI REGULATOR DAN OPERATOR MINIMALIS
PRIVATISASI
BERKEMBANGNYA KERJASAMA REGIONAL BAIK SEKTOR
PEMERINTAHAN MAUPUN EKONOMI PD BERBAGAI KAWASAN DUNIA
ASEAN, AFTA, NAFTA DSB.
OTONOMI DAERAH PERGESERAN DR SENTRALISASI KE
DESENTRALISASI, PARTISIPASI MASYARAKAT
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN SEGALA
BENTUK KORUPSI
HASIL PENELITIAN TERHADAP 212 NEGARA
YANG MENERAPKAN GOOD GOVERNANCE
SUARA DAN PERTANGGUNGJAWABAN;
STABILITAS POLITIK DAN TIDAK ADANYA
KEKERASAN/TERORISME
EFEKTIVITAS PEMERINTAH;
KUALITAS PERATURAN;
PENEGAKAN HUKUM;
PENGENDALIAN KORUPSI
Sumber; Worldwide Governance Indicator, proquest, maret 2010
TANTANGAN ABAD 21 PERSPEKTIF
ADMINISTRASI PUBLIK DAN BISNIS
ADMINISTRASI PUBLIKTANTANGAN POLITIK (KONFLIK HORIZONTAL, DSB)
TANTANGAN HUKUM (KEADILAN, MAFIA HKM)
TANTANGAN EKONOMI (KEMISKINAN, PENGANGGURAN, DSB)
TANTANGAN SOSIAL (PENDIDIKAN, SOSIAL KEMASYARAKATAN)
TANTANGAN BUDAYA (EROSI NILAI-NILAI KEBANGSAAN, DSB)
ADMINISTRASI BISNIS
MEGAKOMPETISI
REGULASI
INKOSISTENSI
KEBIJAKAN
PERUBAHAN YG
CEPAT
KUALITAS SDM
EKONOMI PASAR
PERMODALAN
AKSES INFORMASI
21 TANTANGAN GOOD GOVERNANCE
PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK
• GLOBALISASI EKONOMI• PENDIDIKAN• PENGANGGURAN• TANGGUNGJAWAB SOSIAL• PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP• PENINGKATAN KUALITAS HIDUP• PENERAPAN NORMA-NORMA MORAL
DAN ETIKA• KEANEKARAGAMAN TENAGA KERJA• PERGESERAN KONFIGURASI
DEMOGRAFI• PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN
IPTEK
• TANTANGAN BIDANG
POLITIK
• MANAJEMEN BENCANA
(DISASTER MANAGEMENT)
• PEMANASAN GLOBAL
• KESENJANGAN SOSIAL
• MANAJEMEN
MULTIKULTURAL
• KOMPETISI GLOBAL
• PAPERLESS BUREAUCRACY
• MASALAH PELAYAN PUBLIK
• KNOWLEDGE BASE
ECONOMY
• TIME TO MARKET
• KUALITAS KEPEMIMPINAN
13
Characteristics 20th
Century 21st
centuryOrganization The Pyramid The Web or network
Focus Internal External
Style Structured Flexible
Source of Strength Stability Change
Structure Self-Sufficiency Interdependencies
Resource Atoms-Physical Assets Bits-Information
Operations Vertical Integration Virtual Integration
Products Mass Production Mass Customization
Reach Domestic Global
Financials Quarterly Real-Time
Inventories Months Hours
Strategies Top-Down Bottom-Up
Leadership Dogmatic Inspirational
Workers Employees Employees/Free Agents
Job Expectations Security Personal growth
Motivation To Compete To Build up
Improvements Incremental RevolutionaryQuality Affordable Best No Compromise
Perspektif Administrasi Bisnis
BEBERAPA INSIDEN KRITIKAL MANUSIA INDONESIA(HASIL PENELITIAN FAK. PSIKOLOGI-UI, 1999 S.D. 2007)
1. DI BERBAGAI KOTA BESAR MUNCUL PERILAKU TERTENTU SEPERTI : KETIDAK ACUHAN,KESIBUKAN URUSAN PRIBADI, KETIDAKPEDULIAN THD SESAMA MANUSIA RASAKESETIAKAWANAN CENDERUNG MELUNTUR;
2. MUNCULNYA POLA PERILAKU PEGAWAI YG MENYIMPANG, A.L. JALAN PINTAS, JADWALWAKTU YG TDK DIPENUHI, UNJUK KERJA SEADANYA, TUNTUTAN FASILITASBERLEBIHANMENURUNNYA ETOS KERJA;
3. MUNCUL PERILAKU MAU MENANG SENDIRI, KURANG PATUH PADA HUKUM, DANPELANGGARAN-2 THD TATA TERTIB YG BERLAKU KECENDERUNGAN MENURUNNYADISIPLIN PRIBADI;
4. MUNCUL PERILAKU KEKERASAN, PENGRUSAKAN, PERAMPOKAN, PEMBUNUHAN
MENINGKATNYA AGRESIVITAS MANUSIA INDONESIA;
5. KESENANGAN YG BERLEBIH THD BARANG2 SIMBOL TEKNOLOGI CANGGIH DAN HIDUPNYAMAN TANPA MEMPERHATIKAN KONDISI LINGKUNGANPENDEWAAN THDTEKNOLOGI;
6. MENINGKATNYA FREKUENSI DAN INTENSITAS PERKELAHIAN ANTAR KELOMPOK ANAK2,REMAJA, NAHASISWA DAN ORANG DEWASA KECENDERUNGAN KURANGNYAKEMAMPUAN MENALAR, KOMUNIKASI DAN PENYELESAIAN MASALAH MELALUI DIALOGDIANTARA PELAKU;
7. MOBILITAS KEGIATAN PRIBADI YANG SANGAT TINGGI SEHINGGA SERING MELUPAKANFUNGSINYA DALAM KELUARGA KECENDERUNGAN MELUNTURNYA FUNGSI UTAMAKELUARGA
TIGA PENYAKIT NEGARA YANG
MELANDA INDONESIA
Pertama, Politik multi partai tidak didukungoleh sistem merit politik yg baik shg tidakberfungsinya mesin partai politik;
Kedua, Hukum dibuat tetapi tidak adakepastian dan jaminan perlindungan hukum.
