ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI LAMPUNG DENGAN
PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI
(Skripsi)
Oleh
Faisal Twuska
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKUTLAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ANALYSIS OF ECONOMIC POTENTIALS OF LAMPUNG PROVINCE
BY ECONOMIC BASE MODEL APPROACH
By
FAISAL TWUSKA
The aim of this study is to analyse the economic potential of Lampung Province in
terms of the development potential of each economic sector that can support
economic growth in Lampung Province based on analysis of Location Quotient
(LQ), Shift-Share, and Economic Sector Typology. This study uses secondary data
obtained from the Statistics Indonesia and Lampung Province. From the analysis, it
is found that out of a total of 17 economic sectors in Lampung Province, there are
9 economic sectors that have potential to support economic growth in Lampung
Province with a special level of development, more than enough, and sufficient to
be developed. These economic sectors are: (a) sector of transportation and storage
with special level of development; (b) sector of agriculture, forestry, and fisheries
and sector of water supply and waste management with more than enough level of
development; (c) sector of construction, sector of provision of food and drink
accommodation, sector of information and communication, sector of real estate,
sector of business activities, and sector of education activities with sufficient level
of development.
Key Words: Economic potential, Economic Sector Typology, Location Quotient
(LQ), Shift Share.
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI LAMPUNG DENGAN
PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI
Oleh
FAISAL TWUSKA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi ekonomi Provinsi
Lampung yang ditinjau dari potensi pengembangan masing-masing sektor ekonomi
yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung berdasarkan
analisis Location Quotient (LQ), Shift-Share, dan Tipologi Sektor Ekonomi.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BPS Indonesia dan
BPS Provinsi Lampung. Dari hasil analisis diperoleh bahwa dari total 17 sektor
ekonomi di Provinsi Lampung, terdapat 9 sektor ekonomi yang potensial dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung, dengan tingkat potensi
pengembangan istimewa, lebih dari cukup, dan cukup untuk dikembangkan.
Sektor-sektor ekonomi tersebut adalah: (a) sektor transportasi dan pergudangan
dengan tingkat potensi pengembangan istimewa; (b) sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan dan sektor pengadaan air dan pengelolaan sampah dengan tingkat
potensi pengembangan lebih dari cukup; (c) sektor konstruksi, sektor penyediaan
akomodasi makan dan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor real estate,
sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa pendidikan dengan tingkat potensi
pengembangan cukup.
Kata Kunci: Location Quotient (LQ), Potensi ekonomi, Shift Share, Tipologi
Sektor Ekonomi.
ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI LAMPUNG DENGAN
PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI
Oleh
Faisal Twuska
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKUTLAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Faisal Twuska, lahir pada tanggal 16 Agustus 1993 di Kota Bogor,
Jawa Barat. Penulis lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Ujang Darmawan dan Ibu Mamah Sumiati. Penulis memulai pendidikannya
di SD Negeri 3 Nanggewer, Cibinong, Bogor pada tahun 2000-2003. Pada tahun
2003 penulis bermigrasi ke Provinsi Lampung dan melanjutkan pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri 7 Merak Batin, Natar, Lampung Selatan. Pada tahun 2006
penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Natar dan pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Natar dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui
jalur SNMPTN tertulis pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) ke
beberapa institusi, yaitu Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Badan
Perencana Pembangunan Nasional bersama-sama dengan mahasiswa ekonomi
pembangunan tahun angkatan 2012. Pada awal tahun 2015, tepatnya akhir semester
5, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Wonokerto,
Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat.
MOTTO
Perubahan hidup tidak terjadi hanya karena harapan dan paragraf-paragraf
kalimat, tetapi terjadi atas kehendak Allah terhadap apa yang engkau niatkan lalu
engkau usahakan.
(Muhammad Faisal Alfaruqi)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS Ar-Ra’d: 11)
Sesungguhnya jika engkau menghabiskan
jatah gagalmu, maka engkau mau tidak mau akan berhasil.
Kesabaran adalah jembatan yang menyampaikan kita
kepada keindahan hidup.
(Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT, aku persembahkan
skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasih kepada:
Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, keikhlasan,
ketulusan, kesabaran, perjuangan dan pengorbanan tiada tara. Sungguh, jasamu
begitu berharga dan tak ternilai. Terima kasih atas semangat dan pembelajaran
hidup yang telah engkau berikan. Aku belajar, bahwa kesempurnaan hidup bukan
tentang bagaimana kita memiliki segalanya, tetapi tentang bagaimana kita
bersyukur kepada Allah dan mencintai kekurangan yang kita miliki.
Saudara-saudaraku tersayang, Paman, Bibi, serta Sepupu-sepupuku yang selalu
memberi perhatian dan semangat tanpa batas.
Para Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat
bermanfaat.
Para sahabat dan teman atas waktu kebersamaan untuk mengisi waktu luang
dalam menuntut ilmu.
Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Potensi Ekonomi Provinsi
Lampung dengan Pendekatan Model Basis Ekonomi”, sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai
wujud rasa hormat dan penghargaan serta terima kasih kepada yang terhormat:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Ujang Darmawan dan Ibu Mamah Sumiati
yang telah menjadi orang tua yang begitu kucintai. Aku bersyukur, bangga,
dan bahagia bahwa Allah telah memberiku orang tua yang begitu tulus
mencintaiku. Terima kasih atas dukungan yang tiada henti dan doa-doa yang
dipanjatkan untuk anakmu.
2. Nenek tercinta, terima kasih sudah selalu memberikan semangat dukungan
serta doa-doa yang insha Allah selalu didengar oleh Allah SWT.
3. Paman-pamanku yang tercinta: Mang Opik, Mang Muji, dan Mang Jun yang
selama ini memberikan dukungan baik motivasi maupun dukungan yang
sifatnya membangun dalam penyelesaian skripsi ini, serta bibi-bibiku yang
tercinta: Bi Enung, Bi Enih, Bi Santi, dan Bi Uji yang senantiasa
menciptakan senyum di tengah kesedihan, yang senantiasa menciptakan
semangat saat keputus-asaan menyapa, dan yang senantiasa mengajarkan
indahnya sabar untuk bangkit dari kegagalan.
4. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
6. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
7. Bapak M. Husaini, S.E., M.E.P. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
saran dalam proses perkuliahan dari awal hingga akhir.
8. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan arahan dan saran
dalam pembuatan skripsi.
9. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si. dan Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc.
selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat-nasehat yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
10. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali penulis
dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan dan staf dan
karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak
membantu kelancaran proses skripsi ini.
11. Om Saiful yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis untuk
tetap semangat melanjutkan kuliah sempat tertunda dan terkendala dan
membantu dengan memberikan kesempatan bekerja selama penulis vakum
dari proses perkuliahan.
12. Sepupu-sepupuku tercinta: Sopian, Maulana, Endang, Vivi, Akmal, Nisa,
dan lainnya yang selalu mencurahkan doa dan dukungannya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan: Efran, Lorentina, Adi, Rahmat, Dwi
Sarasati, Rayan, Kahfi, dan teman-teman jurusan EP tahun angkatan 2012
lainnya, serta teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen tahun
angkatan 2012: Yoga, Yandi, Agil, dan Tanjung, yang selalu memberikan
semangat, dukungan, dan hiburan, serta dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman satu bimbingan: Wiwit, Suryanto, dan Indra yang selalu
memberikan semangat, dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
15. For someone in my heart: the one who always remind me to be sure that
Allah always with us in any conditions; the one who always remind me
there’s convinience behind difficulties; the one who always give me spirit
when I was drowning on the desperation; and the one who always support
me day and night without boredom. You are awesome.
16. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan Bapak, Ibu,
Saudara, dan Teman-teman semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, 01 Oktober 2018
Penulis,
Faisal Twuska
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi ......................................................... 10
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 13
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ..................................... 18
D. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah .............................. 20
E. Teori Basis Ekonomi ...................................................................... 21
F. Shift Share ....................................................................................... 25
G. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 28
H. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32
ii
Halaman
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 34
B. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 35
C. Analisis Data ................................................................................... 36
1. Location Quetiont (LQ) ............................................................ 37
2. Analisis Shift-Share .................................................................. 38
3. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi ........................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 44
B. Perekonomian Provinsi Lampung ................................................... 45
C. Hasil Analisis Location Quetiont (LQ) ........................................... 47
D. Hasil Analisis Shift-Share ............................................................... 51
1. Analisis National Share (Nj) .................................................... 52
2. Analisis Proportional Shift (Mij) .............................................. 54
3. Analisis Differential Shift (Cj) .................................................. 56
E. Hasil Analisis Tipologi Sektor Ekonomi ......................................... 59
F. Pembahasan ..................................................................................... 60
1. Kondisi Perekonomian Provinsi Lampung ............................... 60
2. Sektor Ekonomi yang Terspesialisasi Menjadi Sektor Basis
Dan Non Basis, dan Memiliki Produktivitas yang Baik untuk
Dikembangkan .......................................................................... 62
3. Tingkat Potensi Pengembangan Sektor Ekonomi untuk
Dikembangkan sebagai Penunjang Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Lampung ...................................................................... 64
4. Implikasi Penelitian ................................................................... 67
iii
Halaman
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 72
1. Kesimpulan ............................................................................... 72
2. Saran ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung, Sumatera, dan
Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016
(Persen) ...................................................................................... 3
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan
Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2017 (Persen) ..... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 28
Tabel 3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi ............................................... 41
Tabel 4.1 Statistik Geografi Provinsi Lampung ........................................ 45
Tabel 4.2 Distribusi PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012-2017 (Persen) ......................................................... 46
Tabel 4.3 Hasil Location Quotient (LQ) Provinsi Lampung tahun
2012-2017 .................................................................................. 49
Tabel 4.4 Hasil Analisis Shift Share pada Komponen National Share
untuk Total Seluruh Sektor pada PDB dan PDRB Tahun
2012-2017 (dalam Miliar) ......................................................... 52
Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung dan Indonesia Tahun
2012-2017 (Persen) .................................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Analisis Shift Share pada Komponen Proportional Shift
Provinsi Lampung Tahun 2012-2017 (dalam Miliar) ............... 55
Tabel 4.7 Hasil Analisis Shift Share pada Komponen Differential Shift
Provinsi Lampung Tahun 2012-2017 (dalam Miliar) ................ 57
Tabel 4.8 Hasil Tipologi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung
2012-2017 ................................................................................. 59
v
Halaman
Tabel 4.9 Distribusi Terbesar PDRB Provinsi Lampung Menurut
Lapangan Tahun 2012-2017 (Persen) ....................................... 61
Tabel 4.10 Potensi Pengembangan Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung
Tahun 2012-2017 ....................................................................... 66
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keseragaman pembangunan di Indonesia saat ini telah berubah menjadi pola
pembangunan ekonomi yang bervariasi. Pembangunan ekonomi yang semula
dilakukan secara terpusat telah berubah menjadi pembangunan secara regional
melalui otonomi daerah. Proses pembangunan saat ini dilakukan oleh pemerintah
daerah otonom untuk mengelola ekonomi daerah secara mandiri. Sebagai negara
kepulauan, perbedaan wilayah di Indonesia menjadi alasan pemerintah untuk secara
tanggap mengantisipasi perbedaan ini dalam proses pengembangan ekonomi.
Karakteristik kepulauan yang sekaligus menciptakan keberagaman potensi wilayah,
tidak akan terorganisir dengan baik jika pola pembangunan masih dilakukan secara
terpusat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi secara otonomi daerah
diberlakukan untuk mengatasi perbedaan potensi ekonomi di masing-masing
wilayah. Pembangunan ekonomi ini berfokus pada pengembangan sektor
perekonomian wilayah khususnya melalui pertumbuhan ekonomi.
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi secara otonom, kebijakan
utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar
prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki
oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap
2
daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan kegiatan sektor
ekonomi yang dominan, (Syafrizal, 2008). Kebijakan pembangunan ekonomi
daerah yang ditetapkan di suatu daerah harus disesuaikan dengan kondisi (masalah,
kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang
mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data
dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah
yang bersangkutan, (Arsyad, 2010).
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk
meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor
ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Menurut Sukirno (2015), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan
apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi.
Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah
data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang
berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami
suatu pertumbuhan dalam kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita
menurut harga atau pendapatan terus menerus bertambah. Mengacu pada data
pertumbuhan ekonomi, sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki pertumbuhan
ekonomi yang beragam pada setiap wilayah provinsinya. Salah satu provinsi di
3
Indonesia yang menjadi perhatian khusus adalah Provinsi Lampung yang menjadi
penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Provinsi Lampung menjadi gerbang di Sumatera sebagai wilayah yang dilalui
aktivitas ekonomi terutama distribusi barang dan jasa antar, khususnya Pulau Jawa
dan Sumatera maupun sebaliknya. Dalam hal kinerja perekonomian pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung selama tahun 2012-2016 melebihi pertumbuhan
ekonomi secara nasional yang ditunjukkan pada data komparasi pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung, Sumatera, dan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Lampung juga melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera.
Selama Tahun 2012-2016, perekonomian di Provinsi Lampung memiliki kinerja
yang lebih baik dari Sumatera dan Indonesia.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung, Sumatera, dan
Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Persen)
Provinsi Tahun Rata-
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-
A. Indonesia 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02 5,30
B. Sumatera 5,75 4,97 4,58 3,53 4,29 4,62
1. Aceh 3,85 2,61 1,55 -0,73 3,31 2,12
2. Sumatera Utara 6,45 6,07 5,23 5,10 5,18 5,61
3. Sumatera Barat 6,31 6,30 5,65 5,52 5,26 5,81
4. Riau 3,76 2,48 2,71 0,22 2,23 2,28
5. Jambi 7,03 6,84 7,36 4,20 4,37 5,96
6. Sumatera Selatan 6,83 5,31 4,79 4,42 5,03 5,28
7. Bengkulu 6,83 6,07 5,48 5,13 5,30 5,76
8. Lampung 6,44 5,77 5,08 5,13 5,15 5,51
9. Kep. Bangka Belitung 5,50 5,20 4,67 4,08 4,11 4,71
10. Kep. Riau 7,63 7,21 6,60 6,01 5,03 6,50
Sumber: BPS Indonesia, 2016 (data diolah)
4
Berdasarkan pada Tabel 1.1, pada Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi
Lampung adalah 6,44 persen, sedangkan pada tahun yang sama pertumbuhan
ekonomi di Sumatera dan Indonesia memperoleh pertumbuhan ekonomi lebih kecil
sebesar 5,75 persen dan 6,03 persen. Pada Tahun 2013-2014 pertumbuhan ekonomi
Provinsi Lampung terus menurun dengan pertumbuhan 5,77 persen menjadi 5,08
persen. Kelesuan ekonomi ini juga terjadi pada perekonomian Sumatera dan
Indonesia di tahun yang sama dengan pertumbuhan 4,97 persen menurun menjadi
4,58 persen untuk Sumatera, dan 5,56 persen menurun menjadi 5,01 persen untuk
Indonesia. Pada Tahun 2015-2016 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
kembali meningkat dengan pertumbuhan 5,13 persen dan 5,15 persen. Secara rata-
rata, maka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung selama Tahun 2012-2016
adalah 5,51 persen.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung saat ini disumbang oleh 17 sektor
ekonomi, yaitu: (a) pertanian, pertambangan, dan perikanan; (b) pertambangan
dan penggalian; (c) industri pengolahan; (d) pengadaan listrik dan gas; (e)
pengelolaan air dan sampah; (f) konstruksi; (g) perdagangan besar dan eceran;
(h) transportasi dan pergudangan; (i) penyediaan akomodasi dan makan minum;
(j) informasi dan komunikasi; (k) jasa keuangan dan asuransi; (l) real estate; (m)
jasa perusahaan; (n) administrasi pemerintahan; (o) jasa pendidikan; (p) jasa
kesehatan dan kegiatan sosial; dan (q) jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Lampung berdasarkan sektor ekonomi atau lapangan usaha dapat pada
Tabel 1.2 di bawah ini.
