i
Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri SW001
sebagai Evaluasi Penghimpunan
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Muhammad Zaid Farhand
(11160860000024)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/ 1441 H
ii
Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri SW001
sebagai Evaluasi Penghimpunan
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Muhammad Zaid Farhand
(11160860000024)
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Ir. Muhammad Nadratuzzaman Hosen, MS., MEc., Ph.D
NIP. 1961062441985121001
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/ 1441 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Januari Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Zaid Farhand
2. NIM : 11160860000024
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri
SW001 sebagai Evaluasi Penghimpunan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Januari 2020
1. Adi Cahyadi, M.Si
NIDN. 2015038202 (______________)
Penguji I
2. Prilla Kurnia Ningsih, Lc.,M.Esy
NIDN. 2008048301 (______________)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 9 Juli 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Zaid Farhand
2. NIM : 11160860000024
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri
SW001 sebagai Evaluasi Penghimpunan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juli 2020
1. Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si. (________________)
NIP. 197711092009122001 Ketua Penguji
2. Ir. Muh. Nadratuzzaman Hosen, MS., MEc., Ph.D (________________)
NIP. 1961062441985121001 Pembimbing
3. Prof. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si (________________)
NIDN. 2013108101 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muhammad Zaid Farhand
NIM : 11160860000024
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 29 Juni 2020
Muhammad Zaid Farhand
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Muhammad Zaid Farhand
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 7 November 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Alamat : Jl. Salak VI No. 27 RT 004/03
Pamulang, Tangerang Selatan
5. Telepon : 0822-4963-0045
6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2004-2010) : SDN Pamulang 1
2. SMP (2010-2013) : MTsN Tangerang 2 Pamulang
3. SMA (2013-2016) : SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
4. S1 (2016-2020) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Husni Muchtar
2. Ibu : Nurhayati
3. Anak ke- : empat dari lima bersaudara
VI. PENGALAMAN ORGANISASI
1. LiSEnSi UIN Jakarta (2018) : Staff Keilmuan
2. LiSEnSi UIN Jakarta (2019) : Koordinator Keilmuan
vii
SWOT Analysis of Cash Waqf Linked Sukuk SW001 Series as an
Evaluation of Collection
ABSTRACT
Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) is a new social investment instrument that was
initiated to develop the economy in the real and social sectors. This CWLS concept is
suitable for the development of Socially Responsible Investment (SRI). However, it
takes a long time for CWLS to collect funds from waqifs because there are various
weaknesses and challenges faced. The purpose of this study is to analyze the various Strengths (S), Weaknesses (W), Opportunities (O) and Threats (T) faced by CWLS. In addition, this study also provides a strategic alternative for CWLS’s stakeholders. The research method used in this study is SWOT analysis. This study interviewed academicians, researchers and practitioners to analyze Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) and External Factor Analysis Strategy (EFAS) of SWOT in the perspective of CWLS. After that, the strategy was formulated to develop CWLS and questionnaires were distributed in order to find a priority strategy. The results showed that the value of IFAS was 38,38 and the value of EFAS was 37,44. It indicates that CWLS has greater strengths and opportunities than weakness and threat. That way, the priority strategy of CWLS is a progressive / aggressive S-O strategy. These strategies include the digitalisation of cash waqf to attract and facilitate waqif access from the internet user sector and the second is fundraising by retailing to reach more individual investors/ waqif. Keywords: CWLS, Cash Waqf, IFAS, EFAS, SWOT Analysis
viii
Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri SW001
sebagai Evaluasi Penghimpunan
ABSTRAK
Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) merupakan instumen investasi sosial baru yang
diinisiasi untuk mengembangkan ekonomi di sektor riil dan sosial. Konsep CWLS ini
sesuai untuk pengembangan Socially Responsible Investment (SRI). Namun CWLS
membutuhkan waktu yang lama untuk menghimpun dana dari para wakif karena
terdapat berbagai kelemahan dan tantangan yang dihadapi. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis berbagai Kekuatan (S), Kelemahan (W), Peluang (O), dan
Ancaman (T) yang dihadapi CWLS. Selain itu penelitian ini juga memberi alternatif
strategi bagi stakeholders CWLS. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah analisis SWOT. Penelitian ini mewawancarai para akademisi, peneliti dan
praktisi untuk menganalisis Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) dan External
Factor Analysis Strategy (EFAS) dari SWOT dalam perspektif CWLS. Setelah itu
dirumuskan strategi untuk mengembangkan CWLS dan kuesioner dibagikan agar
dapat menemukan strategi prioritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IFAS
adalah 38,38 dan nilai EFAS adalah 37,44. Ini menandakan bahwa CWLS memiliki
kekuatan dan peluang yang lebih besar dibandingkan kelemahan dan tantangan.
Dengan begitu, prioritas strategi CWLS adalah strategi S-O yang bersifat progresif/
agresif. Strategi tersebut diantaranya adalah digitalisasi wakaf uang untuk menarik
dan memudahkan akses wakif sektor pengguna internet serta yang kedua
pengumpulan dana dengan cara ritel untuk menjangkau lebih banyak investor/ wakif
individu.
Kata Kunci: CWLS, Wakaf Uang, IFAS, EFAS, Analisis SWOT
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.,
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis SWOT terhadap Cash Waqf Linked
Sukuk Seri SW001 sebagai Evaluasi Penghimpunan”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan
bagi insan di muka bumi ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang
telah membantu. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas
kekuatan dan kehendak Allah Swt. sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat dan berbagai nasihat,
sehingga penulis mendapat inspirasi dan lebih tenang dalam mengerjakan skripsi
ini. Doa yang kalian panjatkan insya Allah akan dikabulkan dan akan dibalas
dengan lebih baik oleh Allah.
2. Kepada saudara-saudara dan bibi saya yang menghibur saya di saat saya sedang
malas-malasnya. Cerita dan hiburan dari kalian sangat berarti bagi saya selama
mengerjakan skripsi ini.
3. Safira Maharani yang selalu menemani, membantu dan menghibur saya di saat
saya sedang mengalami masalah. Salah satu orang yang paling berjasa dalam
penulisan ini, bahkan hidup saya. Semua yang saya tulis, salah satunya berkat
x
ilmu yang dia ajarkan sehingga tulisan ini insya Allah bermanfaat dan tersusun
rapih.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dwi Nur'aini Ihsan, M.M. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Ir. Muhammad Nadratuzzaman Hosen, MS., MEc., Ph.D. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu R.R. Tini Anggraeni, M.Si, ST. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu dan mengarahkan penulis selama menempuh masa studi.
9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya
dan bantuan pelayanan selama penulis melaksanakan studi.
10. Kepada 7 orang penting pada penelitian kali ini, yaitu Bapak Ir. Rachmat Ari
Kusumanto dari BWI, Bapak Rifki Ismal, S.E., M.A. dari BI, Bapak Muhammad
Safruddin Sabto Nugroho dari Kementerian Keuangan RI, Bapak Bambang
Sutrisno dari BNI Syariah, Bapak Iman Ni’matullah, Lc., S.Ei dari BPKH, Prof.
Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Guru Besar Ekonomi Syariah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Raditya Sukmana, S.E., M.A. selaku Guru
Besar Universitas Airlangga. Merekalah yang membuat penelitian ini memiliki
arti, sehingga dapat memberikan nilai dan masukan bagi CWLS ini.
11. Sahabat-sahabat di jurusan ekonomi syariah UIN Jakarta yang membantu penulis
dalam mencari ide menulis serta menemani penulis selama ini. Tanpa peran
kalian, baik dalam skripsi ini maupun kehidupan saya, saya tidak akan bisa
seperti sekarang.
xi
12. LiSEnSi UIN Jakarta yang menjadi tempat saya mengembangkan diri. Ucapan
terima kasih terdalam saya untuk keluarga ini karena disinilah saya bisa
menemukan arti sebuah keluarga dan perjuangan.
13. Divisi Keilmuan LiSEnSi yang selalu menjadi penghibur dan tempat saya untuk
menemukan suatu ide-ide brilian selama ini. Saya bangga pernah menjadi bagian
divisi ini dan mengembangkannya.
14. Hadi, Indah, Azizah, Harry, Fitri, Rehan, Dian, Barok, Syauqi, Fathur dan Ami.
Mereka sahabat belajar dan diskusi saya. Dari mereka saya banyak mendapat
ilmu yang tidak akan saya temukan di bangku kuliah.
15. Sahabat-sahabat SMA dan SMP saya yang selalu mensupport saya untuk
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu sehingga saya memiliki motivasi lebih
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
16. Semua pihak terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 27 Juni 2020
Muhammad Zaid Farhand
xii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11
A. Teori-Teori Terkait Dengan Penelitian ....................................................................... 11
1. Socially Responsible Investment (SRI) ................................................................... 11
2. Wakaf Uang ............................................................................................................ 13
3. Sukuk ...................................................................................................................... 18
4. Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) .......................................................................... 22
5. Analisis SWOT ....................................................................................................... 24
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................... 28
xiii
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 35
A. Metode Penelitian ....................................................................................................... 35
B. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 36
C. Sumber Data ................................................................................................................ 38
a. Primer ...................................................................................................................... 38
b. Sekunder ................................................................................................................. 38
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 38
1. Wawancara .............................................................................................................. 39
2. Kuesioner ................................................................................................................ 39
3. Studi Pustaka ........................................................................................................... 40
E. Metode Pengolahan Data ............................................................................................ 40
F. Definisi Operasional Variabel ..................................................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 48
A. Identifikasi Stakeholders CWLS ................................................................................. 48
1. Badan Wakaf Indonesia (BWI) ............................................................................... 49
2. Bank Indonesia ........................................................................................................ 50
3. Kementerian Keuangan Republik Indonesia ........................................................... 50
4. Lembaga Keuangan Syaraih Penghimpun Wakaf Uang (LKSPWU) ..................... 51
5. Akademisi ............................................................................................................... 51
6. Wakif CWLS ........................................................................................................... 51
B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal SWOT CWLS .......................................... 52
1. Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) ............................................................... 52
2. External Factor Analysis Strategy (EFAS) ............................................................. 58
C. Hasil Evaluasi Faktor IFAS dan EFAS ....................................................................... 65
1. Hasil Evaluasi Faktor IFAS dan EFAS Tanpa Bobot ............................................. 65
2. Hasil Evaluasi IFAS dan EFAS Dengan Bobot ...................................................... 69
D. Matriks SWOT CWLS dan Alternatif Strategi ........................................................... 75
1. Strategi S-O ............................................................................................................. 77
xiv
2. Strategi W-O ........................................................................................................... 80
3. Strategi S-T ............................................................................................................. 81
4. Strategi W-T ............................................................................................................ 82
BAB V ENUTUP ....................................................................................................... 84
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 84
B. Saran ........................................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 86
LAMPIRAN 1 KUESIONER MATRIKS ANALISIS SWOT CWLS ................. 94
LAMPIRAN 2 BUKTI WAWANCARA ............................................................... 102
LAMPIRAN 3 SURAT PERMOHONAN WAWANCARA ............................... 106
LAMPIRAN 4 BOBOT 7 KEY PERSON ............................................................. 110
LAMPIRAN 5 JAWABAN RESPONDEN ........................................................... 112
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama 2017 ......................... 8
Tabel 2.1 Struktur Akad SBSN .................................................................................. 20
Tabel 3.1 Tabel Matriks SWOT Kearns Terperinci ................................................... 42
Tabel 3.2 IFAS Scoring Hasil Pendapat Analisis Internal ......................................... 44
Tabel 3.4 EFAS Scoring Hasil Pendapat Analisis Eksternal ..................................... 45
Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................................... 47
Tabel 4.1 Stakeholders SWOT CWLS ...................................................................... 49
Tabel 4.2 Faktor Strategis Strength CWLS ............................................................... 53
Tabel 4.3 Faktor Strategis Weakness CWLS ............................................................. 56
Tabel 4.4 Faktor Strategis Opportunity CWLS ......................................................... 59
Tabel 4.5 Faktor Strategis Threat CWLS .................................................................. 62
Tabel 4.6 Evaluasi IFAS Tanpa Bobot ...................................................................... 66
Tabel 4.7 Evaluasi EFAS Tanpa Bobot ..................................................................... 67
Tabel 4.8 Bobot IFAS ................................................................................................ 70
Tabel 4.9 Bobot EFAS ............................................................................................... 71
Tabel 4.10 Evaluasi IFAS Dengan Bobot ................................................................. 72
Tabel 4.11 Evaluasi EFAS Dengan Bobot ................................................................. 73
Tabel 4.12 Matriks SWOT Cash Waqf Linked Sukuk ................................................ 76
Tabel 4.13 Matriks SWOT Cash Waqf Linked Sukuk (Lanjutan) .............................. 77
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pertumbuhan Outstanding SBSN 2015 - 2019 (Rp Miliar) ..................... 4
Gambar 2.1 Skema Wakaf Uang ................................................................................ 17
Gambar 2.2 Skema Cash Waqf Linked Sukuk ............................................................ 22
Gambar 3.1 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson ................................................... 46
Gambar 3.2 Skema Kerangka Berpikir ...................................................................... 34
Gambar 4.1 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson pada CWLS Tanpa Bobot......... 68
Gambar 4.2 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson pada CWLS Dengan Bobot ...... 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1KUESIONER MATRIKS ANALISIS SWOT CWLS ............................ 95
Lampiran 2 BUKTI WAWANCARA ...................................................................... 103
Lampiran 3 SURAT PERMOHONAN WAWANCARA........................................ 106
Lampiran 4 BOBOT 7 KEY PERSON .................................................................... 110
Lampiran 5 JAWABAN RESPONDEN .................................................................. 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah sedang mencari sumber pembiayaan lain untuk membiayai
proyek infrastruktur maupun sosial di Indonesia, dan hal tersebut direalisasikan
melalui penerbitan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) (CNBC Indonesia, 2020).
CWLS adalah salah satu bentuk investasi sosial di Indonesia, dimana wakaf
uang yang dikumpulkan oleh BWI selaku nazhir melalui BNI Syariah dan Bank
Muamalat Indonesia sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf
Uang (LKSPWU) akan dikelola serta ditempatkan pada instrumen Sukuk
Negara atau SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) yang diterbitkan oleh
Kementerian Keuangan (Kemenkeu). CWLS melibatkan 5 stakeholders, yaitu:
Pertama, Bank Indonesia (BI) sebagai akselerator dalam mendorong
implementasi CWLS dan Bank Kustodian. Kedua, Badan Wakaf Indonesia
(BWI) selaku regulator, leader dan nazhir yang mengelola CWLS. Ketiga,
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai penerbit SBSN dan pengelola
dana di sektor riil. Keempat, Nazhir Wakaf Produktif (NWP) sebagai Mitra
BWI yang melakukan penghimpunan dana wakaf. Dan Kelima, Bank Syariah
yang terdiri dari Bank Muamalat Indonesia dan BNI Syariah sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) dan Bank Operasional
BWI (Bank Indonesia, 2020).
2
CWLS ini diinisiasi sejak pertemuan tahunan International Monetery Fund
– World Bank (IMF-WB) pada Oktober 2018 lalu di Bali (Republika, 2018).
Sejak saat itu, BWI bersama stakeholders lainnya berhasil meluncurkan CWLS
seri pertama yang disebut Sukuk Wakaf seri SW001 pada 10 Maret 2020
melalui mekanisme private placement dengan nilai sebesar Rp.50.849.000.000.
Imam Teguh Saptono, selaku wakil ketua BWI menargetkan seri CWLS
berikutnya agar berfokus pada investor/ wakif ritel, tidak seperti sebelumnya
dimana CWLS seri SW001 lebih dominan diinvestasikan oleh lembaga sosial
dan lembaga keuangan syariah (Republika, 2020). Hal tersebut dilakukan
karena belajar dari penerbitan seri pertama, dimana penghimpunan CWLS ini
membutuhkan waktu yang sangat lama.
Semangat CWLS mirip dengan sukuk berbasis proyek di mana penerbitan
sukuk ditujukan untuk pengembangan ekonomi sektor riil. Dalam hal ini,
CWLS disusun untuk memperluas pembiayaan di berbagai sektor riil seperti
pembangunan infrastruktur pada tanah wakaf, pendirian lembaga pendidikan,
membantu beragam proyek Kementerian Agama untuk mempercepat
kesejahteraan masyarakat, dan sebagainya. (Ismal et al., 2015). Namun imbal
hasil dari CWLS ini akan disalurkan kepada mauquf ‘alaih, yakni masyarakat
yang membutuhkan untuk menolong kehidupan mereka. Dalam CWLS kali ini
imbal hasil tersebut akan disalurkan ke Retina Center Rumah Sakit Ahmad
Wardi di Tangerang, Banten (BWI, 2018). Ini menandakan bahwa CWLS
3
berpotensi untuk membantu negara mendorong pertumbuhan, baik dari sisi
komersial hingga sosial.
Praktik CWLS ini sendiri diperbolehkan dalam Islam karena instrumen ini
menguntungkan masyarakat luas disebabkan dana yang digunakan ialah untuk
kepentingan masyarakat dan tidak mengandung unsur transaksi yang dilarang
syariah. Hal ini pun sesuai dengan aturan yang menyatakan bahwa mencapai
manfaat dan menghindari bahaya. Selain itu, praktik ini juga sejalan dengan
tujuan syariah, yaitu untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan tidak melanggar
prinsip syariah (Anggraini, 2019).
Alasan mengapa wakaf uang disalurkan ke sukuk karena ini merupakan
instrumen investasi dengan kinerja yang optimal. Sukuk negara atau yang lebih
dikenal sebagai SBSN memiliki tingkat risiko dan return yang tinggi, hal ini
sesuai dengan kaidah fiqih Al Ghunmu bi Al Ghumi yaitu keuntungan muncul
disertai risiko (Azifah & Indah, 2016). Dengan landasan tersebut menjadi
pemicu yang kuat bagi stakeholders untuk menyalurkan wakaf uang tersebut ke
instrumen investasi yang aman dan memiliki imbal hasil yang optimal.
Instrumen ini memperluas serta mengembangkan sektor investasi sosial dalam
Islam maupun sektor keuangan syariah.