Ketiga, Birokrasi masih berorientasikekuasaan bukan pelayanan
DAMPAK DARI KETIGA PENYAKITDAMPAK ketiga penyakit tsb terjadinya political corruption, bureaucraticcorruption, dan judicial corruption.
DAMPAK JANGKA PANJANG, implikasi negatif dpt dilihat perubahan polaperilaku, sbb;
1. Pola konsumsi dan produksi yg menguras sumber daya alam lebihcepat dari upaya konservasi /daur ulang;
2. Pola pembangunan yg merusak/mencemari lingkungan hidup lebihbanyak dibandingkan tata pemerintahan untuk memulihkannya kembali;
3. Pola konsumsi energi berlebihan, kurang disertai pengembangan energiterbarukan dan ramah lingkungan;
4. Pola pembangunan yg masih kurang menghargai keanekaragamanhayati dan budaya;
5. Lahirnya kemiskinan baru yg menimbulkan keterpaksaan perusakanlingkungan tanpa kemampuan pengendalian dan perlindungan
KESIMPULAN: TUNTUTANNYA KEMAMPUAN MELAKUKANANALISIS KRITIS THD PRAKTEK PENYELENGGARAANMANAJEMEN PEM.
SASARAN KHUSUS ”GG”1. BERKURANGNYA SECARA NYATA PRAKTEK KORUPSI DI BIROKRASI,
DARI TATARAN PEJABAT PALING ATAS;
2. TERCIPTANYA SISTEM KELEMBAGAAN DAN KETATALAKSANAAN
PEMERINTAHAN YANG BERSIH, EFISIEN, EFEKTIF, TRANSPARAN,
PROFESIOANL DAN AKUNTABEL;
3. TERHAPUSNYA ATURAN, PERATURAN DAN PRAKTEK YANG BERSIFAT
DISKRIMINATIF THD WN, KELOMPOK ATAU GOLONGAN MASY.;
4. MENINGKATNYA PARTISIPASI MASY. DLM PENGAMBILAN KEBIJAKAN
PUBLIK;
5. TERJAMINNYA KONSISTENSI SELURUH PERATURAN PUSAT DAN
DAERAH, DAN TIDK BERTENTANGAN DG PERATURAN
DANPERUNDANGAN DI ATASNYA.
KOMITMEN INDONESIA MENERAPKAN
GOOD GOVERNANCELANDASAN YURIDIS; TAP MPR NO. XI/MPR/1999 TENTANG
PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KKN;
UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 1999 TENTANG
PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KKN;
UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERAH; PERATURAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2005
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH;
SASARAN UMUM “TERCIPTANYA TATA
PEMERINTAHAN YANG BAIK, BERSIH, BERWIBAWA,
PROFESIONAL, DAN BERTANGGUNGJAWAB, YANG
DIWUJUDKAN DENGAN SOSOK DAN PERILAKU
BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF SERTA DAPAT
MEMBERIKAN PELAYANAN PRIMA KEPADA
MASYARAKAT”
PRINSIP-PRINSIP GG YG DOMINAN
DITERAPKAN
DI INDONESIA HASIL KAJIAN LAN-2007)
KEPENTINGAN UMUM
PARTISIPASI MASYARAKAT
AKUNTABILITAS
TRANSPARANSI
DESENTRALISASI
No. Negara Jumlah Kementerian
1. Myanmar 33
2. Singapura 15
3. Philipina 21
4. Thailand 15
5. Malaysia 27
6. Vietnam 12
7. Brunei Darussalam 15
8. Kamboja 25
9. Laos 15
10. Amerika Serikat 15
11. Inggris 15
12. Perancis 16
13. Australia 18
14. Indonesia 34
JUMLAH KEMENTERIAN DI BEBERAPA NEGARA
PERBANDINGAN KEMUDAHAN BERBISNIS
DI ASEAN
NO. NEGARA 2006 2009
1. SINGAPURA 1 1
2. THAILAND 18 12
3. MALAYSIA 25 23
4. VIETNAM 104 83
5. INDONESIA 135 126
6. PHILIPINA 128 128
7. KAMBOJA 143 145
SUMBER: DOING BUSINESS 2010 (WORLD BANK)
PELAYANAN PUBLIK
No. NegaraJumlah
Prosedur
Jumlah
Hari
1. Indonesia 11 76
2. Malaysia 9 13
3. Fillipina 15 52
4. Thailand 8 33
5. Vietnam 11 50
7. China 14 40
8. Kamboja 9 85
9. India 13 30
10. Singapura 4 4Sumber : Laporan Bank Dunia 2005 (Kompas, 21-2-2006)
24Source: The World Bank, Doing Business, 2009
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
