PENGARUH BERBAGAI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA
PROPOSAL TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains (M.Si)
pada
Program Studi Ilmu Manajemen Bidang Kajian Utama Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Oleh :
Trisnadi Wijaya
NIM. 01122503012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JUNI 2013
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Daftar Tabel ...................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................................. iv
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
Latar Belakang Penelitian .......................................................................................... 1
Rumusan Masalah Penelitian ..................................................................................... 6
Tujuan ........................................................................................................................ 7
Manfaat ...................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8
Definisi Pasar Modal .................................................................................................. 8
Manfaat Pasar Modal ................................................................................................. 9
Bentuk-Bentuk Pasar Modal .................................................................................... 10
Instrumen Pasar Modal ............................................................................................ 10
Saham ................................................................................................................ 10
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .................................................................. 12
Pengaruh Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pasar Modal .................. 14
Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 16
Kerangka Pikir ......................................................................................................... 19
Hipotesis ................................................................................................................... 20
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 21
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................ 21
Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 21
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 22
Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 23
iii
Definisi Operasional Data ........................................................................................ 23
Teknik Analisis Data ................................................................................................ 24
Pengujian Asumsi Klasik dalam Regresi Linier ............................................... 24
Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 26
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 29
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan Variabel Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal ............ 16
Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu .......................................................... 17
Tabel 3. Sumber-Sumber Data Penelitian ......................................................................... 22
Tabel 4. Definisi Operasional Data ................................................................................... 24
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pergerakan IHSG Selama 5 Tahun .................................................................... 2
Gambar 2. Model Penelitian Pengaruh Berbagai Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia ................. 20
1
Pengaruh Berbagai Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
di Bursa Efek Indonesia
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pasar modal telah menjadi salah satu lembaga yang sangat penting bagi
perkembangan perekonomian di suatu negara. Besarnya investasi yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah suatu negara untuk pembangunan diharapkan dapat mengandalkan sumber
dana investasi dalam negeri yang berasal dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah,
dan devisa. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif dalam
penyediaan dana untuk pembangunan nasional karena menghimpun dana jangka panjang
dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Apabila penghimpunan dana
tersebut telah berjalan dengan baik melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar
modal, maka negara tersebut tidak memerlukan lagi sumber dana pendukung dari luar
negeri.
Dalam perekonomian nasional pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan
keuangan. Pembentukan pasar modal banyak memberikan manfaat bagi dari segi politik,
ekonomi, maupun sosial bagi suatu negara. Penawaran dan permintaan dana jangka
panjang harus seimbang agar modal dapat berkembang di samping faktor-faktor
pendukung lainnya. Perkembangan pasar modal di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
berbagai regulasi pemerintah mengingat peranan pasar modal yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi nasional dan investor asing yang menanamkan dananya di pasar
modal Indonesia.
Karena pentingnya peranan pasar modal dalam perekonomian Indonesia, maka nilai
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi leading indicator economic pada
2
suatu negara. Pergerakan pasar yang sedang mengalami perbaikan atau mengalami
penurunan dapat dilihat pada naiknya nilai-nilai saham yang tercatat pada Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik dari dalam negeri (internal) maupun dari luar negeri (eksternal).
Faktor-faktor eksternal tersebut dapat berasal dari indeks bursa efek di negara lain (seperti
indeks Dow Jones Industrial Average, FTSE 100, NIKKEI 225), harga minyak mentah
dunia, harga emas dunia, dan berbagai peristiwa politik yang mempengaruhi keamanan dan
stabilitas perekonomian dunia (seperti kerusuhan maupun serangan teroris). Sedangkan
faktor-faktor internal berasal dari kurs valuta asing, tingkat pendapatan nasional, jumlah
uang yang beredar, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga domestik pada negara tersebut.
Selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 Bursa Efek Indonesia (BEI)
telah mengalami market bearish dan market bullish karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor internal dan faktor eksternal tersebut seperti terlihat pada Gambar 1.
Sumber: Yahoo! Finance
Gambar 1. Pergerakan IHSG Selama 5 Tahun
Periode market bearish Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi selama krisis ekonomi
global pada tahun 2008 yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit
perumahan (subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS) sehingga merusak sistem
3
perbankan bukan hanya di AS, namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2008 ditutup pada level 1.355,408 turun sebesar
51,17% dengan IHSG rata-rata mencapai 1.340,892 dibanding level penutupan 2007
sebesar 2.745,826. Rebound IHSG terjadi pada akhir September 2009 hingga menembus
level 2.467,591, naik 440,811 poin (21,74%) dari penutupan Juni 2009. Periode market
bullish ditunjukkan dari adanya tren kenaikan IHSG hingga berhasil mencatatatkan rekor
indeks tertinggi sepanjang sejarah, yakni di level 4.375,16, tepatnya pada 26 November
2012.
