Download - 01. modul perencanaan drainase.pdf
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 1/53
i
PERENCANAANDRAINASE DAN BAHU JALAN
Yang Berwawasan Lingkungan
Disusun Oleh :
Agus Bar i Sai lendra
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 2/53
ii
Perencanaan Drainase dan Bahu Jalanyang Berwawasan Lingkungan
Ir. Agus Bari Sailendra, MTJuni 2011
Cetakan Ke-1, 2012, (14 + 118)© Pemegang Hak Cipta: Penyusun dan Pusat Penelitian danPengembangan Jalan dan Jembatan
Kata kunci : jaringan jalan, drainase, bahu dan
lingkungan jalan
Pemesanan melalui:Perpustakaan Puslitbang Jalan dan [email protected] Tekink Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan
EditorGreece Lawalata, ST, MT
Desain Sampul dan Tata LetakHenry Hendrawan, S.Si
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 3/53
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdullilahkehadirat Alloh SWT, pada akhirnya tersusun juga
buku/modul dari serial “Optimalisasi Pemeliharaan Jaringan
Jalan Yang Berwawasan Lingkungan” dengan judul:
Perencanaan Drainase dan Bahu Jalan yang Berwawasan
Lingkungan.
Buku/Modul ini sebagai salah satu upaya bagaimana
mewujudkan jalan yang berwawasan lingkungan sekaligus
jalan yang berkeselamatan, melalui kegiatan pemeliharaan
jalan dengan pendekatan merencanakan drainase dan bahu
jalan sehingga berfungsi optimal sesuai kebutuhan dan
kondisi nyata di lapangan. Cara ini dianggap dapat ikut
berkonstribusi secara praktis dan lebih berkelanjutan, dalam
mewujudkan jalan yang berwawasan lingkungan, sekaligus
yang berkeselamatan.
Dalam konteks praktis dan berkelanjutan, maka
Penyusun membuat beberapa buku/modul sebagai suatu
kesatuan yang utuh dan dalam suatu produk serial dalam
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 4/53
iv
menuju Optimalisasi Pemeliharaan Jaringan Jalan yang
Berwawasan Lingkungan, yaitu judul/modul :
1. Perencanaan Drainase dan Bahu Jalan Yang
Berwawasan Lingkungan.
2. Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase dan Bahu Jalan
yang Berwawasan Lingkungan Menuju Jalan Yang
Berkeselamatan.
3. Perencanaan Perambuan Sementara dalam Pekejaan
Jalan, Menuju Jalan Yang Berkeselamatan
4. Penerapan Teknologi Jalan Ramah Lingkungan
dalam Pemeliharaan Jalan
5. Optimalisasi Pemanfaatan Fungsi Jalan yang
Berwawasan Lingkungan
Buku ini disusun sedemikian rupa agar dapat dijadikan
sebagai modul pelatihan, baik yang dilakukan oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pekerjaan Umum
Kementerian PU, maupun oleh Dinas Pekerjaan
Umum/Bina Marga Provinsi atau Kabupaten dan Kota, dan
atau oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan sendiri, sebagai
bagian dari upaya meningkatkan kemampuan
profesionalisme sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan jalan. Buku/modul ini, sekaligus dapat
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 5/53
v
digunakan sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi para
ahli dan atau para mahasiswa serta para praktisi di
Indonesia.
Masukan dan kritikan yang konstruktif sangat kami
perlukan dalam rangka penyempurnaan buku/modul ini.
Penyempurnaan akan terus dilakukan sepanjang
penyelenggaraan jalan ke depan menuju kinerja jalan yang
lebih baik tetap komit untuk dilaksanakan. Semoga
kahadiran buku/modul ini dapat mendorong sekaligus
berkontribusi nyata dalam mewujudkan kehandalan jalan-
jalan di Indonesia yang harmonis dan serasi dengan
lingkungan.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 6/53
Ucapa
kepada
serta se
membe
ini hin
Bandu
Kepal
DR. Ja
terimaka
seluruh ja
mua pihak
rikan konst
ga selesai.
g, Juni 201
Pusat Lit
wali Marb
ih dan p
jaran Pusa
langsung a
ribusinya
2
ang Jalan
un, MSc
i
enghargaan
Litbang J
tau tidak l
alam peny
dan Jemb
kami sa
alan dan J
ngsung, ya
sunan buk
atan
paikan
embatan
ng telah
u/modul
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 7/53
vii
PRAKATA
Pada dasarnya penyediaan jalan sebagai salah satu
prasarana transportasi akan berfungsi dan bermanfaat
dengan optimal dalam mengalirkan arus lalu lintas, jika
berbagai fasilitas jalan yang dibangun dan disediakan
berfungsi sesuai dengan yang direncanakan. Berbagai
fasilitas jalan yang direncanakan dan harus berfungsi di
antaranya adalah; bahu jalan (termasuk trotoar), drainase
(saluran tepi jalan), dan ambang pengaman jalan (termasuk
rumaja).
Buku Perencanaan Drainase dan Bahu Jalan yang
Berwawasan Lingkungan merupakan satu dari rangkaian
Serial Buku Optimalisasi Pemeliharaan Jaringan Jalan yang
berwawasan lingkungan, dapat juga digunakan sebagai
modul pelatihan. Pada prinsipnya buku ini dapat dijadikan
sebagai acuan dan arahan dalam salah satu kegiatan
penyelenggaraan jalan baik bagi para praktisi, konsultan,
pelaksana/kontraktor, dan mahasiswa/karya siswa,
khususnya yang terlibat dalam perencanaan teknis
(Perancangan) jalan.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 8/53
viii
Secara umum buku/modul ini menjelaskan, latar
belakang dan pengertian umum serta
pendekatan/pertimbangan dalam perencanaan dan prinsip-
prinsip perencanaan drainase permukaan jalan (saluran tepi
jalan) dan bahu jalan yang mengedepankan pemahaman
tentang konsep yang berwawasan lingkungan sekaligus
berkeselamatan jalan.
Pendekatan berwawasan lingkungan adalah suatu konsep
“keterpaduan antara fungsi jalan, fungsi drainase dan bahu
jalan yang berbasis pada fungsi penyediaan prasarana jalan
atas dasar prinsip lingkungan”, yaitu terintegrasi dengan
RTRW, mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat, harmonisasi dengan lingkungan,
antara lain; mempertimbangkan pilihan penerapan
teknologi jalan ramah lingkungan, dan menuju jalan yang
berkeselamatan. Konsep itu harus menjadi bagian dalam
perencanaan maupun perancangan sistem drainase dan bahu
jalan (termasuk trotoar, baik untuk masa sekarang maupun
yang akan datang.
Dalam konteks pelatihan peningkatan kualitas SDM,
maka buku ini dapat dijadikan arahan sekaligus sebagai
modul pelengkap dalam pelatihan tentang perencanaan
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 9/53
ix
drainase dan bahu jalan yang berwawasan Lingkungan.
Pelatihan semacam ini dapat diselenggarakan oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pekerjaan Umum
(Pusdiklat PU) dan atau oleh Dinas PU Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, yang dapat bekerjasama dengan Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan),
Pada prinsipnya, agar prasarana jalan dengan berbagai
penyediaan fasilitas dan bangunan pelengkapnya dapat
berfungsi dan bermanfaat secara optimal, maka perlu
diupayakan melalui;
1) Perwujudan drainase jalan yang handal, yaitu tidak
terjadinya genangan air pada permukaan jalan (badan
jalan), dengan waktu yang relatif lama. Sehingga
genangan air tersebut harus segera dialirkan melalui
inlet ke saluran tepi jalan (drainase). Selanjutnya, aliran
air tersebut di arahkan ke “badan air” sebagai tempat
pembuangan air yang berfungsi sebagai bangunan
(teknologi) “peresapan air”, dan atau sebagai panahan
air dan dapat berupa “kolam” penampungan (permanen
atau sementara), sehingga air permukaan tersebut tidak
menjadi banjir “cileuncang” namun juga tidak terbuang
percuma, sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 10/53
x
untuk mengisi penyediaan air tanah (cadangan air
tanah) di masa sekarang maupun ke depan.
Penempatan teknologi konstruksi “badan air” tersebut
harus berfungsi efektif dan dapat, diharmonisasikan dan
disinkronisasikan dengan konsep (sistem) drainase
lingkungan, penataan lansekap jalan sebagai upaya
penataan lingkungan jalan, dengan syarat struktur
badan jalan dan fungsinya tidak akan terganggu (rusak)
oleh adanya bangunan peresapan air dan atau
keberadaan kolam air, bahkan kemungkinan adanya
pepohonon yang dipadukan dalam konsep penataan
lansekap jalan.
(2) Sedangkan perwujudan bahu jalan yang berwawasan
lingkungan, diharapkan dapat berfungsi optimal untuk
kepentingan lalu lintas yang lebih berkeselamatan,
sebagai bagian dari ruang manfaat jalan (rumaja).
Fungsi utamanya untuk memberikan fasilitas darurat
dan ruang bebas samping “tertentu” bagi kepentingan
lalu lintas untuk bisa memenuhi tingkat kapasitas jalan
yang direncanakan, sekaligus jalan yang
berkeselamatan. Sinkronisasi dan harmonisasi dengan
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 11/53
xi
penataan lansekap jalan, menjadi pertimbangan
berikutnya.
(3) Perwujudan pada kedua bagian manfaat jalan tersebut,
yaitu drainase (saluran tepi) dan bahu jalan yang
berfungsi dengan optimal, serta mengedepankan
pendekatan berwawasan lingkungan, dianggap dapat
turut berperan dengan lebih nyata dalam mengurangi
laju tingkat kerusakan jalan (kerusakan dini), dan
dianggap dapat mereduksi kejadian kecelakaan atau
sekurang-kurangnya dapat mengurangi tingkat
kefatalan jika terjadi kecelakaan lalu lintas.
Buku/Modul disusun untuk menjelaskan prinsip-prinsip
dan sekaligus membantu serta melengkapi penjelasan dalam
standar dan pedoman yang berkaitan dengan perencanaan
yang sudah ada seperti: SNI Tata Cara Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan (03-3424-1994); Pedoman
perencanaan drainase jalan perkotaan; dan Pedoman
inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan (Pd T-14-2005-B);
Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan. (Pd-T-02-
2006-B); serta pedoman pelaksanaan-pemeliharaan-
pengawasan lansekap jalan kawasan perkotaan (draft);
Pedoman perencanaan geometrik jalan perkotaan, dll.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 12/53
xii
Namun, prinsip (penjelesan) ini, tidak disusun dan
dirinci seperti format SNI atau Pedoman terkait akan tetapi
lebih di arahkan pada logika dasar pemahaman filosofis,
dan kriteria yang harus dipenuhi untuk mewujudkan
drainase dan bahu jalan yang berwawasan lingkungan.
Sedangkan, pada tahap detail rencana teknis (perancangan),
maka harus dikuti proses perancangan yang sesuai prosedur
dan ketentuan yang diacu dalam SNI maupun pedoman
yang ada.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap
rekan sekerja khususnya Ibu Greece Lawalata, sehingga
buku/modul ini dapat diselesaikan. Semoga bermanfaat,
atas masukan dan kritikan yang diberikan kami sampaikan
terimakasih.
