Download - 131126 quo vadis komik indonesia v 1.3
Quo Vadis Komik Indonesia?
Menurut kamu, mengapa orang-orang kurang antusias membeli Komik Indonesia? *
*polling di komikoo.com
Dari 550 responden, 30%
diantaranya menjawab
“Ceritanya kurang bagus”
22% menjawab “Sukar ditemui di
toko buku” (2012, 562 responden)
November 2013
Komikus
Komik Indonesia dibuat
tanpa bekal cara
bercerita yang baik
Penerbit dan
Distributor
Kurangnya Editor
yang berkualit
as
Komik Indonesia
secara umum terkena imbas
dari opini tersebut
Masyarakat
Pembaca membeli komik
Indonesia Pembaca
membaca komik Indonesia
Pembaca kecewa karena ceritanya membosankan
Pembaca antipati dan ogah membeli komik Indonesia
Pembaca menyebarkan opini
negatifnya
Kemampuan bercerita
Konsistensi menggambar
dan memproduksi
komik
Sulit ditemui di toko buku
Apresiasi Masyarakat
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
Lin
gku
p P
em
bin
aan
dan
P
en
gem
ban
gan
Ekon
om
i K
reati
f INDUSTRI
MASYARAKAT
• Meningkatkan apresiasi dan literasi masyarakat
terhadap produk dan layanan kreatif
• Menciptakan akademisi & calon tenaga kerja dengan kualitas dan
kuantitas yang memadai
• Menyediakan produk dan layanan kreatif yang berkualitas kepada masyarakat, yang bernilai ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Insentive2. Story telling
kurang3. Model produksi4. Asosiasi5. Kemampuan
Manajemen Komikus
6. Kualitas Editor
- 1 Tidak mengerti jalur industri
- 1 Kontinuitas
- 1 Melalui perpustakaan ; apakah memungkinkan membeli putus komik
Jumlah Komik Indonesia sedikit?
• Jumlah komik Indonesia di pasaran tiap bulannya ada, walaupun hanya 1-2 komik (update 2013 11 – 12 Judul). Sebagai perbandingan, di Malaysia ada 10-20 komik lokal terbit per bulannya, dan itu dibuat dalam 3 bahasa (Melayu, Inggris, Mandarin).
• Komikus banyak yang merugi, karena harus menunggu lama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan/royalti. Keuntungannya pun kecil.
• Jumlah komikus banyak, tapi karyanya tidak sebanyak itu. Yang dihitung sebagai karya adalah yang diterbitkan atau dijual.
• Komik bisa hidup jika dianggap sebagai elemen-elemen terpisah. Tapi komik Indonesia butuh lem yang merekatkan elemen-elemen tersebut. Di situlah peran pemerintah. Jika dibandingkan dengan Jepang, komik di sana adalah bagian dari budaya negara. Keterlibatan pemerintah tinggi sekali. Bisnis penerbitan di Indonesia tidak melihat komik lokal sebagai sesuatu yang menguntungkan. Komik Indonesia butuh trigger/bom, seperti yang pernah terjadi saat munculnya Carok. Dibutuhkan event untuk menaikkan komik-komik Indonesia tersebut.
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Belum ada distributor2. Belum ada promosi
Bagaimana membuat sistem distribusi komik yang cocok untuk di Indonesia?
• Apa yang terjadi di bisnis komik dunia, seperti Amerika, Jepang, atau Korea, berpengaruh terhadap Indonesia. Jadi seharusnya kita mempelajari kenapa bisa seperti itu. • Konsep utamanya adalah
bagaimana menjadikan komik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat. Masyarakat memang membaca komik, tapi bukan komik Indonesia.