SIN MAL KOR THA CHN PLP VIE INA
1996
2002
2008
Source: The World Bank
Birokrasi tidak efektif
Gov
ernm
ent e
ffect
iven
ess
Masalah-masalah Birokrasi Indonesia
Akuntabilitas Birokrasi Rendah
Tahun Indeks
Persepsi
Korupsi
Rank
(Negara)
2000 1,7 85 (90)
2001 1.9 84 (91)
2002 1,9 96 (102)
2003 1,9 122 (133)
2004 2,0 133 (145)
2005 2,2 137 (159)
2008 2,6 126/(180)
Country Democracy
Rank (2006)
Democracy
Rank (2008)
Korea, South 34 33
Thailand 50 86
Philippines 59 88
Indonesia 77 70
Singapore 83 74
Malaysia 94 82
China 128 120
Vietnam 138 126
Keterangan: * dari 150 negara (2006), 180 negara (2008)
Sumber: World Audit (2008); http:/www.worldaudit.org
* Corruption Perception Index;
0 = terburuk; 10 = terbaik
Sumber: Transparancy International
No Tingkat PendidikanJenis Kelamin
Jumlah %Pria % Wanita %
1 Sekolah Dasar 103.182 94,7 5.784 5,3 108.966 2,7
2 SLTP 112.536 87,6 15.949 12,4 128.485 3,2
3 SLTA 871.269 57,3 649.668 42,7 1.520.937 37,4
4 Diploma I 28.163 36,6 48.738 63,4 76.901 1,9
5 Diploma II 258.259 40,6 378.565 59,4 636.824 15,7
6 Diploma III/Sarjana Muda 167.043 49,3 171.729 50,7 338.772 8,3
7 Diploma IV 6.577 71,3 2.653 28,7 9.230 0,2
8 S-1/Sarjana 669.590 58,5 474.384 41,5 1.143.974 28,1
9 S-2/Magister 69.205 73,0 25.572 27,0 94.777 2,3
10 S-3/Doktor 6.731 80,8 1.604 19,2 8.335 0,2
Jumlah 2.292.555 56,4 1.774.646 43,6 4.067.201 100,0
JUMLAH PNS MENURUT
TINGKAT PENDIDIKAN UMUMKEADAAN 31 DESEMBER 2007
Catatan:
1. Pendidikan SD, SLTP, SLTA = 43.3% 3. D IV & S1 = 28.3%
2. Pendidikan D I, D II, D III/Sarmud = 25.9% 4. S2 (Magister) = 2.3%
5. S3 (Doktor) = 0.2%
Beberapa indikator penting 2008
No. Negara Capacity
of
innovation
Regulatory
quality
Rule of
law
Control of
corruption
1. Singapura 18 1.92 1.73 2.34
2. Korsel 15 0.73 0.79 0.45
3. Malaysia 25 0.27 0.49 0.14
4. China 22 -0.22 -0.33 -0.44
5. Thailand 59 0.26 -0.03 -0.38
7. Vietnam 33 -0.53 -0.43 -0.78
8. Indonesia 44 -0.27 -0.66 -0.64
9. Philippines 70 -0.05 -0.49 -0.75
Source: The World Bank, 2009, Keterangan:Capacity of innovation adalah ranking
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,360,39 0,40 0,40 0,40 0,41 0,42
0,45 0,46
0,51
PROPINSI
INDEKS KUALITAS TATA PEMERINTAHAN MENURUT PROPINSI (Agus Dwiyanto, 2007)
Peringkat Daya Saing Negara
Versi World Competitiveness Report 2009
Negara 2008 2006 2005 2004 2002 2000 1998
USA 2 1 1 1 1 1 1
Singapura 3 3 3 2 8 2 2
Malaysia 24 23 28 16 24 26 12
Korea 19 38 29 35 29 29 36
Jepang 8 17 21 23 27 21 20
Cina 29 19 31 24 28 24 21
Thailand 36 32 27 29 31 31 41
Indonesia 54 60 59 58 47 43 40
Argentina 85 55 58 59 48 42 -
Venezuela 113 61 60 60 46 46 -
Jumlah negara (n) (n=133) (n= 61) (n = 60) (n = 60) (n = 49) (n = 49) (n = 49)
KPKTAHUN PENGADU
AN
PENYE
LIDIKAN
PENYIDIK
AN
PENUN
TUTAN
PUTUS
AN TK-I
UANG NEG. YG.
DISELEMATKAN
RP. MIL.
2006 6879 36 28 10 14 27.750.075.426
2007 22000 68 20 24 21 119.976.472.962
2008 - 70 53 43 25 407.890.880.490
TOTAL 28879 174 101 77 60 555.617.428.878
SUMBER; DIOLAH DARI DATA KPK, 2009
URUTAN IPK (INDEK PERSEPSI KORUPSI)
NEGARA-NEGARA DI DUNIA
NO. URUT NAMA NEGARA
7 AUSTRALIA
18 USA
47 MALAYSIA
72 CHINA
80 THAILAND
85 INDIA
121 VIETNAM
126 INDONESIA
141 FILIPINA
151 LAOS
166 KAMBOJA
158 ANGOLA
178 MYAMAR
Hasil Kinerja Provinsi, Kabupaten/Kota
TAHUN1999-2009
Ranking
Tk.
