FERTILITAS, DAYA TETAS, DAN BERAT TETAS TELUR AYAM ARAB
(Gallus turcicus) PADA BERAT TELUR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
JANUARTI SALOMBEI 111 08 277
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
i
FERTILITAS, DAYA TETAS, DAN BERAT TETAS TELUR AYAM ARAB
(Gallus turcicus) PADA BERAT TELUR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
JANUARTI SALOMBEI 111 08 277
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Januarti Salombe
NIM : I 111 08 277
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sepenuhnya.
Makassar, November 2012
TTD
Januarti Salombe
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Fertilitas, Daya Tetas dan Berat Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) pada Berat Telur yang Berbeda
Nama : Januarti Salombe
No. Pokok : I 111 08 277
Program Studi : Produksi Ternak
Jurusan : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Djoni P.Rahardja,M.Sc NIP. 19640503 199003 1 002 NIP. 19540505 198103 1 010
Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc. NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus : Desember 2012
iv
ABSTRAK
JANUARTI SALOMBE (I 111 08 277). Fertilitas, Daya Tetas, dan Berat Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) pada Berat Telur yang Berbeda. Dibimbing oleh Wempie Pakiding sebagai Pemimpin Utama dan Djoni P. Rahardja sebagai pembimbing anggota
Suatu penelitian telah dilakukan untuk melihat fertilitas, daya tetas, dan berat tetas telur ayam Arab (Gallus turcicus) pada berat telur yang berbeda. Percobaan ini menggunakan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri dari: U1 = ringan (≤40 g), U2 = Sedang (41-44 g) dan U3 = (≥45 g). Materi utama penelitian ini adalah 180 butir telur ayam Arab dan satu unit mesin tetas manual dengan kapasitas 300 butir. Bahan-bahan pendukung antara lain yaitu timbangan, dan alat tulis menulis. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa bahwa: ayam Arab memiliki tingkat fertilitas rata-rata 88,33% dan daya tetas rata-rata 81,87% dan tingkat fertilitas tertinggi diperoleh pada telur dengan berat 41-44 g (sedang). Sedangkan berat tetas berkisar antara 30,25 – 31,41 g dengan berat tetas terbaik diperoleh pada berat telur ≥ 41 g (sedang dan berat).
Kata Kunci : Fertilitas, Daya Tetas, Berat Tetas, Berat Telur, Ayam Arab
v
ABSTRACT
JANUARTI SALOMBE (I 111 08 277). Fertility, hatchability, and egg hatching weight Arabian Chicken (Gallus turcicus) at Different Egg weight. Under supervisor by Wempie Pakiding and co-supervisor Djoni P. Rahardja.
A study was conducted to investigate the fertility, hatchability, and hatching egg weight of chickens Arab (Gallus turcicus) of different egg weight. This experiment was based on completely randomized design (CRD), consisting of 3 treatments with 4 replications consisting of: U1 = light (≤ 40 g), U2 = Medium (41-44 g) and U3 = heavy (≥ 45 g). There were 180 eggs of Arabian breed used and hatched in a manual hatcher machine (capacity = 300 g). Supporting materials, such as the weights scole, and stationary were used, the results of this study indicated that average of the egg fertility of Arabic chicken breed was 88,33%, hatchability 81, 87%. The highest fertility was indicated by the egg weighing of 41 – 44 g (medium), and the highest hatchability was indicated by the egg weight of > 41g (medium and heavy).
Keywords: Fertility, hatchability, hatching weight, Egg Weight, Arab Chicken
vi
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan kasih karunia dan pertolonganNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Fertilitas, Daya Tetas dan Berat Tetas
Telur Ayam Arab ( Gallus turcicus ) pada Berat Telur yang Berbeda” dan
telah menulis kripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari adanya kerjasama dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, perkenankanlah
penulis menghaturkan hormat dan terimah kasih atas segala kerjasama yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc selaku pembimbing utama dan sebagai
penasehat akademik selama penulis menyelesaikan perkuliahan di Universitas
Hasanuddin dan kepada bapak Prof. Dr. Ir. Djoni P. Rahardja, M.Sc selaku
pembimbing anggota yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan
kepada penulis selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada dosen penguji pada seminar proposal dan hasil yang
telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Dan
juga kepada para dosen, pegawai fakultas dan jurusan produksi ternak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan
terimah kasih.