Selain dikarenakan SBSN merupakan instrumen investasi yang optimal,
outstanding SBSN selalu meningkat setiap tahun. Tercatat pada dalam tahun
2015 outstanding SBSN sebesar Rp.297.575.398.000.000 dan meningkat
hingga tahun 2019 sebesar Rp.740.616.725.000.000. Dengan prospek SBSN
4
yang progresif tersebut menjadi peluang bagi CWLS untuk berkembang setiap
tahunnya dan memperbesar pembiayaan berbasis keuangan syariah.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Outstanding SBSN 2015 - 2019 (Rp Miliar)
Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan RI, 2020
Dengan fakta tersebut menjadikan alasan yang kuat untuk menyalurkan
wakaf uang ke sukuk. Hal ini dapat mendukung perkembangan wakaf uang
karena instrumen ini memiliki potensi besar namun belum maksimal dalam
penghimpunannya. Menurut penelitian BWI potensi wakaf uang di Indonesia
mencapai Rp.180 Triliun, meskipun penghimpunan yang dilakukan baru
mencapai Rp .400 Miliar pada 2017 (KNKS, 2019). Dengan potensi wakaf
uang yang besar tersebut, wakaf uang memiliki multiplier effect bagi
perekonomian sehingga mampu untuk mengentaskan kemiskinan melalui
Rp-
Rp100,000
Rp200,000
Rp300,000
Rp400,000
Rp500,000
Rp600,000
Rp700,000
Rp800,000
2015 2016 20172018
2019
Outstanding
5
program pemberdayaan masyarakat (Arif, 2012). Ini menandakan bahwa masih
banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai potensi yang diinginkan.
Untuk menunjang potensi tersebut tentu diperlukan berbagai sarana
prasarana, salah satunya ialah landasan hukum. Dan landasan hukum tersebut
terdapat dalam Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 29 Tahun 2002
Tentang Wakaf Uang. Fatwa tersebut menetapkan hukum wakaf uang ialah
jawaz (boleh), selain itu nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya,
tidak boleh dijual, dihibahkan, dan/ atau diwariskan. Dan beberapa tahun
kemudian diperkuat dengan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , lebih
spesifik telah dijelaskan mengenai wakaf uang pada Pasal 16 ayat 3 dimana
disebutkan bahwa harta bergerak yang di dalamnya seperti uang, logam mulia,
surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, dan benda
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku merupakan aset yang bisa diwakafkan. Dan semakin
diperinci dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Wakaf.
Dengan adanya beragam regulasi tersebut membuat implementasi wakaf
memiliki legalitas yang dibutuhkan.
Implementasi wakaf ini perlu dimaksimalkan karena wakaf memiliki
kelebihan yang unik, yakni keberlanjutan. Ini karena aset wakaf harus utuh
selamanya atau dalam jangka waktu yang ditentukan, dan hasil manfaat yang
luas (Mauluddin & Rahman, 2018). Bahkan dalam lembaga yang
mengakomodir sistem wakaf, mereka dapat menyediakan berbagai kebutuhan
6
di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, kegiatan komersial bisnis,
serta beragam manfaat lainnya (Darus et al., 2017; Ismail Abdel Mohsin, 2013).
Para peneliti lain pun menggambarkan wakaf sebagai kendaraan yang kuat, jika
dikelola secara efisien dan diberdayakan memanfaatkan fasilitas keuangan
Islam, memiliki kemampuan untuk memberantas kemiskinan, untuk
meningkatkan sosial ekonomi Muslim, juga untuk membangun keadilan
distributif dalam masyarakat. Sebagai lembaga masyarakat sipil, wakaf telah
memainkan peran penting sepanjang sejarah Islam. Sejarah wakaf kembali ke
zaman Nabi SAW. Lembaga ini menyediakan barang-barang publik yang
berkisar dari pendidikan dan kesehatan hingga pasokan air serta fasilitas jalan
raya secara sukarela oleh sektor nirlaba (Ahmad, 2015; Mahamood & Rahman,
2015; Sulaiman et al., 2009).
Keunikan tersebut yang membuat wakaf sedikit berbeda dengan instrumen
sosial atau filantropi Islam lainnya seperti zakat. Pada umumnya filantropi
dikenal sebagai rasa cinta seseorang kepada sesama dengan memberikan derma
untuk orang lain (Ilchman, 2006). Dalam istilah tersebut dapat kita pahami
bahwa tidak ada batasan tertentu mengenai besaran jumlah derma, maupun
tujuan dan objek dari filantropi pada umumnya. Zakat sendiri memiliki makna
memberikan harta kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) apabila
sudah memenuhi nishab dan haul. Nishab memiliki arti harta yang dikeluarkan
jika memenuhi ukuran tertentu sehingga wajib dikeluarkan zakatnya, sedangkan
haul merupakan genap satu tahun harta tersebut dimiliki oleh yang mempunyai
7
harta (muzakki). Adapun wakaf ialah pemberian harta dari seseorang untuk
kepentingan sosial, yang dimana harta tersebut dilepaskan hak miliknya
menjadi milik Allah SWT. dan manfaat dari hasil wakaf diberikan untuk umat
serta aset tersebut harus utuh (Uyun, 2015).
Dengan karakteristik tersebut, wakaf dapat menjadi salah satu instrumen
Socially Responsible Investment (SRI), yakni sebuah kegiatan yang
mengeksploitasi peluang keuangan melalui masalah lingkungan dan sosial
(Chatzitheodorou et al., 2019). Hal tersebut dapat terjadi karena selain dari
potensi wakaf uang yang besar, aset wakaf di Indonesia juga memiliki potensi
yang tidak kalah besar. Berdasarkan data yang dihimpun BWI, bidang tanah
wakaf yang telah bersertifikat di Badan Pertahanan Nasional (BPN) sebanyak
134.237 bidang dengan luas tanah sebesar 111.481.173 m2 (BWI, 2019). Oleh
karena itu, wakaf dapat menjadi sumber pendanaan untuk melaksanakan SRI
(Darus et al., 2017), termasuk CWLS dikarenakan karakternya yang dapat
membangun ekonomi sektor riil dan sosial secara bersamaan.
Selain itu, dengan masyarakat muslim yang besar menjadi kelebihan
tersendiri bagi wakaf untuk terus berkembang. Masyarakat Muslim merupakan
populasi terbesar di Indonesia berdasarkan agama. Menurut laman
Indonesia.go.id, masyarakat Muslim Indonesia begitu dominan dengan
persentase sebesar 87,2% dari total penduduk, yakni sekitar 207 juta jiwa.
Tabel 1.1 menunjukkan persebaran penduduk Indonesia berdasarkan agama.
8
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama 2017
Agama Persentase Penduduk
Berdasarkan Agama
Islam 87,2 %
Kristen Protestan 6,9 %
Kristen Katolik 2,9 %
Hindu 1,7 %
Buddha 0,7 %
Khonghucu 0,05 %
Sumber: Indonesia.go.id
Namun, meskipun dengan semua potensi yang dimiliki CWLS seperti
jumlah penduduk Muslim dan potensi wakaf uang serta aset wakaf yang besar
tidak membuat penghimpunan instrumen ini menjadi lebih mudah. Bahkan,
penghimpunan yang dilakukan terhadap CWLS ini membutuhkan waktu yang
lama, sekitar 1,5 tahun. Disini terlihat bahwa terdapat sebuah masalah dimana
potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh CWLS tidak terserap maksimal.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Analisis SWOT
terhadap Cash Waqf Linked Sukuk Seri SW001 sebagai Evaluasi
Penghimpunan”. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mengurai kelebihan,
kelemahan, peluang, dan tantangan dari CWLS melalui analisis SWOT untuk
dikembangkan lebih lanjut.
9
B. Identifikasi Masalah
CWLS seri SW001 membutuhkan waktu yang lama dalam
penghimpunannya. Tercatat sekitar 1,5 tahun untuk menghimpun dana untuk
CWLS, dari Oktober 2018 hingga Maret 2020. Padahal masyarakat Muslim di
Indonesia sangat besar, yakni 87,2% dari total penduduk Indonesia atau sekitar
207 juta jiwa. Selain itu terdapat prospek SBSN selalu meningkat setiap tahun
serta potensi wakaf uang di Indonesia yang besar, menurut penelitian BWI pada
tahun 2018, potensi wakaf uang di Indonesia ialah sebesar Rp.180 Trililun.
Dibalik semua kelebihan dan peluang yang dimiliki tidak membuat
penghimpunan CWLS menjadi lebih mudah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan peneliti bahwa CWLS
membutuhkan waktu yang lama dalam penghimpunannya. Oleh karena itu,
rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan dari CWLS?
2. Bagaimana merumuskan altenatif strategi untuk CWLS?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
10
1. Merumuskan dan menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dari CWLS.
2. Merumuskan dan mengembangkan alternatif strategi untuk CWLS.
Selain itu manfaat penilitian ini bagi beberapa pihak ialah sebagai berikut:
1. Bagi stakeholders dapat menjadi bahan evaluasi untuk
mengembangkan CWLS dan meningkatkan kinerjanya.
2. Bagi wakif perusahaan maupun ritel dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk menyalurkan dananya pada CWLS.
3. Bagi akademisi dapat menjadi rujukan literatur untuk menambah
wawasan serta melanjutkan studi mengenai CWLS.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-Teori Terkait Dengan Penelitian
Berbagai teori yang terkait dengan penelitian ini ada lima, yakni Socially
Responsible Investment (SRI), wakaf uang, sukuk, Cash Waqf Linked Sukuk
(CWLS), dan analisis SWOT. Berikut penjelasan masing-masing teori tersebut.
1. Socially Responsible Investment (SRI)
Social Resposibility Investment (SRI) merupakan kegiatan
mengeksploitasi peluang keuangan melalui masalah lingkungan dan sosial.
Terdapat investor yang hanya mencari investasi yang berorientasi sosial,
dan yang lain hanya fokus pada peluang investasi yang menghargai
lingkungan alami (Chatzitheodorou et al., 2019). Meskipun investasi yang
bertanggung jawab secara sosial diusulkan pada 1980-an (Vo et al., 2019),
itu hanya menjadi topik yang menarik bagi akademisi dan industri dalam
beberapa dekade terakhir (Eccles & Viviers, 2011). Menurut Edi Suharto
setelah tidak dipertimbangkan oleh arus utama pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial akhir-akhir ini menjadi semakin populer dan diterima
di berbagai negara. Hal ini ditandai oleh komitmen peserta World Summit
on Social Development tahun 1995 di Kopenhagen, Denmark untuk
melaksanakan 3 agenda utama pembangunan sosial, yaitu pengentasan
kemiskinan, perluasan kerja produktif pengurangan pengangguran, serta
peningkatan integrasi sosial (Suparlan, dkk, 2005).
12
Menurut Cox et al Tujuan pembangunan sosial ialah meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan memungkinkan mereka untuk memperoleh
kebebasan dalam rangka memuaskan aspirasi dan merealisasikan potensi
yang mereka punya. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, terdapat 3 strategi
yang perlu diterapkan secara terpadu. Pertama, strategi pengembangan
pembangunan sosial melalui pendekatan personal, yang menganggap
kesejahteraan masyarakat akan meningkat jika individu meningkatkan
kesejahteraannya secara mandiri. Kedua, strategi pembangunan sosial yang
menekankan pada pentingnya masyarakat lokal, yang didasarkan pada
anggapan bahwa masyarakat memiliki kemampuan dalam mengorganisir
dirinya untuk memahami dan memecahkan masalah dalam memenuhi
kebutuhannya, serta mampu menciptakan kesempatan yang ada untuk
mengembangkan diri mereka. Dan ketiga, strategi pembangunan yang lebih
menekankan pada peranan pemerintah, karena mereka memiliki tanggung
jawab untuk memenuhi kesejahteraan sosial rakyatnya, serta memiliki
kewenangan melakukan mobilisasi sumber daya. (Suparlan, dkk, 2005).
Beberapa studi sebelumnya telah menganalisis ajaran berbagai agama
dan menetapkan bahwa mereka mendorong kesejahteraan sosial secara
umum. Dalam hal ini, kita berfokus pada ajaran Islam mengenai SRI. Islam
melarang konsumsi, produksi, dan penjualan alkohol, babi, dan perjudian.
Hal tersebut terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 219. Dalam QS. Al-
Mu’minun: 1-4 juga wajib bagi semua Muslim, yang mampu, untuk
13
menyumbangkan sebagian dari pendapatan mereka kepada orang miskin.
Selain itu Islam juga sangat melarang perilaku buruk seperti korupsi dan
penyuapan yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 188 (Brammer et al.,
2007). Selain itu Islam memerintahkan umatnya untuk melakukan
pendistribusian harta agar tidak dimiliki oleh orang-orang kaya saja, hal
tersebut tertulis dalam QS. Al-Hasyr: 7. Instrumen investasi dalam Islam
menyediakan hal tersebut, dimana investasi yang dilakukan memperhatikan
lingkungan dan sosial seperti pendanaan penanggulangan bencana (Faiza,
2019), disamping juga memperhatikan aspek komersial. Dan instrumen
yang cocok dengan hal tersebut adalah CWLS (Ismal et al., 2015).
2. Wakaf Uang
Wakaf berasal dari kata “waqafa” yang memiliki arti “menahan”,
“berhenti” atau “diam di tempat”. Kata “waqafa yaqifu waqfan” sama
artinya dengan “habasa yahbisu tahbisan” yang artinya mewakafkan
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, 2006). Disebut menahan karena wakaf ditahan dari
segala penjualan, kerusakan, dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan
tujuannya. Selain itu dikatakan menahan juga dikarenakan manfaat dan
hasil wakaf tersebut ditahan dan dilarang bagi siapapun selain untuk orang-
orang yang berhak atas hasil wakaf tersebut (Halim ,2005).
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjadi referensi
dilakukannya wakaf. Ayat tersebut tidak menyebutkan secara eksplisit
14
bahwa ayat tersebut adalah wakaf, namun ayat tersebut menjadi acuan bagi
para cendikiawan yang menjadikannya dasar hukum wakaf. Salah satunya
adalah QS. Al-Baqarah: 261 yang artinya sebagai berikut:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Q.S.
Al-Baqarah: 261).
Tidak hanya dari Al-Qur’an, namun sumber lain yang dijadikan
referensi para cendekiawan untuk melandasi hukum wakaf terdapat dalam
sebuah hadist. Hadist tersebut ialah sebagai berikut :
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw.bersabda:
Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara):
Shadaqah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh
yang berdoa untuk orang tuanya.” (HR. Muslim).
Dalam perkembangannya, wakaf mengalami evolusi seiring
perkembangan zaman dan lahirlah wakaf uang. Hukum mengenai wakaf
uang tertuang dalam Fatwa MUI No. 29 Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang
dimana wakaf tersebut didefinisikan sebagai wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai, termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
Fatwa MUI tersebut kemudian diperkuat dengan Undang-Undang No. 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf telah disebutkan bahwa salah satu bentuk aset
wakaf ialah harta bergerak. Dijelaskan bahwa harta wakaf bergerak yang
menjadi landasan wakaf uang adalah harta benda yang tidak bisa habis
15
karena dikonsumsi, meliputi uang, logam mulia, surat berharga,
kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, dan benda bergerak
lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan adanya Undang-Undang tersebut membuat wakaf
uang memiliki legitimasi hukum yang lebih kuat. Namun dibutuhkan
strategi tertentu untuk mengoptimalkan wakaf uang di Indonesia agar
menjadi lebih optimal (Rusydiana, 2019).
Dari definisi wakaf uang tersebut sekilas kita menyamakan wakaf uang
dengan ZIS (zakat, infaq dan sedekah). Namun terdapat perbedaan
mendasar di dalamnya, yakni keberlanjutan harta. Pada instrumen ZIS,
dana pokok bisa langsung diberikan kepada pihak tertentu. Namun wakaf
uang perlu diinvestasikan terlebih dahulu dan kemudian hasil investasi
tersebut akan disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dana
pokok wakaf pun harus utuh untuk selamanya atau jangka waktu yang telah
ditentukan (Usman, 2009). Dengan demikian wakaf memiliki karakteristik
yang berbeda sehingga menjadi pelengkap instrumen sosial Islam lainnya.
Skema wakaf uang dibandingkan wakaf tradisional tidak jauh berbeda.
Berbagai negara telah mengadopsi wakaf uang dengan berbagai macam
skema, seperti waqf shares scheme, deposit cash waqf scheme, compulsory
cash waqf scheme, corporate waqf scheme, deposit waqf product scheme,
dan co-operative waqf scheme (Ismail Abdel Mohsin, 2013). Di Indonesia
skema wakaf uang terdapat pada UU No. 41 Tahun 2004 telah dijelaskan
16
bahwa penerimaan dan pengelolaan wakaf uang diintegrasikan dengan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Disebutkan bahwa waqif tidak boleh
langsung menyerahkan wakaf berupa uang kepada nazhir, tetapi harus
melalui LKS Penerima Wakaf Uang (PWU). Dalam pengelolaannya nazhir
bertugas untuk menginvestasikan wakaf uang sesuai syariah dengan satu
syarat, yaitu nilai nominal uang yang diinvestasikan tidak boleh berkurang,
bahkan habis. Sedangkan hasil investasi tersebut dialokasikan untuk upah
nazhir (maksimal 10%) dan mauquf alaih (minimal 90%) (Arif, 2012).
Berikut skema wakaf uang di Indonesia dalam gambar 2.1.
17
Gambar 2.1 Skema Wakaf Uang
Sumber : Arif, 2012
Wakaf memiliki multiplier effect yang dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat, terkhusus di bidang sosial (Arif, 2012). Hal ini
membuat wakaf cocok untuk diimplementasikan oleh berbagai lembaga
untuk membiayai kegiatan sosialnya untuk mengatasi permasalahan sosial
di masyarakat (Darus et al., 2017). Dengan karakteristik dan potensi yang
dimiliki, wakaf juga dapat menggerakkan sektor komersial. Dengan
terintegrasinya sektor komersial dan sosial maka Sustainable Development
Goal’s (SDG’s) dapat tercapai (Ismal et al., 2015). Untuk melakukan hal
tersebut secara optimal wakaf membutuhkan instrumen gabungan, salah
satunya melalui sukuk. Dengan perkembangan sukuk yang pesat dan
semangatnya yang berhubungan dengan sektor riil membuat perpaduan
18
wakaf dan sukuk menjadi instrumen investasi yang menjanjikan (Ismal et
al., 2015; Musari, 2016).