5
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2017 (Persen)
Sektor Ekonomi Tahun Rata-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,93 4,63 3,42 3,66 3,16 0,83 3,27
B Pertambangan dan Penggalian 5,61 11,47 0,93 4,20 4,36 6.46 5,31
C Industri Pengolahan 9,32 7,74 4,51 7,48 3,89 6.18 6,59
D Pengadaan Listrik dan Gas 15,15 10,83 9,82 3,60 22,49 38.43 12,38
E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, 4,82 -1,57 7,49 2,47 3,57 7.15 3,36
F Konstruksi 6,44 3,58 7,70 2,29 8,53 10.96 5,71
G Perdagangan Besar dan Eceran; 5,24 2,97 5,98 1,98 6,65 6.57 4,56
H Transportasi dan Pergudangan 10,35 7,35 7,65 11,67 7,87 6.60 8,98
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 9,47 5,82 7,73 8,96 6,84 8.08 7,76
J Informasi dan Komunikasi 13,38 9,37 8,84 10,84 10,63 10.74 10,61
K Jasa Keuangan dan Asuransi 11,70 6,74 1,53 3,56 8,02 4.50 6,31
L Real Estate 8,29 9,97 7,70 4,49 7,73 6.02 7,64
M Jasa Perusahaan 13,90 11,99 8,05 7,97 4,19 5.87 9,22
N Administrasi Pemerintahan 6,16 2,49 8,23 9,79 0,52 4.19 5,44
O Jasa Pendidikan 4,50 5,21 11,07 6,65 6,75 5.06 6,84
P Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,62 7,36 5,11 6,81 6,14 4.75 7,41
Q Jasa lainnya 1,79 3,42 8,13 8,51 4,45 8.92 5,26
Total Pertumbuhan PDRB 6,44 5,77 5,08 5,13 5,15 5.17 5,51
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017 (Data diolah)
Pada Tabel 1.2, secara keseluruhan sektor Pengadaan Listrik dan Gas memperoleh
pertumbuhan tertinggi dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 12,38 persen
pada tahun 2012-2017. Pertumbuhan tertinggi selanjutnya diperoleh oleh sektor
Informasi dan Komunikasi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,61 persen.
Pertumbuhan tertinggi ketiga diperoleh oleh sektor Jasa Perusahaan dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 9,22 persen. Sedangkan sektor ekonomi lain yang
memiliki persentase pertumbuhan ekonomi paling rendah adalah sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebesar 3.27 persen, dan sektor pengelolaan air dan
pengadaan sampah sebesar 3,36 persen.
6
Dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah Provinsi Lampung
perlu mengelola sumber daya alam dan menaksir potensi ekonomi yang dapat
dikembangkan, terutama pengembangan pada sektor yang dapat diunggulkan
secara kinerja maupun daya saing yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Untuk mengetahui potensi ekonomi daerah, pemerintah perlu
mengidentifikasi keunggulan ekonomi di daerah dan mengetahui sektor ekonomi
yang dapat dikembangkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung.
Dari data pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan pada Tabel 1.2, permasalahan
yang sering dihadapi dari pertumbuhan ekonomi adalah belum diketahuinya sektor
ekonomi yang memiliki tingkat potensi ekonomi yang baik untuk dikembangkan.
Sehingga pertumbuhan yang ada hanya terbatas pada angka-angka kuantitatif saja
dan tidak memberikan informasi kepada pemerintah untuk mengelola
perekonomian melalui prioritas pengembangan sektor ekonomi unggulan, serta
bagaimana berupaya merehabilitasi sektor-sektor ekonomi yang cenderung tidak
potensial menjadi potensial. Untuk itu perlu diketahui sektor basis di daerah, dan
mengidentifikasi apakah sektor ekonomi tersebut memiliki potensi daya saing
kompetitif, kinerja pertumbuhan, dan tingkat spesialisasinya. Ini menjadi penting,
karena sektor ekonomi yang belum diketahui keunggulannya sulit dikembangkan.
Namun setelah diketahui tingkat potensi pengembangannya maka pemerintah bisa
mengambil sikap dan kebijakan terhadap sektor-sektor tersebut dengan lebih tepat
untuk menentukan pembangunan ekonomi secara jelas dan terarah.
7
Dari uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi dan
identifikasi sektor ekonomi di Provinsi Lampung berdasarkan tingkat potensi
pengembangannya Sebagai penelitian untuk mengetahui bagaimana potensi
perekonomian di Provinsi Lampung, maka peneliti mengambil judul penelitian
“ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI LAMPUNG DENGAN
PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI.”
B. Rumusan Masalah
Sebagai negara kepulauan, perbedaan wilayah di Indonesia mendorong pemerintah
untuk secara tanggap mengantisipasi perbedaan ini dalam proses pengembangan
ekonomi. Pembangunan ekonomi selalu mengaitkan pertumbuhan ekonomi sebagai
penunjang keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Pentingnya pertumbuhan
ekonomi mengharuskan pemerintah daerah Provinsi Lampung untuk
mengembangkan wilayahnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pemerintah perlu mengetahui potensi ekonomi daerah. Untuk mengetahui potensi
ekonomi diperlukan analisis ekonomi untuk mengetahui sektor ekonomi yang
menjadi sektor unggulan dan memiliki kapasitas potensi pengembangan yang baik.
Dalam upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar
belakang, sangat penting untuk mengetahui peranan masing-masing sektor
ekonomi melalui analisis dengan pendekatan model basis ekonomi. Pendekatan
basis ekonomi ini ditujukan untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang
diunggulkan dan memiliki potensi pengembangan dalam menunjang pertumbuhan
8
ekonomi di Provinsi Lampung. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi perekonomian di Provinsi Lampung?
2. Sektor ekonomi apa saja yang terspesialisasi menjadi sektor basis dan non basis,
serta memiliki produktivitas yang baik untuk dikembangkan?
3. Bagaimana tingkat potensi pengembangan masing-masing sektor ekonomi
untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana kondisi perekonomian Provinsi Lampung.
2. Mengetahui sektor ekonomi apa saja yang terspesialisasi menjadi sektor basis
dan non basis, serta memiliki produktivitas yang baik untuk dikembangkan.
3. Mengetahui tingkat potensi pengembangan masing-masing sektor ekonomi
untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
9
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
bahan kajian tentang potensi ekonomi di Provinsi Lampung dan kebijakan apa
yang dapat diambil dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian lebih lanjut.
3. Bagi peneliti dan mahasiswa, penelitian ini sebagai bahan penambah
pengetahuan dan wawasan serta menjadi bahan referensi bagi penelitian sejenis
yang mengangkat tema yang sama.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan
antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2004).
b. Pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat,
kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak (Todaro, 2004).
c. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup
suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil
perkapita (Irawan M. Suparmako, 2010).
d. Menurut Prof. Meier mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses
kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang
(Adisasmita, 2005).
e. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi
merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui
11
serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu
adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung
dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2015).
f. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang
harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak
terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama
dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2004).
Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan
nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah
sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-
jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun.
Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa
dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga
perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam penelitian ini
pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang.
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil
penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 2015).
Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti
adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat
menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses
12
pembangunan itu di diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat
berlangsung untuk jangka panjang.
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang
mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi
maupun non ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan yang minimal dan
pasti ada menurut Todaro (1983) dalam Suryana (2004) adalah:
1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan
pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan dan
lingkungan.
2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan
dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang
lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan
kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.
3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan
nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan
ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain, tetapi
dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Ada empat model pembangunan (Suryana, 2004) yaitu model pembangunan
ekonomi yang beorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja,
penghapusan kemiskinan dan model pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut,
semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan
13
jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan
tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian
sampai batas maksimal.
