14
BAB II
MANAJEMEN KELAS DAN SEKOLAH ALAM
A. Konsep Dasar Manajemen Kelas
1. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu dan profesi, dikatakan
sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai
suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerja. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet
karena mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan dalam tugas. Dipandang profesi karena manajemen dilandasi
oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para
profesional dituntut oleh suatu kode etik.1
Untuk memahami lebih lanjut tentang apa yang disebut
manajemen, artinya kita akan mengkaji tentang manajemen dilihat dari
berbagai definisi yang disampaikan oleh beberapa pakar manajemen.
a. Arifin Abdurrachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto,
yang mengartikan manajemen merupakan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan
dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Jadi, dalam hal ini
kegiatan dalam manajemen terutama adalah mengelola orang-orangnya
sebagai pelaksana.2
b. George R. Terry, Management is a distinct process consisting of
planning, organizing, actuating, and controlling performance to
determine and accomplish stated objectives by the use of human being
and other resources.
(Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan
1 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 1
2 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XVIII, hlm. 7.
15
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lain.3
c. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.4
d. Menurut Henry, management is the coordination of all resources
through the processes of planning, organizing, directing, and
controlling in order to attain stated objectives.5 Manajemen diartikan
sebagai koordinasi semua sumber tenaga melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan
keterampilan khusus yang di miliki oleh seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui
orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif,
efektif dan efisien.
Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh
menyimpang dari konsep dan yang sesuai dengan obyek yang
ditanganinya serta tempat organisasi itu berada. Manajemen harus bersifat
fleksibel, artinya bahwa manajemen dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai situasi dan kondisi.6
Pengertian kelas menurut Hamalik, adalah sekelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
Sementara Suharsimi menyebutkan bahwa siswa berarti sekelompok siswa
dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari guru yang sama. Berarti
3Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), Cet. I, hlm. 16. 4Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), Cet. 10, hlm. 1-2. 5 Henry L. Sisk, Principles of Management a System Approach to the Management
Process, (Englannd: South, Western Publishing Company: 1999), hlm. 10. 6 Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Andi
Offset,2005), hlm.7
16
dari kedua pengertian tersebut, kelas dapat di artikan kelompok orang.7
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kelas adalah ruang tempat
belajar di sekolah.8
Dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang di
arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai dengan kemampuan. Atau dapat di katakan bahwa manajemen kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis.9
Thoifuri dalam bukunya Menjadi Guru Inisiator menjelaskan
bahwa manajemen kelas merupakan tindakan proaktif dengan menciptakan
lingkungan kelas yang interaktif antara guru dengan siswa sebagai
perwujudan manajemen pendidikan dan manajemen sekolah.10
Banyak pakar pendidikan yang juga mendefinisikan manajemen
kelas dengan pengelolaan kelas, Made Pidarta mengatakan bahwa
manajemen atau pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.11 Ini berarti guru
bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau
organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan,
bakat dan energinya.
Dari beberapa defenisi di atas akan penulis tegaskan kembali
bahwa manajemen atau pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda
dengan pengelolaan pembelajaran. Akan tetapi memiliki kaitan yang erat,
pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.
7 Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan
Mutu Pembelajara, (Jakarta: GP Press, 2009), Cet I, hlm. 34. 8Departemen Pendidikan nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedis
Pustaka Utama, 2008), hlm. 652. 9 Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. I, hlm.
106. 10 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 125 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ,(Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2005), Cet. II, hlm:172
17
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar (pembinaan “report”, penghentian perilaku peserta didik
yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian
tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok
yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas.12
Dalam pengelolan kelas ini, guru sebagai faktor determinan harus
mampu menentukan faktor-faktor yang menjadi syarat-syarat kriterianya.
Untuk itu guru memiliki peran untuk menjalankan tugas-tugas manajerial
tersebut sesuai kriteria-kriteria yang telah direncanakan dalam ketentuan
tugasnya di kelas.
Peran guru dalam tugas pengelolaan kelas, meliputi 3 (tiga) aspek
sebagaimana yang telah digaris-besarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 1994, yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai
pendidik dan guru sebagai pemimpin dan manajer.13 Hal yang sama juga di
kemukakan oleh Peters dalam Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar
bahwa ada tiga tugas dan tanggungjawab guru, yakni: guru sebagai
pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator
kelas.14
Peran pertama guru sebagai pengajar atau teacher, meliputi :
a. Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu dan
berkelanjutan,
b. Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar-mengajar
untuk tiap bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan
penggunaan metode tertentu,
12http://cafebaca.blogspot.com/2009/10/pengelolaan-kelas-perspektif-baru.html, download
tanggal 3 Februari 2010. 13Depdikbud, Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Kurikulum SMTA
1984, (Jakarta: Dikmenum, 1985), hlm. 4-9. 14Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar ,(Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), cet. 3, hlm. 15.
18
c. Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan
belajar mengajar yang efektif,
d. Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi
fisik serta daya tangkap siswa terhadap pelajaran.
Kemudaian peran kedua guru sebagai pendidik atau educational,
meliputi :
a. Mendidik dan mengantarkan siswa menjadi manusia dewasa yang
cerdas dan berbudi luhur,
b. Membentuk sikap mental dan watak serta kepribadian siswa.
c. Mengamati dan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan, kelainan-
kelainan, kekhususan-kekhususan, kelebihan-kelebihan atau
kekurangan-kekurangan siswa dan mengarahkan agar siswa dapat
berkembang secara optimal dan proporsional.
