dok. rte kph cianjur

Upload: kphcianjur

Post on 10-Jul-2015

1.443 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

DOKUMEN SPESIES RTE KPH CIANJUR

PERUM PERHUTANI (PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA) UNIT III JAWA BARAT & BANTEN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN CIANJURJalan Dr. Muwardi No. 120 B Telephone (0263) 261741 Fax. 266265

1

LEMBAR PENGESAHAN

DOKUMEN SPESIES RTE KPH CIANJUR

Diperiksa Oleh : Kasi Pengelolaan SDH, KPH Cianjur

Di Susun Oleh : KSS Lingkungan, KPH Cianjur

Agus Soleh, S. Hut. NPP. 3 110 036 Tanggal : Juni 2011

Asep Buddy Mulyono, S. Hut. NPP. 0 010 249 Tanggal : Juni 2011 Mengetahui : Ketua Pokja PHL, KPH Cianjur

Ir. H. Dudi Rudiatna, MM. NPP. 3 040 060 Tanggal : Juni 2011

i

KATA PENGANTARSpesies yang masuk pada kategori Vulnerable, Near Treathned, Endangered dan Critically Endangered, pada Red List IUCN, atau termasuk pada Cites Apendices I dan II, atau masuk pada list aturan PP. nomor 7 tahun 1999, dikategorikan sebagai Satwa RTE di KPH Cianjur. Satwa RTE KPH Cianjur, terdapat sebanyak 41 Spesies, pada Mamalia 16 jenis, Herpetofauna 7 jenis dan Aves 18 jenis, yang termasuk pada kategori Critically Endangered 1 (satu) spesies yaitu Macan Tutul (Panthera pardus Melas) sebagaimana identifikasi HCVF pada NKT 1.2. Spesies Hampir Punah. Adapun Flora / Pohon RTE hasil dari survey biodiversity melalui Analisa Vegetasi, terdapat 3 (tiga) jenis Pohon RTE di KPH Cianjur, yaitu Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume)-CR, Ki Pelah (Canarium kipella Miq)-EN, dan Ki Tenjo / Tenjo laut (Anisoptera costata Korth)-EN. Kawasan Perlindungan KPH Cianjur seluas 34.033,07 ha atau sekitar 48,57 % dari luas total kawasan, merupakan kawasan yang disediakan untuk habitat satwa, pengaturan tata air, keragaman hayati dan perlindungan setempat, termasuk didalamnya Kawasan Biodiversity yang merupakan kawasan dengan keragaman hayati yang tinggi di wilayah kelompok hutan Gunung Hanjawar dan Hutan CibarengkokSimpang, seluas 9.304,47 ha atau sekitar 13,28 % dari luas total KPH Cianjur. Demikian, semoga bermanfaat

Cianjur, 15 Juni 2010 KSS Lingkungan KPH Cianjur,

Asep Buddy Mulyono, S. Hut NPP. 0 010 249

ii

DAFTAR ISIBab. Uraian Hal. i ii iii iv v vi 1 1 2 3 6 8 10 12 12 12 14 16 18 21 22 25

LEMBAR PENGESAHAN ............ KATA PENGANTAR DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR . DAFTAR LAMPIRAN . Bab. I SATWA RTE KPH CIANJUR .. 1.1. Satwa RTE 1.2. Home Range dan Koridor Satwa 1.3. Macan Tutul ( Panthera pardus melas ) 1.4. Owa Jawa ( Hylobates moloch ) . 1.5. Elang Ruyuk ( Spilornis cheela ) .. 1.6. Ular Sanca Bodo ( Python molurus ) Bab. II FLORA RTE KPH CIANJUR 2.1. Hasil Analisa Vegetasi 2.2. Flora RTE . 2.3. Ki Pelah ( Canarium kipella (Bl.) Miq. ) . 2.4. Ki Tenjo ( Anisoptera costata Korth ) . 2.5. Palahlar ( Dipterocarpus hasseltii Blume ) . 2.6. Pengelolaan Target Konservasi .. 2.7. Progress Pengelolaan Target Konservasi DAFTAR PUSTAKA .

iii

DAFTAR TABELBab. Bab. I Uraian Hal. 1 1 12 13 13

SATWA RTE KPH CIANJUR .. 1.1. Spesies Satwa RTE KPH Cianjur .. Bab. II FLORA RTE KPH CIANJUR 2.1. Vegetasi Hasil Survey Biodiversity yang Masuk List IUCN dan Cites Apendices .. 2.2. Flora RTE baik pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman

iv

DAFTAR GAMBARBab. Bab. I Uraian Hal. 1 9 12 17 21

SATWA RTE KPH CIANJUR .. 1.1. Elang Ruyuk (Spilornis cheela) pada petak 1B RPH Hanjawar Timur II BKPH Cibarengkok Bab. II FLORA RTE KPH CIANJUR 2.1. Ki Tenjo ( Anisoptera costata Korth ), di petak 73B RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang . 2.2. Bagan Kawasan Lindung KPH Cianjur

v

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Daftar Spesies Indigenous ( Lokal ) dan Eksotik Lampiran 2. Species RTE KPH Cianjur Lampiran 3. Peta Sebaran Satwa RTE di KPH Cianjur Lampiran 4. Koridor / Home Range Satwa Yang Dilindungi

vi

BAB. 1. SATWA RTE KPH CIANUR1.1. Satwa RTE Jenis Satwa / Fauna hasil survey Biodiversity tahun 2010, pada Manajemen Biodiversity KPH Cianjur, ditemukan jenis Mamalia 25 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,349 - 2,035, pada Herpetofauna ditemukan 38 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,433 - 2,768, pada Aves ditemukan 110 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,446 - 4,368. Spesies yang masuk pada kategori Vulnerable, Near Treathned, Endangered dan Critically Endangered, pada Red List IUCN, atau termasuk pada Cites Apendices I dan II, atau masuk pada list aturan PP. nomor 7 tahun 1999, dikategorikan sebagai Satwa RTE, sebagaimana datar pada tabel berikut : Tabel. 1.1. Spesies Satwa RTE KPH CianjurNo Nama Lokal MAMALIA Bajing Jaralang Bajing tanah Biul Kancil /Peucang Kelelawar Badot/Kalong Kelelawar Codot/lalai Kijang/mencek Kucing Hutan/Meong Congkok Landak Lutung Jawa Macan Tutul/Macan kumbang Owa Jawa Peusing/Trenggiling Surili Tando Tikus hutan HERFETOFAUNA Bancet kole/kuning/belang Bangkong beureum Biawak Katak Pohon/Coklat/Hijau Tokek Ular kobra Ular Sanca Kembang Nama Ilmiah PP 7 Status Cites IUCN Apendices NT NT DD DD LC NT LC LC LC VU CR EN EN EN LC VU VU VU LC NT LC NT II II II II I I II I II II III No Nama Lokal AVES Alap-Alap Anis Kembang Bultok Jawa Burung madu belukar Cangcarang Elang Alap-Alap Sapi Elang borontok Elang Hitam Elang Ruyuk Elang Tikus Haruhuh Jalak suren Kahkeh Kolaces Kutilang Emas Paok Pancawarna Poksay Tepus Pipi Perak Nama Ilmiah PP 7 Status Cites IUCN Apendices LC NT NT LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC II II II II II II -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7

Ratufa bicolor Rhinosciurus laticaudatus Melogale orientalis Tragulus javanicus Pteropus hypomelanus Pteropus vampyrus Muntiacus muntjak Prionailurus bengalensis Hystrix brachyura Trachypithecus auratus Panthera pardus melas Hylobates moloch Manis javanica Presbytis comata Cynocephalus variegatus Niviventer cremoriventer Huia masonii Nyctixalus margaritifer Varanus salvator Rhacophorus reinwardtii Cyrtodactylus marmoratus Naja sputatrix Python molurus

D T T D T T D T D T D D D D D T T T T T T T D

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Accipiter gularis Zoothera interpres Megalaima javensis Anthreptes singalensis Megalaima armillaris Falco moluccensis Spizaetus cirrhatus Ictinaetus malayensis Spilornis cheela Elanus caeruleus Megalaima corvina Sturnus contra Alcedo coerulescens Nektarinia sperata Pycnonotus melanicterus Pitta guajana Garrulax lugubris Stachyris melanothorax

D T D D D D D D D D D D D D T D T

D

1

Satwa RTE KPH Cianjur sebanyak 41 Spesies, pada Mamalia 16 jenis, Herpetofauna 7 jenis dan Aves 18 jenis, yang termasuk pada kategori Critically Endangered 1 (satu) spesies yaitu Macan Tutul (Panthera pardus Melas) sebagaimana identifikasi HCVF pada NKT 1.2. Spesies Hampir Punah. Untuk kategori Endangered terdapat 3 jenis yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), Peusing Manis javanica dan Surili Presbytis comata, dari ke-3 jenis tersebut yang termasuk pula pada Cites Appendices I adalah jenis Owa Jawa, sebagaimana identifikasi HCVF pada NKT 1.2. Kawasan yang Merupakan Habitat Bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup (Viable Population). Adapun Spesies Interes KPH Cianjur berdasarkan hasil pengolahan Sensitifitas Indeks, Derajat Keberadaan dan Derajat Kelangkaan, ditemukan jenis dengan Umbrella Indeks tertinggi pada masing-masing Kelas satwa, sebanyak 3 (tiga) spesies, yaitu Macan Tutul (Panthera pardus melas) Elang Ruyuk (Spilornis cheela) dan Ular Sanca Bodo (Python molurus) 1.2. Home Range dan Koridor Satwa Home Range / Wilayah Jelajah satwa yang termasuk pada Critically Endangered, Endangered + Cites Apendices I dan Spesies Interest, yaitu Macan Tutul (Panthera pardus Melas) seluas 478,12 ha, Owa Jawa (Hylobates moloch) 2341,76 ha, Elang Ruyuk (Spilornis cheela) seluas 1.176,92 ha dan Ular Sanca Bodo (Python molurus) seluas 373,86 ha. Kawasan Perlindungan KPH Cianjur seluas 34.033,07 ha atau sekitar 48,57 % dari luas total kawasan, merupakan kawasan yang disediakan untuk habitat satwa, pengaturan tata air, keragaman hayati dan perlindungan setempat, koridor yang menghubungkan antar tiap lokasi petak kawasan perlindungan bagi home range / koridor satwa, berupa kawasan hutan, sungai dan pegunungan yang terkonsentrasi pada Kawasan Biodiversity KPH Cianjur berada di wilayah kelompok hutan gunung Kendang Kidul, Gunung Karang, Gunung Hanjawar dan Hutan CibarengkokSimpang. 2

