dokumen informasi kinerja pengelolaan …
TRANSCRIPT
DOKUMEN INFORMASI KINERJA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2017
PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR
PROVINSI JAWA TENGAH
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Kata Sambutan ii Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
BAB I
Pendahuluan
A. Profil Daerah
B. Isu - Isu Prioritas
I - 1
I - 8
BAB II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
A. Lahan dan Hutan
1. Lahan
2. Lahan Kritis
3. Hutan
B. Keanekaragaman Hayati
C. Air
1. Air Sungai
2. Air Danau / Situ / Embung
3. Air Sumur
D. Udara
E. Laut, Pesisir dan Pantai
F. Iklim
G. Bencana Alam
II - 1
II - 3
II - 4
II - 6
II - 9
II - 11
II - 22
II - 23
II - 27
II - 34
II - 34
II - 35
BAB III Tekanan Terhadap Lingkungan
A. Kependudukan
B. Pemukiman
C. Kesehatan
D. Pertanian
1. Pertanian
2. Peternakan
E. Industri
F. Pertambangan
G. Energi
H. Transportasi
I. Pariwisata
J. Limbah B3
III - 1
III - 3
III - 5
III - 8
III - 11
III - 13
III - 15
III - 16
III - 17
III - 18
III - 19
BAB IV Upaya Pengelolaan Lingkungan
A. Rehabilitasi Lingkungan
B. Amdal
C. Penegakan Hukum
D. Peran Serta Masyarakat
E. Kelembagaan
1. Tugas Pokok dan Fungsi
2. Susunan Organisasi
3. Sumber Daya Manusia
4. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. Produk Hukum
IV - 1
IV - 5
IV - 6
IV - 6
IV - 7
IV - 8
IV - 9
IV - 10
IV - 10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Karanganyar
(DAS Bengawan Solo)
I - 7
Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran II - 21
Tabel 3.1. Jenis, Lokasi dan Luasan Potensi Pertambangan Bahan Galian
Golongan C di Kabupaten Karanganyar
III - 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
Gambar 1.3.
Gambar 1.4.
Peta Administratif Kabupaten Karanganyar
Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2015
Peta Jenis Tanah Kabupaten Karanganyar
Peta Curah Hujan Kabupaten Karanganyar
I - 2
I - 3
I - 5
I - 6
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6. Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 2.9.
Gambar 2.10. Gambar 2.11.
Gambar 2.12.
Gambar 2.13.
Gambar 2.14. Gambar 2.15.
Gambar 2.16.
Gambar 2.17.
Proporsi Penggunaan Lahan di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2015 Penggunaan Lahan Sawah, Non Pertanian dan Lahan Kering
di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
Luas Lahan Kritis Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status di Kabupaten Karanganyar
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Ngargoyoso Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Tawangmangu
(Gunung Lawu) Sungai Ngringo
Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hulu
Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hilir Sungai Pengok
Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hulu
Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hilir
Sungai Sroyo Kualitas Air Sungai Sroyo Bagian Hulu
Kualitas Air Sungai Sroyo Bagian Hilir
Sungai Siwaluh
II - 1
II - 2
II - 4
II - 5
II - 6
II - 7
II - 8
II - 12
II - 13
II - 14 II - 15
II - 16
II - 16
II - 17
II - 18
II - 18
II - 19
Gambar 2.18.
Gambar 2.19. Gambar 2.20.
Gambar 2.21.
Gambar 2.22.
Gambar 2.23.
Gambar 2.24.
Gambar 2.25.
Gambar 2.26.
Gambar 2.27.
Gambar 2.28.
Gambar 2.29.
Gambar 2.30.
Gambar 2.31.
Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hulu
Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hilir Kualitas Air Waduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
Konsentrasi Bakteri Coliform Total di Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
Konsentrasi Total Zat Padat Terlarut (TDS) di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2015 Konsentrasi Kesadahan (CaCO3) di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2015 Kegiatan Transportasi, Sumber Pencemaran Udara
Kegiatan Industri, Sumber Pencemaran Udara
Konsentrasi Gas Karbon Monoksida (CO) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 - 2015
Konsentrasi Gas Sulfur Dioksida (SO2) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 - 2015
Konsentrasi Gas Nitrogen Dioksida (NO2) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 - 2015
Konsentrasi Partikulat dalam Udara di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 - 2015
Tingkat Kebisingan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 - 2015
Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar
II - 19
II - 20
II - 22
II - 24
II - 25
II - 26
II - 28
II - 29
II - 29
II - 30
II - 30
II - 31
II - 33
II - 35
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar 3.7.
Gambar 3.8.
Jumlah Penduduk Masing - masing Kecamatan Tahun 2015
Histogram Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2015
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Karanganyar
Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karanganyar
Mayoritas Penyakit yang Diderita Penduduk Kab.Karanganyar
Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar
Penggunaan Pupuk untuk Produksi Padi
III - 1
III - 2
III - 2
III - 3
III - 5
III - 6
III - 6
III - 7
Gambar 3.9.
Gambar 3.10.
Gambar 3.11.
Gambar 3.12.
Gambar 3.13.
Gambar 3.14.
Gambar 3.15.
Gambar 3.16.
Gambar 3.17.
Gambar 3.18.
Penggunaan Pupuk untuk Produksi Perkebunan
Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Menurut
Kecamatan
Prosentase Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak
Perkiraan Total Emisi CH4 Dari Hewan Ternak Menurut Jenis
Ternak
Prosentase Populasi Unggas Menurut Jenis Unggas
Perkiraan Emisi CH4 dari Unggas Menurut Jenis Unggas
Beban Pencemaran Industri
Panjang Jalan Menurut Kewenangan, 2013 – 2015
Perkiraan Volume Limbah Padat pada Sarana Transportasi
Jumlah Penerbitan Izin LB3
III - 8
III - 9
III - 10
III - 10
III - 11
III - 11
III - 13
III - 16
III - 16
III - 18
Gambar 4.1.
Gambar 4.2. Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Konservasi Kawasan Resapan Air Lereng Gunung Lawu
Pemberian Bibit Tanaman untuk Penghijauan Sekolah
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Bank Sampah
Peralatan Laboratorium Lingkungan DLH Kabupaten
Karanganyar
IV - 1
IV - 2
IV - 3
IV - 4
IV - 5
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Daerah
1. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah ± 77.378,64 ha
terletak antara 1100 40”-1100 70” Bujur Timur dan 70 28”- 70 46”
Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Karanganyar dibatasi oleh :
▪ Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
▪ Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo
▪ Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
▪ Sebelah Timur : Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi (Provinsi
Jawa Timur)
2. Letak Administratif
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 Kecamatan meliputi 177
desa/kelurahan (15 kelurahan dan 162 desa). Desa/Kelurahan tersebut
terdiri dari 1.088 dusun, 1.953 RW dan 6.463 RT (Karanganyar dalam
angka 2017). Kecamatan Jumapolo memiliki jumlah dusun terbanyak
yakni 104 dusun, sedangkan jumlah dusun yang terkecil ada di
Kecamatan Jenawi sebanyak 34 dusun.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-2
Gambar 1.1. Peta Administratif Kabupaten Karanganyar
3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6 Ha, terdiri
atas luas tanah sawah 22.340,45 Ha dan luas tanah kering 55.038,19
Ha.
4. Kondisi Topografi
Ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar antara 90-2.000
meter (rata-rata 511 m) di atas permukaan laut. Wilayah terendah
berada di Kecamatan Jaten yang hanya 95 m sedangkan wilayah
tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2000 m di
atas permukaan laut. Ketinggian wilayah menurut kecamatan di
Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 1 (Karanganyar
Dalam Angka, 2017).
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-3
Gambar 1.2 Ketinggian Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017
5. Kondisi Geologi
Kondisi Geologi secara umum di wilayah Kabupaten Karanganyar
terdiri atas batuan hasil gunung api kwarter muda, pliestosen fasies
sedimen, pliestosen fasies gunung api dan hasil gunung api kwarter
tertua. Kondisi litologi Kabupaten Karanganyar secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam lima jenis tanah yaitu :
a. Mediteran coklat, coklat tua, coklat kemerahan
Tanah jenis ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, yaitu
antara 90 - 200 cm, tetapi batas antara horison tidak begitu jelas.
Warna tanah adalah coklat sampai merah, teksturnya agak bervariasi
dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal sampai gumpal
bersudut, sedangkan konsistennya adalah gembur sampai teguh.
Kandungan bahan organik umumnya rendah sampai sangat rendah.
Pada horison A atau lapisan tanah atas mengandung paling tinggi 3
Toftseksi tanah yang dicirikan dari nilai pH sekitar 6,0-7,5 adalah
netral kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi
tidak tergantung kepada bahan induknya.
0200400600800
100012001400160018002000
1. J
atip
uro
2. J
atiy
oso
3. J
um
apo
lo
4. J
um
anto
no
5. M
ate
sih
6. T
awan
gman
gu
7. N
garg
oyo
so
8. K
aran
gpan
dan
9. K
aran
gan
yar
10
. Tas
ikm
adu
11
. Jat
en
12
. Co
lom
adu
13
. Go
nd
angr
ejo
14
. Keb
akkr
amat
15
. Mo
joge
dan
g
16
. Ker
jo
17
. Jen
awi
terendah
Tertinggi
Rata-rata
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-4
b. Regosol
Jenis tanah ini mempunyai sedikit atau belum banyak perkembangan
profilnya. Tebal solum tidak melebihi 25 cm. tanah berwarna kelabu,
coklat atau coklat kekuning-kuningan sampai keputih-putihan.
Struktur lepas atau butir tunggal, sedang tekstur pasir sampai
lempung berdebu, konsistensi lepas atau teguh dan keras atau pejal
bila memadat.
c. Aluvial kelabu dan kekelabuan
Jenis tanah ini belum memiiiki perkembangan profil yang baik. Tanah
berwarna kekelabu-kelabuan sampai kecoklat-coklatan. Tekstur pejal
atau tanpa struktur, konsistensi keras waktu kering dan teguh waktu
lembab. Kandungan unsur hara relatif kaya dan tergantung pada
bahan induknya yang berasal dari bahan aluvial dan koluvial. Bahan
organik umumnya rendah sampai rendah sekaii, reaksi tanah sangat
bervariasi dari asam sampai basa. Permeabilitas lambat, drainase
sedang, cukup peka terhadap gejala erosi.
d. Grumusol kelabu tua
Jenis tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang agak
dalam/tebal,antara 100-200 cm, berwarna kelabu sampai hitam,
Tekstur lempung berliat sampai-sampai liat. Struktur tanah keras di
lapangan atas, gumpal di bagian bawah, konsistensi teguh atau keras
kalau kering. Kandungan bahan organik lapisan tanah atas umumnya
rendah antara 1 - 3,5%, semakin kebawah semakin menurun.
e. Aluvial
Jenis tanah ini belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah
berwarna kekelabu-kelabuan, sampai kecoklat-coklatan. Tekstur pejal
atau tanpa struktur konsistensi keras waktu kering dan teguh waktu
lembab.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-5
Kandungan unsur hara relatif kaya dan tergantung pada bahan
induknya yang berasal dari bahan aluvial dan koluvial. Bahan organik
umumnya rendah sampai rendah sekali, reaksi tanah sangat bervariasi
dari asam netral sampai basa.