Terimakasih,
Penyusun,
Agus Bari Sailendra
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 13/53
xiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................. iii
PRAKATA ................................................................... vii
1. PENDAHULUAN ...................................................... 1 1.1 Latar Belakang 1
1.2 Drainase Jalan (Saluran tepi jalan) 2
1.3 Sistem Drainase (Jalan) dan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) 3
1.4 Sistem Drainase Jalan dan Pendekatan
Lingkungan 4
1.5 Teknologi Drainase (jalan) dan Aspek
Lingkungan 6
1.6 Strategi Pelaksanaan Pembangunan
Drainase Jalan 8
1.7 Bahu jalan dan Peranannya 91.8 Konstruksi Bahu Jalan 10
1.9. Drainase dan Bahu Jalan Bagian dari
RUMAJA 11
1.10. Ruang Lingkup 12
2. KRITERIA UMUM DRAINASE JALAN ............ 14
2.1. Penempatan Drainase 14
2.2. Sistem dan Fungsi Drainase 14
2.3. Jenis-jenis drainase jalan 16
2.4. Drainase jalan dan Keterlibatan
Masyarakat 18
3. KRITERIA UMUM BAHU JALAN ...................... 19
3.1. Penempatan Bahu Jalan 19
3.2. Lebar Bahu Jalan 19
3.3. Bahu Jalan di Jalan Perkotaan 20
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 14/53
xiv
4. PERENCANAAN DRAINASE DAN BAHU
JALAN YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN ....................................................... 22 4.1. Perencanaan sistem drainase
permukaan jalan yang berwawasan
lingkungan 224.2. Perencanaan Bahu Jalan yang
Berkeselamatan 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 37
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 15/53
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skenario hirarkhi Perencanaan Tata Ruang dalam
konteks penyusunan Rencana Induk jaringan.
(Infrastruktur PU) ............................................... 5
Gambar 2. Tipikal drainase jalan ........................................ 16
Gambar 3. Contoh Filter Strips untuk menerima air dari
permukaan jalan dan lajur pejalan kaki. ............... 23
Gambar 4. Perkerasan Lolos Air yang dapat meresapkan
air dan dapat pula sebagai penyimpan air. .... 24
Gambar 5. Tipikal Perkerasan dan bahu dan drainase jalan. ... 24
Gambar 6. Contoh cekungan air limpasan ............................ 25
Gambar 7. Contoh filter drainase atau infiltration trenches ..... 25
Gambar 8. Contoh bioretention atau taman dengan muka lebih
rendah dari permukaan jalan yang diberi kerikil
sehingga dapat menahan/menyimpan air. ............. 26
Gambar 9. Contoh Ponds yang merupakan kolam air permanen
....................................................................... 26
Gambar 10. Contoh basin/kolam yang dikelilingi tanaman untuk
menahan limpasan air pada periode waktu tertentu27
Gambar 11. Contoh Infiltration Basins yang terbentuk alami dan
dapat menahan dan merembeskan air ke dalam tanah
....................................................................... 27
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 16/53
xvi
Gambar 12. Contoh Wetlands berupa cekungan yang terbentuk
secara alami dan tumbuh tanaman wetland .......... 27
Gambar 13. Contoh Sand filter yang merupakan struktur ruang
di bawah dialas dengan pasir sebagai filter yang
dapat menampung air ........................................ 28
Gambar 14. Contoh sumur resapan ...................................... 28
Gambar 16. Contoh Sumur Resapan di SDN 07/08 Pinang
Ranti, DKI Jakarta ............................................ 30
Gambar 17. Contoh Bendali Tugu Adipura .......................... 30
Gambar 18. Contoh Bendali Bendali Kampung Timur- Kota
Balikpapan ....................................................... 31
Gambar 19. Contoh Potongan melintang Penyimpanan air di
sepanjang drainase (long storage). ...................... 31
Gambar 20. Contoh Ilustrasi Rencana Pembangunan Tanggul
Kanan Kiri (Plengsengan) Kali makmur-Kota
Surabaya. ......................................................... 32
Gambar 21. Contoh Pulau Jalan Sebagai Penahan Air ........... 32
Gambar 22. Tipikal penetapan lebar zone bebas.................... 34
Gambar 23. Fasilitas pejalan kaki dan sepeda pada trotoar,
lansekap dilengkapi marka. ................................ 35
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 17/53
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya drainase jalan (saluran tepi jalan) di perkotaan maupun di luar kota tidak
ada perbedaan yang sangat prinsip, yaitu, drainase jalan harus berfungsi sebagai saluran
permukaan untuk mengalirkan air dari permukaan (badan) jalan, dengan asumsi menampung
luasan daerah tangkapan air (catchmen area) dalam lingkungan sekitarnya yang terbatas,
termasuk drainase pada lereng atau bukit yang berada di sisi jalan. Drainase jalan juga
merupakan bagian dari ruang manfaat jalan (rumaja) atau dalam ruang milik jalan (rumija), serta
kemungkinan pada ruang pengawasan jalan (ruwasja); dan pada keadaan tertentu dapat
dibangun dan difungsikan drainase di bawah permukaan jalan yang biasa disebut saluran
subsurface drain.
Prinsip utamanya adalah menyediakan fasilitas berupa saluran dan bangunan pelengkapnya,
yang dapat di tempatkan pada kedua sisi (tepi) jalan, dan atau pada median jalan, dan atau pada
bangunan saluran yang di bawah badan (permukaan) jalan, yang berfungsi bagi pengaliran air
hujan yang turun di sekitar permukaan atau badan jalan (daerah tangkapan terbatas) dengan lebih
cepat (tidak terjadi genangan air), dan atau ada air bawah tanah yang harus dialirkan; sehingga
kerusakan (struktur/badan) jalan, seperti jalan berlubang, jalan amblas yang dapat
membahayakan lalu lintas dapat dihindari, dan jalan terpelihara secara struktur dan berfungsi
dengan baik.
Secara sederhana, gambaran pada kondisi di lapangan menunjukan bahwa, kerusakan dan
kelicinan jalan (jalan berlumpur), dapat mengakibatkan gangguan terhadap lalu lintas, seperti
kemacetan dan bahkan terjadi kecelakaan lalu lintas, yang akan menimbulkan banyak kerugian
baik material (ekonomi moneter) maupun moril, bagi pengguna jalan (lalu lintas) maupun
masyarakat dan lingkungannya.
Dalam sistem drainase jalan di perkotaan, pada umumnya memang difungsikan sebagai
tempat penyaluran air dari permukaan jalan, dengan menampung dan mengalirkan air hujan pada
daerah tangkapan di sekitar permukaan badan jalan saja. Akan tetapi, pada kenyataannya justru
berfungsi juga sebagai saluran drainase lingkungan/kota, sehingga fungsi drainase jalan di
lapangan menjadi ganda, bahkan bisa disebut “multi fungsi” termasuk sebagai saluran
pembuangan air limbah rumah tangga dan tempat penampungan sampah rumah tangga.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 18/53
2
Sejauh ini, pola aliran air permukaan di badan jalan tersebut umumnya disalurkan melalui
saluran tepi jalan dan terus dibuang dengan segera (“secepatnya”) ke dalam saluran
pembuangan, seperti sungai/kali baik melalui gorong-gorong atau bangunan air lainnya.
Dengan kondisi alam dewasa ini di mana pada saat hujan air melimpah bahkan terjadi banjir
(terutama di jalan) namun pada saat musim kemarau sumur-sumur penduduk kekeringan,
menunjukan ada permasalahan dan harus ada upaya sebagai solusi yang mengarah pada
kepedulian kita dalam konsep penataan system drainase dengan pendekatan dan komitmen
terhadap lingkungan. Artinya sebagai praktisi, pakar, pelaksana teknis jalan dan lainnya, harus
berpikir dan berkomitmen agar jaringan jalan dapat berfungsi sekaligus menjaga dan
mengamankan konstruksi jalan yang pada gilirannya dapat berkontribusi dalam mengurangi
banjir dan menkonservasi air lingkungan. “Membangun untuk kesejahteraan sekarang dan masa
depan tanpa mengorbankan kehidupan generasi mendatang”.
1.2 Drainase Jalan (Saluran tepi jalan)
Secara praktis ada ciri-ciri dari drainase jalan yang dapat dipahami, dan berfungsi
sebagaimana pengertian dan tujuannya yaitu; pada saat kejadian musim kering (kemarau),
logikanya drainase jalan juga harusnya kering (tidak mengalirkan air), dan jika pada saat musim
hujan tiba maka saluran (drainase) akan berfungsi (mengalirkan air) dalam rangka menampung
aliran air permukaan dari badan jalan (permukaan perkerasan jalan). Jadi terlihat jelas bahwa
drainase berfungsi hanya untuk mengalirkan air (saluran tepi) dari jalan, bukan untuk fungsi
sebagai drainase lainnya.
Di lapangan, pada kenyataannya ciri-ciri ini banyak yang tidak lagi menggambarkan sesuai
pengertiannya. artinya pada masa musim kemarau saluran/drainase terlihat ada mengalirkan air
(saluran basah); jadi timbul pertanyaan dari mana sumber air tersebut?, dan apakah fungsi utama
saluran tersebut masih tetap?. Pada kondisi seperti ini, sebetulnya drainase jalan dapat dianggap
tidak lagi sesuai dengan “kenyataan kebutuhan” di lapangan, atau diartikan bahwa dalam perencanaan saluran yang didasarkan pada pengertian, fungsi dan kapasitas (dimensi), tidak lagi
sesuai dengan “tuntutan” keadaan di lapangan. Pertanyaannya apakah akan dibiarkan atau
diantisipasi?.
Kondisi kelainan dari ciri-ciri tersebut mengakibatkan pada waktu turun hujan, dengan
intensitas tertentu saja (normal), sudah menimbulkan banjir “cileuncang” akibat meluapnya air
dari saluran dan menggenangi ke atas permukaan jalan yang sering disebut sebagai banjir
dadakan. karena kapasitas saluran juga ikut berkurang.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 19/53
3
Banjir “cileuncang” ini, yang dapat mengakibatkan percepatan terhadap kerusakan pada
perkerasan/badan jalan, dan dapat menimbulkan kemacetan serta pada kondisi tertentu
berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, khususnya bagi pengendara sepeda
motor (hilangnya keseimbangan pada saat mengenai lubang/kerusakan jalan atau jalan
berlumpur/licin.
Dengan kewenangan pada Pemerintah Lokal (Kabupaten/Kota) yaitu sistem sentralisasi yang
berlaku ini, sebaiknya dapat diupayakan dan dapat mengantisipasi ketidak jelasan fungsi (multi
fungsi) drainase tersebut, sekaligus menganalisis sejauh mana? adanya kebutuhan drainase
“lingkungan/wilayah” (termasuk untuk air kotor), yang berfungsi terpisah/bergabung dengan
sistem drainase jalan. Pada kondisi ideal, tentunya dapat direncanakan drainase jalan dalam satu
kesatuan dan keterpaduan sistem drainase kota (menampung air permukaan dari jalan, air hujan
di sekitar lingkungan dan mungkin air pembuangan/lingkungan).
Beberapa pemerintahan kota/daerah di Indonesia sudah ada yang telah memikirkan dengan
membuat perencanaan makro tentang sistem drainase kota dan ini merupakan suatu langkah dan
pertanda baik, yang perlu terus didukung agar kebijakan ini dapat diimplementasikan.
1.3 Sistem Drainase (Jalan) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Idealnya dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan atau pada Rencana Induk
Jaringan Prasarana Kota, sistem jaringan drainase kota harus dikembangkan mulai dari air hujan
atau air buangan (limbah) yang masuk ke drainase (saluran/parit-di permukaan), diteruskan
sampai meresap ke dalam tanah kembali, atau di arahkan untuk mengalir ke sungai (saluran
pembuang,) dan bermuara di laut atau dialirkan ke dalam kolam penampungan).
Sistem drainase (jalan) pada dasarnya dibangun atau disediakan dalam konteks bukan dengan
pendekatan area wilayah-perwilayah dalam skala sistem makro, tapi didesain sesuai kebutuhan
profil jalan (geometric) dan medan/topografi permukaan tanah yang ada. Sebaiknya memang
drainase jalan harus dapat dintegrasikan dalam suatu sistem jaringan penyediaan drainasekota/wilayah/lingkungan, dari hulu sampai hilir, yang bisa terdiri dari atas berbagai fungsi
drainase (sebagai suatu kesatuan system jaringan), sehingga efisien dan efektif dalam
pemanfaatannya maupun terhadap ruang yang disediakannya atau dibutuhkan.
