Dunia maritim telah mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga menghasilkan berbagai macam kapal yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan tersebut yaitu untuk eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan tersebut dibutuhkan suatu teknologi pendukung salah satunya adalah kapal jenis Production Support Vessel (Utility) yang dimana merupakan suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan untuk menunjang atau memberikan pelayanan untuk memperlancar kegiatan eksplorasi, diantaranya aktifitas supply logistic untuk operasional lepas pantai, penjangkaran anjungan minyak terapung, perawatan bangunan lepas pantai dan riset oceanografi. Untuk membangun kapal PSV ini membutuhkan dana yang besar. Dengan adanya analisa tekno ekonomi terhadap penempatan main engine pada kapal tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya produksi kapal. Analisa terhadap perencanaan peletakkan serta pemenuhan aspek-aspek pada kamar mesin diharapkan mampu berpengaruh pada nilai ekonomi kapal ini. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan bahwa penempatan main engine pada frame 14 – 19 memiliki nilai ekonomis yang tinggi akan tetapi tetap sesuai dengan aspek-aspek di kamar mesin dan sesuai dengan klas Lloyd’s Register. Kata Kunci : kamar mesin, production support vessel, tekno,ekonomi
BAB 1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia maritim yang
begitu pesat menghasilkan berbagai macam
kapal yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Salah satu kebutuhannya yaitu untuk
eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas
bumi di laut. Untuk menunjang kegiatan
tersebut dibutuhkan suatu teknologi
pendukung salah satunya adalah kapal jenis
production support vessel (utility) merupakan
suatu jenis kapal yang secara umum bertujuan
untuk menunjang atau memberikan pelayanan
untuk mempelancar kegiatan eksplorasi,
diantaranya aktifitas supply logistic untuk
operasional lepas pantai, penjangkaran
anjungan minyak terapung, perawatan
bangunan lepas pantai dan riset oceanografi.
Kapal ini dirancang untuk dapat
beroperasi pada daerah perairan yang dalam
dan kondisi yang ganas di daerah sekitar
offshore platform maupun dermaga yang
menjadi tempat berlabuh. Selain itu kapal
production support vessel juga harus bisa
membawa sejumlah besar muatan seperti pipa-
pipa untuk pengeboran minyak, instalasi
sumur minyak, lumpur pengeboran serta pada
kecepatan tertentu, dengan jarak yang cukup
jauh. Sehingga dari permasalahan tersebut
dapat diangkat menjadi judul tugas akhir :
ANALISA TEKNO EKONOMI PENEMPATAN MAIN ENGINE DI PRODUCTION SUPPORT VESSEL 48 M
Haidir, Ir.Surjo W. Adji, M.Sc,Ceng,FIMarEST dan Ir.Amiadji, M.Sc. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]
Analisa Tekno Ekonomi Penempatan Main
Engine Di Production Support Vessel 48 m.
Dengan adanya pertimbangan analisa
secara tekno ekonomi tersebut diharapkan
kapal ini memiliki kamar mesin yang sesuai
dengan standart serta mampu menambah nilai
ekonominya.
1.2 Perumusan Masalah
Penggunaan analisa tekno ekonomis
terhadap cara peletakan mesin induk di kamar
mesin akan berpengaruh terhadap biaya
pembangunan kapal karena akan mengurangi
biaya produksi. Akan tetapi berbagai syarat
dari kelayakan kamar mesin harus tetap
diperhatikan.
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang terjadi harus diberi
batasan untuk menjaga kosentrasi dari ide
skripsi serta mempermudah dalam
melaksanakan analisa. Berikut merupakan
batasan-batasan masalah tersebut, yaitu :
1. Hanya menganalisa penempatan main
engine dan efek dari penempatannya
secara ekonomis.
2. Tidak merancang sistem ataupun desain
kontruksi pendukung dari main engine
atau ruangannya.
3. Tidak menghitung stabilitas kapal secara
akurat.