vii
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua, ayahanda tercinta
Cornelius Salombe dan ibunda tersayang Anastasia Kabuaran yang selama ini
terus mendukung penulis dalam doa, materi dan curahan kasih sayang. Juga buat
saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat dan dukungannya serta doa,
penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Terima kasih kepada sahabat penulis yang selama ini telah membantu,
memberikan semangat dan doa untuk penulis khususnya Junaedi, S.Pt, Jumiati,
Fitriah, Sri Arwita, Erdayanti, Lestari Kemala Putri, Nurfadilah M, Hafsah,
Naftika Edelweys, Jernih Amalia Rahman, Indah Yunita, Feby Ratrididni,
Khaeriah Nur, S.Pt, St. Chadijah, S.Pt, Citta Pasamita, Marlina, Musdalifa,
Asrullah, S.Pt, dan teman-teman ”Bakteri 08”, serta semua pihak yang telah
membantu selama penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, baik
penulisan maupun isi dari skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari teman-teman pembaca. Akhir kata, semoga
karya kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Makassar, November 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL………………………………………….............. i
HALAMAN JUDUL…………………………………………….............. ii
HALAMAN KEASLIAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………............... iv
ABSTRAK……………………………………………………………….. v
ABSTRACT……………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR…………………………...………………............ vii
DAFTAR ISI……………………………………………………............... ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii
PENDAHULUAN…................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 3
Gambaran Umum Ayam Arab……......…………………................. 3
Fertilitas…...………………......…….………………....................... 5
Daya Tetas..……………………......………………………………. 6
Kematian Embrio…………………………….…….........…............. 8
Berat Tetas…………………………………………........…………. 9
METODE PENELITIAN………………………………………………… 11
Waktu dan Tempat………….................……….................................. 11
Materi Penelitian…………...….………………................................. 11
Rancangan Penelitian…...…………………………………............... 11
Prosedur Penelitian...............……………………………………....... 12
Parameter yang Diukur…………………………………................... 14
Analisis Data..............……………………………………................. 15
ix
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….... 16
Fertilitas…………………………………………………………….. 16
Daya Tetas…………………………………………………………... 18
Berat Tetas…………………………………………………………... 20
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 23
Kesimpulan…………………………………………………………... 23
Saran………………………………………………………………... 23
DAFTAR PUSTAKA………………………………................................... 24
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 26
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….. 32
x
DAFTAR TABEL
No. HalamanTeks
1. Pengaturan Temperatur dan Waktu Pembalikan Pada Beberapa Kelompok Umur Penetasan……………………………….…… 13
xi
DAFTAR GAMBAR
No. HalamanTeks
1. Ayam Arab (Gallus turcicus)…………………………………… 3
2. Pengaruh Berat Telur Terhadap Fertilitas Telur Ayam Arab…… 16
3. Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas Telur Ayam Arab… 18
4. Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat Tetas Telur Ayam Arab… 21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. HalamanTeks
1. Analisis Ragam Pengaruh Berat Telur Terhadap Fertilitas………….. 26
2. Analisis Ragam Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas……….. 28
3. Analisis Ragam Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat Tetas……….. 30
xiii
PENDAHULUAN
Ayam Arab (Gallus turcicus) merupakan ayam lokal tipe petelur karena
produksi telurnya yang tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan
berat rata-rata 42,3 g. Kuning telur lebih besar volumenya yaitu mencapai 53,2%
dari total berat telur, sedangkan produksi daging lebih tipis dibandingkan ayam
buras lainnya dan warna kulit agak kehitaman sehingga kurang diminati
masyarakat. Maka dari itu sebagian besar masyarakat memanfaatkan ayam Arab
sebagai ayam penghasil telur bukan daging (Erlankgha, 2010).
Ayam Arab memiliki banyak keistimewaan selain dari produksi telurnya
yang tinggi, yaitu ayam Arab tidak mengerami telurnya, karena keistimewaannya
ini maka dalam upaya mendapatkan keturunan ayam Arab berikutnya, dapat
dilakukan dengan cara penetasan dengan mesin tetas.
Untuk mendapatkan bibit unggul dari hasil penetasan maka penyeleksian
terhadap telur tetas perlu dilakukan.Pemilihan telur yang kurang baik dapat
menjadi salah satu penyebab kegagalan dalam penetasan.Berat telur merupakan
salah satu indikator dalam penyeleksian telur tetas. Berat telur akan
mempengaruhi tingkat fertilitas dan daya tetas telur sebab berat telur sangat
mempengaruhi presentasi komposisi telur yang merupakan sumber pakan selama
pertumbuhan embrio.
Rendahnya tingkat fertilitas, daya tetas, berat tetas telur dan tingginya
tingkat kematian embrio merupakan tantangan bagi para peternak dalam
menetaskan telur dengan menggunakan mesin tetas. Variasi berat telur yang
berbeda menjadi salah satu penyebab rendahnya fertilitas, daya tetas dan berat
1
tetas telur.Namun kenyataannya, peternak sering memilih telur untuk ditetaskan
tanpa memperhatikan kualitas eksterior telur tersebut terutama berat telur bahkan
banyak peternak yang memilih telur yang memiliki bobot yang terlalu berat.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul
“Fertilitas, Daya Tetas dan Berat Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) pada
Berat Telur yang Berbeda”, sehingga diharapkan akan meningkatkan jumlah telur
yang menetas saat pengeraman menggunakan mesin.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh berat telur
terhadap tingkat fertilitas, daya tetas dan berat tetas.Manfaat dari penelitian ini
yaitu sebagai bahan referensi kepada para peternak tentang pengaruh berat telur
terhadap keberhasilan dalam melakukan penetasan menggunakan mesin tetas.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ayam Arab (Gallus turcicus)
Ayam Arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, dimana
merupakan hasil persilangan dengan ayam buras. Ayam Arab yang mulai dikenal
oleh masyarakat kira-kira tujuh tahun yang lalu. Menurut beberapa ilmuan, Ayam
Arab sudah mulai dikembangkan di Jawa Timur sejak tahun 1990. Ayam ini
mulai digemari masyarakat karena mampu bertelur lebih banyak daripada ayam
ras (Kholis dan Sitanggang, 2003).
