diskursus metodologi dalam ilmu-ilmu...

59
DIKTAT TEORI-TEORI DASAR KOMUNIKASI 1. Teori Model Lasswell Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996). 2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum. 3. Teori Informasi atau Matematis 1

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

DIKTATTEORI-TEORI DASAR KOMUNIKASI

1. Teori Model Lasswell

Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal

adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan

model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni:

Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which

channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that

effect) (Littlejhon, 1996).

2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek

media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini

dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam

menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan

sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon

tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam

penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3. Teori Informasi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori

komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini

merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren

Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.

Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan

informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter

menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu

contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai

sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan

1

Page 2: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses.

Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana

ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek

yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini

cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-

tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak

kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan

ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung

memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi. Karya Shannon dan

Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell

Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri

adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang

cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep

Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian

utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel)

komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama

dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang

radio.

Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver

ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon,

faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada

pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi

lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.

Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan

Aksiologi. Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada

sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses

komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa

ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan

efisiensi informasi.

2

Page 3: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)

Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada

di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang

disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).

Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media

ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa

yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang

bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy

(sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang

dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda

dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa

sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda

tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra

Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications,

pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan.

Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan

sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu

relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang

lebih besar.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini

memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal

dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak

bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media

massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki

ketergantungan yang sama terhadap semua media.

3

Page 4: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini

menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan

dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya

hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media,

sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan,

melainkan kondisi sosial.

Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada

beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan

riset etnografi.

6. Teori Agenda SettingAgenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi

teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa,

maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya

penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi

masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat

kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan

dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teori Dependensi Efek Komunikasi MassaTeori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer

(1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang

mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini

berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap

sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses

memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan

individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut

dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

4

Page 5: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

a. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan

sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/

penjelasan nilai-nilai.

b. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau

menurunkan dukungan moral.

c. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,

pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau

menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku

dermawan.

8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz

(1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif

untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,

pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.

Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam

usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan

alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin,

2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai

kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur

masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai

percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi

persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari

pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan

pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang

menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10)

kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan

5

Page 6: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural,

dan ekonomi dalam masyarakat.

9. Teori The Spiral of SilenceTeori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth

Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana

terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya

pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara

komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang

pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam

masyarakat.

10. Teori Konstruksi sosial media massaGagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial

atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann

(1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of

knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi

pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial

dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu

dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena

proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau

intersubjektif.

11. Teori Difusi InovasiTeori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan

para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai

mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari

penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi.

Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok

6

Page 7: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari

dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari

ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam

waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun

untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu

tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna

memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan

mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau

tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam

Littlejohn, 1996 : 336).

12. Teori KultivasiProgram penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural

komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti

ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua

orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam

memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan

sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa

dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke

setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama

dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan

sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan

keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari

sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari

populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan

yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan

simbolis umum.

7

Page 8: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi

dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan.

Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media

televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang

lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita,

dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman

pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)

Teori Kritis dalam Komunikasi

a. Sejarah dan Asumsi-Asumsi Kunci Teori komunikasi kritik ini muncul ketika terjadi aksi-aksi mahasiswa di

Eropa Barat pada tahun 1960-an khususnya di Jerman pada tahun 1967

yang menuntut demokratisasi universitas. Aksi-aksi itu kemudian dilancarkan

juga kepada media massa yang dianggapnya tidak memperdulikan

ketertiban, hukum, tidak mengindahkan hakikat hasrat politik para

mahasiswa, terutama pada media cetak.

Teori komunikasi kritik itu semakin semarak, setelah muncul Jurgen

Hubermas. Hubermas dikenal sebagai filsuf masa kini tentang kritisnya

terhadap pemikiran Marxis. Dalam hubungan ini sebagai pengganti

paradigma kerja, Habermas mengacu kepada paradigma komunikasi.

Implikasi dari paradigma baru ini adalah memahami praxis emansipatoris

sebagai dialog-dialog komunikatif dan tindakan-tindakan komunikatif yang

menghasilkan pencerahan. Hal ini bertolak belakang dengan teori-teori

Marxis klasik yang menempuh jalan revolusioner untuk menjungkirbalikan

struktur masyarakat demi terciptanya masyarakat sosialis yang dicita-citakan.

8

Page 9: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Habermas menempuh jalan konsensus dengan sasaran terciptanya

”demokrasi radikal”, yaitu hubungan-hubungan soisal yang terjadi dalam

lingkup komunikasi bebas kekuasaan.

Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritik masyarakat

atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teori ini adalah

membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Khas pula

apabila teori ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak

menutup kemungkinan bahwa inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan

dengan aliran-aliran besar filsafat – khususnya filsafat sosial pada waktu itu.

„Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor utama perubahan sosial tidak

terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti politik-

sosiologi dan kebudayaan yang turut juga mempengaruhi dinamika sosial

masyarakat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional

struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-

akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan.

Teori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari

pemahaman rasio instrumental.Teori kritis ingin membangun teori yang

mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari

suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas“.

b. Pengaruh Teori Kritis dalam Wacana Ilmu Komunikasi Pertemuan pertama Teori Kritis dengan ilmu komunikasi sebenarnya

terjadi ketika Teori Kritis berimigrasi ke Amerika Serikat. Perkembangan ilmu

komunikasi di Amerika sudah mengalami perkembangan yang pesat. Premis

awal Ilmu komunikasi di Amerika merupakan pernik awal perkembangan

teknologi informasi bahkan sebelum perang dunia I. Perkembangan ilmu

komunikasi di Amerika banyak ditandai dengan perkembangan komunikasi

massa di negara tersebut. Sementara itu, paradigma dominan ilmu

komunikasi dipenuhi dengan paradigma positivistik.

9

Page 10: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Teori Kritis yang dibawa oleh para sarjana Jerman akhirnya berpindah di

beberapa universitas di Amerika pada tahun 1933. Tentu saja, pertemuan

dua tradisi intelektual tersebut menghasilkan kontroversi. Paradigma kritis

yang sangat kritis idealistik bertemu dengan tradisi keilmuan yang pragmatis.

Dalam sejarah perkembangannya, penelitian komunikasi di Amerika

dipengaruhi oleh kondisi sejarah sosial, politik dan budaya yang terjadi.

Komunikasi pada titik tertentu, di Amerika, berada dalam titik pragmatik yang

sangat komersial dan memunculkan diskursus klasik terhadap perubahan

sosial, terutama yang berkaitan dengan arus kesejahteraan yang bersifat

kapitalistik.

Ide pragmatisme sangat mewarnai penelitian komunikasi di Universitas

Chicago yang kajiannya sangat empirik. Paul Lazarfeld, Kurt Lewin, Harold

Laswell dan Carl Hovland. Studi yang dikembangkan oleh Wilbur Schramm

adalah studi kuantitatif dalam konteks anthropologi komunikasi.

Kontribusi kritisisme Teori Kritis dikembangkan oleh Adorno yang mengkritik

pendekatan Paul Lazarfeld yang sangat dipengaruhi oelh pendekatan

struktural fungsionalistik ala Talcott Parsons. Horkheimer dan Adorno melihat

cacat epistemologi dalam ilmu komunikasi yang berwatak totaliter dan

ideologis. Teori Kritis melihat bahwa ada kecenderungan di kalangan

ilmuwan komunikasi menjadi ilmu ini untuk dipaksakan dalam wujud ilmu

yang sangat mekanistik. Model pemikiran administratif yang dikembangkan

oleh pemikir Universitas Chicago dikritisi oleh model pemikiran kritis.

Riset komunikasi yang berkembang bersamaan dengan asumsi pemikiran

administratif adalah riset studi efek media massa. Selanjutnya dalam era 30-

40-an pemikiran Teori Kritis mengembangkan studi tentang ekonomi politik

media, analisis budaya atas teks, dan studi resepsi khalayak – studi ideologi

dalam media yang pada akhirnya mengalami perkembangan yang pesat

pada era 70-80-an.

10

Page 11: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Pendekatan ekonomi politik memfokuskan pada kajian utama tentang

hubungan antara struktur ekonomi-politik, dinamika industri media, dan

ideologi media itu sendiri. Perhatian penelitian ekonomi politik diarahkan

pada kepemilikan, kontrol serta kekuatan operasional pasar media. Dari titik

pandang ini, institusi media massa dianggap sebagai sistem ekonomi yang

berhubungan erat dengan sistem politik.

Perspektif ekonomi politik kritis juga menganalisa secara penuh pada campur

tangan publik sebagai proses legitimasi melalui ketidaksepakatan publik atas

bentuk-bentuk yang harus diambil karena adanya usaha kaum kapitalis

mempersempit ruang diskursus publik dan representasi. Dalam konteks ini

dapat juga disebut adanya distorsi dan ketidakseimbangan antara

masyarakat, pasar dan sistem yang ada. Sedangkan kriteria-kriteria yang

dimiliki oleh analisa ekonomi politik kritis terdiri dari tiga kriteria. Kriteria

pertama adalah masyarakat kapitalis menjadi kelompok (kelas) yang

mendominasi. Kedua, media dilihat sebagai bagian dari ideologis di mana di

dalamnya kelas-kelas dalam masyarakat melakukan pertarungan, walaupun

dalam konteks dominasi kelas-kelas tertentu. Kriteria terakhir, profesional

media menikmati ilusi otonomi yang disosialisasikan ke dalam norma-norma

budaya dominan.

Perspektif ekonomi-politik kritis memiliki tiga varian utama. Ketiga varian

tersebut adalah instrumentalisme, kulturalisme, dan strukturalisme. Dalam

penelitian ini, varian yang digunakan adalah perspektif instrumentalisme.

Perspektif ini memberikan penekanan pada determinisme ekonomi, di mana

segala sesuatu pada akhirnya akan dikaitkan secara langsung dengan

kekuatan-kekuatan ekonomi. Perspektif ini melihat media sebagai instrumen

dari kelas yang mendominasi. Dalam hal ini kapitalis dilihat sebagai pihak

yang menggunakan kekuatan ekonominya - untuk kepentingan apapun -

11

Page 12: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

dalam sistem pasar komersial untuk memastikan bahwa arus informasi publik

sesuai dengan kepentingannya.

Studi Kajian Budaya Kritis juga menempatkan media sebagai salah satu aktor

budaya dalam melakukan imperialisme budaya. Aktor budaya dalam konteks

ini adalah konteks ideologi dominan maka media menjadi ideological

apparatus.

Studi resepsi kritis menempatkan bahwa kelompok khalayak terbagi dalam

klasifikasi status sosial dan ekonomi. Secara politis, masyarakat terbagi

dalam kelompok sosial yang mempunyai tingkat resepsi yang berbeda.

Pendekatan Bordieu banyak memakai

Teori-teori Komunikasi Organisasi UNCERTAINTY REDUCTION THEORY ( TEORI PENGURANGAN DAN

KETIDAKPASTIAN)

Teori prngurangan ketidakpastian kadang kala disebut dengan Teori Interaksi

Awal (Initial Interaction Theory). Teori penguranagan ketidakpastian

dipelopori oleh Charles berger dan Richard calabrese pada tahun 1975.

Tahun 1987 Lester mengembangkan teori ini menjadi termasuk teori dalam

suatu organisasi.

PERKEMBANGANSetelah Berger dan Calabrese mengemukakan teori ini (1975), dengan tujuan

untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi

ketidakpastian di antara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu

sama lain untuk pertama kali. Berger dan Calabrese yakin bahwa ketika

orang asing pertama kali bertemu, utamanya mereka tertarik untuk

meningkatkan prediktabilitas dalam usaha untuk memahami pengalaman

12

Page 13: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

komunikasi mereka. Teori ini kemudian sedikit diperjelas (Berger, 1979;

Berger & Bradac, 1982). Versi terbaru dari teori ini meyarankan bahwa

terdapat dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal: kognitif dan perilaku.

Kognitif merujuk pada keyakinan dan sikap yang kita dan orang lain anut.

Ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty), merujuk kepada tingkat

ketidakpastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap tersebut.

Ketidakpastian perilaku (behavioral uncertainty) merupakan ”batasan sampai

mana perilaku dapat di prediksi dalam sebuah situasi tertentu” (Berger &

bradac,1982) Lebih lanjut lagi, Berger dan calabrese beragumen bahwa

pengurangan ketidakpastian memiliki baik proses proaktif maupun retroaktif.

Pengurangan ketidakpastian proaktif terjadi ketika seseorang berpikir

mengenai pilihan-pilihan komunikasi sebelum melakukannya dengan orang

lain. Penguranagan ketidakpastian retroaktif terdiri atas usaha-usaha untuk

menjelaskan perilaku setelah perjumpaan itu sendiri. Pada tahun 1987 Lester

mengembangkan teori ini dengan mengaplikasikan proses sosialisasi dari

anggota-anggota suatu organisasi ketika pertama kali bergabung dengan

suatu organisasi.

ASUMSI DASAR TEORI PENGURANGAN KETIDAKPASTIANCharles berger dan Richard calabrese:

1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.

Terdapat harapan berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal,maka

masuk akal untuk menyimpulkan bahwa orang merasakan ketidakpastian

atau bahkan cemas untuk bertemu orang lain.

2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan,menimbulkan

stres secara kognitif. Berada di dalam ketidakpastian membutuhkan energi

emosional dan psikologis yang tidak sedikit.

3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk

mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas.

13

Page 14: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Pencarian informasi biasanya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

dengan tujuan untuk memperoleh prediktabilitas

4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang

terjadi melalui tahapan-tahapan.

Menurut Berger dan Calabrese, biasanya, kebanyakan orang memulai

interaksi dalam sebuah fase awal (entry phase), yang dapat didefinisikan

sebagai tahap awal interaksi antara orang lain. Setelah itu, orang memasuki

tahapan kedua, yang disebut sebagai fase personal (personal phase) tahap

di mana pertisipan mulai berkomunikasi dengan lebih spontan dan membuka

lebih banyak informasi pribadinya. Tahap ketiga, fase akhir (exit phase),

individu membuat keputusan mengenai apakah mereka ingin untuk

melanjutkan interaksi dengan pasangannya di masa yang akan datang.

5. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi

ketidakpastian.

Komunikasi mensyaratkan beberapa kondisi diantaranya adalah kemampuan

untuk mendengar,tanda respons nonverbaal dan bahasa yang sama.

6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring

berjalannya waktu.

Berfokus pada fakta bahwa komunikasi interpersonal adalah perkembangan.

Teorikus penguiranagan ketidakpastian percaya bahwa interaksi awal adalah

elemen kunci dalam proses perkembangan ini.

7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan

cara seperti hukum. Perilaku manusia diatur oleh prinsip-prinsip umum yang

berfungsi dengan cara seperti hukum. Tujuan dari teori cakupan hukum

adalah untuk menghasilkan hukum yang akan menjelaskan bagaimana kita

berkomunikasi.

Lester:

14

Page 15: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

1. Set pertama dalam suatu hubungan adalah menyinggung tentang aktivitas

yang berhubungan dengan organisasi. Anggota-anggota suatu organisasi

akan meningkatkan penilaian kepercayaan mereka sebagaimana mereka

menjadi lebih merasa pasti dalam organisasi tersebut.

2. Apabila keuntungan dan kerugian (seperti pembayaran, promosi, atau

resiko kerja) perbandingannya sangat berbeda, maka anggota-anggota suatu

organisasi akan menilai kepercayaan diri mereka akan rendah. Tetapi apabila

antara keuntungan dan kerugian sama antar organisasi maka mereka akan

merasa percaya diri.

3. Mendengar cerita dari organisasi lain atau cerita dari organisasi sendiri

yang bisa terbilang sukses dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk setiap

pendatang baru.

4. Suatu organisai yang bersih dan tujuan organisasi yang jelas akan

meningkatkan suatu sikap yang pasti akan suatu organisasi. setiap anggota

dan membentuk sikap yang pasti.

KARAKTERISTIK

Setiap anggota kelompok yang baru bergabung menjadi anggota baru suatu

organisasai akan melakukan sosialisasi diri terhadap lingkungan barunya.

Organisasi sendiri baik faktor internal maupun eksternal juga sangat

mendukung proses sosialisasi yang dilakukan oleh pendatang baru yang

bersangkutan.

IMPLEMENTASI

15

Page 16: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Ketika seorang anak baru saja menjadi murid baru disalah satui tempat les

bahasa inggris, dia akan mencoba untuk memprediksikan bagiamana mereka

akan berhasil dalam oranisasi tersebut. Baik ketika berkomunikasi dengan

anggota lainnya maupaun sikap yang sesuai dengan keadaan organisasi

tersebut. Lester percaya anggota-anggota baru di suatu orgnisasi akan

memiliki rasa percaya diri yang lebih dalam mempredikasi bagaiaman

mereka akan berhasil dalam suatu organisasi apabila diperlihatkan tentang

sikap dari organisasi yang bersangkutan (kepastian sikap).

Teori Hubungan ManusiaTokoh : Elton Mayo

Elton Mayo (1939) dengan dibantu oleh Fritz Roethlisberger melakukan

peneli- tian yang disebut dengan Studi Hawthorne. Penelitian yang berskala

besar ini membahas produktifitas dan hubungan-hubungan social di

kompleks Hawthorne yang dimiliki Western Electric Company. Dikenal

dengan “Manajemen dan Pekerja”. Studi ini disebut sebagai “eksperimen

ilmiah besar pertama dalam industry”.

Hasil terpenting terjadi pada eksperimen penerangan lampu. Pada awalnya

peneliti mengira bahwa semakin baik penerangan, semakin tinggi hasil

pekerja. Maka, mereka memutuskan untuk mengadakan suatu ruangan

eksperimen dengan berbagai kondisi penerangan dan suatu ruangan yang

kontrol dengan kondisi cahaya yang konstan. Dua kelompok pekerja dipilih

untuk melakukan pekerjaan mereka di dua tempat yang berbeda. Melalui

suatu periode waktu penerangan di ruangan eksperimen ditambah hingga

intensitas yang menyilaukan dan kemudian dikurangi hingga tingkat di mana

cahaya tidak ada. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut : ketika

banyaknya penerangan bertambah, bertambah juga efisiensi pekerja

16

Page 17: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

diruangan eksperimen tetapi efisiensi pekerja di ruangan kontrol juga

bertambah. Ketika cahaya berkurang di ruangan tes, efisiensi kelompok tes

dan juga kelompok control bertambah dengan perlahan tetapi mantap. Ketika

penerangan setaraf dengan penerangan tiga lilin di ruangan tes, para

operator memprotes, mereka mengatakan bahwa mereka hampir tidak bisa

melihat apa yang sedang mereka kerjakan, pada saat itu angka produksi

berkurang. Hingga saat itu para pekerja dapat mempertahankan efisiensi

meskipun terdapat hambatan.

Terdapat dua kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthorne yang

sering disebut dengan Efek Hawthorne, yaitu : (1) Perhatian terhadap orang-

orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka. (2) Moral dan

produktifitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan

untuk berinteraksi satu sama lainnya.

Terdapat suatu kritik terhadap teori hubungan manusiawi yaitu bahwa

pergerakan teori ini terlalu asyik dengan orang-orang dan hubungan-

hubungan mereka dan mengabaikan keseluruhan sumber daya organisasi

dan anggota-anggotanya. Dewasa ini terdapat perbedaan yang penting

antara pengembangan hubungan manusiawi yang baik dan pengembangan

sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Komunikasi organisasi

mencoba memberikan latar belakang guna mengembangkan kualitas sumber

daya manusia dalam suatu organisasi, tidak hanya mengembangkan kualitas

hubungan manusiawi.

TEORI FUSI BAKKE DAN ARGYRISBakke (1950) dan Chris Argyris (1957)

17

Page 18: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Sejarah Perkembangan :

Sadar akan banyaknya masalah dalam rangka memuaskan minat manusia

yang berlainan dan dalam rangka memenuhi tuntutan penting struktur

birokrasi. Bakke (1950) menyarankan suatu proses fusi. Ia berpendapat

bahwa organisasi, hingga suatu tahap tertentu, mempengaruhi individu,

sementara pada saat yang sama individu pun mempengaruhi organisasi.

Hasilnya adalah suatu organisasi yang dipersonalisasikan oleh setiap individu

pegawai dan individu-individu yang disosialisasikan oleh organisasi. Karena

itu setiap pegawai menunjukkan ciri-ciri organisasi, dan setiap jabatan

tampak unik seperti individu yang mendudukinya. Setelah fusi, setiap

pegawai tampak lebih menyerupai organisasi, dan setiap jabatan dalam

organisasi dimodifikasi sesuai dengan minat khusus individu.

Kemudian, Argyris (1957), seorang rekan Bakke di Universitas Yale,

memperluas dan menyempurnakan karya Bakke. Ia berpendapat bahwa ada

suatu ketidaksesuaian yang mendasar antara kebutuhan pegawai yang

matang dengan persyaratan formal organisasi. Organisasi mempunyai tujuan

yang berlawanan dengan tujuan pegawai perseorangan. Para pegawai

mengalami frustrasi sebagai akibat dan ketidaksesuaian tersebut; sebagian

pegawai mungkin meninggalkan tempat kerja mereka, menjadi apatis dan

acuh tak acuh.

Melalui konflik ini para pegawai lainnya menyadari untuk tidak mengharapkan

kepuasan dari pekerjaan mereka. Banyak orang mengetahui berdasarkan

pengalaman pribadi bahwa penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan suatu

organisasi formal tidak mudah dan tidak dapat diharapkan terjadi secara

otomatis.

Argyris memusatkan usahanya untuk menjelaskan perilaku orang dalam

organisasi. Ia mengembangkan pokok utamanya yaitu tesis bahwa organisasi

formal memerlukan “perilaku yang cendrung kearah frustasi, membuat

18

Page 19: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

pertentangan dan menciptakan kegagalan bagi orang perseorangan yang

secara psikologis sehat”.

Ada sejumlah “akibat yang tak diharapkan”, dari interaksi antara kebutuhan

orang-perseorangan dan kebutuhan organisasi. Kedua perangkat kebutuhan

itu diadaptasikan atau dikecewakan, dan timbulah organisasi informal dengan

norma-norma yang cocok bagi orang-perseorangan yang frustasi dan apatis.

Dengan demikian perilaku organisai sepenuhnya adalah suatu fungsi

interaksi kebutuhan kelompok-kelompok informal dan kebutuhan organisasi.

Selanjutnya, menurut teori lain, salah satu hal yang dapat membuat

anggota/karyawan tetap merasa betah adalah dengan memotivasi mereka

dan atau mengenal motivasi mereka dalam bekerja. Motivasi atau motif/

kebutuhan / desakan/ keinginan atau dorongan adalah kata yang sering

digunakan untuk menyebut kata motivasi. motivasi bisa bersumber dari

dalam diri orang atau bersumber dari luar diri orang.

Asumsi Dasar Teori

1. Ketidaksesuaian yang mendasar antara kebutuhan pegawai yang matang

dengan persyaratan formal organisasi.

2. Organisasi mempunyai tujuan yang berlawanan dengan tujuan pegawai

perseorangan

3. Penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan suatu organisasi formal tidak

mudah dan tidak dapat diharapkan terjadi secara otomatis.

Karakteristik Teori :

Organisasi, hingga suatu tahap tertentu, mempengaruhi individu, sementara

19

Page 20: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

pada saat yang sama individu pun mempengaruhi organisasi. Hasilnya

adalah suatu organisasi yang dipersonalisasikan oleh setiap individu pegawai

dan individu-individu yang disosialisasikan oleh organisasi.

Implementasi Teori:Sebuah Perusahaan terkenal membangun kantor cabang di lokasi yang

strategis dan berniat untuk memilih manager di kantor cabang tersebut,

seorang pegawai merasa yakin ia akan dipilih menjadi manager karena

merasa dirinya turut membesarkan perusahaan itu. Ia tahu benar siapa

rivalnya. Rivalnya adalah seorang pegawai yang digambarkan self moving

nya sebagai manusia yang lamban, egois, tidak peduli pada ingkungan, dan

moody. Pegawai Pertama yang sudah sangat yakin akan diangkat menjadi

manajer ternyata pada kenyataannya tidak diangkat menjadi manager

dengan alasan pemilik perusahaan menganggap dirinya masih terlalu muda

dan tidak mempunyai cukup pengalaman untuk memimpin perusahaan,

kecewa dengan keputusan atasannya.

Prediksi Bakke dan Argyris tepat, Pegawai Pertama pun menjadi frustrasi dan

memilih untuk meninggalkan perusahaan dan mencari perusahaan yang tidak

memangdang umur dan pengalaman, melainkan etos dan kinerja seseorang.

Pilihan seorang pegawai untuk keluar atau menetap di oganisasi dengan

keputusasaan, perlu dicermati oleh organisasi, jika tidak menginginkan

mereka menjadi duri dalam organisasi.

20

Page 21: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

TEORI DIFUSI INOVASI Everett m. Rogers

Sejarah Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,

tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde,

memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve).

Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi

seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini

ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi

dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa

menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi.

Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current

importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.

Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian

penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross,

mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para

petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus

menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan

penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the

agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a

cumulative basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun

1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai

topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya,

dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti

Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F.

Floyd  Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of

21

Page 22: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown

yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).

Asumsi dasar Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana

suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu

sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal

tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the

process by which an innovation is communicated through certain channels

over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan

bahwa  difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan

dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam

istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea

from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” 

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat

4 (empat) elemen pokok, yaitu:

(1)   Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif

menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide

dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu.

Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2)   Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi

dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi,

sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya

komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi

dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak

yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih

tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi

dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara

22

Page 23: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran

interpersonal.

(3)   Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang

mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya,

dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan

dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses

pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih

awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan

pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

(4)   Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat

dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama   

KarakteristikLebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi

dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan

inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang

berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses

pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap

tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived

atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation

decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi

sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change

agents). 

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi

mencakup:

1.   Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu

(atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami

eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi

berfungsi

23

Page 24: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

2.   Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil

keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

3.   Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada

pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4.   Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5.   Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan

penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

Kategori Adopter

Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok

adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan

dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan

rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji

oleh Rogers (1961).   Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat

dilihat sebagai berikut:

1.   Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.

Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan

ekonomi tinggi

2.   Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis

dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat),

orang yang dihormati, akses di dalam tinggi

3.   Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal.

Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.

4.   Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam

penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan

ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.

24

Page 25: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

5.   Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum

kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan

opinion leaders,sumberdaya terbatas.

Implementasi            Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, 

teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan

masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan

perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan

masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses

difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial

adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem

sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan

(invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences).

Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau

dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru 

dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi

adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau

penolakan inovasi.

Sejak  tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di

mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial

dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai

dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di

masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses

difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’

(Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan

ini antara lain dikemukakan  Parker (1974), yang  mendefinisikan difusi

sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi

produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi

merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical

25

Page 26: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan

dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui

pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai

bagian dari kegiatan produktif.

Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the

Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4

(empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu

1.  Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau

individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan

dan produk baru.

2.  Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan

produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi

pendukung lainnya.

3.  Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana

pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.

4.  Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk

dimaksud.

Teori Antropological dan Pendekatan Simbolis Teori Antropological dan Pendekatan Simbolis

Pacanowsky dan O'Donnell-Trujillo (1982.1983) mulai belajar untuk

mempelajari banyak komunikasi organisasi sebagai antropologi. Mereka

menggunakan wawancara, audio dan videotapes, dan observasi pada

anggota organisasi untuk memahami berbagai persepsi, mereka

menggunakan matapora kinerja untuk tindakan manusia. Anggota organisasi

dianggap seperti aktor, bermain berbagai peran dalam berbagai kelompok.

Misalnya, orang yang sama mungkin menjadi pelayan toko, seorang manajer,

seorang bawahan, dan anggota tim perusahaan golf. Peran in akan berbeda

tergantung dengan situasi di mana anggota organisasi menemukan sendiri.

26

Page 27: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Kita akan mengalami hipotesis berbeda sebagai pelayan, atau sebagai

manajer dan sebagai subordinat pemimpin yang berbicara.

Perasaan lain dari drama metapora dari perutunjukan layar menunjukkan

bahwa pekerja mereka dilihat dari kenyataan untuk diri sendiri dan orang lain

melalui tindakan mereka, termasuk komunikasi. misalnya, sebagai pelayan

yang memberikan perintah pada bawahannya. Komunikasi ini dapat dilihat

sebagai suatu "kinerja" yang menguak pelayan dari realitas sosial sebagai

symbol hierarki dalam kegiatan yang berhubungan dengan atasan dan

bawahannya yang tepat. Dengan berkomunikasi, pramuniaga yang

menyatakan bahwa dia adalah pemimpin dan memiliki kewenangan untuk

memberikan perintah yang lain dan harus dilakukan. (Trujillo, 1983)

Hal semacam ini memungkinkan Pacanowsky dan analisis O'Donnell-Trujillo

(1983) untuk belajar budaya dari perbedaan bisnis ada menggambarkan

pendekatan itu. Dua teori budaya populer dari ilustrasi bisnis yang memiliki

perbedaan dan aspek yang akan diteliti. Peters dan Waterman (1982)

memeriksa 62 organisasi bisnis yang bagus di berbagai industri dan mereka

telah menemukan delapan tema dalam budaya umum;

1. organisasi yang baik memiliki bias terhadap tindakan daripada

perencanaan dan analisa.

2. mereka tetap dekat dengan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan

pelanggan dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka.

3. tidak menekankan tradisi dan birokrasi, organisai yang baik akan

mendorong anggota organisasi untuk mengambil tanggung jawab

individu untuk memecahkan masalah dan usulan baru untuk kegiatan

organisasi. mereka menekankan otonomi dan inisiatif.

4. menekankan keprihatinan karyawan sebagai anggota dari organisasi

"keluarga". Organisasi yang baik menekankan produktivitas melalui

orang-orang.

27

Page 28: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

5. mereka menekankan tanggung jawab, value-driven kegiatan. organisasi-

organisasi ini memilih kegiatan sesuai dengan nilai-nilai organizasional.

akan mendorong para manajer untuk menggunakan "tanggung jawab"

pendekatan, yang akan berhubungan dengan bagaimana pekerja

melaksanakan pekerjaan mereka sehari-hari dan apa masalah dan

keberhasilan mereka.

6. organisasi yang baik tidak menyamakan menjadi daerah bisnis di mana

mereka tidak memiliki keahlian: bukan, mereka menemukan apa yang

terbaik dan organisasi tidak menekankan jenis kegiatan ini. mereka tetap

mereka knitting.

7. mereka mempertahankan bentuk yang sederhana dan pekerja yang

berkualitas.

8. menunjukkan kehilangan kesamaan dan property yang ketat. para

anggotanya sangat bersatu melalui nilai-nilai bersama dan aksi (ketat

properti), tetapi organisasi masih cukup fleksibel untuk mengubah bila

diperlukan (longgar properti).

Deal dan Kennedy (1982) merekomendasikan bahwa organisasi menciptakan

budaya yang kuat agar berhasil. Mereka mengidentifikasi empat aspek

penting budaya organisasi: nilai-nilai, pahlawan, dan upacara-upacara ritual,

budaya dan komunikasi jaringan.

1. kepercayaan adalah nilai-nilai bersama tentang organisasi dan apa yang

baik untuk itu. Materi perizinan perguruan tinggi seperti viewbooks

membantu mengidentifikasi nilai-nilai calon siswa dari berbagai sekolah:

misalnya, atletik mungkin sangat penting di sekolah tetapi prestasi artistik

mungkin lebih dihargai oleh teman menghadiri sebuah universitas.

2. pahlawan adalah anggota organisasi yang berfungsi sebagai contoh

yang bertindak keluar organisasi nilai-nilai penting. di beberapa sekolah,

mungkin pahlawan anggota tim atletik yang telah sukses karir olahraga

28

Page 29: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

profesional. lainnya di shools, pahlawan mungkin famouse ilmuwan,

filosof, atau pejabat pemerintah.

3. upacara-upacara ritual dan upacara yang penuh dengan simbolisme un

tuk organisasi anggota. organisasi ini melakukan upacara untuk

merayakan nilai-nilai dan mereka influnce anggota baru untuk menerima

mereka. Kelulusan dan klub sosial initations adalah contoh dari upacara-

upacara dan ritual di perguruan tinggi.

4. Budaya jaringan komunikasi informal komunikasi yang membawa infor

masi tentang nilai-nilai. pahlawan, dan upacara-upacara dan ritulas ke

anggota organisasi. sebelum Anda memilih perguruan tinggi atau besar,

Anda probablu mendengarkan cerita diberitahu oleh teman-teman yang

telah hadir sekolah dan kelas-kelas yang berbeda. teman-teman ini

adalah bagian dari budaya komunikasi jaringan.

Pacanowky dan O'Donnell-Trujillo, namun tidak fokus pada budaya sebagai

obyek statis tetapi pada proses di mana sebuah organisasi memunculkan

komunikasi dengan budaya. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan

sebelumnya, teori ini meneliti topik seperti itu sebagai organisasi yang

relevan membangun, kenyataannya, praktik, kosa kata, metafor, cerita, dan

upacara-upacara dan ritual. Dengan melalui melalui berbagai kegiatan, teori

dapat mencari apa organisasi bersama-sama melihat kenyataan ini dan

bagaimana ia dibuat dan dipelihara.

misalnya, seandainya antropologi dari budaya lain datang ke universitas. jika

mereka ingin memahami apa yang akan mereka constructs perlu

memahami?

29

Page 30: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

TEORI DRAMATURGIKenneth Duva Burke(May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritis

literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai

metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai

pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah

memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau

kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox,

2002).Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik

ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). Pandangan Burke adalah

bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. 1959:

The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme

Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), seorang

sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut

dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai

salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial The Presentation of Self

in Everyday Life. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena

interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep

Dramaturgi.

INI BUKAN DRAMATURGI ARISTOTELESIstilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau

pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter

manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran

kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama

yang disajikan. Meski benar, dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater

namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita

pelajari. Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles. Sekitar

tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan, Poetics,

hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku

acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan

30

Page 31: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis

ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti

hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis merupakan

obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung

Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan.

Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari

puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara

keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa

hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia memberikan

contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton.

Nilai-nilai yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam maha karyanya ini

kemudian dikenal dengan “aristotelian drama” atau drama ala aristoteles,

dimana deus ex machina[1] adalah suatu kelemahan dan dimana sebuah

akting harus tersusun secara efisien. Banyak konsep kunci drama, seperti

anagnorisis[2] dan katharsis[3], dibahas dalam Poetica. Sampai sekarang

“aristotelian drama” sangat terlihat aplikasinya pada tayangan-tayangan tv,

buku-buku panduan perfilman dan bahkan kursus-kursus singkat perfilman

(dramaturgi dasar) biasanya sangat bergantung kepada dasar pemikiran

yang dikemukakan oleh Aristoteles.

DRAMATURGI: BENTUK LAIN DARI KOMUNIKASI

Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka,

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Seperti yang kita ketahui,

Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial

psikologis dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In

Everyday Life. Buku tersebut menggali segala macam perilaku interaksi yang

kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan

diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor

menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara

31

Page 32: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada

pertunjukan yang ditampilkan. Bila Aristoteles mengacu kepada teater maka

Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di

masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan

dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan

manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor

sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor

akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari

pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari

komunikasi. Kenapa komunikasi? Karena komunikasi sebenarnya adalah alat

untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia

berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal

untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan

kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep

menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan

feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari

konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk

mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa

dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui

yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial

tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu

kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi

permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat

kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana

dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok

tertentu. Hal ini setara dengan yang dikatakan oleh Yenrizal (IAIN Raden

Fatah, Palembang), dalam makalahnya “Transformasi Etos Kerja Masyarakat

Muslim: Tinjauan Dramaturgis di Masyarakat Pedesaan Sumatera Selatan”

pada Annual Conference on Islamic Studies, Bandung, 26 – 30 November

2006: “Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan

32

Page 33: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang

kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat

tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah

kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana

dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen

perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa

tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan

keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan,

menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang

terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.”

DRAMATURGIS : KITA SEBENARNYA HIDUP DI ATAS PANGGUNGTeori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil

dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan

psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung

dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita

menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai

sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk

menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui

“pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut,

menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-

perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama,

seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan

pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum,

penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya

bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan

memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut

dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada

perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front

stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi

33

Page 34: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita

sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk

memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari

perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang

bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut

pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah

keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa

tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa

mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya,

seorang front liner hotel senantiasa berpakaian rapi menyambut tamu hotel

dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi,

saat istirahat siang, sang front liner bisa bersikap lebih santai, bersenda

gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil

lainnya (merokok, dsb). Saat front liner menyambut tamu hotel, merupakan

saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah

menyambut tamu hotel dan memberikan kesan baik hotel kepada tamu

tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang front liner juga adalah perilaku yang

sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen hotel. Saat istirahat

makan siang, front liner bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak

ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh

manajemen hotel adalah bagaimana sang front liner tersebut dapat refresh

untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya. Sebelum berinteraksi

dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu,

atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan

apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking character”. Dengan konsep

dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah

suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna

tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang

sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang

mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.

34

Page 35: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan

panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai

komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga

dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung

sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi

sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui

konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan

berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka.

Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu

berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan

peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.

