Download - Bab 3 RTRW Ciamis
3
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Bab
Potensi dan Permasalahan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Ciamis 3.1 Potensi Pengembangan Wilayah
Kabupaten Ciamis
dudukan geografi Kabupaten Ciamis sebagai
salah satu penyangga Jawa Barat mempunyai
arti penting dan strategis, baik dipandang dari segi
keamanan maupun ketertiban. Stabilitasi (ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan
keamanan) dan agama di Kabupaten Ciamis sering
dipandang sebagai indikator IPOLEKSOSBUD HANKAM
dan Agama di tingkat provinsi dan nasional. Segala
kegiatan yang tidak terakomodasi di Jawa Barat akan
beralih ke kabupaten.
Secara menyeluruh potensi dan pengembangan wilayah
Kabupaten Ciamis menyangkut potensi fisik dan sumber
daya alam, potensi perekonomian, potensi sosial wilayah
serta struktur tata ruang dan prasarana wilayah.
3.1.1 Kedudukan Kabupaten Ciamis dalam
Perwilayahan Regional
Kabupaten Ciamis tercakup dalam wilayah
pengembangan utara yang mencakup 4 (empat) sub
wilayah pengembangan, Wilayah Pengembangan
Tengah dengan 2 (dua) Sub Wilayah Pengembangan
dan Wilayah Pengembangan Selatan yang mencakup 3
(tiga) Sub wilayah pengembangan.
Dominasi kegiatan wilayah dengan karakteristik wilayah
yang sama dengan Kabupaten Ciamis pada umumnya,
maka peranan perkembangan wilayah perencanaan
secara langsung akan terasa khususnya pada Kabupaten
Ciamis, sehingga untuk menentukan arahan
perkembangan ketiga wilayah pengembangan tersebut
akan sejalan dengan arahan perkembangan Kabupaten
Ciamis.
Ditinjau menurut sistem perwilayahan regional,
kedudukan Kabupaten adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah
Negara) Kabupaten Ciamis diklasifikasikan sebagai
Kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian
tanaman pangan, industri, perkebunan dan
kehutanan serta pariwisata.
2. Kabupaten Ciamis ditetapkan sebagai PKL (Pusat
Kegiatan Lokal). Definisi PKL pada Kabupaten Ciamis
adalah sebagai pusat pengembangan dan
pengelolaan yang mempunyai pelayanan satu
kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan
kriteria penentuan pusat jasa keuangan/ bank yang
melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan,
pusat pengelolaan dan pengembangan kegiatan
pertanian dan perkebunan, jasa pemerintahan untuk
beberapa kecamatan, bersifat khusus yang
mendorong perkembangan sektor strategis.
3. Pengelolaan dan pengembangan kegiatan pertanian
dan perkebunan, jasa pemerintahan untuk beberapa
kecamatan, bersifat khusus yang mendorong
perkembangan sektor strategis.
4. Berdasarkan RTRWP Jawa Barat Tahun 2002 - 2012,
Kabupaten Tasikmalaya diarahkan untuk
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 1
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
dikembangkan menjadi PKW (Pusat Kegiatan
Wilayah) dengan lingkup pelayanan Kabupaten
Ciamis dan Garut.
3.1.2 Potensi Fisik dan Sumberdaya Alam
3.1.2.1 Potensi Fisik Dasar
Secara menyeluruh Kabupaten Ciamis terletak pada
lahan dengan keadaan morfologinya datar –
bergelombang sampai pegunungan, yang berkisar
antara 0 % - > 40 %. Kemiringan lereng datar, yaitu 0 –
2 % berada pada bagian Tengah Timur Laut ke Selatan
Kabupaten Ciamis, sedang untuk kemiringan 2 – >40 %
hampir tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten
Ciamis ini (lihat Gambar 3.1).
Sementara itu ditinjau dari keadaan fisiografinya
Kabupaten Ciamis berada pada 4 (empat) ketinggian,
yaitu:
1. Dengan ketinggian terendah yaitu 0 – 25 meter dpl
tersebar pada bagian wilayah Kecamatan Lakbok,
Padaherang bagian Timur yang berbatasan langsung
dengan Propinsi Jawa Tengah. Selain itu ketinggian
terendah tersebut tersebar pada bagian Selatan
Kabupaten Ciamis yaitu pada sepanjang pantai
Selatan yang termasuk pada wilayah bagian Selatan
Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran
dan Kalipucang.
2. Ketinggian tanah 25 – 1000 dpl yang tersebar hampir
pada seluruh kecamatan,
3. Ketinggian tanah tertinggi yaitu 1500 – 2500 berada
pada bagian Utara Kabupaten Ciamis, yaitu di
Kecamatan Cikoneng bagian Utara, Kecamatan
Sadananya dan Cipaku bagian Barat Laut,
Kecamatan Kawali bagian Barat Daya, Kecamatan
Panjalu dan Panumbangan bagian Selatan,
Kecamatan Cihaurbeuti bagian Timur Laut – Timur,
serta sebagian wilayah bagian Utara Kecamatan
Panjalu.
Sedangkan menurut jenis tanah dengan ditinjau
berdasarkan unsur pembentuknya cukup beragam, yaitu
mecakup: Organosol Eutrop, Aluvial Hidromorf, Asosiasi
gley humus & Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu,
Coklat dan Aluvial kekelabuan, Regosol Kelabu, Asosiasi
Andosol Coklat & Regosol Coklat, Compleks Rensina,
Litosol & Brown forest Oil, Grumosol Kelabu, Latosol
Coklat, Latosol Coklat Kemerahan, Compleks
Podsolik Merah kekuningan, podsolik kuning dan regosol,
Compleks Latosol merah kekuningan, latosol coklat
podsolik merah kekuningan dan litosol, serta Asosiasi
Podsolik kuning & Regosol.
Struktur geologi yang membentuk Kabupaten Ciamis
terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
1. Pada bagian Utara dengan dimulai dari Kecamatan
Cimaragas dan Cisaga memiliki struktur geologi yang
didomonasi oleh Endapan gunung api tua disertai
dengan Endapan gunung api muda, Formasi tapak,
Formasi halang, Breksi Gunung Api Galunggung,
Alluvium, Endapan undak sungai dan Batuan beku
tidak terbagi-bagi.
2. Pada bagian Selatan lebih beragam struktur
geologinya yaitu Alluvium, Anggota genteng formasi
jampang, Anggota tup napalan formasi pamutuan,
formasi jampang, formasi halang, formasi tapak, Batu
Gamping Kalipucang, Anggota kalkarenit formasi
pamutuan, Formasi Nusakambang, Formasi Cijulang
dan Formasi Benteng.
Pegunungan bagian Utara terbentuk oleh gunung api
yang tidak/ belum efektif, yaitu Gunung Sawal,
sedangkan pegunungan/ perbukitan bagian Tengah
sebelah Timur merupakan pegunungan kapur (karts)
yang terbentuk dari proses pengangkatan. Keadaan
geologi ini menjadikan beberapa bagian wilayah
kabupaten memiliki potensi erosi dan gerakan tanah
terutama disekitar kaki Gunung Sawal yaitu di
Kecamatan Cipaku, Panjalu, Cihaurbeuti, Sadananya,
Panumbangan dan Cikoneng, serta sekitar perbukitan
karts yaitu pada Kecamatan Pamarican, Langkaplancar
dan Cigugur. Secara menyeluruh keadaan geologi tata
lingkungan yang telah dikaji dengan rekomendasinya
dapat dilihat dalam Tabel III.1.
3.1.2.2 Potensi Sumberdaya mineral
Potensi sumberdaya bahan galian mineral yang tersebar
di wilayah Kabupaten Ciamis terdiri dari bahan galian
untuk industri (logam dan non logam). Potensi bahan
galian bangunan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pasir dan Kerikil
Bahan galian ini berupa endapan lepas atau agak
terkonsolidasi. Komponennya terdiri dari pecahan
batu andesit dan basalt, berukuran pasir dan berbutir
sedang hingga sangat kasar, bercampur kerikil dan
bongkahan batu (diameter 25 cm), berbentuk
menyudut tanggung hingga agak bundar dan
terpilah basah. Bahan galian ini dapat dijumpai pada
endapan sungai atau teras Sungai Cijolang dan
Citanduy.
b. Batu Kali/belah (andesit)
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 2
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Umumnya berupa andesit dan basalt berwarna abu-
abu tua, dengan sifat fisik padat sampai keras yang
tersebar pada permukaan tanah disebelah Selatan
(Kecamatan Kalipucang).
Bahan galian ini merupakan hasil proses aliran lava
dan berupa bongkahan besar dan menyebar
setempat-setempat dengan struktur padat dan
sangat keras terdapat di Kecamatan Tambaksari.
Sebagian bahan galian ini telah diusahakan secara
intensif oleh masyarakat secara manual/ tradisional
(tambang rakyat) yaitu di Kecamatan Tambaksari.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 3
TABEL III.1KAJIAN GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
SATUAN WILAYA
H
FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PEMBATAS
REKOMENDASIMORFOLOGI
LITOLOGI SIFAT FISIK BATUAN & TANAH SERTA SIKAPNYA THD
BENTUK LERENG
SUMBERDAYA AIR
BAHAN GALIANBAHAYA LINGKUNGAN BERASPEK GEOLOGI
BATUAN DASAR & PELAPUKANNYA
BANGUNAN LOGAM & NON LOGAM – INDUSTRI
1
Dataran rendah 0 – 8 % mencapai > 75 %, dengan ketinggian 0 – 25 m dpl
pada undak menempati tinggi di atas 100 m dpl
Lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal sampai bongkah
Lunak, mudah lepas ataupun yang tidak terpadu.
Air permukaan melimpah, muka air tanah dangkal,
debit antar musim kemarau – hujan tinggi.
Produksi Aquifer rendah
Lempung, pasir dan batu kali berukuran bongkah – bongkah
- Sekitar aliran sungai berpotensi banjir, terutama sepanjang aliran Sungai Citanduy.
Sekitar Pantai Selatan terdapat beberapa bagian daerah yang abrasi
Terdapat daerah yang tidak diperuntukan bagi kawasan permukiman, diantaranya sekitar kawasan rentan banjir, yang selalu tergenang secara periodik.
Pada kawasan yang memiliki air permukaan melimpah dapat diperuntukan bagi budidaya tambak ikan
Pengembangan pesawahan sangat dimungkinkan Pengembangan kepariwisataan pada Kawasan Pangandaran
menjadi prioritas dengan mempertimbangkan faktor kendala
2 2a Bukit – bergelombang 8 – 30 % dan mencapai > 45 % pada beberapa bagian
Ketinggian 30 – 350 m dpl
Hasil gunung api tua dan gunung api muda, breksi, lahar, lava, tufa.Tanah lapukan pada beberapa tempat cukup tebal, berupa lateri berwarna merah bata, penggalian mudah.
Umumnya tidak padu atau tidak seberapa mengeras pada kelerengan besar relatif kurang mantap dan stabil pada daerah datar.
Air permukaan cukup, air tanah dengan aquifer berproduktifitas sedang dan tinggi, tersebar luas kedalaman muka air tanah bebas (MAT), umumnya dangkal (< 5 ml)
Terdapat tanah urugan pada sebagian tempat
- Longsoran, memungkinkan pada daerah perbukitan bersudut lereng besar.
Jalur sesar dimungkinkan sebagai zona rawan gempa
Sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah permukiman, perkebunan, campuran, holtikultura yang disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan setempat
2b Bukit – bergelombang 8 – > 45 %
Ketinggian 30 – 350 m dpl
Didominasi oleh hasil gunung api tua, terdiri dari perselingan, breksi, lahar, lava, tufa.Tanah lapukan pada beberapa tempat cukup tebal, berupa lateri berwarna merah bata, penggalian mudah.
Umumnya tidak padu atau tidak seberapa mengeras pada kelerengan besar relatif kurang mantap dan stabil pada daerah datar.
Air permukaan cukup, air tanah dengan aquifer berproduktifitas sedang dan tinggi, tersebar luas kedalaman muka air tanah bebas (MAT), umumnya dangkal - sedang (< 10 ml)
Tanah urugan, komponen batuan untuk batu belah tersebar secara setempat
- Gerakan tanah/ Longsoran berupa runtuhan tanah, avalanche di daerah dengan kelerengan besar, erosi.
Jalur sesar dimungkinkan sebagai zona rawan gempa
Diperuntukan bagi permukiman yang dapat dikembangkan pada daerah landai dan bersudut lereng kecil. Sedangkan untuk sudut lereng besar sesuai untuk pertanian lahan kering.
3 3a Perbukitan karst, dengan relief antara bergelombang, sedang – kasar.
Sudut lereng 8 – 70 % Ketinggian 10 –450 m
dpl
Batu gamping, terumbu yang paling berlapis.Tanah lapukan berupa lempung – lanau mengandung kerikil dan bongkahan gamping tebalnya 0, 5 - 1,2 meter.Penggalian relatif mudah kecuali bagian yang masih segar
Umumnya keras, padat dibeberapa tempat mengandung rongga – rongga dengan kelerengan yang cukup besar, kecuali pada bagian yang banyak mengandung kekar.
Keadaan air tanah termasuk pada aquifer produktifitas rendah, [pda beberapa bagian tak berarti atau langka.Sumber mata air diperoleh pada beberapa tempat dengan debit kecil.Muka air tanah dangkal pada lembah – lembah atau pada topografi tinggi.
Terutama batu gamping
Kalsit Phosfat (P205:18
sampai 35%)
Pada daerah yang memiliki kelerengan besar yang mengandung kekar-kekar/bidang belahan berpotensi sebagai gerakan tanah (jatuhan/gelinciran batu)
Tempat ini berongga atau terdapat goa-goa.
Dikembangkan untuk hutan lindung dalam rangka konservasi sumberdaya air/ yang cukup banyak tersebar di kawasan perbukitan gamping.
Penggalian batu gamping tidak terletak di sekitar mata air.