3. Sukuk
Sukuk dalam bahasa Arab yaitu sakk, yang memiliki arti dokumen atau
sertifikat (Ayub, 2009). Dalam fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002, Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mendefinisikan sukuk sebagai
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi saat jatuh
tempo. Sukuk ini mewakili kepemilikan proporsional dari aset yang ada
atau kumpulan aset yang terdiversifikasi, dan jaminan terhadap arus kas
yang ada atau di masa mendatang yang dihasilkan dari aset ini untuk
periode waktu tertentu. Risiko dan pengembalian yang terkait dengan aset
dasar dan arus kas ini diteruskan ke pemegang sukuk. Aset-aset ini dapat
berwujud atau tidak berwujud, ada atau digambarkan dengan pengiriman,
penggunaan, atau layanan yang ditangguhkan. Di bawah struktur Sukuk,
para investor, masing-masing pemegang sukuk memiliki kepemilikan
manfaat yang tidak terbagi dalam aset dasar (Tahmoures, 2013).
Berdasar teori, sukuk memiliki 2 perbedaan yang mendasar dengan
obligasi konvensional. Pertama, dari sisi akad, dan kedua, dari sisi
konektivitas terhadap sektor riil. Secara akad, transaksi yang mendasari
19
penerbitan sukuk beragam, bergantung pada pola transaksi yang digunakan.
Di antara akad-akad sukuk tersebut ada yang berbasis bagi hasil, seperti
Mudharabah dan Musharakah, berbasis jual beli seperti murabahah,
salam, istishna, serta berbasis sewa seperti ijarah. Berbeda dengan obligasi
konvensional yang hanya berbasis pada bunga (Tahmoures, 2013). Selain
itu performa sukuk lebih optimal dibandingkan dengan obligasi
konvensional. Sukuk memiliki tingkat return dan risiko yang lebih tinggi
dari obligasi konvensional (Azifah & Indah, 2016).
Perkembangan Sukuk di Indonesia bermula dari penerbitan Sukuk
Mudharabah Indosat sebesar Rp 200 miliar pada tahun 2002. Lalu pada
tahun 2008 pemerintah mengeluarkan Sukuk Negara (Surat Berharga
Syariah Negara -SBSN). Keberadaan Sukuk dibutuhkan oleh pemerintah
dan lembaga bisnis. Untuk lembaga bisnis sukuk dapat digunakan sebagai
penyeimbang neraca. Ada 2 fungsi yang menguntungkan pemerintah dalam
mempraktikkan sukuk untuk mendukung anggaran pemerintah. Pertama
sukuk dapat memperluas sumber pembiayaan APBN sehingga memiliki
variasi sumber pembiayaan selain dari obligasi maupun sumber lainnya.
Kedua, Sukuk dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan pasar
keuangan Islam di Inodnesia. Dorongan yang ditujukan adalah
mengembangkan instrumen investasi alternatif dan membandingkan pasar
keuangan Islam (Faiza, 2019). Perkembangan sukuk di Indonesia perlu
20
mendapat perhatian dari stakeholders agar potensi yang dimiliki dapat
terserap maksimal (Hardi, 2015).
SBSN telah diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 69/DSN-MUI/VI/2008
dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat
Berharga Syariah Negara. Dalam fatwa dan Undang-Undang tersebut
disebutkan bahwa SBSN adalah surat berharga negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap
Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Beberapa
ketentuan dalam SBSN antara lain mengenai aset SBSN yang berupa
Barang Milik Negara (BMN) yang bernilai ekonomis atau objek
pembiayaan SBSN. Selain itu perusahaan penerbit SBSN atau Special
Purposive Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang untuk melaksanakan penerbitan SBSN.
Struktur SBSN negara terdiri dari 4 akad. Berikut rangkuman dari
masing-masing akad tersebut dalam tabel 2.1.
21
Tabel 2.1 Struktur Akad SBSN
Struktur
SBSN Ijarah
Sale and
Lease Back
SBSN Ijarah
Al Khadamat
SBSN Ijarah
Asset to be
Leased
SBSN
Wakalah
Deskripsi
Sukuk yang
diterbitkan
dengan
menggunakan
mekanisme
sale and lease
back (transaksi
jual-beli
dimana
pembeli
menyewakan
kembali aset
yang telah
dibeli kepada
penjual)
Sukuk yang
diterbitkan
berdasarkan
prinsip
syariah,
sebagai bukti
kepemilikan
atas bagian
dari aset
SBSN berupa
jasa yang
menjadi objek
ijarah
Sukuk yang
diterbitkan
berdasarkan
prinsip syariah,
sebagai bukti
kepemilikan
atas bagian dari
aset SBSN yang
menjadi objek
ijarah, baik
yang sudah ada
mapun yang
akan ada
Sukuk yang
diterbitkan
berdasarkan
prinsip syariah,
sebagai bukti
kepemilikan
atas bagian
dari aset dalam
investasi yang
dikelola
perusahaan
penerbit SBSN
selaku Wakil
dari pemegang
SBSN
Fatwa DSN-
MUI
Nomor
72/2008 Nomor 9/2000 Nomor 76/2010
Nomor
95/2014
Underlying
Asset
BMN Tanah/
Bangunan
Jasa Layanan
Haji
Proyek & BMN
Tanah/
Bangunan
BMN Tanah/
Bangunan
(51%) &
Proyek (49%)
Tradibilty Tradable Non-tradable Tradable Tradable
Imbalan
Uang Sewa
(Ujrah)
Fixed coupon
Uang Sewa
(Ujrah)
Fixed coupon
Uang Sewa
(Ujrah)
Fixed coupon
Ujrah/ margin/
fee
Fixed Coupon
Seri Sukuk
Negara IFR, SR, SNI SDHI PBS, SR SNI
Sumber : DJPPR Kementerian Keuangan RI, 2017
22
4. Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)
CWLS adalah sukuk berbasis wakaf uang. Dana wakaf yang terkumpul
diinvestasikan melalui sukuk negara yang aman dan bebas risiko default.
Dengan CWLS ini dapat membantu pembiayaan fiskal dalam konteks
sosial seperti pendidikan dan kesehatan (Faiza, 2019). Skema dari CWLS
ini sendiri, yaitu pertama, wakaf uang dilakukan oleh wakif kepada
LKSPWU/ mitra nazhir untuk kemudian dikumpulkan kepada BWI sebagai
nazhir. Lalu BWI membeli SBSN dari kementerian keuangan dengan
metode private placement maupun ritel. Kemudian Kementerian Keuangan
menggunakan wakaf uang dari SBSN yang telah dibeli oleh BWI untuk
membiayai proyek pemerintah. Dan imbalan SBSN akan diterima oleh
BWI yang kemudian akan diteruskan kepada mauquf alaih mitra nazhir
(Bank Indonesia, 2020).
23
Gambar 2.2 Skema Cash Waqf Linked Sukuk
Sumber: Bank Indonesia, 2020
Dari aspek hukumnya CWLS ini dinilai sesuai syariah. Karena jika
diperhatikan CWLS ini bertujuan untuk mensejahterakan ekonomi umat.
‘Izzuddin bin Abd As-Salam dalam kitabnya Qawa’id al-Ahkam fi
Mushalih al-Anam mengatakan bahwa seluruh syariat itu adalah maslahat,
baik dengan menolak mafsadah atau menerima maslahat. Ini sesuai dengan
kaidah, “meraih kemaslahtan dan menolak mafsadat”. Selain itu dalam
kaidah fikih lainnya, CWLS ini dibolehkan karena tidak melanggar hukum
asalnya, dimana terdapat kaidah “hukum asal dalam muamalah adalah
boleh sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya” (Anggraini,
2019). Jadi secara kaidah fikih CWLS ini dibolehkan dalam Islam. Apalagi
24
CWLS ini memiliki landasan hukum yang kuat di Indonesia dengan
diterbitkannya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf sehingga
legalitasnya dapat dipertanggung jawabkan.
Dari segi maslahat yang diberikan oleh CWLS ini ialah dapat
memberikan keberlanjutan perekonomian. Faktanya, keuangan Islam
memiliki sektor sosial yang berpotensi untuk mendorong sektor komersial
lebih lanjut dan secara timbal balik memiliki manfaat besar dalam hal
kesejahteraan masyarakat terhadap sektor sosial. Hubungan timbal balik ini
bisa menjadi katalisator potensial untuk pembangunan ekonomi
berkelanjutan dan juga salah satu upaya pendalaman keuangan Islam. Hal
ini yang dilakukan oleh CWLS dimana dapat membiayai sektor komersial
dan sosial secara bersamaan (Ismal et al., 2015). Ini bisa dilakukan dengan
dana pokok yang dihimpun oleh CWLS dapat disalurkan kepada sektor
produktif untuk menggerakkan ekonomi riil. Dan dari hasil kegiatan
produktif tersebut dapat disalurkan kepada sektor sosial yang
membutuhkan seperti penanganan pembiayaan daerah pasca bencana
(Faiza, 2019), membiayai institusi pendidikan tinggi (Musari, 2016),
maupun sektor sosial lainnya.
5. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode dalam membuat perencanaan
strategis yang dipakai untuk mengidentifikasi 4 faktor utama, yaitu
strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan
25
threats (tantangan). Keempat faktor ini merupakan faktor yang
mempengaruhi kegiatan organisasi sepanjang masa (Salusu, 2015).
Kekuatan dan kelemahan merupakan Internal Factor Analiysis Strategy
(IFAS), sesuatu yang melekat pada diri perusahaan atau lembaga.
Sedangkan, peluang dan ancaman merupakan External Factor Analysis
Strategy (EFAS), sesuatu yang berada di luar karakter atau sifat lembaga
(Salusu, 2015; Rangkuti, 2016). Berikut penjelasan mengenai strengths,
weakness, opportunity, dan threats menurut Salusu (2015), yaitu:
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat
positif, hal ini memungkinkan sebuah organisasi maupun lembaga
memiliki keuntungan strategi dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Kekuatan juga serig disebut sebagai competitive assets.
Apabila suatu kekuatan lembaga dinilai cukup besar, maka mereka
dapat memanfaatkan kekuatan tersebut untuk mengubah kelemahan
yang dimilikinya.
b. Kelemahan (Weakness)
Berbeda dengan kekuatan, kelemahan merupakan berbagai hal
yang menggambarkan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan
suatu lembaga maupun perusahaan tidak dapat mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Kelemahan suatu perusahaan atau lembaga tidak
dapat dibiarkan selama perbaikan dapat dilakukan.
26
c. Peluang (Opportunity)
Peluang merupakan suatu faktor positif yang berasal dari luar
perusahaan maupun lembaga yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai
sasaran. Peluang bersifat temporer, apa yang menjadi sebuah peluang
di satu kesempatan belum tentu di masa depan menjadi terjadi
kembali. Selain itu peluang juga dianggap berbeda-beda oleh setiap
lembaga, karena suatu peluang tertentu belum tentu menjadi peluang
oleh lembaga lain. Oleh karena itu, peluang merupakan kesempatan
yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan maupun lembaga terkait.
d. Ancaman (Threat)
Berbeda dengan peluang, ancaman merupakan faktor negative
yang berasal dari luar lembaga maupun perusahaan yang menyebabkan
perkembangan mereka menjadi terhambat. Namun ancaman memiliki
persamaan dengan peluang, yakni adanya perbedaan pandangan antara
suatu lembaga dengan lembaga lainnya. Suatu ancaman menurut satu
lembaga belum tentu menjadi ancaman oleh lembaga lain. Oleh karena
itu, setiap lembaga perlu mengidentifikasi ancaman secara tepat.
Analisis SWOT ini tidak terlepas dari berbagai kelebihan dan
kekurangan. Berikut penjelasan mengenai hal tersebut:
a. Kelebihan SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah metode yang bisa dilakukan
oleh lembaga atau perusahaan apapun, mulai dari pendidikan,
27
kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Analisis SWOT sangat berguna
untuk perusahaan dalam mengidentifikasi berbagai kelebihan dan
kelemahan suatu lembaga sehingga bermanfaat untuk meminimalisir
ancaman maupun memanfaatkan peluang yang dihadapi. Metode ini
sangat berguna untuk membuat berbagai keputusan strategis yang baik.
Hal ini terlihat masih digunakannya analisis SWOT pada lembaga
maupun perusahaan hingga saat ini yang pertama kali dikembangkan
Albert Humprey di Stanford Univestity pada 1960-an dan 1970-an.
b. Kekurangan SWOT
Menurut Kearns (1992) dalam Salusu (2015), kegagalan dalam
menghubungkan faktor internal dengan faktor eksternal, dianggap
sebagai masalah yang penting dalam analisis SWOT, dimana hal ini
disebut sebagai “the missing link problem”. Hal ini sangat fatal karena
kebijakan yang dihasilkan dapat keliru sehingga strategi yang dibuat
tidak dapat mendukung perusahaan mencapai sasarannya.
Lalu terdapat istilah “the blue sky problem”, yaitu para CEO
terlalu cepat optimis dalam melihat peluang sehingga terlalu senang
dan mengabaikan kelemahan. sama seperti kelemahan sebelumnya, hal
ini membuat kebijakan keliru dan masalah yang dihadapi tidak selesai.
Selain itu terdapat istilah “the silverlining problem”, dimana para
CEO terlalu meremehkan pengaruh ancaman yang sangat potensial.
28
Hal ini dapat mengancam kegagalan stratgei yang dibuat karena
ancaman tersebut tidak terlalu diperhatikan.
Kelemahan lainnya yaitu terkadang para CEO terlalu fokus kepada
kekuarangan yang dimiliki dan beranggapan bahwa perusahaan bisa
melakukan hal yang sama baiknya. Hal ini membuat kebijakan yang
diimplementasikan mengabaikan kelebihan yang dimiliki sehingga
pertumbuhan lembaga menjadi kurang optimal.
B. Penelitian Terdahulu
1. Financing Through Cash-Waqf: A Revitalization To Finance Different
Needs (Ismail Abdel Mohsin, 2013)
Penelitian ini membahas mengenai Cash waqf yang memiliki potensi
untuk menjadi alternatif keuangan bagi banyak sektor, tidak hanya dari sisi
agama, namun dapat mencakup aspek lain. Selain itu dengan cash waqf
dapat membantu untuk membuka lapangan pekerjaan. Di dalam penelitian
disebutkan dan dijelaskan beragam skema cash waqf di beberapa negara.
Selain itu disini diberikan konsep bagaimana institusi wakaf mengelola dan
menjalankan cash waqf agar berjalan optimal. Namun pada penelitian kali
ini, peneliti berusaha menambahkan satu skema cash waqf yang baru, yakni
CWLS. Peneliti memberikan dimensi yang berbeda dengan mencari
analisis SWOT untuk memahami persoalan instrumen tersebut serta
mencari cara untuk mengoptimalkannya.
29
2. Empowering Social Responsibility of Islamic Organizations through
Waqf (Darus et al., 2017)
Tujuan dari penelitian terdahulu ini adalah untuk menguji praktik CSR
pada Islamic Financial Institution (IFI) yang ada di Malaysia selama
empat tahun dari 2010 – 2013 dan mengeksplorasi penggunaan wakaf
perusahaan untuk tujuan menangani tanggung jawab sosial oleh organisasi
Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini untuk hal-hal penting,
IFI memusatkan kegiatan CSR mereka di tempat kerja dan pasar daripada
menuju pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan.Karena
keterbatasan dana CSR, perusahaan membutuhkan dana alternatif untuk
menambah kegiatan sosialnya. Dan wakaf dapat menjadi alternatif
pembiayaan tersebut. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang membahas
wakaf secara umum yang tujuannya dapat diimplementasikan oleh
perusahaan, pada penelitian kali ini peneliti meneliti instrument wakaf yang
lebih spesifik, yakni CWLS. Peneliti mencoba mengembangkan CWLS ini
melalui analisis SWOT agar wakaf ini berkembang lebih baik.
3. Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap Program
Pengentasan Kemiskinan (Arif, 2012)
Penelitian terdahulu ini membahas mengenai multipier effect yang
diberikan oleh wakaf uang. Peneliti terdahulu berargumen bahwa dengan
memberdayakan wakaf uang melalui program pemberdayaan masyarakat
30
yang produktif dapat membantu mengentaskan kemiskinan. Berbeda
dengan penelitian terdahulu, objek pada penelitian kali ini peneliti
membahas CWLS. Selain itu peneliti mengguanakan analisis SWOT untuk
mengembangkan instrumen tersebut agar menjadi lebih baik.
4. Cash Waqf Linked Sukuk sebagai Pembiayaan Pemulihan Bencana
Alam (Faiza, 2019)
Penelitian ini membahas mengenai potensi dan skema CWLS untuk
dijadikan pembiayaan alternatif wilayah terkena bencana. Dengan
melakukan studi literatur, wawancara dan simulasi perhitungan pada kasus
gempa Jogja, Jawa Tengah, peneliti menyimpulkan bahwa CWLS dapat
menjadi pembiayaan alternatif pasca bencana. Perbedaan pada penelitian
yang dilakukan kali ini adalah peneliti berfokus mencari analisis SWOT
CWLS agar potensinya lebih optimal. Sedangkan pada penelitian terdahulu
lebih mengkaji kemungkinan CWLS menjadi pembiayaan alternatif.
5. Cash Waqf Linked Sukuk Menurut Perspektif Hukum Islam
(Anggraini, 2019)
Penelitian terdahulu ini membahas mengenai perspektif CWLS dalam
hukum Islam. Melalui studi literatur dari kitab fiqih dan website terkait,
peneliti terdahulu menyimpulkan bahwa CWLS dibolehkan dalam hukum
Islam dikarenakan sesuai dengan tujuan syariah, yakni memberi
kemashahatan kepada umat dan menjauhi mafsadat. Namun pada
31
penelitian kali ini, peneliti melakukan analisis SWOT terhadap CWLS
untuk mengembangkan instrumen tersebut agar lebih baik ke depan,
sehingga dapat melengkapi penelitian terdahulu.