Koridor home / range berupa sungai, hutan dan terkonsentrasi pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Cagar Alam Talaga Warna yaitu pada Kelompok hutan Batu Tumpang, Mega Mendung, Gunung Beser, Gunung Kancana, Gunung Jampang Manggung dan Gunung Dinding Ari, Koridor / home range yang terpisah pada wilayah hutan kph cianjur bagian selatan, pada kelompok hutan Cipandak, Cidaun, Simpang, Salatri, Pasir Galing dan Gunung Subang dengan koridor, berupa hutan pesisir, muara dan sungai besar. 1.3. Macan Tutul ( Panthera pardus melas ) Berdasarkan hasil survey biodiversity KPH Cianjur ditemukan jenis Aves 110 Species, Amfibi 20 Species, Reptil 18 Species dan Mamalia 25 Species, dari sejumlah Species yang ditemukan tersebut terdapat 41 Species yang termasuk pada Species RTE baik yang dilindungi Peraturan Pemerintah, IUCN atau pada Cites Appendices, dari sejumlah Species yang ditemukan terdapat 1 (satu) Species berdasarkan Red List IUCN masuk pada kategori Critically Endangered, yaitu Macan Tutul / Macan Kumbang (Panthera pardus melas). Dari Red List IUCN, jenis Panthera pardus secara umum masuk pada kategori NT (Near Threatened) dengan trend populasi yang menurun (Decreasing), akan tetapi terdapat Sekitar 24 subspesies Macan Tutul yang ada di dunia, antara lain Macan Tutul dari Amur (Panthera pardus oriental), Cina Utara (P.p. japonensis), India (P.p. fusca), Jawa (P.p. melas atau P.p. sondaica), Sri Lanka (P.p. kotiya), Nepal (P.p. pernigra), Kashmir (P.p. millardi), Baluchistan (P.p. sindica), Persia Tengah (P.p. dathei), Persia Utara (P.p. saxicolor), Kaukasia (P.p. ciscaucasia), Asia Kecil (P.p. tuliana), Sinai (P.p. jarvisi), Afrika Utara (P.p. pardus), Eritrea (P.p. antinorii), Afrika Timur (P.p. suahelica), Zanzibar (P.p. adersi), Afrika Tengah (P.p. shortridgei), Tanjung Afrika (P.p. melanotica), Uganda (P.p. chui), Afrika Barat (P.p. leopardus), dan Kongo (P.p. ituriensi), untuk jenis Panthera pardus melas di Indonesia, yang merupakan identitas fauna di Jawa Barat masuk pada kategori Critically Endangered atau hampir punah.

3

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) dievaluasikan sebagai Kritis (Critically Endangered) sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999. Hasil Survey Biodiversity yang dilakukan tahun 2010, di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Macan Tutul di wilayah hutan alam Cibarengkok petak 57A luas 478,12 ha RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok yang diperuntukan sebagai lokasi habitat Macan Tutul, berupa jejak, kotoran, sarang ataupun perjumpaan baik petugas lapangan atau masyarakat di sekitar hutan. Macan Tutul memiliki ukuran tubuh yang bervariasi. Panjang tubuh berkisar antara 90 - 150 cm dengan tinggi 60 - 95 cm. Bobot badannya berkisar 40 - 60 kg, dibandingkan dengan Sub Species lainnya, Macan Tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Selain memiliki ciri khas bertutul di sekujur tubuhnya, Macan Tutul juga memiliki variasi warna lain yaitu hitam. Variasi warna tubuh tersebut bukan menjadikan Macan Tutul hitam subspesies yang lain, tetapi merupakan sub spesies yang sama. Hal ini terbukti keduanya dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang berwarna tutul dan hitam. Apabila dilihat secara seksama, tidaklah sepenuhnya tubuh Macan Tutul tersebut berwarna hitam. Ada tutul-tutul yang berwarna lebih gelap dibandingkan warna dasar. Macan Tutul hitam ini banyak di jumpai di Jawa dan di Benggala, India. Di Indonesia Macan Tutul hitam ini lebih dikenal dengan nama macan kumbang. Para ahli mengatakan bahwa perbedaan warna tersebut disebabkan oleh pigmen melanistik. Macan Tutul terkenal dengan kemampuan untuk datang dan pergi tanpa diketahui. Sebagai satwa karnivora, Macan Tutul umumnya memangsa satwa dari satwa ungulata seperti, rusa, kijang, kancil, babi dll. Tajamnya penglihatan dan penciuman, Macan Tutul tangkas dalam memburu mangsa pada malam atau siang hari. Hal menarik dalam perilaku Macan Tutul ialah dalam hal berburu mangsa. Mengendap perlahan, merasakan sentuhan kaki di atas tanah tanpa berbunyi,

4

kepala ditundukkan dengan sorot mata tajam ke arah mangsa, mengamati dengan penuh kesabaran, berlari dan menerkam mangsa. Gigitan mematikan terjadi pada tengkuk dan leher mangsa. Gigitan pada punggung juga dapat terjadi apabila penyerangan dilakukan dari arah belakang untuk melumpuhkan mangsa. Kucing besar ini mampu menyeret dan membawa hasil buruannya ke atas pohon yang terkadang bobot mangsa melebih ukuran tubuhnya. Perilaku ini selain untuk menghindari kehilangan mangsa hasil buruan, juga untuk penyimpanan persediaan makanan. Macan Tutul termasuk karnivora pemanjat yang tangkas, baik dalam hal naik maupun turun walau dengan kepala terlebih dahulu. Selain itu juga merupakan perenang yang mahir. Macan Tutul memangsa buruannya dari yang berukuran kecil hingga sedang seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa (Santiapillai dan Ramono,1992). Menurut Sakaguchi et al. (2003), terdapat 10 jenis satwa mangsa Macan Tutul di Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan analisa kotoran (fecal analysis) diantaranya adalah kijang, babi hutan, landak jawa, surili dan lutung hitam. Macan Tutul Jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999. Hasil Survey Biodiversity yang dilakukan tahun 2010, di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Macan Tutul di wilayah hutan alam Cibarengkok, berupa jejak, kotoran, sarang ataupun perjumpaan baik petugas lapangan atau masyarakat di sekitar hutan. Hutan alam Cibarengkok yang berada di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur, merupakan daerah penyangga secara tidak langsung bagi kawasan Cagar Alam Gunung Simpang yang merupakan kawasan konservasi, karena tidak berbatasan langsung dan terpaut jauh akan tetapi masih satu deret pegunungan dan satu kelompok hutan.

5

Dilihat dari topografi lapangan wilayah hutan Cibarengkok, merupakan satu baris hutan pegunungan dengan Gunung Patuha dan Malabar, begitupun hutan Angkola yang merupakan satu deret pegunungan Gunung Bengbreng dari wilayah hutan Gunung Simpang. Sebagai top predator di hutan, Macan Tutul memiliki peranan penting dalam ekosistem yang kompleks. Salah satunya sebagai pengendali populasi suatu spesies tertentu yang akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem. 1.4. Owa Jawa ( Hylobates moloch ) Berdasarkan klasifikasi ilmiah termasuk pada Kerajaan : Animalia, Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Kelas : Mamalia, Ordo : Primata, Kelas : Hylobatidae, Genus : Hylobates, Spesies : Hylobates moloch (Audebert, 1798) ; Sinonim ; Hylobates cinera Cuvier (1798), Hylobates javanicus (Matchie, 1893), Hylobates leucisca (Schreber, 1799) dan Hylobates pongoalsoni (Sody, 1949). Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan spesies kera kecil tanpa ekor dengan rambut berwarna abu-abu keperakan dan memiliki nyanyian yang indah pada bagian muka berkulit hitam pekat. Owa Jawa merupakan primata yang berukuran kecil dengan panjang tubuh hanya sekitar 80 cm mempunyai gerakan yang gesit. Sayangnya, Owa Jawa termasuk hewan yang mulai langka dan nyaris punah sehingga oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi endangered (Terancam Punah). Owa Jawa yang merupakan satwa endemik pulau Jawa, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Silvery Javan Gibbon, Javan Gibbon, Moloch Gibbon, dan Silvery Gibbon. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) anggota Ordo Primates (Primata) ini disebut sebagai Hylobates moloch (Audebert, 1798). Owa Jawa (Hylobates moloch) termasuk jenis kera pohon sejati (arboreal monkey) karena hampir sepanjang hidupnya tidak pernah turun dari atas pohon. Uniknya, meski dikenal sebagai raja pohon, Owa Jawa termasuk kera yang berjalan tegak, mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan.