Gambar 1. Ayam Arab (Gallus turcicus)Sumber: Erlankgha, 2010
Klasifikasi Ayam Arab menurut Erlankgha (2010) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus turcicus
3
Ayam ini memiliki ciri-ciri diantaranya memiliki postur tubuh yang
ramping dan kecil, lincah, suka terbang dan memiliki kemampuan beradaptasi
yang tinggi.Keunggulan dari ayam ini adalah dewasa kelamin yang cepat dan
mulai bertelur pada umur 4 bulan. Sifat-sifat kualitatif dari ayam ini adalah
memiliki warnah bulu putih keperakan dari kepala hingga leher dan warna bulu
total hitam putih pada badan, shank berwarna hijau pohon atau biru (Permana,
2007).
Ciri lain ayam Arab adalah pejantan umur satu minggu telah memiliki
jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram. Dari penampilan
tubuhnya, tinggi ayam arab dewasa mencapai 35cm dengan bobot 1,5-2kg,
sedangkan ayam arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-
1,5kg (Erlankgha, 2010).
Dari sisi potensi pasar, permintaan akan ayam Arab cukup tinggi. Hal ini
disebabkan tingkat produktivitas telurnya. Jika ayam kampung biasa
memporoduksi telurnya hanya mencapai rata-rata 30% pertahun, ayam Arab bisa
mencapai 60% pertahun (225 butir telur). Frekuensi bertelurnya dapat
berlangsung sepenjang waktu.Hal ini berbeda dengan ayam kampung atau jenis
ayam buras lainnya yang harus berhenti bertelur ketika masa mengeramnya
timbul, yaitu setelah bertelur antara 12-20 butir (Kholis dan Sitanggang, 2003).
Ayam Arab mulai memproduksi telur pada umur 4,5 – 5,5 bulan,
sedangkan ayam kampung pada umur 6 bulan. Pada umur 8 bulan, produksi
telurnya mencapai puncak (Kholis dan Sitanggang, 2003).
4
Fertilitas
Fertilitas diartikan sebagai persentase telur-telur yang memperlihatkan
adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang ditetaskan tanpa
memperhatikan telur tersebut menetas atau tidak (Sinabutar, 2009). Fertilitas telur
diperoleh setelah terjadi proses pembuahan yaitu penggabungan antara sperma
dan ovum. Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin baik pula
kemungkinan daya tetasnya. Hal-hal yang mempengaruhi fertilitas antara lain :
asal telur (hasil dari perkawinan atau tidak), ransum induk, umur induk, kesehatan
induk, rasio jantan dan betina, umur telur, dan kebersihan telur (Septiwan, 2007).
MenurutAdmin (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas telur
yaitu: rasio jantan dan betina, umur telur, dan kebersihan telur. Faktor lain yang
menyebabkan fertilitas telur yaitu(Rukmana 2003):
a. Umur: Fetilitas yang tinggi pada ayam jantan dan betina adalah pada umur 1 –
1,5 tahun, selanjutnya kesuburan menurun sesuai dengan bertambahnya umur.
b. Kesehatan: Ayam yang lemah dan sakit-sakitan biasanya kurang atau tidak
subur.
c. Makanan: Kekurangan vitamin E secara terus menerus dalam ransum dapat
menyebabkan mandul (tidak fertile).
d. Perkandangan: Kandang yang terlalu gelap atau kurang cahaya menyebabkan
kurangnya produksi sperma pada ayam jantan. Ternak ayam yang dipelihara
pada kandang semi intensif, yang dilengkapi dengan peralatan untuk
melepaskan ayam, biasanya menghasilkan telur tetas yang fertilitasnya tinggi.
5
e. Sifat turun temurun (Heritability): Ayam yang kapasitas bertelurnya atau daya
produksi tinggi, biasanya akan menghasilkan telur tetas dengan fertilitas yang
tinggi pula.
f. Iklim: Pada musim panas, biasanya fertilitas ayam menjadi menurun.
g. Sperma : Sperma normal gerakannya lincah dan sanggup membuahi dengan
fertilitas yang tinggi. Sperma yang tidak normal, bentuk dan gerakan tidak
singkron, biasanya daya fertilitasnya rendah dan tidak dapat menurunkan
genetic yang bagus.
h. Hormon : Kelenjar-kelenjar penghasil hormone Endokrin, sangat
mempertinggi fertilitas telur. Jika kelenjar Pituitury ( kelenjar home produk)
tidak bisa di produksi semaksimal mungkin, akan menurunkan fertilitas.
Seekor jago pejantan seandainya di suntikan hormone,akan mempertinggi
fertilitas.
i. Respon cahaya : 12 jam waktu yang di butuhkan seekor pejantan untuk
mendapatkan cahaya terang/paparan sinar matahari, agar menghasilkan
sperma yang bagus. Induk betina untuk pembentukan sebutir telur
memperlukan cahaya terang/ sinar matahari selama 16 jam.
Daya Tetas
Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur
yang fertil.Daya tetas telur merupakan salah satu indikator di dalam menentukan
keberhasilan suatu penetasan (Wibowo dan Jafendi, 1994).
Penurunan daya tetas dapat disebabkan karena tingginya kematian embrio
dini.Kematian embrio tidak terjadi secara merata selama masa pengeraman
6
telur.Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase masa pengeraman.Pada
fase awal, puncak kematian embrio terjadi hari keempat, fase akhir, puncaknya
terjadi pada hari ke-19.Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan
keempat masa pengeraman (Saefuddin, 2000).