Karena itu, kebijakan pemerintah sangat diperlukan untuk memayungi penyelesaiaan sistem
drainase kota, melalui pendekatan penataan ruang wilayah (RTRW), yang di dalamnya akan
terdiri dari beberapa bagian seperti: Perencanaan sistem jaringan jalan, Perencanaan sistem
jaringan air bersih/air kotor, dll, (lihat Gambar 1). Dalam RTRW dan segenap skenario
perencanaan sistem jaringan infrastruktur kota tersebut sebaiknya dijadikan Peraturan Daerah
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 20/53
4
(perda) yang menjadi acuan dan dasar hokum pelaksanaan pembangunan infrastruktur di
daerahnya.
Dengan sifat dan karaktersitik drainase jalan yang bentuk dan jenis fisiknya umumnya dapat
ditempatkan tipikal pada rumaja/rumija, dan selalu mempergunakan tipe drainase permukaan
tanah (surface drainage) baik terbuka maupun tertutup, sehingga tidak memerlukan kapasitas
untuk menampung debit aliran air yang besar, maka jika akan diberlakukan integrasi dalam
sistem jaringan saluran pembuangan, perlu dilakukan dengan catatan dapat dipertimbangkan
terhadap rencana kebutuhan lahan dan kepentingan fungsi lainnya, sekaligus menyediakan
fasilitas pelayanan bagi warga perkotaan lain seperti bagi pejalan kaki, rekreasi, dst.
1.4 Sistem Drainase Jalan dan Pendekatan Lingkungan
Pada saat ini konsep ideal pembangunan system jaringan infrastruktur terpadu mungkin
masih belum dapat direalisasikan penuh, sehingga dalam konteks penyusunan buku perencanaan
drainase jalan diasumsikan untuk pemenuhan fungsi sebagai drainase jalan.
Dengan pemahaman seperti di atas, maka konsep drainase jalan yang berwawasan lingkungan
dapat diskenariokan sebagai berikut; bahwa pada intinya, air hujan yang jatuh ke badan jalan
harus secepatnya dialirkan ke saluran tepi jalan (menghindari tergenangnya air di permukaan
jalan), sedemikian rupa dan diupayakan untuk diteruskan dan disalurkan ke “badan air”, yang
bersifat sebagai bangunan penahan air (kolam), kemudian ke saluran pembuangan/sungai dan
atau ke dalam bangunan sumur peresapan air (sumur resapan).
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 21/53
5
RTRWP
RTRWN
KERANGKA STRATEGIS
KETATARUANGAN
NASIONAL
RTRW Kab/Kota
Rencana Induk
Jaringan Jalan
Rencana Induk
Jaringan Air
Bersih
Rencana Induk
Listrik &Telkom
Rencana Induk
Sektor-sektor Lain
RDTRK
HIRARKI PERENCANAAN
TATA RUANG
Gambar 1. Skenario hirarkhi Perencanaan Tata Ruang dalam konteks penyusunan Rencana Induk
jaringan. (Infrastruktur PU)
Sumber : Dardak, H (2006).
Pemikiran yang ada selama ini adalah, bahwa air yang jatuh ke permukaan jalan (daratan),
semuanya (sebagian besar) harus dibuang sesegera mungkin ke saluran pembuang (sungai), dan
terus ke laut, karena dianggap tidak akan memberi manfaat bagi kehidupan, bahkan dianggap
dapat menjadi ancaman banjir. Dengan konsep pendekatan lingkungan tersebut, maka pemikiran
lama yang masih ada harus dihilangkan; dan sebaliknya justru harus diusahakan dan dipikirkan
agar air yang jatuh di atas permukaan jalan/tanah tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan serta
dijadikan sebagai salah satu alternatip dalam upaya mengurangi atau mengendalikan banjir, dan
juga sekaligus diharapkan dapat mengisi cadangan air tanah dengan cepat (termasuk untuk
mengontrol kualitas dan kuantitas air tanah), agar menuju keberlangsungan kehidupan yang
lebih baik sekarang dan di kelak dikemudian hari.
Menurut para ahli/pengamat masalah lingkungan, yang disampaikan pada beberapa media
cetak/elektronik menyatakan bahwa tinggi muka air tanah di beberapa kota besar di Indonesa
cenderung terus mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya, selain itu, indikasi di
lapangan menunjukan bahwa dikebanyakan sumur penduduk dalam kedalaman tertentu lebih
cepat kering pada saat musim kemarau baru tiba, atau sumurnya harus segera diperdalam.
Artinya persediaan cadangan air tanah telah berkurang dan dapat dianggap telah menjadi suatu
masalah baru bagi ketersediaan air bersih dan sehat kehidupan masyarakat perkotaan, apalagi
penyediaan air minum (air bersih) oleh pemerintah kota belum sepenuhnya dapat dilayani
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 22/53
6
dengan baik. Belum lagi, kolam-kolam penampungan air hujan di kawasan perkotaan makin
berkurang bahkan hilang atau diganti peruntukannya sebagai kawasan hunian untuk
perumahan/perdagangan atau peruntukan lainnya. Sehingga dianggap menghilangnya tempat
rekreasi, dan tempat nyaman di wilayah perkotaan bagi warganya
Karena itu, sebagai salah satu upaya untuk dapat memenuhi cadangan air tanah bagi
kebutuhan penduduk dimasa sekarang maupun dimasa depan, serta sekaligus berfungsi untuk
mengendalikan banjir, maka konsep penanganan yang strategis dan berpotensi adalah melalui
penerapan drainase jalan yang berwawasan lingkungan, dan merupakan wujud dari konsistensi
penegasan terhadap keberfungsian dan kebermanfaatan dari keberadaan sistem drainase jalan
yang berwawasan lingkungan.
1.5 Teknologi Drainase (jalan) dan Aspek Lingkungan
Penerapan teknologi dalam konteks perencanaan drainase yang mengedepankan konsep
berwawasan lingkungan, adalah dapat melalui penerapan antara lain teknologi porositas
perkerasan jalan, teknologi “sumur resapan” atau sejenisnya, teknologi kolam buatan maupun
alamiah sebagai tempat penampungan sementara ataupun tetap, yang dilengkapi sedemikian
rupa dengan bangunan penyaringan, pengaturan dan lainnya (sesuai fungsi).
Ada juga berbagai teknologi sudah diterapkan dan dicontohkan serta digunakan di beberapa
negara lain, dan atau di pemerintah daerah di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai referensi.
Tentunya, teknologi dalam konteks perencanaan dari sistem drainase (permukaan) jalan dan
terkait dengan pemenuhan untuk penyimpanan air tanah (cadangan air tanah), dan sekaligus
sebagai upaya untuk pengendalian banjir dan sebagai tempat rekreasi/sosial bagi warga
masyarakat.
Pada satu ruas jalan, mungkin di beberapa tempat di badan jalan, ada kemungkinan
diperlukan penanganan aliran air yang berada di atas permukaan jalan maupun di bawah
permukaan jalan yang dianggap dapat merusak atau mempengaruhi kekuatan dari strukturkonstruksi badan jalan. Adanya aliran air bawah badan jalan dan potensi air bawah permukaan
lainnya, dianggap dapat menggangu struktur badan jalan.
Dalam kondisi tersebut, diperlukan saluran sub-surface drainage (drainase bawah jalan),
yang berfungsi untuk mengalirkan air di bawah badan jalan dengan baik, sehingga tidak akan
merusak struktur perkerasan jalan (badan jalan). Berbagai peluang teknologi subdrain dapat
digunakan dengan mengacu pada pedoman perencanaan drainase.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 23/53
7
Dalam penerapan teknologi sumur resapan ataupun kolam penyimpanan air (dan sejenisnya),
perencana harus memperhatikan kemungkinan akan terjadinya aliran air bawah jalan yang dapat
merusak struktur badan jalan. Karena itu, penerapan teknologi ini perlu diperhatikan
perancangannya agar tidak menjadi “bumerang” dalam konteks penanganan air permukaan dan
bawah jalan terhadap kerusakan jalan.
Sistem drainase dan penerapan teknologinya dibangun untuk mereduksi tingkat kerusakan
jalan, jika dalam konteks perencanaan kurang tepat maka keberadaan teknologi bangunan air
tersebut justru akan dapat mempercepat kerusakan konstruksi badan jalan.
Intinya, bahwa pada badan jalan (struktur) tidak boleh ada masalah dengan keberadaan air,
baik di permukaan jalan, lereng jalan dan atau yang berada di bawah badan jalan (kedalaman
tertentu), yang tergenang dalam kurun waktu tertentu (harus cepat hilang). Pada kasus tertentu,
seperti jenis konstruksi jalan campuran beraspal, keberadaan air yang terus menerus dan waktu
lama akan mempercepat terjadinya kerusakan jalan. Jadi jenis tipe perkerasan jalan campuran
beraspal harus diamankan dari air, air, dan air.
Dari sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh pusjatan (Suryana, 2000) tentang hubungan
tipikal antara bentuk dan dimensi dari drainase (saluran tepi jalan) dengan reduksi tingkat
getaran yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor (lalu lintas berat), menunjukan
bahwa ada kemampuan yang cukup berarti; yaitu saluran berbentuk trapesium dan kubus,
dengan kedalaman yang makin besar (h) dapat memberikan konstribusi untuk mampu
mereduksi getaran lalu lintas (dB) hingga mencapai 30%, dari tingkat getaran yang ditimbulkan
oleh lalu lintas kendaraan bermotor. Gambaran ini mengindikasikan bahwa dengan penempatan
saluran tepi (drainase) jalan dapat membantu untuk mengurangi getaran dari lalu lintas,
sehingga dapat meningkatkan kenyamanan masyarakat sekitar dan bahkan mengurangi resiko
kerusakan pada konstruksi bangunan di sisi jalan, terutama jika diliwati angkutan truk berat.
Di perkotaan drainase jalan atau saluran tepi jalan berada pada batas terluar bahu, namun
pada umumnya terletak mulai dari batas terdalam bahu jalan (tepi perkerasan jalan) hingga batas
terluar (selebar bahu jalan), tetapi tetap dalam rumaja dan rumija. Konstruksinya pada umumnya
sebagai drainase yang ditutup atau tertutup, sehingga dapat berfungsi sekaligus juga sebagai
fasilitas pejalan kaki (trotoarisasi) dengan kereb. Artinya lebar bahu seluruhnya digunakan
fasilitas pejalan kaki (trotoarisasi). Bagaimana fungsi bahu jalan dalam kondisi ini?
Secara teoritis, fungsi bahu jalan harus tetap difasilitasi sesuai kebutuhan, namun dengan
keterbatasan lahan milik jalan (rumija dan rumaja), prakteknya, dapat didesain berfungsi sebagai
bahu dengan lebar minimal, sekaligus ada fasilitas bagi pejalan kaki dengan lebar minimum juga
(dengan kereb dan drainase tertutup). Dapat pula saluran tepi ini berada pada sebagian daerah
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 24/53
8
bahu jalan (tanpa kereb, tertutup, rata dengan permukaan jalan), dan sisanya untuk fungsi bahu
jalan.
Karena pada umumnya di perkotaan, berupa drainase jalan tertutup dan berfungsi sebagai
fasilitas pejalan kaki (trotoarisasi/kereb), maka trotoar tersebut akan mempunyai elevasi
permukaan yang lebih tinggi dari elevasi permukaan jalan (permukaan perkerasan jalan),
sehingga akan menyebabkan air dari permukaan jalan dapat tertahan oleh kereb (troatoar)
tersebut yang seolah berfungsi sebagai bendung tetap. Dari proses ini dapat menimbulkan
potensi genangan air (banjir cileuncang) sepanjang dan selebar dari tepi jalan (kereb) hingga ke
tengah jalan dan memanjang jalan; jika jalan tersebut mempunyai kemiringan memanjang
tertentu (gradien >4%), maka akan terjadi aliran air dengan kecepatan aliran yang cukup cepat
yang berada di permukaan sepanjang tepi kereb (dan tepi jalan), kondisi dapat menggerus atau
merusak permukaan perkerasan jalan (ikatan butir-butir agregat terlepas dari susunan
strukturnya), yang bisa mengakibatkan kerusakan dan lubang-lubang.
