ii
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA
PASAL 113 KETENTUAN PIDANA
(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komerial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). �
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
iii
Anatomi dan Embriologi Gigi
drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp.Perio
PENERBIT: AGMA
iv
Anatomi dan Embriologi Gigi Penulis: drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp.Perio
ISBN: 978-602-52311-0-0
Penyunting: drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp.Perio
Perancang Sampul Muhammad Iswan Achlan
Penata Letak: Agusalim Juhari Diterbitkan Oleh: AGMA
Redaksi: Jl. Dirgantara, Kel. Mangalli, Kec. Pallangga, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. 92161 Telp: (0411) 8988093, HP/WA: 08114161500 Email: [email protected]
Cetakan Pertama, April 2018 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved Dilarang memperbanyak buku ini dalam bemtuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit. Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Lilies Anggarwati Astuti
Anatomi dan Embriologi Gigi / Lilies Anggarwati Astuti. -- Gowa : Agma, 2018.
140 hlm. ; 14,8 x 21 cm. Bibliografi : hlm. 137 ISBN 978-602-52311-0-0
v
KATA PENGANTAR
اندیس نیلسرملاو ءایبنلأا فرشا ىلع ملاسلاو ةلاصلاو نیملاعلا بر ) دمحلا .نیعمجأ ھباحصأو ھلآ ىلعو دمحم
uji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik &
HidayahNya sehingga penulis dapat merampungkan buku ini.
Disela-sela kesibukan melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik
yang diberi amanah untuk melaksanakan tugas tambahan sebagai peneliti,
saya berusaha untuk menyusun buku ini dengan harapan dapat bermanfaat
bagi diri pribadi, dan peneliti secara umum.
Untuk menyelesaikan buku ini penulis banyak mendapatkan
dukungan utamanya dari pihak keluarga, olehnya itu perkenankan saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada yang kurang berkenan.
P
vi
Harapan penulis kepada para pembaca kiranya berkenan
memberikan masukan berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan buku ini.
Akhirnya perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak semoga bantuan dan amal yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dariNya. Aamiin.
Makassar, April 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................ v
Daftar Isi ................................................................................ vii
Bab I Terminologi .......................................................................... 1
Bab II Embriologi Gigi ..................................................................... 9
Bab III Nomenklatur......................................................................... 15
Bab IV Masa Erupsi ......................................................................... 19
Bab V Pengukuran Panjang Gigi .................................................... 21
Bab VI Struktur Jaringan Gigi dan Jaringan Penyangga Gigi ......... 23
Bab VII Morfologi .............................................................................. 27
Bab VIII Bentuk Kavitas Pulpa .......................................................... 55
Bab IX Anomali................................................................................. 63
Bab X Alat dan bahan Praktikum ................................................... 81
Tata Tertib Praktikum .......................................................... 83
Prosedur Kerja Pembuatan Unsur WAX ............................. 85
Prosedur Kerja Pembuatan Unsur GIPS ............................. 100
Daftar Nilai Praktikum .......................................................... 131
Daftar Pustaka ..................................................................................... 137
Tentang Penulis ..................................................................................... 139
viii
Anatomi dan Embriologi Gigi
1
BAB I TERMINOLOGI
I.1 Terminologi Terminologi anatomi gigi adalah istilah-istilah yang digunakan dalam anatomi gigi untuk menerangkan struktur gigi dan jaringan sekitarnya. Terminologi ini tidak hanya untuk kepentingan mempelajari anatomi gigi saja tetapi merupakan dasar dari istilah-istilah yang sering dijumpai dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan mempelajari terminologi agar memudahkan kita untuk memahami anatomi gigi itu sendiri sekaligus agar diperoleh persamaan persepsi dalam bidang kedokteran gigi baik dalam teori maupun penerapannya. I.2 RAHANG Rahang terbagi atas dua bagian:
a. Maxilla: istilah yang menunjukkan rahang atas b. Mandibula: istilah yang menunjukkan rahang bawah
Garis median adalah garis vertikal yang melalui: a. Tengah-tengah dari wajah dan seolah-olah membagi
wajah menjadi 2 bagian yang sama besarnya, kiri dan kanan.
b. Titik kontak gigi insisif sentral kiri, kanan, atas, dan bawah
drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp.Perio
2
c. Titik pertemuan antara raphe palatina kedua dan ketiga d. Tengah tengah antara fovea palatina (foramen palatina
majus) e. Fossa insisiva f. Sutura palatina mediana g. Spina mentalis
Superior : atas Inferior : bawah
Dekstra atau dekster : kanan Sinistra atau sinister : kiri
I.3 DENTISI Yang dimaksud dentisi adalah kelompok geligi yang terdapat pada kedua rahang. Pada manusia dikenal 2 macam dentisi yaitu dentes decidui (primary dentition) yaitu gigi sulung dan dentes permanentes (permanent dentition) yaitu gigi permanen. I.4 NAMA-NAMA GIGI Gigi manusia terdiri dari bermacam-macam bentuk dan mempunyai nama masing-masing. Setiap kuadran gigi pada gigi decidui terdapat 3 macam gigi yaitu: a. Dens incisivus b. Dens caninus c. Dens molar Pada gigi permanen, setiap kuadran terdapat 4 macam gigi yaitu: a. Dens incisivus b. Dens caninus c. Dens premolar d. Dens molar
Anatomi dan Embriologi Gigi
3
Sedangkan menurut letaknya, gigi manusia dibedakan atas gigi anterior yaitu gigi incisivus dan caninus serta gigi posterior yaitu gigi premolar dan molar. I.5 BAGIAN-BAGIAN GIGI
A. Corona Dentis yaitu mahkota gigi. Dibedakan atas: - Corona anatomica : bagian gigi yang ditutupi oleh
lapisan email. - Corona clinica : bagian gigi yang tampak di dalam
rongga mulut. B. Radix Dentis yaitu akar gigi. Dibedakan atas:
- Radix anatomica : bagian gigi yang ditutupi oleh lapisan cementum.
- Radix clinica : bagian gigi yg tertanam di dalam tulang rahang, oleh karena itu tidak tampak di dalam rongga mulut.
C. Apex radicis dentis yaitu bagian dari akar yang merupakan ujung dari akar gigi.
D. Linea cervicalis (cervical line) = garis servikal :junctio cementoenameli (cementoenamel junction) : Garis batas antara corona anatomica dengan radix anatomica dimana terjadi pertemuan antara email dan cementum.
E. Enamelum (enamel) = email :Lapisan keras gigi yang berwarna putih, translusen, dan mengkilap serta menutupi permukaan corona anatomica. Ketebelan email menentukan warna dari gigi. Makin tipis email, maka gigi tampak semakin kuning oleh karena bayangan dentin semakin jelas.
F. Dentinum (dentine) = dentin :Jaringan keras yang membangun bagian terbesar gigi berwarn kekuning-kuningan dan ditutupi oleh email dan cementum.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
4
G. Cementum : lapisan luar gigi yang berwarnakuning dan menutupi dentin pada radix anatomica.
H. Cuspis dentis (dental cusp) : suatu tuberculum (penonjolan) yang terdapat pada permukaan occlusal gigi molar atau premolar dan permukaan incisal gigi caninus.
I. Apex cuspidis : titik tertinggi suatu cuspis dentis (puncak gigi).
J. Cingulum : suatu ketinggian yang terdapat pada 1/3 cervical permukaan palatinal atau lingual mahkota gigi anterior dan menghubungkan kedua crista marginalis.
K. Fissura pertumbuhan (developmental groove) : suatu celah atau parit sempit berbatas tajam yg terbentuk selama perkembangan gigi dan biasanya memisahkan lobi atau bagian utama gigi. Kalau celah tersebut dangkal disebut sulcus dan kalau dalam disebut fissure.
L. Fissura tambahan (suplemental groove) : suatu parit kecil & tidak teratur yg merupakan cabang fissura pertumbuhan, biasanya ditemukan pada permukaan occlusal gigi posterior.
M. Fossa (e) : suatu cekungan atau kedalaman yang ditemukan pada permukaan lingual beberapa gigi anterior atau pada permukaan occlusal semua gigi posterior.
N. Fovea (Pit)/ Foveola : suatu cekungan kecil (dan kadang2 dlm) yg terdpt pd tempat persilangan dua atau lebih fissura pertumbuhan. Fovea juga kadang2 terdpt pd ujung suatu groove yang tunggal.
O. Crista (crest = ridge) = galengan = pemateng - Crista marginalis incisalis (mamelon) : Tuberculum
yg terdapat pd pinggiran incisal gigi incisivus yang belum mengalami atrisi.
Anatomi dan Embriologi Gigi
5
- Crista marginalis (marginal ridge) : ketinggian yg terdpt pd pinggiran mesial & distal permukaan lingual gigi anterior, atau pada pinggiran mesial atau distal permukaan occlusal gigi posterior.
- Crista triangularis (triangular ridge) : suatu ketinggian berbentuk segitiga yg berjalan turun dari setiap apex cuspidis kearah pusat permukaan gigi posterior.
- Crista transversalis (transverse ridge) :Suatu ketinggian (memanjang) yg merupakan gabungan dua crista triangularis & memotong permukaan occlusal/incisal secara transversal (dalam arah buccolingualis).