Sementara peran guru sebagai pemimpin dan pengelola pendidikan
atau “leader and managerial of education”, guru harus :
a. Mampu memberikan motivasi
b. Mampu mengelola kelas.15
Kedua kemampuan tersebut harus dilakukan oleh guru dengan baik
pada saat pelajaran berlangsung maupun sebelum atau pun sesudah
pelajaran berlangsung. Maka guru merupakan pemimpin yang bertanggung
jawab terhadap kondisi kelas yang dikelolanya.
Dengan demikian, maka guru harus mengetahui latar belakang
siswa baik dari segi sosial, ekonomi maupun budayanya sehinggga proses
kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sukses.16
2. Ruang Lingkup Manajemen Kelas
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa manajemen kelas adalah
proses pemberdayaan sumber daya baik material element maupun human
element yang di lakukan oleh guru untuk mendukung kegiatan belajar
15Ibid. 16Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hlm. 3.
19
mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi edukatif yang efektif.
Sebagai sebuah proses maka dalam pelaksanaannya manajemen kelas
memiliki kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru. Dalam
manajemen kelas ini juga terkandung maksud bahwa kegiatan yang
dilakukan efektif mengenai sasaran yang hendak dicapai dan efisien
karena tidak menghambur-hamburkan waktu, uang dan sumber daya
lainnya.
Secara garis besar ada dua kegiatan dalam manajemen kelas
(pengelolaan kelas),17 yaitu:
a. Pengaturan siswa (fokus pada hal-hal yang bersifat non fisik)
Siswa adalah orang yang melakukan aktifitas dan kegiatan di
kelas yang ditempatkan sebagai obyek dan arena perkembangan ilmu
pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian
menduduki fungsi sebagai subyek. Artinya siswa bukan barang atau
obyek yang hanya dikenai akan tetapi juga objek yang memiliki
potensi dan pilihan untuk bergerak.18 Dikatakan juga siswa merupakan
sosok individu yang beragam tingkat intelektualitas, minat dan
bakatnya. Sehingga mereka tidak mau kalau hanya dijadikan obyek
saja, melainkan juga harus dijadikan subyek.19
Jadi pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian tujuan
tidak sembarang, artinya disini fungsi guru memiliki proporsi yang
besar dalam rangka membimbing, mengarahkan dan memandu segala
aktifitas yang dilakukan oleh siswa. Sehingga peserta didik merupakan
garapan penting bagi seorang guru, dimana guru harus mengambil
keputusan secara mandiri, terutama berbagai hal yang berkaitan
dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak
sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Guru harus
mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu
17 Riduwan (ed), Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 108 18 ibid 19 Thoifuri, Op. Cit, hlm. 23
20
dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran
dan peserta didik.
Oleh karena itu pengaturan siswa adalah bagaimana mengatur
dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual
dan perkembangan emosionalnya. Sehingga siswa diberikan
kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai
dengan minat dan keinginannya.
Peserta didik adalah subyek atau pribadi yang otonom dan
ingin diakui keberadaannya, selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan
otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri secara terus
menerus guna memecahkan masalah-masalah yang di jumpai
sepanjang hidupnya).
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik
yaitu:
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas dan
merupakan insan yang unik.
2) Merupakan individu yang sedang berkembang.
3) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.20
Dalam manajemen kelas kegiatan pengaturan siswa meliputi:
1) Pembentukan organisasi siswa
Wali atau guru kelas harus mampu membagi beban kerja
dan pemberian wewenang dan tanggung jawab secukupnya, kepada
semua warga sekolah, tidak hanya dikalangan guru, tetapi murid
juga hendaknya memperoleh beban kerja sebagai wujud rasa
tanggungjawab siswa terhadap kelas, dan menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dalam diri siswa, karena pada dasarnya setiap orang
merupakan pemimpin baik bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Sebagaimana hadits Rasulullah:
20 Umar tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2005), cet. 2, hlm. 52.
21
اع ر م ك ل ك : ال صلعم ق اهللا ل و س ر ن ا ه ن ع اهللا ي ض ر اهللا د ب ع ن ع 21)خباري رواه(.....ه ت ي ع ر ن ع ل و ؤ س م ف
“Dari Abdillah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban”….(HR. Bukhori)22
Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif mengatakan:
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekertaris, dan beberapa buah seksi sesuai keperluan. Pemilihan para personel kelas dilakukan oleh anggota kelas (para anak didik) secara demokratis dengan dibimbing oleh guru kelas (wali kelas). Dengan kegiatan seperti ini guru sudah melakukan kegiatan manajerial.23
Dengan adanya organisasi kelas ini diharapkan akan
membantu guru baik dalam ketertiban kelas, ataupun dalam
melukukan pengawasan, dan juga menciptakan kekompakan dan
rasa kekeluargaan di dalam kelas.
2) Pengelompokan peserta didik
Menurut William A. Jeager dalam mengelompokkan
peserta didik dapat didasarkan pada:
a) Fungsi integrasi, yaitu pengelompokan yang didasarkan atas
kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik.
