dokep implementasi
DESCRIPTION
implementasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat
untuk mencapai tingkat keseatan yang optimal (carpenito,1989)
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis
dan terorganisasi. Pada dasarnya proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan
menjadi optimal. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbarui jika keadaan klien
berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis
keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa tidak mungkin dapat dilihat
langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai
macam gejala dan disebabkan oleh beberapa hal. Banyak klien dengan masalah
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya atau bahkan mungkin
menceritakan hal yang berbeda dan kotradiksi. Hubungan saling percaya antara
perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan
dalam gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan
keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keperawatan jiwa?
1.2.2 Apa yang dimaksud implementasi?
1.2.3 Bagaimana intervensi dan implementasi pada pendokumentasian
keperawatan jiwa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari keperawatan jiwa dan
implementasi
1.3.2 Tujuan Khusus
Memahami implementasi pada dokumentasi keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keperawatan jiwa
Menurut suliswati dkk (2005) keperawatan jiwa adalah pelayanan
keperawatan profesional dan berdasarkan ilmu perilaku.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontrinusi pada fungsi
yang terintergrasi (stuart, sundan 1995)
Keperawatan jiwa menurut kozier (1991) adalah suatu metode pemberian
asuhan keperawat yang sistematis dan rasional.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu prilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif, yang disebabkan oleh
gangguan biopsikososial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah keperawatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan prilaku sehingga klien dapat berfungsi
utuh sebagai manusia.
2.2 Implementasi
2.2.1 Pengertian Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
3
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan
untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et
al., 1995).
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari
suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,
penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,
pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih
parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi
kebutuhannnya.
penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan
kepada klien.
2.2.2 Tipe Implementasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga
kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
1.Cognitive implementations
Meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat
strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan
4
balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan
keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
2.Interpersonal implementations
meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan,
menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal,
pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak
sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
3.Technical implementations
meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas
rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,
mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat
dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis
implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis
implementasi keperawatan, antara lain:
1.Independent implementations
adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,
misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang
dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
2.Interdependen/ Collaborative implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter.
Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter
urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan
5
kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis,
dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat,
ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis
pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian
merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
3.Dependent implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran
dari bagian fisioterapi.
2.2.3 Tahap Yang Perlu Diperhatikan Dalam Implementasi
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan adalah:
1. Pada tahap persiapan.
a. Menggali perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional sendiri.
b. Memahami rencana keperawatan secara baik.
c. Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
d. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
e. Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
f. Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
g. Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk
mengukur keberhasilan.
h. Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin
muncul.
i. enampilan perawat harus menyakinkan.
2. Pada tahap pelaksanaan.
6
a. Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien
tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
c. Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia dan kemampuan teknis
keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan
tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan
komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien
terhadap tindakan yang telah diberikan.
3. Pada tahap terminasi.
a.Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
b.Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
c. Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan
terminasi.
d. Lakukan pendokumentasian.
2.2.4 Pendekatan Tindakan
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar
dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang
dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-
kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
7
4) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi
lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi
kebutuhannnya.
6) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang
dilakukan kepada klien.
2.2.5 Prinsip Implementasi
Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan respons klien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan,
standar pelayanan professional, hukum dan kode etik
keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi
keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana
intervensi keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu
dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri
sendiri (Self Care).
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan
status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan
melindungi klien.
8. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
9. Bersifat holistik.
10. Kerjasama dengan profesi lain.
11. Melakukan dokumentasi
2.2.6 Metode Implementasi
1. Membantu Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
8
Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari(AKS) adalah aktivitas yang
biasanya dilakukan sepanjang hari/ normal, aktivitas tersebut
mencakup: ambulasi, makan, berpakaian, mandi,menyikat gigi,dan
berhias.Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan AKS dapat bersifat
akut, kronis, temporer, permanen, Sebagai contoh, klien pascaoperatif
yang tidak mampu untuk secara mandiri menyelesaikansemua
AKS,Sementara terus beralih melewati periode pascaoperatif,klien
secara bertahap kurang bergantung pada perawat untuk menyelesaikan
AKS.
2.Konseling
Konseling merupakan metoda implementasi yang membantu
klien menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengelani dan
menangani stres dan yang memudahkan hubungan interpersonal
diantara klien,keluarganya,dan tim perawatan kesehatan.klien dengan
diagnosa psikiatris membutuhkan terapi oleh perawat yang
mempunyai keahlian dalam keperawatan psikiatris oleh pekerja
sosial,psikiater dan psikolog
3.Penyuluhan
Digunakan menyajikan prinsip,prosedur dan teknik yang tepat
tentang perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan
klien tentang ststus kesehatannya.
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung
Untuk mencapai tujuan terapeutik klien,perawat melakukan
intervensi untuk mengurangi reaksi yang merugikan dengan
menggunakan tindakan pencegahan dan preventive dalam
memberikan asuhan.
9
2.3 Intervensi dan Implementasi pada pendokumentasian keperawatan jiwa
2.3.1 Intervensi
Resiko
Bunuh Diri
TUJUAN
Suicide self restraint
KRITERIA HASIL
Klien akan :
Tidak melakukan bunuh
diri
Menyatakan keinginan
untuk hidup
Secara verbal menyatakan
perasaan marah, kesepian,
putus asa
Mengidentifikasi
seseorang yang dapat
dihubungi jika pikiran
bunuh diri muncul
Mengidentifikasi
alternatif mekanisme
koping
Suicide prevention
(pencegahan bunuh diri)
1. Menentukan apakah
pasien mempunyai
rencana spesifik untuk
bunuh diri
2. Dukung untuk
membuat kontrak
secara verbal untuk
tidak bunuh diri
3. Tentukan riwayat dari
usaha bunuh diri
4. Tempatkan pasien pada
lingkungan yang
restriktif yang
memungkinkan untuk
dapat melakukan
observasi
5. Tempatkan pasien pada
lingkungan yang
restriktif yang
memungkinkan untuk
dapat melakukan
observasi
6. Tunjukkan perhatian
tentang kesejahteraan
pasien
7. Cegah dari mengkritisi
diri
10
8. Jauhkan item yang
berbahaya dari
lingkungan pasien
9. Tempatkan pasien
kedalam ruangan
dengan jendela yang
menggunakan
pelindung
10. Observasi secara ketat
selama krisis bunuh
diri
11. Instruksikan keluarga
bahwa resiko bunuh
diri meningkat untuk
pasien dengan depresi
berat pada saat dia
mulai merasa lebih
baik
12. Fasilitasi diskusi dari
faktor atau kejadia
yang merupakan
presipitasi dari pikiran
bunuh diri
13. Kawal pasien selama
aktifitas diluar ruangan
14. Sediakan konseling
psikiatrik
15. Fasilitas dukungan dari
keluarga oleh teman
dan keluarga
16. Instruksikan keluarga
tanda peringatan yang
11
mungkin untuk
mebantu pasien
17. Rujuk pasien pada
psikiatri jika
diperlukan
Behavior management
1. Tentukan motif atau
alasan tingkah laku
2. Pindahkan barang yang
berbahaya dari sekitar
pasien
3. Berikan dengan cara
yang tepat, helm,
restrain untuk
membatasi pergerakan
dan kemampuan untuk
mulai menyakiti diri
4. Sediakan terus
menerus pengecekan
terhadap pasien dan
lingkungan
5. Komunikasikan resiko
pada petugas kesehatan
lain
6. Antisipasi situasi
pasien yang mungkin
membuat pasien
menyakiti diri dan
lakukan pencegahan
7. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
12
situasi atau perasaan
yang mungkin memicu
perilaku menyakiti diri
8. Kontrak dengan pasien,
dengan cara yang tepat
untuk tidak menyakiti
diri
9. Ajarkan dan kuatkan
pasien untuk
melakukan tingkah
laku koping yang
efektif dan
mengekspresikan
perasaan dengan cara
yang tepat
10. Berikan pengobatan
dengan cara yang tepat
untuk menurunkan
cemas, menstabilkan
mood dan menurunkan
stimulasi diri
11. Gunakan pendekatan
kalem, tidak
menghukum pada saat
menghadapi perilaku
menyakiti diri
12. Sediakan konsekuensi
jika pasien masih
melakukan tingkah
laku menyakiti diri
13. Tempatkan pasien pada
lingkungan yang lebih
13
terlindung, jika tingkah
laku menyakiti diri
muncul
14. Bantu pasien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
dan perasaan yang
memunculkan tingkah
laku menyakiti diri
15. Monitor pasien untuk
afek samping
pengobatan dan hasil
yang diinginkan
16. Sediakan pendidikan
pengobatan untuk
pasien atau SO
17. Monitor pasien
terhadap impuls
menyakiti diri yang
mungkin membuat
menjadi pikiran atau
sikap bunuh diri
Isolasi
Sosial
TUJUAN :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, Klien mampu
mendemostrasikan keterlibatan
sosial secara mandiri dan
mempunyai sistem pendukung
yang dapat membantu
mengekspresikan perasan dan
pikirannya.
1. Tingkatkan sosialisasi
a. BHSP
Prinsip komunikasi
terapeutik
Pertahankan konsistensi
sikap (terbuka, tepati
janji, hindari kesan
negatif)
Gunakan tahap-tahap
14
KRITERIA HASIL :
1. 1. Setelah dilakukan interaksi
selama 3x24 jam, klien dapat
memulai interaksi denganorang
lain dengan kriteria hasil :
a. Klien mampu
memperkenalkan dirinya
dengan orang lain : berjaba
tangan, menjawab salam,
ada kontak mata, dan
meluangkan waktu untuk
duduk berdampingan
dengan orang lain
b. Klien mau menyebutkan
alasan menarik diri
c. Klien mau mengutarakan
masalahnya
2. Setelah dilakukan interaksi
selama 3x24 jam, klien mampu
mengungkapkan perasaannya
dengan kriteria hasil :
a. Klien mau
mengungkapkan
perasaannya setelah
berinteraksi dengan orang
lain
b. Klien dapat
mengungkapkan manfaat
interaksi dengan tepat
b. Observasi perilaku
menarik diri klien
c. Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik
dirinya
d. Diskusikan dengan klien
hal-hal yang menyebabkan
klien menarik diri
e. Beri kesempatan kepada
klien untuk menceritakan
perasaannya terkait dengan
isolasi diri
f. Dorong klien untuk
membagi masalah yang
dihadapinya
g. Dukung klien untuk jujur
dan menunjukkan identitas
dirinya dengan orang lain
h. Libatkan dalam TAKS
2. manajemen kestabilan
Mood serta perasaan aman
dan nyaman
a. observasi kesesuaian antara
afek dan ungkapan secara
verbal klien
b. beriakn perasan aman dan
nyaman pada klien
c. dorong klien
menggungkapkan perasaan
dan ekspresikannya secara
15
dan keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain
c. Klien dapat menyebutkan
kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain
d. Klien dapat
mempertahankan
keinginan dan
kebutuhannya berinteraksi
dengan orang lain
3.
3. Setelah dilakukan interaksi
selama 3X24 jam, klien dapat
mengembangkan
hubungan/interaksi sosial dengan
kriteria hasil :
a. Klien mau melakukan
interaksi dengan
perawat/petugas,
tepat
d. bantu klien mengidentifikasi
perasaan yang mendasari
keinginan untuk tidak
melakukan interaksi dengan
orang lain
e. dorong klien untuk
mengungkapkan hambatan dan
kesulitan dalam berinteraksi
dengan orang lain
f. diskusikan dengan klien
manfaat berinteraksi dengan
orang lain
g. diskusikan dengan klien
kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
h. Kelola pemberian obat
sesuai program
i. Monitor efek samping obat
j. libatkan klien dalam TAK
SS, SP Umum
k. lakukan kolaborasi dengan
psikiater bila diperlukan
(misalnya : ECT)
3. Tingkatkan sosialisasi
a. Bantu klien
mengidentifikasi kelebihan,
hambatan, dan kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang
lain.
b. Tingkatkan kesadaran klien
16
teman/klien lain, dan
keluarga.
b. Klien berpartisipasi dalam
kegiatan/aktivitas
diruangan.
4.
4. Setelah dilakukan interaksi
selama 3x24 jam, klien mampu
meningkatkan sosial secara
mandiri dengan kriteria hasil :
a. Klien mau dan mampu
bekerja sama dengan
orang lain.
b. Klien bersikap ramah
c. Klien perhatian pada
orang lain.
d. Klien menempati janji.
e. Klien mau membantu
orang lain.
f. Klien dapat menggunakan
waktu luangnya dengan
aktivitas-aktivitas selama
dalam perawatan.
terhadap kelebihan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi.
c. Dukung klien
mengembangkan hubungan
yang telah terbina.
d. Dukung klien dalam
kegiatan/aktivitas diruangan
e. Berikan reinforcement atas
keberhasilan yang dicapai
klien
f. Libatkan klien TAKS
4. Modifikasi perilaku :
keterampilan sosial
a. a. Bantu klien
mengidentifikasi masalah-
masalah interpersonal yang
menyebabkan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain.
b. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
terkait dengan masalah
lnterpersonal yang dihadapi.
c. Identifikasi
ketrampilan/kemampuan sosial
yang ingin difokuskan pada
latihan berinteraksi dengan
orang lain.
d. Bantu klien menetapkan
tahapan dan hal-hal yang ingin
dicapai dalam melatih
17
5.
5. Setelah dilakukan interaksi
selama 3X24 jam, klien klien
mendapat dukungan keluarga dan
dapat memanfaatkan dukungan
tersebut untuk mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dengan
kriteria hasil :
a. Klien mendapat dukungan
keluarga selama dalam
perawatan
b. Klien mampu
mengungkapkan
perasaannya, keinginan
dan harapannya dari
dukungan keluarganya
c. Klien dan keluarga
terlibat aktif dalam upaya
perawatan
d. Secara periodik dan
teratur keluarga
mengunjungi klien selama
hubungan interaksi dengan
orang lain.
e. Dorong klien meningkatkan
interaksi dengan orang lain
disekitarnya.
f. Dorong klien mengikuti
aktifitas diruangan
g. Libatkan klien dalam TAKS
h. Rujuk klien untuk
mengikuti aktifitas diruang
rehabilitasi
5. Tingkatkan keterlibatan
keluarga
a. Identifikasi kemampuan dan
keterlibatan anggota keluarga
dalam perawatan klien
b. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga tentang hal-hal dan
situasi yang berpengaruh
terhadap perawatan klien.
c. Berikan informasi yang
tepat tentang kondisi klien
kepada keluarga
d. Jelaskan kepada keluarga
cara merawat klien dengan
isolasi sosial
e. Jelaskan pentingnya
keterlibatan keluarga dalam
perawatan klien
f. Dorng keluarga untuk
terlibat aktif dalam upaya
18
dalam perawatan
e. Keluaraga mengerti dan
mampu menjelaskan
kembali cara perawatan
klien dengan isolasi sosial
perawatan klien
g. Fasilitasi pertemuan klien
dengan keluarga secara priodik
selam klien dirawat
2.3.2 Implementasi
Tanggal
/Jam
No.
Diagnosa
Implementasi
1 Suicide prevention (pencegahan bunuh diri)
1. Menentukan apakah pasien mempunyai rencana
spesifik untuk bunuh diri
2. Mendukung untuk membuat kontrak secara verbal
untuk tidak bunuh diri
3. Menentukan riwayat dari usaha bunuh diri
4. Menempatkan pasien pada lingkungan yang restriktif
yang memungkinkan untuk dapat melakukan observasi
5. Menempatkan pasien pada lingkungan yang restriktif
yang memungkinkan untuk dapat melakukan observasi
6. Menunjukkan perhatian tentang kesejahteraan pasien
7. Mencegah dari mengkritisi diri
8. Menjauhkan item yang berbahaya dari lingkungan
pasien
9. Menempatkan pasien kedalam ruangan dengan jendela
yang menggunakan pelindung
10. Mengobservasi secara ketat selama krisis bunuh diri
11. Menginstruksikan keluarga bahwa resiko bunuh diri
meningkat untuk pasien dengan depresi berat pada saat
dia mulai merasa lebih baik
19
12. Menfasilitasi diskusi dari faktor atau kejadia yang
merupakan presipitasi dari pikiran bunuh diri
13. Mengawal pasien selama aktifitas diluar ruangan
14. Menyediakan konseling psikiatrik
15. Memfasilitas dukungan dari keluarga oleh teman dan
keluarga
16. Menginstruksikan keluarga tanda peringatan yang
mungkin untuk mebantu pasien
17. Merujuk pasien pada psikiatri jika diperlukan
Behavior management
1. Menentukan motif atau alasan tingkah laku
2. Memindahkan barang yang berbahaya dari sekitar
pasien
3. Memberikan dengan cara yang tepat, helm, restrain
untuk membatasi pergerakan dan kemampuan untuk
mulai menyakiti diri
4. Menyediakan terus menerus pengecekan terhadap
pasien dan lingkungan
5. Mengomunikasikan resiko pada petugas kesehatan lain
6. Mengantisipasi situasi pasien yang mungkin membuat
pasien menyakiti diri dan lakukan pencegahan
7. Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi atau
perasaan yang mungkin memicu perilaku menyakiti
diri
8. Membuat kontrak dengan pasien, dengan cara yang
tepat untuk tidak menyakiti diri
9. Mengajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan
tingkah laku koping yang efektif dan mengekspresikan
perasaan dengan cara yang tepat
10. memberikan pengobatan dengan cara yang tepat untuk
menurunkan cemas, menstabilkan mood dan
20
menurunkan stimulasi diri
11. Menggunakan pendekatan kalem, tidak menghukum
pada saat menghadapi perilaku menyakiti diri
12. Sediakan konsekuensi jika pasien masih melakukan
tingkah laku menyakiti diri
13. Menempatkan pasien pada lingkungan yang lebih
terlindung, jika tingkah laku menyakiti diri muncul
14. Membantu pasien mengidentifikasi situasi yang
memicu dan perasaan yang memunculkan tingkah laku
menyakiti diri
15. Memonitor pasien untuk afek samping pengobatan dan
hasil yang diinginkan
16. Menyediakan pendidikan pengobatan untuk pasien
atau SO
17. Memonitor pasien terhadap impuls menyakiti diri yang
mungkin membuat menjadi pikiran atau sikap bunuh
diri
2 A. Tingkatkan Sosialisasi
1. Membina hubungan saling percaya dengan
menjalankan Prinsip komunikasi terapeutik,
konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari kesan
negatif) dan menggunakan tahap-tahap interaksi
dengan tepat
2. mengobservasi perilaku menarik diri klien
3. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik
dirinya
4. Mendiskusikan dengan klien hal-hal yang
menyebabkan klien menarik diri
5. memberi kesempatan kepada klien untuk
21
menceritakan perasaannya terkait dengan isolasi diri
6. Mendorong klien untuk membagi masalah yang
dihadapinya
7. Mendukung klien untuk jujur dan menunjukkan
identitas dirinya dengan orang lain
8. Melibatkan dalam TAKS
B. Manajemen kestabilan mood serta perasaan aman
dan nyaman
1. mengobservasi kesesuaian antara afek dan
ungkapan secara verbal klien
2. memberiakn perasan aman dan nyaman pada klien
3. mendorong klien menggungkapkan perasaan dan
ekspresikannya secara tepat
4. membantu klien mengidentifikasi perasaan yang
mendasari keinginan untuk tidak melakukan
interaksi dengan orang lain
5. mendorong klien untuk mengungkapkan hambatan
dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
6. mendiskusikan dengan klien manfaat berinteraksi
dengan orang lain
7. mendiskusikan dengan klien kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain.
