Download - 103-196-1-SM
-
Widya Teknika Vol.19 No.2; Oktober 2011ISSN 1411 0660: 39-46
1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang 39
EVALUASI SISTEM DRAINASE PERKOTAANDI KAWASAN KOTA METROPOLIS SURABAYA
Riman1)
ABSTRACTSurabaya is centre of many activities such as governmental, political, economical, social and cultural and manyothers. This has made rapid growth of the people of Surabaya. To give sufficient public services, it needs utilitiessuch as clean water, waste water, streets, transportations, drainages, etc. Lacking of drainage has caused flood inSurabaya every year. In order to solve that problem, an integrated development planning of drainage is needed. Theplanning involves activities such as doing identification, processing, evalution and analysis of the problem occurs ineach district. The output can be used as a guidance to plan development of city utilities in Surabaya.
Key Words: Evaluation, Drainage, Urban, System, Flood.
PENDAHULUANKota Surabaya merupakan Ibukota Provinsi
Jawa Timur sekaligus menjadi pusat kegiatanpemerintahan, ekonomi, politik, sosial budaya dankegiatan lainnya. Peningkatan jumlah penduduk yangterus bertambah dalam waktu yang relatif singkatmemerlukan dukungan sarana dan prasarana sertamenimbulkan permasalahan sebagai dampakpeningkatan jumlah penduduk tersebut.
Permasalahan drainase perkotaan seperti KotaSurabaya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Permasalahan drainase karena ulah manusia,
yaitu: Perubahan tata guna lahan di daerah aliransungai (DAS); Perubahan fungsi saluran irigasimenjadi saluran drainase; Pembuangan sampah kesaluran drainase; Kawasan kumuh di sepanjangsungai atau saluran drainase Infrastruktur drainasekurang berfungsi (bendungan dan bangunan air).
b. Permasalahan drainase karena alam, yaitu:Erosi dan sedimentasi; Curah hujan; Kondisifisiografi/geofisik sungai; Kapasitas sungai atausaluran drainase yang kurang memenuhi;Pengaruh pasang naik air laut (back water).
Salah satu permasalahan yang selalu timbulsetiap tahun pada musim hujan adalah banjir dangenangan air. Banjir dan genangan air disebabkanoleh fungsi drainase yang belum tertangani secaramenyeluruh, kurangnya kesadaran dan partisipasimasyarakat dalam memelihara saluran drainase yangada di sekitarnya menyebabkan penyumbatan salurandrainase oleh sampah industri maupun sampah rumahtangga. Frekuensi banjir di Surabaya sudah semakinmeningkat, salah satu penyebab utamanya adalahminimnya ketersediaan prasarana saluran-salurandrainase.
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui danmengevaluasi kesesuaian kapasitas debit salurandrainase dengan kondisi rencana dan faktor-faktoryang mempengaruhi terjadinya banjir pada salurandrainase, dan upaya untuk mengurangi dampaknegatif tersebut dengan suatu perencanaan bidangdrainase yang terpadu sehingga dapat menjadipanduan perencanaan pembangunan sarana danprasarana Kota Surabaya.
METODE KAJIANMetode kajian untuk Evaluasi Sistem Drainase
Perkotaan di Kawasan Kota Metropolis Surabaya ini,secara garis besar terdiri dari: Pemahaman permasalahan. Pengumpulan data instansional dan lapangan. Perhitungan dan analisa. Evaluasi Sistem Drainase Kota Surabaya. Rekomendasi.
Kerangka alur kajian selengkapnya disajikanpada bagan alir Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Metode Kajiana. Analisis Kuantitatif
Analisis ini diantaranya untuk memperkirakandebit banjir yang terjadi pada suatu wilayahperkotaan, sebagaimana bagan alir Gambar 2 berikut.
Perhitungan Debit RencanaTabel berikut menyajikan standar desain salurandrainase berdasarkan Pedoman Drainase Perkotaandan Standar Desain Teknis.