Dalam penelitian ini pembangunan yang dilakukan adalah model pembangunan
ekonomi yang beroirentasi pada pertumbuhan, dimana model pembangunan ini
merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya
manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan
komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar
wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,
kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan ekonomi merupakan proses dimana terjadi
kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian dikatakan tumbuh dan berkembang apabila terjadi pertumbuhan
output riil. Pertumbuhan ekonomi juga terjadi apabila ada kenaikan output
perkapita dimana menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil
per orang. Pada periode tertentu, pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan sejauh
mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat. Dimana aktivitas tersebut merupakan suatu proses penggunaan faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan output yang akan menghasilkan suatu aliran
14
balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Sehingga dengan
adanya pertumbuhan ekonomi maka pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi juga akan meningkat.
Teori pertumbuhan ekonomi sendiri dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Menurut
Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), ada perbedaan dalam istilah
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi
merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang
senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya,
sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan
dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks
mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-
sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup
dikenal.
Sedangkan menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003), pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk
menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya;
kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Atas sudut pandang tersebut,
penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari
sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi
15
dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt)
dengan PDRB sebelumnya (PDRBt-1).
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 (∆𝑌) = 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑡−1× 100%
Menurut Profesor Kuznets (dalam Todaro, 1994) juga mengemukakan enam
karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
a. Tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang
tinggi
b. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya
produktivitas tenaga kerja
c. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi
d. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi
e. Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya
untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah
pemasaran dan sumber bahan baku
f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sepertiga bagian penduduk dunia.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting sebagai
berikut (Arsyad, 2010):
1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal adalah termasuk semua investasi baru yang berwujud
tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources),
16
akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan
kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan
datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya - sumber daya yang
baru dan akan meningkatkan sumber daya-sumber daya yang telah ada.
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang
pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang
berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara
produktif.
3. Kemajuan Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-
cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
tradisional.
Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merupakan pertumbuhan pendapatan masyarakat yang
terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang
terjadi di wilayah tersebut (Robinson Tarigan, 2005). Perhitungan pendapatan
wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat
pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam
17
nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah
menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah
tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat
menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain
ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh
seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke
luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Setengah dari total
kegiatan ekonomi kota.
Menurut Samuelson (1955) melalui teori pertumbuhan jalur cepat (Turnpike)
bahwa untuk menunjang pertumbuhan ekonomi setiap negara/wilayah perlu
melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan
dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki
competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal
yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat
berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk
perekonomian yang cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus
dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan
struktur tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor
adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga
pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu
juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya
dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.
18
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2017) adalah jumlah nilai tambah
yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah.
Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan
yang digunakan yaitu :
1. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di
suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.
2. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi :
a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)
b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)
c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)
d. Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
3. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara menjumlahkan
nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:
a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang
tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.
b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.
c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.
19
4. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadang
dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan
penghitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung
seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak
langsung.
Sebagai contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan kantor
cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor cabang tidak
mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan rugi-laba
dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi hal itu penghitungan nilai
tambahnya terpaksa dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan
mengalokasikan angka-angka oleh kantor pusat dengan menggunakan
indikator-indikator yang dapat menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu
kantor cabang terhadap kantor pusat.
Sedangkan cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut:
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat
menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai
PDRB.
2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun
ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena
kenaikan harga atau inflasi.
Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan untuk penelitian pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan.
20
D. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi
daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa teori yang secara
parsial dapat membantu bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi
daerah. Pada hakikatnya, inti dari teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu
pembahasan yang berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu
daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad, 2010).
Pengembangan metode untuk menganalisis suatu perekonomian suatu daerah
penting sekali kegunaanya sebagai sarana mengumpulkan data tentang
perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya.
Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil guna mempercepat laju
pertumbuhan yang ada. Akan tetapi di pihak lain harus diakui, menganalisis
perekonomian suatu daerah sangat sulit (Arsyad, 2010). Beberapa faktor yang
sering menjadi penghambat dalam melakukan analisis perekonomian diantaranya:
a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan
berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).
b. Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan
untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab
perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan perekonomian
21
nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan
keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.
d. Bagi Negara Sedang Berkembang, di samping kekurangan data sebagai
kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang kurang akurat
dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk
melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian yang
sebenarnya di suatu daerah.
Adapun beberapa teori dalam pembangunan daerah yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah teori basis ekonomi.
E. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar
daerah (Arsyad, 2010). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa
pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah
dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian
bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat
memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000).
Dalam teori basis ekonomi (economic base) dikemukakan bahwa sebuah wilayah
merupakan sebuah sistem sosio-ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari
22
pemikiran teknik Location Quotient (LQ), yaitu teknik yang membantu dalam
menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan
(Self-sufficiency) suatu sektor. Ada dua kerangka konseptual pembangunan daerah
yang dipergunakan secara luas (Azis, 1994): konsep basis ekonomi, teori basis
ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya akan meningkat
melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis
(ekspor) dan sektor non basis (lokal). Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan
tingkat imbalan (rate of return) diakibatkan oleh perbedaan dalam lingkungan atau
prasarana, dari pada diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modal-tenaga.
Dalam konsep ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau kegagalan
pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah. Namun tak banyak studi empirik yang
mempergunakan konsep kedua ini, disebabkan kelangkaan data. Data yang lazim
dipergunakan dalam studi empirik adalah metode Location Quotient (LQ).
Adapun menurut John Glasson (1990), perekonomian regional dapat dibagi
menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan
basis. Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan
produk-produknya ke luar daerah. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan
basis (non basic activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan barang-barang
dan jasa-jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi daerah yang
bersangkutan saja. Artinya, kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis tidak
menghasilkan produk untuk diekspor ke luar daerahnya. Oleh karena itu, luas
lingkup produksi mereka itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
23
Menurut teori ini, meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam suatu
daerah akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya, akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah itu
dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang
bersangkutan, sehingga akan terjadi penurunan permintaan terhadap barang-barang
yang diproduksi oleh kegiatan bukan basis.
Dalam hubungan ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi dalam dua golongan,
yaitu, (Kadariah, 1985):
1. Kegiatan ekonomi (industri) yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun
pasar di luar daerah itu, industri ini disebut industri basis.
2. Kegiatan ekonomi (industri) yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri,
industri ini disebut industri non basis atau industri lokal.
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik Location Quotient
(LQ) pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang dan jasa baik untuk
pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang bersangkutan, maka
penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam daerah
tersebut. Arus pendapatan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan
investasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja.
Kenaikan pendapatan di daerah tidak hanya menaikkan permintaan terhadap hasil
industri basis melainkan juga akan meningkatkan permintaan terhadap hasil
industri lokal (non basic), sehingga pada akhirnya akan menaikkan investasi di
24
daerah tersebut. Oleh karena itu, menurut teori basis ekonomi, ekspor daerah
merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah, (Azis, 1994). Berdasarkan
gagasan ini maka orang berpendapat bahwa industri-industri basislah yang patut
dikembangkan di daerah.
Secara umum metode analisis LQ dapat diformulasikan sebagai berikut, (Widodo,
2006):
𝐿𝑄 = 𝑆𝑖
𝑆⁄
𝑁𝑖𝑁⁄
Keterangan:
Si = Nilai sektor i di daerah
S = Total nilai seluruh sektor ekonomi di daerah tersebut
Ni = Nilai sektor i di regional (provinsi/nasional)
N = Total nilai seluruh sektor ekonomi di regional (provinsi/nasional)
Penggunaan LQ sangat sederhana serta dapat digunakan untuk menganalisis
tentang ekspor impor (perdagangan suatu daerah). Namun teknik analisis ini
mempunyai kelemahan, yaitu : selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat
adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah, tingkat konsumsi
rata-rata untuk suatu jenis barang tidak sama di setiap daerah. Keperluan untuk
produksi dan produktivitas buruh berbeda antar daerah.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka dalam hal ini perlu
diasumsikan bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang
sama dengan pola permintaan pada daerah yang lebih luas, tingkat konsumsi akan
25
suatu jenis barang rata-rata sama antara daerah, produktivitas dan juga keperluan
untuk produksi sama antar daerah, serta sistem ekonomi negara adalah tertutup.