Sampai saat ini belum ada metode yang dapat digunakan untuk
menentukan daya tetas telur.Di dalam praktek, penentuan dan pemilihan telur
yang mempunyai daya tetas tinggi tidaklah mudah, karena harus menunggu
sampai telur ditetaskan. Daya tetas telur sangat ditentukan oleh berbagai faktor
terutama nilai gizi dari induk. Tetapi hasil ini baru dapat diketahui setelah anak
ayam menetas.(Wibowo dan Jafendi, 1994).
Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur antara lain: Berat
telur, bentuk telur, keutuhan kulit telur, kualitas kulit telur, dan kebersihan kulit
telur (Amrin, 2008). Faktor lain yang mempengaruhi daya tetas yaitu genetic,
nutrisi, fertilitas, dan penyakit (Sinabutar, 2009).
Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh: cara penyimpanan,
lama penyimpanan, tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas,
pembalikan selama penetasan. Penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan
kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya disimpan tidak lebih
dari 7 hari (Raharjo, 2004).
Menurut pendapat Rukmana (2003), factor-faktor yang menurunkan daya
tetas telur adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan-kesalah teknis pada waktu memilih telur tetas
b. Kerusakan mesin tetas pada saat telur dalam mesin tetas
7
c. Heritability atau sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi
telurnya tinggi dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas
yang tinggi, dan sebaliknya.
d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat dapat
menyebabkan daya tetas telur berkurang.
Kematian Embrio
Selama 21 hari dalam mesin tetas, embrio dalam telur seharusnya terus
berkembang setiap hari menjadi seekor anak ayam. Tetapi pada proses
perkembangannya, embrio banyak yang mengalami kematian yang disebabkan
berbagai hal (Setiawan, 2010):
Kematian embrio dapat terjadi karena pakan induk mengalami defisiensi
zat gizi seperti vitamin dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan
embrio menjadi tidak optimal.Untuk mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu
ditambahkan suplemen vitamin dan mineral yang banyak dijual dipasaran (Yoyo,
2009).
Telur yang kotor juga merupakan salah satu factor kematian embrio. Para
ahli melaporkan bahwa sekitar 0,5% - 6% telur yang berasal dari ayam sehat
mengandung E. coli dan sekitar 1,75% dari embrio yang mati mengandung E. coli
serotype patogen. Sumber embrio yang terpenting adalah akibat pencemaran feses
pada telur. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor dengan kualitas
kerabang yang tipis akan mudah kemasukan E. coli dan dapat mencapai yolk sac.
Sumber infeksi lain adalah ovarium atau oviduk yang terinfeksi oleh bakteri
tersebut (Tabbu, 2005).
8
Selain itu, kematian embrio dapat terjadi karena prosedur penetasan yang
tidak sesuai seperti: temperatur inkubator terlalu tinggi atau terlalu rendah,
penyimpanan telur yang terlalu lama, telur tidak diputar. Telur yang tidak diputar
atau dibalik karena kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan
mempengaruhi posisi embrio. akibatnya, embrio tidak dapat tumbuh normal dan
akhirnya mati (Setiawan, 2010).
Kandungan CO2 terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kematian
embrio.Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 didalam
ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang
terlalu banyak dapat menyebabkan anak ayam yang berhasil menetas menjadi
lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang tidak baik menjadi faktor utama
terjadinya penumpukan zat asam arang ini (Setiawan, 2010).
Berat Tetas
Berat tetas merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha
penetasan.Untuk mendapatkan berat tetas yang baik, perlu dilakukan seleksi telur
dengan baik seperti memilih telur dari induk yang sehat (Wibowo dan Jefendi,
1994).
Menurut Septiwan (2007), berat tetas merupakan berat anak ayam sesaat
setelah menetas. Berat tetas sangat dipengaruhi oleh berat telur. Semakin tua
induk ayam dan semakin besar telur yang ditetaskan, maka berat tetas yang
dihasilkan akan semakin besar pula. Berat tetas juga dipengaruhi oleh genetic dan
pakan induk ayam.
9
Rahayu (2005) menyatakan bahwa ayam yang ditetaskan dari telur yang
kecil, bobotnya akan lebih kecil dibandingkan dengan ayam yang berasal dari
telur yang besar. Hai ini terjadi karena telur mengandung nutrisi seperti vitamin,
mineral dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selama pengeraman. Nutrisi
ini juga berfungsi sebagai cadangan makanan untuk beberapa waktu setelah anak
ayam menetas.
10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2012 di
Laboratorium Ilmu Produksi Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasaniddin
Makassar.
Materi Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu satu unit mesin tetas manual,
berbentuk kotak dengan ukuran mesin tetas 60 x 50 x 60 cm dengan kapasitas
sekitar 300 butir, timbangan dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan adalah telur ayam Arab sebanyak 180 butir,
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan yaitu berat telur yang
terdiri atas:
U1 = Ringan (≤ 40,9 g)
U2 = Sedang (41-44,9 g)
U3 = Berat (≥ 45 g)
Prosedur Penelitian
1. Teknik Pemeliharaan
Ayam Arab yang dijadikan bibit dalam penelitian ini adalah sebanyak
100 ekor.Ayam dipelihara secara semi intensif dengan model kandang terbuka
berpelataran yang dilengkapi dengan tempat air minum dan tempat pakan dari
11
plastik, dan sangkar untuk bertelur. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari
(pagi dan sore) dengan susunan ransum jagung : dedak sebanyak 50:50
sedangkanair minum diberi secara ad libitum. Penanganan kesehatan
dilakukan dengan pemberian obat cacing dan vaksin ND sekali dalam 4
bulan.Panen telur dilakukan 2 kali sehari.