Pengelompokan ini berdasarkan jenis kelamin, umur dan
sebagainya. Biasanya pengelompokan berdasarkan fungsi ini
menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
b) Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokan peserta didik
didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam
21 Abi Abdillah Muhammad bin ismail bukhori, Shohih Al-Bukhori (Singapura, TT) juz 2,
hlm. 84 22 Imam Namawi, Riyadhus Sholihin, Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), tej.
Achmad Sunanto, hlm. 604 23 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 179
22
individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan dan
sebagainya. Pengelompokan berdasarkan fungsi ini
menghasilkan pembelajaran individual.
3) Penugasan siswa
Aktifitas dan kreatifitas siswa dapat ditingkatkan dengan
sistem penugasan. Di samping itu penugasan pada siswa berfungsi
juga untuk mematangkan penguasaan bahan yang telah diajarkan.
Kriteria tugas yang baik adalah jelas dan mudah dipahami
oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bingung
penugasan yang dimaksud dapat tercapai secara optimal oleh
karena itu dalam memberikan tugas guru harus ingat beberapa hal:
a) Menerangkan tugas yang harus diperlukan.
b) Mengisolasikan tingkah laku yang diperlukan.
c) Mengidentifikasi kondisi dimana tingkah laku terjadi.
d) Menciptakan suatu kriteria untuk suatu tingkah laku atau
penampilan manajemen yang dapat diterima.24
4) Pembimbingan siswa
Pembimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan
sebagai salah satu fungsi educational yang tidak dapat dipisahkan
dengan fungsi manajerial guru, karena hal itu berhubungan dengan
tugas pokok seorang guru.
5) Pembinaan (Report)
Membina hubungan baik dengan peserta didik dalam
masalah pengelolaan kelas sangat penting, karena dengan
hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik
diharapkan interaksi dalam proses pembelajaran bisa berjalan
dengan efektif karena peserta didik senantiasa gembira, penuh
gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam
kegiatan belajar yang sedang dilakukan.
24 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta : Rajawali, 1991), hlm. 52
23
6) Kedisiplinan siswa
Pelaksanaan pengelolaan kelas sangat erat kaitannya
dengan kedisiplinan siswa, dalam manajemen yang efektif,
kedisiplinan siswa akan terwujud dengan adanya aturan-aturan
kelas yang menjadi standar bagi perilaku siswa.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disiplin mempunyai
arti ketaatan dan kepatuhan kepada aturan.25
Ahmad Rohani mengartikan disiplin dalam arti luas
mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu
peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan dan juga penting tentang cara
menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta
didik terhadap lingkungannya.26
Menurut Hadari Nawawi disiplin adalah usaha mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas,
agar pemberian hukuman pada seseorang atau sekelompok orang
(guru atau siswa) dapat dihindari. 27
Menurut Sheila dan Barbara Ann Barnet, Ph.D
mengemukakan bahwa
Discipline is a form of life training that once expiring and when practiced, develop and individual ability to control them selves. It all owes us to devate us to our selves to a task or goal until the task is complete.28
Disiplin adalah suatu bentuk latihan hidup yang berupa
pengaturan hidup yang berupa pengalaman dan praktek
25 TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm. 208 26 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Asdi Mahastya Rineka, 2004), hlm.
133-134 27 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Haji Mas,
1989), hlm. 140 28 Sheila Ellison and Barbara ann Barnet, 3 Bs Way to Help Your Children Grow, (Unitet
State of America : Source Book, 1996), hlm. 195
24
pengembangan kemampuan individu untuk mengontrol dirinya.
Hal ini menuntut untuk mencurahkan kita terhadap suatu
kewajiban dan tujuan sehingga terpenuhi kewajiban tersebut secara
sempurna.
Jadi dengan kedisiplinan akan mencegah perilaku-perilaku
siswa yang tidak baik, seperti berbicara yang tidak senonoh,
meninggalkan kelas tanpa izin, mengucapkan kata-kata yang tidak
bersahabat atau yang lebih parah lagi berkelahi di dalam kelas.29
Oleh karena itu perlu adanya aturan-aturan yang disepakati
oleh guru dan peserta didik dan dijelaskan dengan tepat dan
diamati secara konsisten untuk mencegah masalah-masalah dalam
manajemen kelas.
7) Raport dan kenaikan kelas
Tata cara sekolah tentang raport untuk orang tua, sangat
sering menerima kritikan. Yang harus kita pertimbangkan di sini
bukanlah kelemahan-kelemahan suatu raport, tetapi bagaimana kita
bisa memanfaatkan raport sebaik mungkin. Raport adalah buku
yang mencerminkan keberhasilan seni dalam mengelola kelas.
hasil tersebut harus menjadi feed back untuk kerja kita
selanjutnya.30
Selain raport penataan siswa di dalam kelas dalam aspek
pengelolaan kelas yang merupakan garapan guru adalah kenaikan
kelas. Aspek ini disamping memerlukan ketrampilan khusus juga
sangat dibutuhkan konsisten dan guru tersebut.