- Crista obliqua (obliqua ridge) :suatu ketinggian pada gigi molar rahang atas yang menyilang permukaan occlusal secara miring & merupakan perpaduan dua crista triangularis yang menghubungkan antara cuspis mesiopalatinalis dengan cuspis distobuccalis
I.6 PERMUKAAN GIGI Ada beberapa istilah yang perlu dipahami dalam hubungannya dengan permukaan gigi, yaitu:
a. Labial adalah bibir (labium) b. Lingual adalah lidah c. Facialadalah muka d. Palatum adalah langit-langit e. Sisi mesial adalah sisi yang berhadapan dengan garis
tengah f. Sisi distal adalah sisi yang bertolak belakang dengan garis
tengah
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
6
g. Sisi bukal adalah sisi yang menghadap ke pipi Permukaan gigi anterior adalah:
a. Permukaan labial/fasial - Atas: permukaan palatal - Bawah: permukaan lingual
b. Permukaan proksimal yaitu permukaan gigi yang berhadapan dengan permukaan gigi sebelahnya, yang terletak dalam satu lengkung gigi; permukaan mesial dan permukaan distal
- permukaan mesial - permukaan distal
c. Permukaan insisal adalah permukaan gigi yang digunakan untuk memotong dan yang menghadap kearah garis kunyah tempat tepi insisal terletak.
Permukaan gigi posterior adalah: a. Permukaan labial/bukal b. Atas: permukaan palatal c. Bawah: permukaan lingual
Permukaan proksimal: a. Permukaan mesial b. Permukaan distal
Permukaan oklusal yaitu permukaan gigi yang menghadap ke arah garis oklusi atau kunyah yang digunakan untuk menghaluskan, menyobek, dan menggiling makanan, tempat adanya tonjolan dan lekukan. I.7 OKLUSI Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi-gigi dirahang atas dengan gigi-gigi di rahang bawah waktu mulut dalam keadaan tertutup.
Anatomi dan Embriologi Gigi
7
Ada 2 macam oklusi: a. oklusi sentris: merupakan hubungan kontak antara gigi-
gigi di rahang atas dan rahang bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentris
b. oklusi aktif: merupakan hubungan kontak antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah ketika gigi-gigi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran kedepan, kebelakang, ke kiri dan ke kanan atau gerakan lateral.
Relasi sentris adalah hubungan mandibula dengan maksilla, dimana kedua kepala sendi (kaput) berada pada keadaan paling dorsal dalam cekungan sendi (fosa glenoid) tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke lateral.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
8
Anatomi dan Embriologi Gigi
9
BAB II EMBRIOLOGI GIGI
II.1 Tahap Pertumbuhan A. Tahap Inisiasi (Bud Stage) adalah permulaan kuntum gigi
(bud) dari jaringan epitel mulut. B. Tahap Proliferasi (Cap Stage) adalah pembiakan dari sel-
sel dan perluasan dari organ enamel. C. Tahap Histodiferensiasi (Bell Stage) adalah spesialisasi
dari sel-sel, yang mengalami perubahan histologist dalam susunannya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).
D. Tahap Morfodiferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang.
II.2 Erupsi Intraoseus A. Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel
dan dentin dalam lapisan tambahan. B. Tahap Kalsifikasi adalah pengeseran dari matriks oleh
pengendapan garam-garam kalsium.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
10
II.3 Tahap Erupsi Tahap Erupsi adalah Pergerakan gigi ke dalam rongga mulut.
II.4 Atrisi Atrisi adalah ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.
II.5 Resorpsi Resorpsi adalah penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast. Tahap-tahap perkembangan gigi : 1. Tahap inisiasi
1. Proliferated oral epithelium 2. Dental lamina 3. Permanent teeth ridge
4. Enamel organ 5. Jaw mesenchyme 6. Oral cavity
Anatomi dan Embriologi Gigi
11
2. Tahap proliferasi (Cup stage)
1. Dental papilla 2. Dental sac 3. Internal enamel epithelium / inner dental epithelium 4. External enamel epithelium / outer dental epithelium 5. Jaw mesenchyme 6. Proliferated epithelium of the oral cavity 7. Dental lamina 8. Permanent teeth ridge 9. Stellate reticulum
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
12
3. Tahap histodifferensiasi (early bell stage)
1. External enamel epithelium / outer dental epithelium 2. Internal enamel epithelium 3. Stellate reticulum 4. Dental sac 5. Dental papilla Jaw mesenchyme 6. Permanent teeth ridge 7. Multilayered nonkeratinizing squamous epithelium
Anatomi dan Embriologi Gigi
13
4. Tahap morphodifferensiasi (late bell stage)
1. Stellate Reticulum 2. internal enamel epithelium
3. Enamel 4. Dentin
5. Predentin 6. lapisan odontoblas
7. dental papilla 8. Ameloblast
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
14
5. Tahap aposisi dan kalsifikasi (maturasi)
Anatomi dan Embriologi Gigi
15
BAB III NOMENKLATUR
omenklatur adalah cara menulis gigi geligi, ada beberapa cara nomenklatur yaitu:
1. ZSIGMONDY
Gigi Tetap 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Contoh: 1 = Incisivus central kiri RA 6 = Molar 1 kanan RB Gigi Susu V IV III II I I II III IV V V IV III II I I II III IV V Contoh: I = Incisivus central kiri RA
V = Molar 2 kanan RB
2. PALMER Cara yang paling mudah dan universal untuk rekam dental
N
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
16
Gigi Tetap: 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Contoh:
3 = Caninus kiri RA 4 = Premolar 1 kanan R Gigi Susu: E D C B A A B C D E E D C B A A B C D E Contoh: C = Caninus kiri RA
D = Molar 1 kanan RB
3. AMERIKA Yaitu dengan menghitung dari kiri atas ke kanan, ke kiri bawah lalu ke kanan bawah. Gigi Tetap: 16 1514 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 21
17 1819 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Contoh: P2 atas kanan = 13 I1 bawah kiri = 25 Gigi Susu (pakai huruf/angka romawi) X IX . . . . . VI V IV . . . . . . I XI XII . . XV XVI XVIII . . XX
Anatomi dan Embriologi Gigi
17
Contoh: C bawah kanan = XIII M2 atas kiri = I
4. APPLEGATE Cara applegate disebut juga sebagai penomoran universal dan merupakan kebalikan dari cara Amerika, yaitu dengan menghitung dari kanan atas, ke kiri, ke kiri bawah, lalu ke kanan bawah (cara yang banyak dipakai oleh para dokter gigi di AS. Sekarang ini)
Gigi Tetap:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 Contoh: P2 atas kanan = 4 I1 bawah kiri = 24
Gigi Susu: I II . . . V VI . . . . X XX XIX . . XVI XV . . . XI
Contoh: C bawah kanan = XVIII M2 atas kiri = X
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
18
5. HADERUP Gigi Tetap + +
- -
Contoh: P2 atas kanan = 5 +
I bawah kiri = - 1
Gigi Susu:
Contoh: C bawah kanan = 03 –
M2 atas kiri = + 05
6. SISTEM 2 ANGKA DARI INTERNATIONAL DENTAL FEDERATION (FDI) Gigi Tetap
1 2 4 3
(angka kedua menunjukkan gigi apa dalam kuadran) Contoh:
P2 atas kanan = 15 I2 bawah kiri = 31
Gigi Susu
5 6 8 7
Contoh: C bawah kanan = 83
M2 atas kiri = 65
Anatomi dan Embriologi Gigi
19
BAB IV MASA ERUPSI
IV.1 Masa Erupsi Gigi Susu/ Sulung (Bulan)
i1 i2 c m1 m2 7,5 9 18 14 24
6 7 16 12 20 IV.2 Masa Erupsi Gigi Tetap/ Permanen (Tahun)
I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3 7-8 8-9 11-12 9-10 10-12 6-7 12-13 17-21 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-1317-21
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
20
Anatomi dan Embriologi Gigi
21
BAB V PENGUKURAN PANJANG GIGI
Gigi geligi
Pajang akar
Panjang mahkota
Diameter mesio-distal pada
korona
Diameter medio-
distal pda servikal
Diameter pada bagian labio atau bucco-
lingual/palatal
Diameter labio atau
bucco-lingual/pal
atal pda servical
Curve mesial dari garis
servikal
Curve distal dari garis
servikal
I1 RA 13,5 10,5 8.5 7,0 7,0 6,0 3,5 2,5
I2 RA 13,0 9,0 6,5 5,0 6,0 5,0 3,0 2,0
C RA 17, 0 10,0 7,5 5,5 8,0 7,0 2,5 1,5
P1 RA 14,0 8,5 7,0 5,0 9,0 8,0 1,0 0,0
P2 RA 14,0 8,5 6,5 5,0 9,0 8,0 1,0 0,0
M1 RA Bu= 12 Pa= 13 7,5 10,0 8,0 11,0 10,0 1,0 0,0
M2 RA Bu= 11 Pa= 12 7,0 9,0 7,0 11,0 10,0 1,0 0,0
M3 RA 11,0 6,5 8,5 6,5 10,0 9,0 1,0 0,0
I1RB 12,5 La= 9,0 Li= 9,5 5,0 3,5 6,0 5,0 3,0 2,0
I2 RB 14,0 La= 9,5 Li= 10,0 5,5 4,0 6,5 5,0 3,0 2,0
C RB 16,0 11,0 7,0 5,5 7,5 7,0 2,5 2,0
P1 RB 14,0 8,5 7,0 5,0 7,5 6,5 1,0 1,0
P2 RB 14,5 8,0 7,0 5,0 8,0 7,0 1,0 0,0
M1RB 14,0 7,5 11,0 9,0 10,5 9,0 1,0 0,0
M2RB 13,0 7,0 10,5 8,5 10,5 9,0 1,0 0,0
M3RB 11,0 7,0 10,5 7,5 9,5 8,5 1,0 0,0
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
22
Anatomi dan Embriologi Gigi
23
BAB VI STRUKTUR JARINGAN GIGI & JARINGAN
PENYANGGA GIGI
VI.1 Jaringan Gigi Jaringan gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk gigi ada tiga, yaitu email, dentin dan pulpa. a) Email/ Enamel Jaringan email merupakan jaringan yang paling luar berwana putih yang menutupi mahkota gigi dan merupakan jaringan terkeras dari tubuh manusia. Komposisi email terdiri dari jaringan anorganik 96%, organik 1% dan sisanya adalah air. Komposisi inilah yang menyebabkan email sangat kuat. Sesuai dengan bahan penyusun dan letaknya email berfungsi untuk melindungi gigi dari rangsangan luar seperti panas, dingin, asam dan manis. Matriks email dihasilkan oleh sel ameloblast.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
24
b) Dentin Dentin merupakan jaringan lapisan kedua dari struktur gigi dan merupakan komponen terbesar dari gigi. Dentin terletak dibawah lapisan email dan berwarna kuning serta jauh lebih lunak dari email. Komposisinya terdiri dari hidroksi apatit 80%, dan zat antar sel organik 20% terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan glikosaminoglikans yang disentetis oleh sel yang disebut sel odontoblast. Dentin merupakan sebagai atap dari pulpa atau untuk melindungi pulpa. c) Pulpa Pulpa adalah kavitas yang terdapat pada bagian dalam gigi yang berisi saraf dan pasokan darah ke gigi yang terbagi menjadi kamar pulpa (dibagian koronal) dan saluran akar (didalam akar). VI.2 Penyangga Gigi
Gigi dapat tertanam kuat di dalam mulut karena didukung oleh jaringna penyokong atau jaringan penyangga gigi. Jaringan penyangga gigi ada beberapa macam berdasarkan bentuk dan fungsinya yaitu gingiva, sementum, ligamen periodontal, tulang alveolar. a) Gingiva
Gingiva atau dapat disebut juga gusi adalah jaringan yang melapisi dan melekat erat pada leher gigi dan tulang alveolar dan merupakan jaringan terluar yang tampak dalam rongga mulut yang berwarna merah muda. Berdasarkan letaknya gingiva terdiri dari : a) Gingiva bebas merupakan pita jaringan serkuler yang
terletak mengelilingi leher gigi b) Gingiva cekat merupakan gingiva yang melekat erat
pada teulang alveolar.