Gambar 1.3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Karanganyar
Jenis tanah di Kabupaten Karanganyar antara lain :
✓ Tanah Latosol
Terdapat di Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, jumapolo, Jumantono,
Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Mojogedang, Kerjo dan Jenawi.
✓ Tanah Andosol
Terdapat di Kecamatan Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso dan
Jenawi.
✓ Tanah Mediteran
Terdapat di Kecamatan Matesih, Karangpandan, Karanganyar,
Tasikmadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang dan Jenawi.
✓ *Tanah Aluvial
Terdapat di Kecamatan Jaten dan Kebakkramat.
✓ Tanah Grumosol
Terdapat di Kecamatan Jaten, Gondangrejo dan Kebakkramat.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-6
✓ Tanah Regosol
Terdapat di Kecamatan Colomadu.
✓ Tanah Litosol
Terdapat di Kecamatan Jenawi.
6. Klimatologi
Kabupaten Karanganyar termasuk beriklim tropis dengan musim
hujan dan musim kemarau yang silih berganti sepanjang tahun.
Temperatur udara di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 22-31°C.
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten
Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2015 adalah 116 hari
dengan rata-rata curah hujan 7.231,4 mm, dimana curah hujan tertinggi
terjadi pada Bulan April. Sedangkan yang terendah pada Bulan
September.
Gambar 1.4. Peta Curah Hujan Kabupaten Karanganyar
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-7
7. Hidrologi
Kondisi Hidrologi Kabupaten Karanganyar memiliki berbagai
sumber air yang disebabkan oleh karena terletak dikaki Gunung Lawu,
dimana keadaan tanahnya makin ke barat semakin datar dan banyak
sumber air yang berasal dari Gunung Lawu.
Sungai yang ada sebanyak 31 sungai, yang dikelompokkan ke
dalam 6 (enam) Sub DAS, yaitu Sub DAS Keduang Hulu, Sub DAS
Jlantah Walikan, Sub DAS Samin, Sub DAS Mungkung, Sub DAS
Kenatan, dan Sub DAS Pepe.
Tabel 1.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten
Karanganyar (DAS Bengawan Solo)
No Nama DAS Luas (Ha) Debit
(M³/Detik)
1 Sub. DAS Kedaung 257 22,3
2 Sub. DAS Jlantah – Walikan 11.564 3.332
3 Sub. DAS Samin 20.412 5.881
4 Sub. DAS Pepe 7.254 623
5 Sub. DAS Mungkung 31.129 2.571
6 Sub. DAS Kenatan 7.408 895
Sumber : RTRW Kabupaten Karanganyar, 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Sub Das Mungkung
mempunyai luas jangkauan pengairan di wilayah Kabupaten
Karanganyar terbesar yaitu 31.129 Ha dan paling kecil adalah Sub Das
Kedaung yang hanya mempunyai luas pengairan sebesar 257 Ha.
Sungai yang paling panjang melintasi Kabupaten Karanganyar
adalah sungai/anak sungai Kumpul yang mempunyai jangkauan 37 Km
dan yang paling pendek adalah sungai/anak sungai Gede dengan
panjang hanya 2 Km. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel SD-12.
Inventarisasi Sungai pada Buku Data SLHD Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
I-8
B. Isu-Isu Prioritas
Pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kondisi
perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam. Pengelolaan sumberdaya dapat
dimulai dari kemampuan memelihara sumberdaya alam yang ada (air,
udara, energi, tanah/lahan dan biota). Kemudian sumberdaya tersebut
menjadi bahan baku ataupun tempat dimana pembangunan terjadi baik
yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat. Pembangunan
yang baik akan memberikan manfaat maksimal dan menghasilkan
sumberdaya yang tersisa minimal (sustainable development). Sebaliknya
pembangunan yang buruk adalah pembangunan yang tidak efisien,
tidak memberi manfaat banyak dan menghasilkan banyak masalah.
Permasalahan-permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten
Karanganyar antara lain :
✓ Meningkatnya pencemaran air, dimana Limbah industri, pertanian,
dan rumah tangga merupakan penyumbang pencemaran air.
✓ Semakin tingginya pencemaran limbah padat, dimana selain
membebani pembuangan akhir sampah (TPA) namun sebagian besar
sampah yang ada belum diolah dan dikelola secara sistematis,
sekedar ditimbun sehingga mencemari tanah maupun air.
✓ Menurunnya kualitas udara perkotaan, semakin meningkatnya
perindustrian dan penggunaan kendaraan bermotor sangat
mempengaruhi kualitas udara, khususnya di wilayah perkotaan.
✓ Kurangnya kesadaran masyarakat umum akan pentingnya fungsi
lingkungan dalam setiap usaha/kegiatan ekonomi atau
pembangunan.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-1
BAB II
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
1. Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar antara lain untuk
lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan terbesar adalah untuk
lahan kering yaitu sebesar 55.038,19 Ha (50,66%) yang meliputi
bangunan atau pekarangan, tegalan, padang gembala, hutan negara,
perkebunan, tambak atau kolam serta penggunaan lainnya. Luas
bangunan atau pekarangan merupakan luas wilayah lahan kering
terbesar, yaitu 21.109,98 Ha. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah
untuk lahan sawah yaitu 22.340,45 Ha (20,56%). Penggunaan lahan
terbesar selanjutnya adalah untuk lahan non pertanian yang merupakan
wilayah permukiman adalah sebesar 20.981,10 Ha (27,11%)
(Karanganyar Dalam Angka, 2017). Proporsi penggunaan lahan di
Kabupaten Karanganyar secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Proporsi Penggunaan Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2017
Sawah, 20.56%, 21%
Lahan Kering, 50.66%, 51%
Perkebunan, 3.28%, 3%
Hutan, 4.77%, 5%
Badan Air, 0.01%, 0%
Non Pertanian,
19.31%, 20%
Sawah
Lahan Kering
Perkebunan
Hutan
Badan Air
Non Pertanian
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-2
Penggunaan lahan untuk lahan kering, sawah dan non pertanian
terdistribusi di 17 (tujuh belas) kecamatan. Penggunaan lahan kering
terbesar di Kecamatan Tawangmangu 6.283,92 Ha (11,42%). Luas lahan
kering terkecil terdapat di Kecamatan Colomadu 1.055,17 Ha (1,92%).
Lahan sawah terluas di Kecamatan Kebakkramat 2.174 Ha
(9,73%). Untuk luas lahan sawah terkecil terdapat di Kecamatan
Colomadu 509 Ha (2,28%).
Lahan non pertanian terluas yaitu Kecamatan Jumapolo 2.070 Ha
(9,87%). Luas lahan non pertanian terkecil terdapat di Kecamatan
Tawangmangu 529,35 Ha (2,52%).
Gambar 2.2.
Penggunaan Lahan Sawah, Non Pertanian dan Lahan Kering di Masing-Masing
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2017
(Karanganyar Dalam Angka, 2017)
Penggunaan lahan untuk kawasan hutan tersebar di 4 (empat)
kecamatan, yaitu Kecamatan Jatipuro, Jumantono, Tawangmangu dan
Ngargoyoso. Luas lahan hutan terbesar terdapat di Kecamatan
Tawangmangu seluas 4.182 Ha atau 80,76% dari luas seluruh hutan di
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
JATI
PU
RO
JATI
YOSO
JUM
AP
OLO
JUM
AN
TON
O
MA
TESI
H
TAW
AN
GM
AN
GU
NG
AR
GO
YOSO
KA
RA
NG
PA
ND
AN
KA
RA
NG
AN
YAR
TASI
KM
AD
U
JATE
N
CO
LOM
AD
U
GO
ND
AN
GR
EJO
KE
BA
KK
RA
MA
T
MO
JOG
EDA
NG
KER
JO
JEN
AW
I
Luas
(H
a)
Kecamatan
Non Pertanian Sawah Lahan Kering
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-3
Kabupaten Karanganyar dan luas hutan terkecil terdapat di Kecamatan
Jatipuro seluas 40 Ha (0,77%).
Lahan perkebunan di Kabupaten Karanganyar terdapat di 8
(delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Jumantono, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Mojogedang, Kerjo dan
Jenawi. Luas perkebunan terbesar terdapat di Kecamatan Kerjo dengan
luas 1.396 Ha (39,19%) dari luas keseluruhan perkebunan di Kabupaten
Karanganyar, diikuti Kecamatan Ngargoyoso seluas 785 Ha (22,04%).
Luas perkebunan terkecil terdapat di Kecamatan Karangpandan yaitu
seluas 41 Ha (1,15%).
Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi. Jika dibandingkan tahun sebelumnya,
penggunaan lahan pada tahun 2017 untuk lahan sawah dan lahan
kering mengalami peningkatan, sedangkan penggunaan lahan untuk
lahan non pertanian mengalami penurunan.
Perubahan penggunaan lahan merupakan akibat dari pesatnya
pembangunan di berbagai bidang dan semakin bertambahnya jumlah
penduduk Kabupaten Karanganyar. Meningkatnya jumlah penduduk
menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan baik untuk
kebutuhan pembangunan di berbagai sektor maupun untuk tempat
tinggal. Oleh karena itu, terjadi perebutan penggunaan lahan terutama
di sektor pertanian dan non pertanian.
2. Lahan Kritis
Lahan kritis di Kabupaten Karanganyar tersebar hampir di
seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Matesih. Luas lahan kritis di
Kabupaten Karanganyar mencapai 31.481,29 Ha, dengan lahan kritis
terluas terdapat di Kecamatan Jumantono yaitu seluas 4.285,44 Ha
(13,61%). Kemudian diikuti oleh Kecamatan Gondangrejo seluas
4.011,99 Ha (12,74%) dan Kecamatan Tawangmangu seluas 3.061,14 Ha
(9,72%).
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-4
Gambar 2.3. Luas Lahan Kritis menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Lahan kritis dapat terjadi karena kondisi alam seperti lahan yang
tandus dan kemiringan yang terjal. Pada lahan tandus dan kemiringan
terjal, tanaman sulit tumbuh dan pengelolaannya membutuhkan biaya
besar. Selain itu lahan kritis dapat terjadi akibat kegiatan manusia
seperti penebangan hutan, penggundulan lahan sehingga lahan terbuka
dan mudah terkena erosi yang menyebabkan lapisan tanah bagian atas
yang subur menjadi habis.
3. Hutan
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Karanganyar seluas 7.877,40
Ha yang terdiri atas kawasan cagar alam, taman wisata, taman hutan
rakyat, hutan lindung dan hutan kota. Hutan lindung merupakan jenis
hutan terluas di Kabupaten Karanganyar dengan luas mencapai
7.509,48 Ha (95,33%). Kemudian diikuti taman hutan rakyat seluas
231,30 Ha (2,94%) dan taman wisata seluas 64,12 ha (Gambar 2.4).