1.4 Tujuan Skripsi
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Mampu menganalisa penentuan tata
letak main engine sehingga
memberikan keuntungan secara
ekonomis.
2. Mampu membandingkan berapa besar
efisiensi penghematan biaya produksi
dengan desain awal.
1.5 Manfaat Skripsi
Manfaat yang dihasilkan dari skripsi ini
adalah :
1. Mampu mengurangi biaya produksi
kapal.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Production Support Vessel (Utility)
Production Support Vessel (Utility) atau
kapal pendukung operasi adalah suatu kapal
yang digunakan dalam mendukung operasi
produksi sebuah kilang minyak di lepas pantai.
Dimana beberapa kapal ini dilengkapi dengan
peralatan pembantu operasi sebuah RIG
seperti tenaga hidrolik untuk menggerakkan
Riser and Lifting System (RALS) serta
menjaga dan mengurangi dampak lingkungan
yang terjadi di sekitar sumur minyak.
Selain itu, kapal jenis ini digunakan untuk
keperluan pengiriman perlengkapan dari rig,
seperti pipa, pondasi jack-up rig, dll.
Sedangkan pada pengerjaan skripsi ini akan
menganalisa Production Support Vessel
(Utility) 48 m.
Gambar 1. Production Support Vessel
(Utility)
2.2. Kamar Mesin
2.2.1. Penjelasan Umum
Kamar mesin atau engine room adalah
ruang atau kompartemen yang sangat penting
pada sebuah kapal. Di tempat inilah terdapat
mesin penggerak kapal yang biasanya
dinamakan mesin induk atau mesin utama. Di
kamar mesin pula terletak sumber tenaga
untuk membangkitkan listrik yang berupa
generator listrik kapal, pompa-pompa, dan
bermacam-macam peralatan kerja yang
menunjang pengoperasian kapal. Konstruksi
kamar mesin dibuat khusus karena adanya
beban-beban tambahan yang bersifat tetap,
seperti berputarnya mesin utama dan mesin
lainnya.
Kamar mesin pada kapal-kapal besar
biasanya lebih dari dua lantai. Pada lantai
pertama atau lantai alas dalam terletak mesin
utama dan pada lantai kedua
terletak generator pembangkit tenaga listrik.
Jumlah generator lebih dari satu, dan
umumnya dua atau tiga. Hal tersebut
dimaksudkan sebagai cadangan, jika salah satu
generatornya rusak atau sedang dalam
perbaikan.
2.2.2. Peletakan Kamar Mesin
Pada umumnya letak kamar mesin
pada kapal adalah di belakang kapal di dekat
buritan kapal, bila letak ruang mesin berada
agak ke depan, jaraknya tidak lebih dari 1
ruang muat, hal ini mempertimbangkan
beberapa hal, seperti berikut :
1. Panjang poros
Panjang poros diusahakan tidak terlalu
panjang, meskipun terdapat ruang muat di
belakang ruang mesin, sehingga hanya dibatasi
terdapat 1 ruang muat dibelakang ruang mesin.
2. Trim
Penempatan ruang mesin yang sedikit agak
kedepan akan mengurangi trim yang
berlebihan.
3. Navigasi
Karena pada umumnya ruang akomodasi dan
ruang navigasi berada di atas ruangan mesin,
maka jika penempatan ruang mesin berada
agak ke depan, maka dengan sendirinya posisi
ruang navigasi juga akan berada agak ke
depan, yang mana akan memudahkan awak
kapal melakukan navigasi secara visual,
karena halangan pada saat kapal membawa
muatan petikemas penuh, akan lebih sedikit
bila dibandingkan dengan seluruh ruang muat
berada di depan ruang akomodasi dan
navigasi.
