Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia
dalam Kamus At-Taufiq
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh
Eva Fauziah
NIM: 1110024000017
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia
dalam Kamus At-Taufiq
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh
Eva Fauziah
NIM: 1110024000017
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
1.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
J.
Jakarta, 4 luli 2014
Analisis Kata Baku Bahasa Indonesiadalam Kamus At-Taufiq
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sastra (S.S.)
OlehEva Fauziah
NIM: 1110024000017
Pernbimbing I, Pembimbing II,
fT^ &r__ ro, oJ/ Saehudin, M.Ag. Karlina Helma#ta. M.Ae.
PROGRAM STUDI TARJAMAHFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435 H.t20t4 M.
ilt
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul 'oAnalisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-
taufiq" yang ditulis oleh Eva Fauziah, NIM 1110024000017 telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada hari selasa, 22 Juli 2014 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan
komentar Tim Penguji.
Jakarta,22 luli 20T4
TIM PENGUJI TTD
1. Dr. Akhmad Saehudin. iVI.Ag.(Ketua Sidang)
2. Dr. Moch Slzarif Hidayatullah. M.Hum.(Sekretaris Sidang)
3. Dr. Akhmad Saehudin. M.Ag.(Pembimbing I)
4. Karlina Helmanita. M.Ag.(Pembimbing II)
5. Drs. Ahmad Syatibi. M.Ag.(Penguji I)
6. Abdul Rosyid. M.A.(Penguji II)
(Tanggal: l9 * aB-tory
1
(Tanggal:
,,r1"'r;;;;u;,,11;,,
2.0"..^. *9'
't/a''
4t4.(Tanggal: /.
(Tanggal: l9- g-Z.ot,l )
IV
v
Teruntuk Kedua Orangtuaku:
Ayahanda H. Miharja dan Ibunda Hj. Roswati
Kakakku tersayang, Dafik Nurul Fitron S.Sos.I.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam
huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
1. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ṯ ط ا
ẕ ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ ts ث
f ؼ j ج
q ؽ h ح
k ؾ kh خ
l ؿ d د
m ـ dz ذ
n ف r ر
w و z ز
h ه s س
` ء sy ش
y ي s ص
ḏ ض
vii
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, yang
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
A. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah ـ
i kasrah ـ
u ḏammah ـ
B. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
يـ ai a dan i
و ـ au a dan u
C. Vokal Pangjang
Ketentuan aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ىا
î i dengan topi di atas ىي
وـ ȗ u dengan topi di atas
viii
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengann
huruf, yaitu اؿ, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dîwân bukan ad-dîwân.
4. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (--- ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah
itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis aḏ-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah,
demikian seterusnya.
5. Ta Marbûṯah
Jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat
(na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dilihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
ix
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarîqah طريقة 1
Al-jâmi’ah al-islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
Wahdat al-wujȗd وحدة الوجود 3
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan,
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau
kata sandangnya. (Contoh: Abȗ Hâmid al-Ghazâlî bukan Abȗ Hâmid Al-
Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau dicetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksara. Demikian
seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun
akar katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
x
Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nȗr al-Dîn al-Rânîrî.
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas
kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاد
األجر ثػبت tsabata al-ajru
al-harakah al-‘asriyyah احلركة العصرية
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أف ال اله إال هللا
Maulânâ Malik al-Sâlih موالنا ملك الصالح
yu’atstsirukum Allâh يػؤثركم هللا
العقليةالمظاهر al-mazâhir al-‘aqliyyah
al-âyât al-kauniyyah اآليات الكونية
al-darȗrat tubîhu al-mahzȗrât الضرورة تبيح المحظورات
xi
ABSTRAK
EVA FAUZIAH Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan kata
baku dalam kamus At-Taufiq dan mengetahui sejauh mana pengetahuan
kebahasaan yang dilakukan oleh penerjemah dalam mencari kata untuk
diterjemahkan, khususnya penulisan kata dalam bahasa Indonesia dan
mengelompokkannya menjadi sebuah kalimat. Oleh karena itu, seorang
penerjemah harus mengetahui kaidah-kaidah penulisan dari bahasa sumber (Bsu)
maupun bahasa sasaran (Bsa). Metode yang digunakan penulis dalam mencari
data yang diperlukan adalah metode penelitian kualitatif-deskriptif, yaitu dengan
cara peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk mengungkapkan suatu
masalah. Kemudian peneliti juga menggunakan metode kepustakaan (library
research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait dengan masalah yang
dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat. Lalu peneliti
melakukan analisa terhadap permasalahan yang dibahas dengan mengumpulkan
kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji secara mendalam dan memilih
kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq dan menerangkan lebih jelas kata baku
yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Dari penelitian tersebut, dapat diketahui penggunaan
kata baku dalam kamus yang menjadi sebuah acuan seorang penerjemah dalam
menerjemahkan sebuah teks masih belum sempurna.
xii
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari
lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya,
serta dengan izin-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan
skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan
Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Univeristas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini dapat peneliti selesaikan.
Solawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang
baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk
mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan
umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn
Abdillah.
Alhamdulillah pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang peneliti hadapi,
baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam
diri peneliti. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat
terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada peneliti.
Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Miharja dan kepada
ibunda tersayang Hj. Roswati yang telah melahirkan ananda, membesarkan dan
mendidik hingga ananda besar. Dan semoga gelar sarjana ini dapat
membahagiakan ayahanda dan ibunda tercinta. Kakakku, Dafik Nurul Fitron,
xiii
S.Sos.I. yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan inspirasi kepada
peneliti sehingga peneliti bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Akhmad
Saehudin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi, dosen, Ketua Jurusan Tarjamah
serta Pembimbing Akademik dan Karlina Helmatita, M.A., selaku pembimbing
skripsi dan dosen, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya untuk
membaca, mengoreksi dan memberikan motivasi. Berbagai arahan, petunjuk dan
bimbingan dari keduanya telah banyak membantu penulisan skripsi ini.
Terimakasih juga kepada Abdul Rosyid S.S., M.A. sebagai dosen pembimbing
ketiga bagi peneliti yang selalu memberikan arahan, motivasi, semangat, dan
membantu merapikan tulisan dalam skripsi ini.
Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Komarudin
Hidayat, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman
Faturrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Moch.
Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag. dan Abdul
Rosyid, M.A. selaku penguji, yang telah meluangkan waktu untuk menguji
walaupun di akhir-akhir bulan Ramadan.
Serta tak lupa peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan peneliti berbagai
pengetahuan ilmu bahasa, budaya, terjemah, dan segala ilmu dan pengetahuan
xiv
yang diberikan selama ini kepada peneliti. Semoga ilmu yang diberikan
bermanfaat bagi peneliti dan menjadi bekal dimasa depan tentunya, amin.
Terimakasih juga kepada karyawan Fakultas Adab dan Humaniora,
terutama kepada bapak Radi dan bang Muhadi yang telah memberikan semangat
kepada peneliti, juga membatu peneliti untuk meminjam buku-buku sebagai
referensi di perpustakaan fakultas.
Kepada teman-teman Jurusan tarjamah angkatan 2010 Nia, Umay, Nana,
Mutz, Novi, Ika, Asiah, Lili, Halimah, Nipeh, Ayu, Farhan, Olis, Akew, Fahmi,
Faat, Arif, Syarif, Agus, Ocid, Julponk, Uwes, Imam, Zamzam. Terlebih kepada
Lukman, teman yang telah meminjamkan kamusnya sebagai bahan utama skripsi
ini dari semester 5 dan Hani juga telah meminjamkan kamusnya untuk
penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas bantuan kerjasama teman-teman untuk
mengumpulkan referensi dan saling membantu untuk melengkapi referensi.
Peneliti juga berterima kasih kepada semua pihak yang kenal dengan
peneliti dalam perjumpaan yang singkat atau lama di alam ini, termasuk teman-
teman KKS Kompak di Cieterep Bogor dari fakultas FISIP, FIDKOM, Syariah,
Ushuludin dan Saintek, maaf tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
Harapan sepenuh hati semoga karya ilmiyah yang sangat sederhana ini
bisa bermanfaat bagi penerjemah khususnya bidang Leksikografi. Semoga karya
perdana ini menjadi semangat bagi peneliti dalam meningkatkan produktifitas
karya-karya selanjutnya yang lebih baik. Semoga masukan dan saran-saran dari
semua pihak dapat melengkapi skripsi ini, amin.
Jakarta, 4 Juli 2014
Eva Fauziah
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI....................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
PRAKATA......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 5
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 7
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kata ........................................................................................................... 9
1. Hakikat Kata ....................................................................................... 9
2. Jenis Kata ........................................................................................... 10
3. Pembentukkan Kata ........................................................................... 24
4. Kata Baku ........................................................................................... 27
B. Kamus ...................................................................................................... 35
1. Definisi Kamus ................................................................................... 35
2. Fungsi Kamus ..................................................................................... 36
3. Macam-macam Kamus ....................................................................... 37
4. Jenis Kamus ....................................................................................... 38
5. Kriteria Kamus ................................................................................... 40
6. Klasifikasi Kamus Arab ..................................................................... 41
BAB III TENTANG KAMUS
A. Kamus At-Taufiq ..................................................................................... 43
1. Biografi KH. Taufiqul Hakim ........................................................... 43
2. Sinopsis Kamus At-Taufiq ................................................................. 45
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. Data .......................................................................................................... 49
B. Analisis Bentuk Bahasa Baku .................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 79
B. Rekomendasi ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:) ......................................... 19
2. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’) .................................. 19
3. Huruf Abjad ............................................................................................ 29
4. Abjad ( روحف الح (بحدية الح ........................................................................... 30
5. Tabel Data dalam Kamus At-Taufiq dari entri ا sampai ج ..................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amtsilati merupakan suatu metode pengajaran untuk membaca kitab
kuning. Berawal dari kitab-kitab Amtsilati, maka terbitlah kamus Amtsilati.
Kamus ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran Amtsilati yang berkuncikan
“Rumus” dan “Kamus”. Rumus merupakan kunci untuk membaca, sedangkan
kamus adalah kunci untuk memahami arti atau makna dari kata yang dibaca tadi,
yang pada gilirannya diharapkan untuk bisa menerjemahkan, mendalami, dan
mengamalkan dari apa yang dibaca.1
Kamus ini merupakan jembatan bagi pemula. Kata-kata dalam kamus At-
taufiq banyak digunakan dalam kitab kuning. Dari sekian banyak kosakata dalam
kamus ini banyak kata-kata terjemahan arti dalam bahasa Indonesia tidak
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan yang disebut kata baku yang merupakan kata-kata yang menjadi
acuan dalam pemakaian bahasa.
Kamus sangat berkaitan dengan penerjemahan. Penerjemahan merupakan
peralihan dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Dalam mengalihkan
pesan dari satu bahasa ke bahasa lain, yang harus dilihat adalah isi.
Menerjemahkan juga menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang
bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) yang akan diterjemahkan dan
menuntut penguasaan kosakata bahasa sasaan, rasa bahasa, susunan dan
1 Taufiqul Hakim, Kamus At-Taufiq Arab – Jawa – Indonsia (Bangsari: PP. Darul Falah, 2004), ii.
2
strukturnya.2 Oleh karena itu, agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut
dapat dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk bahasa
sasarannya.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis kata baku terhadap kata-
kata yang terdapat kamus At-Taufiq.
Contoh : يػيؤثري –آثىر artinya memilih, memulyakan, menghormati
mendahulukan.
Kedua kata tersebut termasuk verba (fiil), yaitu kata kerja. Kata bahasa
Arab dalam contoh di atas merupakan verba (fiil) yaitu fiil madhi dan fiil mudhari.
Dalam kata yang digaris bawahi di atas bentuk penulisannya salah. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI), kita dapat menemukan kata tersebut dengan
mencari kata dasarnya. Kata dasar dari kata tersebut adalah „mulia‟ termasuk
adjektiva yang mempunyai arti „tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat),
tertinggi, terhormat‟.3 Agar menjadi verba kata mulia tersebut mengalami proses
morfologi dengan menambahkan imbuhan di depan dan di belakang kata tersebut.
Jadi penulisan arti kata bahasa Arab yang benar adalah „memuliakan‟. Bahasa
sumber yaitu bahasa Arab merupakan verba (fiil), oleh karena itu diterjemahkan
menjadi verba (fiil) juga dalam bahasa Indonesia.
Kata selalu berkembang setiap zaman. Pelafalan dan penulisan yang
berbeda menjadikan bentuk kata baku tidak sering dipersoalkan atau mungkin
2 Achmad Satori Ismail, Problematika Terjemah (Arab-Indonesia) (Jakarta: Adabia Press,
2011), h. 2. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 936.
3
memang dianggap tidak perlu diperhitungkan untuk keberhasilan pembakuan
bahasa tersebut.