Anatomi dan Embriologi Gigi
25
c) Gingiva interdental merupakan gingiva yang yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang berdekatan.
d) Gingiva puncak merupakan gingiva yang terletak paling atas atau puncak
e) Sulkus gingiva (krevis gingiva) merupakan parit kecil yang terletak diaantara leher gigi dan gingiva bebes yang dibatasi oleh epitel tidak berkeratin. Didalamya berisi cairan krevikuler, debris, bakteri, sel-sel epitel dan lain-lain
f) Dasar sulkus gingiva merupakan garis lengkung yang melekat pada gigi dan merupakan batas sulkus gingiva dangan email.
b) Sementum Sementum adalah jaringan keras yang meliputi akar gigi. Komposisi sementum yaitu; material anorganik (serat kolagen) 65%, air 35% selebihnya zat organic (hidro apatid).
c) Ligamen Periodontal Ligamen periodontal adalah jaringan yang membungkus akar gigi dan menghubungkan akar gigi ke tulang laveolar. Jaringan periodontal terdiri dari serat-serat periodontal yang tersusun atas kelompok-kelompok serat kolagen, pembuluh darah dan saraf.
d) Tulang Alveolar Tulang alveolar merupakan bagian dari tulang rahang yang mengelilingi akar gigi. Tulang ini membentuk suatu lubang tempat gigi tertanam. Ketebalan dan ketinggian tulang alveolar tergantung dengan ada tidaknya gig yang disangga. Fungsi tulang alveolar adalah sebagai penyangga gigi.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
26
Tampak Sagital
Anatomi dan Embriologi Gigi
27
BAB VII MORFOLOGI
INCISIVUS RAHANG ATAS
Sifat yang membedakan insisif sentral atas dengan insisif lateral maxilla (aspek labial)
Insisif sentral Insisif lateral Mahkota lebih besar, lebih lebar ke servikal. Sudut mesial insisal adalah sudut lurus. Kontak distal lebih dekat ke linger insisal. Ujung akar jarang bengkok ke distal. Tepi insisal lebih dekat ke horizontal.
Mahkota lebih kecil, lebih sempit ke servikal. Sudut mesial insisal lebih bulat. Kontak distal dekat sepertiga tengah. Ujung akar sering bengkok distal. Tepi insisal miring di servikalke distal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
28
Sifat yang membedakan insisif sentral dan lateral atas dari aspek lingual Insisif sentral Insisif lateral
Fosa lingual yang dangkal lebih besar. Posisi singulum di distal.
Ceruk lingual jarang ada.
Fosa dalam tetapi kecil. Singulum di tengah. Ceruk lingual lebih sering
ada.
Sifat yang membedakan insisif kanan dan kiri dari aspek lingual Insisif sentral Insisif lateralis
Singulum ke arah distal. Lingir marginal distal lebih melengkung daripada mesial. Keduanya mempunyai lingir marginal mesiolingual yang lebih panjang
Lingir marginal mesial lebih panjang dan lebih lurus
Anatomi dan Embriologi Gigi
29
Sifat untuk membedakan insisif sentral; dan lateral dari aspek
proksimal Insisif sentral Insisif lateral Kekonfakan mahkota lingual lebih dalam. Outline akar lebih melengkung pada lingual daripada fasial
Kekonfakan mahkota lingual sedikit lebih dangkal. Akar lebih sering meruncing ke fasial dan lingual
Ciri untuk membedakan insisif kanan dan kiri dari aspek proksimal
Insisif sentral dan insisif lateral Kurvatura garis servikal lebih lebar pada mesial daripada distal. Kontur permukaan akar mesial lebih rata daripada kontur distal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
30
Ciri yang membedakan insisif sentral dan lateral dari aspek insisal Insisif sentral Insissal lateral
Mahkota terlihat lebih besar di mesiodistal daripada fasiolingual.outline mahkota secara kasar berbentuk segitiga. Singulum sedikit keluar dari tengah ke arah distal. Tepi insisal melengkung di mesiodistal.
Mahkota minimal lebih lebar di mesiodistal daripada fasiolingual. Outline mahkota lebih bulat atau oval. Singulum di tengah. Tepi insisal lebih lurus di mesiodistal.
Ciri untuk membedakan insisif kanan dan kiri dari aspek insisal
Insisif sentral Insisif lateral Singulum lebih distal Paling baik menggunakan aspek
lain
Anatomi dan Embriologi Gigi
31
INCISIVUS RAHANG BAWAH
Ciri yang membedakan insisif sentral dan lateral bawah dari aspek labial Insisif sentral Insisif lateral
Mahkota lebih simetris. Tonjolan distal dan mesial mahkota sedikit. Kontak proksimal mesial dan distal pada ketinggian yang sama. Lebih kecil daripada lateral pada mulut yang sama.
Mahkota kurang simetris. Tonjolan distal mahkota jelas, mahkota kelihatan miring ke distal. Kontak proksimal mesial leboh insisal. Lebih lebar daripada sentral pada mulut yang sama.
Ciri yang membedakan insisif bawah kiri dan kanan asepek labial
Insisif sentral Insissif lateral Sangat simetris : tidak mudah
dikatakan kanan atau kiri Tonjolan outline mahkota distal
lebih besar daripada mesial. Kontak proksimal distal lebih
servikal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
32
Ciri yang membedakan insisif sentral dan lateral bawah dari aspek
lingual Insisif sentral Insisif lateral
Singulum ditengah. Lingir marginal mesial dan distal
mempunyai panjang yang sama.
Singulum distal dari tengah. Lingir marginal mesial lebih
panjang.
Ciri yang membedakan insisif kiri dan kanan bawah aspek lingual Insisif sentral Insisif lateral
Sangat simetris : tidak dapat dibedakan kanan dan kiri.
Singulum distal dari tengah. Lingir marginal distal lebih pendek
Anatomi dan Embriologi Gigi
33
Ciri yang membedakan insisif sentral dan lateralis bawah aspek proksimal
Insisif sentral Insisif lateral Tidak ada putaran distolingual Lingir insisal distal dapat lebih
ke lingual
Ciri yang membedakan insisif kiri dan kanan bawah dari aspek proksimal
Insisif sentral Insisif lateral Lingir insisal distal sama dengan lingir insisal mesial
Lingir insisal distal dapat lebih lingual
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
34
Ciri yang membedakan insisif sentral dan lateral bawah dari aspek
insisal Insisif sentral Insisif lateral
Tidak ada putaran distolingual dari tepi insisal. Singulum berada di tengah.
Putaran distolingual dari tepi insisal. Singulum berada di distal
Anatomi dan Embriologi Gigi
35
CANINUS
Ciri yang membedakan kaninus atas dan bawah aspek labial Kaninus atas Kaninus bawah
Mahkota lebih lebar mesiodistal. Sudut tonjol lebih tajam, lebih runcing. Lingir tonjol mesial lebih pendek daripada distal. Kontak proksimal mesial, distal lebih servikal. Tonjolan mahkota mesial di luar outline akar. Lingir labial lebih tegas. Ujung akar lebih runcing.
Mahkota lebih sempit mesiodistal. Sudut tonjol lebih tumpul. Lingir tonjol mesial jauh lebih pendek daripada distal. Lingir tonjol mesial hampir horizontal. Kontak proksimal distal lebih insisal. Ujung akar lebih tumpul.
Ciri yang membedakan kaninus kanan dan kiri aspek labial
Kaninus atas Kaninus bawah Outline mahkota lebih konveks ke distal
Outline mahkota lebih konveks di distal, outline mahkota mesial lurus dengan akar. Lingir tonjol mesial hampir horizontal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
36
Ciri yang membedakan kaninus atas dan bawah dari aspek lingual
Kaninus atas Kaninus bawah Anatomi lebih jelas pada lingual. Lingir marginal lingual tegas. Lingir lingual dan fosa jelas. Singulum di tengah.
Permukaan lingual lebih licin. Lingir marginal lingual kurang tegas. Lingir lingual dan fosa kurang jelas. Singulum di tengah atau di distal.