Bursa efek yang tergolong maju seperti bursa Amerika, Jepang, Inggris dan
sebagainya memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja bursa efek di negara lain.
Adanya efek penularan (contagion effect) tersebut menyebabkan terjadinya hubungan atau
interaksi pasar modal yang akan membentuk suatu integrasi pasar modal. Pengintegrasian
pasar modal menunjukkan bahwa pasar dapat berinteraksi dengan pasar di negara lain.
Selain itu, bursa efek yang berada dalam satu kawasan juga dapat mempengaruhi karena
letak geografisnya yang saling berdekatan seperti Indeks STI di Singapura, NIKKEI 225 di
Jepang, Hang Seng di Hongkong, KOSPI di Korea, dan KLSE di Malaysia.
Fluktuasi harga minyak mentah dunia juga merupakan suatu indikasi yang
mempengaruhi pasar modal di suatu negara. Secara tidak langsung kenaikan harga minyak
mentah dunia akan berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara. Bagi negara
pengekspor minyak, kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan keuntungan
tersendiri bagi perusahaan. Di satu sisi kenaikan harga minyak ini dapat meningkatkan laba
bagi perusahaan-perusahaan di sektor pertambangan, namun di sisi lain kenaikan harga
minyak tersebut justru dapat menurunkan laba bagi perusahaan-perusahaan non sektor
pertambangan karena menyebabkan peningkatan biaya operasional. Kenaikan dan
penurunan laba suatu perusahaan akan berdampak terhadap harga saham perusahaan
4
tersebut. Saham-saham perusahaan yang menghasilkan laba tinggi akan menarik investor
untuk membeli saham tersebut sehingga harga sahamnya menjadi naik sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga-harga saham akan menyebabkan
IHSG berfluktuasi.
Berbeda halnya dengan minyak mentah, emas merupakan salah satu instrumen
investasi yang sampai dengan saat ini masih sangat diminati oleh semua lapisan
masyarakat karena memiliki sifat zero inflation atau tidak terpengaruh oleh inflasi. Harga
emas akan selalu mengikuti pergerakan inflasi. Harga emas akan cenderung konstan bila
laju inflasi rendah dan bahkan cenderung sedikit menurun apabila laju inflasi di bawah dua
digit dan kurs dolar stabil. Jadi, emas dapat digunakan sebagai salah satu instrumen
pelindung nilai dan penimbun kekayaan. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan
keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata
uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas
dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang
moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram
sampai kilogram. Harga emas diprediksi akan terus mengalami kenaikan karena tidak
adanya kepastian kapan berakhirnya krisis hutang yang melilit negara-negara Eropa dan
penurunan tingkat ekonomi dari sembilan negara anggota Uni-Eropa sehingga harga saham
di berbagai bursa di dunia mengalami kejatuhan disebabkan karena banyaknya masyarakat
yang mengalihkan dana mereka untuk berinvestasi dalam bentuk emas.
Secara umum krisis ekonomi global dalam kurun waktu dari tahun 1997 sampai
dengan sekarang merupakan rangkaian dari krisis-krisis ekonomi sebelumnya. Krisis yang
terjadi tersebut dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia relatif terhadap
dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-
pedagang valas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya
5
sendiri, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian.
(Hartono, 2010:81) Bank Indonesia sebagai bank sentral kemudian mengambil kebijakan
moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan menaikkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dengan harapan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar
dari penjualan SBI di pasar uang. Namun, kebijakan tersebut ternyata berakibat negatif
terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik untuk menanamkan dananya di pasar
modal sehingga berakibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam.
Bank sentral pada suatu negara memainkan peranan penting dalam mengendalikan
inflasi. Bank sentral akan berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Pengendalian terhadap jumlah uang yang beredar dan penentuan tingkat suku bunga dapat
digunakan sebagai instrumen dalam mengendalikan harga oleh bank sentral. Selain itu,
bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal
ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh
tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Inflasi terjadi sebagai akibat tingginya biaya
produksi suatu produk sehingga menaikkan harga jual produk tersebut yang dipengaruhi
oleh kurs rupiah terhadap dolar Amerika.
Keberhasilan bank sentral dalam mengkontrol inflasi dan mempertahankan kurs
rupiah ke level kondusif terlihat pada tahun 2006 dan 2007. Berbagai kebijakan ekonomi
telah mampu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD. Namun, awal tahun
2008 rupiah terus mengalami depresiasi dan membaik sejenak pada bulan Februari 2008
hingga bulan Maret 2008, dan terus melemah hingga bulan November 2008, rupiah
mencapai Rp 11.713,65 per USD. Dengan strategi yang tepat dalam mengendalikan inflasi
dan suku bunga, maka nilai tukar secara perlahan meningkat dan pada akhir bulan
Desember 2009 mencapai Rp 9.462,17 per USD.