6

Owa Jawa termasuk satwa yag beraktifitas di siang hari. Mulai aktif pada pagi hari sekitar pukul 05.00 dan mencapai puncaknya antara pukul 08.30-12.00. Aktifitasnya akan mulai lagi sekitar pukul 14.30-17.30 sampai menemukan pohon yang dapat digunakan sebagai tidur. Salah satu kebiasaan khas Owa Jawa adalah mengeluarkan nyanyian (suara-suara khas) pada pagi hari ketika memulai aktifitasnya. Makanan Owa Jawa meliputi buah-buahan, dedaunan, dan terkadang makan serangga sebagai tambahan protein. Owa jawa dalam mencari makan selalu berpindah-pindah secara berkelompok menjelajah dari satu pohon ke pohon lainnya dalam daerah teritorialnya. Primata langka dan terancam kepunahan ini dalam kehidupannya bersifat monogami, yaitu hanya mempunyai satu pasangan semasa hidupnya. Owa Jawa merupakan satwa endemik pulau Jawa dan hanya mendiami pulau Jawa bagian barat dan tengah. Habitat yang disukai Owa Jawa adalah hutan dataran rendah dengan pohon-pohon yang rapat (lebat). Berdasarkan data International Konservasi Indonesia (2009) populasi Owa Jawa ini diperkirakan tersisa sekitar 4.000 5.000 ekor saja, terdistribusi terbatas di tiga taman nasional, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Gede Pangrango, dan Taman Nasional Gunung Halimun. Selain itu, beberapa Owa Jawa dapat dijumpai di beberapa cagar alam seperti Cagar Alam Simpang, Papandayan, Talaga Warna, Tilu, Kendeng, dan Slamet. Karena populasinya semakin menurun, IUCN Redlist memasukkan Owa Jawa dalam status konservasi Endangered (Terancam Punah). Selain itu, CITES juga memasukkan primata langka ini dalam daftar Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjualbelikan. Penyebab langkanya Owa Jawa adalah berkurangnya habitat akibat kerusakan hutan (deforestasi) dan konversi lahan pertanian. Padahal Owa Jawa termasuk satwa yang sangat mencintai teritorialnya dimana meskipun wilayahnya (teritorial) mulai habis primata yang nyaris punah ini tetap bergeming dan tidak mau berpindah. Hal ini berpotensi membuat Owa Jawa mati kelaparan. Selain

7

hilangnya hutan sebagai habitat Owa Jawa, perburuan liar juga memjadi penyebab semakin langkanya Owa Jawa. Seringkali perburuan dilakukan dengan cara menembak mati induk Owa Jawa untuk mengambil anaknya. Adapun di wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur hasil Survey Biodiversity yang dilakukan tahun 2010, jenis Primata Owa Jawa (Hylobates moloch) ditemukan di beberapa lokasi kawasan hutan alam KPH Cianjur yang merupakan Kawasan Perlindungan, di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur peruntukan habitat bagi Owa Jawa yaitu di hutan alam Cibarengkok pada petak 54D, 55A dan 57A seluas 2.341,76 ha RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok. 1.5. Elang Ruyuk ( Spilornis cheela ) Elang Ruyuk (Spilornis cheela) atau Elang-ular bido adalah sejenis elang besar yang umum dijumpai di kawasan Sunda. Elang ini merupakan anggota suku Accipitridae. Elang ini berwarna coklat abu-abu gelap pada bagian atas. Bagian bawah coklat. Perut, sisi tubuh dan lambung berbintik-bintik putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam pada ekor. Jambul pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih. Saat remaja mirip dewasa, tetapi lebih coklat dan lebih banyak warna putih pada bulu. Iris berwarna kuning, paruh coklat abu-abu, kaki kuning. Sangat berisik, suara panggilan seperti ""Kiiiik"" panjang dan diakhiri dengan penekanan nada. Sayap menekuk ke atas (seperti elang jawa) dan ke depan, membentuk huruf C yang terlihat membusur. Ciri khas lainnya adalah kulit kuning tanpa bulu di sekitar mata hingga paruh.

8

Elang Ruyuk (Spilornis cheela) pada petak 1B RPH Hanjawar Timur II BKPH Cibarengkok.

Pada waktu terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Berwarna gelap, sayap sangat lebar membulat, ekor pendek. Habitatnya adalah hutan, tepi hutan dan perkebunan. Tersebar sampai ketinggian 1.900 m dpl. Memangsa ular dan reptil pada umumnya, katak, serta mamalia kecil.

Berbiak sepanjang waktu, sarangnya terbuat dari tumpukan ranting berlapis daun di hutan yang rapat. Telur berwarna putih suram, bercak kemerahan, berjumlah 1-2 butir. Berdasarkan hasil pengolahan data Survey Biodiversity tahun 2010, Elang Ruyuk (Spilornis cheela) mempunyai nilai Umbrella Indeks tertinggi pada Aves, jenis ini dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, sebaran habitat populasi species ini di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur pada petak 48 dan 1b luas 1.176,92 ha BKPH Sukanagara Utara dan Cibarengkok.

9

1.6. Ular Sanca Bodo ( Python molurus ) Ular sanca bodo merupakan species dengan nilai Umbrella Indeks tertinggi pada kelas Herpetofauna, merupakan species interest KPH Cianjur, dengan sebaran populasi habitat di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur, tepatnya di hutan alam Gunung Hanjawar, termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia, berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, dengan status konservasi pada Red List IUCN NT (Near Threatened) atau mendekati terancam. Ular sanca bodo atau Python molurus, yang biasa disebut juga sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undangundang di Indonesia. Ular sanca bodo (Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999. Ular sanca bodo berdasarkan klasifikasi ilmiah termasuk pada Kerajaan : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Reptilia, Ordo : Squamata, Upaordo : Serpentes, Famili : Pythonidae, Genus : Python, Spesies : Python molurus, Subspesies : Python molurus molurus dan Python molurus bivittatus. Python molurus molurus dijumpai di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal adapun Python molurus bivittatus yang hidup secara alami di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi). Ular sanca bodo dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Asiatic Rock Python, Burmese Python, atau Tiger Python. Sedangkan dalam bahasa latin, ular yang banyak dijadikan peliharaan ini disebut Python molurus (Linnaeus, 1758) sebagai yang bersinonim dengan Coluber molurus (Linnaeus, 1758). Ular sanca bodo termasuk ular besar karena mampu mencapai panjang 9 meter, meskipun rata-rata hanya mencapai 5 meter saja. Berat tubuh Python ini mampu mencapai 160 kg. mempunyai warna dasar kulitnya coklat muda hingga coklat tua, ada pula yang kuning atau krem, dengan belang-belang hitam atau coklat tua. Corak belang pada sanca bodo berupa jaringan dengan mata jaring hampir berbentuk segi empat, secara alami mendiami hutan tropis basah. 10

Ular ini senang berada ditempat yang tidak jauh dari air atau tempat lembab. Ular sanca bodo lebih suka berada di tanah dari pada bergulung di pohon, tetapi sesekali memanjat pohon untuk mendapatkan sinar matahari guna menaikkan suhu tubuhnya. Meskipun hewan ini termasuk binatang nokturnal (beraktifitas di malam hari), namun sanca bodo juga senang berkeliaran disiang hari. Hewan yang banyak dijadikan peliharaan ini mematikan mangsanya dengan cara melilit tubuhnya. Makanan kesukaan sanca bodo antara lain tikus, luwak, kera, bajing juga hewan besar seperti babi hutan, rusa dan kijang, adakalanya makan pula burung dan ayam hutan. Seekor ular bodo betina sekali bertelur bisa mencapai 40 butir bahkan lebih. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 60-80 hari. Panjang anak yang baru menetas tersebut berkisar 60-70 cm. Ular sanca bodo meskipun mulai langka di Indonesia tapi populasinya masih dianggap banyak sehingga IUCN Redlist melabelinya dalam status konservasi Near Threatened (Hampir Terancam). Hasil Survey Biodiversity yang dilakukan tahun 2010, di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Ular sanca bodo (Python molurus) di wilayah hutan Gunung Hanjawar pada petak 1B luas 373,86 ha RPH Hanjawar Timur II BKPH Cibarengkok, yang dialokasikan sebagai habitat Ular Sanca Bodo

11

II. FLORA RTE KPH CIANJUR 2.1. Hasil Analisa Vegetasi Jenis Vegetasi hasil survey Biodiversity tahun 2010, pada Manajemen Biodiversity KPH Cianjur, ditemukan jenis Tumbuhan Bawah 290 Jenis dengan Indeks Keragaman antara 1,767 - 3,668, pada tingkat Semai ditemukan 283 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,453 - 3,822 pada tingkat Pancang ditemukan 323 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,965, pada tingkat Tiang ditemukan 260 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,664 pada tingkat Pohon ditemukan 248 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,616. Dari jenis Vegetasi yang ditemukan, yang merupakan tumbuhan berkayu (tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon) sebanyak 352 jenis / spesies, dari sejumlah spesies tersebut, yang merupakan spesies indigenous / lokal sebanyak 328 jenis, dan yang merupakan spesies eksotik sebanyak 24 jenis 2.2. Flora RTE Hasil pengolahan status konservasi dari vegetasi yang ditemukan, melalui situs http://www.iucnredlist.org/ online (Red List IUCN, Ver 2.3.), Cites Apendices melalui situs http://www.cites.org/eng/app/index.shtml, dan PP nomor. 7 tahun 1999, ditemukan sebagai berikut :