2. Persiapan Mesin Tetas
Mesin tetas dibersihkan sebelum dipergunakan dengan larutan
formalin.Pengaturan temperatur mesin tetas sesuai yang dibutuhkan. Mesin
dijalankan selama 1 x 24 jam untuk mendapatkan temperature yang stabil.
Pengaturan kelembaban dilakukan dengan meletakkan talenan berisi air pada
bagian bawah tempat telur.
3. Penyiapan Telur Tetas
Telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini diberi perlakuan yang
berbeda berdasarkan berat telur yaitu telur yang ringan (≤40, 9 g), telur yang
sedang (40-44,9 g), dan telur yang berat (≥ 45g).Setiap perlakuan terdiri atas
4 ulangan dan setiap perlakuan terdiri atas 15 butir telur (45 butir untuk setiap
perlakuan). Sehingga total telur yang digunakan sebanyak 180 butir.
4. Peletakan telur dalam mesin tetas
Telur ayam Arab dibersihkan dan diberi tanda sesuai dengan berat telur
kemudian disusun kedalam rak telur yang telah diberi sekat pemisah antar setiap
perlakuan dimana telur yang ringan berada di sisi kiri mesin tetas, telur sedang
berada ditengah dan telur berat berada dibagian sisi kanan mesin tetas dengan
posisi bagian ujung yang tumpul berada diatas dengan kemiringan 45O.
12
5. Pengeraman telur
Telur yang telah dimasukkan kedalam mesin tetas kemudian dieramkan
selama 21 hari.Pembalikan dan pengaturan temperatur yang dilakukan dapat
dilihat pada Table 1.
Tabel 1. Pengaturan temperatur dan waktu pembalikan pada beberapa kelompok umur penetasan
Umur pengeraman(hari)
Temperatur (OF) Pembalikan Telur Pagi Sore
1 sampai 4 100 100
101
102
103
Tidak dilakukan pembalikanDilakukan
pembalikan telur* (pagi dan sore)
Dilakukan pembalikan telur*
(pagi dan sore)Tidak dilakukan
pembalikan
5 sampai 10 101
11 Sampai 18 102
19 sampai 21 101,5
Keterangan: * Setiap pembalikan telur, rak telur diangkat keluar, didinginkan selama 3 menit kemudian dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas.
13
Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah:
1. Fertilitas Telur
Pada akhir penetasan, dilakukan penghitungan presentasi telur yang
fertil, dengan cara memecahkan telur yang tidak menetas kemudian
menghitung jumlah telur yang mengalami pembuahan. Telur yang mengalami
pembuahan ditandai dengan terdapat embrio didalam telur. Persentase
fertilitas dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990)
sebagai berikut:
Fertilitas= Jumlahtelur yang fer tiljumlahtelur yangdierami
x 100 %
2. Daya Tetas Telur
Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur
yang berhasil menetas dari jumlah telur yang fertil. Persentase daya tetas
dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990) sebagai
berikut:
Dayatetas= Jumlahtelur yang menetasjumlahtelur yang fertil
x100 %
3. Berat Tetas
Berat tetas di ukur dengan menimbang anak ayam yang baru menetas
kemudian mencatat data pengukuran dan mencari nilai rata-rata berat tetas dari
setian perlakuan.
14
Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Model statistika yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + αi + €ij Dimana: i = 1,2,3
j = 1,2,3, 4
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke – ij
µ = Nilai tengah sampel
αi = Pengaruh perlakuan ke-ij
€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke –i dan ulangan ke - j
Apabila analisis ragam menunjukan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) (Gaspersz,1991).
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fertilitas
Hasil penelitian terhadap rata-rata fertilitas telur yang ditetaskan dengan
berat telur yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.
Ringan Sedang Berat0
102030405060708090
100
75
88.3 86.67
Berat Telur
Ferti
litas
(%)
b b a
Gambar 2.Pengaruh berat telur terhadap fertilitas telur ayam Arab.Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi.Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Keterangan: Ringan = ≤ 40,9 g Sedang = 41- 44,9 g Berat = ≥45 g
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata persentase
fertilitas telur antara 75 – 88,33%, dimana persentase fertilitas telur yaitu tertinggi
terdapat pada perlakuan berat telur sedang (41 – 44,9 g) sebesar 88,33% dan yang
terendah pada perlakuan berat telur ringan (≤40,9g) yaitu sebesar 75%. Perbedaan
persentase fertilitas telur yang ditetaskan dengan berat telur yang berbeda
disebabkan karena telur yang ditetaskan banyak yang kurang normal dan tidak
16
sesuai ukuran telur ayam Arab yang normal yaitu 40 – 45 g dengan berat rata-rata
42 g. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2010) yang menyatakan bahwa
seleksi telur merupakan hal yang sangat penting dalam penetasan sebab untuk
menetaskan telur, perlu memilih telur yang ukurannya tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil dimana berat telur ayam Arab yang baik untuk ditetaskan adalah 40 –
45 g dengan berat rata-rata yaitu 42 g. Telur yang terlalu besar atau terlalu kecil
menyebabkan bakal embrio tidak berkembang dan dapat menurunkan fertilitas
telur.
Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan berat telur memberikan
pengaruh terhadap fertilitas (P < 0,05). Uji beda nyata terkecil (BNT) menyatakan
berat telur yang ringan berbeda dengan berat telur yang sedang dan telur yang
berat, tetapi telur yang sedang tidak berbeda dengan telur yang berat. Hal ini
disebabkan karena telur ringan banyak yang memiliki berat yang jauh dari standar
berat normal telur yaitu 40 – 45 g. Hal ini sesuai dengan deangan pendapat
Gunawan (2001), yang menyatakan bahwa untuk mengurangi kegagalan dalam
menetaskan telur ayam, seleksi telur perlu dilakukan, seperti seleksi berat dan
bentuk telur.
Fertilitas telur diperoleh setelah terjadi proses pembuahan yaitu
penggabungan antara sel sperma dan sel telur. Fertilitas pada telur baru dapat
diketahui pada hari 4 pengeraman dengan melakukan peneropongan pada telur.
Persentase fertilitas telur dapat menurun, jika penanganan telur yang akan
ditetaskan kurang baik seperti manyimpan telur terlalu lama dan suhu
penyimpanan tidak sesui. Menurut Septiwan (2007), ada beberapa hal yang harus
17
diperhatikan dalam pemilihan telur tetas seperti memilih telur yang bersih, bentuk
telur oval, umur penyimpanan telur tidak lebih dari 7 hari, telur berasal dari induk
yang sehat, perbandingan antara ayam jantan dan betina, dan tempat penyimpanan
telur bersih.
Daya Tetas
Hasil penelitian terhadap rata-rata daya tetas telur Ayam Arab yang
dipengaruhi oleh berat telur yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.
Ringan Sedang Berat0
102030405060708090
100
75
88.3 86.67
Berat Telur
Daya
teta
s (%
)
bb ab
Gambar 3. Pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur ayam Arab.Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi.Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Keterangan: Ringan = ≤ 40,9 g Sedang = 41- 44,9 g Berat = ≥45 g
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh rata – rata persentase
daya tetas yaitu 74,25 – 88.60%, dimana daya tetas tertinggi terdapat pada berat
telur yang sedang yaitu 88,6 % dan daya tetas terendah terdapat pada berat telur
18
yang ringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2010) yang menyatakan
bahwa telur yang ditetaskan dengan berat 40-45 g memiliki presentase daya tetas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur yang ditetaskan dengan berat < 40 g
dan > 45 g. Hal ini disebabkan karena berat telur normal Ayab Arab antara 40- 45
dengan berat rata-rata 42 g. Jika telur berada pada berat <40 g dan >45 g, telur
tersebut kurang normal sehingga telur yang ditetaskan sulit untuk menetas
walaupun terjadi perkembangan embrio didalam telur namun embrio akan mati
sebelum menetas.
Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukan bahwa berat telur memberikan
pengaruh terhadap daya tetas telur (P<0.05).Berdasarkan uji beda nyata terkecil
(BNT) yang dilakukan diketahui telur yang ringan berbeda dengan telur yang
sedang tetapi tidak berbeda dengan telur yang berat dan telur yang sedang tidak
berbeda dengan telur yang berat. Hal ini disebabkan karena telur yang sedang dan
telur yang berat memiliki variasi berat yang tidak terlalu beragam, sehingga
presentase daya tetasnya juga tidak beragam, sedangkan telur yang ringan banyak
memiliki berat yang jauh dibawah standar telur normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Gunawan (2001) yang menyatakan bahwa berat telur sangat
mempengaruhi presentase daya tetas, dimana telur yang sangat ringan dan sangat
berat sulit untuk menetas, sebab telur yang terlalu ringan memiliki komposisi
yang kurang, sehingga emrio akan kekurangan nutrisi, sehingga embrio tidak
dapat berkembang. Sebaliknya telur yang terlalu berat memiliki pori-pori yang
besar, sehingga penguapan akan lebih cepat terjadi yang menyebabkan embrio
akan mati sebelum menetas. Untuk meningkatkan presentase daya tetas dan
19
mengurangi variasi presentase daya tetas, perlu dilakukan seleksi berat telur
dimana berat telur yang baik untuk ditetaskan berkisar antara 40-45 g.
Berat telur yang ditetaskan sangat berpengaruh terhadapdaya tetas yang
akan di hasilkan. Menurut Putra (2009), telur-telur dengan berat kurang dari 40 g
atau lebih dari 45 g memiliki daya tetas yang lebih rendah dibandingkan dengan
telur yang memiliki berat antara 40-45 g. Berat telur yang seragam akan
meningkatkan daya tetas. Biasanya, berat telur yang dihasilkan ayam memiliki
grafik meningkat, seiring dengan bertambahnya umur, kemudian akan stabil
setelah ayam berumur lebih dari 12 bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, ada pengaruh berat telur terhadap persentasi (%) daya tetas.Hal ini
menunjukan pemilihan telur tetas sangat penting dilakukan sebelum penetasan
berlangsung.
Berat Tetas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata berat tetas
telur yaitu antara 30,25 – 31,41 g, dimana berat tetas tertinggi terdapat pada
kelompok telur yang berat yaitu 31,41 g dan berat tetas terendah terdapat pada
kelompok telur ringan yaitu 30,25 g (Gambar 4.). Semakin berat telur maka berat
tetas akanmeningkat karena berat telur dan berat tetas memiliki hubungan yang
berbanding lurus. Hal ini disebabkan karena telur yang beratnya semakin tinggi
memiliki persentase komposisi telur yang semakin besar. Hal ini didukung oleh
pendapat Sarwono (1994) yang menyatakan bahwa seleksi telur tetas yang lebih
diutamakan berat telur, karena berat telur tetas akan mempengaruhi berat awal
20
anak ayam yang ditetaskan. Selain itu, telur tetas yang terlalu besar akan
menghasilkan anak ayam yang umur sehari relative besar, laju pertumbuhan
bulunya cepat, kematian lebih rendah dan konversi makanannya lebih baik.