Dalam kamus At-Taufiq, ternyata peneliti menemukan kata-kata yang
tidak menggunakan kata baku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk itu, penulis akan menganalisis pada kamus
tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia
dalam Kamus At-Taufiq”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Kamus At-Taufiq merupakan kamus yang digunakan untuk mencari
makna/arti kata dalam memahami dan mempelajari kitab kuning. Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kata-kata yang tidak
menggunakan kata baku dari entri ا sampai ج.
Sedangkan rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk kata baku bahasa Indonesia dalam terjemahan kamus At-
Taufiq?
2. Bagaimana penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq?
C. Tujuan Penelitian
Tanpa tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bentuk kata baku dalam terjemahan kamus At-Taufiq.
2. Mengetahui penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq.
4
3. Sebagai rekomendasi terhadap kamus At-Taufiq dalam pengenalan kata baku.
D. Manfaat Penelitian
Di samping untuk mengetahui kata baku terhadap kamus At-Taufiq,
penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi keilmuan
kepada mahasiswa Tarjamah. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Sebagai koreksi kata baku pada terjemahan Kamus At-Taufiq.
2. Menjadikan motifasi kepada mahasiswa Tarjamah agar dalam menerjemahkan,
memperhatikan faktor kata baku.
3. Seorang penerjemah bisa menggunakan kamus sesuai dengan teks yang akan
diterjemahkan.
4. Menambah wawasan dan khasanah keilmuan dalam bidang perkamusan.
E. Metodologi Penelitian
a. Metode Pembahasan
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif,
maksudnya adalah peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk
mengungkapkan suatu masalah. Dalam hal ini peneliti akan membahas tentang
kata baku dalam terjemahan kamus Arab-Indonesia. Kemudian, masalah
tersebut diklasifikasikan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian.
b. Sumber Data
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode kepustakaan
(library research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait dengan
5
masalah yang dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat.
Kemudian, agar hasil penelitian ini lebih maksimal, peneliti memakai sumber
data sekunder yang merujuk pada buku, internet, ensiklopedi, koran dan
kamus. Peneliti juga akan selalu konsultasi kepada ahli yang terkait dengan
masalah yang ada. Sumber data primer terkait dengan kamus, peneliti akan
merujuk kepada Abdul Chaer dalam bukunya “leksikologi dan leksikografi
Indonesia” dan Taufiqurrachman dalam bukunya “Leksikologi Bahasa Arab”,
terkait dengan kata baku bahasa Indonesia penulis merujuk “Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI)” dan Masnur Muslich dalam bukunya “Tata Bentuk
Bahasa Indonesia”, terkait dengan kata baku bahasa Arab penulis merujuk
kepada Eckehard Schulz dalam bukunya “Bahasa Arab Baku dan Modern”,
c. Data Analisis
Dalam metode penelitian ini, penulis menambahkan langkah-langkah
analisis agar dapat kejelasan yang akan dilakukan peneliti secara sistematis dan
bertahap. Adapun tahapan yang peneliti akan lakukan, sebagai berikut:
1. Mengumpulkan kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji
secara mendalam dan memilih kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq
kemudian disesuaikan dengan konteks pembahasan kata tersebut agar
mudah dimengerti oleh pembaca.
2. Menerangkan lebih jelas kata baku yang sesuai dengan Pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dalam menerjemahkan sebuah kata dengan menggunakan kamus At-
Taufiq.
6
d. Teknik Penulisan
Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis mencari buku yang ingin dikaji dalam skripsi, akhirnya
peneliti menjatuhkan pilihan pada kamus Arab-Indonesia yaitu Kamus At-Taufiq
dan Al-„Ashri. Skripsi ini juga terinspirasi dari skripsi sebelumnya yang berjudul
“Metode Amtsilati dalam Proses Penerjemahan: Studi Analisis Buku “Program
Pemula Membaca Kitab Kuning,” karya H. Taufiqul Hakim Jepara. Sebuah karya
mahasiswa jurusan tarjamah, yaitu Abdul Rosyid pada tahun 2007. Sebuah skripsi
yang membahas bagaimana proses penerjemahan dengan metode amtsilati.
Kamus At-Taufiq sebagai salah satu rujukan dalam penelitian ini merupakan buku
karya H. Taufiqul Hakim, kamus yang digunakan santri untuk menerjemahkan
kitab kuning.
Peneliti juga menemukan beberapa penelitian tentang kamus bahasa Arab-
Indonesia yang dilakukan oleh Urwatul Wustqo pada tahun 2004 yang berjudul
“Kamus dan Peranannya sebagai Alat Bantu Penerjemahan”, skripsi yang
dilakukan oleh Rumsari Marjatsari pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis
Semantik Leksikal pada Padanan Arab-Indonesia dalam Kamus Al-Munawwir
dan Al-„Ashri” dan skripsi yang dilakukan oleh Syukron Nurul Fajri pada tahun
2011 yang berjudul “Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia
(Analisis Banding Semantik Leksikal Kamus Al-„Ashri dan Kamus Kontemporer
7
Arab-Indonesia Istilah Poloitik-Ekonomi). Namun, dari survey pustaka yang telah
dilakukan belum ada yang meneliti masalah kata baku dari kamus At-Taufiq dan
Al-„Ashri. Untuk itu, penulis ingin menyempurnakan dan memberi kontribusi
baru dalam ranah penerjemahan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam hal ini penulis akan memberikan penjelasan secara sistematika
dengan pandang masalah secara objektif, agar dapat dipahami dengan baik. Agar
penulis dapat terarah dan sistematis, langkah yang penulis tempuh adalah sebagai
berikut:
Bab I: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II: Kerangka teori. Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu yang terdiri dari masalah kata, hakikat kata, jenis kata,
pembentukkan kata, kata baku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab, serta
penjelasan tentang kamus diantaranya definisi kamus, fungsi kamus, macam-
macam kamus, jenis kamus, kriteria kamus, dan klasifikasi kamus bahasa Arab.
Dengan kerangka teori tersebut penulis akan menjalankan penelitian dengan baik.
Bab III: Membahas tentang korpus penelitian ini yaitu kamus At-Taufiq.
Didalamnya terdapat sinopsis kamus, seluk-beluk kamus, kilasan mengenai kamus
tersebut, dan biografi penyusun kamus tersebut.
8
Bab IV: Menjelaskan hasil temuan dan analisis kata baku pada kamus At-
Taufiq, bab ini adalah bab terpenting dalam penelitian ini karena pada bab inilah
pembahasan penelitian dilakukan.
Bab V: Penutup, berupa kesimpulan dan rekomendasi.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kata
1. Hakikat Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa.4 Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis,
kata dapat menempati fungsi-fungsi sintaksis atau menjadi bagian dari
frasa. Kata adalah bagian kalimat yang merupakan kesatuan yang terkecil,
yang dapat berdiri sendiri dan mengandung suatu pengertian.5
Kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata penuh dan kata tugas.
Kata penuh adalah kata sebagai pengisi yang secara leksikal memiliki
makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi,
merupakan kelas terbuka dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan tuturan.
Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai
makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan
di dalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri.6
4 Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.
633. 5 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100. 6 Ibid., h. 100.
10
Contoh:
Kata penuh : مىسجده : tempat ibadah orang islam
Kata tugas : كى : dan/atau
Dalam contoh di atas, terlihat pada makna kata penuh dan kata tugas.
Tanpa disandingkan dengan kalimat, kata penuh bisa berdiri sendiri dan
mempunyai arti. Sedangkan kata tugas, jika tidak disandingkan dengan
kalimat, kata tersebut tidak mepunyai makna leksikal, jika disandingkan
dengan kalimat kata tersebut mempunyai makna dan hanya mempunyai
tugas sintaksis.
2. Jenis Kata
Dalam buku tata baku bahasa Indonesia, rombongan linguis bahasa
Indonesia-Bambang Kaswanti Purwo, Harimuri Kridalaksana, W.H.C.M.
Lalamentik, Samsuri, Surdyanto dkk mengelompokkan kata bahasa
Indonesia ke dalam delapan kelas, yaitu verba, nomina, pronomina,
numeralia, adjektiva, adverbia, dan kata tugas.
3.1 Verba
Verba terdiri dari: (a) fungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna
dasar, perbuatan, proses, dan keadaan yang bukan sifat/kualitas, (c)
verba yang bermakna keadaan tidak bisa diprefiksi {ter-} „paling‟.
Dilihat dari bentuknya, verba dibedakan atas: (a) asal dan (b) turunan,
yang dibedakan lagi atas: (i) dasar bebas, afiks wajib, (ii) dasar bebas,
afiks manasuka, (iii) dasar terikat, (vi) reduplikasi, (v) majemuk. Di
11
samping itu, verba dibedakan lagi berdasarkan morfologi verba dan
semantisnya, serta perilaku sintaksisnya.7
3.2 Nomina
Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada
manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Sedangkan dari
segi sintaksisnya, bercirikan: (a) nomina cenderung menduduki fungsi
subjek, objek atau pelengkap, (b) tidak dapat diingkarkan dengan kata
tidak, melainkan dengan kata bukan, (c) umumnya secara langsung
atau tidak, nomina diikut oleh adjektiva dengan perantara kata yang.8
3.3 Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina. Ada (a)
pronomina persona (aku, anda, mereka), (b) pronomina penunjuk ( ini,
itu, begini demikian), (c) pronomina penanya (apa, dari mana).
3.4 Numeralia
Numerlia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
maujud dan konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga: (a) pokok
(enam, panca, tiga (orang), beribu, berbagai), (b) tingkat (pertama,
keempat), dan (c) pecahan (sepersepuluh, dua koma lima).9
7 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 121. 8 Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.
213. 9 Ibid, h. 122.
12
3.5 Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan
secara umum dapat bergbung dengan kata lebih dan sangat.10
Ciri-
cirinya dikenali sebagai berikut: (1) bisa diberi keterangan pembanding
lebih, kurang, paling; (2) dapat diberi keterangan penguat sangat,
sekali, benar, terlalu; (3) dapat diingkari dengan tidak; (4) dapat
diulang dengan {se-nya}, (5) pada kata tertentu berakhir dengan –er, -
(w)i, -iah, -if, -al, dan –ikan. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis
dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengafiksan, reduplikasi,
adjektiva + kata lain, dan adjektiva + adjektiva.11
3.6 Adverbia
Adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva,
proposisi, atau adverbia lain.12
Dalam tataran frasa, adverbia adalah
kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sedangkan
dalam tataran kalusa, adverbia menjelaskan fung-si-sungsi sintaksis.
Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi
yaitu: pengulangan, pengulangan dan -an, pengulangan +se-nya, kata
dasar +se-nya, dan kata dasar -nya.13
10
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.
10. 11
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 122-123. 12
Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
2. 13
Ibid., h. 122-123.
13
3.7 Kata Tugas
Di luar kata verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia, ada
kata lagi yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai makna
gramatikal. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa
mengalami perubahan bentuk. Ada lima kelompok dalam kata tugas:
(1) preposisi (dari, di, sejak, semacam, sekitar, daripada, dari bawah),
(2) konjungsi (dan, atau, selagi, jika, agar, biarpun, seolah-olah, oleh
karena, hingga, bahwa, baik ... maupun, sesudah itu, dalam pada itu),
(3) interjeksi (bah, aduhai, astagfirullah, he, ha), (4) artikel (sang, sri,
hang, para, si, dang), dan (5) partikel (lah, kah, pun, tah).14
Dalam bahasa Arab, Ni‟mah membagi kelas kata dalam bahasa
Arab menjadi 3: (1) nomina (ism), (2) verba (fi’il), dan (3) partikel
(harf).15
1. Nomina (ism)
Nomina (ism) adalah kata yang menunjukkan makna benda secara
langsung tanpa membutuhkan bantuan dari kata atau lafal lainnya, dan
isim tidak terkait dengan waktu.16
Isim dalam bahasa arab sama
pengertiannya dengan kata benda dalam bahasa Indonesia. kategori ism
meliputi tiga unsur: nama, sifat, dan kata ganti.
14
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 123. 15
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 62. 16
Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h.
16.
14
Wright membagi nomina menjadi nomina primitif dan nomina
derivatif. Nomina primitif merupakan kata benda, seperti رىجيله (lelaki).
Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektifa, deverba yang
diderivasikan dari verba, seperti تػىقسيم dari kata قىسىمى (membagi), atau
denominatif yang diderivasikan dari nomina مىأىسىدىة (tempat yang
dipenuhi singa) dari kata أىسىده (singa).17
Ism mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kata-kata
yang lain. Adapun ciri-ciri ism adalah sebagai berikut:
1. Terdapat huruf jar di depan kata. Contoh: أىذهىبي الى المىدرىسىة (Saya pergi ke sekolah.
2. Terdapat huruf Alif dan Lam (اؿ). Contoh: الرجيلي 3. Berharakat tanwin. Contoh: بيػ ره مىسج ده كى
4. Diawali oleh huruf nida‟ (huruf yang berfungsi memanggil).
Contoh: يىا ميىمدي 5. Mempunyai kalimat mubtada‟ dan khabar.