• Yang berbeda di bisnis komik Indonesia adalah infrastrukturnya. Industri komik masih menjadi bagian dari industri buku. Jadi kalau ada masalah dalam industri buku yang sifatnya menyempitkan industri buku, maka berpengaruh juga pada komik. Itu menjadi tambahan kendala bagi komik Indonesia. Hal-hal seperti itu yang menyebabkan komik Indonesia belum bisa menjadi bagian dari masyarakat.
Maukah masyarakat membaca komik Indonesia?• Yang harus dibongkar adalah paradigma bahwa
produksi buku hanya didistribusikan di toko buku. Lalu sentra produksi buku hanya berpusat di Jakarta. Skema industri seperti itu tidak tepat, karena sebetulnya ada distribusi yang tidak melewati toko. Contohnya, jika dilihat dari pendekatan karya seni, tidak semua karya seni didistribusikan lewat toko. Karena itu komik/buku bisa didistribusikan lewat lembaga seperti LSM atau proyek dari departemen. Walaupun jika lewat proyek, biasanya akan merusak pasar karena dijual dengan harga yang lebih mahal.
Maukah masyarakat membaca komik Indonesia?• Bisa juga lewat lembaga pendidikan, tentunya komik yang bertema
pendidikan. Karena komik pendidikan yang ada di toko buku didominasi oleh komik terjemahan Korea.
• Toko buku itu biasanya hanya banyak di toko besar. Untuk mereka yang tinggal di kota kecil, harus pergi ke kota besar hanya untuk mengunjungi toko buku.
• Yang baru-baru ini dilakukan adalah minimarket Alfamart yang menerbitkan komik Albi. Minimarket ini biasanya banyak tersedia di mana pun, sehingga mudah dalam pendistribusiannya.
• Peran komunitas juga penting sebagai pihak yang ikut terlibat dalam semua proses.
• Distributor yang ada sekarang belum fokus dan masih insignifikan, karena masih menyatu dengan buku. Seandainya ada pihak/pengusaha yang mau menerbitkan dan mendistribusikan komik Indonesia.
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Perlu ada jalur
alternatif2. Kualitas dan
kapasitas agen masih kurang
- 1 Melalui perpustakaan ; apakah memungkinkan membeli putus komik
- 2 Mengkaji kemungkinan sekolah mengkonsumsi komik
- 1 Pemberdayaan Komunitas/promosi
Bagaimana kondisi komik Indonesia di toko buku?• Di toko buku, komik Jepang terjual 100-150 ribu per volumenya.
Banyak konsumen yang suka komik Jepang, dan hanya beberapa saja yang suka komik lokal. Itu pun judul-judul tertentu, seperti Benny & Mice atau 101 Hantu (Cendana Art Media).• Pihak toko buku lebih memilih menjual karya yang sudah pasti
laku daripada yang belum tentu laku atau baru coba-coba.• Toko buku sebetulnya cukup mendukung komik lokal, sebagai
contoh, Gramedia Depok yang langsung menyediakan rak khusus untuk komik Indonesia. Persoalannya, jika komiknya itu-itu saja karena sedikitnya karya yang terbit, tentunya membosankan. Suplai komik lokal terbatas, karena komikus Indonesia banyak, tapi tidak banyak yang ingin ngomik di Indonesia.
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Ada konsumen
yang belum tergarap
2. Media kurang mengangkat komik (komik strip)
3. Apresiasi masyarakat bisa lebih tinggi terhadap komik lokal selama komik tersebut bagus
4. Masyarakat tidak tahu ada komik Indonesia
- 1 Memberi awarding- 2. Membangun
wacana tentang komik
Apa yang diinginkan oleh pembaca?
• Sebetulnya, komik tidak perlu momen yang besar. Gambar yang indah dan cerita yang sophisticated tidak begitu diperlukan. Yang penting adalah cerita yang bagus dan dekat dengan keseharian pembaca, sehingga pembaca bisa memahami dan related dengan komik tersebut.
