dongeng

6
 Miko Mau Minta Maaf Sore itu, Ibu heran. Melihat Miko membawa mainan pesawat terbang saat pulang bermain dari rumah temannya, Aldo. Karena, seingat Ibu, Miko tidak p unya mainan pesawat terbang. ”Mik o, itu mainan milik siapa, Nak ?,” tanya Ibu kepada Miko yang asik bermain dengan pesawatnya di teras. unya Miko !u,” "awabnya tanpa melihat Ibu. ”Ibu dan Ay ah kan belum pernah membelikan mainan pesawat terbang untuk Miko?,” tanya I bu lagi. Miko hanya diam sa"a. ”Katakan pada Ibu, Miko. Itu milik siapa?,” lagi#lagi Miko diam. $alu pelan#  pelan Ibu mendekati Miko yang tiba#tiba berhenti memainkan pesawatnya. ”Miko%Miko ingat kan apa yang dikatakan Ayah dan Ibu ? Kita tidak boleh berkata bohong kan ? ” Miko mengangguk pelan#pelan. Iya, Miko ingat. Ayah dan Ibu selalu mengingatkannya agar tidak  berkata bohong. Kata A y ah, anak yang suka bohon g akan "adi pembohong seterusny a. ”&api Miko mau mainan pesawat terbang, Ibu,” tiba#tiba Miko menangis. Ibu "adi kasihan lalu memeluk Miko. ”&api katakan dulu sayang, pesawat ini punya siapa,” u'ap Ibu sambil mengelus kepala Miko. unyanya Aldo, !u,” "awab Miko sambil terisak#isak. ”&erus, kenapa dibawa pulang?,” ”(abis, Aldo pelit ) Miko mau pin"am tidak boleh ),” kata Miko. ”&e rus ?” kata Ibu tidak sabar. ”%..habis itu, Miko langsung rebut pesawat itu dari Aldo dan Miko bawa pulang ),” kata Miko sambil mengusap air matanya. Ibu hanya geleng#geleng kepala. ”Miko, kalau tidak boleh memin"am "angan memaksa dan merebut begitu. Itu tidak baik Nak. Aldo menangis nggak waktu pesawatnya Miko rebut,” tanya Ibu. Miko mengangguk pelan. ”&uh kan. *oba bayangkan kalau mainan kesayangan Miko di rebut te man Miko lalu dibawa pulang. Sedih dan marah nggak?,” tanya Ibu. &entu sa"a Miko akan marah ) Kata Miko dalam hati tapi ia diam sa"a. ”Kalau Miko tidak boleh pin"am ya sudah. &idak boleh merebut dan marah#marah. &oh, Miko punya  banyak mainan di rumah,” tutur Ibu. ”&api Miko ingin punya mainan pesawat !u,” katanya merengek. Ibu diam sebentar dan berpikir. ”!egini sa"a. Kalau nanti waktu pela"aran berhitung Miko dapat nilai +, Ibu "an"i akan membelikan Miko mainan pesawat terbang. !agaimana ?,” tanya Ibu. Miko diam agak lama. !erhitung kan agak susah ) &api Miko ingin sekali punya mainan pesawat terbang. &api siapa takut ) ”!aik !u. Miko akan ra"in bela"ar berhitung biar dapat nilai +,” akhirnya Miko mau. ”-an sekarang Miko harus mengembalikan pesawat Aldo dan minta maaf,” u'ap Ib u. ”&api !u%..Miko malu,” Miko mera"uk lagi. ”&idak boleh begitu Miko. Minta maaf itu perbuatan mulia kenapa harus malu. Miko tidak mau bermusuhan dengan Aldo kan ?,” Miko mengangguk. Akhirnya setelah dibu"uk Ibu, Miko mengembalikan mainan Aldo diantar Ibu. ”Maafkan Miko ya Aldo. Ini mainanmu kekumbalikan,” u'ap Miko begitu bertemu Aldo dirumahnya. Ibu tersenyum melihat Miko mau minta maaf./0 Katak dan Permata Charles Perrault ada suatu masa, ada seorang wanita yang telah men"anda dan memiliki dua orang putri. utri tertua memiliki wa"ah dan perangai yang sangat mirip dengan ibunya sehingga orang sering berkata bahwa siapapun yang melihat putri tertua tersebut, sama dengan melihat ibunya. Mer eka berdua mempunyai sifat "elek yang sama, sangat sombong dan tidak pernah menghargai orang lain. utri yang termuda, merupakan gambaran dari ayahnya yang telah meninggal, sama#sama memiliki sifat baik hati, senang membantu orang dan sangat sopan. !anyak yang menganggap bahwa putri termuda adalah wanita yang ter'antik yang pernah mereka lihat. Karena ke'enderungan orang untuk menyukai hal yang sama dengan diri mereka, ibunya men"adi sangat sayang kepada putri yang tertua, sedangkan putri yang termuda diperlakukan dengan buruk,  putri termuda sering disuruhnya beker" a tanpa henti dan tidak boleh bersa ma mereka makan di me"a makan. -ia hanya diperbolehkan makan di ruang dapur sendiri sa"a. utri yan g termuda sering dipa ksa dua kali sehari untuk meng ambil air dari sumur yan g letaknya sangat "auh dari rumah mereka. Suatu hari ketika putri yang termuda berada di mata air ini, datanglah seorang wanita tua yang kelihatan sangat miskin, yang memintanya untuk mengambilkan dirinya air minum.