Tabel 1. Standar Metode Perhitungan Debit Banjir
Data curahhujan
Data saluran/sungai
Data pasangsurut air laut
Datasedimentasisungai
Data dan petagenangan
Data dan petajaringandrainase
Data dan petalokasi pintu danpompa
Data dan petapenggunaanlahan
Analisis
Kualitatif
Analisis
Kuantitatif
SDMP2018
Validitasdan
ReabilitasProgram
Rekomendasi Baru
Tinggi
Rendah/ kurang
-
WIDYA TEKNIKA VOL. 19 NO.2; OKTOBER 2011: 39-46
40
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Data hidrologi
Perluhidrograf?
Mulai
Perkiraanhujan DASterencana
Hitung QTrdgn rumus
rasional
Ada datadebit?
Analisisfrekuensi
Plot data dansesuaikan dgndistribusi GEV
Data cukuppanjang?
QTr atauQTr dan hidrogaraf
Perkirakan QTrdari grafik
distribusi GEV
Bandingkanhasil perkiraan
QTr
PerkirakanQrersts dari
rekaman data
Hitung QTr dariQrersts
Selesai
Apakah tersediadata hujan dan
aliran?
Metodehidrograf satuan
Konvolusi dgn hujan rencana
Turunkan hidrografsatuan
Hidrograf satuansintetis
Hidrograf aliranpermukaan
Tambah alirandasar
Turunkan hidrografsatuan sintetis
Gambar 2. Metode Perkiraan Debit Banjir
Luas DAS (ha) Periode ulang(tahun)
Metode perhitungandebit banjir
500 10 - 25 Hidrograf satuan
(1) Metode RasionalMetode ini penggunaannya terbatas untuk DAS
dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 30 ha(Goldman et.al., 1986). Persamaan Metode Rasionaldinyatakan dalam bentuk:
Qp = 0,002778 C I ADimana Qp: laju aliran permukaan (debit)
puncak dalam m3/detik, C: koefisien aliranpermukaan (0 < C > 1), I: intensitas hujan dalammm/jam, dan A adalah luas DAS dalam hektar.(2) Hidrograf Satuan
Metode yang digunakan untuk menghitung debitbanjir rencana yang lain di antaranya adalah HSSNakayasu, dengan persamaan sebagai berikut(Soemarto,CD., 1986):
).3,0.(6,3 3,00
TTRAQP
P
-
EVALUASI SISTEM . METROPOLIS SURABAYA [RIMAN]
41
b. Analisis KualitatifAnalisis ini diperlukan untuk mengukur
hubungan sebab akibat dari suatu proses kejadiandengan melakukan penilaian atau skoring. Dalamanalisis ini meliputi: penetapan kawasan banjir danpenentuan batas genangan.
Kriteria utama yang diperlukan dalampenentuan batas-batas genangan meliputi frekuensigenangan, kedalaman genangan, durasi atau lamagenangan dan luas genangan yang terjadi. Sesuaibatasan di dalam SDMP 2018, maka dalam studi inidipergunakan tiga parameter penilaian yaitukedalaman, luas dan lama genangan. Masing-masingparameter tersebut dibagi lagi dalam lima kategorisebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 2. Penilaian Paramater GenanganParameterGenangan
Kriteria Nilai
Prosentase (%)
Kategori/ Ket.
A. KedalamanGenangan
0 - 10 cm10 - 30 cm30 - 50 cm50 - 70 cm
> 70 cm
45
0255075100
Sangat RendahRendahSedangTinggiSangat Tinggi
B. LuasGenangan
0 - 5 ha5 - 10 ha
10 20 ha20 40 ha
> 40 ha
30
0255075100
Sangat KecilKecilSedangBesarSangat Besar
C. LamaGenangan
0 - 1 jam1 - 2 jam2 - 4 jam4 - 6 jam
> 6 jam
25
0255075100
Sangat CepatCepatSedangLamaSangat Lama
TotalMaksimum
100
Sumber: Evaluasi SDMP 2018, 2008
HASIL DAN PEMBAHASANa. Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase
Kondisi drainase Kota Surabaya sangatdipengaruhi oleh adanya 3 (tiga) sungai besar yangmelintasi Kota Surabaya, yaitu Kali Surabaya, KaliMas dan Kali Wonokromo serta keberadaanbozem/waduk yang terdapat di beberapa wilayah diKota Surabaya. Kali Surabaya merupakan saluranpenerima limpasan curah hujan utama yang terpecahmenjadi dua anak sungai, yaitu Kali Mas dan KaliWonokromo. Kali Mas mengalir melewati kotamenuju pantai di sebelah utara, sedangkan KaliWonokromo mengalir ke pantai timur Surabaya, danbermuara di Selat Madura.