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Dokumentasi dan
pengarsipan sedikit dan sporadis
2. Kemampuan dokumentasi dan pengarsipan kurang
- 1 Pembentukan Museum Komik Indonesia
- 1 Pembentukan Museum Komik Indonesia
- 1 Pembentukan Museum Komik Indonesia
- 1 Pembentukan Museum Komik Indonesia
- 2. Pembuatan museum/pengarsipan secara digital (on progress)
QUO VADIS
?
PRODUKSI
DISTRIBUSI
RETAIL/TOKO
APRESIASI
DOKUMENTASI DAN ARSIP
STUDI
SD
MD
ATA
LITB
AN
GPER
IJINA
NPA
JAK
&
PAB
EA
NPEM
BIA
YAA
N
AKADEMISI
BISNIS
KOMUNITAS
PEMERINTAH
MASALAH PRIORITAS1. Belum ada sekolah
storytelling untuk komik
- 1 Merancang kurikulum untuk komik
- 2. Workshop yang berkelanjutan ; story telling, editing
- 1 Workshop yang berkelanjutan
- 1 Komik jurnal- 2. Cara mengajar dengan
menggunakan komik
Banyak komikus Indonesia, memangnya ada sekolahnya?• Sekolah khusus komik ada, tapi jumlahnya tidak
banyak. Komikus Indonesia kebanyakan belajar secara otodidak. Mereka rajin sharing antar sesama komikus. Kebanyakan mereka tidak tahu setelah berkarya, lantas karya mereka akan diapakan. Alangkah baiknya jika ada jalur yang jelas.• Komik adalah cerita dan gambar. Kebanyakan
sekolah/pendidikan formal hanya mengajarkan melulu soal gambar. Jadi sebetulnya, pendidikan komik dalam artian sebenarnya itu belum ada. Komikus yang utuh seharusnya bisa memahami semua dengan komplit.
Profesi yang ada di komik
• Ilustrator• Editor• Penulis naskah• Kurator*• Kritikus*• Desainer/Layouter• Colorist• Pemberi aksara• Inker• Penciler• Desainer sampul
Beragamnya profesi yang terkait dengan industri komik
Bagaimana perlindungannya?
Perlukah?
Profesi yang ada di komik
• Ilustrator : seniman yang bertanggung-jawab atas keseluruhan gambar sebuah komik yang dihasilkan melalui proses tradisional maupun digital.
• Editor (penyunting) : orang yang bertanggung jawab atas kebutuhan logistik dalam proses pembuatan sebuah komik, termasuk di dalamnya direksi produksi, direksi kreatif, koreksi dan manajemen tim.
• Penulis naskah (Scripwriter Penulisan Naskah) : orang yang bertanggung-jawab atas penulisan cerita sebuah komik yang dituangkan lewat bentuk naskah tertulis maupun gambar.
• Desainer : orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan rancang produksi termasuk logo, simbol, colophon serta bertanggung jawab atas proses pra-produksi yang termasuk tata letak (lay out) dan pra-cetak.
Profesi yang ada di komik
• Colorist (juru warna) : seniman yang bertanggung jawab atas pemberian warna terhadap gambar komik baik secara tradisional maupun digital *saran : termasuk pemberi screentone • Letterer (pemberi aksara) : orang yang beratanggung jawab
atas peletakkan balon kata serta efek suara pada komik.• Inker : seniman yang bertanggung-jawab atas gambar
hitam-putih sebuah komik yang dibuat dengan media tinta baik tradisional dan digital• Penciler : seniman yang bertanggung-jawab atas gambaran
awal sebuah komik serta bekerja menggunakan media pensil
Pekerja komik :
• Orang yang bekerja dan berpenghasilan dari salah satu profesi di dalam industri komik dan telah menerbitkan karya sedikitnya 1 (satu) komik baik dalam bentuk buku maupun digital. Karya tersebut dapat berupa karya tunggal maupun antologi dan harus melalui proses editorial, bukan diterbitkan sendiri.
terima kasih