Kriteria yang digunakan adalah (Bendavid Val, 1991):
LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut basis, artinya sektor tersebut
memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan, karena mampu
mengalokasikan ke daerah lain.
LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut non basis dan kurang
menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi semua
permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari daerah lain.
LQ = 1 menunjukkan bahwa tingkat spesialisasi suatu sektor tertentu di suatu
wilayah sama dengan sektor yang sama pada tingkat wilayah yang lebih besar.
F. Shift Share
Shift Share merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah. Tujuan analisis ini adalah menentukan
kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkannya dengan daerah lebih besar (regional/nasional). Analisis
Shift-Share memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang
yang berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu, (Arsyad, 2010):
a. Pertumbuhan ekonomi daerah (N) diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
26
b. Bauran Industri atau proportional shift (M) mengukur perubahan relatif
pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang
dijadikan acuan. Pengukuran ini untuk mengetahui apakah perekonomian
daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat
daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
c. Keunggulan kompetitif atau differential shift (C) menentukan keunggulan
atau daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan
acuan. Jika perubahan diferensial dari suatu industri adalah positif, maka
industri tersebut memiliki keunggulan kompetitif dari industri yang sama
pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Menurut Soepono (1993) analisis Shift-Share membagi pertumbuhan sebagai
perubahan (D) suatu variabel daerah selama waktu tertentu menjadi pengaruh-
pengaruh pertumbuhan nasional (N), bauran industri (M), dan keunggulan
kompetitif (C). Pengaruh pertumbuhan dari wilayah yang lebih besar disebut
pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut proportional shift, dan
pengaruh keunggulan kompetitif disebut differential shift. Dalam penelitian ini
pertumbuhan yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi atau PDRB.
Menurut Saerofi (2005), dalam analisis Shift-Share perubahan PDRB dapat
diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu:
a. Komponen shift terdiri dari komponen bauran industri atau proportional
shift (M) dan komponen keunggulan kompetitif atau differential shift
(C). Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan
Provinsi Lampung yang bersifat intern dan ekstern, dimana komponen
27
bauran industri atau proportional shift (M) adalah pengaruh dari unsur-
unsur luar yang bekerja dalam luar Provinsi, sedangkan komponen
keunggulan kompetitif atau differential shift (C) adalah akibat dari
pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam Provinsi.
b. Komponen share terdiri dari pengaruh national share (N) atau
komponen pertumbuhan nasional di daerah yang banyaknya
pertambahan PDRB di wilayah penelitian diperoleh jika seandainya
pertumbuhan PDRB di wilayah yang diteliti sama dengan pertumbuhan
di wilayah yang menjadi acuan atau lebih besar selama periode yang
tercakup dalam studi. Dalam penelitian ini, wilayah yang menjadi objek
penelitian adalah Provinsi Lampung, sedangkan wilayah yang menjadi
acuan atau lebih besar adalah Indonesia.
Bentuk umum persamaan dari Analisis Shift-Share dan komponennya
menurut Prasetyo Soepono yang dikutip dalam Akrom Hasani (2010) adalah
sebagai berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij
Keterangan:
i = Sektor ekonomi yang diteliti
j = Wilayah regional yang diteliti (Provinsi Lampung)
Dij = Perubahan PDRB sektor i di provinsi
Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di provinsi
Mij = Bauran Industri sektor i di provinsi
Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di provinsi
28
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti lain baik dalam bentuk penelitian biasa, skripsi, tesis dan jurnal. Penelitian
mengenai sektor basis telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Analisis yang
digunakan sebagian besar adalah analisis shift-share dan LQ. Penelitian yang ada
telah mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi, adapun penelitiannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
Tahun
Peneliti
Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Wali I
Mondal
(2009)
An Analysis of
The Industrial
Development
Potential of
Malaysia: A
shift-Share
Approach
Analisis Shift
Share
Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa
Malaysia mempunyai sektor
basis di wilayah Kelantan,
Terengannu, Pahong dan
Johar Utara dimana ke empat
wilayah tersebut mempunyai
mix industri yang unik
dibandingkan wilayah lainya
di Malaysia, hal tersebut
didukung dengan sumber
daya alam yang berlimpah.
Pada Semenanjung Malaysia
kaya akan sektor pertanian
dan sektor perikanan, selain
itu kontribusi sektor
pariwisata memiliki peranan
penting dalam perekonomian
Malaysia.
29
Peneliti dan
Tahun
Peneliti
Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Janaranjana
Heralth,
Tesfa G.
Gebremedhi
n dan
Blessing M.
Maumble
(2010)
A Dynamic
Shift Share
Analysis of
economic
Growth in West
Virginia
Dynamic
Shift Share
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertanian,
pertambangan dan
manufaktur tidak lagi menjadi
tulang punggung
perekonomian Virginia Barat.
Tiga sektor menunjukkan
kinerja yang menurun dalam
periode 38-tahun. Layanan
keuangan asuransi dan real
estat adalah sektor yang
paling kuat berkontribusi 91
persen dari pertumbuhan
pekerjaan sejak 1970 hingga
2007. Terlepas dari dua
sektor, sektor grosir dan ritel
dan konstruksi menunjukkan
positif pertumbuhan ekonomi.
Identifikasi investasi prioritas
dalam sektor ini potensi dan
pelaksanaan rencana
kebijakan pembangunan
daerah komprehensif pasti
akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi di
Virginia Barat.
Agus Tri
Basuki
(2009)
Analisis
Potensi
Unggulan
Kabupaten
Yapen dalam
Menopang
Pembangunan
Provinsi Papua
Tahun 2004-
2008
klasifikasi
pertumbuhan,
LQ, MRP
(Rps, Rpr),
Overlay, dan
Shift-Share -
Klassen
Tipology –
overlay.
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
Kabupaten kepulauan Yapen
adalah sebuah kabupaten
yang baru sebagai hasil
pemisahan regional dan
terletak di daerah yang sangat
dekat ke leher kepala butung
Provinsi Papua. Penelitian ini
menunjukkan bahwa
Kabupaten Yapen memiliki
Keuntungan ekonomi di
sebagian besar sektor kecuali
sektor pertambangan dan
industri manufaktur. Sektor
yang paling menguntungkan
adalah keuangan,, persewaan,
dan jasa perusahaan jasa,
serta sektor konstruksi.
30
Peneliti dan
Tahun
Peneliti
Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Sektor lain yang
menguntungkan adalah
industri wisata, seperti
perdagangan, hotel dan
restoran.
Fafurida
(2009)
Perencanaan
Pengembangan
Sektor
Pertanian Sub
Sektor
Tanaman
Pangan di
Kabupaten
Kulonprogo
LQ, Shift
Share, dan
Analisis
Indeks
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk produksi padi
dipusatkan di Kecamatan
Temno, Panjatan, Galur,
Lendah, Kokap, Girimulyo,
Nanggulan dan Kecamatan
Samigaluh. Sedangkan untuk
penggilingna beras
dikembangkan di Kecamatan
Wates, dan Kecamatan
Pengasig. Untuk komoditas
jagung pengembangan
industri pengolahannya bisa
dikembangkan di Kecamatan
Sentolo dan Pengasih dan
pusat produksi bisa dilakukan
di Kecamatan Temon,
Lendah, Kokap, Kalibawang,
dan Samigaluh. Untuk
komoditas tanaman singkong
pusat produksi di Kecamatan
Temon, Kokap, Girimulyo,
Kalibawang, dan Samigaluh.
Sedangkan industri
pengolahannya bisa dilakukan
di Kecamatan Sentolo dan
Pengasih. Pusat produksi Ubi
jalar di Kecamatan Panjatan,
Pengasih dan Girimulyo.