b. Pengaturan fasilitas (fokus pada hal-hal yang bersifat fisik)
Pengelolaan fasilitas dalam hal ini terkait dengan penataan
ruang (kelas). Dengan adanya pengelolaan ruang yang baik akan
menciptakan kelas yang atraktif, cerah dan nyaman sehingga dapat
menciptakan perilaku-perilaku yang positif, yang menuntun pada
29 David A, Jacobsen, et. al., Methods For Teaching: Promoting Student Learning In K-12 Classroom, tej. Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 39
30 Michael Marland, Seni Mengelola Kelas, (Semarang : Dahara Prize, 1990), hlm. 56-66
25
prestasi yang meningkat. Sedangkan kelas yang suram dan kusam
dapat memiliki pengaruh yang sebaliknya karena siswa tidak betah di
dalam kelas sehingga malas untuk mengikuti pembelajaran. Ruang
tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak
berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antara peserta didik
yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
Pengaturan fasilitas dalam manajemen kelas meliputi:
1) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa.31 Namun demikian guru harus
mempertimbangkan perasaan siswa bahwa mereka sudah sesuai
dengan susunan kelas karena rasa kesesuaian adalah kebutuhan
dasar. Susunan fisik yang sesuai dapat meningkatkan perasaan-
perasaan menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-
masalah dalam pengelolaan kelas.
2) Pengaturan alat-alat pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur
adalah sebagai berikut :
a). Perpustakaan kelas, sekolah yang maju memiliki perpustakaan
di setiap kelas yang mana pengaturannya dilakukan bersama-
sama dengan peserta didik.
b). Alat peraga atau media pengajaran, alat peraga atau media
pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan
penggunaannya, pengaturan dilakukan bersama-sama anak
didik. Misalkan kapur tulis, penghapus, jam dinding dan lain-
lain.
c). Papan tulis, hendaknya ukurannya disesuaikan, warnanya harus
kontras, penempatannya memperhatikan estetika dan
terjangkau oleh anak didik.
31
Martinis Yamin dan Maisah, Op. Cit, hlm. 41
26
d). Papan presensi anak didik, ditempatkan di bagian depan
sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik, difungsikan
sebagaimana mestinya.32
Guru harus mampu menggunakan media pembelajaran
yang ada di kelas seoptimal mungkin, untuk membantu guru
mengatasi kesulitan dalam pembelajaran. Sebagaimana dijelaskan
dalam kitab tarbiyah watta’lim:
يت الـ ت اب و ع الصـ ل ي ل د تـيف ك ل ذ كـ ر ك ف تـ ن ا ب جي ة ق يـ ر الط يف ك ر يـ ك ف تـ د ن ع اح ضـي ال ا ل ائ سـو ال م ع ت سـا ب ك لـذ . و س ر الـد يف ذ يـم ال ا الت ه يـ ق ال ي ن ا ع ق و تـ تـ 33ا.ه ري غ و م و س ر و ر و ص ن م ة ف ل ت خ م ال
(Ketika kamu (guru) bagaimana metode pembelajaran, maka guru harus memikirkan juga bagaimana cara untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda-beda dari gambar ataupun yang lain).
3) Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas
a). Hiasan dinding, hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya
dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya: gambar
burung garuda, gambar pahlawan, teks proklamasi, peta globe,
slogan pendidikan, gambar presiden dan wakil presiden.
b). Penempatan lemari, untuk pengaturannya lemari buku
ditempatkan di depan, lemari alat-alat peraga ditempatkan di
belakang.
c). Pemeliharaan kebersihan, memelihara kebersihan dan
kenyamanan suatu kelas / ruang belajar, sama artinya dengan
mempermudah anak didik menerima pelajaran. Ruang kelas
yang bersih dan segar akan menjadikan anak didik bergairah
belajar. Untuk itu perlu adanya kegiatan yang dilakukan oleh
siswa dan guru untuk menciptakan kebersihan tersebut,
32 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 176-177 33 Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, Tarbiyah Watta’lim, (Nomaal Al Islam,
T.T), juz.2, hlm. 7
27
diantaranya Anak didik bergiliran membersihkan kelas, dan
guru selalu mengawasi kebersihan dan ketertiban kelas.34
4) Ventilasi dan tata cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik.
Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya
matahari masuk. Udara sehat dengan ventilasi yang baik sehingga
semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang
cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat
tulisan dengan jelas. Tulisan di papan tulis, pada bulletin board,
buku bacaan dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya
kapur yang bebas dari debu dan selalu bersih. Cahaya yang harus
datang dari sebelah kiri cukup terang akan tetapi tidak
menyilaukan,35 untuk itu perlu adanya: ventilasi yang sesuai
dengan ruangan kelas, sebaiknya tidak merokok, pengaturan
cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup.36
3. Tujuan Manajemen kelas
Sebagai pengelola kelas, guru atau wali kelas dituntut
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar siswa. Juga sebagai bagian
dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena tugas guru
yang utama adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh
karena itu, guru dan juga wali kelas dituntut untuk memiliki
kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.
Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pemcapaian tujuan
pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan
sosio-emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dan belajar siswa.
34 Ibid., hlm. 177-178 35 Ahmad Rohani, op.cit., hlm. 19 36 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 177
28
Menurut Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas
adalah:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya.37
Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas sebagaimana di
kemukaan oleh AC Wragg dapat di deteksi atau dilihat dari:
a. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan
yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya
perilaku yang di perlihatkan siswa seberapa tinggi, seberapa baik
dan seberapa besar terhadap pols perilaku yang di perlihatkan guru
kepadanya di dalam kelas.
b. Mereka akan rajin bekerja dan penuh dengan konsentrasi dalam
melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Perilaku yang di perlihatkan guru berupa kinerja dan pola perilaku
orang dewasa dalam nilai dan norma balikannya akan berupa
peniruan dan percontohan siswa baik atau buruknya. Dan hal itu
bergantung bagaimana perilaku itu di perankan.
