BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi yang pesat pada saat ini menuntut
diperlukannya peranan sektor perbankan. Dunia perbankan sendiri saat ini
mengalami perkembangan yang pesat baik oleh Bank Umum maupun Bank
Perkreditan Rakyat. Peranan sektor perbankan itu sendiri harus didukung
dengan tingkat kesehatan bank yang baik, karena akan menentukan kinerja
bank tersebut.
Baik buruknya tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa
faktor yaitu, faktor Rentabilitas, Likuiditas, Permodalan, Kwalitas Aktiva
Produktif dan manajemen. Dari kelima faktor tersebut dapat diukur seberapa
berhasilkah suatu bank dalam operasionalnya.
Pengelolaan likuiditas bank diartikan sebagai suatu proses
pengendalian dari alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua
kewajiban bank yang harus dibayar. Pengelolaan likuiditas berkaitan erat
dengan kepercayaan masyarakat, nasabah dan pemerintah.1
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk menyediakan saldo kas dan
saldo harta likuid yang lain untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya,
khususnya untuk :
1. Menutup jumlah reser ves required;
1 Mahrinasari, Jurnal Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Digital Library : 4
1
2. Membayar chek, giro berbunga, tabungan dan deposito berjangka milik
nasabah yang diuangkan kembali;
3. Menyediakan dana kredit yang diminta calon debitur sehat, sebagai bukti
bahwa mereka tidak menyimpang dari kegiatan utama bank yaitu
pemberian kredit;
4. Menutup berbagai macam kewajiban segera lainnya;
5. Menutup kebutuhan biaya operasional perusahaan.
Likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan jumlah dana pihak
ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu tertentu. Dalam hal ini,
untuk kondisi Indonesia, Pemerintah melalui Bank Sentral menetapkan
kewajiban setiap bank untuk memelihara likuiditas wajib minimum sebesar
5% dari besarnya kewajiban terhadap pihak ketiga.2
Setiap perusahaan atau badan usaha, sangat berkepentingan dengan
kondisi keuangan. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui
dari laporan keuangannya, yang terdiri dari neraca, laporan rugi-laba serta
laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap
pos-pos neraca akan dapat diketahui posisi keuangannya.
PT. BPR-LPN Koto Dalam yang beralamat di Pasar Padang Sago
Kampung Lambah Nagari Koto dalam ini neraca perusahaannya dalam
posisi likuiditas masih berfluktuasi. Ini dapat dilihat pada Quick Ratio
(40,06%) pada tahun 2003 dinyatakan dalam kondisi rendah karena kurang
dari 50% dari Asset yang dimiliki tidak sebanding dengan Deposit yang
harus dibayarkan, (54,28%) pada tahun 2004 dinyatakan dalam kondisi
2 Digitized by USU digital library, 2002:1
2
sedang karena asset yang dimiliki tidak sebanding dengan Deposit yang
harus dibayarkan yaitu kurang 100%, (53,40%) pada tahun 2005 juga dalam
kondisi sedang, (56,01%) pada tahun 2006 juga dalam kondisi tinggi, dan
(48,70%) pada tahun 2007 dinyatakan dalam kondisi rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba
untuk membahas lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul
“ANALISIS LIKUIDITAS PT. BPR-LPN KOTO DALAM
KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan persoalan yang dihadapi oleh PT.BPR-LPN Koto Dalam
sebagai berikut :
“Sejauh mana tingkat likuiditas PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten
Padang Pariaman Sumatera Barat?”
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang Penulis lakukan pada PT. BPR-
LPN Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat
adalah : “Untuk mengetahui sejauh mana tingkat likuiditas PT. BPR-
LPN Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat”
1.3.2 Manfaat Penelitian
3
Diharapkan Penelitian ini dapat memberikan manfaat :
a. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman penulis dalam mempraktekan teori
likuiditas yang dipelajari di bangku perkuliahan yaitu pada
Laporan Keuangan PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten
Padang Pariaman Sumatera Barat.
b. Pihak Perusahaan
Untuk memberikan konstribusi kepada bank untuk dapat
mempedomani dalam melakukan tindakan selanjutnya.
c. Umum
Menambah Perbendaharaan Perpustakaan.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat dibentuk hipotesis
bahwa : “Makin tinggi tingkat likuiditas PT. BPR-LPN Koto Dalam
Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat maka makin lancar dalam
pembayaran simpanan nasabah”
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian
4
Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu mencari tingkat likuiditas
PT.BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sumatera
Barat yang berupa angka-angka yang terdapat dalam Laporan
Keuangan.
1.5.2 Populasi dan Sampel
1.5.2.1 Populasi
Populasi dari penelitian yaitu Laporan Keuangan yang
dimiliki oleh PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten
Padang Pariaman Sumatera Barat.
1.5.2.2 Sampel
Sampel yang dijadikan penelitian yaitu Laporan Keuangan
mulai dari tahun 2003 s/d 2007
1.5.3 Devinisi Variabel
1. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/
penitip.
2. BPR adalah sebagai satu jenis bank yang kegiatan usahanya
terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan
masyarakat di daerah pedesaan.
1.5.4 Kerangka Analisis Data
5
Kerangka analisa data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut : 3
1.
Quick Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya terhadap para deposan dengan
harta yang paling likuid yang dimiliki oleh
bank.
Cash Asset = Kas + giro pada Bank Indonesia + Giro pada
bank lain + aktiva likuid dalam valuta asing
Total Deposit = Giro + tabungan + deposito berjangka
2.
Banking Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank untuk membiayai
pemberian pinjaman dengan menggunakan
dana yang dihimpun dari pada nasabah/
pihak ketiga.
Total Loans = Pinjaman yang diberikan dalam rupiah +
pinjaman dalam valuta asing
Total Deposit = Giro + tabungan + deposito berjangka
3.
Cash Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam melunasi
kewajiban yang harus segera dibayar
dengan harta likuid yang dimiliki bank
Liquid Assets = Kas + giro pada Bank Indonesia + Giro
3 Kasmir, 2007. Analisis Laporan Keuangan : 221
6
pada bank lain + aktiva likuid dalam valuta
asing
Short Term
Borrowing
= Giro + kewajiban segera yang harus
dibayar dalam rupiah + kewajiban segera
yang harus dibayar dalam Valuta Asing
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Likuiditas
2.1.1 Pengertian Likuiditas
Analisis dan penafsiran posisi keuangan jangka pendek adalah
penting, baik bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak diluar
perusahaan seperti kreditur (terutama kreditur jangka pendek) dan
pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek
lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-
kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk
mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham
beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui
prospek pembayaran dividen dan bunga.4
Dalam terminologi keuangan dan perbankan terdapat banyak
pengertian mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan
sebagai berikut :
“Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip”.
Dengan kata lain, menurut definisi ini, suatu bank dikatakan likuid
apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan uang dari pada penitip
dana maupun dari para peminjam/debitur. 5
4 Jumingran, Analisis Laporan Keuangan, 2006 : 1235 Digitized by USU digital library, 2002 : 1
8
“Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan
para debitur tanpa terjadi penangguhan.”
Menurut pengertian ini bank dikatakan likuid apabila :
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya;
2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang
tersebut diatas, tetapi yang bersangkutan juga memiliki asset
lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya;
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash
assets baru melalui berbagai bentuk hutang.
Dalam terminologi yang hampir sama, dapat disebutkan bahwa
“likuiditas adalah kemampuan bank untuk menyediakan saldo kas dan
saldo harta likud yang lain untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya,
khususnya untuk :
1. Menutup jumlah reser ves required;
2. Membayar chek, giro berbunga, tabungan dan deposito berjangka
milik nasabah yang diuangkan kembali;
3. Menyediakan dana kredit yang diminta calon debitur sehat, sebagai
bukti bahwa mereka tidak menyimpang dari kegiatan utama bank
yaitu pemberian kredit;
9
4. Menutup berbagai macam kewajiban segera lainnya;
5. Menutup kebutuhan biaya operasional perusahaan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan secara singkat bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu
bank atau suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya.
Secara praktis, likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan
jumlah dana pihak ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu
tertentu. Dalam hal ini, untuk kondisi Indonesia, Pemerintah melalui
Bank Sentral menetapkan kewajiban setiap bank untuk memelihara
likuiditas wajib minimum sebesar 5% dari besarnya kewajiban
terhadap pihak ketiga. Dalam hal ini, kewajiban kepada pihak ketiga.
2.1.2 Jenis dan Sumber Alat Likuid
Menurut terminologi yang berlaku umum dalam dunia
perbankan, dapat disebutkan bahwa jenis-jenis alat likuid yang dimiliki
oleh bank adalah :
1. Kas atau uang tunai (kertas dan logam) yang tersimpan dalam
brankas (khasanah) bank tersebut;
2. Saldo dana milik bank tersebut yang terdapat pada Bank Sentral
(Saldo Giro BI);
3. Tagihan atau deposito pada bank lain, termasuk bank koresponden;
4. Chek yang diterima, tetapi masih dalam proses penguangan pada
Bank Sentral dan bank korespoden.