3b Perbukitan bergelombang kasar-
Sudut lereng 15– 45 %, pada beberapa tempat mencapai 70%
Ketinggian 10 –450 m dpl
Perselingan breksi gunung berapi larva dan tufa, batu pasir, batu lempung sisipan lignith konglomerat dari Formasi Jampang dan Formasi Benteng. Terdapat batuan beku diorit secara setempat-setempat.Tanah lapukan berupa lempung – pasiran dengan komponen batuan berukuran kerikil-kerakal, coklat muda-kemerahan mencapai 1.5 m
Pada bagian segar sangat keras, keras, padat kecuali pada lempung yang mudah pecah setempat/lunak. Pada bagian lapuk padat dapat ditoreh lunak.Pada kelerengan bersudut besar relatif mantap kecuali pada bagian yang berselingan dengan lapisan batu lempung.
Muka air tanah umumnya tinggi (dalam) dengan debit relatif besar antara kemarau dan hujan.Mata air mempunyai debit dengan kesalahan cukup besar yaitu 10 - > 100 lt/detik
Batuan belah, batu gamping pada beberapa bagian
Terdapat gerakan tanah atau longsoran Pada tempat-tempat bersudut lereng besar/zona kemah
Pada zona sesar merupakan daerah paling beresiko akibat bahaya gempa bumi. Beberapa sesar memotong berbukitan Barat Laut –Tengara – Barat Timur
Erosi
Sebagian daerah dapat dikembangkan untuk hutan lindung terutama pada daerah yang dianggap daerah tangkapan air hujan.
Pengembangan hutan produksi, hortikultura, kebun campuran dan tanaman lahan kering lainnya.
Sebagian lahan diperuntukan bagi pengembangan pedesaan yang sesuai dengan karakteristik potensi dan kendalanya.
3c Perbukitan bergelombang sedang - kasar
Sudut lereng 8– 45 %,
Ketinggian 25 –550 m dpl
Perselingan batu pasir, batu lempung dan batu lanau bersisipan breksi dan batu pasir gamping, konglomerat, batu gamping dari Formasi Halang dan Kaliwangu.Tanah lapukan berupa lempung lanau, mengandung pasiran kerikil, coklat-kekuningan dan kemerahan, tebal mencapai 1 m .
Pada bagian segar padat, keras, kecuali pada lempung mudah pecah/ lunak sampai agak elastis pada beberapa bagian.
Air tanah memiliki aquifer dengan produktifitas rendah setempat
Lempung Terdapat gerakan tanah atau longsoran di tempat-tempat bersudut lereng besar serta batuan penyusun yang khas terhadap kendala ini
Pada zona sesar merupakan daerah paling beresiko akibat bahaya gempa bumi dan longsor.
Erosi
Penghijauan tanaman keras dalam rangka proteksi di daerah yang diperkirakan berpotensi longsoran
Pengembangan pertanian lahan kering lebih memungkinkan
4
Tubuh gunung api dengan topografi landai – curam, sudut > 75 %,
Ketinggian 300 – 1750 m dpl
Breksi gunung api, breksi aliran, tufa dan sisipan lava dari hasil gunung api tua.Tanah lapukan cukup tebal ke arah lereng kaki, berupa lanau lempungan mengandung komponen batuan tebal < 1 - > 5 meter,
Umumnya kurang padu, kecuali pada larva keras di bagian lapuk anatara padat gembur, mudah ditoreh. Pengalian mudah – agak sukar
Keberadaan sumberdaya air setempat dengan aquifer produktif, ke arah puncak merupakan daerah langka air. Dibagian kaki muka air tanah beraga (dekat – dalam permukaan)
Secara setempat – setempat tanah urug batu belah
Timbal dan seng (sekitar puncak G. Cingambat.
Pada lereng – lereng terjal bersudut besar berpotensi gerakan tanah
Erosi
Pengembangan pedesaan untuk peruntukan permukiman disesuaikan dengan sudut lereng setempat pada kaki gunung
Dibagian badan sampai puncak gunung dijadikan kawasan non budidaya/ hutan lindung
Untuk pengembangan lahan pertanian disesuaikan dengan kondisi medan setempat.
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 4
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Peta 3.1 Kemiringan Lereng
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 5
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
c. Batu Gamping
Lokasi batu gamping di wilayah Ciamis terdapat di
Kecamatan Padaherang, Langkaplancar dan Cimerak.
Dengan melihat formasi dan penyebaranya,
diperkirakan kandungan deposit batu gamping di
wilayah Kecamatan Cimerak dan Padaherang
mempunyai jumlah cadangan yang cukup besar.
Pada saat ini bahan galian tersebut telah diteliti dan
dilakukan penjajakan oleh investor, namun belum
terdapat keputusan untuk dieksploitasi. Bahan galian
ini merupakan sumber bahan baku untuk semen.
Sedangkan bahan galian untuk industri (logam dan non
logam) diuraikan sebagai berikut:
1. Timbal dan Seng
Bahan galian ini terdapat pada fisiografi vulkan yang
menyebar di wilayah puncak Gunung Sawal. Dilihat
dari formasinya bahan galian ini mempunyai deposit
yang cukup besar dan layak untuk dilakukan
penambangan, namun memerlukan studi khusus
mengingat letaknya berada di kawasan puncak
gunung yang merupakan kawasan lindung.
2. Phosfat
Bahan galian ini terdapat pada wilayah perbukitan
karst sekitar kecamatan Pamarican dan
Langkaplancar. Dilihat dari formasinya, bahan galian
ini cukup besar dan layak untuk ditambang. Sumber
bahan phosfat lainya yang belum dieksploitasi
terdapat di Kecamatan Kalipucang dan memerlukan
studi khusus mengenai kelayakan pembangunannya.
3. Kalsit
Bahan galian ini terdapat pada wilayah perbukitan
karst sekitar Kecamatan Pamarican dan
Langkaplancar. Bahan galian ini dapat dijadikan
untuk pencampuran dalam upaya penyuburan tanah.
Bahan galian ini belum dieksploitasi dan ditinjau
mengenai kelayakan dan ditinjau mengenai
kelayakan dan nilai ekonomis penambangan.
Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumber daya
mineral dapat dilihat dalam Gambar 3.2.
Dari beberapa sumber pertambangan yang tersebar di
wilayah Kabupaten Ciamis terdapat 19 (jenis)
pertambangan yang sangat potensial untuk
dikembangkan Di Kabupaten Ciamis, yaitu mencakup:
1) BATU GAMPING
Penyebaran pada Kecamatan Banjasari, Padaherang,
Kalipucang, Pangandaran, Parigi, Cigugur, Cimerak
dan Cijulang,
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ciamis,
telah melakukan beberapa analisis pada sampel Batu
Gamping ini, yaitu:
Analisis Kimia dengan kandungannya mencakup,
CaO 43 (06 - 49%), MgO (3,71 - 5,32%), CO2
(37,78 - 42,67%), SiO2 (0,1 - 3,992%)
Analisa Fotografi kandungannya mencalup, Fosil
(10 - 30%), Plagioklas (0 - 5%), dan Karbonat (5 –
20%)
Kegunaan batu gamping adalah sebagai bahan baku
semen portland, bahan baku soda abu, bahan
pembuat keramik, bahan industri kimia teknik
(pabrik gula, pabrik kapur, kalsium karbida),
penetralisir keasaman tanah, dipergunakan pada
industri kertas, idustri gelas, industri cat, pengolahan
karet, campuran tapal gigi.
Diperkirakan cadangan di daerah Kalipucang dan
Padaherang 46.295.000 M3 . Untuk daerah lainnya
belum diketahui.
2) KALSIT
Penyebaran lokasi bahan tambag Klasit ini adalah di
Kecamatan Banjarsari, Padaherang, Parigi,
Kalipucang, Cijulang.
Setelah dilakukan analisis kimia pada sample Klasit
ini, mengandung CaO (55,26 -55,91%), MgO (0,29 -
0,89%), Fe2O3 (0,03 - 0,35%), P2O5 maks. 0,07%
dan TiO2 tidak terdeteksi
Kegunaan dari bahan pertambagangan Klasit ini
adalah sebagai bahan pembuatan alat optik,
campuran bahan kosmetik, farmasi dan kedokteran,
industri keramik, barang seni, campuran pupuk.
Diperkirakan cadangan klasit ini sekitar 38.000 M3.
3) POSPHAT
Penyebaran pada Kecamatan Banjarsari,
Padaherang, Parigi, Kalipucang, Cijulang, Cigugur.
Kandungan Phospat yang telah dianalisis oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Ciamis,
meliputi: P2O5 (0,3 - 40,1%), Al2O3 (0,04 - 24,37%),
Fe2O3 (0,04 - 13,83%), Kalsium Karbonat dan Kalium
Karbonat (4,5%) dengan Kelembaban 2%
Kegunaan dari phospat adalah merupakan bahan
pupuk, bahan kimia pembuatan posfor dan pupuk
alam.
Cadangan diperkirakan 474.346 Ton
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 6
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Gambar 3.2. potensi sumber daya mineral
(diambil dari Ana GTL Potensi Bahan galian
Tambang )
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 7
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
4) TRAS
Lokasi penyebaran pada Kecamatan Cimerak,
Kalipucang, Padaherang dan Banjarsari. Dengan sifat
fisik berwarna abu – abu, Tekstur berbutir kasar –
kasar serta fragmen Bantuan vulkanik (33%),
Lempung (8%), Gelas Vulkanik (20%), Kalsium
Plagioklas (25%) dan Piroksin (19%).
Kegunaan dari bahan tambang ini adalah untuk
Bahan konstruksi dan bahan baku semen pozolan
Cadangan di Kabupaten Ciamis diperkirakan sekitar
1.983.125 M3.
5) PASIR
Lokasi penyebaran bahan tambang pasir adalah
Kecamatan Banjarsari, Pangandaran, Kalipucang,
Padaherang, Parigi, dan Pamarican.
Kandungan yang dimiliki pasir ini adalah Fragmen
organik (10%), Mineral Piroksin (10 - 19%),
Kuarsa (4 – 12%), Gelas vulkanik (1 – 15%), dan
Lempung (2 – 8%).
Kegunaannya adalah sebagai bahan konstruksi
bangunan dengan Cadangan yang dimiliki
Kabupaten Ciamis adalah diperkirakan 350.828 M3.
6) BATU BELAH/BATU KALI
Lokasi penambangan hanya berada pada Kecamatan
Banjarsari. Kandungannya adalah Piroksin (1%),
Kalium feldspar (7%), dan Oksida besi (4%), dengan
kegunaan sebagai salah satu bahan konstruksi
bangunan. Cadangan diperkirakan 1.608.968.250 M3.
7) BENTONIT
Lokasi penyebaran pada Kecamatan Cimerak dan
Parigi. Dengan kandungan yang dimiliki setelah
dianalisis adalah Na2o (0,06 – 2,24%), Co2 (53,46 –
64,5%), Mgo (0,1 – 1,06% ) dan Cao (0,63 – 3,24%).
Tipe : Camg Bentonit Tipe 2 & 3, Tingkat
Pengembangan 4,88 & 2,96, Viskositas (6,50 –
11,52%), Kelembaban (6,50 – 11,52%), Kapasitas
Pertukaran Kation : Ca (21,35 – 59,84) dan Mg (6,10
– 16,13%), Ca2o3 (3,19 – 3,73%), N2o3 (16,61 –
17,82%) dan Co (0,97 – 2,35%).
Kegunaan sebagai bahan penyerap, penyaring pada
industri minyak bumi, gas alam, penjernih oli,
penyaring lilin, minyak sawit/kelapa, Digunakan pada
industri farmasi, industri kimia sebagai katalisator,
zat penyerap lateks, tinta cetak, pembersih lantai.
Cadangan diperkirakan 1.608.968.250 M3.
8) LEMPUNG
Lokasi penyebaran pada Kecamatan Cijulang dan
Pamarican. Kandungannya adalah SiO2 (41,6%),
Fe2O3 (2,33%), Hilang Pijar CO2(H2O) (1,30%) dengan
ukuran tercampur : silt dan lanau
Kegunaannya untuk industri keramik, batu bata,
genteng, gerabah, bahan baku pembuatan semen
portland, tanah urugan, dengan cadangan
diperkirakan 11.873.750 M3.
9) GAMBUT
Lokasi penyebaran pada Kecamatan Lakbok (Desa
Sukamulya, Desa Padaringan, Desa Puloerang)
Kecamatan Langensari (Desa Kujang-sari), dengan
analisis yang telah dilakukan Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Ciamis, diketahui
kandungannya mencakup:
Parameter Unit Hasil 1 2 3 N % 0,90 P2O5 % 1,10 K2O Ppm 12,61 Moisture Content pada
105 C % 86,88
PH 10 % at 25,8 C - 6,60 CEC Meq/100
g34,56
1 2 3 C/N ratio - 2,88 Organic Carbon % 2,58 Sulphate Content % 0,52 Chloride Content % 0,04 Ash Content % 1,57 Fe Content % 0,13 Pb Content Ppm < 0,10 Cu Content Ppm 4,47
Sementara Gambut ini dapat dimanfaatkan
diantaranya :
1. Untuk pertanian dan perkebunan : sebagai
bahan media semai, pupuk, bahan untuk
memperbaiki struktur tanah, penambah bahan
organik
2. Energi : bahan bakar pada PLTU, briket,
methanol dll.
3. Industri : sebagai bahan penyerap limbah,
logam berat, karbon aktif, bahan tambahan pada
lumpur pemboran, beton konstruksi
Cadangan gambut ini terindikasi 3.000.000 M3 pada
lahan seluas 150 Ha.
10) MANGAN
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 8
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Lokasi penambangan pada Gunung Parang
Kecamatan Langkaplancar dengan kegunaan
sebagai bahan baku batu baterai dan kimia,
campuran logam, cat dan pupuk.
11) ZEOLIT
Lokasi penambangan hanya pada Kecamatan
Padaherang dengan Kegunaan sebagai campuran
makanan ternak, pupuk, serta bahan higroskopis dan
penyaring.
12) KAOLIN
Lokasi penyebaran pada Kecamatan Cihaurbeuti,
dengan kegunaan sebagai campuran makanan
ternak, penjernih air limbah, pemurnian gas, mineral
pengisi pada industri kertas dan cat.
13) KWARSA
Lokasi penambangan pada Kecamatan Cimerak,
dengan kegiunaan sebagai bahan industri gelas,
Refractory, keramik, pengecoran logam, ampelas
dan glas wool.