Kali Surabaya menampung masukan air daridaerah pematusan Kali Marmoyo, Kali Watudakondan Kali Tengah (yang masuk ke hulu DamGunungsari) serta daerah pematusan Kali Kedurus(yang masuk melalui pematusan primer baru di hilirDam Gunungsari). Aliran-aliran ini dibawa menujulaut melalui Dam Jagir ke Kali Wonokromo, dandicegah supaya tidak masuk ke sistem drainase
internal dengan cara mengatur pintu-pintu air diBendung Wonokromo.
Berdasarkan Evaluasi SDMP 2018, sistempematusan Kota Surabaya dibagi menjadi 5 (lima)Rayon wilayah pematusan, yaitu : (1) RayonGenteng; (2) Rayon Gubeng; (3) Rayon Jambangan;(4) Rayon Wiyung dan (5) Rayon Tandes. LimaRayon sistem pematusan di Kota Surabaya tersebutjuga didukung oleh beberapa sub sistem pematusanagar dapat lebih memaksimalkan daya kerja kelimasistem pematusan tersebut.
1. Daerah Pematusan Rayon TandesDaerah Pematusan Rayon Tandes meliputi luas
10721,19 ha, terdiri dari 9824,56 ha berada diwilayah Pemerintah Kota Surabaya, dan 896,63 haberada di wilayah Kabupaten Gresik. MenurutEvaluasi SDMP 2018, Daerah Pematusan RayonTandes mempunyai 2 (dua) sistem, yaitu SistemPematusan Gunungsari dan Sistem PematusanDataran Rendah Barat (West Low Level). SistemPematusan Gunungsari menampung limpasan daridaerah tangkapannya yang berupa daerah perbukitanGunungsari, dan mengalirkannya ke laut melaluisaluran-saluran primer dari Sistem Pematusan DaerahRendah Barat.
Sistem Pematusan Gunungsari terdiri 5 sub-sistem, yaitu:1. Sub-sistem GunungsariHLD (High Level
Divertion), mempunyai 2 saluran primer dan 6saluran sekunder.
2. Sub-sistem GunungsariBalong, mempunyai 3saluran primer dan 6 saluran sekunder.
3. Sub-sistem GunungsariKandangan, mempunyai3 saluran primer dan 5 saluran sekunder
4. Sub-sistem GunungsariSememi, mempunyai 2saluran primer dan 2 saluran sekunder.
5. Sub-sistem Benowo (GunungsariLamong),mempunyai Saluran Primer Gunungsari-Lamongdan Saluran Sekunder Benowo.
Sistem Pematusan Dataran Rendah Barat (WestLow Level) meliputi Saluran Primer Kalianak, KaliKrembangan, Saluran Primer Margomulyo, KaliBalong, Kali Kandangan, Kali Sememi, SaluranPrimer Romo Kalisari, dan Saluran PrimerTambakdono yang bermuara di Teluk Lamong.
2. Daerah Pematusan Rayon WiyungDaerah pematusan Rayon Wiyung yang utama
adalah Sistem Kedurus sedangkan SistemKarangpilang hanya sebagian kecil yang langsungmasuk ke Kali Surabaya. Sistem Kedurus sebagianbesar berada di kawasan Surabaya Barat dan sebagianberada di wilayah Kabupaten Gresik. Luas daerahpengaliran (catchment area) Sistem Kedurus 7290,27ha dan 2809,53 ha dari total tersebut masuk diwilayah Kabupaten Gresik.
Keberadaan Kali Kedurus di Sistem PematusanKedurus merupakan saluran primer yang menjadi
-
WIDYA TEKNIKA VOL. 19 NO.2; OKTOBER 2011: 39-46
42
muara dan menerima debit air dari saluransaluransekundernya. Kali Kedurus bermuara di KaliSurabaya tepatnya di sebelah hilir Pintu AirGunungsari.