10
Dalam dunia perbankan, keempat jenis alat/ harta likuid tersebut sering
disebut “posisi uang” (money position) bank yang bersangkutan pada
saat tertentu.
Adapun menurut sumbernya, suatu bank dapat memperoleh alat-
alat likuid yang diperlukan tersebut diatas dari berbagai sumber, yaitu :
1. Asset bank yang akan segera jatuh tempo
Kredit pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan
jatuh tempo dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Oleh karena
itu, dalam kondisi kebijakan uang ketat, posisi likuiditas suatu
bank akan rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya masuk
kategori evergreen. Surat-surat berharga, instrumen pasar uang
seperti Bank Acceptance, Sertifikat Bank Indonesia, dan sertifikat
deposito pada Bank lain yang akan segera jatuh tempo, dapat pula
dianggap sebagai sumber likuiditas dalam golongan ini.
2. Pasar Uang
Pasar uang adalah sumber likuiditas bank. Namun harus diakui
bahwa tidak setiap bank mempunyai kemampuan untuk masuk ke
pasar uang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank
dan persepsi pasar uang atas Credit Worthiness bank tersebut.
Dalam hal ini, para investor yang meminjamkan uangnya ke bank
akan melakukan analisa yang mendalam dan selektif terhadap
tingkat dan konsistensi perkembangan pendapatan bank, kualitas
asset, reputasi kesehatan manajemen, dan kekuatan modal bank.
11
3. Sindikasi kredit
Pembentukan sindikasi kredit, selain bertujuan menyiasati legal
lending limit (3L) dan menyebarkan risiko, juga bertujuan untuk
menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Dengan demikian,
ketika mengalami kesulitan likuiditas maka bank tersebut dapat
menyidikasi sebagian portofolio kreditnya kepada bank lain untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Cadangan lukuiditas
Khusunya bank yang tidak dapat segera memperoleh dana pada
saat diperlukan, bank tersebut biasanya membentuk cadangan
likuiditas. Cadangan likuiditas biasanya dibentuk dengan cara
memelihara saldo Kas dan Giro BI pada batas maksimal yang
diperbolehkan.
5. Sumber dana yang sifatnya Last Resort
Salah satu sumber likuiditas yang sifatnya last resort, yang umum
digunakan oleh kebanyakan bank adalah fasilitas line of credit dari
bank lain. Bank yang menjalin hubungan koresponden dengan
bank lain kemungkinan dapat meminta fasilitas standby line of
credit dari bank korespondennya tersebut. Selain itu, Bank Sentral
bertindak sebagai leader of last resort untuk dunia perbankan atau
lembaga keuangan bukan bank. Namun bantuan dana dari bank
sentral biasanya baru akan dimanfaatkan oleh bank yang kesulitan
12
likuiditas apabila sumber-sumber likuiditas lainnya tidak cukup
untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dialaminya.
Secara akuntansi perbankan, jenis-jenis alat likuid dan sasaran
penggunaannya untuk memenuhi kewajiban pihak ketiga selalu
termuat dalam laporan keuangan bank bersangkutan secara periodik,
baik harian, bulanan maupun tahunan.
Jika dilakukan klasifikasi jenis alat likuid menurut post
pembukuan dalam necara, alat likuid yang dimasukkan kedalam pos-
pos tertentu ini adalah saldo masing-masing jenis alat likuid pada
tanggal terakhir pada masa laporan likuiditas.
Dalam hal ini, jenis alat likuid dimasukkan pada pos-pos aktiva,
sedangkan kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga yang harus
ditutup dengan alat likuid tersebut dimasukkan pada pos-pos pasiva.
Klasifikasi masing-masing pos tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
I. Aktiva
1. Kas, yang dimasukkan kedalam pos ini adalah uang kartal yang
ada dalam kas berupa uang kertas, uang logam dan
commemorative coin yang dikeluarkan oleh Bank Sentral
(Bank Indonesia) menurut nilai nominal dan menjadi alat
pembayaran yang sah di Indonesia.
2. Bank Indonesia, yaitu semua simpanan/tagihan bank
bersangkutan dalam Rupiah kepada Bank Indonesia, seperti
saldo giro BI dan lainnya.
13
3. Surat-surat berharga dan tagihan lainnya. Yang termasuk
golongan ini adalah surat-surat berharga dalam rupiah yang
dibeli atau dimiliki oleh bank bersangkutan, seperti Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),
Saham, Obligasi dan bukti tagihan lainnya yang berlum
diuangkan, termasuk tagihan yang timbul karena akseptasi
wesel dan penjualan SBPU.
4. Antar Bank Aktiva, yaitu semua jenis simpanan dan tagihan
bank bersangkutan kepada Bank atau lembaga keuangan bukan
bank (LKBB) lainnya di Indonesia, seperti Giro, Call Money,
surat berharga, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat
deposito, pinjaman yang diberikan, pembiayaan bersama,
penyertaan, dana pelunasan obligasi dan lain-lain.
5. Kredit yang diberikan, yaitu semua realisasi pemberian
pinjaman/ kredit dalam rupiah yang diberikan oleh bank yang
bersangkutan kepada pihak ketiga bukan bank, termasuk
pinjaman kepada pegawai bank itu sendiri. Termasuk dalam
pos ini adalah kartu kredit dan fasilitas cerukan (overdraft).
II. Pasiva
1. Giro, yaitu simpanan-simpanan dalam rupiah oleh pihak ketiga
bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
14
dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindah bukuan.
2. Simpanan berjangka, yaitu simpanan dalam bentuk deposito
berjangka, deposito asuransi dan deposit on call dalam rupiah
pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan
menurut suatu jangka waktu tertentu yang disepakati.
3. Tabungan, yaitu simpanan dalam rupiah ketiga bukan bank,
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan
cara tertentu, misalnya dengan menggunakan buku tabungan,
slip penarikan (bukan cek) dan kartu ATM.
4. Antar Bank Pasiva, yaitu semua jenis kewajiban bank
bersangkutan dalam mata uang rupiah kepada bank atau LKBB
lainnya, seperti giro, call money, surat berharga, deposit on call,
deposito berjangka, pinjaman yang diterima, pembiayaan
bersama dan lainnya.
5. Kewajiban lainnya yang segera jatuh tempo, yaitu semua
kewajiban dalam rupiah yang setiap saat dapat ditagih oleh
pemiliknya dan harus segera dibayar, misalnya kiriman uang.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Likuiditas
Metode dan cara pengelolaan likuiditas yang diterapkan oleh
masing-masing bank secara praktis akan saling berbeda, tergantung
15
kepada metode manajemen dana yang diterapkan dan garis kebijakan
dalam pengelolaan likuiditas. Namun demikian, terdapat kesamaan
dalam prinsip-prinsip mendasar yang menjadi bingkai (frame work)
pengelolaan likuiditas.
Pengelolaan likuiditas harus dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan prinsip-prinsip yang ada. Oleh karena itu dalam
pengelolaan likuiditas bank perlu diperhatikan beberapa prinsip
pengelolaan likuiditas yaitu :
1. Bank harus memiliki sumber dana inti (core source of fund) yang
sesuai dengan dengan sifat bank yang bersangkutan maupun pasar
uang dan sumber dana yang ada dimasyarakat, serta yang cocok
pula dengan mekanisme pengumpulan dana yang berlaku ditempat
bank tersebut berada.
2. Bank harus mengelola sumber-sumber dana maupun penempatan
dengan hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan komposisi
sumber dana jatuh waktu berdasarkan jumlah masing-masing
komposisi, tingkat suku bunga, faktor-faktor kesulitan dalam
pengumpulan dana, produk-produk dana yang dimiliki dan
sebagainya.
3. Bank harus diperhatikan different price for different customer
didalam penempatan dananya. Dan price (tingkat suku bunga)
tersebut harus diatas tingkat suku bunga dana yang dipakainya,
16
atau dengan kata lain, tingkat suku bunga atas penempatan dana
tersebut harus bersifat floating.
4. Bank harus menaruh perhatian terhadap umur sumber dananya
kapan akan jatuh waktu, jangan sampai terjadi maturity gap dengan
penempatannya (placement). Oleh karena itu perlu diperhatikan
prinsip pemenuhan kebutuhan dana yang sering menjadi acuan,
yaitu :
a. Kebutuhan dana jangka pendek harus dipenuhi dengan sumber-
sumber dana jangka pendek.
b. Kebutuhan dana jangka panjang harus dipenuhi dengan
sumber-sumber dana jangka panjang.
