BAB II
PENGARUH KELAS SOSIAL DAN ETNISITAS
TERHADAP DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
A. KESEHATAN
Definisi kesehatan menurut WHO adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,
dan sosial yang merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta
kecacatan yang merupakan aspek negatif.
Pender, Murdaugh, dan Parsons ( 2006 ) mendefinisikan kesehatan sebagai
perwujudan potensi manusia intrinstik dan ekstrinsik melalui tingkah laku yang diarahkan
oleh tujuan hidup, perawatan diri yang kompeten, dan hubungan dengan orang lain yang
memuaskan, dengan penyesuaian yang dilakukan untuk mempertahankan integritas
struktural dan harmoni dengan lingkungan.
Seseorang dikatakan dalam rentang sehat jika kebutuhan holistik ( fisiologis,
spiritual, psikologis, dan sosial ) dan kebutuhan dasarnya ( fisiologis, rasa aman, kasih
sayang, harga diri, dan aktualisasi diri ) telah terpenuhi. Jika salah satunya tidak terpenuhi
maka belum dapat seseorang itu dikatakan dalam rentang sehat.
B. KESEHATAN MASYARAKAT
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan
Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian
masyarakat“ untuk :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan
seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran
kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.
Ada beberapa persoalan kesehatan di masyarakat, antara lain:
1. Keadaan demografi, jumlah penduduk yang banyak dan tidak merata. Ini merupakan
suatu tantangan dalam pembangunan kesehatan.
2. Pendidikan yang tidak memadai.
3. Tingkat ekonomi, tingkatan pendapatan yang rendah menyebabkan sebagian besar
warga tidak dapat menikmati pelayanan kesehatan.
4. Dampak implikasi dari adanya kegiatan pembangunan, di satu sisi tidak saja
mendatangkan manfaat tetapi juga menimbulkan efek samping, juga perubahan
masyarakat yang terlalu cepat tanpa diiringi dengan perubahan masyarakat yang
terlalu cepat tanpa diiringi dengan perubahan sikap, biasanya akan menimbulkan
konflik. Misalnya : over gizi, penggunaan obat-obat terlarang
5. Persoalan fasilitas kesehatan, bagi kita fasilitas kesehatan masih sangat jauh dari
kebutuhan, jumlah puskesmas tidak memadai. Misalnya satu puskesmas harus
melayani 30.000 orang penduduk.
a. Walaupun setiap saat pemerintah juga melakukan pembangunan berbagai fasilitas
namun kenyataannya fasilitas yang ada tetap belum memadai. Ini terbukti dari
jumlah orang yang sakit pada tahun 1971, yang mendapat pengobatan hanya 55%,
tahun 1980 meningkat menjadi 74%. Ini di buat oleh pemerintah, pelayanan
pemerintah untuk melayani orang sakit pada tahun 1980 itu berjumlah 44%.
b. Orang yang menangani penyakitnya sendiri juga terjadi peningkatan, berarti di
sisni terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Sehingga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan kesehatan. Tetapi ini juga
mempunyai resiko terhadap penyalahgunaan obat-obatan dan ketidak tepatan
dalam dosis pengobatan.
6. Masalah tenaga kerja di bidang kesehatan, kita sampai saat ini masih kekurangan
tenaga kerja di bidang kesehatan, kita baru mempunyai tenaga kesehatan kurang dari
150.000 TK untuk melayani 170 juta jiwa. 4000 tenaga medis termasuk tenaga dokter
1500 orang, dokter di 12 universitas.
7. Persoalan biaya kesehatan, pemerintah hanya mampu mengeluarkan biaya kesehatan
masyarakat Rp 2500-2600 perkapita/tahun. Sedangkan kalau di hitung biaya
kesehatan yang harus di keluarkan oleh masyarakat indonesia Rp 10.000
perkapita/tahun, berarti lebih dari 50% biaya kesehatan masyarakat harus di
tanggulangi oleh masyarakat harus di tanggulangi oleh masyarakat. Dari APBD untuk
bidang kesehatan Indonesia baru berkisar 2,2%. Kalau di hitung secara keseluruhan
anggaran belanja negara kita masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara
lain. Seperti : Burma 6,7%, Srilanka 7,5%, dan Bangladesh 4%. Akibat dari anggaran
yang sangat terbatas ini tenaga medis harus menuntut banyak dari masyarakat.
8. Masalah sarana obat-obatan , di satu sisi kita memang sudah mampu memproduksi
obat-obatan lebih dari 90%. 90% dari obat-obatan yang beredar sudah di produksi di
dalama negeri. Tetapi di sisi lain lebih dari 95% komponen obat harus di impor dari
luar. Keadaan ini tentu membuat harga obat dalam negeri menjadi tinggi dan di dunia
juga lebih tinggi. Sebagian besar dari pengelolaan obat dilakukan oleh pihak swasta,
hampir mencapai 90% produksi dan distribusinya dilakukan oleh swasta, pemerintah
hanya mampu melayani kebutuhan obat hanya mencapai 10%.
9. Masalah gizi, di samping persoalan kekurangan gizi yang di sebabkan oleh faktor
ekonomi, juga masalah gizi yang di sebabkan faktor pengetahuan dan pendidikan
yang tidak memadai ke-2 pesoalan tadi (kekurangan gizi dan salah gizi) juga bisa di
sebabkan oleh kebiasaan dan tradisi yang ad dalam masyarakat dengan demikian
masalah kesehatan dalam masyarakat sangat di pengaruhi oleh berbagai komponen, di
samping komponen bawaan, juga di pengaruhi oleh keadaan kesehatan, prilaku-
prilaku pelayanan kesehatan, juga di pengaruhi oleh lingkungan fisik (pencemaran)
dan di pengaruhi juga oleh sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
C. KELAS SOSIAL
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau
stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya.
Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua
masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau
golongan dalam masyarakat.
D. SOSIAL BUDAYA KESEHATAN
Secara sosiologis, individu merupakan representasi dikehidupan lingkungan
sosialnya. Segala yang terjadi di lingkungan sosialnya di amati, di pelajari, dan
kemungkinan di intregasikan dan di internalisasi sebagai bagian dari kehidupannya
sendiri. Setiap individu memiliki identitas sesuai lingkungan sosialnya. Apa yang di
lakukan, gagasannya, perasaannya merupakan hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial secara nyata juga mempengaruhi perilaku sehat dan sakit. Peran sehat
dan sakit juga berkaitan dengan nilai sosialnya.individu akan berperan seht atau sakit.
Diantara factor lingkungan sosial yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
mental adalah stratifikasi sosial, pekerjaan, keluarga, budaya, perubahan sosial, stressor
psikososial.
1. STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat kita terbagi menjadi keelompok tertentu diantaranya jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial. Di tinjau dari status sosial banyak
pendekatan yang di gunakan untuk melakukan klasifikasi..secara umum klasifikasi
status sosial itu dikelompokan atas stratanya yang dikelompokan atas; strata tinggi,
menengah, rendah.
a) Kelas Sosial Ekonomi dan Revalensi Gangguan Mental
Setiap kelas sosial itu memiliki cara hidup dan interaksi sosial tersendiri
termasuk dalam soal mempersepsikan dan menangani segala persoalan
kehidupanya. Gangguan mental merupakan salah sau malah di masyarakat yang
memperoleh perhatian dari para ahli untuk dikaji dari aspek strata sosial
masyarakatnya. Berdasarkan penelitian dikrtahui bahwa stratifikasi sosial yang
ada di masyarakat ternyata berhubungan dengan jenis ganngguan mentalnya.