6
Selama periode antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 terjadi fenomena di
mana hubungan antara berbagai variabel makro ekonomi dengan pergerakan IHSG tidak
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini tentu merupakan fenomena yang menarik untuk
diteliti mengapa terjadi penyimpangan seperti itu. Selain itu, beberapa hasil penelitian
terdahulu mengenai pengaruh tingkat suku bunga SBI, harga minyak dunia, harga emas
dunia, kurs rupiah terhadap dolar AS, indeks bursa efek lain, dan inflasi terhadap
pergerakan IHSG cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti satu dengan
peneliti lainnya. Oleh karena adanya fenomena dan research gap ini, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh berbagai faktor internal dan eksternal terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh faktor internal (kurs rupiah/USD, tingkat inflasi, dan
suku bunga SBI) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
2. Seberapa besar pengaruh faktor eksternal (harga emas dunia, harga minyak
mentah dunia, dan indeks bursa efek lain) terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)?
3. Seberapa besar pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
7
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor internal (kurs rupiah/USD,
tingkat inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor eksternal (harga emas dunia,
harga minyak mentah dunia, dan indeks bursa efek lain) terhadap pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor internal dan faktor eksternal
terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
mengenai pengaruh berbagai variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat praktis bagi
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, di antaranya:
1. Bagi Investor
8
Investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik setelah
mereka mengetahui informasi mengenai berbagai faktor makroekonomi
yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pemerintah
mengenai berbagai faktor makroekonomi yang membawa pengaruh baik
positif maupun negatif terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti
lainnya untuk melakukan penelitian mengenai berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan menurut Husnan (2009:3) pasar modal dapat
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka
panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri,
baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Tempat di mana terjadi transaksi jual-beli sekuritas secara fisik disebut dengan bursa efek.
Indonesia memiliki satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007,
9
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manfaat Pasar Modal
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009:3) pasar modal memberikan manfaat
antara lain:
a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia
usaha sekeligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
c. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.
d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah.
e. Menciptakan lapangan pekerjaan/profesi yang menarik.
f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang
baik.
g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial.
i. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan
manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.
10
Bentuk-Bentuk Pasar Modal
Tandelilin (2010:28) membedakan pasar modal menjadi:
a. Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya
kepada investor umum untuk pertama kalinya.
b. Pasar Sekunder
Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas emiten tersebut
kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antar-investor di pasar sekunder.
Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa,
saham preferen, obligasi, waran maupun sekuritas derivatif (opsi dan
futures).
Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal sering dikenal sebagai sekuritas atau efek merupakan aset
finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Pasar modal (capital market)
pada prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang
maupun ekuitas (modal sendiri) serta berbagai produk turunannya. (Tandelilin, 2010:30)
Berbagai sekuritas jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia antara
lain seperti saham, obligasi, derivatif, dan reksa dana.
Saham
Menurut Kasmir (2010:209) Saham merupakan surat berharga yang bersifat
kepemilikan. Sedangkan menurut Arthesa dan Handiman (2009:229) saham adalah tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan tertentu pada perusahaan penerbit
11
saham bersangkutan. Mishkin (2008:41) mendefinisikan saham sebagai klaim ekuitas atas
laba bersih dan aset suatu perusahaan.
Saham terbagi menjadi dua bentuk, yaitu saham biasa (common stocks) dan saham
preferen (preferred stock).
a. Saham Preferen
Menurut Hartono (2010:111) saham preferen mempunyai sifat gabungan
(hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Saham prefen memberikan
beberapa hak bagi pemegangnya, yaitu hak atas dividen tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham
preferen dianggap memiliki karakteristik antara obligasi dan saham biasa.
Beberapa karakteristik dari saham preferen menurut Hartono (2010:112-113)
antara lain:
1. Preferen terhadap Dividen
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih
dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa serta memberikan hak
dividen kumulatif, yaitu hak untuk menerima dividen tahun-tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa
menerima dividennya.
2. Preferen pada Waktu Likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi.
b. Saham Biasa
Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa menurut Hartono
(2010:117-118) antara lain:
12
1. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.
2. Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaa, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian
dari keuntungan perusahaan.