Pada Sistem Pematusan Kedurus terdapat duarumah pompa yaitu rumah pompa Gunungsari yangdebit airnya berasal dari saluran drainase di wilayahMayjen Sungkono dan rumah pompa Dukuh Kedurusyang berada di sebelah timur Boezem Kedurus.Boezem ini direncanakan untuk sementaramenampung air yang berasal dari saluransaluransekunder yang bermuara di Boezem Kedurus untukselanjutnya dipompa menuju Kali Surabaya di bagianhulu Pintu Air Gunungsari.
Pada sistem pematusan Kedurus terdapatbeberapa waduk lapangan baik yang buatan maupunyang alami. Beberapa waduk lapangan buatan sepertidi dalam Perumahan Citra Raya dan Graha Family,selain sebagai tampungan air juga dimanfaatkanuntuk taman dan lapangan Golf. Sedangkankeberadaan beberapa waduk lapangan di luar daerahperumahan kurang terpelihara dan pemanfaatannyakurang optimal. Lokasi beberapa waduk tersebutantara lain : Boezem Kedurus di Dukuh Kedurus Boezem Komplek Marinir di Balas Klumprik Boezem Sumur Welut di Sumur Welut Boezem Citra Raya di Perumahan Citra Raya Boezem Graha Family di Perum Graha Family Boezem Randegan Wetan di Kabupaten Gresik Boezem Gadung di Kabupaten Gresik
3. Daerah Pematusan Rayon GentengSaluran drainase di Rayon Genteng terdapat 4
saluran primer dan 41 saluran sekunder yang terbagimenjadi beberapa sub pematusan, yaitu :1. PA Darmo Kali dan Ciliwung, dengan saluran
primer adalah Saluran Darmo dan 4 saluransekunder.
2. Greges, memiliki saluran primer: Saluran Gregesdengan 15 saluran sekunder dan Saluran Simodengan 8 saluran sekunder.
3. PA Dinoyo dan Keputran, saluran primernyaadalah Saluran Kupang dan 6 saluran sekunder.
4. Kayun/Grahadi dan PA Kenari memiliki 8saluran sekunder.
5. Peneleh.
4. Daerah Pematusan Rayon GubengSaluran drainase di Rayon Gubeng terdapat 8
saluran primer dan 88 saluran sekunder, yang terbagimenjadi beberapa sub pematusan, yaitu :1. Pegirian-Saluran Tambak Wedi, dengan saluran
primer : Saluran Pegirian memiliki 17 saluransekunder dan saluran Tambak Wedi memiliki 18saluran sekunder.
2. Jeblokan, saluran primernya adalah SaluranJeblokan dan memiliki 2 saluran sekunder.
3. Lebak Indah dan Tanah Kali Kedinding, saluranprimernya adalah Saluran Lebak Indah danmemiliki 12 saluran sekunder.
4. Kali Kepiting, saluran primernya adalah SaluranKepiting dan memiliki 7 saluran sekunder.
5. Kalibokor, saluran primernya adalah SaluranKalibokor dan memiliki 15 saluran sekunder.
6. Kalidami, saluran primernya adalah SaluranKalidami dan memiliki 12 saluran sekunder.
7. Kenjeran, saluran primernya adalah SaluranKenjeran dan memiliki 7 saluran sekunder.
5. Daerah Pematusan Rayon JambanganDalam Rayon Jambangan terdapat 6 saluran
primer dan 100 saluran sekunder, yang terbagimenjadi beberapa sub pematusan, yaitu :1. Saluran primer Perbatasan, memiliki 27 saluran
sekunder.2. Saluran primer Kebonagung, memiliki 14
saluran sekunder.3. Saluran primer Kali Sumo/Bratang, memiliki 4
saluran sekunder.4. Saluran primer Wonorejo dan Rungkut, memiliki
37 saluran sekunder.5. Saluran Kali Mir/ Bendul Merisi, memiliki 1
saluran sekunder.6. Saluran Medokan Semampir, memiliki 17
saluran sekunder.