5. Bank harus waspada bahwa tingkat suku bunga dana tersebut
selalu berfluktuasi, naik turun dengan gerak yang sukar ditebak
sebelumnya (volatile). Oleh karena itu, agar bank tidak kehilangan
sumber dananya karena nasabah pindah ke bank lain maka bank
harus memiliki pricing policy yang baik, disamping harus
mempunyai marketing strategy yang minimal mencakup strategi
dibidang :
a. Product Quality;
b. Product Placement;
c. Promotion;
d. Product Pricing;
e. Power;
17
f. Public Relation.
6. Bank harus secara terkoordinasikan apabila akan menanamkan
sumber-sumber dananya keaktiva. Sesuai ketentuan perbankan
yang ada saat ini, ekspansi aktiva suatu bank akan dibatasi oleh
faktor-faktor:
a. Aktiva tertimbang menurut risiko (Risk Weighted Asset).
b. Capital Adequanty Ratio (CAR)
c. Net Open Position (NOP)
d. Loan to Deposit Ratio (LDR)
e. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal
Lending Limit.
f. Persentase Kredit Usaha Kecil (KUK) harus lebih besar dari
20%.
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Likuiditas
Pengelolaan likuiditas merupakan faktor yang sangat penting
dalam operasional perbankan, bahkan sangat menentukan bagi
kemampuan suatu bank untuk bertahan dan berkembang dalam
persaingan usaha yang makin kompetitif. Tujuan dan manfaat dari
pengelolaan likuiditas suatu bank secara garis besar adalah : 6
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya
kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya
6 Kasmir, 2007. Analisis Laporan Keuangan, : 132
18
dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal
dan bulan tertentu)
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya
jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama
dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang
ada dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu
kewaktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-
masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
2.1.5 Metode dan Pendekatan dalam Pengelolaan Likuiditas Bank
19
Secara umum, metode yang digunakan oleh management
perbankan dalam menetapkan policy likuiditasnya berbeda antara suatu
bank dengan bank lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan
kehati-hatian (prudential) maupun tujuan pencapaian pendapatan
optimal.
Pendekatan yang dapat ditempuh oleh management bank dalam
menetapkan policy likuiditasnya secara umum dapat dibagi menjadi
lima pendekatan, yaitu :7
1. Self liquiditing approach. Yaitu pendekatan peningkatan likuiditas
bank melalui peningkatan pembayaran kembali kredit dan
penanaman dalam surat-surat berharga, sesuai dengan tanggal jatuh
temponya. Dengan cara demikian aktiva-aktiva tersebut dapat
digunakan sebagai alat likuid, khususnya untuk membiayai
permintaan kredit baru ataupun diinvestasikan kembali dalam
surat-surat berharga.
2. Asset Sale Ability atau Asset Shift Ability, yaitu meningkatkan
likuiditas dengan cara melakukan likuidasi (penjualan) terhadap
asset-asset lainnya yang tidak produktif.
3. New Fund, yaitu meningkatkan likuiditas dengan menciptakan
sumber-sumber dana yang baru, baik dari masyarakat maupun dari
dunia perbankan, misalnya menciptakan Traveller Check, Credit
Card, deposito-deposito berjangka dan lain-lain.
7 Digitized by USU digital library, 2002 : 5
20
4. Borrowers Earning Flow, yaitu meningkatkan likuiditas melalui
usaha yang lebih giat dalam menjaga kelancaran penerimaan
angsuran dan bunga dari kredit yang diberikannya.
5. Reserve Discount Window to Central Bank As lender of Last
Resort, yaitu meningkatkan likuiditas dengan jalan mengadakan
pinjaman kepada Bank Sentral sebagai pemberi pinjaman yang
terakhir.
Sebelum menentukan pilihan tentang pendekatan mana yang
akan ditempuh dalam kebijakan likuiditas suatu bank, managemen
bank sebaiknya melakukan analisis yang dikenal dengan istilah A
Three – Step Liquidity Planning and Analysis System, sebagai berikut:
1. Langkah pertama – klasifikasi leabilities dan Capital apakah
tergolong sebagai sumber dana yang Reliable (dapat diandalkan)
ataukah Volatile (mudah menguap).
2. Langkah kedua – Klasifikasikan assets apakah sebagai alat yang
likuid atau tidak likuid.
3. Langkah ketiga – bandingkan volume asset likuid dengan volume
dan yang volatile. Perbandingan maksimum adalah 1,0 karena pada
posisi ini akan dicapai apa yang disebut balance liquidity position,
yaitu keadaan dimana permintaan alat-alat likuid sama besarnya
dengan alat likuid yang tersedia pada bank.
2.1.6 Alat-Alat Pengukuran Likuiditas
21
Secara akuntansi keuangan atau perbankan, perhitungan atau
pengukuran likuiditas dapat dilakukan melalui perhitungan ratio yang
menggambarkan hubungan timbal balik antara asset dengan liabilities.
Adapun rumus-rumus perhitungan ratio likuiditas yang sering
dipergunakan adalah sebagai berikut :8
1.
Ratio ini menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali
simpanan para nasabahnya dengan alat-alat yang paling likuid yang
dimiliki bank tersebut. Ratio ini sering disebut sebagai Quick
Ratios. Dalam persamaan di atas, Cash asset terdiri dari Kas, Giro
Bank Indonesia, dan Rekening pada bank lain, sedangkan Total
Deposit meliputi Demand deposit (Giro),Time deposit
(Deposito/simpanan berjangka), dan Saving deposit (tabungan).
2.
Banking Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk
membiayai pemberian pinjaman dengan menggunakan dana yang
dihimpun dari para nasabah/pihak ketiga.
3.
Cash ratio adalah ratio yang menunjukkan kemampuan bank untuk
melunasi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar dengan
alat-alat likuid yang dimilikinya.
8 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, 2007 : 221
22
2.2 Bank
2.2.1 Pengertian Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan
dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk
meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran
dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah
dan pembayaran lainnya.
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak".9
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan
sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah
keuangan.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana
dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan
adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya
9 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, 2007 : 23
23
adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat luas.
2.2.2 Fungsi Bank
Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai financial
intermediaries ini ke dalam tiga hal yaitu :10
1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan.
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit,
3. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting
dalam perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak
yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola
dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian
menjadi lebih efisien dan dinamis.
Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Dengan
adanya bank, aktivitas ekonomi dapat diselenggarakan dengan biaya
rendah. Bank juga memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda
dalam fungsinya bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya
yaitu sebagai berikut :
1. Terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga kepercayaan
untuk menyimpan dana masyarakat, bank berperan khusus dalam
10 Bank Indonesia, 2002. Studi Ekonomi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia : 5
24
penciptaan uang dan mekanisme sistem pembayaran dalam
perekonomian. Keberadaan perbankan memungkinkan berbagai
transaksi keuangan dan ekonomi dapat berlangsung lebih cepat,
aman, dan efisien.
2. Sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan
berperan khusus dalam memobilisasikan simpanan masyarakat
untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada
dunia usaha. Hal ini akan memperbesar dan mempermudah proses
mobilisasi dan alokasi sumber-sumber dana dalam perekonomian.
3. Sebagai lembaga penanaman aset finansial, bank memiliki
peran penting dalam mengembangkan pasar keuangan, terutama
pasar uang domestik dan valuta asing. Bank berperan dalam
mentransformasikan aset finansial, seperti simpanan masyarakat ke
dalam bentuk aset finansial lain, yaitu kredit dan surat-surat
berharga yang dikeluarkan pemerintah dan bank sentral.
Ketiga fungsi penting tersebut terkait dengan peran bank baik
dari sisi mikro maupun makro. Dari sisi mikro, bank dibutuhkan
sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
menyimpan dana, memperoleh kredit dan pembiayaan lain, maupun
dalam melakukan berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Dari sisi
makro, bank dibutuhkan karena peran pentingnya dalam proses
penciptaan uang dan sistem pembayaran, serta dalam mendorong
efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter dan efisiensi
25
alokasi sumber dana dalam perekonomian.11. Peran tersebut
menempatkan bank sebagai lembaga keuangan yang berperan penting
dalam pada sistem perekonomian kita.
2.2.3 Jenis-Jenis Bank
Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998,
jenis bank dapat dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat.12
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering juga
disebut Bank Komersial. Usaha-usaha bank umum yang utama
antara lain:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Memindahkan uang;
e. Menempatkan dana atau meminjamkan dana dari bank lain;
f. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga;
11 Warjiyo, 2006. Stabilitas sistem perbankan dan kebijakan moneter: keterkaitan dan perkembangannya di Indonesia’, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan : 431-43312Bank Indonesia, Informasi dan Profile BPR Milik Pemda Seluruh Indonesia
26
g. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:
a. Bank pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.
b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank
Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.
Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa:
a. Bank Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak
operasionalnya sampai ke luar negeri.
b. Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak
operasionalnya di dalam negeri saja.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Perkreditan Rakyat,
diantaranya:
27
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, dan tabungan dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberi kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
d. Memberikan dananya dalam bentuk sertifikat deposito dan atau
tabungan pada bank lain.