Anatomi dan Embriologi Gigi
37
Ciri yang membedakan kaninus atas dan bawah dari aspek proksimal Kaninus atas Kaninus bawah
Singulum lebih jelas. Ujung tonjol, labial terhadap garis sumbu akar. Tinggi kontur labial kurang ke servikal. Tinggi kontur labial lebih tegas. Keausan insisal lebih lingual, bahkan pada fosa. Ujung tonjol terlihat lebih tebal fasiolingual.
Singulum kurang jelas. Ujung tonjol, lingual terhadap garis sumbu akar. Tinggi kontur labial kurang tegas, hampir bersambung dengan akar. Keausan insisal lebih labial. Ujung tonjol terlihat kurang tebal pada fasiolingual.
Ciri yang membedakan kaninus kanan dan kiri dari aspek proksimal
Kaninus atas dan bawah Garis servikal lebih melengkung pada permukaan mesial daripada distal. Cekungan akar distal lebih jelas daripada mesial.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
38
PREMOLAR RAHANG ATAS
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua atas dari aspek bukal
Premolar pertama Premolar kedua Sudut tonjol bukal lebih tajam. Lingir tonjol mesial paling panjang. Lingir bukal jelas. Bahu menggembung dan outline bersudut. Lebih runcing dari kontak ke servikal. Cekungan lingir bukal mesial lebih sering ada.
Sudut tonjol bukal lebih tumpul. Lingir tonjol distal paling panjang. Lingir bukal kurang jelas. Bahu sempit, lebih bulat. Kurang runcing dari kontak ke servikal. Cekungan lingir bukal distal lebih sering ada.
Ciri yang membedakan premolar kiri dan kanan atas dari aspek bukal
Premolar pertama Premolar kedua Lingir tonjol mesial lebih panjang. Cekungan lebih sering mesial dari lingir bukal.
Lingir tonjol mesial lebih pendek. Cekungan lebih sering distal dari lingir bukal.
Anatomi dan Embriologi Gigi
39
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua atas dari
aspek lingual Premolar pertama Premolar kedua
Tonjol lingual lebih pendek dua tonjol dapat terlihat. Mahkota runcing ke arah lingual.
Tonjol bukal sangat sedikit lebih panjang dari lingual. Sedikit kurang runcing ke arah lingual.
Ciri yang membedakan premolar kiri dan kanan atas dari aspek
lingual Premolar pertama Premolar kedua
Lingir tonjol mesial lebih panjang daripada distal
Lingir tonjol mesial lebih pendek dari distal
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
40
Anatomi dan Embriologi Gigi
41
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
42
PREMOLAR RAHANG BAWAH
Ciri yang membedakan premolar pertama dari premolar kedua bawah
dari aspek bukal Premolar pertama Premolar kedua
Mahkota lebih panjang, lebih runcing dari kontak mesial. Tonjol lebih tajam. Lingir bukal lebih menonjol. Akar lebih pendek dengan apeks yang runcing.
Mahkota lebih pendek dan lebar. Tonjol kurang tajam. Akar lebih panjang dengan apeks tumpul.
Ciri yang membedakan premolar kanan dan kiri bawah dari aspek bukal
Premolar pertama Premolar kedua Kontak mesial lebih rendah daripada distal
Kontak distal lebih rendah dari mesial
Anatomi dan Embriologi Gigi
43
Ciri yang membedakan premolar pertama dari premolar kedua
bawah dari aspek lingual Premolar pertama Premolar kedua
Satu tonjol lingual. Mahkota jauh lebih sempit pada lingual.
Kebanyakan mempunyai 2 tonjol lingual. Mahkota agak lebar dilingual.
Ciri yang membedakan premolar kanan dan kiri bawah dari aspek
lingual Premolar pertama Premolar kedua
Linger marginal mesial lebih rendah daripada distal. Alur
mesiolingual sering ada.
Lingir marginal distal lebih rendah dari mesial.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
44
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua bawah dari aspek proksimal
Premolar pertama Premolar kedua Linger marginal mesial lebih rendah. Mahkota lingual sangat miring. Tonjol lingual jauh lebih pendek daripada tonjol bukal. Oklusal dapat dilihat banyak dari mesial.
Linger marginal mesial lebih tinggi dan lebih horizontal. Mahkota lingual tidak begitu miring. Tonjol lingual sedikit lebih pendek dari bukal. Oklusal dari mesial tidak terlihat banyak. Dua tonjol lingual dapat terlihat.
Anatomi dan Embriologi Gigi
45
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua bawah dari aspek oklusal
Premolar pertama Premolar kedua Terdapat dua fossa. Tonjol lingual lebih kecil dari bukal
Outline hampir segiempat.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
46
GIGI MOLAR RAHANG ATAS
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari apek bukal
Molar pertama Molar kedua Akar lebih menyebar, akar kurang bengkok ke distal, tonjol bukal hampir sama besar.
Akar kurang menyebar, akar lebih bengkok ke distal, tonjol mesiobukal lebih besar daripda distobukal.
Anatomi dan Embriologi Gigi
47
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari aspek Palatal
Molar pertama Molar kedua Akar bukal menyebar di posterior akar lingual. Tonjol lingual hampir sama lebar.
Akar bukal kurang menyebar. Tonjol distolingual lebih sempit daripada tonjol mesiolingual, atau tidak ada.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
48
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari aspek proksimal
Molar pertama Molar kedua Beberapa akar melebar kea rah luar mahkota. Tonjol carabelli pada tonjol mesiolingual
Sedikit akar yang melebar. Tidak ada tonjol carabelli.
Anatomi dan Embriologi Gigi
49
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua dari aspek oklusal
Molar pertama Molar kedua Tonjol distolingual sedikit lebih kecil dari tonjol mesiolingual. Mahkota sering lebar pada setengah lingual.
Tonjol distolingual jauh lebih kecil dari tonjol mesiolingual atau distolingual tidak ada. Mahkota lebih sempit pada setengah lingual.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
50
MOLAR RAHANG BAWAH
Ciri yang membedakan molar pertama dan molar kedua bawah dari aspek bukal
Molar pertama Molar kedua Tiga tonjol bukal mesiobukal, distobukal dan distal. Dua alur bukal mesiobukal dan distobukal. Akar lebih melengkung
Dua tonjol bukal mesiobukal dan distobukal. Satu alur bukal. Akar lebih lurus.
Anatomi dan Embriologi Gigi
51
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari aspek lingual
Molar pertama Molar kedua
Sebaran akar lebih lebar,akar lebih melengkung, mahkota lebih meruncing ke lingual.
Sebaran akar kurang, akar lebih lurus, mahkota runcing ke lingual.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
52
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari aspek proksimal
Molar pertama Molar kedua Akar mesial lebar fasiolingual dengan ujung tumpul. Mahkota lebih lebar fasiolingual.
Akar mesial kurang lebar fasiolingual dengan ujung melengkung. Mahkota kurang lebar fasiolingual.
Anatomi dan Embriologi Gigi
53
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari aspek oklusal
Molar pertama Molar kedua Biasanya lima tonjol : tiga bukal dan dua lingual. Linger servikal bukal kurang menonjol. Bentuk segi lima. Mahkota lebih meruncing dari bukal ke lingual.
Biasanya empat tonjol dua bukal dan dua lingual. Linger bukal lebih menonjol di mesial. Bentuk lebih empat persegi panjang. Mahkota kurang meruncing dari bukal ke lingual.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
54
Anatomi dan Embriologi Gigi
55
BAB VIII BENTUK KAVITAS PULPA
Kavitas pulpa merupakan kavitas yang terdapat pada bagian dalam gigi berisi saraf dan pasokan darah ke gigi, kavitas ini dibagi menjadi kamar pulpa (dibagian koronal) dan saluran akar (di dalam akar). 1. Kamar Pulpa Dan Tanduk Pulpa Kamar pulpa adalah bagian paling oklusal atau insisal dari kavitas pulpa. Terdapat satu kamar pulpa pada setiap gigi dapat berada sebagian didalam pada gigi anterior, namun pada gigi posterior, sering ditemukan pada bagian servikal dari akar. Dindingnya merupakan bagian terdalam dari dentin. Setiap kamar pulpa memiliki atap pada perbatasan insisal atau oklusalnya, sering dengan penonjolan yang dikenal tanduk pulpa. Kamar pulpa pada gigi dengan beberapa akar memiliki dasar pada bagian servikal dengan orifis untuk setiap saluran akar. Jumlah tanduk pulpa yang ditemukan pada gigi bertonjol (molar, premolar, dan kaninus) biasanya satu tanduk untuk setiap tonjol fungsional, dan untuk gigi muda, adalah tiga (ketiga lobus fasial masing-masing berisi satu tanduk, yaitu lobus setiap satu mamelon. Pengecualian adalah satu tipe insisal lateral atas (disebut peg lateral dengan tepi insisal menyerupai sebuah tonjol) yang hanya memiliki satu tanduk pulpa.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
56
2. Saluran Akar (Saluran Pulpa) Saluran akar merupakan bagian dari kavitas pulpa yang berada didalam akar gigi. Saluran akar menghubungkan kamar pulpa melalui orifis kanal pada dasar kamar pulpa, dan saluran pulpa terbuka kebagian luar gigi melalui permukaan yang disebut dengan foramen apical. Foramen ini paling sering ditemukan pada atau dekat dengan apeks akar. Bentuk dan jumlah saluran akar telah dibagi menjadi 4 konfirugasi atau tipe utama secara anatomis.
a. Konfirugasi tipe I : memiliki satu saluran b. Konfirugasi tipe II, III, dan IV : memiliki dua saluran atau
satu saluran yang terpisah menjadi dua untk setiap bagian akar.