Agar tidak menggerus permukaan jalan atau merusaknya, maka air permukaan pada tepi
kereb tersebut harus segera dimasukan ke saluran/drainase melalui inlet yang tertutup atau
terbuka. Inlet dapat dibangun dengan tipikal bentuk berupa inlet tegak maupun inlet horizontal.
Prinsipnya air dari permukaan perkerasan jalan harus segera dialirkan ke drainase permukaan
jalan (saluran tepi) melalui sistem inlet, sehingga air pada permukaan jalan tidak “terlalu lama”atau tertahan oleh kereb. Dan atau ilnlet yang gagal berfungsi. Spesifikasi kereb dan kansteen
dapat dilihat di spesifikasi khusus seksi 8.4 (2009) serta pemasangan kereb pracetak (spesifikasi
kusus 1.8.4)
1.6 Strategi Pelaksanaan Pembangunan Drainase Jalan
Dalam konteks pelaksanaan pembangunan drainase jalan di perkotaan, perlu suatu strategi
yang mendapat perhatian dan pertimbangan dari para perencana dan pelaksana pembangunan
jalan berkaitan dengan aspek teknis yaitu: Memenuhi unsur kemudahan konstruksi, kerapihan
konstruksi, dan kekuatan konstruksi serta pertimbangan agar dalam kegiatan pemeliharaannya
relatif lebih mudah; untuk itu, sebaiknya direncanakan dengan disain bentuk tipe trapesium/segi
empat/kubus. dari bahan konstruksi beton pracetak (pracetak-pabrikasi) sesuai spesifikasi yang
ada dan jelas (baik dimensi, dan kekuatan), serta berupa konstruksi bangunan tertutup. Lihat
spesifikasi umum drainase (8) Divisi 2, seksi 2.3 (gorong-gorong dan drainase beton).
Strategi dengan teknologi pracetak-pabrikasi ini dapat dianggap memenuhi kebutuhan standar
untuk terwujudnya mutu-kualitas berdasarkan spesifikasi atas bahan dan kekuatan, kemudahan
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 25/53
9
dan kerapihan pengerjaan. Kontruksi pra-cetak dapat berkontribusi terhadap aspek efisiensi, dan
efektifitas dalam pekerjaan (lebih cepat), serta umumnya akan terlihat lebih tertib, bagus dan
rapih.
Pada saat pemeliharaan cara ini jauh akan lebih mudah dan biasanya pemeliharaan drainase
jalan merupakan kegiatan yang “paling sering diabaikan” (bukan prioritasi) dan selalu dianggap
remeh, sehingga mengakibatkan fungsi drainase tidak bisa berjalan baik dan ujungnya banjir
“cileuncang” dan mempercepat kerusakan jalan.
Srategi lainnya adalah, upaya menempatkan berbagai variasi teknologi bangunan air yang ada
dan tepat (sesuai kebutuhan), dan dikombinasikan dengan penataan lansekap jalan, dengan
mempertimbangkan keberadaan struktur/konstruksi badan jalan.
1.7 Bahu jalan dan Peranannya
Dengan prinsip penerapan fungsi utama bahu jalan, maka peran posisi bahu jalan yang
berada antara drainase jalan dan perkerasan jalan (sebagai bagian rumaja) akan menjadi penting
dan strategis dalam mewujudkan jalan yang berkeselamatan, sekaligus memperkuat struktur
perkerasan jalan serta konsep yang berwawasan lingkungan berkaitan dengan fungsi saluran tepi
jalan, merupakan pendekatan dari sisi teknis.
Prasarana transportasi jalan khususnya keberadaan bahu jalan dengan berbagai bangunan
pelengkap maupun perlengkapan jalan, seharusnya tidak dijadikan atau dimanfaatkan sebagai
fungsi dan kepentingan di luar lalu lintas, antara lain seperti, untuk tempat parkir (tertentu),
tempat penimbunan bahan/material, pedagang kaki lima, penempatan pepohonan, dan aktivitas
lainnya yang bukan untuk kepentingan berlalu lintas sesuai UULAJ dan UU Jalan.
Peran dan fungsi bahu jalan sangat terkait erat dengan system jaringan jalan dan fungsi jalan
dalam system primer dan sekunder; Fungsi Arteri, kolektor, local dan lingkungan, kelas jalan
(I,II,III, khusus), dan spesifikasi tipe pelayanan jalan (jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang dan jalan kecil). Terkait juga adalah pertimbangan keselamatan dan lingkungan dalam penetapan kecepatan rencana dan volume lalu lintas yang akan membebaninya.
Dalam Permen PU No.19/2011 tentang persyaratan teknis jalan dan kriteria perencanaan
teknis jalan menyatakan bahwa lebar badan jalan harus termasuk bahu jalan, selain untuk lajur
lalu lintas. Bahu jalan harus diperkeras (dipadatkan), bahkan pada jalan bebas hambatan,
kekuatan bahu jalan harus 60% dari kekuatan perkerasan lajur lalu lintas.
Prinsipnya, untuk dapat memenuhi peran dan fungsi bahu jalan, maka bentuk (tipikal)
permukaan lajur lalu lintas harus rata dengan bentuk (tipikal) permukaan bahu jalan, dan
mempunyai lebar tertentu (minimal) untuk mengantisipiasi keadaan darurat lalu lintas, serta
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 26/53
10
dipertimbangkan dalam segi konstruksinya (disarankan dalam kondisi padat, dan cukup kuat).
Artinya fasilitasi bahu jalan mutlak diperlukan, dengan tipikal kondisi tersebut diharapkan dapat
mewujudkan kondisi jalan yang berkeselamatan dan sekaligus bisa memenuhi unsur “laik
fungsi” jalan, sesuai UULAJR No.22/2009, dan Permen PU No. 11/2010 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Laik Fungsi Jalan.
Memang kelaikan fungsi jalan harus dilaksanakan berdasarkan kesesuaian dengan standar
jalan; pada kenyataan di lapangan yang sejajar dengan standar sulit dipenuhi, maka digunakan
suatu kriteria dalam perencanaan teknis adalah yaitu untuk memenuhi atau dapat
mengakomodasi fungsi kebutuhan yang didasarkan pada aspek keselamatan. Pendekatan aspek
keselamatan adalah mencoba melihat dan menganalisis adanya kemungkinan potensi bahaya dan
atau tingkat kefatalan jika ada kejadian kecelakaan lalu lintas, sehingga harus diupayakan
dengan teknologi atau rekayasa keselamatan jalan yang mampu mengurangi potensi atau
kefatalan akibat kecelakaan lalu lintas.
Sering ditemukan bahwa, baik pada jalan kecil bahkan pada jalan raya kondisi permukaan
bahu (beda tinggi dengan jalan), dan lebar bahu tidak dapat memenuhi persyaratan minimal.
Karena itu, pendekatan jalan yang berkeselamatan harus menjadi acuan dalam pendekatan
perencanaan, dengan memfasilitasi berbagai kemungkinan penggunaan atau penerapan teknologi
ataupun rekayasa dan pengatur lalu lintas lain yang tepat untuk ditempatkan dalam rangka
mengurangi potensi resiko kecelakaan atau kefatalan.
1.8 Konstruksi Bahu Jalan
Bahu jalan pada prinsipnya ikut berperan dan dibuat untuk mendukung tingkat kapasitas
jalan, tingkat kenyamanan dan keselamatan, serta dapat memperkuat struktur konstruksi jalan
(badan jalan); utamanya berfungsi untuk memberikan ruang bebas samping bagi kendaraan, dan
dipergunakan untuk keadaan darurat lalu lintas (berhenti darurat, sebagai lajur lalu lintas darurat,
dst.), artinya untuk dapat memberikan kelancaran (pergerakan kendaraan), dan memberikantingkat keselamatan serta kenyamanan bagi lalu lintas, termasuk menyediakan sesuai kapasitas
jalan, sebagai suatu konsep penyediaan prasarana jalan yang baik/tepat dan memberi rasa
kenyaman dan keselamatan.
Konstruksi bahu jalan sebagai suatu kesatuan dalam konstruksi perkerasan jalan, dapat
dibangun mulai dengan jenis konstruksi yang menggunakan material campuran (misal agregat
kelas B), hingga sampai pada konstruksi bahu yang diperkeras/dipadatkan dengan baik dengan
teknik pemadatan tertentu, atau berupa penggunaan teknologi konstruksi campuran beraspal
(diperkeras), maupun campuran beton semen (kaku), sehingga lebih kokoh-tahan lama dan rapih.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 27/53
11
Kesemua jenis bahan dan jenis konstruksi dapat dipilih dan ditetapkan guna memberi manfaat
yang optimal bagi keutuhan konstruksi jalan maupun bagi keselamatan dan kenyamanan berlalu
lintas.
Penetapan pilihan teknologi konstruksi dan rencana dimensi bahu jalan pada dasarnya harus
dikaitkan dengan besaran rumaja, dan akan sangat tergantung kepada kondisi tanah dasar,
tipe/disain konstruksi perkerasan jalan, dengan asumsi karakteristik lalu lintasnya (besaran
volume dan komposisi lalu lintas, serta kecepatan), juga kondisi eksisting lingkungan jalan akan
memberi pengaruh dalam mewujudkan jalan yang berfungsi dengan baik sekaligus berwawasan
lingkungan dan jalan yang berkeselamatan. Konsep inilah yang sebaiknya ke depan dapat
diterapkan dalam perencanaan dan juga pemeliharaan bahu jalan.
Umumnya kondisi bahu jalan di perkotaan sekaligus berfungsi atau difungsikan sebagai
fasilitas jalur pejalan kaki dan atau sepeda. Namun dengan fungsi yang berbeda tersebut disatu
sisi akan membahayakan pejalan kaki/sepeda. Sehingga perlu dibedakan bentuk maupun
konstruksinya sehingga memberi rasa kenyamanan dan keselamatan sekaligus dapat berfungsi
sesuai kebutuhannya. Artinya, fungsi fasilitasi untuk pejalan kaki dan fasilitas bahu jalan tetap
disediakan dan berfungsi dengan baik. Untuk itu, bentuk konstruksi yang umum adalah dengan
tipe trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki (lihat divisi 8, seksi 8.4.3.7), dan harus disediakan
untuk kebutuhan fasilitas lebar bahu minimal (0,50 m)
1.9. Drainase dan Bahu Jalan Bagian dari RUMAJA
Sebetulnya dalam ruang manfaat jalan ada sejalur ambang pengaman (pasal 37 PP
No.34/2006) berupa ruang dari bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang
berada di antara tepi badan jalan (batas drainase atau saluran tepi) dan batas ruang manfaat jalan
yang hanya diperuntukan bagi pengamanan konstruksi jalan. Dalam kondisi lahan atau medan
terbatas, maka pada prinsipnya pengamanan konstruksi badan jalan dapat dilakukan dan ataudifungsikan bersama dengan penerapan teknologi konstruksi pada drainase atau pada bahu jalan.
Artinya, pembangunan konstruksi drainase dan ataupun bahu jalan sekaligus dapat berfungsi
sebagai pengaman konstruksi bada jalan.