Daerah pematusan tersebut selanjutnya dapatdisajikan pada Gambar 3.b. Wilayah Genangan dan Banjir
Dengan semakin meningkatnya aktivitaskegiatan yang terjadi di Kota Surabaya setiaptahunnya yang berakibat pada perubahan fungsi padapola penggunaan lahan dapat mengakibatkantimbulnya kawasan genangan baru. Target dansasaran utama yang hendak dicapai berkaitan dengansistem pematusan adalah: menurunnya luas areagenangan air, waktu genangan air dan tinggigenangan air.
Berdasarkan kondisi fisik dan lingkungannya,perairan Surabaya tidak berada pada jalur sesar aktifataupun berhadapan langsung dengan samuderasehingga relatif aman dari bencana alam, sepertitsunami. Namun Kota Surabaya diidentifikasi sebagaiwilayah yang kaya akan genangan air dan potensiterjadi banjir cukup besar ketika musim hujan.Terdapat beberapa hal yang mendasari terjadinyagenangan air dan banjir tersebut, antara lain: Lebar saluran drainase sempit dan dangkal
bahkan tersumbat/mampet terutama oleh sampah Luapan sungai dan air kiriman Merupakan daerah kantong air Air balik/back water dari sungai terdekat Kurangnya jumlah saluran tersier, terutama di
daerah perkampungan Tidak terdapatnya saluran pematusan
-
EVALUASI SISTEM . METROPOLIS SURABAYA [RIMAN]
43
Lokasi merupakan dataran rendah, dimana elevasijalan lebih rendah dari bantaran sungai
Lokasi kontur jalan atau daerah tersebutmerupakan cekungan
Sedimentasi tinggi/pendangkalan saluran Saluran pematusan masih berupa saluran alam
yang dangkal, lebar sempit, bahkan alurnyaseringkali berubah-ubah
Saluran tidak mampu menampung luberan air dantersumbat
Merupakan pertemuan dari 2 saluran, sedangkanlebar saluran tetap
Jembatan dan gorong-gorong sempit Pengaruh pasang surut air laut
Daerah yang teridentifikasi sering terjadigenangan dan banjir pada musim hujan meliputi Kec.Pakal (Sumberrejo, Sememi, Tambakdono, Pakal,Babat Jerawat), Kec. Benowo (Benowo, Kandangan),Kec. Tandes (Banjarsugihan, Manunkan Kulon,Manukan Wetan, Made, Beringin, TambakWilangun, Tambak Oso Wilangun, Klakahrejo, Bibis,Balongsari, Gedangasin, Karangpoh, Tandes Kidul,Tandes, Gadel, Tubanan), Kec. Asemrowo(Asemrowo). Kec. Sukomanunggal (Sukomanunggal,Simomulyo, Pakis, Banyu Urip, Putat Jaya, DukuhKupang, Putat Gede, Pradah Kali Kendal,Sonokewijenan, Tanjungsari. Wilayah Genting,Morokrembangan, Kalianak. Kec. Dukuh Pakis(Gunungsari, Dukuh Pakis), Kec. Sawahan (Pakis),Wiyung (Jajar Tunggal, Wiyung, Balas Klumprik,
Babadan). Kec. Karangpilang (Kebraon,Karangpilang), Kec. Lakarsantri (Sumurwelut,Bangkingan, Lidah Wetan, Lidah Kulon, Jeruk).Adapun Kecamatan lain yang memiliki potensi banjirdan genangan meliputi Kec. Krembangan, Kec.Tegalsari, Kec. Wonokromo, Kec. Wonocolo, Kec.Gayungan, kec. Simokerto, Kec. Wonocolo, Kec.Tenggilis Mejoyo, Kec. Gunung Anyar, Kec.Sukolilo, Kec. Rungkut, Kec. Mulyorejo dan kec.Tambaksari.
Perubahan tataguna lahan (land used) daripertanian ke permukiman juga mengakibatkanperubahan fungsi saluran irigasi menjadi salurandrainase. Hingga saat ini pembenahan saluran inibelum maksimal sehingga menimbulkan kawasangenangan di beberapa lokasi, di antaranya: Jl. Tambak Asri dan sekitarnya, Kel
Morokrembangan, Kec. Morokrembangan Genangan di suatu kawasan di Kel.Genting, Kec.