Sedangkan untuk industri
pengolahan di Kecamatan
Wates. Untuk komoditas
Kacang Pusat produksi di
Kecamatan Temon, Lendah,
Kokap, Girimulyo, dan
Samigaluh. Sedangkan
industri pengolahannnya di
Kecamatan Wates, dan
Pengasih. Pusat produksi
kedelai terletak di Kecamatan
31
Peneliti dan
Tahun
Peneliti
Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Temon, Galur, Lendah,
Nanggulan, dan Kalibawang.
Sedangkan industri
pengolahannya di Kecamatan
Sentolo, dan Pengasih.
Kecamatan Temon, Sentolo,
dan Pengasih adalah pusat
produksi tanaman kacang
hijau sedangkan industri
pengolahannya di Kecamatan
Wates.
Kartika
Hendra
Titisari
(2009)
Identifikasi
Potensi
Ekonomi
Daerah
Boyolali,
Karanganyar,
dan Sragen
Perbandingan
PDRB,
Tipologi
Klasen, LQ,
dan MRP
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa analisis potensi
internal (pertumbuhan dan
kontribusi) yang menempati
posisi prima dan berkembang
di Boyolali ialah sektor
listrik, gas dan air bersih,
lembaga keuangan, sewa
bangunan dan jasa perusahaan
serta jasa-jasa. Sedangkan di
Karanganyar sektor yang
menduduki posisi
berkembang adalah sektor
listrik, gas dan air bersih,
pengangkutan dan
perhubungan, sewa bangunan
dan jasa perusahaan, serta
jasa-jasa. Untuk Sragen yang
menduduki posisi prima dan
berkembang adalah sektor
industri dan sektor jasa-jasa.
Hasil Tipologi Klassen
menunjukkan bahwa
pendapatan rata-rata per
kapita di Karanganyar di atas
pendapatan per kapita rata-
rata di Jawa Tengah.
Sedangkan Boyolali dan
Sragen berada di bawah rata-
rata pendapatan per kapita
Jawa Tengah.
32
Peneliti dan
Tahun
Peneliti
Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Ahmad
Ma’ruf
(2009)
Anatomi
Makro
Ekonomi
Regional: Studi
Kasus Provinsi
DIY
LQ, Shift
Share, dan
ICOR
Hasil penelitian adalah
dinamika pertumbuhan
ekonomi DIY sejalan dengan
pertumbuhan nasional.
Kemudian sektor yang
memiliki kontribusi terbesar
adalah perdagangan, hotel
dan restoran. Tipologi
Klassen menunjukkan bahwa
sektor-sektor yang potensial
untuk dikembangkan adalah
sektor pertanian, sektor
industri pengolahan dan
sektor jasa-jasa.
H. Kerangka Pemikiran
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung merupakan serangkaian
usaha kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat dan mengembangkan ekonomi secara sektoral maupun antar
lintas sektoral yang lebih menguntungkan. Suatu daerah memiliki potensi ekonomi
masing-masing, namun tidak semua potensi ekonomi yang ada yang teridentifikasi
dengan benar. Provinsi Lampung memiliki potensi ekonomi terhadap sektor-sektor
ekonominya, namun belum teridentifikasi dengan benar. Seperti sektor basis
dengan keunggulan kompetitif dan tingkat potensi pengembangannya. Ini menjadi
masalah dalam pengembangan pembangunan di daerah tersebut.
Perekonomian di Provinsi Lampung terdiri dari sektor-sektor ekonomi yang belum
teridentifikasi sektor basis dan non basis, serta belum teridentifikasi sektor apa saja
yang memiliki keunggulan kompetitif dan tingkat spesialisasinya. Untuk itu, maka
33
penelitian ini mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi melalui analisis LQ dan
analisis shift-share. Untuk mengetahui tingkat potensi pengembangan pada masing-
masing sektor ekonomi maka dilakukan analisis lanjutan yaitu analisis tipologi
sektor ekonomi yang mengategorikan setiap sektor ekonomi ke dalam tingkat
potensi pengembangannya, berdasarkan gabungan dari hasil analisis LQ dan shift-
share. Setelah masing-masing sektor ekonomi diketahui tingkat potensi
pengembangannya, maka diharapkan pemerintah Provinsi Lampung dapat
mengetahui sektor ekonomi apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Untuk mengetahui
arah pemikiran penulisan, maka dibuat kerangka pemikiran pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perekonomian Provinsi Lampung
Sektor-sektor ekonomi
Analisis dan identifikasi sektor ekonomi
Analisis LQ Analisis Shift-Share
Analisis tipologi sektor ekonomi (potensi pengembangan
sektor ekonomi)
Potensi Ekonomi
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini adalah kajian tentang analisis potensi ekonomi di Provinsi Lampung
dengan pendekatan model basis ekonomi. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah Provinsi Lampung. Periode waktu yang digunakan pada
penelitian ini meliputi tahun 2012-2017 dengan menggunakan data series (time
series) yang secara keseluruhan diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik
secara nasional dan tingkat provinsi. Jenis data yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh dari hasil pengolahan
pihak kedua (data eksternal) dan data yang digunakan merupakan data tahunan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data masa
lampau yang sudah ada tanpa memberi perlakuan khusus pada variabel yang diteliti.
Penelitian ini hanya mengungkapkan gejala-gejala seperti apa adanya tanpa
intervensi langsung dari peneliti, sehingga dalam penelitian ini tidak perlu
memberikan treatment atau perlakuan apapun terhadap variabel dalam penelitian.
35
B. Definisi Operasional Variabel
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan definisi operasional variabel secara
ringkas sebagai berikut:
1. PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang
dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah.
PDRB dalam penelitian ini dilihat berdasarkan atas harga konstan tahun 2010
dengan satuan miliar rupiah.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan PDRB rata-rata sejak tahun
2012-2017 yang dihitung dengan menggunakan rumus:
a. Untuk pertumbuhan menurut lapangan usaha (sektor ekonomi) digunakan
(E*ij - Eij)/ Eij.
b. Untuk pertumbuhan PDRB digunakan (E*j - Ej)/ Ej.
Keterangan:
E = Output
I = Lapangan usaha (sektor ekonomi)
J = Provinsi
* = Tahun terakhir analisis
36
3. Sektor Ekonomi
Merujuk kepada data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Lampung, terdapat
17 (tujuh belas) sektor ekonomi yang diteliti, maka yang dimaksud dengan
sektor ekonomi yang disebutkan di atas adalah: (a) pertanian, pertambangan,
dan perikanan; (b) pertambangan dan penggalian; (c) industri pengolahan; (d)
pengadaan listrik dan gas; (e) pengelolaan air dan sampah; (f) konstruksi; (g)
perdagangan besar dan eceran; (h) transportasi dan pergudangan; (i) penyediaan
akomodasi dan makan minum; (j) informasi dan komunikasi; (k) jasa keuangan
dan asuransi; (l) real estate; (m) jasa perusahaan; (n) administrasi pemerintahan;
(o) jasa pendidikan; (p) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan (q) jasa lainnya.
C. Analisis Data
Penulisan skripsi bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat potensi ekonomi
Provinsi Lampung sehingga sektor-sektor strategis yang potensial dapat
dikembangkan untuk meningkatkan PDRB Provinsi Lampung. Untuk mengetahui
potensi sektor-sektor ekonomi yang mendukung PDRB Provinsi Lampung maka
digunakan alat analisis LQ yaitu untuk mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut
termasuk sektor basis atau non basis, juga digunakan metode Shift Share sebagai
pendukung alat analisis LQ. Untuk melihat berapa besar tingkat potensi masing-
masing sektor ekonomi analisis yang digunakan adalah analisis tipologi sektor
ekonomi dengan mengklasifikasikan sektor-sektor ekonomi berdasarkan hasil
analisis LQ dan hasil analisis Shift Share.
37
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif sehingga
tidak menggunakan pengujian pada dugaan sementara / hipotesis (seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya). Adapun model dan analisis data yang digunakan
adalah melalui pendekatan basis ekonomi dan analisis data yang digunakan dalam
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Location Quetiont (LQ)
Analisis LQ berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi (sektor basis) suatu
wilayah. Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar tingkat spesialisasi
sektor basis atau unggulan (leading sector) di suatu wilayah. Data yang
digunakan adalah kesempatan kerja (tenaga kerja) dan PDRB (Emilia, 2006).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah PDRB.
