125
BAB VANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI AJARAN TAUHID
A. Struktur Sastra Kitab
Sastra kitab memiliki ciri-ciri khusus, baik dari segi isi maupun dari segi
gaya ekspresi. Di lihat dari segi isi, sastra kitab bertujuan untuk penanaman ajaran
Islam, penguatan iman, dan pelurusan ajaran-ajaran yang menyimpang. Segi gaya
ekspresi sastra kitab memiliki ciri khusus berupa struktur sastra kitab, gaya
pengisahan, pusat pengisahan dan gaya bahasa yang digunakan (Taufiq, 2007:62).
Sastra kitab memiliki ekspresi yang khusus yang berbeda dengan lainnya.
Naskah Risālatu `t-Tauhīd tergolong sastra kitab yang didalamnya berisi tentang
ajaran tauhid pada teks pertama dan tentang ramalan pada teks kedua. Naskah ini
memiliki gaya ekspresi yang khusus.
1. Struktur Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd
1.1. Pendahuluan yang terdiri atas:
a. - Doa dan Seruan,
Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm. Artinya dengan nama Allah jua akumemulai membaca kitab ini yang amat murah di dalam negeri akhiratdunia lagi amat mengasihani hambanya yang mukmin di dalam negeriakhirat jua . Bermula Allah itu nama bagi dzat yang wajib adanya yangmempunyai sekalian puji yaitu khusus pada lafadznya dan khusus padamaknanya. Maka sebab di kata khusus pada lafadznya itu karena tiadaharus yang lain daripada Tuhan itu bernama Allah tetapi harus seorang-seorang dinamakan dengan nama Abdullah yaitu nama yang terlebihutama. Dan sebab dikata khusus pada maknanya itu karena makna Allahitu tertentu pada zat yang bersifat Al-Wahīd//yakni zat yang bersifatketuhanan. (Risālatu `t-Tauhīd , hlm 1).
126
Pembuka teks ini berisi pujian terhadap Allah dan nama-nama Allah (Asma’ul
husna) yang tercantum pada kata Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm.
- Ajaran takwa kepada pembaca
“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm
fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah.artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang
kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka
yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa makna Bismi ‘l-Lahi sebagai suatu
hal yang digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pembaca
diwajibkan untuk membaca Bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm sebelum
membaca naskah Risālatu `t-Tauhīd. Melakukan segala pekerjaan yang baik
(ma’ruf) wajib pula membaca basmallah agar setiap pekerjaan yang kita kerjakan
menjadi berkah. Hal itulah salah satu cara hamba Allah bertakwa kepada Allah
Swt.
- Selawat kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam teks ini tidak disebutkan salawat secara tersurat pada pembukaan.
Naskah ini mengajarkan kepada umat muslim untuk meneladani Rasulullah dan
para ulama. Sifat-sifat Rasul Allah yang disebutkan dalam naskah ini bertujuan
agar umatnya meneladani sifat beliau. Hal ini merupakan salah satu keunikan dari
naskah Risālatu `t-Tauhīd. Umumnya, dalam struktur sastra kitab dalam
pendahuluan selalu dibuka dengan doa dan seruan, ajaran takwa kepada pembaca,
dan selawat kepada Nabi.
127
a. Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd ditemukan kata “wa, ba’ du” sebagai salah
satu ciri sastra kitab.
b. Kepengarangan naskah ini belum ditemukan nama pengarang karena
ketidakjelasan penulisan kolom keterangan pada bagian awal naskah. Naskah
ini berisi tentang ajaran tauhid pada teks pertama dan tentang ramalan pada
teks kedua.
1.1. Isi terdiri atas:
a. Pembukaan berupa pujian-pujian kepada Allah dan membaca Bismi `l-Lāhi
`r-Rāhmani `r-Rahīm beserta makna dari bacaan tersebut.
b. Hukum-hukum membaca Bismi `l-Lāhi ada empat yaitu wajib, sunah, jaiz,
dan haram.
c. Pembahasan tentang ajaran tauhid berupa syara’, Jisim, dan jirim.
d. Sifat dua puluh Allah dan sifat mustahil Allah. Sifat-sifat Allah tersebut
tergolong pula ke dalam empat golongan, yaitu:
- Sifat Nafsiyah
- Sifat Salbiyah
- Sifat Ma’ani
- Sifat Ma’nawiyah
e. Sifat-sifat Rasul Allah yang wajib diteladani dan mukjizat yang diberikan
Allah sebagai tanda-tanda kerasulannya.
f. Kepercayaan terhadap kitab Allah dan pembahasannya. Kitab Allah ada
empat, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Alquran.
g. Pembahasan dua kalimat syahadat sebagai awal pintu masuk dari Agama
Islam.
128
1.2. Penutup
Penutup dalam teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd berupa ucapan
wallahu a’lam bissawab” yang artinya segala kebenaran hanya milik Allah.
Kolofon dalam lembar penutup berisi tentang waktu pembuatan naskah Risālatu
`t-Tauhīd. Kata “tammat” sebagai tanda akhir dari penulisan teks naskah Risālatu
`t-Tauhīd.
2. Gaya Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd
Dalam menyampaikan isi ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd
menggunakan gaya pengisahan yang berbentuk interlinier, yaitu doa dan kutipan
dalil maupun hadist menggunakan bahasa Arab yang diikuti terjemahannya
menggunakan bahasa Melayu. Naskah ini menyatakan pernyataan terlebih
dahulu kemudian diikuti dengan keterangannya. Contoh naskah Risālatu `t-
Tauhīd menggunakan gaya pengisahan berbentuk interlinier seperti yang
dicontohkan pada berikut.
“Wasādisuhā jismun syifāfun nurānyyun artinya keenam bahagi itu jism
yang terus-menerus yang bangsa cahaya seperti sekalian malaikat shalawatu ‘l-
Lāhu ‘alaihim dan segala beda dari yang elok parasnya tiada lagi lainnya”
(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).
Naskah Risālatu `t-Tauhīd meliputi pembukaan berupa bacaan Bismi ‘l-
Lāhi kemudian diikuti dengan doa dan ajaran takwa. Isi meliputi penjabaran dari
segala macam ajaran tauhid. Penjabaran isi diikuti pula dengan dalil ‘aqli dan
naqli, serta hadis nabi.
129
Penutup dari naskah dalam teks pertama yang berisi ajaran tauhid ini
termasuk unik karena langsung pada kata “tammat”. Penutup tidak diikuti
dengan doa penutup seperti halnya naskah-naskah lainnya. Kolofon yang
terdapat dalam naskah ini hanya berisi waktu penulisan naskah Risālatu `t-
Tauhīd teks pertama. Nama pengarang dan keterangan tahun terdapat dalam
catatan pada bagian awal pada bagian awal naskah. Nama pengarang tidak
ditemukan karena bagian keterangan awal, tulisannya tidak jelas sehingga sulit di
baca.
3. Pusat Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd
Pusat pengisahan naskah merupakan sudut pandang pengarang dalam
memaparkan isi naskah Risālatu `t-Tauhīd. Ada dua sudut pandang pengarang,
yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Pemapamaran sudut pandang orang pertama menggunakan kata “aku” dan orang
ketiga menggunakan kata ia, mereka, dia.
Awal naskah Risālatu `t-Tauhīd menggunakan sudut pandang orang
pertama. “Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm. Artinya dengan nama Allah jua
aku memulai membaca kitab ini yang amat murah di dalam negeri akhirat dunia
lagi amat mengasihani hambanya yang mukmin di dalam negeri akhirat jua”
(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1).
Naskah Risālatu `t-Tauhīd juga memaparkan dengan orang ketiga sebagai
tokoh. Orang ketiga itu digambarkan sebagai ia, dia, atau mereka. Misal “Yang
pertama itu wujud artinya ada Allah Taala itu dengan zatnya mustahil tiada ia
dengan zatnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 11).
130
Pengarang memiliki sifat maha tahu, sebab ia bertugas sebagai
penyampai yang mewajibkan ia harus tahu apa yang disampaikan. Metode ini
disebut metode orang ketiga atau amnicient author (Taufiq, 2007:67).
Metode orang ketiga yang digunakan oleh pengarang naskah Risālatu `t-
Tauhīd menggunakan metode romantik-ironik, yaitu menjabarkan pembahasan
dengan pendapat pengarang yang didukung oleh dalil naqli atau ‘aqli. Misalnya
sebagai berikut.