6. Awqaf Linked Sukuk To Support The Economic Development (Ismal et
al., 2015)
Penelitian terdahulu ini mengeksplorasi potensi penerbitan sukuk
terkait sukuk terstruktur melalui aliansi strategis di seluruh lembaga
pemerintah dan perusahaan melalui Public Private Partnership (PPP)
untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan
kesejahteraan sosial. Penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah
lanjutan dari penelitian tersebut. Dimana pada penelitian terdahulu, peneliti
mencari konsep CWLS dilakukan oleh stakeholders terkait. Sedangkan
penelitian ini CWLS telah diterbitkan dan peneliti berusaha mengevaluasi
kinerja instrumen tersebut dengan mencari analisis SWOT.
7. Compare and Contrast Sukuk (Islamic Bonds) with Conventional
Bonds, Are they Compatible? (Afshar, 2013)
Penelitian terdahulu ini bertujuan menjelaskan tentang perbedaan
sukuk dengan obligasi konvensional. Hasilnya adalah Kedua instrumen ini
dapat mengatasi masalah keuangan namun memiliki perbedaan
fundamental dimana obligasi merupakan debt-based sedangkan sukuk ialah
asset-based. Namun pada penelitian kali ini peneliti membahas mengenai
32
CWLS, salah satu bentuk inovasi wakaf uang dan sukuk. Dimana peneliti
mencari analisis SWOT CWLS untuk dikembangkan lebih lanjut agar
instrumen ini menjadi lebih optimal ke depan.
8. Analisis Risiko dan Imbal Hasil Portofolio Pasar Modal Syariah dan
Pasar Modal Konvensional (Azifah & Indah, 2016)
Pada penelitian terdahulu ini membahas mengenai komparasi antara
psar modal konvensional dengan pasar modal syariah. Pasar modal syariah
memiliki kinerja lebih optimal dibandingkan pasar modal konvensional,
berdasarkan expected return dan variance dari masing-masing instrumen
investasi. Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian kali ini
peneliti mencari analisis SWOT untuk mencari alternatif strategi yang
berguna untuk optimalisasi instrumen tersebut. Selain itu terdapat
pengumpulan data melalui kuesioner pada penelitian kali ini.
9. Exploring Socially Responsible Investment (SRI) perspectives: A
literature mapping and an investor classification (Chatzitheodorou et
al., 2019)
Penelitian terdahulu ini menjelaskan mengenai definisi SRI dalam 11
kategori. Terdapat dikotomi dalam pendiefinisian SRI ini. Peneliti
mendeskripsikan motivasi investor dalam SRI berdasar literatur terkait dan
dari studi literatur tersebut terlihat perbedaan dari masing-masing definisi
SRI. Pada penelitian kali ini, salah satu tujuan peneliti adalah mencari
33
analisis SWOT dari CWLS yang dimana instrumen ini merupakan salah
satu implementasi dari konsep SRI tersebut.
10. Bagaimana Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia?
(Rusydiana, 2019)
Penelitian terdahulu ini mencari berbagai hambatan yang membuat
wakaf tunai sulit berkembang di Indonesia. Dengan menggunakan matriks
SWOT, peneliti merumuskan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang dihadapi oleh wakaf tunai di Indonesia. Namun pada
penelitian kali ini objek penelitian berbeda, dimana objek penelitian kali ini
adalah CWLS yang merupakan pengembangan dari wakaf tunai itu sendiri.
11. Analisis Peluang dan Ancamana Produk Pasar Modal: Studi Kasus
Sukuk di Indonesia (Hardi, 2015)
Penelitian terdahulu kali ini mencari kelebihan, kelemahan, peluang
serta tantangan yang dihadapi sukuk di Indonesia. Hasil penelitian tersebut
sukuk memiliki peluang yang baik untuk berkembang di Indonesia.
Dibutuhkan sinergi yang baik antar stakeholders untuk membuat sukuk ini
mengatasi berbagai kelemahan dan tantangan yang dimiliki. Penelitian kali
ini menggunakan metode yang sama namun dengan objek yang berbeda,
yakni CWLS sebagai salah satu pengembangan instrument sukuk.
34
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
Wakaf Uang
Cash Waqf Linked Sukuk
Identifikasi Pelaku CWLS
Eksternal Factor Analysis
Strategyy (EFAS):
• Opportunity
• Threat
Alternatif Strategi Terhadap
CWLS
Internal Factor Analysis
Strategy (IFAS):
• Strength
• Weakness
Identifikasi Faktor Strategis
EFAS dan IFAS
Socially Responsible
Investment
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan
mengolahnya sehingga menghasilkan output yang memecahkan masalah
penelitian. Metode penelitian sendiri menurut Winarno Surakhmad (1998) yaitu
suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk
menguji hipotesa dengan menggunakan teknik maupun alat analisis tertentu
untuk menjawab masalah penelitian.
Berdasarkan masalah yang dikaji peneliti, maka jenis pendekatan penelitian
yang diteliti ialah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang lebih menginterpretasikan objek penelitian dengan mendeskripsikan hasil
dari pengamatan peneliti sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata
tertulis maupun lisan (Moleong, 2013). Tidak hanya itu, namun penelitian
kualitatif bersifat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti objek
alamiah. Analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2013).
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan analisis SWOT untuk
mencari kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dari CWLS dengan cara
mencari faktor strategis dari masing-masing elemen SWOT dan disesuaikan
melalui wawancara dengan akademisi maupun stakeholders. Kemudian hasil
wawancara tersebut dibuat matriks dan diukur berdasarkan bobot yang telah
36
ditetapkan. Setelah itu akan ditentukan strategi yang tepat sesuai dengan hasil
analisa dari matriks SWOT yang telah ditelaah tadi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sebuah organisme yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi yang digunakan pada penelitian kali
ini para stakeholders CWLS dan akademisi ekonomi syariah.
Dalam populasi yang diteliti sulit menemukan data pasti mengenai jumlah
total populasi tersebut sehingga peneliti melakukan sampling data. Yang
dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability
sampling, yaitu dengan metode purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan berbagai kriteria atau
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Sampel pada penelitian ini ialah
stakeholders CWLS dan akademisi sukuk maupun wakaf. Hal tersebut
berdasarkan kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel sebagaimana
hal-hal berikut :
1. Responden merupakan stakeholders dalam pelaksanaan CWLS.
2. Responden merupakan pihak yang memahami dan mengetahui CWLS.
37
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling Roscoe
(Sugiyono, 2013) dimana minimal sampel yang digunakan adalah 30
responden. Hal ini terlihat dari pertimbangan sebagai berikut :
1. Sampel yang layak pada sebuah penelitian yaitu antara 30 – 500 sampel.
2. Jika sampel dikategorikan maka jumlah anggota sampel di setiap
kategori minimal sebanyak 30.
3. Jika penelitian melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda sebagai contoh), maka jumlah anggota sampel minimal 10
kali dari jumlah variabel yang diteliti. Sebagai contoh variabel
penelitiannya ada 4 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 4 = 40
4. Untuk penelitian eksperimen sederhana dengan menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel
masing-masing antara 10 sampai dengan 20.
Responden pada penelitian kali ini adalah stakeholders CWLS dan
akademisi di bidang wakaf uang dan sukuk sebanyak tiga pulu empat orang.
Selain itu terdapat tujuh key person, yaitu stakeholders kunci dan akademisi
yang memberikan pandangannya melalui wawancara untuk memberi masukan
tentang berbagai faktor strategis analisis SWOT serta alternatif strategi dari
berbagai faktor-faktor tersebut.
38
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yakni primer dan sekunder.
Beriku penjelasan sumber data tersebut:
a. Primer
Data Primer, merupakan data yang pertama kali didapat yang menjadi
sumber utama, baik dari individu maupun kelompok. Data primer
didapatkan dari wawancara (Interview) dan kuesioner. Wawancara
dilakukan peneliti dengan stakeholders CWLS seperti BWI, BI,
Kemenkeu, LKSPWU, investor/ wakif CWLS serta akademisi. Lalu data
kuesioner didapat melalui penyebaran kuesioner kepada stakeholders
terkait, akademisi maupun pihak yang memahami CWLS.
b. Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data yang tidak didapatkan secara
langsung, yaitu melalui pihak ketiga atau dokumen tertentu. Peneliti
memperoleh data sekunder melalui berbagai sumber, seperti internet, buku,
jurnal, dan berbagai literatur terkait.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan tiga metode, yakni
waawancara, kuesioner dan studi pustaka. Berikut penjelasan mengenai metode
pengumpulan data:
39
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2013), wawancara dilakukan sebagai teknik
pengambilan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan penelitian secara mendalam. Selain itu
menurut Esterberg (2002) jika melihat jurnal dalam ilmu sosial, maka
ditemui semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan narasumber yang
berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Peneliti melakukan wawancara
dengan stakeholders yang berhubungan dengan CWLS.
2. Kuesioner
Metode pengumpulan data melalui kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013). Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup dimana responden diberikan pilihan jawaban
terbatas sesuai dengan literatur yang ada dan wawancara yang dilakukan.
Skala yang digunakan ialah skala Likert 5 poin (Prasetyo dan Jannah,
2006). Berikut skala yang digunakan:
5 = Sangat Setuju (SS)
4 = Setuju (S)
3 = Cukup Setuju (CS)
2 = Tidak Setuju (TS)
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
40
3. Studi Pustaka
Peneliti juga melakukan studi pustaka untuk memperoleh data-data
tambahan yang dibutuhkan. Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang
diwajibkan dalam penelitian, khususnya pada penelitian akademik yang
tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek
manfaat praktis. Studi pustaka berfungsi untuk membangun teori yang
menjadi dasar studi dalam suatu penelitian (Sujarweni, 2015). Studi
pustaka yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mencari berbagai
referensi yang dibutuhkan, baik berupa artikel ilmiah, berita terkait,
maupun literatur lainnya yang berkaitan dengan CWLS.
E. Metode Pengolahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2013).
Untuk mengevaluasi CWLS, peneliti menggunakan analisis SWOT untuk
mencari tahu potensi yang dimiliki CWLS dan strategi yang dibutuhkan agar
optimalisasi instrumen tersebut dapat tercapai. Analisis SWOT menurut Philip
Kotler (2009) adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2016), analisis
41
SWOT diartikan sebagai analisa logis yang dapat mengoptimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun di waktu yang sama dapat
meminimalisir kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) yang pada
akhirnya dirumuskan dalam sebuah strategi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis SWOT
diantaranya adalah (Soesilo, 2002):
1. Identifikasi stakeholder utama pada lingkungan analisis yaitu
mengidentifikasi beberapa pihak yang terkait dalam mengelola
instrumen CWLS.
2. Identifikasi IFAS (S-W). Elemen kekuatan dan kelemahan diperoleh
dari dalam lingkungan lembaga terkait. Hal tersebut meliputi laporan
keuangan, kegiatan, sistem operasional, pemasaran dan SDM.
3. Mengidentifikasi EFAS (O-T). Elemen peluang dan ancaman
diperoleh dari luar lingkungan lembaga. Hal ini meliputi analisis pasar,
kompetensi pasar, konsumen dan pemerintah.
4. Memetakan interaksi tabel matriks SWOT untuk membuat alternatif
strategi.
5. Memberikan rating, ini dikarenakan tidak semua strategi bisa
dilakukan sekaligus. Oleh karena itu, penentuan skala prioritas perlu
dilakukan.
Setelah pemetaan dilakukan, maka langkah penyusunan analisis SWOT
berikutnya adalah menilai dan memasukkan variabel-variabel SWOT ke dalam
42
2 cara yang lazim digunakan, yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Pada pendekatan kualitatif penentuan alternatif strategi yang sesuai
bagi lembaga adalah dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini
dibangun berdasarkan hasil analisa faktor-faktor strategis baik dari sisi
eksternal maupun internal yang terdiri dari fokus peluang, ancaman, kekuatan
dan kelemahan. Berdasarkan SWOT matriks tersebut dapat disusun dan
alternatif strategi yang tersedia yaitu : SO, WO, ST dan WT. Berikut
penjabaran dari interaksi matriks SWOT yang dikembangkan oleh Kearns
secara rinci pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Tabel Matriks SWOT Kearns Terperinci
MATRIKS
SWOT
KEKUATAN
(STRENGTH)
KELEMAHAN
(WEAKNESS)
OPPORTUNITY
(PELUANG)
(SO)
Keunggulan Komparatif
(Comparative Advantages)
(ST)
Mobilisasi
(Mobilization)
ANCAMAN
(THREAT)
(WO)
Divestasi/ Investasi
(Divestment/ Investment)
(WT)
Megendalikan Kerugian
(Damage Control)
Sumber: Rangkuti, 2016
1. Strategi SO dibuat berdasarkan pemikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kemampuan lembaga untuk memanfaatkan
semua peluang yang ada.
43
2. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki lembaga untuk mengatasi ancaman yang ada.
3. Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan meminimalisir kelemahan yang dimiliki lembaga.
4. Strategi WT digunakan untuk meminimalisir kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman yang dihadapi.
Penjelasan mengenai pendekatan kualitatif pada analisis SWOT telah
dibahas pada paragraf sebelumnya. Pada pendekatan kuantitatif tidak jauh
berbeda dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-masing variabel.
Dalam pendekatan kuantitatif data yang diambil berupa angka-angka yang
didapat dari data faktor-faktor SWOT kualitatif. Analisis ini menggunakan
perhitungan kuantitatif matriks SWOT Kearns dan kuadran SWOT Pearce dan
Robinson. Matriks ini berguna untuk mengetahui secara langsung posisi
lembaga yang sebenarnya. Perhitungan ini terdiri dari 3 tahap:
1. Melakukan perhitungan bobot (a) dan rating (b) poin faktor serta
jumlah total perkalian bobot dan rating (c = a x b) pada setiap elemen
SWOT.
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d = S-
W) dan faktor O dengan T (e = O-T). Perolehan angka d = X
menunjukkan nilai sumbu X. Begitu juga dengan angka e = Y
menunjukkan nilai sumbu Y.
44
3. Mencari posisi lembaga yang ditunjukkan oleh sumbu titik (X,Y) pada
kuadran SWOT.
Berikut tabel yang menggambarkan perhitungan analisis SWOT secara
kuantitatif pada tabel 3.2 dan tabel 3.3. Analisis SWOT dibagi ke dalam 2 unsur
yang berbeda, yakni sisi internal (IFAS) dan eksternal (EFAS).
Tabel 3.2 IFAS Scoring Hasil Pendapat Analisis Internal
No. KEKUATAN
(STRENGTH)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. 5 – 10 kekuatan internal
2. Dst
Total Kekuatan
No. KELEMAHAN
(WEAKNESS)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. 5 – 10 kelemahan internal
2. Dst
Total Kelemahan
Total Kekuatan – Total Kelemahan S – W = X
Sumber: Rangkuti, 2016
45
Tabel 3.3 EFAS Scoring Hasil Pendapat Analisis Eksternal
No. PELUANG
(OPPORTUNITY)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. 5 – 10 kekuatan eksternal
2. Dst.
Total Peluang
No. ANCAMAN
(THREAT)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. 5 – 10 kelemahan
eksternal
2. Dst.
Total Ancaman
Total Peluang – Total Ancaman O – T = Y
Sumber: Rangkuti, 2016
Keterangan dan penjelasan dari penjabaran analisis SWOT memberikan 4
kemungkinan posisi yang ditempati oleh suatu lembaga (Rangkuti, 2016), yaitu:
1. Kuadran I mempunyai makna (positif-positif) yang menandakan
lembaga mempunyai situasi yang kuat dan berpeluang. Sehingga
rekomnedasi strategi yang diberikan adalah progresif/ agresif dimana
lembaga dapat memperkuat kegiatannya.
2. Kuadran II mempunyai makna (positif-negatif) yang menandakan
lembaga di satu sisi memiliki kekuatan namun menghadapi tantangan
46
yang serius. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi
strategis dimana lembaga memperbanyak strategi dan sehingga
memiliki rencana alternatif dalam menghadapi tantangan.
3. Kuadran III mempunyai makna (negatif-positif) yang menandakan
lembaga lemah namun memiliki peluang besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah merubah strategi atau meminimalisir berbagai
masalah internal atau bersifat konservatif.
4. Kuadran IV mempunyai makna (negatif-negatif) yang menandakan
perusahaan lemah dan menghadapi ancaman. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah strategi bertahan sambil menahan diri.
Gambar 3.1 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
Sumber: Rangkuti, 2016
47
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan setiap variabel yang
digunakan pada penelitian terhadap berbagai indikator yang membentuknya.
Tabel 3.4 berikut menjelaskan variabel yang digunakan pada penelitian kali ini:
Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Indikator
1. Internal Factor
Aanalysis Strategy
(Rangkuti, 2016)
Unsur yang terdiri dari
kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki suatu produk
1. Strength
2. Weakness
2. External Factor
Aanalysis Strategy
(Rangkuti, 2016)
Unsur yang terdiri dari
peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh suatu produk
1. Opportunity
2. Threat
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Stakeholders CWLS
Pada tahap pertama penelitian ini adalah menentukan stakeholders CWLS
dan akademisi untuk dilakukan wawancara. Wawancara dengan jejak pendapat
dilakukan untuk mengetahui pandangan para stakeholders, menentukan faktor-
faktor strategis, dan menemukan alternatif strategis untuk CWLS.
Peneliti melakukan identifikasi stakeholders CWLS dengan membaca
literatur dan berita terkait mengenai instrumen tersebut. Peneliti juga mencari
tahu wakif yang melakukan investasi di CWLS ini agar memiliki perspektif
yang berbeda dari sisi stakeholders pelaksana CWLS dan faktor strategi yang
disusun terhindar dari unsur kepentingan. Selain itu peneliti juga mencari tahu
akademisi yang cocok, yaitu seorang akademisi yang memiliki pengetahuan
mengenai sukuk, wakaf dan CWLS itu sendiri untuk dimintai pandangannya
agar memiliki sudut pandang yang lebih luas.
Tabel 4.1 merupakan stakeholders yang telah peneliti wawancara setelah
melakukan identifikasi melalui studi pustaka.