6. Mempunyai kalimat idhafah.18
Isim ditinjau dari jenisnya, yaitu: mudzakkar dan muannats.19
(maskulin) ميذىكر اسمه
(feminin) ميؤىنث
17
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 63. 18
Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h.
17-18. 19
Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab (Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2008), h. 1.A.
15
Mudzakkar (nomina maskulin) tidak mempunyai tanda khusus.
Seperti: سلميي Sedangkan Muannats (nomina femini), menurut .امل
Haywood dan Nahmad, nomina yang dianggap feminin adalah (1)
nomina yang secara makna dianggap muannats, seperti أي / ibu; (2)
nomina yang berjenis muannast dilihat dari bentuknya yang biasanya
terdapat sufiks ة (ta:‟ marbuthah), seperti مىدرىسىةه/ sekolah; berakhiran -
اء – rahasia; berakhiran / نىوىل seperti , ا – dan ل , seperti أء / بػىيدى
gurun; atau disepakati sebagai kata berjenis muannats, seperti kata شىشه
/ matahari.20
Menurut Haywood dan Nahmad, Nomina dalam bahasa Arab
memiliki ciri jumlah. Jumlah dalam bahasa Arab ada tiga: tunggal
(mufrad), dual (mutsanna:) dan plural (jama‟). Bentuk Plural terbagi
menjadi tiga: maskulin teratur (jama‟ mudzakkar) feminin teratur
(jama‟ mu‟annatsa) netral-salin suara, yang dibentuk dari perubahan
internal kata, biasanya dengan perubahan prefiks dan sufiks (jama‟
taksi:r).21
20
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 67. 21
Ibid., h. 66.
16
(tunggal) ميفرىد
/ميثػىن اسم تػىثنيىة (dual)
يذىكر السال (plural) جىىع (maskulin) جىىع امل
يؤىنث السال (feminin) جىىع امل
(prefiks dan sufiks) جىىع تىكسىي
Kata bentuk ميفرىد, yaitu: (1) Kata Shahih akhir dan munsharif,
kedudukan marfu‟ dengan dhammah, manshub dengan fathah, dan
majrur dengan kasrah, (2) Kata maqshur, (3) Kata manqus, dan (4) Kata
Ghairu Munsharif dan kata Mamdud.
Kata bentuk ميثػىن/ تػىثنيىة , yaitu: marfu‟ ditatsniyahkan dengan
menggunakan dan manshub atau majrur ditatsniyahkan dengan ,ف dan ا
menggunakan م dan ف.
Kata bentuk يذىكرالسال جىىع امل , yaitu: marfu‟ dengan menggunakan ك
dan ف, dan manshub atau majrur dengan menggunakan م dan ف.
Kata bentuk يؤىنث السال yaitu: marfu‟ ditandai dengan ,جىىع امل
harakat dhammah, dan manshub atau majrur ditandai dengan harakat
kasrah. Sufiksnya menggunakan .ت dan ا
Kata bentuk جىىع تىكسىي, yaitu: marfu ditandai dengan harakat
dhammah, manshub ditandai dengan harakat fathah, dan majrur
ditandai dengan harakat kasrah.22
22
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 92-93.
17
Nomina dilihat dari aspek ketentuan cakupan makna terbagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Indefinite/ نىكرىةه (tidak tertentu). Seperti: رىجيله lelaki, بػىيته rumah.
b. Definite/ مىعرفىةه (tertentu). Seperti: اىلمىسجدي masjid, ةي اىلىريدى
majalah.23
Dilihat dari distribusinya, nomina dapat menempati posisi sebagai
subjek, predikat, pelengkap, dan aposisi. Dilihat dari infleksinya,
nomina dapat dibubuhi tanda penunjuk jumlah, jenis, definitif, vokal
rangkap, dan preposisi.24
2. Verba (Fi’il)
Verba (Fi’il) adalah kata kerja yang menunjukkan arti pekerjaan,
atau peristwa yang terjadi pada waktu tertentu, baik di masa lampau,
sekarang, atau yang akan datang.25
Pengertian verba (fi’il) hampir
sama dengan istilah kata kerja dalam bahasa Indonesia. Fi’il (kata
kerja/verba) terdapat tiga macam, yaitu mâdhî, mudhâri‟, dan amar.
Ketiga bentuk tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Bentuk mâdhî, digunakan untuk mengungkapkan aktivitas
lampau (telah, sudah)
b. Bentuk mudhâri‟, digunakan untuk menyatakan aktivitas yang
sedang berlangsung atau yang akan datang
23
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 70-71. 24
Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora,
2005), h. 53. 25
Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013),
h. 58.
18
c. Bentuk amar, bentuk ini digunakan untuk menyatakan perintah
(imperatif) atau untuk membuat kalimah perintah.26
Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam.
Pertama, verba asal, yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh:
dan lain sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu رىجىعى, قػىرىأى, جىلىسى
verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa
penggabungan paduan bentuk dasar.27
Cohtoh: يػىرجعي, يػىقرىأي, يىلسي. Berdasarkan segi sintaksis verba (fi’il) terbagi lagi menjadi infleksi
(al-Tashri:f al-Lughawi), dan derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)
1. Infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi)
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa
Arab. berikut adalah pola infleksi dalam bahasa Arab:
a. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:)
Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi
apabila verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat
(dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah
subjek (PS).28
26
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 14. 27
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 68. 28
Ibid., h. 69.
19
هو نىصىرى انتى نىصىرتى انا نىصىرتي
مها نىصىرىا انتما نىصىرتيىا حنن نىصىرنىا
هم نىصىريكا انتم نىصىرتي
هي نىصىرىت انت نىصىرت
مها نىصىرىتىا انتما نىصىرتيىا
هن نىصىرفى انت نىصىرتين
b. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’)
Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi
apabila verba tersebut disandangi konfiks pronomina terikat
(dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah
subjek (PS).29
هو يػىنصيري انتى تػىنصيري انا أىنصيري
مها يػىنصيرىاف انتما تػىنصيرىاف حنن نػىنصيري
هم يػىنصيريكافى انتم تػىنصيريكافى
هي تػىنصيري انت تػىنصيرينى
مها تػىنصيرىاف انتما تػىنصيرىاف
هن تػىنصيرفى انت تػىنصيرفى
29
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 69.
20
1. Derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)
Derivasi adalah proses pembentukan kata-kata batu, atau
dapat diartikan perubahan morfemis yang menghasilkan kata
dengan identitas morfemis yang lain. Contoh pada kata كىتىبى
„menulis‟, كىاتبه „penulis‟, مىكتىبه „meja‟. Kata كىتىبى
merupakan verba dan اتبه كى merupakan nomina. Keduanya
merupakan dua kelas kata yang berbeda, jadi hunbungan antara
keduanya adalah hubungan derivasi.30
Pola dalam derivasi dalam bahasa Arab yaitu: (1) derivasi
verba trikonsonantal takberimbuhan (Tsula:tsi Mujarrad), (2)
derivasi verba trikonsonantal (Tsula:tsi Mazi:d), (3) derivasi
verba Kuadrikonsonantal takberimbuhan (Ruba:’i: Mujarrad),
dan (4) verba kuadrikonsonantal derivatif (Ruba:’i: Mazi:d).
Berdasarkan objeknya fi‟il dibedaka menjadi dua bagian, yaitu
verba transitif (Fi’il Muta’addi:), dan verba intransitif (Fi’il La:zim).31
a. Verba transitif (Fi’il Muta’addi:)
Menurut Mattews, kontruksi transitif sebgai, “satu verba
yang berhubungan sedikitnya dengan dua nomina atau yang
sepadan, yang secara semantik memiliki karakteristik salah
satunya sebagai pelaku dan lainnya sebagai sasaran.32
Dalam
30
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 70. 31
Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013),
h. 78. 32
Ibid., h. 76.
21
bahasa Arab verba trasitif disebut Fi’il Muta’addi:. Fi’il
Muta’addi: adalah kata kerja yang membutuhkan objek.33
Contoh:
زى .Muhammad makan roti : أىكىلى ميىمده اىليبػ
Lebanon mengurai secara lebih luas konsep verba transitif
dalam bahasa Arab dengan membaginya ke dalam lima bagian:
(1) verba yang langsung diikuti oleh objeknya, (2) verba yang
diikuti oleh a (hamzah yang diletakkan di depan verba) yang
berfungsi menjadikan verba sebagai transitif, (3) verba yang
menjadi transitif dengan cara mendobelkan (geminasi) huruf
kedua pada verba, (4) verba yang menjadi transitif dengan
bantuan preposisi, (5) verba yang menjadi transitif dengan
bantuan adverbia (yang menandakan tempat dan waktu.34
b. Verba intransitif (Fi’il La:zim).
Menurut Alwi dkk. verba intransitif adalah verba yang
tidak memiliki nomina dibelakangnya yang dapat berfungsi
sebagai subjek dalam kalimat pasif.35
Dalam bahasa Arab verba
intransiti fdisebut Fi’il La:zim. Fi’il La:zim adalah kata kerja
yang tidak memerlukan objek. Artinya, kata kerja tersebut
hanya membutuhkan sujek, sehingga dalam susunan
kalimatnya hanya terdiri atas subjek dan predikat.36
33
Ibid., h. 78 34
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 77-78. 35
Ibid., h. 80. 36
Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013),
h. 79.
22
Contoh:
.Ahmad telah pergi : ذىهىبى أىحىدي
Kategori ini memiliki beberapa ciri khusus. Dilihat dari
distribusnya, verba dapat menempati posisi predikat dan
pelengkap dalam bahasa Indonesia. dilihat dari proses
infleksinya, verba dapat diubah untuk menujukkan waktu dan
aspek melalui proses afiksasi.37
Kata kerja dalam bahasa Indonesia juga mempunyai
kategori, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan banyak
kata yang mendampingi, (3) berdasarkan hubungan kata kerja
dan kata benda, dan (4) berdasarkan hubungan kata benda
dengan penddampingnya. Dalam contoh di atas termasuk kata
kerja berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda yaitu
kata kerja aktif.38
3. Partikel (Harf)
Menurut Syekh Al-Ghalayain, huruf adalah sesuatu yang
bisa menunjukkan makna (bermakna) jika bergandeng dengan
(kata atau kalimat) yang lainnya.39
Huruf adalah kata/kalimah
dalam bahasa Arab selain isim dan fi‟il.
37
Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora,
2005), h. 53. 38
Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 173. 39
Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013),
h. 21.
23
Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi tiga: (1) harf yang
mendampingi ism; (2) harf yang mendampingi fi‟il; (3) harf yang
mendampingi ism dan fi‟il.40
حيريكؼي الىر ك القىسىمي حيريكؼي إف كىاىخوىاتػيهىا سم اء حيريكؼي تىدخيلي عىلىى ال حيريكؼي الندىستثػنىاء حيريكؼي الىعية
حيريكؼي كىاكي املبتداىء اىليريكؼي حيريكؼي الىـي ال
حيريكؼي النصب الىزـ حيريكؼي /مىا حيريكؼي تىدخيلي عىلىى الفعل الى قىد /سىوؼى يي الس حيريكؼي العىطىف
سم كىالفعل حيريكؼي تىدخي لي عىلىى ال اـ ستفهى حيريكؼي اال
كىاكي الىاؿ الىـي القىسىم
Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai
preposisi ( حيريكؼي الىر); partikel vokatif (اء Harf yang .(حيريكؼي الندى
mendampingi fi‟il biasanya merupakan partikel akusatif ( حيريكؼي
40
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83.
24
Dan harf yang bisa .( حيريكؼي الىزـ ) partikel jusif ;(النصب
mendampingi ism dan fi‟il biasanya berupa konjungsi ( حيريكؼي
اـ ) partikel tanya ;(العىطىف ستفهى .dan lain sebagainya ;(حيريكؼي اال41
3. Pembentukkan Kata
Setiap bahasa memiliki bentuk yang berbeda-beda. Pembentukan kata
dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu dari dalam dan dari
luar. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar
kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui
unsur serapan.42
Bentuk-bentuk kata serapan itu ada empat macam, diantaranya:
(a) Kata diambil sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia
(b) Kata diambil dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
(c) Kata diterjemahkan dan dipadankan istilah-istilah asing ke dalam
bahasa Indonesia
(d) Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat
keuniversalannya
(e) Menyerap kata dari bahasa daerah.43
Selain kata serapan dalam pembentukan kata, kata juga mengalami
proses morfologis. Morfem berarti bentuk bahasa yang dapat dipisah-
pisah menjadi bagian yang lebih kecil sampai bentuk bahasa tersebut
41
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83-84. 42
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 33. 43
Ibid., h. 34-36.