Ringan Sedang Berat0
5
10
15
20
25
30
35
30.25 31.33 31.41
Berat telur
Bera
t te
tas
ba b
Gambar 4. Pengaruh berat telur terhadap berat tetas telur ayam arab.Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi.Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Keterangan: Ringan = ≤ 40,9 gSedang = 41 - 44,9 gBerat = ≥ 45 g
Analisis ragam (Lampiran 3) menunjukan bahwa berat telur memberikan
pengaruh yang sangatnyata terhadap berat tetas telur (P < 0,01). Berdasarkan uji
beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan telur ringan berbeda dengan telur yang
sedang dan telur yang berat, sedangkan telur yang sedang tidak berbeda dengan
telur yang berat. Hal ini menunjukkan semakin berat telur yang akan ditetaskan,
maka berat tetas akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu
(2005) yang menyatakan bahwa anak yang dihasilkan dari penetasan telur sangat
21
dipengaruhi oleh berat telur karena telur mengandung nutrisi seperti vitamin,
mineral dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selama pengeraman. Nutrisi
ini juga berfungsi sebagai cadangan makanan untuk beberapa waktu setelah anak
ayam menetas. Berat telur yang seragam akan menghasilkan anak ayam hasil
penetasan yang seragam pula.
Telur terdiri dari beberapa komponen dimana setiap komponen memiliki
fungsi yang berbeda-beda dalam proses perkembangan embrio. Hal ini sesuai
dengan pendapat Science (2011) yang menyatakan bahwa telur memiliki beberapa
komponen utama, setiap komponen memiliki fungsi masing-masing.Kerabang
telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak
menguntungkan.Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur
agar tidak keluar dan terkontaminasi darizat-zat yang tidak diinginkan.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Putra (2009) bahwa, kerabang
telur memiliki pori-pori sebagai media lalu lintas gas oksigen(O2) dan karbon
dioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses
pernapasan dan perkembangannya.Putih telur merupakan tempat penyimpanan air
dan zat makanan didalam telur yang digunakan untuk pertumbuhan embrio.
Kuning telur merupakan bagian telur yang bulatbentuknya, berwarna kuning
sampai jingga dan terdapat di tengah-tengah telur.Kuning telur mengandungzat
lemak yang penting bagi pertumbuhan embrio.Di dalam kuning telur terdapat sel
benih yang menjadiunsur utama embrio unggas.Pada bagian ujung yang tumpul
dari telur terdapat rongga udara yangberguna untuk bernapas bagi embrio selama
periode penetasan, yang berlangsung rata-rata 20-22 hari.
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: ayam
Arab memiliki tingkat fertilitas tertinggi yaitu 88,33% dan daya tetas tertinggi
yaitu 88,3% dan tingkat fertilitas dan daya tetas tertinggi diperoleh pada telur
dengan berat 41-44 g (sedang). Sedangkan berat tetas berkisar antara 30,25 –
31,41 g dengan berat tetas terbaik diperoleh pada berat telur ≥ 41 g (sedang dan
berat).
Saran
Untuk mendapatkan fertilitas dan daya tetas telur ayam Arab yang
maksimal maka perlu dilakukan seleksi terhadap berat telur dengan kisaran 41 –
44 g (berat sedang).
23
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2008. Penetasan Telur Unggas. http://sentralternak.com/index. php/2008/08/29/penetasan-telur-unggas/. Diakses tanggal 7 Maret 2012.
Amrin, A. 2008.Faktor yang mempengaruhi daya tetas. Abduhamrin.blogspot.com/2008/05/faktor-yang-mempengaruhi-daya-tetas. html. Diakses tanggal 13 Februari 2012.
Erlankgha, M. 2010. Ayam Arab. http://www.infoternak.com/ayam-arab. Diakses tanggal 13 Februari 2012.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit Amrico. Bandung.
Gunawan, H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan antara bobot telur dan bobot tetas. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Kholis, W dan M. Sitanggang.2003. Ayam Arab dan Ponci Petelur Unggul. Agromedia, Yogyakarta.
North, M.O. dan D.D Bell. 1990.Commercial Chicken Production Manual. 4 th Ed. Avi Book, Nostrand Reinhold, New York.
Permana, E. A. 2007. Karakteristik Telur Tetas Ayam Arab Betina Hasil Inseminasi Buatan Dengan Pejantan Ayam Arab, Pelung dan Wareng Tangerang. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Putra, Z. 2009. Seleksi telur tetas.http://paketsatuanpembelajarankelastiganew. blogspot.com/2009/04/seleksi-telur-tetas.html.Diakses tanggal 13 Oktober 2012.
Rahayu, H.S. 2005. Kualitas telur tetas ayam kampung dengan waktu pengulangan inseminasi buatan yang berbeda. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Raharjo, P. 2004. Ayam Buras. Agromedia, Yogyakarta.
Rukmana, R. 2003. Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Saefuddin, 2000.Aberasi Kromosom dan Penurunan Daya Tetas Telur pada Dua Populasi Ayam Petelur. UPI, Bandung.