Terdapat distribusi gangguan mental secara berbeda antara kelompok masyarakat
yang berada pada strata sosialyang tinggidengan strata sosial yang rendah. Dalam
berbagai study dipahami bahwa keelompok kelas sosial rendaah lebih besar
prevelansi gangguan psikiatrinya disbanding dengan kelomopk sosial tinggi.
b) Status Sosial Ekonomi dan Pola Gangguan
Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan psikiatrik.
Berdasarkan penelitian Holingshead diketahui bahwa masyarakat kelas sosial
rendah diketahui tingginya prevelansi psikotik, sedangkan prevelansi neurotic
lebih banyak pada kelompok kelas. Kesimpulan itu tidak berlakku untuk psikotik
jenis drepesi karena prevelasinya lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat
kelas sosial yang tinggi.
Penelitian yang lebih spesifik, yaitu insidendi skizofenia dalam kaitanya
dengan status sosial dilkukn oleh Dunham, memberikan kesimpulannya yang
mendukung kesimpulan Holingshead itu. Jika dikaitkan denganjenis gangguan
yang di alami, secara jelas dikemukakan oleh Dunham ini adalah:
a) Gangguan neurosisdan depresif lebih banyak dialami oleh kelompok sosial
ekonomi tinggi dan sedikit dari kelompok sosial ekonomi rendah.
b) Sakit mental ( psikosis ) sebaliknya, prevalensinya lebih banyak dialami oleh
kelompok soial ekonomi rendah dan tidak banyak dialami oleh kelompok
sosial ekonomi tinggi.
c) Seleksi sosial lawan sebab sosial
Ada dua hipotesa yang menjelaskan fenomena ini sebagaimana dikemukakan
Dohrenwend, yaitu hipotesis seleksi dan hipotesis sebab sosial.
a. Hipotesis seleksi sosial
Hipotesis seleksi sosial menjelaskan bahwa seseoran yang mengalami
gangguan mental membuat diaa menjadi miskin. Yang terjadi adalah peluncuran
kebawah dari stsatus sosial tinggi ke status sosial yang rendah. Yang meyebabkan
seseorang mengalami gangguan mental menurut teori teori seleksi sosial ini karena
factor psikologis, genetik, konstiusi.
Pertama orang yang mengalami gangguan mental akan terjadi penurunan
kemampuan kerja dan sosial, sehigga tida mampu berkompeteensi dalam
mempertahankan hidpnya. Merekayang sembuh keskitannya ika bekerja akan
ditempatkan pada posisi yang sesuai yaitu status pekerjaan yang dibawahnya sehingga
penghasilan menurun dan mmbuat dia berstatus sosial rendah. Kedua orang yang
mengalami gangguan metal secara aktif akan mecari lingkungan sosial yang sesuai
untuk menerima kondisinya.
b. Hipotesis sebab sosial
Hipotesis sebab sosial menjelaskan bahwa orang yang miskin memang
memiliki kecenderungan untuk sakit mental. Masyarakat dari kelas sosial ekonomi
rendah, menurut hipotesis ini, lebih rentan jatuh sakit karena dua kemungkinan :
1. Sifat kecenderungan personal ang dimilikinya sepeti; perasaan tidak berdaya dan
kurang pengendaliantrhadap dirinya sendiri.
2. Kondisi sosialnya seperti kekurangan memperoleh doronggan dari orang lain.
Dunham adalah pihak yang tidak menyepakati factor ekonomi sebagai
penyebab gangguan psikiatris khususnya skizofrenia. Berdasarkan study nya dia
mengemukakan kemiskinan merupakan tdak selalu menimbulkan sakit mental. Yang
terjadi sebaliknya bahwa orang yangmenderita skizofrenia memang menunjukkan
kelas sosial ekonomi yang rendah, bukan orang yang berstatus sosial ekonomi rendah
menjaadi skizofrenia. Namun demikian Dunham menetapkan secara pasti apakah
hipotesis yang pertama lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis kedua yang
menyangkut hubungan status sosial ekonomi dengan gejala gangguan mental tidak
dapat dipastikan.
2. INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial baanyak dikaji dalam kaitanya dengan gangguan mental. Ada
dua pandangan interksi sosial ini. Pertama, teori psikodinamik mengemukakan
bahwa orang yang mengalami gangguan emosional dapat berakibatkan pada
pengurangan interaksi sosial,hal ini dapat diketahui dari perlaku regresi sebagai
akibat dari adanya sakit mental. Kedua, bahwa rendahnya interaksi sossiaal itulah
yang menimbulkan adanya gangguan mental.
Faris dan Dunham berpandangan bahwa interaksi kualitas sosial sangat
mempengaruhi kesehatan mental. Lingkungan kehidupan, setidaknya soal tempat
tinggal berhubungan dengan problem kesehatan mental ini. Tempat tinggal dapat
memberi peluang untuk meningkatkan hubungan interpersonal sementara pola tempat
tinggal tertentu dapat mengambat dan menimbulkan kesulitan untuk hubungan
interpersonal selain itu mereka juga berpandangan bahwa tempat tinggal yang
tersolasi dari kehidupan hubungan interpersonal diyakini dapat meningkatkan insidesi
psikosis, schizophrenia.
Hal ini secara sosial terisolasi, tempat tinggal yang terisolasi secara sosial
tidak hanya karena jarak yang jauh satu dengan yang lain tetapi menyangkut apakah
tempat tinggal itu sendiri memberi suasana yang mampu menciptakan hubungan
interpersonal atau tidak. Clausen dan Kohn mengemukakan bahwa ada empat macam
tempat tinggal yang dipandang menimbulkan pengalaman terisolasi secara sosial
sebagai berikut:
1. Hidup di dalam tempat tinggal yang menghasilkan atau menibulkan isolasi sosial
karena tempat tinggal itu terus menerus berubah.
2. Hidup adalah wilayah kelompok etnis lain
3. Hidup dalam masyarakat di lingkungan kumuh, keturunan asing yang kasar,atau
dimasyarakat yang kopettif yang berakibat isolasi sosial, khususnyabagi orang
sensitf, suka mengalah ataumalu malu
4. Dalam lingkungan keas sosil rendah, umumnya kurrang asertif pada anak. Jika
tidak menjalin hubungan degan yang lainnya maa dia akan terisolasi secara
sosial.
3. KELUARGA
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan
seseorang. Keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, bernteraksi atau
dengan katalain dibentuknya nilai nilai, pola pikir, dan kebiasaannya. Keluarga juga
berfungsi sebagai seleksi segenap budaya luar dan medasi hubungan anak dengan
lingkunganya. Keluarga yang lengkap dan funngsional serta mampu membentuk
homeostasis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keuargnya, dan
kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari adanya
gangguan mental dan ketidakstabilan emosional para anggotanya.
Dalam pandangan psikodinamik keluarga merupakan ligkungan sosial yang
secara langsung mempengaruhi individu. Keluarga merupakan ligkungan mikrosistem,
yang menentukan kepribadian dan kesehtan mental anak, keluarga lebih dekat
hubungannya dengan anak dibandingkan dengan masyarrakat luas karena itu dapat
digambarkan hubungan ketiga unit itu sebagai anak keluarga dan masyarakat, artinya
masyarakat menentukan keluarga dan keluarga menentukan individu. Banyak sekali
kondisi keluarga yang justru menjadi hazard begi setiap anggota keluarganya dan
tentunya berisiko bagi terganggunya anggotanya. Kondisi keluuarga yang menjadi
hazard antara lain:
1. Perceraian dan Perpisahan
Dikarenakan berbagai sebab antara anak dan orang tua menjadi faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Kesimpulannya bahwa perceraian atau perpisahan dapat berakibat buruk pada
perkembangan kepribadian anak.
2. Keluarga yang Tidak Profesional
Keluarga yang tidak berfungsi menuju pada keadaan keluarga tetap
utuh,terdiri dari kedua orng tua dan anak anaknya. Mereka masihmenetp di satu
rumah , jadi strukturnya tidak mengalami perubahan. Hanya fungsinya yang tidak
dapat berjalan. Faktor fungsi keluarga ini menjadi lebih penting daripada
perceraian dan perpisahan, bagian ini jauh lebih berakibat buruk pada
perkembangan anak.
3. Perlakuan dan Pengasuhan
Perlakuan orang tua pada anak berkaitan dengan apa yang dilakukan ortu
atau anggota keuarga lain kepadaanak. Apakah dibiarkan diperlakuan secara kasar
atau dimanfaatkan secara salah atau diperlakukan secara penuh toleransi dan
menciptakan iklim yang sehat. Semuanya mempengaruhi perkembangan pada
anak dan juga mungkin berpengaruh pada anggota keluarganya secara
keseluruhan. Kondisi keluarga yang tidak kondusif akan berakibat gangguan
mental bagi anak di antaranya gangguan tingkah laku, kecemasan, mbang dan
beberapa gangguan jiwa lainnya.
E. PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial selalu terjadi di lingkungan kita. Tidak ada suatu masyarakat
yang tidak mengalami prubahan sosial, termasuk di masyarakat yang terasingpun.
Perbahan sosial itu dapat berlangsung dengan sangat cepat dan ada pula perubahan yang
sangat lambat. Dalam masyarakat modern perubahan sosial itu sangat mencolok, dan
terjadi di berbagai bidang kehidupan. Terjadinya industrialisasi,kemajuan media
komunikasi, perubahan sistam ekonomi, system sosial dan politik yang terus berlansung
menimbuan perubahan sosial. Di negara maju perubahan itu secar nyata dirasakan sejak
terjadinya revolusi industru pada abad pertengahan.
Di negara berkembang seperti Indonesia, perubahan sosial terjadi sejak orde
pembangunan yang di tunjukkan dengan pembangunan industri secara besar besaran yang
diikuti oleh banyaknya urbanisasi dengan segala konsekuensinya termasuk bergesernya
pola keluarga dan pengasuhan, interaksi sosial , perubahan nilai nilai sosial
masyarakatnya. Tentunya, perubahan sosial ini akan berlangsung dan akan terjadi secara
cepat. Dampak positif dari perubahan sosial bagi masyarakat industrialisasi dapat
meningkatkan status sosial karena mereka dapat memanfaatkan pembangunan industri
sebagai lapangan pekerjan baru dan kemungkinan mereka terdorong untuk meningkatkan
pendidikanya sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan industri itu.
Selain itu adapula dampak negatifnya yaitu perubahan itu membawa aplikasi
terhadap berbagai aspek kehidpn lain seperti adanya aturan dan nilai baru dan berdampak
bagi perubahan aturn dan nilai dan struktur sosial itu tidak di kehendaki oleh
masyarakatnya. Karena itu perubahan sosial itu dapat menjadi tantangan dan dapat pla
menjadi hambatan baagi masyarakat untuk menyesuaikan diri. Sehubungan dengan
perubahan sosial ini terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi. Perubahan sosial dapat
menimbulkan kepuasan bagi masyarakatnya karena sesuai dengan yang diharapkan dan
dapat meningkatkan keutuhan masyarakatnya, dan hal ini sekaligus meningkatkan
kesehatan mental.
Namun di sisi lain, dapat pula berakibat masyarakatnya mengalami kegagalan
dalam penyesuaian terhadap perubahan itu akibatnya mereka memanifestasikan
kegagalan penyesuaian itu dalam bentuk yang patologis, misalnya tidak terpenuhinya
tuntutan politik, suatu kelompok masyarakat melakukan tindak pengrusakan dan
penjarahan.