Analisis LQ dilakukan dengan mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan
ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam
perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis pada
lingkup yang lebih luas (regional atau nasional). Analisis ini dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah nomor 2 tentang sektor terspesialisasi yang
menjadi sektor basis. Secara matematis rumus LQ sebagai berikut, (Widodo,
2006):
𝐿𝑄 = 𝑆𝑖
𝑆⁄
𝑁𝑖𝑁⁄
Keterangan:
LQ = Location Quotient
Si = Nilai sektor i di Provinsi Lampung
38
S = Total nilai seluruh sektor ekonomi di Provinsi Lampung
Ni = Nilai sektor i di Indonesia
N = Total nilai seluruh sektor ekonomi di Indonesia
Si/S = Persentase nilai regional (provinsi) dalam sektor i
Ni/N = Persentase nilai nasional dalam sektor i
Kriteria pengukuran menurut Bendavid Val ada tiga kemungkinan yang terjadi
yaitu (Sabana, 2007):
a. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis, artinya tingkat
spesialisasi provinsi lebih tinggi dari tingkat nasional. Produksi komoditas
yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana
komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual keluar daerah
(ekspor).
b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi provinsi sama dengan di tingkat
nasional. Produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk
kebutuhan daerah setempat.
c. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis, artinya
tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat provinsi.
Produksi komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di
daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain.
2. Analisis Shift-Share
Analisis shift-share merupakan teknik-teknik dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi daerah yang dibandingkan dengan perekonomian nasional.
39
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional)
(Arsyad, 2010). Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
nomor 2 tentang produktivitas perekonomian Provinsi Lampung.
Menurut Prasetyo Soepono yang dikutip dalam Akrom Hasani (2010), bentuk
umum persamaan dari Analisis Shift-Share dan komponennya adalah sebagai
berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij (1)
Keterangan:
i = Sektor ekonomi yang diteliti
j = Wilayah regional yang diteliti (Provinsi Lampung)
Dij = Perubahan PDRB sektor i di provinsi
Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di provinsi
Mij = Bauran Industri sektor i di provinsi
Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di provinsi
Dalam penelitian ini variabel daerah yang digunakan adalah PDRB yang
dinotasikan sebagai (E). Perubahan suatu variabel regional suatu sektor di suatu
wilayah tertentu juga merupakan perubahan antara PDRB pada tahun akhir
analisis dengan PDRB pada tahun dasar. Maka persamaan (1) di atas dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Dij = E*ij – Eij (2)
Nij = Eij(rn) (3)
Mij = Eij(rin-rn) (4)
Cij = Eij(rij-rin) (5)
40
Keterangan:
Eij = PDRB sektor i di provinsi pada tahun dasar
E*ij = PDRB sektor i di provinsi pada akhir tahun analisis
n = Wilayah acuan / wilayah yang lebih luas yang diteliti (Indonesia)
rij = Laju pertumbuhan PDRB sektor i di provinsi
rin = Laju pertumbuhan PDB sektor i di Indonesia
rn = Laju pertumbuhan total PDB seluruh sektor di Indonesia
Masing-masing laju pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai berikut:
rij =E∗
ij− Eij
Eij (6)
rin =E∗
in− Ein
Ein (7)
rn =E∗
n− En
En (8)
Keterangan:
Ein = PDB sektor i di Indonesia pada tahun dasar
E*in = PDB sektor i di Indonesia pada akhir tahun analisis
En = Total PDB seluruh sektor di Indonesia pada tahun dasar
E*n = Total PDB seluruh sektor di Indonesia pada akhir tahun analisis
Untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional, bauran industri, dan keunggulan
kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor (i) atau dijumlahkan untuk semua
sektor sebagai keseluruhan wilayah. Sehingga persamaan (1) tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Dij = Eij(rn) + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) (9)
3. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi
Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dengan
pengaruh internal yaitu komponen keunggulan kompetitif atau differential Shift
41
(Cj) dan pengaruh eksternal yaitu komponen bauran industri atau proportional
shift (Mj) untuk melihat seberapa besar tingkat potensi sektor ekonomi untuk
dikembangkan. Analisis ini mengklasifikasikan sektor basis atau non basis ke
dalam tipologi sektor ekonomi dengan mengidentifikasi masing-masing sektor
ke dalam tingkat potensinya. Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah nomor 3. Untuk memudahkan penafsiran, rumusan definisi tipologi
sektor ekonomi dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi
Tipologi LQ Rata-rata C Rata-rata M Rata-rata Tingkat Potensi
I (LQ > 1) (Cij > 0) (Mij > 0) Istimewa
II (LQ > 1) (Cij > 0) (Mij < 0) Baik sekali
III (LQ > 1) (Cij < 0) (Mij > 0) Baik
IV (LQ > 1) (Cij < 0) (Mij < 0) Lebih dari cukup
V (LQ < 1) (Cij > 0) (Mij > 0) Cukup
VI (LQ < 1) (Cij > 0) (Mij < 0) Hampir cukup
VII (LQ < 1) (Cij < 0) (Mij > 0) Kurang
VIII (LQ < 1) (Cij < 0) (Mij < 0) Kurang sekali
Sumber: Saerofie, 2005
Berdasarkan Tabel 5, maka tipologi sektor ekonomi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut (Saerofie, 2005):
Tipologi I merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “istimewa”
untuk dikembangkan. Sektor ini merupakan sektor basis (LQ > 1) dengan
komponen keunggulan kompetitif (C) mempunyai pengaruh positif
42
terhadap pertumbuhan PDRB (Cij > 0) dan komponen bauran industri (M)
mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB (Mij > 0).
Tipologi II merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “baik sekali”
untuk dikembangkan. Sektor ini merupakan sektor basis (LQ > 1) dengan
komponen keunggulan kompetitif (C) mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan PDRB (Cij > 0), namun komponen bauran industri
(M) mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan PDRB (Mij < 0).
Tipologi III merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “baik” untuk
dikembangkan. Sektor ini merupakan sektor basis (LQ > 1), meskipun
komponen keunggulan kompetitif (C) mempunyai pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan PDRB (Cij < 0), akan tetapi sektor ini mempunyai
komponen bauran industri (M) yang berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan PDRB (Mij > 0).
Tipologi IV merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “lebih dari
cukup” untuk dikembangkan. Alasannya karena sektor ini masih merupakan
sektor basis (LQ > 1), meskipun dengan komponen keunggulan kompetitif
(C) yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PDRB (Cij < 0), dan
komponen bauran industri (M) yang juga berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan PDRB (Mij < 0).
Tipologi V merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “cukup”
untuk dikembangkan. Meskipun sektor ini merupakan sektor non basis (LQ
< 1), akan tetapi sektor ini mempunyai komponen keunggulan kompetitif
(C) yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB (Cij > 0) dan
43
komponen bauran industri (M) yang juga berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan PDRB (Mij > 0).
Tipologi VI merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “hampir
cukup” untuk dikembangkan. Sektor ini merupakan sektor non basis (LQ <
1) dengan komponen keunggulan kompetitif (C) mempunyai pengaruh
positif terhadap pertumbuhan PDRB (Cij > 0) dan komponen bauran
industri (M) yang mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
PDRB (Mij < 0).
Tipologi VII merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “kurang”
untuk dapat dikembangkan. Sektor ini merupakan sektor non basis (LQ <
1), dengan komponen keunggulan kompetitif (C) mempunyai pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan PDRB (Cij < 0), dan komponen bauran
industri (M) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB
(Mij > 0).