Upload: rini

Post on 05-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fairytale about honesty

TRANSCRIPT

Miko Mau Minta MaafSore itu, Ibu heran. Melihat Miko membawa mainan pesawat terbang saat pulang bermain dari rumah temannya, Aldo. Karena, seingat Ibu, Miko tidak punya mainan pesawat terbang. Miko, itu mainan milik siapa, Nak ?, tanya Ibu kepada Miko yang asik bermain dengan pesawatnya di teras.Punya Miko Bu, jawabnya tanpa melihat Ibu.Ibu dan Ayah kan belum pernah membelikan mainan pesawat terbang untuk Miko?, tanya Ibu lagi. Miko hanya diam saja. Katakan pada Ibu, Miko. Itu milik siapa?, lagi-lagi Miko diam. Lalu pelan-pelan Ibu mendekati Miko yang tiba-tiba berhenti memainkan pesawatnya.MikoMiko ingat kan apa yang dikatakan Ayah dan Ibu ? Kita tidak boleh berkata bohong kan ? Miko mengangguk pelan-pelan. Iya, Miko ingat. Ayah dan Ibu selalu mengingatkannya agar tidak berkata bohong. Kata Ayah, anak yang suka bohong akan jadi pembohong seterusnya.Tapi Miko mau mainan pesawat terbang, Ibu, tiba-tiba Miko menangis. Ibu jadi kasihan lalu memeluk Miko. Tapi katakan dulu sayang, pesawat ini punya siapa, ucap Ibu sambil mengelus kepala Miko.Punyanya Aldo, Bu, jawab Miko sambil terisak-isak. Terus, kenapa dibawa pulang?,Habis, Aldo pelit ! Miko mau pinjam tidak boleh !, kata Miko. Terus ? kata Ibu tidak sabar...habis itu, Miko langsung rebut pesawat itu dari Aldo dan Miko bawa pulang !, kata Miko sambil mengusap air matanya. Ibu hanya geleng-geleng kepala.Miko, kalau tidak boleh meminjam jangan memaksa dan merebut begitu. Itu tidak baik Nak. Aldo menangis nggak waktu pesawatnya Miko rebut, tanya Ibu. Miko mengangguk pelan.Tuh kan. Coba bayangkan kalau mainan kesayangan Miko di rebut teman Miko lalu dibawa pulang. Sedih dan marah nggak?, tanya Ibu. Tentu saja Miko akan marah ! Kata Miko dalam hati tapi ia diam saja.Kalau Miko tidak boleh pinjam ya sudah. Tidak boleh merebut dan marah-marah. Toh, Miko punya banyak mainan di rumah, tutur Ibu.Tapi Miko ingin punya mainan pesawat Bu, katanya merengek. Ibu diam sebentar dan berpikir. Begini saja. Kalau nanti waktu pelajaran berhitung Miko dapat nilai 10, Ibu janji akan membelikan Miko mainan pesawat terbang. Bagaimana ?, tanya Ibu. Miko diam agak lama. Berhitung kan agak susah ! Tapi Miko ingin sekali punya mainan pesawat terbang. Tapi siapa takut !Baik Bu. Miko akan rajin belajar berhitung biar dapat nilai 10, akhirnya Miko mau.Dan sekarang Miko harus mengembalikan pesawat Aldo dan minta maaf, ucap Ibu.Tapi Bu..Miko malu, Miko merajuk lagi. Tidak boleh begitu Miko. Minta maaf itu perbuatan mulia kenapa harus malu. Miko tidak mau bermusuhan dengan Aldo kan ?, Miko mengangguk.Akhirnya setelah dibujuk Ibu, Miko mengembalikan mainan Aldo diantar Ibu. Maafkan Miko ya Aldo. Ini mainanmu kekumbalikan, ucap Miko begitu bertemu Aldo dirumahnya. Ibu tersenyum melihat Miko mau minta maaf.(*)

Katak dan PermataCharles Perrault

Pada suatu masa, ada seorang wanita yang telah menjanda dan memiliki dua orang putri. Putri tertua memiliki wajah dan perangai yang sangat mirip dengan ibunya sehingga orang sering berkata bahwa siapapun yang melihat putri tertua tersebut, sama dengan melihat ibunya. Mereka berdua mempunyai sifat jelek yang sama, sangat sombong dan tidak pernah menghargai orang lain.Putri yang termuda, merupakan gambaran dari ayahnya yang telah meninggal, sama-sama memiliki sifat baik hati, senang membantu orang dan sangat sopan. Banyak yang menganggap bahwa putri termuda adalah wanita yang tercantik yang pernah mereka lihat.Karena kecenderungan orang untuk menyukai hal yang sama dengan diri mereka, ibunya menjadi sangat sayang kepada putri yang tertua, sedangkan putri yang termuda diperlakukan dengan buruk, putri termuda sering disuruhnya bekerja tanpa henti dan tidak boleh bersama mereka makan di meja makan. Dia hanya diperbolehkan makan di ruang dapur sendiri saja.Putri yang termuda sering dipaksa dua kali sehari untuk mengambil air dari sumur yang letaknya sangat jauh dari rumah mereka. Suatu hari ketika putri yang termuda berada di mata air ini, datanglah seorang wanita tua yang kelihatan sangat miskin, yang memintanya untuk mengambilkan dirinya air minum."Oh! ya, dengan senang hati," kata gadis cantik ini yang dengan segera mengambil kendinya, mengambil air dari tempat yang paling jernih di mata air tersebut, dan memberikan kepada wanita itu, sambil membantu memegang kendinya agar wanita tua itu dapat minum dengan mudah.Setelah minum, wanita tersebut berkata kepada putri termuda:"Kamu sangat cantik, sangat baik budi dan sangat sopan, saya tidak bisa tidak memberikan kamu hadiah." Ternyata wanita tua tersebut adalah seorang peri yang menyamar menjadi wanita tua yang miskin untuk melihat seberapa jauh kebaikan hati dan kesopanan putri termuda. "Saya akan memberikan kamu sebuah hadiah," lanjut sang Peri, "Mulai saat ini, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar sebuah bunga atau sebuah batu berharga."Ketika putri termuda yang cantik ini pulang kerumah, dimana saat itu ibunya memarahinya karena menganggap putri termuda tersebut terlalu lama kembali dari mengambil air."Saya minta maaf, mama," kata putri termuda, "karena saya terlambat pulang."Saat mengucapkan kata itu, dari mulutnya keluarlah dua buah bunga, dua buah mutiara dan dua buah permata."Apa yang saya lihat itu?" kata ibunya dengan sangat terkejut, "Saya melihat mutiara dan permata keluar dari mulutmu! Bagaimana hal ini bisa terjadi, anakku?"Untuk pertama kalinya ibunya memanggilnya dengan sebutan 'anakku'.Putri termuda kemudian menceritakan semua kejadian yang dialami secara terus terang, dan dari mulutnya juga berturut-turut keluarlah permata yang tidak terhitung jumlahnya."Sungguh mengagumkan," kata ibunya, "Saya harus mengirim anakku yang satu lagi kesana." Dia lalu memanggil putri tertua dan berkata "Kemarilah, lihat apa yang keluar dari mulut adikmu ketika dia berbicara. Apakah kamu tidak ingin memiliki hal yang dimiliki adikmu? Kamu harus segera berangkat