“… karena hambanya sebab tiada berdiri padanya itu dalil naqli dan ‘aqlikarena kata Allah taala subhanahuwataala, lā yukallifullāhunafsan illāwus’ahā. Artinya tiada memberati Allah ta’al\a\ akan seorang melainkanbarang yang kuasanya. Adapun segala sifat Allah taala yang tiada diberatiberdiri padanya itu dalil naqli dan ‘aqli itu tiada kuasa segala mukalafmengenal akan dia dengan satu-satunya melainkan kuasanya. Ia mengenalakan setengahnya jua yang wajib yang berdiri dengan dalil tetapi wajib atastiyang-tiyang mukalaf mengenal segala sifat Allah taala yang tiadahingganya itu atas ijmalnya jua” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 10).
Metode orang ketiga, yaitu metode romantik-ironik sesuai dengan amanat
yang ingin disampaikan karena Risālatu `t-Tauhīd ingin memberikan pengajaran
tentang agama, khususnya ajaran Tauhid.
4. Gaya Bahasa Naskah Risālatu `t-Tauhīd
Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus, yaitu khusus dalam kosakata,
istilah, dan kalimat yang mempergunakan istilah Islam dan istilah Arab. Istilah
tasawuf banyak dijumpai dalam naskah-naskah yang mengandung ajaran
tasawuf. Istilah fikih dijumpai dalam naskah yang berisi ajaran fikih. Istilah
akidah banyak dijumpai dalam naskah-naskah yang berisi ajaran tauhid (Taufiq,
2007:63).
131
Kalimat dalam sastra kitab umumnya diawali dengan kata “dan”,
“bermula”, dan “maka”. Itu merupakan salah satu ciri khusus sastra kitab. Tanda
penghubung kata dan frasa umumnya juga menggunakan kata “dan” yang
memiliki fungsi sebagai tanda koma (,). Terjemahan bahasa Melayu dari bahasa
Arab masih terlihat pengaruh dari bahasa Arab itu sendiri. Sarana retorika yang
digunakan adalah gaya penguraian, penguatan, hiperbola, pertanyaan retorika,
gaya retorika, gaya pertentangan, penyimpulan, ulangan, kiasan, dan
polisindenton (Taufiq, 2007:63-64).
Sebagaimana lazimnya sastra kitab, naskah Risālatu `t-Tauhīd memiliki
gaya bahasa yang sesuai dengan struktur sastra kitab. Kosakata istilah ajaran
Islam khususnya istilah ajaran tauhid dan pengaruh bahasa Arab banyak dijumpai
dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Kosakata pengaruh ajaran tauhid seperti: Jirīm,
jisim, syara’, Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhālafatuhu Ta’ala lil Hawadiśi, dsb.
Ungkapan yang biasa digunakan dalam sastra kitab yang terpengaruh dari
lingkungan agama Islam yang telah menjadi formula dalam teks pertama naskah
Risālatu `t-Tauhīd. Ungkapan itu seperti: Taala, shalla ‘l-Lahu ‘alaihi wa sallam,
subhanahu wata’ala, radliya ‘l-Lahu ‘anhu, ‘alahi ‘l-salam, dan sebagainya
yang dipergunakan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Ungkapan bahasa Arab
yang terdapat dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah sebagai berikut.
Kosakata bahasa Arab dalam teks Risālatu `t-Tauhīd
- Bismillah : dengan menyebut nama Allah
- Al Wahid : yang pertama
- Abdullah : hamba Allah
132
- Mumkin : kemungkinan atau boleh
- Nafii : tiada
- ‘ard : alam
- tsabit : menetap
- Azza wajalla : Yang Mahamulia dan Mahaluhur
- Jumali : jumlah
- Tholib : murid
- Syaikh : Syeh
- Uhlul ushul : ahli ulama
- Sama’ : Mendengar
- Bashar : Melihat
- Wujud : ada
- ‘adam : tidak ada
- ‘aqoid : akidah
- Qidam : Permulaan
- Hudus : Baru
- Baqa’ : Kekal
- Fana’ : dapat binasa
- Mukhālafatuhu
Ta’ala lil
Hawadiśi
: berlainan dengan sekalian makhluk
- Al-Mumatsalah : serupa dengan makhluk-Nya.
- Qiyamuhu : berdiri sendiri
133
Binafsihi
- Adamul Qiyamu
Binafsihi
: tidak dapat berdiri sendiri
- Al-Ajzu’ : Lemah
- Al-karohah : dipaksa-paksa
- Al- jahlu : Bodoh
- Al-mautu : Mati
- Al-Shommu : Tuli
- Al-A’ma : Buta
- Bukmu : Bisu
- Bismi `l-Lāhi `r-
Rahmāni `r-
Rahīm
: dengan menyebut nama Allah yang maha
Pengasih lagi maha Penyayang.
- shalla 'l-Lāhu
‘alaihi wa sallam
: semoga Tuhan memberkatinya dan memberi
damai kepadanya.
- Nafsiyah : sifat diri dari zat.
- Salbiyah : sifat yang hak yang dimiliki Allah.
- Ma’ani : sifat yang berwujud diri dengan zat Allah.
- Ma’nawiyah : hal yang tetap bagi zat.
Naskah Risālatu `t-Tauhīd, meskipun hasil karya sastra Indonesia lama,
namun tata bahasa yang digunakan tidak menggunakan S+P+O+K lazimnya tata
bahasa Indonesia. Sintaksis naskah Risālatu `t-Tauhīd banyak terpengaruh oleh
134
bahasa Arab misal, pemakaian (wa), (fa), yang digunakan sebagai pembuka atau
tumpuan kalimat.
“Maka sebab di kata khusus pada lafadznya itu karena tiada harus yang lain
daripada Tuhan itu … “ (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1). “Dan sebab dikata khusus
pada maknanya itu karena makna Allah itu tertentu pada zat yang bersifat Al-
Wahīd//yakni zat yang bersifat ketuhanan” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1). “Dan
disiksa atas \yang meninggalkan dia …”( Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5). “Bermula
yang wajib atas tiap-tiap yang mukalaf, yakni atas orang yang ‘aqil baligh
daripada laki-laki dan perempuan bahwa …” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).
Pola kalimat dalam naskah tidak lazim digunakan dalam sintaksis bahasa
Indonesia. Sintaksis naskah Risālatu `t-Tauhīd terpengaruh dengan tata bahasa
Arab. Kata “dan, maka” biasa dan lazim digunakan dalam tata kalimat bahasa
Arab.
Sarana retorika yang digunakan dalam gaya bahasa naskah Risālatu `t-
Tauhīd ini menggunakan gaya bahasa penguraian (analitik) yang digunakan
untuk menguraikan masalah yang dibahas secara terperinci. Misalnya sebagai
berikut.
“Adapun lafadz Rahmān itu nama bagi sifat Allah ta’al\a\ yaitu khususpada lafadznya dan umum pada maknanya. Maka dikata khusus padalafadznya itu karena tiada diharusi yang lain daripada Allah itu dikataRahmān itu disifatkan ia dengan Rahmān. Dan dikata umum padamaknanya itu karena makna Rahmān itu memurahi Allah taala di dalamdunia pada sekalian makhluknya daripada manusia dan jin dan mukmindan kafir dan segala yang bernafas dan segala yang tiada dibernafas\sekalipun\ sekaliannya itu masing-masing dimurahi ia dengan rizqinya”(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2).
Selain itu, naskah Risālatu `t-Tauhīd juga menggunakan gaya bahasa
penguatan, hiperbola, gaya retorika, dan kiasan sebagai sarana retorika dalam
135
penyampaian ajaran tauhid dalam teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd. Gaya
bahasa yang digunakan memiliki fungsi sebagai penegasan dan penjelasan
mengenai suatu hal yang menjadi pokok pembahasan dalam naskah. Makna
kiasan yang digunakan adalah makna perbandingan dan perumpamaan (simile),
seperti penggunaan kata “seumpama” dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Berikut
ini contoh-contoh gaya bahasa yang digunakan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd.
“Artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai
dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni
kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5). Kutipan ini menggunakan
kalimat penegasan dengan menegaskan bahwa pekerjaan tidak disertai dengan
basmallah, maka putus berkahnya.
“Ahaduhā jismun kasyīfun marsusunkal ‘ardhi wamā fī manganāhā.
Artinya suatu itu jismiya’farofatsya’bartindi seperti bumi dan barang yang
didalam ma’ani bumi” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 8). Kutipan tersebut
menggunakan kalimat penerang dengan menyebutkan contoh sebagai penjelas.
Dan ketujuh itu kalam maka hakikatnya itu sifat yang mewujud yang berdiridengan dzat Allah taala yang tiada berhuruf dan tiada bersuara dan tiadaterdahulu dan tiada terkemudian dan tiada putus dengan dialah yangdiibaratkan dengan beberapa ibarat yang berselah-selahan seperti Taurat danInjil dan Zabur dan Quran …” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 27).
Kutipan di atas, menggunakan gaya bahasa perumpamaan (simile) karena
menggunakan kata “diibaratkan” yang berarti diumpamakan.
136
B. Isi Ajaran Tauhid dalam Naskah Risālatu `t-Tauhīd
Ajaran tauhid merupakan sebuah ajaran keesaan Allah Swt yang menjadi
dasar pengetahuan. Tauhid berarti meyakini keesaan Tuhan dan segala pikiran
serta teori berikut dalil-dalilnya yang mengacu pada kesimpulan bahwa Tuhan itu
Esa. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan
Allah Swt1.
Ilmu tauhid sangat penting dalam pondasi Islam sebagaimana yang tertera
dalam dua kalimat syahadat yang merupakan pintu gerbang masuk agama Islam.
Tauhid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamus Offline 1.5.1) memiliki
arti keesaan Allah, menauhidkan berarti mengakui keesaan Allah. Berarti tauhid
atau ilmu akidah berkaitan erat dengan fungsi sosial masyarakat, pendidikan, dan
agama.
Pengkajian teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd dalam penelitian ini
menggunakan konsep Ahlussunah wal jamaah. Secara terminologi artinya
petunjuk yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw dan sahabatnya yang
berkaitan dengan ilmu, akidah, perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapan
termasuk juga dalam beribadah. Jadi, ahlu sunnah wal jamaah adalah mereka
yang senantiasa berpegang teguh pada sunah-sunah Rasulullah, para sahabat, dan
orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak Rasul baik perkataan dan perbuatan
serta senantiasa untuk menjauhi bid’ah2.
1 Jurnal Kajian Tauhid bagi Pendidikan, http://digilib.uinsby.ac.id/646/5/Bab%202.pdf,Digilibs Universitas Islam Negeri: Surabaya, halaman 19.
2 Rusdi, Fungsi Tauhid dalam Kehidupan. Keda-ilmu.blogspot.co.id/2010/05/fungsi-tauhid-dalam-kehidupan.html. (Diakses tanggal 10 Mei 2016, Pukul 10.35 WIB).
137
1. Makna Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm
Ajaran tauhid yang terkandung dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd, pada teks
pertama berisi tentang fungsi bacaan basmallah dan hukum-hukum
membacanya. Sebagai abdullah3 wajib untuk menyertakan Allah dalam setiap
pekerjaan. Bacaan basmallah merupakan kekuatan penting sebelum mengerjakan
hal-hal yang baik. Setiap umat Islam sangat dianjurkan untuk senantiasa
membaca bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm sebelum melakukan pekerjaan
yang baik.
Sebagai pembuka kitab ini, makna bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm
terkandung arti penyayang dan pengasih. Sebagai umat Islam, maka diwajibkan
untuk saling menyayangi dan mengasihi sesama makhluk hidup dengan merawat
dan saling menjaga. Kata bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm memiliki hukum-
hukum membacanya. Adapun empat hal hukum-hukum membaca basmallah
dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah sebagai berikut.
a. Hukumnya wajib ketika mengerjakan salat dan membaca dua kalimat
syahadat.
Adapun yang wajib membaca bismi `l-Lāhi itu ada(k)kalanya di luarsembahyang dan ada kalanya di dalam/ sembahyang// Adapun bismi`l-Lāhi yang baca di luar sembahyang dan ada(k)kalanya di dalamsembahyang. Adapun bismi `l-Lāhi yang [di]baca di luar sembahyangitu se[u]mur hidup sekali jua wajibnya seperti membaca dua kalimatsyahadat. Demikianlah dan yang di baca di dalam sembahyang ituwajib pada tiap-tiap sembahyang itu membaca bismi `l-Lāhi danfatihah (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2).
3 Hamba Allah
138
b. Hukumnya sunah ketika mengerjakan pekerjaan yang halal.
“Adapun yang sunah membaca bismi `l-Lāhi makan yang halal itu
mengerjakan pekerjaan yang halal maka sunah dimulai membaca bismi `l-
Lāhi” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).
c. Hukumnya makruh ketika mengerjakan hal-hal yang makruh.
“Adapun yang makruh membaca bismi `l-Lāhi itu tiap-tiap makan yang
makruh atau mengerjakan pekerjaan yang makruh dimulai dimulai dengan
bismi `l-Lāh” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).
d. Hukumnnya haram ketika melakukan hal-hal yang haram.
“Adapun yang haram membaca bismi `l-Lāhi itu tiap-tiap makan yang haram
atau mengerjakan pekerjaan yang haram dimulai dengan bismi `l-Lāhi”
(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).
Pembahasan awal ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd ini dapat
diketahui fungsi membaca bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm untuk mengharap
rida-Nya dan mengharap keberkahan dari Allah Swt. Pekerjaan menjadi berkah
apabila dikerjakan dengan diawali bismillah. Bukti dalam naskah Risālatu `t-
Tauhīd adalah sebagai berikut.
“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm
fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang
kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka
yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).
139
Isi dan fungsi bacaan basmallah dan hukum-hukumnya telah dijabarkan
dengan jelas. Bacaan basmallah ini terkandung ajaran tauhid, yaitu dalam setiap
melakukan pekerjaan ingatlah Allah dan meyakini bahwa Allah itu Esa.
2. Jism dan Jirim
Jism merupakan barang yang nyata baik yang dapat di sentuh atau hanya
dapat dirasakan. Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd jism terbagi menjadi enam
bagian, yaitu; (1) Barang nyata yang terdapat di bumi; (2) Barang yang halus
seperti air laut, asap, angin, dan cahaya matahari; (3) Barang yang ada di langit
yang dapat di lihat mata seperti awan dan mega; (4) Barang yang terus-menerus
seperti langit dan gelas; (5) Barang yang berasal dari api seperti jin; (6) Barang
yang terbuat dari cahaya seperti malaikat.
Jirim merupakan dzat yang tidak terwujud namun dapat dirasakan seperti
qada dan qadar. Jirim dalam naskah dijelaskan menjadi dua bagian yaitu; (1)
jirim yang tidak bersuku-suku (berkelompok)yang disebut dengan jirim jauhar.
Contohnya asal kejadian alam semesta; (2) jirim yang bersuku-suku
(berkelompok), disebut dengan jirim jism yang artinya tubuh-tubuh.
3. Sifat Dua Puluh Allah
Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu aqaid4, karena pokok-pokok isinya
berkaitan dengan kepercayaan dan aqidah5 terhadap Allah Yang Maha Esa.
Ketauhidan juga dijabarkan dalam (QS. Al-Ikhlas [112]:4) Qul huwallāhu ahad
yang artinya Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
4 Kepercayaan agama yang pasti dan tidak boleh dipersoalkan atau diperdebatkan lagi.
5 Keyakinan, kepercayaan; yang merupakan dasar dari keimanan seseorang.
140
Kandungan Surat tersebut adalah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada satu
makhluk pun yang serupa dengan-Nya. Ilmu tauhid juga sering disebut dengan
ilmu kalam karena pembahasannya menyangkut tentang sifat Allah, Rasullullah,
Malaikat Allah, dan kitab-kitab-Nya.
a. Sifat Wajib Allah
Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas jumlahnya. Semua sifat
menunjukkan kebesaran, keesaan, kekuasaan, keadilan, kebijaksanaan, dan kasih
saying kepada seluruh ciptaan-Nya. Sifat wajib Allah yang harus diketahui oleh
seorang mukallaf ada dua puluh sifat wajib dan diikuti pula oleh dua puluh sifat
mustahil Allah6.