25
tidak mempunyai makna. Menurut Al-Khuli morfem sebagai
“ashghar wahdah lughawiyyah mujarradah dza:t ma’nan (satuan
gramatikal terkecil, otonom, dan mempunyai makna).44
Morfem terbagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem
terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tidak tergantung pada
adanya morfem lain. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri.45
Contoh : Memperbesar - Mem-perbesar - Per-besar
Jika kata besar dipotong lagi, maka be- dan –sar tidak mempunyai
makna. Begitupun dengan bahasa Arab terdapat morfem bebas dan
morfem terikat. Hanya saja kalau dalam bahasa Arab, satu kata bisa
terdiri dari satu atau lebih morfem terikat, contoh: يىكتيبػيوفى. kata يىكتيبػيوفى terdiri dari satu morfem bebas (كتب) dan dua morfem terikat (م dan
.( ف46
Dalam bahasa Arab, pembentukkan kata melalui akar kata.
Menurut Holes, Bahasa Arab memiliki prinsip akar dan pola. Secara
struktur dan semantik, leksikon bahasa Arab berkaitan dengan
akarnya. Akar-akar tersbut diderivasikan dengan menggandakan
radikal tengah, menambahkan vokal panjang di antara radikal,
44
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 60. 45
Ibid., h. 60-61. 46
Ibid., h. 61.
26
menambahkan prefiks yang berupa konsonan, atau kombinasi dari
proses-proses tersebut.47
Akar adalah asal sebuah kata. Misal kata كىتىبى mempunyai asal
KTB ( ب -ت -ؾ ). Huruf-huruf akar kata tidak pernah gugur (hilang)
dalam bentuk kata apa pun. Kebanyakan mashdar, akar katanya terdiri
dari tiga huruf, walaupun ada yang terdiri dari empat huruf dan lima
huruf. Akar kata paling sedikit terdiri dari tiga huruf maka selebihnya
dianggap huruf tambahan (ziyadah). Huruf-huruf yang biasanya
menjadi imbuhan adalah 48.أ, ؿ, ت, ـ, ك, ف, م, ق, ا, س Dari
akar/asal kata nantinnya akan menghasilkan beberapa pola atau bentuk
kata, atau yang disebut juga dengan pola (wazn).
Pola (wazn) adalah bentuk kata yang mengalamai perkembangan
sehingga dari satu asal kata akan menghasilkan kata yang berbeda-
beda dengan makna yang tentunya berbeda pula dan inilah yang
diistilahkan dalam bahasa Arab dengan tashri:f (derivasi), yaitu
adanya proses pembentukan kata baru.49
Para ahli tata bahasa Arab memakai wazn (pola), yang terdiri atas
untuk W2 (konsonan wazn ع ,untuk W1 (konsonan wazn pertama) ؼ
kedua) dan ؿ untuk W3 (konsonan wazn ketiga). Fa, Ain, Lam
47
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 61. 48
Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 33. 49
Ibid., h. 62.
27
tersebut dijasikan sebagai pengganti posisi atau wakil yang dapat
ditukar dengan tiap konsonan.50
4. Kata Baku
Kata baku adalah kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa
karena kata baku tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku, pedoman ejaan
yang ditetapkan, serta memiliki karakteristik cendekia, kemantapan dinamis,
dan seragam.51
Kata baku akan menghasilkan bahasa baku bagi penuturnya.
Kata dalam bahasa Indonesia ada juga yang merupakan kata serapan dari
bahasa asing dan termasuk kata baku. Namun, penulisan dalam kata serapan
tidak jarang ditemukan kata tersebut tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang
disempurnakan sehingga kata tersebut dikatakan tidak baku.
Usaha membakukan aspek bahasa Indonesia telah banyak dilakukan oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Namun, sampai saat ini baru
dapat dibakukan masalah ejaan.52
Oleh karena itu, untuk mengetahui kata
baku dalam bahasa Indonesia dalam pemakaian tata tulis berbahasa Indonesia
seharusnya mengikuti kaidah ejaan yang berlaku.
Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang
mendapat akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyyah. Mengeja
adalah membaca huruf demi huruf. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang
dibakukan. Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan
50
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 44. 51
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 129. 52
Ibid, h. 129.
28
adalah lambang dari bunyi bahasa.53
Misalnya fonem /a/ dilambangkan
dengan huruf a, jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan
dilambangkan dengan titik(.), dan sebagainya.
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi
umum. Menurut Mustakim, secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai
pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf yang sudah
disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa termasuk
pemisahan dan penggabungan yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca.54
Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis adalah ejaan yang
berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem) dengan lambang atau
huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukur
bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambang yang diperlukan cukup
banyak dan ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap
fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah
lambang yang diperlukan tidak banyak. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang
dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang
dilambangkan dengan dua tanda.55
Hal-hal yang meliputi pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan, di antaranya:
53
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan bahasa indonesia (Jakarta:
Uin Jakarta Press, 2007), h. 17. 54
Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia Tanggapan Penutur dan Pembacanya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 141. 55
Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 1.
29
1. Pemakaian Huruf
b. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut. Nama setiap huruf disertakan
disebelahnya.56
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a a J j je S s es
B b Be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q ki Z z zet
I i i R r er
Abjad ( اىليريكؼي الىبىديةي) yang digunakan dalam bahasa Arab
terdiri dari 29 huruf yang berikut. 57
56
M. Arifin Ciptadi, EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(Bandung: Nusa Media, 2009), h. 1. 57
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 6.
30
Nama
Huruf Transliterasi
Posisi
Berdiri
Sendiri
Nama
Huruf Transliterasi
Posisi
Berdiri
Sendiri
Alif ā ا Ṭā‟ ṭ ط
Bā‟ b ب Ẓā‟ ẓ ظ
Tā‟ t ت „Ayn „ ع
Thā‟ th ث Ghayn gh غ
Jῑm j ج Fā‟ f ؼ
Ḥā‟ ḥ ح Qāf q ؽ
Khā‟ kh خ Kāf k ؾ
Dāl d د Lām l ؿ
Dhāl dh ذ Mῑm m ـ
Rā‟ r ر Nūn n ف
Zāy z ز Ha‟ h ق
Sῑn s س Wāw w, ū ك
Shῑn sh ش Yā‟ y, ῑ م
Ṣād ṣ ص
Ḍād ḍ ض
31
c. Huruf Vokal
Menurut Matthews, konsep vokal dulunya berasal dari
Yunani dan Latin. Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau
penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian manapun.58
Untuk mendefinisikan bunyi diciptakanlah sebuah sistem tanda
bantu baca. Jika dicantumkan maka teksnya disebut teks
bervokalisasi ata ber-harakat.59
Huruf yang melambangkan vokal
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.60
Pada umumnya teks-teks Arab adalah teks gundul,
Eckehard Schulz membagi tanda baca untuk vokal-vokal pendek
dalam bahasa arab sebagai berikut:
5. Fathah (Fatḥa)
Jika ada baris pendek miring ( ى ) di atas konsonan, maka setelah
konsonan tersebut dilafalkan “a” pendek:
ؼى ,ba بى fa, كى wa. Fathah yang diikuti Alif = ā panjang: مىا mā.
6. Kasroh (Kasra)
Jika ada baris pendek miring ( ) di atas konsonan, maka setelah
konsonan tersebut dilafalkan “i” pendek:
58
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 40-41. 59
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4. 60
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.
1.
32
ؿ ,bi ب li, :mi. Kasroh yang diikuti Yā’ = ῑ panjang ـ بي كى
kabῑr.
7. Dlommah (Ḍamma)
Jika ada tanda dalam bentuk Wāw kecil ( ي ) di atas konsonan,
maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “u” pendek:
كيم ,mudun ميديف kum, hum. Dlommah yang diikuti Wāw = ū هيم
panjang: .Nūn نػيوف
8. Sukun (Sukūn)
Jika ada bulatan kecil ( ) di atas konsonan, maka setelah
konsonan tersebut vokal tidak dilafalkan.
.min من ,nahnu حنىني ,tahta تىتى
9. Syaddah (Shadda)
Jika ada Sῑn kecil ( ) di atas konsonan, maka konsonan tersebut
dilafalkan dua kali. Fathah dan Dlommah dicantumkan di atas
Syaddah; Kasrah bisa dicantumkan di bawah syaddah atau di
bawah konsonan tersebut: ( )
,Shubbāk شيباؾه ـه ,taqaddum تػىقىد .mu‟allim ميعىلمه
10. Maddah (Madda)
Jika ada tanda kecil (~) di atas Alif (آ), maka “a” tersebut
dilafalkan panjang. اآلفى al-āna, القيرآفي al-qur‟ān.61
d. Huruf Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan
mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara.62
61
Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4. 62
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43.
33
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, dan z. Dalam bahasa Arab bunyi-bunyi dibedakan berdasarkan
tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara
artikulsi.63
1. Pita Suara dibedakan adanya bunyi bersuara (voiced sound atau
majhu:r) dan tidak bersuara (voiceless sound atau mahmu:s).
Menurut Bisry, bunyi takbersuara terdiri dari 13 bunyi, yaitu:
, ءھؼ, ث, ت, ط, س, ش, ص, ؾ, ؽ, خ, ح, begitupun dalam bunyi bersuara, menurut Bisry ada 15 bunyi,
yaitu:
ذ, ع, غك, ب, ـ, د, ض, ف, ؿ, ز, ر, ج, م, ظ, 2. Tempat Artikulasi
Menurut Bisry, tempat artikulasi bunyi bahasa dalam bahasa
terbagi menjadi 9, yaitu:
a. Bilabial (al-Ashwât al-Syafawiyah): ك, ـ, ب (p, b, m, w).
b. Labiodental (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Syafawiyyah): ؼ
(f)
c. Interdental (al-Ashwât bain al-Asnân): ث, ذ, ظ (ts, dz, z)
d. Laminoalveolar (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Litsawiyyah)
(t, t, d, d, s, n, l) ت, ط, د, ض, ؿ, ف:
e. Apicoalveolar (al-Ashwât al-Litsawiyyah): ر, س, ز, ص (r,
s, z, s)
63 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43.
34
f. Palatal (al-Ashwât al-Hanaqiyyah): ش, ج, م (sy, j, y)
g. Velar (al-Ashwât al-Qashbah): خ, ؾ, غ (kh, gh, k)
h. Uvular (al-Ashwât al-Lahawiyyah): (q) ؽ
i. Glottal (al-Ashwât al-Hanjariyyah): ء, ح, ع (h).
3. Cara Artikulasi
Berdasarkan penelitian Bisyr, cara artikulasi bahasa Arab
terdapat beberapa macam bunyi, yaitu:
a. Stop (al-Waqafât; Hambat): ب, ت, ط, د, ض, ؽ, ؾ, ع (p, b, t, d, k, g)
b. Nasal (al-Ashwât al-Anfiyyah; Sengauan): ف, ـ (m, n)
c. Frikatif (al-Ashwât al-ihtikâkiyyah; Geseran): ,ؼ, ذ, ز
, عھس, ش, ص, غ, ؾ, ح, (s, sy, gh, k, s, x, h)
d. Affrikat (al-Ashwât al-Murakkabah; Paduan): ج (c, j)
e. Trill (al-Ashwât al-Tikrâriyyah; Getaran): ر (r) f. Lateral (al-Ashwât al-Jânibiyyah; Sampingan): ؿ (l)
g. Semiwofel ( Anshâf al-Haraka:t; Hampiran): ك, م (w, y)
e. Huruf Diftong
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya.64
Diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu
suku kata.65
Dalam bahasa Indonesia, diftong dilambangkan
dengan ai, au, dan oi. Contoh: pandai, saudara, amboi. Dalam
bahasa Arab, diftong dilambangkan dengan Fathah yang diikuti ك
64
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 52. 65
Ibid., h. 27.
35
dan Sukun ( ) menandakan diftong au dan Fathah yang diikuti م
dan Sukun ( ) menandakan diftong ai.
f. Gabungan huruf konsonan
g. Pemenggalan kata
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
B. Kamus
1. Definisi Kamus
Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata
yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis.
Harimurti Kridalaksana mendefinisikan kamus sebagai berikut: buku
referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata keterangan
mengenai berbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa.66
Kata kamus dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Al-Mu‟jam atau
Al-Qamus. Pengertian kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar
adalah :
ا هى يػ ان عى مى ي س ف تػى ا كى هى ح ر شى ب ةن نى ك ري ق مى ة غى الل ات دى رى ف مي ن م دو دى عى رى كبػى أى م ضي يى ابه تى ك .ع و ضي و مى ال ك أى اء جى ال ؼ ك ري ى حي لى ا عى م ا, إ اص ا خى بن ي ت ر تػى ةن بى تػ رى مي اد وى مى ال فى و كي تى ف ى أى لى عى
66
Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia, 2009), h. 107.