ke mata air tersebut dan apabila kamu menemui wanita tua yang meminta kamu untuk mengambilkan air minum, ambilkanlah untuknya dengan cara yang sangat sopan.""Adik termuda pasti sangat senang melihat saya mengambil air dari mata air yang jauh," katanya dengan cemberut."Kamu harus pergi, sekarang juga!" kata ibunya lagi.Akhirnya putri tertua berangkat juga sambil mengomel di perjalanan, sambil membawa kendi terbaik yang terbuat dari perak.Tidak lama kemudian dia tiba di mata air tersebut, kemudian dia melihat seorang wanita yang berpakaian sangat mewah keluar dari dalam hutan, mendekatinya, dan memintanya untuk mengambilkan air minum. Wanita ini sebenarnya adalah peri yang bertemu dengan adiknya, tetapi kali ini peri tersebut menyamar menjadi seorang putri bangsawan."Apakah saya datang kesini," kata putri tertua dengan sangat sombong, "hanya untuk memberikan kamu air? dan kamu pikir saya membawa kendi perak ini untuk kamu? Kalau kamu memang mau minum, kamu boleh meminumnya jika kamu merasa pantas.""Kamu keterlaluan dan berlaku tidak sopan," jawab sang Peri, "Baiklah, mulai sekarang, karena kamu sangat tidak sopan dan sombong, saya akan memberikan kamu hadiah, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar seekor ular atau seekor katak."Saat dia pulang, ibunya yang melihat kedatangannya dengan gembira menyambutnya dan bertanya:"Bagaimana, anakku?""Bagaimana apanya, ma?" putri tertua menjawab dengan cara yang tidak sopan, dan dari mulutnya keluarlah dua ekor ular berbisa dan dua ekor katak."Oh! ampun," kata ibunya; "apa yang saya lihat ini? Oh! pastilah adik mu yang sengaja telah merencanakan kejadian ini, tapi dia akan mendapatkan hukumannya"; dan dengan segera dia berlari mendekati putri termudanya dan memukulnya. Putri termuda kemudian lari menjauh darinya dan bersembunyi di dalam hutan yang tidak jauh dari rumahnya agar tidak mendapat pukulan lagi.Seorang anak Raja, yang baru kembali dari berburu di hutan, secara kebetulan bertemu dengan putri termuda yang sedang menangis. Anak Raja tersebut kagum akan kecantikan putri termuda kemudian bertanya mengapa putri tersebut sendirian di dalam hutan dan menangis terisak-isak."Tuanku, ibu saya telah mengusir saya dari rumah."Saat itu, anak Raja melihat lima atau enam mutiara dan permata keluar dari mulut putri termuda, dia menjadi penasaran dan meminta putri termuda menceritakan mengapa dari mulutnya keluar permata saat berkata sesuatu. Putri termuda kemudian menceritakan semua kisahnya, dan anak Raja tersebut menjadi bertambah kagum akan kebaikan hati dan kesopanan tutur kata putri termuda. Anak Raja menjadi jatuh hati pada putri termuda dan beranggapan bahwa putri termuda sangat pantas menjadi istrinya. Anak Raja akhirnya mengajukan lamaran dan menikahi putri termuda.Sedangkan putri tertua, membuat dirinya sendiri begitu dibenci oleh ibunya sendiri karena kelakuannya yang sangat buruk dan di usir keluar dari rumah. Putri tertua akhirnya menjadi terlantar karena tidak memiliki rumah lagi, dia lalu masuk ke dalam hutan dan mulai saat itu, orang tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi.