Sarwono, B. 1994. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
24
Science, I. 2011. Perkembangan embrio ayam.http://ikhascience.blogspot.com / 2011/11/perkembangan-embrio-ayam.html.Diakses tanggal 15 Oktober 2012.
Septiwan, R. 2007. Respon produktivitas dan reproduktivitas ayam kampung dengan umur induk yang berbeda.[Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Setiawan, I. 2010. Embrio mati dalam telur.http://mesin-tetas-cuf.blogspot.com/2010/11/embrio-mati-dalam-telur.html. Diakses tanggal 8 Maret 2012.
Sinabutar, M. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur itik lokal yang di inseminasi buatan dengan semen entok.[Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
Tabbu, C. R. 2005. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Wibowo, Y.T dan Jafendi. 1994. Penentuan daya tetas dengan menggunakan metode gravitasi spesifik pada tingkat berat inisial ayam kampung yang berbeda. Buletin Peternakan, Vol. 18.
Yoyo, A. 2009. Proses telur menjadi ayam. http://andiyoyo.blogspot.Com /2009/03/proses-dari-telur-menjadi-ayam.html. Diakses tanggal 8 Maret 2012.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap Fertilitas
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Fertilitas
perlakuan Mean Std. Deviation N
Berat 86.6675 5.44195 4
Ringan 75.0000 8.38959 4
Sedang 88.3350 3.33000 4
Total 83.3342 8.28788 12
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Fertilitas
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 422.311a 2 211.156 5.702 .025
Intercept 83335.000 1 83335.000 2.250E3 .000
Perlakuan 422.311 2 211.156 5.702 .025
Error 333.267 9 37.030
Total 84090.578 12
Corrected Total 755.578 11
a. R Squared = .559 (Adjusted R Squared = .461)
26
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Fertilitas
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD Berat Ringan 11.6675* 4.30289 .024 1.9337 21.4013
Sedang -1.6675 4.30289 .707 -11.4013 8.0663
Ringan Berat -11.6675* 4.30289 .024 -21.4013 -1.9337
Sedang -13.3350* 4.30289 .013 -23.0688 -3.6012
Sedang Berat 1.6675 4.30289 .707 -8.0663 11.4013
Ringan 13.3350* 4.30289 .013 3.6012 23.0688
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 37.030.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
27
Lampiran 2. Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap daya tetas
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Daya_tetas
perlakuan Mean Std. Deviation N
Berat 82.7825 6.90862 4
Ringan 74.2500 13.89824 4
Sedang 88.6025 4.60407 4
Total 81.8783 10.45839 12
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:daya_tetas
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 657.137a 2 328.569 6.292 .034
Intercept 56899.741 1 56899.741 1.090E3 .000
perlakuan 657.137 2 328.569 6.292 .034
Error 313.335 9 52.223
Total 57870.214 12
Corrected Total 970.473 11
28
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:daya_tetas
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 657.137a 2 328.569 6.292 .034
Intercept 56899.741 1 56899.741 1.090E3 .000
perlakuan 657.137 2 328.569 6.292 .034
Error 313.335 9 52.223
Total 57870.214 12
a. R Squared = .677 (Adjusted R Squared = .570)
29
Multiple Comparisons
Dependent Variable:daya_tetas
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD Berat Ringan 10.6067 5.90042 .122 -3.8312 25.0445
Sedang -10.3233 5.90042 .131 -24.7612 4.1145
Ringan Berat -10.6067 5.90042 .122 -25.0445 3.8312
Sedang -20.9300* 5.90042 .012 -35.3678 -6.4922
Sedang Berat 10.3233 5.90042 .131 -4.1145 24.7612
Ringan 20.9300* 5.90042 .012 6.4922 35.3678
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 52.223.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
30
Lampiran 3. Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap berat tetas
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Berat_tetas
perlakuan Mean Std. Deviation N
Berat 31.4075 .24636 4
Ringan 30.2500 .68279 4
Sedang 31.3275 .35584 4
Total 30.9950 .69436 12
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Berat_tetas
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.343a 2 1.671 7.673 .011
Intercept 11528.280 1 11528.280 5.292E4 .000
perlakuan 3.343 2 1.671 7.673 .011
Error 1.961 9 .218
Total 11533.584 12
Corrected Total 5.304 11
a. R Squared = .630 (Adjusted R Squared = .548)
31
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Berat_tetas
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD Berat Ringan 1.1575* .33003 .007 .4109 1.9041
Sedang .0800 .33003 .814 -.6666 .8266
Ringan Berat -1.1575* .33003 .007 -1.9041 -.4109
Sedang -1.0775* .33003 .010 -1.8241 -.3309
Sedang Berat -.0800 .33003 .814 -.8266 .6666
Ringan 1.0775* .33003 .010 .3309 1.8241
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .218.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
32
RIWAYAT HIDUP
Januarti Salombe, lahir pada tanggal 31 Januari 1991 di desa
Maleku Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu-Timur.
Penulis adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Anak
dari pasangan suami istri Cornelius Salombe dan Anastasia
Kabuaran. Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 206 Maleku pada tahun
1996 sampai tahun 2002. Pada tahun yang sama, melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Mangkutana, lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan
di SMA Negeri 1 Mangkutana, lulus SMA pada tahun 2008. Pada tahun 2008
melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan Jurusan
Produksi Ternak.
33