Kegiatan usaha yang dilarang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
3. Melakukan penyertaan modal
4. Melakukan usaha perasurasian
5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang dapat
dilakukan BPR
Pihak-pihak yang mendirikan BPR adalah : 13
1. Warga Negara Indonesia (WNI);
2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh
WNI;
3. Pemerintah Daerah; atau
13 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
28
4. Dua pihak atau lebih sebagaimana yang dimaksud dalam angka
1,2 dan 3
Persyaratan Modal awal yang harus disetor BPR adalah :
1. Rp. 2.000.000.00 (dua milyar rupiah) untuk BPR yang
didirikan di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan
Kabupaten/Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi dan
Karawang.
2. Rp. 1.000.000,00 (satu milyar) untuk BPR yang didirikan di
wilayah ibukota propinsi di luar wilayah tersebut pada angka 1
3. Rp. 500.000.000 (lima ratus juta) untuk BPR yang didirikan di
luar wilayah tersebut pada angka 1 dan 2.
4. Bagian dari modal disetor yang digunakan untuk modal kerja
sekurang-kurangnya sebesar 50%.
Adapun persyaratan sumber modal BPR adalah :
1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam
bentuk apapun dari bank dan atau pihak lain di Indonesia
2. Tidak berasal dari hasil kegiatan yang melanggar hukum
Pembagian bank selain didasarkan Undang-Undang Perbankan
dapat juga dibagi menurut kemampuan bank menciptakan alat
pembayaran, yang meliputi :
1) Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan alat pembayaran
baik berupa uang kartal maupun uang giral. Bank yang termasuk
kelompok ini adalah :
29
a. Bank Sentral adalah bank yang mempunyai hak oktroi untuk
menciptakan alat pembayaran yaitu uang kartal dan atau
memberikan kredit kepada bank-bank berdasarkan UU yang
berlaku. Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI)
berdasarkan UU No. 13 tahun 1968 yang kemudian ditegaskan
lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999.14
Selain itu tugas Bank Sentral diantaranya :
a) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
b) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
c) Mengatur dan mengawasi bank.
b. Bank Umum sebagai pencipta uang giral (uang yang hanya
berlaku secara khusus dan tidak berlaku secara umum).
2) Bank Sekunder yaitu bank yang tidak dapat menciptakan alat
pembayaran dan hanya berperan sebagai perantara dalam
perkreditan yang tergolong dalam bank ini adalah Bank
Perkreditan Rakyat.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Berdirinya PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang
Pariaman
14 Kasmir, SE.MM, Bank dan Lembaga keuangan lainnya edisi keenam, penerbit PT. Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002
30
PT. BPR-LPN Koto Dalam ini berasal dari Lumbung Pitih Nagari
(LPN) yang berdiri sejak tahun 1976 oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Padang
Pariaman selaku Pembina selalu melakukan pembinaan kepada Lumbung Pitih
Nagari (LPN) Koto Dalam. 15
Berdirinya Lumbung Pitih Nagari Koto Dalam ini, berdasarkan SK
Gubernur No. 144/GSB/1975, tertanggal 14 Agustus 1975, maka Pemuka
Masyarakat, Ninik Mamak, Kerapatan Nagari, Wali Nagari serta seluruh
Pemerintah Nagari Koto Dalam mengadakan musyawarah tahap kedua untuk
mengembangkan Perbankan di desa ini.
Pada tanggal 17 Juni 1976, LPN Koto Dalam menerima kucuran dana
dari Pemerintah sebanyak Rp 500.000,- Penerimaan ini diberikan secara
bertahap dan pada saat itu pulalah resminya berdiri Lumbung Pitih Nagari
(LPN) siap melakukan operasi.
Pada tahap permulaan keanggotaan LPN ini hanya berjumlah 47 orang,
simpanan sukarela berhasil dikumpul Rp 1.161.367,20 uang ini didapat dari
15 orang anggota BPR serta uang pangkal yang berjumlah Rp 500.000,-
Dengan modal sebanyak itulah LPN Koto Dalam menjalankan operasinya
melayani masyarakat.
Selama lebih kurang 3 tahun LPN Koto Dalam beroperasi, kucuran dana
dari Pemerintah Daerah yang sebanyak Rp 500.000,- dapat dikembalikan
sebanyak Rp 475.000,- dan sisa Rp 25.000,- dijadikan sumbangan oleh
Pemerintah Daerah kepada LPN Koto Dalam.
15 PT.BPR-LPN Koto Dalam, Profil Perusahaan, Padang Sago, 2007
31
Peningkatan usaha oleh anggota membutuhkan peningkatan modal serta
keinginan masyarakat berhubungan dengan LPN, dengan dasar tersebut LPN
berusaha mengatasi kebutuhan dana Lumbung Pitih Nagari (LPN) Koto
Dalam mengajukan permohonan melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Sumatera Barat. Dana ini hasil kerja sama dengan UNICEF. Melalui Bank
Pembangunan Daerah tersebut dapat pinjaman dana sebesar 5 Juta dan pada
tahap kedua diberikan Rp 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah). Semua
pinjaman itu dapat dikembalikan oleh Lumbung Pitih Nagari (LPN) Koto
Dalam. 16
Dengan adanya peningkatan yang diperoleh, maka Pemerintah
berdasarkan Undang-Undang pendirian BPR, Lumbung Pitih Nagari (LPN)
Koto Dalam No. 459/KM.13/1990 tertanggal 25 Oktober 1990 oleh Menteri
Keuangan diresmikan PT. BPR-LPN Koto Dalam ini tanggal 31 Oktober
1990. Dengan ini setiap tahun buku maka PT. BPR-LPN Koto Dalam
memberikan Laporan Pertanggung Jawaban.
3.2 Letak dan Kedudukan PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang
Pariaman
PT. BPR-LPN Koto Dalam adalah suatu lembaga perbankan yang
menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dananya ke masyarakat yang
terletak di Simpang Pelita Nagari Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman.
16 N. Yudiarsa, The Microfinance Diamond, Media BPR edisi Oktober-November, PT. Murtila Promosindo, Jakarta, 2006
32
Keputusan untuk menempatkan Bank pada suatu tempat tertentu
mempunyai pengaruh yang penting bagi sukses gagalnya Bank serta
kelangsungan usaha dimasa yang akan datang. Oleh karena itu masalah lokasi
ini harus didasarkan atas pertimbangan yang teliti terhadap semua faktor yang
akan mempengaruhi operasi bank. Dan sebelum bank memulai operasinya,
pimpinan bank itu terlebih dahulu harus memilih letak dan kedudukan Bank
yang tepat dari segi perhitungan ekonomis. Hal ini penting sekali artinya bagi
kelangsungan usaha dimasa yang akan datang.
Ketidak cermatan dalam hal memilih lokasi bank dapat berakibat fatal
bagi kelangsungan hidup bank. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah terlalu
jauhnya lokasi bank.
Oleh karena itu pemilihan letak suatu bank harus dilakukan dengan
pertimbangan yang bijaksana dan tidak dengan coba-coba baik ditinjau dari
segi aspek teknis maupun dari aspek ekonomisnya.
Untuk memungkinkan dapat dilakukan penentuan lokasi, maka perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain adalah :
a. Jarak Lokasi Bank Dengan Pasar
Dalam mendirikan sebuah Bank adalah didasari atas pertimbangan akan
adanya permintaan terhadap jasa perbankan. Dalam menentukan lokasi
bank yang diperhatikan adalah daerah pencarian nasabah bank tersebut.
33
Alasan utama Bank dekat pasar agar supaya dapat melayani nasabah
dengan cepat dan secara langsung melayani pedagang di pasar.
b. Terdapatnya Fasilitas Pengangkutan / Fasilitas Transportasi
Kegiatan transportasi atau pengangkutan bagi PT. BPR-LPN Koto Dalam
berguna untuk kegiatan lapangan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam
kegiatan bank, transportasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan.