Sifat-sifat Allah di bagi dalam tiga golongan, yaitu:
1) Sifat wajib Allah
2) Sifat Jaiz Allah
3) Sifat Mustahil Allah.
Sifat-sifat wajib Allah yang terkandung dalam ajaran tauhid, yaitu:
a) Wujud, artinya ada, mustahil jika Allah bersifat ‘Adam artinya tidak ada.
b) Qidam, artinya tidak berpermulaan ada-Nya, mustahil Allah bersifat Hudus
berarti baru.
c) Baqā’ artinya kekal selamanya, mustahil Allah itu fana’ yang berarti tidak
kekal atau dapat binasa.
d) Mukhālafatuhu Ta’ala lil Hawadiśi, artinya berlainan dengan sekalian
makhluk, mustahil Allah bersifat Al-Mumatsalah artinya serupa dengan
6 Thahir bin Arif dalam Farida Rahmawati, 2013, Skripsi: Syair Ibadat (Suntingan Teks,Analisis Ajaran Tauhid dan Eskatologi Islam), Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa,Universitas Sebelas Maret.
141
makhluk-Nya.
e) Qiyamuhu Binafsihi, artinya berdiri sendiri, mustahil Allah bersifat Adamul
Qiyamu Binafsihi atau tidak dapat berdiri sendiri.
f) Wahdaniyah, artinya esa, mustahil Allah bersifat Al Ta’addud atau berbilang
(banyak).
g) Qudrat, artinya berkuasa, mustahil Allah bersifat Al-Ajzu’ atau lemah.
h) Iradat, artinya menetapkan sesuatu menurut kehendak-Nya, mustahil Allah
bersifat Al-Karohah atau dipaksa-paksa.
i) ‘Ilmu, artinya mengetahui segala sesuatu, mustahil Allah bersifat Al Jahlu
atau bodoh.
j) Hayat, artinya hidup, mustahil Allah bersifat Al-Mautu atau mati.
k) Sama’ artinya mendengar, mustahil Allah bersifat Al-Shommu atau tuli.
l) Basar artinya melihat, mustahil Allah bersifat Al-A’ma atau buta.
m) Kalam artinya berkata-kata, mustahil Allah bersifat Bukmu atau bisu.
n) Qadiran, artinya selalu berkuasa, mustahil Allah bersifat Ajizan atau selalu
lemah.
o) Muridan, artinya selalu berkehendak, mustahil Allah bersifat Karihan atau
dipaksa.
p) ‘Aliman, artinya selalu mengetahui, mustahil Allah bersifat Jahilan atau
selalu bodoh.
q) Hayyan, artinya selalu hidup, mustahil Allah dalam keadaan mati.
r) Sami’an, artinya selalu mendengar, mustahil Allah bersifat Asham atau dalam
keadaan tuli.
s) Basiran, artinya selalu melihat, mustahil Allah bersifat A’ma atau selalu buta.
142
t) Mutakalliman, artinya selalu berkata-kata, mustahil Allah bersifat Abkam
atau selalu bisu.
Kedua puluh sifat Allah tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu
sebagai berikut.
a) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat diri dzat dan tiada bertambah ia atas dzat. Sifat
yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Wujud.
b) Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang hak yang dimiliki Allah Swt. Sifat yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah Qidam, Baqā’, Mukhālafatuhu lil
Hawadiśi, Qiyamuhu taala Binafsihi, Wahdaniyah.
c) Sifat Ma’ani, artinya sifat yang berwujud diri dengan dzat Allah taala, yaitu
ada tujuh sifat Qodrat, Iradat, ‘Ilmu, Hayyat, Sama’, Bashar, dan Kalam.
d) Sifat Ma’nawiyah itu hal yang tetap-tetap bagi dzat selama-lama dzat. Ada
tujuh sifat Ma’nawiyah yaitu Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an,
Bashiran, Mutakalliman.
4. Mengenal Rasul Allah, Malaikat Allah, dan Kitab Suci
Ilmu tauhid mengajarkan setiap muslim untuk mengenal Allah,
Rasulullah, Malaikat Allah, dan kitab-kitab-Nya serta mengenal sesama manusia.
Ajaran tauhid memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Ilmu tauhid menunjukkan bahwa syirik adalah perbuatan zalim dan dapat
mengurangi atau membatalkan iman (At-Tamimi, 2015:10).
Hakikat tauhid yaitu menetapkan Islam dan Iman dalam diri seorang
muslim. Hukum Islam terwujud dan terbukti dengan dua kalimat syahadat, salat
143
lima waktu, puasa ramadhan, membayar zakat, dan haji ke Baitullah7. Dan
hukum Iman terbukti dengan meyakini sepenuh hati tentang keesaan Allah, yakin
kepada Rasulullah, Malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, adanya hari kiamat, dan
adanya qada dan qadar. Hal-hal lain yang disebutkan dalam sebuah hadist,
Rasullullah menyebut ada hal-hal lain sebagai Iman seperti akhlak yang baik,
bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sesama, rasa malu, dan sebagainya (Tim
Ahli Tauhid, 2001:11-12).
Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd pembahasan tentang Iman kepada
Rasullullah disebutkan dengan memberi penjelasan tentang sifat-sifat Allah,
mukjizat Rasul, jumlah Rasul yang wajib diyakini, dan jumlah nabi Allah.
Adapun sifat-sifat Rasul Allah yang wajib diketahui adalah sebagai berikut.
a. Sifat shidq (jujur dan benar) bahwa Rasul Allah memiliki sifat jujur yang
merupakan inti dari risalah dakwah. Dengan sifat jujur maka segala urusan
akan lurus dan berbuah amal perbuatan.
b. Amanah, yaitu dapat dipercaya. Amanah artinya dapat menjalankan
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya secara profesional. Nabi
Muhammad saw dikenal sebagai sosok yang dipercaya sehingga mendapat
gelar al-Amin.
c. Tabligh, artinya menyampaikan, yaitu menyempurnakan segala risalah dan
menyampaikan ke segala makhluk.
d. Fatonah, cerdas bahwa seorang Rasul pasti memiliki kecerdasan yang luar
biasa untuk menyampaikan kebenaran dan mengajak umat menuju jalan yang
benar.
7 Rumah Allah yang berupa “ka’bah” yang terletak di Mekah.
144
Sifat-sifat mustahil Rasul Allah adalah sebagai berikut.
a. Kazab artinya dusta atau tidak jujur dengan apa yang telah disampaikan
kepadanya berlawanan dengan sidq.
b. Khiyanat artinya mngingkari yang merupakan lawan dari amanah.
c. Khitman artinya menyembunyikan sesuatu dari hal yang telah diperintahkan
untuk menyampaikan kepada umat, lawannya adalah tabligh.
d. Jahlun artinya bodoh. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk
menjelaskan firman-firman Allah. Mustahil jika Rasul memiliki sifat jahlun.
Allah menciptakan manusia dengan dibekali oleh akal yang kelak dari
akal tersebut akan dihisab amalnya. Akal digunakan untuk membedakan suatu
hal antara yang baik dengan yang buruk. Allah telah mengistimewakan para rasul
dari makhluk biasa. Rasul Allah yang bertugas sebagai pengemban risalah
dakwah dari Allah Swt. yang disampaikan oleh malaikat Jibril diberikan
kelebihan oleh Allah berupa mukjizat (Tim Ahli Tauhid UII, 2001:90).
Mukjizat rasul didefinisikan sebagai segala sesuatu yang luar biasa yang
terjadi melalui tangan para nabi Allah dan rasulNya dalam bentuk yang manusia
biasa tak mampu mendatangkannya (Tim Ahli Tauhid UII, 2001:91). Sebagai
contoh mukjizat Rasul-Rasul Allah adalah sebagai berikut.
a. Nabi Muhammad saw dapat membelah bulan.
b. Nabi Ibrahim As tidak hangus dibakar api yang menyala-nyala.
c. Tongkat nabi Musa As dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah
lautan.
d. Dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal dan berkata-kata dengan
145
orang yang sudah meninggal adalah salah satu mukjizat nabi Isa As.
e. Dan banyak tanda-tanda kerasulan bagi Rasul-Rasul Allah Swt.