Tipologi VIII merupakan sektor ekonomi dengan tingkat potensi “kurang sekali”
untuk dapat dikembangkan. Alasannya karena sektor ini merupakan sektor non
basis (LQ < 1) dengan komponen keunggulan kompetitif (C) yang berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan PDRB (Cij < 0), dan komponen bauran industri (M)
yang juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PDRB (Mij < 0).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada LQ, shift share, dan tipologi sektor ekonomi Provinsi
Lampung selama tahun 2012-2017, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi perekonomian Provinsi Lampung selama tahun 2012-2017 didominasi
4 sektor ekonomi, yaitu: (a) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; (b)
sektor industri pengolahan; (c) sektor pedagang besar dan eceran; dan (d)
sektor konstruksi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung setiap
tahunnya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Provinsi Lampung memiliki 3 sektor basis selama tahun 2012-2017, yaitu: (a)
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; (b) sektor pengadaan air dan
pengelolaan sampah; dan (c) sektor transportasi dan pergudangan.
Provinsi Lampung memiliki 12 sektor ekonomi dengan keunggulan kompetitif
(Cij) yang tinggi selama tahun 2012-2017, yaitu: : (a) pertambangan dan
penggalian; (b) industri pengolahan; (c) pengadaan listrik dan gas; (d)
konstruksi; (e) perdagangan besar dan eceran; (f) transportasi dan
pergudangan; (g) penyediaan akomodasi makan dan minum; (h) informasi dan
73
komunikasi; (i) real estate; (j) jasa perusahaan; (k) administrasi pemerintahan;
(l) jasa pendidikan.
Provinsi Lampung memiliki 10 sektor ekonomi dengan bauran industri (Mij)
positif selama tahun 2012-2017, yaitu: (a) konstruksi; (b) transportasi dan
pergudangan; (c) penyediaan akomodasi dan makan minum; (d) informasi dan
komunikasi; (e) jasa keuangan dan asuransi; (f) real estate: (g) jasa perusahaan;
(h) jasa pendidikan; (i) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan (j) jasa lainnya.
3. Tingkat potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi di Provinsi Lampung
berada dalam 5 tipologi potensi pengembangan, yaitu:
a. Potensi pengembangan “istimewa” (tipologi I) terdiri dari sektor
transportasi dan pergudangan yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung.
b. Potensi pengembangan “lebih dari cukup” (tipologi IV) terdiri dari: (a)
pertanian, kehutanan, dan perikanan; dan (b) pengadaan air dan
pengelolaan sampah yang potensial untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung.
c. Potensi pengembangan “cukup” (tipologi V) terdiri dari: (a) konstruksi;
(b) penyediaan akomodasi makan dan minum; (c) informasi dan
komunikasi; (d) real estate; (e) jasa perusahaan; (f) jasa pendidikan
yang potensial untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Provinsi
Lampung.
d. Potensi pengembangan “hampir cukup” (tipologi VI) terdiri dari: (a)
pertambangan dan penggalian; (b) industri pengolahan; (c) pengadaan
74
listrik dan gas; (d) perdagangan besar dan eceran; dan (e) administrasi
pemerintahan yang kurang potensial untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung.
e. Potensi pengembangan “kurang” (tipologi VII) terdiri dari: (a) jasa
keuangan dan asuransi; (b) jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan (c)
sektor lainnya yang tidak potensial untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung.
B. Saran
1. Pemerintah Provinsi Lampung perlu menetapkan kebijakan pembangunan
dengan prioritas pembangunan ekonomi pada sektor basis, namun tetap
memperhatikan sektor non basis secara proporsional. Pengembangan sektor
non basis dapat ditunjang dengan adanya 3 sektor basis ekonomi yang telah
ada di Provinsi Lampung melalui peningkatan jumlah kegiatan ekonominya
untuk meningkatkan jumlah pendapatan daerah. Ketika pendapatan daerah
meningkat, maka akan terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan
jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi pada sektor-sektor non basis.
Peningkatan permintaan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi
sektor-sektor non basis, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan
bagi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.
2. Pemerintah perlu melakukan revitalisasi pengembangan melalui upaya
investasi pada sektor-sektor ekonomi yang kurang potensial, yaitu sektor-
sektor ekonomi yang termasuk ke dalam tipologi VI dengan potensi
pengembangan “hampir cukup”. Peningkatan output adalah satu-satunya cara
75
agar sektor-sektor ekonomi yang kurang potensial dapat menjadi potensial
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Investasi
dilakukan untuk menambah unit-unit produksi yang baru yang diharapkan
mampu mengonversi sektor-sektor ekonomi yang kurang potensial, yang
merupakan sektor non basis (LQ < 1), menjadi sektor ekonomi basis baru (LQ
> 1). Upaya menciptakan sektor basis baru dapat dicapai melalui peningkatan
output produksi berskala besar pada unit-unit produksi baru yang diciptakan
dari hasil investasi. Jika sektor-sektor ekonomi yang kurang potensial menjadi
sektor ekonomi basis baru, maka dapat mengubahnya menjadi sektor-sektor
ekonomi yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung.
Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada sektor-sektor ekonomi yang
tidak potensial, yaitu sektor-sektor ekonomi pada tipologi VII dengan potensi
“kurang” untuk dikembangkan. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Lampung, sektor-sektor yang tidak potensial perlu dikembangkan melalui
peningkatan keunggulan kompetitif dengan meningkatkan output produksi pada
unit produksi yang telah ada. Ketika persentase pertumbuhan hasil output pada
sektor-sektor ekonomi yang tidak potensial melebihi persentase sektor yang sama
di Indonesia, maka sektor-sektor ekonomi yang tidak potensial dapat memiliki
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif cukup untuk mengubah sektor-
sektor ekonomi yang tidak potensial menjadi potensial dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan (Edisi 5). Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YKPN
Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
Basuki, Agus Tri. 2009. Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Kepulauan Yapen
dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun 2004-2008. Unisia
Vol XXXII No. 71
Bendavid-Val, Avrom. 1991. Regional and Local Economic Analysis for
Practitioners. Wesport, Connecticut: Praeger, Fourth Edition
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
BPS Provinsi Lampung. 2016. Provinsi Lampung dalam Angka. Lampung: Data
Publikasi Provinsi Lampung
Dinc, Mustafa. 2002. Regional and Local Economic Analysis Tools. The World
Bank, Washington DC
Emilia dan Imelia. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jambi: FEB Universitas Jambi
Evi dan Hastarini. 2009. Analisis Sektor dan Produk Unggulan Kabupaten Kendal.
Media Ekonomi dan Manajemen Vol XVIII No. 2
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul
Sitohang. Jakarta: LPFEUI
Hasani, Akrom. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan
Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008. Semarang:
Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
77
Heralth, Janaranjana et al. 2010. A Dynamic Share Analysis of Economic Growth
in West Virginia. Virginia: Research Paper
Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta: LPFE-UI
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Mangun, Nudiatulhuda. 2007. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah. Semarang: Tesis S-2 Jurusan Magister Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro
Mondal, Wali I. 2009. An Analysis of The Industrial Developmemt Potential of
Malaysia: A Shift-Share Approach dalam Journal of Business & Economic
Research Vol. VII No. 5
Richardson, Harry. 1993. Dasar Dasar Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI
Sabana, Choliq. 2007. Analisis Pengembangan Kota Pekalongan sebagai Salah
Satu Kawasan Andalan di Jawa Timur. Semarang: Tesis S-2 Jurusan Magister
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro
Saerofi, Mujib. 2005. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor
Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan
SWOT). Semarang: Universitas Negeri Semarang
Syafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media
Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-share: Perkembangan dan Penerapan.
Yogyakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia UGM
Sukirno, Sadono. 2015. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suparmako, Irawan M. 2010. Ekonomika Pembangunan. Jogjakarta: BPFE
Suryana Drs. 2004. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan.
Jakarta: Salemba Empat
Suyatno. 2000. Analisa Econimic Base terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan UU
No. 25/1999. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2. Hal. 144-
159. Surakarta: UMS
78
Tarigan, Robinson Drs. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta :PT.
Bumi Aksara.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (edisi revisi).
Jakarta: Bumi Aksara
Titisari, Kartika Hendra. 2009. Identifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali,
Karanganyar, dan Sragen dalam Jejak Vol II No. 2. Surakarta: FE Uniba
Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Bandung: ITB
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan, Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN