diskusi teori kepemimpinan-universitas terbuka
DESCRIPTION
materi pokok: Diskusi Teori Kepemimpinan-Universitas TerbukaTRANSCRIPT
DISKUSI 5
Sebelum Anda menganalisis atau melakukan kajian, bacalah terlebih dahulu artikel Inisiasi 5. Lalu kajilah artikel tersebut dengan merujuk kepada teori kepemimpinan yang relevan. Untuk melakukan kajian silahkan merujuk pada petunjuk berikut ini.
Uraikan terlebih dahulu, dengan bahasa Anda sendiri, point-point dari artikel di atas yang Anda anggap relevan dengan pendapat yang akan Anda kemukakan! Kemukakan pendapat Anda (jangan takut untuk berbeda pendapat dengan penulis artikel). Dukung pendapat Anda ini dengan topik bahasan dari BMP Perilaku Organisasi. Pendapat yang Anda kemukakan harus orisinal/murni pendapat Anda, bukan pendapat orang lain yang diambil dari materi web.
Saya tunggu diskusi Anda....
Agusdin
Tutor Tuton
Nama : Vready Roeslim
NIM : 500636165
UPBJJ UT : Jakarta
Subject : EKMA 5101, Diskusi 5-Kepemimpinan
Yth Ibu/Bp Tutor Matakuliah Perilaku Organisasi,
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan untuk mengerjakan Diskusi 5
ini. Saya mencoba untuk mengumpulkan statement-statement yang menurut saya menarik.
1. Teori kepemimpinan yang ada sampai sekarang hanya membahas tentang aspek manajemen
dan bidang keahlian saja. Konsep yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari
manusia sekitarnya.
Saya setuju bahwa teori kepemimpinan yang baik harus meliputi aspek teknis dan non-teknis,
manajerial maupun aspek relasi dan interaksi personal. Teori kepemimpinan harus mampu
menjelaskan dan melakukan analisa terhadap perilaku kepemimpinan.
Menurut saya 2 point dalam artikel ini memuat sudut pandang relasi, masing-masing adalah:
a. Managing People is like Herding Cats oleh Warren Bennis (1997)
Pointnya adalah pemimpin sebagai mentor dan model hidup. Saya rasa tolak ukur
keberhasilan seorang pemimpin jika ia mampu mencetak pemimpin baru yang lebih baik
dari dirinya. Dengan demikian sudah terbukti bahwa hal-hal yang penting dalam
kepemimpinan sudah dimengerti dan diaplikasikannya dengan baik.
- Jika mentor mampu belajar dari kesalahan diri sendiri, maka pemimpin yang
dihasilkan harus mampu belajar dari kesalahan orang lain, sehingga dia tidak perlu
melakukan kesalahan tersebut (auto correction mechanism/self critical).
- Seorang mentor berbagi ilmu, pengalaman dan yang terpenting berbagi hidup (share
live) dengan orang yang dibimbingnya. Jika menerapkan prinsip ini ada 2 hal
konsekuensi yang didapat: pertama seorang mentor otomatis menjalin relasi dengan
orang yang dibimbingnya, kedua metode pelatihan memimpin diri sendiri otomatis
sudah terlaksana, yaitu: menjadi pemimpin bagi diri sendiri.
Kalimat tabu keluar dari mulut pemimpin: “ Do what I say, but don’t do what I do.”
b. The 7 Habits of Highly Effective Person oleh Stephen R Covey (1989)
- Point e (point ke-5) tentang penguasaan diri erat hubungan dengan penjelasan saya
sebelumnya tentang memimpin diri sendiri. Dalam konteks yang lebih luas, Covey
menjelaskan tentang keseimbangan hidup yang artinya orientasi akan segala yang
dilakukan. Jika seseorang mempunyai overview yang baik tentang semua yang
dilakukannya, maka akan terjadi keseimbangan seluruh aspek kehidupan dan self
motivation, dimana motivasi tidak lagi datang dari luar, melainkan dari dalam diri
sendiri. Seseorang harus mampu menjawab, mengapa ia melakukan hal2, apa yang
mendorong.
- Dampak kepemimpinan yang dilakukan dengan konsekuen akan sangat luas melebihi
apa yang kita pernah bayangkan.
2. Menurut manajemen modern, tenaga kerja = factor produksi (kodrat manusia = abdi Tuhan,
terabaikan)
Secara umum saya rasa pandangan ini masih melekat pada banyak system manajemen yang
dijalankan oleh perusahaan2 sekarang ini. Jika dikategorikan dari jenis pekerjaan:
- Buruh sebuah perusahaan perkebunan
- Karyawan tetap sebuah perusahaan perkebunan
- Karyawan level supervisor ke atas sampai key manajer.
Pandangan ini hanya mendekati kebenarannya pada level buruh harian, dimana produktivitas
kerja memang dinilai dari hasil panen yang diangkut atau pekerjaan yang dilakukan per hari.