2.2.3. Ukuran Kamar Mesin
Kamar mesin memiliki beberapa
pertimbangan dalam menentukan ukurannya,
yaitu :
1. Panjang Kamar Mesin.
Sebagai dasar pertimbangan pemasangan
mesin kapal dan perlengkapan kapal
terdapat satu hal penting pada tahap awal
perancangan, yaitu menentukan panjang
kamar mesin. Karena ukuran ini
menentukan panjang kapal secara
keseluruhan, yang selanjutnya juga
mempengaruhi bentuk kapal, performance,
struktur dan sebagainya. Diluar
pertimbangan kemudahan akses dan
perawatan, panjang kamar mesin sebaiknya
sependek mungkin, karena makin panjang
kamar mesin, makin besar berat konstruksi,
dan makin kecil kapasitas / ruang muat.
2. Tinggi Kamar Mesin
Engine casing harus dibuat cukup tinggi
untuk perawatan dan overhaul mesin induk
secara periodik yang dimana akan terdapat
perawatan dan penggantian komponen
seperti piston mesin sehingga perlu untuk di
keluarkan dari mesin induk, untuk
keperluan pengeluaran piston ini
dibutuhkan ruang yang cukup atau tinggi.
2.2.4. Aspek-Aspek Pada Kamar Mesin
Pada kamar mesin terdapat beberapa
aspek yang harus dipenuhi agar tercipta
lingkungan kerja yang baik dan sehat. Berikut
beberapa aspek tersebut, yaitu :
1. Familiarity
Familiarity atau kemudahan untuk
mengenal peralatan-peralatan, layout,
sistem, sinyal, prosedur yang terdapat di
kamar mesin akan memberikan
keselamatan dan efisiensi. Biasanya pada
untuk memberikan kemudahan pengenalan
sistem diberikan tanda warna yang berbeda-
beda tiap sistemnya.
2. Occupational Health
Occupational Health atau kesehatan kerja
merupakan hubungan antara kamar mesin
dengan kesehatan kru kapal. Kamar mesin
yang sehat dan nyaman bagi kru kapal akan
mengurangi tingkat kepenatan psikologi.
3. Ergonomics
Ergonomics merupakan suatu faktor untuk
menentukan letak-letak peralatan, control
serta instrumentasi agar kru kapal dapat
menjangkaunya dengan baik. Sehingga
akan mempermudah pekerjaan kru dan
mengurangi tingkat kecelakaan.
4. Minimizing Risk Through Layout and
Design
Faktor ini merupakan salah satu faktor
keselamatan kerja di kamar mesin dengan
cara menata peralatan permesinan sesuai
dengan desain. Hal ini akan mengurangi
tingkat kecelakaan kerja karena taat kepada
desain yang telah direncanakan.
5. Survivability
Survivability atau kemampuan untuk
bertahan dalam arti jika terjadi situasi
darurat pada kamar mesin, semua kru dapat
menyelamatkan diri. Faktor ini dapat
dilaksanakan dengan cara memberikan
beberapa alat darurat seperti alat bantu
pernapasan, APAR, dll. Selain itu terdapat
juga rute evakuasi sehingga kru kapal dapat
keluar dari kamar mesin secepatnya bila
terjadi situasi darurat.
2.2.5. Posisi Penempatan Mesin Induk Di
Kamar Mesin
Pada kapal dengan kamar mesin di
belakang, posisi mesin induk harus diusahakan
sejauh mungkin kebelakang untuk
memperkecil panjang kamar mesin. Hal – hal
yang harus diperhatikan untuk menetapkan
posisi mesin induk adalah seperti berikut :
1. Tempat untuk intermediate shaft ( poros
antara )
Poros propeler harus dicabut dan diperiksa
secara periodik, karena itu dibelakang
mesin induk harus ada tempat yang cukup
untuk mencabutnya. Jarak antara ujung
belakang poros engkol mesin dan ujung
depan tabung poros (stern tube) harus lebih
panjang dari panjang poros propeler.
Biasanya diberikan margin sebesar 500 –
1000 mm seperti telah disebutkan dimuka.
2. Tempat untuk jalan kru kapal dan
perpipaan.
3. Di sisi-sisi ujung belakang mesin induk
harus ada tempat yang cukup untuk orang
lewat maupun penempatan perpipaan di
bawah floor.