Meningkatkan fasilitas ini kalau tidak diperhatikan dengan tepat akan
memakan waktu dan biaya yang cukup besar. Tingginya biaya yang
dikeluarkan untuk kepentingan transportasi ini secara tidak langsung akan
membawa pengaruh kepada biaya operasional PT. BPR-LPN Koto Dalam
yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya harga jual dari produk
yang dihasilkan. Dengan dekatnya lokasi bank dengan pasar dapat
memperlancar jalannya usaha dan lokasi bank tersebut ikut memperkecil
biaya operasional.
c. Supply Dari Tenaga Kerja
Dalam memilih lokasi bank yang perlu juga kita perhatikan adalah
ketersediannya cukup tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Bank. Sebab
tenaga kerja adalah merupakan salah satu faktor penentu dan sekaligus
juga mempengaruhi efisiensi kerja bank. Dalam mendirikan PT. BPR-LPN
Koto Dalam diperlukan tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan dan juga
pengalaman sebelumnya, agar kegiatan bank dapat berjalan lancar dan
efisien. Jika kita lihat PT. BPR-LPN Koto Dalam berdiri di tempat yang
cukup baik karena dekat dengan pasar, sebab tenaga kerja juga cukup
34
tersedia di lingkungan sekitar Bank tersebut. Bank yang berdiri di suatu
lokasi akan berdampak baik bagi masyarakat sekitar. Selain dapat
membantu kehidupan perekonomian masyarakat tersebut, juga terbukanya
lapangan kerja bagi yang memerlukan dan dapat mengurangi angka
pengangguran yang semakin hari semakin bertambah.
d. Terdapatnya Pembangkit Tenaga Listrik
Listrik sangat berguna untuk menggerakkan aktivitas kegiatan harian Bank
dan juga sebagai penerangan bank secara keseluruhan bagi PT. BPR-LPN
Koto Dalam tenaga listrik cukup memadai selain tenaga listrik yang
diperoleh dari PLN, PT. BPR-LPN Koto Dalam juga mempunyai
pembangkit tenaga listrik sendiri (diesel).
3.3 Struktur Organisasi PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang
Pariaman
Struktur organisasi mempunyai arti yang sangat penting dalam suatu
perusahaan, karena dengan struktur organisasi akan dapat diketahui siapa saja
yang melaksanakan tugas dan kepada siapa dia bertanggung jawab. Struktur
organisasi akan mempengaruhi kegiatan serta tujuan yang hendak dicapai
Perusahaan. Manulang dalam bukunya ”Dasar-Dasar Manajemen”
menyatakan bahwa organisasi adalah :
Organisasi adalah suatu proses penetapan bagian pekerjaan yang
dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan
35
penerapan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan
orang dapat bekerja sama seefektif mungkin untuk mencapai suatu tujuan. 17
Dalam sebuah Perusahaan, pembentukan suatu struktur organisasi
adalah merupakan dasar dari pelaksanaan manajemen, yang pada prinsipnya
organisasi tersebut untuk membantu tercapainya tujuan perusahaan, yaitu
kerja sama dengan unsur-unsur. Pada dasarnya organisasi dapat dibeda-
bedakan pada tipe-tipe atau bentuk-bentuk sebagai berikut :
1. Organisasi Lini
Dalam organisasi lini ini pendelegasian wewenang dilakukan secara
vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya,
pelaporan dan tanggung jawab dari bawahan kepada atasannya, juga
dilakukan melalui garis vertikal yang terpendek. Perintah-perintah hanya
diberikan seorang atasan saja dan tanggung jawab hanya kepada atasan
yang bersangkutan.
2. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional adalah organisasi yang disusun berdasarkan sifat
dan macam pekerjaan yang harus dilakukan. Pembagian kerja didasarkan
pada spesialisasi yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya
mengerjakan suatu tugas/pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya.
3. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi
fungsional. Asas kesatuan komando tetap diperintahkan dan pelimpahan
wewenang berlangsung secara vertikal dari pucuk pimpinan dibawahnya.
17 Manulang, M, Dasar-Dasar Manajemen, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000
36
Pucuk pimpinan tetap sepenuhnya yang berhak untuk menetapkan
keputusan, kebijaksanaan dan merealisasikan tujuan perusahaan.
Dalam menjalankan aktivitas kegiatan sehari-hari PT. BPR-LPN Koto
Dalam Kabupaten Padang Pariaman dikelola dan dipimpin oleh direksi yang
terdiri atas seorang direktur utama dan direktur. Direksi bertanggung jawab
terhadap kelancaran seluruh aktivitas perusahaan, membuat perencanaan,
menerima dan memberhentikan karyawan serta bawahannya. Untuk
memperlancar kegiatan perusahaan ini dan merealisasikan seluruh tanggung
jawab yang dibenarkan kepadanya, maka direksi membagi aktivitas
perusahaan menjadi beberapa bagian yang mempunyai tugas dan kewajiban
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, masing-masing kepala bagian
bertanggung jawab kepada direksi.
Secara sistematis dapat dilihat pada struktur organisasi PT. BPR-LPN
Koto Dalam yang berbentuk organisasi lini dan staf, karena organisasi pada
PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam menjalankan tugas antara atasan dan staf,
serta staf sesama staf mereka saling melakukan koordinasi dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
Berikut nama Komisaris, Direksi beserta karyawan secara lengkap pada
PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman periode 2004 – 2009
Gambar ISTRUKTUR ORGANISASI PT. BPR-LPN KOTO DALAM
PERIODE 2004 – 2009
37
Komisaris
Kencak Rizal
Direksi
Burhanudin, SE (Direktur Utama)Didi Hendra Farizal, S.Pd (Direktur)
Kabid Dana
Libetman
Kabid Umum
Pijarlis
Kabid Kredit
Arnidawati
Kasir
Weni Izriana
Kolektor
Joni Syafialdi, A.Md
Account Officer
Januar
Armidi Adm. Kredit
Silvia Helmawati
Sumber : PT. PBR-LPN Koto Dalam Kabupaten Padang Pariaman
Adapun tugas dan fungsi masing-masing bagian pada PT. BPR-LPN
Koto Dalam adalah sebagai berikut :
1. Komisaris
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan atas pengurusan BPR yang
dilakukan oleh direksi.
b. Dalam hal seluruh direksi tidak ada untuk sementara waktu
maka komisaris wajib mengurus BPR.
c. Bila dianggap perlu komisaris dapat meminta mengadakan
rapat.
d. Komisaris setiap waktu kerja berhak meminta/menerima
buku-buku, surat-surat, bukti-bukti dan mencocokkan keadaan uang
38
kas serta dapat mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh
direksi.
e. Mengawasi pelaksanaan pemberian kredit.
f. Meminta penjelasan atau pertanggung jawaban direksi bila
mana terjadi penyimpangan dan mengenai perkembangan serta kualitas
portofolio dan juga meminta langkah-langkah perbaikan bilamana
pelaksanaan pemberian kredit menyimpang dari rencana yang telah
ditetapkan.
2. Direktur Utama
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan tugas
dalam mencapai maksud dan tujuan untuk kepentingan BPR.
b. Wajib menjalankan tugas sebaik mungkin dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
anggaran dasar BPR.
c. Mengadakan rapat setiap waktu bila mana
dipandang perlu oleh seseorang atau lebih anggota direksi atau atas
permintaan tertulis dari komisaris.
d. Menyusun dan bertanggung jawab atas rencana
penghimpun dana baik melalui tabungan maupun deposito berjangka
dan perkreditan yang tertuang dalam rencana kerja yang disampaikan
kepada Bank Indonesia serta memastikan bahwa telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana.
39
3. Direktur
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mengontrol absensi karyawan.
b. Mengontrol pembukuan Bank dan bukti-bukti
setiap transaksi.
c. Memeriksa setiap dokumen kredit sebelum
ditanda tangani oleh Direktur, bila terdapat kekeliruan atau kekurangan
persyaratan.
d. Membantu bidang kredit untuk melakukan
penagihan nasabah yang menunggak dan menganalisa lapangan calon
debitur.
e. Mewakili tugas Direktur Utama bila
penunjukkan terutama pada rapat-rapat dan pertemuan yang
diselenggarakan oleh pihak lain.
f. Memberikan arahan bimbingan mental
kepada karyawan bank.
g. Membantu dalam hal penghimpun dana dari
masyarakat.
h. Mengawasi jalannya bank sesuai wewenang
yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
i. Menyelesaikan bila ada permasalahan sesama
karyawan dan melaporkan kepada direktur utama.
j. Menjaga semua dokumen dan rahasia bank.
40
k. Mengawasi dan menjaga semua inventaris
bank serta pengaturannya.
4. Kepala Bidang Dana
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mencari relasi dan menghimpun dana
dari masyarakat dengan memasarkan produk-produk Bank berupa
Tabungan, Deposito Berjangka sebanyak-banyaknya, baik dalam
wilayah kerja BPR ataupun diluar wilayah kerja BPR-BPR Koto
Dalam.
b. Melayani Nasabah dan memberi
penjelasan sebaik-baiknya kepada calon nasabah penabung atau
deposito, serta mengarahkan nasabah yang lama untuk dapat
menanamkan modal kepada Bank.
c. Memberikan pelayanan yang baik
kepada nasabah, sehingga menarik perhatian bagi nasabah untuk
menyimpan uang di BPR.
d. Mengumpulkan dana dari pihak-pihak
ketiga sebanyak-banyaknya dan mengontrol peserta tabungan si
untung berhadiah.
e. Memberikan saran dan usul pada
atasan dalam hal penyempurnaan sistem yang ada.