12

Tabel. 2.1. Vegetasi Hasil Survey Biodiversity yang Masuk List IUCN dan Cites ApendicesSTATUS PERLINDUNGAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JENIS Binong Damar Jalatrong Kalapa ciung Kaweni Kihaji Kikeuyeup Kipancar Kipelah Kiputri Kitenjo / Tenjolaut Leungsar / Tanglar Mahoni Mangga Nyamplung Palahlar Pinus Pulai/Lame Rambutan Songgom NAMA LATIN Tetrameles nudiflora R. Br. Agathis dammara (Lamb.) Rich. Dyera costulata Hook. f. Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. Mangifera odorata Dysoxylum alliaceum Euonymus javanicus Bl. Podocarpus nerifolia Canarium kipella Miq Podocarpus polystachyus R.Br. ex Endl. Anisoptera costata Korth Aglaia elliptica Swietenia macrophylla King. Mangifera indica L. Calophyllum inophyllum L. Dipterocarpus hasseltii Blume Pinus merkusii Jungh.& De Vr Alstonia scholaris R. Br. Nephelium lappaceum L. Barringtonia asiatica Kurz. KETERANGAN Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous ASAL PP 7 Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Peru,Brazil India,Burma Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Status IUCN LC VU LC LC DD LC LC EN LC EN LC VU DD LC CR VU LC LC LC Cites Apendices III II Keterangan Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Tanaman Hutan Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Tanaman Hutan Alam Hutan Alam

Jenis yang termasuk pada Cites Apendices II dan dalam red list IUCN termasuk pada kategori rentan (vulnerable), terancam (endangered) dan hampir punah (critically endangered), sebagaimana tabel berikut. Tabel. 2.2. Flora RTE baik pada Hutan Alam atau Hutan TanamanSTATUS PERLINDUNGAN NO 1 2 3 4 5 6 JENIS Damar Kipelah Kitenjo / Tenjolaut Mahoni Palahlar Pinus NAMA LATIN Agathis dammara (Lamb.) Rich. Canarium kipella Miq Anisoptera costata Korth Swietenia macrophylla King. Dipterocarpus hasseltii Blume Pinus merkusii Jungh.& De Vr KETERANGAN Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous ASAL PP 7 Indonesia Indonesia Indonesia Peru,Brazil Indonesia Indonesia Status IUCN VU EN EN VU CR VU Cites Apendices II Keterangan Hutan Tanaman Hutan Alam Hutan Alam Hutan Tanaman Hutan Alam Hutan Tanaman

Akan tetapi dari ke-6 jenis tersebut yang masuk pada kategori RTE hanya terdapat 3 (tiga) jenis yaitu Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume)-CR, Ki Pelah (Canarium kipella Miq)-EN, dan Ki Tenjo / Tenjo laut (Anisoptera costata Korth)-EN.

13

Adapun ke-3 jenis lainnya yaitu Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.), Mahoni (Swietenia macrophylla King.) dan Pinus (Pinus merkusii Jungh.& De Vr), merupakan jenis RTE pada hutan asli-nya, akan tetapi oleh Perhutani di Jawa dibudidayakan sebagai Hutan Tanaman. 2.3. Ki Pelah ( Canarium kipella (Bl.) Miq. ) Pohon Ki Pelah (Canarium kipella (Bl.) Miq.), termasuk pada Kingdom : Plantae, Phylum : Tracheophyta, Subphylum : Euphyllophytina, Class : Magnoliopsida, Ordo : Sapindales, Family : Burseraceae, Species : Canarium kipella. Canarium adalah genus dari sekitar 75 Spesies pohon tropis dari Family Burseraceae. Asal tanaman dari Afrika tropis, Asia selatan, Nigeria selatan, Madagaskar, Mauritius, India, Tiongkok selatan, Indonesia, dan Filipina. Tinggi tanaman dapat mencapai 40-50 m. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) spesies Canarium kipella yang endemis di Indonesia terancam punah (Endangered), version 2.3., spesies Otoritas : (Blume) Miq., dinilai tahun : 1998, penilai : World Conservation Monitoring Centre, penjelasan spesies : perlu di update Beberapa spesies dari genus Canarium mempunyai biji yang dapat dimakan, juga dikenal sebagai kacang kenari, kacang pili, atau kacang galip. Canarium indicum dan Canarium ovatum adalah jenis-jenis yang terkenal akan bijinya di Indonesia dan Filipina. Spesies Canarium luzonicum terkenal karena menghasilkan resin elemi. Canarium odontophyllum ( disebut juga dabai ) terkenal akan buahnya yang rasanya mirip buah alpokat, buahnya bisa dimakan setelah direndam di air hangat, mengandung protein, karbohidrat, dan lemak sehingga cocok sebagai bahan pangan. Jenis ini diperkenalkan dari Kalimantan hingga Australia, buah tanaman ini juga sering menjadi bahan makanan lemur di Madagaskar.

14

Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur dari bulan April sampai dengan Juli tahun 2010, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Ki Pelah (Canarium kipella (Bl.) Miq.), hanya 3 jenis di petak 54 d luas 1.302,34 ha kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam di RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok pada tingkat Semai (ukuran plot 2 x 2 m2) pada plot 5, 1 jenis dan pada tingkat Pancang (ukuran plot 5 x 5 m2) pada plot 5, 2 jenis.Kayu Ki pelah dapat digunakan untuk frame bangunan rumah, pintu dan jendela, lantai, cetakan, interior finishing, kotak, meubel, perahu, kano, dan pertukangan kayu. Spesies dari Genus Canarium : Canarium album Canarium album Canarium bengalense Canarium bengalense Canarium commune Canarium komune Canarium decumanum Canarium decumanum Canarium denticulatum Canarium denticulatum Canarium harveyi Canarium harveyi Canarium indicum Canarium indicum Canarium kipella Canarium kipella Canarium luzonicum Canarium luzonicum Canarium madagascariense Canarium madagascariense Canarium manii Canarium manii Canarium muelleri Canarium muelleri Canarium odontophyllum Canarium odontophyllum Canarium ovatum Canarium ovatum Canarium paniculatum Canarium paniculatum Canarium pimela Canarium pimela Canarium pseudosumatranum Canarium pseudosumatranum Canarium schweinfurthii Canarium schweinfurthii Canarium strictum

Canarium strictum Canarium tramdenum Canarium tramdenum

Canarium zeylanicum

Canarium mehenbethene Canarium mehenbethene

15

2.4. Ki Tenjo ( Anisoptera costata Korth ) Pohon Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth), termasuk kedalam family Dipterocarpaceae yang umumnya mendominasi hutan tropis di Indonesia, menghasilkan biji berkeping dua, berkembangbiak dengan benih. Berdasarkan Taksonomi Tumbuhan termasuk pada Kingdom : Plantae, Phylum : Tracheophyta, Subphylum : Angiospermae, Class : Dicotyledonae, Ordo : Malvales, Family : Dipterocarpaceae, Species : Anisoptera costata. Status Konservasi berdasarkan Red List IUCN termasuk Kategori Endangered (Terancam punah) version 2.3., spesies Otoritas : Korth, dinilai tahun : 1998, , penilai : Ashton, P. penjelasan spesies : perlu di update. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, Kitenjo Anisoptera costata (Korth), tumbuh alami di Cagar Alam Leuwi Sancang (1 batang, diameter 105 cm-tahun 2007) dan Taman Nasional Ujung Kulon (1 batang, diameter 121 cm-tahun 2008), akan tetapi di habitat alam aslinya pohon Ki Tenjo tinggal satu batang, Keberadaan spesies pohon tersebut sangat rawan punah. Dari pohon yang tersisa tersebut tidak ditemukan anakan. Hal ini menunjukkan bahwa Anisoptera costata Korth di tempat tersebut tidak dapat melanjutkan keturunan. (Sumber Siaran Pers Kehutanan Nomor: S.632/PIK-1/2008 tanggal 16 Desember tahun 2008 dari Kepala Pusat Informasi Kehutanan, ttd. Masyhud (NIP. 080062808)). Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur dari bulan April sampai dengan Juli tahun 2010, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth) atau biasa juga disebut Tenjo Laut oleh masyarakat sekitar, hanya 2 jenis pada tingkat Pancang (ukuran plot 5 x 5 m2) pada plot 3, di petak 54 d luas 1.302,34 ha 1 jenis, dan pada plot 2 di petak 63 c luas 119,52 ha 1 jenis, kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam di RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok.

16

Selain ditemukan dari hasil survey Biodiversity, berdasarkan hasil pengamatan Mandor RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang, ditemukan jenis Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth), pada petak 73 b kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam luas 149,74 ha RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang dengan tinggi tegakan + 30 meter keliling 380 cm, ditemukan hanya 1 jenis. Akses jalan menuju lokasi petak 73 b RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang (keberadaan jenis Ki Tenjo), apabila dari Kantor Unit III Jawa Barat dan Banten perjalanan menuju ke Ciwidey, kemudian menuju ke Kantor Asper / KBKPH Cibarengkok di Rancabali sebelum Telaga Patenggang, selanjutnya diteruskan menuju Desa Balegede (+ 15 km) bisa menggunakan kendaraan roda empat, dari Balegede dilanjutkan menuju Kampung Kepek Desa Sukamulya Kec. Naringgul (+ 5 km) menggunakan kendaraan roda dua, dari Kampung Kepek selanjutnya menuju lokasi petak 73 b dengan jarak sekitar + 500 m, bisa menggunakan kendaraan roda dua.