KRITIK TERHADAP DRAMATURGIDramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total Institusi total maksudnya

adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan

atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi

tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat

tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri

institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki

hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut

paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer),

institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah

sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat

berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan

tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-

institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang

akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan

beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum

diaplikasikan.

35

Page 36: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Menihilkan “kemasyarakatan”Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan

sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan

“kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila

berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat

disinkronkan.

Dianggap condong kepada PositifismeDramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme[4]. Penganut paham

ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni

aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan

nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak

patut.

ANALISA DRAMATURGIDramaturgis masuk dalam Perspektif Obyektif

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini

cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun,

pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan

untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat

menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural,

mengikuti alur. Misalnya, pada kasus Kekerasan pada Rumah Tangga

(“KDRT”), saat perilaku kekerasan itu hendak terjadi, korban sebenarnya

memiliki pilihan, berserah diri atau melakukan perlawanan. Bila ia

memberontak maka konsekuensinya adalah ini dan bila ia pasrah maka

akibatnya seperti itu. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat

ia menjalani peran yang dipilihnya tersebut. Misalnya yang ia ambil adalah

pasrah karena ia takut kalau ia melarikan diri konsekuensinya lebih parah,

atau ia merasa terlalu tergantung kepada tersangka dan mengkhawatirkan

nasih anaknya bila ia melawan. Maka, setelah itu ia akan menjalani perannya

36

Page 37: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

sebagai korban. Secara naluriah ia akan menutupi bagian tubuhnya yang

mungkin menjadi sasaran kekerasan. Atau ia berusaha untuk menutupi

telinganya untuk melindungi mental dan psikologisnya. Itulah mengapa

dramaturgi di sebut memiliki muatan objektif. Karena pelakunya, menjalankan

perannya secara natural, alamiah mengetahui langkah-langkah yang harus

dijalani.

Pendekatan Keilmuan Little John - Pendekatan Scientific (ilmiah - empiris)

Seperti telah dijabarkan diatas, Dramaturgis merupakan teori yang

mempelajari proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Ini merupakan

asas dasar dari penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan

scientific[5]. Obyektifitas yang digunakan disini adalah karena institusi tempat

dramaturgi berperan adalah memang institusi yang terukur dan

membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut.

Institusi ini kemudian yang diklaim sebagai institusi total sebagaimana telah

dijabarkan sebelumnya. Bahwa hasil dari peranan itu sesungguhnya, bila

proses (rumusnya) dijalankan sesuai dengan standar observasi dan

konsistensi maka bentuk akhirnya adalah sama. Contohnya, bila seorang

pengajar mempraktekkan cara mengajar sesuai dengan template perguruan

tinggi maka kualitas keluaran perguruan tinggi tersebut akan menghasilkan

kualitas yang bisa dikatakan relatif sama. Atau untuk contoh front liner hotel

diatas, bila front liner dapat memainkan skenario penyambutan tamu

manajemen hotel, niscaya tamu akan merasa dihargai, dihormati, senang

dan bersedia untuk datang menginap kembali di hotel tersebut.

[1] Frase ini berasal dari bahasa Latin yang secara bahsa berarti Tuhan

keluar membantu. Hal ini menunjuk pada karakter buatan, imajiner, alat

ataupun peristiwa yang tiba-tiba saja terjadi atau ada dalam sebuah

pertunjukan fiksi atau drama sebagai jalan keluar dari sebuah situasi atau

plot yang sulit (contohnya, tiba-tiba ada ibu peri yang muncul untuk menolong

Cinderella supaya bisa datang ke pesta dansa di istana).

37

Page 38: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

[2] Aristoteles mengartikan kata ini sebagai “perubahan perilaku dari acuh

menjadi butuh karena perkembangan cerita (mengetahui yang

sesungguhnnya), tumbuhnya rasa cinta atau benci yang timbul antar karakter

yang ditakdirkan oleh alur cerita”. Contohnya, pangeran dalam cerita

Cinderella sebelum tidak peduli pada gadis-gadis yang memiliki sepatu kaca,

tapi begitu ia mengetahui bahwa gadis misteriusnya memakai sepatu kaca,

maka ia mencari gadis-gadis yang muat dengan sepatu kacanya.

[3] Kata ini mengacu kepada sensasi, atau efek turut terbawanya alur cerita

ke dalam hati. Perasaan ini seyogyanya muncul di hati para penonton seusai

menonton drama yang mengena. (contohnya, turut menangis,tertawa, atau

perasaan iba terhadap karakter drama).

[4] Positifisme dirunut dari asalnya berasal dari pemikiran Auguste Comte

pada abad ke 19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang

dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.

[5] Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas.

Objektivitas yang dimaksudkan di sini adalah objektivitas yang menekankan

prinsip standardisasu observasi dan kosistensi. Landasan philosofisnya

adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.

38

Page 39: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

Riset EksperimenRiset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap

efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun

penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik

secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan

membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi

yang berbeda.

Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura

dan rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti

efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap

anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok

dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari

plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi

adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar

dan kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.

Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif

dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll

dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan

bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.

Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil

penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul

pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam

kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan

untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin

dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological

validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).

SurveyMetode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk

39

Page 40: Diskursus Metodologi Dalam Ilmu-Ilmu Sosial•blog.ub.ac.id/andimudj/files/2012/02/TEORI-TEORI... · Web viewTeori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman

dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik.

Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil

riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif

dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih

banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk

menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini

akan diperjelas dengan contoh berikut.

Riset EthnografiRiset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara

lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari

antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh

(holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam

aplikasi penelitian.

40