Asemrowo Jl. Manukan Kulon dan sekitarnya, Kel.
Manukan Kulon, Kec. Tandes Komplek Perumahan Babatan Pratama II,
Komplek Perumahan Babatan Mukti, PerumahanWiyung Indah Selatan (Kel. Babatan dan Kel.Wiyung), Kec. Wiyung
Jl. Gayungan dan sekitarnya, Kel. Gayungan,Kec. Gayungan
Genangan di suatu kawasan di Kel Sidosermo,Kec. Wonocolo
Jl. Semolowaru Elok dan sekitarnya, Kel.Semolowaru, Kec. Sukolilo
Genangan di suatu kawasan di Kel. Mulyorejo,Kec. Mulyorejo
Gambar 3. Sistem Drainase dan Daerah Pematusan Kota Surabaya (SDMP 2018), 2010
-
WIDYA TEKNIKA VOL. 19 NO.2; OKTOBER 2011: 39-46
44
No Tahun
Target LuasGenangan
RPJM 2006-2010 (ha)
LuasGenanganRealisasi
(ha)
PersentaseTarget RPJM2006-2010 (%)
PersentasePenurunan daritahun ke tahun
(%)
PersentasePenurunandari tahundasar (%)
1. 2005 (tahundasar) 3.016 3.016
2. 2006 2.904 2.931 3,71 2,82 2,823. 2007 2.678 2.825,20 7,78 3,61 6,334. 2008 2.452 2.411,47 8,44 14,64 20,045. 2009 2.226 2.183,07 9,22 9,47 27,62
Rata-rata 7,288 7,635
Genangan di suatu kawasan di Kel. Mojo, Kec.Gubeng
Jl. Kalijudan dan sekitarnya, PerumahanKalijudan Indah dan sekitarnya, KomplekPerumahan Babadan Indah (Kel. Kalijudan, Kec.Tambaksari)
Genangan di suatu kawasan di Kel. Mulyorejo,Kec. Mulyorejo
Genangan di suatu kawasan di Kel. Mojo, Kec.Gubeng
Jl. Kalijudan dan sekitarnya, PerumahanKalijudan Indah dan sekitarnya, KomplekPerumahan Babadan Indah (Kel. Kalijudan, Kec.Tambaksari)
Jl. Bubutan dan sekitarnya, Kel. Alun-AlunContong, Kec. Bubutan
Genangan di suatu kawasan di Kel. Sidotopo,Kec. Kenjeran
Jl. Kartini dan sekitarnya, Kel. Sutomo, Kec.Tegalsari
Kawasan genangan terjadi selain disebabkanoleh perubahan sistem saluran juga disebabkanpasang surut air laut. Berdasarkan data dari DinasBina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2007,daerah genangan di Kota Surabaya sebagaimanaGambar 4.
(1) Luas GenanganBerdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan
Pematusan Kota Surabaya, 2008, selama kurun waktu8 tahun sejak tahun 1999 hingga 2008, luas genanganberkurang 43,60%, yaitu dari luas genangan 4382,08
ha (1999) menjadi 2471,50 ha (2008), dan target luasgenangan pada RPJM daerah Kota Surabaya tahun2006 2010 harus mencapai 2000 Ha. Sedangkandata dari LKPtahun 2006-2009, luas genangan dan penurunannyasebagai berikut:
Tabel 3. Luas Genangan dan Persentase PenurunanGenangan (2006-2009)
Sumber: LKPJ, 2006-2009, Dinas Bina Marga dan PematusanSurabaya, 2008.
