diseminasi teknologi pengupasan kulit ari kacang koro
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 60
Diseminasi Teknologi Pengupasan Kulit Ari
Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis)
Sistem Rotary Roller Belt di Desa Marmoyo
Kecamatan Kabuh Jombang
Hadi Santosa 1, Yuliati
2
1Jurusan Teknik Industri,
2Jurusan Teknik Elektro Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jalan Kalijudan 37 Surabaya [email protected], [email protected]
Abstract- Currently under development of alternative
food sources such as Jack bean plant (Canavalia
Ensiformis). Jack bean (Canavalia Ensiformis) is one
type of plant nuts / legumes. This plant has many
benefits because it has high vegetable and carbohydrate
protein content and can be processed into several
processed food products such as mixture of abon, tempe,
tofu, Crackers, flour and derivatives of processed
products such as cake, cookies and other bakery
products . There are at least 137 Marmoyo Village
Farmers District Kabuh Jombang District in
collaboration with PERHUTANI has planted a jack
bean plant on an area of ± 20 hectares. But when the
harvest is abundant, the farmers experience the main
obstacles in stripping the skin of the epidermis. This is
due to the characteristics of the thick and hard pea of
the jack bean, making the process of stripping its
epidermis difficult and requires a long time. Therefore,
in the dissemination of the results of technology products
to the community is offered a solution in the form of
utilization of appropriate technology tool to strip out the
scalp with a rotary belt system. This tool has the
capability of stripping capacity 20 times (100 kg / hour)
compared to stripping it manually.
Keywords: Jack Bean , Rotary belt system , Stripping
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kacang koro pedang (Canavalia Ensiformis)
atau jack bean mempunyai banyak manfaat karena memiliki
kandungan protein nabati dan karbohidrat yang tinggi dan
dapat diolah menjadi beberapa produk olahan pangan seperti
bahan campuran abon, tempe, tahu, kerupuk koro pedang ,
tepung koro pedang serta turunan produk olahannya seperti
cake, cookies dan produk bakery lainnya. Jenis polong
polongan yang masih muda biasanya dimasak sebagai
sayur-sayuran. Biji kacang koro pedang merupakan sumber
protein nabati setara dengan kacang kedelai. Biji kacang
koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat 55% dan
protein 23%-34% serta mengandung juga sumber Ca,
Zn, P, Mg, Cu dan Ni. Prospek biji koro pedang untuk
keperluan ekspor juga masih sangat terbuka khususnya
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industry farmasi
maupun nutrisi.
Namun , saat ini masih dijumpai beberapa kendala terkait
pengolahan biji kacang koro pedang ini. Di dalam biji koro
pedang mengandung asam sianida (HCN) yang merupakan
senyawa toksik yang sangat berbahaya terhadap kesehatan
tubuh manusia apabila masuk ke dalam tubuh dan
dikonsumsi secara berlebihan. Batas kandungan HCN
dalam tubuh tidak boleh lebih dari 0,5 mg/kg berat badan
(Suciati, 2012). Proses pengolahan pasca panen yang
tepat dapat menurunkan kadar HCN pada kacang koro
seperti proses pencucian, pengukusan /perebusan dan
perendaman dengan air garam (NaCl). Kendala lain yang
sering dijumpai dalam proses pengolahan biji kacang koro
adalah sulitnya proses pengupasan kulit ari kacang koro.
Karakteristik kulit ari kacang koro pedang yang tebal dan
keras membuat proses pengupasan kulit ari nya menjadi
sulit dan memerlukan waktu yang lama sehingga
menyebabkan kelelahan bagi pengguna.
Hasil penelitian pendahuluan (Hadi Santosa , Yuliati
2014) telah berhasil dirancang bangun suatu alat teknologi
tepat guna pengupasan kulit ari kacang koro pedang . Alat
teknologi tepat guna (TTG) pengupas kulit ari koro pedang
ini pada tahun 2015 juga telah berhasil menjadi juara II
lomba teknologi tepat guna tingkat kota Surabaya dan
piagam penghargaan kejuaraan dapat ditunjukkan pada
Gambar 1. Proses pendaftaran paten sederhana ke Direktorat
Jendral Kekayaan Intelektual dengan nomor pendaftaran
paten S00201607954 pada bulan November tahun 2016 juga
telah dalam proses (Yuliati, Hadi S, 2017). Adapun formulir
permintaan pemeriksaan substantif pendaftaran paten dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 61
Gambar 1. Piagam Penghargaan Lomba TTG
Gambar 2. Pendaftaran Paten Sederhana
Kegiatan dan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
sejalan dengan tujuan dan program nasional untuk
mengakselerasi proses hilirisasi teknologi hasil penelitian
Lembaga Litbang yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, maka teknologi tepat guna pengupasan kulit ari
koro pedang dengan sistem rotary belt ini hasilnya
didiseminasikan kepada masyarakat petani koro pedang di
Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang
Jawa Timur. Alat yang dibuat ini secara khusus
memanfaatkan metode gesekan antara dua pasang roller belt
yang berputar dan masing-masing mempunyai kecepatan
800 rpm - 1000 rpm dan 400 rpm - 600 rpm serta kedua
roller menjepit, menekan dan menggeser biji koro pedang.
Hal ini akan mengakibatkan kulit arinya akan terkelupas
dari bijinya. Sistem penyetelan alat pengupas ini juga dapat
diatur menyesuaikan dengan variasi besar kecilnya kulit
kacang kacangan yang lain.
B. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Situasi
Di Desa Marmoyo Kecamatan Kabuh kabupaten
Jombang terdapat kurang lebih 137 petani koro pedang dan
setidaknya terdapat 20 hektar lahan yang telah ditanami
jenis tanaman koro pedang putih ini. Mereka bekerja sama
dengan PERHUTANI setempat yang dipimpin oleh Bapak
Suprapto dengan kelompok tani dengan ketua Bapak
Nyuwito untuk memanfatkan lahan tidur dengan menanam
jenis tanaman polong-polongan ini . Mereka juga telah
bersedia menjadi mitra kerjasama dalam kegiatan
diseminasi produk teknologi kepada masyarakat Adapun
gambar mitra dapat ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Mitra Kegiatan Diseminasi Produk Teknologi
Proses pengolahan kacang koro pedang melalui
beberapa tahap yang harus dilalui. Hal ini disebabkan biji
kacang koro pedang mengandung senyawa toksik yaitu zat
Asam Sianida (HCN). Food Agricultural Organization
(FAO) menetapkan bahwa kandungan senyawa HCN yang
diperbolehkan dan aman untuk dikonsumsi manusia yaitu
< 10 ppm. Kandungan Asam Cianida pada kacang koro
dapat dikurangi melalui proses pengolahan yang benar
meliputi pencucian perebusan/pengukusan serta proses
perendaman dalam garam NaCl untuk
menghilangkan/mengurangi kandungan asam cianida nya
sehingga aman dikonsumsi. Setelah melalui proses
perebusan /pengukusan dan perendaman, maka kulit ari
koro pedang harus dikupas satu demi satu untuk diolah
menjadi berbagai macam produk olahan pangan selanjutnya.
Kendala yang mereka jumpai adalah dengan
melimpahnya panenan koro pedang rata rata 6-7 ton/ hektar
nya untuk sekali panen namun mereka kesulitan dalam
pengolahan pasca panennya khususnya pada pengelupasan
kulit arinya. Kulit ari koro pedang harus dikupas satu demi
satu dengan tangan secara manual. Karakteristik kulit ari
kacang koro pedang yang tebal dan keras membuat proses
pengupasan kulit ari nya menjadi sulit dan tentunya
memerlukan waktu yang lama dan sangat melelahkan bagi
pengguna.