Ki Tenjo ( Anisoptera costata Korth ), di petak 73B RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang

Ciri tegakan, tinggi sampai 45 m, panjang batang bebas cabang 15 - 35 m, diameter sampai 150 cm, bentuk batang silindris. Kulit luar berwarna kelabu, kelabu-kuning, kelabu-coklat sampai coklat, beralur dangkal dan mengelupas kecilkecil. Tinggi banir 1,5 - 3 m, kecuali pada Anisoptera costata yang kadang-kadang tidak berbanir. Batang pohon mengeluarkan damar berwarna keputih-putihan, hijau muda, hijau kekuning-kuningan atau kuning. 17

Kayu agak keras, sehingga sukar digergaji atau diserut, karena mengandung silika dan damar. Sifat fisik kayu berat jenis 0,61 (0,49 0,71) kelas kuat II III, secara umum kayu sukar untuk diawetkan terutama kayu terasnya. Termasuk pada Kelas Awet IV, pengeringan kayu mengering dengan lambat karena sulit mengeluarkan air dari bagian dalamnya Di luar Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi) kayu Mersawa (Anisoptera sp.) dapat digunakan untuk bangunan ringan dibawah atap, venir luas dan dalam untuk kayu lapis, mebel murah, papan perahu, karoseri dan lantai. Di Desa Cikadu Kec. Cikadu Kab. Cianjur masuk wilayah RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang KPH Cianjur getah dari pohon Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth) oleh masyarakat dipakai sebagai raru untuk mempercepat proses pengerasan gula aren. 2.5. Palahlar ( Dipterocarpus hasseltii Blume ) Pohon Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume), termasuk kedalam family Dipterocarpaceae yang umumnya mendominasi hutan tropis di Indonesia, menghasilkan biji berkeping dua, berkembangbiak dengan benih. Berdasarkan Taksonomi Tumbuhan termasuk pada Kingdom : Plantae, Phylum : Tracheophyta, Subphylum : Angiospermae, Class : Dicotyledonae, Ordo : Malvales, Family : Dipterocarpaceae, Species : Dipterocarpus hasseltii. Nama lokal: Keruing bunga (nama perdagangan), Pale (Bali), Lagan (Langsa, Sum-Sel), Simalur (Aceh), Keruwing bunga (Tapah), Pahalar (Sunda), Klalar, Plalar, Jempinang (Jawa), Tampurau, Keruing tampudan (Kalimantan). Penyebarannya meliputi Bali, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Sabah, Thailand, Philipina, Vietnam. Tumbuh di hutan hujan tropis dengan curah hujan tipe A dan B pada tanah daratan kering dengan drainase baik, sering tumbuh pada punggung bukit, tanah berpasir, tanah berbatu, tanah liat, latosol atau podsolik merah-kuning dengan ketinggian tempat bisa lebih dari 900 m.

18

Di Indonesia terdapat 40-an jenis pohon dari genus Dipterocarpaceae. Di Jawa terdapat 4 genus dari Dipterocarpus atau Palahlar, Pelalar, Lalar atau Kelahlar yaitu : - Dipterocarpus hasseltii Blume - Dipterocarpus retusus Blume - Dipterocarpus littoralis Blume - Dipterocarpus gracilis Blume Tinggi tanaman dapat mencapai lebih dari 45 m, diameter batang dapat mencapai lebih dari 150 cm, tinggi bebas cabang 15-30 m, banir dapat mencapai 4 m, tajuk biasanya menyempit, tidak teratur dan percabangan berbelit. Bentuk batang silindris dan lurus. Pepagan luar berlentisel seperti kutil, kulit luar tipis, berwarna kehijauan, berwarna abu-abu bila terkena cahaya, kulit dalam berwarna merah muda sampai merah kecoklatan, kayu teras merah kecoklatan, kayu gubal pucat dengan sedikit warna abu-abu, dan terdapat getah kayu berwarna kuning. Daun tunggal, bersusun melingkar pada batang tetapi berseling pada ranting. Pada daun pertama selalu berhadapan membentuk satu atau dua pasang daun. Daun muda berbentuk arit atau lanset. Daun dewasa berbentuk jorong, dasar daun runcing hingga 1 cm dan tangkai daun 2,5-4 cm. Tulang daun sekunder menyambung satu sama lain dekat tepi daun dan berselang-seling 10-15 pasang. Batang, ranting, tangkai dan helaian daun gundul, kecuali pada tulang daun primer kadang-kadang berbulu jarang. Bunga berupa tandan sederhana, pendek, kokoh, berseling, jumlah bunga sedikit, daun pelindung seperti stipula tetapi lebih kecil dan cepat luruh. Ukuran bunga besar, bentuk beraturan, menunduk, berkelamin ganda, berbau harum dan umumnya diserbuki oleh serangga. Kelopak bunga berjumlah 5, menyatu dan tetap melekat di sekeliling bakal buah tetapi tidak berpadu dengannya, berbentuk seperti cuping, 2 panjang dan 3 lainnya pendek.

19

Daun mahkota besar, lonjong, sangat terpilih, jika jatuh agak saling melekat di bagian pangkal, berwarna putih kecoklatan dengan garis berwarna merah jambu, merah atau lembayung ke arah pusat. Benang sari berjumlah 15-40, melekat pada lingkaran di sekeliling bakal buah. Kepala putik kecil dan tunggal. Bakal buah mampunyai 3 lokus dengan 1-2 bakal biji di setiap lokus, tetapi hanya 1 bakal biji yang berkembang. Status Konservasi berdasarkan Red List IUCN termasuk Kategori CriticallyEndangered (hampir punah) version 2.3., Spesies Otoritas : Blume, dinilai tahun :

1998, penilai : Ashton, P. penjelasan spesies : perlu di update. Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur dari bulan April sampai dengan Juli tahun 2010, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume), di RPH Jati BKPH Ciranjang Selatan sebanyak 59 individu di petak 35 r luas 24,30 ha, pada tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon sebanyak 54 individu, dan di petak 26 I luas 45,55 ha sebanyak 5 individu pada tingkat Tiang dan Pohon. Kayunya termasuk kelas awet III dan kelas kuat II. Banyak digunakan untuk kayu bangunan, kayu perkakas, karoseri truk, bahan lantai, papan, bantalan rel, kayu perkapalan dan jembatan. Di sekitar hutan Sangeh, masyarakat

memanfaatkan buahnya sebagai campuran pembuatan dupa. Getah kayu sering digunakan untuk oleoresin, mendempul perahu, menambal keranjang, vernis dan dicampur dengan kulit Melaleuca sp untuk penerangan oleh masyarakat sekitar hutan. Termasuk tipe buah Nut, mempunyai 1 benih di dalamnya, tidak mempunyai endosperm, berbentuk bulat telur, berukuran 3x3,5 cm, kulit buah berkayu, terdapat bulu kempa dengan bekas ujung tangkai putik yang pendek dan lancip, permukaan kulit buah licin dan terdapat benjolan kecil. Kelopak buah berkembang menjadi 2 sayap panjang berukuran hingga 22x3 cm dan 3 sayap pendek berukuran hingga 15x13mm, mempunyai 3 urat daun jelas dan 2 urat daun pendek 20

2.6. Pengelolaan Target Konservasi Adapun kawasan lindung KPH Cianjur terbagi menjadi 3 (tiga) kawasan berdasarkan aturan Pengelolaan Kawasan Lindung pada Keppres. 32 tahun 1990, yaitu, (1) Kawasan yang merupakan Hutan Lindung (HL) berdasarkan penetapan SK. Menhut No. 195/Kpts-II/2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Jawa Barat tanggal 4 Juli tahun 2003 seluas 24.259,76 ha, selanjutnya (2) Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) yang merupakan kawasan bagi

perindungan sempadan sungai, mata air, waduk, pantai dan sempadan jurang seuas 3.180,42 ha, dan (3) Kawasan Perlindungan Khusus, merupakan kawasan yang diperuntukan oleh Manajemen sebagai area konservasi, seluas 6.592,89 ha, terdiri dari Hutan Alam, Wana Wisata, Situs Budaya dan Kuburan, sebagaimana bagan berikut ;Situs Budaya 2,12 Situs Ekologi (W dan MA) 92,50 34,62% HUTAN LINDUNG ( HL ) SK. Menhut. No. 195 Th. 2003 24.259,76 Hutan Alam 10.468,30 Tegakan Homogen 4.386,24 Kawasan Biodiversity 9.304,47 Sempadan Sungai 2.239,56 Sempadan Pantai 48,57% KAWASAN LINDUNG 34.033,07 4,54% KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT ( KPS ) 3.180,42 Sempadan Mata Air 115,91 Sempadan Jurang 790,99 Situs Budaya 20,07 9,41% KAWASAN PERLINDUNGAN KHUSUS ( KPKH ) 6.592,89 Kuburan 0,80 Hutan Alam 6.568,52 Wana Wisata 3,50 Sempadan Waduk 8,86 25,10 Wana Wisata 6,13