14) BARIT
Lokasi penambangan tersebar pada Daearah
Cikondang Kecamatan Langkaplancar, dengan
kegunaan sebagai bahan pengisi dan pewarna Oli
Industri Cat, Industri karet, kaca dan lumpur
pemboran.
15) BELERANG
Lokasi penambangan pada Gunung Sawal
Kecamatan Cihaurbeuti, dengan kegunaan sebagai
bahan industri kimia, industri cat, karet, pupuk,
bahan peledak, obat-obatan dan pabrik gula.
Cadangan sekitar 100 ton.
16) MARMER
Lokasi penambangan di Kecamatan Pamarican yang
memiliki kandungan dengan mutu cukup baik warna
kekuning-kuningan. Kegunaan untuk batu hias, Ukir-
ukiran (Patung, Pottry, lampu, table ware, batu
prasasti, meubeler), pelapis dinding dan lantai,
dengan cadangan jutaan ton.
17) TEMBAGA
Lokasi Penambangan di Kecamatan Cimerak, dengan
kegunaan sebagai peralatan listrik, campuran logam
(perunggu dan kuningan), benda seni, pipa dalam AC
dan lemari es, Industri kimia dan lainnya.
18) TIMBAL
Lokasi penambangan pada Gunung Sawal
Kecamatan Cihaurbeuti, dengan kandungan Pb. 71.7
% dengan mineral ikutan Tembaga dan Seng
Digunakan pada Industri batery, Industri keramik,
Industri cat, Industri minyak, Industri kimia, Industri
karet, Insektisida, campuran logam dan lainnya.
19) BESI
Lokasi penambangan di Kecamatan Pangandaran,
Cijulang dan sekitarnya, dengan kandungan berupa
magnetit dan illemenit dengan Fe 59 % dan
mineral ikutan Titan.
Kegunaan sevagai bijih besi kecuali dilebur menjadi
besi dan baja juga digunakan untuk cat, semen
portlan, flux, katalisator dan lainnya, dengan
cadangan terindikasi 162.211,90 ton didaerah
Cijulang serta 113.094 di Daerah Pangandaran.
3.1.2.3 Potensi Sumberdaya Air
Kabupaten Ciamis dialiri oleh satu sungai besar, yaitu
Sungai Citanduy yang merupakan muara bagi beberapa
sungai kecil dengan muara terakhir Sungai Citanduy ini
adalah Sagara Anakan. Sungai Citanduy ini mengalir dari
Sukadana sampai Kalipucang yang sekaligus menjadi
batas Kabupaten Ciamis bagian Timur – Tenggara
dengan Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah.
Selain sungai besar dan kecil, Kabupaten Ciamis masih
memiliki sumber – sumber air yang dapat dimanfaatkan
selama 3 – 9 bulan per-tahunnya, bahkan terdapat
sumber air yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun
yaitu berada di Kecamatan Ciamis.
Sungai – sungai dan Mata Air yang berada dan mengalir
di Kabupaten Ciamis dan digunakan sebagai sumber air
oleh PDAM Tirta Galuh, diantaranya adalah : Sungai
Citanduy, Sungai Cileueur, Sungai Cireong, Sungai
Cimuncang, Sungai Cimuntur, Sungai Ciputrahaji,
Sungai Citumang, Sungai Cikarak, Sungai Palataran,
Mata air Cigeresik dan, Mata air Binuang.
a) Air Permukaan
Kabupaten Ciamis termasuk dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) utama Citanduy, yang mencakup Sub
DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cimuntur, Ciseel dan
Cijulang. Pada wilayah ini terdapat beberapa sungai
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 9
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
besar dengan anak sungainya, antara lain Sungai
Citanduy, Cileueur, Ciharus, Cimuntur, Cimedang,
Cigugur, Cisodong dan lain-lain.
Setiap Sub DAS mencakup Daerah Tangkapan Air
(DTA) yang merupakan alur dan anak-anak sungai
kecil lainnya yang menginduk ke sungai utamanya.
Penentuan DAS dan Sub DAS tersebut berdasarkan
pada pola aliran sungai dan fisiografi wilayah dengan
punggung-punggung bukit dijadikan pemisah
terhadap pola alur air (run off).
Dari pemisahan daerah aliran tersebut, maka wilayah
aadministrastif Kabupaten Ciamis terbagi-bagi
menurut sistem wilayah Sub DAS sebagai berikut:
1. Sub DAS Citanduy Hulu, luas keseluruhan
meliputi 74.800 Ha. Daerah yang termasuk
dalam wilayah Kabupaten Ciamis seluas
22.279.38 Ha meliputi 8 wilayah kecamatan
2. Sub DAS Ciseel, luas keseluruhan meliputi
90.500 Ha yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Ciamis seluas 77.421.08 Ha meliputi
7 kecamatan
3. Sub DAS Cimuntur, luas keseluruhan meliputi
60.300 Ha yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Ciamis seluas 55.163.06 Ha meliputi
14 wilayah kecamatan
4. Sub DAS Cijulang, luas keseluruhan meliputi
48.030 Ha. Daerah yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Ciamis seluas 18.665.99 Ha
meliputi 6 kecamatan.
b) Air Tanah
Berdasarkan peta hidrologi lembar Tasikmalaya
skala 1: 250.000, Kabupaten Ciamis dibedakan
dalam 3 estimasi produktivitas air tanah, yaitu:
Akifer melalui ruang dan butir
Akifer ini mempunyai produktivitas yang rendah
sampai sedang, muka air tanah dangkall, debit
sumur umumnya kurang dari 5 liter/ detik. Akifer
tidak menerus, tipis dan seterusnya rendah.
Komposisinya merupakan dataran – bukit karst
yang terdiri dari batu pasir, lempung, batu lanau
(Formasi Malang dan Kaliwangu) seperti yang
terdapat pada Kecamatan Pamarican dan
Langkaplancar.
Akifer dengan aliran melalui celahan dan ruang
antar butir.
Akifer dengan produktivitas air sangat tinggi
dengan kedalaman 10 meter terdapat pada
fisioghrafi perbukitan bergelombang (lereng 15-
40%). Komposisi litologi merupakan vulkan yang
terdiri dari breksi gunung berapi, lava dan tufa,
batu pasir, pasir tufaan, batu lanau, batu
lempung sisipan lignit dan konglomerat. Akifer
ini terdapat di Kecamatan Pangandaran, Parigi,
Cigugur.
Akifer dengan produktivitas sedang-tinggi
dengan kedalaman 5 meter. Terdapat pada
fisiografi perbukitan bergelombang dengan
komposisi litologi vulkan dan endapan aktivitas
gunung api tua terdiri dari breksi, lahar, lava dan
tufa. Akifer ini menyebar di Kecamatan
Cikoneng, Cihaurbeuti, Ciamis, Tambaksari dan
Rancah.
Akifer dengan aliran melalui celahan, rekahan
dan saluran.
Akifer ini terdapat dengan produktivitas sangat
besar mencapai 10 –100 liter/detik. Terdapat
pada fisiografi datar – bergelombang dengan
komposisi litologi alivium terdiri dari lempung,
lanau, pasir dan kerikil. Penyebarannya terdapat
di Kecamatan Cijulang dan Cimerak.
Mengenai Potensi Sumber Daya air dapat dilihat
dalam Gambar 3.3.
3.1.2.4 Potensi Sumberdaya Lahan
Di wilayan kabupaten Ciamis terbagi dalam 4 (empat)
kelas kesesuaian lahan untuk 3 (tiga) jenis katagori
pemanfaatan lahan pertanian, yaitu pertanian lahan
basah (TPLB), pertanian lahan kering (TPLK) serta
pertanian tanaman keras/tahunan.
Kelas kesesuaian lahan tersebut dibedakan sesuai
dengan hasil kajian dari PPT Bogor Tahun 1983 (masih
sesuai), yaitu sebagai berikut:
1. Lahan Sesuai (S1), kelas kesesuaian ini langsung
dapat diolah dan dikembangkan untuk pertanian
tertentu dengan masukan pertanian rendah dan
teknologi tepat guna.
2. Cukup Sesuai (S2), kelas kesesuaian ini dapat diolah
dan dikembangkan untuk pertanian tertentu dengan
masukan pertanian sedang dan teknologi pengolahan
sederhana yang tepat guna.
3. Sesuai Bersyarat/Marginal (S3), kelas kesesuaian ini
dapat diolah dan dikembangkan untuk pertanian
tertentu dengan masukan pertanian cukup tinggi dan
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 10
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
teknologi pengolahan tinggi, yaitu seperti pembuatan
sengkedan/ terasering.
4. Tidak Sesuai (N1snt), kelas kesesuaian yang
menunjukan ketidaksesuaian sementara pada lahan
untuk tanaman tertentu dikarenakan adanya
pembatas solum yang dangkal, maka untuk dapat
diolah dan dikembangkan untuk pertanian tertentu
harus dengan menggunakan teknologi tinggi yang
tepat guna seperti dilakukan pemupukan intensif
serta sengkedan/ terasering.
Untuk lebih jelasnya kelas kesesuaian lahan untuk
setiap jenis pemanfaatan lahan pertanian sekaligus
penyebaran dirinci untuk setiap kelas kesesuaian lahan
pada setiap jenis pemanfaatan lahan dan luasnya dapat
dilihat dalam Tabel III.2.
3.1.3 Potensi Kepariwisataan
Pada Kabupaten Ciamis sektor pertanian merupakan
salah satu faktor yang dominan dan berpotensi sebagai
sumber devisa/ pendapatan daerah, disamping
pertanian tersebut adapula sektor yang berpotensi
untuk lebih dikembangkan yaitu,
Gambar 3.3. potensi sumber daya air (dimbil dari
Ana GTL u/ SDA)
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 11
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 12
Tabel III. 2KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK SETIAP JENIS KATAGORI PEMANFAATAN LAHAN KABUPATEN CIAMIS
SPL
KELAS KESESUAIAN LAHAN
TPLB (PADI SAWAH) TPLK TT (TANAMAN TAHUNAN)LUAS (HA)
% PENYEBARAN REKOMENDASIAKTUAL INPUT POTENSIAL
AKTUAL
INPUT POTENSIAL
AKTUAL
INPUT POTENSIAL
1 S1 -n 1 + M S1 S1 M + L S1 S2 – nd M + L S1 5,300.00 2.17 Pangandaran Kalipucang
TPLK, TPLB
2 S1 1 + M S1 S1 M + L S1 S2 – nd M + L S1 6,500.00 2.66 Banjarsari, Padaherang
3 S1 1 + M S1 S1 M + L S1 S2 – nd M + L S1 7,623.00 3.12 Lakbok
4 S2- n 1 + M S1 S1 M + L S1 S3 – snd M + L S2 8,600.00 3.52 Banjarsari, Pamarican
5 S1 1 + M S1 S1 M + L S1 S2 – nd M + L S1 12,323.00 5.04 Pangandaran, Parigi,Padaherang.
6 S2-n 1 + M S1 S1 M + L S1 S3 – snd M + L S2 4,600.00 1.88 Banjarsari
7 S1 1 + M S1 S1 M + L S1 S2 – nd M + L S1 7,300.00 2.99 Lakbok, Banjarsari, Padaherang
8 S3 – nt 1 + P + M
S1 S2-n M + L S1 S3 – nd M + L S2 4,173.00 1.71 Pangandaran, Parigi
9 S2 – n 1 + M S1 S3-n M + L S2 S3 – snd M + L S2 4,350.00 1.78 Pantai Pangandaran, Parigi
10 S1 1 + M S1 S1 M + L S1 N1 – snd M + L S2 1,200.00 0.49 Muara Sungai Cijulang
11 S3 – nt 1 + M S1 S3-n M + L S2 S3 – snd M + L S3 6,300.00 2.58 Ciamis
12 S2- n - N2 N1 – snt P + M S3 S3 – snd M + L S2 10,000.00 4.09 Cimerak
TPLK, Tanaman Tahunan,Budidaya Kehutanan
13 S2- n 1 + P + M
N3 S3 – snt P + M S2 S3 – ndt M + L S2 1,500.00 0.61 Cimerak
14 N2 – snt - N2 N1 – snt P + M S3 S3 – ndt M + L S2 3,000.00 1.23 Pangandarang, Cijulang.
15 N1 – snt - N2 N1 – snt P + M S3 S3 – nd M + L S2 4,600.00 1.88 Cijulang, Cimerak, Kalipucang
16 N2 – snt - N2 N1 – snt P + M S3 N1 – snt M + L S2 1,700.00 0.70 Parigi, Cijulang
17 N2 – snt - N2 N2 – snt - N2 S3 – ndt M + L + P
S3 49,843.00 20.39
Rancah,Panjalu, Tambaksari, Jatinegara, Cimaragas, Cisaga, Cipaku, Rajadesa
18 N2 – snt - N2 N1 – snt P + M S3 N2 – snt M + L S2 8,500.00 3.48 Cigugur
19 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 N1 – snt M + L N2 24,367.00 9.97 Langkaplancar, Cigugur, Pamarican, Banjarsari. Konservasi Kawasan Lindung20 N2 – snt - N2 N– snt - N2 N2 – snt - N2 22,600.00 9.24 Pamarican, Langkaplancar.
21 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 S2 – snt M + L S3 11,800.00 4.83 Padaherang, Langkaplancar. Tanaman Tahunan dan Budidaya Hutan22 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 S2 – snt M + L N2 850 0.35 Langkaplancar, Padaherang
23 N3 – snt 1 + P + M
N2 S2-n M S1 S2 – sn - N2 7,500.00 3.07 Ciamis, Panumbangan, Kawali, Cijeungjing, Cihaurbeuti.
TPLK
24 N1 – snt 1 + P S2 S2-n M S1 S2 – sn M + L S1 11,200.00 4.58 Ciamis, Panjalu TPLB
25 N2 – snt - S3 N1– snt P + M S3 S2 – sn M + L S1 4,300.00 1.76 Cijeungjing, Cimaragas Tanaman Tahunan dan Budidaya Hutan
27 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 N2 – snt M + L N2 6,700.00 2.74 Cikoneng, Cihaurbeuti
Konservasi Kawasan Lindung
28 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 N2 – snt - N2 2,050.00 0.84 Panjalu, Cikoneng, Cihaurbeuti, Cipaku,(Gunung Sewu)
29 N2 – snt - N2 N2– snt - N2 N2 – snt - N2 5,700.00 2.33 Cikoneng
JUMLAH 244.479 100
Sumber: Rencana, Tahun 2003.Keterangan: TPLB = Tanaman Pangan Lahan Basah/ Padi & Sawah Kelas Kesesuaian Lahan: S1 = Sangat Sesuai Faktor Pembatas: n = Kesuburan Input Teknologi Pertanian I = Irigasi
TPLK = Tanaman Pangan Lahan Kering S2 = Cukup Sesuai t = topografi M = Pemupukan
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
sektor pariwisata yang selama ini telah berperan serta
dalam sektor devisa kedua setelah minyak bumi, maka
upaya peningkatan pariwisata lebih diintensifikan
terutama mengenai kelengkapan prasarananya.
Tujuannya adalah agar wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun mancanegara dapat dengan mudah
mencapai objek wisata dan dapat menikmatinya.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Ciamis jumlah pengunjung objek Wisata
Pangandaran, 2% diantaranya adalah wisatawan
mancanegara. Pada tahun-tahun kunjungan wisata
diharapkan jumlah ini makin meningkat lagi dan pada
saat ini beberapa warga Negara asing ada yang telah
berdomisili di daerah ini.
Potensi kepariwisataan di Kabupaten Ciamis
berdasarkan objek wisata yang tersebar dapat
dikatagorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:
Objek Wisata Budaya,
Objek Wisata Alam, dan
Objek Wisata Khusus/ Minat
3.1.3.1
1) SITU LENGKONG PANJALU
Merupakan perpaduan antara Objek Wisata Alam
dan Wisata Budaya, dengan keindahan danau
(Situ) berudara sejuk serta terdapat sebuah pulau
(Nusa).
Di nusa ini terdapat Makam Hariang Kencana, putra
dari Hariang Borosngora Raja Panjalu yang
membuat Situ Lengkong pada masa beliau menjadi
Raja Kerajaan Panjalu.
2) ASTANA GEDE KAWALI
Lokasinya terletak di Desa Kawali Kecamatan
Kawali lebih kurang 21 km dari Kota Ciamis ke arah
utara. Terdapat beberapa buah batu bertulis
(Prasasti) sebagai cikal bakal keberadaan Kerajaan
Sunda yang dibuat pada masa pemerintahan Prabu
Wastu Kencana. Salah satu dari Prasasti tersebut
bertuliskan “Mahayunan Ayuna Kadatuan” yang
dijadikan sebagai motto juang Kabupaten Ciamis.
Peninggalan lainnya yang dapat dijumpai berupa :
Seperangkat batu disolit, yakni batu tempat
pelantikan raja yang disebut Palangka. Batu
telapak kaki dan tangan dengan garis retak-
retak menggambarkan kekuasaan dan
penaggalan (kalender).
Tiga buah batu Menhir: Batu Panyandaan, Batu
Panyandungan, Batu Pamuruyan (Alat untuk
bercermin).
3) KARANGKAMULYAN
Merupakan peninggalan Kerajaan Galuh Pusaka
yang dikukuhkan oleh Sanghyang
Permanadikusumah. Di situs ini terdapat bekas-
bekas peniggalan bersejarah dari legenda Ciung
Wanara, antara lain berupa :
a. Batu Pangcalikan adalah bekas Singgasana dan
tempat bermusyawarah raja.
b. Panyambungan ayam, bekas tempat Ciung
Wanara menyambung ayam dengan Bondan
Sarati.
c. Sanghyang Bedil.
d. Lambang Peribadatan
e. Citeguh dan Cirahayu
f. Makam Adipati Panaekan
g. Pamangkonan
h. Batu Panyandaan
i. Patimuan
j. Leuwi Sipatahunan.
4) KAMPUNG KUTA
Terletak di Desa Karangpaningal Kecamatan
Tambaksari. Masyarakat Kampung Kuta sampai
saat ini masih tetap teguh melestarikan budaya
adat leluhurnya (karuhun). Amanat leluhurnya yang
masih dipertahankan, antara lain;
a. Rumah panggung yang beratap rumbia atau ijuk
(tidak boleh permanen)
b. Bentuk rumah persegi dan tidak boleh berbentuk
sikon
c. Penduduk yang meninggal dilarang dimakamkan
di Kampung Kuta (harus diluar Kampung Kuta)
d. Hiburan dilarang mementaskan seni Wayang
e. Dilarang ketempat keramat selain hari senin dan
jum’at
f. Dilarang ketempat keramat memakai pakaian
dinas
g. Menggunakan pakaian tidak boleh serba hitam.
5) SITUS GUNUNG SUSURU
Terletak di Desa Kertabumi Kecamatan Cijeungjing,
dikelilingi 2 (dua) sungai (Cimuntur dan Cileueur).
Situs ini merupakan punden berundak peninggalan
kerajaan Hindu, disana terdapat 3 buah goa, 1
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 13
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
buah sumur batu, 3 buah dolmen dan peninggalan
benda bergerak seperti manik-manik, batu pipisan,
batu peluru dan lainnya.
3.1.3.2 Objek Wisata Alam
1) OBJEK WISATA PANGANDARAN
Merupakan primadona objek wisata pantai di Jawa
Barat, terletak di Desa Pananjung Kecamatan
Pangandaran dengan jarak lebih kurang 92 km dari
Kota Ciamis kearah Selatan. Memiliki berbagai
keistimewaan, antara lain:
a. Pantainya landai dengan jarak pasang surut dan
surut relatif lama, memungkinkan untuk
dilakukan kegiatan berenang dan berperahu.
b. Dapat melihat matahari terbit dan terbenam
satu tempat yang sama
c. Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih
d. Terdapat taman laut dan mengalirnya
Cirengganis yang konon bisa membuat orang
awet muda
e. Memiliki cagar Alam dengan flora dan fauna
yang langka
f. Terdapat Goa Alam dan buatan (pada zaman
penjajahan Jepang).
2) CAGAR ALAM PANANJUNG
Cagar alam seluas lebih kurang 530 ha, termasuk
hutan wisata seluas 37,70 ha yang memiliki
berbagai flora dan fauna langka, seperti: Bunga
Raflesia Padma, banteng, rusa dan berbagai jenis
kera. Selain itu terdapat pula goa-goa alam dan
goa buatan, seperti: Goa Panggung, Goa Parat, Goa
sumur Mudal, Goa Lanang, Goa Jepang serta
sumber air Cirengganis dan Pantai Pasir Putih
dengan taman lautnya.
3) LEMBAH PUTRI
Mempunyai panorama indah, dengan bukit dihiasi
goa-goa alam, yang memungkinkan pengunjung
dapat melakukan berbagai kegiatan seperti:
memancing, layang gantung, camping. Lokasinya
terletak di Desa Ciputrapinggan, kecamatan
Kalipucang lebih kurang 85 km dari Kota Ciamis ke
arah Selatan.
4) KARAPYAK
Keadaan alamnya yang masih perawan
memungkinkan pengunjung sambil melakukan
kegiatan rekreasi, seperti: memancing, camping,
berburu ikan kecil dihamparan batu karang serta
menikmati keindahan alamnya. Lokasi terletak di
Desa Bagolo Kecamatan Kalipucang lebih kurang
87 km dari Kota Ciamis ke arah Selatan.
5) PALATAR AGUNG
Pantai dengan panorama yang memukau ini
terletak di Desa Bagolo dengan jarak lebih kurang
85 km dari Kota Ciamis ke arah Selatan, dan
berlatar belakang Pulau Nusakambangan,
Nusawere serta birunya Samudra Indonesia.
Pengunjung dapat melakukan kegiatan
memancing, berkemah, berperahu pesiar serta
melihat kegiatan nelayan tradisional.
6) MAJINGKLAK
Terletak di muara Sungai Citanduy dalam Kawasan
Selat Nusakambangan, tepatnya di Desa Pamotan
ke arah Selatan. Ditempat ini telah dibangun
dermaga Kapal Ferry/kapal pesiar menuju
Pelabuhan Cilacap dan menjadi sarana penunjang
untuk pembangunan di Wilayah Ciamis Selatan.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 14
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
7) KARANG TIRTA
Terletak di Desa Sukaresik Kecamatan
Pangandaran lebih kurang 8 km dari Pangandaran
ke arah Barat. Mempunyai keindahan alam, dengan
muaranya yang apabila airnya surut dapat
dikelilingi dengan berjalan kaki sambil melihat-lihat
berbagai jenis kerang yang banyak hidup dan
berkembang di sana.
8) BATU HIU
Memiliki panorama alam yang sangat indah dimana
di atas bukit bayak ditumbuhi pohon pandang
wong. Para pengunjung dapat dapat menyaksikan
Samudera Indonesia dengan deburan ombaknya
yang menggulung putih. Sekitar 300 m dari bibir
pantai terdapat seonggok batu karang yang
menyerupai ikan hiu karena itulah tempat ini
dinamakan Batu Hiu.
5) BATU KARAS
Merupakan perpaduan nuansa alam antara objek
Wisata Pangandaran dan Batu Hiu dengan suasana
alam yang tenang dengan gelombang laut yang
bersahabat. Kondisi pantai yang landai
memungkinkan pengunjung melakukan kegiatan,
seperti: berenang, memancing, berselancar,
bersampan dan berkemah.
6) MADASARI
Pantai ini menyajikan panorama alam yang spesifik
dengan dihiasi pulau-pulau kecil berpadu dengan
hijaunya Daratan Masawah. Sepanjang pantai
banyak dihiasi oleh batu-batu karang yang unik
dengan pantainya yang landai. Disekeliling objek
ditumbuhi pepohonan hijau, di dalamnya terdapat
jalan setapak yang dapat dilalui dengan berjalan
kaki menuju objek Wisata Batukaras. Lokasinya
terletak di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak
sekitar 39 km dari Pangandaran ke arah Barat.
7) KEUSIK LUHUR
Terletak di Desa Kertamukti Kecamatan Cimerak
lebih kurang 45 km dari Pangandaranke arah Barat.
Merupakan perpaduan antara alam pegunungan
dengan panorama pantai yang sangat indah.
Gelombang laut Pantai Selatan yang menghempas
batu-batu karang mengangkat butiran pasir ke
atasnya sehingga orang menamakan tempat ini
Keusik Luhur (Pasir yang diatas).
3.1.3.3
1) CURUG TUJUH
Terletak di sebuah bukit di kaki Gunung Sawal,
Desa Sandingtaman Kecamatan Panjalu lebih
kurang 35 km dari Kota Ciamis ke arah Utara.
Keindahan dan keasrian objek wisata ini sangat
mempesona, memiliki 7 (tujuh) buah air terjun
(curug), untuk melhat keindahan ketujuh buah air
terjun tersebut dapai dicapai dengan jalan
mengitari bukit dan melintasi jalan setapak mulai
dari kaki gunung sampai puncak.
2) CITUMANG
Terletak di Desa Bojong Kecamatan Parigi, lebih
kurang 1 km dari Pangandaran ke arah Barat,
berada dalam kawasan hutan jati.
Memiliki keunikan tersendiri, serasa memasuki arel
petualangan (adventure) yang penuh tantangan,
menyusuri aliran Sungai Citumang yang airnya
sangat jernih menerobos goa-goa karang dan akat-
akar pohon besar serta batuan yang sangat
mempesona sampai ke air terjun yang di dalamnya
terdapat goa yang seakan menantang untuk
dijelajahi. Kegiotan yang dapat dilakukan antara
lain: berenang, panjat tebing, hiking dan cross
country.
3) KARANG NINI
Lokasinya terletak di Desa Emplak Kecamatan
Kalipucang lebih kurang 83 km dari Kota Ciamis ke
arah Selatan. Dalam kesejukan hutan jati kita bisa
menyaksikan birunya lautan Indonesia dengan latar
belakang Pulau Nusakambangan, terhampar batu-
batu karang yang salah satunya menyerupai
seorang nenek (nini dalam bahasa Sunda).
Di objek wisata Karang Nini terdapat legenda/cerita
kesetiaan seorang nenek yang akhirnya
membentuk batu. Batu karang yang disebut Karang
Nini.
4) GOA DONAN
Goa ini memiliki keunikan yang jarang terdapat di
goa lainnya, didalamnya terdapat ruangan yang
cukup luas yang dihiasi stalaktit dan stalagnit serta
batuan yang menyerupai binatang purba. Luas arel
lebih kurang 2,5 ha dan panjang sekitar 500 m.
terletak di Desa Tunggilis Kecamatan Kalipucang
dipinggir jalan menuju Pangandaran, dengan jarak
lebih kurang 72 km dari Kota Ciamis ke arah
Selatan.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 15
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
5) CUKANG TANEUH
Green Canyon yang nama aslinya Cukang Taneuh
terletak di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang
dengan jarak lebih kurang 31 km dari Pangandaran
ke arah Selatan.
Merupakan aliran Sungai Cijulang yang menembus
goa karang dengan stalaktit dan stalaknit yang
mempesona serta diapit oleh dua buah bukit
dengan batu-batu karang dan hijaunya pepohonan.
Di mulut goa terdapat Air Terjun Palatar sehingga
suasana di objek wisata terasa begitu sejuk.
Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya: panjat
tebing (climbing), berenang, bersampan dan
memancing.
Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan perahu
yang tersedia di Dermaga Ciseureuh, baik perahu
tempel maupun perahu dayung.
Untuk lebih jelasnya penyebaran objek wisata di
Kabupaten Ciamis dapat dilihat dalam Gambar 3.4.
3.1.4 Potensi Perekonomian Wilayah
3.1.4.1 Potensi Pertanian
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa
wilayah Kabupaten Ciamis yang mempunyai fisiografi
cukup beragam dilengkapi dengan sumber daya air yang
cukup, maka potensi pengembangan pertanian wilayah
ini meliputi:
1. Pertanian tanaman pangan meliputi padi dan
palawija.
Dengan kecamatan yang berpotensial/ unggul dalam
mengembangkan padi dan palawija adalah merata
pada seluruh kecamatan kecuali pada Kecamatan
Cijulang, Sidamulih, Cidolog, Kawali dan
Panumbangan.
2. Hortikultura (sayuran)
Kecamatan yang berpotensial/ unggul dalam
pengembangan holtikultura adalah Kecamatan
Cimerak, Padaherang, Cijeungjing, Cisaga, Rancah,
Rajadesa, Sukadana, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti,
Jatinegara, dan Panjalu.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 16
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Gambar 3.4 Penyebaran Objek Wisata
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 17
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
3. Buah-buahan.
Kecamatan yang berpotensial/ unggul dalam
pengembangan buah – buahan adalah Kecamatan
Pangandaran, Banjarsari, Cigugur, Cijulang,
Sidamulih, Cidolog, Rajadesa, Cikoneng, Cijeungjing,
Ciamis. Pengembangan tanaman buah-buahan
dimaksudkan untuk dipasarkan ke objek wisata
adalah buah sawo. Produksi pertanian tanaman
pangan komoditi padi yang mempunyai nilai ekspor
terdapat di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan
Cidolog, Cijeungjing, Rancah, Ciamis dan Rajadesa.
Pengembangan pertanian tanaman pangan unggulan
seperti terlihat pada Tabel III.3.
Adapun cara mengatasi permasalahan dalam
pengembangan untuk tanaman pangan lahan basah
(TPLB)/ padi sawah di kecamatan yang kurang pesat
perkembangannya seperti Kecamatan Cidolog,
Cijeungjing, Rancah, Ciamis, Rajadesa yaitu dengan
irigasi dan pemupukan, sementara untuk tanaman
pangan lahan kering (TPLK) yaitu dengan cara
pemupukan dan pengapuran.
Selain itu pada daerah-daerah tertentu dilakukan
terasering terutama pada daerah yang memiliki
kemiringan lahan di atas 25%, sehingga lahan yang
asalnya tidak produktif dapat dimanfaatkan kembali.
3.1.4.2 Potensi Perkebunan
Setelah dilakukan kajian khusus terhadap potensi
perkebunan, maka diperoleh komoditas unggulan dari
tanaman perkebunan yang sangat potensial/
diutamakan untuk dikembangkan yaitu pada pola jenis
komoditas kelapa, karet dan kopi.
Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Ciamis
merupakan sentra produksi perkebunan, hal ini
menandakan tidak adanya lokalisasi ataupun spesialisasi
terhadap produksi perkebunan. Adapun sentra
perkebunan dapat dilihat pada Tabel III.4.
3.1.4.3 Potensi Kehutanan
Dalam kajian kehutanan yang telah dilakukan
sebelumnya, pemanfaatan lahan untuk sektor
kehutanan secara garis besar terbagi dalam 2 (dua)
katagori, yaitu Kawasan lindung yang tidak dapat
dibudidayakan serta hutan yang dapat dibudidayakan
yaitu berupa hutan produksi.
A) Kawasan Lindung
Pada Wilayah Kabupaten Ciamis, Kawasan lindung
terbagi dalam 5 (lima) katagori, yaitu:
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 18
Tabel III.4SENTRA-SENTRA PENGEMBANGAN
PRODUKSI PERKEBUNAN KABUPATEN CIAMIS
NOJENIS
KOMODITISENTRA KOMODITAS (KECAMATAN)
1 Karet Cimerak, Padaherang, Cimaragas, Cijeungjing, Ciamis, Sadananya, Cigugur, Langkaplancar, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cisaga
2 Kelapa Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cijeunjing, Tambaksari, Rancah, Sukadana, Ciamis, Sadananya, Jatinegara
3 Kopi Cimerak, Cijulang, Cigugur, Cimaragas, Cijeungjing, Cisaga, Parigi,, Banjarsari, Tambaksari, Rancah, Rajadesa, Cipaku,, Panawangan, Kawali. Panjalu, dan Panumbangan.
4 Teh -
5 Cengkeh -
Sumber : Rencana, Tahun 2003
Tabel III.3SENTRA PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
KABUPATEN CIAMIS
NO KOMODITI PANGAN
SENTRA KOMODITAS (KECAMATAN)
1 Padi
Sawah Cimerak, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Pamarican, Lakbok, Cisaga, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Panawangan, Kawali, Panjalu dan Panumbangan.
Ladang Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Pamarican, Tambaksari, Panumbangan.
2 Palawija
Jagung Cimerak, Cijulang, Cigugur, Parigi, Sidamulih, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Cidolog, Cijeungjing, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Panjalu, Panumbangan, Panawangan.
Ubi Kayu Cimerak, Cigugur, Langkaplancar, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjing, Tambaksari, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Cipaku, Jatinagara, Panawangan.
Ubi Jalar Cimerak, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Cisaga, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Jatinagara, Panjalu.
Kedelai Parigi, Pangandaran, Kalipucang, Cidolog, Cimaragas, Cijeungjing, Cisaga, Tambaksari, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Cipaku, Jatinagara, Panjalu.
Kacang Tanah
Padaherang, Banjarsari, Rancah.
Kacang Hijau Padaherang, Banjarsari, Cimerak, Kalipucang, Lakbok, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjeng, dan Rancah.
3 Holtikultura
Sayur-sayuran Padaherang, Cijeungjing, Cisaga, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Jatinagara Panjalu. Cimerak.
Buah-buahan Cijulang, Cigugur, Sidamulih, Pangandaran, Cidolog, Cijeungjing,
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
a) Kawasan yang Memberikan Perlidungan
Kawasan Bawahannya, mencakup sebagai
berikut:
1. Hutan Lindung
Berfungsi perlindungan untuk wilayah Kabupaten
Ciamis adalah puncak dan lereng gunung, sawah
dan Rangkaian Penggunungan Cakrabuana
(Kabupaten Ciamis - Tasikmalaya).
Areal yang direkomondasikan untuk hutan lindung
adalah dari Kecamatan Cihaurbeuti, Kecamatan
Sadananya, Cikoneng, Panumbangan, Panjalu dan
Kalipucang.
2. Kawasan Bergambut
Berfungsi sebagai bahan untuk media persemaian,
pupuk serta bahan untuk memperbaiki tanah
pertanian dengan penambahan bahan organik,
oleh karena itu termasuk dalam pemanfaatan
lahan pertanian.
Dikabupaten Ciamis Kawasan bergambut terletak
pada Desa Sukamulya Kecamatan Lakbok, dengan
luas dari endapan gambut ± 120 Ha, ketebalan 3
meter. Lokasi endapan gambut ini terdapat pada
dataran dan merupakan areal pesawahan.
3. Kawasan Resapan Air
Berfungsi untuk menampung air yang jatuh dan
meresap ke dalam tanah serta menahan tanah
dari laju erosi.
Kawasan ini meliputi bagian wilayah Utara dan
Selatan wilayah Kabupaten. Wilayah Utara
meliputi Kecamatan Jatinegara, Rancah,
Sukadana, Cijeungjing, Tambaksari, Cipaku,
Kawali, Panjalu, dan Panawangan. Sedangkan
dibagian selatan meliputi Kecamatan
Langkaplancar, Cigugur, Banjarsari dan
Pangandaran.
b) Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai
Berfungsi untuk perlindungan sungai yang
diarahkan pada DAS dan sub DAS.
Untuk DAS lebar sempadan yang ditetapkan
adalah 100 meter pada bagian kanan dan kiri
sungai, yang tergolong kedalam sistem DAS di
Wilayah Ciamis adalah Sungai Citanduy.
Sedangkan pada sub DAS, lebar yang ditetapkan
adalah 50 meter pada bagian kanan dan kiri
bagian sungai, yang tergolong ke dalam sub DAS
meliputi Sungai Cimutur, Ciseel, Cijolang,
Cimedang, Cigugur dan sungai-sungai lainnya.
2. Sempadan Situ/ Danau/ Rawa
Berfungsi untuk perlindungan, pengembangan,
penggunaan dan pengendalian serta pengamanan
atas Situ dalam hal ini Situ Panjalu yang berada
pada Kecamatan Panjalu.
Untuk Situ/ Rawa disetapkan berdasatkan
Peraturan daerah kabupaten Ciamis No. 14 Tahun
2001 sekurang – kurangnya 50 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat., sementara untuk
rawa yang terpengaruhi oleh pasang surut air laut
ditetapkan garis sempadannya adalah 100 meter
dari tepi rawa ke arah darat, yang difungsikan
untuk jalur hijau.
3. Sempadan Pantai
Kabupaten Ciamis yang memiliki kawasan pantai
berpotensi yang terbentang sepanjang 76 Km
pada bagian Selatan kabupaten Ciamis yaitu
Kawasan Pangandaran, diarahkan sekurang –
kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat.
c) Kawasan Suaka Alam
1. Cagar Alam
Cagar alam darat meliputi pegunungan,
pesawahan, Situ Panjalu dan Leuweung Kuta di
Kecamatan Tambaksari. Sedangkan cagar alam
laut mencakup Pantai Pangandaran, Pananjungan
dan Kawasan rawa bakau di Kecamatan
Kalipucang.
Khusus mengenai rawa bakau pengembangan
transportasi (Pelabuhan Santolo) di Kalipucang,
diupayakan untuk tidak menggangu habitat rawa
bakau dan kelestarian alam secara lebih luas.
Jenis flora langka yang perlu dilindungi selain
bakau juga Raflesia Fatma.
2. Suaka Margasatwa
Kawasan yang masih dapat ditemui satwa langka
mencakup Fauna Kijang, Trenggiling, Kancil,
Macan Tutul dan Banteng. Kawasan yang
termasuk suaka margasatwa adalah Puncak
Gunung Sawal (Kijang, Trenggiling, Kancil, Macan
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 19
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Tutul) dan Pananjungan (Trenggiling dan
Banteng).
d) Kawasan Rawan Bencana
Berfungsi untuk perlindungan dan sekaligus
pengawasan terhadap kawasan rawan bencana,
yang pada umumnya disebabkan oleh aspek geologi
yaitu: bencana gempa bumi dan tanah longsor serta
banjir.
Kawasan ini meliputi Kecamatan Panumbangan,
Panjalu, Kawali, Ranca dan Tambaksari.
e) Kawasan Pelestarian Alam
1. Taman Nasional
Kawasan yang termasuk dalam kawasan nasional
adalah Pananjung (taman laut dan cagar alam),
Green Canyon dan Panjalu.
2. Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Kampung Kuta yang terletak di Desa
Karangpaningal Kecamatan Tambaksari
Kabupaten Ciamis, dengan luas 97 Ha dan hampir
setengahnya merupakan hutan keramat yang
disakkralkan.
Lokasi ini termasuk dalam kawasan cagar budaya
dikarenakan tradisi adat istiadat yang masih
dipegang kuat oleh masyarakat setempat yang
pada akhirnya menjadi ciri khas bagi Kampung
Kuta. Kekhasan tersebut diantaranya:
Bentuk rumah harus panggung dan beratap
rumbia atau injuk (tidak boleh permanen),
Bentuk rumah harus dibentuk persegi/ tidak
boleh berbentuk sikon,
Penduduk yang meninggal tidak boleh
dimakamkan di Kampung Kuta.
dan lainnya.
B) Kawasan Budidaya
Pada wilayah Kabupaten Ciamis kawasan budidaya
terbagi dalam 4 jenis kriteria kawasan, yaitu:
a) Kawasan hutan produksi yaitu:
1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi ini berada di Selatan,
yaitu di Kecamatan Langkaplancar, Cigugur,
Parigi Pangandaran, Cijulang, dan Cimerak.
2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas ini tersebar di
Kecamatan Panjalu, Panumbangan, Cihaurbeuti,
Sadananya, Cikoneng, Panawangan.
3. Kawasan Hutan Rakyat
Kawasan Hutan Rakyat yang tersebar pada
bagian Utara dan Selatan Wilayah Kabupaten
Ciamis, pada umumnya berfungsi sebagai hutan
produksi.
Adapun sentra produksi kehutanan diuraikan pada
Tabel III.5.
b) Kawasan Pertanian:
1. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pertanian lahan basah tersebar di
Kecamatan Lakbok, Banjarsari, Langkaplancar,
Cijulang, Cimerak, Pamarican, Cijeungjing,
Cikoneng, Panawangan, Rajadesa dan Rancah.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 20
TABLE III.5SENTRA PENGEMBANGAN PRODUKSI KEHUTANAN
KABUPATEN CIAMIS
NO KOMODITI HUTAN
SENTRA WILAYAH
1 Damar, Getah Cemara
Rancah, kawali, Panjalu, Panawangan, Cipaku, Sadananya, Tambaksari dan Cikoneng
2 Jati Langkaplancar, Cimaragas, dan Pamarican
3 Mahoni Rancah, Kawali, panjalu, Sadananya, Tambaksari, Rajadesa, Cipaku, dan Sukadana.
4 Albasia/ sengon Rancah, Kawali, Panjalu, Sadananya, Tambaksari, Panawangan, Panumbangan, Cimerak dan Padaherang.
Sumber: Rencana, Tahun 2003
Tabel III. 7SENTRA PENGEMBANGAN PERTERNAKAN KABUPATEN
CIAMIS
NOJENIS
KOMODITISENTRA KOMODITAS
(KECAMATAN)
1 Daging Ternak Sapi Cimerak, Cijulang, Cigugur,
Langkaplancar, Parigi, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Tambaksari, Ciamis, Cikoneng, , Rancah, Rajadesa, ,
Kerbau Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih Pangandaran, Cidolog, Cimaragas, Cijeunjing, Pamarican, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng
Domba Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih Pangandaran, Kalipucang, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cisaga, Rancah, Rajadesa, SukadanaPanawangan.
Kambing Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cisaga Tambaksari, Sukadana, Cipaku
2 Daging Ternak Unggas Ayam Buras Cimerak, Cijulang, Cigugur,
Langkaplancar, Parigi, Sidamulih Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga Tambaksari, Rancah, Rajadesa,
Ayam Broiler Cimaragas, Cijeunjing, Sukadana, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Cipaku, Jatinegara, Panawangan, Kawali. Panjalu, dan Panumbangan.
Itik Cimerak, Cijulang, Cigugur, Parigi, Sidamulih, Lakbok, Pamarican, Cisaga, Cidolog, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari,
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
2. Kawasan Lahan Kering
Kawasan Lahan Kering terdapat pada
Kecamatan Padaherang, Kalipucang, Cimerak,
Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Pamarican,
Cimaragas, Cisaga, Sukadana, Tambaksari,
Rancah, Rajadesa, Panawangan, Panjalu,
Jatinegara dan Cipaku.
3. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/
Tanaman Keras
Kawasan-kawasan ini terdapat di bagian Utara
yaitu disekitar Kecamatan Rajadesa, Rancah,
Cisaga, Cipaku. Adapun di bagian Selatan
tersebar di Kecamatan Langkaplancar, Cigugur,
Padaherang, Cijulang, Cimerak dan lainnya.
3.1.4.4 Potensi Perikanan
Potensi Perikanan di Kabupaten Ciamis dikelompokkan
dalam 2 (dua) jenis pemanfaatan sumber air, yaitu
perikanan darat dan perikanan laut.
Jenis perikanan darat yang dikembangkan pada wilayah
perencanaan mencakup, perikanan sawah
(pembudidayaan ikan bersama – sama dengan budidaya
pertanian lahan basah), kolam, kolam/ air deras
(biasanya menggunakan aliran air sungai), perairan
umum.
Sedangkan perikanan laut mencakup perikanan laut/
nelayan dan tambak (budidaya dengan memanfaatkan
air laut sebagai sarana pengembang ikan). Untuk lebih
jelasnya sentra pengembang sektor perikanan laut serta
jenis komoditinya dapat dilihat dalam Tabel III.6.
Potensi kelautan yang dimiliki Kabupaten Ciamis selain
tersebut di atas (pertambakan) juga penyebaran
terumbuk karang yang sangat membutuhkan
pelestarian, salah satunya berfungsi untuk peningkatan
produktifitas perikanan laut.
Khusus untuk pertambakan yang tersebar di Kawasan
Pangandaran – Ciamis telah diterapkan pola manajemen
bersama (corporate), yang dikenal dengan “Tambak
Estate” . Prinsip utamanya adalah bagaimana mengelola
pertambakan secara kolektif (corporate) pada suatu
hamparan yang luas dengan pola manajemen yang
propesional dan terpadu. Pada saat ini penerapan pola
menajemen tersebut belum sepenuhnya terlaksana.
3.1.4.5 Potensi Perternakan
Potensi peternakan di Wilayah Kabupaten Ciamis
mencakup peternakan besar (rumansia), peternakan
sedang dan unggas.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 21
Tabel III. 6SENTRA PENGEMBANGAN PERIKANAN KABUPATEN CIAMIS
NOJENIS
PERIKANAN
KOMODITAS SENTRA KOMODITAS
1 Perikanan Darat
KolamIkan Mas, Gurame, Mujair, Nila, dan Lele
Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran,
Kolam/ Air deras
Ikan mas, Nila, dan Lele
Cijulang, Parigi,
Perairan Umum
Ikan Mujair, Gabus, dan ikan mas
Cigugur, Langkaplancar, Sidamulih, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Lakbok, Cidolog, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjing, Cisaga Tambaksari, Rancah, Rajadesa, Sukadana, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Cipaku, Jatinegara, Panawangan, Kawali, Panjalu dan Panumbangan
2 Perikanan Laut
Tambak
Udang, Bandeng
Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjing, Sukadana Cihaurbeuti, Cipaku, Kawali, Panjalu dan Panumbangan
Laut/
Ikan Pari, Cucut, Teri,
Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya.
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Ternak besar yang mempunyai nilai ekspor dari wilayah
Kabupaten Ciamis adalah sapi potong, kerbau.
Sementara untuk ternak sedang adalah kambing dan
domba, sedangkan untuk ternak unggas adalah ayam.
Adapun mengenai sentra-sentra komoditas peternakan
unggulan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel
III.7.
3.1.4.6 Potensi Sumberdaya Air
Potensi sumberdaya air di Wilayah Kabupaten Ciamis
tidak terlalu spesifik, namun untuk menunjang kegiatan
pertanian hampir seluruh wilayah, kecuali yang
berfisiografi karst seperti Kecamatan Cigugur, Cimerak
dan Langkaplancar tidak baik untuk dikembangkan
pertanian lahan basah.
Sumber-sumber air yang potensial dan sebagai sumber
air baku dapat memanfaatkan air sungai dan air tanah.
a) Air Permukaan
Kabupaten Ciamis termasuk dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) utama Citanduy, yang mencakup Sub
DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cimuntur, Ciseel dan
Cijolang. Pada wilayah ini terdapat beberapa sungai
besar dengan anak sungainya, antara lain Sungai
Citanduy, Cileueur, Ciharus, Cimuntur, Cimedang,
Cigugur, Cisodong dan lain-lain.
Menurut daerah aliran Kabupaten Ciamis terbagi
menjadi sistem wilayah Sub DAS sebagai berikut:
DAS Citanduy Hulu, luas keseluruhan meliputi
74.800 Ha. Daerah yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Ciamis seluas 22.279.38 Ha
meliputi 8 wilayah kecamatan
Sub DAS Ciseel, luas keseluruhan meliputi 90.500
Ha yang termasuk dalam wilayah Kabupaten
Ciamis seluas 77.421.08 Ha meliputi 7
kecamatan
Wilayah Kabupaten Ciamis seluas 55.163.06 Ha
meliputi 14 wilayah kecamatan
Sub DAS Ciseel, luas keseluruhan meliputi 90.500
Ha yang termasuk dalam wilayah Kabupaten
Ciamis seluas 77.421.08 Ha meliputi 7
kecamatan
Sub DAS Cimuntur, luas keseluruhan meliputi
60.300 Ha yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Ciamis seluas 55.163.06 Ha meliputi
14 wilayah kecamatan
Sub DAS Cijulang, luas keseluruhan meliputi
48.030 Ha. Daerah yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Ciamis seluas 18.665.99 Ha
meliputi 6 kecamatan.
b) Potensi Air Tanah
Kabupaten Ciamis dibedakan dalam 3 estimasi
produktivitas air tanah, yaitu:
Akifer melalui ruang dan butir
Akifer ini mempunyai produktivitas yang rendah
sampai sedang, muka air tanah dangkal, debit
sumur umumnya kurang dari 5 liter/ detik. Akifer
tidak menerus, tipis dan seterusnya rendah.
Komposisinya merupakan dataran – bukit karst
yang terdiri dari batu pasir, lempung, batu lanau
(Formasi Malang dan Kaliwangu) seperti yang
terdapat pada Kecamatan Pamarican dan
Langkaplancar.
Akifer dengan aliran melalui celahan dan ruang
antar butir.
Akifer dengan produktivitas air sangat tinggi
dengan kedalaman 10 meter terdapat pada
fisioghrafi perbukitan bergelombang (lereng 15-
40%). Komposisi litologi merupakan vulkan yang
terdiri dari breksi gunung berapi, lava dan tufa,
batu pasir, pasir tufaan, batu lanau, batu
lempung sisipan lignit dan konglomerat. Akifer
ini terdapat di Kecamatan Pangandaran, Parigi,
Cigugur.
Akifer dengan produktivitas sedang-tinggi
dengan kedalaman 5 meter. Terdapat pada
fisiografi perbukitan bergelombang dengan
komposisi litologi vulkan dan endapan aktivitas
gunung api tua terdiri dari breksi, lahar, lava
dan tufa. Akifer ini menyebar di Kecamatan
Cikoneng, Cihaurbeuti, Ciamis, Tambaksari dan
Rancah.
Akifer dengan aliran melalui celahan, rekahan
dan saluran.
Akifer ini terdapat dengan produktivitas sangat
besar mencapai 10 –100 liter/detik. Terdapat
pada fisiografi datar – bergelombang dengan
komposisi litologi alivium terdiri dari lempung,
lanau, pasir dan kerikil. Penyebarannya terdapat
di Kecamatan Cijulang dan Cimerak.
3.1.5 Potensi Sosial Wilayah
1) Jumlah dan Kepadatan Kependudukan
Wilayah perencanaan merupakan wilayah yang masih
berkembang dengan pertambahan penduduk masih
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 22
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
berfluktuasi meningkat, dengan rata – rata laju
pertumbuhan dalam kurun waktu 5 tahun (1997 – 2001)
adalah 0,26 %. Dalam Tabel III.8 dikemukakan Jumlah
penduduk hasil prediksi sampai dengan 10 tahun
mendatang, yaitu sampai 2013. Serta dikemukakan pula
laju pertumbuhan penduduk rata – rata dari Tahun 1997
– 2001 untuk setiap kecamatan.
Dengan kecilnya rate pertumbuhan penduduk di setiap
kecamatan pada Kabupaten Ciamis secara langsung
berpengaruh terhadap tingkat kepadatan penduduk
dalam tiap Ha-nya. Kepadatan Penduduk pada Tahun
2013 cenderung hampir sama dengan Tahun awal
perencanaan yaitu tahun 2001. Selain itu terjadi migrasi
dari penduduk Kabupaten Ciamis ke kota – kota besar
sekitarnya, terutama penduduk dengan usia produktif
untuk mencari penghasilan. Hal ini cukup
mengkhawatirkan dalam mendukung pengembangan
wilayah kabupaten yang harus dilaksanakan, serta
dukungan penduduk berusia produktif untuk menggali
potensi dan mananggulangi permasalahan sehubungan
dengan pengembangan Wilayah kabupaten Ciamis
secara menyeluruh.
2) Struktur Penduduk
Berdasarkan struktur penduduk menurut umur, jumlah
penduduk di Kabupaten Ciamis dibagi dalam jumlah
penduduk usia produktif sebesar 680.744 dan usia non
produktif berjumlah 244.699 jiwa, sedang usia sekolah
sebanyak 514.255 jiwa (lihat Gambar 3.5 dan Tabel
III.9).
Jenis mata pencaharian di Kabupaten Ciamis paling
dominan adalah petani. Komposisi penduduk menurut
mata pencaharian pada Tahun 2001 memperlihatkan
bahwa jumlah tenaga kerja sebanyak 68,95 % berada di
sektor pertanian yaitu petani dan buruh tani.
Sedangkan jumlah tenaga kerja terkecil di Kabupaten
ini adalah di sektor nelayan, yaitu sebesar 0,37%. Lokasi
dengan penduduk bermata pencaharian nelayan berada
pada bagian Selatan Kabupaten Ciamis.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 23
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 24
TABEL III.8LAJU PERTUMBUHAN DAN PREDIKSI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS SAMPAI TAHUN 2013
NO KECAMATAN Penduduk2001 LPP (%)
PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK (JIWA)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Cimerak 39,878 0.25 39,978 40,078 40,179 40,280 40,381 40,482 40,584 40,685 40,787 40,890 40,992 41,0952 Cijulang 25,024 0.25 25,087 25,150 25,213 25,276 25,339 25,403 25,467 25,531 25,595 25,659 25,723 25,7883 Cigugur 19,099 0.43 19,182 19,265 19,349 19,432 19,517 19,601 19,686 19,772 19,857 19,944 20,030 20,1174 Langkaplancar 43,742 0.89 44,132 44,526 44,923 45,323 45,727 46,135 46,546 46,962 47,380 47,803 48,229 48,6595 Parigi 39,910 0.43 40,083 40,257 40,431 40,607 40,783 40,960 41,137 41,316 41,495 41,675 41,856 42,0376 Sidamulih 24,579 0.43 24,686 24,793 24,900 25,008 25,117 25,226 25,335 25,445 25,555 25,666 25,777 25,8897 Pangandaran 44,710 0.43 44,904 45,099 45,294 45,491 45,688 45,886 46,085 46,285 46,486 46,687 46,890 47,0938 Kalipucang 32,757 0.27 32,847 32,937 33,028 33,119 33,210 33,301 33,392 33,484 33,576 33,668 33,761 33,8549 Padaherang 89,309 0.64 89,882 90,460 91,040 91,625 92,213 92,805 93,401 94,001 94,604 95,212 95,823 96,439
10 Banjarsari 95,398 0.05 95,444 95,490 95,536 95,582 95,629 95,675 95,721 95,767 95,814 95,860 95,906 95,95211 Lakbok 82,529 0.27 82,756 82,983 83,211 83,440 83,669 83,899 84,130 84,361 84,593 84,825 85,058 85,29212 Pamarican 63,496 0.05 63,527 63,557 63,588 63,619 63,650 63,680 63,711 63,742 63,773 63,803 63,834 63,86513 Cidolog 18,134 0.41 18,208 18,282 18,356 18,431 18,506 18,581 18,657 18,732 18,809 18,885 18,962 19,03914 Cimaragas 15,184 0.41 15,246 15,308 15,370 15,432 15,495 15,558 15,622 15,685 15,749 15,813 15,877 15,94215 Cijeungjing 43,258 0.41 43,434 43,611 43,788 43,966 44,145 44,324 44,504 44,685 44,867 45,050 45,233 45,41716 Cisaga 35,516 0.27 35,613 35,710 35,807 35,904 36,002 36,100 36,198 36,297 36,396 36,495 36,594 36,69417 Tambaksari 22,667 0.39 22,755 22,844 22,933 23,022 23,112 23,202 23,292 23,383 23,474 23,566 23,657 23,74918 Rancah 55,590 0.39 55,809 56,029 56,250 56,471 56,694 56,917 57,141 57,367 57,593 57,820 58,047 58,27619 Rajadesa 46,874 1.01 47,349 47,828 48,312 48,802 49,296 49,795 50,299 50,809 51,323 51,843 52,368 52,89820 Sukadana 22,259 0.27 22,320 22,380 22,441 22,502 22,564 22,625 22,687 22,748 22,810 22,873 22,935 22,99721 Ciamis 117,070 0.31 117,428 117,787 118,148 118,509 118,872 119,236 119,601 119,966 120,334 120,702 121,071 121,44122 Cikoneng 86,585 0.41 86,939 87,295 87,652 88,011 88,371 88,733 89,096 89,460 89,826 90,194 90,563 90,93423 Cihaurbeuti 45,600 0.56 45,854 46,109 46,366 46,624 46,884 47,145 47,407 47,671 47,936 48,203 48,472 48,74224 Sadananya 31,214 0.22 31,283 31,352 31,421 31,490 31,559 31,629 31,698 31,768 31,838 31,908 31,979 32,04925 Cipaku 57,813 0.27 57,970 58,128 58,287 58,445 58,604 58,764 58,924 59,084 59,245 59,406 59,568 59,73026 Jatinagara 23,014 0.27 23,077 23,139 23,202 23,266 23,329 23,393 23,456 23,520 23,584 23,648 23,713 23,77727 Panawangan 48,201 0.23 48,312 48,423 48,535 48,647 48,759 48,871 48,984 49,097 49,210 49,323 49,437 49,55128 Kawali 63,420 0.49 63,731 64,043 64,357 64,672 64,989 65,307 65,627 65,949 66,272 66,596 66,923 67,25129 Panjalu 62,776 0.49 63,084 63,393 63,703 64,015 64,329 64,644 64,961 65,279 65,599 65,920 66,243 66,56830 Panumbangan 53,560 0.42 53,785 54,011 54,239 54,467 54,696 54,926 55,157 55,389 55,622 55,855 56,090 56,326
KABUPATEN CIAMIS 1,449,166 0.26 1,454,703 1,460,267
1,465,859
1,471,479
1,477,127 1,482,803 1,488,507 1,494,240
1,500,002
1,505,793
1,511,612 1,517,461
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2003.
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
3.1.6 Struktur Tata Ruang Kabupaten Ciamis
Kabupaten Ciamis ditetapkan termasuk dalam 2 (dua)
kawasan andalan, yaitu Kawasan Andalan Priangan
Timur dan Kawasan Pangandaran, dengan sektor
unggulan pertanian tanaman pangan, industri,
perkebunan, kehutanan dan pariwisata. Penetapan
tersebut sesuai dengan PP No. 47 tahun 1997, tentang
Rencana Tata Ruang Nasional yang selanjutnya
dipertegas dalam RTRWP Jawa Barat Tahun 2000 – 2010.
Dalam mendukung terwujudnya konsep kawasan
andalan seperti tersebut di atas, maka diperlukan
arahan konsep struktur ruang pengembangan wilayah
perencanaan. Kajian yang dilakukan dalam menetapkan
arahan konsep pengembangan tersebut adalah:
1. Fungsi yang diemban Kabupaten Ciamis,
2. Potensi dan Kendala fisik dalam mendukung peluang
pengembangan jenis kegiatan
3. Pola Penggunaan Lahan eksisting di wilayah
perencanaan
4. Keterkaitan fungsional antar jenis kegiatan yang
akan dikembangkan di wilayah perencanaan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis No. 24
Tahun 2002, tentang Rencana Strategik (Renstra)
Kabupaten Ciamis Tahun 2002 – 2004 yang
mengungkapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis
Nomor 3 Tahun 1999 mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Ciamis membagi wilayah Kabupaten
Ciamis menjadi 3 (tiga) wilayah pengembangan yaitu
sebagai berikut:
1. Wilayah Pengembangan (WP) Utara, dengan pusat
WP Utara adalah Kota Ciamis dengan pusat SWP
adalah Kota Kawali, Panjalu, Rancah, Ciamis dan
Cikoneng.
2. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah, dengan Pusat
utama WP Tengah adalah Kota Banjar (sebelum
terjadi pemekaran) dengan pusat SWP Kota
Banjarsari dan Pamarican.
3. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan adalah Kota
Pangandaran dengan pusat SWP adalah Kota Cijulang
dan Parigi
Dengan terjadinya proses pemekaran pada Kota
Administrasi Banjar Kabupaten Ciamis menjadi Kota
Banjar, maka diperlukan analisis khusus mengenai
struktur ruang wilayah Kabupaten Ciamis selanjutnya.
Dan dari hasil kajian yang telah dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek Kelengkapan fasilitas,
kependudukan, aksesibilitas, dan beberapa aspek
lainnya, maka dapat ditentukan arahan struktur wilayah
Kabupaten Ciamis adalah meliputi 3 (tiga) wilayah
pengembangan (WP), yaitu:
1. WP Utara dengan pusat wilayah pengembangan
Kecamatan Ciamis dan melayani 4 (empat) sub –
wilayah pengembangan (SWP) Kecamatan Panjalu
dengan 2 (dua) sub-SWP, Kecamatan Cijeungjing
dengan 3 (tiga) Sub-SWP, Kecamatan Kawali dengan
3 (tiga) Sub-SWP, Kecamatan Cikoneng dengan 3
(tiga) Sub-SWP.
2. WP Tengah dengan pusat wilayah pengembangan
Kecamatan Banjarsari dan melayani 2 (dua) sub –
wilayah pengembangan (SWP) Kecamatan
Padaherang dengan 1 (satu) sub-SWP, yaitu
Kecamatan Lakbok serta Kecamatan Pamarican
dengan 2 (dua) Sub-SWP.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 25
GAMBAR 3.5JUMLAH PENDUDUK MENURUT USIA
Sumber : Rencana, Tahun 2003
TABEL III.9
JUMLAH PENDUDUK MENURUT USIA TAHUN 2001
NO KECAMATANPENDUDUK MENURUT UMUR (JIWA)
0 - 4 5 - 24 25 - 59 >60
1 Cimerak 4,097 15,602 19,150 1,0292 Cijulang 1,657 7,550 13,123 2,6943 Cigugur 2,351 7,799 8,219 7304 Langkaplancar 4,046 17,280 19,330 3,0865 Parigi 2,524 11,989 20,894 4,5036 Sidamulih 1,751 10,050 11,753 1,0257 Pangandaran 2,835 21,010 19,141 1,7248 Kalipucang 2,754 11,719 16,442 1,8429 Padaherang 6,491 29,339 44,594 8,885
10 Banjarsari 11,564 33,934 44,855 3,93611 Lakbok 7,176 28,966 39,080 7,30712 Pamarican 4,768 22,404 31,510 4,81413 Cidolog 1,246 6,213 9,286 1,38914 Cimaragas 1,869 4,318 7,753 1,24415 Cijeungjing 3,525 14,116 21,528 4,12516 Cisaga 2,571 9,715 20,199 3,03117 Tambaksari 1,318 6,605 12,156 2,58818 Rancah 4,988 17,078 27,745 5,77919 Rajadesa 5,156 17,624 20,348 3,74620 Sukadana 2,128 7,539 10,822 1,77021 Ciamis 12,988 43,729 50,538 8,34522 Cikoneng 9,082 31,981 38,222 5,63823 Cihaurbeuti 2,741 14,680 23,743 4,35024 Sadananya 2,919 11,128 13,722 2,93125 Cipaku 5,965 20,831 24,210 6,09726 Jatinagara 2,025 7,616 10,481 2,22627 Panawangan 3,675 15,642 22,088 5,94228 Kawali 5,071 23,919 28,440 5,22129 Panjalu 6,238 21,829 29,050 4,95230 Panumbangan 4,807 22,050 22,322 3,424
KABUPATEN CIAMIS 130,326 514,255 680,744 114,373
Sumber: Ciamis dalam Angka, Tahun 2001
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
3. WP Selatan dengan pusat wilayah pengembangan
Kecamatan Pangandaran dan melayani 3 (tiga) sub –
wilayah pengembangan (SWP) Kecamatan Cijulang
dengan 1 (satu) sub-SWP, yaitu Kecamatan Cimerak,
Kecamatan Parigi dengan 3 (tiga) Sub-SWP serta
Kecamatan Kalipucang.
3.1.7 Sarana dan Prasarana Wilayah
3.1.7.1 Transportasi
Transportasi berfungsi untuk mendorong, merangsang
pertumbuhan daerah dalam menikmati pembangunan
sekaligus untuk mendukung tercapainya srtuktur tata
ruang yang dituju (to initiate development) dan
mendukung pertumbuhan dan pembangunan wilayah
dalam rangka meningkatkan kinerja dan meningkatkan
kualitas maupun kuantitas pelayanan (to answer
development).
Jaringan transportasi di Kabupatemn Ciamis mencakup
jaringan transportasi darat, laut dan udara.
a) Transportasi Darat
Sistem jaringan jalan yang ada di wilayah
Kabupaten Ciamis dibedakan sebagai berikut:
Arteri Primer, fungsi jalan ini adalah
melayani perhubungan eksternal (antar kota
dalam propinsi), pengolahan jalan ini
merupakan jalan Negara /Nasional. Pola
jaringan fungsi jalan ini linier yang melayani
pergerakan Barat – Timur yaitu ruas jalan
Tasikmalaya – Ciamis – Jawa Tengah.
Kolektor Primer, fungsi jalan ini melayani
perhubungan eksternal (antar kota dalam
propinsi), pengelolaan jalan propinsi, ruas
jalan ini melayani pergerakan Utara –
Selatan, yaitu ruas Pangandaran – Banjar –
Ciamis – Kuningan/ Majalengka.
Lokal Primer, fungsi jalan ini melayani
perhubungan internal – eksternal yaitu
pergerakan dalam wilayah menuju luar
wilayah. Ruas jalan ini meliputi ruas Cimerak
– Pangandaran.
Jalan Lokal lainnya, fungsi jalan ini melayani
perkembangan internal antar kawasan/
wilayah kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Ciamis. Sistem jaringan dan
fungsi jalan di atas merupakan fungsi
jaringan jalan secara aktual.
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten
Ciamis pada Tahun 2001 mencapai 1.007,27
Km. Berdasarkan kewenangan pengelolaannya,
jalan tersebut dibagi dalam 3 (tiga) kategori
yaitu jalan nasional sepanjang 56,15 Km, jalan
propinsi sepanjang 165,04 Km dan sisanya
sepanjang 785,30 Km merupakan jalan
kabupaten.
Sarana Transportasi yang dimiliki
Kabupaten Ciamis berupa Terminal Regional
yang melayani pelayanan angkutan antar
kota, antar propinsi dan terminal Lokal
yang melayani pergerakan internal di
wilayah Kabupaten
Jalan Kereta Api, terdiri dari jaringan lintas
raya dan jaringan lintas cabang. Jaringan
kereta api polanya mengikuti jalur jalan
arteri yaitu menghubungkan kota – kota
pusat kegiatan ekonomi primer di
Kabupaten Ciamis dengan kota – kota besar
lainnya disekitar Kabupaten Ciamis dan
Jawa Tengah.
Untuk lintas cabang Banjar – Cijulang
direncanakan akan diaktifkan kembali yang
berfungsi untuk menunjang perkembangan
kawasan pariwisata di Pantai Selatan
Pangandaran.
Stasiun Kereta api di Kabupaten Ciamis
terdiri dari:
Stasiun Cabang besar di Kota Ciamis
Stasiun Cabang Kecil di Kota Kecamatan
Banjarsari, Stasiun Bojong (Cijeungjing),
Padaherang, Cijulang, Pangandaran dan
Parigi.
Transportasi Sungai
Terdapat Pelabuhan angkutan penumpang
dan barang di Kalipucang (Pelabuhan
Santolo dan Pelabuhan Majingklak).
Pelabuhan ini melayani pergerakan yang
menghubungkan Kalipucang dengan Kota
Cilacap (Jawa Tengah). Selain melayani
pelayanan komersial, pelabuhan ini juga
melayani rute angkutan Pariwisata. Moda
transportasi yang melayani adalah jenis Ferri
angkutan sungai danau dan penyeberangan
(ASDP) Kapasitas dibawah 10 ton.
b) Sistem Transportasi Laut
Sistem transportasi laut/perairan di wilayah
Kabupaten Ciamis terdiri dari pelabuhan nelayan di
Pangandaran dan Batukaras. Selain itu dilengkapi
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 26
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
dengan adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
disekitar Kawasan Pangandaran yang dapat
menampung hasil tangkapan nelayan.
c) Sistem Transportasi Udara/ Bandara
Bandar udara yang terdapat di Kabupaten Ciamis
adalah Bandar udara Nusawiru di Kecamatan
Cijulang.
Landasan Pacu (run way) bandara tersebut
sepanjang 1.400 meter dengan lebar 30 meter.
Taxiway untuk landasan keluar masuk (parkir)
selebar 20 meter. Pesawat yang digunakan di
bandaran ini baru berupa pesawat jenis CN-235
(produksi Indonesia).
3.1.7.2 Sarana Umum
Sarana umum yang akan diuraikan mencakup, sarana
pendidikan, kesehatan dan peribadatan.
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat pada Kabupaten
Ciamis mencakup TK, SD sampai perguruan tinggi.
Selain itu terdapat sarana pendidikan yang dikelola
oleh swasta/ yayasan keagamaan dengan hirarki
sarana pendidikan pendidikan umum, seperti
Madrasah Diniyah untuk TK, Madrasah Ibtidaiyah
untuk SD, Madrasyah Tsanawiyah untuk SLTP serta
Madrasyah Aliyah untuk SMU.
Sementara itu untuk sarana perguruan tinggi di
Kabupaten Ciamis baru memiliki 3 buah perguruan
tinggi, yaitu Universitas Galuh yang sebelumnya
merupakan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
pendidikan (STKIP) dan Akademi Perawat
Muhammadiyah yang terletak di Kota Ciamis, serta
Institut Agama Islam Darusalam (IAID) yang
terletak di Kecamatan Cijeungjing.
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Kabupaten Ciamis mencakup
Puskesmas, yang terdiri dari Puskesmas Inpres/
Non Inpres, Pembantu dan keliling serta Balai
pengobatan untuk ABRI/ Instansi.
Sarana Peribadatan
Pada umumnya penduduk di Kabupaten Ciamis
memeluk agama Islam, hal ini menyebabkan
penyediaan sarana peribadatan untuk umat Islam
di Kabupaten ini sangat banyak. Namun demikian
sarana peribadatan untuk non – Islam pun tersedia,
meskipun dalam jumlah yang terbatas. Sarana
peribadatan yang tersebar di Kabupaten Ciamis
mencakup Langgar, Mushalla, mesjid dan Gereja.
3.1.7.3 Prasarana Umum
Prasarana umum yang akan diuraikan mencakup, air
bersih, limbah cair, drainase, listrik dan telekomunikasi
serta jaringan pengairan.
Air Bersih
Pelayanan air bersih yang dilayani oleh PDAM Tirta
Galuh baru melayani masyarakat perkotaan saja,
dengan kebutuhan air bersih diperoleh dari air
tanah dan air permukaan. Pelayanan PDAM Tirta
Galuh pada Kabupaten Ciamis sampai Tahun 2001
dilayani oleh 5 (lima) cabang, yaitu Cabang Ciamis,
Panumbangan, Banjarsari, Kawali dan
Pangandaran. Cakupan pelayanan keseluruhan
PDAM tersebut baru mencapai 60% dari jumlah
penduduk perkotaan.
Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat di Kabupaten Ciamis
baru mencapai masyarakat perkotaan, yaitu sudah
ditangani secara khusus oleh badan pengelola.
Sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan
dikumpulkan dan diangkut dengan kendaraan
pengumpul yang selanjutnya dibuang ke TPS –
TPA.
Drainase
Pada umumnya sistem drainase di Kabupaten
Ciamis masih bersifat tradisional, yaitu dengan
mengikuti arah kemiringan pada saluran – saluran
yang tidak permanen yang berada di sepanjang
jalan. Kondisi saluran tersebut dalam keadaan yang
masih cukup memadai untuk menampung air
permukaan.
Listrik
Jumlah tenaga listrik yang dijual pada tahun 2001
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2000
yaitu dari 239.271.208 KWh menjadi 2.913.822.828
Kwh. Kenaikan tersebut juga diikuti oleh
meningkatnya jumlah pelanggan sebesar 4.5%
atau dari 262.280 pelanggan pada Tahun 2000
menjadi 274.233 pelanggan pada Tahun 2001.
kenaikan ini terjadi untuk semua jenis kelompok
pelanggan.
PT PLN yang melayani Kabupaten Ciamis
merupakan distriusi Jawa Barat Cabang
Tasikmalaya, yang meliputi:
1. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 1
2. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 2
3. Gardu Induk Ciamis Penyulang Kawali/KWLI 3
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 27
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
4. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA
1
5. Gardu Induk Ciamis Penyulang Sadananya/SDNA
2
6. Gardu Induk Ciamis Penyulang Cikoneng/CKND
7. Gardu Induk Ciamis Penyulang Benteng/BNTG
8. Gardu Induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 1
9. Gardu Induk Ciamis Penyulang Cisaga/CSGA 2
Telekomunikasi
Untuk menyongsong era globalisasi informasi, PT
Telekomunikasi Indonesia berusaha memperlancar
arus informasi serta memperluas jangkauan jasa
telekomunikasi keseluuh pelosok tanah air. Hal ini
terlihat dengan peningkatan jumlah pelanggan
telepon setiap tahun. Pada tahun ini pelanggan
telopon meningkat sebesar 6.38 %. menurut
kategorinya pelanggan telepon, sebesar 1.11%
adalah residensial sedangkan sisanya adalah
bisnis, sosial dan wartelum.
3.2 Permasalahan Pengembangan dan Struktur Tata Ruang Kabupaten Ciamis
ermasalahan Kabupaten Ciamis dalam lingkup
eksternal (Wilayah Provinsi Jawa Barat) dan
masalah internal (lingkup pengembangan Timur)
merupakan dasar dalam penyusunan RTRW Kabupaten
Ciamis.
3.2.1 Permasalahan Kabupaten Ciamis dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat
Letak Kabupaten Ciamis yang berbatasan langsung
dengan Propinsi Jawa Tengah mempunyai posisi yang
strategis dan memberikan dampak negatif maupun
positif yang cukup besar terhadap perkembangan
Kabupaten Ciamis, baik aspek ekonomi, sosial serta
kelestarian lingkungan hidup.
Kedudukan geografis wilayah Kabupaten Ciamis
sebagai penyangga wilayah pengembangan Timur Jawa
Barat (simpul Cirebon) harus mampu mendukung
kegiatan yang dikembangkan di wilayah
Pengembangan Timur. Saat ini kegiatan pembangunan
di Wilayah Timur tersebut masih tertumpu pada
peningkatan fungsi dan peranan Cirebon dalam rangka
menjadi kutub pertumbuhan bagian Timur. Kabupaten
Cirebon bersama –sama dengan indramayu dan
Majalengka masih terfokus dalam upaya penggalian
potensi secara internal, yaitu pengembangan ekonomi
di bidang pertanian padi sawah dan perikanan laut
(tambak). Sedangkan Ciamis bersama – sama dengan
Tasikmalaya serta kuningan lebih terfokus pada
pengembangan pertanian tanaman keras/ perkebunan
dan kehutanan serta kepariwisataan. Dengan demikian,
efek dari perkembangan wilayah utama pengembangan
Timur belum begitu memberikan pengaruh yang pesat
terhadap perkembangan wilayah penyangganya,
termasuk di dalamnya Kabupaten Ciamis.
Beban yang diemban oleh Kabupaten Ciamis terhadap
wilayah Timur, adalah upaya penggalian sektor
produksi dibidang pertanian lahan kering (tanaman
pangan dan tanaman perkebunan) untuk dapat suply ke
wilayah utama Timur, yaitu pengoptimalan simpul
Cirebon sebagai pusat koleksi dan distribusi dalam
konteks nasional dan internasional.
3.2.2 Permasalahan Kabupaten Ciamis dalam Lingkup Internal
Permasalahan Kabupaten Ciamis dalam lingkup internal
diantaranya adalah permasalahan fisik, sumber daya
alam/ lahan dan sosial ekonomi.
3.2.2.1 Permasalahan Fisik
Permasalahan fisik menyangkut karakteristik fisik
alamiah yang dapat menjadi kendala pengembangan
fisik di Wilayah Kabupaten Ciamis berupa dampak
negatif aspek geologi, yaitu:
1) Erosi
Bahaya erosi di wilayah Kabupaten Ciamis
terutama terdapat di daerah perbukitan yang
bertekstur sedang. Faktor utama bahaya erosi
tanah antara lain ditentukan oleh kemiringan lahan,
stabilitas tanah dan tekstur tanah. Dari seluruh
penyebab terjadinya erosi tersebut adalah faktor
lereng, dan stabilitas tanah merupakan faktor
dominan yang sangat berpengaruh, karena sekitar
66.07 % wilayah Kabupaten Ciamis berada dalam
kemiringan di atas 15 %. Karakteristik erosi di
wilayah Kabupaten Ciamis dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut:
Kemiringan yang Curam ( > 15 %)
Terjadi di wilayah Pegunungan Vulkan dan karst.
Di wilayah pegunungan/ perbukitan vulkan
meliputi Kecamatan Cihaurbeuti, Panumbangan,
Sadananya, Cipaku, Panjalu dan Cikoneng
(wilayah kaki Gunung Sawal).
Sedangkan wilayah pegunungan/ perbukitan
karst meliputi Kecamatan Tambaksari,
Pamarican, Langkaplancar dan Cigugur.
Erosi oleh Aktivitas Sungai
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 28
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
Bahaya erosi akibat sungai terutama terjadi di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy.
2) Pengikisan Pantai (Abrasi)
Pengikisan pantai diakibatkan oleh aktivitas
gelombang air laut, keadan batuan yang lunak/
sudah melapuk dan tidak adanya zona pelindung
berupa hutan bakau, batu karang dan sebagainya.
Di Wilayah Kabupaten Ciamis daerah yang
mempunyai potensi abrasi meliputi wilayah bagian
Selatan, sekitar Pantai Pangandaran, Cijulang,
Parigi, Cimerak dan Kalipucang.
3) Gerakan Tanah
Potensi gerakan tanah umumnya banyak terjadi
pada fisiografi pegunungan/ perbukitan karst dan
vulkan. Aktivitas gerakan tanah di wilayah
pegunungan/ perbukitan vulkan terdapat di
Kecamatan Panjalu.
Sedangkan potensi gerakan tanah di Wilayah
perbukitan/ pegunungan karst meliputi Kecamatan
Langkaplancar, Pamarican, Tambaksari, Cigugur
dan Cimerak.
Penanggulangan bahaya erosi dan lingkungan
aspek geologis di Wilayah Kabupaten Ciamis telah
dikelola oleh Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah (RLKT) dan Proyek Citanduy.
Namun dalam mengantisipasi perkembangan
bahaya lingkungan aspek geologis tersebut
diperlukan penataan kembali kawasan
perlindungan yang mengacu pada Keppres No. 32/
1990 tentang kawasan lindung.
4) Bahaya Banjir
Daerah piotensi banjir terutama di Kabupaten
Ciamis bagian Timur, yaitu di Kecamatan Lakbok,
Banjarsari, Padaherang, Cijulang, Parigi,
Pangandaran dan Kalipucang, terutama di daerah
muara – muara sungai.
Secara umum daerah bahaya lingkungan aspek
geologis tersebut sebagian besar merupakan kawasan –
kawasan pertanian produktif.
3.2.2.2 Permasalahan Sumberdaya Alam/
Lahan
Pembangunan ekonomi yang diharapkan meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai jalan keluar
untuk menangani kelebihan angkatan kerja di
Kabupaten Ciamis. Keadaan ini menimbulkan aktivitas
pembangunan dan pengembangan sumberdaya alam
oleh manusia, seperti penebangan hutan yang tidak
terkendali, eksploitasi bahan galian di kawasan –
kawasan mudah erosi, kawasan hutan dan kawaan
lainnya yang semuanya mengakibatkan tekanan
terhadap lingkungan. Selain itu permasalahan
sumberdaya alam antara lain:
1. Sulitnya mengoptimalkan rencana tata ruang
mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan
pasar, seperti adanya kutub – kutub pertumbuhan
yang telah tumbuh dan berkembang serta
dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap,
namun daerah penyangganya (hinterland) kurang
menunjang untuk menjadi kawasan produksit,
begitu pula sebaliknya.
2. Konflik kepentingan antar sektor, terutama upaya
pelestarian sumberdaya hutan oleh BKSDA dan Sub
Balai RLKT dengan kepentingan produksi kehutanan
oleh Perum Perhutani pada areal yang
diakomodasikan sebagai kawasan lindung dan
kawasan konservasi tanah dan air.
3. Konservasi lahan yang tidak mengikuti kaidah tata
ruang yang didasarkan atas usaha spekulasi yang
tidak memberikan dampak terhadap terciptanya
lapangan kerja serta ekonomi bagi masyarakat luas.
Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi
dan rusaknya sumberdaya alam.
4. Adanya perkembangan pembangunan fisik di
bagian Utara pada areal yang seharusnya sesuai
untuk kawasan lindung dan kawasan penyangga.
5. Upaya untuk mencapai luas hutan 30% dari luas
wilayah Kabupaten Ciamis mengalami kesulitan. Hal
ini disebabkan oleh status tanah/ lahan yang berada
dalam kawasan yang harus dikonservasikan sangat
berlawanan dengan kebutuhan lahan untuk
budidaya.
6. Adanya pengembangan prasarana transportasi
potensial di kawasan hutan bakau (mangrove)
7. Kawasan kritis yang berada di dalam maupun di
luar wilayah hutan telah banyak mempengaruhi
kondisi kritis pada beberapa Sub-DAS dan SUB DTA
Cimuntur, Citanduy hulu, Ciliang, Cileueur, Ciseel
dan Ciputrapinggan.
3.2.2.3 Permasalahan Sosial Ekonomi
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian
sehubungan dengan pengembangan aspek
perekonomian, antara lain:
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 29
Potensi dan Permasalahan Pengembangan WilayahLaporan Rencana
1. Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian
kurang terserap oleh sektor industri dan pariwisata.
Dengan demikian sektor industri dan pariwisata di
Kabupaten Ciamis laju pertumbuhan nilai tambahnya
tidak seimbang dengan laju kesempatan kerjanya.
2. Adanya ketimpangan ekonomi antar unit wilayah
kawasan Pantai Selatan (Pangandaran dan Parigi)
umumnya lebih maju dibanding unti – unit wilayah
yang berada pada dataran tinggi dan pegunungan,
seperti Langkaplancar, Cigugur, Cimerak, Cipaku,
jatinagara dan Tambaksari.
3.2.3 Permasalahan Kabupaten Ciamis dalam Lingkup Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Permasalahan struktur tata ruang di Wilayah Kabupaten
Ciamis mencakup sebagai berikut:
a. Proses pemekaran Kotip Banjar menjadi Kota Banjar
yang otonom membuat terjadinya perubahan
struktur tata ruang Kabupaten Ciamis secara
menyeluruh, terutama pada wilayah pengembangan
bagian Tengah, sehingga pada wilayah bagian
Tengah harus dilakukan penataan struktur tata
ruang yang baru dengan menetapkan Kota
Banjarsari sebagai pusat Sub Wilayah
Pengembangan (SWP) Tengah dalam jangka pendek
dan melengkapi prasarana dan sarana
pengembangan wilayah untuk jangka panjang.
b. Perluasan wilayah perkotaan khususnya pada
kawasan pariwisata Pangandaran yang diiringi
proses penggunaan lahan yang dapat terjadinya
transformasi lahan pertanian yang subur dalam
skala besar menjadi kawasan pariwisata (fasilitas
akomodasi).
c. Permasalahan struktur wilayah perkotaan yang
berkaitan dengan pembatasan ukuran kota pada
daerah pertanian padi sawah yang sudah beririgasi
di sekitar Kecamatan Lakbok dan Banjarsari.
d. Permasalahan pengelolaan sumberdaya lahan, air
dan hutan yang belum seluruhnya dilaksanakan
secara terpadu, sehingga terjadi tumpang tindih
kegiatan antar sektor terutama kehutanan,
pertambangan, pertanian dan fasilitas pariwisata.
e. Terjadinya kesenjangan perkembangan kota – kota
di bagian Utara dan Selatan.
f. Belum meratanya penyebaran penduduk,
infrastruktur dan kegiatan investasi.
g. Kutub – kutub pertumbuhan yang mempunyai
daerah penyangga (hinterland) yang potensial
belum didukung oleh prasarana ekonomi pada
kutub pertumbuhan bersangkutan.
Evaluasi RTRW Kabupaten Ciamis, Tahun 2003 Bab III - 30