37 Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 95
29
4. Fungsi Manajemen Kelas
Fungsi dari manajemen kelas sendiri sebenarnya merupakan
penerapan fungsi-fungsi manajemen yang di aplikasikan di dalam kelas
oleh guru untuk mendukung tujuan belajar yang hendak dicapainya. Sesuai
dengan fungsi manajemen untuk pengelolaan kelas yang efektif
disyaratkan adanya kepemimpinan aktif yang mampu menciptakan iklim
yang memberi atau menekankan adanya harapan untuk keberhasilan dan
suasana tertib (melalui) suatu proses perencanaan, pengorganisasian
(pengaturan), aktuasi (pelaksanaan), dan pengawasan yang dilakukan oleh
guru, baik individu maupun dengan melalui orang lain (semisal sejawat
atau siswa sendiri) untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara
memanfaatkan segala sumber daya yang ada secara optimal.38
Dalam pelaksanaannya fungsi manajemen tersebut harus di
sesuaikan dengan filosofis dari pendidikan (belajar, mengajar) di dalam
kelas. Fungsi manajemen kelas meliputi:
a. Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan
dicapai atau diraih di masa depan. Hal ini sebagaimana konsep
perencanaan yang dikemukakan oleh Adolph Matz and Milton. F
“planning is basic to the management process, a process of sensitizing
an organization to external opportunities and threats, of determining
desirable and possible objectives, and of deploying resources to match
the objectives .”39
Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses
memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan
dan sekaligus mengkaji berbagi sumber daya dan metode-teknik yang
tepat. Perencanaan disini berarti pekerjaan guru untuk menyusun tujuan
belajar yang meliputi: (a) memperkirakan tuntutan, (b) merumuskan
38 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, cet.1. 2002, hlm. 173. 39 Adolph Matz and Milton. F, Cost Accounting Planning and Control, (Ohio: South-
Weastern Publishing , 1976), 6th Ed.,p.2.
30
tujuan dalam silabus kegiatan instruksional. (c) menentukan urutan
topik, (d) topik yang harus dipelajari, (e) mengalokasikan waktu yang
telah tersedia, dan menganggarkan sumber-sumber yang diperlukan
oleh guru.
b. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan berarti:
1) Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2) Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang
yang mampu membawa organisasi pada tujuan.
3) Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung
jawab tugas dan fungsi tertentu.
4) Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan
dengan keleluasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian tersebut,
manajer membuat suatu struktur formal yang dapat dengan mudah
dipahami orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi
seseorang di dalam pekerjaannya.
Dalam manajemen kelas mengorganisasikan yaitu pekerjaan
seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber
belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang
paling efektif, efisien dan ekonomis. jadi organizing hanyalah sebagai
alat atau sarana untuk mencapai apa yang harus diselesaikan, di mana
tujuan akhirnya adalah membuat murid atau siswa menjadi lebih mudah
bekerja dan belajar bersama.
c. Memimpin
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila
ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifatkepemimpinan yang
senantiasa dapat menjadi pengarah yang di dengar ide dan
pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-mata
mereka cerdas membuat keputusan, tetapi di barengi dengan memiliki
kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.
31
Di dalam kelas memimpin merupakan pekerjaan seorang guru
untuk memberikan motivasi, dorongan dan menstimulasikan siswa
untuk tetap terus belajar, sehingga mereka akan menjadi siap untuk
mewujudkan tujuan belajar.
d. Mengawasi
Mengawasi (controling), adalah pekerjaan seorang guru untuk
menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan
memimpin di ataas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah
dirumuskan. jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus
menilai dan mengatur kembali situasi pembelajarannya bukan
mengubah tujuannya. Fungsi dari Menurut Chuck Williams dalam buku
Management, Controlling is monitoring progress toward goal
achievement and taking corrective action when progress isn’t being
made.40 (Pengawasan adalah peninjauan kemajuan terhadap pencapaian
hasil akhir dan pengambilan tindakan pembetulan ketika kemajuan
tersebut tidak terwujud).
e. Pemfasilitasian (fasilitating)
Fasilitating adalah kemampuan menyatukan orang untuk
bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, termasuk
dalam memberikan kesempatan setiap orang untuk berpartisipasi dan
mengatasi konflik41. Dalam manajemen kelas pemfasilitasan berarti,
guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga menjadi fasilitator siswa
dalam belajar, yang mengerti akan kebutuhan dan kondisi siswa ketika
belajar, sehingga siswa akan merasa terpenuhi kebutuhannya dalam
belajar.
40Chuck Williams, Management, (United States of America: South-Western College
Publishing, 2000), hlm. 7. 41
Tim Peneliti BKN, Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil, http: // WWW. BKN. go. id. 8 juli 2010.