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 62
2. Permasalahan Mitra
Berdasarkan informasi dari survei awal, analisa situasi,
dan potensi hasil panen pertanian kacang koro pedang yang
mampu mencapai 6-7 ton / hektar dan setidaknya terdapat
137 petani dengan lahan PERHUTANI 20 hektar yang
ditanami tanaman koro di Desa Marmoyo Kecamatan
Kabuh Kabupaten Jombang dan melihat potensi permintaan
hasil olahan koro pedang yang cenderung meningkat, saat
ini para petani mengalami kesulitan akan pengolahan pasca
panen tanaman koro pedang putih ini. Kacang koro pedang
setelah melalui proses perebusan /pengukusan dan
perendaman untuk menghilangkan kandungan asam
sinanidanya maka kulit ari koro pedang harus dikupas satu
demi satu dengan tangan secara manual yang memerlukan
waktu yang lama dan sangat melelahkan bagi pengguna
(Gambar 4). Sebagai gambaran dalam satu jam mereka
hanya mampu mengupas kulit ari koro pedang sebanyak 5
kg / jam/ orangnya, sedangkan panenan begitu melimpah.
Gambar 4. Pengupasan Kulit Ari Secara Manual
Oleh sebab itu untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja para petani, pedagang dan pengrajin
usaha kecil di dalam pengolahan pasca panen kacang koro
pedang, maka dilakukan kegiatan diseminasi hasil produk
teknologi ke masyarakat petani berupa teknologi tepat guna
alat pengupas kulit ari kacang koro pedang yang merupakan
hasil penelitian dan pengembangan sebelumnya (Hadi
Santosa, Yuliati , 2014) . Rancang bangun alat pengupas ini
dibuat sedemikian sehingga mudah pengoperasian dan
pemeliharaannya dengan tidak mengabaikan aspek mekanik
dan ergonomisnya.
3. Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis)
Tanaman kacang koro pedang (Canavalia ensiformis)
merupakan jenis tanaman tropis yang berasal dari Amerika
Selatan/Tengah. Di beberapa daerah di Indonesia tanaman
ini memiliki penyebutan yang bervariasi. Di daerah Jawa
Tengah dikenal sebagai Koro Bedog, Kacang Mekah, Koro
Bendo, Koro Pedang, Krandang . Di Jawa Barat dikenal
sebagai Kacang Koang kaos pedang, kaos bakol, kaos
bebedogan . Dan di Madura dikenal sebagai koro ortel, koro
wedung atau kacang prasman (Heyne,1950; Ochse, 1931).
Secara botani tanaman koro pedang dibedakan ke dalam
dua tipe tanaman yaitu : koro pedang yang tumbuh
merambat (climbing) dan berbiji merah (Canavalia
gladiate (jack) DC) dan koro pedang tumbuh tegak dan
berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.).
(Anonim, 2012). Jenis tanaman yang dibudidayakan para
petani di Desa Marmoyo Jombang adalah jenis tanaman
koro pedang putih (Canavalia ensiformis) .
Koro pedang dapat tumbuh dengan baik pada dataran
rendah (mulai 40 m dpl) sampai pada ketinggian 1.800 m
dpl. Dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis yang
lembab dan dapat bertahan pada musim kering dengan curah
hujan berkisar 700 s/d 4.000 mm per tahun. Oleh sebab itu,
tanaman poling-polongan ini dapat tumbuh dengan baik di
daerah Jombang dengan ketinggian 500 m dpl dengan curah
hujan relatif rendah yaitu berkisar antara 1750- 2500 mm
per tahun dan tanaman ini tumbuh dengan baik bila
mendapat penyinaran matahari yang penuh dengan toleransi
keteduhan yang sedang. Tinggi tanaman koro pedang antara
75-100 cm , masa panen sekitar 4 - 5 bulan dan selang 2 -3
minggu berikutnya setelah pemanenan pertama dapat terus
dipanen sampai umur 6 bulan. Panjang polong 20 – 30 cm ,
bentuk bijinya lonjong berwarna putih atau kuning gading
dengan panjang 6-9 mm. Adapun tanaman koro pedang ,
bentuk polong dan biji kacang koro pedang putih dan dapat
dilihat pada gambar 5.