4. Tempat untuk cadangan poros propeler.
Kalau kapal membawa cadangan poros
propeler, tempatnya biasanya disisi poros
antara ini harus dipastikan pada saat
menetapkan posisi mesin induk. Untuk
menggantung poros cadangan tersebut,
ruang diatasnya sekitar 2 meter harus bebas
agar dapat menempatkan takal pengangkat
(chain block). Untuk prosedur pencabutan
poros propeler dan pengikatan poros
cadangan, dianjurkan untuk berkonsultasi
dengan perencanaan sistem poros.
5. Tempat untuk pengencangan baut pengikat.
6. Disekitar baut pengikat dan baut pas mesin
induk harus tersedia ruang bebas agar orang
bisa mengencangkan dan memeriksa baut
pengikat mesin induk dengan leluasa.
Karena itu tempat diatas baut – baut
tersebut juga harus bebas dari perpipaan.
Biasanya sisi dalam dari blok “ B “ (side
girder) dibawah floor juga harus bebas.
7. Tempat untuk membuka tutup poros engkol
( deksel ).
8. Kedua sisi mesin induk pada ketinggian
floor harus bebas dari penempatan
peralatan untuk memudahkan pembukaan
deksel. Biasanya tempat sekitar 600 mm di
sekeliling mesin induk pada ketinggian
floor dianggap cukup sekaligus untuk jalan
ABK.
9. Grating mesin induk.
Untuk memudahkan perawatan dan
pengawasan grating mesin induk tidak
boleh dipotong. Kalau hal itu terpaksa
dilakukan, misalnya untuk memudahkan
pengangkatan peralatan dari floor ke atas,
sebaiknya hal itu dikonsultasikan pihak
produsen mesin. Lebar Engine Casing
sebaiknya cukup untuk memasukkan mesin
induk lengkap dengan gratingnya.
10. Pengikatan bagian atas mesin induk.
Jumlah balok pengikat yang dibuat harus
dengan persetujuan pihak produsen mesin.
Karena fungsi pengikat (top bracing) ini
untuk menghilangkan getaran, maka
struktur kapal tempat pengikat ini harus
betul-betul rigid. Karena itu juga sebaiknya
platform kapal dibuat pada ketinggian
grating mesin induk. Dalam merancang
peletakan tangga, perpipaan, ducting
ventilasi dll. Harus diperhatikan adanya
batang – batang pengikat ini.
11. Manifold gas buang.
Manifold gas buang mesin induk setelah
turbocharger harus diikat pada struktur
kapal dengan penyangga yang kuat.
Penyangga ini harus begitu kuat sehingga
mampu menahan getaran yang kuat serta
tahan terhadap ekspansi termal akibat
temperatur gas buang yang tinggi. Struktur
kapal tempat penyangga ini tentu saja harus
sama kuat dengan penyangganya. Untuk
mengatasi tegangan akibat ekspansi termal,
pada pipa gas buang harus dipasang
beberapa expansion joint. Pada tahap awal
perancangan, penempatan dan pengikatan
pipa gas buang ini harus dirancang sebaik-
baiknya.
2.3. Penerapan Tekno Ekonomi Pada Kamar
Mesin
Penerapan tekno ekonomi pada kamar
mesin merupakan perpaduan antara aspek-
aspek teknologi, ekonomi, sosial dan budaya
untuk meningkatkan efisiensi serta
mengoptimalkan ruang dari kamar mesin.
Berikut penjelasan dari pertimbangan tiap-tiap
aspek tersebut :
1. Aspek Teknologi
Pada kamar mesin terdapat mesin induk
serta permesinan bantu yang mendukung
semua sistem yang ada di kapal.
Permesinan tersebut telah mengalami
peningkatan kualitas secara menyeluruh
sehingga sebagai contoh untuk mengontrol
suatu mesin tidak perlu menghampiri mesin
tersebut untuk melakukan pengecekan
karena dapat dilihat pada ruang kontrol.