36
Kamus adalah sebuah buku yang membuat sejumlah besar kosakata
bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretsi atau penafsiran makna
dari kosakata tersebut yang semua isinya di susun dengan sistematika
tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyah (lafal) atau tema (makna).
Sedangkan pengertian kamus menurut C.L. Barnhart adalah :
حو ر شى عى ا, مى ي ائ جى ا ه بن ي ت ر تػى ةن ادى عى بي ت رى , تػي اةو قى تػى ن مي اتو مى ل ى كى لى م عى و تى يى ابه تى ك حي ك ري الش كى ل ت ت يى ط ع أي اءه وى ا, سى بى ةو قى لى عى ات ل ذى رى خ أي اتو مى و لي ع مى ا كى هى يػ ان عى مى ل .لرى خ أي ةو غى لي ب ـ ا أى اتى ذى ة غى الل ب اتي مى و لي ع مى ال كى
Kamus adalah sebuah buku yang memuat kosakata pilihan yang
umumnya disusun berdasarkan urutan alfabet dengan disertai penjelasan
maknanya dan dilengkapi informasi lain yang berhubungan dengan
kosakata, baik penjelasan tersebut menggunakan bahasa yang sama
dengan kosakata yang ada maupun dengan bahasa yang lain.67
2. Fungsi Kamus
Kamus sebagai hasil akhir yang menghimpun semua kosakata yang
ada dalam suatu bahasa. Kamus berfungsi menampung konsep-konsep
budaya dari masyarakat atau bangsa penutur bahasa tersebut. selain
berfungsi sebagai wadah penghimpun konsep-konsep budaya kamus juga
memiliki fungsi-fungsi praktis, yaitu: (1) Mengetahui makna kata, (2)
67
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.
131-132.
37
Lafal kata, (3) Ejaan kata, (4) Penyukuan Kata, (5) Kebakuan Kata, dan
(6) Informasi lain.68
Dilihat dari aspek fungsional kamus sebagai buku yang bertujuan
menjelaskan makna kosakata, tugas sebuah kamus Arab harus mencakup
beberapa hal: (1) Menjelaskan Makna Kata, (2) Menjelaskan Artikulasi
Bahasa, (3) Menjelaskan huruf Hijaiyah, (4) Mencari Akar Kata, (5)
Memberi Informasi Morfologis dan Sintaksis, (6) Memberi Informasi
Penggunaan Kata, dan (7) Memberi informasi lainnya.69
3. Macam-macam Kamus
Kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sangat beragam tergantung
penyusunan kamus dan perwajahannya yang direlevansikan dengan
kebutuhan masyarakat.
Menurut Dr. Imel Ya‟qub, macam-macam kamus dibedakan menjadi 8
macam, yaitu: (1) Kamus Bahasa (Lughawi), (2) Kamus Terjemah , (3)
Kamus Tematik (Maudhu‟i), (4) Kamus Derivatif (Isytiqaqi), (5) Kamus
Evolutif (Tathawwuri), (6) Kamus Spesialis (Takhashshushi), (7) Kamus
Informatif (Dairah, Ma‟lamah) dan (8) Kamus Visual.70
68
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) , h. 185. 69
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 144-
152. 70
Ibid., h. 152-160.
38
Selain macam-macam kamus yang disebutkan diatas, Dr.
Taufiqurrahman menambahkan model kamus lainnya, yaitu: (1) Kamus
Buku (Mu‟jam Al-Kitab), (2) Kamus Digital dan (3) Kamus On-Line.71
4. Jenis Kamus
4.1.Berdasarkan Bahasa Sasaran
Jenis kamus dilihat dari penggunaan bahasa, dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Kamus Ekabahasa (Uhadiyatul-Lughah)
Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata yang
dijelaskan dan penjelasan maknanya terdiri dari bahasa yang sama.
b. Kamus Dwibahasa (Tsunaiyatul-Lughah)
Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan dari
sebuah bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian
takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Disebut juga, kamus
terjemah.
c. Kamus Multi Bahasa (Mutaaddidatul-Lughah)
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau
lebih.72
71
Ibid., h. 164-167. 72
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) , h. 172-173.
39
4.2.Berdasarkan Ukuran
Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah tebal-tipisnya sebuah
kamus. Tebal-tipisnya tentu berkaitan dengan banyaknya lema yang
disajikan dan informasi yang diberikan. Menurut Bo Sevensen, sebuah
kamus dilihat dari sisi bentuk atau ukurannya, dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
1. Kamus saku (Mu’jam Al-Jaib)
Kamus yang memuat kosakata antara 5.000 hingga 15.000
kata. Umumnya kamus saku didesain dengan bentuk mungil dan
disesuaikan dengan ukuran saku.
2. Kamus Ringkas (Mu’jam Al-Wajiz)
Kamus yang mengandung kata-kata kurang lebih 30.000 kata.
3. Kamus Sedang (Mu’jam Al-Wasith)
Kamus yang memuat kata antara 35.000 hingga 60.000
kata.
4. Kamus Besar (Mu’jam Al-Kabir)
Kamus yang mengandung kata lebih dari 60.000 kata.73
1.3.Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya dapat dibedakan adanya kamus umum dan
kamus khusus. Kamus-kamus yang berdasarkan isi diantaranya sebagai
73
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h.
173-174.
40
berikut: (1) Kamus Lafal, (2) Kamus Ejaan, (3) Kamus Sinonim, (4)
Kamus Antonim, (5) Kamus Homonim, (6) Kamus Ungkapan/Idiom,
(7) Kamus Singkatan/Akronim, (8) Kamus Etimologi, dan (9) Kamus
Istilah.74
5. Kriteria Kamus
Tidak ada kamus yang lengkap, yang memuat seluruh arti kata yang ada
di masyarakat. Tetapi yang ada ialah kamus yang baik, yaitu kamus yang
memenuhi karakteristik kamus. Menurut Syihabuddin, paling tidak ada
empat syarat yang harus dipenuhi sebuah kamus agar menjadi kamus
ideal, kamus yang baik dan memenuhi kriteria sempurna. Keempat kriteria
tersebut adalah:
1. Kelengkapan
Beberapa kriteria kelengkapan kamus yang ideal, yaitu: (a) terdapat
simbol sederhana yang menerangkan cara pelafalan kata yang dijadikan
lema atau entri, (b) penyajian kata yang paling dasar kemudian diikuti
dengan kata bentukan lainnya mulai dari afiksasi yang paling sederhana
hingga yang paling kompleks, (c) pemakaian definisi yang baik dan
mudah, (d) penyajian ungkapan dan istilah yang frekuensi pemakaiannya
sangat tinggi, (e) penyajian informasi kebudayaan dan peradaban, dan (f)
penyajian kata pengantar berkenaan dengan khalayak sasaran kamus, cara
pemakaian kamus, kaidah-kaidah bahasa yang paling pokok.
74
Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) , h. 202-205.
41
2. Keringkasan
Mata manusia mampu menangkap sejumlah besar informasi sehingga
kadang-kadang otak tidak mampu merspon dan menganalisis seluruhnya.
Karena itu kamus yang baik ialah yang memfokuskan pembahasan dan
uraianya kepada hal-hal yang substansial.
3. Kecermatan
Kecermatan berkaitan erat dengan masalah objektifitas uraian di
dalam kamus. Untuk meraih objektifitas, biasanya kamus yang baik
dilengkapi dengan foto, gambar, ilustrasi dan contoh.
4. Kemudahan Penjelasan
Kamus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang berkaitan
erat dengan topik yang disajikan sebagai lema. Di samping itu, informasi
hendaknya disuguhkan secara sederhana sehingga pembaca dapat
menangkap makna dengan mudah.75
6. Klasifikasi Kamus Bahasa Arab
Kamus di dunia Arab mengalami perkembangan yang relatif pesat. Hal
ini dapat dibuktikan dari banyaknya kamus yang sudah diproduksi,
mulai dari periode al-Khalil hingga dewasa ini. Emil Badi‟ Ya‟qub
mengklasifikasikan kamus yang ada menjadi delapan macam, yaitu
sebagai berikut:
75
Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora,
2005), h. 36-37.
42
1. Al-Ma’ajim al-Lughawiyyah (Kamus Kebahasaan/linguistik),
memuat dan menjelaskan arti kosakata berikut derivasinya dengan
satu bahasa.
2. Ma’ajim al-Tarjamah (kamus terjemah) atau al-Ma‟ajim al-
Mujdawijah (Kamus Kedwibahasaan), memuat dan menjelaskan
arti kosakata dalam suatu bahasa dengan bahasa lain.
3. Al-Ma’ajim al-Mawdhu’iyyah (Kamus Tematik), memuat mufradat
berikut artinya yang disusun berdasarkan tema atau topik tertentu,
seperti manusia, hewan, burung, bangsa, dan sebagainya.
4. Al-Ma’ajim al-Isytiqaqiyah (Kamus Derivatif), yaitu kamus yang
memberikan penjelasan akar kata berikut derivasinya.
5. Al-Ma’ajim al-Tathawwuriyah (Kamus Perkembangan Kosakata),
yaitu kamus yang memuat tingkatan tertentu suatu bahasa dalam
kerangka kelompok kata tertentu dan dengan urutan tertentu pula.
6. Ma’ajim al-Takhashshush (Kamus Spesialisasi).
7. Dawa’ir al-Ma’arif (Ensiklopedi). “Kamus Besar” atau ensiklopedi
jenis ini lebih cenderung memuat definisi, pengetahuan dan
penjelasan yang lebih luas mengenai istilah, nama, tempat, dsb.
8. Al-Ma’ajim al-Mushawwarah (Kamus Bergambar).76
76
Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 278-279.
43
BAB III
TENTANG KAMUS
Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang
terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan
bagaimana menggunakan kata itu.77
Kamus sangat diperlukan bagi siapa pun
untuk mencari makna kata bahasa. Terutama jika kita ingin
mengetahui/mempelajari bahasa asing. Peranan kamus sangat penting bagi
seorang penerjemah. Penerjemahan berarti pengalihan materi tekstual dari bahasa
sumber ke dalam bahasa target hingga dihasilkan kesepadanan.78
Pada bab III ini, penulis akan menelusuri seluk-beluk dan biografi penyusun
kamus At-Taufiq kamus Al-„Ashri.
A. Kamus At-Taufiq
1. Tentang KH. Taufiqul Hakim
Taufiqul Hakim dilahirkan pada 14 Juni 1975 di Sidorejo, Bangsri,
Jepara, Jawa Tengah. Anak dari pasangan Bapak Supar dan Ibu Hj.
Aminah. Ayah ibunya adalah seorang petani. Ia adalah anak bungsu dari
tujuh bersaudara. Dari tujuh bersaudara hanya dia yang berprofesi sebagai
seorang guru, dan saat ini dia dikenal sebagai kiyai. KH. Taufiqul Hakim
menikah dengan Hj. Faizatul Mahsunah binti Munawar dan memiliki anak
yang bernama M. Rizqi Al-Mubarok.79
77
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 44. 78
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 20. 79
Taufiqul Amtsilati, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati &
Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 88.
44
Taufiqul Hakim telah menyelesaikan pendidikannya di TK Lestari
Bangsari (1981), SDN 3/7 Bangsari (1987), MTs. WH. Bangsari (1990),
Din. Wustho Mathali‟ul Falah (PIM Kajen Pati Jateng) (1992), dan Aliyah
PIM (1995).80
Setelah lulus dari Kajen pada tahun 1995, KH. Taufiqul Hakim tidak
tahu akan kemana melanjutkan dan apa yang harus dikerjakan, mengingat
latar belakang ekonomi yang sangat lemah. Mulailah pada tahun 1996 ada
keponakannya yang ikut mondok bernama Shodiqin dan Nur dari Bondo.
Saat itulah yai81
bersama empat temannya82
mendirikan majlis ta‟lim
anak-anak kecil hampir mencapai 100 anak.
Merasa kurang dengan keilmuan yang yai miliki, kemudian yai
berguru thoriqoh di Pesantren KH. Salman Dahlawi. Selama 100 hari
hatam thoriqoh, yai pulang kampung. Hal yang menyedihkan saat itu,
majlis ta‟lim yang yai dirikan bersama teman-temannya telah bubar dan
hanya shodiqinlah yang kembali untuk belajar. Sampai tahun 2000 masih
tetap berjalan proses belajar-mengajar.
Secara tidak resmi Darul Falah ada sejak yai lulus dari Pesantren.
Secara resmi Darul Falah didaftarkan ke Notaris (Bapak H. Zainurrohman
SH. Jepara) tanggal 01 Mei 2002.83
80
Taufiqul Amtsilati, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati &
Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 88. 81
Sebutan/panggilan KH. Taufiqul Hakim dari anak didiknya. 82
Nama-nama 4 teman KH. Taufiqul Hakim, yaitu Saifuddin, Mahmuddin, Saiful Ulum
dan Zainal Abidin. 83
Ibid., h. 10.
45
Suatu hari yai mendengar ada sistem belajar cepat baca Al-Qur‟an,
yaitu kitab Qiro‟ati. Terdorong dari kitab tersebut, yai ingin menulis yang
bisa digunakan untuk membaca yang tidak ada harokatnya. Karena banyak
orang sering mengatkan ilmu nahwu dan shorof itu ngelu dan alergi, maka
terbitlah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh. Mulai pada tanggal
27 Rajab, tahun 2001, yai mulai merenung dan menulis Amtsilati, dan
pada tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk
tulisan tangan.84
Sampai sekarang selain yai sibuk mengajar dan mengisi pelatihan-
pelatihan Amtsilati di berbagai kota di Indonesia, yai tetap menulis. Di
antara karyanya adalah: (1) Program Pemula Membaca Kitab Kuning:
Amtsilati: 1-5; (2) Qaidati: Rumus dan Qaidah; (3) Shorfiyah: Metode
Praktis Memahami Sharaf dan I‟lal; (4) Tatimmah: Praktek Penerapan
Rumus 1-2; (5) Khulashah Alfiyah Ibnu Malik; (6) „Aqidati: Aqidah
Tauhid; (7) Syari‟ati: Fiqih; (8) Mukhtarul Hadits 1-7; (9) Muhadatsah;
(10) Kamus At-Taufiq dengan tebal 729 halaman; (11) Fiqih Muamalah 1-
2; (12) Fiqih Jinayat 1-2; (13) Fikih Taharah; (14) Fikih Munakahat 1-2;
(15) Fikih Ubudiyah 1-2; dan beberapa kitab lainnya.85
2. Sinopsis Kamus At-Taufiq
Identitas Kamus
Nama Kamus : At-Taufiq
Pengarang : H. Taufiqul Hakim
84
Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati &
Darul Falah) (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 8. 85
Ibid., h. 87.
46
Penerbit : Darul Falah
Kota Terbit : Jepara
Tahun Terbit : 2004
Halaman : 729 Halaman
Kamus At-Taufiq merupakan hasil karya H. Taufiqul Hakim pengasuh
pondok pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara. Kamus ini diperuntukkan
para santri untuk membantu mereka menguasai kitab kuning. Kamus ini
dimaknai dengan bahasa Jawa dan dilengkapi dengan bahasa Indonesia.
Kamus Arab-Jawa-Indonesia ini merupakan penemuan KH. Taufiqul
Hakim di bidang belajar membaca kitab bagi para santri sehingga kamus
ini dijuluki oleh KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dengan julukan Kamus
Santri. Kamus ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran Amtsilati
(metode cara cepat membaca kitab kuning). Namun, bisa juga digunakan
oleh khalayak umum, terutama kalangan santri. Kamus ini berisikan kata-
kata yang banyak digunakan dalam kiab kuning.
Kata-kata dalam kamus ini diambil dari kata-kata yang ada dalam kitab
Fath Al-Mu’ien. Selain itu, dalam kamus ini terdapat istilah-istilah yang
ada dalam ilmu fiqih, seperti singkatan-singkatan ulama dalam istilah
fiqih, ع ش:Ali Syubromilsyi (Nuruddin abu Dilya‟ Ali bin Ali), kurun-
kurun ulama, اخللف¸السلف. Bentuk-bentuk shighat tar jih, الكجه :
Wajah yang paling shahih.
Penyusunan kamus ini menggunakan sistem lafal (Kamus Alfadz).
sistem lafal (Kamus Alfadz) adalah kamus yang kata-kata (item) di
47
dalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari
kosakata yang terhimpun, bukan melihat pada makna kata.86
Kata-kata
yang digunakan kamus ini inti sarinya banyak menngunakan kamus-kamus
besar seperti kamus Al-Munawwir. Kamus ini juga terdapat penjelasan
tentang shorof.
Pencarian kata atau lafadz dalam kamus At-Taufiq dengan menentukan
wazan kata yang dicari. Apabila ada huruf-huruf tambahan, maka dibuang
saja. Huruf tambahannya seperti: ينى, كفى , , اىته Misalnya . اىؿ, ين, اىف, قه
kata yang dicari adalah ظريكفاىلمينتى , maka huruf tambahan اىؿ dan كفى
dibuang, jadinya مينتىظري berwazan ميفتىعلي . Selain dengan menentukan
wazan, pencarian dalam kamus ini bisa dengan mencari fiil madhinya
terlebih dahulu. Misalnya kata yang dicari maka fiil madhinya , اىلميجتىمىعي
adalah اجتىمىعى dari wazan افػتػىعىلى .
Dalam penyusunan kamus ini, entri kamus tidak ditulis seperti kamus
lain yang menggunakan huruf hijaiyah saja. Walaupun susunan kamus ini
termasuk sistem lafal, namun penulisan entrinya menggunakan fa fiil dan
ain fiil. Jadi, kita pun dapat mencari kata dengan menentukan ain fiil.
Misalnya kita mencari kata قىاؿى , ain fiil dalam kata tersebut adalah ا (alif).
Jika ain fiil berupa alif, maka dicari yang ain fiilnya wawu atau ya pada
kolom ؽ ك atau ؽ م . Kita akan menemukan kata pada kolom قىاؿى : ؽ ك
ليولىةي : ؽ م artinya berkata, sedangkan di kolom يػىقيوؿي قػىوؿه قىاؿى يىقيلي قػىيػartinya tidur siang. Maka untuk penentuannya dengan melihat syiyakul
kalam.
86
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 217.
48
Kamus At-Taufiq ini juga menggunakan tanda-tanda untuk
mempermudah santri mencari kata, tanda-tandanya seperti:
- * : menunjukkan permulaan materi
- : contoh ا ب : kata yang fa fiilnya hamzah, an fiilnya ba
Kamus ini juga menggunakan singkatan-singkatan seperti: ج adalah
jamak taksir bermakna beberapa dan م adalah muannats (perempuan).87
87
Taufiqul Hakim, Kamus At-taufiq (Arab-Jawa-Indonesia) (Jepara: Darul Falah, 2004), h. IV.
49
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. Data
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan suatu lambang pemersatu bangsa dan bahasa
Indonesia sangat luas pengaruhnya dan sangat besar wibawanya. Bahasa
digunakan melalui ucapan atau tulisan untuk menyampaikan pesan agar
dapat dipahami dengan baik. Akan tetapi, bahasa ucapan (lisan) berbeda
dengan bahasa tulis. Namun, banyak pemakai bahasa yang belum bisa
membedakan hal tersebut. Banyak masyarakat Indonesia meggunakan
bahasa lisan dalam sebuah tulisan.
Kamus merupakan sebuah acuan bagi penerjemah untuk
menerjemahkan agar pesan tersampaikan. Namun, masih ada kamus yang
tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Bahasa bukan
diciptakan begitu saja oleh satu orang, namun bahasa itu ada karena
adanya sebuah kesepakatan diantara masyarakat (pengguna bahasa).
Dalam hal ini, peneliti menemukan sebuah kamus yang terjemahannya
belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pada buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).
50
Adapun data yang peneliti dapatkan dalam Kamus At-Taufiq dari entri ا sampai ج :
No Bahasa
Arab
Bahasa Indonesia Kata Tidak
Baku Kata Baku Keterangan Kata serapan
1
–آثر –ي ؤثر
اي ثار
Memilih,
memulyakan,
menghormati,
mendahulukan
orang lain
Memulyakan Memuliakan
- Penulisan kata dasar
yang salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 761
2
–تأث ر –ي تاث ر تأثر
Menerima resiko,
membekas,
berpengaruh
Resiko Risiko
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 959
3
الث ر )ج اآلثار :
سنة(Hadits (Sunnah,
hadits)
Hadis (Sunnah,
hadits) Hadis
- Pemakaian huruf yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 380
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata ح, د, ث.
51
Dalam transliterasi
Arab, huruf ح (h), د (d), dan ث (ts).
4 اآلجل و
اآلجلة
Akherat, yang
ditunda,
ditangguhkan
Akherat Akhirat
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 20
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata ا, خ, ر, ة . Dalam transliterasi
Arab, huruf ا (tidak
ada), خ(kh), ر (r), dan
(h/t) ة
5
استأذن –
يستأذن –
استأذان
Meminta idzin Idzin Izin
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 447
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata أ, ذ, ن .
Dalam transliterasi
52
Arab, huruf أ (a), ذ (dz), dan ن (n).
6
الس : اصل
البناء Pondamen, dasar Pondamen Fondamen
- Penulisan kata yang
salah K
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 322
- Merujuk Kamus Kata-
kata Serapan Asing
dalam Bahasa Indonesia
halaman 113
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Belanda
7
الساس و
السس
Pondasi, dasar,
dasar yang
menguatkan
Pondasi Fondasi
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 319
- Merujuk Kamus Kata-
kata Serapan Asing
dalam Bahasa Indonesia
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Latin
53
halaman 113
8 المؤلفة
ق لوب هم
Orang yang
ditaklukkan
hatinya, orang
muallaf
Muallaf Mualaf
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk pada KBBI
Edisi Ketiga halaman
756
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata
ف ل, م, ؤ, ل, .
Dalam transliterasi
Arab huruf م (m), ؤ
(a), ل (l), ل (l), ف (f).
المؤمن 9Yang
mempercayai,
beriman
Mempercayai Memercayai
- Bertemunya morfem
afiks dengan salah satu
huruf k, t, s, p
menjadikan fonem
tersebut hilang
- Merujuk pada KBBI
Edisi Ketiga halaman
856
54
10
–اول –ي ؤول
تأويل
Menyamakan,
mena’wili Mena’wili Menakwili
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1126
- Dalam bahasa Indonesia,
fonem konsonan yang
mempunyai alofon yang
ada relevansinya ialah
konsonan /k/. Alofon
konsonan /k/ adalah
bunyi hamzah.
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata
.ت, أ, و, ي, ل -Dalam transliterasi
Arab huruf ت (t), أ .(l) ل ,(î) ي ,(w) و,(`)
11
المبحث )ج
مباحث(
Thema, inti
pembicaraan,
uraian
Thema Tema
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1164
Onta khurasan Onta Unta البخت 12- Penulisan kata yang
salah
55
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1248
13 الب ر :
الطاعة Kebenaran,
keta’atan Keta’atan Ketaatan
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1116
- Huruf ع termasuk
konsonan hambat farigal,
apabila masuk ke dalam
bahasa Indonesia
mengalami dua
perlakuan. Pertama bila
menduduiki posisi di
awal kata atau tengah
kata, maka konsonan
tersebut dihilangkan.
Kedua, bila di akhir suku
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata ط, ع, ة. Dalam transliterasi
Arab huruf ط (t), ع
(‘), dan ة (h/t).
56
kata, maka konsnan
tersebut diganti dnegan
huruf /k/.
14
بريسم ال Sutera Sutera Sutra : الري ر
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1112
15 بساط ختيار ال
Ikhtiyar yang
diumpamakan
tikar
Ikhtiyar Ikhtiar
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 420
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata
رإ, خ, ت, ي, ا, - . Dalam trasnliterasi
Arab huruf إ (a), خ
(kh), ت (t), ي (y), ا (tidak ada), ر (r).
البغى : 16 Aniaya, Kedhaliman Kezaliman - Penulisan kata yang - Kata ini merupakan
57
kedhaliman salah الظلم
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1279
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata ظ, ل, م. Dalam transliterasi
Arab huruf ظ (z), ل
(l), م (m).
17 اب ت هل
ال هللاBerdo’a dengan
sepenuh hati Berdo’a Berdoa
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 271
- Huruf termasuk
konsonan hambat farigal,
apabila masuk ke dalam
bahaa Indonesia
mengalami dua
perlakuan. Pertama bila
menduduiki posisi di
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata د, ع, ء. Dalam transliterasi
Arab huruf د (d), ع
(‘).
58
awal kata atau tengah
kata, maka konsonan
tersebut dihilangkan.
Kedua, bila di akhir suku
kata, maka konsnan
tersebut diganti dnegan
huruf /k/.
18 ائتمار :
تشاور
Konsultasi,
musyawarah,
konperensi
Konperensi Konferensi
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 586
Menterjemahkan Menterjemahkan Menerjemahkan ت رجم 19
- Bertemunya morfem
afiks dengan salah satu
huruf k, t, s, p
menjadikan fonem
tersebut hilang
- Merujuk KBBI Edisi
59
Ketiga halaman 1183
Penterjemah Penterjemah Penerjemah الت رجان 20
- Bertemunya morfem
afiks dengan salah satu
huruf k, t, s, p
menjadikan fonem
tersebut hilang
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1183
21
–تب ر -ي تجب ر
تب ر
Takabbur,
sombong,
memaksa
Takabbur Takabur
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 1123
- Kata ini merupakan
kata serapan dari
bahasa Arab, terdiri
dari kata
. ت, ك, ب, ب, ر -
Dalam transliterasi
Arab huruf ت (t), ك
(k), ب (b) ب (b), ر
(r).