1. Perubahan jangka panjang
Perubahan sosial yang bersifat jangka panjang merupakan perubahan
perubahan yang terjadi akibat industrialisasi, perubahanmedia komunikasi dari yang
tradisional ke sistem modern, kemajuan di bidang teknologi dan perubahan system
ekonomi. Dalam kesehatan mental disadari bahwa perubahan sosial yang jangka
panjang itu juga ada pengaruhnya. Karena perilaku sosialnya dipengaruhi dipengaruhi
maka aspek kesehatan mental kita pun turut dipengaruhi.
2. Migrasi: Sebagai Dampak Masyarakat Industri
Industrialisasi selalu menimbulkan migrasi. Dalam migrasi itu, tidak selalu
terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di lingkungan yang baru. Migrasi, tidak
hanya pindah secara fisik bagi individu, sekaligus terjadinya suatu perubahan sosial.
Karena terjadi migrasi, maka mereka harus meninggalkan sistem keluarganya dan
menjalankan pola keluarga baru.
Dalam penelitian konvensional yang menyangkut hubungan migrasi dengan
kesehatan mental, ditemukan terdapat pengaruh migrasi terhadap keseahtan mental.
Dilihat dari angka insidensi masuk rumah sakit, orang - orang migrant lebih banyak
mengalami ganbgguan mental migrasi dibandingkan dengan penduduk aslinya.
Demikian juga perbandingan angka insidensi pada anak - anak mereka yang masuk
rumah sakit, gangguan mental lebih banyak dialami oleh anak - anak dari kalangan
pendatang ketimbang penduduk asli. Hal itu menunjukkan bahwa migrasi itu pada
dasranya memepengaruhi kesehatan mental.
3. Kondisi Krisis
Kondisi krisis banyak terjadi di masyarakat, diantaranya perang, bencana, atau
peristiwa yang dapat menimbulkan krisis bagi masyarakat seperti krisis ekonomi.
Sama halnya dengan kondisi krisis yang lain, tampaknya krisis itu tidak berpengaruh
pada gangguan psikosis, tetapi pengaruhnya kepada gangguan neurosis. Seperti halnya
krisis moneter dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, dalam kurun satu tahun angka
masuk rumah sakit jiwa karena psikotik relatif stabil, tetapi gangguan non psikotik
meningkat sangat tajam seperti tingkah laku antisocial termasuk juga perilaku deviasi
soaial untuk perilaku agresivitas dan kriminalitas.
F. SOSIAL BUDAYA
Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh Wallace,
1963 yang meliputi tiga hal, yaitu:
1. Kebudayaan yang mendukung dan menghambatkesehatan mental.
2. Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental
3. Berbagi bentuk gangguan mental karena faktor cultural
4. Upaya peningkatan dan pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya
Dalam kaitannya dengan kesehatan mental, kebudayaan ada yang memberikan
dukungan bagi peningkatan kesehatan mental dan sebagian lagi justru sensitif bagi angka
insiden dan lamanya gangguan kesehatan mental. Salah satu contoh gangguan mental
karena faktor budaya adalah amok. Amak ini adalah psikosis yang ditandai oleh tindakan
yang secara tiba - tiba mengamuk, berteriak, merusak, dan dapat pula membunuh.
Gangguan ini disebabkan oleh faktor yang membatasi remaja dan orang dewasa
mengekspresiksan emosi - agresinya dengan menanamkan rasa malu.
G. STRESSOR PSIKOSOSIAL LAIN
Ilfeld (1977) menjelaskan situasi dan kondisi peran sosial sehari - hari dapat
menjadi sebagi masalah atau sesuatu yang tidak dikehendaki, dan karena itu dapat
berfungsi sebagai stressor sosial. Meskipun kekuatan pengaruhnya terhadap kondisi
mental stressor sosial itu kuat atau lemah ada kontribusinya.
Faktor sosial lain dapat menghambat kesehatan mental seseorang, di antaranya konflik
dalam hubungan sosial, perkawinan, meninggalnya keluarga dekat. Stressor psikososial
ini secara umum menimbulkan efek negatif bagi orang yang mengalaminya. Namun
demikian tentang variasi stressor psikososial ini akan berbeda untuk setiap masyrakat,
bergantung kepada kondisi sosial masyarakatnya.