Daerah
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Tidk
Melapor
Provinsi - 20 3 10
Kabupate
n9 133 54 202
Kota 2 42 10 39
Keterangan: Provinsi 33 (7 Prov hsl pemekaran); Kabupaten 398 (164
pemekaran),
Kota, 93 (34 hsl pemekaran)
HASIL PEMEKARAN DAERAH(Sumber; POKJA-OTDA, 2008)
TAHUN PROVINSI KABUPATEN KOTA KAB/KOTA
SEB. 1999 26 234 59 293
1999 1 34 9 43
2000 3 - - 0
2001 - - 12 12
2002 1 33 4 37
2003 1 47 2 49
2004 1 - - 0
2005 - - - 0
2006 - - - 0
2007 - 21 4 25
2008 - 28 2 30
1999-2008 7 163 33 196
JML 33 397 92 489
EVALUASI PERDA OLEH DEP. KEU & DEP. DAGRI(PERDA YG DIBATALKAN YI. PERDA YG TDK KONDUSIF)
INSTANSI JUMLAH PERDA KETERANGAN
DEP. KEUANGAN 2431 REKOMENDASI
MENKEU UNTUK
DIBATALKAN
DEP. DALAM
NEGERI
980 DIBATALKAN
MENDAGRI
Sumber; Pokja OTDA, 2009
PERDA YG DIBATALKAN
TAHUN JUMLAH %
2002 19 2%
2003 105 11%
2004 236 24%
2005 136 14%
2006 114 12%
2007 150 15%
2008 220 22%
SUMBER; POKJA OTDA, 2008,2009)
RANGKING KETERSEDIAAN INFRASTUKTUR
2008-2009Argen
tina
Indon
esia
Philip
phbin
es
Brazil Korea China Vietna
m
Thaila
nd
Malay
sia
Infrastr
uctiure
89 96 94 98 18 58 97 35 19
Roads 89 105 94 110 13 51 102 32 17
Railroa
d
76 58 85 86 7 28 66 48 17
Port 92 104 100 123 29 54 112 48 16
Air
Trans
123 75 89 101 26 74 92 28 20
Electri
city
102 82 82 58 21 68 104 43 71
Teleph
one
57 100 105 62 17 47 37 86 31
Sumber: Global Competitiveness Report 2008-2009, World Ec. Forum
MASALAH KEMISKINAN
BPS VS BANK DUNIA
„96 „98 „99 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
BPS
JML 24.1 49.5 47.9 38.7 37.9 38.4 37.3 36.1 35.1 39.3 37.2 35.0
% 17.5 24.2 19.1 18.4 18.2 17.4 17.4 16.7 16.0 17.8 16.6 15.4
BANK DUNIA
JML 99.6 NA 135 125.
3
125.
2
115.
6
110 109.
1
102.
1
113.
8
105.
3
100.
7
% 50.5 NA 65.1 59.5 58.7 53.5 50.1 49 45.2 49.6 45.2 42.6
Sumber: BPS dan Bank Dunia, 2008-2009
LEVEL ANALITIKAL
Analytical Impaired
Analytical Company
Analytical Competitors
Localized
Analytical
Analytical
Aspirations
Sumber; Thomas Davenport; dlm Hardi, 2010
PENJELASAN RINGKAS 5 LEVEL ANALITIKAL
LEVEL ANALITIKAL PENJELASAN RINGKAS
Analytically Impaired
Level analisis yang paling lemah para manajer
hanya bertanya apa yg terjadi, bagaimana
pemasaran ? Dan tdk mendalam
Localized Analytics
Organisasi sdh mulai memiliki data di masing
departemen & digunakan untuk mem berpperbaiki
dep.nya, tetapi masih berpikir sektoral
Analytical Aspirations
Data dr berbagai sektor mulai dintegrasikan,rsaing
sdh melihat masa depan dg data masa lalu, sdh
memiliki tenaga profesional untk memprediksi yad
Analytical Company
Kemampuan analisi untuk membuat inovasi dan
menciptakan keunggulan bersaing pd , namun
titik berat masih kualitas produk, dsitribusi dsb
Analytical Competitors
Level tertinggi, dimana org. menempatkan
kemampuan analisis menjadi driver utamanya;
berbasis teori, database, policy & diarahkan untk
kepuasan pelanggan, membangun image yg kuat,
dan memiliki daya saing tinggi
ANALISIS PERBANDINGAN BAD
GOVERNMENT DG GOOD GOVERNANCE
Bad Government
Lamban dan reaktif
Arogan
Korup
Birokratisme
Boros
Bekerja seadanya
Enggan berubah
Kurang berorientasi pada
publik
Good Governance
Proaktif
Ramah dan Persuasif
Transparan
Mengutamakan kualitas dan
produk
Proporsional dan profesional
Bekerja secara sistemik
Pembelajaran sepanjang hayat
Menempatkan publik ditempat
utama
PARADIGMA
GOOD GOVERNANCE
GOOD PUBLIC GOVERNANCE ATAU GOOD
GOVERNANCE MENUNJUK PADA PENGERTIAN;
1. BAHWA KEKUASAAN TIDAK LAGI SEMATA-MATA DIMILIKI ATAU
MENJADI URUSAN PEMERINTAH.
2. GOVERNANCE MENEKANKAN PADA PELAKSANAAN FUNGSI
GOVERNING SECARA BERSAMA-SAMA OLEH PEMERINTAH DAN
INSTITUSI LAIN,YAITU LSM, PERUSAHAAN SWASTA MAUPUN WARGA
NEGARA.
3. BAHKAN INSTITUSI NON PEMERINTAH INI DAPAT SAJA MEMEGANG
PERAN DOMINAN DALAM GOVERNANCE TERSEBUT, ATAU BAHKAN
LEBIH DARI ITU PEMERINTAH TIDAK MENGAMBIL PERAN APAPUN
“GOVERNANCE WITHOUT GOVERNMENT”
Konsepsi Good dalam GG
Pertama, Nilai-nilai yang menjujung tinggi
keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat
yang dalam pencapaian tujuan (nasional)
kemandirian, pembangunan berkelanjutan
dan keadilan sosial;
Kedua, Aspek-aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
Hakikat Governance
1. Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan
sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non
pemerintah dalam suatu kegiatan kolektif.
2. Governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public goods dan services. Dari segi aspek
fungsional, governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang
telah digariskan atau sebaliknya.
3. Governance sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan
administratif untuk mengelola urusan-urusan bangsa. Governance
adalah suatu institusi, mekanisme, proses, dan hubungan yang komplek
melalui warga negara dan kelompok-kelompok yang mengartikulasikan
kepentingannya, melaksanakan hak dan kewajibannya dan menengahi
atau memfasilitasi perbedaan-perbedaan di antara mereka.