Pada level yang lebih tinggi seharusnya penilaian akan bergeser sesuai dengan objektivitas
penilaian dan jobdesknya masing-masing.
3. Bagaimana Sisi Psikologi dan Spiritual dalam kepemimpinan, di mana tempatnya
Sisi Kejiwaan (psikologi)
Seorang yang dipercaya untuk memimpin sebuah organisasi besar, misalnya sebuah
perusahaan besar memang harus memiliki factor kejiwaan yang kuat. Kejiwaan erat
hubungannya dengan badai/permasalahan yang nantinya akan melanda perusahaan yang
dipimpinnya tersebut. Kapasitas seorang pemimpin dilihat pada waktu menangani problem
besar, karena 3 hal harus dimiliki:
- pengalaman dalam penangani problem serupa
- penasehat yang bijak dan
- Tetap tenang dan mampu berfikir dan mengambil keputusan dari pertimbangan yang
matang
Sisi kejiwaan juga erat hubungannya dengan keteladanan. Seorang pemimpin harus visioner,
peduli orang lain dan menjadi teladan, demikian penuturan Theodore Permadi Rachmat
dalam bukunya : Pembelajaran T.P. Rachmat.
Perkenankan saya menyadur cerita yang menurut saya menggambarkan kepemimpinan yang
baik:
Umar bin Khattab adalah seorang khalifah besar di abd ke-7 (581-644). Keteladanan Umar terlihat semasa perang
maupun damai. Ketika peperangan terjadi, Umar yang bertubuh tinggi besar dan pemberani ini selalu berada di baris
terdepan mengayunkan pedang. Ketika memenangkan perang, iapun tak mengklaim kemenangan sebagai
kemenangannya pribadi. Dan, saat masa damai akhirnya tiba, ia menerapkann pola hidup bersahaja dan tak
menomjolkan kehebatan dirinya.
Umar juga seorang khalifah yang perduli kepada rakyat, hingga yang paling miskin sekalipun. Ia tak segan turun ke
bawah menilik langsung kondisi hidup mereka. Ia melakukannya dengan cara menyamar. Salah satu kisah yang paling
terkenal adalah ketika ia menjumpai seorang ibu yang menanak batu untuk anak gadisnya yang kelaparan. Peristiwa
ini terjadi ketika Madinah terlanda paceklik, hujan tak lagi turun, pepohonan menjadi kering dan hewan-hewan mati.
Untuk meringankan penderitaan rakyat, sang Khalifah memerintahkan aparatnya menyembelih unta-unta dan
membagikannya kepada rakyat. Untuk dirinya sendiri, ia cukup menyantap sepotong roti dan minyak zaitun setiap
harinya. Meskipun demikian, hati Umar belum tenang. Maka, setiap malamnya ia berkeliling kota dan akhirnya
bertemu dengan seorang ibu yang menanak batu tersebut. Ibu ini melakukannya untuk mengelabui anaknya agar
tertidur. Sayangnya, upaya ini gagal karena sebentar-sebentar gadis kecil itu terbangun karena kelaparan. Karena tak
tahu siapa yang dihadapinya, si ibu ini tanpa sungkan menyalahkan Sang Khalifah yang menurutnya gagal menjamin
kesejahteraan rakyatnya. Pengawal Umar yang ikut dalam perjalanan itu sudah hamper menegur sang ibu. Tapi, sang
pemimpin mencegahnya. Lalu, sambil menangis ia segera pulang ke rumah dan mengambil sekarung gandum yang ia
pikul sendiri sampai ke rumah ibu tersebut.
Pemimpin yang baik bahkan “memasang badan” demi orang-orang yang dipimpinnya.
Sisi Spiritual dalam kepemimpinan
Sisi spiritual merupakan daya dorong yang kuat pada seorang pemimpin. Hakekat seorang
pemimpin adalah bagaimana memberi pengaruh pada orang lain dan meyakinkan orang lain
untuk melakukan sesuatu hal. Seorang pemimpin diyakinkan oleh visinya sendiri (dalam level
tertentu seorang pemimpin harus visioner) yang mendasari arah dan kebijakan yang
diambilnya. Sisi spiritual adalah dorongan dari factor luar.
Dari penjabaran di atas, saya menyimpulkan bahwa:
a. Sistem kepemimpinan dan konsep2 di masa sekarang masih kental diwarnai oleh
hubungan antar manusia/relasional. Hal ini sejalan dengan konsep Crosby (1996) tentang
karakter kepemimpinan.
b. Pengelolaan Sumber Daya terutama SDM mutlak diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan sebuah organisasi, profit oriented maupun non profit.
c. Seorang pemimpin yang baik harus mencapai tahapan memimpin diri sendiri (konsep
superleadership/self-leadership).
Daftar Pustaka:
1. Ekuslie Goestiandi, Yusi Pareanom, Pembelajaran T.P. Rachmat, 2012.
1. Dwi Ratmawati, Nurri Herachwati, Perilaku Organisasi-Buku Materi pokok Universitas
Terbuka, 2011.