0500
10001500200025003000350040004500
Jati
pu
ro
Jati
yoso
Jum
apo
lo
Jum
anto
no
Mat
esih
Taw
angm
angu
Nga
rgo
yoso
Kar
angp
and
an
Kar
anga
nyar
Tasi
kmad
u
Jate
n
Co
lom
adu
Go
nd
angr
ejo
Keb
akkr
amat
Mo
joge
dan
g
Ker
jo
Jen
awi
Luas
Lah
an K
riti
s (H
a)
Kecamatan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-5
Gambar 2.4. Kawasan Hutan menurut Fungsi/Status di Kabupaten Karanganyar
Taman wisata alam di Kabupaten Karanganyar adalah Taman
Wisata Alam Grojogan Sewu berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 264/Kpts/-Um/10/1968 tanggal 12 Oktober 1968.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Taman Wisata Alam Grojogan
Sewu termasuk dalam wilayah Kelurahan Tawangmangu dan Kelurahan
Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Secara
administratif pengelolaan termasuk dalam Resort KSDA Lawu Utara,
SSWK Surakarta. Konfigurasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
merupakan daerah pegunungan dengan topografi bergelombang. Jenis
tanah andosol coklat dan batuan vulkanik muda, dengan ketinggian
1.100 m di atas permukaan laut.
0.79%0.81%
2.94%
95.33%
0.13%
Cagar Alam
Taman Wisata
Taman Hutan Raya
Hutan Lindung
Hutan Kota
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-6
Gambar 2.5. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
B. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) di Kabupaten
Karanganyar antara lain terdapat di Kecamatan Ngargoyoso yaitu
Kawasan Taman Hutan Rakyat K.G.P.A.A. Mangkunagoro I dan Kawasan
Telaga Madirdo, serta di Kecamatan Tawangmangu yaitu Kawasan
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Flora dan Fauna yang terdapat
pada kawasan-kawasan tersebut hampir sama karena termasuk dalam
habitat Gunung Lawu .
1. Taman Hutan Rakyat Ngargoyoso K.G.P.A.A. Mangkunagoro I
Tanaman atau flora yang terdapat di Tahura Ngargoyoso
K.G.P.A.A. Mangkunagoro I adalah Pinus (Pinus merkusii), Kina
(Chinchona sp), Agathis (Agathis loranthifolia), Akasia (Acasia decures),
Kayu Betupuk, Pasang (Quercus sp), Puspa daun Merah dan Ndok-
ndokan. Tanaman perdu di kawasan ini didominasi oleh Kerinyu
(Eupatorium adoratum), sedangkan tanaman bawah didominasi alang-
alang, paku-pakuan, rumput gajah, kingkongan dan pakis. Suatu jenis
tanaman yaitu plorot dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai
tumbuhan obat untuk memperlancar persalinan.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-7
Fauna yang dapat dijumpai adalah Macan Tutul Kumbang
(Panthera Pardus), Kijang (Muntiacus muncak), Kera abu-abu ekor
panjang (Macaca fascicularis), Biawak, Ular, Landak, Burung Kapinis
pohon, Burung Walet, Burung Kutilang, Burung Emprit, Burung
Dekukur, Burung Jalak Lawu, Burung Ciblek, Burung Prenjak Kuning,
Burung Prenjak Sayap Garis, Burung Kapasan Timur, Burung Sepah
Hutan, Elang Ular, Elang Bido, Elang Jambul Hitam, Elang Belalang,
Ayam Hutan.
Gambar 2.6. Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Ngargoyoso
2. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Tawangmangu
Tanaman yang mendominasi kawasan ini adalah Pinus (Pinus
merkusii), yang ditanam Tahun 1952. Penyusun tegakan lainnya adalah
hutan alam dengan pepohonan berukuran besar dan rindang, seperti
Banda (Arthocarpus elastica). Sedangkan vegetasi alami tumbuh
dilereng-lereng kawasan hutan yaitu Suren (Toona sureni), Puspa
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-8
(Schima walichii), Bulu Karet (Ficus elastica), Beringin (Ficus, sp), dan
Kayu Manis (Cinamommum burmanii).
Fauna yang dapat dijumpai adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Tupai (Tupaia sp.),
Luwak (Pharadoxurux hermaphroditus), Landak (Hystrix javanica), Jalak
Putih (Sturnus melanopterus), Jalak Gading (Sturnus poliocephalus),
Kutilang (Phycnonotus aurigaster), Srigunting (Dicrurus macrocercus),
Prenjak (Prinia familiaris), Burung Madu (Melliphagidae).
Gambar 2.7. Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Tawangmangu (Gunung Lawu)
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-9
Dari hasil pengamatan terhadap keanekaragaman hayati di
Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami penurunan
jumlah dan populasi jenis. Hal ini disebabkan adanya bencana alam,
kerusakan hutan dan lahan, eksploitasi serta meningkatnya
pembangunan. Jenis flora yang mengalami penurunan yang signifikan di
Kabupaten Karanganyar adalah jenis tanaman pakis, liwung, tanaman
obat, anggrek lawu, kayu towo dan lotrok yang disebabkan pengambilan
yang berlebihan oleh masyarakat untuk kepentingan bisnis, pengobatan,
cendera mata dan sebagainya. Untuk mengantisipasi kepunahan atau
semakin berkurangnya jenis flora dan fauna, perlu dilakukan upaya
perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
C. Air
Air adalah suatu bahan cair dengan komposisi kimia H2O yang
sangat bermanfaat bagi makhluk hidup, baik dari segi kualitas maupun
dari segi kuantitas. Kuantitas air sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi,
keadaan fisik serta penggunaan lahan dari suatu wilayah. Kualitas air
yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan
tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa
dilakukan adalah uji kimia, fisik biologi atau uji kenampakan (bau dan
warna).
Kualitas air dapat berubah dari keadaan normalnya sehingga air
kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan
dibandingkan dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya.
Perubahan atau penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normalnya
disebut polusi air.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-10
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang
dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya.
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain yang berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat ke
dalam air yang menyebabkan kualitas air tercemar sehingga
mengganggu fungsi air. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah
unsur pencemar (polutan), yang pada prakteknya masukan tersebut
berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair.
Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya
perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
kegiatan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan pendekatan
ekosistem. Keterpaduan tersebut dilaksanakan melalui tahapan
perencanaan, implementasi, pengamatan dan evaluasi.
Ruang lingkup pengendalian pencemaran air menurut Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 meliputi
inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air, penetapan daya
tampung beban pencemaran air, penetapan baku mutu air limbah,
penetapan kebijakan pengendalian pencemaran air, perizinan,
pemantauan kualitas air, pembinaan dan pengawasan dan penyediaan
informasi.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-11
1. AIR SUNGAI
Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan
sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Sungai
mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan
suatu daerah, diantaranya sebagai sumber air minum, industri,
pertanian dan lain sebagainya.
Dari segi pemanfaatan lahan, daerah hulu relatif sederhana dan
bersifat alami seperti hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah
hilir keragaman pemanfaatan lahan meningkat. Sejalan dengan hal
tersebut suplai limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilir
pun menjadi meningkat. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat
akumulasi dari proses pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu.
Penurunan kualitas air sungai terjadi sebagai akibat pembuangan
limbah yang tidak terkendali akibat aktivitas pembangunan di sepanjang
sungai, sehingga tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Salah satu upaya pengendalian pencemaran air yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar adalah dengan melakukan
pemantauan kualitas air sungai secara rutin. Pengamatan dan
pengukuran parameter kualitas air dilakukan dalam rangka
pemantauan kualitas air. Parameter yang diukur meliputi parameter
fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), kimia (pH,
oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya), dan biologi (keberadaan
plankton, bakteri dan sebagaianya). Parameter-parameter kualitas air
dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pemantauan dilakukan pada sungai-
sungai yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah, antara lain
sebagai berikut :
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-12
a. Sungai Ngringo
Sungai Ngringo termasuk dalam DAS Bengawan Solo dan Sub-
DAS Mungkung yang berhulu di lereng Gunung Lawu. Berdasarkan
kontinuitas alirannya Sungai Ngringo termasuk sungai intermitten river
yang berarti sungai yang mangalir selama musim penghujan saja dan
tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada hujan), karena pada
musim kering letak air tanah berada di bawah dasar sungai.
Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai Ngringo
termasuk sungai influen yang berarti sungai yang aliran airnya
menyokong air tanah. Sungai Ngringo mengalir melalui Kecamatan
Jaten.
Penggunaan lahan di sepanjang Sungai Ngringo digunakan untuk
lahan pertanian, permukiman, peternakan dan industri. Peningkatan
berbagai macam kegiatan tersebut menyebabkan peningkatan buangan
limbah dimana Sungai Ngringo dimanfaatkan sebagai tempat
pembuangan limbah. Industri yang memanfaatkan Sungai Ngringo
sebagai tempat membuang limbah cair sebanyak 10 (sepuluh) industri
yang terdiri atas industri tekstil dan industri makanan. Industri-industri
tersebut telah memiliki ijin pembuangan limbah cair (IPLC).
Hulu Hilir
Gambar 2.8. Sungai Ngringo
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-13
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian
hulu Sungai Ngringo dari tahun 2009-2015 untuk parameter TDS, TSS,
Phosphat, COD masih memenuhi baku mutu air Kelas IV berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air pada bagian hulu
Sungai Ngringo ini masih dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sedangkan pada bagian hilir Sungai Ngringo menunjukkan
bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air kelas IV kecuali
untuk parameter BOD (kecuali tahun 2010 masih memenuhi baku mutu
air kelas IV). BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik
pada perairan dimana nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air
tersebut tercemar bahan organik, sedangkan COD merupakan
parameter yang menunjukkan bahwa perairan yang kandungan COD
tinggi terindikasi air tersebut tercemar bahan kimia. Limbah organik dan
kimia dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti industri, permukiman
dan peternakan. Peningkatan kadar BOD dan COD Sungai Ngringo dari
hulu ke hilir mengindikasikan bahwa semakin ke hilir kualitas air
sungai semakin menurun atau telah terjadi pencemaran di bagian hilir.
Gambar 2.9. Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hulu
0
50
100
150
200
250
300
350
400
TSS BOD COD Phosphat
Ko
nse
ntr
asi (
mg/
L)
Parameter Kualitas Air
Baku Mutu Perairan Kelas IV Musim Penghujan Musim Kemarau
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-14
Gambar 2.10. Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hilir
b. Sungai Pengok
Sungai Pengok sepanjang 14,3 km bermuara di Sungai Bengawan
Solo. Berdasarkan kontinuitas alirannya Sungai Pengok termasuk
sungai intermitten river yang berarti sungai yang mengalir selama musim
penghujan saja dan tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada
hujan), karena pada musim kering letak air tanah berada di bawah
dasar sungai. Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai
Pengok termasuk sungai influen yang berarti sungai yang aliran airnya
menyokong air tanah.
Industri yang membuang limbah cair ke Sungai Pengok sebanyak
7 (tujuh) industri terdiri atas 6 (enam) industri tekstil dan 1 (satu)
industri Sodium siklamat. Dari 7 (tujuh) industri tersebut sebanyak 6
(enam) industri sudah memiliki ijin pembuangan limbah cair (IPLC).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
TSS BOD COD Phosphat
Ko
nse
ntr
asi (
mg/
L)
Parameter Kualitas Air
Baku Mutu Perairan Kelas IV Penghujan Hilir Kemarau Hilir
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-15
Gambar 2.11. Sungai Pengok
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian
hulu Sungai Pengok dari tahun 2009-2016 menunjukkan bahwa
kualitas air masih memenuhi baku mutu air berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Nilai BOD yang memenuhi baku mutu air
tahun 2015 pada musim penghujan mencapai 7,7 mg/l dan musim
kemarau mencapai 9,13 mg/l. Pada tahun 2017, nilai BOD musim
penghujan 7,7 mg/l dan pada musim kemarau 0,20 mg/l. Nilai BOD
melebihi baku mutu air kelas III tahun 2017.