PRASYARAT GOOD GOVERNANCESumber, Hasil Kajian LAN, 2007
SISTEM POLITIK, YG MEMUNGKINKAN PARTISIPASI MASY. DLM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA LEBIH EFEKTIF;
SISTEM HUKUM, YG MAMPU MENEGAKKAN KEADILAN, MENJAMIN HAK
DAN KEWAJIBAN WN, DAN KETENANGAN
SISTEM EKONOMI, YG MAMPU MENGHASILKAN PENDAPATAN DAN
PENG. TEKNIS DG BASIS KEMANDIRIAN DAN KEBERLANJUTAN;
SISTEM SOSIAL & BUDAYA, YG MEMBERIKAN SOLUSI BAGI
KETEGANGAN OLEH PROSES PEMB. YG MENGABAIKAN KEADILAN DAN
KESELARASAN SOSIAL;
SISTEM PRODUKSI YG MENGHARGAI KEWAJIBAN MELINDUNGI
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI PEMBANGUNAN;
SISTEM TEKNOLOGI YANG MAMPU TERUS MELAKUKAN PENELITIAN
DAN MENEMUKAN SOLUSI BARU;
SISTEM HUBUNGAN INTERNASIONAL YG MENDUKUNG POLA
PERDAGANGAN DAN KEUANGAN YANG BERKELANJUTAN; DAN
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA, YANG BERKEMAMPUAN MELAKUKAN
KOORDINASI ANTAR SEKTOR PEMBANGUNAN SERTA
MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI PELAYANAN PUBLIK
Orientasi Good Governance1. Orientasi ideal negara yang mengacu pada demokratisasi dalam
kehidupan bernegara (legitimacy, akuntabel, dsb);
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu efektif, efisien
dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasionalnya.
3. Memperbaiki manajemen pembangunan di negara-negara penerima
bantuan, yakni manajemen pembangunan yang sehat , efisien dan
efektif)1) Public Sector, 2). Accountability, 3). The legal frame
work for development, 4). Information, 5). Transparancy.
4. Kewajiban pemerintah melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu, transparan, akuntabel, dan dapat
dipertanggungjawabkan semua kinerja pemerintah terhadap
masyarakat.
PILAR-PILAR GGNEGARA; menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yg
stabil; membuat peraturan yg efektif dan berkeadilan; menyediakan
pelayanan publik yg efektif dan akuntabel; menegakkan HAM;
melindungi lingkungan hidup; mengurus standar kesehatan dan
standar pelayanan publik;
SEKTOR SWASTA; menjalankan industri; menciptakan lapangan
kerja; menyediakan insentif bagi karyawan; meningkatkan standar
hidup masyarakat; memelihara lingkungan hidup; mentaati
peraturan; transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat; menyediakan kredit bagi pengembangan UKM;
MASYARAKAT MADANI; menjaga agar hak-hak masyarakat
terlindungi; mempengaruhi kebijakan publik; sarana checks and
balances pemerintah; mengawasi penyalahgunaan wewenang
sosial pemerintah; mengembangkan sdm, sarana komunikasi antar
masyarakatSumber; http://www.transparansi.or.id, 2008
Pemerintah
• Berfungsi untuk memediasi kepentingan-kepentingan yang
berkenan dengan public good.
• Menjamin suatu lingkungan bagi pembangunan berkelanjutan.
• Memelihara hukum, ketertiban, dan keamanan.
• Menciptakan suatu visi dan identitas nasional.
• Mengembangkan kebijakan dan program publik.
• Menghasilkan pendapatan untuk membiayai infra struktur dan
pelayanan publik.
• Mengembangkan anggaran dan implementasinya.
• Menyediakan peraturan dan insentif bagi pasar.
Dunia Usaha Swasta
Berfungsi dalam pasar untuk
menghasilkan barang-barang.
Memberikan pelayanan.
Menciptakan pekerjaan bagi
warganegara.
Memperkuat perusahaan swasta.
Masyarakat Sipil
Menggerakkan kelompok warganegara
untuk berpartisipasi dalam aktivitas
ekonomi, sosial, dan politik.
Menyumbangkan berbagai perspektif
yang dinamis dan multi-tingkat.
Manfaat Good Governance
1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi.
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan,
profesional dan akuntabel.
3. Terhapusnya peraturan per-UU-an dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warganegara, kelompok, atau golongan
masyarakat.
4. Meningkatkannya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik.
5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan
perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Prinsip-prinsip Good Governance
1. Wawasan ke Depan (Visionary)
2. Keterbukaan & Transparansi
(Openness & Transparency)
3. Partisipasi Masyarakat
(Participation)
4. Tanggung Gugat
(Accountability)
5. Supremasi Hukum (Rule of
Law)
6. Demokrasi (Democracy)
7. Profesionalisme & Kompetensi
(Professionalism &
Competency)
8. Daya Tanggap
(Responsiveness)
9. Keefisienan & Keefektifan
(Efficiency & Effectiveness)
10. Desentralisasi
(Decentralization)
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha
Swasta dan Masyarakat (Private
Sector & Civil Society
Partnership)
12. Komitmen pada Pengurangan
Kesenjangan (Commitment to
Reduce Inequality)
13. Komitmen pada Perlindungan
Lingkungan Hidup
(Commitment to Environmental
Protection)
14. Komitmen pada Pasar yang Fair
(Commitment to Fair Market)
INDIKATOR GG1. VISI, MISI, DAN STRATEGI YG JELAS,
DUKUNGAN UNTUK
MEWUJUDKANNYA;
2. TERSEDIANYA INFORMASI YG
AKURAT DAN TEPAT WAKTU;
3. PEMBERDAYAAN MASY. DAN
KEIKUTSERTAAN DLM PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. KESESUAIN ANTARA
PELAKSANAAN DG STANDAR DAN
PROSEDUR;
5. ADANYA KEPASTIAN & PENEGAKAN
HUKUM, KEPATUHAN;
6. KEBEBASAN MENYAMPAIKAN
ASPIRASI DAN BERORGANISASI,
KESEMPATAN YG SAMA
7. AHLI, KINERJA TINGGI, TAAT AZAS,
KREATIF, INOVATIF, ETIKA.