Rumaja (ruang manfaat jalan) sangat strategis sifatnya dan sangat penting untuk dipenuhi
secara teknis, agar jalan dengan seluruh bagian-bagiannya dapat berfungsi sesuai aturan (fungsi)
dan kaidahnya (teknis), sekaligus akan dapat memberikan tingkat kelancaran dan keselamatan
bagi lalu lintas secara optimal.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 28/53
12
Setiap orang dilarang memanfaatkan jalan dalam kaitannya dengan kepentingan dan fungsi
rumaja, yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi jalan atau menjadi terganggunya arus
lalu lintas (kemacetan, kecelakaan dan ketidak nyamanan). Persoalannya adalah sejauh mana
fungsi bagian-bagian jalan tersebut disediakan dan diterapkan, itu semua sangat tergantung
kepada para penyelenggara jalan dan upaya penegakan hukum yang dapat ditegakan dan
dilaksanakan untuk bisa menjaga fungsi jalan tersebut, berdasarkan UU No 38/2004 tentang
jalan maupun UU No.22/2009, tentang UULAJR, terutama yang berhubungan dengan pasal-
pasa; mengenai sanksi yang dapat diterapkan.
Pengamanan terhadap rumaja agar berfungsi sesuai rencana dan yang ditetapkan oleh
berbagai peraturan yang ada (UU 38/2004, UU 22/2009), sepertinya harus dilaksanakan dalam
proses reward and punishment , harus dilakukan penegakan hukum bagi yang melanggar dan
diberi ‘hadiah’ bagi yang ikut menjaga dan memelihara fungsi drainase dan bahu jalan; semua
ini sebaiknya diberlakukan dalam konteks keterlibatan peran masyarakat yang lebih
proporsional dan rasional.
1.10. Ruang Lingkup
Lingkup dalam buku/modul perencanaan drainase dan bahu jalan yang berwawasan
lingkungan, difokuskan pada penjelasan dalam pelatihan perencanaan drainase dan bahu jalan,
yaitu pada drainase permukaan jalan (saluran tepi jalan) dan bahu jalan yang mengedepankan
konsep berwawasan lingkungan dan sekaligus menuju jalan yang berkeselamatan.
Tujuannya adalah untuk menjadi perhatian dan pertimbangan oleh para peserta/pembaca agar
dalam proses perencanaan ataupun dalam mengupayakan pemanfaatan (operasionalisasi) jalan,
juga dalam konteks pemeliharaan jalan, dapat diwujudkan jalan yang memastikan
keawetan/ketahanan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya (lalu lintas).
Dalam Undang-Undang Jalan No. 38/2004 pasal 2 menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan
jalan berdasarkan pada azas kemanfaatan, keamanan, keselamatan, keselarasan dan
keseimbangan, dengan maksud dapat mewujudkan pelayanan jalan yang handal dan prima yang
berpihak pada kepentingan masyarakat.
Demikian pula dalam undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (No.22/2009)
menjelaskan bahwa kepentingan lalu lintas yang dilayani adalah bagi lalu lintas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor yang lebih tegasnya adalah pejalan kaki, dan sepeda.
Artinya jalan harus menfasilitasi kepentingan pejalan kaki dan sepeda, selain kendaraan
bermotor, terutama pada kawasan perkotaan.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 29/53
13
Sebagai sebuah kesatuan dalam sistem jaringan jalan yang mengedepankan fungsi dan
manfaat dari bagian-bagian jalan (lajur lalu lintas-perkerasan, bahu, saluran tepi dan ambang
pengaman); maka penyediaan fasilitas sesuai fungsinya akan saling bergantungan, dan saling
mempengaruhi terhadap peran kinerja masing-masing fungsi fasilitas, sehingga akan sangat
berperan dalam menentukan perwujudan jalan yang handal dan jalan yang berkeselamatan.
Dengan kondisi seperti itu, agar peran dan fungsi setiap bangunan fasilitas yang disediakan
optimal dan bersinergi, maka diperlukan peran masyarakat yang lebih aktif dan positif, yaitu
dalam bentuk rasa kesosialan, dan rasa kebersamaan. Jadi peran partisipasi masyarakat ke depan
memang harus dilibatkan dan ditingkatkan keterlibatannya dalam menegakan keberfungsian dan
kemanfaatan fasilitas tersebut, Dengan demikian, upaya penerapan teknologi dan konsep jalan
yang berwawasan lingkungan dari segi pengelolan/penyelenggaraan dan koordinasinya, akan
dipermudah, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan drainase dan bahu jalan
sesuai fungsi dan kebutuhannya oleh para penyelenggara jalan.
1.11. Manfaat (peran dan fungsi) Drainase dan Bahu Jalan Yang Berwawasan
Lingkungan
Atas berbagai kenyataan di lapangan dan dengan anggapan “kurang seriusnya” sejak mulai
pada tahap awal perencanaan jalan secara keseluruhan penanganan konstruksi jalan, maka
penyusunan modul dan kegiatan pelatihan ini, diharapkan dapat menghilangkan kesan bahwa
penyediaan fasilitas drainase dan bahu jalan, tidak lagi dilandasi dengan ketidak serusan,
termasuk juga bukan atas pertimbangan kepentingan “kacamata” masing-masing pihak yang
terlibat (instansi pemerintah, swasta/BUM, masyarakat, dll).
Bahwa kebutuhan akan pengamanan struktur jalan tahan lama), berfungsinya bagian jalan
dalam rumaja bagi kepentingan kelancaran, kenyamanan, ketertiban dan keselamatan lalu lintas
(kendaraan bermotor dan tidak bermotor), memang sangat jelas dan harus mendapat perhatian
kita semua.
Untuk selanjutnya, ke depan, pembangunan jalan dan penyediaan berbagai fasilitas untuk
kepentingan penempatan utilitas perlu dipikirkan secara integrated, dan metode
pemeliharaannya yang dianggap lebih efisien dan efektif.
Penyediaan penempatan fasilitas PAM/PDAM, jaringan telepon, listrik, kebutuhan tanaman,
pejalan kaki, dst. Tentunya dapat dilakukan dengan penerapan teknologi dan harus
disosialisasikan kepada masyarakat dengan baik dalam kontek perngelolaan maupun
pemeliharaan bangunan tersebut., walaupun diperlukan upaya dan dana yang relatif besar.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 30/53
14
BAB 2
KRITERIA UMUM DRAINASE JALAN
2.1. Penempatan Drainase
Dalam perencanaan penempatan drainase (permukaan) jalan (saluran tepi jalan) tergantung
pada desain geometrik jalan seperti pada jalan lurus (mendaki/menurun), tikungan, dengan
jumlah lajur dan jalur, dengan/tanpa median, dst. Letak saluran pada geometrik jalan lurus
umumnya berada pada ke dua sisi (samping jalan), yaitu sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika pada
tikungan jalan (menikung) dengan melebar miring ke arah salah satu tepi (sesuai kemiringan
jalan-superelevasi), maka saluran akan terdapat pada salah satu sisi tepi jalan atau pada salah
satu bahu jalan. Sedangkan jika kemiringan perkerasan (permukaan jalan) dengan lebar jalan kearah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan dengan dua
jalur (median) terdiri dari banyak lajur (sangat lebar), maka baik pada jalan lurus maupun
menikung dapat dibuat saluran tepi di sisi masing-masing bahu, atau pada salah satu sisi bahu
dan atau pada sisi median (tergantung posisi geometrik jalan).
Kemiringan pada satu arah pada tikungan jalan ini dapat menyebabkan saluran tepi hanya
pada satu sisi jalan yaitu sisi yang lebih rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran tepi yang
bertopografi tertentu, maka pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa (nol) yang diposisikan
di bawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran ke pembuangan. Intinya berbagai
persyaratan teknis dan kriteria teknis dalam perencanaan sudah tertuang dalam Permen PU
No.19/2011. Prinsipnya penempatan saluran tepi jalan di permukaan jalan selalu mengikuti
topografi yang berkaitan dengan geometrik (rencana ataupun kondisi) jalan dan lingkungan
sekitarnya, yang terkait dengan badan air lain atau ke saluran pembuangan (sungai).
2.2. Sistem dan Fungsi Drainase
Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air (pengendalian air) dari suatu kawasan ke badan air (peresapan atau
panahan air/kolam) atau ke sungai. Dalam merencanakan sistem drainase jalan didasarkan pada
keberadaan baik air permukaan (air hujan) maupun keberadaan air bawah permukaan, sehingga
dalam perencanaan drainase jalan, diperhatikan tdalam lingkupnya:
1. Perencanaan drainase permukaan (surface drainage) yang sering disebut sebagai saluran
tepi jalan (Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SNI. 03-3424-1994), dan
Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan. (Pd-T-02-2006-B);
a. termasuk kemungkinan penerapan drainase (permukaan) di lereng.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 31/53
15
b. Perencanaan drainase bawah permukaan (sub surface drainage).
c. Penerapan teknologi ramah lingkungan berupa bangunan air, sebagai peresap air,
penampung air, maupun lainnya.
2. Sistem drainase permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di
permukaan jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan.
Limpasan air hujan dan genangan air hujan di permukaan perkerasan jalan dapat
mengakibatkan percepatan terhadap kerusakan konstruksi jalan dan atau dapat menggerus
(erosi) pada konstruksi badan jalan. Dalam konteks perencanaan, maka pada modul ini
difokuskan pada perencanaan drainase permukaan jalan (saluran tepi jalan) yang
berwawasan lingkungan (penerapan teknologi ramah lingkungan).
Secara umum, pendekatan dalam perencanaan sistem drainase jalan (saluran tepi jalan) yang
berwawasan lingkungan adalah dimulai dengan memplot rute jalan yang akan ditinjau pada peta
topografi untuk mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan penempatan
bangunan drainase berupa saluran samping jalan, dan teknologi dari bangunan penunjang
lainnya, seperti fasilitas penahan air hujan dan bangunan pelengkapnya, dengan memperhatikan
keberadaan lingkungan. Intinya, harus menghitung debit aliran, menghitung dimensi saluran dan
kemiringan saluran, gorong-gorong serta bangunan/badan air lainnya. Juga harus memperhatikan
pengaliran air yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan dengan mengikutiketentuan teknis konstruksi jalan, tanpa menggangu atau memperngaruhi struktur konstruksi
jalan dan stabilitas konstruksi jalan (detail perencanaan lihat SNI dan pedoman perencanaan).
Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah dan
mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air
yang naik dari subgrade jalan (tanah dasar).
Pilihan dan penerapan teknologi ramah lingkungan direncanakan untuk mendukung agar
disatu sisi konstruksi badan jalan tidak bermasalah dengan keberadaan air permukaan maupun
air bawah badan jalan, dan di sisi lain dapat membantu mengkonservasi air hujan pada
lingkungan sekitarnya agar menjadi lebih bermanfaat. Beberapa kriteria dapat dijadikan acuan
untuk memilih dan menerapkan berbagi teknologi, yaitu:
1) Harus dapat menjaga konstruksi badan jalan tidak terganggu
2) Harus mampu mengalirkan air permukaan maupun air bawah badan jalan ke bangunan
air tertentu dengan lancar dan aman.
3) Mudah dalam melakukan pemeliharaan dan tidak mengganggu kelancaran dan ketertiban
lalu lintas selama pemeliharaan dilakukan.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 32/53
16
4) Dapat harmonis dan sinkron dengan kondisi lingkungan setempat, terutama jika
dilakukan penataan lansekap yang berujung sebagai tempat sosialisasi masyarakat,
rekreasi dan hiburan.
5) Masyarakat dapat berpartisipasi dan ambil bagian yang berarti dalam menjaga dan
menggunakan keberadaan fasilitas tersebut dengan baik dan aman.
2.3. Jenis-jenis drainase jalan
Pada umumnya drainase ini berada di permukaan tanah, dan atau di bagian tepi badan jalan :
a. Menurut sejarah terbentuknya
i. Drainase alamiah ( natural drainage ), terbentuk secara alamiah, tidak terdapat
bangunan penunjang (bangunan pelengkap/khusus).
ii. Drainase Buatan ( artificial drainage ), dibuat dengan tujuan tertentu, biasanya dapat
memerlukan bangunan khusus.