Sedangkan pada bagian hilir Sungai Pengok menunjukkan bahwa
kualitas air masih memenuhi baku mutu air, kecuali untuk parameter
COD dan BOD. Nilai COD yang memenuhi baku mutu air hanya pada
pengukuran tahun 2011 yaitu 74,06 mg/l sedangkan pengukuran nilai
BOD dari tahun 2009-2016 jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan.
Nilai COD dan BOD yang tinggi pada perairan mengindikasikan adanya
bahan organik yang tinggi.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-16
Gambar 2.12. Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hulu
Gambar 2.13. Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hilir
400
12
100
538 7.7 22.07 0.05759 9.13 24.43 0.023
TSS BOD COD PHOSPHAT
Ko
nse
ntr
asi (
mg/
L)
Parameter Kualitas AirBaku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
400
12
100
519 11.7 34.48 0.673
150
49.8
137.3
0.675
TSS BOD COD PHOSPHAT
Ko
nse
ntr
asi (
mg/
L)
Parameter Kualitas Air
Baku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-17
c. Sungai Sroyo
Sungai Sroyo sepanjang 14,68 km bermuara di Sungai Bengawan
Solo. Berdasarkan kontinuitas alirannya Sungai Sroyo termasuk sungai
intermitten river yang berarti sungai yang mengalir selama musim
penghujan saja dan tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada
hujan), karena pada musim kering letak air tanah berada di bawah
dasar sungai. Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai
Sroyo termasuk sungai influen yang berarti sungai yang aliran airnya
menyokong air tanah.
Sungai Sroyo dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan air
limbah oleh industri-industri yang berada di sepanjang daerah aliran
sungai antara lain industri tekstil, pabrik gula, industri etanol dan
rumah sakit. Industri yang membuang limbah ke Sungai Sroyo sebanyak
11 (sebelas) industri dan industri-industri tersebut telah memiliki ijin
pembuangan air limbah (IPLC).
Hulu Hilir
Gambar 2.14. Sungai Sroyo
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu
Sungai Sroyo tahun 2016 menunjukkan bahwa kualitas air masih
memenuhi baku mutu air Kelas IV berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Sedangkan pada pengukuran tahun-
tahun sebelumnya nilai BOD masih memenuhi baku mutu yang
ditentukan kecuali pada tahun 2012 yang mencapai 20,3 mg/l.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-18
Pengukuran pada bagian hilir Sungai Sroyo menunjukkan bahwa
kualitas air masih memenuhi baku mutu air kelas IV berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air kecuali untuk parameter COD (450,7 mg/l) dan parameter
BOD (163,13 mg/l). Jika dibandingkan dengan pengukuran tahun
sebelumnya terdapat peningkatan konsentrasi parameter TDS dan TSS
meskipun masih memenuhi baku mutu air kelas IV.
Gambar 2.15. Kualitas Air Sungai Sroyo Bagian Hulu
Gambar 2.16. Kualitas Air Sungai Sroyo Bagian Hilir
40
0
12
10
0
5
37
5.6 1
5.6
3
0.0
75
14
6.4
9
17
.9
0.3
08
T S S B O D C O D P H O S P H A T
KO
NSE
NTR
ASI
(MG
/L)
PARAMETER KUALITAS AIR
Baku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
40
0
12
10
0
5
39
11
.1 30
.34
0.0
18
10
0
16
3.1
3
45
0.7
0.0
32
T S S B O D C O D P H O S P H A T
KO
NSE
NTR
ASI
(MG
/L)
PARAMETER KUALITAS AIR
Baku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-19
d. Sungai Siwaluh
Hulu Hilir
Gambar 2.17. Sungai Siwaluh
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu
dan hilir Sungai Siwaluh pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
kualitas air masih memenuhi baku mutu air Kelas III berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air sungai Siwaluh
masih dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Gambar 2.18. Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hulu
0
100
200
300
400
TSS BOD COD Phosphat
400
650
1
18 5.5 14.48 0.033
7 5.89 13.71 0.007
Ko
nss
entr
asi (
mg/
L)
Parameter Kualitas Air
Baku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-20
Gambar 2.19. Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hilir
Dibandingkan tahun sebelumnya, pada bagian hulu sungai
terdapat peningkatan konsentrasi TDS, COD dan BOD yang cukup
signifikan. Limbah yang dibuang ke Sungai Siwaluh sebagian besar
berasal dari RSUD Karanganyar.
Penentuan status mutu air berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air dapat menggunakan Metoda STORET atau
Metoda Indeks Pencemaran. Metoda Indeks pencemaran digunakan
untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter
kualitas air yang diijinkan (Nemerow, 1974). Indeks ini berkaitan dengan
senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukkan dan dapat
dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan
air atau sebagian dari suatu sungai.
Dalam perhitungan indeks pencemaran ini didasarkan pada titik
pengambilan sampel dan pada parameter yang telah ditentukan yaitu
TSS, BOD, COD, PO4-P, dan pH.
T S SB O D
C O D
P H O S P H A T
40
0
6 50
1
41
5.6
15
.17
0.0
7
7
5.7
8
13
.94
0.4
38
KO
NSE
NTR
ASI
(MG
/L)
PARAMETER KUALITAS AIR
Baku Mutu Perairan Musim Penghujan Musim Kemarau
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-21
Baku mutu air yang digunakan adalah berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Hasil perhitungan indeks pencemaran
pada masing-masing titik pengambilan sampel tersaji pada Tabel 2.1
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran yang
tercantum pada Tabel 2.1, dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan
sungai Ngringo, sungai Pengok dan Sungai Sroyo di Kabupaten
Karanganyar dari arah hulu ke arah hilir mengalami penurunan kualitas
yang ditandai dengan meningkatnya nilai indeks pencemaran dimana
pada daerah hilir sudah tercemar ringan. Pada Sungai Siwaluh, kualitas
air di bagian hulu dan hilir sungai masih dalam kondisi baik. Kondisi
kualitas air yang sudah tercemar memerlukan upaya pengendalian
pencemaran untuk mengembalikan kualitas air agar dapat
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-22
2. AIR DANAU/ SITU/ EMBUNG
Danau/ situ/ waduk/ embung adalah salah satu sumber air tawar
yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial
ekonomi manusia. Ketersediaan sumber daya air, mempunyai peran
yang sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi
wilayah. Waduk sering juga disebut danau buatan yang besar.
Pembangunan waduk/ embung diperuntukkam untuk berbagai
keperluan antara lain pembangkit listrik, irigasi, pengendalian banjir,
sumber baku air minum, air industri, penggelontoran, air perikanan,
tempat pariwisata.
Di Kabupaten Karanganyar terdapat 2 (dua) buah waduk yaitu
Waduk Lalung dan Waduk Delingan. Kapasitas masing-masing waduk
adalah 5.000.000 m3 dan 4.000.000 m3. Air dari kedua waduk tersebut
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan perikanan.
Gambar 2.20. Kualitas Air Waduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
TSS BOD COD Phosphat
Ko
nse
ntr
asi A
ir (
mg/
L)
Parameter Kualitas Air
Baku Mutu Kelas II Waduk Delingan Waduk Lalung
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-23
Pemantauan kualitas air yang dilakukan di Waduk Delingan dan
Waduk Lalung menunjukkan kualitas air pada kedua waduk tersebut
masih memenuhi baku mutu air berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor.416/Men.Kes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, kecuali pada kandungan total fosfat, BOD dan
kadar detergen sebagai MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) di Waduk
Delingan. Sedangkan Wadung Lalung hanya parameter BOD yang tidak
memenuhi baku mutu. Jika dibandingkan pengukuran tahun
sebelumnya terdapat peningkatan konsentrasi pencemar air. Air waduk
Delingan dan waduk Lalung dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan
usaha perikanan. BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik, dalam hal ini
jika kandungan BOD dan COD tinggi menunjukkan air tersebut
tercemar. Untuk kedua waduk tersebut, kadar detergen cukup tinggi
dan hasil analisa BOD juga lebih tinggi dari baku mutu, sedangkan COD
di bawah baku mutu, sehingga waduk dapat dikatakan telah tercemar
jika untuk air minum namun masih dapat digunakan untuk pengairan
dan peternakan ikan.
3. AIR SUMUR
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah dimanfaatkan sebagai
bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun
untuk kepentingan industri. Pertumbuhan industri yang pesat di suatu
kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan
menimbulkan kenaikan permintaan air tanah. Karena keberadaan air
tanah yang terbatas dan penggunaan yang terus meningkat akan
mengakibatkan kerusakan yang berdampak luas serta pemulihannya
sulit dilakukan.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-24
Agar air tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih
dan bahan baku air minum harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/Men.Kes/Per/IX/1990 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Pemantauan kualitas air tanah (sumur gali) di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2015 dilaksanakan pada 7 (tujuh) buah sumur yang
meliputi daerah industri, pemukiman dan pemukiman dekat wilayah
industri. Pemantauan kualitas air yang dilakukan meliputi pemantauan
kualitas fisik, kimia dan biologis.
Gambar 2.21. Konsentrasi Bakteri Coliform Total di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
Pemantauan kualitas biologis didasarkan pada kehadiran
kelompok-kelompok mikroba tertentu seperti mikroba (penyakit perut),
pencemar (terutama Coli), penghasil toksin dan sebagainya. Berdasarkan
hasil pemantauan seperti pada Gambar 2.22 terlihat bahwa semua air
sumur yang diambil sampelnya mengandung bakteri Coliform Total.
0
500
1000
1500
2000
Ko
nse
ntr
asi (
MP
N/1
00 m
l)
Lokasi
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-25
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
menyatakan bahwa air yang layak untuk diminum adalah air yang tidak
mengandung bakteri Koliform. Adanya kandungan bakteri coliform
dalam air mengindikasikan adanya polusi kotoran akibat kondisi
sanitasi yang buruk.
Gambar 2.22.
Konsentrasi Total Zat Padat Terlarut (TDS) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
Kualitas air secara fisik salah satunya ditentukan oleh parameter
TDS (Total Zat Padat Terlarut). Total padatan terlarut (TDS)
menunjukkan banyaknya partikel padat yang terdapat di dalam air.
Padatan ini terdiri atas senyawa anorganik dan organik yang larut dalam
air, mineral dan garam-garamnya. Berdasarkan hasil pemantauan pada
Gambar 2.23 menunjukkan kualitas air sumur pada semua lokasi
pengambilan sampel masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan
oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Air yang mengandung padatan terlarut yang tinggi akan
memberikan rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual yang
disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat.
0
100
200
300
400
500
600
700
TDS
(mg/
L)
Lokasi Pengambilan Sampel
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-26
Gambar 2.23. Konsentrasi Kesadahan (CaCO3) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah
jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya
biasa disebut kesadahan air. Dari hasil pemantauan kualitas air pada
Gambar 2.23. terlihat bahwa kualitas air pada semua titik pengambilan
sampel masih memenuhi baku mutu kesadahan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Air sadah tidak begitu berbahaya
untuk diminum namun keberadaannya tetap tidak dikehendaki karena
dapat menyumbat pipa dan keran serta mengakibatkan konsumsi sabun
lebih banyak sehingga sabun jadi kurang efektif akibat salah satu
bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca atau Mg.