Bagan Kawasan Lindung KPH Cianjur

21

2.7. Progress Pengelolaan Target Konservasi Sebagai tindak lanjut dari identifikasi keberadaan HCVF (High Conservation Value Forest) di KPH Cianjur sebelumnya, dan juga merupakan proses yang tidak terpisahkan dalam kegiatan identifikasi penuh HCVF tersebut. Proses SCP (Site Conservation Planning) merupakan salah satu metode yang dikembangkan oleh TNC (The Nature Conservancy) untuk identifikasi target konservasi beserta pengelolaan dan pemantauannya yang di implementasikan di KPH Cianjur. Kegiatan utama dari proses SCP ini adalah : 1) Penentuan target-target konservasi, 2) Assessment viabilitas target-target konservasi, 3) Identifikasi stress dan source of stress pada masing-masing target konservasi, 4) Analisis data, 5) Membangun strategi pengelolaan target konservasi, dan 6) Membangun sistem monitoring pelaksanaan strategi pengelolaan target-target konservasi. Sebagai implementasi dari kegiatan tindak lanjut identifikasi kawasan bernilai konservasi tinggi, KPH Cianjur sedang melaksanakan kegiatan SCP pada 9 target konservasi (Hutan Lindung, Hutan Alam, Gua, Sempadan Mata Air, Sempadan Sungai, Sempadan Waduk, Sempadan Pantai, Sempadan Jurang dan Spesies Interest), dalam tahap pengolahan data. Adapun output implementasi dari kegiatan SCP sudah dilaksanakan patroli pengamanan lokasi kawasan hutan yang merupakan target konservasi yang rawan gangguan keamanan hutan, baik di koordinir oleh Polisi Hutan tingkat KPH Cianjur, pengamanan bersama dengan Kepolisian Negara, ataupun pada internal wilayah BKPH (Polisi Teritorial Kehutanan). Selain kegiatan Patroli, dilakukan dengan rehabilitasi kawasan yang terdapat gangguan / tekanan, melalui pengkayaan jenis tanaman dengan rimba campur, baik pada kawasan hutan lindung, hutan alam ataupun kawasan sempadan pada KPS, pada hutan lindung sudah dilakukan pengkayaan seluas 655,26 ha pada tahun 1988, 1990, 1998, 2003, 2004, 2006 dan tahun 2007.

22

Pada hutan lindung sudah dilakukan pengkayaan seluas 1.283,11 ha pada tahun 1994, 1995, 2002, 2004, 2005 dan tahun 2007, dengan jenis rimba campur seperti rasamala, pulai, puspa, pasang, suren, dll. Adapun rencana pengkayaan berdasarkan proses SCP seluas 816,02 ha, terdiri dari hutan alam seluas 295,61 ha, hutan lindung seluas 153,93 ha dan pada kawasan sempadan sungai, mata air, danau dan mangrove seluas 366,48 ha, yang sudah masuk pada RTT tahun 2012. Selain rehabilitasi proses implementasi penerapan target konservasi melalui sosialisasi-sosialisasi (KPS, Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar, Satwa RTE, Bahan Kimia, dll.) pada aparat petugas lapangan dan masyarakat desa hutan, juga telah dipasang Plang larangan dan informasi pada lokasi petak target konservasi, untuk hutan alam sudah dipasang sebanyak 5 buah plang di petak 49 hutan alam gunung beser RPH Cijedil, petak 63 hutan alam gunung kancana RPH Gunung Kancana, petak 5 hutan alam gunung kendang kidul RPH Kendang Kidul, petak 1 pada kawasan biodiversity hutan alam gunung hanjawar dan petak 57 pada kawasan biodiversity hutan alam cibarengkok - gunung simpang. Untuk target konservasi berupa kawasan perlindungan setempat (KPS) berupa sempadan waduk, sungai, mata air, jurang dan mangrove, sudah dipasang plang sebanyak 9 buah plang, pada sempadan sungai sebanyak 4 buah plang, sempadan sungai cisokan petak 28 RPH Tubuy, sempadan sungai cipandak petak 45 RPH Cidaun,

sempadan sungai ciujung petak 31 RPH cipandak dan sempadan sungai cijampang petak 11 RPH Hanjawar Timur I. Pada sempadan waduk, danau atau telaga sebanyak 3 buah plang, sempadan waduk situ talaga petak 37D RPH Bengbreng, sempadan danau petak 47D RPH Takokak dan sempadan danau rawa galuga petak 1 RPH Hanjawar Timur I. Pada sempadan jurang sebanyak 2 plang, pada petak 24 RPH Bengbreng dan petak 14 RPH Campaka. Selain berupa sosialisasi, patroli pengamanan, rehabilitasi, pemasangan plang, pada lokasi KPS juga sudah dilakukan identifikasi kondisi KPS, sebagai dasar penentuan rencana pengelolaan selanjutnya pada lahan KPS berupa berbatu atau berupa jurang, dengan kondisi lahan dengan tegakan yang sedikit akan tetapi mempunyai tumbuhan bawah dan tingkat semai sampai dengan pancang yang

23

cukup rimbun dipertahankan, pada tegakan lahan datar dengan tegakan yang sedikit dilakukan rencana pengkayaan, selain itu pada lahan yang digarap masyarakat baik berupa lahan garapan, kebun atau sawah, ditindaklanjuti dengan perintah meninggalkan lahan garapan, dengan surat Administratur / KKPH Cianjur kepada Asper / KBKPH.

24

DAFTAR PUSTAKA1. 2. 3. 4. 5. Survey Biodiversity KPH Cianjur Tahun 2010. Red List IUCN. www.indonesianforest.com. Forestry Compendium, 2005 Edition. Siaran Pers Kehutanan Nomor: S.632/PIK-1/2008 tanggal 16 Desember tahun 2008 dari Kepala Pusat Informasi Kehutanan. 6. Yasman, I dan Hernawan (Editor) 2002. Manual Persemaian Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta. 7. http://en.wikipedia.org/wiki/Dipterocarpus_hasseltii 8. Anonymous. 2009. Lampiran CITES Appendices I, II, III., 2009. 9. Anonymous. 2009. The International Conservation Of Nature (IUCN) Red List, 2009. 10. Derek Holmes dan Stephen Nash. 1999. Burung-burung di Jawa dan Bali. LIPI - Seri Panduan Lapangan, 1999. 11. Djoko T. Iskandar. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Lipi - Seri Panduan Lapangan, 1998. 12. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Di Indonesia. Tropenbos International Indonesia Programme.

25

Lampiran 1. Daftar Spesies Indigenous ( Lokal ) dan EksotikSEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Acacia m Akor Alpukat Angrit Asem Balung injuk Baluweng Banyet / banyer / Kibenyer Bareubeuy Baros Batarua Bayur Beleketebe Bencoy Benda / Teureup Bengang / Deunger Beunger Beunying Bihbul / bisbul Binong Bintinu Bisoro / Kisoro Kiboeh / Bohea Bungbulang Bungur Bunut Camar Campedak Campoleh Cangcaratan Cangkudu Caringin Cengkeh Cerelang Cereme Ceuri Cingcalo Ciung Dadap Kidahu / Dahu Damar Darangdan Durian Eucalyptus Gadog / Kimaung Ganitri Gebang Gelam Gempol Gmelina Hamerang Hamirung Hampelas Badak Hampelas munding Hantap / Beurih Hantap heulang Acacia mangium Willd. Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. Persea americana P. Mill. Neonauclea lanceolata Merr. Pithecollobium dulce (Roxb.) Benth. Alastinia villosa Unidentified Unidentified Rapanea sp Maglietia glauca (BI) Quercus gemelliflora Pterospermum javanicum, Jungh Sloenea sigun Baccaurea racemosa Muell. Arg Artocarpus elastica Reinw Neesia altissima Bl. Lagerstroemia ofalifolia Ficus fistulosa Reinw. ex Blume Diospyros blancoi A. DC. Tetrameles nudiflora R. Br. Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. Ficus lepicarpa Unidentified Premna tomentosa Lagerstroemia speciosa Auct. Ficus virens W.A.T. Lantana camara L. Artocarpus champeden Lucumma nervosa Nauclea subdita (Korth.) Steud. Morinda citrifolia L. Ficus benjamina L. Syzygium aromaticum Pterospermum diversifolium Bl. Phyllanthus acidus (L.) Skeells Garcinia salakensis Pierre. Syzygium samarangense Unidentified Erythrina lithosperma Miq Dracontomelon dao, Merr & Rolfe Agathis dammara (Lamb.) Rich. Ficus mebiocarpa Durio zibethinus Murray Eucalyptus alba Reinw Bischofia javanica Bl. Elaeocarpus ganitrus Roxb. Coripha gebanga BL. Leptospermum flavescens Nauclea orientalis L Gmelina arborea, Roxb Ficus toxicaria Bl. Vernonia arborea Ham. Ficus ampelas Burm.f. Ficus elastica Nois ex BL Sterculia campanulata Wall Sterculia macrophylla vent. Eksotik Eksotik Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Papua New Guinea Papua New Guinea, Australia Amerika (Chile, Mexico) Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Pilifina, China Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Asia Tenggara Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Cina, India Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia LC IUCN, Hutan Alam VU IUCN, Hutan Tanaman HA CIBARENGKOK HA SUKANAGARA UTARA HA SUKANAGARA SELATAN HA CIRANJANG UTARA HA CIRANJANG SELATAN HA TANGGEUNG HA SINDANGBARANG K P S KAWASAN PRODUKSI V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V V V V