Sumber : Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd-T-02-2006-B)
Gambar 2. Tipikal drainase jalan
b. Menurut letak bangunan
i. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage),
suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan
air di permukaan tanah, hal ini untuk mencegah
adanya genangan.
ii. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface
Drainage), Suatu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kelebihan air di bawah tanah (jalan).
c. Menurut fungsi:
i. Single Purpose, satu jenis air buangan : air hujan, limbah domestik,limbah industri
ii. Multi Purpose, beberapa jenis air buangan tercampur.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 33/53
17
iii. Peresapan air,
iv. Kolam penampung air (sementara atau tetap),
d. Menurut konstruksi:
i. Saluran Terbuka
ii. Saluran Tertutup
e. Menurut tipe berkaitan dengan Lingkungan:
i. Saluran penerima (saluran penghubung-gutter dan
inlet,)
ii. Saluran pembawa air berlebih (saluran samping,
gorong-gorong)
iii. Saluran pengumpul (bak kontrol)
iv. Badan air penerima :Fasilitas resapan air (sumur
resapan) dan Kolam drainase
v. Drainase lereng dan fasilitas pematah arus.
vi. Drainase untuk sistem konservasi air lingkungan
f. Permasalahan drainase.
Permasalahan yang timbul pada drainase di
perkotaan bukanlah hal yang sederhana, banyak
factor yang mempengaruhi dan memerlukan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan,
antara lain :
i. Peningkatan Debit dan penetapan fungsi optimal (curah hujan, multi fungsi)
ii. Peningkatan Jumlah Penduduk (adanya
perubahan fungsi lahan)
iii. Amblesan Tanah (struktur dan kondisi lapisan
tanah)
iv. Penyempitan dan pendangkalan saluran (sedimentasi, limbah sampah)
v. Reklamasi (penggunaan/pemanfaatan lahan)
vi. Pasang Surut (banjir rob)
vii. Operasionalisasi dan Pemeliharaan (perilaku
masyarakat dan pemerintah)
viii. Keterbatasan lahan, keperluan konservasi air,
penataan lansekap jalan, kebutuhan rekreasi
warga
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 34/53
18
2.4. Drainase jalan dan Keterlibatan Masyarakat
Sesuai dengan pasal 36 PP No.34./2006 tentang jalan disebutkan bahwa saluran tepi jalan
(drainase permukaan) diperuntukan bagi penampungan dan penyaluran air permukaan,
pembagian serta pembuangan air yang efektif dan bermanfaat, terutama agar badan jalan akan bebas dari pengaruh dan genangan air.
Kemampuan dan kapasita daya tampung ditetapkan dengan dimensi lebar saluran yang
didasarkan terhadap kondisi lebar permukaan jalan (Rumija dan Rumaja), dan keadaan
lingkungan setempat (daerah tangkapan air hujan). Saluran harus dibangun dengan tipe
konstruksi yang mudah dipelihara secara rutin, dan dalam hal kondisi tertentu dan dengan syarat-
syarat tertentu pula, maka dapat ditetapkan oleh penyelenggara jalan, bahwa saluran tepi jalan
dapat diperuntukan bagi saluran (drainase ) lingkungan.
Agar fungsi drainase berjalan dengan baik, maka dalam perencanaan harus dipertimbangkan
terhadap kebutuhan fasilitas bangunan pelengkapnya; seperti gorong-gorong, bak control-
penampung yang sekaligus sebagai penyaring, inlet dengan kapasitas dan kecepatan aliran yang
tepat, dll. Demikian juga fungsi drainase di wilayah diperkotaan dengan kondisi lahan terbatas
(rumija dan rumaja), maka dengan konstruksi tertentu (drainase tertutup) dapat difungsikan juga
sebagai fasilitas pejalan kaki, bahkan kemungkinan fasilitas sepeda (bergabung atau terpisah)
dengan konstruksi semacam trotoarisasi.
Pertimbangan ekonomis dengan memperhatikan aspek keselamatan dalam perencanaan
dan pembangunan drainase perlu juga dilakukan sejauh keadaan itu sangat signifikan, sekaligus
memperhatikan aspek keterlibatan masyarakat dalam hal optimalisasi dan fungsionalisasi
drainase, trotoar, dan kegiatan pemeliharaan, dsb. Kesulitan dalam pelaksanaan pemeliharaan
terutama berkaitan dengan banyaknya sedimentasi akibat lingkungan yang kurang baik, maka
konstruksi yang dipilih apapun bentuk, jenis dan tipenya harus dipertimbangkan terhadap
kemudahan pemeliharaan dan keterlibatan peran masyarakat serta sekaligus diharapkan tidakmembahayakan pengguna jalan.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 35/53
19
BAB 3
KRITERIA UMUM BAHU JALAN
3.1. Penempatan Bahu Jalan
Bahu jalan adalah suatu ruang, dengan lebar tertentu bagian dari rumaja yang disesuaikan
dengan standar geometrik jalan.
Gambar 1 menunjukan tentang gambaran ruang sebagai bahu dan geometrik jalan, juga
posisi drainase jalan, dengan tipe satu jalur-one carriageway (biasanya terdiri dari dua lajur lalu
lintas-dua arah) yang dikedua sisi jalan tersebut harus ditempatkan ruang jalan yang difungsikan
sebagai bahu (disebut luar). Sedangkan, pada tipikal dua jalur-dual-carriageway (ada median)maka tiap jalur biasanya terdiri dari beberapa lajur (lane) lalu lintas.Pada setiap jalur, harusnya
mempunyai dua sisi, yaitu (1) bahu yang di sisi jalur sebelah dalam, berada antara lajur
kendaraan dengan kereb median (ditandai dengan marka garis menerus-pembatas sisi lajur
dengan kereb median) yang disebut bahu dalam, dan (2) bahu di sisi luar jalur perkerasan
(ditandai dengan garis tepi marka yang menerus/pembatas sisi perkerasan jalan sampai dengan
saluran tepi jalan), biasa disebut sebagai bahu luar.
Kedua bahu, baik bahu luar maupun bahu dalam, pada hakekatnya berfungsi untuk kapasitas,
kenyamanan dan keselamatan, dengan penekanan bahwa pada bahu dalam lebih kepada
penyediaan tingkat kebebasan samping dan mengurangi tingkat kefatalan, sehingga lebar ke dua
jenis bahu tidak harus selalu sama, dan umumnya lebar bahu dalam relatif lebih kecil
dibandingkan lebar bahu luar, yang disesuaikan dengan tingkat kecepatan kendaraan yang
direncanakan dan akan menjadi total lebar sebagai median jalan.
Pada posisi jembatan, penyediaan bahu jalan harus tetap disediakan selebar 0,50 m, antara
marka garis tepi jalan dengan kereb trotoar pada jembatan, artinya marka garis tepi jalan harus
lurus menerus sama dengan marka garis tepi jalan pada jalur jalan (lebar jalur atau lajur baik
pada jalan maupun pada jembatan tetap sama).
3.2. Lebar Bahu Jalan
Lebar bahu jalan ditentukan juga berdasarkan fungsi jalan, kelas dan spesifikasi penyediaan
prasarana jalan (jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil), termasuk dengan
mempertimbangkan karakteristik lalu lintas, tingkat kecepatan, tingkat kecelakaan lalu lintas,
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 36/53
20
dan ketersediaan lahan. Lebar minimum ruang milik jalan (Rumija) dengan lebar minimum
dalam kaitan dengan spesifikasi penyediaan prasarana menunjukan sebagai berikut:
a. Jalan bebas hambatan: lebar minimum Rumija 30,0 meter, minimum Rumaja teridiri dari
4 lajur (4 x 3,5 m) + median (termasuk bahu dalam) (4,0 m) + bahu luar 2 x 3,0,m +
saluran tepi (2 x 1,0 m) + ambang pengaman (2 x 2,0 m) = 30,00 m
b. Jalan raya : Lebar minimum Rumija 25,0 meter, minimum Rumaja, teridiri dari 4 lajur
(4 x 3,5 m) + median (termasuk bahu dalam) (2,0 m) + bahu luar 2 x 1,5,m + saluran
tepi (2 x 1,0 m) + ambang pengaman (2 x 2,0 m) = 25,0 m.
c. Jalan sedang: Lebar minimum Rumija 15,0 meter, minimum Rumaja teridiri dari 2 lajur
2 arah (minmum lebar jalur 5,5 m) + bahu luar 2 x 2,5 m + saluran tepi (2 x 0,75 m) +
ambang pengaman (2 x 1,5 m) = 15,00 m.
d. Jalan kecil : lebar minimum Rumija 11,0 meter, minimum Rumaja teridiri dari 2 lajur 2
arah (minmum lebar jalur 5,5 m) + bahu luar 2 x 1,5 m + saluran tepi (2 x 0,50 m) +
ambang pengaman (2 x 0,5 m) = 11,00 m.
Lebar kebebasan samping jalan cukup menentukan tingkat keselamatan dan kenyamanan lalu
lintas, karena itu pertimbangan makin lebar bahu adalah makin baik.
Tinggi permukaan bahu jalan menjadi penting berkaitan dengan factor lebar kebebasan
samping, dan sekaligus dapat berfungsi untuk mengalirkan air dari permukaan jalan ke saluran
tepi.. Kalaupun ada perbedaan ketinggian antara bahu jalan dan permukaan jalan sebaiknya
diusahakan rata atau lebih rendah dari permukaan perkerasan jalan (+/- 0,05 m).
Kemiringan bahu jalan ke arah saluran dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada
kemungkinan air akan tergenang di badan/permukaan perkerasan jalan atau pada bahu jalan.
Bahu dibuat miring ke arah saluran, tingkat kemiringan tergantung bahan material dan jenis
konstruksi bahu yang dipakai (biasa dipakai kemiringan 2%-4%). Lebih lanjut Permen PU No.
19/2011 tentang persyaratan teknis jalan dan kriteria teknis perencanaan jalan sudah cukup jelas
mengisyaratkan ketentuan teknis penyediaan bahu jalan dalam berbagai kriteria.
3.3. Bahu Jalan di Jalan Perkotaan
Untuk bahu jalan di kawasan perkotaan, di mana fungsi bahu (luar) jalan dibuat juga
berfungsi sebagai fasilitas pejalan kaki, maka kedua fungsi pada bahu (luar) tersebut harus
difasilitasi, baik untuk kepentingan lalu lintas kendaraan bermotor dan lalu lintas pejalan kaki.
“Kedua fasilitas tersebut harus dibedakan bentuk dan jenis bahan perkerasannya (permukaan)
atau dapat dibedakan dengan warnanya”, sehingga secara psikologis maupun teknis, bagi
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 37/53
21
keduanya, pengendara maupun pejalan kaki, akan merasa aman dan berkeselamatan, serta
nyaman.
Kemiringan melintang bahu luar (pada satu jalur/dua jalur), harus tetap diperhitungkan
sedemikian rupa, sehingga pengaliran air permukaan dari perkerasan jalan dapat disalurkan
(melalui inlet terbuka atau tertutup) ke saluran tepi jalan, tanpa mengganggu kenyamanan dan
keselamatan pejalan kaki. Untuk posisi bahu dalam (pada kemiringan melintang jalan
(geometrik).
Jika kondisi bahu ternyata digunakan untuk fasilitas pejalan kaki dan dibangun dengan
berupa fasilitas trotoar (yang mempunyai beda tinggi/dengan kereb) terhadap permukaan
perkerasan jalan, maka sangat diperlukan bangunan berupa inlet (saluran masuk) yang melintang
bahu jalan untuk mengalirkan air dari permukaan .
Fungsi bahu (awalnya) untuk juga dapat mengalirkan air dari permukaan jalan ke saluran
tepi, dan tentunya akan berubah jika ada trotoar yang dianggap sebagai bendung air yang akan
menghalangi lancarnya aliran air dari permukaan jalan menuju drainase jalan.
Trotoar disediakan biasanya pada posisi bahu luar, jika pada bahu dalam (median) tidak
dianjurkan kecuali disediakan dalam kaitan dengan penyediaan tempat/ada jalur penyeberangan
orang sebagai lapak tunggu.