49
Tabel 4.1 Stakeholders SWOT CWLS
No. Stakeholders Keterangan
1. Badan Wakaf Indonesia
Ir. Rachmat Ari Kusumanto, Ketua
Lembaga Kenazhiran BWI dan Wakil
Bendahara BWI
2. Bank Indonesia Rifki Ismal, S.E., M.A., Deputi Direktur
Departemen Ekonomi Syariah BI
3. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia
Muhammad Safruddin Sabto Nugroho,
Analis Pembiayaan DJPPR Kementerian
Keuangan RI
4. LKSPWU Bambang Sutrisno, Corporate Secretary
BNI Syariah
5. Akademisi/ Dosen
Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Guru Besar
Bidang Ilmu Ekonomi Syariah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Raditya Sukmana, SE., MA., Guru
Besar Universitas Airlangga
6. Wakif CWLS Iman Ni’matullah, Lc., S.Ei., Kadiv.
Investasi Langsung BPKH
Sumber: Diolah
Berikut profil singkat beserta peran pihak-pihak tersebut dalam CWLS:
1. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
BWI merupakan sebuah lembaga negara independen yang dibentuk
berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Badan ini dibentuk
dalam rangka mengembangkan dan memajukan perwakafan di Indonesia.
Peran BWI dalam CWLS sendiri ialah sebagai nazhir wakaf CWLS,
dimana wakaf uang yang dihimpun oleh LKSPWU akan disalurkan atau
dibelikan SBSN kepada Kementerian Keuangan RI. Setelah itu BWI akan
mengelola dana hasil SBSN tersebut untuk diberdayakan lebih lanjut
50
dengan proyek sosial kepada mauquf ‘alaih. Pada penelitian ini pihak BWI
diwakili oleh Bapak Ir. Rachmat Ari Kusumanto selaku Ketua Lembaga
Kenazhiran BWI dan Wakil Bendahara BWI.
2. Bank Indonesia
Bank Indonesia dalam UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia adalah lembaga negara independen yang memiliki tugas untuk
menjaga nilai stabilitas rupiah. Peran Bank Indonesia dalam CWLS adalah
sebagai akselerator agar CWLS ini dapat berjalan lebih cepat. Hal ini
sesuai dengan salah satu misi bank Indonesia, yaitu turut mengembangkan
ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga tingkat daerah.
Penelitian kali ini, Bapak Rifki Ismal, S.E., M.A. selaku Deputi Direktur
Departemen Ekonomi Syariah BI menjadi salah satu key person untuk
diminta pandangannya mengenai CWLS ini.
3. Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Kementerian Keuangan RI merupakan lembaga yang membantu tugas
presiden dalam mengelola keuangan negara. Peran Kementerian Keuangan
RI dalam CWLS adalah sebagai issuer SBSN. Pada praktiknya
kementerian keuangan beserta stakeholders lainnya berhasil menerbitkan
CWLS seri pertama, yakni SW001. Pada penelitian kali ini Bapak
Muhammad Safruddin Sabto Nugroho selaku Analis Pembiayaan DJPPR
Kementerian Keuangan RI menjadi salah satu stakeholders yang peneliti
wawancara untuk diminta pandangannya.
51
4. Lembaga Keuangan Syaraih Penghimpun Wakaf Uang
(LKSPWU)
LKSPWU merupakan bank syariah atau lembaga keuangan syariah
lainnya yang menghimpun wakaf uang. LKSPWU ini diatur dalam UU No.
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pada Pasal 28 yang pada intinya adalah
LKSPWU ditunjuk oleh pemerintah. Pada CWLS ini LKSPWU bertugas
sebagai lembaga yang menghimpun wakaf uang yang kemudian disalurkan
kepada BWI untuk dibelikan SBSN dari Kemeterian Keuangan RI. Bapak
Bambang Sutrisno selaku Corporate Secretary BNI Syariah menjadi pihak
yang mewakili salah satu LKSPWU pada praktik CWLS ini.
5. Akademisi
Akademisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seorang
terpelajar yang memiliki pendidikan tinggi. Akademisi ini tidak memiliki
hubungan langsung dengan CWLS, namun pandangan intelektualnya
diperlukan untuk keberlangsungan instrumen tersebut. Pada penelitian kali
ini Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Guru Besar bidang ilmu ekonomi
syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Raditya Sukmana,
SE., MA. selaku Guru Besar Universitas Airlangga yang fokus kepada
wakaf. Mereka menjadi key person yang penting pada sisi akademisi.
6. Wakif CWLS
Wakif menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf merupakan
pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. wakif atau investor CWLS
52
memiliki peran yang penting karena menjadi sumber dana dari instrumen
tersebut. CWLS diterbitkan dengan metode private placement dan
mendapat perhatian beberapa lembaga untuk menjadi wakif CWLS. BPKH
merupakan salah satu wakif dari CWLS tersebut. Penelitian kali ini, Bapak
Iman Ni’matullah, Lc., S.Ei., selaku Kepala Divisi Investasi Langsung
BPKH menjadi key person dari sisi wakif untuk diminta pandangannya.
B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal SWOT CWLS
Tahap kedua merupakan identifikasi Intrenal Factor Analysis Strategy
(IFAS) yang terdiri dari Strength dan Weakness serta External Factor Analysis
Strategy (EFAS) yang meliputi Opportunity dan Threat. Peneliti telah
melakukan wawancara dengan ketujuh key person untuk mendiskusikan faktor
strategis yang terdapat pada CWLS ini. Berikut faktor-faktor strategis yang
peneliti dapat dari tujuh key person berikut.
1. Internal Factor Analysis Strategy (IFAS)
Pada IFAS terdapat 2 unsur yang akan dibahas, yakni strength dan
weakness. Pada IFAS ini, peneliti mengidentifikasi berbagai faktor yang
melekat pada CWLS sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Setelah identifikasi dilakukan, peneliti melakukan wawancara
dengan tujuh key person untuk diminta pendapatnya dan merangkumnya
menjadi sebagai berikut:
53
a. Kekuatan (Strength)
Dalam faktor strategis ini terdapat 6 kekuatan yang berasal dari
CWLS, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2 Faktor Strategis Strength CWLS
No. Faktor Strategis
1. CWLS merupakan investasi sosial yang tidak memiliki
risiko (zero risk investment) karena dijamin oleh negara
2. Uang yang diwakafkan kembali ke pihak pemberi wakaf
(wakif) setelah 5 tahun
3. CWLS sebagai investasi sosial sesuai syariah
4. Kerja sama antara pihak terkait dalam penerbitan CWLS
kuat sehingga dapat diterbitkan
5. CWLS ditawarkan kepada lembaga/ perusahaan sehingga
mendapat perhatian investor lembaga
6. Kegiatan dan laporan keuangan CWLS transparan kepada
wakif dengan adanya laporan penyaluran kupon dan laporan
pengelolaan CWLS
Sumber: Diolah
1) Investasi sosial yang tidak memiliki risiko (zero risk
investment) karena dijamin oleh negara
CWLS merupakan investasi sosial dengan kategori zero risk
investment, yaitu investasi yang tidak memiliki risiko kepada
investornya. Ini dikarenakan CWLS disalurkan kepada instrumen
SBSN yang dimana ditanggung oleh negara sehingga
pengembaliannya terjamin.
54
2) Uang yang diwakafkan kembali ke wakif setelah 5 tahun
CWLS merupakan instrumen investasi sosial yang bersifat
investasi temporer. Artinya uang yang disalurkan akan
dikembalikan kembali kepada investor setelah masa tenor CWLS
telah habis. Ini mungkin terjadi karena CWLS dijamin oleh negara
dan APBN negara cukup untuk melakukan pengembalian dana
pokok investasi CWLS.
3) CWLS sebagai investasi sosial sesuai syariah
CWLS merupakan investasi sosial yang berlandaskan prinsip
syariah. Ini diperkuat oleh Fatwa DSN MUI No. 69 mengenai
SBSN dan fatwa MUI No. 29 mengenai wakaf uang. Selain itu
CWLS juga telah diperkuat dengan UU No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006
Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
yang melandasi penerbitan CWLS sehingga dari sisi hukum dapat
diterapkan.
4) Kerja sama antara pihak terkait dalam penerbitan CWLS kuat
sehingga dapat diterbitkan
Kerja sama antara stakeholders terkait dalam menerbitkan
CWLS seri pertama sangat kuat. Ini terlihat dari kerjasama antara
BWI, BI, Kementerian Keuangan, dan LKSPWU dalam mencari
55
investor yang mau berinvestasi CWLS dengan metode private
placement, sehingga terkumpul dana sebesar Rp50.849.000.000.
5) CWLS ditawarkan kepada lembaga/ perusahaan sehingga
mendapat perhatian investor lembaga
CWLS mendapatkan dananya dengan cara melakukan private
placement pada seri pertama, yakni stakeholders menawarkan
CWLS kepada beberapa lembaga, baik sosial maupun komersial
untuk berinvestasi pada instrumen ini. Dengan dilakukannya
metode penghimpunan dana ini CWLS mendapat perhatian
investor lembaga yang memiliki sumber dana yang relatif besar.
6) Kegiatan dan laporan keuangan CWLS transparan kepada
wakif dengan adanya laporan penyaluran kupon dan laporan
pengelolaan CWLS
Wakif mendapatkan laporan penyaluran kupon dan laporan
pengelolaan CWLS sehingga terjadinya transparansi kepada para
wakif. Hal ini penting karena dapat meningkatkan kepercayaan
wakif, sehingga pada penerbitan CWLS selanjutnya para wakif
berminat untuk berinvestasi instrumen ini kembali.
b. Kelemahan (Weakness)
Dalam faktor strategis ini terdapat 6 kelemahan yang berasal dari
CWLS, yakni sebagai berikut:
56
Tabel 4.3 Faktor Strategis Weakness CWLS
No. Faktor Strategis
1. Pemerintah belum bisa memberikan transparansi proyek dari
dana pokok CWLS
2. Kurangnya sosialisasi ke masyarakat
3. Penggunaan teknologi untuk mengakses/ melakukan
invetsasi CWLS masih kurang optimal
4. Kemampuan manajemen keuangan beberapa nazhir yang
perlu ditingkatkan
5. Kendala pada pembukuan perusahaan umum, dimana
investasi dan sosial dipisah sehingga menimbulkan masalah
audit jika CWLS dilakukan
6. Sulitnya masyarakat umum mengakses laporan keuangan
CWLS
Sumber: Diolah
1) Pemerintah belum bisa memberikan transparansi proyek dari
dana pokok CWLS
Terdapat kebijakan dalam pemerintahan bahwa dana pokok
dalam SBSN tidak dapat ditransparansikan kepada publik, bahkan
investor. Dengan ketidakpastian proyek yang didasarkan oleh
CWLS ini membuat beberapa investor/ wakif menjadi ragu untuk
berinvestasi CWLS.
2) Kurangnya sosialisasi ke masyarakat
Sosialisasi kepada masyarakat kurang optimal dilakukan oleh
stakeholders. Ini berdampak pada literasi masyarakat mengenai
CWLS kurang baik sehingga proses penghimpunannya
membutuhkan waktu yang lama.
57
3) Penggunaan teknologi untuk mengakses/ melakukan invetsasi
CWLS masih kurang optimal
Penggunaan teknologi informasi pada penghimpunan CWLS
masih kurang optimal. Hal ini terlihat dari laman BNI Syariah
selaku salah satu LKSPWU dimana penghimpunan CWLS masih
jauh dari nilai penerbitan minimal.
4) Kemampuan manajemen keuangan beberapa nazhir yang
perlu ditingkatkan
Beberapa nazhir wakaf masih belum memiliki manajemen
pengelolaan keuangan yang baik Padahal hal ini sangat penting
bagi keberlanjutan dan pengembangan wakaf tunai.
5) Kendala pada pembukuan perusahaan umum, dimana
investasi dan sosial dipisah sehingga menimbulkan masalah
pembukuan jika CWLS dilakukan
Karena instrumen ini merupakan investasi sosial dimana
kepemilikan dilepas oleh perusahaan sehingga tidak bisa masuk
dalam neraca lembaga, meskipun dalam 5 tahun ke depan menjadi
pendapatan. CSR juga tidak bisa mengakomodir karena akan
bermasalah pada audit perusahaan, ini dikarenakan uang CWLS
tersebut akan kembali ke perusahaan sehingga akan bermasalah
pada audit perusahaan.
58
6) Sulitnya masyarakat umum mengakses laporan keuangan
CWLS
Laporan keuangan CWLS diberikan kepada investor/ wakif,
namun masyarakat publik tidak bisa mengakses laporan tersebut
sehingga tidak terjadi transparansi terhadap masyarkat. Hal ini
berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat dan penghimpunan
CWLS yang menjadi tersendat.
2. External Factor Analysis Strategy (EFAS)
Pada EFAS ini terdapat 2 unsur yang akan dibahas, yaitu opportunity
dan threat. Tidak jauh berbeda dengan IFAS, pada unsur EFAS peneliti
mengidentifikasi peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi
oleh CWLS. Setelah melakukan identifikasi, peneliti melakukan
wawancara dengan tujuh key person tersebut dan menghasilkan EFAS
sebagai berikut:
a. Peluang (Opportunity)
Dalam faktor strategis ini terdapat 7 peluang yang dihadapi oleh
CWLS, yakni sebagai berikut:
59
Tabel 4.4 Faktor Strategis Opportunity CWLS
No. Faktor Strategis
1. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim sehingga
memiliki pangsa pasar yang besar
2. Masyarakat Indonesia merupakan orang yang dermawan
sehingga memudahkan penghimpunan CWLS
3. Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar
di dunia
4. Potensi wakaf uang yang besar, yaitu Rp180 triliun
5. Penerbitan SBSN meningkat setiap tahun sehingga CWLS
memiliki prospek baik
6. Iklim politik Indonesia yang mendukung ekonomi syariah
berkembang
7. Regulasi tentang wakaf uang sudah ada
Sumber: Diolah
1) Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim sehingga
memiliki pangsa pasar yang besar
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Dengan persentase pendudduk sebesar 87,2%
dari total penduduk Indonesia. Dengan penduduk Muslim yang
besar dan semangat filantropi yang baik membuat CWLS
memiliki peluang dalam penghimpunannya.
2) Masyarakat Indonesia merupakan orang yang dermawan
sehingga mudah menghimpun CWLS
Berdasarkan penelitian dari Charities Aid Foundation (CAF)
World Giving Index 2018, Indonesia merupakan negara dengan
tingkat kedermawanan tertinggi di dunia. Dalam laporan tersebut
60
terlihat bahwa skor masyarakat untuk saling membantu sebesar
46%, berdonasi materi 78%, dan melakukan kegiatan sukarelawan
sebesar 53%. Ini menandakan bahwa CWLS memiliki peluang
untuk mendapatkan penghimpunan yang besar karena instrument
ini merupakan instrument investasi sosial.
3) Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di
dunia
Menurut Survei APJII 2018, pengguna internet di Indoneisa
mencapai 171,17 juta jiwa. Ini merupakan potensi yang sangat
besar, dimana sudah banyak masyarakat yang sadar akan
penggunaan teknologi informasi seperti internet. Hal ini membuka
peluang CWLS untuk diketahui secara lebih luas oleh calon
investor/ wakif.
4) Potensi wakaf uang yang besar, yaitu Rp180 triliun
Berdasarkan penelitian yang dilakukan BWI, potensi wakaf
uang di Indonesia sebesar Rp180 triliun. Namun penghimpunan
wakaf uang yang dilakukan baru sebesar Rp400 miliar pada 2017.
Hal ini menjadi peluang bagi CWLS untuk memenuhi potensi
tersebut agar lebih maksimal.
61
5) Penerbitan SBSN meningkat setiap tahun sehingga CWLS
memiliki prospek baik
Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia, SBSN yang beredar
selalu meningkat setiap tahun. Ini terlihat dari outstanding SBSN
pada tahun 2013 sebesar Rp144 triliun, lalu pada 2014, lalu pada
2015 meningkat menjadi Rp201 triliun, dan data terbaru pada
Maret 2016 outstanding SBSN sebesar Rp260 triliun. Terlihat
peningkatan SBSN yang selalu meningkat menandakan antusias
terhadap sukuk menjadi peluang bagi CWLS untuk dapat
berkembang.
6) Iklim politik Indonesia yang mendukung ekonomi syariah
berkembang
Ekonomi syariah di Indonesia mengalami perkembangan
salah satunya dikarenakan kebijakan pemerintah yang berpihak
kepada ekonomi syariah. Terdapat banyak regulasi yang telah
diterbitkan pemerintah seperti UU No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf, UU No. 19 Tahun 2008 Tentang SBSN, serta UU lainnya.
7) Regulasi wakaf uang sudah ada
Regulasi mengenai wakaf uang telah tertuang dalam UU No.
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Di dalam pasal tersebut telah
dijelaskan mengenai definisi wakaf uang. Hal ini memberikan
kepastian hukum bagi CWLS untuk diimplementasikan.
62
b. Ancaman (Threat)
Dalam faktor strategis ini terdapat 6 kekuatan yang berasal dari
CWLS, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.5 Faktor Strategis Threat CWLS
No. Faktor Strategis
1. Pengetahuan masyarakat terhadap wakaf uang maupun
CWLS terbatas
2. Kesadaran masyarakat untuk melakukan wakaf uang masih
rendah
3. Kondisi ekonomi tidak pasti karena wabah
4. Dalam UU ikrar wakaf harus dilakukan di hadapan nazhir
sehingga penghimpunan secara online kurang optimal
5. Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nazhir
wakaf
6. Adanya alernatif investasi sosial lain yang lebih digemari
investor
7. Sebagian masyarakat menilai wakaf tunai tidak sesuai
dengan syariah karena mengikuti mazhab Syafi’i
Sumber: Diolah
1) Pengetahuan masyarakat terhadap wakaf uang maupun CWLS
terbatas
Kendala terbesar dari penghimpunan CWLS ialah mayoritas
masyarakat belum mengenal produk CWLS, bahkan wakaf uang
itu sendiri. Dengan literasi yang rendah tersebut membuat
penghimpunan dan pelaksanaan CWLS dapat terhambat.
63
2) Kesadaran masyarakat untuk melakukan wakaf uang masih
rendah
Kesadaran masyarakat untuk berwakaf saat ini masih rendah.