8. TERSEDIANYA MODEL PELAYANAN
YG MUDAH DIPAHAMI MASY.,
KECEPATAN DLM TINDAK LANJUT
9. NILAI GUNA TINGGI, WAKTU YG
TEPAT, EKONOMIS
10. ADANYA KEJELASAN TUGAS DAN
WEWENANG DLM BERBAGAI
TINGKATAN
11. PEMBERDAYAAN DUNIA USAHA &
MASY. DLM LAYANAN UMUM
12. LANGKAH2 KEBIJAKAN PEMEMUHAN
KEBUTUHAN MASY.
13. PENEGAKAN PD PRINSIP2
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
14. TIDAK ADA MONOPOLI,
BERKEMBANGNYA EKONOMI
KERAKYATAN
1. Wawasan ke Depan (Visionary)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kejelasan setiap tujuan
kebijakan dan program;
Adanya dukungan dari pelaku
untuk mewujudkan visi.
Perangkat/kebijakan yang
memberikan kekuatan hukum
pada perencanaan yang berisi visi
dan strategi (dalam bentuk
Keputusan menteri/Pimpinan,
Keputusan Pimpinan Daerah.
Peraturan Menteri atau Peraturan
Daerah;
Adanya peraturan yang memuat
dokumen perencanaan yang
terukur;
Proses penentuan visi dan
strategi secara partisipatif.
2. Keterbukaan & Transparansi (Openness &
transparency)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Tersedianya informasi yang
memadai pada setia proses
penyusunan dan implementasi
kebijakan publik;
Adanya akses pada informasi yang
siap, mudah dijangkau, bebas
diperoleh, dan tepat waktu.
Peraturan yang menjamin hak untuk
mendapatkan informasi;
Pusat/balai informasi;
Website (e-government, e-
procurement, dsb);
Iklan layanan masyarakat;
Media cetak dan elektronik;
Papan pengumuman;
Pameran pembangunan.
59
3 Partisipasi Masyarakat (Participation)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya pemahaman penyelenggara
negara tentang proses/metode
partisipatif;
Adanya pengambilan keputusan yang
didasarkan konsensus bersama.
Pedoman pelaksanaan proses
partisipatif;
Mekanisme/peraturan untuk
mengakomodasi kepentingan yang
beragam;
Forum konsultasi dan temu publik,
termasuk forum stakeholders;
Media massa nasional maupun media
lokal sebagai sarana penyaluran
aspirasi masyarakat.
4 Tanggung Gugat (Accountability)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kesesuaian antara
pelaksanaan dengan standar
prosedur pelaksanaan;
Adanya sanksi yang ditetapkan atas
kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan;
Adanya output dan outcome yang
terukur.
Adanya Standard Operating
Procedure (SOP) dalam
penyelenggaraan urusan
pemerintahan atau dalam
penyelenggaraan
kewenangan/pelaksanaan kebijakan;
Mekanisme pertanggungjawaban
Laporan tahunan;
Laporan pertanggungjawaban;
Sistem pemantauan kinerja
penyelenggara negara;
Sistem pengawasan;
Mekanisme reward and punishment.
5. Supremasi Hukum (Rule of Law)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya peraturan perundang-
undangan yang tegas dan
konsisten;
Adanya penegakan hukum yang
adil dan tidak diskriminatif;
Adanya penindakan terhadap
setiap pelanggar hukum;
Adanya kesadaran dan kepatuhan
kepada hukum.
Peraturan perundang-undangan;
Sistem peradilan pidana yang
terpadu/terintegrasi (kepolisian,
kejaksaan, pengadilan);
Reward and punishment yang
jelas bagi aparat penegak hukum
(kepolisian, kehakiman,
kejaksaan);
Sistem pemantauan dan
pengawasan terhadap lembaga
penegak hukum yang dilakukan
secara obyektif, independen, dan
mudah diakses publik;
Sosialisasi peraturan perundang-
undangan.
62
6. Demokrasi (Democracy)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya hak-hak dasar rakyat
seperti hak berkumpul, berserikat,
dan mengeluarkan pendapat;
Adanya kesamaan di depan
hukum;
Adanya kesempatan yang sama
untuk turut serta dalam
pengambilan keputusan kebijakan
publik;
Adanya kesempatan yang sama
untuk memperoleh berbagai
informasi publik;
Adanya kesempatan yang sama
untuk berusaha dan berprestasi
Adanya kesempatan yang sama
untuk berinovasi, berkreasi dan
berproduktifitas.
Peraturan yang menjamin adanya
hak dan kewajiban yang sama bagi
anggota masyarakat untuk turut
serta dalam pengambilan
keputusan kebijakan publik.
63
7. Profesionalisme & Kompetisi
(Profesionalism & Competency)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Berkinerja tinggi;
Taat asas;
Kreatif dan inovatif;
Memiliki kualifikasi di
bidangnya.
Standar kompetensi yang
sesuai dengan fungsinya;
Kode etik profesi;
Sistem reward and
punishment yang jelas;
Sistem pengembangan
sumberdaya manusia (SDM);
Standar dan indikator kinerja.
8. Daya Tanggap (Responsiveness)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Tersedianya layanan pengaduan,
baik berupa crisis center, Unit
Pelayanan Masyarakat (UPM),
kotak saran, dan surat pembaca
yang mudah diakses masyarakat;
Adanya standar dan prosedur
dalam menindaklanjuti laporan dan
pengaduan.
Standar pelayanan minimal;
Prosedur dan layanan pengaduan
hotline;
Fasilitas akses informasi yang
bebas biaya.
65
9. Efisiensi & Efektivitas (Efficiency &
Effectiveness)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Terlaksananya administrasi
penyelenggaraan negara yang
berkualitas dan tepat sasaran
dengan penggunaan sumberdaya
yang optimal;
Melakukan monitoring dan evaluasi
untuk perbaikan;
Berkurangnya tumpang tindih
penyelenggaraan fungsi
organisasi/unit kerja.