3. Hak Preemptif
Hak preemptif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan
persentase pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Sunariyah (2006:142) Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham
adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang
tercatat di suatu bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI meliputi
pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator
pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah
tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100 dengan jumlah emiten yang tercatat sebanyak
13 emiten. Jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai dengan bulan
Desember 2009 mencapai 398 emiten. (BEI, 2010:4) IHSG mencapai level tertinggi
sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yang ditutup pada level 2.830,263 pada tanggal 9
Januari 2008.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dihitung menggunakan rumus
berikut: (Halim, 2005:13)
13
100ND
NPIHSG t
t
Keterangan simbol:
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari ke-t
NPt = Nilai pasar pada hari ke-t, dari jumlah lembar saham yang tercatat di
bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar
ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10
Agustus 1982
Nilai Dasar tersebut sejak 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan bila terjadi corporate
action yang dilakukan oleh emiten seperti penawaran saham perdana (IPO), right issues,
company listing, delisting, dan konversi. Salah satu faktor yang harus dihitung dalam
melakukan penyesuaian Nilai Dasar adalah Harga Teoritis. Selain berpengaruh pada harga
saham, yang ditandai dengan adanya Harga Teoritis saham, corporate action juga akan
menyebabkan perubahan jumlah saham tercatat jika emiten melakukan reverse split.
Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya corporate action tersebut
adalah: (Halim, 2005:14)
NDLNPL
NPTNPLNDB
Keterangan simbol:
NDB = Nilai Dasar Baru
NDL = Nilai Dasar Lama
NPL = Nilai Pasar Lama
NPT = Nilai Pasar Tambahan
14
Pengaruh Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pasar Modal
Faktor-faktor internal dan eksternal merupakan variabel ekonomi makro yang
terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Menurut Sunariyah (2006:20)
perubahan atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara
akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro
jelek, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu
indikator ekonomi baik, maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap kondisi
pasar modal. Siegel (1991) dalam Tandelilin (2010:341) menyimpulkan adanya hubungan
yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa
perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.
Harga emas dunia memiliki pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Emas merupakan
salah satu instrumen investasi yang masih diminati di masyarakat karena memiliki sifat
zero inflation. Harga emas dunia yang kian naik dari tahun ke tahun dapat menarik minat
investor untuk berinvestasi emas sehingga mengurangi investasinya di pasar modal dan
berakibat IHSG mengalami penurunan karena maraknya aksi jual saham yang dilakukan
oleh para investor.
Kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS juga ikut mempengaruhi IHSG.
Selain para investor dapat berinvestasi di pasar modal, mereka juga dapat berinvestasi di
pasar valas. Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS akan menarik minat investor
untuk berinvestasi di pasar valas. Selain itu, melemahnya kurs rupiah akan berdampak
pada menurunnya laba bersih yang diperoleh oleh emiten sehingga mengakibatkan harga
sahamnya juga ikut menurun. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan memicu
terjadinya inflasi di masyarakat.
15
Penyebab terjadinya inflasi bisa disebabkan karena adanya tarikan permintaan dan
desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Sedangkan inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi atau kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS dapat memicu
terjadinya inflasi desakan biaya karena meningkatnya biaya produksi akibat penggunaan
bahan baku impor.
Salah satu tugas bank sentral pada suatu negara adalah mengendalikan laju inflasi
melalui kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat melalui penjualan SBI dan menentukan tingkat suku bunga simpanan dan
pinjaman. BI rate yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dijadikan sebagai suku
bunga acuan oleh bank-bank yang ada di Indonesia dalam menentukan besarnya suku
bunga simpanan dan pinjaman serta digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sasaran suku
bunga SBI yang diinginkan untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Tinggi
rendahnya BI rate ini akan mempengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat
mengalihkan dana investasinya dalam bentuk simpanan di bank lokal dan pembelian SBI
di pasar uang sehingga berdampak pada merosotnya IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Inflasi desakan biaya juga dapat disebabkan oleh adanya kenaikan harga minyak
mentah di dunia. Bahan Bakar Minyak (BBM) banyak digunakan sebagai bahan bakar
industri sehingga dimasukkan sebagai komponen biaya produksi suatu produk. Kenaikan
harga BBM mengakibatkan kenaikan biaya produksi sehingga produsen kemudian
menaikkan harga jual produknya dan memicu terjadinya inflasi di masyarakat. Bagi
perusahaan-perusahaan penambangan dan pengolahan minyak bumi, kenaikan harga
16
minyak mentah ini akan meningkatkan laba bersih sehingga menyebabkan harga sahamnya
ikut naik di bursa efek. Naik turunnya harga saham perusahaan-perusahaan tersebut
menyebabkan naik turunnya IHSG di bursa efek akibat aksi ambil untung (profit taking)
yang dilakukan oleh para investor.
Ringkasan mengenai pengaruh beberapa variabel ekonomi terhadap pasar modal
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Variabel Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal
No. Variabel Ekonomi Penjelasan
1 Pertumbuhan PDB Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif
terhadap pasar modal.