Dengan demikian kita dapat mengurangi
ruang kosong antara mesin satu dengan
mesin yang lainnya. Ruang tersebut hanya
untuk cukup melakukan perbaikan mesin
jika diperlukan.
2. Aspek Ekonomi
Ukuran dari kamar mesin akan
mempengaruhi ukuran dari ruang muat
yang berhubungan dengan berapa banyak
muatan yang akan dibawa suatu kapal.
Pengurangan ukuran kamar mesin dengan
pemanfaatan secara optimal teknologi akan
menambah daya muat kapal tersebut. Pada
aspek ini juga dibandingkan dua desain
kamar mesin yang memiliki biaya produksi
yang lebih rendah.
3. Aspek Sosial dan Budaya
Aspek ini merupakan aspek yang
berhubungan dengan kru kapal karena
untuk mereka yang bekerja di kamar mesin
harus merasa nyaman meskipun tidak
senyaman kabin penumpang. Karena
semakin kecil kamar mesin maka ruang
gerak kru akan semakin sempit sehingga
perlu dilakukan berbagai penyesuaian agar
kru merasa nyaman serta aman bekerja di
kamar mesin. Selain itu, aspek ini juga
mempengaruhi kebiasaan kru kapal yang
bekerja di kamar mesin. Perbedaan ukuran
kamar mesin karena pengaruh penempatan
peralatan serta control akan membuat kru
kapal mengalami kesulitan. Oleh karena itu,
hal tersebut harus dipertimbangkan dan
disesuaikan.
4. Aspek Teknik
Aspek teknik merupakan aspek yang
mempertimbangkan apakah desain
penempatan main engine pada kamar mesin
telah memenuhi persyaratan kestabilan
kapal berdasarkan IMO Resolution.
Diharapkan desain yang terpilih akan
memiliki tingkat keselamatan yang tinggi
selain memiliki desain yang hemat biaya
produksi.
Pada skripsi ini untuk dapat menganalisa
tekno ekonomis pada penempatan main engine
di Production Support Vessel 48 m akan
membandingkan beberapa desain kamar mesin
dengan penempatan main engine atau mesin
induk yang berbeda sehingga didapatkan
kamar mesin yang memenuhi kriteria tekno
ekonomi yang mempunyai biaya produksi
yang lebih kecil. Akan tetapi tidak
menghilangkan faktor-faktor yang harus
dipenuhi sebuah kamar mesin sesuai dengan
klas yang berlaku.
BAB III .METODELOGI PENELITIAN
3.1 Flow Chart Penelitian
Agar penulisan penelitian ini
dapat mencapai tujuan yang diinginkan
seperti yang tercantum pada tujuan
maka perlu dilakukan langkah – langkah
yang sesuai dengan prosedur
pengerjaan. Proses urutan pengerjaan
dari tugas akhir dapat digambarkan pada
flowchart berikut ini :
3.2 Tahapan Pengerjaan Skripsi
Pada penulisan skripsi ini melakukan
pelaksanaan kegiatan dengan urutan
sebagai berikut ini:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini yang dilakukan
adalah mencari literatur yang
relevan dengan judul yang dibahas
baik dari buku, paper,dan internet.
2. Penentuan Desain
Setelah dilakukan studi literatur,
tahap berikutnya adalah
mengadakan penentuan desai dari
kamar mesin sehingga dapat
dibandingkan untuk mendapatkan
desain dengan biaya produksi
yang lebih rendah.
3. Analisa Hasil Dan Pembahasan
Melakukan analisa kemudian
membahas apa yang telah
dianalisa sehingga mampu
menjelaskan kelebihan serta
kekurangan dari desain secara
tekno ekonomis.