Standar dan indikator kinerja untuk
menilai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan;
Survei-survei kepuasan
stakeholders;
Peraturan organisasi dan tata
laksana penyelenggaraan negara
yang efektif dan efisien;
Program kerja yang tidak tumpang
tindih.
66
10. Desentralisasi (Decentralization)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kejelasan pembagian
tugas dan wewenang antar tingkat
pemerintahan dan antar tingkatan
jabatan di daerah sesuai dengan
PP Pembagian Urusan Pemerintah
sebagai revisi PP No. 25 tahun
2000;
Adanya kejelasan standar dalam
pemberian dukungan terhadap
pelayanan masyarakat (Standar
Pelayanan Minimal).
UU No. 32 Tahun 2004 mengenai
Pemerintahan Daerah;
UU No. 33 Tahun 2004 mengenai
Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
Rancangan PP tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemprov, dan Pemda Kabupaten/Kota
sebagai revisi dari PP No. 24 Tahun 2000;
Rancangan PP mengenai Penataan
Kelembagaan Pemda sesuai dengan revisi
PP No. 8 Tahun 2003;
Perda mengenai Urusan Wajib Pemerintah
Daerah;
Perda mengenai Struktur Organisasi
Daerah;
Peraturan pendanaan dan standar operasi
yang mendukung aparat (pemerintah dan
pemda) dapat melakukan pelayanan
sesuai dengan standar yang ada.67
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta &
Masyarakat (Private Sector & Civil Society
Partnership)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya pemahaman aparat
pemerintah tentang pola-pola
kemitraan;
Adanya lingkungan yang kondusif
bagi masyarakat kurang mampu
(powerless) untuk berkarya;
Terbukanya kesempatan bagi
masyarakat/dunia usaha swasta
untuk turut berperan dalam
penyediaan pelayanan umum;
Adanya pemberdayaan institusi
ekonomi lokal/usaha mikro, kecil,
dan menengah.
Peraturan-peraturan dan
pedoman yang mendorong
kemitraan pemerintah - dunia
usaha swasta - masyarakat;
Peraturan-peraturan yang
berpihak pada masyarakat kurang
mampu;
Program-program pemberdayaan.
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan
(Commitment to Reduce Inequality)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kebijakan yang
berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar bagi masyarakat
secara seimbang (subsidi silang
affirmative action);
Tersedianya layanan-layanan/
fasilitas-fasilitas khusus bagi
masyarakat tidak mampu;
Adanya kesetaraan dan keadilan
gender;
Adanya pemberdayaan kawasan
tertinggal.
Peraturan-peraturan yang berpihak pada
pengurangan kesenjangan secara
regional, ekonomi, hukum, dan
kebijakan mengenai penanggulangan
kemiskinan, pemberdayaan gender,
masyarakat kurang mampu, dan
kawasan tertinggal;
Program-program kebijakan moneter
dan fiskal, sistem hukum yang
transparan, pembangunan regional,
pemberdayaan gender, masyarakat
kurang mampu, dan kawasan tertinggal;
Pelaksanaan sistem pemantauan dan
evaluasi yang mendukung pelaksanaan
strategi dan kebijakan yang terkait
dengan pengurangan kesenjangan dan
berbagai bidang pembangunan.
69
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup
(Commitment to Environment Protection)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Menurunnya tingkat pencemaran
dan kerusakan lingkungan;
Adanya keikutsertaan masyarakat
dalam melestarikan lingkungan
hidup.
Peraturan dan kebijakan yang
menjamin perlindungan dan
pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup;
Forum kegiatan peduli
lingkungan;
Ketentuan insentif dan disinsentif
dalam pemanfaatan sumberdaya
alam dan perlindungan lingkungan
hidup.
70
14. Komitmen pada Pasar yang Fair (Commitment to
Fair Market)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Berkembangnya ekonomi
masyarakat;
Terjaminnya iklim kompetisi yang
sehat.
Berbagai peraturan dan kebijakan
mengenai persaingan usaha yang:
Menjamin iklim kompetisi yang
sehat;
Mengendalikan dan mengarahkan
investasi pemerintah, investasi
swasta yang mendorong
peningkatan kesempatan
berusaha;
Adanya affirmative action dari
pemerintah untuk mendorong
kesempatan berusaha bagi
pengusaha kecil dan menengah.
71
AGENDA GOOD GOVERNANCE
AGENDA POLITIK
AGENDA ADMINISTRASI *)
AGENDA EKONOMI
AGENDA SOSIAL
AGENDA HUKUM
CATATAN: *) REFORMASI ADMINISTRASI NEGARA
HAKIKAT REFORMASI
Jeremy Benthan (filsuf kelahiran Inggris), 250tahun yang lalu, mengingatkan , bahwaberbagai penyelewengan sangat mungkinterjadi pada lembaga yang tidak terbuka.Hanya dengan reformasi birokrasi,keterbukaan publikasi yang proporsionaltermasuk di lembaga peradilan, pengawasandan keadilan yang diarahkan padakesejahtaeraan masyarakat itu bisa terwujud.
Reformasi Administrasi
ADMINISTRATIVE GOVERNANCE Terciptanya
birokrasi yang bersih, profesional, dan netral, melalui:
Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat
dan daerah yang mampu mendukung pembangunan
nasional.
Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan HAM
yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, serta
tertatanya sistem hukum nasional yang mencerminkan
kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif.
Reformasi AdministrasiPOLITICAL GOVERNANCE Terwujudnya Indonesia yang
demokratis, melalui:
Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi.
Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan
politik.
Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitik beratkan
pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.
Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan
politik yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan
hukum, masyarakat sipil, masyarakat politik dan masyarakat ekonomi
yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional.