2 Pertumbuhan produksi industri Naiknya indeks produksi akan memberikan
pengaruh positif terhadap pasar modal.
3 Inflasi Inflasi yang tinggi mempunyai pengaruh
negatif terhadap pasar modal.
4 Tingkat bunga Tingkat bunga yang tinggi akan berpengaruh
negatif terhadap pasar modal.
5 Kurs rupiah
Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang
asing memiliki pengaruh negatif terhadap pasar
modal.
6 Pengangguran Meningkatnya pengangguran akan memberikan
dampak negatif terhadap pasar modal.
7 Anggaran defisit
Anggaran defisit akan meningkatkan jumlah
uang yang beredar sehingga akan menyebabkan
terjadinya inflasi.
8 Bursa-bursa regional
Perkembangan yang terjadi pada bursa-bursa di
AS berpengaruh positif terhadap bursa-bursa di
Asia.
Sumber: Dirangkum dari Sunariyah (2006:20-22), Tandelilin (2010:341-345)
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai bahan referensi peneliti
untuk membandingkan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai variabel
makroekonomi terhadap kurs, harga saham, dan IHSG. Ringkasan beberapa penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Achmad dan
Liana (2012)
“Pengaruh Suku Bunga
SBI dan Kurs Dolar
Terhadap Harga Saham
di BEI”
Secara parsial suku bunga SBI
dan kurs dolar memiliki
hubungan terhadap harga
saham.
Secara simultan terdapat
hubungan yang kuat antara suku
bunga SBI dan kurs dolar
terhadap harga saham.
2 Chabachib dan
Witjaksono
(2011)
“Analisis Pengaruh
Fundamental Makro dan
Indeks Harga Global
Terhadap IHSG”
Tingkat suku bunga SBI, kurs
rupiah, dan indeks Nikkei 225
berpengaruh negatif terhadap
IHSG, sementara harga minyak
dunia, harga emas dunia, indeks
Hangseng, dan indeks Dow Jones
berpengaruh positif terhadap IHSG.
3 Gani (2011) “Analysis of Influence of
IHSG, Rate Level, and
Rupiah Exchange Rate to
Stock Market Price of
Automotive Industry
Noted at Bursary Effect
Indonesia”
Secara parsial terdapat
pengaruh antara IHSG dengan
harga saham, tingkat suku
bunga terhadap harga saham
dan nilai tukar rupiah terhadap
harga Saham perusahaan
otomotif yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta.
Secara simultan terdapat
pengaruh antara IHSG, harga
saham, dan tingkat suku bunga
terhadap harga saham
perusahaan otomotif yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta.
4 Haryanto dan
Riyatno (2007)
“Pengaruh Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia
dan Nilai Kurs Terhadap
Risiko Sistematik Saham
Perusahaan di BEJ”
Pada perusahaan manufaktur
hanya kurs yang mempengaruhi
risiko saham sedangkan pada
perusahaan non manufaktur
suku bunga SBI yang
mempengaruhi risiko sistematis
saham.
Hubungan antara suku bunga
SBI dan risiko sistematis saham
adalah negatif.
5 Kewal (2012) “Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan”
Tingkat inflasi, suku bunga SBI,
dan pertumbuhan PDB tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap IHSG, sedangkan kurs
rupiah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap IHSG.
6 Mahdi (2010) “Pengaruh Tingkat Suku
Bunga (BI Rate) dan
Dalam jangka pendek tingkat suku
bunga (BI Rate) dan kurs
18
Kurs Dolar AS Terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
dengan Menggunakan
Metode Error Corection
Model (ECM)”
berpengaruh signifikan terhadap
fluktuasi IHSG, sedangkan dalam
jangka panjang variabel kurs
berpengaruh signifikan dan variabel
tingkat suku bunga tidak
berpengaruh signifikan.
7 Mansur (2009) “Pengaruh Tingkat Suku
Bunga SBI dan Kurs
Dolar AS Terhadap
Indeks Harga Saham
Gabungan Bursa Efek
Jakarta Periode Tahun
2000‐2002”
Secara bersama-sama tingkat
suku bunga SBI dan kurs dolar
AS memberikan pengaruh yang
signifikan. Tetapi secara
individual menyimpulkan
bahwa tingkat suku bunga SBI
dalam periode tahun 2000
sampai 2002 ternyata tidak
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di
BEJ.
Pengaruh yang signifikan
diberikan oleh kurs dolar AS.
8 Prasetiono
(2010)
“Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental
Ekonomi Makro dan
Harga Minyak Terhadap
Saham LQ45 dalam
Jangka Pendek dan
Jangka Panjang”
Dalam jangka pendek variabel
pertumbuhan ekonomi dan
harga minyak mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap saham LQ45, tetapi
tidak untuk variabel suku
bunga SBI dan kurs yang tidak
signifikan.