Mukjizat-mukjizat tersebut tidak terlepas dari bentuk sebagai berikut
(Tim Ahli Tauhid UII, 2001:91).
a. Ilmu, pemberitahuan tentang hal-hal ghaib yang sudah terjadi ataupun yang
akan terjadi, seperti pemberitahuan tentang tanda-tanda hari kiamat yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw padahal hal itu baru terjadi di masa
yang akan datang.
b. Kemampuan dan kekuatan, seperti mengubah tongkat menjadi ular.
c. Kecukupan, misal perlindungan bagi Rasulullah dari orang-orang yang
menginginkan kejahatan kepadanya.
Dan barang yang lain daripada demikian itu bermula hakikat mukjizat ituyaitu pekerjaan yang merusakkan bagi adat yang dipersertakan denganmengakui yang mendakwai akan dia oleh segala Rasul akan dalil ataskebenarannya seperti dalil Quran yang mulia dengan terpancur-pancur airpada selang-selang jarinya. Dan boleh bulan yaitu setengah daripadasegala mukjizat nabi kita Muhammad saw. dan dibakar tiada hangus yaitusetengah daripada segala mukjizat nabi Ibrahim ‘alaihi ‘s-salam. Dantongkatnya itu menjadi naga yaitu setengah daripada segala mukjizat nabiMusa ‘alaihi ‘s-salam. Dan berkata-kata akan dia orang yang mati yaitusetengah daripada segala mukjizat nabi ‘Isa alaihi ‘s-salam. Dan baraangyang lain daripada itu daripada segala mukjizat bagi segala Rasul yanglain yaitu amat banyak dan lagi tandah wajib benar nabi kita Muhammadsaw. pesuruh Allah taala (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 51).
Tidak semua nabi adalah Rasul dan semua Rasul adalah Nabi Allah.
Rasul Allah yang wajib diketahui dalam Alquran berjumlah 25 Rasul. Dan
jumlah Rasul ada 313 Rasul.
Malaikat merupakan makhluk Allah yang paling taat kepada Allah Swt.
Malaikat salah satu yang wajib diimani keberadaannya oleh setiap muslim. Iman
146
merupakan akidah bagi seorang muslim. Oleh karena itu, Iman termasuk ke
dalam ajaran tauhid. Malaikat diberikan tugas masing-masing yang kemudian
tugas tersebut dijalankan dengan taat tanpa melanggar sedikitpun dari perintah
Allah karena malaikat diciptakan dari nur dan hanya diberi akal. Malaikat Allah
yang wajib diketahui ada sepuluh, yaitu Jibril, mikail, Israfil, Izrail, Rakib, ‘Atid,
Munkar, Nakir, Ridwan, Malik.
Kitab-kitab Allah merupakan salah satu yang wajib diimani juga oleh
setiap muslim. Kitab Allah diturunkan kepada para rasul. Ada empat kitab Allah
yang wajib diketahui, yaitu sebagai berikut.
a. Kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud As.
b. Kitab Taurat diturunkan kepada nabi Musa As.
c. Injil diturunkan kepada nabi Isa As.
d. Alquran diturunkan kepada nabi akhiruzzaman, nabi Muhammad Saw.
5. Makna Dua Kalimat Syahadat
Dua kalimat syahadat merupakan rukun Islam yang pertama yang
menjadi pintu gerbang masuknya seseorang ke dalam agama Islam. Lāillaha ‘l-
allahu Muhammad `r-Rasullu `l-Lāhu artinya bahwa tiada tuhan selain Allah dan
nabi Muhammad adalah utusan Allah. Naskah Risālatu `t-Tauhīd, ada empat
makna dalam dua kalimat syahadat yaitu sebagai berikut.
a. Pertama lāmustafinan ‘ankulli māsiwāhu walāmuftaqīrun ilaihi kullu
mā’adāhu illallah. Artinya itu tiada Tuhan yang kaya daripada tiap-tiap suatu
barang yang lainnya. Dan tiada Tuhan yang menjadikan berkehendak tiap-
147
tiap suatu barang yang lainnya melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd,
hlm. 60).
b. Dan kedua makna itu lāwajiba l-lwujūdi illa l-llahu. artinya itu tiada Tuhan
yang wajib adanya melainkan Allah taala (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).
c. Dan ketiga makna itu lāma’buza bihaqqifī ‘l-wujūdi illallahu. Artinya itu
tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah taala
(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).
d. Dan keempat makna itu lāmustahiqqan ‘l-il’bāzati bihaqqin illallah. Artinya
itu tiada tuhan yang mempunyai hak yang disembah ia dengan sebenarnya
melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).
Ketauhidan wajib didakwahkan terlebih dahulu kepada seorang muslim
daripada kewajiban-kewajiban yang lain termasuk salat. Hal ini karena ajaran
tauhid merupakan pondasi dasar dari Agama Islam. Meyakini bahwa Allah Esa
dan mentauhidkan Allah adalah pengertian dari syahadat. Mentauhidkan Allah
untuk menghindari perbuatan-perbuatan syirik, yaitu menyembah selain Allah
itulah makna dari kalimat syahadat dari ajaran Tauhid.
148
C. Analisis Fungsi Ajaran Tauhid
Fungsi diartikan sebagai kegunaan dan peran suatu objek tertentu.
Pendekatan pragmatis suatu karya sastra dapat dilakukan dengan analisis fungsi
(Istadiyantha, 2007:100). Menurut Ekadjati, fungsi merupakan apa yang dituju
oleh pengarang itu di dalam karangannya. Pengarang membuat karangan
mempunyai maksud yang akan ditelusuri menggunakan analisis fungsi dan apa
fungsi dari setiap bagian karangannya (Istadiyantha, 2007:100). Fungsi karangan
berhubungan dengan kehidupan pengarang, kehidupan sosialnya, kepercayaan
pengarang dan proses mempengaruhi, serta perencanaan atau hipotesa-hipotesa
yang muncul untuk meramalkan masa yang akan datang. Pesan yang
disampaikan pengarang kepada pembaca inilah fungsi dari suatu karangan.
Braginsky menyebutkan dalam penelitiannya terhadap karya sastra
Melayu menggariskan adanya tiga lingkaran fungsi, yaitu lingkaran fungsi
keindahan, kemanfaatan, dan kesempurnaan jiwa (Istadiyantha, 2007:5). Fungsi
keindahan dalam karya sastra berkaitan dengan keaktifan psikologi dan
kemampuannya mentransformasi keadaan jiwa seseorang (Braginsky, 1998:198).
Karangan yang indah akan mampu menghasilkan pengaruh yang menenangkan
bagi pembaca sehingga karya sastra mampu menjadi alat penglipur/penghibur
hati. Fungsi penghibur (penenang dan penyembuh) dipahami sebagai salah satu
fungsi yang terpenting dalam karya sastra (Braginsky, 1998:200).
Selain fungsi menghibur atau fungsi keindahan, karya sastra juga
memiliki fungsi faedah atau manfaat. Fungsi faedah/manfaat dipahami sebagai
aspek didaktis dari isi karangan yang tersembunyi pada struktur dalam (tersirat)
karya sastra yang harus menjadi pusat perhatian pembaca. Kemampuan
149
memahami struktur dalam sebuah karya sastra inilah yang mampu memberi
manfaat yang bersifat intelektual dan tingkah laku termasuk kesempurnaan
bertutur kata (Braginsky, 1998:206).
Fungsi Faedah berhubungan dengan akal (aspek praktis dan teoritis,
khususnya praktis) dan hati nurani (pengetahuan tentang ‘ilmu Allah’ yang
membawa kepada kesempurnaan rohani). Kesempurnaan rohani/kesempurnaan
jiwa merupakan salah satu lingkaran fungsi karya sastra menurut Braginsky.
Fungsi kesempurnaan rohani banyak tersimpan pada karangan-karangan yang
bersifat keagamaan dan mistik. Lingkup fungsional kesempurnaan rohani dalam
sebuah karya sastra bersifat tersirat atau tidak langsung. Kesempurnaan jiwa
berfungsi untuk meneguhkan iman untuk menangkap realitas tertinggi
(Braginsky, 1998:274).