0
5
10
15
20
25
30
Persentase
(
%
)
2005 2006 2007 2008 2009Tahun
Persentase Target RPJM 2006-2010 (%)Persentase Penurunan dari tahun ke tahun (%)Persentase Penurunan dari tahun dasar (%)
Gambar 5. Luas Genangan dan Persentase PenurunanGenangan (2006-2009)
(2) Lama GenanganBerdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan
Pematusan Kota Surabaya, 2008, selama kurun waktu8 tahun sejak tahun 1999 hingga 2008, lamagenangan berkurang 77,17%, yaitu dari lama
Gambar 4. Peta Genangan Banjir Kota Surabaya, SDMP 2018 (2008)
-
EVALUASI SISTEM . METROPOLIS SURABAYA [RIMAN]
45
genangan 1-6 jam (1999) menjadi 1-2 jam (2008),dan target lama genangan pada RPJM daerah KotaSurabaya tahun 2006 2010 harus mencapai 1-2 jam.Sedangkan data dari LKPJ tahun 2006 hingga 2009,lama genangan dan penurunannya sebagai berikut:
Tabel 4. Lama Genangan dan Persentase PenurunanGenangan (2006-2009)
No Tahun
Target LamaGenangan
RPJM 2006-2010 (ha)
LamaGenanganRealisasi
(ha)
PersentaseTarget RPJM2006-2010 (%)
PersentasePenurunan daritahun ke tahun
(%)
PersentasePenurunandari tahundasar (%)
1. 2005 (tahundasar) 6 6
2. 2006 4 3,25 33,33 45,83 45,833. 2007 4 2,50 0,00 23,08 107,694. 2008 2 1,50 50,00 40,00 180,005. 2009 2 0,98 0,00 34,67 334,67
Rata-rata 20,83 35,89 Sumber: LKPJ, 2006-2009, Dinas Bina Marga dan PematusanSurabaya, 2008.
0
50
100
150
200
250
300
350Persentase
Lama
Genangan
(
%
)
2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Persentase Target RPJM 2006-2010 (%)
Persentase Penurunan dari tahun ke tahun (%)
Persentase Penurunan dari tahun dasar (%)
Gambar 6. Lama Genangan dan PersentasePenurunan Genangan (2006-2009)
(3) Tinggi GenanganBerdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan
Pematusan Kota Surabaya, 2008, selama kurun waktu8 tahun sejak tahun 1999 hingga 2008, tinggigenangan berkurang 73,08%, yaitu secara umum daritinggi genangan 10-30 cm (1999) tetap, 10-30 cm(2008), dan target tinggi genangan pada RPJM daerahkota Surabaya tahun 2006 2010 harus mencapai 10-20 cm, Sedangkan data dari LKPJ tahun 2006 hingga2009, tinggi genangan dan penurunannya sebagaiberikut:
Tabel 5. Tinggi Genangan dan Persentase PenurunanGenangan (2006-2009)
No Tahun
Target TinggiGenangan
RPJM 2006-2010 (cm)
TinggiGenanganRealisasi
(cm)
PersentaseTarget RPJM2006-2010 (%)
PersentasePenurunan daritahun ke tahun
(%)
PersentasePenurunandari tahundasar (%)
1. 2005 (tahundasar) 40 40
2. 2006 20 21 50,00 47,50 47,503. 2007 20 27 0,00 -28,57 61,904. 2008 20 25,58 0,00 5,26 53,415. 2009 20 20,36 0,00 20,41 76,78
Rata-rata 12,50 11,15
Sumber: LKPJ, 2006-2009, Dinas Bina Marga dan PematusanSurabaya, 2008.
-40
-20
0
20
40
60
80
Persentase
Tinggi
Genangan
(
%
)
2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Persentase Target RPJM 2006-2010 (%)Persentase Penurunan dari tahun ke tahun (%)Persentase Penurunan dari tahun dasar (%)
Gambar 7. Tinggi Genangan dan PersentasePenurunan Genangan (2006-2009)
KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari kajian
evaluasi sistem drainase perkotaan ini adalah:1. Lebar saluran drainase sempit dan dangkal
bahkan tersumbat, terutama oleh sampah2. Luapan sungai dan air kiriman3. Merupakan daerah kantong air4. Air balik/back water dari sungai terdekat5. Kurangnya jumlah saluran tersier, terutama di
daerah perkampungan6. Tidak terdapatnya saluran pematusan7. Lokasi merupakan dataran rendah, dimana
elevasi jalan lebih rendah dari bantaran sungai8. Lokasi kontur jalan atau daerah tersebut
merupakan cekungan9. Sedimentasi tinggi berakibat pendangkalan
saluran10. Saluran pematusan masih berupa saluran alam
yang dangkal, lebar sempit, bahkan alurnyaseringkali berubah-ubah
11. Saluran tidak mampu menampung luberan airdan tersumbat
12. Merupakan pertemuan dari 2 saluran, sedangkanlebar saluran tetap
13. Jembatan dan gorong-gorong sempit14. Pengaruh pasang surut air laut15. Perubahan tataguna lahan (land used) dari
pertanian ke permukiman juga mengakibatkanperubahan fungsi saluran irigasi menjadi salurandrainase.