V V V

V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V V V V V

V V V

V V

V V V

V

V

V V V V

V V V V V

V V

V V V V V V

V V V V V

V V V V

V

V

V

1

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 Hanya Harendong bokor Haruman Harupat Harus Hejo gado Heras/Laban Heucip Hirung Hiur Hiwi Huni Huru Huru apu Huru ateul Huru badak Huru bako Huru batu Huru campaka Huru gadog Huru hileud Huru hiris Huru kacang Huru kondang Huru koneng Huru lamping Huru leu'eur Huru limus Huru madang Huru majeti Huru manggu Huru Mentek Huru minyak Huru nangka Huru panglay Huru payung Huru pedes Huru perah Huru perak Huru seureuh Huru taleus Ipis kulit Ipung Jabon Jaha Jalatrong Jalitri Jambu Batu Jamuju Jangkar Jangkurang Janitri Jarah anak Jati Jebug Jengjen Unidentified Medinilla laurifolia Bl. Phithecellobium montanum Benth. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott Unidentified Unidentified Vitex pubescens Vahl. (V pinnata) Baccaurea javanica (Bl.) Mull. Arg. Unidentified Lithocarpus sundaicus Unidentified Antidesma bunius (L.) Spreng Macaranga rhizinoides (Blume) Muell Arg. Litsea glomerata (Blume) Blume Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea glutinosa C.D. Michelia champaca L. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea angulata Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea angulata Bl Litsea spp. Litsea spp. Actinodaphne areolata BL. Stephania capitato Litsea spp. Litsea spp. Actinodaphne procera NESS. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Litsea spp. Desmodium heterophylum Unidentified Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq. Terminalia bellirica (Gaertn.) Rox B. Dyera costulata Hook. f. Wrigthia javanica DC Psidium guajava L. Dacricarpus imbricatus Bl. Unidentified Unidentified Elaeocarpus ganitrus Roxb. Castanopsis acuminatissus Tectona grandis L.f. Sterculia urceolata Albizia falcataria (L.) Fosberg Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Eksotik Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia India Indonesia Papua New Guinea LC IUCN Hutan Alam HA CIBARENGKOK HA SUKANAGARA UTARA V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V HA SUKANAGARA SELATAN HA CIRANJANG UTARA HA CIRANJANG SELATAN HA TANGGEUNG HA SINDANGBARANG KP S V V V KAWASAN PRODUKSI

V V V

V

V V V V V V

V

V

V

V V

V V V

V

V

V V V V V V V V V V V V V V V

V V

V

V V V

V

V V

V

V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V V V

V V V V

2

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 Jengkol Jirak Kacapi Kadoya Kadoya munding Kalapa ciung Kaliandra Kalimorot / Tungeureuk Kananga Kangeng Kanyere Kanyere badak Karet Karet munding Kareumbi Kasintu Katulampa Kaweni Kaworo Kawoyang Kayu manis Kayu putih Kemelandingan Kendal Kenung Kesambi Kiacret Kiangir Kianjing Kiara Kiara beas / Kiara Tapok Kiara bunut Kiara payung Kiara tapak Kiasahan Kiateul Kibabi Kibadak / Kikadu Kibalu Kibancet Kibanen Kibangbara Kibangkong Kibawang Kibeunteur Kibeureum Kibeusi Kibodas Kibonteng Kicabe Kicaduk Kicalung Kicareuh Kicau Kicengkeh Kidang Archidendron pauciflorum (Benth.) Nielsen Symplocos spicata L. Sandoricum koetjape (Burm.F.) Merr Dysoxylum gaudichaudianum (A.Juss.) Miq. Dysoxylum gaudichaudianum (A.Juss.) Miq. Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. Calliandra calothyrsus Meissn. Castanopsis tungurut (Blume) A.DC. Cananga odorata (Lamk.) Hook. Unidentified Bridelia monica Merr. Bridelia glauca Blume Hevea brasiliensis Muell. Arg Ficus elastica Roxb. ex Hornem Homalanthus populneus (Geisl.) Pax. Unidentified Garuga pinnata Roxb. Mangifera odorata Abelmoschus moschatus Pygeum latifolium Roxb. Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Melaleuca cajuputi Powell Leucaena glauca Cordia dichotoma Forst.F. Helicia javanica Bl Schleichera oleosa (Lour.) Oken Sphatodea campora L. Carrapa guianensis Aubl. Artidia eymosa BL. Ficus annulata Ficus spp. Ficus glabela Filicium decipiens Ficus spp. Tetracera scandens Unidentified Typhonium flagelliforme (L.) Bl. Fagraea fragrans Roxb Unidentified Turpinia sphaerocarpa Hassk. Crypteronia paniculata Bl. Guettanda spesiosa LINN. Turpinia sphaerocarpa Hassk. Azadirachta indica A. Juss. Macutia diversifolia Unidentified Eugenia subglauca Psychotria montana BL Ilex pleiobranchiata Unidentified Unidentified Dyosopyros caufiora BL. Alangium chinense (Lour.) Harms & Rehd Unidentified Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry Dicksonia blumei Moore Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Mexico-panama Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Mexico-panama Indonesia Indonesia Indonesia India, China Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Mexico Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Amerika Selatan (Chile, Mexico) Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Cina, India Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia India, Myanmar Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia LC IUCN Hutan Alam DD IUCN, Hutan Alam HA CIBARENGKOK V V V V V V V V V V V V V V V V V HA SUKANAGARA UTARA V HA SUKANAGARA SELATAN V V V V V HA CIRANJANG UTARA HA CIRANJANG SELATAN HA TANGGEUNG V V HA SINDANGBARANG V V K P S KAWASAN PRODUKSI

V

V V

V

V V V

V V V V V V V V V V

V V V

V V V V V

V

V

V V

V V V V

V

V

V

V V V V

V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V

V

V

3

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 Kiderwak Kidoya Kiendog Kiengang Kiganggong Kihades Kihaji Kihanjuang Kihapit Kihiang Kihideung Kihileud Kihiris Kihoe Kihonje Kihujan / Trembesi Kihurang Kihuut Ki'injuk Kijahe Kijambe Kijawa Kijerah Kijeruk Kijulang Kikacang Kikadanca Kikanteh / Kicanteh Kikemang Kikeruk / Kiserut Kikeuyeup Kikoneng Kikopi / Kokopian Kikorang Kikuciat Kikuhkuran Kilalayu Kilampuyang Kileho Kileu'eur Kileunca Kiliat / Kililit Kimanyel / Manyeul Kimatoa Kimedang Kimelong Kimeong Kimerak Kimokla Kingkilaban Kinyatuh Kiobat Kioray Kipadali Kipait Kipancar Microcos paniculata L. Dysoxylum gaudichaudianum Xanthophyllum excelsum (Blume) Miq. Unidentified Gyrocarpus americanus Jacq Unidentified Dysoxylum alliaceum Cordyline firucticosa Euphorbia chasembila Albizia procera (Roxb.) Benth Polysoma intagrifolia BL. Unidentified Unidentified Parinaria glaberina HASSK. Pittosporium feruginalum Samanea saman (Jacq.} Merr. Didymosperma porparocarfum Glochidion macrocarpum BL. Unidentified Unidentified Castanopsis javanica Unidentified Unidentified Acronychia laurifolia Bl. Afzelia javanica (Miq.) J. Leonard Vicia faba LINN. Platea latifolia blume Unidentified Mangifera kemanga Unidentified Euonymus javanicus Bl. Fibraurea chloroleuca Miers Hypobhatrum frutescens Baill. Unidentified Moraceae Ficus Septica Burm.f Viburnum lutescens Bl. Erioglossum rubiginosum Unidentified Saurauia nudiflora DC. Litsea spp. Unidentified Unidentified Medinilla eximia Pometia pinnata J.R.& G.Forst Cinnamomum spp. Unidentified Mallotus philippensis (Lam.) Muell. Arg. Weinmannia blumei G. Planch. Myristica quercifolia Mussaenda frondosa L Pouteria duclitan (Blanco) Baehni Unidentified Andrographis paniculata Radermachera gigantea (Bl.) Miq. Andropogon aciculatus Podocarpus nerifolia Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Amerika Selatan (Chile, Mexico) Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia LC IUCN, Hutan Alam LC IUCN, Hutan Alam CITES III, Hutan Alam HA CIBARENGKOK HA SUKANAGARA UTARA HA SUKANAGARA SELATAN HA CIRANJANG UTARA V V V V V V HA CIRANJANG SELATAN HA TANGGEUNG V V V V V V HA SINDANGBARANG K P S KAWASAN PRODUKSI

V

V V

V V

V V V V V V V V V V V V V

V

V

V V

V

V V V V V V

V

V V V

V

V

V V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V

V

4

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 Kiparay Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. Kipare Deyeuxia australis (Z. & M.) Jansen Kipelah Canarium kipella Miq Kipeucang / Mencing Pterospermum diversifolium Kipiit Maesa latifolia Bl.DC Kipoek Unidentified Kiputri Podocarpus polystachyus R.Br. ex Endl. Kirambay Unidentified Kirieut Unidentified Kirincik Unidentified Kisabeulah Unidentified Kisampang / Kitampang / Sampay Eoudia glabra Kisetek Unidentified Kiseu'eung Unidentified Kiseu'eur Antidesma tetrandum Bl. Kiseumat Unidentified Kiseureuh Piper aduncum L. Kisimeut Unidentified Kisireum Eugenia teneicuspis Wall. Kisuci Unidentified Kitaleus Phoeba excelsa Kitamaga Microstegium ciliatum (Trin) A. Camus Kitamiang Celtis cinamomea LINDL. Kitanah Zanthoxylum rhetsa (Roxb.) DC Kiteja Cinamomum champora (L) Presl. Kitenjo / Tenjolaut Anisoptera costata Korth Kiterong Casearia coriacea Bl. Kitiwu Meliosma sumatrana (Jack) Walp. Kitoke / Tarisi Albizia lebbeck (L.) Benth. Kitulang Suregede glomerulata Kiuncal Meliaceae spp. Kiurat Plantago major Kondang Ficus variegata Bl. Kopeng / Walen Ficus ribes Reinw. Kopo Syzygium cymosum (Lam.) DC. Kikorang Unidentified Kupa Eugenia polycephala Miq. Kuray Trema orientalo Lampeni Ardisia elliptica Thunberg Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Langkap Arenga abtusifolia MART. Lanu Unidentified Leles Unidentified Lemo Litsea cubeba Bl. Leungsar / Tanglar Aglaia elliptica Leungsir Pometia pinnata J. R. Forst & G. Forst. Limus Mangifera futida LINN. Loa Ficus glomerata BL. Maesopsis Maesopsis eminii Mahoni Swietenia macrophylla King. Malaka Philantus embrika Manalika Unidentified Mangga Mangifera indica L. Manggu Garcinia mangostana L. Manglid Magnolia blumei Prantl. Mangong Macaranga rhizioides Mull.Arg. Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Eksotik Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Cina Indonesia Afrika Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Guatemala,Salvador, Honduras Indonesia Indonesia Indonesia Cina Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Afrika Peru,Brazil Indonesia Indonesia India,Burma Indonesia Indonesia Indonesia EN IUCN, Hutan Alam LC IUCN, Hutan Alam EN IUCN, Hutan Alam LC IUCN, Hutan Alam CITES II-VU IUCN, Hutan Tanaman DD IUCN, Hutan Tanaman HA CIBARENGKOK V V V V HA SUKANAGARA UTARA V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V HA SUKANAGARA SELATAN V HA CIRANJANG UTARA V HA CIRANJANG SELATAN V HA TANGGEUNG V V HA SINDANGBARANG V V V V K P S KAWASAN PRODUKSI