(a) Tanaman Kacang Koro Pedang Putih
(b) Polong Kacang Koro Pedang Putih
Kulit ari
Kacang
Koro
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 63
(c). Biji Kacang Koro Pedang Putih
Gambar 5. Kacang Koro Pedang Putih
Manfaat kacang koro pedang disamping sebagai bahan
baku pengolahan pangan, juga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan farmasi dan kosmetika. Kandungan Con
canavalin A yang merupakan senyawa protein yang
berfungsi sebagai antibodi yang dapat mengaktifkan sel anti
kanker atau sel T. Koro pedang juga mengandung enzim
urease yang dapat diekstrak dan bermanfaat bagi dunia
farmasi sebagai reagen untuk menentukan konsentrasi
urease dalam darah. Kandungan unsur hara N, K, Ca dan
Mg juga cukup tinggi menjadikan tanaman ini bermanfaat
untuk menyuburkan tanah.
Namun, dibalik semua manfaat koro pedang terdapat
kendala dalam pengupasan kulit ari nya. Hal ini dikarenakan
karakteristik kulit ari yang tebal, ulet dank eras. Oleh sebab
itu dalam rancang bangun alat pengupas ini
dipertimbangkan aspek mekanik maupun ergonomis nya.
4. Desain Ergonomis
Pada saat melakukan pekerjaan fisik operator, maka
sebaiknya dihindari hal-hal seperti : beban statis, sikap kerja
atau postur yang berlebihan, penggunaan tenaga kerja secara
berlebihan, serta konsentrasi beban kerja hanya pada
sejumlah otot saja dan diupayakan agar beban mental dapat
ditekan sekecil-kecilnya, bahkan seharusnya dapat
dihilangkan.
Dalam melakukan desain atau perancangan sistem kerja
yang ergonomis, ada lima prinsip rancangan yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
a. Buatlah agar mesin/alat dapat disesuaikan dengan
kebutuhan manusia.
b. Meminimalisasi persentase yang berada diluar
rancangan.
c. Perancangan kerja agar semakin bersifat seimbang,
serta semakin berkurangnya penggunaan fisik dan hal-
hal yang kurang prosedural.
d. Tekanan pentingnya komunikasi.
e. Gunakan mesin yang memperbesar kemampuan
manusia.
Konsep dasar serta prinsip-prinsip diatas seharusnya
digunakan dalam melakukan suatu perancangan sistem
kerja, agar mesin dapat berjalan sebaik mungkin.
Aspek ergonomis dalam pembuatan alat pengupas ini
tenaga yang dikeluarkan operator jauh lebih sedikit
dibanding dengan mengupas secara manual. Tinggi alat
disesuaikan dengan kondisi operator saat menuang kacang
koro sehingga memudahkan operator untuk
mengoperasikannya. Hasil kupasan langsung keluar lewat
corong keluaran dan ditampung dalam nampan
penampungan.
5. Biomekanika
Biomekanika adalah suatu hal yang berkaitan dengan
aspek-aspek mekanika dari gerakan anggota-anggota tubuh,
pekerjaan yang menggunakan biomekanika adalah :
kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota-
anggota badan dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh
terhadap beban.
Otot dan tulang merupakan bagian penting bagi ukuran-
ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh bagian-
bagiannya. Ukuran ini juga menetukan kemampuan fisik
tenaga kerja. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk
menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot
yang diperlukan untuk mengimbangi tergangan-tegangan
tersebut.
Dalam banyak kegiatan penganan material, seperti :
mengangkat, membawa, mendorong dan menarik gaya-gaya
yang signifikan terjadi pada tulang belakang bagian bawah,
yakni lumbar L5/S1 lokasi dimana sering terjadi cidera pada
punggung.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan
biomekanika pada dasarnya mempelajari dan menganalisa
batas-batas kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian
yang dimiliki manusia dalam melakukan kerja. Faktor-
faktor biomekanika dipengaruhi oleh :
Faktor diri : umur, jenis kelamin, suku bangsa.
Sikap kerja.
Jenis kerja.