32
f. Motivasi (Motivating)
Motivasi adalah menggerakkan orang dengan menumbuhkan
keinginan bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan.42
Dalam pengelolaan kelas motivasi adalah dorongan untuk
menumbuhkan kesadaran siswa sebagai warga sekolah, agar mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Motivasi juga berfungsi untuk melancarkan usaha
kerjasama dalam pembelajaran.
g. Pemberdayaan (Empowering)
Pemberdayaan merupakan perubahan yang terjadi pada falsafah
manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan
dimana setiap individu dapat menggunakan kemampuan dan energinya
untuk meraih tujuan organisasi.43 Dalam manajemen kelas,
pemberdayaan diwujudkan dengan guru selalu mengajak siswa untuk
berperan aktif, karena siswa merupakan subyek yang memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri.
h. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi merupakan koreksi untuk mengetahui ketercapaian
tujuan dalam suatu kegiatan. Dalam manajemen kelas dengan adanya
evaluasi dapat diukur hasil kerja yang dilakukan dalam pembelajaran,
dan jika terjadi penyimpangan akan segera dilakukan perbaikan,
sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran.
5. Prinsip-prinsip Manajemen kelas
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas di sini
adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di dalam
mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, yaitu :
42 Musfirotun Yusuf, Op. Cit, hlm. 104 43
David Clutterbuck, The Power Of Empowerment (terj.), (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 4.
33
a. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan
atusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan
yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik
dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila
penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian
dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak
didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal
yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah
34
laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
f. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan
guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri
dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala
hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.44
Prinsip-prinsip di atas memberikan hubungan positif interaksi
edukatif antara guru dan siswa.
B. Sekolah Alam
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang didesentralisasikan
yang berkaitan erat dengan otonomi daerah yang secara esensial berlandaskan
pada pemberdayaan dan kemandirian daerah menuju kematangan dan kualitas
masyarakat yang dicita-citakan.45 Dengan adanya otonomi dalam pendidikan,
lembaga-lembaga sekolah sebagai wahana belajar memiliki keleluasaan untuk
mengelola lembaganya sesuai dengan ideologi yang dimiliki.
Dan dengan adanya otonomi tersebut lahirlah sekolah alam yang
membawa konsep baru dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan berbasis
alam yang konsepnya berbeda dengan sekolah konvensional pada umumnya.
Berbagai persoalan yang ada dalam dunia pendidikan juga menjadi
pendukung lahirnya sekolah alam misalkan, faktor penunjang mahalnya biaya
sekolah biasanya dinisbatkan kepada biaya gedung. Setiap siswa baru pasti
terkena beban untuk membayar uang bangunan, yang jumlahnya bisa jadi
cukup besar. Padahal gedung bukanlah segalanya untuk mendidik anak.
44Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 208. 45 Amiruddin Siahaan, et. al., Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Ciputat:
Quantum Teaching, 2006), hlm. 2
35
Sesungguhnya rumah, pantai hutan, taman bermain, dan seluruh permukaan
bumi ini adalah sumber-sumber dan sekaligus tempat yang disediakan Tuhan
untuk mendidik manusia.
Kehadiran Sekolah Alam sebagai salah satu bentuk dari pendidikan
berbasis alam telah membuktikan bahwa anak-anak bisa dan bahkan sangat
antusias belajar di alam terbuka, karena begitu banyak rahasia di alam yang
bisa dipelajari. Peran guru adalah membimbing untuk mengarahkan anak-
anak didiknya agar mau melakukan penjelajahan dan pembelajaran terhadap
seluruh media belajar yang tersedia di alam. Di sekolah alam anak-anak tetap
antusias belajar meski mereka belajar tanpa seragam dan atribut-atribut
formal lainnya.
1. Pengertian Sekolah Alam
Sekolah alam merupakan sekolah dengan konsep pendidikan
berbasis alam atau lingkungan. Sebagai sekolah berbasis alam tentu
mempunyai banyak perbedaan dengan sekolah formal pada umumnya,
akan tetapi tetaplah bernilai positif sebagai upaya menumbuhkan
kemandirian sejak dini, membuka kesadaran anak untuk mengembangkan
kreatifitas seluas mungkin.
Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis
alam semesta. Dasar dari konsep tersebut adalah Al Qur'an dan Hadits,
bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk menjadi pemimpin di
muka bumi. Dengan demikian hakikat tujuan pendidikan adalah membantu
anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Menjadi manusia
yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tapi juga
mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya.46
Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana
'fun', tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan
tumbuh kesadaran pada anak bahwa 'learning is fun' dan sekolah identik
dengan kegembiraan. Namun sebagus apapun konsep yang disusun, tidak
46 Sekolah Alam, http://sekolahalam.blogspot.com/2004_05_14_archive.html, download pada tanggal 1 Juni 2010
36
akan sempurna hasilnya tanpa guru yang berkualitas dan berdedikasi.
Menjaga kualitas dan dedikasi hanya bisa dilakukan bila sang guru
mempunyai visi pendidikan yang jelas dan memahami prinsip dasar bahwa
setiap anak adalah individu yang unik. Untuk mencapai itu semua, Sekolah
Alam menempatkan kesejahteraan guru sebagai prioritas utama.