60
Modernsiasi Modernsiasi Modernisasi تديدا 22
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 751
23
اجل و جلل
الرجل : عظمه
Memuliyakan,
menghormati,
mengagungkan
Memuliyakan Memuliakan
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 761
24
استجمر –
يستجمر –
استجمار
Istinja’ dengan
batu Istinja’ Istinja
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 446
25
الارة ج جارات :
امرأة الرجل
Isteri Isteri Istri
- Penulisan kata yang
salah
- Merujuk KBBI Edisi
Ketiga halaman 446
61
B. Analisis Bentuk Kata Baku
Di sini peneliti akan menganalisis bentuk kata baku dalam bahasa Arab
dan bahasa Indonesia dalam kamus At-Taufiq, dengan memilih kata yang
tidak menggunakan kata baku dari entri kemudian menganalisis ,ت sampai ا
kata tersebut. Adapun kata-kata yang sudah peneliti uraikan di atas dan dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu verba (fiil), nomina (ism), partikel (harf).
1. Verba
ايػثىاره –يػيؤثري –آثىر : Memilih, memulyakan, menghormati,
mendahulukan orang lain
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) االن افػعى –يػيفعلي –أىفػعىلى . Kata يػيؤثري –آثىر merupakan verba (fiil)
dalam bahasa Arab, sedangkan kata ايػثىاره adalah masdar. Kata آثىر adalah فعلي المىاضي dan kata يػيؤثري adalah فعلي الميضىارع. Kata tersebut
termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan hamzah qoth’i di
depannya. Salah satu arti katanya adalah memulyakan. Bentuk
penulisan dalam bahasa Indonesia yang benar adalah memuliakan.
Kata dasar dari memuliakan adalah mulia. Kata mulia termasuk
adjektiva. Jadi kata mulia mengalami proses morfologi, maka
ditambahkan morfem Me- dan –kan menjadi memuliakan. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah memilih, memuliakan, menghormati,
mendahulukan orang lain. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
62
(KBBI) kata mulia artinya „tinggi (tt kedudukan, pangkat, martabat),
tertinggi, terhormat‟.88
تىأىثر –يػىتىاىثػري –تىأىثػرى : Menerima resiko, membekas, berpengaruh
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) تػىفىعلن –يػىتػىفىعلي –تػىفىعلى . Kata يػىتىاىثػري –تىأىثػرى merupakan verba
(fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata تىأىثر adalah masdar. Kata تىأىثػرى adalah فعلي المىاضي dan kata يػىتىاىثػري adalah فعلي الميضىارع. Kata تىأىثػرى tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan ta di
depannya dan penggandaan kaya ‘ain fiil. Salah satu arti katanya
adalah menerima resiko. Kata menerima adalah bentuk verba,
sedangkan kata resiko adalah nomina. Kata dasar dari menerima
adalah terima. Maksud dari menerima resiko adalah mendapatkan
suatu akibat. Tetapi dari kata tersebut penulisan resiko bukan seperti
itu, melaikan bentuk penulisan yang benar adalah risiko. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah menerima resiko, membekas,
berpengaruh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) risiko
artinya akibat yang kurang menyenangkan dari suatu perbuatan atau
tindakan.89
Jadi maksud dari arti menerima resiko adalah mendapatkan
akibat yang kurang menyenangkan dengan lapang dada.
88
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002), h. 761. 89
Ibid., h. 959.
63
استأذىافي –يىستىأذفي –استىأذىفى : Meminta idzin
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) فعىاالن ست ا –فعلي يىستػى –عىلى استػىف . Kata يىستىأذفي –استىأذىفى
merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata استفعىاالن adalah masdar. Kata استىأذىفى adalah فعلي المىاضي dan kata يىستػىفعلي adalah فعلي الميضىارع. Kata tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid,
dengan tambahan hamzah washl, sin, ta. Arti katanya adalah meminta
idzin. Kata meminta adalah bentuk verba, sedangkan kata idzin adalah
nomina. Kata dasar dari meminta adalah minta. Maksud dari meminta
idzin adalah permohonan untuk diperbolehkan . Tetapi dari kata
tersebut penulisan idzin bukan seperti itu, melaikan bentuk penulisan
yang benar adalah izin. Di sini terlihat bahwa kata baku dalam bahasa
Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan
dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah meminta izin. Meminta izin maksudnya
memohon agar diperbolehkan mengerjakan sesuatu. Di sini jelas
terlihat bahwa arti kata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia
berhubungan dari sisi budaya dan maknanya.
تىأكيلي –يػيؤىكؿي –اىكؿى : Menyamakan, mena‟wili
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) تػىفعيلن –يػيفىعلي –فػىعلى . Kata يػيؤىكؿي –اىكؿى merupakan verba (fiil)
dalam bahasa Arab, sedangkan kata تىأكيلي adalah masdar. Kata اىكؿى adalah فعلي المىاضي dan kata يػيؤىكؿي adalah فعلي الميضىارع. Kata tersebut
64
termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan penggandaan kata
‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah mena’wili. Dalam bahasa
Indonesia, kata mena’wili adalah keterangan; penjelasan. Bentuk
penulisan kata mena’wili tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Kata petik („) sudah tidak digunakan dalam ejaan yang
disempurnakan, tetapi diganti dengan huruf k. Jadi penulisan yang
benar adalah menakwili. Kata dasar dari menakwili adalah takwil. Kata
takwil termasuk nomina. Kata takwil mengalami proses morfologi,
maka ditambahkan morfem Me- dan –i menjadi menakwili. Di sini
terlihat bahwa kata baku dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah menyamakan, mena‟wili. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) kata menyamakan artinya
membuat/menjadikan sama.90
Kata menakwili artinya menerangkan
maksud.
Menterjemahkan : تػىرجىمى
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) لى فػىعلى . Kata تػىرجىمى merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab dan
termasuk فعلي المىاضي. Kata tersebut termasuk ke dalam اىلربىاعي
Arti kata tersebut sudah benar, tetapi penulisannya masih .الميجىرد
salah. Apabila morfem afiks bertemu dengan huruf k, p, t, s maka
90
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.
1126.
65
fonem-fonem itu akan hilang. Asal kata menerjemahkan adalah
terjemah. Jadi, bentuk penulisan dalam bahasa Indonesia yang benar
adalah menerjemahkan. Arti kata tersebut adalah menerjemahkan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata menterjemahkan
artinya menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain;
mengalihbahasakan.
بػري –تىىبػرى تىىبػري –يػىتىجى : Takabbur, sombong, memaksa
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) تػىفىعلن –يػىتػىفىعلي –تػىفىعلى . Kata بػري –تىىبػرى merupakan verba يػىتىجى
(fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata تىىبػري adalah masdar. Kata تىىبػرى
adalah فعلي المىاضي dan kata بػري تىىبػري Kata .فعلي الميضىارع adalah يػىتىجى
tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan ta di
depannya dan penggandaan kaya ‘ain fiil. Salah satu arti katanya
adalah takabbur. Kata takabbur adalah bentuk adjektifa dan
merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu تىكىب. Bentuk penulisan
takabbur bukan seperti itu, melaikan bentuk penulisan yang benar
adalah takabur. Arti kata tersebut adalah takabbur, sombong,
memaksa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata takabur
artinya merasa diri mulia (hebat, pandai, dssb); angkuh;sombong.91
91
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 1123.
66
,Memuliyakan, menghormati : اىجىل ك جىللى الرجيلى : عىظمىهي
mengagungkan
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) فػىعلى. Kata اىجىل merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab. Kata
tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid, dengan tambahan اىجىل
penggandaan kata ‘ain fiil. Salah satu arti katanya adalah
memuliyakan. Kata memuliyakan adalah bentuk verba. Kata dasar dari
memuliyakan adalah mulia. Namun, dalam arti tersebut penulisan
bentuk dasar adalah muliya. Jika kita lihat dalam KBBI, penulisannya
adalah mulia, jadi huruf y dalam kata tersebut dihilangkan. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. Arti kata
tersebut adalah memuliyakan, menghormati, mengagungkan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata mulia artinya „tinggi (tt
kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat‟.92
استجمىار –يىستىجمري –استىجمىرى : Istinja‟ dengan batu
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam pola
(wazn) استفعىاالن –يىستػىفعلي –استػىفعىلى . Kata يىستىأذفي –استىأذىفى
merupakan verba (fiil) dalam bahasa Arab, sedangkan kata استفعىاالن adalah masdar. Kata استىأذىفى adalah فعلي المىاضي dan kata يىستػىفعلي adalah فعلي الميضىارع. Kata tersebut termasuk ke dalam tsulasi maziid,
dengan tambahan hamzah washl, sin, ta. Arti katanya adalah
92
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 761.
67
istinja’dengan baru. Kata istinja’ adalah bentuk verba. Penulisan
istinja’ tidak perlu menggunakan tanda petik („), karena dalam
pedoman ejaan yang disempurnakan tanda petik („) tidak digunakan
dan penulisan dalam KBBI adalah istinja. Di sini terlihat bahwa kata
baku dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia
perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah istinja dengan menggunakan batu. Istinja
adalah membersihkan dubur atau kemaluan setelah buang air besar
maupun kecil.93
Di sini jelas terlihat bahwa arti kata dalam bahasa
Arab dan bahasa Indonesia berhubungan dari sisi budaya dan
maknanya.
2. Nomina
Hadits (Sunnah, hadits) : اىالىثػىري )ج اآلثاري : سينة(
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata اىالىثػىري merupakan اىالسمي الميفرىدي yaitu ism yang
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي المىعرفىةي, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Kata اىالىثػىري mempunyai
bentuk jamak yaitu اآلثاري yang termasuk jamak taksir. Artinya adalah
Hadits (Sunnah, hadits). Bentuk penulisan kata hadits dan sunnah
tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Memang dalam
translitersai huruf latin dari ث adalah tsa, tetapi dalam bentuk
penulisan bahasa Indonesia menjadi s dalam ejaan yang
93
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 446.
68
disempurnakan. Jadi kata hadits seharusnya ditulis hadis. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah Hadits (Sunnah, hadits). Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) kata hadis artinya sabda, perbuatan,
takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau
diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum
islam.94
akherat, yang ditunda, ditangguhkan :اىآلجلي ك اآلجلىةي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata yaitu ism اىالسمي الميفرىدي merupakan اىآلجلي
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah akherat.
Bentuk penulisan kata akherat tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan. Walau sering diucapkan akherat tapi dalam
penulisannya bukan seperti itu. Jadi kata akherat seharusnya ditulis
akhirat. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar,
sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam
penulisannya.
Arti kata tersebut adalah akhirat. Kata akhirat merupakan kata
serapan dari bahasa arab, yaitu اىخيػرىةه. Dalam kamus besar bahasa
94
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 380.
69
Indonesia (KBBI) kata akhirat artinya alam setelah kehidupan di
dunia; alam baka.95
pondamen, dasar : اىاليس : اىصلي البنىاء
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata سمي الميفرىدي merupakan اىاليس yaitu ism اىال
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah pondamen.
Kata pondamen adalah kata serapan dari bahasa Belanda. Bentuk
penulisan kata pondamen tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan. Walau sering diucapkan akherat tapi dalam
penulisannya bukan seperti itu. Jadi kata pondamen seharusnya ditulis
fondamen. Arti kata tersebut adalah pondamen. Kata pondamen
merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu fondamen yang
berarti alas; dasar.96
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata
fundamen artinya asa; dasar; hakikat.97
pondasi, dasar, dasar yang menguatkan : اىالىسىاسي ك االىسىسي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
95
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 20. 96
J. S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2007), h. 113. 97
Ibid., h. 400.
70
dalam ism (nomina). Kata yaitu ism اىالسمي الميفرىدي merupakan اىالىسىاسي
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah pondasi. Kata
pondasi adalah kata serapan dari bahasa Latin. Walau sering diucapkan
kata pondasi dengan huruf p, tetapi bentuk penulisan kata pondasi
tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan. Jadi kata pondasi
seharusnya ditulis fondasi. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam
bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu
diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah fondasi. Kata fondasi merupakan kata
serapan dari bahasa Latin, yaitu fondasi yang berarti alat bangunan
yang dibuat demikian rupa kuatnya di bawah permukaan tanah tempat
berdiri bangunan di atasnya.98
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) kata fondasi artinya dasar bangunan yang kuat, biasanya
terdapat di bawah permukaan tanah tempat bangunan itu didirikan.99
Di sini jelas terlihat bahwa arti kata dalam bahasa Arab tersebut
adalah makna leksikal.
Yang mempercayai, beriman اىلميؤمني
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata yaitu ism اىالسمي الميفرىدي merupakan اىلميؤمني
98
J. S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:
Kompas, 2007), h. 113. 99
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h, 319.