Kerja fisik sering disebut pula sebagai kerja otot. Otot –
ototlah yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot – otot
menduduki sekitar 45 % dari serat tubuh. Otot – otot
tersusun dari serat – serat otot, yang garis tengah
penampangnya 0.1 mm dan panjangnya bervariasi antara 0.5
dan 14 cm, banyak serat – serat pada suatu otot bervariasi
diantara 100.000 sampai 1 juta. Ujung – ujung serat ini
terkait pada ujung otot yang berbentuk serat kolagen. Serat
– serat kolagen ini membentuk urat. Kadang – kadang pada
otot yang panjang, beberapa serat sambung – menyambung
dan berbentuk satu serat panjang.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan
merupakan keadaan setiap individu, dimana terjadi
penurunan kekuatan dan kontraksi otot serta perlambatan
gerakan – gerakan aktifitas yang sedang dilakukannya. Hal
ini dapat ditimbulkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisik
(fisiologis dan kimia) dan akibat kelelahan mental
(psikologis ).
Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang timbul
karena adanya perubahan – perubahan psikologis dalam
tubuh manusia. Pada saat terjadi kegiatan akan terjadi proses
kimia dalam otot antara lain penyediaan energi yang
diperlukan. Pada saat relaksasi, cadangan tenaga akan
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 64
dibentuk kembali. Jika konsumsi energi melampui
kemampuan pembentukan kembali energi, akan
menurunkan efisiensi kerja dan hal inilah yang akan
menimbulkan adanya kelelahan.
Pada fisiologis sebenarnya merupakan kelelahan yang
semu, karena hal ini timbul dari perasaan yang ada dalam
pikiran seseorang seperti bosan, keadaan monoton,
lingkungan yang tidak cocok, tanggung jawab, kekuatiran
serta konflik – konflik. Pikiran – pikiran inilah yang
kemudian diteruskan oleh syaraf – syaraf sensorik ke otak
kemudian disadari dan dianggap sebagai kelelahan otot.
II. PEMBAHASAN
A. Solusi yang ditawarkan
Berdasarkan permasalahan mitra yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka solusi yang ditawarkan pada kegiatan
diseminasi teknologi kepada masyarakat ini adalah dengan
menerapkan hasil penelitian pendahuluan (Hadi Santosa,
Yuliati , 2014) kepada masyarakat dalam kegiatan
diseminasi hasil teknologi tepat guna dalam memanfaatkan
alat pengupas kulit ari kacang koro pedang untuk
masyarakat mitra dengan kapasitas yang mumpuni (100
kg/jam) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mudah dalam
pengoperasiannya serta dalam perawatan dan
pemeliharaannya. Hal ini bertujuan agar dapat mempercepat
proses pengupasan kulit ari koro pedang sebagai bagian dari
tahapan proses pengolahan pasca panen biji kacang koro
pedang.
Adapun alat pengupas kulit ari kacang koro pedang yang
akan dibuat lagi untuk kegiatan diseminasi teknologi ke
masyarakat ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Daya Listrik yang diperlukan : 500 Watt
b. Putaran Motor 1 phase : 1440 rpm
c. Putaran Roller Pengupas I : 400 rpm
d. Putaran Roller Pengupas II : 600 rpm
e. Dimensi : panjang = 60cm, tinggi = 150cm, lebar =
60 cm
f. Belt Rotary : Panjang =60 cm; Lebar = 25 cm
g. Rangka dengan konstruksi bahan karbon steel,
penampung kacang koro dan corong keluaran berbahan
Stainless Steel.
h. Impeler Rotary bahan Aluminium, belt rotary berbahan
rubber belt dengan ketebalan 8 mm.
i. Kapasitas pengupasan kacang koro pedang yang telah
melalui proses perendaman sebelumnya adalah 100
kg/jam
j. Dinding luar baja karbon dicat
k. Dinding samping bagian atas dan atap terbuat dari plat
besi
l. Hopper pemasukan koro pedang terbuat dari stainless
steel
m. Sistem putaran pengupasan menggunakan belt yang
putarannya direduksi menggunakan dua rangkaian belt.
Pengupasan kulit ari kacang koro pedang diawali
dengan proses perebusan/pengukusan pada suhu 700C -
800C dengan air garam, serta perendaman kacang koro
selama 12 jam sebelum dilakukan proses pengupasan . Hal
ini bertujuan menghilangkan kandungan asam sinaida
(HCN) serta agar kacang Rancang bangun alat pengupas
kulit ari koro pedang dibuat dengan memanfaatkan
perbedaan kecepatan antara dua pasang roller belt (fast dan
slow roller belt) yang masing- masing berputar dengan
kecepatan putar 800 rpm-1000 rpm dan 400 rpm-600 rpm.