4. Pembuatan Laporan.
Dalam penulisan skripsi ini juga
dilakukan asistensi dengan dosen
pembimbing untuk perbaikan
penulisan skripsi.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Ship Principal Dimension And
Specification
Production Suport Vessel (Utility) yang
akan dianalisa pada skripsi ini memiliki
ukuran dan spesifikasi sebgai berikut ini :
LOA = 48,83 m
LWL = 47,29 m
LPP = 44,89 m
Lebar = 11,00 m
Tinggi = 4,00 m
Sarat = 2,80 m
Vs (max) = 14 knots
Engine Power = 2 x 1200 HP
Endurance = 2500 nautical mile
Gambar . Production Suport Vessel (Utility)
48 m
4.2 Perencanaan Penempatan Main Engine Di
Kamar Mesin
Dalam perencanaan penempatan main
engine di kamar mesin didapatkan dua macam
perencanaan dengan peletakan main engine
pada buritan kapal akan tetapi pada jarak
gading yang berbeda baik kamar mesin di
belakang ataupun di depan. Berikut adalah
perencanaan frame penempatan kamar mesin
tersebut, yaitu :
Kamar Mesin Depan
- Frame 19 – 24
- Frame 20 – 25
- Frame 21 – 26
- Frame 22 – 27
Kamar Mesin Belakang
- Frame 14 – 19
- Frame 15 – 20
- Frame 16 – 21
- Frame 17 – 22
4.2.1 Analisa Ekonomi Pada Alternatif Setiap
Sistem
Setelah diketahui letak main engine di
kamar mesin maka dilakukan analisa secara
ekonomis kemudian dari data tersebut
didapatkan beberapa grafik sebagai berikut :
1. Analisa Ekonomis Sistem Bahan Bakar
Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem
Bahan Bakar
Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa
peletakan main engine pada bagian
belakang kapal mengeluarkan sedikit biaya
produksi karena FO tank berada di
belakang kapal sehingga pipa bahan bakar
tidak perlu terlalu panjang.
2. Analisa Ekonomis Sistem Pendingin
Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem
Pendingin
Dari gambar 6 dapat diketahui bahwa
peletakan main engine pada frame 17 – 22
membutuhkan biaya produksi yang lebih
sedikit diantara semua pembandingnya.
Hal ini dikarenakan main engine tersebut
dekat dengan water intake untuk
pendingin.
3. Analisa Ekonomis Sistem Polumas
Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem
Pelumas
Dari gambar 7 dapat diketahui bahwa
letak main engine pada frame 20 - 25
memiliki biaya produksi yang lebih rendah
karena jarak LO tank lebih dekat daripada
letak pembanding yang lainnya.
4. Analisa Ekonomis Sistem Poros
Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem
Poros
Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa
letak main engine pada frame 19 – 24
memiliki biaya produksi yang lebih kecil
diantara yang lainnya. Hal ini dikarenakan
letak main engine berada paling belakang
dari kapal sehingga hanya membutuhkan
poros yang tidak panjang.
5. Analisa Ekonomis Sistem Gas Buang
Gambar . Grafik Analisa Ekonomis Sistem
Gas Buang
Dari gambar 9 dapat diketahui bahwa
semua letak main engine pada semua
frame memiliki biaya produksi yang sama.
Hal ini dikarenakan plat yang digunakan
untuk membuat saluran gas buang
memiliki dimensi 20 mm x 6000 mm x
1500 m sehingga dapat digunakan untuk
memproduksi 2 saluran gas buang 358 mm
dengan panjang 6000 mm.
Setelah diketahui semua perbandingan
biaya produksi tiap sistem pada tiap frame
peletakan main engine maka dipilih letak
main engine pada frame 14 – 19 karena
memiliki total biaya produksi yag paling
kecil diantara lainnya.
Gambar. Tampak Atas Main Engine Fr. 14 – 19
Gambar. Tampak Samping Main Engine Fr. 14 –
19
Kemudian dilakukan penyesuaian apakah
desain tersebut telah memenuhi persyaratan dari
LR Class dan aspek-aspek pada kamar mesin,
sebagai berikut :
LR Class
Untuk peraturan kamar mesin telah
menerapkan section 6 tentang
pengaturan kamar mesin pada Lloyd’s
Register. (Lihat Lampiran)
Aspek Teknologi
Pada kamar mesin terdapat mesin
induk serta permesinan bantu yang
mendukung semua sistem yang ada di
kapal. Selain itu, desain peletakan
main engine pada frame 14 – 19 telah
memenuhi beberapa aspek-aspek pada
kamar mesin seperti aspek Familiarity,
Occupational Health, Ergonomics,
Minimizing Risk Through Layout and
Design, Survivability.