Dalam jangka panjang semua
variabel bebas yang digunakan
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap saham
LQ45.
9 Sudiyatno dan
Nuswandhari
(2009)
“Peran Beberapa
Indikator Ekonomi dalam
Mempengaruhi Risiko
Sistematis Perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Jakarta”
Tingkat bunga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
risiko sistematis.
Inflasi, kurs, dan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap risiko
sistematis.
19
10 Utami dan
Rahayu (2003)
“Peranan Profitabilitas,
Suku Bunga, Inflasi, dan
Nilai Tukar dalam
Mempengaruhi Pasar
Modal Indonesia Selama
Krisis Ekonomi”
Profitabilitas, suku bunga,
inflasi, dan nilai tukar secara
bersama-sama mempengaruhi
harga saham badan usaha
secara signifikan selama krisis
ekonomi terjadi di Indonesia.
Suku bunga dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika
secara parsial mempunyai
pengaruh secara signifikan
terhadap harga saham badan
usaha selama krisis ekonomi di
Indonesia.
Sumber: Diolah peneliti, 2013
Kerangka Pikir
Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2009:88) kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian
perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih.
Jadi, kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun
dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Hubungan antar variabel yang akan diteliti
tersebut dapat dijelaskan melalui suatu model yang disebut sebagai paradigma penelitian
atau model penelitian. (Sugiyono, 2009:63)
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
tinjauan pustaka, maka dapat disusun model penelitian seperti Gambar 2.
20
Gambar 2. Model Penelitian Pengaruh Berbagai Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia
Hipotesis
Berdasarkan penjelasan empiris dan hasil penelitian sebelumnya seperti tersebut di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 = Faktor-faktor internal seperti kurs rupiah/USD berpengaruh positif
sedangkan tingkat inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh negatif
terhadap pergerakan IHSG.
H2 = Faktor-faktor eksternal seperti harga emas dunia dan harga minyak
mentah dunia berpengaruh negatif sedangkan indeks bursa efek lain
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG..
H3 = Faktor internal dan faktor eksternal memiliki berpengaruh positif
terhadap pergerakan IHSG.
21
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup penelitian yang bertujuan untuk membatasi
luasnya bidang permasalahan atau kajian yang akan diteliti. Adapun ruang lingkup dari
penelitian ini antara lain:
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dapat digolongkan
menjadi internal dan eksternal. Faktor-faktor internal, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam negeri meliputi kurs rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku
bunga SBI, dan tingkat inflasi. Sedangkan faktor-faktor eskternal, yaitu faktor-
faktor yang berasal dari luar negeri meliputi harga minyak mentah dunia, harga
emas dunia, dan indeks bursa efek lain.
2. Indeks bursa efek negara lain yang diamati adalah indeks Dow Jones Industrial
Average (DJIA).
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan data sekunder.
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). (Kuncoro,
2009:145) Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh
seseorang dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut bisa
merupakan internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran
dokumen, atau publikasi informasi. (Sekaran, 2006:65) Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh melalui media internet seperti dapat dilihat pada Tabel 3.
22
Tabel 3. Sumber-Sumber Data Penelitian
No. Variabel Indikator Sumber Data
1 Harga Emas Dunia Harga Emas di Pasar London Kitco
2 Kurs Rp/USD Kurs Tengah BI Bank Indonesia
3 Suku Bunga SBI BI Rate Bank Indonesia
4 Harga Minyak
Mentah Dunia
Harga Minyak Mentah West
Texas Intermediate (WTI)
U.S. Energy
Information
Administration (EIA)
5 Indeks Bursa Lain Dow Jones Industrial Average
(DJIA) Yahoo finance
6 Tingkat Inflasi Indeks Harga Konsumen
(Consumer Price Index) Bank Indonesia
7 IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
(Jakarta Composite Index) Yahoo finance
Sumber: Peneliti, 2013
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. (Sanusi, 2013:87) Populasi dalam penelitian
ini adalah semua periode perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 1977
sampai dengan sekarang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan salah satu cara
pengambilan sampel tidak acak (non-random sampling), yaitu metode purposive sampling.
Menurut Sanusi (2013:95) cara pengambilan sampel tipe ini disebut pula dengan
judgement sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah periode
pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dengan pertimbangan bahwa selama
periode pengamatan tersebut Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengalami market bearish
dan market bullish karena dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal
sehingga sangat sesuai dengan tujuan penelitian.
23
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan yang tepat untuk penelitian ini di mana sumber data yang
digunakan sepenuhnya merupakan data sekunder adalah teknik dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen. (Usman & Akbar, 2003:73)
Menurut Sanusi (2013:114) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk
mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun
kelembagaan. Data yang diperoleh masih sangat mentah karena informasinya tercerai-berai
sehingga harus diatur sistematika data tersebut dan meminta informasi lebih lanjut kepada
pengumpul data pertama.
Data-data yang dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi dalam penelitian
ini diperoleh melalui sumber data sekunder seperti data harga emas dunia, kurs rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga SBI, harga minyak mentah dunia, indeks bursa efek
lain, tingkat inflasi, dan IHSG yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebelumnya.
Definisi Operasional Data
Definisi operasional variabel adalah mendifinisikan variabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek penelitian. Secara tidak
langsung, definisi operasional itu akan menunjukan alat ukur yang tepat untuk mengambil
data yang sesuai dengan variabel yang akan diukur sehingga pada definisi operasional
dapat ditentukan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Definisi operasional
24
dari masing-masing variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Definisi Operasional Data
Variabel Definisi
Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Faktor-Faktor
Internal
Faktor-faktor
ekonomi makro
dalam negeri.
Harga Emas
Dunia
Harga Emas di
Pasar London Rasio
Kurs Rp/USD Kurs Tengah BI Rasio
Suku Bunga
SBI BI Rate Rasio
Faktor-Faktor
Eksternal
Faktor-faktor
ekonomi makro
luar negeri.
Harga Minyak
Mentah Dunia
Harga Minyak
Mentah West
Texas
Intermediate
(WTI)
Rasio
Indeks Bursa
Lain
Dow Jones
Industrial
Average (DJIA)
Interval
Tingkat Inflasi
Indeks Harga
Konsumen
(Consumer
Price Index)
Interval
Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
Indeks yang
menunjukkan
pergerakan
harga saham
secara umum
yang tercatat di
bursa efek yang
menjadi acuan
tentang
perkembangan
kegiatan di
pasar modal.
Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
Indeks Harga
Saham
Gabungan
(Jakarta
Composite
Index)
Interval
Sumber: Peneliti, 2013
Teknik Analisis Data
Pengujian Asumsi Klasik dalam Analisis Regresi Linier
25
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah
memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius
dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS).
Terdapat enam asumsi yang diperlukan dalam penaksiran OLS, yaitu:
1. Rata-rata kesalahan pengganggu (e) sama dengan nol;
2. Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal;
3. Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan variabel independen;
4. Tidak adanya autokorelasi antar gangguan (e);
5. Tidak adanya multikolinearitas; dan
6. Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak terjadi
heteroskedastisitas).
Penyimpangan dari asumsi klasik yang pertama menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari estimasi terhadap besarnya konstanta. Akan tetapi, penyimpangan
estimasi terhadap besarnya konstanta dalam hal ini kurang begitu menggangu, karena yang
diperhitungkan dalam penelitian adalah besarnya pengaruh perubahan variabel independen
terhadap variabel dependen. Begitu juga dengan asumsi yang kedua, jika tidak terpenuhi
maka tidak terlalu berpengaruh terhadap kesahihan hasil regresi dan akan tetap dapat
diperolehnya hasil estimator OLS yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Sedangkan untuk penyimpangan pada asumsi ketiga umumnya terjadi pada model
persamaan simultan dan tidak pernah terjadi pada model persamaan tunggal. Oleh karena
itu, dalam analisis regresi berganda yang perlu diperhatikan dan diuji adalah ada tidaknya
penyimpangan terhadap asumsi keempat (uji autokorelasi), kelima (uji multikolinearitas),
dan keenam (uji heteroskedastisitas).
26
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi jarang dijumpai pada data cross section dan
biasanya terjadi pada data time series (serial waktu). Multikolinieritas adalah suatu kondisi
di mana terjadi korelasi yang kuat di antara variabel independen yang diikutsertakan dalam
pembentukan model regresi linier berganda. Sedangkan uji heteroskedastisitas digunakan
untuk menguji apakah dalam model regresi liner kesalahan pengganggu mempunyai
varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Pengujian Hipotesis
Untuk dapat menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap
pergerakan IHSG, maka teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Regresi linear berganda pada dasarnya merupakan perluasan dari regresi linear sederhana,
yaitu menambah jumlah variabel bebas yang sebelumnya hanya satu menjadi dua atau
lebih variabel bebas. (Sanusi, 2012:134) Model analisis linier berganda berguna untuk
mengestimasi parameter-parameter regresi untuk menjawab hipotesis asosiatif, yaitu
hipotesis yang menunjukkan dugaan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel
indepeden terhadap variabel dependen.