Air untuk keperluan rumah tangga dan industri jika memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan biologis. Apabila ada satu parameter yang
tidak memenuhi syarat, maka air tersebut tidak layak digunakan. Dari
hasil analisa kualitas air yang dilakukan terlihat bahwa air sumur yang
diambil sampelnya tidak ada yang memenuhi baku mutu sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum baik untuk parameter fisika, kimia dan
biologis karena mengandung bakteri Koliform.
0
100
200
300
400
Ke
sad
ahan
(mg/
L)
Lokasi Pengambilan Sampel
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-27
D. Udara
Udara merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
makhluk hidup yang berbentuk gas. Udara menyelubungi bumi dengan
komposisi gas nitrogen (N2) 78%, oksigen (O2) 20,9%, dan sisanya terdiri
dari gas-gas Ar, CO2, Ne, He, CH4, Kr, Ze, NO2 dan O3. Udara ambien
adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan
dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya. Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi,
dan/ atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara
ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat
dilakukan inventarisasi.
Udara sangat penting untuk dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi makhluk
hidup untuk hidup secara optimal. Banyaknya emisi udara akibat
aktivitas manusia dapat mengakibatkan pengotoran udara, sehingga
dapat mengubah komposisi udara yang akan berdampak terhadap
penurunan dan pencemaran kualitas udara ambien.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh
pencemaran udara, yaitu masuknya atau dimasukkannya zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara dapat terjadi melalui proses alami maupun oleh
kegiatan antropogenik. Sumber pencemaran udara secara alam dapat
disebabkan oleh letusan gunung berapi, asap kebakaran hutan, debu,
dekomposisi biotik dan lain-lain. Kegiatan antropogenik yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran udara antara lain kegiatan
transportasi, industri, pembuangan sampah (dekomposisi atau
pembakaran), pertanian dan sebagainya.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-28
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, sumber emisi
pencemaran udara dapat dikelompokkan menjadi :
a. Sumber bergerak, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap
pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.
b. Sumber bergerak spesifik, yaitu sumber emisi yang bergerak atau
tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kereta api, pesawat
terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya.
c. Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu
tempat.
d. Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada
suatu tempat yang berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran
sampah.
Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar udara dapat berupa partikel
(debu, aerosol, timah hitam, kabut, asap), gas/ senyawa kimia
(hidrokarbon, SO2, NO2, CO, H2S, NH3) dan energi (suhu, kebisingan).
Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar dapat dibedakan
menjadi pencemar primer, yaitu diemisikan langsung oleh sumber dan
pencemar sekunder, yaitu pencemar yang terbentuk karena reaksi di
udara antara berbagai zat.
Gambar 2.24. Kegiatan Transportasi, Sumber Pencemaran Udara
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-29
Gambar 2.25. Kegiatan Industri, Sumber Pencemaran Udara
Untuk mengetahui kualitas udara ambien di Kabupaten Karanganyar
dilakukan pemantauan kualitas udara yang dilaksanakan pada 6 (enam)
lokasi pengukuran yang mewakili wilayah perkantoran dan perdagangan
(Karanganyar Kota/Depan Rumah Dinas Bupati), wilayah dengan lalu
lintas padat (Depan Kepolisian Sektor Jaten/Pertigaan Palur dan depan
Kantor Kecamatan Colomadu), wilayah sekitar industri (Pemukiman
Sumberejo, Kebakkramat) dan wilayah permukiman (Depan Rumah Teh
Ndoro Dongker, Ngargoyoso dan Pemukiman Jaten Jl. Tengger).
Gambar 2.26. Konsentrasi Gas Karbonmonoksida (CO) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-2017
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
DepanRumdin
PemukimanJaten
Palur PemukimanSumberejo,Kebakkram
at
DepanKecamatanColomadu
DepanRumah Teh
NdoroDongker
2013 4580 1259 6871 3779 0 0
2014 1802.26 1897.97 2696.65 1802.26 1597.46 1723.05
2015 5267 916 11680 3779 4580 2061
2017 6069 687 10764 5153 4580 0
µg/m
3
2013 2014 2015 2017
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-30
Gambar 2.27. Konsentrasi Gas Sulfur Dioksida (SO2) di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2013-2017
Gambar 2.28.
Konsentrasi Gas Nitrogen Dioksida (NO2) di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2013-2017
DepanRumdin
PemukimanJaten
Palur PemukimanSumberejo,
Kebakkramat
DepanKecamatanColomadu
DepanRumah Teh
NdoroDongker
2013 26.22 25 39.3 25.9 0 0
2014 27.33 20.21 43.21 27.33 23.39 41.52
2015 31.44 26.2 41.9 26.2 26.2 26.2
2017 52.4 26.2 57.5 26.2 0 0
26.22 25
39.3
25.9
0 0
27.33
20.21
43.21
27.33
23.39
41.52
31.4426.2
41.9
26.2 26.2 26.2
52.4
26.2
57.5
26.2
0 0
µg/m
3
2013 2014 2015 2017
18.81 18
28.21
18
0 0
22.8624.73
39.59
22.86
30.65
20.2622.57
18.81
30.09
18.81 18.81 18.81
41.38
18.81
37.6
18.81
0 00
5
10
15
20
25
30
35
40
45
DepanRumdin
PemukimanJaten
Palur PemukimanSumberejo,
Kebakkramat
DepanKecamatanColomadu
Depan RumahTeh NdoroDongkerµ
g/m
3
2013 2014 2015 2017
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-31
Gambar 2.29.
Konsentrasi Partikulat dalam Udara di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2013-2017
Dari data pada Gambar 2.26 sampai dengan Gambar 2.29 diatas
terlihat bahwa unsur pencemar udara yang berupa gas Karbon
monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan
partikulat masih dibawah baku mutu udara ambien menurut Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara
Ambien di Propinsi Jawa Tengah.
Hasil analisa dari keenam lokasi menunjukkan bahwa konsentrasi
partikulat tertinggi dan melebihi baku mutu terdapat di wilayah depan
rumah dinas Bupati yang merupakan wilayah dengan kondisi arus lalu
lintas yang sangat padat dan pemukiman Sumberejo, Kecamatan
Kebakkramat yang merupakan wilayah industri.
Pencemaran udara dapat berdampak terhadap manusia, hewan,
tumbuhan, iklim maupun benda. Dampak terhadap manusia meliputi
aspek kesehatan, kenyamanan, keselamatan, perekonomian dan
estetika. Terhadap tumbuhan berdampak pada lambatnya
pertumbuhan, sakit dan kematian akibat terganggunya proses
fotosintesa. Sedangkan pada hewan dapat menyebabkan keracunan,
sakit dan kematian.
0
200
400
600
41.65 8.33 74.99 12.49 0 0
507.27
129.01
322.29
507.27
343.11
205.0654.1420.82
104 62.47118
45.81
91.63 66 11658.31
0 0
2013 2014
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-32
Gas-gas pencemar dapat merubah struktur awan, perubahan
temperatur dan proses presipitasi yang berpengaruh terhadap
perubahan iklim/ lingkungan global seperti terjadinya pemanasan
global, lubang atau penipisan lapisan ozon, efek rumah kaca, hujan
asam dan naiknya permukaan air laut. Terhadap benda, gas -gas
pencemar dapat menyebabkan karat/ korosi pada logam, beton, batu,
karet, bahan plastik dan tekstil.
Pencemaran udara lainnya yang dapat terjadi adalah kebisingan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan
dinyatakan dalan satuan desibel. Bising dapat bersumber dari sumber
diam dan sumber bergerak. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat
kebisingan jenis sumber suara, jarak dari sumber suara, serapan di
atmosfir, angin, temperatur, penghalang, serapan oleh tanah dan
refleksi.
Gangguan kebisingan dapat berakibat buruk bagi manusia, baik
secara fisik maupun psikis. Gangguan fisikadalah gangguan yang
langsung terjadi pada faal manusia, seperti terganggunya peredaran
darah, otot-otot menjadi tegang, gangguan tidur, gangguan
pendengaran, gangguan pencernaan dan gangguan pada sistem saraf.
Sedangkan gangguan psikis adalah gangguan yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk diukur, hal
ini tergantung kepada keadaan pribadi masing-masing, lingkungan dan
sifat bising itu sendiri. Dampak kebisingan terhadap manusia
dipengaruhi beberapa faktor antara lain intensitas kebisingan, frekuensi
kebisingan, jenis kebisingan, lama pemaparan, lama tinggal, umur dan
kerentanan individu.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-33
Gambar 2.30. Tingkat Kebisingan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-2017
Dari Gambar 2.30 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan di
Kabupaten Karanganyar masih memenuhi baku mutu menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, kecuali di
wilayah Palur yang merupakan wilayah padat lalu lintas.
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan melalui pengurangan
kebisingan pada sumbernya, penempatan penghalang dan pemakaian
alat pelindung diri untuk melindungi telinga dari suara dengan
menggunakan tutup telinga, ear muffs atau ear plugs. Pengurangan
kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan cara mengurangi
vibrasi sumber kebisingan, menutupi sumber suara, melemahkan
kebisingan dengan bahan penyerap atau peredam suara. Penempatan
penghalang bertujuan untuk menghalangi merambatnya suara,
memperpanjang jarak antara sumber bising dan manusia serta
melindungi ruang tempat manusia atau makhluk lain berada dari suara.
2013
2015
01020304050607080 71.01
52.470.14
56.96
0 0
56.350.1
64.356.3
74.1
50.9
69.86
49.16
71.12
52.9565
48.77
74.82
49.73
73.18
53.03
0 0
Axi
s Ti
tle
dB
A
2013 2014
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-34
Dalam gambar grafik perbandingan, terdapat nilai nol pada hasil
capaian tahun 2013, menjelaskan bahwa pada tahun tersebut tidak
dilakukan pengambilan sampel pada wilayah yang bernilai nol.
E. Laut, Pesisir dan Pantai
Tidak ada wilayah laut, pesisir dan pantai di Kabupaten
Karanganyar.
F. Iklim
Berdasarkan klasifikasi “Koppen” yang membagi iklim dalam lima
kategori utama yang meliputi iklim Am, Af, Aw, Cf dan Cw, Kabupaten
Karanganyar termasuk dalam tipe iklim Am dan Cf. Tipe iklim Am
adalah tipe iklim A yang mempunyai satu atau dua bulan kering, tetapi
curah hujan pada bulan-bulan yang lain cukup tinggi dengan rata-rata
tahunan lebih besar dari 2.500 mm. Tipe iklim A adalah daerah yang
memiliki suhu rata-rata di atas atau sama dengan 18˚C dengan jumlah
curah hujan tahunan jatuh pada musim dingin dan lebih dari 20 (t+14)
jika kebanyakan hujan jatuh pada musim panas.
Tipe iklim Cf adalah tipe iklim C yang tanpa periode kering. Tipe
iklim C adalah tipe iklim yang menunjukkan daerah dengan suhu bulan
terdingin antara 18˚C s/d -3˚C, suhu bulan terpanas > 10˚C, dengan
jumlah hujan sama dengan tipe iklim A. Tipe iklim ini khusus berada
pada pegunungan dengan elevasi >800 m diatas permukaan laut.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-35
Gambar 2.31. Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten
Karanganyar, banyaknya hari hujan adalah 115,6 hari dengan rata-rata
curah hujan 7.231,4 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada
Bulan April 1.655,8 mm (13 hari hujan). Sedangkan rata-rata curah
hujan terendah terjadi pada Bulan September 2,6 mm (1 hari hujan).
G. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami
(suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah
longsor) dan aktivitas manusia. Ketidakberdayaan manusia dan kurang
baiknya manajemen keadaan darurat, dapat menyebabkan kerugian
materiil maupun moril bahkan nyawa. Tinggi rendahnya kerugian akibat
bencana tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan
menghindari bencana serta daya tahan manusia itu sendiri.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Jan
uar
i
Peb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
pem
ber
Des
emb
er
Rat
a-R
ata
Colomadu
Tasikmadu
Mojogedang
Jumapolo
Karangpandan
Tawangmangu
Rata-Rata
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
II-36
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Karanganyar bencana alam yang terjadi di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2016, yaitu bencana banjir dan tanah longsor.
Bencana banjir terjadi di 4 (empat) kecamatan, yaitu : kecamatan
Jaten, Karanganyar, Gondangrejo, dan Kebakkramat. Tidak terdapat
korban jiwa pada bencana ini.
Bencana tanah longsor terjadi di 2 (dua) kecamatan berikut :
Kecamatan Jatiyoso dan Karangpandan. Tidak ada korban meninggal,
namun biaya kerugian tidak dapat diperhitungkan.
Penanggulangan bencana merupakan segala upaya kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi),
penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat
maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.
Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya
sehingga harus memperhatikan prinsip-prinsip penanggulangan
bencana alam. Prinsip penanggulangan bencana alam menurut Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu
cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna
dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminatif serta nonproletisi.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-1
BAB III
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan
Aspek kependudukan merupakan masalah penting dalam
perencanaan pembangunan, baik yang bersifat pembangunan sektoral,
lintas sektoral maupun regional. Data kependudukan dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan yang sedang berjalan.
Selain itu dapat memperkirakan bentuk dan volume kegiatan yang akan
dilakukan dimasa yang akan datang.
Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan data
tersebut pada tahun 2017 sebanyak 864.021 jiwa, terdiri dari laki-laki
427.325 jiwa dan perempuan 436.696 jiwa. Kecamatan dengan
penduduk terbanyak adalah Kecamatan Jaten, yaitu 83.414 jiwa
(9,65%). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling
sedikit adalah kecamatan Jenawi, yaitu 26.006 jiwa (3,01%).
Gambar 3.1. Jumlah Penduduk Masing-Masing Kecamatan Tahun 2017
010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000
JATI
PU
RO
JATI
YOSO
JUM
AP
OLO
JUM
AN
TON
O
MA
TESI
H
TAW
AN
GM
AN
GU
NG
AR
GO
YOSO
KA
RA
NG
PA
ND
AN
KA
RA
NG
AN
YAR
TASI
KM
AD
U
JATE
N
CO
LOM
AD
U
GO
ND
AN
GR
EJO
KEB
AK
KR
AM
AT
MO
JOG
EDA
NG
KER
JO
JEN
AW
I
Jum
lah
Pen
du
du
k (j
iwa)
Kecamatan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-2
Kepadatan penduduk Kabupaten Karanganyar adalah 1.116,61
jiwa/km2 dengan Kecamatan Colomadu merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi yaitu 5.121,27 jiwa/km2, sedangkan
kecamatan Jenawi adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah yaitu 463,71 jiwa/km2.
Gambar 3.2. Histogram Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2017
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar dapat
dilihat pada Gambar 3.3. Penduduk Kabupaten Karanganyar yang tidak
sekolah mencapai 10,76%, sedangkan yang telah berhasil menempuh
pendidikan S3 baru mencapai 0,02%. Persentase terbanyak pada
penduduk berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebesar 37,35%. Berikut
grafik tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun
2016 berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Karanganyar.
0
10000
20000
30000
40000
50000
Laki-laki Perempuan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-3
Gambar 3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Karanganyar
B. Pemukiman
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2017, jumlah rumah tangga di Kabupaten Karanganyar
adalah 262.985 dengan jumlah rumah tangga miskin mencapai 27.533
(10,47%). Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di kecamatan
Karanganyar yaitu 23.441 rumah tangga (8,92%), sedangkan rumah
tangga miskin terbanyak terdapat di kecamatan Gondangrejo yang
mencapai 6.282 rumah tangga (2,01%). Kecamatan yang memiliki rumah
tangga miskin paling sedikit adalah Kecamatan Tawangmangu yakni
sebesar 211 (0,13%).
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S3
Laki-laki Perempuan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-4
Gambar 3.4. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Masing-
Masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Perkembangan permukiman berpengaruh terhadap peningkatan
penggunaan atau konsumsi air. Jumlah rumah tangga pengguna PDAM
di Kabupaten Karanganyar mencapai 49.603 rumah tangga sedangkan
pengguna sumur mencapai 296.052 rumah tangga.
Pola perkembangan permukiman di Kabupaten Karanganyar saat ini
menuju ke wilayah perkotaan dan wilayah industri. Hal ini antara lain
karena :
a. Wilayah perkotaan diharapkan dapat menyediakan lapangan
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kecamatan Colomadu merupakan wilayah perkembangan
permukiman wilayah perkotaan di Kabupaten Karanganyar karena
berdekatan dengan Kota Surakarta.
b. Wilayah industri merupakan pola pertumbuhan permukiman baru
terutama bagi para pekerja industri dengan tujuan untuk
mendekatkan diri pada tempat kerja. Wilayah industri yang
Jatipuro5% Jatiyoso
4% Jumapolo9%
Jumantono7%
Matesih2%
Tawangmangu1%
Ngargoyoso4%
Karangpandan5%
Karanganyar6%
Tasikmadu4%
Jaten8%Colomadu
3%
Gondangrejo19%
Kebakkramat7%
Mojogedang6% Kerjo
6%
Jenawi3%
RUMAH TANGGA MISKINJatipuro
Jatiyoso
Jumapolo
Jumantono
Matesih
Tawangmangu
Ngargoyoso
Karangpandan
Karanganyar
Tasikmadu
Jaten
Colomadu
Gondangrejo
Kebakkramat
Mojogedang
Kerjo
Jenawi
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-5
perkembangannya cukup pesat adalah di Kecamatan Jaten dan
Kebakkramat.
Sehubungan dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan
jumlah permukiman baru maka kebutuhan akan sarana dan prasana
kehidupan sehari-hari akan meningkat pula seperti kebutuhan air,
listrik, energi/ bahan bakar, prasarana sanitasi dan sebagainya. Selain
itu juga berpengaruh terhadap timbulan sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Karanganyar, jumlah timbulan sampah di Kabupaten Karanganyar
mencapai 416 m3/hari dengan jumlah sampah yang terangkut baru
sekitar 317 m3/hari.
C. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan secara umum dapat dilihat dari
alokasi sarana kesehatan dan tenaga kesehatan. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, pada tahun 2017 jumlah
fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Karanganyar terdiri dari 8
rumah sakit, 21 puskesmas, 57 puskesmas pembantu, 27 rumah
bersalin swasta, 47 balai pengobatan dan 13 apotek yang tersebar di 17
kecamatan.
Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di Kabupaten
Karanganyar terdiri dari 79 dokter spesialis, 122 dokter umum, 35
dokter gigi, 444 bidan, 656 perawat dan 10 apoteker.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit (5 rumah sakit)
meliputi limbah padat (67 m3/hari) dan limbah cair (21,5 m3/hari).
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-6
Gambar 3.5 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Karanganyar
Jenis penyakit utama yang diderita penduduk Karanganyar
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar pada
tahun 2016, antara lain yaitu penyakit infeksi akut lain pada saluran
pernafasan 49.747 orang (36,08%), penyakit pada sistem otot dan
jaringan pengikat 9.461 orang (6,86%), tukak lambung 14.306 orang
(10,38%) dan sisanya merupakan penyakit ringan seperti penyakit kulit
alergi, penyakit lain pada saluran pecernaan bagian atas dan lain-lain.
Gambar 3.6 Mayoritas Penyakit yang Diderita Penduduk Kabupaten Karanganyar
5%12%
33%
16%
27%
7%Rumah Sakit
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Rumah Bersalin
Balai Pengobatan
Apotik
49747
946114306
4862 545810635
6842
1545911641 9477
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Jum
lah
Pen
der
ita
(ora
ng)
Jenis Penyakit
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-7
Jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar
sendiri sebanyak 232.822 yang terdiri dari 225.240 jamban sehat dan
7.582 jamban tidak sehat. Jamban sehat adalah jamban dengan leher
angsa dan tangki septik. Jamban tidak sehat merupakan jamban
sederhana, cubluk, cemplong. Sedangkan 11.437 rumah tangga belum
memiliki jamban sehingga buang air besar sembarangan di sungai,
saluran irigasi, kebun, sawah dan sebagainya.
Gambar 3.7. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar
9948 9531
1258713632
1073512058
8982
11287
20812
16686
22494
1799519055
1358115171
10304
382436 228 382 489 29 148 724 5681641 1109 646 231
1797 1496 1088 413 12
Memiliki Jamban Tidak Punya Jamban
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-8
D. Pertanian
1. Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor primer yang
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Karanganyar. Sebagian tanah di Kabupaten Karanganyar
merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi
perkembangan tanaman agro industri.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Karanganyar diperoleh produksi tanaman padi
tahun 2017 sebanyak 101,96 ton/Ha. Menurut frekuensi
penanamannya, lahan persawahan di Kabupaten Karanganyar terbagi
menjadi tiga jenis yaitu 1 (satu) kali, 2 (dua) kali dan 3 (tiga) kali tanam
dengan luas lahan masing-masing sebesar 1.068 Ha, 8.421,69 Ha dan
12.059,64 Ha. Penggunaan pupuk buatan untuk produksi padi masih
lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik.
Konsumsi pupuk urea tahun 2017 mencapai 17.710 ton dengan emisi
CO2 sebesar 3.542 ton CO2.
Gambar 3.8. Penggunaan Pupuk untuk Produksi Padi
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
UREA SP. 36 ZA NPK ORGANIK
17,710
4,788 5,283
9,4548,441
Pem
aka
ian
Pu
pu
k (T
on
)
Jenis Pupuk
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-9
Luas lahan perkebunan di Kabupaten Karanganyar mencapai
10.687,2 ha dengan jumlah produksi mencapai 21.485,11 ton. Luas
perkebunan terbesar adalah perkebunan karet seluas 3.696,77 ha
(34,59%), kemudian diikuti perkebunan kelapa seluas 2.319,28 ha
(21,70%) dan perkebunan tebu seluas 2.081,12 ha (19,47%). Sedangkan
sisanya seluas 2.590,03 ha (24,24%) untuk tanaman perkebunan
lainnya seperti kopi, coklat, teh, cengkeh, tembakau dan jambu mete.
Produksi perkebunan yang terbesar adalah tebu sebanyak 10.161,29 ton
(47,29%), kelapa 4.869,90 ton (22,67%) dan teh 3.285 ton (15,29%).
Penggunaan pupuk terbanyak adalah pupuk NPK sebanyak
832.408,80 ton yaitu pada perkebunan tebu sedangkan penggunaan
pupuk urea paling banyak pada perkebunan teh sebanyak 54.282,10
ton. Emisi CO2 yang dihasilkan karena penggunaan pupuk urea pada
perkebunan sebanyak 10.856,42 ton CO2.