Lendo Novo seorang konseptor sekolah alam mengemukakan
bahwa sekolah alam merupakan sekolah yang mengedepankan
pembentukan akhlak dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri
pada alam dengan konsep utama yaitu memaksimalkan potensi anak untuk
tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan
ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Sekolah alam juga
mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Karena proses belajar lebih banyak dilakukan melalui
diskusi, permainan.47
Sekolah alam merupakan salah satu institusi yang komitmen dalam
rangka menyiapkan SDM yang sadar akan lingkungan hidup. Oleh karena
itu sekolah alam menempatkan lingkungan hidup sebagai basis
penyelenggaraannya. Dipilihnya sekolah alam sebagai pengembangan
model pendidikan secara normatif dilandaskan pada Al – Qur’an yaitu
surat Qaf ayat 6-8,
�������� ��� ����� �����
����☺���� � "�$%��
&'⌧) �"*+,&'�-�.
�"*/,0�12� ��32� �+456 7�3
84�� 9� :�; 2<$=>?�2�
�"*�@BC�3 �2�&B��&���2�
�DEF�� GHIJK2�2=
�2�>26.@��2� �DEF�� 7�3
;LM�) N4�1 8EB�"�. :O;
�+2FI:$P� RS� &)�T2� ;LM�R��
PC$U�� V�B�,W3 :;
47 Sekolah Alam, “Sebuah Alternatif Pendidikan”, Suara merdeka, Semarang, 12 Februari
2010, hlm. 18.
37
“Maka tidakkah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?, dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (tunduk kepada Allah)”. (QS. Qaf: 6-8).48
Firman Allah dalam surat Qaaf ayat 6-8 mengisyaratkan kepada
kita akan pentingnya menjadikan alam sebagai obyek penelitian. Pada
bagian lain amanah Allah bahwa manusia adalah kholifah Allah di bumi.
Oleh karena itu manusia harus bias mengidentifikasi diri menjadi bagian
tak terpisahkan dengan lingkungan sehingga dapat mengelolanya secara
harmoni.49
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik, yang
mana setiap tema dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa,
kepemimpinan dan ilmu pengetahuan. Kemudian setiap tingkatan memiliki
sejumlah tema pembahasan yang berbeda.
Dalam sekolah alam ruang kelasnya tidak seperti sekolah formal
dengan bangunannya yang megah, yang ada hanyalah saung-saung belajar
yang terbuat dari kayu tanpa ada meja dan kursi, rimbunnya pohon yang
rindang juga menjadi khas dari sekolah alam, sehingga siswa akan merasa
lebih dekat dengan alam, karena meskipun pelajaran dilaksanakan di
dalam kelas, peserta didik masih bisa menikmati suasana alamiah di
sekolah.
2. Kelebihan-Kelebihan Sekolah Alam
Sekolah yang pendidikannya berbasis alam tentu mempunyai
banyak perbedaan dengan sekolah formal. Namun bukan berarti tanpa
kurikulum kompetensi. Sekolah alam tetaplah bernilai positif sebagai
48 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Amani, 2005),
hlm. 747-748 49 Abdul Kholiq, “Integrasi antara Agama dan Lingkungan Alam dalam Pendidikan:
Belajar dari Sekolah Alam Ar-Ridlo Semarang”, Jurnal Nadwa, Volume 2, Nomor 2, Oktober, 2008, hlm. 105
38
upaya menumbuhkan kemandirian semenjak dini, membuka kesadaran
kreatif seluas mungkin.
Diantara kelebihan-kelebihan pada sekolah alam yaitu:
a. Sekolah alam cenderung membebaskan keinginan kreatif anak sehingga
anak akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan yang dimilikinya
b. Konsep pembelajaran dengan cara sambil bermain di alam terbuka
cenderung menjadikan pemahaman bahwa sekolah bukanlah beban,
melainkan hal yang menyenangkan, metodologi pembelajaran yang
diterapkan cenderung mengarah pada pencapaian logika berpikir dan
inovasi yang baik dalam bentuk action learning (praktik nyata).
c. Yang menarik juga dari sekolah alam, tidak hanya siswa yang belajar,
guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa dari murid atau guru-guru
yang lain. Jadi yang amat ditanamkan adalah bahwa pada dasarnya
semua makhluk berkewajiban untuk belajar.
d. Lingkungan sekolah yang asri dengan dilingkupi berbagai macam
pepohonan. Secara siklus biologis, adanya jenis penunjang tanaman
atau tumbuhan akan menghasilkan kadar oksigen yang positif agar
mampu memaksimalkan perputaran kerja otak, terutama ketika dituntut
untuk menyaring hasil interaksi pembelajaran.
e. Dengan metode penyampaian pembelajaran dengan cara bermain
maupun action learning akan mampu memberikan out put yang
berkualitas daya ingat yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga
berjangka panjang.50
f. Pembelajaran ruang kelas berupa saung
Hal lain yang menarik dari sekolah alam adalah tidak adanya gedung
mewah, akan tetapi hanya saung yang menjadi kelas tempat belajar
secara indoor, dengan kondisi terbuka dan kelas yang terbuat dari
bambu ataupun kayu suasana kelas menjadi kental dengan alam.
50 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak?! (buku pintar sekolah
alam/outbound, home schooling, dan anak berkebutuhan khusus), (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 13-14
39
Pada dasarnya, sekolah alam juga mendasarkan kurikulumnya pada
kurikulum umum yang ada di sekolah formal. Secara global, kurikulum
tersebut mencakup beberapa hal, diantaranya:
a. Penciptaan akhlak yang baik
Apapun latar belakang agama murid yang bersangkutan,
sekolah alam sebagai tempat belajar adalah muara penciptaan akhlak
yang baik. Oleh karena itu pada sekolah alam, salah satu kurikulum
yang ada mendasarkan pada pendidikan agama yang memenuhi syarat.
b. Penguasaan ilmu pengetahuan
Anak didik diharapkan dapat menguasai pengetahuan dengan
baik. Meskipun belajar di sekolah berbasis kurikulum alam, anak didik
juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan yang memadai.
Misalkan saja, tetap ada pelajaran yang berkaitan dengan pengenalan
computer, bahasa inggris, olahraga, cinta bangsa melalui upacara
bendera, dan tuntutan penguasaan pengetahuan lainnya.
c. Penciptaan pemahaman kepemimpinan yang memadai
Satu hal yang tidak bias dilewatkan dari keberadaan sekolah
sekolah alam sebagaimana sekolah umum lainnya adalah komitmen
pada upaya penciptaan pemahaman kepemimpinan yang memadai.
Mereka benar-benar menjadi inovator yang mempunyai jiwa
kepemimpinan yang memadai.51
3. Lingkungan Belajar Sekolah Alam
Di sekolah alam pada umumnya membagi lingkungan belajar ke
dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan belajar di dalam kelas (indoor)
dan lingkungan belajar luar kelas (outdoor)
a. Lingkungan belajar indoor
Walaupun sekolah alam merupakan sekolah yang berbasis
lingkungan, akan tetapi dalam pembelajarannya juga ada yang di
lakukan di dalam ruangan, oleh karena itu pengelola lingkungan
51 Satmoko Budi Santoso, Op. Cit, hlm. 19
40
belajar di dalam ruangan perlu menata berbagai pusat yang akan
digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, dan juga berpikir tentang
berbagai peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang memadai akan
dapat menciptakan lingkungan yang cukup efektif dalam memfasilitasi
perkembangan dan belajar anak
b. Lingkungan belajar outdoor
Kegiatan belajar di luar ruangan merupakan bagian tak
terpisahkan dari sekolah alam, karena melalui aktifitas di luar ruangan
(outdoor) semua bagian perkembangan anak dapat ditingkatkan. Hal
ini terjadi karena aktifitas outdoor melibatkan multiaspek
perkembangan anak dan juga lebih berperan dalam mengintegrasikan
sensoris dan berbagai potensi yang dimiliki anak. Hal ini termasuk
perkembangan fisik, keterampilan social, pengetahuan budaya serta
perkembangan emosional dan intelektual. 52
Diantara kegiatan outdoor pada sekolah alam yaitu:
1) Outbound
Salah satu kegiatan outdoor di Sekolah Alam ini rutin
diberikan untuk semua siswa. Outbound bertujuan untuk
pembentukan sikap kepemimpinan siswa (kepercayaan diri, kerja
sama tim, dan lain-lain)
2) Kebun dan ternak
Kegiatan kebun dan ternak dilakukan oleh semua siswa.
Adapun jenis kegiatannya ditentukan sesuai sesuai dengan kelas
siswa. Selain belajar mencintai lingkungan, kegiatan ini juga dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran untuk materi pelajaran lain
secara terpadu
3) Market day
Kegiatan ini merupakan ajang setiap sekolah untuk
berjualan di Sekolah Alam. Setiap siswa akan terlibat mulai dari
52 Rita Mariyana, et. al., Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hlm. 36
41
perencanaan, promosi hingga penjualan produk mereka. Hal ini
membutuhkan kerjasama antara siswa masing-masing kelas. Pada
saat market daya, orang tua siswa dan masyarakat di undang untuk
secara langsung melihat dan membeli dagangan siswa sekolah
alam
4) Outing
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memperdalam
pembelajaran yang disampaikan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengunjungi tempat-tempat yang sesuai dengan tema
pembelajaran siswa saat itu
5) Muhadhoroh dan audiensi
Muhadhoroh merupakan pertemuan pekanan siswa yang
bertujuan menjalin keakraban antar siswa. Di dalam kegiatan
muhadhoroh terdapat audiensi siswa, yaitu satu pertunjukkan dari
setiap kelas seperti drama, ensamble, puisi dan melatih apresiasi
siswa terhadap hasil karya temannya
6) OTFA (out tracking fun adventure)
Kegiatan merupakan evaluasi akhir dari keseluruhan
kegiatan outbound bagi siswa SD. OTFA bisanya dilakukan diluar
sekolah selama dua hari di akhir tahun ajaran. Bentuk kegiatannya
berupa camping, outbound, dan tracking.
7) Renang 53
Hubungan Antara Perkembangan Dengan Belajar
Kegiatan yang ada di sekolah alam seperti Outbound, Kebun dan
Ternak, Market Day, Outing, Muhadhoroh dan Audiensi, OTFA
(Out Tracking Fun Adventure), dan renang merupakan aktivitas
yang banyak menggunakan kemampuan motorik para siswa.
Secara langsung dan tidak langsung, kegiatan belajar yang bersifat
53 Sekolah Alam, http://sekolahalam.blogspot.com/2004_05_14_archive.html, download
pada tanggal 1 Juni 2010
42
eksplorasi dan kegiatan penunjang lainnya merupakan bentuk
aktivitas yang baik untuk perkembangan motorik