Dengan demikian, regresi linear berganda dinyatakan dalam persamaan matematika
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + bnXn + e
di mana
Y = Variabel dependen
27
a = Konstanta
b1…bn = Koefisien regresi (slope)
X1…Xn = Variabel independen
e = Variabel penganggu
Persamaan regresi linear berganda semakin baik apabila didukung oleh nilai
koefisien determinasi yang semakin besar (mendekati 1) dan cenderung meningkat nilainya
sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas. Dalam tabel ANOVA, nilai koefisien
determinasi (R2) dihitung dengan rumus berikut.
SST
SSRR2
di mana
SSR = Keragaman regresi
SST = Keragaman total
Nilai koefisien determinasi (R2) memiliki hubungan dengan Fhitung sehingga dapat
dirumuskan:
1)](k)/[nR(1
/kRF
2
2
hitung
di mana
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.
28
Jika Fhitung ≤ Ftabel; maha H0 diterima; atau jika Fhitung > Ftabel; maka H0 ditolak.
Uji F yang signifikan menunjukkan bahwa variasi variabel terikat dijelaskan sekian
persen oleh variabel bebas secara bersama-sama adalah benar-benar nyata dan bukan
terjadi karena kebetulan. Dengan kata lain, berapa persen variabel terikat dijelaskan oleh
seluruh variabel bebas secara serempak (bersama-sama), dijawab oleh koefisien
determinasi (R2), sedangkan signifikan atau tidak yang sekian persen itu, dijawab oleh uji
F. Berdasarkan asumsi ini, nilai koefisien determinasi (R2) dan uji F menentukan baik
tidaknya model yang digunakan. Makin tinggi nilai koefisien determinasi (R2) dan
signifikan, maka semakin baik model itu.
Uji signifikansi terhadap masing-masing koefisien regresi diperlukan untuk
mengetahui signifikan tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Xi) terhadap
variabel terikat (Y). Berkaitan dengan hal ini, uji signifikansi secara parsial digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian. Nilai yang digunakan untuk melakukan pengujian
adalah nilai t hitung yang diperoleh dari rumus:
ib
i
S
bt
di mana
bi = Koefisien regresi
Sbi = Standar error koefisien regresi
Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel; maka H0 diterima; atau jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel;
maka H0 ditolak.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Noor dan Liana. 2012. “Pengaruh Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar Terhadap
Harga Saham di BEI.” Jurnal Ilmiah Ranggagading 12(2):128-135.
Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Indeks, Jakarta, Indonesia.
Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek
Indonesia. Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Chachib, H. M. dan Witjaksono, Ardian Agung. 2011. “Analisis Pengaruh Fundamental
Makro dan Indeks Harga Global terhadap IHSG.” Jurnal Karisma 5(2):63-72.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M.. 2006. Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab (Edisi ke-2). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Gani, Raoda. 2011. “Analysis of Influence of IHSG, Rate Level, and Rupiah Exchange Rate
to Stock Market Price of Automotive Industry Noted at Bursary Effect Indonesia.”
Jurnal Manajemen Bisnis 1(1):119-128.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi (Edisi ke-2). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi ke-7). BPFE,
Yogyakarta, Indonesia.
Haryanto, M. Y. Dedi dan Riyatno. 2007. “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ.”
Jurnal Keuangan dan Bisnis 5(1):24-40.
Husnan, Suad. 2009. Teori Portofolio & Analisis Sekuritas (Edisi ke-4). UPP STIM
YKPN, Yogyakarta, Indonesia.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Rajawali Pers,
Jakarta, Indonesia.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.” Jurnal Economia 8(1):53-64.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti
& Menulis Tesis? (Edisi ke-3). Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Mahdi, Muhammad. 2010. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate) dan Kurs Dolar AS
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Menggunakan Metode
Error Corection Model (ECM).” Jurnal Ekonomi Pembangunan 8(2):307-314.
Mansur, Moh. 2009. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000‐2002.”
Working Paper in Accounting and Finance, FE UNPAD, Oktober 2009.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan (Edisi ke-
8). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
30
Prasetiono, Dwi Wahyu. 2010. “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro
dan Harga Minyak Terhadap Saham LQ45 dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang.” Journal of Indonesian Applied Economics 4(1):11-25.
Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Sudiyatno, Bambang dan Nuswandhari, Cahyani. 2009. “Peran Beberapa Indikator
Ekonomi dalam Mempengaruhi Risiko Sistematis Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Jakarta.” Dinamika Keuangan dan Perbankan 1(2):66-81.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung, Indonesia.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Edisi ke-5). UPP STIM YKPN,
Yogyakarta, Indonesia.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Kanisius,
Yogyakarta, Indonesia.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi
Aksara, Jakarta, Indonesia.
Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah. 2003. “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi,
dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis
Ekonomi.” Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 5(2):123-131.