Kedua pasang rotary roller belt yang berputar akan
menjepit, menekan dan menggeser biji kacang koro
sehingga kulit arinya yang bertekstur tebal dan keras akan
terkelupas dan terpisah dari bijinya. Gambar rancangan alat
yang telah berhasil dibuat dapat ditunjukkan pada Gambar
6.
Di dalam ruang pengelupasan alat pengupas kulit ari
koro pedang beserta bagian bagian di dalam ruang
pengelupasannya, tersusun dari dua buah rotary roller belt
yaitu fast roller belt (1) dengan putaran 500 rpm dan slow
roller belt (3) dengan putaran 300 rpm yang mempunyai
kecepatan berbeda yang digerakkan dengan motor listrik (2)
dengan putaran 1500 rpm beserta sistem transmisinya (6)
dengan menggunakan belt dan gear box. Adanya komponen
adjuster Fast roller belt (4) dan adjuster Slow Roller Belt
(5) untuk mengatur ketegangan belt yang berfungsi untuk
untuk menyesuaikan dengan besar kecilnya kacang koro
pedang dan keras lunaknya kulit koro yang akan dikupas
sehingga biji koro tidak rusak dan terkelupas dengan
sempurna.
Hasil pengupasan kulit ari kacang koro pedang ini
sekitar 90% kulit ari dapat terkelupas dengan baik. Dimensi
alat pengupas ini adalah panjang 60 cm, lebar 60 cm, dan
tinggi alat 150 cm. Belt rotary nya mempunyai panjang 60
cm dan lebar = 25 cm. Dimensi alat tersebut dapat
disesuaikan dengan kapasitas proses pengupasan yang
dibutuhkan. Alat ini juga memiliki kemampuan dalam
penyetelan yang dapat menyesuaikan dengan variasi besar
kecilnya ukuran biji kacang kacangan yang lain.
Pandangan atas
Pandangan samping
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 65
Gambar 6. Rancangan Alat Pengupas Kulit Ari
Koro Pedang
B. Target Luaran
Target luaran dari kegiatan diseminasi teknologi kepada
masyarakat adalah memanfaatkan dan menerapkan hasil
produk teknologi tepat guna berupa alat pengupas kulit ari
kacang koro pedang serta target yang akan dicapai antara
lain adalah :
a. Adanya perubahan proses pengupasan kulit ari koro
pedang dari bersifat tradisional yang memerlukan
waktu lama (5 kg/jam) menjadi lebih singkat proses
pengupasannya serta lebih hygienis. Sehingga
produktivitas meningkat.
b. Peningkatan efektifitas pengupasan kulit ari koro
pedang yang semula dilakukan oleh tenaga manusia
selanjutnya manusia berperan sebagai operator alat.
c. Peningkatan produksi koro pedang siap olah menjadi
produk olahan yang mempunyai nilai jual lebih tinggi.
d. Menciptakan budaya bersih dan sehat bagi masyarakat
usaha kecil untuk produk olahan koro pedang.
Adapun luaran yang diharapkan dalam kegiatan diseminasi
pengabdian masyarakat ini adalah adanya nilai tambah dari
sisi ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu :
a. Alat pengupas kulit ari koro pedang ini penggunaan
energi relatif kecil dan kapasitas pengupasan koro
meningkat 20 x lipat (100 kg/jam) apabila
dibandingkan dengan cara manual / tradisional.
b. Biaya pemeliharaan rendah dan pengoperasian alat
pengupas koro pedang mudah.
Realisasi alat pengupas kulit ari kacang koro pedang sistem
rotary belt dapat ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Realisasi Alat Pengupas Kulit Ari Kacang Koro Pedang
Sistem Rotary Belt.