Saran yang perlu dipertimbangkan pada kajianini adalah :1. Untuk mencegah munculnya genangan perlu
dilakukan pengurasan atau pengerukan saluransecara rutin, penurapan dinding saluran, pelebarandimensi saluran dan perbaikan sistem saluran.
2. Kesadaran masyarakat akan bahaya banjir perluditingkatkan dengan mensosialisasikanpentingnya normalisasi saluran.
3. Perlu ketegasan pemerintah daerah dalammembenahi pemukiman penduduk di sepanjangbantaran sungai/saluran.
4. Dibutuhkan suatu tindakan atau usaha yang besardalam menangani masalah genangan atau banjir,misalnya membangun kanal-kanal banjir sesuaikebutuhan/kapasitas rencana.
DAFTAR PUSTAKA[1] Abhijit, Patil, Jalindar , Patil, 2011, Effects of Bad
Drainage on Roads, Civil and EnvironmentalResearch, www.iiste.org, ISSN 2224-5790(Print) ISSN 2225-0514 (Online) Vol. 1, No.1.
[2] Arafat, Yassir, Agustus 2008, Reduksi BebanAliran Drainase Permukaan MenggunakanSumur Resapan, Jurnal SMARTek, Vol. 6,No. 3: 144 153.
[3] Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,2008, SDMP 2018, Surabaya.
-
WIDYA TEKNIKA VOL. 19 NO.2; OKTOBER 2011: 39-46
46
[4] Muttaqin, Adi Yusuf, 2006, Kinerja SistemDrainase yang Berkelanjutan BerbasisPartisipasi Masyarakat (Studi Kasus diPerumahan Josroyo Indah Jaten KabupatenKaranganyar), Tesis, Program Pascasarjana,Universitas Diponegoro, Semarang.
[5] Purbawijaya, Ida Bagus Ngr, Januari 2011,Manajemen Risiko Penanganan Banjir padaSistem Jaringan Drainase di Wilayah KotaDenpasar, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15,No. 1.
[6] Siswanto, Joleha, 2001, Sistem Drainase Resapanuntuk Meningkatkan Pengisian (Recharge) AirTanah, Jurnal Natur Indonesia III (2): 129 137.
[7] Soemarto, C.D., 2000, Hidrologi Teknik, Jakarta:Erlangga.
[8] Surayasa, N., Merit, I.N., Sunarta, I.N., Faktoryang Mempengaruhi Banjir pada SaluranDrainase Sistem III di Kota Singaraja,Ecotrophic 5 (1): 63 - 69 ISSN: 1907-5626.
[9] Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yangBerkelanjutan, Yogyakarta:Andi Offset.
[10]Wismarini, Th. Dwiati, Ningsih, DewiHandayani Untari, Januari 2010, AnalisisSistem Drainase Kota Semarang BerbasisSistem Informasi Geografi dalam MembantuPengambilan Keputusanbagi PenangananBanjir, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIKVolume XV, No.1: 41-51 ISSN : 0854-9524.
[11]Yudianto, Doddy, Roy, Andreas F.V., Oktober2009, Pemanfaatan Kolam Retensi dan SumurResapan pada Sistem Drainase KawasanPadat Penduduk, Jurnal Teknik Sipil Volume5 Nomor 2: 93-169.
[12]Yudo, Satmoko. Indriatmoko, R. Haryoto,Agustus 2002, Identifikasi PermasalahanDrainase di Wilayah Genangan DKI Jakarta(Studi Kasus : Kodya Jakarta Selatan danJakarta Timur), Jurnal Sains dan TeknologiIndonesia Vol.4, No.5: hal. 61-71.