Gambar 3.9. Penggunaan Pupuk untuk Produksi Perkebunan
Pada skala global, pengelolaan lahan untuk pertanian telah
berkontribusi sekitar 15% dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK).
0.00
100,000.00
200,000.00
300,000.00
400,000.00
500,000.00
600,000.00
700,000.00
800,000.00
900,000.00
UREA SP.36 ZA NPK ORGANIK
54,282.101,123.34 19,657.77
832,408.80
2,404.12
Pen
ggu
naa
n P
up
uk
(To
n)
Jenis Pupuk
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-10
Diperkirakan sepertiga dari semua emisi karbon berasal dari alih fungsi
lahan (penebangan hutan, perubahan pertanaman dan intensifikasi
pertanian), sedang dua pertiga emisi methan dan sebagian besar
nitrogen oksida juga berasal dari budidaya di sektor pertanian yang lain.
Menurunnya fungsi ekosistem akan menurunkan produksi tanaman dan
kualitas lingkungan.
Besarnya emisi gas metan (CH4) dari lahan sawah tergantung pada
frekuensi penanaman atau luas panen dalam setahun. Dengan asumsi
bahwa satu kali masa tanam padi adalah 90 hari, maka dapat
diperkirakan total emisi CH4 dari lahan sawah dalam setahun.
Total emisi gas metan dari lahan sawah di Kabupaten Karanganyar
mencapai 6.382.565,10 ton dengan emisi tertinggi di Kecamatan
Kebakkramat yaitu 740.142 ton (11,70%), kemudian diikuti Kecamatan
Mojogedang 526.412,25 ton (8,32%), Kecamatan Karangpandan 495.729
ton (7,83%).
Gambar 3.10. Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Menurut Kecamatan
0.00
100,000.00
200,000.00
300,000.00
400,000.00
500,000.00
600,000.00
700,000.00
800,000.00
Jati
pu
ro
Jati
yoso
Jum
apo
lo
Jum
anto
no
Mat
esih
Taw
angm
angu
Nga
rgo
yoso
Kara
ngp
and
an
Kar
anga
nya
r
Tasi
kmad
u
Jate
n
Co
lom
adu
Go
nd
angr
ejo
Keb
akkr
amat
Mo
joge
dan
g
Kerj
o
Jen
awi
Emis
i CH
4 (t
on
/tah
un
)
Kecamatan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-11
2. Peternakan
Populasi hewan ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2017 adalah sapi perah, sapi potong, kerbau,
kuda, kambing, domba dan babi dengan jumlah ternak mencapai
250.993 ekor. Ternak dengan populasi terbanyak adalah domba yaitu
sebesar 46,24%, kemudian sapi potong 29,63% dan babi 14,82%.
Kecamatan dengan jumlah populasi ternak terbanyak adalah Kecamatan
Jaten yaitu 36.389 ekor (14,5%), kemudian Kecamatan Mojogedang
19.732 ekor (7,86%) dan Kecamatan Jatiyoso 18.702 ekor (7,45%).
Gambar 3.11. Prosentase Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak
Usaha peternakan merupakan salah satu aktifitas penghasil emisi
gas rumah kaca berupa gas metan (CH4). Gas metan (CH4) dihasilkan
melalui proses fermentasi yang berlangsung dalam lambung ternak dan
proses dekomposisi kotoran ternak yang berlangsung secara anaerobik
atau proses perabukan dengan menggunakan pupuk kandang.
0.14%
29.63%
0.11%
0.10%8.96%
46.24%
14.82% Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-12
Gambar 3.12. Perkiraan Total Emisi CH4 dari Hewan Ternak Menurut Jenis Ternak
Pada tahun 2017 populasi ternak di Kabupaten Karanganyar yang
masuk dalam kategori penghasil gas metan terbesar adalah sapi potong
(76,89%), domba (13,05%) dan babi (6,41%). Pada tahun tersebut emisi
CH4 yang dihasilkan dari kegiatan peternakan ini diperkirakan mencapai
4.642,89 ton.
Gambar 3.13. Prosentase Populasi Unggas Menurut Jenis Unggas
0.69%
76.89%
0.33%
0.11%
2.52%
13.05%
6.41%
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
15.18%
33.09%49.80%
1.93%
Ayam Kampung
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
Itik
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-13
Gambar 3.14. Perkiraan Emisi CH4 dari Unggas Menurut Jenis Unggas
Pada golongan unggas, emisi gas metan hanya dihasilkan pada
proses dekomposisi kotoran ternak menjadi pupuk kandang. Populasi
unggas yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar pada
tahun 2017 adalah ayam pedaging (49,08%), ayam petelur (33,09%),
ayam kampung (15,18%) dan itik (1,93%) dengan jumlah unggas
mencapai 5.617.316 ekor. Populasi unggas terbanyak terdapat di
Kecamatan Jumantono (22,77%), Kecamatan Gondangrejo (18,94%) dan
Kecamatan Karanganyar (7,63%). Total emisi CH4 yang dihasilkan dari
unggas diperkirakan mencapai 115 ton pada tahun 2015 atau
meningkat sekitar 34% dibandingkan dengan perkiraan total emisi CH4
pada tahun 2014.
E. Industri
Di Kabupaten Karanganyar, perindustrian memegang peranan
yang sangat penting bagi peningkatan perekonomian dan taraf hidup
masyarakat. Industri terbanyak dalam masyarakat adalah industri kecil
yang dilaksanakan oleh rumah tangga dengan produksi dan pendapatan
relatif lebih rendah. Industri menengah dan besar relatif lebih sedikit
jika dibandingkan dengan industri kecil baik yang bersifat formal
maupun non formal.
48.50%
48.67%
2.82%
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
Itik
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-14
Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karanganyar, industri menengah dan besar di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 sebanyak 148 buah dengan jumlah terbanyak terdapat di
Kecamatan Jaten yaitu 88 buah. Kemudian diikuti Kecamatan
Kebakkramat 20 buah, Kecamatan Gondangrejo 16 buah dan
Kecamatan Colomadu 13 buah. Industri-industri tersebut mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 41.907 orang.
Pertumbuhan industri yang pesat akan mempengaruhi kualitas
sumber daya alam dan bahkan merubah rona lingkungan sekitarnya.
Disamping itu akan mempengaruhi sosial ekonomi dan budaya
masyarakat di sekitarnya serta timbulnya pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah yang dihasilkan.
Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi
air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan
kelangsungan hidup semua makhluk.
Beban pencemaran yang dihasilkan masing-masing industri
dihitung berdasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung
dalam aliran limbah cair dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Beban Pencemaran Industri
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Be
ba
n P
en
cem
ara
n (t
on
/ta
hu
n)
Nama Industri
BOD COD TSS
NH3 pH
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-15
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak industri antara lain
dengan meningkatkan pengelolaan limbah melalui pengoptimalan
kinerja IPAL, menerapkan produksi bersih dan sebagainya. Sedangkan
upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain dengan
meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan industri
dan pembuangan limbah.
F. Pertambangan
Potensi sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten
Karanganyar berupa bahan galian golongan C seperti Andesit, Andesit
Lepas (boulder), Batu Gamping, Kaolin, Pasir Batu Gunung, Pasir Batu
Kali, Tanah Liat dan Tras. Jenis, lokasi dan luasan potensi
pertambangan bahan galian golongan C di Kabupaten Karanganyar
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Jenis, Lokasi dan Luasan Potensi Pertambangan Bahan
Galian Golongan C di Kabupaten Karanganyar
Sumber : Pemetaan Geologi Potensi Pertambangan Kabupaten Karanganyar, 2016
Andesit
Andesit
Lepas
(boulder)
Batu
Gamping
Kaolin
Lensa
Pasir Batu
Gunung
Pasir Batu
Kali (m2)
Tanah Liat Tras
1 Jatipuro 665.00 125850 193.75
2 Jatiyoso 87.50 3936.25 128150 775.50 12.50
3 Jumapolo 1250.00 125.00 122075 825.00
4 Jumantono 882.50 117075 1445.00
5 Matesih 162.50 150.00 55900 612.50 21.25
6 Tawangmangu 681.25 562.50 81.25 2625.00 52025 90.00
7 Ngargoyoso 700.00 1362.50 31.25 1575.00 44325
8 Karangpandan 87.50 50.00 71550 631.25 17.50
9 Karanganyar 71000 1487.50
10 Tasikmadu 16075 1318.75
11 Jaten 881.25
12 Colomadu 8741.50
13 Gondangrejo 2870.00
14 Kebakkramat 1731.25
15 Mojogedang 89375 1305.00
16 Kerjo 31.50 119275
17 Jenawi 556.25 12.50 25.00 217.50 1837.50 20275 650.00 30.00
1937.50 5104.00 106.25 523.75 10023.75 1032950 23468.25 171.25
No Kecamatan
Potensi Pertambangan (Ha)
Jumlah
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-16
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Kabupaten Karanganyar, produksi pertambangan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017 mencapai 461.000 ton/tahun dari areal
pertambangan seluas 5,6102 ha yang meliputi 2 (dua) jenis bahan galian
yaitu tanah urug seluas 3,1828 ha dengan produksi 341.000 ton/tahun
dan batu andesit seluas 2,4274 ha dengan produksi 120.000 ton/tahun.
G. Energi
Sektor energi merupakan penyumbang terbesar gas rumah kaca
(GRK) khususnya CO2. Konsumsi energi terbagi atas 3 (tiga) sektor
pengguna yaitu transportasi, industri dan rumah tangga. Jenis bahan
bakar yang digunakan sektor transportasi adalah bahan bakar minyak
jenis premium dan solar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karanganyar, jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar
bensin mencapai 276.145 unit terdiri atas kendaraan penumpang
pribadi 22.880 unit, kendaraan penumpang umum 188 unit, dan
kendaraan roda dua 253.077 unit. Sedangkan untuk kendaraan
berbahan bakar solar jumlahnya mencapai 10.989 unit yang terdiri atas
bus besar pribadi 293 unit, bus besar umum 461 unit, bus kecil pribadi
13 unit, truk besar 9.316 unit dan truk kecil 906 unit.
Pada sektor industri, jenis bahan bakar yang digunakan adalah
LPG, minyak bakar, solar, batubara dan biomassa. Sebagian besar
industri di Kabupaten Karanganyar merupakan industri tekstil yang
menggunakan bahan bakar batu bara. Sedangkan konsumsi bahan
bakar untuk keperluan rumah tangga belum terdata.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-17
H. Transportasi
Panjang jalan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2017
menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum mencapai 974,11 km yang
meliputi jalan negara (17,5 km), jalan propinsi (85,3 km), dan jalan
kabupaten (871,31 km). Jika dibandingkan dengan Tahun 2014,
panjang jalan mengalami peningkatan sepanjang 29,69 km atau
sebanyak 3,14% yaitu pada ruas jalan kabupaten.