71
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang
mempercayai. Bentuk penulisan kata mempercayai tidak sesuai
dengan ejaan yang disepurnakan. Karena, kata asal dari mempercayai
adalah percaya, kata percaya tersebut mengalami proses morfologi
dengan terdapatnya morfem me- dan –i. Jadi kata mempercayai
seharusnya ditulis memercayai. Di sini terlihat bahwa bentuk kata
dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu
diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah Yang mempercayai, beriman. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata memercayai artinya
menganggap benar atau nyata; mengakui benar atau nyata.100
Kata
beriman artinya mempunyai iman (ketetapan hati); mempunyai
keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.101
Di sini
jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah
makna leksikal.
) thema, inti pembicaraan, uraian : اىلمىبحىثي )ج مىبىاحثي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata yaitu ism اىالسمي الميفرىدي merupakan اىلمىبحىثي
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي ,
100
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 856. 101
Ibid., h. 526.
72
yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang thema.
Bentuk penulisan kata thema tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan. Karena, setelah huruf t tidak perlu ditambah dengan
huruf h dalam bahasa Indonesia. Jadi kata thema seharusnya ditulis
tema. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar,
sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam
penulisannya. Arti kata tersebut adalah tema. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI) kata tema artinya pokok pikiran; dasar
cerita.102
Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa
Arab tersebut adalah makna leksikal.
onta : اىلبيختي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata yaitu ism اىالسمي الميفرىدي merupakan اىلبيختي
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang onta.
Bentuk penulisan kata onta tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan. Walau banyak masyarakat yang menyebut hewan
tersebut dengan diawali huruf o menjadi onta, tetapi tidak seperti yang
kita dengar penulisannya menggunakan huruf o melainkan dengan
huruf u. Jadi kata onta seharusnya ditulis unta. Di sini terlihat bahwa
102
Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.
1164.
73
bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa
Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah onta. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kaa unta artinya binatang berkuku belah, berleher panjang,
dan punggungnya berpunuk, ada yang berpunuk satu; ada juga yang
berpunuk dua; dipakai sebagai binatang pengangkut, hidup di tanah
Arab, Afrika Utara, Asia Tengah, dsb.103
Di sini jelas terlihat bahwa
semua arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
بريسمي : اىلىريػري sutera : اىال
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata بريسمي اىال / اىلىريػري merupakan اىالسمي الميفرىدي yaitu ism yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga
Dua kata .اؿ yaitu ism yang di awali dengan huruf ,االسمي المىعرفىةي
tersebut bersinonim yang sama-sama mempunyai arti sutera. Bentuk
penulisan kata sutera tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan.
Walau banyak masyarakat yang mengatakan kain sutera dengan
menggunakan huruf e ditengah-tengah, tetapi dalam bentuk penulisan
tidak seperti itu. dalam KBBI penulisan kata sutera tidak
menggunakan huruf e, melainkan penulisannya itu seperti sutra. Di
sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan
dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
103
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 1248.
74
Arti kata tersebut adalah sutra. Kata sutra artinya benang halus dan
lembut yang berasal dari kepompong ulat sutra.104
اىلطاعةي اىلبػير : : kebenaran, keta‟atan
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata yaitu ism yang اىالسمي الميفرىدي merupakan اىلبػير : اىلطاعةي
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي المىعرفىةي, yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Salah satu artinya adalah
yang keta‟atan. Bentuk penulisan kata keta’atan tidak sesuai dengan
ejaan yang disepurnakan disempurnakan tanda pertik („) tidak
digunakan lagi untuk menunjukkan huruf ‘ain pada bahasa Arab.
Tetapi tanda petik („) diganti dengan huruf k. Namun, dalah hal ini
tidak perlu diganti dengan huruf k, maka dibuang saja tanda petik („)
tersebut. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah ketaatan. Di sini
terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah ketaatan. Ketaatan artinya kepatuhan;
kesalehan; kesetiaan.105
Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata
dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
104
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 1112. 105
Ibid., h. 1116.
75
aniaya, kedhaliman : اىلبىغى : اىلظليمي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata اىلبىغى / اىلظليمي merupakan الميفرىدي اىالسمي yaitu
ism yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي
Artinya adalah yang .اؿ yaitu ism yang di awali dengan huruf ,المىعرفىةي
kedhaliman. Bentuk penulisan kata kedhaliman tidak sesuai dengan
ejaan yang disepurnakan. Seharusnya penulisannya itu adalah
kezaliman. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab
benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam
penulisannya.
Arti kata tersebut adalah kezaliman. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kezaliman artinya kebengisan, kekejaman, ketidakadilan.106
Di sini jelas terlihat bahwa semua arti kata dalam bahasa Arab
tersebut adalah makna leksikal.
penterjemah : اىلتػرجيىافي
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke
dalam ism (nomina). Kata اىلتػرجيىافي merupakan سمي الميفرىدي yaitu ism اىال
yang menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga المىعرفىةي االسمي , yaitu ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang
penterjemah. Bentuk penulisan kata penterjemah tidak sesuai dengan
106
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 1279.
76
ejaan yang disepurnakan. Apabila morfem afiks bertemu dengan huruf
k, p, t, s maka fonem-fonem itu akan hilang. Seharusnya penulisannya
itu adalah penerjemah. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam
bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu
diperhatikan dalam penulisannya.
Arti kata tersebut adalah penerjemah. Dalam kamus bahasa
Indonesia penerjemah artinya orang yang mengalihbahasakan; juru
terjemah.107
Orang yang ditaklukkan hatinya, orang muallaf : اىلميؤىلفىةي قػيليوبػيهيم
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata اىلميؤىلفىةي merupakan اىالسمي الميفرىدي yaitu ism yang
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي المىعرفىةي, yaitu
ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang muallaf.
Bentuk penulisan kata muallaf tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan disempurnakan. Kata muallaf merupakan kata serapan
dari bahasa Arab yaitu ميؤىلفه. Huruf ؿ dalam kata tersebut ada dua,
namun dalam bahasa Arab apabila ada huruf ganda dalam kata maka
satu huruf tersebut hilang dan diubah huruf vokal syaddah ( ). Jika
dalam penulisan transliterasi ditulis muallaf, tulisan tersebut mengikuti
kata aslinya yaitu bahasa Arab, namun penulisan dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan KBBI adalah mualaf. Jadi bentuk penulisan
yang benar adalah mualaf. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam
107
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 1183.
77
bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu
diperhatikan dalam penulisannya. Mualaf artinya orang yang baru
masuk islam; orang yang imannya belum kukuh karena baru masuk
islam.108
ختيىار Ikhtiyar yang diumpamakan tikar : بسىاطي ال
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata ختيىار ال merupakan اىالسمي الميفرىدي yaitu ism yang
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي المىعرفىةي, yaitu
ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang ikhtiyar.
Bentuk penulisan kata ikhtiyar tidak sesuai dengan ejaan yang
disepurnakan disempurnakan. Kata ikhtiyar merupakan kata serapan
dari bahasa Arab yaitu اختيىار. Jika dalam penulisan transliterasi ditulis
ikhtiyar, tulisan tersebut mengikuti kata aslinya yaitu bahasa Arab,
namun penulisan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI adalah
ikhtiar. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah ikhtiar. Di sini terlihat
bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar, sedangkan dalam bahasa
Indonesia perlu diperhatikan dalam penulisannya. ikhtiar artinya syarat
untuk mencapai maksud; daya upaya.109
108
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 756. 109
Ibid., h. 420.
78
Isteri : اىلىارىةه ج جىارىاته : امرىأىةي الرجيل
Dalam kata di atas, kata bahasa Arab termasuk ke dalam ism
(nomina). Kata اىلىارىةه merupakan اىالسمي الميفرىدي yaitu ism yang
menunjukkan arti tunggal (satu) dan termasuk juga االسمي المىعرفىةي, yaitu
ism yang di awali dengan huruf اؿ. Artinya adalah yang isteri. Bentuk
penulisan kata isteri tidak sesuai dengan ejaan yang disepurnakan
disempurnakan dan KBBI. Jadi bentuk penulisan yang benar adalah
istri. Di sini terlihat bahwa bentuk kata dalam bahasa Arab benar,
sedangkan dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan dalam
penulisannya. Istri artinya wanita yang telah menikah atau yang
bersuami; wanita yang dinikahi.110
Di sini jelas terlihat bahwa semua
arti kata dalam bahasa Arab tersebut adalah makna leksikal.
110
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 446.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap tingkat kata baku dalam
kamus at-Taufiq, peneliti menemukan bentuk kata yang tidak sesuai
dengan kaidah yang berlaku di Indonesia yaitu yang sesuai dengan
pedoman ejaan yang disempurnakan. Banyak bentuk penulisan kata dalam
kamus at-taufiq terpengaruh dalam bahasa lisan, karena saat peneliti
melakukan penelitian banyak ditemukan bentuk kata yang tidak sesuai
dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Bentuk kata setiap bahasa
mempengaruhi kebakuan suatu bahasa. Kata baku sebagai sebuah
dasar/acuan sebagai pembentukan bahasa yang dipakai oleh penuturnya.
Pembentukan kata tidak hanya dari kata yang sudah ada, melainkan kata
baku juga dapat terjadi melalu pengaruh bahasa lain, yang disebut kata
serapan. Dalam kamus at-taufiq ini, peneliti menemukan beberapa kata
serapan, tetapi bentuk kata serapan tersebut tidak sesuai dengan penulisan
kata dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan pedoman ejaan yang
disempurnakan dan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).
Penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq masih sedikit dan
kata tersebut masih terpengaruh dari bahasa lisan. Hanya sedikit pula kata
terjemahan menggunakan kata sesuai dengan pedoman ejaan yang
disempurnakan. Kata baku sangat penting dalam pencapaian bahasa yang
baik dan benar. Dengan kata baku, bahasa yang disampaikan akan sesuai
dengan kaidah-kaidah dalam bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
80
Tidak mudah bagi seorang penyusun kamus menyusun/mengelompokkan
kata-kata dengan bentuk penulisan yang benar dari sekian banyak kata
dalam kamus tersebut. Terkadang ada kata yang benar dalam bentuk
penulisannya. Namun, ada juga yang salah dalam penulisannya, entah
dalam hal huruf yang kurang, atau memang penyusun tidak melihat
kembali tata bentuk suatu bahasa tersebut.
B. Rekomendasi
Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka
peneliti berharap penelitian tentang kata baku bahasa Arab dan bahasa
Indonesia dalam kamus At-Taufiq bisa dilanjutkan kembali oleh peneliti
berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis bentuk kata
baku. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan analisis semantik
leksikal. Oleh karena itu, Untuk melengkapi kekurangan dalam skripsi ini
peneliti menyarankan kepada pembaca agar penelitian ini perlu diteliti
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Al Farizi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2011.
Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika. 1998.
Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2010.
Chaer, Abdul. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta:
2006.
Ciptadi, M. Arifin. EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Bandung: Nusa Media. 2009.
Gani, Ramlan A. dan Z.A, Mahmudah Fitriyah. Pembinaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Hakim, Taufiqul. Kamus At-taufiq (Arab-Jawa-Indonesia). Jepara: Darul Falah.
2004.
Hakim, Taufiqul. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati
& Darul Falah). Jepara: PP Darul Falah. 2004.
Hidayatullah, Moch. Syarif dan Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab
(Klasik Modern). Jakarta: UIN Sharif Hidayatullah Yakarta. 2010.
Huda, Nurul. Mudah belajar bahasa Arab. Jakarta: Amzah. 2012.
Ismail, Achmad Satori. Problematika Terjemah (Arab-Indonesia). Jakarta: Adabia
Press. 2011.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2009.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa. 2009.
Moeliono, Anton. M. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1988.
Munawar, Akhmad. Belajar Cepat Tata Bahasa Arab. Yogyakarta: Nurma Media
Idea. 2008.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Progressif. 1984.
Nuha, Ulin. Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu. Yogyakarta: Diva Press. 2013.
Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung:
Refika Aditama. 2007.
Rusdianto, Ustadz. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat!. Yogyakarta: Diva Press.
2013.
Schulz, Eckehard. Bahasa Arab Baku dan Modern. Yogyakarta: LkiS. 2012.
Sugono, Dendy. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2009.
Sudarsa, Caca. Materi bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Mutu Guru. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1992.
Sugihastuti. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia tanggapan Penutur dan
Pembacanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung:
Humaniora. 2005.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:
Angkasa. 1992.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
2009.
Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: Uin-Malang Press. 2008.
Tim Penyusun Ejaan Yang Disempurnakan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Surabay: Media Press. 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Tim Lima Adi Sekawan. EYD Plus. Jakarta: Limas. 2011.
Widada, R.H dan Prayogi Icuk. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
2010.