Keterangan gambar :
1. Corong penampung kacang koro pedang
2. Lever untuk mengatur system pengupasan
3. Ruang pengupasan
4. Ruang transmisi penggerak
5. Corong keluar kacang koro pedang hasil pengupasan
6. Motor penggerak
III. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan dalam kegiatan diseminasi
teknologi kepada masyarakat ini terbagi dalam dua kegiatan
yaitu :
1. Tahap proses pembuatan kembali alat pengupas kulit
ari koro pedang
Pelaksanaannya meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pekerjaan desain konstruksi alat pengupas kulit ari koro
pedang meliputi pengerjaan mekanik dan electric
wiring. Kegiatan supervisi ke bengkel permesinan/
bubut/ las agar terjaga kulatiasnya sesuai dengan
rancangan dan spesifikasi teknik yang telah ditentukan.
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2017 vol. 2 no. 1 ISSN. 2541-3805
B - 66
Penentuan bahan-bahan teknik pendukung alat
pengupas yang berkualitas baik dan aman untuk
pengolahan produk makanan.
b. Pengerjaan dan supervisi di bengkel serta perakitan
peralatan pengering dan sistem electric wiring nya.
2. Tahap diseminasi produk teknologi kepada masyarakat
dalam bentuk kegiatan implementasi, penyuluhan, dan
pelatihan bagaimana cara pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan pengupasan kulit ari koro
pedang kepada masyarakat. Adapun persiapan yang
dilakukan antara lain :
a. Pembuatan modul bagi peserta penyuluhan yang
berkaitan dengan kandungan nutrisi dan karakteristik
jenis tanaman koro pedang, beberapa variasi
pengolahan pasca panen koro pedang.
b. Pembuatan modul cara pengoperasian alat pengupas
serta pemeliharaan peralatannya.
c. Diseminasi dan implemetasi alat pengupasan kulit ari
koro pedang di Desa Marmoyo Kecamatan Kabuh
Kabupaten Jombang beserta masyarakat desa, petani
koro dan wirausaha kecil di bidang koro pedang.
d. Penyuluhan berbagai variasi cara mengolah koro
pedang untuk membuat berbagai jenis produk makanan
olahan berbasis koro pedang putih.
IV. KESIMPULAN
Rancang bangun alat pengupas kulit ari koro pedang
dibuat dengan memanfaatkan perbedaan kecepatan antara
dua pasang roller belt (fast dan slow roller belt) yang
masing- masing berputar dengan kecepatan putar 800 rpm-
1000 rpm dan 400 rpm-600 rpm. Kedua pasang rotary roller
belt yang berputar akan menjepit, menekan dan menggeser
biji kacang koro sehingga kulit arinya yang bertekstur tebal
dan keras akan terkelupas dan terpisah dari bijinya. Alat ini
juga memiliki kemampuan dalam penyetelan yang dapat
menyesuaikan dengan variasi besar kecilnya ukuran biji
kacang kacangan yang lain. . Hasil pengupasan kulit ari
kacang koro pedang ini sekitar 90% kulit ari dapat
terkelupas dengan baik. Alat pengupas koro pedang ini
mampu mengupas 100 kg/jam sehingga sangat membantu
para petani dalam proses pengupasan kulit ari koro pedang
di saat panenan melimpah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meriam J.L., L.G. Kraige,” Engineering Mechanics:
Vol 1: Statics”, John Willey & Son, 2001.
2. Suciati A, “Pengaruh Lama Perendaman dan
Fermentasi Terhadap Kandungan HCN Pada Tempe
Kacang Koro”, 2012.
3. Hadi Santosa, Yuliati, “Alat Pengupas Kulit Ari
Kacang Koro Pedang Secara Elektrik Mekanik”,
PPPG Research Project, 2014.
4. Sri Budi W, WyatiSaddewisasi, “Pemanfaatan Koro
Pedang Pada Aplikasi Produk Pangan dan Analisis
Ekonominya”, Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal.
1-10, 2013.
5. Yuliati, Hadi Santosa, “ Pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna Pengupasan Kulit Ari Kacang Koro
Pedang (Canavalia Ensiformis), Prosiding Seminar
Nasional RITEKTRA 2017, ISBN: 978-602-50244-0-5