Gambar 3.16. Panjang Jalan Menurut Kewenangan, 2013 – 2015
Di Kabupaten Karanganyar terdapat 11 (sebelas) sarana terminal
kendaraan untuk penumpang umum yang terdiri atas terminal tipe B
sebanyak 3 buah dan terminal tipe C sebanyak 8 buah. Volume limbah
padat yang dihasilkan pada terminal-terminal tersebut diperkirakan
mencapai 8,25 m3/hari.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten
Pan
jan
g Ja
lan
(km
)
Jenis Kewenangan
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-18
Gambar 3.17. Perkiraan Volume Limbah Padat pada Sarana Transportasi
I. Pariwisata
Potensi pariwisata Kabupaten Karanganyar mengandalkan
keindahan alamnya sehingga obyek wisata yang ada kebanyakan
merupakan jenis wisata alam. Di Kabupaten Karanganyar terdapat 18
(delapan belas) objek wisata yang terdiri atas 5 (lima) wisata alam, 3
(tiga) taman wisata, 3 (tiga) hutan wisata, 3 (tiga) wisata ziarah, 1 (satu)
wisata agro, 2 (dua) wisata purbakala dan 1 (satu) wisata sumber air
panas.
Kemajuan sektor wisata di Kabupaten Karanganyar didukung
sarana dan prasarana yang memadai seperti penginapan, sarana jalan
dan sebagainya. Sarana hotel/penginapan yang terdapat di Kabupaten
Karanganyar sebanyak 176 buah yang terdiri atas hotel bintang, melati,
pondok wisata, wisma, villa, cottage dan homestay.
Peningkatan di sektor wisata juga memberikan peningkatan
tekanan terhadap lingkungan. Volume limbah padat (sampah) dari objek
wisata diperkirakan mencapai 1,93 m3/hari. Pengelolaan yang dilakukan
untuk menangani sampah tersebut antara lain dengan dibakar,
ditimbun dan sebagian diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar.
00.20.40.60.8
11.21.41.61.8
2
VO
LUM
E LI
MB
AH
PA
DA
T (M
3/H
AR
I)
NAMA TERMINAL
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-19
J. Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), yang
dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 diidentifikasi sebagai
bahan kimia dengan karakteristik mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, penyebab infeksi dan bersifat korosif.
Limbah B3 yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan
berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari
sumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau
melalui rantai makanan sehingga perlu dilakukan pengelolaan.
Pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan dengan meminimasi limbah,
melakukan pengelolaan limbah B3 dekat dengan sumber, melaksanakan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan
dilakukan “From Cradle to Grave” (mulai dihasilkan sampai
penimbunan).
Limbah B3 dapat dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dan
industri. Limbah B3 yang dihasilkan dari 4 rumah sakit yang ada di
Kabupaten Karanganyar mencapai 29 m3/hari untuk limbah B3 padat
dan 9,5 m3/hari untuk limbah B3 cair. Limbah B3 medis dari rumah
sakit berupa botol obat, jarum suntik, bekas infus dan sebagainya.
Limbah B3 dari industri berupa bottom ash, fly ash, sludge, oli bekas,
dan aki bekas. Jumlah industri yang mempunyai izin untuk mengelola
limbah B3 tahun 2016 sebanyak 25 industri. Izin yang diberikan berupa
izin penyimpanan sementara limbah B3 yang berlaku selama 3 tahun.
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
III-20
Gambar 3.18. Jumlah Penerbitan Izin LB3
0
5
10
15
20
25
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jum
lah
Izin
TP
S LB
3 ya
ng
Terb
it
Tahun
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-1
BAB IV
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan
Kegiatan yang telah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar dalam rangka rehabilitasi dan pengelolaan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan penghijauan
Gambar 4.1. Konservasi Kawasan Resapan Air Cemoro Kandang
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-2
Gambar 4.2. Pemberian Bibit Tanaman untuk Penghijauan Sekolah
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-3
2. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
3.
Gambar 4.3. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan
Keterangan Gambar :
1. Tong sampah single sheet
2. Penyerahan tong sampah single sheet dan komposter ke sekolah
adiwiyata tingkat provinsi Jawa Tengah
3. Bak pemilah sampah di SDN.02 Sewurejo, Mojogedang
4. Bak pemilah sampah di SDN 03 Ngringo, Jaten
1 2
3 4
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-4
Gambar 4.4. Bank Sampah
Keterangan gambar :
Gambar atas : Bank Sampah Mojoasri di Tegalasri, Bejen
Gambar bawah : Bank Sampah Barokah di Buran, Tasikmadu
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-5
4. Prasarana laboratorium lingkungan
Gambar 4.6. Peralatan laboratorium lingkungan DLH Kabupaten Karanganyar
B. Amdal
Kabupaten Karanganyar sampai saat ini belum ada AMDAL yang
menjadi kewenangan dalam penilaiannya oleh kabupaten. Sampai
dengan tahun 2017, ada 6 (enam) dokumen AMDAL yang berlokasi di
sekitar wilayah Kabupaten Karanganyar, namun 3 (tiga) dokumen
merupakan kewenangan pusat, yaitu AMDAL jalan tembus
Tawangmangu - Magetan, AMDAL Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
dan AMDAL jalan tol Semarang - Solo - Surabaya. Sedangkan 2 (dua)
dokumen menjadi kewenangan provinsi Jawa Tengah, yaitu AMDAL
Taman Hutan Rakyat (Tahura) dengan pemrakarsa dari Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan AMDAL Hotel Lor Inn, Business Resort dan
Spa. 1 (satu) dokumen menjadi AMDAL Kabupaten Karanganyar, yaitu
Hotel Alana di Kecamatan Colomadu.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-6
C. Penegakan Hukum
Permasalahan lingkungan yang ada di Kabupaten Karanganyar
saat ini diadukan oleh masyarakat melalui Pos Pengaduan yang ada di
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, baik secara langsung
maupun melalui surat, telepon, maupun melalui media surat kabar.
Pada tahun 2017, terdapat 5 (lima) pengaduan tentang masalah
lingkungan hidup yang masuk Pos Pengaduan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar, yaitu 2 (dua) kasus aduan lingkungan akibat
pembuangan limbah peternakan, 2 (dua) kasus aduan pencemaran
udara dari usaha atau industri, 1 (satu) kasus pencemaran air.
Adapun terkait dengan permasalahan lingkungan yang terjadi
pada tahun 2017 berikut upaya yang dilakukan dapat dilihat secara
rinci pada tabel UP-5 dalam Buku Data SLHD Tahun 2017.
D. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat Karanganyar telah berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan pengelolaan lingkungan hidup diantaranya dalam kegiatan
penanaman bibit tanaman dalam rangka konservasi daerah tangkapan
air dan sumber-sumber air yaitu dengan melibatkan Lembaga
Masyarakat Desa, para siswa sekolah dan para pecinta alam, seperti
komunitas Anak Gunung Lawu. Di samping itu juga terbentuk Saka
Kalpataru, yaitu Satuan Karya Pramuka bidang Lingkungan Hidup yang
beranggotakan siswa sekolah.
Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten
Karanganyar ditandai dengan diraihnya penghargaan-penghargaan di
bidang lingkungan hidup, antara lain Penghargaan Sekolah Adiwiyata
Peduli dan Berbudaya Lingkungan Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan
tingkat Nasional.
Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2017
kepada SDN 3 Ngringo dan SMP N 2 Kebakkramat.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-7
Penghargaan Adipura berupa sertifikat atas peningkatan kinerja
dalam pengelolaan lingkungan hidup wilayah Kabupaten Tahun 2016-
2017 juga dapat diraih oleh Kabupaten Karanganyar atas kerjasama
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dengan berbagai
instansi dan masyarakat di Kabupaten Karanganyar.
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat di bidang
lingkungan hidup, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
juga rutin menyelenggarakan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan,
workshop dan seminar lingkungan. Kegiatan yang telah dilakukan di
tahun 2017 ini antara lain :
- Sosialisasi Program Adiwiyata
- Sosialisasi Persiapan Penilaian Adipura
- Pelatihan Pengelolaan Sampah
E. Kelembagaan
1. Tugas Pokok Dan Fungsi
Tugas pokok Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Karanganyar serta Peraturan Bupati Karanganyar
Nomor 101 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup yaitu
membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang
lingkungan hidup.
Selain melaksanakan tugas pokok tersebut diatas Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup,
kehutanan, pekerjaan umum dan perumahan rakyat sub bidang
persampahan serta kesekretariatan;
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-8
b. Pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang lingkungan hidup,
kehutanan, pekerjaan umum dan perumahan rakyat sub bidang
persampahan;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup, kehutanan,
pekerjaan umum dan perumahan rakyat sub bidang
persampahan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup,
kehutanan, pekerjaan umum dan perumahan rakyat sub bidang
persampahan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup,
kehutanan, pekerjaan umum dan perumahan rakyat sub bidang
persampahan;
f. Pelaksanaan fungsi kesekretariatan Dinas;
g. Pengendalian penyelenggaraan tugas UPTD; dan
h. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Susunan Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 16
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Karanganyar dan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor
101 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup.
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Penataan dan Penaatan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, membawahkan :
1. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan;
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-9
2. Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan;
3. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan.
d. Bidang Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Hidup,
membawahkan :
1. Seksi Pencemaran Lingkungan;
2. Seksi Kerusakan Lingkungan;
3. Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup.
e. Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Pengembangan
Kapasitas, membawahkan :
1. Seksi Kehutanan dan Pengembangan Kapasitas;
2. Seksi Pengelolaan Sampah;
3. Seksi Pengelolaan Limbah.
f. Unit Pelaksana Teknis
g. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Sumber Daya Manusia
Pada tahun 2017, jumlah pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar sebanyak 212 orang terdiri atas 97 PNS dan
sisanya merupakan tenaga non PNS. Berdasarkan tingkat pendidikan,
sebagian besar telah sarjana, pendidikan terendah yaitu tingkat SMP.
Adapun upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia, khususnya SDM Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar yang telah dilakukan adalah berupa :
1. Bimbingan Teknis dan Ujian Sertifikasi Keahlian Pengurus Barang
Jasa Pemerintah
2. Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup
3. Pelatihan Admin Rencana Umum Pengadaan (RUP)
4. Bimbingan Teknis Perangkat Manajemen dan Pengujian Lingkungan
5. In House Training Bagi Personil/Analisis Laboratorium Lingkungan
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2017
IV-10
5. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada tahun 2017, jumlah total anggaran pengelolaan lingkungan
hidup sebesar Rp. 8.665.034.000,- yang berasal dari APBD II. Mengalami
kenaikan yang sangat signifikan dikarenakan adanya perubahan SOTK
(Struktur Organisasi dan Tata Kerja) baru dari Badan Lingkungan Hidup
menjadi Dinas Lingkungan Hidup dengan tambahan beberapa urusan
pengelolaan dan pengangkutan persampahan.
Pada tahun 2016, jumlah total anggaran pengelolaan lingkungan
hidup yang dikelola Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
sebesar Rp. 1.100.110.000,- dengan rincian Rp. 881.110.000,- berasal
dari APBD II, Rp. 219.000.000,- dari APBN yang bersumber pada Dana
Alokasi Khusus (DAK) bidang Lingkungan Hidup.
6. Produk Hukum
Produk hukum yang terkait dengan bidang tata ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup dan anggaran pengelolaan lingkungan
hidup di Kabupaten Karanganyar sampai dengan tahun 2017 meliputi
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar, Peraturan Bupati
Karanganyar, dan Keputusan Bupati Karanganyar dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 30 peraturan dan keputusan. Daftar produk
hukum bidang pengelolaan lingkungan hidup terlampir pada Buku Data
DIKPLHD Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 dalam Tabel UP-9.