Ini terlihat dari realisasi penghimpunan wakaf tunai yang tercatat
oleh BWI pada 2017 sebesar Rp400 Miliar. Padahal potensi wakaf
tunai jauh lebih besar dari itu.
3) Kondisi ekonomi tidak pasti karena wabah
Dunia saat ini mengalami pandemik Covid-19 yang membuat
perekonomian menurun. Ini selain berdampak pada sektor riil,
juga berdampak pada daya beli masyarakat. Hal ini menjadi
tantangan bagi CWLS untuk menarik investor melakukan
investasi sosial di tengah penurunan daya beli
4) Dalam UU ikrar wakaf harus dilakukan di hadapan nazhir
sehingga penghimpunan secara online kurang optimal
Dalam UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 17 ayat
1 mengatakan bahwa :
“ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di
hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi”.
Hal ini membuat LKSPWU ke sulitan untuk menghimpun
CWLS secara ritel atau online karena dapat melanggar UU
tersebut.
64
5) Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nazhir
wakaf
Mayoritas masyarakat kurang mempercayai nazhir wakaf di
Indonesia untuk mengelola dananya. Mereka lebih mempercayai
tokoh masyarakat setempat untuk mengelola aset wakaf
6) Adanya alernatif investasi sosial lain yang lebih digemari
investor
CWLS bukan satu-satunya instrumen filantropi maupun
investasi sosial di Indonesia. Dengan banyaknya pilihan investasi
sosial maupun filantropi di Indonesia membuat penghimpunan di
sektor ini menjadi terbagi. Belum lagi mayoritas masyarakat
belum mengenal dan memahami wakaf uang, terkhusus CWLS.
7) Sebagian masyarakat menilai wakaf tunai tidak sesuai dengan
syariah karena mengikuti mazhab Syafi’i
Masyarakat Indonesia mayoritas menganut mazhab Imam
Syafi’i dimana pada mazhab tersebut wakaf uang tidak
diperbolehkan. Meskipun sudah terdapat Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004, namun mayoritas tetap berpegang pada mazhab
tersebut sehingga masih banyak terdapat pertentangan tentang
wakaf tunai ini. Ini menjadi salah satu kendala yang membuat
CWLS menjadi sulit untuk diterima masyarakat.
65
C. Hasil Evaluasi Faktor IFAS dan EFAS
Peneliti melakukan komparasi antara hasil evaluasi IFAS dan EFAS
dengan bobot serta tanpa bobot. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi hasil
penelitian dari kedua metode tersebut, sehingga peneliti memiliki alternatif
strategi untuk memberikan solusi dari masalah CWLS.
1. Hasil Evaluasi Faktor IFAS dan EFAS Tanpa Bobot
Tahap ini peneliti membagi penjelasan penelitian ke dalam 2 tahap,
yakni evaluasi IFAS dan EFAS serta kuadran SWOT Pearce dan Robinson
untuk menggambarkan evaluasi tersebut. Peneliti memberikan hasil
berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden untuk
dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu penentuan prioritas strategi
berdasarkan hasil evaluasi IFAS dan EFAS. Setelah dilakukan evaluasi
IFAS dan EFAS, peneliti menentukan alternatif strategi yang diprioritaskan
dengan kuadran SWOT Pearce dan Robinson.
a. Evaluasi IFAS dan EFAS Tanpa Bobot
Evaluasi IFAS dan EFAS tanpa bobot dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 34 responden. Hasil evaluasi IFAS dan
EFAS tanpa bobot terdapat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut:
66
Tabel 4.6 Evaluasi IFAS Tanpa Bobot
No. KEKUATAN
(STRENGTH)
Rating
B
1. CWLS merupakan investasi sosial yang tidak
memiliki risiko (zero risk investment) karena
dijamin oleh negara
4,44
2. Uang yang diwakafkan kembali ke pihak pemberi
wakaf (wakif) setelah 5 tahun 3,85
3. CWLS sebagai investasi sosial sesuai syariah 4,65
4. Kerja sama antara pihak terkait dalam penerbitan
CWLS kuat sehingga dapat diterbitkan 3,97
5. CWLS ditawarkan kepada lembaga/ perusahaan
sehingga mendapat perhatian investor lembaga 3,91
6. Kegiatan dan laporan keuangan CWLS transparan
kepada wakif dengan adanya laporan penyaluran
kupon dan laporan pengelolaan CWLS
4,21
Total Kekuatan 25,03
No. KELEMAHAN
(WEAKNESS)
Rating
B
1. Pemerintah belum bisa memberikan transparansi
proyek dari dana pokok CWLS 3,53
2. Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 4,35
3. Penggunaan teknologi untuk mengakses/
melakukan invetsasi CWLS masih kurang optimal 4,03
4. Kemampuan manajemen keuangan beberapa nazhir
yang perlu ditingkatkan 4,32
5. Kendala pada pembukuan perusahaan umum,
dimana investasi dan sosial dipisah sehingga
menimbulkan masalah audit jika CWLS dilakukan
3,68
6. Sulitnya masyarakat umum mengakses laporan
keuangan CWLS 3,74
Total Kelemahan 23,65
Total Kekuatan – Total Kekurangan 1,38
Sumber: Data Diolah
67
Tabel 4.7 Evaluasi EFAS Tanpa Bobot
No. PELUANG
(OPPORTUNITY)
Rating
B
1. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim
sehingga memiliki pangsa pasar yang besar 4,76
2. Masyarakat Indonesia merupakan orang yang
dermawan sehingga memudahkan penghimpunan
CWLS
3,97
3. Indonesia merupakan salah satu pengguna internet
terbesar di dunia 3,97
4. Potensi wakaf uang yang besar, yaitu Rp180 triliun 4,09
5. Penerbitan SBSN meningkat setiap tahun sehingga
CWLS memiliki prospek baik 4,03
6. Iklim politik Indonesia yang mendukung ekonomi
syariah berkembang 3,74
7. Regulasi tentang wakaf uang sudah ada 3,56
Total Peluang 28,12
No. ANCAMAN
(THREAT)
Rating
B
1. Pengetahuan masyarakat terhadap wakaf uang
maupun CWLS terbatas 4,50
2. Kesadaran masyarakat untuk melakukan wakaf
uang masih rendah 4,41
3. Kondisi ekonomi tidak pasti karena wabah 3,79
4. Dalam UU ikrar wakaf harus dilakukan di hadapa
nazhir sehingga penghimpunan secara online
kurang optimal
3,00
5. Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap nazhir wakaf 3,85
6. Adanya alernatif investasi sosial lain yang lebih
digemari investor 3,56
7. Sebagian masyarakat menilai wakaf tunai tidak
sesuai dengan syariah karena mengikuti mazhab
Syafi’i
3,24
Total Ancaman 26,35
Total Peluang – Total Ancaman 1,77
Sumber: Data Diolah
68
b. Hasil Analisis IFAS dan EFAS
Telah diketahui masing-masing total nilai dari kedua variabel
tersebut. Hasil evaluasi IFAS menunjukkan bahwa total nilai yang
didapat adalah 1,38. Sedangkan hasil evaluasi EFAS adalah 1,77.
Kedua hasil evaluasi tersebut menunjukkan angka positif. Ini artinya
CWLS memiliki kekuatan yang baik dan peluang besar. Untuk
meggambarkan hasil evaluasi tersebut, berikut kuadran SWOT Pearce
dan Robinson pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
pada CWLS Tanpa Bobot
Sumber: Data Diolah
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
Opportunity
Threat
Strength
Weakness
(1,38 dan 1,77)
69
Berdasarkan evaluasi tersebut, maka alternatif strategi yang cocok
adalah strategi S-O, yaitu strategi yang bersifat agresif/ progresif.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menumbuhkan suatu produk agar
lebih besar.
2. Hasil Evaluasi IFAS dan EFAS Dengan Bobot
Pada tahap ini peneliti membagi penjelasan penelitian ke dalam 3
bagian, yakni penentuan bobot, evaluasi IFAS dan evaluasi EFAS, serta
hasil evaluasi IFAS dan EFAS yang digambarkan melalui kuadran SWOT
Pearce dan Robinson. Pada penentuan bobot, peneliti menjelaskan teknis
penentuan bobot agar berbagai faktor dari setiap variabel menjadi
proporsional. Setelah itu dilakukan evaluasi IFAS dan EFAS dengan
melakukan perkalian antara bobot dan rating yang didapat. Perkalian
tersebut menghasilkan evaluasi IFAS dan EFAS sehingga dapat diketahui
prioritas strategi yang diperlukan stakeholders.
a. Penentuan Bobot
Bobot yang digunakan pada penelitian kali ini adalah peneliti
mengambil rating dari tujuh key person. Peneliti membuat bobot
dengan nilai total 100 untuk variabel IFAS dan EFAS. Setiap faktor
dari masing-masing variabel tersebut memiliki bobot masing-masing
sesuai dengan rating yang telah ditentukan oleh tujuh key person tadi.
Setelah itu peneliti melakukan proporsionalitas rating tersebut yang
jika dijumlahkan akan menjadi 100. Bobot ini digunakan untuk
70
melakukan proporsionalitas terhadap variabel IFAS dan EFAS,
sehingga perhitungan yang dilakukan menjadi lebih relevan. Setelah
melakukan proprosionalitas, didapatkan bobot seperti tabel 4.8 dan
tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Bobot IFAS
No STRENGTH WEAKNESS
1. 9,48 6,03
2. 8,91 8,91
3. 10,06 8,05
4. 8,05 9,48
5. 8,05 6,90
6. 8,91 7,18
TOTAL TOTAL STRENGTH + TOTAL WEAKNESS
53,45 + 46,55 = 100
Sumber: Data Diolah
71
Tabel 4.9 Bobot EFAS
No. OPPORTUNITY THREAT
1. 8,71 8,44
2. 7,65 7,92
3. 7,65 6,33
4. 7,39 6,07
5. 7,39 7,12
6. 7,12 5,80
7. 7,65 4,75
TOTAL TOTAL OPPORTUNTY + TOTAL THREAT
53,56 + 46,44 = 100
Sumber: Data Diolah
b. Hasil Evaluasi IFAS dan EFAS Dengan Bobot
Hasil evaluasi IFAS dan EFAS ini didasarkan atas bobot yang
telah ditentukan oleh peneliti dan rating yang dipilih oleh responden.
Berikut merupakan hasil evaluasi IFAS yang terdiri dari 6 faktor
strength dan weakness serta 7 faktor EFAS opportunity dan threat.
72
Tabel 4.10 Evaluasi IFAS Dengan Bobot
No. KEKUATAN
(STRENGTH)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. CWLS merupakan investasi sosial yang tidak memiliki
risiko (zero risk investment) karena dijamin oleh
negara
9,48 4,44 42,11
2. Uang yang diwakafkan kembali ke pihak pemberi
wakaf (wakif) setelah 5 tahun 8,91 3,85 34,32
3. CWLS sebagai investasi sosial sesuai syariah 10,06 4,65 46,74
4. Kerja sama antara pihak terkait dalam penerbitan
CWLS kuat sehingga dapat diterbitkan 8,05 3,97 31,95
5. CWLS ditawarkan kepada lembaga/ perusahaan
sehingga mendapat perhatian investor lembaga 8,05 3,91 31,47
6. Kegiatan dan laporan keuangan CWLS transparan
kepada wakif dengan adanya laporan penyaluran
kupon dan laporan pengelolaan CWLS
8,91 4,21 37,47
Total Kekuatan
25,03 224,06
No. KELEMAHAN
(WEAKNESS)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. Pemerintah belum bisa memberikan transparansi
proyek dari dana pokok CWLS 6,03 3,53 21,30
2. Kurangnya sosialisasi ke masyarakat 8,91 4,35 38,78
3. Penggunaan teknologi untuk mengakses/ melakukan
invetsasi CWLS masih kurang optimal 8,05 4,03 32,42
4. Kemampuan manajemen keuangan beberapa nazhir
yang perlu ditingkatkan 9,48 4,32 41,00
5. Kendala pada pembukuan perusahaan umum, dimana
investasi dan sosial dipisah sehingga menimbulkan
masalah audit jika CWLS dilakukan
6,90 3,68 25,35
6. Sulitnya masyarakat umum mengakses laporan
keuangan CWLS 7,18 3,74 26,83
Total Kelemahan
23,65 185,68
Total kekuatan – Total Kekurangan 38,38
Sumber: Data Diolah
73
Tabel 4.11 Evaluasi EFAS Dengan Bobot
No. PELUANG
(OPPORTUNITY)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim sehingga memiliki
pangsa pasar yang besar 8,71 4,76 41,49
2. Masyarakat Indonesia merupakan orang yang dermawan
sehingga memudahkan penghimpunan CWLS 7,65 3,97 30,38
3. Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di
dunia 7,65 3,97 30,38
4. Potensi wakaf uang yang besar, yaitu Rp180 triliun 7,39 4,09 30,20
5. Penerbitan SBSN meningkat setiap tahun sehingga CWLS
memiliki prospek baik 7,39 4,03 29,77
6. Iklim politik Indonesia yang mendukung ekonomi syariah
berkembang 7,12 3,74 26,61
7. Regulasi wakaf uang sudah ada 7,65 3,56 27,23
Total Peluang
28,12 216,06
No. ANCAMAN
(THREAT)
Bobot
A
Rating
B
Total
C (A x B)
1. Pengetahuan masyarakat terhadap wakaf uang maupun CWLS
terbatas 8,44 4,50 37,99
2. Kesadaran masyarakat untuk melakukan wakaf uang masih
rendah 7,92 4,41 34,92
3. Kondisi ekonomi tidak pasti karena wabah 6,33 3,79 24,03
4. Dalam UU ikrar wakaf harus dilakukan di hadapa nazhir
sehingga penghimpunan secara online kurang optimal 6,07 3,00 18,21
5. Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nazhir
wakaf 7,12 3,85 27,45
6. Adanya alernatif investasi sosial lain yang lebih digemari
investor 5,80 3,56 20,66
7. Sebagian masyarakat menilai wakaf tunai tidak sesuai dengan
syariah karena mengikuti mazhab Syafi’i 4,75 3,24 15,37
Total Ancaman 26,35 178,62
Total Peluang – Total Ancaman 37,44
Sumber: Data Diolah
74
c. Hasil Analisis IFAS dan EFAS Dengan Bobot
Telah diketahui masing-masing total nilai dari kedua variabel tersebut.
Hasil evaluasi IFAS menunjukkan bahwa total nilai yang didapat adalah
38,38. Sedangkan hasil evaluasi EFAS adalah 37,44. Kedua hasil evaluasi
tersebut menunjukkan angka positif. Ini artinya CWLS memiliki kekuatan
yang baik dan peluang besar. Untuk meggambarkan hasil evaluasi tersebut,
berikut kuadran SWOT Pearce dan Robinson pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
pada CWLS Dengan Bobot
Sumber: Data Diolah
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
Strength
Weakness
Threat
Opportunity (38,38 dan 37,44 )
75
Berdasarkan evaluasi tersebut, maka alternatif strategi yang cocok
adalah strategi S-O, sama seperti hasil evaluasi IFAS dan EFAS tanpa
bobot sebelumnya. CWLS memiliki kekuatan dan peluang yang besar
sehingga stakeholders. Ini menunjukkan bahwa stakeholders perlu
membuat strategi bersifat competitive advanteges untuk memperluas
jaringan CWLS agar semakin besar dan memiliki dampak yang luas.
D. Matriks SWOT CWLS dan Alternatif Strategi
Setelah mengetahui prioritas strategi yang perlu dilakukan melalui kuadran
SWOT Pearce dan Robinson, kali ini kita memasuki tahap interaksi matriks
SWOT. Pada tahap ini peneliti menghubungkan interaksi antar variabel SWOT
dalam sebuah matriks untuk menemukan strategi. Strategi dibuat dengan
melihat interaksi antara variabel IFAS dan EFAS. Dalam matriks ini terbagi 4
kuadran strategi yaitu S-O, S-T, W-O, dan WT. Tabel 4.12 dan 4.13
menunjukkan matriks SWOT dari CWLS sebagai berikut.
76
Tabel 4.12 Matriks SWOT Cash Waqf Linked Sukuk
STRENGTH – WEAKNESS/
OPPORTUNITY – THREAT
KEKUATAN
(STRENGTH)
1. CWLS merupakan investasi
sosial yang tidak memiliki
risiko (zero risk investment)
karena dijamin oleh negara
2. Uang yang diwakafkan kembali
ke pihak wakif setelah 5 tahun
3. CWLS sebagai investasi sosial
sesuai syariah
4. Kerja sama antara pihak terkait
dalam penerbitan CWLS kuat
sehingga dapat diterbitkan
5. CWLS ditawarkan kepada
lembaga/ perusahaan sehingga
mendapat perhatian investor/
wakif lembaga
6. Kegiatan dan laporan keuangan
CWLS transparan kepada wakif
dengan adanya laporan
penyaluran kupon dan laporan
pengelolaan CWLS
KELEMAHAN
(WEAKNESS)
1. Pemerintah belum bisa
memberikan transparansi
proyek dari dana pokok CWLS
2. Kurangnya sosialisasi ke
masyarakat
3. Penggunaan teknologi untuk
mengakses/ melakukan
invetsasi CWLS masih kurang
optimal
4. Kemampuan manajemen
keuangan beberapa nazhir yang
perlu ditingkatkan
5. Kendala pada pembukuan
perusahaan umum, dimana
investasi dan sosial dipisah
sehingga menimbulkan
masalah audit jika CWLS
dilakukan
6. Sulitnya masyarakat umum
mengakses laporan keuangan
CWLS
PELUANG
(OPPORTUNITY)
1. Mayoritas penduduk Indonesia
adalah Muslim sehingga
memiliki pangsa pasar yang
besar
2. Masyarakat Indonesia
merupakan orang yang
dermawan sehingga
memudahkan penghimpunan
CWLS
3. Indonesia merupakan salah
satu pengguna internet terbesar
di dunia
4. Potensi wakaf uang yang besar,
yaitu Rp.180 triliun
5. Penerbitan SBSN meningkat
setiap tahun sehingga CWLS
memiliki prospek baik
6. Iklim politik Indonesia yang
mendukung ekonomi syariah
berkembang
7. Regulasi wakaf uang sudah ada
STRATEGI SO
1. Digitalisasi wakaf uang untuk
menarik dan memudahkan akses
wakif dari sektor pengguna
internet
2. Pengumpulan dana dengan cara
ritel untuk menjangkau lebih
banyak investor/ wakif individu
STRATEGI WO
1. Melakukan adjustment pada
CWLS sehingga dapat diterima
sistem pembukuan perusahaan
umum
2. Menjadikan hutan wakaf
sebagai underlying asset CWLS
77
Tabel 4.13 Matriks SWOT Cash Waqf Linked Sukuk (Lanjutan)
ANCAMAN
(THREAT)
1. Pengetahuan masyarakat
terhadap wakaf uang maupun
CWLS terbatas
2. Kesadaran masyarakat untuk
melakukan wakaf uang masih
rendah
3. Kondisi ekonomi tidak pasti
karena wabah
4. Dalam UU ikrar wakaf harus
dilakukan di hadapa nazhir
sehingga penghimpunan secara
online kurang optimal
5. Kurangnya tingkat
kepercayaan masyarakat
terhadap nazhir wakaf
6. Adanya alternatif investasi
sosial lain yang lebih digemari
investor
7. Sebagian masyarakat menilai
wakaf tunai tidak sesuai
dengan syariah karena
mengikuti mazhab Syafi’i
STRATEGI ST
1. Melakukan penyesuaian dan
penguatan regulasi wakaf agar
implementasi CWLS optimal
2. Penggunaan dana pokok
maupun bagi hasil CWLS
dialokasikan untuk penanganan
wabah Covid-19, seperti
pengadaan alat medis
STRATEGI WT
1. Melakukan Social Media
Campaign secara masif agar
meningkatkan literasi dan
minat masyarakat berwakaf
uang
2. Pelatihan dan bimbingan dari
BWI, Bank syariah dan nazhir
wakaf professional kepada
nazhir wakaf lainnya.