41
f. Menyusun rencana kerja atau
anggaran penghimpun dana untuk tahun-tahun berikutnya.
g. Meneliti setiap saat deposito yang
akan jatuh tempo.
h. Mencatat nomor dan nama nasabah
baru pada buku induk tabungan dan deposito.
i. Memberikan keterangan tingkat bunga
kepada nasabah atau penabung.
j. Menyimpan, memelihara dan
mengamankan semua dokumen yang bersangkutan dengan tabungan
dan deposito.
k. Memberikan Laporan tertulis kepada
Direktur dalam hal penyetoran dan pengambilan tabungan dan
deposito setiap akhir bulan.
l. Merencana pemberian hadiah kepada
nasabah demi meningkatkan daya tarik nasabah untuk menabung di
PT. BPR-LPN Koto Dalam.
m. Melakukan pencatatan bukti
penerimaan uang tunai dan penarikan serta menanda tangani pada
bukti dan buku tabungan.
n. Menggali sumber-sumber dana
lainnya, untuk dapat dijadikan suatu produk BPR.
5. Kepala Bidang Umum
42
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Menerima dan mencatat surat masuk dan keluar serta melakukan
penyimpanan arsip menurut jenisnya.
b. Mencatat jam masuk dan keluar kantor seluruh karyawan.
c. Mengawasi dan memeriksa pencatatan transaksi keuangan seluruh
buku kas.
d. Mengatur pembukuan baik secara manual dan komputer serta
penyimpanan dan pengamanannya.
e. Mengatur dan menata dokumen keuangan yang sudah diselesaikan
termasuk pengamanan dan penyimpanannya.
f. Menyimpan dan mengamankan buku besar dan neraca dan bukti serta
arsipnya.
g. Membuat Laporan Bulanan dan Tahunan keuangan bank untuk
dilaporkan ke Bank Indonesia.
h. Menyiapkan laporan keuangan / neraca yang diminta direktur untuk
disajikan dalam rapat komisaris atau direksi Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
i. Menerima tugas tambahan instruksi dari direktur utama dan
menjalankannya dengan baik sebagaimana mestinya.
j. Membantu semua kegiatan yang ada di BPR bilamana diperlukan
k. Membantu pembuatan program kerja tahunan Bank.
l. Membantu bidang dana dalam hal penghimpunan dana dari masyarakat
dan lainnya.
43
m. Menyimpan arsip laporan dan pajak sehingga mudah dicari bila
diperlukan.
6. Kepala Bidang Kredit
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mempersiapkan semua
berkas keperluan kredit.
b. Melayani calon
nasabah dan yang telah jadi nasabah secara baik dan sopan.
c. Membuat perencanaan
pemberian kredit kepada debitur.
d. Mengutamakan serta
mengusahakan pemberian kredit kepada debitur dalam jumlah
pinjaman kecil.
e. Mengunjungi langsung
ke lokasi objek usaha nasabah yang akan diberikan kredit atau
pinjaman.
f. Membuat analisa
terhadap nasabah yang akan diberikan kredit.
g. Menyimpulkan prospek
atas pemberian kredit yang akan dicairkan layak atau tidak nasabah
tersebut diberi kredit.
h. Meminta persetujuan
Direktur dan Dewan Komisaris untuk pencairan Kredit.
44
i. Mencatat serta menjaga
brog atau jaminan debitur secara baik dan rapi.
j. Mengunjungi langsung
nasabah yang menunggak minimal satu kali dalam satu bulan serta
membuat perjanjian bagi yang tidak membayar lunas tunggakannya.
k. Membuat rencana
anggaran atau program tahunan berikutnya tentang penyaluran kredit
selambat-lambatnya akhir Desember tahun berjalan.
l. Melakukan penaksiran
terhadap jaminan atau brog debitur
m. Membuat Laporan
setiap akhir bulan tentang kegiatan yang telah dilakukan bersangkutan
dengan kredit.
7. Kasir
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Menerima
setoran tunai dari nasabah.
b. Mencocokkan
uang yang diterima dengan jumlah yang tercantum dalam bukti setoran
dan memberi paraf dan stempel.
c. Membubuhkan
stempel dan tanggal pada bukti setoran.
45
d. Mencatat
transaksi tunai pada buku mutasi harian kas.
e. Memeriksa
keaslian uang yang diterima tunai.
f. Mensortir uang
setelah tutup kas.
g. Mempersiapkan
bukti pembukuan atas pengambilan dan penyetoran uang ke bank lain.
h. Memelihara
surat-surat atau dokumen lain yang berkaitan dengan fungsi dan
tugasnya.
i. Mempersiapkan
uang yang dibayarkan setiap penarikan.
j. Mencatat semua
transaksi semua pembayaran pada mutasi harian kas.
k. Menyerahkan
uang tunai pada waktu penarikan.
l. Melaksanakan
penyetoran uang ke bank lain sesuai perintah.
m. Mengisi register
rincian uang kas.
n. Menyimpan
uang pada brankas dan menyimpan kunci brankas.
46
8. Kolektor
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Menje
mput tabungan ke rumah-rumah nasabah setiap hari dalam jam kerja.
b. Menca
tat serta menyetorkan uang tabungan nasabah kepada kasir dalam jam
kerja.
c. Memb
antu bidang dana dalam pencarian nasabah baru yang akan menabung
pada BPR.
d. Memb
antu nasabah dalam penarikan uang tunai dan memberikan langsung
pada nasabah.
e. Memb
erikan slip setoran kepada kasir dan bidang dana.
9. Account Officer (AO)
Mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mensurvey nasabah yang mengajukan permohonan kredit ke BPR.
b. Merekomendasikan layak atau tidaknya nasabah yang mengajukan
permohonan kredit kepada Kepala Bidang Kredit.
c. Menagih kredit macet ke rumah nasabah yang meminjam ke BPR.
47
10. Administrasi Kredit (Adm. Kredit)
a. Membuat Permohonan Kredit (PK) Nasabah yang mengajukan kredit
ke BPR setelah persetujuan (ACC) dari Direksi.
b. Mengagendakan permohonan kredit kedalam Buku Agenda
c. Membantu Kepala Bidang Kredit membuat Laporan akhir bulan
tentang kegiatan yang telah dilakukan bersangkutan dengan kredit.
3.4 Misi dan Ruang Lingkup Usaha PT. BPR-LPN Koto Dalam Kabupaten
Padang Pariaman
Misi PT. BPR-LPN Koto Dalam pada dasarnya adalah membantu atau
mengembangkan modernisasi zona ekonomi desa serta menunjang
pembangunan pedesaan.
Ekonomi pedesaan dapat dibagi antara lain :
a. Pertanian
b. Warung
c. Industri pedesaan
d. Warung pedesaan
Jika ada semacam lembaga industri di pedesaan itu, PT. BPR-LPN Koto
Dalam membantu perizinannya dengan modal, tetapi PT. BPR-LPN Koto
Dalam tentu sangat hati-hati dan secara jelas dapat menjamin pemgembalian
kredit dengan baik dan teratur.
Dengan demikian jelas sekali bahwa prinsip yang dikandung tujuan
ideal PT. BPR-LPN Koto Dalam adalah berhubungan langsung untuk
48
pengembangan zona ekonomi pedesaan. Jadi bila kredit bersifat konsumtif,
PT. BPR-LPN Koto Dalam tidak akan melayaninya. PT. BPR-LPN Koto
Dalam dengan misinya mendidik masyarakat pedesaan agar tidak
membiasakan diri meminjam uang kepada PT. BPR-LPN Koto Dalam untuk
keperluan konsumtif. Hal ini sesuai dengan dengan misi yang diemban Bank
Perkreditan Rakyat : 18
1. Memerangi kemiskinan dan kebodohan.
2. Menjadikan manusia-manusia yang berkualitas.
3. Mewujudkan keseimbangan antara material dan spritual.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi : 19
a. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan deposito berjangka
dan tabungan.
b. Memberikan pinjaman atau kredit
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip pembagian
hasil keuntungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
d. Menempatkan dana ini dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan tabungan pada bank lainnya.
Bank Perkreditan Rakyat dilarang untuk :
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Melakukan usaha dalam valuta asing.
18 Lembaga Gebu Minang, Misi dan Strategi Gebu Minang Padang, 200019 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
49
c. Memberikan kredit atau pinjaman tanpa jaminan atau agunan
d. Melakukan penyertaan modal
e. Melakukan usaha pengasuransian
f. Melakukan jenis usaha lainnya diluar usaha seperti yang dimaksudkan
dalam pasal 9 UU Perbankan No. 10 tahun 1998.
Dari keterangan dapat diketahui bahwa usaha Bank Perkreditan Rakyat
telah diatur oleh Undang-Undang Perbankan No. 1998.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Temuan Penelitian
Analisis Likuiditas yang akan dilakukan untuk PT. BPR-LPN Koto
Dalam berasal dari Laporan Keuangan (Neraca) yang diperoleh. Berikut
Laboran Keuangan PT. BPR Koto Dalam untuk Neraca Tahun 2003 s/d
2007.