Berdasarkan penjabaran pengertian fungsi di atas dapat diambil suatu
kesimpulan dalam analisis ini bahwa analisis fungsi dalam naskah Risālatu `t-
Tauhīd digunakan untuk menangkap makna yang tersirat dan tersurat dari naskah
tersebut, tujuan di tulis, dan manfaat dalam kehidupan masyarakat. Namun,
dalam karya jenis sastra kitab cenderung tidak ditemukan adanya fungsi
keindahan (penghibur). Maka, di sini akan dibatasi pengertian fungsi yang akan
dianalisis berdasarkan teori fungsi yang dikemukakan oleh Braginsky, yaitu
fungsi keindahan, fungsi kebermanfaatan, fungsi kesempurnaan rohani yang
berkaitan dengan fungsi dalam hubungan struktur, fungsi umum (kemanfaatan),
fungsi khusus (kesempurnaan jiwa). Fungsi keindahan tidak ada pembahasan
dalam penelitian ini karena jenis naskahnya merupakan sastra kitab.
150
1. Fungsi dalam Hubungan Struktur
Pembahasan struktur narasi naskah Risālatu `t-Tauhīd pada bagian
pendahuluan dibuka dengan bacaan basmallah, puji-pujian pada Allah, kemudian
langsung masuk pembahasan makna bacaan basmallah secara mendetail.
Bahkan, ditekankan pula dalam suatu hadits nabi bahwa barang siapa memulai
perkara tidak membaca basmallah maka tidak akan berkah suatu perkara itu.
“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiappekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membacaBismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya”(Risālatu `t-Tauhīd, hal 5).
Pembukaan menggambarkan mengenai tipe pengarang dalam karangan
ini, yaitu tipe pengarang yang langsung pada pokok pembicaraan. Tidak ada
selawat kepada nabi. Pembahasan langsung dilanjutkan dengan isi ajaran tauhid
yaitu jirim, jism, syara’, ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, dan ma’rifatul insan.
Pada bagian isi, naskah Risālatu `t-Tauhīd mengemukakan tentang:
a. Makna bacaan basmalah dan keutamaan membacanya.
b. Ma’rifatullah dengan mengenal jirim, jism, syara’, hukum-hukum Allah, dan
sifat-sifat Allah yang berjumlah dua puluh sifat.
c. Mengenal para rasul dan nabi Allah beserta penjabaran keistimewaannya
sebagai nabi dan rasul yang berupa mukjizat.
d. Mengenal malaikat Allah.
e. Mengenal kitab-kitab Allah.
f. Dan menjabarkan makna dan fungsi dari makna sua kalimat syahadat.
Huruf (b), (c), (d), (e), dan (f) berfungsi sebagai pemerkuat kedudukan
naskah, memberikan legitimasi bahwa naskah tersebut berisi tentang kedudukan
151
“isi” dalam struktur narasinya dan isi keseluruhan teks yaitu ajaran tauhid. Huruf
(a) berfungsi sebagai pembuka yang secara eksplisit naskah ini dibuka dengan
bacaan basmallah serta penjabaran basmallah. Hal ini menandakan bahwa
naskah ini secara penyampaian menggunakan metode ironik-sinkronik yaitu
penjabaran secara mendetail.
Keunikan dari struktur narasi naskah Risālatu `t-Tauhīd yaitu bagian
pembukaan yang tidak disertai dengan pembukaan sebagaimana struktur sastra
kitab lainnya. Setelah dibuka dengan bacaan basmalah, pengarang melanjutkan
dengan pembahasan isi ajaran tauhid. Penutup dari naskah ini, yaitu dengan
mengungkapkan kata “tammat” pada akhir baris dan disertai dengan kata
“wallahu ‘alam bisshawab”. Bagaian akhir juga ditemukan kolofon yang hanya
berisi waktu pembuatan naskah.
Uraian dalam pembukaan, isi, dan penutup di atas, naskah Risālatu `t-
Tauhīd yang berisi ajaran tauhid berfungsi sebagai pengajaran dan pehaman bagi
pembacanya tentang ilmu tauhid. Memberikan pemahaman bahwa tauhid yang
merupakan ilmu akidah yang sangat penting dalam ajaran Islam karena menjadi
pondasi awal dalam agama Islam. Pemahaman tauhid ini wajib diketahui setiap
muslim sehingga mampu terhindar dari sikap syirik. Syirik merupakan salah
sikap yang dibenci Allah Swt karena dapat membawa manusia ke dalam
kemurtadan. Tauhid mengajarkan untuk mengesakan dan mengagungkan Allah
Swt pemilik segala kehidupan.
152
2. Fungsi Umum Naskah Risālatu `t-Tauhīd
Akidah manusia dibentuk melalui sebuah pendidikan. Pendidikan yang
baik, akan membentuk kepribadian yang baik dan sebaliknya. Pendidikan,
khususnya pendidikan Islam merupakan upaya untuk menyeimbangkan,
mendorong, dan mengajak manusia untuk berpikir maju dengan berdasarkan
nilai-nilai yang luhur dan mulia sehingga terbentuk pribadi yang sempurna.
Pribadi yang baik berkaitan dengan akal, perasaan, dan perbuatannya. Akidah
Islam ini bertujuan untuk mendidik manusia agar memiliki kualitas yang tinggi
secara individual atau personal (kesalehan individu) dan secara impersonal atau
sosial (kesalehan sosial)8.
Fungsi umum ini ajaran tauhid berkaitan dengan tujuan pendidikan
sebagai pembentuk akidah yang baik yang memiliki kualitas tinggi secara
kehidupan sosial (kesalehan sosial). Fungsi umum merupakan fungsi-fungsi yang
berada di luar dari tujuan beribadah secara kebutuhan ruhani. Fungsi umum
merupakan fungsi teks secara kontekstual dilihat secara fisik dari kehidupan
sosial masyarakat. Fungsi secara tekstual, naskah Risālatu `t-Tauhīd dijabarkan
dalam fungsi khusus secara ruhani dilihat dari fungsi tauhid sebagai ibadah
manusia. Berikut ini penjabaran dari fungsi-fungsi umum tersebut.
a. Fungsi Ajaran Tauhid terhadap Pendidikan
Tauhid dalam sejarah merupakan tema sentral dan bahkan menjadi materi
utama yang disajikan oleh para rasul, nabi, dan orang-orang saleh. Bahasan dalam
tauhid menyangkut akidah Islam, sedangkan akidah Islam menjadi pondasi dalam
8 M. Slamet Yahya, 2006, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek,Purwokerto, halaman 1.
153
kehidupan9. Ajaran tauhid perlu dipahamkan kepada setiap orang, khususnya
muslim. Ajaran tauhid berperan sebagai motivator utama bagi seorang muslim
untuk selalu mencintai Tuhannya. Apabila dalam hidup seseorang telah mampu
mengesakan Tuhan dan mengakui keberadaan-Nya, maka dalam setiap tingkah
lakunya akan selalu berhati-hati. Proses pemahaman ajaran tauhid sebagai
pendidikan akidah perlu diajarkan sehingga dapat membentuk kualitas karakter
yang tinggi.
Pendidikan merupakan salah satu tempat yang strategis untuk membentuk
kebebasan diri, yaitu menjadi manusia yang merdeka, kuat, tidak bergantung pada
orang lain, dan memiliki karakter yang mulia. Pendidikan karakter mempunyai
arti proses pembentukan yang memberikan dampak positif terhadap
perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Moral anak
bangsa terbentuk dari pendidikan karakter. Pembentukan karakter dilakukan di
lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sebagai wadah pendidikan.
Pelecehan seksual, kekerasan, tawuran, bahkan sampai pemakaian obat-
obatan terlarang merupakan salah satu bentuk kegagalan dari proses pendidikan.
Proses pembebasan dalam diri seseorang gagal sehingga harus melakukan
penyimpangan sosial untuk bertahan hidup. Perlu adanya treatment untuk
melakukan pencegahan terhadap perusakan moral anak bangsa. Salah satu proses
preventif terhadap kerusakan moral anak bangsa melalui proses spiritual.
“Dan dikata umum pada maknanya itu karena makna Rahmān itu
memurahi Allah taala di dalam dunia pada sekalian makhluknya daripada manusia
9 Jurnal Kajian Tauhid bagi Pendidikan, http://digilib.uinsby.ac.id/646/5/Bab%202.pdf,Digilibs Universitas Islam Negeri: Surabaya, halaman 19.