Aspek Ekonomi
Dengan kamar mesin dibagian buritan
kapal dan peletakan main engine pada
frame 14 – 19 merupakan desain yang
menggunakan biaya produksi yang
paling minimum.
Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan aspek yang
berhubungan dengan kru kapal karena
untuk mereka yang bekerja di kamar
mesin harus merasa nyaman. Pada
desain peletakan main engine pada
frame 14 – 19 memiliki gangway space
> 500 mm sehingga kru kapal tidak
merasa sempit dan bisa melakukan
maintenance.
Aspek Teknik
Pada aspek ini menunjukkan bahwa
desain peletakan main engine pada
frame 14 – 19 telah sesuai dengan
perhitungan stabilitas kapal dan
persyaratan kestabilan kapal pada IMO
Resolution A749 (18).
4.5.3 Perbandingan Efisiensi Peletakan Kamar
Mesin
Biaya Asli Peletakan Kamar Mesin Desain
Normal = Rp. 536.000.000,00
Perbandingan Dengain Desain :
1. Frame 19 – 24 517.400.000536.000.000
x 100 % = 96 %
Sehingga menghemat biaya 4% dari desain
awal.
2. Frame 20 – 25 634.900.000536.000.000
x 100 % = 118 %
Sehingga lebih besar biaya 18% dari
desain awal.
3. Frame 21 – 26 636.000.000536.000.000
x 100 % = 118.5 %
Sehingga lebih besar biaya 18.5% dari
desain awal.
4. Frame 22 – 27 684.900.000536.000.000
x 100 % = 128 %
Sehingga lebih besar biaya 28% dari desain
awal.
5. Frame 14 – 19 459.100.000536.000.000
x 100 % = 85 %
Sehingga menghemat biaya 15% dari
desain awal.
6. Frame 15 – 20 487.100.000536.000.000
x 100 % = 91 %
Sehingga menghemat biaya 9% dari desain
awal.
7. Frame 16 – 21 537.100.000536.000.000
x 100 % = 100,2 %
Sehingga lebih besar biaya 0,2% dari
desain awal.
8. Frame 17 – 22 536.000.000536.000.000
x 100 % = 100 %
Sehingga sama dengan desain desain awal. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Letak kamar mesin pada buritan kapal
yaitu pada farme 14 – 19 menghasilkan
desain yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi dibandingkan dengan
desain yang lainnya.
2. Peletakan main engine pada frame 14 –
19 menghemat biaya produksi sebesar
15% dibandingkan dengan desain awal
peletakan kamar mesin.
3. Penempatan main engine pada fr. 14 –
19 telah sesuai dengan aspek-aspek
pada kamar mesin dan ketentuan LR
Class.
4. Stabilitas kapal pada desain
penempatan main engine frame 14 – 19
menunjukkan nilai angka diatas harga
yang disetujui oleh persyaratan dari
IMO Resolution sehingga secara teknik
desain ini telah memenuhi syarat.
5.2 Saran Untuk pengembangan lebih lanjut penulis
memberikan saran :
1. Untuk mendapatkan hasil analisa
yang lebih akurat maka semua
perlengkapan sistem harus dihitung
kebutuhannya.
2. Perhitungan stabilitas kapal akan
memberikan hasil yang lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman penulisan Daftar Pustaka adalah
sebagai berikut :
1. Llyod’s Register Class Rules. 2007
2. Sanuri, Semin, GUIDELINES FOR
ENGINE ROOM LAYOUT, DESIGN &
ARRANGEMENT. Surabaya : Teknik
Sistem Perkapalan ITS
3. http://www.netgms.com/steel-pipe-
schedule.html
4. http://www.google.com/q=CAT
2x1200 BHP