Sumber: Data Diolah
Sesuai dengan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan sebelumnya,
strategi yang diprioritskan adalah strategi S-O yang berorientasi pada
pertumbuhan. Berikut penjelasan mengenai strategi S-O tersebut:
1. Strategi S-O
a. Digitalisasi wakaf uang untuk menarik dan memudahkan akses
wakif dari sektor pengguna internet
Digitalisasi wakaf dilakukan untuk memudahkan akses
berinvestasi CWLS kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dengan
mengadaptasikan wakaf menjadi e-payment dengan cara membuat
78
suatu platform khusus untuk membayar wakaf ataupun bekerjasama
dengan platform tertentu seperti kitabisa.com di sektor sosial maupun
e-commerce seperti Bukalapak untuk menyasar pangsa pasar yang ada.
Dan dari platform tersebut wakaf uang akan dihimpun oleh LKSPWU
yang kemudian akan disalurkan ke nazhir wakaf untuk dikelola. Dalam
kasus CWLS, wakaf uang yang terkumpul akan disalurkan ke BWI
dan kemudian dibelikan SBSN. Dengan kata lain, digitalisasi wakaf
memiliki banyak manfaat, dari integrasi sistem keuangan antara nazhir
dengan lembaga keuangan syariah hingga tersedianya big data. Hal ini
sudah dilakukan oleh instrumen zakat yang dikelola oleh BAZNAS.
b. Pengumpulan dana dengan cara ritel untuk menjangkau lebih
banyak investor/ wakif individu
CWLS seri SW001 diterbitkan dengan skema private placement
pada penerbitan pertamanya. CWLS perlu melakukan penghimpunan
dengan cara lain untuk memperluas pasar, salah satu caranya adalah
dengan CWLS ritel. Dengan penghimpunan secara ritel dapat
memperluas pasar investor/ wakif individu sehingga dapat menjangkau
wakif yang sebelumnya belum terjangkau. Namun perlu diingat, bahwa
CWLS ini adalah instrumen investasi sosial, sehingga dalam
penghimpunan dengan cara ritel perlu pendekatan yang berbeda. Cara
yang dapat ditempuh ialah menerapkan poin S-O pertama tadi. Dengan
memasarkan CWLS maupun produk wakaf uang lainnya melalui
79
kerjasama platform sosial seperti kitabisa.com maupun yang lainnya
untuk menjangkau investor/ wakif individu.
Dengan digitalisasi wakaf membuat akselerasi instrumen ini semakin
efektif dan efisien. Manfaat yang dirasakan ialah digitalisasi dapat membuat
nazhir terintegrasi dengan LKSPWU dan platform internet lainnya sehingga
mempercepat penghimpunan dan menghasilkan big data yang diperlukan
(Berakon et al., 2017; Hadi Ryandono, 2019). CWLS perlu melakukan strategi
ini ke depan, mengingat zakat sudah mengaplikasikan hal yang sama dengan
melakukan digitalisasi zakat (Muneeza & Nadwi, 2019; Swandaru, 2019).
Selain digitalisasi wakaf, strategi S-O lainnya yaitu membuat
penghimpunan CWLS ditambahkan dengan metode ritel dapat menambah
variasi pengumpulan instrumen ini. Sukuk ritel memiliki peran penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia (Fitrianto, 2019). Dengan membuat CWLS
ini dihimpun dengan metode ritel dapat menjangkau investor individu dan
membuat masyarakat berperan dalam pembangunan nasional.
Secara keseluruhan, dua strategi tersebut dimaksudkan untuk memperkuat
CWLS serta menambah akselerasi penghimpunan. Dengan semakin
meningkatnya penggunaan CWLS maka implementasi Socially Responsible
Investment (SRI) di Indonesia dapat lebih optimal karena instrumen ini
menggerakkan sektor riil dan sosial (Ismal et al., 2015).
80
Selain strategi S-O yang menjadi strategi prioritas, terdapat strategi lain
yang dapat dipertimbangkan. Strategi-strategi ini berguna sebagai pelengkap
jika stakeholders merasa perlu strategi lain untuk melengkapi strategi prioritas.
Strategi tersebut terdiri dari strategi W-O, S-T, dan W-T. Berikut penjelasan
mengenai berbagai strategi tersebut:
1. Strategi W-O
a. Melakukan adjustment pada CWLS sehingga dapat diterima
sistem pembukuan perusahaan umum
Penyesuaian sistem pembukuan pada CWLS diperlukan agar
perusahaan maupun lembaga umum dapat berinvestasi di CWLS.
Untuk memudahkan perusahaan umum mengakses CWLS, instrumen
tersebut dapat dijadikan wakaf abadi sehingga dapat menyerap CSR.
Ini dikarenakan ketentuan CSR perusahaan umum yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang forum
tanggungjawab dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejehteraan
sosial. Hal ini dilakukan agar perusahaan maupun lembaga tersebut
dapat terhindar dari pelanggaran pembukuan perusahaan. Dengan
penyelarasan tersebut dapat membuat peluang lembaga maupun
perusahaan umum untuk menjadi wakif CWLS lebih terbuka.
81
b. Menjadikan hutan wakaf sebagai underlying asset CWLS
Dengan memastikan suatu proyek tertentu dari CWLS dapat
memberikan kepastian penyaluran dana pokok CWLS kepada investor/
wakif. Hal ini berguna untuk meningkatkan kepercayaan investor/
wakif terhadap kredibilitas CWLS. Selain itu dengan adanya
underlying asset dapat membuat CWLS lebih stabil dan terhindar dari
transaksi gharar. Hutan wakaf dapat menjadi underlying asset CWLS
karena memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat dan lingkungan.
Dengan mendapatkan pembiayaan dari CWLS, hutan wakaf dapat
menjadi lebih produktif dengan memanfaatkan dana pokok untuk
pengembangan hutan wakaf. Hutan wakaf dapat menyerap tenaga
kerja di sektor pertanian maupun perkebunan karena hutan dapat
diintegrasikan dengan kedua sektor tersebut. Hasil panen hutan wakaf
dapat diserap oleh pemerintah untuk dijadikan bantuan sosial ataupun
dijual oleh petani sebagai hasil pengelolaannya.
2. Strategi S-T
a. Melakukan penyesuaian dan penguatan regulasi wakaf agar
implementasi CWLS optimal
Memperkuat regulasi untuk CWLS diperlukan untuk membuat
landasan yang lebih kuat. Pada UU No. 21 Tahun 2004 Tentang Wakaf
dijelaskan mengenai wakaf uang. Namun perlu disadari UU ini butuh
perbaikan, sehingga membutuhkan penyesuaian dan penguatan untuk
82
menunjang pelaksanaan CWLS. Beberapa diantaranya seperti
memperjelas ikrar wakaf pada pasal 17 ayat 1 UU No. 41 Tahun 2004
dimana penjelasan skema ikrar wakaf, baik online maupun offline
perlu diperjelas agar LKSPWU tidak melanggar konstitusi dalam
upaya menghimpun CWLS melalui online. Selain itu, memasukkan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai salah satu nazhir karena
mereka yang lebih memahami manajemen keuangan dan risiko.
b. Penggunaan dana pokok maupun bagi hasil CWLS dialokasikan
untuk penanganan wabah Covid-19
Saat ini di dunia, termasuk Indonesia sedang mengalami krisis
kesehatan dan ekonomi karena wabah Covid-19. Menurut laman
covid.go.id, per tanggal 22 Juni 2020 kasus Covid-19 di Indonesia
sebesar 46.845 jiwa dengan pertambahan kasus positif yang terus
meningkat. CWLS sebagai salah satu instrumen investasi sosial dapat
menjadi alternatif pembiayaan untuk mengatasi pendanaan krisis
tersebut. Baik dana pokok yang disalurkan untuk keperluan medis
seperti pembangunan tenda rumah sakit maupun imbal hasil CWLS
untuk kebutuhan mauquf ‘alaih seperti kebutuhan pokok.
3. Strategi W-T
a. Melakukan Social Media Campaign secara masif untuk
meningkatkan literasi dan minat masyarakat berwakaf uang
83
Melakukan Social Media Campaign secara masif melalui sosial
media berguna untuk meningkatkan literasi dan minat masyarakat agar
memahami serta berinvestasi di CWLS. Dompet Dhuafa pada 2019
melakukan sosialiasi wakaf dengan tema “Wake Up! Wakaf”, namun
sosialisasi tersebut melalui sosial media kurang optimal. Dilansir berita
resmi PUSKAS BAZNAS tahun 2020 yang berjudul “The Zakat
Campaign and Its Effectiveness Score”, masyarakat saat ini lebih
menyukai dan sering mengakses serta menyerap informasi melalui
media sosial. Peluang tersebut harus lebih dimanfaatkan dengan cara
mengemas sosialisasi tersebut secara kreatif melalui media sosial.
b. Pelatihan dan bimbingan dari BWI, Bank syariah dan nazhir
wakaf professional kepada nazhir wakaf lainnya
Perlu dilakukan pelatihan secara intensif dan berkelanjutan kepada
para nazhir wakaf sehingga mereka menjadi nazhir yang profesional
dan memiliki kredibiltas yang tinggi. Sistem yang digunakan adalah
projek yang dilakukan berbasis kerjasama, dimana BWI, bank syariah
dan nazhir profesional mengajak atau merekrut nazhir wakaf yang
kurang profesional dalam mengerjakan suatu projek, sehingga terjadi
transfer knowledge pada nazhir tersebut. Bimbingan dan mentoring
dilakukan selama projek berlangsung agar nazhir yang dilatih tersebut
lebih terarah.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peneliti merumuskan dan menganalisis faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan yang dimiliki CWLS. Hasilnya
adalah terdapat 6 faktor kekuatan dan kelemahan yang terangkum
dalam IFAS serta 7 faktor peluang dan tantangan yang terangkum
dalam EFAS. Faktor-faktor tersebut dianalisis menggunakan analisis
SWOT untuk menemukan prioritas strategi yang dibutuhkan oleh
stakeholders agar dapat mengembangkan CWLS seri berikutnya.
2. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, terlihat bahwa nilai total
SWOT yang terbagi dalam IFAS maupun EFAS adalah (38,38 dan
37,44). Dengan begitu, maka strategi yang perlu diprioritaskan
stakeholders adalah strategi S-O, dimana strategi ini melakukan bersifat
ekspansif untuk meningkatkan pertumbuhan CWLS. Strategi S-O
tersebut adalah pertama, digitalisasi wakaf uang untuk menarik dan
memudahkan akses wakif dari sektor pengguna internet serta yang
kedua pengumpulan dana dengan cara ritel untuk menjangkau lebih
banyak investor/ wakif individu.
85
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis SWOT, prioritas strategi yang dibutuhkan adalah
strategi S-O yang berorientasi pertumbuhan. Namun berdasarkan tinjauan teori
mengenai analisis SWOT terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Kelebihannya yaitu analisis SWOT dapat merumuskan strategi dengan lebih
baik karena meninjau dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta
mempertimbangkan peluang dan tantangan yang dihadapi. Namun analisis
SWOT ini memiliki kelemahan, salah satunya ialah “the blue sky problem”.
Oleh karena itu, stakeholders CWLS perlu meninjau kembali prioritas strategi
yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan yang terbaik.
Bagi para calon investor atau wakif CWLS, peneliti menyarankan untuk
ikut aktif dalam mengembangkan instrumen sosial berkelanjutan ini. Dengan
mengambil peran sebagai wakif dapat membuat dampak sosial dan ekonomi
yang baik dikarenkan uang yang disalurkan oleh CWLS tidak hanya untuk
sektor riil, melainkan juga kepada mauquf ‘alaih.
Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk meneliti CWLS
dalam ranah kuantitatif. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebh objektif
karena berdasarkan laporan atau kejadian yang riil. Selain itu, penelitian
kuantitatif mengenai CWLS berguna untuk melengkapi penelitian ini agar
mendapatkan perspektif yang lebih luas.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Qur’an
Ayub, Muhammad. (2009). Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Direktorat Jendral Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko. (2017). Investasi
Syariah Melalui Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara). Jakarta:
Kemeterian Keuangan RI.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam. (2006). Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Esterberg, Kristin G. (2002). Qualitative Methods In Social Research. New
York: Mc Graw Hill.
Halim, Abdul. (2005). Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press.
Ilchman, Warren F., Stanley N. Katz, dan Edward L. Queen II (ed.). (2006).
Philanthropy in the World Traditions (Filantropi di Berbagai Tradisi
Dunia). Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture (CSRC).
Kotler, Philip dan Keller, K.L. (2009). Manajemen Pemasaran. Indeks.
Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Parsudi Suparlan, dkk. (2005). Investasi Sosial. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Sosial Departemen Sosial RI.
87
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina M. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rangkuti, Freddy. (2016). Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Saluu, J. (2015). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik
dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo.
Soesilo, Nining. (2002). Manajemen Strategik Di Sektor Publik: Pendekatan
Praktis. Jakarta: Magister Perencanaan & Kebijakan Publik FEUI.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sujarweni V.W. (2015). Metode Penelitian Bisnis Ekonomi. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Usman, Rachmadi. (2009). Hukum Perwakafan Di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika.
Winarno, Surahmad. (1998). Pengantar Penelitian Sosial Dasar Metode
Tehnik. Bandung: Tarsito.
Jurnal
Afshar, T. A. (2013). Compare and Contrast Sukuk ( Islamic Bonds ) with
Conventional Bonds , Are they Compatible ? Journal of Global Business
Management, 9(1), 44–52.
Ahmad, M. (2015). Role of Waqf in Sustainable Economic Development and
Poverty Alleviation: Bangladesh Perspective. Journal of Law, 42, 2224–
3259.
88
Anggraini, R. (2019). Cash Waqf Linked Sukuk Menurut Perspektif Hukum
Islam. Saqifah Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 4(1), 33–50.
Arif, M. N. R. Al. (2012). Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya
Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan. Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu
Syari’ah Dan Hukum, Vol. 46 No(February), 298–314.
Azifah, N., & Indah, M. (2016). Analisis Risiko Dan Imbal Hasil Fortofolio
Pasar Modal Syariah Dan Pasar Modal Konvensional. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis, 21(1), 178787. https://doi.org/10.35760/eb.
Berakon, I., Irsad, A. M., Hanif, N. N., Yasinta, F., Ekonomi, F., Uin, I., &
Kalijaga, S. (2017). E-Payment: Inovasi Layanan Penghimpunan Dan
Redistribusi Wakaf Uang Berbasis Online dalam Percepatan Pembangunan
Ekonomi Indonesia. Jurnal Al Qardh, Volume V, Nomor 1, Juli 2017, 1,
26–41.
Brammer, S. J., Williams, G. A., & Zinkin, J. (2007). Religion and Attitudes to
Corporate Social Responsibility in a Large Cross-Country Sample. SSRN
Electronic Journal, April 2006, 1–23. https://doi.org/10.2139/ssrn.905182
Chatzitheodorou, K., Skouloudis, A., & Evangelinos, K. (2019). Exploring
socially responsible investment perspectives : A literature mapping and an
investor classification. Sustainable Production and Consumption,
13(xxxx), 1–13. https://doi.org/10.1016/j.spc.2019.03.006
Darus, F., Ahmad Shukri, N. H., Yusoff, H., Ramli, A., Mohamed Zain, M., &
Abu Bakar, N. A. (2017). Empowering social responsibility of Islamic
organizations through Waqf. Research in International Business and
Finance, 42, 959–965. https://doi.org/10.1016/j.ribaf.2017.07.030
Eccles, N. S., & Viviers, S. (2011). The Origins and Meanings of Names
89
Describing Investment Practices that Integrate a Consideration of ESG
Issues in the Academic Literature. Journal of Business Ethics, 104(4),
449–460. https://doi.org/10.1007/S10551-01
Faiza, N. A. R. (2019). Cash Waqf Linked Sukuk Sebagai Pembiayaan
Pemulihan Bencana Alam di Indonesia. UIN Sunan Ampel Surabaya.
https://wakafhasanah.bnisyariah.co.id/project/98
Fitrianto. (2019). Sukuk Instrumen Pembiayaan Pemerintah untuk
Pembangunan Negara. At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi, 10(1), 71.
Hadi Ryandono, M. N. (2019). Fintech Waqaf: Solusi Permodalan Perusahaan
Startup Wirausaha Muda. Jurnal Studi Pemuda, 7(2), 111.
https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.39347
Hardi, E. A. (2015). Analisis Peluang Dan Ancaman Produk Pasar Modal: Studi
Kasus Sukuk Di Indonesia. Kontekstualita, 30(2), 166–182.
Ismail Abdel Mohsin, M. (2013). Financing through cash-waqf: a revitalization
to finance different needs. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, 6(4), 304–321.
https://doi.org/10.1108/IMEFM-08-2013-0094
Ismal, R., Muljawan, D., Chalid, M., Kashoogie, J., & Sastrosuwito, S. (2015).
Awqaf Linked Sukuk to Support The Economic Development. Occasional
Paper, 1.
Mahamood, S. M., & Rahman, A. A. (2015). Financing Universities through
waqf, pious endowment: is it possible? Humanomics, 32(1), 19–32.
Mauluddin, M. I., & Rahman, A. A. (2018). Cash Waqf From the Perspective
of Majelis Ulama Indonesia (MUI) and the Scholars of Aceh: An Analysis
. New Developments in Islamic Economics, 49–66.
90
https://doi.org/10.1108/978-1-78756-283-720181004
Muneeza, A., & Nadwi, S. (2019). The Potential of Application of Technology-
Based Innovations for Zakat Administration in India. International
Journal of Zakat, 4(2), 87–100. https://doi.org/10.37706/ijaz.v4i2.191
Musari, K. (2016). Waqf -Sukuk , Enhancing the Islamic Finance for Economic
Sustainability. World Islamic Countries University Leaders Summit 2016,
2016(November 2016), 1–16.
Purwanto, N. P., & Mangeswuri, D. R. (2011). Pengaruh Investasi Asing dan
Hutang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, 2(2), 681–706.
Rusydiana, A. S. (2019). Bagaimana Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia ? Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 5(1), 17.
Sulaiman, M., Adnan, M. A., & Nor, P. N. S. M. M. (2009). Trust Me ! A Case
Study of the International Islamic University Malaysia ’ s Waqf Fund.
Review of Islamic Economics, 13(1), 69–88.
Swandaru, R. (2019). Zakat Management Information System: E-Service
Quality and Its Impact on Zakat Collection in Indonesia. International
Journal of Zakat, 4(2), 41–72. https://doi.org/10.37706/ijaz.v4i2.190
Tahmoures, A. A. (2013). Compare and Contrast Sukuk ( Islamic Bonds ) with
Conventional Bonds , Are they Compatible ? Journal of Global Business
Management, 9(1), 44–52.
Uyun, Q. (2015). Zakat, Infaq, Shadaqah, Dan Wakaf Sebagai Konfigurasi
Filantropi Islam. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 2(2), 218.
https://doi.org/10.19105/islamuna.v2i2.663
91
Vo, N. N. Y., He, X., Liu, S., & Xu, G. (2019). Deep learning for decision
making and the optimization of socially responsible investments and
portfolio. Decision Support Systems, 124(February), 113097.
https://doi.org/10.1016/j.dss.2019.113097
Regulasi
Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002
Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia No. 69/DSN-MUI/VI/2008
Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 29 Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Forum
Tanggungjawab Dunia Usaha Dalam Penyelenggaraan Kesejehteraan
Sosial
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
Report
Bank Indonesia (2020). Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Tahun 2019.
KNKS. (2019). Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024.
https://knks.go.id/storage/upload/1573459280-
Masterplan%20Eksyar_Preview.pdf
Website dan Berita
APJII. (2018). Hasil Survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia
2018. Accessed June 7th, 2020. https. Retrieved from
https://www.apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-SurveiPenetrasi-dan-
Perilaku-Pengguna-Internet-Indonesia-2018.
92
Badan Wakaf Indonesia. (2018). Cash Waqf Linked Sukuk. Accessed April 6th,
2020. Retrieved from https://www.bwi.go.id/cash-waqf-linked-sukuk/.
Badan Wakaf Indoensia. (2019). Data Tanah Wakaf Bersertifikat di Indoensia.
Accessed April 5th, 2020. Retrieved from https://www.data.bwi.go.id/.
Badan Aamil Zakat Nasional. (2020). The Zakat Campaign and Its Eectiveness
Score. Accessed July 16th, 2020. Retrieved from
https://www.puskasbaznas.com/publications/officialnews/1253-the-zakat-
campaign-and-its-effectiveness-score.
Charities Aid Foundation. (2018). CAF World Giving Index 2018. Accessed
June 7th, 2020. Retrieved from https://www.cafonline.org/docs/default-
source/about-us-
publications/caf_wgi2018_report_webnopw_2379a_261018.pdf.
CNBCIndonesia.com. (2020). Mencari Format Baru Pembiayaan Infrastruktur
Berbasis Syariah. Accessed April 7th, 2020. Retrieved from
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200306151648-4-
143032/mencari-format-baru-pembiayaan-infrastruktur-berbasis-syariah.
DJPPR Kemenkeu RI. (2020). Posisi Surat Berharga Negara. Accessed June
2nd, 2020 Retrieved from https://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/22.
Indonesia.go.id. (2017). Agama. Accessed May 31th, 2020. Retrieved from
https://www.indonesia.go.id/profil/agama.
Republika.com. (2018). Pemerintah Segera Luncurkan Wakaf Linked Sukuk.
Accessed April 7th, 2020. Retrieved from
https://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/10/04/pg2yif382-pemerintah-segera-luncurkan-wakaf-link-
sukuk.
93
Republika.com. (2020). Seri Cash Waqf Linked Sukuk Akan Ditawarkan Untuk
Ritel. Accessed April 7th, 2020. Retrieved from
https://republika.co.id/berita/q72jxm370/seri-cash-waqf-linked-sukuk-
akan-ditawarkan-untuk-ritel.
Wartaekonomi.co.id. (2019). Dompet Dhuafa Luncurkan WakeUp! Wakaf, Apa
Tuh?. Accessed July 17th, 2020. Retrieved from
https://www.wartaekonomi.co.id/read248683/dompet-dhuafa-luncurkan-
wakeup-wakaf-apa-tuh.
94
LAMPIRAN 1
KUESIONER MATRIKS ANALISIS SWOT CWLS
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya Muhammad Zaid Farhand, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya mengadakan penelitian tentang “Analisis
SWOT Terhadap Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Seri SW001 sebagai
Evaluasi Penghimpunan”. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
memberikan analisis SWOT kepada pihak terkait mengenai CWLS agar
instrumen tersebut dapat lebih optimal. Oleh karena itu, peneliti mohon izin
kepada Saudara/i untuk membantu menjawab kuesioner yang telah disediakan.
Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi Anda, para stakeholders
maupun masyarakat sekitar. Atas perhatian dan kerjasamanya peneliti ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat Saya,
Muhammad Zaid Farhand
95
Biodata Responden Penelitian
Nama :
Kelamin :
Usia :
Status :
Pekerjaan :
Jabatan :
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari responden, baik dalam
wawancara maupun kuesioner.
2. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan
secara langsung (tidak menunda untuk menghindari ketidak kosistensian
atas jawaban).
3. Respoden berhak menambah atau mengurangi hal-hal yang sudah
tercantum dari kuesioner ini atau memiliki pandangan berbeda dengan
dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan argumen
yang kuat.
4. Pada pernyataan berikut, berikan penilaian atau rangking (1-5), sesuai
dengan jawaban yang paling sesuai. Berikut kategori masing-masing
tingkat penilaian:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Biasa Saja
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
5. Penentuan rangking merupakan pendapat pribadi dari responden.
96
Introduksi Alur Cash Waqf Linked Sukuk
Alur Cash Waqf Linked Sukuk berdasarkan aturan BWI adalah:
1. Pemberi wakaf uang (Wakif) mewakafkan uangnya kepada Nazhir
Wakaf (BWI) melalui BNI Syariah atau Bank Muamalat Indonesia
selaku Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU).
Wakif dapat melakukan wakaf berjangka maupun wakaf abadi.
2. Wakif datang langsung ke LKSPWU melalui kantor cabang maupun
pusat, atau melakukan wakaf secara online sesuai platform yang
disediakan LKSPWU tersebut.
3. Wakaf uang yang terkumpul minimal Rp50 miliar akan dibelikan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN).
4. SBSN yang dibeli tersebut digunakan untuk mendanai projek APBN
5. Hasil dari projek tersebut (imbal hasil sukuk) akan disalurkan oleh BWI
kepada masyarakat yang membutuhkan (mauquf ‘alaih) secara berkala.
Pada penerbitan CWLS seri SW001 sedikit berbeda alurnya, dikarenakan
metode yang digunakan adalah private placement (penawaran SBSN kepada
investor tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan). Berikut alur CWLS dengan
metode private placement:
1. Kementerian Keuangan dan BWI menawarkan CWLS kepada beberapa
investor, dalam hal ini perusahaan atau lembaga sosial seperti BPKH,
Dompet Dhuafa, beberapa bank syariah, dan lembaga lainnya.
2. SBSN dibeli investor hingga mencapai minimal Rp50 miliar.
3. SBSN yang dibeli tersebut digunakan untuk mendanai projek APBN.
4. Hasil dari projek tersebut (imbal hasil sukuk) akan disalurkan oleh BWI
kepada masyarakat yang membutuhkan (mauquf ‘alaih) secara berkala.
97
KUESIONER CASH WAQF LINKED SUKUK
INTERNAL
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 CWLS merupakan investasi
sosial yang tidak memiliki
risiko (zero risk investment)
karena dijamin oleh negara
2 Uang yang diwakafkan
dipastikan kembali ke pihak
pemberi wakaf (wakif)
setelah 5 tahun
3 CWLS sebagai investasi
sosial sesuai syariah
4 Kerja sama antara pihak
terkait dalam penerbitan
CWLS kuat sehingga dapat
diterbitkan
5 CWLS ditawarkan kepada
lembaga/ perusahaan
sehingga mendapat perhatian
investor lembaga
6 Kegiatan dan laporan
keuangan CWLS transparan
98
kepada wakif dengan adanya
laporan penyaluran kupon
dan laporan pengelolaan
CWLS
7 Pemerintah belum bisa
memberikan transparansi
proyek dari dana pokok
CWLS
8 Kurangnya sosialisasi ke
masyarakat
9 Penggunaan teknologi untuk
mengakses/ melakukan
invetsasi CWLS masih
kurang optimal
10 Kemampuan manajemen
keuangan beberapa nazhir
yang perlu ditingkatkan
11 Sulitnya masyarakat umum
mengakses laporan keuangan
CWLS
12 Kendala pada pembukuan
perusahaan umum, dimana
investasi dan sosial dipisah
sehingga menimbulkan
masalah audit jika CWLS
99
dilakukan
Eksernal
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Mayoritas penduduk
Indonesia adalah Muslim
sehingga memiliki pangsa
pasar yang besar
2 Masyarakat Indonesia
merupakan orang yang
dermawan sehingga
memudahkan penghimpunan
CWLS
3 Indonesia merupakan salah
satu pengguna internet
terbesar di dunia
4 Potensi wakaf uang yang
besar, yaitu Rp180 triliun
5 Penerbitan SBSN meningkat
setiap tahun sehingga CWLS
memiliki prospek baik
6 Iklim politik Indonesia yang
mendukung ekonomi syariah
100
berkembang
7 Regulasi tentang wakaf uang
sudah ada sehingga
memberikan kepastian
hukum CWLS
8 Pengetahuan masyarakat
terhadap wakaf uang maupun
CWLS terbatas
9 Kesadaran masyarakat untuk
melakukan wakaf uang
masih rendah
10 Kondisi ekonomi tidak pasti
karena wabah yang
menurunkan daya beli
masyarakat
11 Dalam UU ikrar wakaf harus
dilakukan di hadapa nazhir
sehingga penghimpunan
secara online kurang optimal
12 Kurangnya tingkat
kepercayaan masyarakat
terhadap nazhir wakaf
13 Adanya alernatif investasi
sosial lain yang lebih
101
digemari investor
14 Sebagian masyarakat menilai
wakaf tunai tidak sesuai
dengan syariah karena
mengikuti mazhab Syafi’i
102
LAMPIRAN 2
BUKTI WAWANCARA
103
104
105
106
LAMPIRAN 3
SURAT PERMOHONAN WAWANCARA
107
108
109
110
LAMPIRAN 4
BOBOT 7 KEY PERSON
PERHITUNGAN BOBOT INTERNAL FACTOR ANALYSIS STRATEGY (IFAS)
Nama dan Responden ke
Bu Euis Pak Rifki Ismal Pak Safruddin Pak Iman Pak Rahmat Pak Bambang Prof Raditya
STRENGTH
R8 R9 R21 R25 R27 R30 R34 Total
rating Bobot
S1 4 5 5 5 5 4 5 33 9.483
S2 5 5 5 5 5 3 3 31 8.908
S3 5 5 5 5 5 5 5 35 10.057
S4 5 5 4 5 3 3 3 28 8.046
S5 5 5 4 5 3 2 4 28 8.046
S6 5 5 4 5 5 3 4 31 8.908
WEAKNESS
W1 5 3 1 4 3 2 3 21 6.034
W2 5 3 5 5 4 5 4 31 8.908
W3 5 5 3 5 3 3 4 28 8.046
W4 5 5 5 5 4 4 5 33 9.483
W5 5 1 3 5 3 3 4 24 6.897
W6 5 1 3 5 3 5 3 25 7.184
TOTAL 59 48 47 59 46 42 47 348 100
111
PERHITUNGAN BOBOT EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS STRATEGY (EFAS)
Nama dan Responden ke
Bu Euis Pak Rifki Ismal Pak Safruddin Pak Iman Pak Rahmat Pak Bambang Prof Raditya
OPPORTUNITY
R8 R9 R21 R25 R27 R30 R34 Total
rating Bobot
O1 5 5 5 5 4 4 5 33 8.707
O2 5 5 5 4 3 4 3 29 7.652
O3 4 5 4 5 4 3 4 29 7.652
O4 5 5 4 4 3 3 4 28 7.388
O5 5 5 4 4 4 2 4 28 7.388
O6 4 5 4 4 3 3 4 27 7.124
O7 5 5 4 3 3 5 4 29 7.652
THREAT
T1 5 5 5 5 3 5 4 32 8.443
T2 5 5 4 5 3 3 5 30 7.916
T3 4 1 4 4 4 3 4 24 6.332
T4 5 1 3 4 2 5 3 23 6.069
T5 5 3 4 5 3 3 4 27 7.124
T6 3 1 3 4 4 4 3 22 5.805
T7 2 1 3 4 2 3 3 18 4.749
TOTAL 62 52 56 60 45 50 54 379 100
112
LAMPIRAN 5
JAWABAN RESPONDEN
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11
4 5 5 2 5 4 5 4 5 4 5
4 5 4 4 5 3 1 5 5 5 4
5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4
5 5 3 4 4 4 3 5 5 5 4
5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4
4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4
5 5 2 4 3 4 3 5 3 4 2
5 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4
5 5 4 4 4 4 3 5 5 4 5
5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5
5 5 3 4 3 4 3 5 1 4 3
5 5 3 4 4 4 3 5 1 2 4
5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5
5 5 3 4 4 4 3 5 5 4 4
2 5 4 4 3 4 5 4 5 3 4
5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5
5 5 4 4 3 4 3 5 5 4 4
2 5 5 5 3 4 3 4 5 4 4
2 5 5 2 4 4 5 5 5 2 4
5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4
5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4
5 5 3 4 4 4 1 4 1 3 5
113
5 4 1 2 5 4 3 5 1 3 2
5 4 5 4 5 4 3 5 3 3 3
3 5 2 4 4 4 3 3 1 4 4
5 2 2 4 4 4 5 2 1 4 2
R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22
4 4 5 5 3 4 5 5 5 5 4 2 2 5 5 3 4 4 4 1 5 4
5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4
3 3 5 5 3 4 4 5 3 4 3
3 3 1 5 3 4 5 4 2 4 4
4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 2
4 5 1 5 5 5 3 4 4 1 4
4 4 5 5 5 5 3 3 5 5 5
4 4 5 5 3 4 4 4 3 3 3
4 4 5 5 3 4 3 4 3 5 5
4 5 5 5 3 2 3 2 5 3 5
4 3 5 5 3 3 3 2 4 3 2
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
4 4 5 5 4 4 4 3 4 5 3
3 3 5 5 5 5 5 4 4 4 3
4 3 5 5 4 5 4 3 4 4 3
4 3 5 5 4 5 4 3 4 4 4
3 1 5 5 4 4 4 4 3 4 4
2 3 1 3 3 3 3 2 3 4 4
5 4 5 5 3 4 3 4 3 5 5
114
5 5 5 5 3 4 3 4 3 4 4
4 3 5 5 3 4 3 5 4 4 5
2 5 1 3 3 3 3 3 3 3 2
4 5 5 5 3 4 3 3 4 4 4
4 3 5 5 3 4 4 3 3 3 4
2 2 1 5 3 4 4 3 5 3 3
R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34
4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 3 3
4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5
3 3 5 4 3 4 4 3 5 4 5 3
4 3 5 4 3 3 4 2 5 3 5 4
3 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 4
4 3 4 3 3 5 2 2 5 3 2 3
4 5 5 2 4 5 3 5 5 4 4 4
4 3 5 4 3 5 4 3 4 3 5 4
5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 3 5
4 3 5 4 3 4 3 3 5 2 3 4
4 4 5 3 3 4 4 5 5 5 5 3
5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5
3 3 4 4 3 4 3 4 4 5 4 3
4 3 5 4 4 2 5 3 5 5 2 4
3 4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 4
4 4 4 4 4 2 4 2 5 5 4 4
3 3 4 4 3 4 4 3 3 5 2 4
115
3 3 3 4 3 4 5 5 5 3 5 4
5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 4 4
5 4 5 4 3 5 5 3 5 5 5 5
4 2 4 4 4 4 2 3 5 5 4 4
3 4 4 2 2 2 2 5 2 3 4 3
4 3 5 2 3 4 4 3 3 5 3 4
4 3 4 3 4 4 3 4 4 5 2 3
4 3 4 3 2 5 4 3 3 2 4 3