H. PENGARUH KELAS SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN DERAJAT
KESEHATAN MASYARAKAT
Pengaruh kelas sosial ini dapat dilihat dari tiga aspek :
a. Kelas Sosial Bawah
Kesehatan kelas sosial golongan ini kurang berkembang dan tidak
terjamin karena pengaruh dari ekonomi masyarakat yang masih di bawah rata-
rata. Apalagi di lapangan , misalnya di sebuah rumah sakit kelas sosial ini
terkesan tidak dipedulikan dan pihak rumah sakit lebih mendahulukan yang
ekonominya di atas rata-rata. Selain itu, golongan ini lebih memilih obat yang
harganya lebih murah atau mereka hanya menggunakan obat-obat tradisional.
Sehingga menyebabkan golongan ini rentan terhadap penyakit dan menghambat
peningkatan derajat kesehatannya.
b. Kelas Sosial Menengah
Pada golongan ini kesehatannya sudah mulai membaik sejalan dengan
ekonominya yang lebih baik dari kelas sosial bawah. Sebagian dari golongan ini
sudah memahami pentingnya kesehatan dan sudah mulai menggunakan obat-
obatan yang modern, namun dengan harga yang belum terlalu mahal. Peningkatan
derajat kesehatan ini lebih cepat daripada kelas sosial bawah.
c. Kelas Sosial Atas
Golongan ini sudah memahami pentingnya kesehatan dan betapa
merugikannya suatu penyakit. Ekonomi golongan ini di atas rata-rata sehingga
peningkatan kesehatannya berkembang dengan cepat. Kesehatan golongan ini
sudah terjamin karena mereka cepat mengikuti perkembangan zaman. Pengobatan
golongan ini kebanyakan sudah menggunakan teknologi sehingga penyakitnya
dapat di atasi dengan cepat, misalnya dalam kecantikan golongan ini kebanyakan
sudah menggunakan laser yang dapat mengatasi masalah pada wajahnya, padahal
belum tentu dengan menggunakan laser tersebut baik untuk kesehatan kulitnya.
Namun masih ada juga bagian dari golongan ini yang acuh terhadap
kesehatannya padahal mereka sudah memahami pentingnya kesehatan. Hal ini
dapat disebabkan karena kesibukan mereka dalam pekerjaan sehingga mereka
tidak memiliki waktu untuk menjaga kesehatanya. Selain itu, golongan ini
cenderung menginginkan sesuatu yang lebih cepat atau instan, dan mereka tidak
memikirkan efek samping dari hal tersebut. Yang mungkin akan lebih
memperburuk kesehatan mereka.
I. PENGARUH ETNISITAS TERHADAP DERAJAT KESEHATAN
MASYARAKAT
Pengaruh etnisitas ini terdiri dari dua aspek , yaitu :
1. Masyarakat Primitif
Masyarakat primitif ini jika dilihat dari sistem pengobatannya, lebih ke
pengobatan yang tradisional. Kurangnya pengetahuan tentang pemahaman mengenai
bagaimana cara pengobatan yang semestinya sesuai dengan sistem medis yang ada.
Bukan berarti pengobatan tradisional itu salah, tapi ada cara yang lebih efisien dan
efektif untuk dilakukan yaitu dengan menggunakan teknologi medis yang sangat
canggih.
2. Masyarakat Modern atau Perkotaan
Masyarakat modern telah menggunakan pengobatan yang canggih yaitu dengan
melakukan pengobatan di rumah sakit. Mereka lebih cenderung memilih alternative
yang cepat untuk mengubah status sakit mereka ke status sehat, walaupun mereka
harus mengeluarkan banyak uang demi penyembuhannya. Mengapa demikian ?
karena mereka tahu akan pengetahuan medis walaupun mereka bukan orang medis.
Di sini, latar belakang pendidikan juga berperan penting. Karena semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang mereka dapat.