Keempat tipe saluran dapat diuraikan sebagia berikut :
Jumlah tonjol Jumlah tanduk
I1 atas - 3
I2 atas - 3 (namun hanya 1 pada peg lateral)
C atas 1 1
P1 atas 2 2 P 2 atas 2 2
M1 atas 4 (atau 5 terdapat
carabelli)
4 (carabelli tidak fungsional)
M2 atas 3 atau 4 3 atau 4 I1 bawah - 3 I2 bawah - 3 C bawah 1 1
Anatomi dan Embriologi Gigi
57
Jumlah tonjol Jumlah tanduk
P1 bawah 2 1 atau 2 (tonjol
lingul mungkin tidak fungsional)
P 2 bawah 2-3 3-3
M1 bawah 5 5 M2 bawah 4 4
3. Tipe Saluran Akar
Gambar Tipe konfirugasi kanal
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 246
a. Tipe I : satu saluran memanjang dari kamar pulpa hingga
apeks b. Tipe II : dua saluran terpisah dari kamar pulpa, namun
menjadi satu saluran saat mendekati apeks dan membentuk satu saluran apikal dan satu foramen apikal .
c. Tipe III : dua saluran terpisah dari kamar pulpa dan tetap terpisah, keluar dari apeks akar sebagai dua foramen apikal yang terpisah.
d. Tipe IV : satu saluran dari kamar pulpa, namun terpisah menjadi dua saluran pada sepertiga apikal akar dan membentuk dua foramen apikal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
58
4. Bentuk Pulpa Pada Gigi a. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi anterior
Gambar Insisive sentral tampak mesiodistal
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 248
Satu gigi insisif memiliki pulpa yang terlihat lebar, hanya dua tanduk yang terlihat pada insisif sentral atas. Namun pada gigi insisif muda dapat menampilkan konfirugasi dari tiga mamelon, yaitu mengasilkan tiga tanduk pulpa yang berada pada sisi mesial, tengah dan distal. Ingat bahwa pada dasarnya gigi anterior memiliki akar tunggal. Jumlah saluran akar gigi anterior pada kamar.
Gambar Insisive sentral tampak fasiolingual
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 248
Anatomi dan Embriologi Gigi
59
b. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi premolar Saat gigi premolar dengan arah mesiodistal ean dilihat dari sisi fasial (atau lingual). Batas oklusal atau atap pulpa melengkung dibawah tonjol, menyerupai lengkungan dari permukaan oklusal. Tanduk pulpa pada atap terlihat di bawah setiap tonjol, dan memiliki panjang relative mendekati ketinggian relatif jadi tanduk bakal lebih dari tanjol panjang dari pada tanduk lingual. Pada umumnya, gigi premolar memiliki satu tanduk pulpa pada setiap tonjol fungsional. Oleh karena itu, gigi premolar dengan dua tipe toonjol sering memiliki dua tanduk pulpa tetapi premolar kedua bawah dengan tipe tiga-tonjol memiliki tiga tanduk pulpa, dan premolar pertama bawah dengan satu tonjol lingual tanpa fungsi mungkin hanya memiliki satu tanduk pulpa, serupa dengan kaninus.
Gambar C (premolar 1 atas) A (premolar 1 bawah)
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 249-50
Pada premolar pertama atas seringkalai memiliki dua akar (satu bukal dan satu lingual) serta dua saluran (satu dalam setiap akar). Bahkan gigi premolar pertama atas dengan akar tunggal
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
60
hampir selalu memiliki dua saluran (satu dalam akar bukal dan satu dalam akar lingual, adalah 90% meskipun insiden yang kecil c. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi molar Kamar pulpa pada gigi molar pertama dan kedua atas lebih lebar bukolingual dibandingkan dengan mesiodistal (seperti betuk mahkotanya) dan sering menyempit dekat dengan dasar kamar pulpa.
Gambar: molar pertama atas
Pada gigi molar pertama dan kedua bawah, kamar pulpa lebih lebar mesiodistal dibandingkan dengan bukolingul (seperti benutk mahkotanya). Seperti pada semua gigi bertonjol
Gambar : molar pertama bawah
Anatomi dan Embriologi Gigi
61
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
62
Anatomi dan Embriologi Gigi
63
BAB IX ANOMALI
Anomali adalah gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya. Faktor-faktor penyebab anomali gigi adalah :
1. Faktor Herediter 2. Gangguan pada waktu pertumbuhan dan
perkembangan gigi. 3. Gangguan Metabolisme
a. Bagian I : Anodontia
a. Anodontia Total : absennya satu set gigi secara congenital. Anodontia total bercirikan absennya seluruh gigi sulung dan permanen dan sangat jarang terjadi.
b. Anodontia Sebagian :absennya gigi congenital yang melibatkan satu atau dua gigi dalam gigi geligi.
Gambar.Partial Anodontia
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
64
b. Bagian II : Gigi Ekstra Atau Supernumerary Gigi supernumerari (gigi ekstra) adalah gigi yang
merupakan kelebihan dari jumlah formula normal pada setiap kuadran ( kuadran gigi sulung: 1-2, C-1, M-2; sedangkan kuadran gigi permanen adalah: 1-2, C-1, P-2, M-3). Gigi supernumerari terjadi pada 0,3-3,8% dari populasi. Gigi supernumerari bervariasi dalam bentuk dan ukuran..
a. Area Insisif Atas Lokasi yang paling sering untuk gigi supernumerari pada gigi-geligi permanen terletak pada garis tengah rahang atas (disebut mesioden). Mesioden adalah gigi supernumerari yang kecil, yang terbentuk diantara dua insisif sentral. Mempunyai mahkota berbentuk konus dan akar yang pendek
Gambar. Mesiodens
b. Area Molar Ketiga Keberadaan gigi supernumerari di distal molar ketiga
lebih sering pada maksila dari pada mandibula. c. Area Premolar Bawah
Lokasi yang paling umum untuk gigi supernumerari mandibula adalah antara regio premolar pertama dan premolar kedua. Gigi supernumerari yang terlihat di area ini biasanya mirip premolar normal dalam ukuran dan bentuk.
Anatomi dan Embriologi Gigi
65
Gambar.Supernumery pada premolar
c. Bagian III : Morfologi Gigi Abnormal
a. Morfologi Mahkota Abnormal Malformasi Molar Ketiga : anomali dapat berupa mahkota berbentuk pasak yang kecil sampai versi malformasi multitonjol dari molar pertama dan molar kedua. 1. Insisif Lateral berbentuk pasak
Gigi berbentuk konus, melebar kea rah servikal dan meruncing ke arah insisal membentuk ujung yang tumpul.
2. Geminasi
Karena pembelahan gigi tidak sempurna, mahkota yang kembar Nampak dobel lebarnya disbanding gigi tunggal dan kemungkinan bertakik.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
66
Gambar. Geminasi
3. Fusi Penyatuan dua benih gigi yang berdekatan selalu melibatkan dentin.
Gambar.Fusi
4. Insisif Hutchinson dan Molar Mulberry
Hutchinson insisif yaitu insisif atas dan bawah mungkin berbentuk obeng, lebar pada bagian servikal dan sempit di bagian insisal dengan tepi insisal yang bertakik sedangkan Molar Mulberry yaitu molar pertama mungkin mempunyai anatomi oklusal yang dibuar dari multi tuberkel dengan tonjol yang tidak berkembang, oleh karena bentuk yang mirip buah beri pada permukaan oklusal gigi molar.
Anatomi dan Embriologi Gigi
67
Gambar. Hutchinson Insisif
Gambar. Mulberry Molar
5. Tonjol Aksesoris, Tuberkel , atau lingir Tonjolan email aksesoris dapat berasal dari hiperlasia perkembangan yang terlokalisir (peningkatan volume jaringan yang disebabkan oleh pertubuhan sel-sel baru), atau kondisi berjejal sebelum erupsi dapat menyebabkan fusi gigi supernumerari, yang mungkin terlihat mirip seperti tonjolan ekstra. Tonjol lingual ketiga mungkin berkembang pada permukaan lingual molar bawah dan di sebut tuberkolum intermedium. Apabila tonjol ekstra tersebut terletak pada lingir distal, disebut tuberkolum sektum. Tonjol talon (seperti cakar hewan) adalah tonjolan kecil pada permukaan lingual gigi anterior atas atau bawah permanen. Gigi mungkin juga menunjukkan tonjolan email ekstra yang kecil yang disebut tuberkel atau tonjolan aksesori ekstra.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
68
Gambar. Tuberkel Gambar. Tonjolan Ekstra
Gambar. Tonjol Talon Gambar. Tuberculum Intermedium
6. Variasi Ukuran Gigi
Mikrodonsia ( gigi yang sangat kecil, tetapi bentuknya normal) dan makrodonsia (gigi yang sangat besar, tetapi bentuknya normal) dapat muncul sebagai gigi tunggal, beberapa gigi, atau semua gigi dalam gigi-geligi.
Gambar. Variasi ukuran gigi A. Makrodonsia B.
Mikrodonsia
7. Insisif Atas Berbentuk Sekop Mungkin bukan anomali yang sejati,insisif sekop adalah karakter yang sering terjadi, yang
Anatomi dan Embriologi Gigi
69
mencerminkan perbedaan biologi antar-ras. Anatomi lingual meliputi singulum dan lingir marginal yang menonjol, mirip bentuk sekop
b. Morfologi Akar Abnormal Malforasi akar normalnya hanya terlihat pada radiograf, walaupun pemeriksaan yang teliti pada gigi yang diekstraksi mengungkap banyak variasi 1. Mutiara Email
Mutiara email(email pearl) adalah nodulus yang kecil bulat pada email dengan dukungan sedikit dentin. Karena dibungkus email, mencegah perlekatan jaringan ikat normal, dapat diraba dengan probe, konsekuensinya, dapat menyebabkan problem periontal pada regio ini.