Tabel 4.1PT. BPR-LPN KOTO DALAM
Neraca Periode 31 Desember 2003 s/d 2007(Rp.000)
NO POS-POS 2003 2004 2005 2006 2007
I AKTIVA1. Kas 2. Bank Indonesia3. Antar Bank Aktiva4. Kredit Yang Diberikan5. Peny.akt Produktif -/-6. Aktiva Tetap/Inventaris7. Akun Penyusutan -/-8. Antar Kantor aktiva9. Rupa-Rupa Aktiva
101.308-
312.1301.007.886
(62.844)159.653(52.295)
-58.186
54.767-
855.9521.253.827
(77.152)172.513(71.182)
-54.380
123.162-
930.7601.541.147
(50.894)193.288(72.814
-67.472
98.664-
1.441.3961.771.541
(22.127)210.996(76.111)
-324.901
198.115-
1.994.7243.941.490.
(53.177)270.310
(111.619-
337.896
JUMLAH AKTIVA 1.524.024 2.243.105 2.732.121 3.749.260 6.577.739
II PASIVA1. Kewajiban sgr dpt dibyr2. Tabungan
a. Tampan Langsungb. Tampan Bajapuikc. Tabungan Qurband. Tabungan Taifie. Tabungan Khusus
3. Deposito Berjangka4. Pinjaman Diterima5. Antar Bank Pasiva6. Antar Kantor Pasiva7. Rupa-Rupa Pasiva
22.279
419.359115.127125.46595.82795.424
180.75081.266
--
10.574
25.502
498.175202.731171.512207.968112.774484.70058.766
--
104.190
26.060
527.391336.916196.634231.015115.927565.700
-247.256
-66.330
21.418
691.592542.895331.638315.060126.200742.050
-358.716
-81.738
33.408
796.951928.931458.897442.879177.984
1.696.900950.000352.967
-69.065
8. Modala. Modal Disetorb. Modal Sumbanganc. Modal Pinjaman
9. Cadangana. Cadangan Umumb. Cadangan Tujuanc. Laba Ditahan
10. Laba Tahun Berjln (stlh pjk)
162.3302.905
-
41.12894.1821.305
76.103
211.1404.270
-
51.124-
1.409108.844
211.1405.830
-
71.857395
2.253127.417
290.000--
88.7611.7952.669
154.728
384.000--
118.2352.2423.397
161.883JUMLAH PASIVA 1.524.024 2.243.105 2.732.121 3.749.260 6.577.739
Sumber : Laporan Keuangan PT.BPR-LPN Koto Dalam Kab. Padang Pariaman
51
4.2 Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini berupa analisis :
4.2.1 Quick Ratio
Dengan rumus :
Quick Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya
terhadap para deposan dengan harta yang paling
likuid yang dimiliki oleh bank.
Cash Asset = Kas + Antar Bank Aktiva
Total Deposit = Tabungan (Tampan Lansung + Tampan Bajapuik +
Tabungan Qurban + Tabungan Taifi + Tabungan
Khusus) + Deposito Berjangka
1. Tahun 2003
Diketahui :
Cash Asset2003 = 101.308.000 + 312.130.000
= Rp. 413.438.000
Total Deposit2003 = (419.359.000 + 115.127.000 + 125.465.000
+ 95.827.000 + 95.424.000) + 180.750.000
= Rp. 1.031.952.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang
paling likuid rendah, ini dapat dilihat dari hasil QR 40,06%
dengan analisis bahwa 1 deposit dijamin oleh 0,40 Cash Asset
yang dimiliki oleh bank.
52
2. Tahun 2004
Diketahui :
Cash Asset2004 = 54.767.000 + 855.952.000
= Rp. 910.719.000
Total Deposit2004 = (498.175.000 + 202.731.000 + 171.512.000
+ 207.968.000 + 112.774.000) + 484.700.000
= Rp. 1.677.860.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang
paling likuid sedang, ini dapat dilihat dari hasil QR 54,28%
dengan analisis bahwa 1 deposit dijamin oleh 0,54 Cash Asset
yang dimiliki oleh bank.
3. Tahun 2005
Diketahui :
Cash Asset2005 = 123.162.000 + 930.760.000
= Rp. 1.053.922.000
Total Deposit2005 = (527.391.000 + 336.916.000 + 196.634.000
+ 231.015.000 + 115.927.000) + 565.700.000
= Rp. 1.973.583.000
53
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang
paling likuid sedang, ini dapat dilihat dari hasil QR 53,40%
dengan analisis bahwa 1 deposit dijamin oleh 0,53 Cash Asset
yang dimiliki oleh bank walaupun mengalami penurunan dari
tahun 2004 tapi tidak terlalu berarti.
4. Tahun 2006
Diketahui :
Cash Asset2006 = 98.664.000 + 1.441.396.000
= Rp. 1.540.060.000
Total Deposit2006 = (691.592.000 + 542.895.000 + 331.638.000
+ 315.060.000 + 126.200.000) + 742.050.000
= Rp. 2.749.435.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang
paling likuid sedang ini dapat dilihat dari hasil QR 56,01% dengan
analisis bahwa 1 deposit dijamin oleh 0,56 Cash Asset yang
dimiliki oleh bank.
5. Tahun 2007
Diketahui :
54
Cash Asset2007 = 198.115.000 + 1.994.724.000
= Rp. 2.192.839.000
Total Deposit2007 = (796.951.000 + 928.931.000 + 458.897.000
+ 442.879.000 + 177.984.000) +
1.696.900.000
= Rp. 4.502.542.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam dalam
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dengan harta yang
paling likuid rendah, ini dapat dilihat dari hasil QR 48,70%
dengan analisis bahwa 1 deposit dijamin oleh 0,48 Cash Asset
yang dimiliki oleh bank.
Dari analisis yang dapat dilakukan atas data yang diperoleh dari
Quick Ratio dari tahun 2003 – 2007, bahwa kemampuan PT. BPR-
LPN Koto Dalam dalam memenuhi kewajibannya terhadap para
deposan rendah, karena hasil rasio yang diharapkan sekurang-
kurangnya 100%.
Namun kenyataan di lapangan setiap tahun dibawah 100%, tetapi
hasil tersebut dapat menjamin simpanan sebagian para deposan. Jika
keadaan seperti ini tetap berlanjut, apabila secara bersamaan para
deposan menarik tabungan, maka dana yang tersedia tidak mencukupi.
4.2.2 Banking Ratio
Dengan rumus :
55
Banking Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank untuk membiayai pemberian
pinjaman dengan menggunakan dana yang
dihimpun dari pada nasabah/ pihak ketiga.
Total Loans = Kredit yang diberikan
Total Deposit = Tabungan (Tampan Lansung + Tampan Bajapuik
+ Tabungan Qurban + Tabungan Taifi +
Tabungan Khusus) + Deposito Berjangka
1. Tahun 2003
Diketahui :
Total Loans2003 = Rp. 1.007.886.000
Total Deposit2003 = (419.359.000 + 115.127.000 + 125.465.000
+ 95.827.000 + 95.424.000) + 180.750.000
= Rp. 1.031.952.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam tinggi dalam
menyalurkan kreditnya jika dilihat dari perbandingan deposit yang
dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil BR 97,67% dengan
analisis bahwa 1 kreditur dijamin oleh 0,97 deposit yang dimiliki
oleh bank. Makin tinggi rasio ini, tingkat likuiditas bank makin
rendah karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai
kredit makin kecil, demikian pula sebaliknya.
2. Tahun 2004
Diketahui :
Total Loans2004 = Rp. 1.253.827.000
56
Total Deposit2004 = (498.175.000 + 202.731.000 + 171.512.000
+ 207.968.000 + 112.774.000 ) +
484.700.000
= Rp. 1.677.860.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam tinggi dalam
menyalurkan kreditnya jika dilihat dari deposit yang dimiliki oleh
bank, ini dapat dilihat dari hasil BR 74,73% dengan analisis
bahwa 1 kreditur dijamin oleh 0,74 deposit yang dimiliki oleh
bank.
3. Tahun 2005
Diketahui :
Total Loans2005 = Rp. 1.541.147.000
Total Deposit2005 = (527.391.000 + 336.916.000 + 196.634.000
+ 231.015.000 + 115.927.000) +
565.700.000
= Rp. 1.973.583.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam tinggi dalam
menyalurkan kreditnya jika dilihat dari deposit yang dimiliki oleh
bank, ini dapat dilihat dari hasil BR 78,09% dengan analisis
57
bahwa 1 kreditur dijamin oleh 0,78 deposit yang yang dimiliki oleh
bank.