Timun Untuk Permintaan Maaf

Jiji si anjing sakit. Ia tidak bisa melaksanakan tugasnya, menjaga kebun Pak Tani. Padahal, beberapa hari lagi sayur-sayuran akan siap dipanen. Jiji sangat takut, bagaimana kalau hewan-hewan mencuri sayuran itu.

Dua hari kemudian, Jiji merasa tubuhnya sudah sehat. Sambil menggonggong riang, ia menuju kebun. Ketika sudah tiba. Ia bernapas lega, melihat terong ungu, kubis dan sawi yang besar-besar. Namun, betapa terkejutnya ia ketika sampai di kebun timun. Tananman yang merambat di bilah-bilah bambu itu dahan-dahannya banyak yang patah dan rusak. Timunnya sudah tidak ada satu pun.

"Oh, tidak! Siapa yang berani mencuri semua timun? Awas kalau ketemu!" Jiji mengendus-endus tanah, mencari jejak pencurinya. Ia menemukan banyak jejak Pak Kaki Pak Tani. Ia juga menemukan jejak kaki lain. "Ini ... ini pasti jejak kaki kancil! Aku yakin!"

"Awas kau kancil!"

Dengan kencang, Jiji berlari ke hutan. Mencari keberadaan si Kancil. Setelah bertanya pada beberapa hewan, ia pun menemukan rumah kancil. Digedornya keras-keras pintu kayu itu, hingga Kaci si Kancil membukanya.

"Kau harus bertanggung jawab dengan apa yang kau lakukan, Kaci.

Kaci tampak bingung. "Memang apa yang aku lakukan?"

"Kau jangan pura-pura tidak tahu!" bentak Jiji. "Dasar pencuri".

"Apa? Pencuri ?" Kaci semakin tampak bingung.

"Aku tahu, kau yang mencuri timun Pak Tani kan!"

"Tidak! Aku tidak melakukannya, aku tidak mencuri!" Kaci menggelengkan kepalanya.

"Mana ada pencuri yang mengaku!" Jiji mendengus kesal. "Kau terkenal suka mencuri timun! Sudah akui saja!"

"Sungguh aku tidak mencurinya, Jiji. Aku bisa mencari makanan di hutan. Di sana banyak sekali makanan. Aku tidak perlu mencuri di kebun Pak Tani lagi. "Kaci terus mencoba meyakinkan.

"Alah, berhenti pura-pura! Kau memang pencurinya, aku punya buktinya."

"Mana? Coba tunjukkan!"

"Baik, ikut aku!"

Jiji membawa kaci menuju ke kebun timun dan menunjukkan jejak kai kancil. "Ini jejak kakimu kan?"

Kaci melihat jejak kaki itu lebih dekat dan membandingkannya dengan telapak kakinya. Kok sama, pikirnya.

"Betul kan itu jejak kakimu?" tanya Jiji diulang. "Kau pencurinya!"

"Aku memang pernah melewati kebun ini saat pulang dari sungai. Jujur, saat itu aku memang lapar dan tergiur mengambil timun. Tetapi, tidak jadi. Aku ingat kejadian terakhir aku mencuri. "Aku kapok".

Jiji tertawa mengejek. "Jangan mengarang cerita, Kaci! Sudah akui saja kau mencuri semua timun di kebun ini."

"Sungguh, aku tidak mencuri! Dan bagaimana mungkin hewan kecil seperti aku bisa mencuri semua timun di kebun yang luas ini?" kata Kaci membela diri.

"Kau pasti mencuri bersama teman-temanmu ."

"Kalau seperti itu harusnya banyak jejak kaki kancil di sini?"

Jiji Bingung menjawab pertanyaan Kaci. Ia hanya menemukan jejak kaki seekor kancil. Tetapi, Jiji ingat, Kancil terkenal sangat licik.

"Jangan mencoba menjebakku, Kaci! Kau memang pencurinya!" Nada suara Jiji semakin keras. "Ikut aku! Kau harus aku adukan kepada Pak Tani."

Dengan gonggongannya yang seram, Jiji memerintahkan Kaci menuju halaman rumah Pak Tani. Kaci tanpak gemetaran. Ia ingat dulu saat ia hampir dihajar Pak Tani karena ketahuan mencuri timun. Untungnya ia bisa kabur.

Mereka berhenti, melihat mobil bak terbuka di halaman rumah Pak Tani. Pak Tani dan si sopir keluar dari rumah sambil memikul keranjang dan menaikkannya ke mobil. Ada benda hijau tak sengaja jatuh dari keranjang. Jiji menghampiri dan ternyata benda hijau itu timun. Ia ingat, kalau banyak jejak kaki Pak Petani di kebun Timun. Itu pasti karena Pak Tani sudah memanen timunnya.

Ia menoleh ke arah Kaci. Jiji merasa bersalah tetapi ia malu mengakuinya. Ia menggigit timun yang terjatuh itu dan mendekati Kaci.

"Ini untukmu, timun permintaan maaf," kata Jiji sambil meletakkan timun dari mulutnya ke tanah. "Maafkan aku telah menuduhmu mencuri. Aku menyesal."

"Kau tahu sekali, aku sangat lapar!" seru Kaci riang sambil menggigit timun pemberian Jiji."Terima kasih, Aku sudah memaafkanmu."

Jiji merasa lega. Kaci tidak marah. Ia janji tidak akan bersikap gegabah dan menuduh sembarang lagi.