Gambar. Mutiara Email
2. Taurodonsia Pada taurodonsia yang disebut juga gigi sapi atau prisma, kamar pulpanya sangat panjang, tanpa penyempitan di dekat CEJ.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
70
Gambar. Taurodonsia
3. Dilaserasi Dilaserasi adalah pembengkokan yang parah atau distorsi angular dari akar gigi. Kejadian yang tidak biasa ini mungkin merupakan hasil dari cedera traumatik atau ruang yang kurang untuk perkembangan, seperti sering terjadi pada molar ketiga
Gambar. Dilaserasi
4. Dens In Dente Dens in dente (gigi dalam gigi) adalah anomali perkembangan yang disebabkan oleh invaginasi organ email ke dalam mahkota gigi. Secara klinis, nampak paling sering sebagai celah yang dalam didekat singulum gigi insisif.
Anatomi dan Embriologi Gigi
71
Gambar. Dens in Dente
5. Konkresensi Konkresensi (concrescence) melibatkan fusi superfisial atau pertumbuhan bersama dari hanya sementum dua akar gigi yang berdekatan. Tidak seperti fusi, gigi ini biasanya bergabung setelah bererupsike rongga mulut karena kedekatan akar dan deposisi sementum yang banyak.
Gambar. Konkresensi
6. Akar Kerdil Gigi atas sering menunjukkan mahkota berukuran normal dengan akar abnormal yang kerdil. Kondisi
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
72
ini sering herediter, tetapi akar kerdil yang terisolasi atau umum juga dapat terjadi dari gerakan ortodontik gigi(dengan braces) apabila gerakan terjadi terlalu cepat.
7. Hipersementosis Hipersementosis adalah pembentukan sementum yang berlebihan di sekitar akar setelah gigi erupsi. Ini mungkin disebabkan oleh trauma.disfungsi metabolisme, atau peradangan periapeks.
Gambar.Hipersementosis
8. Akar Aksesori ( Ekstra) Akar aksesori yang biasanya terjadi pada gigi yang akarnya terbentuk sejak lahir, mungkin disebabkan oleh trauma, disfungsi metabolisme, atau tekanan. Molar ketiga adalah gigi berakar banyak yang sering menunjukkan adanya akar aksesoris.
Gambar. Akar Extra
Anatomi dan Embriologi Gigi
73
c. Anomali Posisi Gigi 1. Gigi Tidak Erupsi (Impaksi)
Gigi tidak erupsi adalah gigi yang tertanam yang gagal berurupsi kedalam rongga mulut karena kurangnya kekuatan untuk erupsi.
Gambar. Impaksi
2. Gigi Transposisi (Salah Letak)
Kadang-kadang, sel pembentuk gigi(benih gigi) kelihatan tidak pada tempatnya, menyebabkan gigi muncul pada lokasi yang tidak biasa pula. Gigi yang paling sering transposisi adalah kanius atas.
Gambar. Gigi Transposisi (Salah Letak)
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
74
3. Rotasi Gigi Rotasi adalah anomali yng jarang terjadi, paling sering terjadi pada premolar kedua atas. Kadang-kadang pada insisif atas, premolar pertama, atau premolar kedua bawah. Gigi mungkin mengalami rotasi pada sumbunya sebesar 180.
Gambar. Rotasi
4. Ankilosis Ankilosis mungkin diawali oleh infeksi atau trauma pada ligamen periodontium, mengakibatkan hilangnya ruang ligamen periodontium sehingga akar gigi benar-benar berfusi dengan prosesus alveolaris atau tulang alveoral.
5. Malformasi Perkembangan Gigi Tambahan (Dan Diskolorisasi) Malformasi gigi yang lain mungkin berhungan dengan keturunan atau cedera selama pembentukan dan oleh karena itu, bisa menganai gigi daripada satu atau dua gigi tertentu. Kondisi ini bukan anomali, tetapi dokter gigi harus bisa membedakannya dari anomali yang lain. Ada beberapa istilah yang harus anda ketahui agar mengerti bagian ini. Pertama, akhiran plasia merujuk pada pembentukan atau perkembangan. Displasia adalah istilah umum yang menunjukkan perkembangan abnormal. Displasia dapat terjadi dari
Anatomi dan Embriologi Gigi
75
kandungan mineral yang terlalu sedikit(hipokalsifikasi) dalam email atau dentin. Hipoplasia adalah bentuk displasia yang mengacu pada perkembangan jaringan yang tidak sempurna.
1) Displasia Email Displasia email adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gangguan sel pembentuk email (ameloblas) selama awal pembentukan email.
a) amelogenisis imperfekta Amelogenisis imperfekta adalah kelainan herediter yang memengaruhi pembetukan email baik dari gigi-geligi sulung maupun permanen (“amelo” merujuk pada ameloblas atau sel pembentuk email, dan “genesis” merujuk pada permulaan terbentuknya sel-sel ini, kata “imperfekta” berarti tidak sempurna).
Gambar. Amelogenesis Imperfekta
b) Fluorosis
Fluorosis adalah kondisi yang disebabkan selama pembentukan emai, oleh konsumsi senyawa fluoride berkonsentrasi tinggi dalam air minum, melebihi konsentrasi yang di anjurkan untuk mengendalikan karies gigi. Secara klinis, semua gigi permanen dapat
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
76
terkena ,bergantung pada lamanya orang mengkonsumsi fluoride berkonsentrasi tinggi. Gigi ini sering kali resisten terhadap karies.
Gambar.Flourosis
c) Kerusakan email karena demam tinggi
Email berceruk pada gigi permanen bisa disebabkan karena demam tinggi pada masa awal anank-anak akibat penyakit seperti campak.
2) Hipomaturasi ( Hipoplasia Fokal) Hipomaturasi adalah perkembangan email yang tidak sempurna, terlihat sebagai spot perubahan warna terlokalisasi atau area deformitas pada gigi. Selama pembentukan email, kondisi ini disebabkan trauma, infeksi lokal dari gigi sulung di dekatnya yang mengalami abses, atau beberapa gangguan lain dalam
Anatomi dan Embriologi Gigi
77
maturasi matriks email, yang kemungkinan besar terjadi pada gigi penggatinya (disebut gigi turner).
3) Displasia Dentin
Displasia dentin terjadi dua kali lebih sering daripada displasia email( 1 dalam 8.000). perkembangan dentin yang abnormal mencakup kondisi heredicter dan sistemik seperti berikut.
a) Dentinogenesis imperfekta Dentinogenesis imperfekta adalah kelainan herediter yang memengaruhi pembentukan dentin pada gigi-geligi sulung dan permanen.
Gambar. Dentinogenesis Imperfecta
b) Pewarnaan tetrasiklin
apabila antibiotik tetrasiklin dikomsumsi oleh wanita hamil, bayi, atau anak selama waktu pembentukan dan kalsifikasi gigi, akan dapat memengaruhi dentin yang sedang berkembang. Akibatnya terjadi perubahan warna gigi, bergantung pada dosis obat, menjadi kuning atau coklat kelabu. Pewarnaan yang terjadi dapat menyeluruh pada gigi-geligi sulung tetapi juga dapat mengenai beberapa gigi permanen, bergantung pada usia ketika tetrasiklin diberikan.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
78
Gambar.Tetracyclin
d. Perubahan Bentuk Gigi Karena Cedera Setelah Gigi Erupsi
Reaksi terhadapa cedera sebenarnya bukan anomali tetapi perubahan yang unik dalam marfologi gigi terkait penyebab khusus. Kondisi ini harus dikenali sehingga etiologinya(penyebab) dapat diidintifikasikan dan dimodifikasi, jika memungkinkan, untuk menghindari faktor penyebab yang bisa memperburuk keadaan. a. Atrisi
Atrisi adalah ausnya email(dan akhirnya dentin) karena pergerakan gigi bawah terhadap gigi atas selama fungsi normal dan keadaan ini diperberat oleh pengerotan yang berlebihan dari gigi-gigi, yang dikenal sebagai bruksime.
Gambar. Atrisi
Anatomi dan Embriologi Gigi
79
b. Abrasi
Ausnya struktur gigi karena kegiatan mekanis disebut abrasi. Contoh abrasi yang umum (kadang disebut abrasi karena menyikat gigi) adalah hilangnya email di dekat CEJ dari permukaan fasial mahkota.
Gambar. Abrasi
c. Erosi Erosi adalah hilangnya struktur gigi karena bahan kimia (bukan mekanis) dan mengenai permukaan halus serta oklusal. Erosi dapat disebabkan oleh asupan asam sitrat(seperti lemon) yang berlebihan, minuman bersoda, atau akibat dari asam dari lambung yang dimuntahkan.
Gambar XII.XXIX Erosi
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
80
Anatomi dan Embriologi Gigi
81
BAB X ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
ALAT
1. Pisau malam (lecron) dan pisau gips 2. Chip blower (pus-pus)
3. Bunsen (lampu spirtus) 4. Rubber bowl dan Spatel 5. Alas putih plastik (60x60 cm)
6. Gergaji kecil 7. Amplas kasar dan halus 8. Lap kasar dan lap halus 9. Mistar (uk.30 cm) 10. Sikat gigi
11. Atlas penuntun(minimal 1 atlas u 2 orang)
12. Kotak plastik uk P=6 cm,L=6 cm T=10 cm
13. Plastik obat (20x25 cm)
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
82
BAHAN 1. Malam merah 2. Dental stone (gips putih)
3. Spiritus 4. Air 5. Korek api 6. Pensil dan penghapus 7. Sabun mandi (batangan)/kelompok 8. Unsure I,C,P,M maxilla dan mandibula (sebagai model)
Anatomi dan Embriologi Gigi
83
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Peraturan sebelum memasuki laboratorium a. Praktikan harus berada di depan laboratorium 15 menit
sebelum praktikum dimulai. b. Praktikan harus telah dinyatakan lulus response untuk dapat
mengikuti praktikum. c. Semua perlengkapan praktikum harus telah siap (lengkap),tugas
pendahuluan dan laporan praktikum harus telah diserahkan pada dosen pembimbing paling lambat satu hari sebelum praktikum.
d. Sebelum memasuki laboratorium praktikan harus telah mengetahui materi dan bahan yang akan dipraktikumkan.
e. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum apabila tidak mengikuti asistensi praktikum
f. Praktikan diwajibkan mengikuti tenteran sebanyak 2(dua ) kali g. Praktikan harus telah mengisi daftar hadir umum sebanyak dua
rangkap dan daftar hadir kelompok. 2. Peraturan Berpakaian
a. Praktikan tidak diperkanankan memakai kaos oblong,sandal/sepatu sandal.
b. Praktikan memakai baju praktikum warna putih bersih dan memakai papan nama yang dilengkapi dengan nomor stambuk.
c. Praktikan laki-laki harus memakai celana kain dan praktikan perempuan memakai rok kain.
d. Praktikan perempuan diharuskan memasukkan kerudung/jilbabnya ke dalam baju praktikum.
e. Praktikan tidak diperkenankan memakai aksesoris apapun selama praktikum berlangsung.
3. Peraturan di dalam Laboratorium a. Praktikan yang meninggalkan laboratorium tanpa alasan yang
jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan maka praktikumnya dinyatakan batal.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
84
b. Praktikan yang ingin meninggalkan laboratorium untuk ke kamar kecil,shalat dll harus dengan seizin dosen pembimbing kelompok dan sepengetahuan koordinator praktikum.
c. Praktikan tidak diperkenankan mengobrol/bercanda selain hal yang berhubungan dengan praktikum selama praktikum berlangsung.
d. Pekerjaan laboratorium/bahan yang dipraktikumkan tidak diperkenankan dibawa keluar dari laboratorium.
e. Selama praktikum berlangsung handphone dinonaktifkan. 4. INHAL PRAKTIKUM maksimal 2 kali dengan syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan. 5. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak diberikan tambahan waktu/tidak berhak mengikuti inhal praktikum.
6. Praktikan dinyatakan tidak lulus praktikum apabila tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 (dua) kali,kecuali dikarenakan hal hal yang sifatnya darurat serta disertai dengan surat keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Hal hal yang belum jelas dan bersifat kasuistik akan ditentukan(diinformasikan) saat asistensi praktikum atau pada saat praktikum berlangsung.
Makassar, Maret 2018
Koordinator Praktikum
(_________________________)
Praktikan
(__________________________)
Anatomi dan Embriologi Gigi
85
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN UNSUR DARI WAX
1. Buat pola pada dengan menggambar bagian corona dan radiks
dari unsur yang akan dibuat pada kotak malam.. 2. Tentukan bagian buccal/labial,palatal/lingual,mesial dan
distal 3. Ukir model (yang telah digambar pada malam) tersebut
dengan menggunakan pisau malam yang telah dipanaskan diatas Bunsen,dimulai dari bagian corona labial/buccal,palatal/lingual,mesial,distal dan radiks (palatal/lingual,mesial,distal)
4. Pada saat mengukir,perhatikan dengan seksama bentuk anatomi dari unsure yang diukir (sulkus,pit,fissure dan bagian bagian lainnya)
5. Bersihkan dan haluskan model malam dengan menggunakan sikat gigi lalu haluskan dengan menggunakan semburan api dari chip blower dan Bunsen
6. Acc dan kumpul
CARVING Untuk mengukir sebuah gigi maka hal yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut :
1. Menggambar Gigi Bahan yang diperlukan :
a. Kertas grafik b. Pensil dan peruncing pensil c. Penggaris dengan skla milimeter d. Boley gauge
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
86
e. Gigi atau model gigi f. Bagan dimensi gigi yang digambar
2. Buat sketsa gigi yang akan diukir lengkap dengan ukuran masing-masing gigi.
3. Mengukir gigi. Bahan yang diperlukan :
a. Blok malam (34 X 17 X 17mm untuk molar atau 32 X 12 X 12mm) untuk gigi selain molar.
b. Boley gauge (Caliper vernier) c. Penggaris milimeter d. Pisau malam e. Pensil
Gigi atau model gigi sebagai patokan ukuran dan bentuk gigi. Contoh : bagaimana mengukir insisif sentral atas dari blok malam 1. Ratakan bagian samping dan buatlah sudut saling tegak
lurus. 2. Ukurkan 2 mm dari satu ujung blok dan gambar garis pada
ketinggian ini, mengelilingi blok (diatas empat permukaan). Ujung dari blok ini adalah ujung insisif atau oklusal gigi dan penambahan 2mm di sini untuk memberi panjang ekstra pada tonjol lingual gigi molar yang lebih panjang dari pada tonjol mesiobukal yang menyusun mahkota. Walaupun mudah untuk menambah 2mm pada semua ukiran, ini hanya diperlukan untuk gigi molar.
3. Dari garis 2mm, ukur panjang mahkota dan gambar garis kedua melingkari blok pada ketinggian ini. Garis ini adalah lokasi garis servikal pada asial, mesial, distal, dan lingual dari gigi.
4. Daris garis servikal ini, ukurlah setengah tinggi akar dan gambar garis ketiga melingkari blok, (ujung dari blok di luar garis ini adalah basisnya).
Anatomi dan Embriologi Gigi
87
5. Pada basis blok, ukur pada tempat yang sesuai, fasial (F) , lingual (L), mesial (M) dan distal (D) gigi. yakinkan bahwa anda sudah meletakkan M dan D pada hubungan yang layak F dan L sehingga anda bisa mengukir gigi kanan atau kiri bergantung pada apa yang anda inginkan.
6. Dengan menggunakan pensil yang tajam, gambar garis yang pendek pada blok bagian tengah permukaan mesial. Lakukan yang sama pada permukaan distal dan yakinkan bahwa garis ini saling berlawanan.
7. Tambahkan 0,5 mm pada ukuran fasiolingual mahkota. Bagilah jumlah ini menjadi dua. Menggunakan pengkuran ini, gambar garis dengan jarak yang sama pada kedua sisi garis tengah di sisi mesial dan distal dari blok. Dua garis luar ini harus sejajar dengan garis tengah meluas dari puncak blok ke basis. Dua garis ini membentuk kotak yang mempunyai dimensi fasiolingual sama dengan dimensi mhakota ditambah 0,5mm. Penambahan 0,5mm dimaksudkan untuk pengukiran yang aman, jangan membuat masalah dengan menambah lebih dari 0,5mm.
8. Pada bagian mesial blok yang ditandai M, didalam kotak, outline bagian mesial gigi sesuai dengan gambar pada kertas grafik.
9. Gambar outline serupa pada bagian distal blok. Yakinkan bahwa pada kedua sisi, gambar diorientasikan sedemikian rupa sehingga permukaan fasial gigi mengarah pada sisi blok yang anda tandai.
10. Singkirkan bagian malam yang diarsir, yang kemudian sedikit demi sedikit akan membentuk berupa gigi yang sedang diukir.
11. Periksalah jarak antara dua permukaan yang berhadapan secara hati-hati dengan boley gauge- pastikan permukaan ini halus dan datar. Yakinkan ketebalan kolom malam di antara
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
88
permukaan sejajar ini benar-benar sama dengan dimensi fasiolingual ditambah 0,5mm.
12. Sekarang singkirkan (carver away) regio yang diarsir. Ikuti gambar dengan hati-hati dengan bouley gauge, pastikan permukaan ini halus dan rata.
13. Dengan pensil yang tajam, gambar pelan-pelan garis tengah pada berlawanan sisi fasial dan lingual dari ukiran yang melengkung.
14. Tambah 0,5mm pada ukuran mesiodistal mahota dan gambar dua garis setengah jarak ini pada kedua sisi garis tengah.
15. Gambar ulang garis horizontal dengan jarak panjang mahkota yang sebenarnya dari tepi insisal pada sisi fasial dan lingual.
16. Pada permukaan lingual dari blok., gambarlah garis yang bentuk yang sama dengan terletak pada permukaan fasial kecuali, tertentu saja, bahwa ini merupakan gambaran kebalikannya, bagian distal dari gigi pasti mengarah ke sisi yang sama ada blok pada setiap kasus. Periksalah panjang mahkota tidak terlalu panjang.
17. Singkirkan semua malam di luar gambar, hilangkan bagian diarsir. Ada beberapa gigi molar pertama, akarnya yang menyebar mungkin meluas di luar kotak, dan akan harus diukir dengan hati-hati. Periksa pengukuran anda lagi.
18. Bentuklah gigi dengan mengukur secara hati-hati kontur mesial dan distal dengan membuang bagian diarsir hitam sehingga mirip spesimen gigi anda dari fasial dan lingual.
19. Sekarang waktunya membulatkan sudut, mempersempitkan permukaan lingual, membentuk singulum (ini distal dari garis tengah, dan linggir marginal masial lebih panjang dari distal, dan ukirlah fossal lingualis). Ingat untuk
Anatomi dan Embriologi Gigi
89
memperhatikan secara detai anatomi gigi yang dimiliki setiap gigi.
20. Ukir insisal pada basis blok, dan perbaiki regio-regio yang anda merasa kurang. Kemudian rapikan dan kilapkan.
Gambar : mengambar tiga pandangan ini akan sangan berguna bagi anda ketika anda membuat outline kontur yang sama diatas blok malam untuk mengukir.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
90
Anatomi dan Embriologi Gigi
91
Gambar : contoh pedoman pengukiran gigi premolar
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
92
INSISIVUS
Anatomi dan Embriologi Gigi
93
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
94
Anatomi dan Embriologi Gigi
95
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
96
Anatomi dan Embriologi Gigi
97
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
98
Anatomi dan Embriologi Gigi
99
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
100
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN UNSUR DARI GIPS
1. Siapkan cetakan gips 2. Campurkan bubuk gips dan air dalam rubber bowl dengan
perbandingan 2:1 3. Aduk sampai rata campuran tersebut dengan menggunakan
spatel.hindari porositas pada campuran gips. Porositas dapat terjadi karena :
a. Kurang tepatnya perbandingan gips dan air b. Cara pengadukan campuran yang kurang tepat c. Waktu pengadukan campuran yang terlalu
lama,menyebabkan sebagian gips mengeras dengan cepat d. Kurangnya vibrasi pada saat pencetakan 4. Tuangkan campuran gips kedalam cetakan 5. Setelah gips mengeras (salah satu tanda gips telah mengeras
adalah bila disentuh dengan jari,gips tersebut terasa hangat)
6. Tentukan sisi mesial,distal,labial/buccal,palatal/lingual. Desain ke empat permukaan cetakan gips
7. Dengan menggunakan gergaji kecil dan pisau gips lakukan pengukiran dimulai dari corona dan berakhir pada pengukiran bagian radiks
8. Haluskan hasil ukiran dengan menggunakan amplas kasar lalu dilanjutkan dengan menggunakan amplas halus
9. Siapkan air sabun,dengan cara memasak sabun yang telah dipotong potong kecil terlebih dahulu ke dalam air bersih sampai mendidih di atas alat pemanas (kompor)
Anatomi dan Embriologi Gigi
101
10. Setelah mendidih matikan alat pemanas kemudian masukkan model gips yang telah dihaluskan tadi ke dalam air sabun hingga air sabun menjadi hangat
11. Keringkan model gips lalu haluskan lagi menggunakan kapas basah dan keringkan kembali
12. Buat model gips menjadi penampang sagital, kemudian beri warna untuk membedakan email, dentin dan pulpa
13. Acc dan kumpul
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
102
INCISIVUS CENTRALIS/LATERALIS MAXILLA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
Anatomi dan Embriologi Gigi
103
INCISIVUS CENTRALIS MAXILLA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
104
INCISIVUS LATERALIS MAXILLA
Anatomi dan Embriologi Gigi
105
CANINUS MAXILLA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
106
Anatomi dan Embriologi Gigi
107
PREMOLAR SATU/DUA MAXILLA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
108
PREMOLAR SATU MAXILLA
Anatomi dan Embriologi Gigi
109
PREMOLAR DUA MAXILLA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
110
MOLAR SATU/DUA/TIGA MAXILLA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
Anatomi dan Embriologi Gigi
111
MOLAR SATU MAXILLA
Aspek Bukalis
Aspek Palatal
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
112
Oklusal
Mesial
Anatomi dan Embriologi Gigi
113
Distal
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
114
MOLAR DUA MAXILLA
Anatomi dan Embriologi Gigi
115
MOLAR TIGA MAXILLA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
116
INCISIVUS SENTRALIS/LATERALIS MANDIBULA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,…………. Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
Anatomi dan Embriologi Gigi
117
INCISIVUS SENTRALIS MANDIBULA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
118
INCISIVUS LATERALIS MANDIBULA
Anatomi dan Embriologi Gigi
119
CANINUS MANDIBULA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,…………. Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
120
CANINUS MANDIBULA
Bukal
Palatal
Anatomi dan Embriologi Gigi
121
Insisal
Mesial
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
122
Distal
Anatomi dan Embriologi Gigi
123
PREMOLAR SATU/DUA MANDIBULA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
124
PREMOLAR SATU MANDIBULA
Bukal
Palatal
Anatomi dan Embriologi Gigi
125
Oklusal
Mesial
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
126
Distal
Anatomi dan Embriologi Gigi
127
MOLAR SATU/DUA MANDIBULA UNSUR : PARAF DOSEN
PEMBIMBING
PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM
ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET
MULAI SELESAI
Balok
Labial/Buccal
Mesial/Distal
Palatal/Lingual
Incisal/Oklusal
Penghalusan
Rata-rata
Makassar,………….
Dosen Pembimbing Kelompok
…………………………………
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
128
MOLAR SATU MANDIBULA
Anatomi dan Embriologi Gigi
129
MOLAR DUA MANDIBULA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
130
MOLAR TIGA MANDIBULA
Anatomi dan Embriologi Gigi
131
DAFTAR NILAI PRAKTIKUM
1. DAFTAR NILAI PEKERJAAN LAB (Modeler malam/Gips)
NO UNSUR NILAI KETERANGAN
1. INCISIVUS SENTRALIS/LATERALIS MAXILLA
2. CANINUS MAXILLA
3. PREMOLAR SATU/DUA MAXILLA
4. MOLAR SATU/DUA MAXILLA
5. INCISIVUS SENTRALIS/LATERALIS MANDIBULA
6. CANINUS MANDIBULA
7. PREMOLAR SATU/DUA MANDIBULA
8. MOLAR SATU/DUA MANDIBULA
9.
10.
RATA-RATA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
132
2. DAFTAR NILAI LAPORAN PRAKTIKUM
NO TANGGAL
PRAKTIKUM TANGGAL
ACC JUDUL
LAPORAN TTD
DOSEN PEMBIMBING
NILAI KET
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1O
RATA – RATA
Anatomi dan Embriologi Gigi
133
3. DAFTAR NILAI RESPONSI NO TANGGAL
RESPONSI MATERI RESPONSI NILAI
1.
2.
3.
4.
5.
RATA - RATA
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
134
4. DAFTAR NILAI TUGAS PENDAHULUAN NO MATERI
NILAI KETERANGAN
1. INCISIVUS SENTRALIS MAXILLA
2. INCISIVUS LATERALIS MAXILLA
3. CANINUS MAXILLA
4. PREMOLAR SATU MAXILLA
5. PREMOLAR DUA MAXILLA
6. MOLAR SATU MAXILLA
7. MOLAR DUA MAXILLA
8. MOLAR TIGA MAXILLA
9. INCISIVUS SENTRALIS MANDIBULA
10. INCISIVUS LATERALIS MANDIBULA
11. CANINUS MANDIBULA
12. PREMOLAR SATU MANDIBULA
13. PREMOLAR DUA MANDIBULA
14. MOLAR SATU MANDIBULA
15. MOLAR DUA MANDIBULA
16 MOLAR TIGA MANDIBULA
17. MODEL GIPS
RATA - RATA
Anatomi dan Embriologi Gigi
135
5. DAFTAR NILAI UJIAN NO
MATERI NILAI
KETERANGAN
1. UJIAN TEORI PRAKTIKUM
2. UJIAN PRAKTIKUM
RATA - RATA
6. DAFTAR NILAI RATA-RATA PRAKTIKUM
NO DAFTAR NILAI NILAI
KETERANGAN
1. PEKERJAAN LABORATORIUM (MODELER MALAM/GIPS)
2. LAPORAN PRAKTIKUM
3. RESPONSI
4. TUGAS PENDAHULUAN
5. UJIAN PRAKTIKUM
6. UJIAN PRAKTIKUM
NILAI AKHIR PRAKTIKUM
Makassar,…………………………
Koordinator Praktikum Anatomi Gigi &Embriologi Gigi
…………………………………..
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
136
LEMBAR AKTIVITAS MAHASISWA PRAKTIKUM ANATOMI GIGI & EMBRIOLOGI GIGI
NO HARI/
TANGGAL NAMA PRAKTIKUM
TTD ASISTEN
KET.
Anatomi dan Embriologi Gigi
137
DAFTAR PUSTAKA
1. Scheid, Rickne C. Woelfel’s Dental Anatomy, 8th
edition. Philadelphia : William & Wilkins. 2013. 2. Harshanur, Itjiningsih W. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC,
1991. 3. Wangidjaja, Itjiningsih. Anatomi Gigi. Edisi 2. Jakarta :
EGC, 2014. 4. Buku Penuntun Praktikum Anatomi Gigi dan Embriologi
Angkatan 2012.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
138
Anatomi dan Embriologi Gigi
139
RIWAYAT HIDUP PENULIS
drg. Lilies Anggarwati Astuti, S.KG, Sp.Perio, lahir di Makassar 4 Maret 1990 adalah Dosen FKG Universitas Muslim Indonesia Makassar. Riwayat pendidikan tinggi penulis yaitu S1 Pendidikan Dokter Gigi di FKG Unhas Makasar lulus pada tahun 2010, kemudian Profesi Dokter Gigi (drg)
Pendidikan Dokter Gigi di FKG Unhas Makasar lulus pada tahun 2012. Selanjutnya penulis mengambil Dokter Gigi Spesialis Periodonsia (Sp.1) di FKG Unhas Makasar dan lulus pada tahun 2015.
Beberapa Pelatihan Profesional yang pernah diikuti penulis adalah Pelatihan Profesionalisme Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P3KGB) Bedah Mulut Modul A dan B, Pelatihan Instruktur Clinical Skill Laboratory (CSL), Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti), dan Pelatihan Applied Approach (AA). Selain itu penulis juga pernah menjadi pembicara pada seminar/konfrensi, salah satunya pada seminar Depigmentation of Gingival with Abrasion Technique: A Case
Report, yang diselenggarakan oleh Asian Pacific Society of Periodontology-IPERI (Ikatan Periodonsia Indonesia).
Selain aktif mengikuti pelatihan dan menjadi pembicara di berbagai seminar/konferensi, penulis juga aktif dalam membuat bahan ajar. Bahan ajar yang telah dibuat yaitu (1) Structure and function of oromaxillofacial, (2) Oral biology, (3) Pharmacotherapy. Penulis juga tercatat aktif hingga sekarang sebagi anggota dalam organisasi profesi yaitu Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Makassar dan Ikatan Periodonsia Indonesia (IPERI) Cabang Makassar.
drg. Lilies Anggarwati, Sp.Perio
140