154
dan jin dan mukmin dan kafir dan segala yang bernafas dan segala yang tiada
dibernafas sekalipun sekaliannya itu masing-masing dimurahi ia dengan rizkinya”
(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2). “Maka dikata umum pada lafalnya itu karena lafal
Rahīm itu tiada ditentukan kepada Allah taala dan kepada yang lain daripada
Allah pun boleh dikata Rahīm itu dinamakan Rahīm” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm.
2-3).
Kutipan di atas mengajarkan bahwa dalam setiap kehidupan harus saling
menyayangi dan mengasihi seperti halnya sifat Allah. Kasih sayang yang baik dan
saling menghormati akan membentuk karakter seseorang yang lembut dan
membentuk sifat sopan santun.
Fungsi pendidikan dalam makna dan pembahasan hukum-hukum
membacanya bahwa setiap muslim memiliki sifat kasih sayang terhadap semua
makhluk Allah. Diajarkan pula melakukan pengharapan hanya kepada Allah
sehingga hal ini memunculkan sifat tidak mudah putus asa dalam melakukan
suatu hal yang ingin dicapai. Jadi, pendidikan yang diperoleh adalah pembentukan
karakter sifat kasih sayang dan tidak mudah putus asa dalam diri setiap muslim.
Agama merupakan salah satu benteng bagi manusia dari hawa nafsu.
Agama Islam mengajarkan pemeluknya ajaran tauhid yang merupakan pondasi
awal bagi Agama Islam. Ajaran tauhid (akidah) merupakan pembentuk akhlak dan
prinsip umat muslim. Ilmu tauhid mengajarkan tentang Keesaan Tuhan dan
mengajarkan akhlakul karimah dengan meneladani sifat-sifat nabi dan rasul.
Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiappekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca
155
Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).
Kehidupan yang berkah didasarkan pada kehidupan yang disiplin, teratur, dan
bijaksana. Bacaan basmallah merupakan bacaan yang wajib dalam setiap kegiatan
yang baik karena dalam Islam mengajarkan untuk senantiasa menyebut nama
Allah dalam setiap ibadah. Menyebut nama Allah dalam setiap ibadah akan
memberikan ketenangan batin. Batin yang tenang akan berdampak pada sikap
yang baik dengan demikian dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd disebutkan bahwa
membaca basmallah akan mendatangkan berkah.
Naskah Risālatu `t-Tauhīd juga memberikan ulasan tentang sifat-sifat
Rasulullah seperti yang tercantum dalam kutipan “Bermula segala sifat yang
wajib pada hak segala Rasul itu tiga perkara. Pertama itu sidiq artinya itu khabar
benar khabarnya. Dan kedua itu amanah artinya itu kepercaya. Dan ketiga itu
tabligh artinya itu menyampaikan” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 48). Karakter
seorang muslim terbentuk karena keteladanannya terhadap nabi dan rasul dan para
ulama. Sifat jujur, dapat dipercaya, menyampaikan, sabar, ikhlas, dan sebagainya
telah dicontohkan oleh nabi dan rasul. Untuk itu, ajaran tauhid dalam naskah
Risālatu `t-Tauhīd dapat membentuk karakter anak bangsa melalui pendidikan
yang berkarakter.
Proses pembebasan diri harus dimanifestasikan dengan bertanggungjawab.
Perlu diketahui bahwa pembelajaran tauhid juga tidak shanya sekedar percaya
terhadap wujud Allah, tetapi lebih dari itu, harus dihayati dengan baik dan benar.
Maka, kesadaran seseorang terhadap tugas dan kewajibannya sebagai hamba
156
Allah akan muncul dengan sendirinya. Pembentukan karakter yang berkualitas
tinggi juga akan terbentuk dengan sendirinya.
b. Fungsi Tauhid terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat
Makhluk hidup adalah makhluk sosial (zoon politicon), maka tentu akan
senantiasa berinteraksi satu sama lain. Pada hakikatnya manusia tidak akan
mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat
wajib saling menghormati, kasih sayang terhadap sesama, peduli terhadap
lingkungan, dan senantiasa bersemangat dalam menjalankan pekerjaan yang
positif. Seperti halnya tolong-menolong dengan sesama makhluk hidup. Hal itu,
terkandung dalam makna bacaan basmallah.
Jirim dan Jism mengajarkan manusia untuk mengenal alam semesta dan
lingkungan sekitar, serta mengenal hal-hal yang tidak tampak mata.
Maka adalah jirīm itu dua perkara suatu tiada ia jirīm itu menerima bahagidan tiada ia bersuku-suku. Maka demikian itu dinamai akan dia itu jirīmjauhar namanya, yakni keadaan syaikh yang halus yang tiada bolehmenjadikan akan dia itu dua qodrat, yaitulah asal kejadian alam ini. Danyang kedua jirīm itu menerima bahagi dan bersuku-suku. Maka yangdemikian itu dinamai akan dia itu Jirim jism namanya, artinya tubuh-tubuh(Risālatu `t-Tauhīd, hlm 8).
Ahaduhā jismun kasyīfun marsh-shun ka‘l-‘ardhi wamā fī ma’nāhā.Artinya suatu itu jismun yang rapat yang bertandah-tandah seperti bumidan barang yang didalam ma’ani bumi. Watsānīhā jismun lathīfun ka ‘l-Bahri wal hawāi warrīhi wa syifā’I sy-syamsi. Artinya (itu) kedua [bahagi]itu jism \yang\ halus seperti air laut dan asap dan angin dan cahayamatahari. Watsālitsuhā jismun kasyīfun muhalhalun ka sh-shoufi wa sh-sihābi. Artinya dan ketiga [bahagi] itu jism yang la(h) in seperti mega danawan (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).
Sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama perlu
mematuhi nilai-nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat. Kualitas manusia
157
dalam interaksinya dimasyarakat tecermin pada akhlak yang baik dan mulia.
Karakter manusia tercipta dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, dan
dunia kerja.
Pemerintah menggalakkan pendidikan berkarakter bertujuan untuk
membentuk karakter manusia yang baik. Penyimpangan-penyimpangan sosial
yang terjadi dalam masyarakat itulah sebab dari pendidikan berkarakter yang
digalakkan pemerintah saat ini. Ajaran tauhid dalam Islam merupakan ajaran
akidah yang mampu membentuk karakter yang diharapkan dalam kehidupan
sosial masyarakat.
c. Fungsi Tauhid terhadap Perkembangan IPTEK
Alam semesta yang luas mengandung beraneka macam rahasia yang
merupakan tabir gelap yang perlu dipecahkan. Rahasia pertama tentang Tuhan.
Manusia tak dapat menyatakan Tuhan dalam suatu bentuk keduniawian sekalipun
manusia yang paling bijaksana sekalipun. Kedua tentang jiwa dan pikiran manusia
sendiri yang mekanisme kerjanya sulit dipahami (Quamar, 1983:1).
Ilmu pengetahuan modern saat ini menggunakan hukum kausalitas dan
determinisme untuk menjawab berbagai paradoks, kini mulai berpaling ke arah
lain. Akibatnya kedudukan kausalitas dan determinisme menjadi mengambang.
Para ilmuwan, diawali dengan Heseinberg dan Maxborn, mulai bermain dengan
“statistik” dan “teori kemungkinan”. Contoh tersebut merupakan kenyataan
bahwa sains yang selama ini teguh dengan alurnya, kini tak dapat
mempertahankannya (Quamar, 1983:1).
158
Hukum dan teori hasil buatan manusia sebenarnya tidak dapat dipasrtikan
kebenarannya dan bersifat subyektif, karena hal itu merupakan hasil penangkapan
panca indera dan pikiran manusia. Teori-teori tersebut dapat dibantah dengan
teori-teori baru sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK yang semakin
maju. Penalaran matematika dan logika tidak selamanya benar karena proses
pemikiran manusia tidak selamanya bergantung pada hal tersebut. Contoh teori
yang pernah disanggah sesuai dengan kemajuan IPTEK adalah teori bahwa bumi
itu datar. Teori itu berubah menjadi bumi itu bulat. Selain itu teori bahwa bumi
menjadi pusat orbit alam semesta berubah menjadi bahwa mataharilah yang
menjadi pusat orbit alam semesta.