8. mengelola pemberian obat sesuai program
9. memonitor efek samping obat
10. melibatkan klien dalam TAK SS, SP Umum
11. melakukan kolaborasi dengan psikiater bila
diperlukan (misalnya : ECT)
C. Tingkatkan Sosialisasi
22
1. Membantu klien mengidentifikasi kelebihan,
hambatan, dan kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
2. Meningkatkan kesadaran klien terhadap kelebihan
dan keterbatasan dalam berkomunikasi.
3. Mendukung klien mengembangkan hubungan yang
telah terbina.
4. Mendukung klien dalam kegiatan/aktivitas diruangan
5. Memberikan reinforcement atas keberhasilan yang
dicapai klien
6. Melibatkan klien TAKS
D. Modifikasi perilaku : keterampilan sosial
1. Membantu klien mengidentifikasi masalah-masalah
interpersonal yang menyebabkan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain.
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
terkait dengan masalah lnterpersonal yang dihadapi.
3. Mengidentifikasi ketrampilan/kemampuan sosial
yang ingin difokuskan pada latihan berinteraksi
dengan orang lain.
4. membantu klien menetapkan tahapan dan hal-hal
yang ingin dicapai dalam melatih hubungan interaksi
dengan orang lain.
5. mendorong klien meningkatkan interaksi dengan
orang lain disekitarnya.
6. Mendorong klien mengikuti aktifitas diruangan
7. melibatkan klien dalam TAKS
8. Merujuk klien untuk mengikuti aktifitas diruang
23
rehabilitasi
E. Tingkatkan keterlibatan keluarga
1. Mengidentifikasi kemampuan dan keterlibatan
anggota keluarga dalam perawatan klien
2. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang hal-
hal dan situasi yang berpengaruh terhadap perawatan
klien.
3. Memberikan informasi yang tepat tentang kondisi
klien kepada keluarga
4. Menjelaskan kepada keluarga cara merawat klien
dengan isolasi sosial
5. Menjelaskan pentingnya keterlibatan keluarga dalam
perawatan klien
6. Mendoorong keluarga untuk terlibat aktif dalam
upaya perawatan klien
7. Memfasilitasi pertemuan klien dengan keluarga
secara priodik selam klien dirawat
BAB III
24
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
Beberapa diagnosis pada pasien gangguan jiwa adalah resiko bunuh diri,
dalam diagnosa ini rencana keperawatan yang harus didudun adalah Suicide
prevention (pencegahan bunuh diri). Selain itu diagnosa lainnya adalah isolasi
sosial yang harus diintervensi berupa meningkatkan sosialisasi, manajemen
kestabilan Mood serta perasaan aman dan nyaman, Modifikasi perilaku :
keterampilan sosial dan meningkatkan keterlibatan keluarga
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharap pembaca dapat menerapkan
implementasi pada pasien dengan resiko bunuh diri dan isolasi sosial dengan
baik dan benar, selain itu diharapkan pembaca dapat mencegah resiko bunuh
diri dan isolasi sosial.
25
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW,Sundeen, 1995,Buku Saku Keperawtan Jiwa, Jakarta:EGC
Keliat Budi Ana,1999,Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi 1,Jakarta:EGC
Aziz R,dkk,2003,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa,Semarang:RSJD Dr.Amino
Gonohutomo
26