4. Tahun 2006
Diketahui :
Total Loans2006 = Rp. 1.771.541.000
Total Deposit2006 = (691.592.000 + 542.895.000 + 331.638.000
+ 315.060.000 + 126.200.000) +
742.050.000
= Rp. 2.749.435.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam menyalurkan kreditnya jika dilihat dari deposit yang dimiliki
oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil BR 64,43% dengan analisis
bahwa 1 kreditur dijamin oleh 0,64 deposit yang yang dimiliki oleh
bank.
5. Tahun 2007
Diketahui :
Total Loans2007 = Rp. 3.941.490.000
Total Deposit2007 = (796.951.000 + 928.931.000 + 458.897.000
+ 442.879.000 + 177.984.000) +
1.696.900.000
= Rp. 4.502.542.000
58
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam tinggi dalam
menyalurkan kreditnya jika dilihat dari deposit yang dimiliki oleh
bank, ini dapat dilihat dari hasil BR 87,54% dengan analisis
bahwa 1 kreditur dijamin oleh 0,87 deposit yang yang dimiliki oleh
bank.
Dari hasil analisis yang dilakukan atas data yang diperoleh dari
Banking Ratio dari tahun 2003 – 2007, bahwa kemampuan PT. BPR-
LPN Koto Dalam tinggi dalam menyalurkan kreditnya apabila
dibandingkan dengan deposit yang dimiliki. Dari deposit yang dimiliki
oleh PT. BPR-LPN hampir seluruhnya dapat menutupi kredit yang
diminta oleh nasabah bank. Karena makin rendah rasio ini, tingkat
likuiditas bank makin tinggi karena jumlah dana yang digunakan untuk
membiayai kredit makin besar, demikian pula sebaliknya.
4.2.3 Cash Ratio
Dengan rumus :
Cash Ratio = Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam melunasi kewajiban
yang harus segera dibayar dengan harta likuid
yang dimiliki bank
Liquid Assets = Kas + Antar Bank Aktiva
Short Term
Borrowing
= Kewajiban segera yang harus dibayar
1. Tahun 2003
59
Diketahui :
Liquid Assets2003 = 101.308.000 + 312.130.000
= Rp. 413.438.000
Short Term Borrowing2003 = Rp. 22.279.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta
likuid yang dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil CR
1.855,73% dengan analisis bahwa 1 kewajiban segera dapat
dibayar dijamin oleh 18,56 harta liquid yang dimiliki oleh bank.
2. Tahun 2004
Diketahui :
Liquid Assets2004 = 54.767.000+ 855.952.000
= Rp. 910.719.000
Short Term Borrowing2004 = Rp. 25.502.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta
likuid yang dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil CR
3.571,17% dengan analisis bahwa 1 kewajiban segera dapat
dibayar dijamin oleh 35,71 harta liquid yang dimiliki oleh bank.
3. Tahun 2005
60
Diketahui :
Liquid Assets2005 = 123.162.000 + 930.760.000
= Rp. 1.053.922.000
Short Term Borrowing2005 = Rp. 26.060.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta
likuid yang dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil CR
4.044,21% dengan analisis bahwa 1 kewajiban segera dapat
dibayar dijamin oleh 40,44 harta liquid yang dimiliki oleh bank.
4. Tahun 2006
Diketahui :
Liquid Assets2006 = 98.664.000 + 1.441.396.000
= Rp. 1.540.060.000
Short Term Borrowing2006 =Rp. 21.418.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta
likuid yang dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil CR
7.190,49% dengan analisis bahwa 1 kewajiban segera dapat
dibayar dijamin oleh 71,90 harta liquid yang dimiliki oleh bank.
5. Tahun 2007
61
Diketahui :
Liquid Assets2007 = 198.115.000 + 1.994.724.000
= Rp. 2.192.839.000
Short Term Borrowing2007 =Rp. 33.408.000
Artinya kemampuan PT. BPR-LPN Koto Dalam sangat tinggi
dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta
likuid yang dimiliki oleh bank, ini dapat dilihat dari hasil CR
6.563,81% dengan analisis bahwa 1 kewajiban segera dapat
dibayar dijamin oleh 65,63 harta liquid yang dimiliki oleh bank.
Dari hasil analisis yang dilakukan atas data yang diperoleh dari
Cash Ratio dari tahun 2003 – 2007, bahwa kemampuan PT. BPR-LPN
Koto Dalam sangat tinggi dalam melunasi kewajiban yang harus
segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank. Berarti bank
tidak banyak memiliki kewajiban yang harus segera dibayar.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis
terhadap PT. BPR-LPN Koto Dalam, maka secara garis besar penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisa terhadap likuiditas perusahaan, maka dapat
dikemukakan selama periode penelitian tingkat likuiditas dengan rasio
Quick Ratio masih sedang karena hasil dari rasio kurang dari 100%, ini
dapat dilihat dari analisis yang telah dilakukan terhadap Laporan
Keuangan yaitu Neraca PT. BPR-LPN Koto Dalam untuk periode 2003-
2007.
2. Dan jika dilihat dari rasio Banking Ratio tinggi, ini dapat dilihat dari hasil
analisis yang telah dilakukan dari perbandingan jumlah kredit yang
disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki oleh PT. BPR-LPN Koto
Dalam. Makin besar rasio ini, tingkat likuiditas bank makin rendah karena
jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit makin kecil dan
begitu pula sebaliknya.
3. Dari analisis yang dilakukan dengan Cash Ratio tingkat likuiditas sangat
tinggi, ini dapat dilihat dari hasil analisis yang telah dilakukan , rasio lebih
dari 1000%, hal ini dikarenakan kewajiban segera dapat dibayar sangat
sedikit untuk dibayarkan.
63
4. Jika dilihat dari hasil analisis yang telah dilakukan maka PT. BPR-LPN
Koto Dalam masih digolongkan dalam kategori bank yang kurang sehat,
karena tingkat likuditasnya masih kurang dari 100%, hal ini karena bank
lebih memfokuskan pada tingkat laba atau profit yang didapatkan,
sehingga kurang memperhatikan tingkat kesehatan bank.
5.2 Saran
Bertolak dari hasil analisis dan pembahasan terdahulu, maka saran yang
dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
a. PT. BPR-LPN Koto Dalam sebagai salah salah satu lembaga keuangan
di Koto Dalam perlu ditingkatkan likuiditasnya karena disamping
untuk mendapatkan profit yang tinggi, bank juga harus menjaga
tingkat kesehatan bank sehingga para nasabah percaya untuk
menanamkan uangnya di PT. BPR-LPN Koto Dalam.
b. Quick Ratio sedang yaitu kurang dari 100%, hal ini tentu disebabkan
oleh sedikitnya harta likuid yang dimiliki oleh PT.BPR-LPN Koto
Dalam, untuk itu bank disarankan untuk meningkatkan harta likuidnya
untuk tahun anggaran berikutnya.
c. Banking Rasio tinggi yaitu total deposit dapat menutupi seluruh
permintaan kredit yang diajukan oleh para nasabah, hal ini harus bisa
dipertahankan untuk seterusnya, makin besar dana yang dimiliki maka
makin besar kredit yang akan disalurkan.
64
d. Cash Ratio sangat tinggi yaitu lebih dari 1000%, hal sangat luar biasa
karena PT. BPR-LPN Koto Dalam hanya sedikit memiliki kewajiban
segera dapat dibayar dan memiliki harta likuid yang sangat besar untuk
membayar kewajiban tersebut. Untuk kedepannya harus bisa
dipertahankan lagi.
2. Bagi penelitian selanjutnya
a. Untuk dapat memperluas objek atau memperbanyak analisis dalam
penelitiannya serta menggunakan rasio-rasio lainnya yang diduga
memiliki pengaruh terhadap kesehatan bank.
b. Untuk melakukan penelitian pada faktor lain yang belum diteliti pada
penelitian ini.
c. Untuk melakukan penelitian pada bank yang mempunyai tingkat
kesehatan bank yang tinggi, agar kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada penelitian ini dapat diatasi dan dikendalikan dengan baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2002. Studi Ekonomi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Jakarta
Bank Indonesia, 1999. Informasi dan Profile BPR Milik Pemda Seluruh Indonesia, Jakarta
Digitized by USU digital library, 2002
Jumingran, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT.Bumi Aksara, Jakarta
Kasmir, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Lembaga Gebu Minang, 2000. Misi dan Strategi Gebu Minang Padang
Manulung M, 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Penerbit Ghalia, Indonesia, Jakarta,
Mahrinasari, Jurnal Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Digital Library.
N. Yudiarsa, 2006. The Microfinance Diamond, Media BPR edisi Oktober-November, PT. MURTILA Promosindo, Jakarta.
PT.BPR-LPN Koto Dalam, 2007. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan, Padang Sago, 2002- 2007.
PT.BPR-LPN Koto Dalam, 2007. Profil Perusahaan, Padang Sago.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan
Warjiyo, Perry, 2006. ‘Stabilitas sistem perbankan dan kebijakan moneter: keterkaitan dan perkembangannya di Indonesia’, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
66