Reformasi Administrasi
ECONOMIC GOVERNANCE Terwujudnya bangsa yang
berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur
dan sejahtera, melalui :
Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesi-nambungan
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan.
Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah Indonesia.
Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan
nasional.
Reformasi Administrasi
SOCIETAL & CULTURAL GOVERNANCE
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan
Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari
TUNTUTAN KUALITAS PROFESIONALISME
APARATUR PEMERINTAH
ENTREPRENEURIAL PROFESSIONALISM kemampuan
memanfaatkan peluang-peluang untk pertumbuhan ekonomi,
keberanian mengambil resiko, dan kemampuan menggeser alokasi
sumber dari kegiatan yg berproduktivitas rendah ke yg tinggi
MISSION DRIVEN PROFESSIONALISM mengambil keputusan yg
mengacu pd misi yg ingin dicapai
ENVIRONMENTAL SCANNING PROF kemampuan mengindentifikasi
berbagai potensi dan input bagi proses pembangunanmobilisasi
sumber secara optimal.
EMPOWERING PROFESSIONALISM kemampuan menfasilitasi
masyarakat agar tumbuh & berkembang dg kekuatan sendiri.
AWAS … !!
Negara-negara ini Sulit untuk Maju
1. Yang pernah menjadi negara jajahan bangsa lain
(Taylor dan Hudson, 1972, Bertocchi, 1996, Mauro
1997, Todaro, 2002).
2. Yang memiliki Sumber Daya Alam melimpah (Sachs
dan Warner, 2001, Hodler, 2004).
3. Yang memiliki banyak etnis (Shleifer dan Vishny 1993,
Mauro 1994, Todaro, 2002).
4. Yang tengah mengalami masa transisi dari
pemerintah otoriter kepada demokrasi dan ekonomi
pasar (Patrick Glynn, Stephen J. Kobrin, dan Moises
Naim,1999).
KESIMPULAN PENERAPAN GG DI INDONESIA• 1. SECARA UMUM PELAKSANAAN GG CUKUP BAIK (LAKIP, PENYELENGGARA NEGARA MENJADI
TERSANGKA KORUPSI, DSB)
• 2. BEBERAPA FAKTOR PENDORONG GG CUKUP BAIK; REFORMASI BIROKRASI, ANGGARAN
BERBASIS KINERJA, EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN NEG/DAERAH, PERAN SERTA MASY.,
AGENDAN PEMBERANTASAN KORUPSI, KEDISIPLINAN PEMIMPIN, KOMITMEN PARA PIMPINAN,
KETEGASAN PIMPINAN DLM MENERAPKAN HUKUMAN & HADIAH;
• 3. HAMBATAN; KESEJAHTERAAN PEGAWAI, TDK ADA KESATUAN KONSEP PEM.PUSAT
(BAPPENAS-DDN – MENPAN) SHG PRINSIP2 GG SULIT DITERAPKAN, PERILAKU BIROKRASI,
RENDAHNYA KUALITAS BUDAYA KERJA, POLA KARIR TDK JELAS, INKONSISTENSI KEBIJAKAN,
DSB
• 4. DUNIA USAHA MASIH MERASAKAN PELAYANAN YG TERKENDALA DG BIROKRATISME
• 5. KALANGAN LSM DAN PERGURUAN TINGGI MERUPAKAN PIHAK YG SKEPTIS DAN PESIMIS
TERHADAP PENERAPAN GG
• 6. MEDIA MASA BELUM SEPENUHNYA MENDUKUNG PELAKSANAAN GG (LEBIH BANYAK MENCACI
DARI PADA MEMBERIKAN SOLUSI)
• 7. NAMUN TERDAPAT KESAMAAN PENDANGAN DARI BERBAGAI KALANGAN TTG PENTINGNYA
NILAI-NILAI LOKAL (LOCAL WISDOM) DLM MENDORONG GG.
SARAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
1. SAMAKAN PLATFORM/PERSEPSI, TUJUAN, SASARAN,RENCANA TINDAK;
2. TERAPKAN 4 C (CONCEPT YG JELAS, PRAGMATIS,KOMPREHENSIF DAN INOVATIF; COMPETENCE,CONNECTIONS, COMMITMENT;
3. LAKSANAKAN 4W (WELL PLANNED, WELL ORGANIZED,WELL ARRANGED, AND WELL CONTROLLED)
4. BERSAMA 4C DAN 4W, TEGAKKAN 2K, YAITUKONSISTEN DAN KESERIUSAN, DAN UBAHLAH MIND-SET DAN CULTURE-SET, MENUJU BUDAYA KERJAPRODUKTIF, INOVATIF, EFISIEN DAN EFEKTIF.
BEBERAPA CATATAN AKHIR1. Dalam kolaborasi yg dibangun, negara/pemerintah tetap bermain sebagai figur kunci
namun tidak mendominasi, serta memiliki kapasitas mengkoordinasi (bukan
memobilisasi) untuk mencapai tujuan-tujuan publik;
2. Transformasi kekuasaan dari “kekuasaan atas” menjadi “kekuasaan untuk”
menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan menyelesaikan masalah
publik;
3. Negara, NGO, swasta, dan masyarakat lokal merupakan aktor-aktor yh memiliki
posisi dan peran yg saling menyeimbangkan /setara
4. Mendisain ulang struktur dan kultur organisasinya agar siap dan mampu menjadi
katalisator bagi institusi lainnya untuk menjalin sebuah kemitraan yang kokoh,
otonom dan dinamis;
5. Melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan mulai dari formulasi,
implementasi, dan evaluasi kebijakan serta penyelenggaraan layanan publik;
6. Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi, dan
akuntabilitas publik dalam menyelenggarakan kepentingan, pemenuhan kebutuhan,
dan penyelesaian masalah publik.