Fungsi bahu jalan untuk kepentingan lalu lintas pada kondisi tersebut (ada trotoar), harustetap disediakan (difasilitasi) yang berdampingan dengan trotoar dan perkerasan jalan. Lebar
minimum 0,50 m (ditandai antara marga garis tepi menerus pada perkerasan jalan sampai kereb).
Pada daerah tikungan dengan superelevasi tertentu biasanya kemiringan bahu mengikuti
super elevasi jalan (geometrik), namun dengan persyaratan teknis tertentu bisa saja bahu jalan
dimiringkan ke arah saluran samping terdekat, dengan asumsi keadaan kondisi lalu lintas dan
geometrik serta lingkungan memang memungkinkan dan sekaligus tidak membahayakan bagi
konstruksi jalan dan keselamatan lalu lintas.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 38/53
22
BAB 4
PERENCANAAN DRAINASE DAN BAHU JALAN YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN
4.1. Perencanaan sistem drainase permukaan jalan yang berwawasan lingkungan
Pada dasarnya Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan No Pd-T-02-2006-B sudah dapat
mengarahkan perencana dalam merancang sistem drainase permukaan jalan yang meliputi aspek
hidrologi, hidraulik, dan struktur (konstruksi), pembiayaan dan pemeliharaan.
Namun, banyaknya permasalahan terutama dalam aspek pembangunan dan pengoperasian
sistem drainase perkotaan seperti: Koordinasi yang kurang, perilaku negatif masyarakat,
buruknya pemeliharaan, yang menimbulkan permasalahan lingkungan, sehingga masalah sistem
drainase perkotaan harus menjadi tanggung jawab bersama, antara pemerintah, masyarakat
umum, dan swasta/pengusaha, dalam konteks agar terwujudnya berwawasan lingkungan.
Sistem drainase “lingkungan/kota” khususnya di perkotaan merupakan sistem saluran
pengaliran dan penampungan air permukaan yang berada di wilayah perkotaan/kota yang
mempunyai kapasitas melayani air permukaan dengan luas areal tangkapan air hujan yang luas,
sekaligus difungsikan juga sebagai saluran pembuangan, dalam hal ini dapat termasuk berfungsi
sebagai drainase jalan.
4.1.1. Penerapan Teknologi Drainase Jalan di Perkotaan
Permasalahan yang umum di perkotaan/wilayah adalah tidak adanya atau belum adanya
sistem drainase lingkungan yang dibangun khusus untuk itu, namun justru pembuangan air
permukaan di lingkungan permukiman atau kawasan selalu menggunakan drainase jalan atau
dimanfaatkan sebagai satu sistem dalam fasilitasi drainase jalan. Fatalnya, kondisi fasilitas ini
tidak pernah direncanakan dan disiapkan sebelumnya.
Salah satu pemecahan yang dapat diusulkan adalah dengan membangun berbagai fasilitas
terkait limpasan air permukaan yang lebih luas areanya, untuk menahan laju air hujan, untuk
pengendalian air kawasan dengan menggunakan berbagai teknologi yang sudah tersedia.
Namun demikian, seharusnya pemerintahan kota/wilayah sesuai dengan tuntutan dalam
rencana tata ruang wilayah perlu memfasilitasi penyediaan prasarana saluran pembuangan
(lingkungan) yang terpisah dari saluran tepi jalan (darinase jalan) yang tersedia.
Konsep drainase jalan (di perkotaan) yang berwawasan lingkungan adalah suatu konsep
dengan pendekatan usaha konservasi sumber daya air. Konsep yang dimaksud adalah
mengendalikan air hujan agar semaksimal mungkin dapat diresapkan ke dalam tanah pada suatu
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 39/53
sistem
kolam
kehidu
tetap, y
Ber
suatu k
dan be
memini
akan
usaha-
struktu
Beb
lingku
hujan,
biorete
lain: po
Con
pilihan
yang a
Yang
permu
Ga
resapan air
drainase.
an aquatic
ang sekalig
asarkan pr
wasan, ma
kelanjutan
malkan ke
endorong
saha yang
al maupun
erapa Tek
gan, deng
ntara lain:
tion areas
nd, detenti
toh pada
teknologi
a, dan te
elas bah
aan sekalig
bar 3. Co
, antara lai
ir resapa
, dan term
us dapat di
insip peng
ka konsep
adalah di
ugian, ser
erwujudny
komprehe
non strukt
ologi sist
n maksud
Filter stri
Sedangkan
n basin, in
ambar-ga
ang dapat
tu saja ke
a dengan
us untuk d
toh Filter S
n; berupa
tersebut
suk kola
anfaatkan
rtian bahw
asar peng
andang sa
a memper
kehidupa
sif dan int
ral, untuk
m drainas
bagaimana
, pervious
untuk pen
iltration b
bar (2 s/d
dipakai ata
ampuan
teknologi
imanfaatka
trips untuk
23
sumur resa
dapat di
drainase,
sebagai te
a sistem d
mbangan
ngat cocok
aiki dan
n masa de
gratif yan
encapai t
e jalan y
dapat m
pavement
endali air
sin, wetlan
/ 21) yan
u dikemba
endanaan
ini dihar
n bagi kese
enerima air
pan air huj
anfaatkan
baik yang
pat rekrea
ainase ber
istem drain
dalam up
onservasi
an yang l
meliputi
juan terseb
ng berkait
engembang
, swales,
ecara kaw
ds, (lihat G
ada, me
ngkan sesu
dan faktor
pkan dap
jahteraan
dari permu
an, atau d
untuk per
bersifat se
si.
ujuan agar
ase yang b
ya mening
lingkungan
ebih baik.
eluruh pro
ut (Suripin,
an dengan
kan fasilit
ilter drains
san maka
ambar 2-21
berikan il
ai tujuan d
pemelihar
t melaku
anusia.
Sumber:
aan jalan d
pat ditam
ediaan air
entara m
tidak terja
rwawasan
katkan da
, dan pada
Untuk itu,
ses, baik y
2004).
konsep b
s untuk
, infiltratio
apat digun
).
strasi bah
an kondisi
an di ke
an penge
SUD For R
n lajur pejal
ung dala
baku da
upun yang
i banjir di
lingkunga
a guna air,
gilirannya
diperluka
ng bersifa
erwawasa
enahan ai
n trenches,
akan antara
wa banya
lingkunga
udian hari.
dalian ai
oads
an kaki.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 40/53
G
Jadi
jalan
lingku
Kej
akibat
mbar 4.
pemaham
ada dasar
gan, atau b
dian kerus
embangun
erkerasan
Gambar
n lebih la
ya tidak
ahkan dian
akan lingk
n sisi jala
Lolos Air y
5. Tipikal P
jut menya
dapat dik
gap memp
ungan lebi
(ribbon de
24
ang dapatpenyimpan
erkerasan d
takan bah
atagorikan
ercepat terj
banyak
velopment )
eresapka air.
n bahu dan
a penyedi
sebagai
adinya ker
isebabkan
yang tidak
Sumb
air dan d
rainase jala
an dan pe
ang dapat
sakan ling
oleh peru
terkendali.
er: SUD For
pat pula s
n.
mbanguna
menggan
ungan.
ahan laha
.
oads
bagai
prasarana
u/merusa
sisi jala
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 41/53
Kon
merenc
4.1.2. Den
untuk
sistem
(sekali
Keinda
sep inilah
anakan sal
Penerapagan permas
engatasi i
drainase
us penghij
an dan ke
yang ing
ran tepi jal
Gambar
Teknologalahan yan
u, telah m
berwawasa
auan), ber
erasian de
in dikemb
an (drainas
ambar 6.
7. Contoh
dan Lans makin ko
ngindikasi
n lingkun
pa taman
gan lingku
25
angkan d
e jalan) ya
ontoh ceku
ilter drainas
ekap Jalampleks da
an bahwa
gan deng
ang mamp
ngan (keny
n dimple
g berwawa
ngan air lim
e atau infiltr
adanya ke
teknologi
n menge
u meresap
amanan) ju
entasikan
san lingku
asan
Sumb
tion trench
utuhan pe
ang ada da
epankan
an dan m
a dapat di
di Indon
gan.
Sumber: S
er: SUD For
s
gembanga
pat mengh
penggunaa
nahan air
ujudkan (
sia dala
D For Road
oads
n teknologi
rmoniska
tanama
ermukaan.
ambar.7).
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 42/53
Gamb
r 8. Conto bioretentio
ker
Gambar 9.
atau taman
kil sehingga
Contoh Po
26
dengan mu
dapat mena
ds yang me
a lebih rend
han/menyi
rupakan kol
Sumb
ah dari per
pan air.
Sumb
m air perm
er: SUD For
ukaan jalan
er :SUD For
nen
oads
yang diberi
oads
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 43/53
Gambwaktu t
Gamb
Ga
r 10. Cont
rtentu
ar 11. Cont
bar 12. Co
h basin/kol
oh Infiltrati
ntoh Wetlan
m yang di
n Basins ya
ds berupa c
27
elilingi tan
g terbentuk
ke dalam ta
kungan yan
wetland
man untuk
alami dan d
nah
terbentuk
Sumb
menahan li
Sumb
apat menaha
Sumb
ecara alami
er: SUD For
pasan air
er: SUD For
n dan mere
er: SUD For
dan tumbuh
oads
ada period
oads
beskan air
oads
tanaman
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 44/53
Gam
ar 13. Contoh Sand filter yang mer
filter ya
Gambar
28
pakan stru
g dapat me
14. Contoh
tur ruang di
ampung air
sumur resap
Sumb
bawah diala
n
er: SUD For
s dengan pa
Sumber:
oads
sir sebagai
Suripin, 2004
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 45/53
Co
dan sa
bertuan
pembu
Pada k
tertentu
Di I
Seperti
kantor,
Di
(Benda
kolam
banjir
Salu
ini dap
limpas
antara l
maupu
penam
ntoh pemb
gat berala
” dan “tak
tan bangu
wasan per
, yang juga
donesia b
di DKI Ja
maupun m
ota Balikp
i/Bossem).
enampung
engan me
ran ini me
at dijadika
n yang tel
ain, waktu
penahan
ungan bisa
atan kola
an jika ke
bermanfaa
an tersebu
ukiman y
menampu
berapa kot
arta, telah
sjid (Gam
pan, telah
Hingga sa
an lainnya
buat penyi
iliki dime
tempat b
h diwujud
erjadi gen
ir. Dijadi
menjadi te
penampu
ulitan ini
t” berupa l
t, dan sela
ng padat d
g limpasa
a besar tela
membuat
ar 16).
dibuat pras
at ini telah
Gambar 1
mpangan ai
nsi yang c
agi pejalan
kan telah
ngan air, l
an tempat
mpat rekre
29
gan air, da
kan terjad
ahan koso
jutnya da
apat diban
air hujan
h melakuk
eberapa su
aran penge
terdapat 1
). Di kota
r di sepanj
kup besar
kaki (Ga
emberika
bih singka
pejalan ka
si warga.
n sumur re
. Namun,
g mungki
at dijadika
un sumur r
ang jatuh
n pengatur
mur resapa
dali banji
8 buah, da
urabaya p
ng saluran
dan tertutu
bar 18 &
dampak
dibanding
i yang ny
apan mem
elalui pe
dapat dit
sebagai t
esapan di j
e permuki
an pengali
n yang ber
berbentuk
direncan
la telah di
(long stora
sehingga
19). Prasa
ositif bagi
an sebelu
man dan
Sumber:
ng memer
anfaatan
rapkan seb
empat rekr
lan denga
an
an air limp
lokasi di ar
kolam pen
kan untuk
uat sejenis
ge).
di bagian
rana peng
lingkunga
dibuat pe
man sekal
Suripin, 2004
ukan laha
aerah “ta
agai lokasi
easi warga.
konstruksi
asan hujan.
ea sekolah,
ampung ai
menamba
pengendali
tas salura
ndalian ai
setempat,
ampunga
igus kola
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 46/53
30
Sumber: DKI Jakarta, 2010
Gambar 15. Contoh Sumur Resapan di SDN 07/08 Pinang Ranti, DKI Jakarta
Contoh yang telah diterapkan di berbagai pemerintahan kota/daerah baik di Indonesia
maupun di luar negeri, dapat dijadikan sebagai pemicu dan sekaligus gambaran penggunaan
teknologi dalam sistem drainase permukaan jalan yang berwawasan lingkungan yang bisa dan
mampu diterapkan.