Secara etimologi, “ilmu” berasal dari kata science (bahasa Inggris), yang
berarti pengetahuan. Kata iniberasal dari bahasa Latin, scientia yang diturunkan
dari scire yang berarti mengetahui dan belajar. Ilmu berfungsi untuk mendapat
minimal tiga manfaat, yaitu pengetahuan, aktivitas, dan metode untuk memahami
tentang pengertian ilmu. Sedangkan teknologi berasal dari kata techne dan logos.
Techne berarti metode rasional dan logos berarti tata pikir. Teknologi merupakan
aplikasi dari pola kreativitas akal manusia atau proses berpikir manusia yang
rasional10.
Dampak dari IPTEK umumnya berkekuatan melemahkan mental spiritual
karena manusia mengedepankan logika daripada nurani. Padahal dengan
perkembangan IPTEK berfungsi sebagai fasilitator manusia dalam kehidupan.
10M. Slamet Yahya, 2006, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek, Purwokerto,halaman 4.
159
Perlu sikap yang bijaksana agar tidak terbawa arus perkembangan IPTEK menuju
kea rah negatif.
Adapun arti dzatnya itu ibarat daripada mempikirkan dan membicarakandan mempahamkan didalam hati akan sesuatu daripada adanya itudaripada tiadanya. Dan artinya kharaj itu ibarat daripada pendapatanpancaindra yang lima yaitu pendengaran telinga, dan penglihatan mata,dan pencium hidung, dan pengrasa lidah, dan penjabat tangan” (Risālatu`t-Tauhīd, hlm. 37).
Kutipan di atas mengajarkan kepada manusia untuk melibatkan dalam
setiap kekuatan pancaindranya dengan kekuatan dan kekuasaan Tuhan.
Perkembangan IPTEK wajib melibatkan eksistensi Tuhan. Zaman Rasulullah,
Rasul telah mampu menceritakan proses kejadian terbentuknya manusia di alam
rahim. Kini, teori yang telah dijabarkan oleh Rasulullah di zaman dulu, bahkan
Rasul pun tidak mengetahuinya. Rasul berlandaskan pada ayat-ayat Alquran
dengan keterlibatan Allah yang menciptakan alam semesta. Teori tersebut
terbukti kebenarannya.
Fungsi naskah Risālatu `t-Tauhīd mengajarkan bahwa kemajuan IPTEK
diikuti pula dengan ketauhidan kepada Allah Swt. Penganut materialisme
mengatakan bahwa Tuhan semata-mata hanya rekaan imajinasi manusia, ini
merupakan salah satu proses dari pengikisan akhlak manusia. IPTEK berkembang
seiring dengan perkembangan zaman ini perlu diseimbangkan dengan ketauhidan,
yaitu bahwa ada peran Tuhan dari setiap kejadian alam semesta.
160
3. Fungsi Khusus Naskah Risālatu `T-Tauhīd
Ibadah yang diperintahkan Allah itu tidak akan disebut sebagai ibadah
kecuali dengan mentauhidkan Allah. Ibadah tidak sah jika disertai dengan syirik.
Seseorang tidak disebut sebagai hamba Allah jika tidak merealisasikan tauhi,
mengesakan Allah semata dalam beribadah (Aziz, 1998:23). Syarat diterimanya
ibadah seseorang, jika ia mampu mentauhidkan Allah, ikhlas dalam beribadah dan
tidak menyekutukanNya dengan hal lain. Ibadah itu juga sesuai dengan syari’at
dan sunnah Nabi Muhammad saw.
Ilmu tauhid merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang muncul setelah
zaman Rasulullah dan para sahabatnya. Faktor kemunculan ilmu tauhid
disebabkan oleh melencengnya akidah umat Islam setelah Rasulullah dan para
sahabatnya wafat. Pendiri ilmu tauhid, Abdul Hasan Al Asy’ari mencetuskan ilmu
tauhid dengan tujuan mengembalikan akidah manusia kepada syariat Islam (Amir,
1982:55).
Fungsi khusus naskah Risālatu `t-Tauhīd pada teks pertama ini adalah
memberi pengajaran tentang ilmu tauhid sebagai pondasi diterimanya amal ibadah
seseorang. Ibadah yang tidak dilandasi dengan ketauhidan kepada Allah maka
tidak akan diterima ibadah seseorang.
Bermula yang wajib atas tiap-tiap yang mukalaf yakni atas orang yang aqilbaligh daripada laki-laki dan perempuan bahwa yang wajib pada syurgamengenal ia akan barang yang wajib dan barang yang mustahil dan danbarang yang jaiz pada haq tuhan kita jalla wa’azza dan mengenal barangyang wajib dan barang yang mustahil dan barang yang jaiz// pada haksegala rusul ‘alaihi mus sholatu wassalam (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).
Kutipan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd mengajarkan kepada setiap
individu untuk beriman kepada Allah dan Rasul Allah. Disebutkan pula bahwa
161
jika tidak beriman kepada Allah tidak mentauhidkan Allah, maka tidak akan
masuk syurga. Iman itu dengan mengetahui asma’ (nama-nama) Allah dan
sifatnya, sifat-sifat Rasulullah dan mukjizat kerasulannya. Mengenal malaikat
Allah, kitab-kitabnya, percaya pada hari akhir, qadla dan qadar juga termasuk
rukun iman.
Ketauhidan terkandung pula dalam termasuk yang terkandung dalam dua
kalimat syahadat yang berfungsi sebagai pembentukan akidah seorang muslim.
lā illāha illa ‘l-Lāhu Muhammad ‘r-rasullu ‘l-Lāhu. Adapun makna lāillāha illa ‘l-Lāhu itu empat makna pertama makna lā mustafīnan ‘ankullimā siwāhu walā muftaqīrun ilaihī kullu mā ’adāhu illa ‘l-Lāhu. Artinyaitu tiada Tuhan yang kaya daripada tiap-tiap suatu barang yang lainnya.Dan tiada Tuhan yang menjadikan berkehendak tiap-tiap suatu barangyang lainnya melainkan Allah taala jua. Dan kedua makna itu lā wājiba ‘l-Wujūdi illa ‘l-Lāhu. artinya itu tiada Tuhan yang wajib adanya melainkanAllah taala. Dan ketiga makna itu lā ma’buza bihaqqi fī ‘l-Wujūdi illa ‘l-Lāhu. Artinya itu tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnyamelainkan Allah taala. Dan keempat makna itu lā mustahiqqan lil ’ibāzatibihaqqin illa ‘l-Lāhu. Artinya itu tiada Tuhan yang mempunyai hak yangdisembah ia dengan sebenarnya melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).
Uraian di atas menyimpulkan bahwa hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang
wajib disembah. Ketauhidan kepada Allah merupakan ibadah yang wajib
dilakukan setiap muslim. Maka secara khusus, untuk membentuk kesalehan
personal perlu tertanam dalam diri individu ketauhidan kepada Tuhan. Fungsi
khusus dari ajaran tauhid adalah sebagai berikut.
a. Ketauhidan berfungsi untuk beribadah kepada Allah.
b. Sebagai jalan menuju syurga.
c. Sebagai penerangan jiwa dalam setiap individu.
162
d. Sebagai katarsis (penyucian jiwa) dari sifat-sifat tercela dengan
meneladani sifat-sifat yang dimiliki Rasul Allah.
e. Sebagai pembentuk akhlakul karimah (akhlak yang baik).
Kesimpulan dari fungsi khusus ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-
Tauhīd ini yaitu Tauhid kepada Allah dengan meyakini bahwa Allah itu Yang
Maha Esa, seperti yang tercantum dalam firman Allah yang terdapat dalam naskah
Risālatu `t-Tauhīd: “Tandah wajib ia bersifat wahdaniyah itu firman Allah taala
ilāhukum ilahu wāhid: Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa (QS. An-Nahl
[9]:2)”. Ajaran tauhid dalam diri individu berfungsi sebagai penguatan Iman
Islam bagi setiap muslim. Iman Islam yang telah tertanam kokoh dalam diri
seorang muslim, maka akan tercermin pada akhlaknya yang mulia (akhlakul
karimah) sehingga terbentuklah kesalehan personal (individu).