V

V

V V V V V

V V V V V V V

V V V V V V V V

V

V

V V V V

V

V

V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V V

V

V V

V V V V V

V V V

V V

V V V V V V V

V

V V

V V

V

V

V

V V V

V V

V

V V V

V V

V V V V V

5

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 Mara Maranginan / Mangah rawan Marangong Mareme Mindi Mindi munding Mongen / Monyen Muncang / Kemiri Nangka Nangsi / Tangsi Nyamplung Nyatoh Onyam Palahlar Pangsor Parengpeng Pasang Pasang gebod Pasang kayang Pedes Pe'er Peundeuy Peuris Peusar Peutag / Petag Picung Pingku Pinus Pisitan Pisitan monyet Podol landak Pongporang Pulai/Lame Pulus / Pulus Munding Purut Puspa Putat Rambutan Rambutan monyet Ramo gilang Randu Rasamala Rene Reunghas Riung anak Rukem Saga Salam Samolo Sampora Saninten Sauheun / Cauheun Sempur Sintok Songgom Sukun Macaranga tanarius (L.) M.A. Hopea mangarawan Azadirachta excelsa (Jack) M. Jacobs Glochidion borneense Boerl. Melia azedarach L. Unidentified Unidentified Aleurites moluccana L. (Willd) Artocarpus heterophyllus Lam Villebrunea rubescens BL. Calophyllum inophyllum L. Palaquium gutta (Hook.) Baill. Unidentified Dipterocarpus hasseltii Blume Ficus callosa WILL. Groton agiratua Quercus gemelliflora Bl. Quercus spp. Quercus spp. Unidentified Unidentified Parkia javanica (Lam.) Merr. Antidesma montanum Unidentified Acemena acuminatissima Pangium edule Reinw Dysoxylum densiflorum Miq. Pinus merkusii Jungh.& De Vr Lansium domesticum Corr Disochsilum aleacium Unidentified Oraxilum indicum VENT. Alstonia scholaris R. Br. Laportea stimulans (Lf) Gaud Paratocarpus venenosa Schima wallichii (DC.) Korth. Barringtonia spicata Bl Nephelium lappaceum L. Unidentified Trevesia sundaica Miq Bombax malabaricum DC. Altingia excelsa Noronha Unidentified Gluta renghas L Castanopsis acuminatissima Flacourtia rukam Zoll.& Mor Adenanthera microsperma Syzygium polyanthum Wigh Walp Diospyros blancoi A. DC. Unidentified Castanopsis argentea (BL.) DC. Orophea hecandra Bl. Dillenia indica L. Cinnamomum sintok Barringtonia asiatica Kurz. Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Eksotik Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia India,Burma Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Laos Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Malesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia LC IUCN, Hutan Tanaman CR IUCN, Hutan Alam VU IUCN, Hutan Tanaman LC IUCN, Hutan Tanaman LC IUCN, Hutan Alam LC IUCN, Hutan Alam V HA CIBARENGKOK V V HA SUKANAGARA UTARA V V V HA SUKANAGARA SELATAN V V HA CIRANJANG UTARA HA CIRANJANG SELATAN V HA TANGGEUNG V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V HA SINDANGBARANG V K P S KAWASAN PRODUKSI

V

V

V V

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V

V

V V V

V

V

V V V V V V V V V V V V V V

V V

V

V V

V V V V V V V V V V V V V V V V

V

V V

V V

V

V V V V V

V V

6

SEBARAN SPECIESNO JENIS NAMA LATIN KETERANGAN ASAL STATUS PERLINDUNGAN HA CIANJUR 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 Sulangkar Suren Suring tangkalak Tangkil Tapen Tarik angin / Carik angin Taritih Tebe Tepus Tisuk Tongtolokan Tunjung Kopeng / Walen Waru Wolong Leea indica (Burm.f.) Merr. Toona sureni Merr. Unidentified Litsea robusta Gnetum gnemon L. Unidentified Usnea barbata Fries Drypetes sumatrana Unidentified Etlingera solaris Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem Pterocymbium javanicum R. Br. Magnollia candolli (BI) h.keng Ficus ribes Reinw. Hibiscus tiliaceus L. Unidentified Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indigenous Indonesia Nepal, Burma,India,Indonesia, PNG Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia HA CIBARENGKOK V HA SUKANAGARA UTARA V V V V V V V V V V V V V V HA SUKANAGARA SELATAN HA CIRANJANG UTARA HA CIRANJANG SELATAN V HA TANGGEUNG V V HA SINDANGBARANG V KPS KAWASAN PRODUKSI V V

V

V V V V V

V V

V V V V

Sumber :1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Survey Biodiversity KPH Cianjur Tahun 2010 Manajemen Biodiversity KPH Cianjur Forestry Compendium, 2005 Edition http://www.plantamor.com/index.php?plant=2409 http://indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/pdf/buletin_pn_13_1_2007_34-42_heriyanto.pdf http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40630/2009mwi.pdf?sequence=10 http://www.kehati.or.id/florakita/browser.php?docsid=588 http://en.wikipedia.org/wiki/Acacia_mangium http://zipcodezoo.com/Plants/Q/Quercus_gemelliflora/ http://www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/IFSP/Pterocarpus_indicus.pdf http://images.jaseyuli.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rdwo@goKCroAAFwpGBY1/LAPORAN%C2%A0%20INVENTARISASI%C2%A0FLORA%C2%A0DAN%C2%A0FAUNA%C2%A0%20DI%C2%A0%20CAGAR%C2%A0ALAM%C2%A0TAKOKAK%C2%A0.htm?nmid=20480302

7

Lampiran 2. Species RTE KPH CianjurNo Nama Lokal MAMALIA Bajing Jaralang Bajing tanah Biul Kancil /Peucang Kelelawar Badot/Kalong Kelelawar Codot/lalai Kijang/mencek Kucing Hutan/Meong Congkok Landak Lutung Jawa Macan Tutul/Macan kumbang Owa Jawa Peusing/Trenggiling Surili Tando Tikus hutan HERFETOFAUNA Bancet kole/kuning/belang Bangkong beureum Biawak Katak Pohon/Coklat/Hijau Tokek Ular kobra Ular Sanca Kembang Nama Ilmiah PP 7 Status IUCN NT NT DD DD LC NT LC LC LC VU CR EN EN EN LC VU VU VU LC NT LC NT Cites Apendices II II II II I I II I II II III No Nama Lokal AVES Alap-Alap Anis Kembang Bultok Jawa Burung madu belukar Cangcarang Elang Alap-Alap Sapi Elang borontok Elang Hitam Elang Ruyuk Elang Tikus Haruhuh Jalak suren Kahkeh Kolaces Kutilang Emas Paok Pancawarna Poksay Tepus Pipi Perak FLORA Kipelah Kitenjo / Tenjolaut Palahlar Nama Ilmiah PP 7 Status IUCN LC NT NT LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC LC EN EN CR Cites Apendices II II II II II II -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7

Ratufa bicolor Rhinosciurus laticaudatus Melogale orientalis Tragulus javanicus Pteropus hypomelanus Pteropus vampyrus Muntiacus muntjak Prionailurus bengalensis Hystrix brachyura Trachypithecus auratus Panthera pardus melas Hylobates moloch Manis javanica Presbytis comata Cynocephalus variegatus Niviventer cremoriventer Huia masonii Nyctixalus margaritifer Varanus salvator Rhacophorus reinwardtii Cyrtodactylus marmoratus Naja sputatrix Python molurus

D T T D T T D T D T D D D D D T T T T T T T D

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3

Accipiter gularis Zoothera interpres Megalaima javensis Anthreptes singalensis Megalaima armillaris Falco moluccensis Spizaetus cirrhatus Ictinaetus malayensis Spilornis cheela Elanus caeruleus Megalaima corvina Sturnus contra Alcedo coerulescens Nektarinia sperata Pycnonotus melanicterus Pitta guajana Garrulax lugubris Stachyris melanothorax Canarium kipella Miq Anisoptera costata Korth Dipterocarpus hasseltii Blume

D T D D D D D D D D D D D D T D

T D -

8