Gambar 16. Contoh Bendali Tugu Adipura
Sedangkan di luar negeri, sistem drainase jalan berkelanjutan di terapkan pada lahan
perkerasan yang tidak digunakan kemudian ditata menjadi tempat penahan air. Di New York
City, menerima limpasan air hujan di antara dua kereb. Air kemudian masuk ke kerikil yang
Kondisi Sebelum PenggalianKondisi Setelah Penggalian
Kedalaman 200cm, SR menonjol 11cm
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 47/53
31
telah ditata untuk menahan air dan terdapat pula sebagian yang merembes ke tanah dan ditahan
oleh tanaman.
Gambar 17. Contoh Bendali Bendali Kampung Timur- Kota Balikpapan
Sumber: Bahan Diskusi RPJMD 2011 – 2015
Gambar 18. Contoh Potongan melintang Penyimpanan air di sepanjang drainase (long storage).
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 48/53
Gamb
Pap
yang
mengg
berwa
penyel
ar 19. Cont
ran contoh
erwawasa
nakan tek
asan ling
nggaraan p
h Ilustrasi
di atas, m
lingkung
ologi dan
kungan d
rasarana ja
Gamb
encana Pe
nunjukkan
an dan b
emahama
n berkel
an dalam
ar 20. Cont
32
bangunan TKota Surab
bahwa me
erkelanjuta
seperti te
njutan se
endukung
h Pulau Jal
Sumb
anggul Kanya.
wujudkan
dapat d
sebut diha
rta memb
sistem tran
n Sebagai
er: Bahan Di
n Kiri (Plen
istem drai
ilaksanaka
apkan siste
erikan da
sportasi jal
enahan Air
skusi RPJMD
gsengan) K
ase jalan d
. Tentun
m drainase
mpak pos
n yang ha
Sumber
2011 – 2015
li makmur-
i perkotaa
a, denga
jalan yang
itif dala
dal.
: Greenstreet
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 49/53
33
4.2. Perencanaan Bahu Jalan yang Berkeselamatan
4.2.1. Ketentuan Teknis
Bahu jalan sesuai fungsinya harus diupayakan menjadi bagian dari ruang manfaat jalan,
bahkan diharapkan mempunyai kemampuan sesuai dengan persyaratan teknik yang ditentukan,yaitu:
a. Mempunyai lebar minimum yang memenuhi syarat, atas kebebasan samping,
keselamatan lalu lintas jalan. Jika lebar bahu jalan tidak dapat memenuhi ketentuan di
atas maka diperlukan penggunaan dan penempatan berbagai perangkat perlengkapan
jalan yang sesuai, seperti: rambu, marka jalan, gatrel, dst.
b. Jika penggunaan untuk fasilitas pejalan kaki berupa trotoar, sebaiknya masih ada bahu
jalan sekitar 0,50 m antara marka garis tepi jalan dengan kereb trotoar.
c. Jika fasilitas bukan berupa trotoar, maka sebaiknya batas tepi diberi semacam pulau jalan
(kereb pendek) dan bagi fasilitasnya diberi permukaan yang berbeda dengan tipe
permukaan jalan untuk lalu lintas.
d. Kemiringan pada bahu jalan depertimbangkan terhadap tipe bahan yang digunakan,
fungsi yang diperuntukan (pejalan kaki/tidak) dan kondisi tanah serta lingkungan.
e. Perlu dibangun inlet-inlet pada trotoar jalan
Demikian pula dalam undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (No.22/2009)
menjelaskan bahwa kepentingan lalu lintas yang dilayani adalah bagi lalu lintas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor yang lebih tegasnya adalah pejalan kaki, dan sepeda.
Artinya jalan harus menfasilitasi kepentingan pejalan kaki dan sepeda, selain kendaraan
bermotor.
Semua fungsi yang sesuai kebutuhan di atas dapat diterapkan berdasarkan PP No.34/2006
pada bahu jalan, artinya perencanaan bahu jalan harus sejajar dengan geometrik jalan, struktur
perkerasan jalan, drainase permukaan jalan dan kondisi lingkungan.
4.2.2. Kriteria Bahu dan Berkeselamatan Jalan
Untuk penempatan pepohonan di bahu jalan, PP No.34/2006 pada pasal 80 menjelaskan
bahwa pohon pada sistem jaruingan jalan di luar kota harus ditanam di luar Rumaja. Sedangkan,
pohon pada sistem jaringan jalan perkotaan dapat ditanam pada batas ruang manfaat jalan,
median, atau di jalur pemisah dengan memenuhi ketentuan pada pedoman lansekap jalan. Bila
penggunaan bahu jalan (Rumaja) atau pada ruang milik jalan (Rumija) untuk kepentingan
penyelenggaraan transportasi, maka harus memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan
penyelenggara jalan dan penyelenggara transportasi (shelter bus, teluk bus, dll).
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 50/53
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Fun
merupa
jalan.
Ber
persyar
peman
pemeli
Fungsi bah
fasilitas ya
lalu lintas
Diukur dar
yang dapat
Objek berb
>100mm),
Jika objek
ubah atau
Utamanya,
Volume ke
zona bebas
Zona beba
meter untu
tingkat kec
si bahu
kan isu ter
agai kon
atan teknis
aatan bahu
araan bah
u jalan ya
ng disebut
tepi jalan
menyebab
ahaya ter
saluran air
berbahaya
ilindungi d
lebar zona
ndaraan da
biasanya
k kecepat
epatan).
ang dapat
sendiri yan
Ga
isi bahu
jalan, apa
jalan buk
jalan, ant
g lebih pa
sebagai zo
: Tujuanny
an kemati
asuk jalan
yang terbu
pinggir jal
engan paga
bebas dite
n alinyeme
elebar 3
n 100 km
memberi
g dewasa i
bar 21. Ti
jalan eksi
ah karena
n untuk ke
ra lain sep
34
a aspek ke
ne bebas y
adalah un
n atau luka
yang cura
a, sungai,
an tidak b
r pengama
tukan oleh
n jalan (tik
eter untuk
jam pada
an atau
i menjadi
pikal peneta
sting, me
lebar dan
pentingan
erti pemba
selamatan j
aitu : Daer
uk membe
parah jika
, tiang ya
an bendun
isa disingk
(gutrel)
batas kece
ungan taja
kecepatan
jalan lurus
erkonstrib
tujuan dan
pan lebar zo
ang dipa
kondisi ya
alu lintas,
batan rump
alan adala
ah yang be
askan dae
kendaraan
g keras, p
an
rkan atau
atan opera
) juga bis
perasional
dan tikun
si terhada
pemikiran
e bebas
dang san
g tidak m
dan dibare
ut/ilalang,
dengan m
rdekatan d
ah tersebu
ke luar dari
hon (deng
dipindahka
sional
a mempen
60 km/ja
gan lebar
p aspek
penyediaa
gat tidak
emenuhi k
ngi dengan
ketinggian
enyediaka
engan jalu
dari benda
jalan
n diamete
n, harus di
aruhi leba
dan and 9
(tergantung
eselamata
prasarana
memenuhi
iteria, atau
kurangnya
permukaa
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 51/53
35
bahu jalan yang lebih tinggi dari permukaan jalan atau ketinggian bahu jalan lebih rendah yang
dapat membahayakan lajunya kendaraan (beda tinggi di atas 10 cm), penempatan pohon besar,
dsb.
Karena itu, perencanaan bahu jalan yang disertai pendekatan untuk keselamatan jalan
menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan diimplementasikan di lapangan, bersama-sama
dengan pentingnya perencanaan/disain perkerasan jalan baik untuk jalan yang ditingkatkan
(overlay) ataupun pemeliharaan rutin dan berkala, apalagi dalam rancangan pembangunan jalan
(baru).
Dalam konteks (minimal) bahu jalan berfungsi sebagai pejalan kaki, maka penyediaannya
didisain dengan bentuk drainase tertutup, artinya berfungsi sebagai drainase permukaan jalan
dan sekaligus sebagai trotoar. Selanjutnya dalam fungsi sebagai bahu jalan maka didisain jarak
antara tepi perkerasan (marka garis tepi) dengan kereb trotoar adalah selebar 50 cm, paling tidak
untuk fasilitas darurat. Kondisi itu harus disediakan jika seandainya ada perbaikan/pemeliharaan
drainase tertutup, maka ketersediaan bahu yang terbatas dapat digunakan untuk fasilitas pejalan
kaki darurat dengan ditempatkan (dipasang) tembok/pagar penghalang (berupa beton, dll).
Sedangkan konsep jalan yang berkeselamatan adalah:
(1) Jalan yang mampu menjelaskan maksudnya tanpa “komunikasi” (sel explaining).
(2) Jalan yang mampu menciptakan kepatuhan tanpa “peringatan” (self enforcement ), dan
(3) Jalan yang mampu meminimalisir keparahan korban kecelakaan apabila terjadi tabrakan
( forgiving to road user).
Prinsipnya kondisi jalan dan lingkungannya termasuk bahu dan drainase jalan harus dapat
diwujudkan dengan mempertimbangkan pemahaman atas aspek keselamatan.
Gambar 22. Fasilitas pejalan kaki dan sepeda pada trotoar, lansekap dilengkapi marka.
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 52/53
36
Pada jembatan maka posisi bahu jalan tetap harus disediakan sejajar dengan lebar
perkerasan/jalur dan atau lajur lalu lintas kendaraan. Jika ada fasilitas pejalan kaki harus berupa
trotoar, dengan catatn pada daerah oprit jembatan harus diamankan terpisah dengan jalur jalan
atau diberi perlindungan semacam gatrel ( guard rail)
7/21/2019 01. modul perencanaan drainase.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/01-modul-perencanaan-drainasepdf 53/53
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Perencanaan pembangunan Kota- RPJMD 2011 – 2015): Program Pengendalian
Banjir dan Pengaman Pantai, Bahan diskusi RPMJD Pemerintah Kota Surabaya, 2011).
3. Bidang Pengelolaan Mineral, DKI Jakarta (2010): Presentasi Monitoring Pembangunan
Sumur Resapan.
4. Departemen Pekerjaan Umum: Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan. (Pd-T-02-
2006-B)
5. Greenstreets, Stormwater Management Portfolio,
id=96962,http://www.nycgovparks.org/sub_your_park/trees_greenstreets/images/NYC_Gree
nstreets-Green_Infrastructure_for_Stormwater_Management.pdf akses Juli 2011.
6. Herdianti, Andri (1999): Pengkajian Pengaruh Getaran lalu Lintas terhadap Lingkungan
Jalan. Laporan.Maret. Pusat Litbang Jalan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Laik Fungsi Jalan
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis jalan
9. Sailendra, dan Greece Lawalata (2012): Perencanaan Drainase Jalan. Modul Pelatihan.
Pusdiklat PU dan Pusjatan.
10. Sailendra, Agus bari (2012): Menuju Sistem Jaringan Transportasi Jalan Perkotaan Yang
Berwawasan Lingkungan (draft final). Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.Kemen PU.
11. Suryana, Nanan, (2000) : Penanganan Getaran lalu lintas terhadap Lingkungan Jalan.
Laporan Penelitian. Pusat Litbang Teknologi Prasarana Jalan. Kementerian PU.
12. SUD For Roads, SUDS Working Party, http://scots.sharepoint.apptix.net/roads/ akses
Desember 2011